Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TELAAH KURIKULUM

“PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM”

KELOMPOK 1 :

DHIAN ANANDITA JUMADIR A221 18 001

NURWAHDA A221 18 033

ZAKIYAHTUL FATANAH A221 18 090

NAHDIRA A221 18 005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang bertemakan
"Hakikat Kurikulum". Meskipun banyak hambatan yang penyusun alami dalam
proses pengerjaannya, namun akhirnya saya berhasil menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.

Tentunya terdapat hal-hal yang ingin saya sampaikan kepada masyarakat


dari hasil makalah ini. Oleh karena itu saya berharap semoga makalah ini dapat
menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

Saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Palu, 11 APRIL 2021

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................1

DAFTAR ISI.................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................3

1.1Latar BelakangMasalah.........................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................5

2.1Pendekatan Bidang Studi.......................................................................5

2.2Pendekatan Berorientasi........................................................................6

2.3Pendekatan Dengan Pola Orientasi.......................................................7

2.4 Pendekatan Rekontruksionalisme........................................................8

2.5 Pendekatan Humanistik........................................................................10

2.6 Pendekatan Accountability...................................................................14

BAB III PENUTUP......................................................................................15

3.1 Kesimpulan.............................................................................................15

3.2 Saran.......................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurikulum memegang peranan penting dalam pendidikan, sebab berkaitan


dengaan penentuan arah, isi dan proses pendidikan yangg pada akhirnya
menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Seiring
dengaan perkembangan zaman dan tuntutan darii masyarakat, maka dunia
pendidikan harus melakukan inovasi dalam pendidikan. Sebagai salah satu
komponen dalam sistem pendidikan, pengembangan kurikulum memiliki peranan-
peranan penting.
Perubahan kebijakan pengelolaan pendidikan darii sentralistik menjadi
desentralistik, semarak sekaligus menjadi kompleks. Apabila pada awalnya dunia 
persekolahan terkesan sebatas dunia pemerintah (kepala sekolah dan guru),
sekarang menjadi dunia yangg demikian terbuka
dan sekolahdapattmengembangkankurikulumyanggtepatbagisekolahnyamasing-
masingsehingga  menjadikan banyak pihak dapatt terlibat. Dalam kondisi seperti
ini, persoalan kurikulum tidak semata urusan sekolah (kepala sekolah dan guru),
melainkan pula menjadi urusan banyak pihak lainnya seperti orang tua murid dan
masyarakat. Artinya pengembangan sebuah kurikulum sekolah melibatkan
berbagai pihak dengaan perannya masing-masing.Pihak-pihak yangg terlibat
dalam pengembangankurikulum ini sangatpentingbagiterciptanyakurikulumyangg
sesuaidengaankebutuhanbelajarsiswa. Pihaktersebutdiantaranya para administrator
pendidikan, para ahli, kepala sekolah, guru, komite sekolah, orang tua murid dan
masyarakat.
Dalam makalah ini penulis akan mengkaji peran pengembangan kurikulum
sekolah yangg melibatkan berbagai pihak-pihak diatas.

3
1.2          Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa rumusan masalah yangg
akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya yaitu :
1)       Bagaimana pendekatan bidang studi?
2)       Bagaimana pendekatan berorientasi pada tujuan?
3)       Bagaimana pendekatan dengan pola orientasi bahan?
4) Bagaimana pendekatan rekontruksionalisme?
5) Bagaimana pendekatan humanistik ?
6) Bagaimana pendekatan accountability ?

1.3          Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini meliputi :
1)       Untukk menjelaskan pendekatan bidang studi
2)       Untukk menjelaskan pendekatan berorientasi pada tujuan
3)       Untukk menjelaskan pendekatan dengan pola orientasi bahan
4) Untuk menjelaskan pendekatan rekontruksionalisme
5) Untuk menjelaskan pendekatan humanistik
6) Untuk menjelaskan pendekatan accountability

