Anda di halaman 1dari 25

Model-Model Pembelajaran Tematik

(Terpadu) Dan Strategi Pengembangannya


Model-Model Pembelajaran Tematik (Terpadu) Dan Strategi Pengembangannya
Oleh:
Junaidi Arsyad, Ahmad Syukur, M.Toguan, Suhaimah dan Nurbaiti
1. Pendahuluan
Sebuah pertanyaan penting mengawali pembahasan ini adalah apakah istilah
tematik dan terpadu itu sama, mengingat kita sering mendengar kedua istilah ini
digunakan secara bersamaan bahkan tumpang tindih? Agar arah pembahasan ini focus dan
tidak timbul kebingungan, ada baiknya kita kaji sepintas tentang kedua istilah tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi terbaru, tematik diartikan sebagai
berkenaan dengan tema; dan tema sendiri berarti pokok pikiran; dasar cerita (yang
dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dan sebagainya).[1]
Sebagai contoh, tema sandiwara ini ialah yang keji dan jahat pasti akan kalah oleh yang baik
dan mulia.
Tidak jauh berbeda dengan sumber literatur lainnya, Hendro Darmawan dkk, tematik
diartikan sebagai mengenai tema; yang pokok; mengenai lagu pokok.[2] Sedangkan
terpadu berarti sudah padu (disatukan, dilebur menjadi satu, dan sebagainya).[3]
Dari uraian tersebut, sekilas sudah tergambar bahwa istilah tematik dan terpadu,
meskipun tampak beda tetapi sesungguhnya intinya sama, yaitu sama-sama berorientasi pada
proses penyatuan. Kalau tematik pada hakikatnya berorientasi pada satu wujud melalui
penyesuaian dengan satu tema (objek) tertentu, maka terpadu adalah membuat wujud baru
yang satu dengan cara meleburkan berbagai wujud asal yang berbeda-beda.
Oleh karena itu dalam konteks implementasi kurikulum dapat dipahami bahwa pembelajaran
tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu (integrated learning) pada jenjang
taman kanak-kanak (TK/RA) atau sekolah dasar (SD/MI) untuk kelas awal (kelas 1, 2, dan 3)
yang didasarkan pada tema-tema tertentu yang kontekstual dengan dunia anak.[4] Sementara
itu, contoh untuk pembelajaran terpadu pada satuan pendidikan adalah pemaduan mata
pelajaran IPA dan IPS di SMP atau Mts. Mata pelajaran IPA di SMP/MTs merupakan
peleburan dari mata pelajaran kimia, fisika, dan biologi; sedangkan mata pelajaran IPS
peleburan dari mata pelajaran geografi, ekonomi dan sosiologi.[5] Pendekatan tematik
dirancang agar proses pembelajaran dari beberapa mata pelajaran yang diampu guru kelas
yaitu PKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS yang dipelajari peserta didik menjadi
lebih bermakna. Dengan pembelajaran tematik diharapkan pembelajaran lebih
berkesinambungan dan tidak berdiri sendiri. Sementara untuk ketiga mata pelajaran (Agama,
Olahraga dan mulok) dibelajarkan secara mandiri oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan.

Untuk menyatukan persepsi, dalam makalah ini akan menggunakan istilah tematik terpadu,
hal ini sejalan dengan semangat kurikulum 2013 yakni kurikulum tematik integratif. Dimana
pembahasannya menyangkut hakikat, tujuan, teori yang mendasari, prinsip-prinsip
pengembangannya, dasar-dasar pertimbangan, jenis strategi dan metode yang relevan serta
prosedur penerapannya.
1. Hakikat Model Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa.Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok
pembicaraan. Menurut Rusman, dengan tema diharapkan akan memberikan banyak
keuntungan, di antaranya:[6]
1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;
3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan
dalam konteks tema yang jelas;
6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk
mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari
matapelajaran lain;
7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik
dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu
selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
Selain itu, sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik tersendiri, yakni:[7]
1. Berpusat pada anak.
2. Memberikan pengalaman langsung pada anak.
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses.
5. Bersifat fleksibel.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan anak.

