Anda di halaman 1dari 15

KURANGNYA MINAT MEMPELAJARI BAHASA BALI

PADA KALANGAN ANAK USIA DINI DI ERA MODERN

Krisna Permana Putra


(1911021033/13)

Program Studi Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali


Fakultas Dharma Acarya
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

krisnapermana869@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kurangnya minat
mempelajari bahasa Bali pada anak usia dini di zaman modern. Penelitian dilakukan
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Yang menjadi subjek dalam
penelitian ini adalah anak usia dini. Objek yang diambil dalam penelitian ini adalah
kurangnya minat mempelajari bahasa Bali pada kalangan anak usia dini di era
modern, dan upaya untuk meminimalisir dampak yang akan disebabkan oleh
kurangnya minat mempelajari bahasa Bali pada anak usia dini di era modern. Data
yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan tahapan yang meliputi mencari data,
menyajikan data, dan menyimpulkan data. Hasil penelitian ini adalah mengetahui
sejauh mana perkembangan bahasa Bali dan apa saja kendala dalam penggunaan
bahasa Bali pada kalangan anak usia dini di era modern ini. Kurangnya perhatian
orang tua kepada anak untuk mengajarkan bahasa Bali sejak dini menjadi salah satu
faktor menurunnya penggunaan bahasa Bali pada kalangan anak usia dini. Upaya
yang dapat dilakukan untuk meminimalisirnya adalah selalu menanamkan rasa cinta
dan rasa bangga terhadap bahasa ibu, yaitu bahasa Bali kepada anak dari sejak dini.
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan sistem tanda bunyi ujaran yang bersifat arbitrer atau
sewenang-wenang. Berdasarkan konsep ini subtansi bahasa adalah bunyi yang
dihasilkan manusia. Bahasa sebagai alat penghubung atau komunikasi antara anggota
masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan fikiran, prasaan dan
keinginannya. Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer (tidak adanya
hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya) yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama, dan identifikasi diri,
bahasa lisan merupakan bahasa primer sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa
skunder. Selain itu, bahasa merupakan alat yang digunakan sebagai sarana untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk
berkomunikasi, dimana pikiran dan prasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau
simbol umtuk mengungkapkan suatu pengertian dengan menggunakan lisan, tulisan,
isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik.
Di dalam suatu lingkungan masyarakat, pastinya tidak dapat luput dari adanya
komunikasi antar sosial. Komunikasi adalah hal yang sangat diperlukan guna dapat
mengetahui keinginan satu sama lain, sehingga dapat terjalinnya hubungan di
masyarakat. Salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa.
Bahasa menjadi peran utama dalam kegiatan berkomunikasi di lingkungan
masyarakat. Maka dari itu, terdapat bahasa ibu atau bahasa daerah di setiap tanah
kelahiran seseorang yang menjadi ciri khas dari setiap masing-masing daerah. Bahasa
daerah merupakan suatu bahasa masyarakat yang dituturkan di suatu wilayah dalam
sebuah negara kebangsaan dan dikembangkan secara turun-temurun dari generasi ke
generasi. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa-bahasa seperti:
Sunda, Jawa, Bali, Madura, Bugis, Makassar, dan Batak merupakan identitas daerah
dan alat komunikasi di dalam keluarga dan masyarakat.
Salah satu bahasa daerah yang menjadi alat komunikasi di dalam masyarakat
Bali adalah bahasa Bali. Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang
Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama
dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur
pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya
ada yang disebut bahasa Bali Alus, bahasa Bali Madya, dan bahasa Bali Kasar. Hal
ini terjadi karena pengaruh bahasa Jawa menyebar ke Bali sejak zaman Majapahit,
bahkan sampai zaman Mataram Islam, meskipun kerajaan Mataram Islam tidak
pernah menaklukkan Bali. Bahasa Bali Alus dipergunakan untuk bertutur formal,
misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang
berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Bahasa Bali Madya dipergunakan di
tingkat masyarakat menengah, misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan
bahasa Bali Kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah, misalnya kaum
sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya.
