Anda di halaman 1dari 11

Makalah

TELAAH KURIKULUM

SUMBER PENGEMBANGAN KURIKULUM

OLEH :

ELLY QIREY MINAMI PRATIWI

A221 18 043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kesempatan
dan kekuatan yang dianugrahkan, sehingga makalah telaah kurikulum ini dapat rampung
sebagaimana rentang waktu yang ditentukan.Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah
telaah kurikulum dengan Sumber Pengembangan Kurikulum.

Terima kasih kepada ibu Dr. Lilies, M.P selaku dosen mata kuliah atas kesempatan
yang diberikan untuk menyusun makalah ini.

Kami sadar bahwa makalah ini masih terdapat kekeliruan, sehingga sumbangsih
pemikiran yang konstruktif sangat dibutuhkan guna perbaikan yang mendekati
kesempurnaan. Atas kerjasama dan perhatian diucapkan terima kasih

Palu, 6 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1 Latar belakang......................................................................................................................3
1.2 Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................................4
A.    Pengembangan Kurikulum.............................................................................................4
B.     Model Pengembangan Kurikulum.................................................................................4
BAB III...............................................................................................................................9
KESIMPULAN...................................................................................................................9
A.    Kesimpulan.................................................................................................................9
B.     Saran...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah terus berupaya melakukan
berbagai reformasi dalam bidang pendidikan, diantaranya adalah dengan diluncurkannya Peraturan
Mendiknas No. 22 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan
Mendiknas No. 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Untuk mengatur pelaksanaan peraturan tersebut pemerintah mengeluarkan pula Peraturan
Mendiknas No 24 tahun 2006.
Para ahli kurikulum umumnya berpendapat bahwa kurikulum hanyalah alat atau instrumen untuk
mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang ditetapkan. Kurikulumbukan sebagai tujuan
akhir. Dalam sebuah pendidikan teologi, dapat dikatakan bahwa pengajar dan mereka yang belajar
berinteraksi di sekitar kurikulum yang dirumuskan untuk mencapai tujuan. Seiring dengan perubahan
masyarakat dan nilai-nilai budaya, serta perubahan kondisi dan perkembangan peserta didik, maka
kurikulum juga mengalami perubahan.
Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh azas, falsafah dan tujuan pendidikan yang kita anut.
Mengutip pandang Ralph Tyler (1949), almarhum Prof. S. Nasution mengetengahkan empat faktor,
landasan ataupun azas utama yang selalu mengambil peran dalam pengembangan kurikulum, yakni:
pertama, azas filosofis, termasuk filsafat bangsa, masyarakat dan sekolah serta guru-guru; kedua, azas
sosiologis, menyangkut harapan dan kebutuhan masyarakat (orangtua, kebudayaan, masyarakat,
pemerintah, ekonomi); ketiga, azas psikologis yang terkait dengan taraf perkembangan fisik, mental,
emosional dan spiritual anak didik; keempat, azas epistemologis, berkaitan dengan konsep kita
mengenai hakekat ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, melalui tulisan ini akan dipaparkan secara teoritik tentang hakekat
pengembangan kurikulum dan beberapa alternatif pemikiran tentang pelaksanaan kegiatan
pengembangan kurikulum dan pembelajaran, untuk dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan dalam
kegiatan Pengembangan kurikulum di sekolah-sekolah, sehingga kegiatan Pengembangan kurikulum
di sekolah lebih dapat dipertanggungjawabkan.

1.2 Tujuan
Adapun beberapa tujuan dal;am penyusunan makalah dengan judul pengembangan kurikulum,
sebagai berikut, diantaranya :
1. Mengetahui pengembangan kurikulum lebih mendalam
2. Mengetahui model pengembangan kurikulum
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengembangan Kurikulum

