Anda di halaman 1dari 15

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM; MODEL DAVID WARWICK,

MODEL BEAUCHAMP DAN MODEL ROGER


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah pengembangan Kurikulum PAI

Dosen Pengampu:

Dr. Muhammad Walid, M.A

Disusun Oleh:

Zuhrotul Kamiliya (220101220015)

MPAI-B

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG

2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum. Yang
dimana kurikulum merupakan suatu rencana yang dikembangkan untuk memudahkan
proses belajar mengajar di bawah arahan dan bimbingan sekolah atau perguruan tinggi
serta stafnya. Atau dengan kata lain maksud dari kurikulum sendiri adalah urutan
organisasi yang terencana dan sistem penyampaian pembelajaran yang dirancang untuk
membantu pendidik mencapai tujuan belajar, hasil dan tujuan lembaga.
Istilah pengembangan menunjuk pada suatu kegiatan menghasilkan suatu alat atau
cara baru, dimana selama kegiatan tersebut penilaian dan penyempurnaan terhadap alat
atau cara tersebut terus dilakukan. Bila setelah mengalami penyempurnaan-
penyempurnaan akhirnya alat atau cara tersebut dipandang cukup mantap untuk
digunakan seterusnya, maka berakhirlah kegiatan pengembangan tersebut. Kegiatan
pengembangan kurikulum mencakup penyusunan kurikulum itu sendiri, pelaksanaan di
sekolah-sekolah yang disertai dengan penilaian intensif.
Sedangkan pengembangan kurikulum (curriculum development) merupakan
komponen yang sangat esensial dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Para ahli
kurikulum memandang bahwa pengembangan kurikulum merupakan suatu siklus dari
adanya keterjalinan, hubungan antara komponen kurikulum, yaitu antara komponen
tujuan, bahan, kegiatan dan evaluasi. Keempat komponen yang merupakan suatu siklus
tersebut tidaklah berdiri sendiri, tetapi saling mempengaruhi satu sama lain .
Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum tingkat
sekolah atau lembaga menjadi penting dan menjadi suatu keharusan untuk dilakukan oleh
setiap sekolah, karena hal ini bertujuan agar tujuan dari pendidikan dapat tercapai secara
maksimal dan tetap dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam kaitan ini,
sekolah seharusnya lebih kreatif mengembangkan kurikulum yang bermanfaat bagi
peserta didik, tanpa harus menunggu petunjuk dari pemerintah. Akan tetapi
pengembangan itu harus tetap berdasar pada desain kurikulum nasional yang
berkompetensi standar nasional.
Dalam upaya pengembangan kurikulum ini banyak di jumpai berbagai macam
permasalahan yang menyertainya. Salah satunya adalah saat ini pengembangan
kurikulum belum berorientasi pada kepentingan peserta didik, tetapi peserta didik sebagai
objek. Untuk mengatasi permasalahan yang selalu menyertai pengembangan kurikulum,
diperlukan perencanaan pendidikan agama Islam, pelaksanaan atau implementasi dan
evaluasi dari pengembangan kurikulum yang tepat agar tujuan pendidikan bisa tercapai
dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperoleh rumusan masalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum David Warwick?
2. Apa yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum Beauchamp?
3. Apa yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum Roger?
C. Tujuan
Tujuan ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal berikut:
1. Untuk mengetahui model pengembangan kurikulum David Warwick
2. Untuk mengetahui model pengembangan kurikulum Beauchamp
3. Untuk mengetahui model pengembangan kurikulum Roger
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Pengembangan Kurikulum David Warwick