Dalam pelestariannya, keberadaan suatu bahasa dalam setiap daerah didukung
oleh masyarakatnya. Bahasa Bali terus mengalami perkembangan dan
penyempurnaan ejaan, oleh karena itu, bahasa Bali seharusnya dapat digunakan
dengan baik oleh masyarakat Bali. Akan tetapi melihat kenyataan saat ini, bahasa Bali
yang merupakan salah satu bahasa daerah, saat ini berada pada puncak keperihatinan,
dimana pengguna bahasa Bali pada zaman modern ini sudah mulai berkurang akibat
adanya pengaruh bahasa asing. Pada zaman modern ini, banyak orang tua yang lebih
mengutamakan untuk mengajarkan bahasa asing dibandingkan bahasa Bali kepada
anaknya. Bahasa Bali pun kian memudar karena dinilai kurang modern dan kurang
cocok digunakan pada jaman ini. Alhasil bahasa Bali mulai tergerus oleh kemajuan
zaman. Maka dari itu, diharapkan adanya kesadaran bagi para orang tua untuk
mengajarkan anaknya berbahasa Bali dari sejak dini.
Bahasa Bali merupakan salah satu sarana yang digunakan dalam
berkomunikasi. Bahasa Bali adalah salah satu bahasa daerah yang patut dijaga dan
dilestarikan keberadaannya. Arus Globalisasi sebagai ancaman yang menyebabkan
pengguna bahasa Bali semakin sedikit di era modern ini. Lebih banyak masyarakat
Bali menggunakan bahasa asing. Untuk itu, sangat penting memberikan pembelajaran
bahasa Bali sejak dini. Selain itu, masih banyak masyarakat di saat berkomunikasi
menggunakan bahasa asing dengan tujuan komunikasi yang terjadi lebih komunikatif
atau mudah dipahami. Hal tersebut, tidak hanya terjadi dalam komunikasi ranah
keluarga saja, namun terjadi juga dalam komunikasi masyarakat umum. Seharusnya
bahasa Bali merupakan bahasa daerah yang penting dalam komunikasi di Bali yang
perlu dilestarikan. Untuk itu, sangatlah penting menanamkan bahasa Bali mulai dari
tingkat dasar.
Membangkitkan kembali eksistensi bahasa Bali dari jenjang anak usia dini
adalah salah satu usaha yang perlu dilakukan untuk masa pengenalan dan
membiasakan anak-anak untuk mencintai bahasanya sendiri, yaitu bahasa Bali. Peran
orang tua sangatlah penting dalam upaya melestarikan bahasa Bali khususnya di
lingkungan keluarga. Para orang tua seharusnya mendidik dan mengajarkan anak
mereka sejak usia dini untuk aktif berbahasa Bali. Hal ini adalah upaya untuk
melestarikan bahasa Bali agar tidak punah ditelan kemajuan zaman. Peran orang tua,
keluarga, lingkungan, sekolah, dan teman sepermainan sangatlah menentukan
perkembangan penerapan bahasa Bali pada seseorang. Pada era modern ini, para
orang tua lebih mengutamakan bahasa asing untuk mendidik anaknya dibandingkan
dengan bahasa Bali. Tentunya hal ini sangatlah tidak benar, karena dapat
menyebabkan bahasa Bali itu punah. Selaku orang tua, boleh saja kita mengajarkan
anak untuk lancar berbahasa asing, akan tetapi, bahasa Bali sebagai bahasa dari tanah
kelahiran adalah bahasa yang harus diutamakan dalam mendidik anak.
Belajar bahasa Bali sebaiknya berawal dari lingkungan keluarga, yaitu ketika
pertama kali seorang anak biasa berbicara, bahasa pertama yang harus diajarkan oleh
orang tua adalah bahasa ibu, yaitu bahasa Bali itu sendiri, sehingga anak tidak merasa
asing dengan bahasanya sendiri. Cara yang mudah dan efektif memperkenalkan
bahasa Bali terhadap anak-anak usia dini selain dengan berkomunikasi secara
langsung, yaitu orang tua dapat memperdengarkan lagu-lagu anak-anak yang
menggunakan bahasa Bali atau yang biasa disebut tembang Bali. Misalnya saja
seperti lagu meong-meong dan juru pencar. Ketika anak mendengarkan lagu-lagu
yang menggunakan bahasa Bali secara berulang-ulang, otomatis mereka tidak asing
lagi dengan bahasa Bali yang mereka dengarkan dalam lagu. Hal tersebut dapat
menumbuhkan minat anak dalam menggunakan bahasa Bali itu sendiri. Selain itu,
dalam nyanyian bahasa Bali pun mengandung makna-makna yang jika ditelusuri
lebih dalam memiliki makna yang sangat dalam dan lagu atau tembang Bali dapat
membentuk karakter yang ada dalam diri anak.