Kurikulum sebagai perangkat yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan


anak secara keseluruhan, khususnya kemampuan memecahkan permasalahan yang
dihadapi sehari-hari perlu dipikirkan pengalaman apa yang diperlukan oleh siswa untuk
memenuhi kebutuhan tersebut
Dalam pengembangannya, kurikulum melibatkan berbagai pihak, terutama pihak-
pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung memiliki kepentingan dengan
keberadaan pendidikan yang dirancang, yaitu mulai dari ahli pendidikan, ahli bidang studi,
guru, siswa, pejabat pendidikan, para praktisi maupun tokoh panutan atau anggota
masyarakat lainnya.
Menurut Taba apabila seseorang memahami perkembangan kurikulum sebagai
tugas yang membutuhkan keteraturan, maka harus diketahui aturan ketika keputusan
dibuat dan bagaimana cara keputusan-keputusan tersebut dibuat, untuk memastikan bahwa
semua pertimbangan yang relevan telah tercakup dalam keputusan-keputusan tersebut.
Perkembangan kurikulum merupakan proses pembuatan keputusan yang terencana
dan untuk merevisi produk dari keputusan tersebut berdasar pada evaluasi berkelanjutan.
Sebuah model dapat mengatur proses.
B.     Model Pengembangan Kurikulum

