KELOMPOK 3
Disusun Oleh :
1. Ayu Permatasari (31700
2. Isma Umaya Dewi (3170007)
3. Umi Masruroh (3170054)
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbagai macam model kurikulum telah dikembangakan oleh para ahli kurikulum,
pendidikan dan psikolog. Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang
sudut pandang ahli yang satu dengan yang lainnya akan memiliki perbedaan. Ada
yang memandang dari sudut isinya dan ada juga yang memandang dari sisi
pengelolaannya. Namun jika diteliti lebih lanjut, para ahli tersebut mempunyai
satu tujuan/arah yaitu mengoptimalkan kurikulum.
B. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
1
http://dyahandita.blogspot.com/2012/04/1.html?m=1 (24 mei 2019 pukul 14.32)
Penentuan ini berdasarkan pada latr belakang dan kemampuan dari
peserta didik,agar nantinya proses yang diterapkan sesuai dengan
tujuan yang telah di terapkan.
c. Menentuka orgaisasi pengalama belajar
Setelah proses ditentukan,selanjutnya menentukan organisasi
pengalamn belajar yang didalamnya mencakup tahapan-tahapan
belajar dan isi atau materi belajar.Bahan yang harus
dilakukan,diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat
memudahkan dalam pencapaian tujuan.
d. Menentukan evaluasi pembelajaran
Dalam penilaian ini hendaknya juga sesuai dengan jenis dan sifat dari
tujuan pedidikannya agar nantiya evaluasi yang akan diterapkan bisa
tepat.
2. Model Pengembangan Kurikulum Zais (1976)
Robert S. zais mengemukakan delapan model kurikulum. Berikut
beberapa model kurikulum yang dikembangkan oleh Zais. Namun, pada
tulisan ini hanya akan diuraikan dua contoh dari model kurikulum yang
dikembangkan oleh Zais, diantaranya:
a. Kurikulum Administrasi
Kurikulum administrasi pada umumnya dikenal dengan
nama kurikulum top-down, karena kurikulum ini berasal dari
pemegang kekuasaan (pemerintah) yang kemudian diberlakukan
bagi seluruh sekolah atau lembaga pendidikan formal yang
berada di seluruh wilayah Negara tersebut. Kurikulum top-down
ini pada umumnya digunakan oleh Negara yang menganut
sistem pendidikan sentralistik atau terpusat. Sehingga seluruh
administratif kependidikan disediakan oleh Negara, sedangkan
sekolah-sekolah yang ada di daerah-daerah hanya menjalankan
administratif yang telah diberikan oleh Negara. Dengan
demikian, kurikulum ini diberlakukan secara nasional dan
mengabaikan kemampuan serta kebutuhan daerah atau sekolah.
Pada umumnya, Negara yang masih menggunakan
kurikulum model ini adalah Negara yang mengharapkan
pendidikan nasionalnya diselenggarakan secara seragam.
Namun, ada pula yang menyatakan bahwa Negara yang
menggunakan model kurikulum ini adalah Negara yang masih
memiliki sistem pengajaran yang rendah, karena sekolah dan
guru-gurunya belum dianggap mampu mengembangkan
pembelajaran secara operasional. Di samping itu, kurang
percayanya pemerintah pada kompetensi daerah untuk
mengontrol operasionalisasi dari kurikulum.
Kurikulum administratif biasanya dirumuskan oleh
beberapa pakar dalam skala nasional, kemudian melibatkan
beberapa staf ahli. Melalui staf ahli kemudian kurikulum
disebarluaskan pada skala sekolah pada setiap wilayah melalui
pelatihan-pelatihan berkala agar kurikulum dapat dipahami
secara massif.
b. Kurikulum Grassroots (Akar Rumput)
Berbeda dengan kurikulum administratif, kurikulum akar
rumput merupakan kurikulum buttom-up atau kurikulum yang
berangkat dari bawah ke atas. Sehingga dipahami bahwa kurikulum
ini dikembangkan oleh daerah atau sekolah secara mandiri.
Kurikulum ini pada umumnya digunakan pada Negara yang telah
menganut sistem pendidikan nasional yang desentralistik, atau
menyerahkan pengembangan kurikulum pada daerah.
