Anda di halaman 1dari 18

Makalah Kelompok

‘’Evaluasi Kurikulum’’

Telaah Kurikulum Dan Buku Teks

Pebri Hastuti, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh: Kelompok 6

 Rafli Ramli ( 7213141011 )


 Regina Laurensia Br Ginting (7213141018)


 Regita Amelia (7213141006)
 Rossi Dearni Lingga (7213141022)
 Samuel D.O.L Tobing (7213141016)
 Sarah lylia saragi (7213341015)

Pendidikan Ekonomi A-2021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul Pengembangan Tujuan dan Isi
Kurikulum ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Telaah Kurikulum dan Buku Teks.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Pebri Hastuti, S.Pd., M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Telaah Kurikulum dan Buku Teks yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas ini, ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang
secara tidak langsung memberi kontribusi terhadap penyelesaian makalah ini.
Kami berharap makalah yang telah disusun ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan pembaca dan penulis. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini baik dalam segi isi, susunan
kalimat, maupun tata bahasanya. Hal ini dikarenakan keterbatasaan kemampuan kami. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna
penyempurnaan makalah ini.

Medan, September 2022

Hormat kami
Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................4
C. TUJUAN ......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................5
A. Evaluasi dan Kurikulum.............................................................................................5
B. Konsep Kurikulum .....................................................................................................7
C. Implementasi dan Evaluasi Kurikulum .....................................................................9
D. Peran Evaluasi Kurikulum ....................................................................................... 10
E. Ujian Sebagai Evaluasi Sosial ................................................................................... 11
F. Model Evaluasi Kurikulum ...................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 17
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 17
B. SARAN .......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan,
monitoring, dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian
pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui
bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Tulisan ini
akan membahas mengenai pengertian evaluasi kurikulum, pentingnya evaluasi kurikulum dan
masalah yang dihadapi dalam melaksanakan evaluasi kurikulum.
Selama ini model kurikulum yang berlaku adalah model kurikulum yang bersifat akademik.
Kurikulum yang demikian cenderung terlalu berorientasi pada isi atau bahan pelajaran. Berdasarkan
hasil beberapa penelitian ternyata model kurikulum yang demikian kurang mampu meningkatkan
kemampuan anak didik secara optimal. Hal ini terbukti dari rendahnya kualitas pendidikan kita
dibandingkan dengan negara lain. Sebagai contoh bahwa di beberapa negara asean menunjukkan
bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV sd beradad pada tingkat terendah, untuk mata
pelajaran matematika berada pada urutan ke-32 pada tingkat SLTP. Bukti ini hanya sebagian kecil
saja dari keterpurukan output pembelajaran yang selama ini dikembangkan berdasarkan kurikulum
akademik yang berlaku.
Dampak lain dari implementasi kurikulum akademik ini ternyata tidak mampu memberikan
nilai etika, moral, dan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan siswa dimanapun ia berada. Maka
dengan adanya evaluasi diharapkan dapat memperbaiki aspek-aspek diatas sehingga model
kurikulum yang diterapkan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan proses belajar.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang yang termaktub diatas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi dan kurikulum ?
2. Bagaimana konsep dari kurikulum ?
3. Bagaimana implementasi dan evaluasi dari kurikulum ?
4. Apa peranan evaluasi kurikulum?
5. Bagaimana ujian menjadi evaluasi sosial ?
6. Apa saja model-model evaluasi kurikulum ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian evaluasi dan kurikulum
2. Mengetahui konsep kurikulum
3. Mengetahui implementas dan evaluasi dari kurikulum
4. Mengetahui peranan evaluasi kurikulum
5. Mengetahui ujian menjadi evaluasi social
6. Mengetahui model-model evaluasi kurikulum.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. EVALUASI DAN KURIKULUM
Ada beberapa pengertian evaluasi menurut bebrapa ahli. Wand dan Brown