Jadi dalam menerapkan model pembelajaran tematik terpadu ini, kita haruslah melakukannya
dengan cara yang bersahabat, menyenangkan, dan bermakna bagi anak. Sedangkan dalam
menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan, anak tidak harus di-drill, tetapi ia
belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
sudah dipahami. Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terpadu, dan
pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak.
1. Tujuan Model Pembelajaran Tematik Terpadu
Menurut Sukayati, Pembelajaran Tematik Terpadu dikembangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, dengan tujuan siswa dapat:[8]
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang
diperlukan dalam kehidupan.
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi,
serta menghargai pendapat orang lain.
5. Meningkatkan gairah dalam belajar; dan
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
1. Teori yang Mendasari Model Pembelajaran Tematik
Menurut Ahmad Fawzan Rohman, Model pembelajaran tematik terpadu (PTP) yang dalam
bahasa Inggris disebut sebagai integrated thematic instruction (ITI) dikembangkan mulamula di awal tahun 1970-an. Pendekatan pembelajaran tematik integratif ini sebelumnya telah
dikembangkan khusus untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented), anakanak yang cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat. Akhirakhir ini Pembelajaran Tematik Terpadu (PTP) dianggap sebagai salah satu model
pembelajaran yang efektif (highly effective teaching model). Keefektifan model pembelajaran
tematik terpadu dapat dilihat dari kemampuannya dalam mewadahi serta menyentuh secara
terpadu ranah-ranah emosi (emotional), fisik (physical), dan akademik (academic) di dalam
kelas atau di lingkungan sekolah.[9]
Sementara itu, konsep pembelajaran tematik terpadu sendiri pada dasarnya telah lama
dikemukakan oleh Jhon Dewey sebagai upaya mengintegrasikan perkembangan dan
pertumbuhan siswa serta kemampuan pengetahuannya. Ia memberikan pengertian bahwa
pembelajaran tematik terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa
dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada interaksi dengan lingkungan dan
pengalaman kehidupannya. Hal ini membantu siswa untuk belajar menghubungkan hal yang
telah dan sedang dipelajarinya. Dengan kata lain, model pembelajaran tematik terpadu
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual ataupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara
holistik, bermakna dan autentik.[10]

Secara kualitatif terdapat perbedaan antara model pembelajaran tematik terpadu bila
dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya, yaitu dalam hal sifatnya yang akan
memandu siswa agar dapat mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of
thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple
thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangan dimensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.[11]
Menurut Uukurniawati, model pembelajaran tematik ini berdasarkan dari teori Gestalt,
dimana teori ini dimotori oleh para tokoh psikologi Gestalt, (termasuk teori Piaget) yang
menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan menekankan juga pentingnya
program pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak. Pembelajaran
tematik merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada praktik pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pembelajaran ini berangakat dari teori
pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan
pengetahuan dan struktur intelektual anak.[12]
Sementara itu, Pendekatan model pembelajaran tematik terpadu menekankan pada
keterkaitan (linkages) dan keterhubungan (relationship) antar berbagai disiplin. Model
Pembelajaran Tematik Terpadu itu sendiri setidaknya ada sepuluh macam model, yaitu:
1.

Model Terhubung (The Connected Model),

2.

Model Jaring Laba-Laba (The Webbed Model),

3.

Model Tematik Terpadu (The Integrated Model),

4.

Model Sarang (The Nested Model),

5.

Model Penggalan (The Fragmented Model),

6.

Model Terurut (The Sequenced Model),

7.

Model Irisan (The Shared Model),

8.

Model Galur (The Threaded Model),

9.

Model Celupan (The Immersed Model). Dan

10. Model Jaringan Kerja (The Networked model).


Dalam Model Tematik Terpadu, hanya ada tiga model yang dikembangkan atau dikenalkan
di sekolah maupun lembaga pendidikan tenaga keguruan (LPTK) di Indonesia. Ketiga model
tersebut adalah (1) model keterhubungan (connected), (2) model jaring laba-laba (webbed)
dan (3) model kerpaduan (integrated).
Model-Model Pembelajaran Terpadu[13]
1. Model Pembelajaran Jaring Laba-Laba ( Webbed Model)

a)
Pengertian
Pembelajaran model Webbed adalah pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan
menentukan tema tertentu yang menjadi tema sentral bagi keterhubungan berbagai bidang
studi.
b) Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari model jaring laba-laba (Webbed) meliputi:
1). Penyeleksian tema sesuai dengan minat akan memotivasi anak untuk belajar
2). lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman
3). Memudahkan perencanaan
4). Pendekatan tematik dapat memotivasi siswa dan,
5). memberikan kemudahan bagi anak didik dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide
berbeda yang terkait.
Selain kelebihan yang dimiliki, model Webbed juga memiliki beberapa kekurangan antara
lain:
1). Sulit dalam menyeleksi tema
2). Cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal dan,
3). Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan dari pada
pengembangan konsep.
c). Contoh Model Jaring Laba-laba/Model Terjala (Webbed model)
Pada model pembelajaran tematik jaring laba-laba guru menyajikan pembelajaran dengan
tema yang menghubungkan antar mata pelajaran. Model jaring laba-laba adalah pembelajaran
yang mengintegrasikan materi pengajaran dan pengalaman belajar melalui keterpaduan tema.
Tema menjadi pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
1)

Tahap perencanaan

Langkah perancangan pembelajaran tematik adalah langkah-langkah yang harus dilakukan


guru dalam perancangan pembelajaran yang berorientasi dalam pembelajaran tematik.
Langkah persiapan pembelajaran tematik meliputi pemetaan kompetensi dasar pada tema,
menentukan tema sentral, pemetaan pokok bahasan, penentuan alokasi waktu, perumusan
tujuan pembelajaran, penentuan alat dan media pembelajaran, dan perencanaan evaluasi.
Berikut ini adalah contoh merencanakan pembelajaran tematik model jaring laba-laba yang
dimulai dari penjabaran kompetensi dasar beberapa mata pelajaran di kelas I ke dalam
indikator:
IPA

Mengenal bagian-bagian tubuh dan kegunaannya.

