Anda di halaman 1dari 4

TRANSFORMASI INDIVIDU MENUJU TIM

Melalui semangat gotong royong, masyarakat dibentuk dan dilatih dalam suatu tim kerja
untuk secara bersama – sama menyelesaikan berbagai jenis pekerjaan. Melalui kerjasama
secara gotong royong, setiap individu tidak ada yang merasa dirinya paling ahli, serta
keberhasilan maupun kegagalan kerja sama tersebut akan menjadi milik bersama.
Menurut Stoner(1995) dalam Budi Sutedjo (2002:232). Ada lima tahap terbentuknya sebuah
tim kerja, yaitu sebagai berikut.  
 1.Pembentukan 
2.Konflik
3.PemantapanNormaTim  
4.,Berprestasi 
 5. Pembubaran
B.  TIM KERJA LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM REVOLUSI INFORMASI
Tim kerja sebagai pertanda munculnya peradaban dan masyarakat informasi secara
simplistic. Melalui tim kerja, setiap individu yang terlibat dalam lembaga pendidikan berarti
turut serta mengembangkan suatu pemahaman bahwa dalam masyarakat informasi tidak
mungkin seorang individu memiliki kemampuan seperti layakya sperman, sementara guru
adalah manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan. Oleh karena itu, tim kerja  harus
berperan dalam menjawab tuntutan tesebut sehingga guru bukan satu – satunya fungsional
yang bertanggung jawab atas keberhasilan dunia pendidikan. 
Matriks perbedaan kelompok kerja dengan tim kerja kelompok kerja
No Kelompok kerja Tim kerja
1 Focus pada lapisan elit pimpinan Penyebaran peran kepemimpinan
2 Akuntabilitas individu Akuntabilitas individu dan tim
3 Tujuan kerja adalah tujuan organisasi Tujuan kerja spesifik sesuai keyakinan
tim
4 Produk kerja invidual Produk kerja aktif
5 Rapat bersifat efisien Rapat mengikuti fleksibilitas diskusi
6 Kinerja bersifat parsial Kinerja bersifat komprehensif

7 Diskusi,keputusan, dan pendelegasian. Diskusi, keputusan, dan bekerja sama

 C. PENDEKATAN KOMPETENSI SEBAGAI ACUAN PENGEMBANGAN


KARIER INDIVIDU DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN
Pendekatan kompetensi menitikberatkan pada pandangan bahwa setiap orang umumnya
menmiliki keunggulan yang sama (average performance). Akan tetapi, ada beberapa orang
yang memiliki keahlian yang khusus (superior performance) sehingga harus dibedakan dari
orang lain.
Pendekatan kompetensi dapat digunakan untuk mengukur karier. Pendekatan kompetensi
dikembangkan oleh Lyle dan Signe Spencer (1995) memiliki 5 skala sebagai berikut.
1. Intensitas atau kelengkapan suatu kegiatan, skala ini menggambarkan intensitas tujuan
yang terlibat dalam kegiatan yang dilakukan dalam merealisasikan tujuan.
2. Ukuran dampak, luasnya dampak menggambarkan jumlah dan posisi orang yang
dipengaruhi. Ukuran pekerjaan secara kuat memengaruhi dimensi ini dan berguna dalam
membandingkan pekerjaan dan kepentingan invidu untuk pekerjaan yang sama.
3. Kompleksitas, skala utama pada kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan
berpikir
4. Jumlah usaha, waktu yang digunakan dalam melaksanakan dimensi dan kompetensi
5. Dimensi unik, dimensi yang membedakan dengan dimensi lainnya dalam skala
kompetensi.

