Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

AHMAD KHATIB RIDHANI


Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang
khatibridhani94@gmail.com

Abstrak: Di sekolah mana pun dan dengan kualitas apapun, siswa adalah
amanah yang harus dijaga. Sekolah unggul sekolah yang memiliki guru
professional. Disamping itu sekolah yang unggul harus memiliki sistem
pembelajaran yang baik, sehingga dapat mencetak murid yang unggul di
bidang akademik maupun non akademik. Dalam hal ini sekolah/instansi
sangat berperan untuk memanajemen pembelajaran yang baik. Guru
memiliki peranan penting dalam perncanaan dan pelaksanaan kegiatan
belajar di sekolah, sehingga menuntut sekolah untuk selalu berinovasi dan
memperbaiki manajemen pembelajaran. Artikel ini membahas bagaimana
cara menyusun, memperbaiki manajemen pembelajaran di Sekolah.

Kata kunci: manajemen pembelajaran, Sekolah.

Jumlah guru yang banyak di suatu sekolah, tetapi tidak banyak guru yang
mampu menjalankan peran dan fungsinya secara memadai. Hal ini disebabkan
banyak hal, salah satunya dari factor personal guru itu sendiri. Akan tetapi, tidak
mentup kemungkinan permasalahan datang dari fasilitas, kultur sosial sekolah
setempat, atau sistem pendidikan yang kurang baik. Dari berbagi sumber masalah
tersebut, permasalahan yang acapkali langsung dialami oleh guru ialah berkaitan
dengan manajemen kelas. Realitasnya, dengan beragam karakter, kepribadian, dan
kondisi para peserta didik, menciptakan situasi yang tidak sederhana dan mudah
dikendalikan.
Pada kenyataannya, dengan berbagai macam kondisi tersebut, guru dituntut
mampu mengelola kelas demi keefektifan dan keoptimalan proses belajar mengajar.
Untuk itu, guru seyogianya membekali diri dengan kemampuan strategi manajemen
kelas. Jika guru cermat dan pandai memanajemen kelas dengan baik, proses belajar
mengajar akan menjadi terarah, terencana, dan terkemas secara efektif dan optimal.
Pada dasarnya, konsep mengenai manajemen tidak hanya mencakup soal tata
aturan, tetapi pula kesadaran tentang tanggung jawab masing-masing, baik peserta
didik maupun guru.
Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru selain berperan sebagai pemimpin
belajar (learning leader), juga sekaligus seorang manajer kelas. Peran guru sebagai
seorang manajer kelas tidak boleh dipandang sebelah mata. Keberhasilan kegiatan
belajar mengajar sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola kelas.
Hal itu disebabkan kelas merupakan lingkungan belajar yang menjadi bagian dari
lingkungan yang perlu diorganisasi.
Jika kondisi kelas semrawut, tanpa penataan yang baik serta berbagai saran
yang dimilikinya kurang memadai, tentu akan menghambat ketercapaian kegiatan
belajar-mengajar. Sebaliknya, jika kelas diekelola dengan baik, sangat dimungkinkan
keberhasilan kegiatan belajar-mengajar akan tercapai.

478
Sebagai sebuah profesi, guru mempunyai tugas yang sangat kompleks.
Terutama apabila seorang guru sudah berada di dalam sebuah kelas. Ia akan
menghadapi banyak peserta didik yang memiliki karakter beragam. Ketika
berinteraksi dengan peserta didik di kelas, adakalanya ia menemukan hal baik dan
hal buruk, menemukan peserta didik yang pandai dan juga kurang pandai. Tentu
suatu keadaan yang positif akan mempermudah pekerjaan guru dalam
menyelenggarakan kegiatan belajar bagi peserta didiknya, sedangkan keadaan yang
negatif pastilah akan membuat guru merasa kesulitan dalam membelajarkan peserta
didiknya.
Guru dengan segala kompetensinya dituntut untuk mempertahankan keadaan
yang positif dalam belajar sekaligus dituntut untuk mengubah keadaan yang negatif
dalam belajar di kelas. Itulah sebabnya seorang guru dituntut untuk dapat
mengetahui dan memahami prinsip belajar serta dapat menguasai berbagai
keterampilan mengajar untuk modal awal yang harus dimiliknya sebagai seorang
manajer kelas.
Sebagai sebuah lembaga, sekolah seyogyanya memiliki sistem dan regulasi
pembelajaran yang baik. Salah satu tolak ukur baik atau tidaknya sebuah lembaga
pendidikan dilihat dari manajemen, tenaga pendidik, serta output yang ada
dihasilkan. Bahasan makalah ini meliputi: manajemen sekolah, manajemen
pendidikan, serta karakteristik guru profesional.