mendefinisikan evaluasi sebagai “refer to the act or process to determining the value of
something” kegiatan evaluasi mengacu pada suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu
yang dievaluasi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Guba dan Lincoln mendefinisikan
evaluasi merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu
yang dipetimbangkan (evaluand). Dan sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang,
benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu kesatuan tertentu.
Dari kedua pengertian di atas, ada dua hal yang menjadi karakteristik evaluasi.
Pertama, evaluasi merupakan suatu proses. Kedua, evaluasi berhubungan dengan pemberian
nilai atau arti.
Sedangkan pengertian kurikulum adalah secara semantik dikelopokkan menjadi tiga
yaitu, tradisional, modern dan masa kini. Adapun pengertian kurikulum tradisional adalah
semua bidang studi yang diajarkan dalam lembaga pendidkan, pengertian kurikulum secara
modern menyebutkan bahwa bidang studi hanya bagian kecil dari isi kurikulum, yang mana
kurikulum itu menyangkup seluruh kegiatan peserta didik agar mendapatkan pengalaman
aktual baik di kelas, sekolah dan di luar sekolah, yang mana hal tersebut di bawah pengaruh
dan tanggung jawab sekolah. Sedangkan pengertian kurikulum masa kini ialah sebuah
sistem yang mencakup, tujuan, isi, evaluasi dan sebagainya yang saling terkait yang
diusahakan oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam situasi di dalam
maupun di luar sekolah.
Sebagaimana yang diungkapkan pengertian evaluasi dan kurikulum sebelumnya,
evaluasi kurikulum dimaksudkan sebagai suatu proses mempertimbangkan untuk memberi
nilai dan arti terhadap tujuan, isi, hasil pembelajaran yang menyeluruh dan saling
keterkaitan, di mana hal ini diusahakn oleh satuan pendidikan yang dirancang untuk peserta
didik baik di dalam kelas, sekolah maupun di luar sekolah.
Definisi evaluasi memiliki pengertian yang berbeda dengan pengukuran dan
penilaian. Pengukuran berkaitan dengan angka atau kuantitatif, sedangkan penilaian bersifat
kualitatif. Sedang evaluasi merupakan kegiatan yang sistematis yang mencakup pengukuran
dan penilaian. Evaluasi merupakan tahapan akhir dari penilaian dan pengukuran dan
5
didalamnya memiliki unsur pertimbangan dan keputusan terhadap suatu program
berdasarkan standart atau kriteria yang telah ditetapkan sebelum program tersebut
dilaksanakan.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan
kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam
kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang
kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan
kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang
digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala
sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu
perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu
pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya. Evaluasi kurikulum sukar
dirumuskan secara tegas, hal itu disebabkan beberapa faktor:
1. Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus berubah.
2. Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep
kurikulum yang digunakan.
3. Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia yang sifatnya
juga berubah
Evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin yang berdiri sendiri. Ada pihak
yang berpendapat antara keduanya tidak ada hubungan, tetapi ada pihak lain yang
menyatakan keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Pihak yang memandang ada
hubungan, hubungan tersebut merupakan hubungan sebab-akibat. Perubahan dalam
kurikulum berpengaruh pada evaluasi kurikulum, sebaliknya perubahan evaluasi akan
memberi warna pada pelaksanaan kurikulum. Hubungan antara evaluasi dengan kurikulum
bersifat organis, dan prosesnya berlangsung secara evoltisioner, pandangan lama yang tidak
sesuai lagi dengan tuntutan zaman, secara berangsur- angsur diganti dengan pandangan baru
yang lebih.
Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan terus-menerus untuk
mengetahui proses dan basil pelaksanaan sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Evaluasi juga meliputi rentangan yang cukup luas, mulai dari yang bersifat
sangat informal sampai dengan yang sangat formal. Pada tingkat yang sangat informal
evaluasi kurikulum berbentuk perkiraan, dugaan atau pendapat tentang perubahan-
6
perubahan yang telah dicapai oleh program sekolah. Pada tingkat yang lebih formal evaluasi
kurikulum meliputi pengumpulan dan pencatatan data, sedangkan pada tingkat yang sangat
formal berbentuk pengukuran berbagai bentuk kemajuan ke arah tujuan yang telah
ditentukan.

