Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM


Dosen Pengampuh : Dr. H. Moh Yahya Obaid M. Ag

Oleh :

Nur Rahmi/2020010101263

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIAYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

KENDARI

2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dalam dunia pendidikan harus mampu
meningkatkan kualitas dari siswa, untuk mengikuti perkembangan
tersebut sudah pasti perlu disertai dengan adanya pengembangan
kurikulum pembelajaran oleh sekolah untuk meningkatkan kualitas siswanya
dengan menyesuaikan keadaan di masing-masing sekolah.Kurikulum
sebagai substansi pendidikan didalam pelaksanaannya harus disesuaikan
dengan kebutuhan siswa, kondisi sekolah, dandaerah sekolah. Proses
pengembangan kurikulum, melibatkan kepala sekolah, guru, maupun tenaga
kependidikan lainnya. Seorang guru didalam mengajarkan materi pada
siswa harus diawali dengan perencanaan dan persiapan yang matang. Guru
dapat berhasil dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik apabila
mampu mengajar dengan arah tujuan yang jelas agar dapat memperoleh
hasil yang ditargetkan, bahan-bahan yang akan diajarkan haruslah disusun
secarasistematis dan rinci perbagiannya, untuk mendukung berhasilnya
proses mengajar di dalam kelas seorang guru juga
perlumempersiapkan alat-alat pendukung yang sekiranya dapat
membantuproses mengajar dan mampu meningkatkan pemahaman siswa.
Guru melakukan interaksi pendidikan di dalam lingkungan sekolah
haruslahsecara sadar dan terencana, kerena di dalam lingkungan sekolah
telahada kurikulum pendidikan yang bentuknya tertulis. Kurikulum
merupakan syarat utama yang terpenting bagi pendidikan di
sekolah,sehingga kurikulum tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model pengembangan kurikulum ?
2. Apa saja jenis jenis model pengembangan kurikulum ?
3. Bagaimana model-model pengembangan kurikulum yang ada di
Indonesia?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian model pengembangan kurikulum
2.  Untuk mengetahui jenis-jenis model pengembangan kurikulum
3. Untuk mengetahui model-model pengembangan kurikulum yang ada di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model pengembangan Kurikulum

Model adalah konstruksi yang bersifat teoritis dari konsep. Banyak model
yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum.Didalam
pemilihan suatu model kurikulum bukan hanya didasarkan pada kelebihan
dan kekurangan-kekurangannya saja, tetapi juga harus mempertimbangkan
dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan mana yang
dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model
pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang
sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model
pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda
dengan kurikulum yang humanistik,teknologis dan rekonstruksi sosial.
Pada dasarnya pengembangan kurikulum ialah mengarahkankurikulum
sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karenaadanya berbagai
pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dariluar ataudari dalam
sendiri, dengan harapan agar siswa dapatmenghadapi masa depan
dengan baik.12Menurut Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem PendidikanNasional pasal 38 ayat 2 disebutkan
bahwa: kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai
dengan relevansinya olehsetiap kelompok atau satuan pendidikan dan
komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan ataukantor departemen agama kabupaten/ kota untuk pendidikan
dasardan provinsi untuk pendidikan menengah
Pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari berbagai aspek yang
memengaruhinya, seperti cara berfikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan,
politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik,
kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut
akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan
kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur
dalam rangka mendasain (designing), menerpakan (implementation), dan
mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum.
Yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau
prosedur sistematis dalam proses penyusunan suatu kurikulum. Dengan
memahami esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif
model pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum diharapkan akan
bisa bekerja secara lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga harapan ideal
terwujudnya suatu kurikulum yang akomodatif dengan berbagai kepentingan,
teori dan praktik, bisa diwujudkan.

B. Jenis Model Pengembangan Kurikulum


Menurut Robert S. Zain dalam Dakir, berbagai model dalam
pengembangan kurikulum secara garisbesar diutarakan sebagai berikut:
1. Model Administratif
Model administratif diistilahkan juga model garis staf at au
topdown dari atas kebawah.
Pengembangan kurikulum model administratif juga disebut dengan
model dari atas ke bawah yang menekankan kegiatannya pada orang-
orang yang terlibat sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
Pengembanagan kurikulum dengan model ini dikembangkan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Atasan membentuk tim yang terdiri atas para pejabat yang
berwenang
2) Tim merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan falsafah yang
diikuti
3)  Dibentuk beberapa kelompok kerja yang anggotanya terdiri dari
spesialis kurikulum dan staf pengajar
4) Hasil kerja dari butir 3 direvisi oleh tim atas dasar pengalaman atau
hasil dari try out
5)  Setelah try out yang dilakukan oleh beberapa kepala sekolah, dan
telah direvisi seperlunya, baru kurikulum tersebut
diimplementasikan.

2. Model dari Bawah(Grass-Roats)


Model ini biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum
yang berlaku. Mereka memiliki kebutuhan dan keinginan untuk
memperbaharui atau menyempurnakannya. Berikut langkah-langkah
model pengembangan ini:
a) Inisiatif pengembangan datang dari bawah (para pengajar).
b) Tim pengajar dari beberapa sekolah ditambah nara sumber
laindari orang tua siswa atau masyarakat luas yang relevan.
c) Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan.
d) Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah
dirintisnyadiadakan lokakarya untukinputyang diperlukan
Kebijakan pendidikan seperti ini tidak lagi diatur oleh pusat secara
sentralistik, tetapi ditentukan oleh daerah bahkan oleh sekolah dan
guru. Oleh karena itu untuk memperoleh kualitas lulusan sekolah dan
madrasah, bisa terjadi persaingan antar sekolah dan madrasahatau
antardaerah. Pengembangan model ini hanya mungkin dapat
dilakukan, apabila guru-guru disekolah dan madrasah memiliki
kemampuan dan sikap profesional yang tingi yang memahami konsep
dan teori pendidikan dan pembelajaran. Jika tidak sangat kecil
kemungkinan perubahan bisa terjadi.
3. Model Demonstrasi
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass-roots, datang dari
bawah. Model ini diprakarsai oleeh sekelompok guru atau sekelompok
guru, bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan
perbaikan kurikulum. Model ini umumnya bersekala kecil, hanya
mencakup satu atau beberapa sekolah, satu komponen kurikulum atau
mencakup keseluruhan komponen kurikulum.
a. Staf pengajar pada satu sekolah menemukan suatu
idepengembangan dan ternyata hasilnya dinilai baik.
b. Kemudian hasilnya disebarluaskan di sekolah sekitar

4. Model Beauchamp
Model ini dikembangkan oleh G.A. Beauchsmp (1964)
dalamDakir. Langkah-langkahnya adalah:
a. Suatu gagasan pengembangan kurikulum yang telah
dilaksanakandi kelas, diperluas di sekolah, disebarkan di
sekolah-sekolah didaerah tertentu baik berskala regional
maupun nasional yangdisebut arena.
b. Menunjuk tim pengembang yang terdiri atas ahli kurikulum,
paraekspert, staf pengajar, petugas bimbingan, dan nara sumber
lain.
c. Tim menyusun tujuan pengajaran, materi, dan pelaksanaan
prosesbelajar mengajar. Untuk tugas tersebut perlu
dibentuk: dewan kurikulum sebagai koordinator yang bertugas
juga sebagai penilaipelaksanaan kurikulum, memilih
mata pelajaran baru,menentukan berbagai kriteria
untuk memilih kurikulum manayang akan dipakai, dan
menulis secara meyeluruh mengenaikurikulum yang akan
dikembangkan.
d. Melaksanakan kurikulum disekolah.
e. Mengevaluasi kurikulum yang berlaku.

5. Model Terbalik Hilda Tada


Model terbalik ini dikembangkan oleh Hilda Tada atas dasardata
induktif yang disebut model terbalik, karena
biasanyapengembangan kurikulum didahului oleh konsep-konsep
yangdatanganya dari atas secara deduktif. Sebelum
melaksanakanlangkah-langkah lebih lanjut, terlebih dahulu
mencari data darilapangan dengan cara mengadakan percobaan,
kemudian disusunteori atas dasar hasil nyata, baru diadakan
pelaksanaan. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan,
menentukanmeteri, menemukan penilaian, memperhatikan
antara luas dandalamnya bahan, kemudian disusunlah suatu
unit kurikulum.
b. Mengadakantry out.
c. Mengadakan revisi atas datatry out.
d. Menyusun kerangka kerja teori.
e. Mengemukakan kurikulum baru yang akan didesiminasikan