RESPON
Transformasi invidu menuju tim sangat memberikan manfaat dimana di dalam suatu tim
terdapat kerja sama yang memudahkan individu dalam menjalankan tanggung jawabnya
sehingga menjadi lebih ringan karena dikerjakan secara bersama. Demikian halnya dalam
lembaga pendidikan  diperlukan adanya kerja sama atau semangat gotong royong, antara
pengelola, tenaga admistrasi, pengawas maupun guru agar menghasilkan output lembaga
pendidikan yang memiliki kualitas lebih baik dan nilai tambah yang bisa
dipertanggungjawabkan. Sebagaimana Stoner (1995) dalam Budi Sutedjo (2002:232)
mengemukakan ada lima tahap terbentuknya sebuah tim kerja, yaitu sebagai berikut :
 1. Pembentukan 
2. Konflik
3. Pemantapan Norma Tim  
4. Berprestasi 
 5. Pembubaran
Tim kerja sebagai pertanda munculnya peradaban dan masyarakat informasi secara
simplistic. Pentingnya tim kerja (teamwork) dalam sebuah organisasi terkait dengan
penggunaan massal instrument revolusi informasi seperti pesawat telepon, faksimili, modern,
internet, dan  lain – lain. Bersamaan dengan perkembangan instrument revolusi informasi
tersebut, hubungan antarmanusia menjadi sangat kompleks.  Dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi memudahkan seseorang atau dalam suatu tim untuk
saling berhubungan. Tim kerja dibentuk untuk mengatasi berbagai kesulitan yang akan
dihadapi oleh setiap lembaga termasuk lembaga pendidikan. Melalui kerja tim, setiap
individu yang terlibat dalam lembaga pendidikan berarti turut serta mengembangkan suatu
pemahaman bahwa dalam masyarakat informasi tidak mungkin seorang individu memiliki
kemampuan seperti layaknya superman. Lembaga pendidikan tidak akan berjalan dengan
baik tanpa adanya kemampuan membangun teamwork (team kerja). 
Dalam mengembangangkan karier individu dalam lembaga pendidikan di butuhkan adanya
suatu pendekatan kompetensi. Pendekatan kompetensi memberikan penekanan kepada
kemampuan invidu dalam mengembangkan karier serhingga perkembangan kariernya tidak
dipengaruhi oleh organisasi. Menurut Lyle dan Signe Spencer (1995) ada lima skala
pendekatan kompetensi yaitu :
1. Intensitas atau kelengkapan suatu kegiatan, skala ini menggambarkan intensitas tujuan
yang terlibat dalam kegiatan yang dilakukan dalam merealisasikan tujuan.
2. Ukuran dampak, luasnya dampak menggambarkan jumlah dan posisi orang yang
dipengaruhi. Ukuran pekerjaan secara kuat memengaruhi dimensi ini dan berguna dalam
membandingkan pekerjaan dan kepentingan invidu untuk pekerjaan yang sama.
3. Kompleksitas, skala utama pada kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan
berpikir
4. Jumlah usaha, waktu yang digunakan dalam melaksanakan dimensi dan kompetensi
5. Dimensi unik, dimensi yang membedakan dengan dimensi lainnya dalam skala
kompetensi.
MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG HARMONIS DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN

     Manajeman sumber daya manusia memiliki peran yang sangat menentukan karena merupakan
aset yang sangat penting dalam sebuah lembaga pendidikan. Untuk menciptakan hubungan yang
harmonis, di antara mereka perlu mengubah pola pendekatan dari pendekatan kontrol ke pendekatan
komitmen. Perbedaan pendekatan kontrol pimpinan berusaha mengawasi bawahannya dan
memutuskan apa yang harus dilakukan. Untuk menciptakan hubungan yang harmonis dalam sebuah
lembaga pendidikan, ada dua hal yang dapat dilakukan, yaitu
1. Menciptakan Komunikasi yang Harmonis
     Untuk menciptakan komunikasi yang harmonis, Stephen Covey yang terkenal dengan
bukunya Seven Habit ig Highly Effective People mengemukakan Seek first to understand, Theo to be
understood, artinya cobalah terlebih dahulu untuk memahami baru kemudian dipahami.
2. Menciptakan Sistem Pengembangan SDM Terpadu
    Menciptakan sistem SDM terpadu dalam lembaga pendidikan dimulai dari mendefinisikan visi
pendidikan. Visi adalah suatu gambaran ideal yang menjadi cita - cita lembaga pendidikan di masa
mendatang.

E. KONFLIK DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN SEBAGAI PERILAKU KOMUNIKASI

     Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Jika komunikasi adalah suatu
proses transaksi yang berupaya mempertemukan perbedaan individu secara bersamoa sama untuk
mencari kesamaan makna, dalam proses itu pasti ada konflik . Konflik juga tidak hanya diungkapkan
secara verbal tetapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam bentuk raut muka atau gerak
badan yang mengekspresikan pertentangan. Kedua, konflik tidak selamanya berkondisi buruk tetapi
bisa menjadi sumber pengalaman positif.
Ada tiga bentuk konflik dalam sebuah lembaga. Pertama, konflik pribadi. Kedua, konflik antar pribadi.
Ketiga, konflik lembaga.

Tenaga kepeendidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,


pengawasan dan pelayanan tekhnis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan.
A.    Transformasi individu menuju tim
1.      pembentukan
2.      konflik
3.      pemantapan norma tim
4.      berprestasi
5.      pembubaran
B.     Tim kerja lembaga pendidikan dalam revolusi informasi
  Kelompok kerja
         Fokus pada lapisan elit pimpinan
         akuntabilistas
         tujuan kerja adalah tujuan organisasi
         produk kerja individual
         rapat bersifat efisien
         kinerja bersifat parsial
         diskusi, keputusan dan pendelegasian
  Tim kerja
         penyebaran peran kepemimpinan
         akuntabilitas individu dan tim
         tujuan kerja spesifik sesuai keyakinan tim
         produk kerja kolektif
         rapat mengikuti fleksibiltas diskusi
         kinerja bersifat komprehensif
         diskusi, keputusan dan bekerja sama.
https://apriliasumardi1504.blogspot.com/2017/05/kerangka-kerja-tim-dalam-manajemen.html

Anda mungkin juga menyukai