Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang melaju
cepat, dan dinamis, menuntut kemajuan masyarakat sebagai pelaku pendidikan dan
juga berkembang. Maka dari itu perlu adanya pengembangan kurikulum sebagai
modal dasar agar pembelajaran dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
Pengembangan kurikulum tidak lepas dari berbagai aspek yang
mempegaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai koral, keagamaan, politik,
budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan
masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi
bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Dewasa ini telah banyak dikembangkan model-model pengembangan
kurikulum. Setiap model pengembangan kurikulum memiliki karakteristik pada pola
desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dalam pembelajaran. Pemilihan suatu
model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan pada kelebihan dan
kebaikannya, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem
pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang
digunakan.
Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasikan berdasarkan basis
apa yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternative yang menekankan
pada kebutuhan mata pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu
pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau permasalahan sosial. Oleh karena itu,
pengembangan kurikulum perlu dilakukan dengan berlandaskan pada teori yang tepat
agar kurikulum yang dihasilkan bisa efektif.
Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik, pengembang kurikulum
semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum. dengan
memahami esensial model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternative model
pengembangan kurikulum, para pengembang diharapkan akan bekerja secara lebih
sistematis, sistematik dan optimal. Sehingga harapan ideal terwujudnya suatu

1
kurikulum yang akomodatif dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik, bisa
diwujudkan.
Penjelasan diatas merupakan kerangka dasar dari model pengembangan
kurikulum, untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
Sehubungan apa yang penulis kemukakan dalam latar belakang diatas, melalui
chapter report ini penulis Ingin membahas beberapa permasalahan yang erat
hubungannya dengan permasalahan penulis, yaitu:
1. Bagaimana bentuk model pengembangan Kurikulum?
2. Bagaimanakah fungsi pengembangan kurikulum bagi guru?
3. Apa saja model-model pengembangan kurikulum?

C. Identitas Buku
Untuk menjawab permasalhan di atas, penulis menggunakan buku model
pembelajaan, yang mana identitas buku tersebut sebagai berikut:
1. Penulis : John P. Miller
2. Judul Buku : Curriculum perspectives and Practice
3. Judul chapter : Curriculum Development Models
4. Penerbit : Wayne seller
5. Tempat terbit : United States of America
6. Tahun terbit : 1943
7. Edisi :1
8. Halaman : 204-231
9.
D. Tujuan penulisan
Chapter Report yang disusun ini diharapkan dapat menjawab permasalahan
yang dikemukakan pada bagian pendahuluan dan kemudian menjadikannya sebagai
suatu yang dapat memperkaya ilmu pengetahuan penulis dan pembaca dalam kegiatan
belajar mengajar.
Disamping itu, tujuan penulisan Chapter Report ini untuk memenuhi tugas
Ujian Tengah Semester pada semester 5 tahun akademik 2018/2019 dalam mata
kuliah Pengembangan Kurikulum Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol
Padang yang dibimbing oleh Prof. Dr. H. Syafruddin Nurdin, M.Pd.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pengembangan kurikulum


Model adalah pola-pola penting yang berguna sebagai pedoman untuk
melakukan suatu tindakan. Menggunakan model pada perkembangan kurikulum dapat
meningkatkan efesiensi dan produktivitas. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata,
pengembangan kurikulum berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru
(curriculum Construction) bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada
(curriculum improvement).
Menurut Good (1972) dan Travers (1973), model adalah abstraksi dunia maya
atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis,
grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi
merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian,
model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk
menerjemahkan sesuatu dalam realitas, yang sifatnya lebih praktis. Model berfungsi
sebagai sarana untuk mempermudah komunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat
perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk
kegiatan pengelolaan.
Nadler (1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat
menolong si pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar
dan menyeluruh. Hal ini berarti model pengembangan kurikulum yang baik adalah
model yang dapat membantu para pengembang kurikulum dalam mengembangkan
kurikulum di lapangan. Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah sebagai
berikut:
1) Model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia.
2) Model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan
penelitian.
3) Model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks.
4) Model dapat digunakan sebagai pediman untuk melakukan kegiatan.