Menyebutkan nama bagian-bagian tubuh menceritakan kegunaan bagian bagian tubuh

Menyebutkan anggota gerak tubuh.

Bahasa Indonesia

Menyebutkan nama bagian-bagian tubuh.

Menceritakan kegunaan bagian bagian tubuh.

Menyebutkan anggota gerak tubuh.

Matematika

Membilang banyak benda.

Membilang atau menghitung secara urut.

Menyebutkan banyak benda.

Membandingkan dua kumpulan benda melalui istilah lebih banyak, lebih sedikit, atau
sama banyak.
IPS

Mengiden-tifikasi identitas diri, keluarga, dan kerabat.

Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan.

Menyebutkan nama ayah, ibu, saudara dan wali.

Menyebutkan alamat tempat tinggal.

Menyebutkan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.

Kewarganegaraan

Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama dan suku bangsa.

Menyebutkan berdasarkan jenis kelamin anggota keluarga.

Pendidikan Agama Islam

Membiasakan perilaku terpuji.

Membiasakan perilaku jujur.

Membiasakan perilaku bertanggung jawab.

Setelah menjabarkan KD ke dalam indikator guru menentukan tema sentral dan memetakan
keterhubungan antar mata pelajaran dengan tema sentral. Berikut ini adalah jaring-jaring
tema dengan tema sentral keluargaku. tema sentral dan memetakan keterhubungan antar mata
pelajaran dengan tema sentral.

2. Pembelajaran Terpadu Tipe Keterkaitan (Connected)


a. Pengertian
Connected Model (keterkaitan) adalah model pengembangan kurikulum yang
menggabungkan secara jelas satu topik dengan topik berikutnya, satu konsep dengan konsep
lainnya, satu kemampuan dengan kemampuan lainnya, kegiatan satu hari dengan hari lainnya,
dalam satu mata pelajaran.
Model
pembelajaran
terpadu
tipe
connected
atau
keterhubungan
pada
prinsipnya mengupayakan adanya keterkaitan antara konsep, keterampilan, topik, ide,
kegiatan dalam suatu bidang studi. Model ini tidak melatih siswa untuk melihat suatu
fakta dari berbagai sudut pandang, karena dalam model ini keterkaitan materi hanya
terbatas pada satu bidang studi saja. Model ini menghubungkan beberapa materi, atau konsep
yang saling berkaitan dalam satu bidang studi. Materi yang terpisah-pisah akan tetapi
mempunyai kaitan, dengan sengaja dihubungkan dan dipadukan dalam sebuah topik tertentu.
Contoh pengajaran menggunakan pembelajaran terpadu tipe terhubung (connected) :
1. Guru
menghubungkan/menggabungkan
konsep
matematika
dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.

tentang

uang

2. Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan konsep


jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.
3. Guru menghubungkan konsep pecahan dengan desimal, dan pecahan dengan uang,
tingkatan, pembagian, rasio, dan sebagainya.
b. Kelebihan
Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dan kemampuan/indikator yang
digabungkan;
dampak positif dari mengaitkan ide-ide dalam satu bidang studi adalah siswa memperoleh
gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu.
menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi sangat memungkinkan bagi siswa untuk
mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide secara terus
menerus sehingga memudahkan untuk terjadinya proses transfer ide-ide dalam memecahkan
masalah.
Kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang tertera pada indikator;

Siswa memperoleh gambaran secara siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci


secara terus menerus, sehingga terjadilah proses internalisasi.menyeluruh tentang suatu
konsep sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok
dikembangkan terus-menerus;
Siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan
dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan
mengasimilasi gagasan secara bertahap.
c. Kekurangan
Model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan
bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran yang lain;
Masih kelihatan terpisahnya antar bidang studi, walaupun hubungan dibuat secara eksplisit
antara mata pelajaran (interdisiplin).
Tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi dari pelajaran tetap saja
terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar bidang studi,
Memadukan ide-ide dalam satu bidang studi, maka usaha untuk mengembangkan
keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan
Model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah dilaksanakan secara
mandiri;
Bagi guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang
terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada
keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.
d. Kapan Menggunakan Connected Model
Model ini digunakan sebagai permulaan kurikulum terpadu. Guru merasa percaya diri
mencari keterhubungan dalam mata pelajaran mereka (jika guru bidang studi). Mereka
menjadi mau mengadaptasikan hubungan ide-ide dalam mata pelajaran yang menyeberang.
Pembuatan keterhubungan juga diselesaikan secara kolaborasi dalam pertemuan guru
(departement meeting) dalam hal ini dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) yang
dapat terjadi lebih famillier. Guru dapat memulai model ini sebelum memasuki keterpaduan
yang lebih kompleks.

3. Pembelajaran Terpadu Model Integrated (Terpadu)


a. Pengertian
Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan
lintas bidang ilmu utama dengan mencari keterampilan, konsep dan sikap yang
tumpangtindih. Dalam konteks pembelajaran TK, Integrated Model adalah model
pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang pengembangan.

Model ini berusaha memberikan gambaran yang utuh pada anak tentang tujuan melakukan
kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam bidang-bidang pengembangan.
Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah:
Pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan
dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya: matematika, IPS, IPA dan
Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan nilai sikap yang memiliki
keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa mata pelajaran.
b. Kelebihan
1). Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dari kemampuan yang
dikembangkan dari berbagai bidang studi/mata pelajaran;
2). Memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan untuk mencapai
kemampuan yang telah ditentukan pada indikator;
3). Siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale balik antar
berbagai disiplin ilmu;
4). Memperluas wawasan dan apresiasi guru.
c. Kekurangan
1). Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan
yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang
pengembangan;
2). Kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
3). Sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga
mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;
4). Dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari
keterkaitan dan mencari tema.
Dari ketiga model tersebut dapat disimpulkan bahwa, Model keterhubungan, pada
prinsipnya mengupayakan dengan sengaja adanya keterhubungan konsep, keterampilan,
topik, ide, kegiatan dalam satu bidang studi. Pada model ini, siswa tidak terlatih untuk
melihat suatu fakta dari berbagai sudut pandang, karena pada model ini keterkaitan materi
hanya terbatas pada satu bidang studi saja.
Model jaring laba laba (webbed) merupakan model dengan menggunakan pendekatan
tematik. Karena karakterik dari model ini adalah menggunakan pendekatan tema maka dalam
model ini, tema dijadikan sebagai pemersatu dari beberapa mata pelajaran. Setelah tema
ditemukan. Baru dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitanya dengan
mata pebelajaran yang dipadukan.

Sedangkan model keterpaduan merupakan model yang menggunakan pendekatan antar


bidang studi. Diupayakan penggabungan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas
kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang tumpang tindih di dalam
beberapa bidang studi. Model ini sulit di laksanakan sepenuhnya mengingat sulitnya
menemukan materi dari setiap bidang studi yang benarbenar tumpang tindih dalam satu
semester, dan sangat membutuhkan keterampilan guru yang cukup tinggi dalam perencanaan
dan pelaksanaanya.[14]
Secara spesifik Teori-teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Tematik adalah:
1. Teori belajar Konstrutivisme
Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai
kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau
bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek,
fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja
dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing
siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang
terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan
dalam perkembangan pengetahuannya.
1. Teori belajar Pieget
Menurut Ratna Dahar, Piaget menyatakan bahwa, setiap anak memiliki cara tersendiri dalam
menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif).
Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem
konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam
lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi
(menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi
(proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses
tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan
baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun
pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka
perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan
lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar
terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.[15]
Piaget juga menyatakan, usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada
rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut:
(1).Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain
secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara
operasional,
(3). Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda,
(4). Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana,
dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan
(5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.[16]

1. Prinsip-Prinsip Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Terpadu

Jika diklasifikasikan, setidaknya ada empat kelompok prinsip-prinsip pengembangan


Pembelajaran Tematik:[17]
1. Prinsip Penggalian Tema

Tema hendaknya tidak terlalau luas, namun dengan mudah digunakan untuk
memadukan banyak mata pelajaran.

Tema harus bermakna, maksudnya adalah tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa-siswi untuk belajar selanjutnya.

Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak

Tema harus mewadahi sebagian besar minat anak

Tema hendaknya berkaitan dengan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam


rentang waktu belajar

Tema hendaknya sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat
(asas relevansi)

Tema hendaknya sesuai dengan ketersediaan dengan sumber belajar.

2. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran

Guru tidak menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses
belajar-mengajar.

Pemberian tanggungjawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerjasama kelompok. Dan

Guru harus mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam perencanaan.

3.Prinsip Evaluasi

Memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk; mengevaluasi diri sendiri (self


evaluation) di samping bentuk evalauasi lain;

Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah
dicapai berdasarkan keriteria keberhasilan pencapaian tujuan.

4.Prinsip Reaksi

Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa-siswi dalam semua peristiwa serta tidak
mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan
bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya
menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-hal yang dicapai melalui
dampak pengiring tersebut.

F. Dasar Pertimbangan Pemilihan Pembelajaran Tematik


Terdapat beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan model
pembelajaran tematik, diantaranya :
1. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk
memadukan mata pelajaran.
2. Tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih intuk dikaji harus memberikan
bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
3. Tema harus disesuaikan dengan perkembangan siswa.
4. Tema yang dikembangkan harus mampu menunjukan sebagian minat siswa.
5. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi
didalam rentang waktu belajar.
6. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta
harapan masyarakat.
7. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
[18]
1. Jenis Strategi dan Metode Yang Relevan di Gunakan dalam Model
Pembelajaran Tematik

Model pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
memberikan peluang untuk menggunakan berbagai strategi dan metode pembelajaran agar
siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan mampu mengembangkan berbagai potensi dan keterampilan
dalam diri siswa termasuk keterampilan untuk berpikir kritis. Model pembelajaran yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran tematik yang dimodifikasi
dengan strategi dan metode yang ditujukan untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis
bagi siswa Sekolah Dasar.
Model pembelajaran bukanlah satu-satunya cara dalam penyampaian tujuan pembelajaran,
metode pelajaran juga memegang peranan yang amat penting, dalam rangka mengaktikan
siswa dalam proses pembelajaran maka salah satu metode yang sesuai adalah metode kerja
kelompok. Kerja kelompok adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara siswa
mengerjakan sesuatu (tugas) dalam situasi kelompok dibawah bimbingan guru.

Selaras dengan karateristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan
perlu dipersiapkan bervariasi kegiatan dengan menggunakan multimetode, misalnya metode
eksperimen, metode bermain perran, metode diskusi, metode demonstrasi maupun metode
dialog.[19]
1. Prosedur Penerapan Model Pembelajaran Tematik dalam Pembelajaran PAI[20]
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Satuan pendidikan

: SD Rahmatan Lil Alamin

Kelas / semester

: IV (empat) / 1 (satu)

Tema / Sub Tema

: Selalu Berhemat Energi / Gaya dan Gerak

Alokasi waktu

: 6 x 35 menit

A. Kompetensi inti
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan
rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis dalam
karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Bahasa Indonesia
1.1. Meresapi makna anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang diakui
sebagai bahasa persatuan yang kokoh dan sarana belajar untuk memperoleh ilmu
pengetahuan.
2.4. Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam melalui pemanfaatan
bahasa Indonesia
3.4. Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya
alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih
dan memilah kosakata baku: Menggali informasi tentang unsur-unsur cerita dari teks cerita
4.4. Menyajikan teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam secara
mandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata

baku dengan rasa percaya diri: Menceritakan pengalaman dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar dan memperhatikan unsur-unsur ceritanya.
IPA
2.1. Memiliki kepedulian terhadap gaya, gerak, energi panas, bunyi, cahaya, dan energi
alternatif melalui pemanfaatan bahasa Indonesia
3.3. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui pengamatan, serta
mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari: Mengidentifikasi tentang gaya
gravitasi dalam aktivitas sehari-hari
4.3. Menyajikan laporan hasil percobaan gaya dan gerak menggunakan tabel dan grafik
dengan: Mengisi tabel hasil percobaan gaya gravitasi
IPS
2.3. Memiliki perilaku santun dan jujur tentang jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi
melalui pemanfaatan bahasa Indonesia
3.5. Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam,sosial, budaya,
dan ekonomi: Mengidentifikasi sikap yang harus dimiliki ketika berinteraksi dengan orang
lain
4.5. Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial,
budaya, dan ekonomi : Menjelaskan cara berinteraksi dengan orang lain di sekolah
SBdP
1.2. Mengakui dan mensyukuri anugerah Tuhan yang Maha Esa atas keberadaan lingkungan
dan sumber daya alam, alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi,
energi, serta permasalahan sosial
3.5. Mengetahui berbagai alur cara dan pengolahan media karya kreatif : Mengamati alur cara
membuat parasut
4.14. Membuat karya kreatif yang diperlukan untuk melengkapi proses pembelajaran dengan
memanfaatkan bahan di lingkungan: Membuat parasut untuk menunjukkan pengaruh gaya
gravitasi dalam kehidupan sehari-hari
C. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan, siswa mampu menyimpulkan tentang gaya gravitasi dengan
benar.
Dengan mengamati langkah-langkah pengerjaan, siswa dapat membuat parasut sesuai
dengan runtutan yang benar.
Setelah bermain parasut, siswa dapat menceritakan kembali kegiatan bermain mereka
dengan memperhatikan unsur-unsur cerita dalam sebuah karangan.

Dengan membuat refleksi sikap, siswa dapat menuliskan cara berinteraksi yang baik
dengan orang lain.

D. MATERI
IPA

Pengaruh Gaya Gravitasi dalam kehidupan sehari-hari

SENI, BUDAYA DAN PRAKARYA

Membuat parasut

BAHASA INDONESIA

Unsur-unsur Cerita

Menceritakan pengalaman

IPS

Interaksi dengan orang lain

E. PENDEKATAN & METODE

Pendekatan : Scientific

Model pembelajaran: Cooperatif Learning tipe STAD

Metode: 1. Eksperimen; 2. Diskusi; 3. Tanya jawab; 4. Penugasan

Karakter yang dikembangkan: Rasa ingin tahu, peduli, percaya diri, santun, disiplin,
sopan

F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pendahuluan
1. Mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing ;
2. Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa;
3. Bertanya jawab dengan siswa mengenai kegiatan pembelajaran sebelumnya dan
menghubungkan dengan kegiatan yang akan dilakukan;
4. Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang Selalu berhemat energi
dan sub tema yaitu Gaya dan Gerak;

5. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah proses pembelajaran


berlangsung 15 menit.
2. Inti
1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen;
2. Siswa mengamati teks yang ada di buku tentang gaya gravitasi dalam kehidupan seharihari dengan rasa percaya diri;
3. Siswa melakukan percobaan untuk mengetahui gaya gravitasi bersama dengan teman
sekelompoknya;
4. Siswa diberikan kesempatan untuk bereksplorasi dengan benda-benda di kelas;
5. Siswa berdiskusi untuk mengambil kesimpulan dari tabel yang dibuatnya, yang belum
mengerti diberikan penjelasan oleh temannya;
6. Siswa menyimpulkan percobaan yang telah dilakukan 180 menit;
1. Siswa mengamati cara kerja membuat parasut ;
2. Siswa membuat parasut untuk membuktikan adanya gaya gravitasi;
3. Siswa berdiskusi tentang hubungan permainan parasut dengan gaya gravitasi;
4. Siswa yang sudah mengerti dengan rasa peduli memberikan penjelasan kepada siswa yang
belum mengerti sampai semua anggota dalam kelompok mengerti;
5. Siswa menceritakan pengalamannya dengan rasa percaya diri bermain parasut dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan memperhatikan unsur-unsur
ceritanya;
6. Siswa juga menjelaskan tentang sikap yang harus ditunjukan saat bermain parasut dan
manfaat yang diperoleh dari mempraktikkan sikap itu.
3. Penutup
1. Guru memberikan evaluasi berbentuk kuis (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi);
2. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan hasil belajar;
3. Mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk
menutup kegiatan pembelajaran) 15 menit
G. Sumber dan Media
1. Buku Guru Tematik kelas IV ; Indonesia. 2013, Selalu Berhemat Energi, Kementerian
Pendidikan Nasional, Jakarta

2. Buku Siswa Tematik kelas IV ; Indonesia. 2013, Selalu Berhemat Energi, Kementerian
Pendidikan Nasional, Jakarta
3. Tutup stoples
4. Paku
5. Spidol
6. Gunting
7. Kantong plastik/kresek
8. Benang
9. Boneka kecil
10. Kertas HVS
11. Pulpen
12. Kelereng

H. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian :
Penilaian Proses: Menggunakan format yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sejak
dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir
Penilaian hasil
2. Instrumen Penilaian :
Penilaian Kinerja :
Kriteria Penilaian B.Indonesia dan IPA ;
Kriteria: Bagus Sekali, Bagus, Cukup, Berlatih lagi.
Kemampuan siswa menggali informasi dari teks Siswa mampu menemukan 3 unsur cerita
(tema, latar, tokoh) dari teks yang dibacanya (5) Siswa menemukan 2 unsur cerita dari teks
yang dibacanya; (4) Siswa menemukan 1 unsur cerita dari teks yang dibacanya; (3) Siswa
belum mampu menemukan unsur-unsur cerita dalam teks yang dibacanya ; (1) Kemampuan
mengidentifikasi gaya gravitasi dalam kehidupan sehari-hari Siswa mampu menjelaskan
konsep gaya gravitasi dan hal yang mempengaruhi kecepatan jatuh benda serta memberi
contoh beberapa gaya gravitasi; (5)Siswa mampu menjelaskan konsep gaya gravitasi dan hal
yang mempengaruhi kecepatan jatuh benda; (4)Siswa mampu menjelaskan konsep gaya

gravitasi atau menjelaskan hal yang mempengaruhi kecepatan jatuh benda; (3)Siswa belum
mampu menjelaskan konsep gaya gravitasi hal yang mempengaruhi kecepatan jatuh benda.

Nilai maksimal : 10

Nilai Minimal

:2

Mengetahui,
Kepala Sekolah SD.
_______________________
NIP.

Guru Mata Pelajaran PKn


_______________________
NIP.

1. Kesimpulan

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk


mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses
belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan
yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep
yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang
menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan
perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan
sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang
pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman
belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran
lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema,
sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan
penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai
dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu
keutuhan (holistik).
Model keterhubungan, pada prinsipnya mengupayakan dengan sengaja adanya
keterhubungan konsep, keterampilan, topik, ide, kegiatan dalam satu bidang studi. Pada
model ini, siswa tidak terlatih untuk melihat suatu fakta dari berbagai sudut pandang, karena
pada model ini keterkaitan materi hanya terbatas pada satu bidang studi saja.
Model jaring laba laba (webbed) merupakan model dengan menggunakan pendekatan
tematik. Karena karakterik dari model ini adalah menggunakan pendekatan tema maka dalam
model ini, tema dijadikan sebagai pemersatu dari beberapa mata pelajaran. Setelah tema
ditemukan. Baru dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitanya dengan
mata pebelajaran yang dipadukan.

