Anda di halaman 1dari 21

EVALUASI KURIKULUM

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

mata kuliah Kajian Kurikulum Matematika Sekolah Dasar (SD)

dosen pengampu: Ai Hayati R., S.Pd., M.Pd.

disusun oleh:

Kelompok 5

1 Ani Mahisarani (14210617889)


2 Neneng Fatimah (1421061)
3 Risdi Ginanjar (1421061)
Kelas : 6D-Matematika PGSD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) SEBELAS APRIL SUMEDANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah dalam tugas mata kuliah Kajian

Kurikulum Matematika di SD dengan judul Evaluasi Kurikulum dengan baik.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna

dan kami masih belajar dalam seluruh tataran pembuatan makalah ini. Maka dari itu

kami sangat mengharapkan masukan ataupun saran beserta kritik dan aspek terkait

untuk kemajuan dan semakin berkembangnya daya kualitas dari makalah yang akan

kami buat untuk selanjutnya.

Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi pembaca. Atas segala

saran dan bantuan, kami sampaikan terima kasih.

Sumedang, 29 Maret 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................

1.4 Metode Penulisan............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Evaluasi Kurikulum......................................................................

2.2 Kedudukan Evaluasi dalam Kurikulum.........................................................

2.3 Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum.........................................................

2.4 Objek Evaluasi kurikulum..............................................................................

2.5 Prinsip, Jenis, dan Desain Evaluasi Kurikulum.............................................

2.6 Pendekatan Pengembangan Kriteria Evaluasi................................................

2.7 Model-Model Evaluasi Kurikulum................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................ 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia pendidik

menduduki peran penting dalam peningkatan tersebut. Keberhasilan proses

pendidikan secara langsung akan berdampak dalam peningkatan kulalitas sumber

daya manusia tersebut. Salah satu indikator kualitas pendidikan yang baik adalah

lulusan peserta didik yang kompeten atau berkompetensi lulusan. Kompetensi

merupakan fungsi dari banyak variable antara lain kemampuan peserta didik,

kemampuan pandidik, fasilitas, menejemen dan perkembangam pengetahuan ilmiah

dan teknologi serta seni.

Kurikulum sangat penting bagi masyarakat karena masyarakatlah harus

menyerap lulusan sekolah sebagai hasil kurikulum yang telah mereka jalani dan mutu

masyarakat banyak bergantung pada mutu kurikulum. Orang tua terlibat baik dalam

baik buruknya kurikulum sekolah karena nasib anak mereka, masa depannya,

perkembangannya sebagai manusia banyak ditentukan oleh kurikulum. Kepuasan

atau lebih sering mereka suarakan dalam surat-surat kabar.

Ruang lingkup pendidik sangat luas mulai dari masukan (input) proses

sampai hasil (output). Pemerintah juga tentu sangat berkepentingan tentang mutu

kurikulum karena kurikulumlah alat yang paling ampuh untuk membina bangsa dan

1
2

negera, untuk mempertahankan eksistensinya dalam persaingan bangsa-bangsa di

dunia ini. Pemerintah memberikan prioritas yang tinggi kepada pendidikan dengan

mengeluarkan biaya yang banyak demi kepentingan peningkatan mutu bangsa. Biaya

itu akan sia-sia nila kurikulum tidak terjamin mutunya. Sudah selayaknya

pengembangan dan perubahan apalagi perombakan kurikulum ditangani dengan hati-

hati.

Kurikulum tak kurang pentingnya bagi anak didik sendiri karena

menyangkut nasib dirinya sendiri, masa depannya, cita-citanya menjadi manusia

berdikari dan hidup terhormat sebagai manusia dan warganegara. Karena kurikulum

itu sangat pentingnya dan mengenai hidup jutaan manusia kini dan di masa

mendatang maka perlulah diadakan usaha yang kontinu untuk memperbaikinya.

Untuk mengetahui bahwa proses yang kita lakukan itu sesuai dengan tujuananya

maka harus dilakukan umpan balik. Salah satu umpan balik yang dilakukan adalah

evaluasi.

Sistem evaluasi yang dipergunakan memegang peran penting dalam laporan

lembaga lembaga karena dengan laporan itulah orang tua atau wali akan mengetahui

perkembangan anak-anak mereka setelah mengikuti proses pendidikan dilembaga

tempat mereka menitipkan anaknya untuk belajar. Dalam memberikan laporan

kemajuan belajar, pihak sekolah harus melakukan pengukuran untuk meniai prestasi
3

belajar siswa selama selang waktu tertentu. Malalui laporan belajar para siswa dapat

melihat sejauh mana kemampuan mereka setelah menempuh proses belajar selama

selang waktu tertentu.