Pada umumnya desentralisasi tersebut diberlakukan
berdasarkan keresahan di tingkat daerah atau sekolah terhadap
kurikulum yang jika diberlakukan secara umum dapat menghambat
pertumbuhan daerah karena tidak sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan daerah. Namun, kurikulum dengan desentrlasasi ini
hanya dapat dilaksanakan apabila daerah atau komponen sekolah
telah memiliki kemampuan dalam pengembangan pembelajaran.
Sehingga komponen yang ada di sekolah perlu memahami konsep
kurikulum, teori pembelajaran dan landasan-landasan operasional
pendidikan lainnya agar kurikulum dapat dilaksanakan secara
maksimal.
Beberapa Negara yang menerapkan sistem pendidikan
desentralistrik dengan kurikulum akar rumput ini, pada dasarnya
bukan berangkat dari keresahan terhadap sistem pendidikan yang
sentralistik. Beberapa Negara menunjukkan bahwa, desentralisasi
pendidikan perlu dilaksanakan karena situasi sosial budaya yang
terjadi di Negara tersebut mengharuskan adanya pengembangan
kurikulum dalam skala daerah.
Sebagai contoh adalah Spanyol, yang menyelenggarakan
desentralisasi sebagai upaya menyelesaikan perang saudara.
3. Model Pengembangan Kurikulum Beauchamp
Model ini dikembangkan oleh G. A Beauchamp (1964) seorang
ahli kurikulum,Langkah-langkah model ini sebagai berikut :
a. Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup
oleh kurikulum tersebut.
b. Membentuk tim pengembang yang terdiri atas: ahli
pendidikan atau kurikulum yang ada pada pusat
pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar,
para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan
guru-guru terpilih, para profesional dalam sistem
pendididikan, dan tokoh-tokoh masyarakat.
c. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh
dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih
khusus, memilih isi dan pengalaman belajar serta kegiatan
evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain
kurikulum.
d. mengimplementasikan kurikulum
e. Mengevaluasi kurikulum yang berlaku
Setidaknya mencakup beberapa hal yaitu : evaluasi tentang
pelaksanakan kurikulum oleh guru, evaluasi desain kurikulum,
evalauasi hasil belajar siswa dan evaluasi dari keseluruhan
sistem kurikulum.Data yang diperoleh dari hasil kegiatan
evaluasi ini digunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain
kurikulum serta prinsip-prinsip melaksanakannya.2
4. Model Pengembangan kurikulum Hilda Taba
Model Hilda Taba merupakan modifikasi dari model tyler.
Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam
pengembangan kurikulum. Menurutnya, guru harus penuh aktif
dalam pengembangan kurikulum. Pengembangan ini dilakukan dan
guru diposisikan sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum.
Model yang dikembangkan oleh Hilda Taba ini atas dasar
induktif yang disebut model terbalik, karena biasanya
pengembangan kurikulum didahului oleh konsep-konsep yang
datangnya dari atas secara deduktif. Sebelum melaksanakan langkah-
langkah lebih lanjut, terlebih dahulu mencari data dengan cara
melakukan percobaan, kemudian disusun teori atas dasar hasil nyata,
baru diadakan pelaksanaan.
Menurut Hilda Taba ada lima langkah dalam perkembangan
kurikulum model ini, yaitu:3
1. Mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan, menentukan
materi, menentukan penilaian, memerhatikan antara luas dan
dalamnya bahan, kemudian disusunlah suatu unit kurikulum.
Kesemua itu dilakukan oleh lembaga pendidikan bersama para
pendidik. Eksperimen itu diadakan studi yang seksama tentang
hubungan antara teori dengan praktik. Perencanaan didasarkan
atas teori yang kuat, dan pelaksanaan eksperimen di dalam kelas
menghasilkan data-data yang untuk menguji landasan teori yang
digunakan.
2
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1997), hlm. 163-164
3
Ibid, hlm 166-167
2. Mengadakan try out.Meskipun unit eksperimen telah
dilaksanakan sebelumnya, tetapi masih harus diuji di kelas-kelas
atau tempat lain. Hal ini dilakukan untuk mengetahui validitas
dan kepraktisannya,serta menghimpun data bagi penyempurnaan.
3. Mengadakan revisi atas dasar try out.Dari try out di atas tentunya
diperoleh beberapa data, data tersebut nantinya digunakan untuk
mengadakan perbaikan dan penyempurnaan.
4. Menyusun kerangka teori kerja.Apabila dalam revisi sudah baik,
selanjutnya para ahli kurikulum menyusun konsep-konsep dasar
atau landasan-landasan teori yang akan dipakai.