B. KONSEP KURIKULUM
Kurikulum merupakan daerah studi intelek yang cukup luas. Banyak teori tentang
kurikulum berupa teori menekankan pada rencana, yang lain pada inovasi, pada dasar-dasar
filosofis, dan pada konser konsep yang diambil dari ilmu perilaku manusia ini menunjukkan
betapa luasnya teori- teori tentang kurikulum. Secara sederhana teori kurikulum dapat
diklasifikasikan atas teori-teori yang lebih menekankan pada isi kurikulum, pada situasi
pendidikan serta pada organisasi kurikulum.
 Penekanan kepada isi kurikulum.
Strategi pengembangan yang menekankan isi, merupakan yang paling lama
dan banyak dipakai, tetapi juga terus mendapat penyempurnaan atau pembaharuan
Sebab-sebab yang mendorong pembaharuan ini bermacam-macam. Pertama, karena
didorong oleh tuntutan untuk menguatkan kembali nilai-nilai moral dan budaya dari
masyarakat. Kedua, karena perubahan dasar filosofis tentang struktur pengetahuan.
Ketiga, karena adanya tuntutan bahwa kurikulum harus lebih berorientasi pada
pekerjaan.
Faktor-faktor tersebut tidak timbul dari atau tidak ada hubungannya dengan
sistem institusi persekolahan, tetapi sangat mempengaruhi pengembangan
kurikulum. Pengaruhnya terhadap pengembangan kurikulum umpamanya, penguatan
kembali nilai-nilai moral dan budaya akan meminta perhatian yang lebih besar pada
kumpulan ilmu pengetahuan masa lalu, orientasi kepada pekerjaan akan lebih
banyak melihat ke masa depan, sedangkan titik tolak pada pandangan filosofis akan
lebih menekankan pada disiplin-disiplin keilmuan.
 Penekanan pada situasi pendidikan.
Tipe kurikulum ini lebih menekankan pada masalah di mana (where), bersifat
khusus, sangat memperhatikan dan disesuaikan dengan lingkungannya) Tipe ini
akan menghasilkan kurikulum berdasarkan situasi-situasi lingkungan, seperti

7
kurikulum pedesaan, kurikulum kelompok masyarakat nelayan, kurikulum daerah
pesisir, pegunungan dan sebagainya. Tujuannya adalah menghasilkan kurikulum
yang benar-benar merefleksikan dunia kehidupan dari lingkungan anak. Kurikulum
yang menekankan situasi pendidikan akan sangat beraneka, dibandingkan dengan
kurikulum yang menekankan isi. Kurikulum ini bertujuan mencari kesesuaian antara
kurikulum dengan situasi di mana pendidikan berlangsung.
Penekanan pada situasi pendidikan. Tipe kurikulum ini lebih menekankan
pada masalah di mana (where), bersifat khusus, sangat memperhatikan dan
disesuaikan dengan lingkungannya) Tipe ini akan menghasilkan kurikulum
berdasarkan situasi-situasi lingkungan, seperti kurikulum pedesaan, kurikulum
kelompok masyarakat nelayan, kurikulum daerah pesisir, pegunungan dan
sebagainya. Tujuannya adalah menghasilkan kurikulum yang benar-benar
merefleksikan dunia kehidupan dari lingkungan anak. Kurikulum yang menekankan
situasi pendidikan akan sangat beraneka, dibandingkan dengan kurikulum yang
menekankan isi. Kurikulum ini bertujuan mencari kesesuaian antara kurikulum
dengan situasi di mana pendidikan berlangsung.
Sifat lain tipe ini adalah kurang atau tidak menekankan pada spesifikasi isi
dan .organisasi, lebih menunjukkan fleksibilitas dalam interpretasi dan
pelaksanaannya. Pengetahuan dianggap bersifat relatif terhadap situasi-situasi yang
khusus sesuai dengan kondisi setempat. Kurikulum ini ruang lingkupnya sempit,
masa pengembangannya juga relatif lebih singkat daripada desiminasinya. Kalau
kurikulum yang menekankan pada isi merupakan engineering approach maka
kurikulum yang menekankan situasi lebih mendekati gardening approach.
Kurikulum disusun sesuai dengan keadaan tanah, alam setempat, perhatian sangat
ditumpahkan pada mempersiapkan kebun atau sawah.
Secara teoretis, mengevaluasi kurikulum yang menekankan pada situasi
sangat sulit. Perencanaan dan pelaksanaan pengajaran sangat beraneka, peranan guru
dalam mengembangkan dan rnenerapkan kreasinya sangat besar, sehingga cukup
sulit merancang alat penilaian yang dapat mencakup skala yang agak luas. Kesulitan
lain adalah juga dalam menentukan standar kriteria.
 Penekanan pada organisasi.
Tipe kurikulum ini sangat menekankan pada proses belajar-mengajarjMeskipun
8
dengan berbagai perbedaan dan di sana sini ada pertentangan, umpamanya antara
konsep sistem instruksional (pengajaran berprogram, pengajaran modul, pengajaran
dengan bantuan komputer) dengan konsep pengajaran (perkembangan) dari Bruner
dan Jean Piaget, keduanya sangat mempengaruhi perkembangan kurikulum tipe ini.
Kurikulum yang menekankan pada organisasi menolak pendapat bahwa
penguasaan pengetahuan merupakan alat untuk mencapai tujuan. Kurikulum yang
menekankan organisasi juga sesungguhnya sukar untuk diukur. Secara teoretis
penyusunan tes yang spesifik dapat dibuat, tetapi seperti telah diutarakan di muka,
isi kurikulum tidak spesifik, tujuannya dapat dicapai dengan cara yang berbedabeda.
Tes yang disusun akan banyak menyangkut proses belajar yang bersifat umum.
Lebih jauh, kalau penyusunan tes hasil belajar didasarkan pada tujuan, maka
kurikulum yang menekankan pada organisasi, tesnya akan lebih banyak mengukur
tujuan-tujuan tingkat tinggi pada klasifikasi Bloom (analisis, sintesis, dan evaluasi).