Berbeda dengan model pengembangan kuirkulum yang dikemukakan oleh Hilda
Taba yang bersifat induktif, David Warwick mengemukakan model pengembangan
kuirkulum yang bersifat deduktif.1 Langkah-langkah pengembangan kurikulum menurut
model David Warwick adalah sebagai berikut:
1. Menyusun suatu kurikulum ideal secara umum tentang apa yang ingin dicapai oleh
lembaga pendidikan/sekolah
2. Mempertimbangkan segala sumber yang tersedia yang dapat mendukung berhasilnya
program itu pada tingkat naisonal, lokal, maupun lembaga pendidikan/sekolah seperti
fasilitas sekolah, staf pengajar, kemampuan dan latar belakang peserta didik, alat-alat
pengajaran, dan sumber belajar yang tersedia.
3. Dengan segala keterbatasan yang ada, lembaga pendidikan/sekolah melaksanakan
kegiatan pembelajaran, dengan memperhatikan adanya macam-macam hambatan atau
kendala seperti sistem ujian, keterbatasan biaya dan fasilitas, kemampuan guru, dan
sebagainya agar dapat menghindari dan mengatasinya.
4. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mendukung serta membatasi
terlaksananya kurikulum yang ideal maka dapat disusun garis-garis umum kurikulum
yang lebih ril, dengan mengadakan modifikasi kurikulum yang ideal tadi.
5. Membuat desain kurikulum sambil memperhatikan berbagai aspeknya seperti struktur
kurikulum, ruang lingkup (scope), urutan (sequence), serta keseimbangan (balance)
bahan pelajaran.
6. Mengadakan rincian yang lebih lanjut tentang bahan pelajaran yang sudah dipilih
dalam berbagai bidang pengetahuan dalam forum pleno sehingga dapat diketahui
adanya overlap (tumpang tindah) dan kekosongan diantaranya.
7. Menentukan strategi proses pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan
pengajaran.

1
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran:Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, Jakarta:2008.
8. Menentukan alokasi waktu bagi masing-masing pokok bahasan atau sub pokok
bahasan yang terdapat dalam kurikulum.

Langkah-langkah pengembangan kurikulum dalam model David Warwick di atas,


prosesnya relatif singkat dibandingkan dengan langkah-langkah dalam model Hilda Taba.
Akan tetapi upaya untuk mendapatkan rancangan kuirkulum yang betul-betul sesuai
dengan kondisi setiap lembaga pendidikan di setiap wilayah untuk yang setingkat dan
2
sejenispun tidak mudah.

B. Model Pengembangan Kurikulum Beauchamp


1. Konsep Kurikulum Beauchamp
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik
pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya.
Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus
disampaikan guru atau dipelajari siswa. Anggapan ini sudah ada sejak zaman Yunani
Kuno, namun dalam lingkungan dan hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai
sampai sekarang. Banyak orangtua bahkan juga para guru, kalau ditanya tentang
kurikulum akan memberikan jawaban seputar mata pelajaran. Lebih khusus mungkin
kurikulum diartikan hanya sebagai isi pelajaran.3
Pendapat-pendapat yang muncul selanjutnya telah beralih dari tekanan pada isi
menjadi lebih memberikan tekanan pada pengalaman belajar, bahkan juga menunjukkan
adanya perubahan lingkup dari konsep yang sangat sempit menjadi yang lebih luas.
Selain sebagai bidang studi, menurut Beauchamp, kurikulum juga sebagai rencana
pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari
sistem persekolahan. Sebagai suatu rencana pengajaran, kurikulum berisi tujuan yang
ingin dicapai, bahan yang akan disajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan
jadwal waktu pengajaran. Sebagai suatu sistem, kurikulum merupakan bagian atau
subsistem dari keseluruhan kerangka organisasi sekolah atau sistem sekolah. Kurikulum
sebagai suatu sistem yang menyangkut pedoman segala kebijakan tentang kurikulum,
penyusunan personalia dan prosedur pengembangan kurikulum, penerapan, evaluasi, dan