Penilaian hasil belajar siswa tidak bisa lepas dari pengukuran, maksudnya

adalah untuk dapat menyatakan nilai ulangan siswa dalam nilai tes siswa dalam suatu

pelajaran itu sekian, guru harus melakukan pengukuran terlebih dahulu dengan alat

ukur buatan sendiri atau yang sudah tersedia. Bila kita menggunakan alat penilaian,

kita perlu ingat bahwa alat ukur itu baik, untuk menjadi baik maka syaratnya adalah

validitas, realiabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda alat ukur itu telah memadai.

Mengingat pentingnya hal itu disini penulis mencoba menjelaskan dan memaparkan

pengertian dari evaluasi kurikulum pendidikan, tujuan dari dilakukanya evaluasi

kurikulum pendidikan, konsep model dari evaluasi kurikulum pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, kami akan merumuskan masalah

masalah yang akan dibahas dalam bab pembahasan, yaitu :

1. Apa pengertian evaluasi kurikulum?


2. Bagaimana kedudukan evaluasi dalam kurikulum?
3. Apa saja tujuan dan fungsi evaluasi kurikulum?
4. Seperti apa objek evaluasi kurikulum?
5. Apa saja yang termasuk ke dalam prinsip, jenis, dan desain evaluasi kurikulum?
6. Bagaimana pendekatan pengembangan kriteria kurikulum?
7. Apa saja model-model evaluasi kurikulum?

1.3 Tujuan Penulisan


4

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan

tujuan untuk:

1. Menjelaskan pengertian evaluasi kurikulum.


2. Mengetahui kedudukan evaluasi dalam kurikulum.
3. Mengetahui tujuan dan fungsi evaluasi kurikulum.
4. Menjelaskan objek evaluasi kurikulum.
5. Menguraikan prinsip, jenis, dan desain evaluasi kurikulum.
6. Menjelaskan pendekatan pengembangan kriteria kurikulum.
7. Mendeskripsikan model-model evaluasi kurikulum.

1.4 Metode Penulisan

Metode atau cara yang digunakan dalam penulisan makalah yang

berjudul Evaluasi Kurikulum yaitu menggunakan studi kepustakaan dan mencari

sumber dari Internet yang kemudian di pelajari sesuai dengan tema yang diperlukan.

Juga sumber-sumber lain yang dapat dijadikan referensi makalah yang kami buat ini.

Kami memahami data dan menuliskan kembali pokok-pokok materi dari literatur

tersebut.

1.5 Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab I membahas tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II

membahas tentang pengertian evaluasi kurikulum, kedudukan evaluasi dalam

kurikulum, tujuan dan fungsi evaluasi kurikulum, objek evaluasi kurikulum, prinsip,
5

jenis, dan desain evaluasi kurukulum, pendekatan pengembangan kriteria evaluasi,

dan model-model evaluasi kurikulum. Serta Bab III membahas tentang simpulan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Evaluasi Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu

komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui

keefektifan kurikulum. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan balikan (feed-back) bagi

guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum. Dengan kata lain, bahwa

evaluasi kurikulum merupakan suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan

penetapan mutu terhadap suatu sistem, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu

sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan kegiatan dalam rangka membuat suatu

keputusan.

2.2 Kedudukan Evaluasi dalam Kurikulum

Dilihat dari berbagai konsep kurikulum, maka evaluasi memiliki

kedudukan yang sangat penting dan strategis. Sehingga jika seseorang ingin

memahami dan mengembangkan kurikulum, maka ia harus mempelajari terlebih

dahulu tentang evaluasi, karena evaluasi merupakan konsep yang melekat pada

kurikulum. Kedudukan kurikulum dapat dilihat dari dua segi, antara lain: yang

pertama kurikulum merupakan suatu program yaitu terdiri atas serangkaian tindakan

atau kejadian yang telah direncanakan dan disusun melalui proses pemikiran yang

matang. Ciri suatu program adalah sistematik, sistemik dan terencana. Yang kedua

6
7

didalam kurikulum guru berperan sebagai pengembang kurikulum yang perlu

mengetahui keefektifan dan efesiensi sistem kurikulum. Dalam kurikulum terdapat

proses sebab-akibat. Guru yang menyampaikan isi kurikulum merupakan penyebab

utama bagi terjadinya proses belajar peserta didik. Meskipun tidak setiap perbuatan

belajar merupakan akibat perbuatan pendidik menyampaikan isi kurikulum akan

tetapi guru itu sebagai figur sentral yaitu dimana guru harus dapat memilih isi dan

menetapkan strategi pengembangan kurikulum yang tepat, sehingga dapat mendorong

perbuatan belajar peserta didik yang aktif, kreatif, konstruktif, produktif, inovatif, dan

efektif.