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Bidang Studi


Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai
dasar organisasi kurikulum, misalnya matematika, sains, sejarah, geografi atau
IPA, IPS seperti yang didapati dalam sistem pendidikan sekarang di semua
sekolah dan universitas.Jika dikelompokkan atau dibedakan itu menjadi macro
organizer, organizer dan micro organizer.
Macro organizer : Matematika
Organizer :Aljabar, Geometri, Kalkulus
Micro organizer : Aljabar I, Aljabar II dan sebagainya
Faktor yang diutamakan dalam pendekatan ini ialah penguasaan bahan dan
proses dalam ilmu tertentu. Tipe orgasnisasi ini sesuai dengan
falsafahrealisme.Pendekatan ini paling mudah bila dibandingkan dengan
pendekatan lainnya.Hal ini disebabkan disiplin ilmu telah jelas batasannya,
oleh karena itu lebih mudah dievaluasi.
Sebagai guru yang baik, Anda pasti memikirkan tentang bidang/mata
pelajaran apa yang akan Anda sajikan saat proses belajar. Anda pasti telah
mempersiapkan dengan baik pokok-pokok bahasan yang berhubungan dengan
studi atau mata pelajaran yang akan Anda ajarkan. Inilah yang dimaksud
dengan pendekatan bidang studi atau pendekatan mata pelajaran. Pendekatan
ini biasanya membagi-bagi organisasi kurikulum berdasarkan bidang studi
yang akan diajarkan, seperti Matematika, Sains, Sejarah, goegrafi, Bahasa
Indonesia, IPA dan IPS (Nasution dalam Idi 2007:200).

Pendekatan kurikulum dalam pendekatan ini dilakukan dengan langkah-


langkah berikut:
a) Mengidentifikasi pokok-pokok bahasan yang akan diajarkan.

5
b) Merinci berbagai pokok bahasan itu menjadi bahan-bahan pelajaran yang
akan diajarkan.
c) Mengidentifikasi dan mengurutkan pengalaman belajar serta keterampilan-
keterampilan prasyarat (prerequsite) yang harus dimiliki peserta didik.

2.2 Pendekatan Berorientasi Pada Tujuan

Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan rumusan atau


penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah
pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

Kelebihan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi


pada tujuan adalah:

 Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusunan kurikulum


 Tujuan yang jelas pula didalam menetapkan materi pelajaran, metode,
jenis kegiatan dan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan
 Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam
mengadakan penilaian terhadap hasil yang di capai.

Hasil penilaian yang terarah tersebut akan membantu penyusun kurikulum dalam
mengadakan perbaikan-perbaikan yang di perlukan. Sedangkan kelemahan dari
pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan yaitu
kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri (bagi guru).

Apapun kegiatan, “tujuan” selalu mendekati posisi sentraldengan tujuan ini dapat
diketahui arah dari suatu kegiatan, tidak terkecuali kegiatan pembelajaran.

Soebadiyah dalam Idi (2007:200) menyebutkan empat kelebihan dari kurikulum


yang berorientasi pada tujuan.

a) Memberikan kejelasan bagi penyusun kurikulum tentang apa yang ingin


dicapai.

6
b) Memberikan arah yang jelas dalam menetapkan materi pelajaran, metode,
jenis kegiatan, dan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.
c) Memberikan arah dalam proses penilaian terhadap hasil yang dicapai.
d) Memanfaatkan hasil penilaian untuk membantu penyusunan kurikulum
dalam melakukan perbaikan yang diperlukan.

2.3 pendekatan dengan pola orientasi bahan

Pendekatan ini mencakup pola pendekatan Subject Matter Curriculum,


Corelated Curriculum,dan Integrated Curriculum.

a) Pendekatan pola mata pelajaran (Subject Matter Curriculum), yang


menekankan pada pemisahan mata pelajaran menjadi beberapa bagian
dimana mata pelajaran ini tidak berhubungan satu dengan yang lainnya.
b) Pendekatan dengan pola korelasi (Corelated Curriculum), yang
mengelompokkan beberapa mata pelajaran yang saling berhubungan. Idi
(2006:201) menyatakan bahwa pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai
aspek yaitu:
o Pendekatan Struktur
Mata pelajaran IPS, misalnya terdiri dari sejarah, ekonomi dan sosiologi.
o Pendekatan fungsional
o Masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari
o Pendekatan tempat atau daerah yang menggunakan lokasi atau tempat
tertentu sebagai pokok pembicaraan
c) Pendekatan pola integrasi (integrated curriculum), yang menerpadukan
bagian-bagian menjadi keseluruhan yang mempunyai arti tertentu..
keseluruhan itu tidak hanya sekedar kumpulan dari bagian-bagian, tetapi
keseluruhan yang mempunyai arti tertentu.