C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KURIKULUM


Konsep kurikulum yang menekankan isi, memberikan perhatian besar pada analisis
pengetahuan baru yang ada, konsep situasi menuntut penilaian secara rinci tentang
lingkungan belajar, dan konsep organisasi memberi perhatian besar pada struktur dan
sekuens belajar. Perbedaanperbedaan dalam rancangan tersebut mempengaruhi langkah
selanjutnya.
Pengembangan kurikulum yang menekankan isi, membutuhkan waktu
mempersiapkan situasi belajar dan menyatukannya dengan tujuan pengajaran yang cukup
lama. Kurikulum yang menekankan situasi, waktu untuk mempersiapkannya lebih pendek,
sedangkan kurikulum yang menekankan organisasi waktu persiapannya hampir sama
dengan kurikulum yang menekankan isi. Meskipun demikian perhatian harus cukup banyak
dipusatkan pada struktur konsep yang tidak tampak (covert) daripada analisis tujuan yang
tampak (overt).
Model evaluasi kaitannya dengan teori kurikulum. Perbedaan konsep dan strategi
pengembangan dan penyebaran kurikulum, juga menimbulkan perbedaan dalam rancangan
evaluasi. Model evaluasi yang bersifat komparatif atau menekankan pada objektif sangat
sesuai bagi kurikulum yang bersifat rasional dan menekankan isi. Dalam kurikulum yang
menekankan situasi sukar disusun evaluasi yang bersifat komparatif, karena konteksnya
9
bukan terhadap guru atau satu tujuan, tetapi terdapat banyak tujuan. Dengan menggunakan
konsep Ralph Tylor atau Benyamin Bloom mungkin dapat dibuat suatu modifikasi dengan
menyusun tujuan yang bersifat universal yang dapat digunakan pada semua situasi, tetapi
tujuan yang bersifat umum seperti itu akin kabur, dan sukar menyusun alat evaluasinya.
Pendekatan yang bersifat goal free (lebih menekankan penguasaan aktual dan bukan ideal)
lebih memungkinkan, tetapi harus dihindari penjenjangan tujuan sampai pada perumusan
tujuan yang sangat khusus, dengan kriteria yang khusus pula.
Teori kurikulum dan teori evaluasi. Model evaluasi kurikulum berkaitan erat dengan
konsep kurikulum yang digunakan, seperti model pengembangan dan penyebaran dihasilkan
oleh kurikulum yang menekankan isi. Evaluasi kurikulum yang bebas tujuan (Goal free
evaluation) dalam kebanyakan kurikulum bukan merupakan salah satu alternatif evaluasi
tetapi merupakan satu-satunya prosedur evaluasi yang paling memungkinkan.
Macam-macarn model evaluasi yang digunakan bertumpu pada aspekaspek tertentu
yang diutamakan dalam proses pelaksanaan kurikulum. Model evaluasi yang bersifat
komparatif berkaitan erat dengan tingkahtingkah laku individu, evaluasi yang menekankan
tujuan berkaitan erat dengan kurikulum yang menekankan pada bahan ajaran atau isi
kurikulum, model (pendekatan) antropologis dalam evaluasi ditujukan untuk mengevaluasi
tingkah-tingkah laku dalam suatu lembaga sosial. Dengan demikian sesungguhnya terdapat
hubungan yang sangat erat antara evaluasi dengan kurikulum sebab teori kurikulum juga
merupakan teori dari evaluasi kurikulum.