Dalam pengembangan kurikulum, guru akan melakukaan kegiatan evaluasi

yang merupakan dampak tindakan guru sebagai bentuk penguasaan kompetensi yang

didalamnya termasuk menilai proses dan hasil belajar yang berupa dampak

pembelajaran sedangkan dari sisi peserta didik yang melakukan kegiatan belajar,

mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar evaluasi merupakan

berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Dampak pembelajaran adalah hasil

yang dapat diukur seperti yang terlihat dalam buku rapor dan ijazah. Dan dampak

pengiring merupakan penerapan kompetensi di bidang lain yang merupakan transfer

pembelajaran.

2.3 Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum


8

Tujuan evaluasi kurikulum adalah untuk mengetahui keefektifan dan

efisiensi sistem kurikulum, baik yang menyangkut tentang tujuan, isi/materi, strategi,

media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.

Evaluasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan. Setiap

bidang atau kegiatan mempunyai tujuan evaluasi yang berbeda. Dalam kegiatan

bimbingan, misalnya tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi secara

menyeluruh mengenai karakteristik peserta didik sehingga dapat diberikan bimbingan

dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dalam kegiatan supervisi, tujuan evaluasi adalah

untuk menentukan keadaan situasi pendidikan atau pembelajaran sehingga dapat

diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di

sekolah. Dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dari test untuk jenis pekerjaan atau

jabatan tertentu.

Menurut Scriven dalam dalam Konsep dan Model Pengembangan

Kurikulum, fungsi evaluasi dapat dilihat dari jenis evaluasi, yaitu evaluasi formatif

dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfungsi untuk perbaikan dan pengembangan

bagian tertentu atau sebagian besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan,

sedangkan fungsi sumatfi dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan dari

sistem secara keseluruhan. Fungsi ini baru dapat dilaksanakan apabila pengembangan

suatu kurikulum telah dianggap selesai. Sementara itu, Stufflebeam dalam Konsep

dan Model Pengembangan Kurikulum membedakan fungsi evaluasi menjadi dua


9

yaitu Proactive evaluation, yaitu untuk melayani pemegang keputusan dan

Retroactive evaluation, yaitu untuk keperluan pertanggungjawaban.

Menurut Zainal Arifin (2009) fungsi evaluasi dapat dilihat dari kebutuhan

peserta didik dan guru, yaitu yang pertama secara psikologis, peserta didik selalu

butuh untuk mengetahui hingga mana kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai. Mereka masih mempunyai sikap dan moral yang

heteronom, membutuhkan pendapat orang-orang dewasa sebagai pedoman baginya

untuk mengadakan orientasi pada situasi tertentu. Pada umumnya mereka tidak

berpegang pada pedoman yang berasal dari dalam dirinya, melainkan mengacu pada

norma-norma yang berasal dari luar dirinya. Dalam kegiatan kurikulum, peserta didik

perlu mengetahui tingkat ketercapaian sehingga ia merasakan kepuasan dan

ketenangan. Yang kedua secara sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui

kemampuan peserta didik untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti bahwa

peserta didik dapat berkomunikasi dan beradaptasi terhadap seluruh lapisan

masyarakat dengan segala karakteristiknya. Yang ketiga secara didaktis-metodis,

evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada

kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta

membantu guru dalam usaha memperbaiki kurikulum. Yang keempat evaluasi

berfungsi untuk mengetahui status peserta didik di antara teman-temannya. Kelima,

evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh

program pendidikannya. Keenam, evaluasi berfungsi membantu guru dalam

memberikan bimbingan dan seleksi. Terakhir, secara administratif evaluasi berfungsi


10

untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada orang tua, pejabat

pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru dan peserta didik itu sendiri.

Hasil evaluasi dapat memberikan gambaran secara umum tentang semua hasil usaha

yang dilakukan oleh institusi pendidikan.