7
2.4 Pendekatan Rekonstruksionalisme

Pendekatan ini disebut Rekonstuksi sosial. Kurikulum rekonstruksi sosial


sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik
perkembangan ekonomi. Banyak prinsip kelompok ini yang konsisten dengan
cita-cita tertinggi, contohnya masalah hak asasi kaum minoritas, keyakinan dalam
intelektual masyarakat umumnya, dan kemampuan menentukan nasib sendiri
sesuai arahan yang mereka inginkan.

Pengajaran kurikulum rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-


daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi.
Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari
potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha
mengembangna potensi tersebut. Di daerah pertanian misalnya maka sekolah
harus mengembangkan bidang pertanian, sementara kalau daerah industry maka
yang harus dikembangkan oleh sekolah adalah bidang industri. Sehingga
kurikulum tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakatdaerah tersebut.

Kurikulum rekonstruksi sosial bertujuan untuk menghadapka peserta didik


pada berbagai permasalahan manusia dan kemanusian. Para pendukung kurikulum
ini yakin, bahwa permasalahan yang muncul tidak harus diperhatikan oleh
“pengetahuan sosial” saja, tetapi oleh setiap disiplin ilmu.

Kegiatan yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi sosial antara lain


melibatkan:

1. Survei kritis terhadap suatu masyarakat


2. Studi yang melibatkan hubungan antara ekonomi lokal dengan ekonomi
nasional atau internasional
3. Studi pengaruh sejarah dan kencenderungan situasi ekonomi lokal
4. Uji coba kaitan praktik politik dengan perekonomian
5. Berbagai pertimbangan perubahan politik, dan
6. Pembatasan kebutuhan masyarakat pada umumnya.

8
Dari pemikiran diatas, maka penyusunan dan pengembangan kurikulum harus
bertitik tolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat. Pendekatan
kurikulum rekonstrksi sosial ini selain menekan pada isi pembelajaran, sekaligus
juga menekankan pada proses pendidikan dari pengalaman belajar. Ini
dikarenakan, pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahwa, manusia adalah
makhluk sosial yang sepanjang kehidupannya membutuhkan orang lain, selalu
bersama, berinteraksi dan bekerjasama.

Dari pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini, nantinya diharapkan


peserta didik mempunyai tanggung jawab dalam masyarakatnya guna membantu
pemerintah dalam perbaikan-perbaikan dalam masyarakatnya yang lebih baik lagi
kedepannya.

Adapun pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini mempunyai ciri-ciri


berkenaan dengan:

1.Tujuan

Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para peserta


didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan
yang dihadapi manusia. Karena itu, tujuan program pendidikan setiap tahun
berubah. Tantangan-tantangan tersebut merupakan bidang garapan selain bidang
studi agama, juga perlu didekati dari bidang-bidang lain seperti ekonomi,
sosiologi, ilmu pengetahuan alam, estetika, matematika dan lain-lain.

2.Metode

Tugas guru dalam kegiatan pembelajaran dalam kurikulum rekonstruksi sosial,


yaitu: berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan
peserta didik. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru harus dapat
membantu para peserta didik untuk menemukan minat dan kebutuhannya.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan dalam


persoalan-persoalan tersebut di atas dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode antara lain: (1) mengadakan survei kritis kepada masyarakat; (2)

9
mengadakan studi banding ekonomi lokal dan nasional; (3) mengevaluasi semua
rencana dengan criteria, apakah telah memenuhi kepentingan sebagian besar
orang.

3.Organisasi Isi

Pola organisasi isi kurikulum rekonstruksi sosial disusun seperti roda. Ditengah-
tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi tema utama dan
dibahas secara pleno. Tema-tema tersebut dijabarkan ke dalam sejumlah topik
yang dibahas dalam diskusi kelompok, latihan-latihan, kunjungan dan lain-lain.
Topik-topik dengan berbagai kelompok ini merupakan jari-jari. Semua kegiatan
jari-jari tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velk.

4. Evaluasi

Dalam kegiatan evaluasi para peserta didik dilibatkan. Keterlibatan para peserta
didik terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan.
Soal-soal yang akan diujikan terlebih dahulu diuji untuk menilai ketepatan
maupun keluasan isinya. Selain itu juga untuk menilai keampuhannya dalam
menilai pencapaian tujuan-tujuan pembangunan kehidupan keberagaman
masyarakat yang sifatnya kualitatif.