Sedangkan model keterpaduan merupakan model yang menggunakan pendekatan antar


bidang studi. Diupayakan penggabungan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas
kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang tumpang tindih di dalam
beberapa bidang studi. Model ini sulit di laksanakan sepenuhnya mengingat sulitnya
menemukan materi dari setiap bidang studi yang benarbenar tumpang tindih dalam satu
semester, dan sangat membutuhkan keterampilan guru yang cukup tinggi dalam perencanaan
dan pelaksanaanya.

Daftar Pustaka
Dahar,Ratna. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga, 1989.
Darmawan, Hendro, dkk. Kamus Ilmiah Populer Lengkap dengan EYD dan Pembentukan
Istilah serta Akronim Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2011.
http://www.pustakasekolah.com/rpp-kelas-4-sd-kurikulum-2013.html, diakses tanggal 14
Februari 2014.
http://rhayukarmla.blogspot.com/2012/12/model-model-pembelajaran-terpadu.html, di akses
tanggal 14 Februari 2014.
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru.
Jakarta: Rajawali Pers, 2007.
Munawaroh, Isniatun. Pembelajaran Tematik Dan Aplikasinya Di Sekolah Dasar, makalah
disampaikan dalam forum ilmiah guru SD, diakses dalam, http://staff.uny.ac.id/. diakses
tanggal 15 Februari 2014.
Prastowo, Andi. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Panduan Lengkap Aplikatif.
Yogyakarta: DIVA Press, 2013.
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
Rajawali Pers, 2011.
Rohman, Ahmad Fawzan Model Pembelajaran
zifa.blogspot.com, diakses tanggal 14 Februari 2014.

Tematik,

dalam

http://fauzan-

Sukayati, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran Terpadu,


Makalah disampaikan dalam Diklat Instruktur?pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut
tanggal 6-19 Agustus 2004, di PPPG Matematika, 2004.
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi anak Usia Dini TK/RA dan Anak
Usia Awal SD/MI. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.
Tim Penyusun Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008.

Uukurniawati, Konsep Dasar Pembelajaran


wordpress.com, diakses tanggal 14 Februari 2014.

Tematik,

dalam

http://uukurniawati.

Wahidin, Teori Pembelajaran, dalam, http://wahidin.staff.stainsalatiga.ac.id, diakses tanggal


14 Februari 2014.
[1] Tim Penyusun Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.1429.
[2] Hendro Darmawan dkk, Kamus Ilmiah Populer Lengkap dengan EYD dan Pembentukan
Istilah serta Akronim Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2011), h. 710.
[3] Tim Penyusun, Kamus Besar h. 997.
[4] Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi anak Usia Dini TK/RA dan
Anak Usia Awal SD/MI, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. v.
[5] Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik Panduan Lengkap Aplikatif,
(Yogyakarta: DIVA Press, 2013), h. 123.
[6] Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), h. 254-255.
[7] Kunandar, Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 335-336.
[8] Sukayati, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran Terpadu,
Makalah disampaikan dalam Diklat Instruktur?pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut
tanggal 6-19 Agustus 2004, di PPPG Matematika, 2004.
[9] Ahmad Fawzan Rohman, Model Pembelajaran Tematik, dalam http://fauzanzifa.blogspot.com, diakses tanggal 14 Februari 2014.
[10] Trianto, Desain, h. 148-149.
[11]Ahmad Fawzan Rohman, Model Pembelajaran Tematik, dalam http://fauzanzifa.blogspot.com, diakses tanggal 14 Februari 2014.
[12]Uukurniawati, Konsep Dasar Pembelajaran Tematik, dalam http://uukurniawati.
wordpress.com, diakses tanggal 14 Februari 2014. Penemu teori Gestalt adalahMax
Wertheimer seorang psikolog Jerman. Kata Gestalt berasal bahasa Jerman yang berarti
konfigurasi atau organisasi. Gestalt merupakan keseluruhan yang penuh arti. Manusia tidak
dapat menghayati stimulus-stimulus secara terpisah, tetapi stimulus itu secara bersama-sama
serempak ke dalam konfigurasi yang penuh arti. Keseluruhan itu lebih dari jumlah bagianbagiannya.Lihat: Wahidin, Teori Pembelajaran, dalam, http://wahidin.staff.stainsalatiga.ac.id,
diakses tanggal 14 Februari 2014.
[13] Untuk model-model pembelajaran tematik terpadau ini, di adaptasi dari
http://rhayukarmla.blogspot.com/2012/12/model-model-pembelajaran-terpadu.html, diakses
tanggal 14 Februari 2014.