2
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi, Yogyakarta:Teras
(2009), hal 32.
3
Arifin, Z. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya (2011), hal 18.
penyempurnaannya. Fungsi utama sistem kurikulum adalah dalam pengembangan,
penerapan, evaluasi, dan penyempurnaannya.4
Bidang teori cakupan atau bidang studi kurikulum meliputi: konsep kurikulum,
penataan kurikulum, pengembangan kurikulum, desain kurikulum, implementasi dan
evaluasi kurikulum.
Mengenai fungsi sistem kurikulum ini, lebih lanjut Beauchamp menggambarkan: (1)
pemilihan arena untuk pengambilan keputusan kurikulum, (2) pemilihan dan keterlibatan
orang dalam perencanaan kurikulum, (3) organisasi dan pengajaran yang digunakan
dalam kurikulum perencanaan, (4) penulisan aktual kurikulum, (5) implementasi
kurikulum, (6) evaluasi kurikulum, dan (7) pemberian umpan balik dan modifikasi
kurikulum.5
2. Teori Kurikulum Beauchamp
Para pakar pada dasarnya sependapat bahwa teori kurikulum adalah: suatu perangkat
pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi
karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya
petunjuk perkembangan, penggunaan, dan evaluasi kurikulum. Bahan kajian dari teori
kurikulum adalah hal-hal yang berkaitan dengan pembiayaan keputusan, penggunaan,
perencanaan, pengembangan, evaluasi kurikulum, dan lain-lain.
Menurut Beauchamp, teori kurikulum secara kontekstual berhubungan erat dengan
pengembangan teori dan ilmu-ilmu lain. Hal-hal yang penting dalam pengembangan teori
kurikulum adalah penggunaan istilah-istilah teknis yang tepat dan konsisten, analisis dan
klasifikasi pengetahuan, penggunaan penelitian-penelitian prediktif untuk menambah
konsep, generalisasi atau kaidah-kaidah, sebagai prinsip-prinsip yang menjadi pegangan
dalam menjelaskan fenomena kurva.
Dari semua uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan teori kurikulum,
Beauchamp mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan teori kurikulum, yaitu:
a. Setiap teori kurikulum harus dimulai dengan perumusan (definisi) tentang rangkaian
kejadian yang dicakupnya;

4
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta (2010), hal 6.
5
Ruhimat, T., dkk. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung (2009), hal 24.
b. Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai dan sumber-
sumber pangkal tolaknya
c. Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik dari desain kurikulumnya
d. Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses pembelian kurvanya
serta interaksi di antara proses tersebut;
e. Setiap teori kurikulumnya menyiapkan diri bagi proses penyempurnaannya 6

3. Model Pengembangan Kurikulum Beauchamp

George A. Beauchamp mendefinisikan kurikulum sebagai dokumen tertulis yang


memuat rencana untuk peserta didik didik selama belajar di sekolah. Pengembangan
kurikulum merupakan bagian penting dalam program pendidikan. Kurikulum dan silabus
perlu diatur lebih lanjut agar dapat dioperasikan di sekolah dan kelas.

Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli


kurikulum. Beauchamp mengemukakan lima langkah dalam pengembangan suatu
kurikulum.7

Pertama, menetapkan area atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum
tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi ataupun nasional.
Pentahapan area ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil
kebijaksanaan dalam pengembangan kurikulum, serta oleh tujuan pengembangan
kurikulum. Walapun daerah yang menjadi wewenang kepala kanwil pendidikan dan
kebudayaan mencakup suatu wilayah propinsi, tetapi arena pengembangan kuirkulum
hanya mencakup satu daerah kabupaten saja sebagai pilot proyek.
Kedua, menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam
pengembangan kurikulum. Adaempat kategori orang yang turut berpatisipasi dalam
pengembangan kurikulum, yaitu: (1) para ahli/kurikulum yang ada pada pusat
pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar, (2) para ahli pendidikan