Selain melalui tembang, orang tua juga dapat memperkenalkan bahasa Bali
melalui Satua Bali (dongeng). Mungkin sama dengan daerah lain di Indonesia, di Bali
cukup banyak terdapat cerita rakyat yang diajarkan secara turun-temurun tanpa
diketahui siapa pengarangnya. Cerita-cerita tersebut di Bali disebut dengan istilah
satua. Di Bali cukup banyak satua yang sampai saat ini masih digunakan sebagai salah
satu materi pembelajaran bahasa daerah Bali salah satunya satua I Siap Selem. Satua
Men Siap Selem ini mengisahkan dua tokoh yang berbeda karakter. Men Siap Selem
dikisahkan sebagai sosok individu yang berkarakter baik, sedangkan Meng Kuuk
sebagai tokoh jahat. Pada akhirnya, Meng Kuuk yang berniat jahat ingin memangsa
semua anak Men Siap Selem mendapatkan malapetaka, giginya rontok akibat
menyergap batu yang dikira anak-anak ayam. Jadi, satua ini bertema ajaran Karma
Phala. Barang siapa berbuat baik akan memetik pahala yang baik, sementara yang
menanam kejahatan akan memetik buah karma yang tidak baik. Guru dapat memakai
satua ini untuk mendidikan anak-anak agar selalu berbuat kebajikan dan tidak punya
keinginan untuk menyengsarakan orang lain.
Selain keluarga, pendidikan merupakan salah satu tempat untuk merubah
prilaku manusia dalam upaya membentuk prilaku dan pemikiran yang baik, hal
tersebut merupakan jalan untuk menanamkan bahasa Bali dari dasar. Pelajaran bahasa
Bali dijadikan sebagai mata pelajaran muatan lokal yang mengakibatkan jam
pelajaran bahasa Bali memiliki jam yang sangat sedikit. Buku penunjang pelajaran
bahasa Bali juga sangat sedikit sekali. Bahkan, guru pengajar mata pelajaran bahasa
Bali biasanya diajarkan oleh guru kelas, bukan dari guru bidang studi bahasa Bali.
Pada zaman modern ini, penggunaan bahasa Bali yang baik dan benar di masyarakat
sangatlah minim. Hal tersebut dapat dilihat ketika seorang anak bertanya tentang
tugas yang diberikan oleh gurunya di sekolah, orang tua dan anggota keluarga
mengalami kesulitan memberikan jawabannya.
Upaya pemertahanan dan pelestarian bahasa dan aksara Bali tidak bisa
dilakukan secara konvensional dengan harapan muluk, tetapi harus dinamis sesuai
dengan perkembangan zaman dengan tidak menghilangkan identitas diri bahasa
tersebut. Pada zaman modern ini, tampaknya belum banyak yang menyadari
bagaimana sesungguhnya berbagai pemanfaatan media untuk mengenalkan kembali
bahasa dan aksara Bali seiring perkembangan teknologi informasi sekarang ini.
Generasi penerus khususnya anak-anak di jenjang usia dini, sangat identik dengan
permainan. Sekarang ini, tuntunan dalam bentuk visualisasi merupakan salah satu
media praktis, menarik, dan ekonomis yang sangat dibutuhkan oleh generasi muda
dalam mempelajari, memahami, dan menerapkan langsung berbagai pengetahuan
yang sedang dipelajari.
Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan bahasa dan aksara Bali
diharapkan kreatif memanfaatkan dan membuat media untuk memperkenalkan
kepada anak-anak tentang wujud aksara Bali dan kosa kata bahasa Bali yang
digunakan sehari-hari agar guru bisa menanamkan pemahaman bahwa masyarakat
Bali memiliki aksara yang patut kita kenal dan gunakan, sehingga siswa senang
mempelajari Bahasa Bali. Oleh karena itu, dalam mata pelajaran bahasa Bali perlu
dilakukan perubahan oleh guru. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh seorang
guru yaitu mengadakan pelatihan percobaan pembelajaran inovatif dengan media
gambar aksara dan objek kepada anak didik, sehingga apa yang disampaikan dapat
lebih menarik perhatian anak didik.
