Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah :


Pengembangan Kurikulum PAI Multikultural
Dosen Pengampu : Prof Dr. H. Sabaruddin Garancang, M.Ag
Program Pascasarjana STAI AL – FURQAN MAKASSAR

DISUSUN OLEH :
NURDIN
EDI SYAHPUTRA

PROGRAM PASCASARJANA
STAI AL – FURQAN MAKASSAR
2023

1
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرمحن الرحي‬


ُ‫ َو ب َ ْعد‬.‫ ََل َح ْو َل َو ََل قُ َّو َة ِا ََّل ِِبهلل‬،‫ول هللا‬
ِ ‫الس َال ُم عَ َىل َر ُس‬ َّ ‫الـ َح ْمدُ ِهلل َو‬
َّ ‫الص َال ُة َو‬

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah rabb semesta alam yang senantiasa
mencurahkan rahmat dan nikmatnya kepada seluruh makhluk ciptaanya. Shalawat beserta
salam kepada Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasallam beserta keluarga dan ummatnya
yang senantiasa istiqamah diatas sunnah-sunnah beliau.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan Multikultural
Dalam Sistem Pendidikan Islam” dengan harapan semoga bisa memenuhi tugas kuliah yang
diberikan kepada kami dan semoga Allah meridhoi dan menjadikan makalah ini ilmu yang
bermanfaat bagi penyusun dan pembaca. Aamin

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu upaya membina dan membangun generasi muda yang tangguh
diantaranya adalah melalui pendidikan, baik yang diberikan dalam lingkungan keluarga,
melalui pendidikan formal di sekolah, maupun pendidikan dalam lingkungan
masyarakat. Oleh karena itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus
ditentukan oleh adanya pelaksanaan kurikulum sekolah itu. Keberhasilan sumber daya
manusia dalam segi pendidikan sangat dipengaruhi oleh adanya pemahaman seluruh
personal di sekolah itu dalam melaksanakan kurikulum.
Kurikulum pendidikan yang selalu berubah dan berkembang sesuai dengan
kebutuhan pendidikan yang mana seluruh komponen bangsa ikut memberikan dorongan
bagi penyelenggara pendidikan untuk selalu melakukan proses perbaikan, modifikasi,
dan evaluasi pada kurikulum yang digunakan.
Di dalam proses pengendalian mutu pendidikan, kurikulum merupakan perangkat
yang sangat penting karena menjadi dasar untuk menjamin kompetensi keluaran dari
proses pendidikan. Kurikulum harus selalu diubah secara periodik untuk menyesuaikan
dengan dinamika kebutuhan pengguna dari waktu ke waktu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Kurikulum ?
2. Apa prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum
2. Agar mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
3. Agar mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan
kurikulum.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Terdapat berbagai macam pengertian diberikan kepada istilah kurikulum. Ada yang
memberikan pengertian secara luas maupun secara singkat. Kata kurikulum sendiri
bukan berasal dari Indonesia asli, namun kata serapan dari bahasa Yunani. Dalam bahasa
Yunani, kurikulum berarti Cucere yang berubah menjadi kata benda Curriculum.
Jamaknya adalah Curicula yang pertama kali dicapai dunia atlantik. Dalam kamus
Webster terdapat arti dari kurikulum, diantaranya:

1. Tempat berlomba, jarak yang harus ditempuh pelari kereta lomba


2. Pelajaran-pelajaran tertentu yang diberikan di sekolah maupun Perguruan Tinggi
yang ditujukan untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah
3. Keseluruhan pelajaran yang diberikan dalam suatu lembaga pendidikan

Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan


proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan beserta staf pengajarnya. Menurut Hamalik dinyatakan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Dalam buku Secondary School Improvement (1971) karya J. Lloyd Trump dan
Delmas F. Miller menyebutkan bahwa kurikulum itu termasuk metode pembelajaran,
cara mengevaluasi siswa dan program pembelajaran, perubahan tenaga pengajar,
bimbingan penyuluh, supervisi dan administrasi, alokasi waktu dan ruang, serta
kemungkinan memilih mata pelajaran.