6
Izzatul Fitriyah, Kurikulum Dalam Perspektif Beauchamp, UNUJA:2020, Vol.1 No.1 Hal.24
7
Sukmadinata, N. S, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung (2011).
dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih, (3) para profesional dalam
sistem pendidikan, (4) profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
Beauchamp mencoba melibatkan para ahli dan tokoh-tokoh pendidikan seluas
mungkin, yang biasanya pengaruh mereka kurang langsung terhadap pengembangan
kurikulum, dibanding dengan tokoh-tokoh lain seperti, para penulis dan penerbit buku,
para pejabat pemerintah, politikus, dan pengusaha serta industriawan. Penetapan
personalia ini sudah tentu disesuaikan dengan tingkat dan luas wilayah arena. Untuk
tingkat propinsi atau nasional tidak terlalu banyak melibatkan guru. Sebaliknya untuk
tingkat kabupaten, kecamatan atau sekolah keterlibatan guru-guru semakn besar.
Ketiga, organisasi dari prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan
dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang
lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam
menentukan keseluruhan desain kurikulum. Beauchamp membagi keseluruhan kegiatan
ini dalam lima langkah, yaitu: (1) Membentuk tim pengembangan kurikulum, (2)
mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada yang sedang
digunakan, (3) studi penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru, (4)
merumuskan kriteria-kriteria bagi penentuan kuirkulum baru, (5) penyusunan dan
penulisan kurikulum baru.
Keempat, implementasi kurikulum, langkah ini merupakan langkah
mengimplementasikan atau melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang
sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang menyeluruh, baik kesiapan guru, siswa,
fasilitas, bahan maupun biaya, di samping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah
atau administrator setempat.
Langkah yang kelima dan merupakan terakhir adalah evaluasi kurikulum. Langkah
ini minimal mencakup empat hal, yaitu: (1) evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh
guru-guru, (2) evaluasi desain kurikulum, (3) evaluasi hasil belajar siswa, (4) evaluasi
dari keseluruhan sistem kurikulum. Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini
digunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum, serta prinsip-prinsip
melaksanakannya.8
C. Model Pengembangan Kurikulum Roger

8
Sri Lestari, Modul Pengembangan Kurikulum, ESAUNGGUL:2020, hal. 3
1. Konsep kurikulum Roger’s
Model ini dikembangkan oleh Rogers, seorang ahli psikologi yang juga mendalami
bidang pendidikan. Asumsi dasar Rogers adalah bahwa perubahan kurikulum pada
dasarnya perubahan individu. Setiap individu berada dalam suatu proses perubahan.
Untuk memperlancar proses tersebut, diperlukan bantuan orang lain melalui proses
pendidikan. Kurikulum harus mampu membentuk individu yang terbuka dan adaptif
terhadap situasi perubahan dan syarat untuk itu adalah guru harus dapat menciptakan
hubungan interpersonal untuk memperlancar perkembangan peserta didik.
Model pengembangan kurikulum Rogers ini lebih menekankan bagaimana sebuah
kurikulum dapat menghasilkan insan yang memiliki kemampuan interpersonal yang baik
dengan masyarakat di sekitarnya, dalam artian bahwa peserta didik tidak hanya unggul
dalam bidang akademik, namun juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi dimana ia
tinggal. Disisi lain Rogers, berpandangan bahwa manusia dalam proses perubahan
mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri. Tetapi konsep-konsepnya
tentang psikologi khususnya bagaimana membimbing individu juga dapat diterapkan
dalam bidang pendidikan dan pengembangan kurikulum. Menurutnya, perubahan
kurikulum adalah perubahan individu. Berdasarkan pandangan tentang manusia maka
rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut dengan model
Relasi Interpersonal Rogers.9
2. Model Kurikulum Roger’s
Carl R. Rogers adalah seorang psikolog humanistic yang gagasan-gagasannya
berpengaruh terhadap pikiran dan praktek pendidikan. . Dia berasumsi bahwa kurikulum
diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes dan adaptif,
terhadap situasi perubahan. Kurikulum demikian hanya dapat disusun dan diterapkan
hanya oleh pendidik yang terbuka, luwes, dan berorientasi pada proses.
Untuk itu diperlukan pengalaman kelompok dalam melatih hal-hal yang bersifat
sensitif. Setiap kelompok terdiri atas 10 – 15 orang dengan seorang fasilitator atau
pemimpin. Kelompok tersebut hendaknya tidak berstruktur, tetapi harus menyediakan
lingkungan yang memungkinkan seseorang dapat berekspresi secara bebas dan ada pula
kemungkinan berkomunikasi interpersonal secara luas.