Manajemen Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal di Indonesia harus dapat
menunjukkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan yang mampu bersaing di
era global yang akan banyak diminati oleh pengguna lembaga pendidikan karena
mampu merespons runtutan dan kebutuhan masyarakat secara luas. Untuk itu,
sekolah harus secepatnya berbenah diri menjadi sekolah unggul yang efektif dalam
merespons perkembangan pendidikan dan tuntutan pengguna pendidikan. Agar
menjadi lembaga pendidikan yang ungguk dan berdaya saing tinggi serta diminati
oleh masyarakat, sekolah harus mulai berbenah diri yang berorientasi pada
kebutuhan dan tuntutan dunia global tanpa menghilangkan eksistensinya sebagai
bangsa dan negara yang berkarakter mulia.
Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat
dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasanya tanpa manajemen
tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan
efisien. Dalam kerangka inilah manajemen yang harus dikuasai oleh pengelola
pendidikan sehingga dapat mengatur dan melaksanakan pendidikan dan
pembelajaran secara efektif dan efisien, baik mulai perncanaan, pengorganisasian,
pemberdayaan sumber daya yang ada, pengawasan, dan pertanggungjawaban.
Manajemen pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses penataan
kelembagaan pendidikan yang melibatkan sumber daya manusia dan nonmanusia
dalam menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien. Proses penataan ini akan melibatkan pelaksanaan beberapa fungsi
manajemen yang oleh pakar manajemen pendidikan sering disebut sebagai POAC
(Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling) (Mutohar, 2013: 34). Proses
manajemen ini harus dilaksanakan dengan baik agar mutu pendidikan dapat

479
dikendalikan oleh sekolah. Dalam meningkatkan mutu pendidikan, sangat
diperlukan kemampuan manajerial kepala sekolah agar mampu membuat
perencanaan mutu, mengorganisasikan, menggerakkan, dan melaksanakan fungsi
kontrol terhadap seluruh kegiatan yang telah direncakan dan dilaksanakan di
sekolah.
Teori manajemen mempunyai peran dalam membantu menjelaskan perilaku
organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktifitas, dan kepuasan.
Karakteristik teori manajemen secara garis besar dapat dinyatakan, mengacu pada
pengalaman empirik, adanya keterkaitan antara satu teori dengan teori lain, dan
mengakui kemungkinan adanya penolakan. Proses manajemen yang bisa
dilaksanakan dalam lembaga pendidikan adalah planning, organizing, actuating,
controlling (POAC).

Planning

Controlling Organizing

Actuating

Empat proses ini digambarkan dalam bentuk siklus karena adanya keterkaitan
antara proses yang pertama dan berikutnya. Begitu juga setelahnya pelaksanaan
controlling akan mendapatkan feedback yang bisa dijadikan sebagai masukan atau
dasar untuk membuat planning baru. Perencanaan merupakan sebuah kegiatan yang
ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu guna
mencapai tujuan yang ditetapkan. Anderson dan Bowman menjelaskan bahwa
perencanaan adalah proses mempersiapkanseperangkat keputusan bagi perbuatan
di masa datang (Gordon, 1990:82). Perencanaan memegang peranan penting dalam
proses manajemen, sebab dari inilah seperangkat keputusan bisa diambil dalam
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen dan merupakan suatu proses yang
dinamis. Pengorganisasian dapat diartikan sebagai proses penentuan pekerjaan-
pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokkan tugas-tugas dan mebagi-bagikan
pekerjaan kepada setiap personalia, penetapan departemen-departemen serta
penentuan hubungan-hubungan. Organizing berasal dari kata Organize yang berarti
menciptakan struktur dan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa
sehingga hubungannya satu sama lain saling terkait dalam keseluruhannya.
Kegiatan menyusun sebagai elemen sebuah lembaga pendidikan maupun
instansi merupakan kegiatan manajemen yang secara khusus disebut sebagai
pengorganisasian. Hal ini makin memperjelas bahwa di antara fungsi manajemen
adalah menyusun dan membentuk berbagai hubungan kerja dari berbagai unit