Sementara itu, Purwadi (dalam Sudrajat, 2008) memilah pengertian kurikulum


menjadi enam bagian, yaitu:
a. Kurikulum sebagai ide
b. Kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan
dalam melaksanakan kurikulum
c. Kurikulum menurut persepsi pengajar
d. Kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioperasionalkan oleh pengajar di
kelas

4
e. Kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik
f. Kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa:
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Oleh karena itu, pembentukan kurikulum yang baik dalam pembelajaran dijenjang
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi
serta prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh.

Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (dalam


Sudrajat, 2008) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat
dimensi, yaitu:
a. Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,
khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
b. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai
suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan
waktu.
c. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.
d. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai
suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya
perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
B. Prinsip – Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip yang dijadikan acuan oleh setiap tenaga pengajar dalam suatu lembaga
dengan lembaga yang lain terkadang memiliki perbedaan. Namun perbedaan tersebut
pada dasarnya tetap mengacu pada prinsip mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ada beberapa prinsip yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kurikulum yang
baik. Seperti yang dikutip dari Sukmadinata dalam bukunya Pengembangan Kurikulum:
Teori dan Praktik, prinsip tersebut dikelompokkan menjadi 2 yaitu prinsip umum dan
khusus.
Prinsip umum meliputi:

5
1. Prinsip Relevansi: mengandung makna bahwa kompetensi yang dimiliki siswa harus
relevan dan sesuai kebutuhan di masyarakat. Sehingga dapat juga diartikan bahwa
prinsip ini harus memili keterkaitan/hubungan timbal baik antara komponen-
komponen di dalam dan luar sekolah.
2. Prinsip Fleksibel: mengandung makna bahwa setiap kurikulum hendaknya bersifa
fleksibel atau lentur, terutama yang berkaitan dengan implementasinya. Kurikulum
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan jati diri program studi yang ada.
3. Prinsip Kontinuitas: Mengandung makna bahwa adanya proses pengembangan
komponen-komponen kurikulum secara berkesinambungan. Harus ada ketuntasan
dalam penguasaan suatu kompetensi. Jika putus-putus maka dikhawatirkan makna
ketuntasan tersebut susah diperoleh
4. Prinsip Kepraktisan: mengandung makna bahwa serangkaian kegiatan
pengembangan kurikulum mudah diikuti dan dilaksanakan. Seberapa baiknya
kurikulum jika tidak dapat dilaksanakan oleh pelaksanan lapangan maka sudah dapat
ditebak pula apa hasil yang akan dicapai
5. Prinsip Efektifitas: mengandung makna bahwa prinsip yang dilaksanakan harus
mampu menghasilkan atau menyiapkan lulusan yang memenuhi harapan masyarakat
penggunaannya. Disinilah dimensi kepuasan pengguna lulusan prodi yang
diutamakan.

Sedangkan prinsip khusus yang tentu tidak dapat disampingkan adalah:


1. Prinsip yang berkaitan dengan tujuan pendidikan: bahwa pembentukan kurikulum
harus berdasarkan pada tujuan pendidikan baik dalam jangka pendek, menengah
maupun panjang. Dan tujuan tersebut harus bersumber pada kebijakan pemerintah,
tuntutan dari masyarakat, pandangan para ahli pendidikan, hasil riset maupun
pengalaman dari Negara lain
2. Prinsip yang berkaitan dengan isi pendidikan: memilih isi pendidikan harus
mempertimbangkan penjabaran tujuan pendidikan ke dalam kemampuan hasil
belajar, isi bahan pelajaran, yang meliputi pengetahuan, sikap, keterampilan, dan
unit-unit kurikulum harus disusun secara logis.
3. Prinsip yang berkaitan dengan pemilihan proses belajar-mengajar: metode belajar
mengajar setidaknya harus menyesuaikan materi yang diajarkan. Metode ini
berhubungan dengan tehnik pembelajaran yang efektif untuk dilakukan dan
diterapkan dalam suatu proses pembelajaran agar materi mampu diserap oleh siswa.