9
Sanjaya, W, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:(2008)
Tujuan dari model Rogers ini adalah untuk berkumpulnya berbagai orang yang
merasa terlibat dalam pendidikan dengan harapan memberikan bermacam kontibusi
dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan kualitas pendidikan.10
Langkah–langkah dalam model ini adalah :
a. Memilih suatu sasaran administrator dalam system pendidikan dengan syarat bahwa
individu yang terlibat hendaknya ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok
secara intensif agar mereka dapat berkenalan secara akrab.

b. Mengikutsertakan guru-guru dalam pengalaman kelompok secara intensif.

c. Mengikutsertakan unit kelas dalam pertemuan lima hari. Pertemuan ini diharapkan
menghasilkan pertemuan intensif antara guru dengan peserta didik lainnya secara akrab
dalam suasana bebas berekspresi.
d. Menyelenggarakan pertemuan secara interpersonal antara administrator, guru dan
orang tua peserta didik. Tujuan utamanya adalah agar orang tua, guru dan kepala sekolah
bias saling mengenal secara pribadi sehingga memudahkan pemecahan masalah di
sekolah.
e. Pertemuan vertical yang mendobrak hirarki, birokrasi, dan status social. Melalui cara
ini diharapkan keputusan-keputusan dalam pengembangan kurikulum akan lebih baik
mendekati realitas karena diselenggarakan dalam suasana bebas tanpa tekanan.11

Rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum mulai darimodel yang


sederhana sampai model yang paling sempurna. . Berdasarkan pandangan tentang
manusia maka rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut
dengan model Relasi Interpersonal Rogers.Ada empat model dalam pengembangan
kurikulum ini:

a. Model I (paling sederhana)

Menjelaskan bahwa pendidikan hanyalah meliputi informasi (isi pelajaran/Materi


Pelajaran) dan ujian (Evaluasi). Halini didasarkan pada asumsi, bahwa:
1) Pendidikan adalah evaluasi dan evaluasi adalah pendidikan.

10
Hamalik O., Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya (2008), hal 23.
11
Ibid;hal.27
2) Pengetahuan merupakan akumulasi bagian-bagian materi daninformasi.

Materi Pelajaran

Ujian
(Evaluasi)

Model pertama ini adalah model yang paling sederhana yang menggambarkan bahwa
kegiatan pendidikan semata-mata terdiri dari kegiatan memberikan informasi (isi
pelajaran) dan ujian. Hal itu berdasarkan asumsi bahwa pendidikan adalah evaluasi dan
evaluasi adalah pendidikan. Serta pengetahuan adalah akumulasi materi dan informasi .
b. Model II
Model ini merupakan penyempurnaan dari model I di atas dengan menambahkan metode
dan organisasi bahan pelajaran. Dimana dalam pengembangannya disamping pengembangan
materi dan evaluasi juga dipikirkan pemilihan metode dan penyusunan organisasi bahan
pelajaran secara sistematis. Dapat digambarkan seperti bagan berikut ini:

Metode Pengajaran Organisasi Materi Pelajaran

Isi Pelajaran

Evaluasi

c. Model III
Model ketiga merupakan penyempurnaan model II, yaitudengan memasukkan unsur
teknologi pendidikan sebagai media/alat dansoft ware (perangkat lunak) yang
mempunyai peranan penting dalam prosesbelajar mengajar.
Metode Mengajar Teknologi Organisasi Materi Pelajaran

Bahan Pelajaran

Evaluasi

d. Model IV
Dalam model keempat ini pengembangan kurikulum dengan memasukkan tujuan
pengajaran. Hal itu disebbkan tujuan pengajaran menduduki peranan sentral dalam setiap
model pengembangan kurikulum. Tujuan itulah yang mengikat semua kompunen yang
lain, yaitu baik metode, organisasi bahan, teknologi pengajaran, isi pelajaran, maupun
kegiatan penilaian dilakukan. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Metode Mengajar Teknologi Pendidikan Organisasi Materi Pelajaran

Tujuan (Sasaran)