6. Model Hubungan Interpersonal dari rogers


Carl Rogers adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan bahwa
manusia dalam proses perubahan mempunyai kekuatan dan potensi
untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada hambatan-hambatan
tertentu ia membutuhkan orang lain untuk mempercepat untuk
perubahan tersebut.
Kurikulum yang dikembangkan hendaknya dapat
mengembangkan individu secara fleksibel terhadap perubahan-
perubahan dengan cara melatih diri berkomunikasi secara
interpersonal. Langkah-langkahnya
a) Diadakan kelompok untuk dapat melakukan hubungan
internasional di tempat yang tidak sibuk untuk memilih target
sistem pendidikan.
b) Pengalaman kelompok yang intensif bagi guru, atau dalam
waktu tertentu para peserta saling bertukar pengalaman di
bawah pimpinan staf pengajar.
c) Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih
luas lagi dalam suatu sekolah, sehingga hubungan interpersonal
akan lebih sempurna yaitu antara guru dengan murid, guru dan
peserta didik dan lainnya.
d) Selanjutnya diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih
luas lagi seperti langkah no. 3 dalam situasi ini diharapkan
masing-masing person akan saling menghayati dan lebih akrab
sehingga memudahkan memecahkan problem sekolah secara
lebih cepat.
7. Model Action Research yang Sistematis
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan
kurikulum yaitu adanya hubungan antara manusia, keadaan organisasi
sekolah, situasi masyarakat dan otoritas ilmu pengetahuan
Langkah-langkah dalam pengembangan model ini adalah:
a) Merasakan adanya suatu masalah dalam kelas atau sekolah
yang perlu diteliti secara mendalam
b) Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya
c) Merencanakan secara mendalam tentang bagaimana pemecahan
masalahnya
d) Menentukan keputusan-keputusan yang perlu diambil
sehubungan dengan masalah tersebut
e) Melaksanakan keputusan yang telah diambil dan menjalankan
rencana yang telah disusun
f) Menilai kelebihan dan kekurangannya.
C. Model-Model Pengembangan Kurikulum di Indonesia
1. Kurikulum tahun 1964
Bersifat tradisonal yaitu pendidikan dan pengajaran dimaksudkan untuk
memberi pelajaran kepada siswa dengan ciri khusus yakni:
Tujuan pembelajaran hanya memberi bekal kepada siswa agar mampu
melanjutkan kejenjang selanjutnya.
Pembelajaran hanya menekankan penguasaan materi saja.
Pola pembelajaran satu arah (guru aktif siswa pasif)
Organisasi kurikulumnya bervariasi Khusus untuk sekolah kejuruan antara
teori dan praktik dipisahkan. Mata pelajaran PAI masuk kedalam pelajaran
budi pekerti.
2. Kurikulum tahun 1968
Mata pelajaran PAI yang awalnya masuk dalam pelajaran budi pekerti pada
tahun 1968 resmi menjadi mata pelajaran sendiri yakni mata pelajaran PAI
karna PKI dibubarkan, sehingga lebih mengarah kepada Pancasila sebagai
dasar Negara RI.
3. Kurikulum tahun 1975
Adanya kurikulum yang mengajarkan bahwa pembelajran harus
memperhatikan lingkungan yang ada disekitar dimana tempat pembelajaran
dilaksanakan. Kurikulum 1975 mulai mengenal PPSI(Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional)
4. Kurikulum tahun 1984
Pola pembelajaran dua arah yakni siswa ikut aktif dalam mempelajari mata
pelajaran tertentu. Kurikulum 1984 mengenal adanya sistem semester untuk
jenjang SMP dan SMA sedangkan SD catur wulan (cawu).
5. Kurikulum tahun 1994
Adapun pengembangan kurikulum pada tahun 1994 yakni:
a) Adanya penerapan muatan lokal
b) Konsep link dan match (keterkaitan dan kesepadanan) antara penddikan
dengan dunia kerja
c) Peningkatan wajib belajar yang awalnya 6 tahun menjadi 9 tahun.
6. Kurikulum tahun 1999
Karena adanya era reformasi maka Kurikulum 1999 disebut kurikulum
suplemen yaitu adanya pelajaran yang bisa tetap diajarkan dan ada yang tidak
yakni pelajaran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
7. Kurikulum tahun 2004, Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK)
Ciri khusus KBK yakni:
a) Lebih memgutamakan kemampuan
b) Menekankan bantuan alat
c) Evaluasi lebih menekankan kepada kemampuan atau percepatan masing-
masing siswa.
d) Berbasis kinerja: lebih menekankan kinerja.
8. Kurikulum tahun 2006/2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
KTSP memberikan kebebasan pada masing – masing sekolah, KTSP
memberikan kebebasan atau otonomi pada tingkat sekolah. Artinya kepada
sekolah dan guru memiliki keluasan dalam mengembangkan kurikulum secara
tepat dan proporsional.

9. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 mencoba mengurangi beban guru secara adminstratif yang
kemudian guru hanya akan terfokus pada proses pembelajaran. Kurikulum
2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual
dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik
b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang
dipelajari dissekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai
sumber belajar
c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan serta
menerapkan dalam berbagai situasi disekolah dan masyarakat
d. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
BAB II
PENUTUP
 Kesimpulan
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan
kurikulum oleh pengembang krikulum dan kegiatan yang dilakukan agar
kurikulum yang dihasilkan dapay menjadi bahan ajar dan acuan yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam
mengembangkan kurikulum, para guru dapat memilih beberapa model antara
lain sebagai berikut; Model Administratif, Model Pendekatan Grass Roots,
Model Demonstrasi, Beauchamp’s System Model atau Model Beauchamp,
Model Roger’s, Model Pemecahan Masalah dan model Taba’s Inverted
Model. Adapun prosedur dalam pengembangan kurikulum meliputi
perencanaan kurikulum, pengorganisasian kurikulum, penyusunan staf dan
kontrol kurikulum. Sedangkan implementasi kurikulum merupakan proses
penerapan ide, konsep kebijakan, dalam bentuk tindakan praktis, sehingga
memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan,
maupun nilai dan sikap peserta didik. Suksesnya implementasi kurikulum
juga ditentukan oleh adanya komunikasi tentang rencana implementasi dan
adanya dukungan semua sumber daya dalam implementasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).

Darmaningtiyas, Pendidikan Pada dan Setelah Kritis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


1999).

Gunawan, Aryt H., Kebijakan-Kebijakan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bina


Aksara, 1986).

Hamalik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2006).

Maksum, Ali dan Luluk Yunan, Paradigma Pendidikan Universal, (Yogyakarta:


Ircisod, 2004).

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2005).

Nurgiyantoro, Burhan, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah,


(Yogyakarta: BPFEYogyakarta, 2008).

Anda mungkin juga menyukai