D. PERAN EVALUASI KURIKULUM

Evaluasi kurikulum dapat dilihat sebagai proses sosial dan sebagai institusi sosial. Proyek-proyek
evaluasi yang dikembangkan di Inggris dan juga di negara-negara lain merupakan institusi sosial
dari gerakan penyempurnaan kurikulum. Beberapa karakteristik dari proyek-proyek kurikulum
yang telah dikembangkan di Inggris, yaitu :
1. Lebih berkenaan dengan inovasi daripada dengan kurikulum yang ada.
2. Lebih berskala nasional dengan inovasi daripada dengan kurikulum yang ada.
3. Dibiayai oleh grant dari luar yang berjangka pendek daripada oleh anggapan tetap.
4. Lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan penelitian yang bersifat psikometris daripada oleh
kebiasaan lama yang berupa penelitian social.
10
Peranan evaluasi dalam kurikulum setidaknya berkenaan dengan tiga hal, yaitu:
1) Evaluasi sebagai moral judgement

Salah satu peranan evaluasi kurikulum adalah sebagi moral judgement yang akan digunakan untuk
pengambilan dan tindakan selanjutnya. Dalam hal ini mengandung dua hal, yaitu:
 Evaluasi berisi suatu skala nilai moral.
 Evaluasi berisi suatu perangkat criteria kritis.

2) Evaluasi sebagai penentuan keputusan

Evaluasi kurikulum memiliki peran sebagai penentu keputusan pendidikan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan seperti; guru, murid, orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembang
kurikulum dan lain sebagainya. Dengan menggunakan prinsip, setiap individu di atas menentukan
keputusannya sesuai dengan posisinya. Yang mana besar kecilnya peranan keputusan yang diambil
seseorang sesuai lingkup tanggung jawabnya. Serta lingkup masalah yang dihadapinya pada suatu
saat.
Adapun beberapa hasil evaluasi dijadikan acuan peserta didik untuk menentukan sejauh mana ia
dapat mencapi tujuan yang telah diharapkan. Dengan kata lain, keputusan yang diambl peserta didk
pasti berkenaan dengan kepentingan dirinya. Sebagaimana dengan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya.
3) Evaluasi sebagai konsensus nilai

Evaluasi sebagai tradisi test mental serta eksperiman, yang mana konsesus ini berupa kerangka
kerja yang penilannya dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, yang bersifat behavioral, penggunaan
analisis statistic dari pre test dan post test dan lainnya.