2.5 Pendekatan Humanistik

Pada pendekatan humanistik berpusat pada siswa, jadi student centered, dan
mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian
integral dari proses belajar. Menurut Somantrie dalam Abdullah Idi, bahwa pada
pendekatan humanistik prioritasnya adalah pengalaman belajar yang diarahkan
terhadap tanggapan minat, kebutuhan dan kemampuan anak.

(Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik ( Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media, 2011), h. 225 )

10
Permasalahan yang perlu disadari adalah bahwa materi bukanlah tujuan. Dengan
demikian, keberhasilan pendidikan tidak semata-mata diukur dengan lancarnya
proses transmisi nilai-nilai (dalam hal ini materi pelajaran yang terformat dalam
kurikulum), melainkan lebih dari sekadar hal itu. Pendidikan humanistik
menganggap materi pendidikan lebih merupakan sarana, yakni sarana untuk
membentuk pematangan humanisasi peserta didik, jasmani dan ruhani secara
gradual.

(Baharuddin & Makin, Pendidikan Humanistik: Konsep, Teori, dan Aplikasi


Praktis dalam Dunia Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), h. 192)

Jadi dari hal tersebut dapatlah kita pahami bahwa pada pendekatan humanistik
tujuan dari pendidikan itu bukan hanya pada nilai-nilai yang dapat dicapai pesera
didik tapi lebih kepada pembentukan perubahan pada peserta didik, baik secara
jasmani maupun ruhani. Selanjutnya siswa hendaknya diturut sertakan dalam
penyelenggaraan kelas dan keputusan instruksional. Dan siswa hendaknya turut
serta dalam pembuatan, pelaksanaan, dan pengawasan peraturan sekolah. Siswa
hendaknya diperbolehkan memilih kegiatan belajar, dan siswa boleh
membuktikan hasil belajarnya melalui berbagai macam karya atau kegiatan.

Pendidikan yang humanistik memandang manusia sebagai manusia, yakni


makhluk hidup ciptaan Allah dengan fitrah-fitrah tertentu. Sebagai makhluk
hidup, ia harus melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan
hidupnya. Sebagai pribadi, manusia juga sebagai makhluk social yang memilki
hak-hak sosial dan harus menunaikan kewajiban-kewajiban sosialnya.

Dalam kurikulum humanistik, guru diharapkan dapat membangun hubungan


emosional yang baik dengan peserta didiknya, untuk perkembangan individu
peserta didik itu selanjutnya. Oleh karena itu, peran guru yang diharapkan adalah
sebagai berikut:

(Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2008), h. 144)

11
1. Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif

2. Menghormati individu peserta didik, dan

3. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.

Tugas guru dalam kurikulum humanistik adalah menciptakan situasi yang


permisif dan mendorong peserta didik untuk mencari dan mengembangkan
pemecahan sendiri. Dan tujuan pengajaran adalah memperluas kesadaran diri
sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Dari sini
jelaslah bahwa pendekatan pengembangan kurikulum humanistik ini
mengaharapkan perkembangan diri siswa sehingga dapat menemukan
kepribadiannya yang hidup ditengah-tengah masyarakat.

Pendekatan pengembangan kurkulum ini mempunyai beberapa ciri-ciri, yakni:

1. Tujuan

Tujuan pendidikannya adalah oroses perkembangan pribadi yang dinamis yang


diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadiaan, sikap yang
sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar. Semuanya itu merupakan
bagian dan cita-cita perkembangan manusia yang teraktualisasi (self actualizing
person). Seseorang yang telah mampu mengaktualisasikan diri adalah orang yang
telah mencapai keseimbangan (harmoni) perkembangan seluruh aspek pribadinya
baik aspek kognitif, estetika, maupun moral.

2. Metode

Pengembangan kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional yang baik


antara guru dan siswa. Karenanya, menuntut kemampuan guru untuk memilih
metode pembelajaran yang dapat menciptakan hubungan yang hangat antara guru
dengan murid, antara murid dengan murid, dapat memberikan dorongan agar
saling percaya. Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak boleh memaksakan
sesuatu yang tidak disenangi oleh peserta didik.