480
untuk menjadi sebuah tim yang solid. Tim yang solid akan memberi kekuatan,
apabila terjadi kesatuan kekuatan dari berbagai elemen sistem untuk mencapai
tujuan dalam suatu lembaga maupun organisasi, manajemen dianggap berhasil.
Pengorganisasian dalam lembaga pendidikan mempunyai posisi yang sangat
penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Proses pengorganisasian
ini akan menentukan sebuah teamwork yang baik. Hal ini disebabkan
pengorganisasian pada hakikatnya, antara lain (a) penentuan sumber daya dan
kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai organisasi, (b) proses perancangan dan
pengembangan suatu organisasi yang akan membawa hal-hal tersebut ke arah
tujuan, (c) penugasan tanggung jawab tertentu, (d) pendelegasian wewenang yang
diperlukan kepad individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya
(Hadiyanto, 2004: 24).
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan
fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan
pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses
manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan
yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi lembaga
pendidikan. Pelaksanaan tidak lain upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi
kenyataan, dengan berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan
dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas, dan
tanggung jawabnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam (actuating) pelasanaan
adalah seorang staf dan guru akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika (1)
merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin pekerjaan tersebut memberikan
manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain
yang lebih penting atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi
yang bersangkutan, dan (5) hubungan antarteman dalam lembaga pendidikan yang
harmonis.
Pengawasan (controlling) atau juga bisa disebut dengan pengendalian
merupakan bagian akhir dari fungsi manajemen. Fungsi manajemen yang
dikendaliakn adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan atau
pelaksanaan, dan pengendalian itu sendiri. Dalam berbagai kasus peningkatan mutu
pendidikan terdapat kasus masih lemahnya pelaksanaan pengendalian sehingga
terjadi berbagai penyimpangan anatara yang direncanakan dengan yang
dilaksanakan. Oleh karena itu, pengawasan memegang peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan produktivitas kerja organisasi sekolah sehingga
terdapat kesesuaian antara apa yang telah direncanakan dengan pelaksanaannya
serta hasil yang diperoleh.
Pengawasan dalam lembaga pendidikan proses pemantauan, penilaian, dan
pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindak
korektif guna untuk penyempurnaan lebih lanjut dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Proses pengawasan paling terdiri dari lima tahap, yaitu: (1) penetapan
standar pelaksanaan, (2) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, (3)
pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata, (4) perbandingan pelaksanaan kegiatan
dengan standar dan penganalisisan penyimpangan-penyimpangan, dan (5)
pengembangan tindakan koreksi bila perlu.

