Untuk menyatukan persepsi, dalam makalah ini akan menggunakan istilah tematik terpadu,
hal ini sejalan dengan semangat kurikulum 2013 yakni kurikulum tematik integratif. Dimana
pembahasannya menyangkut hakikat, tujuan, teori yang mendasari, prinsip-prinsip
pengembangannya, dasar-dasar pertimbangan, jenis strategi dan metode yang relevan serta
prosedur penerapannya.
1. Hakikat Model Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa.Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok
pembicaraan. Menurut Rusman, dengan tema diharapkan akan memberikan banyak
keuntungan, di antaranya:[6]
1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;
3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan
dalam konteks tema yang jelas;
6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk
mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari
matapelajaran lain;
7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik
dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu
selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
Selain itu, sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik tersendiri, yakni:[7]
1. Berpusat pada anak.
2. Memberikan pengalaman langsung pada anak.
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses.
5. Bersifat fleksibel.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan anak.
Jadi dalam menerapkan model pembelajaran tematik terpadu ini, kita haruslah melakukannya
dengan cara yang bersahabat, menyenangkan, dan bermakna bagi anak. Sedangkan dalam
menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan, anak tidak harus di-drill, tetapi ia
belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
sudah dipahami. Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terpadu, dan
pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak.
1. Tujuan Model Pembelajaran Tematik Terpadu
Menurut Sukayati, Pembelajaran Tematik Terpadu dikembangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, dengan tujuan siswa dapat:[8]
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang
diperlukan dalam kehidupan.
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi,
serta menghargai pendapat orang lain.
5. Meningkatkan gairah dalam belajar; dan
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
1. Teori yang Mendasari Model Pembelajaran Tematik
Menurut Ahmad Fawzan Rohman, Model pembelajaran tematik terpadu (PTP) yang dalam
bahasa Inggris disebut sebagai integrated thematic instruction (ITI) dikembangkan mulamula di awal tahun 1970-an. Pendekatan pembelajaran tematik integratif ini sebelumnya telah
dikembangkan khusus untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented), anakanak yang cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat. Akhirakhir ini Pembelajaran Tematik Terpadu (PTP) dianggap sebagai salah satu model
pembelajaran yang efektif (highly effective teaching model). Keefektifan model pembelajaran
tematik terpadu dapat dilihat dari kemampuannya dalam mewadahi serta menyentuh secara
terpadu ranah-ranah emosi (emotional), fisik (physical), dan akademik (academic) di dalam
kelas atau di lingkungan sekolah.[9]
Sementara itu, konsep pembelajaran tematik terpadu sendiri pada dasarnya telah lama
dikemukakan oleh Jhon Dewey sebagai upaya mengintegrasikan perkembangan dan
pertumbuhan siswa serta kemampuan pengetahuannya. Ia memberikan pengertian bahwa
pembelajaran tematik terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa
dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada interaksi dengan lingkungan dan
pengalaman kehidupannya. Hal ini membantu siswa untuk belajar menghubungkan hal yang
telah dan sedang dipelajarinya. Dengan kata lain, model pembelajaran tematik terpadu
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual ataupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara
holistik, bermakna dan autentik.[10]
Secara kualitatif terdapat perbedaan antara model pembelajaran tematik terpadu bila
dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya, yaitu dalam hal sifatnya yang akan
memandu siswa agar dapat mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of
thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple
thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangan dimensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.[11]
Menurut Uukurniawati, model pembelajaran tematik ini berdasarkan dari teori Gestalt,
dimana teori ini dimotori oleh para tokoh psikologi Gestalt, (termasuk teori Piaget) yang
menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan menekankan juga pentingnya
program pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak. Pembelajaran
tematik merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada praktik pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pembelajaran ini berangakat dari teori
pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan
pengetahuan dan struktur intelektual anak.[12]
Sementara itu, Pendekatan model pembelajaran tematik terpadu menekankan pada
keterkaitan (linkages) dan keterhubungan (relationship) antar berbagai disiplin. Model
Pembelajaran Tematik Terpadu itu sendiri setidaknya ada sepuluh macam model, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
a)
Pengertian
Pembelajaran model Webbed adalah pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan
menentukan tema tertentu yang menjadi tema sentral bagi keterhubungan berbagai bidang
studi.
b) Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari model jaring laba-laba (Webbed) meliputi:
1). Penyeleksian tema sesuai dengan minat akan memotivasi anak untuk belajar
2). lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman
3). Memudahkan perencanaan
4). Pendekatan tematik dapat memotivasi siswa dan,
5). memberikan kemudahan bagi anak didik dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide
berbeda yang terkait.
Selain kelebihan yang dimiliki, model Webbed juga memiliki beberapa kekurangan antara
lain:
1). Sulit dalam menyeleksi tema
2). Cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal dan,
3). Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan dari pada
pengembangan konsep.
c). Contoh Model Jaring Laba-laba/Model Terjala (Webbed model)
Pada model pembelajaran tematik jaring laba-laba guru menyajikan pembelajaran dengan
tema yang menghubungkan antar mata pelajaran. Model jaring laba-laba adalah pembelajaran
yang mengintegrasikan materi pengajaran dan pengalaman belajar melalui keterpaduan tema.
Tema menjadi pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
1)
Tahap perencanaan
Bahasa Indonesia
Matematika
Membandingkan dua kumpulan benda melalui istilah lebih banyak, lebih sedikit, atau
sama banyak.
IPS
Kewarganegaraan
Setelah menjabarkan KD ke dalam indikator guru menentukan tema sentral dan memetakan
keterhubungan antar mata pelajaran dengan tema sentral. Berikut ini adalah jaring-jaring
tema dengan tema sentral keluargaku. tema sentral dan memetakan keterhubungan antar mata
pelajaran dengan tema sentral.
tentang
uang
Model ini berusaha memberikan gambaran yang utuh pada anak tentang tujuan melakukan
kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam bidang-bidang pengembangan.
Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah:
Pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan
dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya: matematika, IPS, IPA dan
Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan nilai sikap yang memiliki
keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa mata pelajaran.
b. Kelebihan
1). Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dari kemampuan yang
dikembangkan dari berbagai bidang studi/mata pelajaran;
2). Memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan untuk mencapai
kemampuan yang telah ditentukan pada indikator;
3). Siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale balik antar
berbagai disiplin ilmu;
4). Memperluas wawasan dan apresiasi guru.
c. Kekurangan
1). Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan
yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang
pengembangan;
2). Kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
3). Sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga
mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;
4). Dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari
keterkaitan dan mencari tema.
Dari ketiga model tersebut dapat disimpulkan bahwa, Model keterhubungan, pada
prinsipnya mengupayakan dengan sengaja adanya keterhubungan konsep, keterampilan,
topik, ide, kegiatan dalam satu bidang studi. Pada model ini, siswa tidak terlatih untuk
melihat suatu fakta dari berbagai sudut pandang, karena pada model ini keterkaitan materi
hanya terbatas pada satu bidang studi saja.
Model jaring laba laba (webbed) merupakan model dengan menggunakan pendekatan
tematik. Karena karakterik dari model ini adalah menggunakan pendekatan tema maka dalam
model ini, tema dijadikan sebagai pemersatu dari beberapa mata pelajaran. Setelah tema
ditemukan. Baru dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitanya dengan
mata pebelajaran yang dipadukan.
Tema hendaknya tidak terlalau luas, namun dengan mudah digunakan untuk
memadukan banyak mata pelajaran.
Tema harus bermakna, maksudnya adalah tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa-siswi untuk belajar selanjutnya.
Tema hendaknya sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat
(asas relevansi)
Guru tidak menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses
belajar-mengajar.
Pemberian tanggungjawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerjasama kelompok. Dan
Guru harus mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam perencanaan.
3.Prinsip Evaluasi
Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah
dicapai berdasarkan keriteria keberhasilan pencapaian tujuan.
4.Prinsip Reaksi
Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa-siswi dalam semua peristiwa serta tidak
mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan
bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya
menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-hal yang dicapai melalui
dampak pengiring tersebut.
Model pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
memberikan peluang untuk menggunakan berbagai strategi dan metode pembelajaran agar
siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan mampu mengembangkan berbagai potensi dan keterampilan
dalam diri siswa termasuk keterampilan untuk berpikir kritis. Model pembelajaran yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran tematik yang dimodifikasi
dengan strategi dan metode yang ditujukan untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis
bagi siswa Sekolah Dasar.
Model pembelajaran bukanlah satu-satunya cara dalam penyampaian tujuan pembelajaran,
metode pelajaran juga memegang peranan yang amat penting, dalam rangka mengaktikan
siswa dalam proses pembelajaran maka salah satu metode yang sesuai adalah metode kerja
kelompok. Kerja kelompok adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara siswa
mengerjakan sesuatu (tugas) dalam situasi kelompok dibawah bimbingan guru.
Selaras dengan karateristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan
perlu dipersiapkan bervariasi kegiatan dengan menggunakan multimetode, misalnya metode
eksperimen, metode bermain perran, metode diskusi, metode demonstrasi maupun metode
dialog.[19]
1. Prosedur Penerapan Model Pembelajaran Tematik dalam Pembelajaran PAI[20]
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Satuan pendidikan
Kelas / semester
: IV (empat) / 1 (satu)
Alokasi waktu
: 6 x 35 menit
A. Kompetensi inti
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan
rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis dalam
karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Bahasa Indonesia
1.1. Meresapi makna anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang diakui
sebagai bahasa persatuan yang kokoh dan sarana belajar untuk memperoleh ilmu
pengetahuan.
2.4. Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam melalui pemanfaatan
bahasa Indonesia
3.4. Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya
alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih
dan memilah kosakata baku: Menggali informasi tentang unsur-unsur cerita dari teks cerita
4.4. Menyajikan teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam secara
mandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata
baku dengan rasa percaya diri: Menceritakan pengalaman dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar dan memperhatikan unsur-unsur ceritanya.
IPA
2.1. Memiliki kepedulian terhadap gaya, gerak, energi panas, bunyi, cahaya, dan energi
alternatif melalui pemanfaatan bahasa Indonesia
3.3. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui pengamatan, serta
mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari: Mengidentifikasi tentang gaya
gravitasi dalam aktivitas sehari-hari
4.3. Menyajikan laporan hasil percobaan gaya dan gerak menggunakan tabel dan grafik
dengan: Mengisi tabel hasil percobaan gaya gravitasi
IPS
2.3. Memiliki perilaku santun dan jujur tentang jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi
melalui pemanfaatan bahasa Indonesia
3.5. Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam,sosial, budaya,
dan ekonomi: Mengidentifikasi sikap yang harus dimiliki ketika berinteraksi dengan orang
lain
4.5. Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial,
budaya, dan ekonomi : Menjelaskan cara berinteraksi dengan orang lain di sekolah
SBdP
1.2. Mengakui dan mensyukuri anugerah Tuhan yang Maha Esa atas keberadaan lingkungan
dan sumber daya alam, alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi,
energi, serta permasalahan sosial
3.5. Mengetahui berbagai alur cara dan pengolahan media karya kreatif : Mengamati alur cara
membuat parasut
4.14. Membuat karya kreatif yang diperlukan untuk melengkapi proses pembelajaran dengan
memanfaatkan bahan di lingkungan: Membuat parasut untuk menunjukkan pengaruh gaya
gravitasi dalam kehidupan sehari-hari
C. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan, siswa mampu menyimpulkan tentang gaya gravitasi dengan
benar.
Dengan mengamati langkah-langkah pengerjaan, siswa dapat membuat parasut sesuai
dengan runtutan yang benar.
Setelah bermain parasut, siswa dapat menceritakan kembali kegiatan bermain mereka
dengan memperhatikan unsur-unsur cerita dalam sebuah karangan.
Dengan membuat refleksi sikap, siswa dapat menuliskan cara berinteraksi yang baik
dengan orang lain.
D. MATERI
IPA
Membuat parasut
BAHASA INDONESIA
Unsur-unsur Cerita
Menceritakan pengalaman
IPS
Pendekatan : Scientific
Karakter yang dikembangkan: Rasa ingin tahu, peduli, percaya diri, santun, disiplin,
sopan
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pendahuluan
1. Mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing ;
2. Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa;
3. Bertanya jawab dengan siswa mengenai kegiatan pembelajaran sebelumnya dan
menghubungkan dengan kegiatan yang akan dilakukan;
4. Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang Selalu berhemat energi
dan sub tema yaitu Gaya dan Gerak;
2. Buku Siswa Tematik kelas IV ; Indonesia. 2013, Selalu Berhemat Energi, Kementerian
Pendidikan Nasional, Jakarta
3. Tutup stoples
4. Paku
5. Spidol
6. Gunting
7. Kantong plastik/kresek
8. Benang
9. Boneka kecil
10. Kertas HVS
11. Pulpen
12. Kelereng
H. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian :
Penilaian Proses: Menggunakan format yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sejak
dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir
Penilaian hasil
2. Instrumen Penilaian :
Penilaian Kinerja :
Kriteria Penilaian B.Indonesia dan IPA ;
Kriteria: Bagus Sekali, Bagus, Cukup, Berlatih lagi.