B. Fungsi model Pengembangan Kurikulum Bagi Guru

Model pengembangan kurikulum bagi guru berfungsi sebagai berikut:

3
1. Sebagai pedoman bgai guru untuk memilih modle pengembangan yang sesuai
dengan pelaksanaan pengembangan kurikulum di lapangan
2. Sebagai bahan pengetahuan untuk melihat lahirnya bagaimana sebuah
kurikulum tercipta dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan di lapangan,
yang mungkin selama ini guru hanya mengetahui bahwa kurikulum itu sebagai
sesuatu yang siap saji, padahal melalui proses yang panjang sesuai dengan
model yang mana yang dipilih oleh pengembang kurikulum atau pengambil
kebijaksanaan.
3. Sebagai bahan untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan visi, misi,
karakteristik, dan sesuai dengan pengalaman belajar yang diharapkan atau
dibutuhkan oleh siswa.
4. Sebagai bahan untuk mengadakan penelitian yang merupakan bagian tugas
professional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan
kinerjanya sebagai guru.
5. Sebagai bahan untuk melihat perbandingan dan keberhasilan tentang model
pengembangan kurikulum yang digunakan suatu sekolah, yang nantinya
diharapkan untuk memperbaiki kurikulum yang dilaksanakan.

C. Jenis-Jenis Model Pengembangan Kurikulum


1. Model pengembangan transmisi Gagne dan Briggs
Robert Gagne adalah salah satu pendukung utama sistem desain
pengajaran. Dalam Principles of Instructional Design, Gagne dan Briggs (1979)
menggambarkan model pengembangan kurikulum berdasarkan pada teknologi
pendidikan. Model transmisi yang dikembangkan dilandasi oleh konsep-konsep
sebagai berikut : (a) Menekankan perbedaan individual. Hal ini terlihat pada
program pembelajaran yang menggunakan selft-instructional, program Branching,
dan konsep Product testing yang menggunakan hardware. (b) Menekankan pada
psikologi perkembangan, berkaitan dengan prilaku siswa dan teori belajar yang
ditekankan pada hubungan penguatan dengan mesin pengajaran. (c) Menekankan
pada penggunaan media, berupa media ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang
bersifat fisik dan non fisik.
Gagne menganjurkan "system approach" untuk desain pengajaran yang
didasarkan pada "pemikiran logis, sistematis" dan "uji empiris dan pencarian
fakta." Dia mengklaim bahwa pendekatan pengembangan kurikulum ini "lebih

4
dekat dengan ilmu pendidikan daripada pendekatan lain dalam desain
pengajaran". Menurut Gagne, keuntungan utama dari pendekatan semacam itu
adalah memberikan dasar bagi sistem akuntabilitas. Model Gagne meliputi 12
langkah:
1) Analisis kebutuhan. Langkah pertama adalah mengidentifikasi kebutuhan
untuk pengembangan kursus. Menurut Gagne, kebutuhan yang dirasakan
biasanya terbagi dalam tiga jenis: "(1) kebutuhan untuk melakukan
pengajaran secara lebih efektif dan efisien (2) kebutuhan untuk
merevitalisasi konten dan metode untuk beberapa kursus yang ada, atau (3)
kebutuhan untuk mengembangkan kursus baru.
2) Analisis Tujuan. Langkah selanjutnya dalam proses ini adalah untuk
menggambarkan tujuan dan sasaran untuk sistem pengajaran, bekerja dari
tujuan umum ke tujuan tertentu.
3) Analisis Cara Alternatif untuk Memenuhi Kebutuhan. Langkah ini berkaitan
dengan apa yang diajarkan dan bagaimana mengajarkannya.
4) Merancang Komponen Pengajaran. Keputusan pada titik ini dalam urutan
melibatkan prosedur berikut:
a. Merencanakan sifat bahan untuk studi
b. Menentukan metode mempelajari bahan
c. Memutuskan antara mondar-mandir sendiri dan kelompok-mondar-
mandir bahan untuk presentasi.
d. Mengidentifikasi sifat dari kegiatan pelajar untuk terlibat dalam
sehubungan dengan materi, atau sehubungan dengan tujuan.
e. Merencanakan bagaimana melacak kemajuan siswa dan bagaimana
mengarahkan kemajuan tersebut.
f. Menjelaskan peran guru sehubungan dengan materi dan perkembangan
murid.
g. Menjadwalkan kegiatan kelompok dan metode pengajaran yang akan
digunakan.
h. Memutuskan batas waktu untuk belajar mandiri, atau "penjadwalan
terbuka," jika penguasaan daripada waktu adalah batasan penjadwalan.
i. Penilaian kinerja siswa.
j. Merancang prosedur "pedoman", di mana opsi dalam tujuan ditawarkan,
atau di mana "rute ke tujuan" yang berbeda disediakan.