Sarana berupa LCD sangat baik digunakan, akan tetapi karena keterbatasan
fasilitas seperti tidak adanya LCD di beberapa sekolah akan berdampak pada proses
pembelajaran tidak bisa terlaksana dengan baik. Keterampilan dalam mengajar
tidaklah cukup jika tidak diimbangi dengan kreatifitas dalam membuat media
pembelajaran. Media yang dapat dibuat untuk menunjang kegiatan pembelajaran
bahasa Bali di kelas adalah media visual/gambar. Media ini memberikan daya
tarik tersendiri karena umumnya anak-anak pada jenjang taman kanak-kanak lebih
tertarik dengan hal-hal yang baru, apalagi diberikan gambar-gambar yang menarik
sesuai dengan karakter cerita.
Pembelajaran bahasa Bali pada jenjang pendidikan anak usia dini sangat
penting dilakukan karena kedudukan bahasa Bali sebagai bahasa ibu bagi
masyarakat Bali tidak tergeser oleh bahasa Indonesia atau bahasa asing. Selain untuk
berkomunikasi, muatan bahasa Bali bisa diberikan melalui cerita dan pengenalan.
Pembelajaran bahasa, sastra dan aksara Bali sudah dilakukan namun terkendala
pada media yang dilakukan. Proses pembelajaran seperti pembelajaran masatua,
guru hanya menceritakan cerita tanpa disertai gambar karakter dari cerita. Dalam
pembelajaran angka aksara Bali hanya dituliskan di papan. Jadi pembelajaran itu
kurang memberikan kesan yang menarik bagi anak-anak.
Teknologi dan ilmu pengetahuan mendesak masyarakat modern untuk
melakukan pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses
belajar mengajar. Pembaharuan tersebut juga perlu didukung oleh sarana prasarana
di sekolah. Guru-guru sekarang dituntut untuk memahami perkembangan teknologi
untuk membuat media pembelajaran yang inovatif. Media adalah semua bentuk
perantara yang dipakai orang menebar ide, sehingga gagasan itu sampai kepada
penerima. Media pembelajaran berupa alat yang seara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi, yang terdiri antara lain buku, tape-reorder, kaset, video
kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, telivisi dan komputer. Guru
bisa memanfaatkan beberapa media pembelajaran untuk mendukung proses
pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran akan lebih efektif jika guru-guru
memiliki pemahaman yang mendasar tentang siswa belajar.
Peranan media pembelajaran sangat besar dalam proses pembelajaran dimana
media pembelajaran harus mampu menjadi alat perantara atau penyalur materi yang
baik agar siswa atau peserta didik mampu menerima dan memahami materi
pembelajaran yang dipelajari menggunakan media pembelajaran tertentu.
Pembelajaran akan lebih efektif apabila objek dan kejadian yang menjadi bahan
pembelajaran dapat divisualisasikan secara realistik menyerupai keadaan yang
sebenarnya, namun tidaklah berarti bahwa media harus selalu menyerupai keadaan
sebenarnya. Studi tentang penggunaan media visual dalam hubungannya dengan
hasil belajar menunjukkan bahwa pesan-pesan visual memberikan pengaruh tinggi
terhadap prestasi belajar siswa. Keterampilan memahami media visual dapat
diartikan sebagai kemampuan menerima dan menyampaikan pesan-pesan visual,
mencakup membaca visual secara tepat, memahami makna yang terkandung di
dalamnya, menghubungkan unsur-unsur isi pesan visual dengan pesan verbal atau
sebaliknya, serta mampu menghayati nilai-nilai keindahan visualisasi.
Bahasa Bali sebagai bahasa daerah mempunya tiga fungsi pokok, yaitu (1)
berfungsi sebagai alat komunikasi, (2) fungsi edukatif, dan (3) fungsi kultural.
1. Fungsi Komunikasi
Pengajaran bahasa Bali yang berfungsi sebagai alat komunikasi diarahkan agar
siswa dapat menggunakan bahasa Bali secara baik dan benar untuk keperluan alat
berinteraksi dalam keluarga dan masyarakat (tentunya sesuai dengan tingkatan-
tingkatan bahasa Bali yang disebut dengan anggah ungguh basa Bali). Fungsi
pengajaran ini mengandung nilainilai kearifan lokal hormat atau sopan santun di
antara para pembicatra, yaitu orang yang berbicara, orang yang diajak berbicara,
dan orang yang dibicarakan.
2. Fungsi Edukatif
Pengajaran bahasa Bali yang berfungsi edukatif diarahkan agar siswa dapat
memeroleh nilai-nilai budaya daerah untuk keperluan pembentukan kepribadian
dan identitas bangsa melalui penggunaan anggah-ungguh dalam bahasa Bali.
Menerapkan anggahungguh basa, berarti pula menanamkan nilai-nilai sopan
santun pada siswa. Fungsi edukatif ini dapat pula dilakukan melalui pemahaman
terhadap karya-karya sastra Bali Purwa/kuna. Fungsi edukatif dalam seni
pertunjukan selain untuk tontonan sekaligus sebagai tuntunan. Dalam khasanah
bahasa dan sastra Bali banyak tersimpan nilai lokal yang dapat digunakan untuk
mengembangkan fungsi edukatif terutama fungsi untuk pembentukan
kepribadian.
3. Fungsi Kultural
Pengajaran bahasa Bali yang berfungsi kultural diarahkan untuk menggali dan
menanamkan kembali nilai-nilai budaya daerah sebagai upaya untuk
membangun identitas dan menanamkan filter dalam menyeleksi datangnya
pengaruh budaya luar. Jika fungsi komunikasi dan edukatif sudah terlaksana
dengan baik, maka sebenarnya pengajaran yang berfungsi kuiltural akan dapat
tercapai, karena sesungguhnya fungsi kultural terkait langsung dengan kedua
fungsi itu. Jelasnya, melalui fungsi alat komunikasi dan edukatif, diharapkan
telah ditanamkan nilai-nilai budaya daerah Bali yang siap membangun identitas
budaya yang kuat, dan yang pada akhirnya dapat membendung dan memfilter
pengaruh budaya luar.
Salah satu dari fungsi pendidikan dan pengajaran ataupun pembelajaran
bahasa Bali adalah fungsi komunikatif. Maksudnya adalah agar bahasa Bali yang
telah diajarkan di sekolah-sekolah dapat digunakan dalam percakapan sehari-hari
dengan baik dan benar di masyarakat sesuai dengan anggah ungguh atau sor singgih
yang ada dalam bahasa Bali itu sendiri. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, maka
pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Bali menjadi sangat penting,
karena melalui pendekatan ini para anak didik akan lebih mudah memahami,
menyikapi, dan memiliki keterampilan berbahasa Bali yang baik ketika mereka
berbicara langsung dengan lawan bicaranya, baik yang status sosialnya sama maupun
berbeda.
Pentingnya bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari
adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan
bermayarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya
punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa
yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya,
belum tentu terasa serupa, karena belum terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan
bahasa, manusia dapat membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap. Sering manusia
lupa akan misteri dan kekuatan bahasa. Mereka lebih percaya pada pengetahuan dan
pengalamannya. Padahal semua itu masih mentah dan belum nyata, bila tidak
dinyatakan dengan bahasa.
Masyarakat yang beragam telah lama memiliki identitas yang jelas dengan
bingkai sentimen primordial (agama, etnis, bahasa dan lain-lain). Bahasa sebagai
identitas atau jati diri telah membangun nilai-nilai, norma, dan simbol-simbol
ekspresif menjadi ikatan sosial untuk membangun solidaritas dan kohesivitas sosial.
Bagi masyarakat, identitas adalah "harga diri" dan "senjata" untuk menghadapi
kekuatan luar lewat simbol-simbol bahasa dan budaya. Nilai, norma dan simbol-
simbol ekspresif yang terkandung dalam identitas tertentu memberikan penguatan
bagi tindakan-tindakan di masa lalu, menjelaskan tindakan masa sekarang dan
pedoman untuk menyeleksi pilihan-pilihan masa depan.
Pada saat ini identitas daerah dalam hal ini bahasa Bali dioperasionalkan ke
dalam bentuk penyebarluasan, guna mendapat pengakuan dari masyarakatnya. Dalam
otonomi daerah ini bahasa Bali memiliki posisi yang sangat strategis. Sebagai simbol
identitas, bahasa Bali dapat dimanfaatkan untuk mengekspresikan segala bentuk ide
oleh manusia Bali yang terkait dengan pembangunan wilayahnya. Hal itu tidak
menimbulkan masalah besar, karena radio, TV dan surat kabar lokal dapat digunakan
sebagai media untuk memperkenalkan dan menyebarluaskan simbol identitas ini pada
masyarakatnya, karena bahasa Bali masih tergolong kelompok bahasa besar di
Indonesia. Tidak demikian halnya jikalau bahasa Bali dikategorikan sebagai
kelompok bahasa minoritas.
