Anda di halaman 1dari 6

Nama : I Made Giri Suyoga Bandem

No :9
NIM : 1911021027
Kelas : PBSA IV A Denpasar
Teori Terjemahan

Soal
1. Jelaskan fungsi dan syarat penerjemahan!
2. Jelaskan mengenai proses penerjemahan!
3. Jelaskan mengenai:
a. Terejemahan pragmatis!
b. Terjemahan bebas!
c. Teremahan idiomatik!
d. Teremahan linguistik!
4. Jelaskan problem yang ditemukan dalam proses penerjemahan!

Jawaban
1. Fungsi dari penerjemhan adalah
- Sebagai media penghubung
Yang dimaksud dengan fungsi penghubung ini adalah penghubungan
perbedaan pemahaman masing-masing individu, sehingga dapat
menjadi satu pemahaman
- Sebagai penerjemah
Dalam hal ini orang yang berbeda bahasa akan lebih mudah memahami
bahasa yang mereka belum pahami jika sudah diterjemahkan
Syarat penerjemahan
- Menguasai dan memahami bahasa yang hendak dialihkan (Bsu), baik
lisan maupun tulisan.
- Menguasai dan memahami bahasa yang menjadi tujuan pengalihan
bahasa (Bsa) sepenuhnya, baik lisan maupun tulisan, pada kemampuan
reseptif maupun produktif.
- Menguasai bidang ilmu, pengetahuan, ataupun kiat yang akan
diterjemahkan, setidlaknya konsep dasarnya.
- Mengetahui latar belakang sosial-budaya bahasa yang hendak dialihkan
(Bsu) yang akan diterjermahkan.
- Memiliki keluwesan kebahasaan sehingga ia mudah beradaptasi ke
dalam kondisi Bsu dan Bsa, tanpa dilandasi prasangka baik maupun
buruk
- Memiliki keluwesan kultural, sehingga ia mudah beradaptasi dalam
kondisi sosial buclaya Bsu dan Bsa, tanpa dilanclasi prasangka baik
atau buruk.
2. Proses penerjemhan
- Tuning
Tunning (penjajagan) merupakan tahap penjajagan atas teks sumber
yang akan diterjemahkan. Sebelum seseorang melakuka penerjemahan,
terlebih dahulu penerjemah melakukan penjajagan konteks bahasa
sumber. Misalnya tema dari bahasa sumber yang akan diterjemahkan.
Teks yang akan diterjemahkan termasuk dalam khusus (ekonomi, sosial,
teknologi dll) atau tidak. Jika teks dari bahasa sumber termasuk dalam
bidang khusus, maka langka yang dilakukan oleh penerjemah adalah
memiliki pengetahuan tematis terhadap teks bahasa sumber. Modal
bahasa tidaklah cukup untuk melakukan kegiatan penerjemahan untuk
teks bidang tertentu. Akan tetapi, diperlukan pengetahuan tertentu yang
melatarbelakangi teks bahasa sumber tersebut. Aspek lain yang perlu
diperhatikan pada tahap tuning adalah istilah-istilah khsusus dalam
bahasa sumber. Istilah teknis atau khusus sangat berkaitan dengan
masalah kesepadanan dalam bahasa sasaran (Indonesia). Jadi, pada
tahap ini, sebelum kegiatan penerjemahan dilakukan, penerjemah
menandai istilah-istilah tekniks, ditetemukan defenisi, lalu dicari
padanan dalam bahasa sasaran.
- Analysis
Analysis (analisis) merupakan tahap menganalisis isi pesan bahasa
sumber (BSu) secara gramatikal dan semantik (makna). Pada tahap ini,
penerjemahmenganalisis atau memeriksa struktur kalimat yang rumit
(jika ditemukan) dan struktur kalimat bahasa sumber dipecah-pecah
menjadi satu-satuan gramatikal berstruktur kalimat dasar, kata-kata dan
frase dengan tujuan menangkap makna yang ada. Seperi biasanya,
kalimat-kalimat yang memiliki struktur yang rumit disederhanakan,
untuk memudahkan memahami isi pesan. Struktur kalimat yang rumit,
di mana satu kalimat terdiri atas beberapa proposisi, terkadang menjadi
salah satu kendalam dalam pemahaman teks bahasa sumber. Pada tahap
analisis ini, penerjemah juga menandai kosa-kota yang sulit dimengerti,
khusus istilah-istilah teknis (khusus). Alat bantu yang digunakan untuk
memecahkan masalah ini adalah menggunakan kamus umum dan kamus
bidang khsusus. Selain itu, pentingnya buku referensi bidang tertentu
dan dibaca oleh penerjemah sebagai strategi dalam menangkap makna
atau isi pesan bahasa sumber.
- Understanding
Understanding (pemahaman) merupakan tahap pembacaan dan
pemahaman teks bahasa sumber. Dalam tahap ini, seorang penerjemah
harus menguraikan tiap-tiap kalimat dalam bahasa sumbernya ke dalam
satuan-satuan berupa kata-kata atau frase-frase. Kemudian menentukan
hubungan sintaksis antara berbagai unsur kalimat tersebut. Penerjemah,
dalam tahap ini, juga harus dapat melihat hubungan antara unsur-unsur
dalam bagian teks agar dapat menentukan konsistensi dalam
terjemahannya. Konsistensi dalam pemahaman dan peristilahan akan
memudahkan terjemahan untuk dapat dipahami.
- Terminology
Dalam tahap ini, penerjemah memikirkan pengungkapan terjemahan ke
dalam bahasa sasaran. Terutama berfokus pada menemukan istilah-
istilah, ungkapan-ungkapan yang tepat, cermat dan selaras dalam bahasa
sasaran. Kata yang penerjemah gunakan jangan sampai menyesatkan,
menertawakan atau menyinggung perasaan pengguna bahasa sasaran.
Penerjemahan dalam tahap ini dilakukan dengan model penerjemahan
nomenklatif. Model penerjemahan nomenklatif ini menekankan agar
seorang penerjemah menggunakan istilah-istilah teknis yang sesuai
dengan istilah-istilah yang digunakan dalam cabang ilmu tertentu.
Misalnya dalam bidang psikologi, seorang penerjemah harus
menerjemahkan istilah-istilah tertentu dengan padanan istilah tersebut
dalam bahasa sasaran. Penerjemah dapat menggunakan acuan lain
seperti kamus istilah, jika belum mengetahui istilah yang tepat dalam
bahasa sasaran. Jika penerjemah menemukan istilah yang tidak teknis,
maka ia dapat menerjemahkannya saja secara harafiah.
- Restructuring
Dalam tahap ini, penerjemah menyusun kembali semua yang sudah
dirancangkan, disesuaikan, dan diselaraskan dengan bahasa sasaran.
Penerjemah diharapkan untuk mengikuti gaya bahasa pengarang. Jika
pengarang dalam karangan aslinya menggunakan gaya realis, maka
penerjemah harus mengunakan gaya realis dalam terjemahannya.
Kesesuaian gaya ini sangat berpengaruh terhadap mutu terjemahannya.
- Cheking (pangecekan)
Dalam tahap ini, penerjemah memeriksa kembali hasil terjemahan
pertama dalam draft pertama. Penerjemah menandai kesalahan-
kesalahan pada bagian-bagian terjemahan. Kesalahan dalam penulisan
kata, pemakaian tanda baca, dan susunan-susunan kalimatnya untuk
menghasilkan kalimat yang efektif. Dalam mengecek terjemahan ada
dua model penerjemahan yang dianjurkan, yaitu model normatif dan
model pengecekan tiga-tahap. Pengecekan, sesuai dengan tujuannya
untuk menilai baik tidaknya terjemahan, dilakukan sesuai dengan
petunjuk-petunjuk penerjemahan (normatif). Pengecekan tiga-tahap
dilakukan dengan, pertama-tama menilai apakah terjemahan lurus sudah
menyampaikan makna yangdimaksudkan. Jika belum, maka diperlukan
penciptaan bentuk lain yang meskipun menyimpang dari bentuk aslinya
tapi mendukung makna yang dimaksudkan. Kemudian bentuk baru
tersebut dicek kembali, apakah sudah sesuai dengan situasinya.
- Discusion (pembicaraan)
Dalam tahap akhir dari penerjemahan naskah ini, penerjemah
mendiskusikan dengan orang lain mengenai hasil terjemahan. Baik
menyangkut isi maupun menyangkut bahasa terjemahannya. Dalam hal
ini, disarankan untuk tidak melibatkan terlalu banyak orang. Cukup
beberapa orang yang berkompeten saja, untuk menghindari perusakan
dengan terlalu banyak masukan yang membuat bingung. Tahap ini
sebaiknya dilakukan dengan model interaktif. Dalam perbincangan
interaktif, penerjemah dan pihak lain yang disebut sebagaipenasehat
yang ahli di bidang yang bersangkutan, saling bertukar informasi demi
memperkecil kemungkinan adanya penyelewengan arti dalam hasil
terjemahannya.
3. Penjelasan mengenai:
a. Terjemahan pragmatis
fokus penerjemahan pragmatik terletak pada ketepatan informasi
yang disampaikan. Penerjemahan ini tidak begitu memperhatikan
aspek-aspek kebahasaan. Contoh dari terjemahan pragmatik ini
dapat kita jumpai dalam bentuk dokumen-dokumen teknik.
b. Terjemahan bebas
Penerjemahan bebas ini merupakan suatu metode penerjemahan.
Metode penerjemahan ini merupakan penerjemahan yag
mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk. biasanya hasil
penerapan penerjemahan bebas berbentuk parafrasa yang bisa lebih
panjang dan atau lenih pendek dari bahasa aslinya.
c. Terjemahan idiomatik
Penerjemahan idiomatik ini bertujuan mereproduksi amanat dalam
teks yag akan diterjemahkan tetapi cenderung mendistorsi nuansa
makna karena menggunakan kolokilisme dan idiom yag tidak
terdapat dalam teks yang akan di terjemahkan.
d. Terjemaan linguistik
Penerjemahan linguistik yakni penerjemahan yang mengutamakan
ekuivalensi kebahasaan dalam bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran.
4. Proplem atau masalah dalam prose terjemahan
- Penerjemahan tidak hanya mengubah bahasa sumber ke bahasa sasaran
namun juga berkaitan dengan pengaruh sosio-kultural dan pembentukan
identitas budaya. Dalam prosesnya, penerjemahan memiliki masalah
utama yaitu perbedaan struktur dan sistem antara bahasa sumber dan
bahasa sasaran. setiap bahasa memiliki karakteristik khusus atau
memiliki kejeniusannya sendiri.
- Kurang menguasai dan memahami bahasa yang akan diterjemahkan
- Kurang menguasai dan memahami bahasa tujuan yang menjadi sasaran
bahasa terjemahan
- Adanya perbedaan budaya dalam prose penerjemahan
- Banyak kata yang serupa namun tidak sepadan dan masing-masing
memiliki konotasi khusus.

Anda mungkin juga menyukai