Secara umum fungsi evaluasi kurikulum adalah untuk perbaikan dan

penyempurnaan kurikulum yang diarahkan pada semua komponen kurikulum secara

keseluruhan, untuk memberikan informasi bagi pembuat keputusan, dan untuk

akreditasi, yaitu menilai kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan.

2.4 Objek Evaluasi kurikulum

Objek evaluasi harus berhubungan dengan kegiatan nyata dan telah terjadi

karena tidak mungkin orang melakukan evaluasi terhadap sesuatu yang masih dalam

pikiran teoritis atau angan-angan, kecuali orang tersebut melakukan penelitian. Objek

evaluasi harus bertitik tolak dari tujuan evaluasi itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar

apa yang dievaluasi relevan dengan apa yang diharapkan. Objek evaluasi kurikulum

dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu (a) dimensi-dimensi kurikulum, mencakup

dimensi rencana, dimensi kegiatan dan dimenasi hasil, (b) komponen-komponen

kurikulum, mencakup tujuan, isi, proses (metode, media, sumber, lingkungan), dan

evaluasi (formatif dan sumatif) dan (c) tahap-tahap pengembangan kurikulum,

mencakup tahap perencanaan (Silabus dan RPP), pelaksanaan (sekolah dan di luar

sekolah), monitoring, dan evaluasi.


11

Oemar Hamalik (2008) dalam Konsep dan Model Pengembangan

Kurikulum mengemukakan aspek-aspek kurikulum yang perlu dinilai atas tiga

kategori yaitu yang pertama kategori masukan, meliputi ketercapaian target

kurikulum yang telah ditentukan, kemampuan awal (entry behavior) peserta didik,

kemampuan profesional guru, sarana dan prasarana, waktu, dan sumber informasi.

Yang kedua kategori proses, meliputi koherensi antara unsur-unsur dalam program

pembelajaran, isi kurikulum, pemilihan dan penggunaan strategi media pembelajaran,

organisasi kurikulum, prosedur evaluasi, bimbingan dan penyuluhan, dan

pembelajaran remidi. Dan yang ketiga adalah kategori produk/kelulusan, meliputi

kemampuan peserta didik, jumlah lulusan, penyerapan dalam dunia kerja, kesesuaian

dengan bidang pekerjaan.

2.5 Prinsip, Jenis, dan Desain Evaluasi Kurikulum

Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka evaluasi kurikulum harus

memperhatikan prinsip-prinsip umum sebagai berikut.

1. Kontinuitas, artinya evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental, karena

kurikulum itu sendiri adalah suatu proses yang kontinu.

2. Komprehensif, artinya objek evaluasi harus diambil secara menyeluruh sebagai bahan

evaluasi. Misalnya, jika objek evaluasi itu adalah peserta didik, maka seluruh aspek

kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi.

3. Adil dan objektif, artinya proses evaluasi dan pengambilan keputusan hasil evaluasi

harus dilakukan secara adil, yaitu keseimbangan antara teori dan praktik,
12

keseimbangan proses dan hasil, dan keseimbangan dimensi-dimensi kurikulum itu

sendiri. Semua peserta didik harus mendapat perlakuan yang sama. Guru juga

hendaknya bertindak secara objektif, yaitu menilai apa adanya sesuai dengan fakta

yang ada, sesuai dengan kemampuan peserta didik dan tanpa pilih kasih.

4. Kooperatif, artinya kegiatan evaluasi harus dilakukan atas kerja sama dengan semua

pihak, seperti orang tua, guru, kepala sekolah, pengawas, termasuk dengan peserta

didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa puas dengan hasil

evaluasi, dan pihak-pihak tersebut merasa dihargai.

Seorang evaluator kurikulum perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang

berkaitan dengan teknis pelaksanaan evaluasi yang meliputi: Evaluasi hendaknya

dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas tujuan dan kegunaan, objek evaluasinya,

instrumen evaluasi, dan interpretasi hasil evaluasi. Evaluasi harus menjadi bagian

integral dalam proses pengembangan kurikulum. Evaluasi harus menggunakan

berbagai instrumen agar memperoleh hasil yang objektif. Pemilihan instrumen harus

sesuai objek evaluasi, instrumen harus mendorong kemampuan penalaran dan

kreativitas peserta didik. Objek evaluasi harus menyeluruh. Evaluasi harus mengacu

pada prinsip diferensiasi, yaitu memberikan peluang kepada peserta didik untuk

menunjukkan apa yang diketahui, apa yang dipahami, dan apa yang dapat dilakukan.