[14] Isniatun Munawaroh, Pembelajaran Tematik Dan Aplikasinya Di Sekolah Dasar,


makalah disampaikan dalam forum ilmiah guru SD, diakses dalam, http://staff.uny.ac.id/.
Diakses tanggal 15 Februari 2014.
[15]Ratna Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 152.
[16] Ratna Dahar, Teori.., h. 153.
[17] Trianto, Desain, h. 154-155
[18] Ahmad Fawzan Rohman, Model Pembelajaran Tematik, dalam http://fauzanzifa.blogspot.com, diakses tanggal 14 Februari 2014.
[19] Andi Prastowo, Pengembangan Bahan, h. 244.
[20] Lihat:http://www.pustakasekolah.com/rpp-kelas-4-sd-kurikulum-2013.html,
tanggal 14 Februari 2014.

diakses

https://cintailmu76.wordpress.com/2014/04/14/model-model-pembelajarantematik-terpadu-dan-strategi-pengembangannya/

Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memeroleh pengetahuan dan keterampilan secara
utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna di sini memberikan arti
bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam
intra
mata
pelajaran
maupun
antar
mata
pelajaran.
Menurut Robin Fogarty (1991), bahwa ada 10 cara atau model dalam merencanakan
pembelajaran terpadu yang ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan
unit tematisnya. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah; 1. fragmented, 2. connected, 3.
nested, 4. sequenced, 5. shared, 6. webbed, 7. threaded, 8. integrated, 9. immersed, dan 10.
networked. Dan secara singkat kesepuluh cara atau model tersebut dapat saya uraikan sebagai
berikut;
1. Model Penggalan (Fragmented)
Untuk model penggalan ini ditandai dengan ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu
mata pelajaran saja. Misalnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi pembelajaran
tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi
pembelajaran ketrampilan berbahasa. Dalam proses pembelajarannya, butir-butir materi
tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah pada jam yang berbeda-beda. Dibawah ini
merupakan ilustrasi model fragmented.

Ilustrasi model fragmented


2.
Model
Keterhubungan
(Connected)
Model Connected ini didasari oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat
dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran seperti kosakata,
struktur membaca, dan mengarang misalnya, dapat dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan
dalam membentuk kemampuan bernahasa dan bersastra. Hanya saja, kemampuan
pembentukan pemahaman, keterampilan, dan pengalaman secara utuh tersebut tidak
berlangsung secara otomatis, oleh karenanya guru harus menata butir-butir pembelajaran dan
proses pembelajarannya secara terpadu.

Ilustrasi model Connected


3.
Model
Sarang
(Nested)
Ini merupakan pemaduan antara berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui
sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya pada saat jam-jam tertentu seorang guru
memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tentang bentuk kata, makna kata dan
ungkapan dengan saran pembuahan keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi,
daya berpikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata dalam puisi, membuat ungkapan
dan menulis puisi.

4.
Model
Urutan/Rangkaian
(Sequenced)
Model Sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang

berbeda secara paralel, isi cerita dalam roman sejarah misalnya; topik pembahasannya secara
paralel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa,
karakteristi kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang
menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembalajarannya
pada alokasi jam yang sama.

5.
Model
Bagian
(shared)
Ini merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya overlapping konsep atau ide
pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam
PKn misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran dalm tata negara, PSPB,
dan sebainya.

6.
Model
Jaring
laba-laba.
(Webbed)
Ini adalah model yang bisa dikatakan paling populer. Model ini bertolak dari pendekatan
tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat
mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata
pelajaran.

Ilustrasi Model Jaring Laba-laba


7.
Model
Galur
(Threaded)
Ini merupakan model pemaduan bentuk keterampilan, misalnya; melakukan prediksi dan

estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita


dalam novel dan sebagainya. Bentuk ini berfokus pada apa yang disebut meta-curriculum.

Ilustrasi Model Galur


8.
Model
Keterpaduan
(Integrated)
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda,
tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidesi yang semula terdapat dalam
mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial,
agar tidak memuat kurikulum yang berlebihan, cukup diletakkan dalam mata pelajaran
tertentu, misalnya pengetahuan alam. Contoh yang lain dalam teks membaca yang ini
merupakan bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir
pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan
sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap sehingga dapat
dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran
yang berbeda tersebut.

Ilustrasi Model Keterpaduan


9.
Model
Celupan
(Immersed)
Model Celupan ini dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan
berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakainya. Dalam hal
ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran.

Ilustrasi Model Celupan

10.
Model
Jaringan
(Networked)
Untuk yang terakhir yaitu model networked ini merupakan pemaduan pembelajaran yang
mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun
tuntutan bentuk ketrampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi,
kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang
berlangsung secara terus menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman
dan kenyataan yang dihadapi siswa.

Ilustrasi Model Jaringan


http://www.ipapedia.web.id/2015/10/10-model-pembelajaran-terpadu.html

Anda mungkin juga menyukai