481
Manajemen Pembelajaran
Manajemen pembelajaran pada hakekatnya mempunyai pengertian yang
hampir sama dengan manajemen pendidikan. Namun, ruang lingkup dan bidang
kajian manajemen pembelajaran merupakan bagian dari manajemen sekolah dan
juga merupakan ruang lingkup bidang kajian manajemen pendidikan.
Namun demikian, manajemen pendidikan mempunyai jangkauan yang lebih
luas daripada manajemen sekolah dan manajemen pembelajaran. Dengan perkataan
lain, manajemen pembelajaran merupakan elemen dari manajemen sekolah
sedangkan manajemen sekolah merupakan bagian dari manajemen pendidikan, atau
penerapan manajemen pendidikan dalam organisasi sekolah sebagai salah satu
komponen dari system pendidikan yang berlaku.
Manajemen pembelajaran dapat didefinisikan sebagai usaha mengelola (me-
menej) lingkungan belajar dengan sengaja agar seseorang belajar berprilaku tertentu
dalam kondisi tertentu. Jadi, menajemen pembelajaran terbatas pada satu unsure
manajemen sekolah saja, sedangkan manajemen pendidikan meliputi seluruh
komponen system pendidikan, bahkan bisa menjangkau system yang lebih luas dan
besar secara regional, nasional, bahkan internasional (Mulyasa, 2002:39).
Dalam manajemen pembelajaran, yang bertindak sebagai manajer adalah guru
atau pendidik. Sehingga dengan demikian, pendidik memiliki wewenang dan
tanggung jawab untuk melakukan beberapa langkah kegiatan manajemen yang
meliputi merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran,
mengendalikan (mengarahkan) serta mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
Pada kegiatan merencanakan pembelajaran, pendidik menentukan tujuan
pembelajaran, yakni tujuan yang ingin dicapai setelah terjadinya proses-kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari aspek, yaitu
apa yang dilakukan peserta didik dan apa yang dilakukan pendidik. Oleh karena
itulah, untuk mendapatkan proses pembelajaran yang berkualitas dan maksimal,
maka dibutuhkan adanya perencanaan.
Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan berdasarkan
hasil berpikir secara rasional, tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu –
perubahan tingkah laku peserta didik setelah melalui pembelajaran— serta upaya
yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut. Konkretnya, dalam
perencanaan pembelajaran ini pendidik membuat perangkat pembelajaran.
Pada kegiatan mengorganisasikan pembelajaran, pendidik mengumpulkan dan
menyatukan berbagai macam sumber daya dalam proses pembelajaran; baik
pendidik, peserta didik, ilmu pengetahuan serta media belajar. Dan dalam waktu
yang sama, mensinergikan antara berbagai sumberdaya yang ada dengan tujuan
yang akan dicapai.
Pada kegiatan mengendalikan (mengarahkan) pembelajaran, pendidik
melaksanakan rencana kegiatan pembelajaran yang telah dibuat di awal dalam
perangkat pembelajaran, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada kegiatan mengevaluasi pembelajaran, pendidik melakukan penilaian
(evaluasi) terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Dalam kegiatan menilai
itu lah pendidik dapat menemukan bagaimana proses berlangsungnya pembelajaran
serta sejauh mana tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sehingga kemudian dapat
menemukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berikutnya.

482
Melalui kegiatan mengevaluasi pembelajaran ini kemudian dapat dilakukan upaya
perbaikan pembelajaran.
Manajemen pembelajaran merupakan bagian penting dalam proses
pembelajaran dan pendidikan. Sehingga dalam manajemen pembelajaran pun
memiliki beberapa kegiatan dan hal-hal penting untuk diperhatikan. Beberapa
bagian terpenting dalam manajemen pembelajaran tersebut antara lain: penciptaan
lingkungan belajar, mengajar dan melatihkan harapan kepada peserta didik,
meningkatkan aktivitas belajar, dan meningkatkan kedisiplinan peserta didik.
Disamping itu, dalam penyusunan materi diperlukan juga rancangan tugas ajar
dalam ranah psikomotorik, dan rancangan tugas ajar dalam ranah afektif, selain
rancangan tugas ajar dalam ranah kognitif tentunya.

Guru Profesional
Seorang guru mesti menguasai dua konsep dasar, yaitu kepengajaran
(pedagogi) dan kemimipinan. Guru harus mengerti dan bisa memperaktikkan
konsep pedagogi yang efektif agar tujuan pendidikan tercapai. Namun, tak dapat
dipungkiri bahwa kondisi tiap zaman berbeda. Begitu pula kondisi tiap daerah.
Banyak sekali faktor yang berpengaruh pada keberhasilan pendidikan. Guru saat ini
haruslah senantiasa up-to-date terhadap perkembangan ilmu pedagogi. Misalnya,
konsep teaching centered learning sudah tidaj teoat dipraktikkan saat ini. Sudah
saatnya pola teaching centered learning digeser menjadi student centered learning.
Pendidikan yang baik, sebagaimana yang diharpkan oleh masyarakat modern
dewasa ini dan sifatnya yang selalu menantang, mengharuskan adanya pendidik
yang profesional. Hal ini berarti bahwa di masyarakat diperlukan pemimpin yang
baik, di rumah diperlukan orang tua yang baik dan di sekolah dibutuhkan guru
yang profesional. Akan tetapi, dengan ketiadaan pegangan tentang persyaratan
pendidikan profesioal, maka hal ini menyebabkan timbulnya bermacam-macam
tafsiran orang tentang arti guru yang baik, tegasnya guru yang profesional.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa, Kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru yang professional meliputi:
1. Kompetensi Paedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik
yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (Standar
Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a). Artinya guru harus
mampu mengelola kegiatan pembelajaran, mulai dari merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Guru harus menguasi
manajemen kurikulum, mulai dari merencanakan perangkat kurikulum,
melaksanakan kurikulum, dan mengevaluasi kurikulum, serta memiliki
pemahaman tentang psikologi pendidikan, terutama terhadap kebutuhan dan
perkembangan peserta didik agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan
berhasil guna.
2. Kompetensi Personal, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia. (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir b). Artinya guru memiliki sikap