1.      Model Pengembangan Kurikulum Rogers


Model pengembangan kurikulum rogers adalah kurikulum yang dikembangkan
hendaknya dapat mengembangkan individu secara fleksibel terhadap perubahan-
perubahan dengan cara melatih diri berkomunikasi secara interpersonal.
Ada beberapa model yang dikemukakan Rogers yaitu jumlah dari model yang paling
sederhana sampai dengan yang komplit. Model-model tersebut disusun sedemikian rupa
sehingga model yang berikutnya sebenarnya merupakan penyempurnaan dari model-
model sebelumnya. Adapun model tersebut dikemukakan sebagai berikut :
a)    Model I (Model Yang Paling Sederhana)
Menggambarkan bahwa kegiatan pendidikan semata-mata terdiri atas kegiatan
memberikan informasi (isi pelajaran) dan ujian. Hal ini berdasarkan asumasi bahwa
pendidikan adalah evaluasi, dan evaluasi adalah pendidikan, serta pengetahuan adalah
akumulasi materi dan informasi.
Model ini mengabaikan cara-cara (metode) dalam proses berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar dan urutan atau organisasi bahan pelajaran secara sistematis.
b)   Model II
Model II dilakukan dengan menyempurnakan model I yaitu tentang metode dan
organisasi bahan pelajaran.
Dalam pengembangan kurikulum pada model II sudah dipikirkan pemilihan metode
yang efektif bagi berlangsungnya proses belajar. Di samping itu bahan pelajaran juga
sudah disusun secara sistematis, dari yang mudah ke yang lebih sukar dan juga
memperhatikan luas dan dalamnya bahan pelajaran. Akan tetapi model II belum
memperhatikan masalah teknologi pendidikan yang sangat menunjang keberhasilan
kegiatan pengajaran.
c)    Model III
Model III menyempurnakan model II. Dalam model III memasukkan unsur
teknologi pendidikan. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa teknologi pendidikan
merupakan faktor yang sangat menunjang dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada bahan pelajaran hanya akan
sampai pada model III. Padahal masih ada satu lagi masalah pokok yang harus
diperhatikan, yaitu yang berkaitan dengan masalah tujuan.
d)        Model IV
Pengembangan kurikulum merupakan penyempurnaan model III, yaitu dengan
memasukkan unsur tujuan ke dalamnya. Tujuan itulah yang bersifat mengikat semua
komponen yang lain, baik metode, organisasi bahan, teknologi pengajaran, isi pelajaran
maupun kegiatan penilaian yang dilakukan.
2.      Model Taba
Taba menggunakan pendekatan akar rumput (grass-roots approach) bagi
perkembangan kurikulum. Taba percaya kurikulum harus dirancang oleh guru dan bukan
diberikan oleh pihak berwenang. Menurut Taba guru harus memulai proses dengan
menciptakan suatu unit belajar mengajar khusus bagi murid-murid mereka disekolah dan
bukan terlibat dalam rancangan suatu kurikulum umum. Menghindari penjelasan grafis
dari modelnya, Taba mencantumkan lima langkah urutan untuk mencapai perubahan
kurikulum, sebagai berikut : 
a)       Membuat unit percontohan yang mewakili peringkat kelas atau mata pelajaran. Langkah
ini sebagai penghubung antara teori dan praktek.
b)            Menguji unit percobaan,
Uji ini diperlukan untuk mengecek validitas dan apakah materi tersebut dapat diajarkan
dan untuk menetapkan batas atas dan batas bawah dari kemampuan yang diharapkan.
c)        Revisi dan konsolidasi.
Unit pembelajaran dimodifikasi menyesuaikan dengan keragaman kebutuhan dan
kemampuan siswa, sumber daya yang tersedia dan berbagai gaya mengajar sehingga
kurikulum dapat sesuai dengan semua tipe kelas.
d)       Pengembangan kerangka kerja.
Setelah sejumlah unit dirancang, perencana kurikulum harus memeriksa apakah ruang
lingkup sudah memadai dan urutannya sudah benar.
e)      Memasang dan menyebarkan unit-unit baru.
 Mengatur pelatihan sehingga guru-guru dapat secara efektif mengoperasikan unit belajar
mengajar di kelas mereka.
3.      Model Ralp Tyler
Sebagai bapak pengembang kurikulum, Tyler telah menanamkan atas perlunya hal
yang lebih rasional, sistematis, dan pendekatan yang berarti dalam tugas mereka. Tetepi
pendapat tyler sering dipandang rendah oleh beberapa penulis sesudahnya.
Beberapa penulis lain berpendapat bahwa tyler tidak menjelaskan sumber tujuan
secara memadai. Tetapi, sebenarnya tyler telah membahas hal itu dalam satu buku utuh.
Dia telah menguraikan dan menganalisis sumber-sumber tujuan yang datang dari anak
didik, mempelajari kehidupan kontemporer, mata pelajaran yang bersifat akademik,
filsafat, dan psikologi belajar.  Model pengembangan kurikulum menurut tyler adalah
sebagai berikut : 
a)    Menentukan tujuan. Dalam menentukan tujuan pendidikan melalui langkah-langkah
sebagai berikut: mempelajari siswa sebagai sumber tujuan, mempelajari kehidupan
kontemporer dilingkungan masyarakat, penentuan tujuan berdasarkan tinjauan filosofis,
peninjauan tujuan berdasarkan tinjauan psikologis.
b)   Menentukan pengalaman belajar. Ada 5 prinsip pengalaman belajar, yaitu : memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berbuat tingkah laku yang menjadi tujuan, pengalaman
belajar harus menyenangkan bagi siswa, siswa harus terlibat dalam belajar, diberikan
beberapa pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pendidikan, pengalaman belajar yang
disediakan dapat menghasilkan beberapa kemampuan, yaitu: kemampuan berfikir,
memperoleh informasi, mengembangkan sikap sosial, mengembangkan minat.
c)         Pengorganisasian pengalaman belajar
d)        Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar sisa sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan dan mengetahui
Tentu saja Tyler memiliki pengaruh yang kuat dan luas terhadap para pengembang
kurikulum atau penulis kurikulum lainnya selama tiga decade yang lalu.
4.      Model D.K. Wheeler
Pendekatan yang digunakan Wheeler dalam pengembangan kurikulum memiliki
bentuk rasional. Setiap langkah merupakan pengembangan secara logis terhadap yang
terdahulu, lebih umum mengerjakan suatu langkah tertentu tidak dapat dilakukan sebelum
langkah-langkah sebelumnya telah selesai.
Hal ini dapat dilihat dari 5 langkah berikut yang tampak sekali bahwa elemen-
elemennya merupakan perkembangan daripada elemen dari Tyler dan Taba, tapi hanya
dipresentasikan dengan acak agak berbeda.
Langkah-langkah Wheeler :
a.       Seleksi maksud, tujuan dan sasaran.
b.      Seleksi pengalaman belajar untuk membantu mencapai maksud, tujuan dan sasaran.
c.       Seleksi isi melalui tipe-tipe tertentu dari pengalaman yang mungkin ditawarkan.
d.      Organisasi dan integrasi dari pengalaman belajar dan isi yang berkenaan dengan proses
belajar mengajar.
e.       Evaluasi dari setiap fase atau masalah tujuan-tujuan.
Kontribusi Wheeler terhadap pengembangan kurikulum adalah untuk menekankan
hakekat lingkaran daripada elemen-eleman kurikulum. Kurikulum proses disini tampak
lebih sederhana, memberikan suatu indikasi bahwa langkah-langkah dalam lingkaran
bersifat continyu atau berkelanjutan memiliki makna responsif terhadap perubahan-
perubahan pendidikan yang ada. Pendapat Wheeler tentang proses kurikulum menekankan
pada saling ketergantungan antara satu elemen terhadap elemen-elemen kurikulum lain,
dan telah menempatkan test dengan waktu yang baik.
5.      Model Pengembangan Kurikulum Audery dan Nicholls
Mereka mengembangkan suatu pendekatan yang tegas atau jelas yang mencakup
elemen-elemen kurikulum secara jelas tetapi ringkas. Nicholls menitik beratkan pada
pendekatan yang rasional dari pengembangan kurikulum, khususnya dimana kebutuhan
untuk kurikulum baru muncul dari perubahan-perubahan situasi
Audery dan Nicholls mendefinisikan pekerjaan Tyler, Taba dan Wheeler dengan
penekanan kurikulum proses yang siklus atau berbentuk lingkaran dan kebutuhan untuk
langkah awal yaitu, analisis situasi. Keduanya mengungkapkan bahwa sebelum elemen-
elemen lebih jelas dalam proses diambil atau dilakukan, konteks dan situasi yang mana
keputusan-keputusan kurikulum dibuat memerlukan pertimbangan yang mendetail dan
serius.
Langkah-langkah dalam proses perkembangan kurikulum Nicholls adalah :
a)      Analisis situasi
b)      Seleksi tujuan
c)      Seleksi dan organisasi isi
d)     Seleksi dan organisasi metode
e)      Evaluasi
Pada analisis situasi merupakan suatu tindakan yang disengaja untuk memaksa para
pengembang kurikulum agar lebih responsif terhadap lingkungan mereka dan secara
khusus untuk kebutuhan anak didik.
Dengan menerapkan analisis situasi sebagai titik permulaan, maka model ini akan
memberikan dasar data yang mana tujuan-tujuan yang lebih efektif mungkin akan
dikembangkan.
Model ini fleksibel terhadap perubahan-perubahan situasi sehingga hubungan
perubahan-perubahan dilihat untuk elemen-elemen pada model berikutnya.
BAB III