E. UJIAN SEBAGAI EVALUASI SOSIAL

Sejak diperkenalkannya sistem ujian atau tes untuk umum di Amerika Serikat dan negara-negara
lain, pengukuran yang berbentuk umum (publik) tersebut merupakan salah satu model evaluasi
dalam pendidikan. Menguji adalah mengevaluasi kemampuan individu. Dengan adanya ujianujian
tersebut, maka jenis-jenis kemampuan tertentu dipandang menunjukkan status lebih tinggi
dibandingkan dengan kemampuan lainnya. Penguasaan pengetahuan dan kemampuan skolastik
11
umpamanya sering dipandang memiliki status lebih tinggi daripada penguasaan kemampuan yang
lainnya.
Keberhasilan dalam ujian pengetahuan dan kemampuan skolastik, selama bertahun-tahun
ditentukan oleh kemampuan mengingat faktafakta. Kecenderungan ini bukan saja didasari oleh
teori psikologi lama, yang memandang bahwa otak yang lebih baik mampu menguasai fakta lebih
banyak, tetapi juga oleh keadaan masyarakat di mana buku-buku sumber (teks) pengetahuan secara
relatif tidak berubah selama dua abad. Westminster Shorter Catechism umpamanya digunakan
sebagai buku teks di sekolah-sekolah di Scotlandia dari abad 17 sampai 19. Karena adanya berbagai
kemajuan dalam masyarakat, maka dalam perkembangan selanjutnya jenis kemampuan yaitu
kemampuan menyimpulkan dipandang mempunyai nilai yang lebih tinggi.
Ujian bukan saja menunjukkan nilai pengetahuan atau kemampuan secara sosial, tetapi juga telah
merupakan peraturan dari sekolah. Dalam dua dekade pertama dari abad 20 sejumlah ahli psikologi
dikumpulkan dalam satu komisi untuk menyusun tes kecerdasan. Hasilnya digunakan untuk
menyeleksi anak-anak yang akan masuk ke sekolah menengah yang tidak mampu membayar uang
sekolah. Kemudian tes tersebut juga digunakan sebagai alat bagi penentuan kenaikan kelas serta
sebagai saringan masuk. Pelaksanaan ujian-ujian tersebut sejalan dengan anggapan masyarakat
pada waktu itu, bahwa hanya sebagian dari penduduk yang mempunyai kemampuan untuk
menguasai pengetahuan pada suatu jenis sekolah atau pada jenjang sekolah tertentu. Sistem ujian
yang mempunyai nilai historis ini juga digunakan untuk mengontrol efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan sekolah. Apakah sistem ini dipandang baik atau jelek bergantung pada pandangan yang
menggunakannya.
Sistem ujian seperti yang dilaksanakan di atas, lebih banyak digunakan untuk mengukur atau
menguji kemampuan individu-individu (siswa). Untuk menilai gambaran sekolah secara
keseluruhan, yaitu menilai tentang keadaan murid, guru, kurikulum, pembiayaan sekolah, fasilitas
sekolah, keseragaman sekolah, penyusunan rancangan dan pemeliharaan sekolah diperlukan sistem
pengumpulan data serta penilaian yang lain. Kalau untuk mengukur kemampuan siswa digunakan
istilah examination atau assessment maka untuk penilaian keseluruhan situasi sekolah atau
kurikulum lebih tepat digunakan istilah evaluation.
Para evaluator menyadari bahwa aneka macam kerangka kerja evaluasi mempunyai implikasi
terhadap penentuan keputusan pendidikan. Barry Mc Donald (1975), mendasarkan argumentasinya
pada anggapan dasar bahwa evaluasi merupakan kegiatan politik. is membedakan adanya tiga tipe
evaluasi dalam pendidikan dan kurikulum, yaitu evaluasi birokratik, otokratik, dan demokratik.
12
Evaluasi birokratik, merupakan suatu layanan yang bersifat unconditional terhadap lembaga-
lembaga pemerintahan yang memiliki wewenang kontrol terbesar dalam alokasi sumber-sumber
pendidikan. Evaluator menerima kebijaksanaan dari pemegang jabatan, dengan menggunakan
berbagai informasi yang diperoleh akan membantu mereka mencapai tujuan dari kebijaksanaan
yang telah digariskan. Evaluator tidak mempunyai kekuasaan sendiri, atau kontrol sendiri terhadap
penggunaan informasi yang diperoleh. Prinsip utama evaluasi birokratik adalah pelayanan (service),
penggunaan (utility), dan efisiensi (efficiency).
Evaluasi otokratik, merupakan layanan evaluasi terhadap lembagalembaga pemerintah yang
mempunyai wewenang kontrol cukup besar dalam mengalokasikan sumber-sumber pendidikan.
Tugas para evaluator adalah membantu pelaksanaan kebijaksanaan, ketentuan-ketentuan hukum
dan moral dari birokrasi. Peranan evaluator tidak dicampuri oleh pihak yang dilayaninya, dan is
mempunyai wewenang penuh dalam bidangnya. Bila rekomendasi evaluator ditolak maka
kebijaksanaannya tidak bisa dilaksanakan. Sumber kekuataan evaluator adalah penelitian
kemasyarakatan. Konsep utama evaluator otokratik adalah evaluasi yang bersifat prinsipil dan
objektif (principles and objectivity).
Evaluasi demokratik, merupakan layanan pemberian informasi terhadap masyarakat, tentang
program-program pendidikan. Evaluasi ini menganut nilai pluralisme serta mengusahakan
memenuhi berbagai minat masyarakat dalam memberikan informasi. Tugasnya adalah memberikan
informasi terhadap kelompok-kelompok masyara kat, dan evaluator bertindak sebagai perantara
dalam pertukaran informasi di antara kelompokkelompok yang berbeda. Teknik pengumpulan dan
penyajian data yang digunakan harus dapat dipahami oleh penerima informasi yang bukan ahli.
Kriteria keberhasilannya adalah pihak yang dilayaninya seluas-luasnya. Konsep utama evaluator
demokratis adalah kerahasiaan, musyawarah, dan ketercapaian sasaran (confidentiality, negosiasi,
and accessibility).
Sebagai contoh Mc Donald memandang bahwa pelaksanaan evaluasi di Amerika Serikat dewasa ini
bersifat birokratik, karena kenyataannya evaluasi sebagian besar dibiayai oleh pemerintah pusat
atau negara bagian, kedudukan evaluator berbeda-beda di bawah lembaga-lembaga federal.
Lembaga-lembaga pendidikan setempat berada di bawah lembaga-lembaga pusat yang memberikan
biaya.

