Disusun Oleh:
Jayusman : 2121251
Dosen Pembimbing:
2022/2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami kirimkan kehadiran atas Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya kepada kami sehingga dengan rahmat dan
hidayahnya itulah kami dari kelompok satu dapat menyelesaikan pembuatan
makalah yang mana materinya mengenai Langkah-langkah pengembangan
kurikulum.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
pada mata kuliah Penngembangan kurikulum program studi Pendidikan Agama
Islam.Harapan kami semoga, makalah ini dapat membantu jalannya diskusi pada
saat perkuliahan berlangsung. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua untuk lebih mendalami materi mengenai Langkah-langkah pengembangan
kurikulum petunjuk atau pedoman bagi kita semua untuk menambah ilmu terkait
materi yang disampaikan di dalam makalah ini.
Kami akui dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Baik dari segi tulisan maupun dari segi materi. Mungkin makalah ini belum bisa
dikatakan sebagai makalah yang lengkap. Karena banyaknya kekurangan dalam
makalah ini. Kami sangat mengharapkan kritikan, saran, maupun komentar dari
para pembaca yang bersifat membangun kesempurnaan makalah ini. Agar makalah
ini dapat mencapai kesempurnaannya.
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang… ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah…................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Need Assesnent… .....................................................................5
B. Pengembangan kurikulum atau rencana pembelajaran................................ 7
C. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penyusunan materi … ............ 8
D. Kriteria seleksi bahan atau materi pelajaran............................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.
B.Rumusan masalah.
C.Tujuan.
PEMBAHASAN
A.Need Assessment
Apa yang dimaksud dengan kebutuhan? Kebutuhan (need) adalah ketidaksesuaian antara
harapan dan kenyataan.Dengan demikian, penentuan bahan atau materi kurikulum harus
dimulai dari penilaian apakah bahan yang ada cukup memadai untuk mencapai tujuan atau
tidak. Masalah need analysis atau need assessment berkenaan dengan apa-apa yang dibutuhkan
dalam pengembangan desain kurikulum. Kajian pendekatan yang berbeda terhadap penilaian
kebutuhan ini, akan mengarahkan pada bagaimana menyiapkan, menyusun dan menggunakan
informasi yang terbaik, dimana konteks pengembangan kurikulum secara spesifik dapat
memenuhi kebutuhan individual dan kebutuhan lembaga itu sendiri. Teknik-teknik yang efektif
dalam mengembangkan tujuan umum dan tujuan khusus dapat disusun selama fase analisis
kebutuhan (need analysis) itu sendiri.
Kurikulum tidak hanya sekedar mempelajari mata pelajaran, tetapi lebih mengambangkan
pikiran, menambah wawasan, sera mengambangkan pengetahuan yang dimiliki. Kurikulum
lebih mempersiapkan penerima siswa dalam memecahkan duduk masalah individualnya
maupun duduk masalah yang dihadapi dalam lingkungannya. Oleh lantaran itu kurikulum
merupakan perjuangan sekolah untuk mensugesti siswa biar mereka sanggup berguru dengan
baik di dalam kelas, di halaman sekolah, maupun di luar lingkungan sekolah sehingga mereka
menjadi pribadi yang diharapkan.
2. Faktor sosiologis, yaitu adanya penemuan dan gagasan-gagasan gres yang memasuki
dunia pendidikan mensugesti system pendidikan nasional sebagai dampak dari training
dan pembaharuan pendidikan, hasil analisis dan penelitian pendidikan nasional telah
mendorong Departemen Pendidikan Nasional untuk melaksanakan perubahan
kurikulum dan keluhan-keluhan masyarakat wacana mutu lulusan pendidikan
mendorong forum pendidikan untuk melaksanakan perubahan dan pengembangan
kurikulum yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian
praktek pelaksanaan pendidikan termasuk kurikulum perlu ditinjau kembali atau
dilakukan perbaikan secara terus-menerus.
3. Faktor psikologis, yaitu penemuan yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran yang
efisien dan efektif telah berkuasa terhadap praktek pendidikan. Inovasi tersebut
menggambarkan antara lain hasil proyek penulisaan buku pelajaran, hasil proyek
perubahan kurikulum dan metode berguru (peningkatan kualitas lulusan), berlakuknya
sistem pendidikan yang sanggup meningkatkan kualitas output pendidikan, dan motivasi
metode berguru mengajar terutama mekanisme pengembangan system instruksional
1. Landasan filosofis : Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan masyarakat, sehingga
apa yang dikehendaki oleh masyarakat untuk dilestarikan dan diselenggarakan melalui
pendidikan dalam arti seluas-luasnya (Raka Joni, 1983 : 3)
2. Landasan social budaya : Realita social budaya yang ada dalam masyarakat merupakan
materi kajian pengembangan kurikulum untuk dipakai sebagai landasan pengembangan
kurikulum.
3. Landasan Pengetahuan teknologi dan Seni : Ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu nilai-
nilai yang bersumber pada pikiran atau logika, sedangkan seni bersumber pada perasaan
atau estetika. Mengingat pendidikan merupakan upaya penyiapan siswa menghadapi
perubahan yang semakin pesat, termasuk didalamnya perubahan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada
pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Prinsip praktis, gampang dilaksanakan, memakai alat-alat sederhana dan biayanya juga
murah. Betapapun bagusnya kurikulum bila menuntut keahlian dan peralatan serta biaya yang
mahal maka kurikulum tersebut tidak simpel dan sukar dilaksanakan.
5. Prinsif Efektivitas, walaupun kurikulum itu harus mudah, sederhana,dan murah tetapi
keberhasilannya tetap harus diperhatikan baik secara kualitas maupun kuantitas. Keberhasilan
kurikulum akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan.
1. The Administrative model (merupakan model lama) , dinamakan demikian lantaran inisiatif
dan gagasan pengembangannya tiba dari para direktur pendidikan dan memakai mekanisme
administrasi. Dengan wewenang administrasinya, direktur pendidikan (dirjen, direktur atau
kepalan kantor wilayah pendidkan dan kebudayaan) membentuk suatu komisi atau tim pengarah
dan pengembang kurikulum.
2. The Grass rooth model, Pada model ini seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru
di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Pengembangan atau
penyempurnaan ini sanggup berkenaan dengan suatu komponen atau secara keseluruhan
komponen kurikulum. Pengembangan kurikulum ini didasarkan atas pertimbangan bahwa guru
yaitu perencana, pelaksana, dan penyempurna dari pengajaran dikelas. Gurulah yang tahu
kebutuhan kelas, oleh karenanya gurulah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi
kelasnya.
a. Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut,
apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi,maupun seluruh Negara.
b. Menetapkan personalia, yaitu siapa saja yang turut serta terlibat dalam pengembangan
kurikulum. Ada empat kategori yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum
antara lain para hebat pendidkian. Kurikulum yang ada pada pusat pengembangan
kurikulum dan para hebat bidang ilmu dari luar, para hebat dari perguruan tinggi atau
sekolah dari guru-guru terpilih, para profesional dalam system pendidikan, profesional
lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
e. Evaluasi Kurikulum, terdapat empat hal ynag harus diperhatikan dalam penilaian
kurikulum yaitu penilaian pelaksanaan kurikulum oleh guru, penilaian desain kurikulum,
penilaian hasil berguru siswa dan penilaian dari keseluruhan system kurikulum. Data-data
tersebut nanti akan digunakan sebagai penyempurna dalam system dan desain kurikulum
berikutnya.
4. The demonstrational model, Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru yang bekerjasama
dengan para orang2 hebat yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Karena sifatnya
ingin mengubah atau mengganti kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum model ini
sering menerima tantangan dari pihak-pihak tertentu.
5. Taba’s inverted model, Terdapat lima langkah pengembangan kurikulum berdasarkan model
taba yaitu :
1) mulai yang dari mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkrit untuk
memahami yang abstrak;
3) umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik;
4) memotivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
belajar;
5) mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai
ketinggian tertentu;
6) mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus
mencapai tujuan.
Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka
bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan
yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka
materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan
hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi
dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya
c. Memilih sumber bahan ajar Setelah jenis materi ditentukan, langkah berikutnya
adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar
dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal,
koran, internet, media audiovisual.
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan.
2.Saran.
Kami penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan yang
jauh dari kata sempurna. Tentu penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada
sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah ini. Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA,
Julaeha, Siti. 2019. “Problematika Kurikulum Dan Pembelajaran Pendidikan Karakter.” Jurnal
Penelitian Pendidikan Islam 7(2):157–82.
Lilawati, Jenny. 2017. “Analisis Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Proses Pembelajaran.”
In Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017. Digital
Repository Universitas Negeri Medan.