6
4. Prinsip yang berkaitan dengan media atau alat pembelajaran: pemilihan alat peraga
dalam proses pembelajaran tentu memiliki fungsi lebih dalam proses penyerapan
materi oleh siswa. Media yang dipilihpun juga harus sesuai dengan karakteristik
materi, metode dan kondisi kelas.
5. Prinsip yang berkaitan dengan kegiatan penilaian: dalam setiap kurikulum pasti
memiliki metode dalam pemberian nilai. Karena nilai tersebut merupakan tujuan
akhir dari setiap proses pembelajaran yang diberikan oleh pengajar dan dinantikan
oleh siswa. Pemberian nilai tersebut harus objektif dan adil.

C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum


Ada delapan faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Pergururan Tinggi
Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap kurikulum sekolah.
Pertama, dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi banyak
memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis
pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi akan mempengaruhi isi
pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi selain
menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan media
pendidikan.
Kedua, dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-
guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK, seperti IKIP, FKIP, STKIP).
Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga mempengaruhi
pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan
keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya.

Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi serta
kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan
implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang mengajar pada berbagai jenjang dan
jenis sekolah yang ada dewasa ini, umumnya disiapkan oleh LPTK melalui berbagai
program, yaitu program diploma dan sarjana. Pada Sekolah Dasar masih banyak guru
berlatar belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara berangsur-angsur mereka
mengikuti peningkatan kompetensi dan kualifikasi pendidikan guru melalui program
diploma dan sarjana.

7
2. Masyarakat

Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya bertugas


mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermatabat di masyarakat. Sebagai
bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di
tempat sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi masyarakat
penggunanya serta upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan merekat.

Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat yang


homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap dan melayani aspirasi-aspirasi
yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha.
Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarkat akan mempengaruhi pengembangan
kurikulum. Hal ini karena sekolah tidak hanya sekedar mempersiapkan anak untuk selesai
sekolah, tetapi juga untuk dapat hidup, bekerja, dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada di
masyarakat berimplikasi pada kurikulum yang dikembangkan dan digunakan sekolah.

3. Sistem Nilai

Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan,
sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertangung
jawab dalam pemeliharaan dan pewarisan nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat.

Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam
kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum ialah nilai yang ada di masyarakat itu
tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen, terdiri dari berbagai kelompok etnis,
kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, dan kelompok spritual keagamaan,
yang masing-masing kelompok itu memiliki nilai khas dan tidak sama. Dalam masyarakat
juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politk, fisik, estetika, etika, religius, dan
sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi berbagai nilai yang
tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah, diantaranya:

a. Mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam Masyarakat


b. Berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral
c. Berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru

8
d. Menghargai nlai-nilai kelompok lain
e. Memahami dan menerima keragaman budaya yang ada
4. Psikologis

Sukmadinata mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang


mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi
belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan, Pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu,
yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori
belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat
dijadikan sebagai bahan. Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu:

a. Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau
keinginan untuk melakukan suatu aksi.
b. Bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi
atau informasi.
c. Konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.
d. Pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang.
e. Keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.

Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan


sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih
tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih
tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi
permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan. Pelatihan
merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan
motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.

Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa menyoroti tentang aspek


perbedaan dan karakteristik peserta didik. Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima
perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi, yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3)

9
perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik; dan (5) pertumbuhan dan perkembangan
kognitif.

5. Sosial-Budaya

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu


rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa
pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan
masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan
lebih lanjut di masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun
informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi
landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.

Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang


menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan
dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu,
tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi,
karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.

Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya


tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah
satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara
berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber
dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam


masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk
melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di
sekitar masyarakat.

Melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam
peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian,
kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan

10
berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam
konteks lokal, nasional maupun global.

6. Politik

Wiles Bondi dalam bukunya `Curriculum Development: A Guide to Practice’ turut


menjelaskan pengaruh politik dalam pembentukan dan pengembangan kurikulum. Hal ini
jelas menunjukkkan bahwa pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh proses politik, kerana
setiap kali tampuk pimpinan sesebuah negara itu bertukar, maka setiap kali itulah kurikulum
pendidikan berubah.

7. Pembangunan Negara dan Perkembangan Dunia

Pengembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh faktor pembangunan negara dan


perkembangan dunia. Negara yang ingin maju dan membangun tidak seharusnya mempunyai
kurikulum yang statis. Oleh karena itu kurikulum harus diubah sesuai dengan perkembangan
zaman dan kemajuan sains dan teknologi.

Kenyataan tersebut jelas menunjukkan bahwa perkembangan teknologi telah


membawa perubahan yang pesat pada kehidupan manusia di muka bumi ini. Oleh karena itu
pengembangan kurikulum haruslah sejajar dengan pembangunan negara dan dunia.
Kandungan kurikulum pendidikan perlu menitikberatkan pada mata pelajaran sains dan
kemahiran teknik atau vokasional kerana tenaga kerja yang mahir diperlukan dalam zaman
yang berteknologi dan canggih ini.

Namun terkadang kurikulum yang ada di suatu Negara tidak sesuai dengan kenyataan
perkembangan teknologi dan sosial politik di masyarakatnya. Sehingga ketika seseorang yang
baru masuk dalam dunia pendidikan akan berfikair bahwa untuk membentuk suatu sistem
pendidikan yang baik haruslah merubah kurikulum yang ada. Padahal hal itu sangat sulit.
Sehingga yang biasa dilakukan hanyalah melanjutkan kurikulum yang ada sebelumnya
namun dengan cover yang baru.

8. Ilmu dan Teknologi (IPTEK)

Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif
sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai
penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan
terus semakin berkembang.

11
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu
yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil
kalau manusia bisa menginjakkan kaki di bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat
di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di
Bulan.

Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa
terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia
sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang
memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang
berlaku pada konteks global dan lokal.

Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih,
sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan
kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam
mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan
antisipatif terhadap ketidakpastian.

Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam


bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh
karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi
dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses perkembangan kurikulum sebagai sifatnya yang senatiasa berubah turut
dipengaruhi oleh faktor-faktor sekitar yang merangsang reaksi manusia yang terlibat

12
dalam kepentingannya serta prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman. Adapun beberapa
faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, yaitu meliputi:
1. Pergururan Tinggi
2. Masyarakat
3. Sistem Nilai
4. Psikologis
5. Sosial-Budaya
6. Politik
7. Pembangunan Negara Dan Perkembangan Dunia
8. Ilmu dan Teknologi (IPTEK)

DAFTAR PUSTAKA

Asrohah, Hanun dkk,. 2014. Pengembangan Kurikulum, Surabaya: Kopertais IV Press

Beeby, C.E. (diterjemahkan oleh BP3K dan YIIS Jakarta). 1979. Pendidikan Indonesia, New
Zeland: Oxford University Press

Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara

https//:books.google.co.id/books/about/Curriculum_Development.html?id=Rm1
YAAAAYAAJ&redir_esc=y, akses 21 September 2015: 15.30 WIB

Ikhwan, Afiful. 2013. Pengembangan Kurikulum PAI, Tulungagung: Insan Cita Press dan
STAIM Tulungagung

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

13
Nasution, S. 2001. Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara,

Sukmadinata, Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, Bandung: PT


Remaja Rosyada Karya

Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya. 1995. Pengantar Didaktik Metodik
Kurikulum PBM, Surabaya: Rajawali Pers,

14

Anda mungkin juga menyukai