KESIMPULAN

A.    Kesimpulan

Peranan kurikulum dalam pembelajaran meliputi peranan konservatif, peranan


kritis atau evaluatif, serta peranan kreatif. Peranan konservatif yaitu peranan pewarisan
budaya dari generasi tua ke generasi yang lebih muda. Peranan kritis atau evaluatif yaitu
memilah kebudayaan dan mempertahankan yang baik, serta mempertimbangkan kembali
kebudayaan yang sudah dirasa tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Sedangkan
peranan kreatif berkenaan dengan kreasi manusia menciptakan sesuatu secara dinamis
yang terus berkembang selama peradaban dan pendidikan masih ada.
Model pengembangan kurikulum yang dapat digunakan meliputi model Roger,
model Tyler, model D.K. Wheeler , model Audery dan Nicholls serta model Inverted dari
Taba. Berdasarkan langkah-langkah tertentu, model hubungan Interpersonal dari Roger
menitikberatkan pada kegiatan kelompok campuran, dan model Inverted dari Taba
menekankan pada kesederhanaan prosedur.
B.     Saran

Bagi semua pelaku pembuat kurikulum. Kami harapkan mampu bersikap


kooperatif dalam menyikapi perbedaan pandangan serta hubungan timbal balik antara
kurikulum dan pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi, dkk, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,  hlm 42-43


Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jakarta, Gaya Media, 1999) hlm. 36-37
M. Ahmad, dkk, Pengembangan Kurikulum, Bandung, CV Pustaka Setia, 1997 hlm 50
Maria Febriyanti, Makalah Model Pengembangan Kurikulum
Maria Febriyanti, Makalah Model Pengembangan Kurikulum
Sukmadinata, N. S, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. (Bandung, 1997)

Anda mungkin juga menyukai