5. Mengemukakan adanya kurikulum baru yang akan
diimplementasikan dan didesiminasikan.Dan tahap akhir yaitu
menerapkan kurikulum baru ini pada daerah tau sekolah yang
lebih luas. Dari sini mungkin akan muncul problem yang harus
dihadapi, baik itu berkaitan dengan kesiapan guru-guru, fasilitas,
alat dan bahan juga biaya.
Dakir menyatakan bahwa medel pengembangan kurikulum yang
dikembangkan Taba ini adalah model terbalik yang didapatkan atas
dasar data induktif, karena biasanya penegmbangan kurikulum
didahului oleh konsep-konsep yang datangnya dari atas secara
deduktif. Sedangkan model Taba ini dilaksanakan dengan terlebih
dahulu mencari data dari lapangan dengan cara mengadakan
percobaan, kemudian disusun teori atas dasar hasil nyata, kemudian
diadakan pelaksanaan.4
Secara lebih detail Nana Syaodih Sukmadinata menunjukkan lima
langkah pengembangan kurikulum model Taba. Pertama mengadakan
unit-unit eksperimen bersama guru-guru. Kedua menguji unit
eksperimen. Ketiga mengadakan revisi dan konsolidasi. Keempat
pengembangan kesuluruhan kerangka kurikulum. Kelima
implementasi dan diseminasi.5
4
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 70-73
5
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, ( Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 90-94
5. Model Pengembangan Kurikulum Seller and Miller
Model pengembangan Seller and Miller merupakan
pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi dan
model transaksi (Taba’s dan Robinson). Menurut mereka
langkah-langkah pengembangan kurikulum adalah sebagai
berikut:6
a. Klarifikasi orientasi kurikulum
Orientasi ini merefleksikan pandangan filosofis, psikologis
dan sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya
dikembangkan.
Menurut Seller dan Miller ada tiga jenis orientasi kurikulum,
yaitu: transmisi, transaksi dan transformasi.
b. Pengembangan tujuan
Mengembangkan tujuan umum dan khusus berdasarkan
orientasi kurikulum yang bersangkutan.Tujuan umum dalam
konteks ini adalah merefleksikan pandangan orang dan
pandangan kemasyarakatan. Oleh karena itu perlu
dikembangkannya tujuan-tujuan yang lebih khusus hingga
pada tujuan instruksional.
c. Identifikasi model mengajar
Para pelaksana kurikulum perlu mengidentifikasi strategi
mengajar yang akan digunakan yang disesuaikan dengan
tujuan dan orientasi kurikulum.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam
menentukan strategi mengajar, yaitu:
1) Disesuaikan dengan tujuan umum maupun khusus
2) Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa
3) Pendidik harus sudah memahami secara utuh, terlatih
dan mendukung model ini
4) Tersedia sumber-sumber yang esensial dalam
pengembangan model.
6
http://tentangpembelajaransekolah.blogspot.com/2012/10/model-model-pengembangan-
kurikulum.html?m=1 (tanggal 24 Maret 2019, pukul 15.25)
d. Implementasi
Implementasi sebaiknya dilaksanakan dengan memperhatikan
komponen-komponen progam studi, identifikasi sumber, peranan,
pengembangan profesional, penetapan waktu, komunikasi, dan
sistem monitoring.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur
dalam rangka mendesain, menerapkan dan mengevaluasi suatu kurikulum.
Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan
suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai
kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan. Yang dimaksud dengan
model pengembangan kurikulum adalah langkah atau prosedur sistematis
dalam proses penyusunan suatu kurikulum.
Model pengembangan kurikulum tidak hanya mementingkan aspek baik
atau tidaknya teori yang digunakan. Akan tetapi model pengembangan
kurikulum ini lebih luas memperhatikan peserta didik secara khusus dan
umumnya masyarakat. Hal ini juga menjadi acuan terciptanya tujuan dari suatu
pendidikan, karena pendidikan bukan hanya untuk membuat peserta didik
pintar saja, melainkan juga agar peserta didik mampu mengaplikasikan ilmu
yang telah dipelajarinya sesuai kebutuhan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktik. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
http://dyahandita.blogspot.com/2012/04/1.html?m=1
http://tentangpembelajaransekolah.blogspot.com/2012/10/model-model-
pengembangan-kurikulum.html?m=1