Selama ini usaha untuk menjadikan bahasa Bali sebagai suatu kebanggaan
identitas sudah dilakukan. Hal ini terlihat dari mulai adanya perhatian Pemerintah
Daerah terhadap pemertahanan bahasa Bali. Pemerintah melalui lembaga yang
dimilikinya seperti Lembaga Pelestarian dan Pengembangan Bahasa, Aksara, dan
Sastra Bali dan Balai Bahasa sudah berusaha untuk menciptakan ranah-ranah baru
untuk pemakaian bahasa Bali, misalnya adanya penyelenggaraan lomba berbahasa
Bali, menulis Bali, menulis cerita berbahasa Bali yang diselenggarakan oleh lembaga
itu secara berkesinambungan. Universitas dan lembaga-lembaga pendidikan sudah
dengan terencana melalui program muatan lokal kurikulum telah pula
mengembangkan kegiatan-kegiatan penunjang untuk kebertahan bahasa Bali.
Demikian pula lembaga-lembaga lainnya, seperti media baik media cetak maupun
media elektronik telah pula menancapkan programnya untuk keajegan bahasa Bali.
Namun usaha tersebut masih dalam tataran struktural dan politis, belum
merambah “akar rumput” yang merupakan basis kultural dan mengakar. Kesadaran
dari pemerintah, media, dan masyarakat terhadap konsep bahasa sebagai simbol
identitas masih rendah. Usaha para budayawan dan ahli bahasa belum didukung
penuh oleh kebijakan strategis dan merakyat dari pemerintah. Ditambah lagi peran
media yang semakin luas tidak diimbangi oleh usaha sosialisasi bahasa Bali yang baik
dan benar membuat masyarakat kini lebih merespon bahasa lain seperti bahasa
Indonesia maupun bahasa asing serta semakin jauh dari kaidah berbahasa Bali yang
benar. Bukannya manusia Bali harus tertutup dari pengaruh nasional dan asing,
namun kemampuan untuk menyaring informasi, pemakaian bahasa setiap hari, dan
perilaku inilah yang menjadi pokok masalah terjadinya kegamangan identitas.
Pembelajaran bahasa Bali bertujuan agar seseorang mampu menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas
wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Adapun tujuan khusus pengajaran bahasa Bali, antara lain:
1. Seorang anak memiliki kegemaran membaca.
2. Meningkatkan karya sastra untuk meningkatkan kepribadian.
3. Mempertajam kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan kehidupannya.
4. Melatih keterampilan mendengar, berbicara, membaca dan menulis yang
masing-masing erat hubunganya.
Pada jenjang usia dini, anak-anak cenderung suka meniru perilaku ataupun
ucapan orang dewasa. Seorang anak akan senantiasa melakukan apa yang orang tua
mereka biasakan. Peristiwa tersebut akan menjadi kebiasaan dalam prilaku seorang
anak. Hal ini sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh orang tua untuk mendidik anak
mereka dengan mengajarkan bahasa Bali sedini mungkin. Dengan demikian, anak
akan senantiasa suka dan bangga berbahasa bali, jika sejak kecil ia sudah diajari dan
didik untuk berbahasa Bali dengan baik dan benar. Dengan demikian bahasa Bali
sebagai bahasa ibu di Pulau Dewata akan senantiasa tetap lestari dan terjaga
keberadaannya.
Para orang tua harus mulai meningkatkan kesadarannya akan pentingnya
bahasa Bali sebagai identitas etnik suatu masyarakat. Selain menjadi ciri khas pulau
dewata, bahasa Bali menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan. Contohnya banyak
wisatawan dari berbagai negara yang mempelajari bahasa bali. Maka dari itu, sebagai
masyarakat Bali penanaman nilai dan rasa bangga terhadap bahasa di tanah kelahiran
sendiri haruslah dilakukan secara terus-menerus guna mencegah tenggelamnya
bahasa Bali karena pengaruh bahasa asing dan kemajuan zaman.
Salah satu upaya untuk menumbuhkan kembali semangat dan rasa cinta
terhadap bahasa, aksara, dan sastra Bali adalah dengan mengajarkan bahasa, aksara,
dan sastra Bali itu di lembaga pendidikan formal, informal, dan nonformal. Agar
proses pembelajarannya dapat berlangsung dengan baik, tidak membosankan, dan
menarik, maka pengajaran bahasa Bali di sekolah-sekolah itu dapat dilakukan dalam
bentuk mata pelajaran tersendiri, bukan perwujudan muatan lokal. Atau mungkin
proses pembelajaran bahasa Bali itu dapat juga dilakukan secara terintergrasi dengan
mata pelajaran-mata pelajaran yang lain.