F. MODEL EVALUASI KURIKULUM

13
Secara garis besar model evaluasi kurikulum digolongkan ke dalam empat rumpun model, yaitu :
model measurement, congruence, illumunation, dan educatioral system evaluation.
a) Measurement (Pengukuran)

Evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran perilaku siswa untuk mengungkapkan perbedaan
individual maupun kelompok. Hasil evaluasi digunakan terutama untuk keperluan seleksi siswa,
bimbingan pendidikan dan perbandingan efektifitas antara dua atau lebih program/metode
pendidikan.Obyek evaluasi ditiitik beratkan pada hasil belajar terutama dala aspek kognitif dan
khususnya yang dapat diukur dengan alat evaluasi yang objektif dan dapat dilakukan. Jenis data
yang dikumpulkan dalam evaluasi adalah data objektif khususnya skor hasil tes. Dalam kegiatan
evaluasi, cenderung ditempuh pendekaran/cara-cara berikut:
 Menempatkan ’kedudukan’ setiap siswa dalam evaluasi dalam kelompoknya melalui
perkembanagn norma kelompok dalam evaluasi hasil belajar.

 Membandingkan hasil belajar antara dua atau lebih kelommpok yang menggunakan
program/metode pengajaran yang berbeda-beda, melalui analisis secara kuantitatif.

 Tekhnik evaluasi yang digunakan terutama tes yang disusun dalam bentuk obyektif, yang
terus dikembangkan untuk menghasilkan alat evaluasi yang raliabel dan valid.

b) Congruence (Penyesuaian)

Evaluasi pada dasarnya merupakan pemeriksaan kesesuaian atau congruence antara tujuan
pendidikan dan hasil belajar yang dicapai, untuk melihat sejauhmana perubahan hasil pendidikan
telah terjadi.Hasil evaluasi diperlukan dalam rangka penyempurnaan program, bimbingan
pendidikan dan pemberian informasi kepada pihak pihak diluar pendidikan. Objek evaluasi dititik
beratkan pada hasil belajar dalam bentuk kognitif, psikomotorik maupun nilai dan sikap. Jenis data
yang dikumpulkan adalah data objektif khususnya skor hasil tes. Dalam kegiatan evaluasi,
cenderung ditemouh pendekatan/cara-cara berikut:
 Menggunakan prosedur pre-and post-assesment dengan menempuh langkah-langkah pokok
sebagai berikut : penegasan tujuan, pengembangan alat evaluasi, dan penggunaan hasil
evaluasi.

 Analisis hasil evaluasi dilakukan secara bagian demi bagian.

14
 Tekhnik evaluasi mencakup tes dan tekhnik-tekhnik evaluasi lainnya yang cocok untuk
menilai berbagai jenis perilaku yang terkandung dalam tujuan.