Evaluasi tidak bersifat diskriminasi, artinya guru harus bersikap adil, jujur, dan tidak

mebeda-bedakan semua peserta didik, serta bertanggung jawab kepada semua pihak.
13

Evaluasi harus diikuti dengan tindak lanjut. Evaluasi harus berorientasi pada

kecapakan hidup dan bersifat mendidik.

Dilihat dari kurikulum sebagai suatu program maka terdapat jenis evaluasi

yang dibagi menjadi lima jenis, diantaranya:

a. Evaluasi perencanaan dan pengembangan

Hasil evaluasi ini sangat diperlukan untuk mendesain kurikulum. Sasaran

utamanya adalh memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan

kurikulum.persoalan yang disoroti menyangkut tentang kelayakan dan kebutuhan.

Hasil evaluasi ini dapat meramalkan kemungkinan implementasi kurikulum serta

keberhasilannya. Pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum kurikulum disusun dan

dikembangkan.

b. Evaluasi monitoring

Evaluasi ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah kurikulum mencapai

sasaran secara efektif, dan apakah kurikulum terlaksana sebagaimana mestinya. Hasil

evaluasi ini sangat baik untuk mengetahui kemungkinan pemborosan sumber-sumber

dan waktu pelaksanaan, sehingga dapat dihindarkan.

c. Evaluasi dampak

Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan

oleh suatu kurikulum. Dampak ini dapat diukur berdasarkan kriteria keberhasilan

sebagai indikator ketercapaian tujuan kurikulum.

d. Evaluasi efisiensi-ekonomis
14

Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai tingkat efisiensi kurikulum. Untuk

itu, diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan

dalam kurikulum dengan kurikulum lainnya yang memiliki tujuan yang sama.

e. Evaluasi program komprehensif

Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai kurikulum secara menyeluruh,

mulai dari perencanaan, pengembangan, implementasi, dampak, serta tingkat

keefektifan dan efisiensi.

Desain Evaluasi menguraikan tentang, data yang harus dikumpulkan dan

analisis data untuk membuktikan nilai dan efektikitas kurikulum. Berikut adalah

beberapa komponen desain evaluasi diantaranya :

a. Penentuan garis besar evaluasi, dilakukan dengan cara mengidentifikasi tingkat

pembuatan keputusan, proyek situasi keputusan bagi setiap tingkat pembuatan

keputusan dengan menentukan lokas, focus, waktu dan komposisi alternatifnya.

b. Pengumpulan informasi, dilakukan dengan cara merinci sumber-sumber informasi

yang akan dikumpulkan, merinci instrument dan metode pengumpulan informasi

yang diperlukan, merinci prosedur sampling yang akan digunakan, merinci kondisi

dan jadwal informasi untuk dikumpulkan.

c. Organisasi informasi, dilakukakan dengan cara merinci format informasi yang

akan dikumpulkan, merinci alat pengkodean, pengorganisasian, dan penyimpanan

informasi.
15

d. Analisis informasi, dilakukan dengan cara merinci prosedur analisis yang akan

dilaksanakan dan merinci alat untuk melaksanakan analisis.

e. Pelaporan informasi dilakukan dengan cara merinci penentuan piahk penerima

(audience) laporan evaluasi, alat penyedia informasi pada penerima informasi,

spesifikasi format laporan informasi dan jadwal pelaporan informasi.

2.6 Pendekatan Pengembangan Kriteria Evaluasi

Terdapat landasan pokok dalam pendekatan pengembangan kriteria

evaluasi kurikulum, yaitu keterkaitan antara evaluasi dengan kurikulum itu sendiri

dan waktu ketika kriteria untuk evaluasi tersebut dikembangkan.