5
5) Analisis Sumber Daya dan Kendala. Pada langkah ini, setiap komponen
diperiksa sehubungan dengan sumber daya dan kendala yang tersedia.
misalnya, jika kurikulum meminta siswa untuk pergi ke luar sekolah, guru
harus berurusan dengan kendala hukum dan administrasi terkait kegiatan di
luar sekolah .
6) Tindakan Penghapusan Kendala. Gagne mengklaim bahwa kendala yang
timbul dari kebutuhan efektivitas biaya mungkin sangat sulit untuk
dihilangkan; oleh karena itu, ia berpendapat, harga "kegagalan" (mis., putus
sekolah, kenakalan, lulusan yang tidak kompeten) harus dipertimbangkan
dalam setiap analisis efektivitas biaya program pendidikan.
7) Memilih atau Mengembangk an Bahan. Pada langkah ini, perencana
memeriksa materi yang relevan. Ini mungkin melibatkan pembelian bahan
ajar dan pendesainan ulang bahan yang saat ini digunakan.
8) Merancang Asesmen Kinerja-Siswa. Perancang sekarang beralih ke
pengembangan alat penilaian. Tes semacam itu memungkinkan guru untuk
menemukan apa yang telah dikuasai siswa dan apakah siswa siap untuk
melanjutkan ke tujuan berikutnya.
9) Pengujian Lapangan dan Evaluasi Formatif. Gagne menyarankan bahwa
sistem baru pertama-tama harus dicoba dengan kelompok-kelompok kecil
siswa atau dengan beberapa peserta didik individu dalam situasi satu-ke-
satu. Setelah uji coba awal ini, sistem baru dapat digunakan di ruang kelas
berukuran normal.
10) Penyesuaian, Revisi, dan Evaluasi Lebih Lanjut. Setelah program baru
sepenuhnya dilaksanakan, penyempurnaan lebih lanjut dapat dilakukan.
Sebagai contoh, setelah sistem telah digunakan selama beberapa tahun,
umpan balik lebih lanjut dari guru dapat diminta.
11) Evaluasi Summatif Sistem. Evaluasi sumatif dilakukan setelah kurikulum
baru telah sepenuhnya diterapkan, modifikasi awal telah dilakukan melalui
evaluasi formatif, dan sistem telah ada untuk periode yang diperpanjang
dalam kondisi normal.
12) Instalisasai operasional. Setelah sistem pengajaran dasar terbukti efektif
melalui evaluasi sumatif, kurikulum baru seakarang siap digunakan secara
luas. Tentu saja, penyesuaian harus dilakukan untuk setiap local tertentu.

6
2. Model Pengembangan Kurikulum Tyler
Dalam bukunya yang berjudul Basic Principles Curriculum and
Intruction (1949), Tyler mengatakan bahwa Curriculum development needed to be
treated logically and systematically. Ia berupaya menejlaskan tentang pentingnya
pendapat secara rasional, menganalisis, menginterprestasikan kurikulum dan
program pengajaran dari suatu lembaga pendidikan.
Tyler mengungkapkan bahwa untuk mengenbangkan suatu kurikulum,
perlu menempatkan empat pertanyaan berikut:
1) Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah?
2) Pengalam-pengalaman pendidikan apakah yang semstinya diberikan untuk
mencapai tujuan pendidikan?
3) Bagaimanakah pegelaman-pengalaman pendidikan sebaiknya di
organisasasikan/
4) Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah dicapai?

Berikut ini ada 4mpat tahapan model pengembangan kurikulum Tyler.

1) Menentukan tujuan pendidian


Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai
dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus
menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program
pendidikan, segingga tjuan tersebut dirumuskan secara jelas sampai pada
rumusan tujuan khusus guna mempermudah pencapaian tujuan tertentu.

2) Menentukan pengalaman belajar


Langkah kedua dalam proses pengembangan kurikulum model Tyler
adalah memilih pengalaman belajar sesuai dengan tujuan tertentu. Pengalaman
belajar berarti segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Pengalaman belajar adalah interaksi edukatif peserta didik dengan sumber
belajar (guru/dosen, buku, lingkungan, dan lain-lain).