3. Organisasi Isi

12
Kurikulum humanistik harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh,
bukan pengalaman yang terpenggal-penggal. Karenanya peran guru yang
diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Mendengarkan pandangan realitas peserta didik secara komprehensif

2. Menghormati individu peserta didik, dan

3. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.

4. Evaluasi

Evaluasi kurikulum humanistik berbeda dengan evaluasi pada umumnya, yang


lebih ditekankan pada hasil akhir atau produk. Sebaliknya, evaluasi kurikulum
humanistik lebih menekankan pada proses yang dilakukan. Kurikulum ini melihat
kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk peserta didik masa depan. Kelas yang baik
akan menyediakan berbagai pengalaman untuk mambantu peserta didik
menyadari potensi mereka dan orang lain, serta dapat mengembangkannya.

Pada kurikulum ini, guru diharapkan mengetahui respon peserta didik terhadap
kegiatan mengajar. Guru juga diharapkan mengamati apayang sudah
dilakukannya, untuk melihat umpan balik setelah kegiatan belajar dilakukan.

Sebagai suatu hal yang alamiah, kurikulum humanistik memilki beberapa


kelemahan, seperti:

1. Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi


perkembangan individual peserta didik
2. Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu peserta didik, pada
kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta didi
3. Kurikulum ini kurang memerhatikan kebutuhan masyarakat secara
keseluruhan, dan
4. Dalam kurikulum ini, prinsip-prinsip psikologis yang ada kurang
terhubungkan.

13
2.6 Pendekatan Accountabel

Sistem yang akuntabel memiliki standar dan tujuan yang spesifik serta
mengukur efektivitas suatu kegiatan dengan mengukur taraf keberhasilan siswa
untuk mencapai standar itu. Gerakan ini mulai drasakan manfaatnya bagi dunia
pendidikan ketika sebuah universitas di Amerika Serikat dituntut untuk
membuktikan keberhasilannya dalam dalam mencapai standar yang tinggi. Untuk
memenuhi tuntutan itu, pengembang kurikulum mendesain tujuan pelajaran yang
dapat mengukur prestasi belajar siswa.

Accountability atau pertanggungjawaban lembaga pendidikan tentang


pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat, akhir-akhir ini tampil sebagai pengaruh
yang penting dalam dunia pendidikan. Namun, menurut banyak pengamat
pendidikan accountability ini telah mendesak pendidikan dalam arti yang
sebenarnya menjadi latihan belaka.

Accountability yang sistimatis yang pertama kalinya diperkenalkan


Frederick Taylor dalam bidang industri pada permulaan abad ini. Pendekatannya,
yang kelak dikenal sebagai “scientific management” atau manajemen ilmiah,
menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan pekerja dalam waktu
tertentu.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang
dinamis. Oleh karenanya kurikulum harus selalu dikembangkan dan
disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta masyarakat yang sedang membangun. Hal ini
dimaksudkan agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan
minat, bakat kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah,
sehingga dapat mempelancar program pendidikan salam rangka
perwujudan dan pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Selain harus memperhatikan unsur-unsur diatas, di dalam
mengembangkan sebuah kurikulum juga harus menganut beberapa
pendekatan lurikulum.Pendekatan bidang studi, pendekatan berorientasi,
pendekatan dengan pola orientasi, pendekatan rekontruksionalisme,
pendekatan humanistik, danpendekatan accountability.
3.2 saran
Pendekatanpengembangankurikulumharusdilakukancarakerjadenga
nmenerapkanstrategidanmetode yang tepatdenganmengikutilangkah-
langkahpengembangan yang sistematisuntukmenghasilkankurikulum yang
lebihbaik.Untukdapatmenjadipengembangkurikulum yang andal, guru
dituntutuntukmemilikisejumlahkemampuan.
Dalamrangkamemberikandan/ataumembentukkompetensi guru maka guru
haruslahdiberikankesempatanterlibatsecaralangsungmenghadapidanmemec
ahkanmasalah-masalahkurikulum.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nana Syaodih sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan


Praktek.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor


69 Tahun 2013Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Oemar Hamalik. 2011. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.


Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

S. Nasution, Kurikulum dan Pengajara. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Subandijah.1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada

16

Anda mungkin juga menyukai