Pembelajaran bahasa Bali memiliki peranan yang sangat penting bukan hanya
untuk membina keterampilan komunikasi melainkan juga untuk kepentingan
penguasaan ilmu pengetahuan. Melalui bahasalah manusia belajar berbagai macam
pengetahuan yang ada di dunia. Pembelajaran bahasa Bali diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Bali
yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan karangan pengawi Bali.
Pengenalan bahasa Bali penting diberikan karena anak-anak akan mampu
berkomunikasi dengan bahasa Bali dengan baik dan lancar. Dengan begitu,
setelahnya mereka akan lebih mudah mempelajari bahasa Indonesia bahkan bahasa
asing. Dilanjutkan dengan peranan orang tua di rumah atau lingkungan keluarga
setidaknya harus bisa mengajarkan bahasa Bali juga. Dengan diberi pembelajaran
bahasa Bali oleh orang tua, setidaknya dalam diri anak-anak akan muncul,
bahwasanya saya memiliki bahasa Bali, kenapa tidak dipakai. Anak perlu diedukasi
dan motivasi secara terus-menerus karena sesungguhnya belajar bahasa Bali, sebagai
bahasa ibu khususnya di lingkungan keluarga bukan sesuatu hal yang kuno lagi. Para
orang tua tidak boleh takut dan mengkhawatirkan anak-anaknya jika berbahasa Bali.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tentang kurangnya minat mempelajari
bahasa Bali pada anak usia dini di era modern, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah, yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana penerapan bahasa Bali di lingkungan keluarga hingga lingkungan
masyarakat di era modern pada kalangan anak usia dini?
2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari kurangnya minat mempelajari bahasa
Bali pada kalangan anak usia dini di era modern?
3. Apa saja langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menambah minat
mempelajari bahasa Bali pada kalangan anak usia dini di era modern?

Tujuan Penelitian
A. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sejauh
mana perkembangan penerapan bahasa Bali pada anak usia dini di era modern
dan mengetahui permasalahan-permasalahan penggunaan bahasa yang
ditimbulkan oleh pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Bali, sehingga kita
dapat menentukan bagaimana langkah-langkah dalam upaya melestarikan bahasa
Bali agar tidak dikalahkan oleh bahasa asing dalam penerapan bahasa
komunikasi di masyarakat.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang harus dimaksudkan dari penelitian ini, yaitu
sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui penerapan bahasa Bali di lingkungan keluarga hingga
lingkungan masyarakat di era modern pada kalangan anak usia dini.
2) Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kurangnya minat
mempelajari bahasa Bali pada kalangan anak usia dini di era modern.
3) Untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menambah
minat mempelajari bahasa Bali pada kalangan anak usia dini di era modern.
Manfaat Penelitian
A. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai pentingnya penerapan pembelajaran bahasa Bali pada anak
usia dini di era modern.
B. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang terdapat di dalam penelitian ini, yaitu
sebagai berikut.
1) Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan tentang pentingnya penerapan penggunaan bahasa Bali
pada kalangan anak dari usia dini di era kemajuan zaman yang pesat ini.
2) Bagi guru atau dosen, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai motivasi
dalam pembelajaran, guna dapat menanamkan nilai-nilai penggunaan bahasa
Bali dalam setiap mata pelajaran/kuliahnya.
3) Bagi masyarakat luas, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan
untuk menambah wawasan dalam penggunaan bahasa Bali sebagai bahasa
komunikasi di masyarakat.
Daftar Pustaka
https://disbud.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/bahasa-bali-adalahidentitas-
masyarakat-bali-83
https://www.researchgate.net/publication/337564332_Pengenalan_Bahasa_Bali_me
nggunakan_Media_Gambar_pada_Anak_Usia_Dini
https://www.news.beritabali.com/read/2018/11/29/201811290007/pengenalanbahas
a-bali-perlu-dilakukan-sejak-dini
https://www.researchgate.net/publication/325927927_perlunya_pembelajaran_baha
sa_bali_yang_rekreatif_di_sekolah_dasar_multikultural_dan_multilingual

Anda mungkin juga menyukai