Isi/ Materi Pelajaran

Evaluasi

Model ini merupakan model pengembangan kurikulumyang paling sempurna. Sebab


tujuan atau sasaran pada model ini sebagai bagian dari salah satu komponennya
Ada empat langkah pengembangan ku rikulum model rogers diantaranya adalah:
1. Pemilihan target dari sistem pendidikan
2. Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif
3. Pengembangan satu pengalaman kelompok yang intensif bagi satu kelas atau unit
pelajaran
4. Melibatkan orangtua dalam pengalaman kelompok yang intensif

Model pengembangan kurikulum ini berbeda dengan model-model pengembangan


lainnya. Di dalamnya tidak terdapat suatu perencanaan secara tertulis, yang ada hanyalah
serangkaian kegiatan kelompok. Itulah ciri khas Rogers, dia tidak mementingkan
formalitas, rancangan tertulis, data dan sebagainya. Tetapi, yang penting adalah aktivitas
dan interaksi.

Penentuan
Partisipasi Guru Pengembangan Partisipasi
sistem
dalam kelompok Pengalaman orangtua dalam
Pendidikan
kelompok kelompok

Roger lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum daripada rencana


pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui aktivitas dan interaksi dalam
pengembangan kelompok intensif yang terpilih. 12

Model Pengembangan Kurikulum; David Warwick, Beauchamp dan Roger’s

Persamaanya: Perbedaanya:

Semua pada hakikatnya mengikuti Terletak pada kelengkapan dan kerincian pada
struktur kurikulum serta komponen- setiap tahap. Perbedaan lain adalah alur kerja
komponennya; tujuan, bahan pelajaran, yang digunakan ada yang bersifat induktif
seperti dalam model Hilda Taba dan ada yang
proses belajar-mengajar, dan evaluasi.
bersifat deduktif seperti yang terdapat pada
model David Warwick.

12
Aprilianti D. Y. Model Pengembangan Kurikulum Menurut Hilda Taba, Olivia, Beauchamp dan Rogers, UNY:
2022.
BAB III
KESIMPULAN
Pengembangan kurikulum (curriculum development) merupakan komponen yang
sangat esensial dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Para ahli kurikulum
memandang bahwa pengembangan kurikulum merupakan suatu siklus dari adanya
keterjalinan, hubungan antara komponen kurikulum, yaitu antara komponen tujuan,
bahan, kegiatan dan evaluasi.
1. Berbeda dengan model pengembangan kuirkulum yang dikemukakan oleh Hilda
Taba yang bersifat induktif, David Warwick mengemukakan model
pengembangan kurikulum yang bersifat deduktif.
2. Menurut Beauchamp, kurikulum juga sebagai rencana pengajaran dan sebagai
suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari sistem persekolahan.
Sebagai suatu rencana pengajaran, kurikulum berisi tujuan yang ingin dicapai,
bahan yang akan disajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan jadwal
waktu pengajaran.
3. Asumsi dasar Rogers adalah bahwa perubahan kurikulum pada dasarnya
perubahan individu. Setiap individu berada dalam suatu proses perubahan. Untuk
memperlancar proses tersebut, diperlukan bantuan orang lain melalui proses
pendidikan. Kurikulum harus mampu membentuk individu yang terbuka dan
adaptif terhadap situasi perubahan dan syarat untuk itu adalah guru harus dapat
menciptakan hubungan interpersonal untuk memperlancar perkembangan peserta
didik.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilianti D. Y. (2022). Model Pengembangan Kurikulum Menurut Hilda Taba, Olivia, Beauchamp dan

Rogers, UNY.

Arifin. Z. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya

Dakir. (2010). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik O. (2008). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Izzatul. Fitriyah. (2020). Kurikulum Dalam Perspektif Beauchamp, UNUJA:Vol.1 No.1.

Zaini. Muhammad. (2009). Pengembangan Kurikulum konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi,

Yogyakarta:Teras.

Ruhimat, T., dkk. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung.

Sanjaya. W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta.

Sri Lestari. (2020). Modul Pengembangan Kurikulum, ESAUNGGUL.

Sukmadinata. N. S. (2011). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung.

Sanjaya. Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran:Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai