Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Langkah-langkah Pengembangan kurikulum”

“ Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pengembangan kurikulum ”

Disusun Oleh:

Hafizah Endar Paradila : 2121245

Rani syafitri : 2121268

Jayusman : 2121251

Dosen Pembimbing:

Dr Salmi Wati M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN ( FTIK )

(UIN) SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami kirimkan kehadiran atas Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya kepada kami sehingga dengan rahmat dan
hidayahnya itulah kami dari kelompok satu dapat menyelesaikan pembuatan
makalah yang mana materinya mengenai Langkah-langkah pengembangan
kurikulum.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
pada mata kuliah Penngembangan kurikulum program studi Pendidikan Agama
Islam.Harapan kami semoga, makalah ini dapat membantu jalannya diskusi pada
saat perkuliahan berlangsung. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua untuk lebih mendalami materi mengenai Langkah-langkah pengembangan
kurikulum petunjuk atau pedoman bagi kita semua untuk menambah ilmu terkait
materi yang disampaikan di dalam makalah ini.
Kami akui dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Baik dari segi tulisan maupun dari segi materi. Mungkin makalah ini belum bisa
dikatakan sebagai makalah yang lengkap. Karena banyaknya kekurangan dalam
makalah ini. Kami sangat mengharapkan kritikan, saran, maupun komentar dari
para pembaca yang bersifat membangun kesempurnaan makalah ini. Agar makalah
ini dapat mencapai kesempurnaannya.

Bukittinggi, 16 november 2022

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI… ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang… ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah…................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Need Assesnent… .....................................................................5
B. Pengembangan kurikulum atau rencana pembelajaran................................ 7
C. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penyusunan materi … ............ 8
D. Kriteria seleksi bahan atau materi pelajaran............................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................. 18
B. Saran… ........................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang.

Kurikulum merupakan seperangkat program pendidikan yang direncanakan dan tersusun


secara sistematis serta dilaksanakan untuk mencapai mencapai tujuan-tujuan pendidikan (Fujiawati
2016). Kurikulum merupakan komponen penting dalam sebuah pendidikan. Kurikulum adalah
pedoman dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah direncanakan pada sebuh program pendidikan
(Julaeha 2019). Tanpa adanya kurikulum pendidikan akan sulit mencapai target atau tujuan
pendidikan yang telah diprogramkan. Mengingat pentingnya sebuah kurikulum dalam sebuah
pendidikan, seyogyanya seorang pengajar perlu memahami apa itu kurikulum dan apa saja isi suatu
kurikulum. Mengingat pengajar adalah subjek utama dalam pengimplementasian suatu kurikulum
pendidikan (Sudrajat et al. 2020). Untuk menunjang hal tersebut maka para calon pengajar perlu
mendapatkan bekal pengetahuan terkait kurikulum yang dikemas dalam sebuah kurikulum.

B.Rumusan masalah.

1.Apa pengertian needassesment.?

2.Apa saja Bentuk Pengembangan kurikulum.?

3. Apa saja faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan rpp?

4.Bagaimana kriteria seleksi bahan ajar ?

C.Tujuan.

1.Untuk mengetahui pengertian need assessment.

2. Untuk mengetahui bentuk pengembangan kurikulum.

3.Apa saja factor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rpp.

4.Untuk mengetahui kriteria seleksi bahan ajar.


BAB II

PEMBAHASAN

A.Need Assessment

Apa yang dimaksud dengan kebutuhan? Kebutuhan (need) adalah ketidaksesuaian antara
harapan dan kenyataan.Dengan demikian, penentuan bahan atau materi kurikulum harus
dimulai dari penilaian apakah bahan yang ada cukup memadai untuk mencapai tujuan atau
tidak. Masalah need analysis atau need assessment berkenaan dengan apa-apa yang dibutuhkan
dalam pengembangan desain kurikulum. Kajian pendekatan yang berbeda terhadap penilaian
kebutuhan ini, akan mengarahkan pada bagaimana menyiapkan, menyusun dan menggunakan
informasi yang terbaik, dimana konteks pengembangan kurikulum secara spesifik dapat
memenuhi kebutuhan individual dan kebutuhan lembaga itu sendiri. Teknik-teknik yang efektif
dalam mengembangkan tujuan umum dan tujuan khusus dapat disusun selama fase analisis
kebutuhan (need analysis) itu sendiri.

Perlunya Needs Assessment dalam Pengembangan Kurikulum Need assessment (need


analysis) dalam pengembangan kurikulum sangat diperlukan. Menurut Oliva, “a curriculum
need assessment is aprocess for identifying programmatic needs that must be addressed by
curriculum planners”.Analisis kebutuhan digunakan untuk menilai dan mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan siswa dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum,
karena pengembangan kurikulum hakekatnya berorientasi pada kebutuhan siswa (need of
learners) dan kebutuhan masyarakat (need of society), termasuk kebutuhan mata pelajaran
(need of subject matters).Need assessment juga digunakan untuk mengidentifikasi gap atau
ketidaksesuaian antara performansi siswa yang diinginkan (das Sollen) dengan performansi
siswa yang nyata (das Sein). Dalam sistem persekolahan needassessment diperlukan untuk
menemukan kekurangan-kekurangan kurikulum yang menyangkut misalnya kerja sama
komunitas sekolah dan pemahaman terhadap program-program sekolah untuk kemudian
diperbaiki. Dalam istilah umum, need assessment atau disebut juga need analysis berhubungan
dengan aktivitas yang meliputi pemerolehan informasi yang akan menjadi dasar bagi
pengembangan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan belajar, khususnya kelompok siswa.
Dengan kata lain, bahwa need assessment ini adalah bagian integral dari pembuatan kurikulum
yang sistematik. Dalam menganalisis kebutuhan (need assessment) tersebut ada tiga tahap yang
harus ditempuh:

1. Membuat keputusan mengenai need assessment (need analysisi);


2. Memperoleh informasi; dan
3. Menggunakan informasi.

B.pengembangan kurikulum atau rencana pembelajaran.

Kurikulum tidak hanya sekedar mempelajari mata pelajaran, tetapi lebih mengambangkan
pikiran, menambah wawasan, sera mengambangkan pengetahuan yang dimiliki. Kurikulum
lebih mempersiapkan penerima siswa dalam memecahkan duduk masalah individualnya
maupun duduk masalah yang dihadapi dalam lingkungannya. Oleh lantaran itu kurikulum
merupakan perjuangan sekolah untuk mensugesti siswa biar mereka sanggup berguru dengan
baik di dalam kelas, di halaman sekolah, maupun di luar lingkungan sekolah sehingga mereka
menjadi pribadi yang diharapkan.

1. Landasan pengembangan kurikulum

Kurikulum merupakan wahana berguru mengajar yang dinamis sehingga perlu


dikembangkan dan dinilai secara terus menerus dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan
yang ada di masyarakat. Pengembangan kurikulum yaitu suatu proses yang menentukan
bagaimana kurikulum akan berjalan. Pengembangan kurikulum berdasarkan Hilda Taba (1926
:6) yaitu proses yang meliputi banyak hal diantaranya:

1. Kemudahan suatu analisis tujuan;

2. Rancangan suatu program;

3. Penerapan serangkaian pengalaman yang berhubungan;

4. Peralatan dalam penilaian proses.

Singkatnya pengembangan kurikulum yaitu perbuatan komplek yang menyangkut banyak


sekali jenis keputusan, yaitu tujuan yang akan dicapai, materi pelajaran yang terukur, waktu
yang disediakan,media pendidikan yang diperlukan, kompetensi guru yang diperlukan, dan
sarana berguru yang mendukung. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya
perubahan kurikulum. Faktor penyebab perubahan kurikulum tersebut antara lain :
1. Faktor filosofis, yaitu kebijakan pemerintah dibidang pendidikan nasional yang
digariskan oleh GBHN menuntu implementasi yang sesuai dengan formulasi dan
evaluasi. Kebijakan yang dimaksud yaitu kebijakan dalam Tap MPR No. IV/MPR?1973
wacana pendidikan dan training generasi muda.

2. Faktor sosiologis, yaitu adanya penemuan dan gagasan-gagasan gres yang memasuki
dunia pendidikan mensugesti system pendidikan nasional sebagai dampak dari training
dan pembaharuan pendidikan, hasil analisis dan penelitian pendidikan nasional telah
mendorong Departemen Pendidikan Nasional untuk melaksanakan perubahan
kurikulum dan keluhan-keluhan masyarakat wacana mutu lulusan pendidikan
mendorong forum pendidikan untuk melaksanakan perubahan dan pengembangan
kurikulum yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian
praktek pelaksanaan pendidikan termasuk kurikulum perlu ditinjau kembali atau
dilakukan perbaikan secara terus-menerus.

3. Faktor psikologis, yaitu penemuan yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran yang
efisien dan efektif telah berkuasa terhadap praktek pendidikan. Inovasi tersebut
menggambarkan antara lain hasil proyek penulisaan buku pelajaran, hasil proyek
perubahan kurikulum dan metode berguru (peningkatan kualitas lulusan), berlakuknya
sistem pendidikan yang sanggup meningkatkan kualitas output pendidikan, dan motivasi
metode berguru mengajar terutama mekanisme pengembangan system instruksional

Adapun faktor penentu dalam pengembangan kurikulum adalah:

1. Landasan filosofis : Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan masyarakat, sehingga
apa yang dikehendaki oleh masyarakat untuk dilestarikan dan diselenggarakan melalui
pendidikan dalam arti seluas-luasnya (Raka Joni, 1983 : 3)

2. Landasan social budaya : Realita social budaya yang ada dalam masyarakat merupakan
materi kajian pengembangan kurikulum untuk dipakai sebagai landasan pengembangan
kurikulum.

3. Landasan Pengetahuan teknologi dan Seni : Ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu nilai-
nilai yang bersumber pada pikiran atau logika, sedangkan seni bersumber pada perasaan
atau estetika. Mengingat pendidikan merupakan upaya penyiapan siswa menghadapi
perubahan yang semakin pesat, termasuk didalamnya perubahan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada
pengetahuan, teknologi dan seni.

4. Landasan kebutuhan masyarakat : pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada


pengembangan individu yang meliputi keterkaitannya dengan lingkungan sosial
setempat, maka pada hakekatnya pengembangan kurikulum yaitu kebutuhan masyarakat
yang dilayani melalui kurikulum yang dikembangkan

5. Landasan perkembangan Masyarakat : Ciri utama masyarakat yaitu selalu berkembang.


Perkembangan ini bisa terjadi dengan cepat atau lambat bahkan sangat cepat. IPTEKS
sangat mendukung perkembangan masyarakat. Perkembangan masyarakat akan
menuntut tersedianya proses pendidikan yang sesuai, maka diharapkan perancangan
berupa kurikulum yang landasannya dari perkembangan masyarakat itu sendiri.

Pengembangan kurikulum dan landasan pengembangan kurikulum merupakan dasar untuk


mengkaji pembelajaran dan pengembangan kurikulum lebih lanjut.

2. Prinsip pengembangan kurikulum.

Terdapat beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip umum


pengembangan kurikulum yang diuraikan oleh Nana Syaodih, (2009 : 150) yaitu sebagai berikut

1. Prinsip Relevansi, artinya kesesuaian antara komponen tujuan, isi/pengalaman belajar,


organisasi dan penilaian kurikulum, dan juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat baik dalam
pemenuhan tenaga kerja maupun warga masyarakat yang diidealkan.

2. Prinsip Fleksibilitas, kurikulum hendaknya mempunyai sifat elastis atau fleksibel.


Kurikulum mempersiapkan siswa untuk kehidupan kini dan yang akan tiba dengan banyak
sekali latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Kurikulum yang baik yaitu kurikulum yang
solid yang dalam hal pelaksanaannya memungkinkan penyesuaian-penyesuaian berdasarkan
kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang siswa.

3. Prinsip Kontinuitas, perkembangan dan proses berguru siswa berlangsung secara


berkesinambungan, tidak terputus-putus atau terhenti. Oleh karenanya pengalaman-pengalaman
belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas,
dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang pendidikan lainnya, juga
antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan
serempak bersama-sama, perlu komunikasi dan kolaborasi antara para pengembang kurikulum
tingkat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

4. Prinsip praktis, gampang dilaksanakan, memakai alat-alat sederhana dan biayanya juga
murah. Betapapun bagusnya kurikulum bila menuntut keahlian dan peralatan serta biaya yang
mahal maka kurikulum tersebut tidak simpel dan sukar dilaksanakan.

5. Prinsif Efektivitas, walaupun kurikulum itu harus mudah, sederhana,dan murah tetapi
keberhasilannya tetap harus diperhatikan baik secara kualitas maupun kuantitas. Keberhasilan
kurikulum akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan.

3. Model pengembangan kurikulum.

Ada depalan macam model pengembangan kurikulum, yaitu :

1. The Administrative model (merupakan model lama) , dinamakan demikian lantaran inisiatif
dan gagasan pengembangannya tiba dari para direktur pendidikan dan memakai mekanisme
administrasi. Dengan wewenang administrasinya, direktur pendidikan (dirjen, direktur atau
kepalan kantor wilayah pendidkan dan kebudayaan) membentuk suatu komisi atau tim pengarah
dan pengembang kurikulum.

2. The Grass rooth model, Pada model ini seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru
di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Pengembangan atau
penyempurnaan ini sanggup berkenaan dengan suatu komponen atau secara keseluruhan
komponen kurikulum. Pengembangan kurikulum ini didasarkan atas pertimbangan bahwa guru
yaitu perencana, pelaksana, dan penyempurna dari pengajaran dikelas. Gurulah yang tahu
kebutuhan kelas, oleh karenanya gurulah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi
kelasnya.

3. Beauchamp’s system, Model ini dikembangkan oleh Beauchamp’s spesialis kurikulum.


Beauchamp mengemukakan lima hal dalam pengembangan suatu kurikulum , yaitu :

a. Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut,
apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi,maupun seluruh Negara.
b. Menetapkan personalia, yaitu siapa saja yang turut serta terlibat dalam pengembangan
kurikulum. Ada empat kategori yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum
antara lain para hebat pendidkian. Kurikulum yang ada pada pusat pengembangan
kurikulum dan para hebat bidang ilmu dari luar, para hebat dari perguruan tinggi atau
sekolah dari guru-guru terpilih, para profesional dalam system pendidikan, profesional
lain dan tokoh-tokoh masyarakat.

c. Organisasi dan mekanisme pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan


mekanisme yang akan ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan khusus,
menentukan isi dan pengalaman belajar, kegiatan penilaian dan dalam menentukan
keseluruhan desain kurikulum.

d. Implementasi kurikulum, yaitu melaksanakan kurikulum. Dalam implementasi ini bukan


sesuatu yang sederhana, alasannya yaitu membutuhkan kesiapan yang menyeluruh baik
kesiapan guru-guiru maupun siswa, fasilitas, bahan, biaya, juga manajerial dari pimpinan
sekolah.

e. Evaluasi Kurikulum, terdapat empat hal ynag harus diperhatikan dalam penilaian
kurikulum yaitu penilaian pelaksanaan kurikulum oleh guru, penilaian desain kurikulum,
penilaian hasil berguru siswa dan penilaian dari keseluruhan system kurikulum. Data-data
tersebut nanti akan digunakan sebagai penyempurna dalam system dan desain kurikulum
berikutnya.

4. The demonstrational model, Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru yang bekerjasama
dengan para orang2 hebat yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Karena sifatnya
ingin mengubah atau mengganti kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum model ini
sering menerima tantangan dari pihak-pihak tertentu.

5. Taba’s inverted model, Terdapat lima langkah pengembangan kurikulum berdasarkan model
taba yaitu :

a. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru

b. Menguji unit eksperimen

c. Mengadakan revisi dan konsolidasi


d. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum

e. Implementasi dan desiminasi

6.Roger’s interpersonal relations model, Terdapat empat langkah pengembangan model


kurikulum berdasarkan Rogers, yaitu :

a. Pemilihan sasaran dari system pendidikan

b. Partisifasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif

c. Pengembangan pengalaman kelompokyang intensif untuk satu kelas atau unit


pelajaran.

C.Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar Dalam menyusun dan mengembangkan


bahan ajar

Yang perlu diperhatikan prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar antara lain:

1) mulai yang dari mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkrit untuk
memahami yang abstrak;

2) pengulangan akan memperkuat pemahaman;

3) umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik;

4) memotivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
belajar;

5) mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai
ketinggian tertentu;

6) mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus
mencapai tujuan.

D. Kriteria dalam pemilihan bahan ajar.


Kriteria Pemilihan Bahan Ajar Bahan ajar (buku teks) merupakan buku sumber utama yang
digunakan oleh guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, bahan ajar harus
digunakan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan pembelajaran.

1. Pemilihan Bahan Ajar dalam Pembelajaran Berbasis Kompetensi Pembelajaran


berbasis kompetensi didasarkan atas pokok-pokok pikiran yang ingin dicapai siswa
melalui kegiatan pembelajaran. Perumusannya diwujudkan dalam bentuk standar
kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa. Standar kompetensi meliputi standar
materi atau standar isi (content standard) dan standar pencapaian (performance
standard). Standar materi berisikan jenis, kedalaman, dan ruang lingkup materi
pembelajaran yang harus dikuasi siswa, sedangkan standar penampilan berisikan
tingkat penguasaan yang harus ditampilkan siswa.

2. Prinsip-prinsip dan Langkah-langkah Pemilihan Bahan Ajar

a. Prinsip-prinsip Pemilihan Bahan Ajar Ada beberapa prinsip yang perlu


diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-
prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi
pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai misal, jika
kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka
materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau hafalan. Prinsip
konsistensi artinya keajegan.

Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka
bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan
yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka
materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan
hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi
dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya

b. Langkah-langkah Pemilihan Bahan Ajar Sebelum melaksanakan pemilihan


bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar.
Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran
yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa
di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benarbenar
menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata
lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar
kompetensi.

Setelah diketahui kriteria pemilihan bahan ajar, sampailah pada


langkah-langkah pemilihan bahan ajar. Secara garis besar langkah-langkah
pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama mengidentifikasi aspek-aspek yang
terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan
atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi
jenis-jenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai
atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih sumber bahan ajar. Secara lengkap,
langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut.

c. Memilih sumber bahan ajar Setelah jenis materi ditentukan, langkah berikutnya
adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar
dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal,
koran, internet, media audiovisual.
BAB III

PENUTUP

1.Kesimpulan.

Kebutuhan (need) adalah ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan.Dengan


demikian, penentuan bahan atau materi kurikulum harus dimulai dari penilaian apakah bahan
yang ada cukup memadai untuk mencapai tujuan atau tidak. Masalah need analysis atau need
assessment berkenaan dengan apa-apa yang dibutuhkan dalam pengembangan desain
kurikulum. Kajian pendekatan yang berbeda terhadap penilaian kebutuhan ini, akan
mengarahkan pada bagaimana menyiapkan, menyusun dan menggunakan informasi yang
terbaik, dimana konteks pengembangan kurikulum secara spesifik dapat memenuhi kebutuhan
individual dan kebutuhan lembaga itu sendiri.

pengembangan kurikulum atau rencana pembelajaran. Kurikulum tidak hanya sekedar


mempelajari mata pelajaran, tetapi lebih mengambangkan pikiran, menambah wawasan, sera
mengambangkan pengetahuan yang dimiliki. Kurikulum lebih mempersiapkan penerima siswa dalam
memecahkan duduk masalah individualnya maupun duduk masalah yang dihadapi dalam
lingkungannya. Oleh lantaran itu kurikulum merupakan perjuangan sekolah untuk mensugesti siswa
biar mereka sanggup berguru dengan baik di dalam kelas, di halaman sekolah, maupun di luar
lingkungan sekolah sehingga mereka menjadi pribadi yang diharapkan.

2.Saran.

Kami penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan yang
jauh dari kata sempurna. Tentu penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada
sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah ini. Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA,

Julaeha, Siti. 2019. “Problematika Kurikulum Dan Pembelajaran Pendidikan Karakter.” Jurnal
Penelitian Pendidikan Islam 7(2):157–82.

Lilawati, Jenny. 2017. “Analisis Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Proses Pembelajaran.”
In Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017. Digital
Repository Universitas Negeri Medan.

Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sabda, Syaifuddin. 2009. Model Pengembangan Kurikulum Terintegrasi Sainstek dengan


IMTAQ. Banjarmasin: Antasari Press.

Anda mungkin juga menyukai