Kemampuan siswa menggali informasi dari teks Siswa mampu menemukan 3 unsur cerita
(tema, latar, tokoh) dari teks yang dibacanya (5) Siswa menemukan 2 unsur cerita dari teks
yang dibacanya; (4) Siswa menemukan 1 unsur cerita dari teks yang dibacanya; (3) Siswa
belum mampu menemukan unsur-unsur cerita dalam teks yang dibacanya ; (1) Kemampuan
mengidentifikasi gaya gravitasi dalam kehidupan sehari-hari Siswa mampu menjelaskan
konsep gaya gravitasi dan hal yang mempengaruhi kecepatan jatuh benda serta memberi
contoh beberapa gaya gravitasi; (5)Siswa mampu menjelaskan konsep gaya gravitasi dan hal
yang mempengaruhi kecepatan jatuh benda; (4)Siswa mampu menjelaskan konsep gaya
gravitasi atau menjelaskan hal yang mempengaruhi kecepatan jatuh benda; (3)Siswa belum
mampu menjelaskan konsep gaya gravitasi hal yang mempengaruhi kecepatan jatuh benda.
Nilai maksimal : 10
Nilai Minimal
:2
Mengetahui,
Kepala Sekolah SD.
_______________________
NIP.
1. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Dahar,Ratna. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga, 1989.
Darmawan, Hendro, dkk. Kamus Ilmiah Populer Lengkap dengan EYD dan Pembentukan
Istilah serta Akronim Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2011.
http://www.pustakasekolah.com/rpp-kelas-4-sd-kurikulum-2013.html, diakses tanggal 14
Februari 2014.
http://rhayukarmla.blogspot.com/2012/12/model-model-pembelajaran-terpadu.html, di akses
tanggal 14 Februari 2014.
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru.
Jakarta: Rajawali Pers, 2007.
Munawaroh, Isniatun. Pembelajaran Tematik Dan Aplikasinya Di Sekolah Dasar, makalah
disampaikan dalam forum ilmiah guru SD, diakses dalam, http://staff.uny.ac.id/. diakses
tanggal 15 Februari 2014.
Prastowo, Andi. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Panduan Lengkap Aplikatif.
Yogyakarta: DIVA Press, 2013.
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
Rajawali Pers, 2011.
Rohman, Ahmad Fawzan Model Pembelajaran
zifa.blogspot.com, diakses tanggal 14 Februari 2014.
Tematik,
dalam
http://fauzan-
Tematik,
dalam
http://uukurniawati.
diakses
https://cintailmu76.wordpress.com/2014/04/14/model-model-pembelajarantematik-terpadu-dan-strategi-pengembangannya/
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memeroleh pengetahuan dan keterampilan secara
utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna di sini memberikan arti
bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam
intra
mata
pelajaran
maupun
antar
mata
pelajaran.
Menurut Robin Fogarty (1991), bahwa ada 10 cara atau model dalam merencanakan
pembelajaran terpadu yang ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan
unit tematisnya. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah; 1. fragmented, 2. connected, 3.
nested, 4. sequenced, 5. shared, 6. webbed, 7. threaded, 8. integrated, 9. immersed, dan 10.
networked. Dan secara singkat kesepuluh cara atau model tersebut dapat saya uraikan sebagai
berikut;
1. Model Penggalan (Fragmented)
Untuk model penggalan ini ditandai dengan ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu
mata pelajaran saja. Misalnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi pembelajaran
tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi
pembelajaran ketrampilan berbahasa. Dalam proses pembelajarannya, butir-butir materi
tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah pada jam yang berbeda-beda. Dibawah ini
merupakan ilustrasi model fragmented.
4.
Model
Urutan/Rangkaian
(Sequenced)
Model Sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang
berbeda secara paralel, isi cerita dalam roman sejarah misalnya; topik pembahasannya secara
paralel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa,
karakteristi kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang
menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembalajarannya
pada alokasi jam yang sama.
5.
Model
Bagian
(shared)
Ini merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya overlapping konsep atau ide
pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam
PKn misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran dalm tata negara, PSPB,
dan sebainya.
6.
Model
Jaring
laba-laba.
(Webbed)
Ini adalah model yang bisa dikatakan paling populer. Model ini bertolak dari pendekatan
tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat
mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata
pelajaran.
10.
Model
Jaringan
(Networked)
Untuk yang terakhir yaitu model networked ini merupakan pemaduan pembelajaran yang
mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun
tuntutan bentuk ketrampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi,
kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang
berlangsung secara terus menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman
dan kenyataan yang dihadapi siswa.