483
kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber inspirasi bagi
siswa. Dengan kata lain, guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani,
sehingga mampu melaksanakan tri-pusat yang dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantoro, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri
Handayani. (di depan guru member teladan/contoh, di tengah memberikan
karsa, dan di belakang memberikan dorongan/motivasi).
3. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir c). Artinya guru harus
memiliki pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang studi atau subjek
matter yang akan diajarkan serta penguasaan didaktik metodik dalam arti
memiliki pengetahuan konsep teoretis, mampu memilih model, strategi, dan
metode yang tepat serta mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran.
Guru pun harus memiliki pengetahuan luas tentang kurikulum, dan landasan
kependidikan.
4. Kompetensi Sosial, adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar. (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d). Artinya ia menunjukkan
kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun
dengan sesama teman guru, dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat
luas.
Sesuai dengan Undang-undang yang disusun oelh pemerintah, maka menjadi
sebuah kewajiban bagi para guru untuk memiliki empat kompetensi: pedagogik,
personal, profesional, dan sosial dalam rangka menjadi seorang guru yang
profesional sehingga dapat mencetak peserta didik yang berkualitas, berguna bagi
nusa dan bangsa.
Kaum muda mencari model atau panutan untuk membantu mereka dalam
mengembangkan identitas. Morse (1994:135) menyatakan bahwa guru tak hanya
berurusan dengan soal manajemen, tetapi juga berharap bisa mengubah sikap dan
bahkan nilai di kalangan generasi muda yang kebingungan. Dalam hal ini, guru
harus menjadi model atau tokoh yang lebih kuat untuk didentifikasi, menjadi
seorang yang berinterkasi dan berdiskusi dengan anak-anak, membawa anak ke
perasaan dan tindakan yang membuahkan hasil baik.
Berbagai teori telah menyebutkan bahwa apa yang sudah diterima anak di
masa tanam akan masuk dalam memori jangka panjang atau tersimpan pada alam
bawah sadar. Namun demikian, kita tidak boleh berputus asa, tidak boleh khawatir
untuk melakukan perubahan. Masa model bisa untuk memperbaiki kondisi yang
pernah terjadi di masa tanam. Di sinilah peran guru sebagai agen perubahan. Guru
berperan sebagai model yang bisa diteladani oleh anak-anak. Banyak model yang
dilihat oleh anak-anak di luar sekolah. Namun di sekolahlah yang diharapkan
model itu bisa ditemukan oleh anak. Sekolah setidaknya mampu menjadi filter
terhadap pengaruh yang terjadi di luar rumah.

484
Kesimpulan
Manajemen sekolah dan manajemen pendidikan sangat bergantung pada
tenaga pengajar yang ada didalamnya. Guru memiliki peran penting dalam proses
pembelajaran, karena langsung mengelola kegiatan pembelajaran, mulai dari
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

Daftar Rujukan
Gordon, J.R. Mondy, R.W., Sharplin, A., & Premeax, S.R. 1990. Management an
Organizational Behavior. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Hadiyanto. 2004. Mencari Sosok Desentrelisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Morse, W. 1994. The Role of Caring in Teaching Children with Behavior Problems.
Contemporary Education.
Mutohar, Prim. M., 2013. Manajemen Mutu Sekolah. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Mulyasa, E. 2002 Manajemen berbasis sekolah, konsep, strategi, dan implementasi.
Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

485

Anda mungkin juga menyukai