Zainal Arifin (2009) mengembangkan empat kelompok pendekatan

pengembangan evaluasi yaitu:

1. Pendekatan Pre-Ordinate

Pendekatan ini memiliki dua karakteristik. Pertama, kriteria ditetapkan

pada waktu kegiatan evaluasi belum dilaksanakan. Kritertia ini bersifat mengikat

karena dipergunakan sejak awal ditetapkan sampai kegiatan evaluasi selesai. Kedua,

kriteria tersebut tidak dikembangkan dari karakteristik kurikulum yang dievaluasi

karena sudah dianggap baku. Kriteria tersebut dikembangkan berupa instrumen

evaluasi yang berhubungan dengan kurikulum sebagai hasil belajar. Pengembangan

kriteria pre-ordinate ini banyak digunakan untuk kurikulum sebagai hasil belajar

maupun kurikulum sebagai kegiatan. Jika evaluator ingin menggunakan pendekatan


16

pre-ordinate ini, maka ia harus meneliti terlebih dahulu karakteristik alat evaluasi

yang ada tersebut dan membandingkannya dengan karakteristik kurikulum yang akan

dievaluasinya. Apabila ternyata karakteristik alat evaluasi tersebut tidak sesuai

dengan karakteristik evaluan, maka sebaiknya ia mencari alat lain yang lebih sesuai.

2. Pendekatan Fidelity

Pendekatan ini menggunakan kriteria yang dikembangkan sebelum

evaluator terjun ke lapangan. Jika dilihat dari alat evaluasi yang sudah siap sebelum

ke lapangan, pendekatan fidelty sama dengan pendekatan pre-ordinate, tetapi antara

keduanya terdapat perbedaan prinsip mengenai hakikat alat evaluasi yang digunakan.

Untuk menggunakan pendekatan ini, maka evaluator harus mengembangkan

kriterianya berdasarkan persepsi para pengembang kurikulum.

Kelemahan dari pendekatan ini adalah evaluator tidak dapat

membandingkan dua kuriukulum atau lebih, tidak memberikan kemungkinan

membandingkan dua kurikulum sama sekali. Perbandingan dapat dilakukan apabila

kriteria tersebut bersifat generik. Sedangkan keuntungannya adalah dapat

depergunakan untuk membandingkan kurikulum sebagai kegiatan di dua atau lebih

tempat yang berbeda, hasil evaluasi benar-benar dapat menggambarkan keadaan

kurikulum itu sendiri, dan informasi yang dikumpulkan evaluator langsung dapat

dipergunakan oleh para pengambil keputusan.


17

3. Pendekatan Proses

Pendekatan proses berkembang sebagai konsekuensi logis dari pandangan

baru tentang evaluasi dan penggunaan metode naturalistic atau kualitatif atau disebut

juga dengan nama fenomenologi. Dasar pemikiran pendekatan ini adalah adanya

ketidakpuasan terhadap hasil evaluasi yang kurang membantu para pelaksana

terutama guru. Pengembangan kriteria evaluasi yang dilaksanakan sebelum evaluator

mengumpulkan data sering kali dirasakan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.

Pengembangan kriteria dari evaluator, membuat pelaksana kurikulum seolah-olah

hanya menjadi objek evaluasi dan tidak mendapatkan tempat yang sewajarnya.

Seharusnya, evaluasi menempatkan mereka sebagai subjek dari kegiatannya.

Karakteristik pendekatan proses diantaranya kriteria yang dipergunakan

untuk evaluasi tidak dikembangkan sebelum evaluator berada di lapangan, sangat

peduli dengan masalah yang dihadapi oleh para pelaksana kurikulum di lapangan, dan

sangat terkenal dengan penggunaan studi kasus untuk mendekati lapangan.

4. Pendekatan Gabungan

Evaluasi dengan menggunakan pendekatan ini menggunakan sumber

gabungan, yaitu suatu kriteria baik yang dikembangkan dari karakteristik kurikulum

maupun dari luar. Pengembangan kriteria berdasarkan pendekatan gabungan

merupakan sintesis antara pendekatan pre-ordinate, fidelity, dan proses. Berdasarkan

pendekatan ini, keberhasilan suatu implementasi kurikulum diukur menurut

keberhasilan mereka yang terlihat dalam pengembangan kurikulum, perubahan


18

perilaku baik dalam jenis maupun dalam besarnya yang terjadi pada guru dan

pelaksana administratif sebagaimana dinyatakan oleh para pengembang kurikulum,

dan fidelty implementasi yang menyatakan seberapa jauh kurikulum sebagai rencana

telah dilaksanakan dalam bentuk kurikulum sebagai kegiatan.

Keuntungan pelaksanaan pendekatan gabungan adalah evaluator

mendapatkan keleluasaan dalam menggunakan berbagai sumber kriteria, dan

evaluator mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang objek evaluasi sehingga

pertimbangan yang diberikannya terhadap kurikulum menjadi lebih baik.

2.7 Model-Model Evaluasi Kurikulum

Anda mungkin juga menyukai