Anda di halaman 1dari 11

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) UNTUK MENINGKATKAN


MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMKN I DONOROJO
Oleh : Luqman Hadi

Abstrak

Kepala sekolah merupakan faktor penggerak, penentu arah kebijakan


sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan pada
umumnya. Maka dari itu, kepala sekolah dituntut senantiasa meningkatkan
efektifitas kinerja para staf yang ada di sekolah. Melihat penting dan strategisnya
posisi kepala sekolah dalam mewujudkan tujuan sekolah, maka seharusnya kepala
sekolah mempunyai kemampuan relation yang baik dengan segenap warga di
sekolah, sehingga tujuan sekolah dan pendidikan dapat dicapai secara optimal.
Hasil dari penelitian ini adalah di lingkungan SMK Negeri I Donorojo
Pacitan telah berjalan sistem dan prosedur yang merupakan penerapan TQM
secara bertahap yang diterapkan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah dalam
mengambil kebijakan-kebijakan program sekolah yang berkaitan dengan lima
pilar TQM (Produk, Proses, Organisasi, Kepemimpinan Dan Komitmen)
melibatkan semua elemen yang terkait dengan berlangsungnya proses pendidikan
di SMK Negeri I Donorojo Pacitan. Kepala sekolah telah melakukan pengawasan
dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dalam
melaksanakan program yang telah disepakati bersama. Kepala sekolah juga
berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi permasalahan guru dengan baik,
beliau menggunakan pendekatan individu maupun kelompok.

Kata Kunci : Kepala Sekolah, TQM, Pendidikan Agama Islam

A. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat ditentukan dari
perkembangan dunia pendidikan kita, dimana dunia pendidikan mempunyai
peran yang sangat strategis dalam menentukan arah maju mundurnya kualitas
pendidikan kita yang pada akhirnya menentukan nasib bangsa. Hal ini bisa
kita rasakan ketika sebuah lembaga pendidikan menyelenggarakan pendidikan
dengan benar-benar bagus maka outputnya dapat kita lihat kualitasnya.
Berbeda dengan lembaga pendidikan yang melaksankan pendidikan hanya
dengan seadanya maka outputnya biasa-biasa saja.

44
Pendidikan merupakan kunci kemajuan, semakin baik kualitas
pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu masyarakat/bangsa, maka akan
diikuti dengan semakin baiknya kualitas masyarakat/bangsa tersebut. Karena
itu, para peneliti dan pengembang Pendidikan Islam tiada henti-hentinya
untuk membahas masalah tersebut. Peningkatan mutu pendidikan merupakan
sasaran pembangunan di bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian
integral dari upaya peningkatan kualitas manusia secara menyeluruh (kaffah).
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggung jawab pendidikan,
terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, tangguh, kreatif, mandiri,
demokratis, dan professional pada bidangnya masing-masing.1
Pendidikan dapat dilaksanakan dimana saja, tidak terbatas ruang dan
waktu. Adakalanya yang dinamakan pendidikan formal, non-formal dan
pendidikan informal. Penulis akan membahas tentang pendidikan formal saja
untuk membatasi pembahasan. Biasanya pendidikan formal dilaksanakan di
sekolah yang sudah mendapat pengakuan dari pemerintah dan masyarakat
disekitarnya. Di dalam sekolah itu sendiri banyak komponen yang menjadi
pilar-pilarnya. Disitu ada kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, murid
serta para staf karyawan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara 2 .
Sedangkan Pendidikan Islam itu sendiri adalah segala upaya atau proses
pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia baik
individu maupun sosial, untuk mengarahkan potensi, baik potensi dasar
(fitrah) maupun ajar yang sesuai dengan fitrahnya melalui proses intelektual

1
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS Dan
KBK, cet. V, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2005, 31.
2
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, BAB I Pasal I, Bandung; Citra Umbara, 3

45
dan spiritual berlandaskan nilai Islam untuk mencapai kehidupan bahagia
dunia dan akhirat.3
Salah satu kekuatan efektif diantara komponen sekolah adalah peran
kepala sekolah, yaitu kewajiban kepala sekolah untuk mempengaruhi
mendorong, mengakrabkan dan membimbing dalam proses pelaksanaan
kegiatan pengajaran baik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian.
Esensi kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan di sekolah.
Seorang kepala sekolah adalah orang yang benar-benar seorang pemimpin,
seorang manajer, seorang pendidik dan seorang supervisor. Oleh sebab itu,
kualitas kepemimpinan kepala sekolah harus signifikan sebagai kunci
keberhasilan sekolah.
Kepala sekolah merupakan faktor penggerak, penentu arah kebijakan
sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan
pada umumnya. Maka dari itu, kepala sekolah dituntut senantiasa
meningkatkan efektifitas kinerja para staf yang ada di sekolah. Melihat
penting dan strategisnya posisi kepala sekolah dalam mewujudkan tujuan
sekolah, maka seharusnya kepala sekolah mempunyai kemampuan relation
yang baik dengan segenap warga di sekolah, sehingga tujuan sekolah dan
pendidikan dapat dicapai secara optimal. Kepala sekolah merupakan tokoh
sentral di sekolah, ibarat pilot yang menerbangkan pesawat mulai tinggal
landas hingga membawa penumpangnya selamat mendarat sampai tujuan.
Pelaksanaan pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan
setidaknya mampu mencapai makna dari pendidikan diatas walaupun memang
sulit untuk mencapai semua komponen yang tercantum dalam UU Sisdiknas
diatas, akan tetapi baik lembaga formal maupun non-formal setidaknya bisa
membantu memberikan kontribusi untuk mewujudkan peserta didik yang
mempunyai kualitas yang handal.
Total Quality Manajemen (TQM) adalah suatu sistem manajemen
yang berfokus pada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara

3
Suyudi, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, cet. I, Yogyakarta, Mikraj; 2005, 55.

46
berkelanjutan kepuasan masyarakat pada tingkat biaya sesungguhnya yang
secara berkelanjutan dan terus menerus. Pendapat lain mengatakan bahwa
TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba
untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus
menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. 4 TQM
merupakan pendekatan sistem yang secara menyeluruh bukan terpisah dan
merupakan bagian terpadu strategi tingkat tinggi, sistem ini bekerja secara
holistik dan berkesinambungan dari input sampai pada output.
Pelaksanaan TQM dalam pendidikan dimaksud untuk meningkatkan
mutu pendidikan, karenanya dalam proses pendidikan yang dilakukan pada
lembaga pendidikan tidak semuanya mampu menyelenggarakan pendidikan
dengan baik dan sesuai dengan standart kompetensi yang diharapkan, hal ini
perlu diperhatikan lebih jauh mengenai proses pembelajaran pada lembaga-
lembaga pendidikan tersebut.
Dalam pelaksanaannya TQM pada lembaga pendidikan tidak hanya
difokuskan pada kegiatan belajar siswa akan tetapi input, proses, output serta
lingkungannya harus diperhatikan, selain itu juga lembaga juga harus
diperhatikan penuh, karena itu semua komponen yang ada pada lembaga
pendidikan harus diatur atau dikelola dengan tepat untuk bisa menghasilkan
output sesuai yang diharapkkan.
Sekolah atau lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan
kadang kurang memperhatikan manajemen didalam proses kegiatan belajar
mengajar, kadang guru atau kepala sekolah hanya memfokuskan untuk
memberikan materi pelajaran, siswa diajarkan untuk menghafal pelajaran, jam
pelajaran disekolah habis untuk menyampaikan materi dikelas. Hal ini
menimbulkan siswa menjadi jenuh dan kegitan belajar mengajar kurang
menyenangkan, alangkah baiknya dalam proses belajar mengajar guru
memberikan inovasi-inovasi pengajaran agar siswa tidak jenuh dalam
menerima pelajaran yang diberikan oleh guru.

4
Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, Total Quality Management, ANDI OFFSET,
Yogyakarta, 2003, 4.

47
Pengelolaan pengajaran yang dilakukan secara baik dalam proses
belajar mengajar pasti akan membawa dampak pada hasil belajar, karena itu
penting sekali untuk diperhatikan guna untuk menghasilkan output pendidikan
yang diharapkan, agar siswa yang belajar berbagai ilmu yang diberikan tidak
sia-sia nantinya kelak ketika siswa sudah selesai dari jenjang pendidikan.
Maka dari itu, untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan
lembaga pendidikan yang maju, peran kepala sekolah sangat signifikan dalam
menerapkan TQM di sekolah, sehingga akan memberikan kontribusi banyak
guna menjawab tantangan jaman yang kian hari tidak menentu, dan persaingan
yang semakin ketat dikalangan output pendidikan.

B. PEMBAHASAN
1. kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas
untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar
mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.5
Di lembaga persekolahan, kepala sekolah atau yang lebih popular
sekarang disebut sebagai "guru yang mendapat tugas tambahan sebagai
kepala sekolah", bukanlah mereka yang kebetulan mempunyai nasib baik
senioritas, apalagi secara kebetulan direkrut untuk menduduki posisi itu,
dengan kinerja yang serba kaku dan mandul. Mereka diharapkan dapat
menjadi sosok pribadi yang tangguh, handal dalam rangka pencapaian
tujuan sekolah.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwasannya
posisi kepala sekolah akan menetukan arah suatu lembaga. Kepala sekolah
merupakan pengatur dari program yang ada di sekolah. Karena nantinya
diharapkan kepala sekolah akan membawa spirit kerja guru dan

5
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya),
PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2005, 83.

48
membangun kultur sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan,
khususnya pendiddikan agama Islam.

2. Fungsi Dan Tugas Kepala Sekolah


Aswarni Sudjud, Moh. Saleh dan Tatang M Amirin dalam bukunya
"Administrasi Pendidikan" menyebutkan bahwa fungsi kepala sekolah
adalah: Pertama, Perumus tujuan kerja dan pembuat kebijaksanaan
sekolah. Kedua, Pengatur tata kerja sekolah, yang mencakup mengatur
pembagian tugas dan wewenang, mengatur petugas pelaksana,
menyelenggarakan kegiatan. Ketiga, Pensupervisi kegiatan sekolah,
meliputi: mengatur kegiatan, mengarahkan pelaksanaan kegiatan,
mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan membimbing dan meningkatkan
kemampuan pelaksana.6
Tugas pokok dan fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan adalah: Pertama, Perencanaan sekolah dalam arti menetapkan
arah sekolah sebagai lembaga pendidikan dengan cara merumuskan visi,
misi, tujuan dan strategi pencapaian. Kedua, Mengorganisasikan sekolah
dalam arti membuat struktur organisasi, menetapkan staf dan menetapkan
tugas dan fungsi masing-masing staf. Ketiga, Menggerakkan staf dalam
artian memotivasi staf melalui internal marketing dan memberi contoh
external marketing. Keempat, Mengawasi dalam arti melakukan supervisi,
mengendalikan dan membimbing semua staf dan warga sekolah. Kelima,
Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar
peningkatan dan pertumbuhan kualitas, serta melakukan problem solving
baik secara analitis sistematis maupun pemecahan masalah secara kreatif
dan menghindarkan serta menanggulangi konflik.7

6
Daryanto, Administrasi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta: 2001, 81.
7
Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Cipta Cekas Grafika,
Bandung: 2004, 112.

49
3. Pengertian TQM
Secara umum, kualitas adalah gambaran dan karakteristik
menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya
dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam
konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output
pendidikan.
Edwards Sallis berpendapat bahwa manajemen mutu terpadu
merupakan sebuah filosofi tentang perbaikan terus menerus yang dapat
memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan
dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya
saat ini dan untuk masa yang akan datang. 8
Patricia Kovel-Jarboe mengutip Caffee dan Sherr menyatakan
bahwa TQM adalah suatu filosofi komprehensif tentang kehidupan dan
kegiatan organisasi yang menekankan perbaikan berkelanjutan sebagai
tujuan fundamental untuk meningkatkan mutu, produktivitas, dan
mengurangi pembiayaan. 9
Dapat disimpulkan bahwa TQM merupakan suatu teori ilmu
manajemen yang mengarahkan pimpinan organisasi dan personelnya untuk
melakukan program perbaikan mutu secara berkelanjutan yang terfokus
pada pencapaian kepuasan para pelanggan.
4. Hakikat TQM
Sesunguhnya manajemen mutu terpadu menekankan pada dua
konsep utama. Pertama, sebagai suatu filosofi dari perbaikan terus
menerus (continous improvement) dan kedua, berhubungan dengan alat-
alat dan teknik seperti brainstorming dan force field analysis (analisis
kekuatan lapangan), yang digunakan untuk perbaikan kualitas dalam
tindakan manajemen untuk mencapai kebutuhan dan harapan para
pelanggan.

8
Edward Sallis, Total Quality Management In Education (manajemen mutu pendidikan),
IRCiSod, Jogjakarta:2006, cet. II, 73.
9
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendiddikan agama Islam, Grasindo,
Jakarta:2001, 28.

50
Berarti manajemen mutu dalam pendidian dapat saja disebutkan
“mengutamakan pelajar” atau “program perbaikan sekolah”, yang
mungkin dilakukan secara lebih kreatif dan konstruktif. Penekanan yang
paling penting bahwa mutu terpadu dalam programnya dapat mengubah
kultur sekolah. Para pelajar dan orang tuanya menjadi tertarik terhadap
perubahan yang ditimbulkan manajemen mutu terpadu melalui berbagai
program perbaikan mutu. Sebagaimana halnya sekolah yang telah
menerapkan manajemen mutu terpadu, sekolah itupun mempunyai lima
karakter, diantaranya yaitu: (1) fokus pada pelanggan baik internal
maupun eksternal, (2) adanya keterlibatan total, (3) adanya ukuran baku
mutu lulusan sekolah, (4) adanya komitmen, dan (5) adanya perbaikan
yang berkelanjutan.
5. Pendiddikan Agama Islam
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi
manusia (aspek rohaniah dan jasmaniah), juga harus berlangsung secara
bertahap. Oleh karena itu, suatu kematangan yang bertitik akhir pada
optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana
berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir
perkembangan/pertumbuhan. Tidak ada satu pun makhluk ciptaan Tuhan
di atas bumi ini yang dapat mencapai kesempurnaan/kematangan hidup
tanpa berlangsung melalui suatu proses. Maka dari itulah proses yang
dimaksud untuk mengembangkan potensi manusia adalah pendidikan.
Sebagaimana yang telah dikatakan oleh tokoh ahli pendidikan barat
yaitu Mortimer J. Adler, bahwa pendidikan adalah proses dengan mana
semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang
dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-
kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai
oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai
tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik.10

10
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendiddikan agama Islam (edisi revisi), Bumi Aksara, Jakarta:
2003, cet. I, hlm. 13.

51
6. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Konsep pendidikan selalu berada dalam lingkungan budaya yang
tidak terlepas dari eksistensinya. Untuk mengetahui tujuannya harus
berdasarkan atas tinjauan filosofis. Adapun tujuan pendidikan secara
umum adalah: Pertama, Jika pendidikan bersifat progresif, maka
tujuannya harus diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman. Dalam hal ini,
pendidikan bukan sekedar menyampaikan pengetahuan kepada anak didik,
tetapi juga melatih kemampuan berpikir dengan memberikan stimulan
sehingga mampu berbuat sesuai dengan inteligent dan tuntutan
lingkungan. Aliran ini dikenal dengan progresivisme. Kedua, Jika yang
dikehendaki pendidikan adalah nilai yang tinggi, maka pendidikan
pembawa nilai yang ada di luar jiwa anak didik, sehingga ia perlu dilatih
agar mempunyai kemampuan yang tinggi. Aliran ini dikenal dengan
essensialisme. Ketiga, Jika tujuan pendidikan dikehendaki agar kembali
kepada konsep jiwa sebagai tuntunan manusia, maka prinsip utamanya ia
sebagai dasar pegangan intelektual manusia yang dapat menjadi sarana
untuk menemukan evidensi sendiri. Aliran ini dikenal dengan
pereniallisme. Keempat, Menghendaki agar anak didik dapat dibangkitkan
kemampuannya secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan
perkembangan masyarakat karena adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dengan penyesuaian ini, anak didik tetap berada dalam
suasana alam dan bebas yang dikenal dengan aliran rekonstruksionisme.

C. PENUTUP
Peran Kepala Sekolah Dalam Mengimplementasikan TQM Untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam di SMK Negeri I Donorojo Pacitan
adalah sebagai berikut: Pertama, di lingkungan SMK Negeri I Donorojo
Pacitan telah berjalan sistem dan prosedur yang merupakan penerapan TQM
secara bertahap yang diterapkan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah telah
membuat perencanaan program peningkatan mutu sekolah sesuai dengan visi
dan misi sekolah, mengorganisasikan penetapan tanggung jawab kepada para

52
stafnya sesuai pada posisinya masing-masing, menggerakkan warga sekolah
(guru, karyawan, dan peserta didik) dalam penigkatan mutu sekolah dengan
konsep TQM melalui pendekatan sistem dan prosedur, serta mengawasi atau
mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan memakai sistem
dan prosedur yang telah diterapkan demi tercapainya mutu sekolah. Dalam
kegiatan evaluasi ini, kepala sekolah mengadakan pertemuan setiap bulan dan
tiga sampai enam bulanan.
Kedua, Kepala sekolah dalam mengambil kebijakan-kebijakan
program sekolah yang berkaitan dengan lima pilar TQM (Produk, Proses,
Organisasi, Kepemimpinan Dan Komitmen) melibatkan semua elemen yang
terkait dengan berlangsungnya proses pendidikan di SMK Negeri I Donorojo
Pacitan. Setiap program dan keputusan yang dibuat oleh staf yang
berssangkutan selalu mendapatkan persetujuan, asalkan program tersebut
mengarah pada peningkatan mutu pendidikan, khusunya pendiddikan agama
Islam. Persetujuan dan dukungan tidak hanya dengan ucapan melainkan juga
dengan tindakan dan pemberian anggaran dana yang cukup untuk setiap
kegiatan yang diprogramkan, kepala sekolah langsung ikut serta bersama
panitia dan peserta didik dalam menjalankan program yang telah mendapat
persetujuan. Tidak kalah pentingnya yaitu kepala sekolah juga memberikan
motivasi kepada setiap para stafnya untuk melaksanakan programnya.
Ketiga, Kepala sekolah telah melakukan pengawasan dan pengendalian
untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dalam melaksanakan
program yang telah disepakati bersama. Kepala sekolah juga berusaha
semaksimal mungkin untuk mengatasi permasalahan guru dengan baik, beliau
menggunakan pendekatan individu maupun kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muzayyin, 2003, Filsafat Pendidikan Islam (edisi revisi), Jakarta, cet. I,
Bumi Aksara.

Daryanto, 2001, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

53
M. Suyudi, 2005, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, cet. I, Yogyakarta,
Mikraj.

Mulyasa, E., 2005, Menjadi Kepala Sekolah ProfesionalDalam Konteks


Menyukseskan MBS Dan KBK, cet. V, Bandung, Rosda Karya.

Suderadjat, Hari, 2004, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,


Bandung, Cipta Cekas Grafika.

Sallis, Edward, 2006, Total Quality Management In Education (manajemen mutu


pendidikan), cet. II, Jogjakarta, IRCiSod.

Syafaruddin, 2001, Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendiddikan agama Islam,


Jakarta Grasindo.

Tjiptono, Fandy & Diana, Anastasia, 2003, Total Quality Management,


Yogyakarta, Andi Offset.

UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, BAB I Pasal I, Bandung;

Wahjosumidjo, 2005, Kepemimpinan Kepala Sekolah (tinjauan teoritik dan


permasalahannya), Jakarta, Rajawali Pers.

54

Anda mungkin juga menyukai