3) Menentukan organisasi pengalaman belajar


Langkah pengorganisasian ini sangatlah penting, sebab dengan
pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksana proses
pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.

7
Bahan yang harus dipelajari peserta didik dan pengalaman belajar apa yang
harus dilakukan itu, di organisasikan sedemikian rupa sehingga dapat
memudahkan dalam pencapaian tujuan.
4) Menentukan evaluasi pembelajaran
Evaluasi memegang peranan yang cukup penting, sebab dengan evaluasi
dapat ditentukan apakah kurikulum yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai oleh sekolah atau belum. Ada dua aspek yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan evaluasi. Pertama, evaluasi harus menilai
apakah telah terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan. Kedua, evaluasi sebaiknya menggunakan
lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu. Dengan demikian,
penilaian suatu program tidak mungkin hanya dapat mengandalkan hasil tes
siswa setelah akhir proses pembelajaran

3. Model pengembangan Kurikulum Hilda Taba


Model pengembangan Taba lebih bersifat induktif. Taba mempercayai
bahwa guru merupakan factor utama dalam usaha pengembangan kurikulum.
Menurut Taba, guru harus penuh aktif dalam pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memposisikan guru sebagai
innovator dalam pengembang kurikulum merupakan karakteristik dalam model
pengembangan Taba. Langkah-langkah pengembangan kurikulum Taba sebagai
berikut:
a. Mendiagnosis kebutuhan. Dalam langkah ini guru mengindentifikasi
sejumlah kebutuhan yang merupakan dasar dari kesatuan perencanaan.
b. Perumusan tujuan ; meliputi bidang-bidang sebagai yaitu a) rencana atau
ide untuk dipelajari. b) Sikap, kepekaan, dan perasaan untuk
dikembangkan. c) Cara berpikir untuk memperkuat perasaan. d) Kebiasaan
dan keahlian untuk dikuasai/miliki.
c. Pemilihan isi. Langkah-langkah dalam pemilihan isi adalah a) Menyiapkan
panduan. Untuk memberikan kerangka kerja untuk seleksi itu. b) Logika
dari inti permasalahan.
d. Organisasi Isi. Dalam musatan organisasi, Taba memberitahukan bahwa
langkah pertama adalah menentukan sebuah topic dan kemudian
mengindetifikasikan ide dasar.

8
e. Pemilihan pengalaman belajar. Untuk pemilihan pengalaman-pengalaman
belajar Taba menjelaskan bahwa pengalaman belajar harus merefleksikan
berbagai pengalaman belajar termasuk membaca, menulis, mengamati,
melakukan penelitian, menganalisis, mendiskusikan, melukis,
membangun, dan mendramatisir.
f. Penentuan evaluasi. Pada langkah ini, Taba menyarankan pada ketentuan
apakah tujuan telah dicapai, diagnosis perencanaan kurikulum dan
penilaian dari beberapa perubahan dalam tingkah laku peserta didik.

4. Model pengembangan kurikulum Miller-Seller


Miller dan Seller (1985) mengemukakan bahwa proses pengembangan
kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus. Seller
meamandang bahwa pengembangan kurikulum harus dimulai dari sebagai berikut:
a. Pengembangan kurikulum berdasarkan orientasi.
Orientasi itu mencerminkan pandangan filsafat, psikologi, dan teori
belajar, tentang masyarakat, pandangan tentang dunia atau paradigm yang
dianut para Pembina. Berdasarkan orientasi itu selanjutnya dikembangkan
kurikulum menjadi pedoman pembelajaran, diimplementasikan dalam
proses pembelajaran dan dievaluasi.
b. Tujuan.
Sesudah pemantapan orientasi kurikulum perku pengembangan tujuan,
baik yang bersifat developmental, maupun spesifik. Tujuan umum
mencerminkan gambaran peserta didik dan gambaran masyarakat. Setiap
tujuan umum harus dapat dijabarkan dalam program-program yang
ditujuan kepada murid dalam berbagai tingkat perkembangan.
c. Pengalaman belajar.
Dalam model Miller dan seller guru perlu memilih model posisi yang
sesuai. Pertimbangan dalam memilih strategi adalah sebagai berikut, 1)
keseluruhan model sejalan dengan tujuan, 2) struktur model serasi dengan
kebutuhan siswa, 3) guru mendapat penataran yang menunjang penerapan
model. 4) sumberuntuk pelaksanaan model tersedia.
d. Implementasi
Miller dan Seller mengemukakan bahwa “Implementasi kurikulum
merupakan suatu penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum

9
ke dalam praktik pembelajaran atau aktivitas-aktivitas baru, sehingga
terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan berubah”.
e. Evaluasi
Menurut model Miller-seller ini prosedur-prosedur evaluasi dalam
pengembagan kurikulum hendaknya merefleksikan orientasi seseorang.
Prosedur evaluasi yang dibakukan pada umumnya tidak sesuai dengan
kurikulum transformasi.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dalam
chapter repot ini dapat disimpulkan beberapa hal:
1. Pengertian model pengembangan kurikulum, yaitu menurut Menurut Good dan
Travers model adalah abstraksi dunia maya atau representasi peristiwa kompleks
atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang
lainnya. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan
yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu dalam realitas, yang sifatnya
lebih praktis.
2. Fungsi pengembangan kurikulum bagi guru yaitu:
a. Sebagai pedoman bagi guru untuk memilih model pengembangan yang
sesuai dengan pelaksanaan pengembangan kurikulum di lapangan
b. Sebagai bahan pengetahuan untuk melihat bagaimana sebuah kurikulum
tercipta dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan di lapangan,
c. Sebagai bahan untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan visi, misi,
karakteristik, dan sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan
siswa.
d. Sebagai bahan untuk mengadakan penelitian yang merupakan bagian tugas
professional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan
kinerjanya sebagai guru.
e. Sebagai bahan untuk melihat perbandingan dan keberhasilan tentang
model pengembangan kurikulum yang digunakan suatu sekolah, yang
nantinya diharapkan untuk memperbaiki kurikulum yang dilaksanakan.
3. Jenis-jenis model pengembangan kurikulum
a. Model Trasmisi Gagne dan Briggs yang menggambarkan model
pengembangan kurikulum berdasarkan pada teknologi pendidikan. Dengan 12
langkah yaitu:
a. Menganalisis tujuan
b. Analisis tujuan

11
c. Analisis Cara Alternatif untuk Memenuhi Kebutuhan
d. Merancang Komponen Pengajaran
e. analisis Sumber daya dan kendala
f. Tindakan penghapusan kendala
g. Memilih atau Mengembangkan Bahan
h. merancang asesmen kinerja siswa
i. pengujian lapangan dan evaluasi formatif
j. Penyesuaian, Revisi, dan Evaluasi Lebih Lanjut
k. evaluasi summative sistem
l. Instalisasai operasional
b. Model pengembangan kurikulum Tyler yaitu lebih bersifat bagaimana
merancang suatu kurikulum sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi
pendidikan dan mengembangkan kurikulum dalam 4 tahap yaitu:
a. Menentukan tujuan pendidikan.
b. Menentukan pengalaman belajar
c. Menentukan organisasi pengalaman belajar.
d. Menentukan evaluasi pembelajaran

c. Model pengembangan kurikulum Hilda Taba yaitu mempercayai bahwa guru


merupakan factor utama dalam usaha pengembangan kurikulum. yang terdiri
dari beberapa langkah:
a. Mendiagnosis kebutuhan.
b. Perumusan tujuan
c. Pemilihan isi.
d. Organisasi Isi.
e. Pemilihan pengalaman belajar.
f. Penentuan evaluasi.
d. Model pengembangan kurikulum Miller dan Seller yaitu model
mengemukakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah rangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus yang dimulai dari
Pengembangan kurikulum berdasarkan orientasi, Tujuan, Pengalaman belajar.
, Implementasi, dan Evaluasi

12
B. Saran
Demikian penulisan Chapter report ini, telah diketahui bahwa model
pengembangan kurikulum merupakan salah satu model yang harus diterapkan dalam
suatu pendidikan. Sehingga bagi seorang mahasiswa yang akan menjadi calon guru
nantinya agar dapat mengembangan kurikulum dengan baik dan memahami berbagai
model pengembangan kurikulum agar kurikulum yang dihasilkan bisa efektif.

13

Anda mungkin juga menyukai