 Kurang menyetujui diadakannya evaluasi perbandingan antara dua atau lebih program.

c) Illumunation (Penerangan/penyempurnaan)

Evaluasi pada dasarnya merupakan studi mengenai : pelaksanaan program, pengaruh faktor
lingkungan, kebaikan-kebaikan dan kelemahan program serta pengaruh program terhadap
perkembangan hasil belajar. Evaluasi lebih didasarkan pada judgment (pertimbangan) yang hasilnya
diperlukan untuk penyempurnaan program. Objek evaluasi mencakup latar belakang dan
perkembangan program, proses pelaksanaan, hasil belajar dan kesulitan kesulitan yang dialami.
Jenis data yang dikumpulkan pada umumnya dan subyektif ( judgment data). Dalam kegiatan
evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan/cara-cara berikut.
 Menggunakan prosedur yang disebut progressive focussing dengan langkah langkah pokok :
orientasi , pengamatan yang lebih terarah, analisis sebab-akibat.

 Bersifat kualitatif -terbuka, dan fleksibel-elektif.

 Tekhnik evaluasi mencakup observasi, wawancara, angket analisis dokumen dan bila perlu
mencakup pula tes.

d) Educational system evaluation

Evaluasi pada dasarnya perbandingan antara performance setiap dimensi program dan kriteria, yang
akan berakhir denga suatu deskripsi dan judgment. Hasil evaluasi diperlukan untuk penyempurnaan
program dan penyimpulan hasil program secara keseluruhan. Objek evaluasi mencakup input
(bahan, rencana, peralatan), proses dan hasil yang dicapai dalam arti yang lebih luas. Jenis data
yang dikumpulkan meliputi baik data objektif maupun data subyektif (judgment antara lain data).
Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan/cara-cara berikut :
 Membandingkan performance setiap dimensi program dengan kriteria internal.

 Membandingkan performance progam dengan menggunakan kriteria eksternal yaitu


performance program yang lain.

 Tekhnik evaluasi mencakup tes, obbservasi, wawancara, angket dan analisis dokumen.
15
Dilihat dari fenomena sejarah dengan segala situasi dan kondisnya, evaluasi kurikulum berkembang
sebagaimana perkembangan dunia pendidikan yang memiliki banyak segi. Di bawah ini akan
disebutkan beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya:

a) Evaluasi model penelitian

Model evaluasi kurikulum mengacu pada teori dan menggunakan metode tes psikologis dan
eksperimen lapangan.
 Tes psikologis atau tes psikomotorik, yang pada umumnya memiliki dua bentuk tes yakni
tes intelijensi dan tes hasil belajar
 Eksperimen lapangan, metode ini sudah sejak tahun 1930 yang biasanya digunakan dalam
penelitian botani pertanian. Meskipun demikian, penelitian model ini dapat digunakan
dalam pendidikan.
b) Evaluasi model objektif

Dalam penelitian obyektif, ada bebrapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:
 Adanya kesepakan tentang tujuan kurikulum.
 Merumuskan tujuan tersebut dalam perbuatan peserta didik.
 Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut.
 Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan.

c) Evaluasi model campuran multivariasi

Setiap evaluasi kurikulum diukur dengan kriteria masing-masing kurikulum, Model ini
menyatakan unsur – unsur dari kedua pendekatan tersebut, memungkinkan perbansingan lebih dari
satu kurikulum.

16
Kesimpulan
evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas
dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan
prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan
tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan.
Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen
kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut. Secara
sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum
menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian.
Pada dasarnya proses evaluasi kurikulum ditunjukan untuk mengevaluasi sejauhmana program-
program pembelajaran telah terealisasikan dalam pembelajaran yang dikembangkan guru atau
belum. Lebih jauh bahwa output yang dihasilkan dari realisasi program kurikulum dalam bentuk
pembelajaran tersebut harus menggambarkan tujuan-tujuan semula yang dirumuskan dalam
kurikulum.

Saran
Evaluasi kurikulum sangat diperlukan bagi berkembangnya sistem pendidikan. Maka dari itu harus
diadakannya evaluasi agar memperbaiki kurikulum yang sebelumnya digunakan dan dapat
diimplementasikan kedalam kurikulum Selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA
Hamdi, M. M. (2020). Evalusi Kurikulum Pendidikan. Intizam, Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam, 4(1), 66–75.
https://www.academia.edu/8745022/PENGEMBANGAN_KURIKULUM_teori_dan_praktik
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011-
AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Evaluasi_Kurikulum.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai