Anda di halaman 1dari 15

PENGGUNAAN SOR SINGGIH BASA BALI DALAM KOMUNIKASI PADA STT

CHANTI GRAHA BANJAR TENGAH, SESETAN, DENPASAR

MATA KULIAH:
Metodelogi Penelitian Kualitatif
DOSEN:
Drs. I Wayan Darna, M.Pd
NIP:19660605 199403 1 004

DISUSUN OLEH:
Nama Ni Made Lastri Asih
Nim 1911021005
Absen 02
Kelas PBSA V A Denpasar

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA AGAMA


PROGAM STUDI SASTRA AGAMA DAN PENDIDIKAN BAHASA BALI
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
SEMESTER IVA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia di dalam kehidupan sehari-hari, oleh
karena itu manusia merupakan actor yang menentukan makna dari komunikasi tersebut. Sebagai
actor manusia suatu pesan kepada orang lain sehingga orang lain mampu menerima pesan yang
disampaikan. Oleh karena itu “rasa berbahasa” menjadi penting di dalam komunikasi secara
sosial-budaya didalam masyarakat terlebih lagi alam masyarakat yang memiliki stratifikasi
sosial. Di sinilah fungsi bahasa saling mendukung, artinya rasa berbahasa itu akan lestari karena
didukung oleh sistem pelapisan sosial, sedangkan sistem pelapisan sosial akan ajeg juga
ditunjang oleh pemakaian bahasa yang tepat dan benar secara sosial.

Pengunaan basa Bali alus dikalangan generasi muda sangat memprihatinkan. Dengan
majunya teknologi dan era digital banyak mempengaruhi bahasa yang dipergunakan generasi
muda di Bali khususnya bahasa Inggris yang sering disebut dengan bahasa kekinian. Di kota
maupun di Pedesaan pun sudah sama rata anak muda saat ini memiliki handphone berbasis
Android maupun IOS. Kemajuan teknologi ini tidak diimbangi dengan kemajuan penggunaan
bahasa daerah khususnya Bahasa Bali yang terjadi malah sebaliknya yakni kemunduran terhadap
penggunaan bahasa Bali yang dikarenakan banyaknya generasi muda Bali yang memilih
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan mereka. Banyak generasi muda yang
tidak bisa berbahasa Bali dikarenakan dari kecil sudah diajarkan berbahasa Indonesia saja.

Hal ini sejalan dengan berita Bali, Gatra.com yang mewawancarai bapak I Gede Nala Antara
pakar aksara Bali sekaligus dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Bali, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Udayana yang menyampaikan bahwa generasi muda Bali saat ini telah mulai
mengalami kemunduran dalam penggunaan bahasa Bali. Terutama bahasa Bali dalam level lebih
tinggi atau halus. Hal tersebut, katanya, disebabkan karena Bali sebagai daerah pariwisata dan
sebagai bagian dari NKRI mengharuskan warganya berbahasa Indonesia. Selain itu, anggapan
anak muda Bali sampai saat ini, menulis maupun membaca aksara Bali masih dirasa susah.
"Wajar saja, karena Bali sebagai daerah pariwisata dan sebagai bagian dari NKRI juga harus
berbahasa Indonesia, diutamakan bahasa Indonesia, kuasai bahasa asing dan lestarikan bahasa
daerah.

Dilanjutkannya, memang yang menjadi kendala adalah bahwa bahasa Bali level tinggi
merupakan bahasa Bali yang ada angah-unguhnya (tata cara berbahasanya). Hal ini
menyebabkan generasi muda Bali jadi kurang begitu fasih dalam berbahasa Bali tersebut. "Dari
sanalah penggunaan bahasa sesuai dengan fungsinya. Penguasaan bahasa pada level lebih tinggi
dimana dan untuk bahasa Bali sehari-hari dimana," ujarnya. Maka dari itu, Nala memandang
bahwa sangat perlu peran para guru di sekolah, khususnya guru sekolah dasar. Karena, mulai
dari SD bahasa Bali perlu diperkenalkan, serta bagaimana agar pembelajaran tersebut dapat
dibuat dengan se-menarik mungkin. "Sekarang tergantung kebiasaan dari sejak awal, bagaimana
agar pembelajaran bahasa Bali tersebut dapat dibuat dengan se-menarik mungkin. Itu yang
penting, yang harus dilakukan para guru-guru di sekolah", ucapnya. Sembari dirinya
mencontohkan, dengan peraga-peraga yang menarik misalnya dengan game dan lain-lain yang
menarik tentunya bisa membuat anak-anak menjadi senang belajar bahasa Bali. Bisa juga
disinergikan dengan IT, agar penyajiannya tidak membosankan dan cenderung akan menarik.

Pada saat ini mulai digalakkan kembali penggunaan bahasa Bali dikalangan masyarakat
setelah adanya isu bahasa Bali akan punah/hilang seiring kemajuan teknologi dan era globalisasi.
dengan adanya isu tersebut membangkitkan semangat juang para praktisi, tokoh masyarakat
maupun kalangan pemerintahan untuk melakukan gerakan-gerakan maupun kegiatan positif
dalam upaya pelestarian bahasa, aksara, dan sastra Bali. pemerintahpun menerbitkan aturan-
aturan maupun kebijakan dalam kaitannya dengan pelestarian bahasa, aksara, dan sastra Bali
seperti contohnya penerbitan Perda No. 3 Tahun 1992 dan direvisi kembali dengan Perda No. 1
Tahun 2018 tentang Bahasa, Aksara Dan Sastra Bali, Surat Edaran Gubernur Bali No. 1 Tahun
1995 tentang Penulisan Papan Nama Dengan Dwi Aksara, Pergub Bali No. 20 Tahun 2013
tentang Pelajaran Bahasa, Aksara, Dan Sastra Bali, Pergub Bali No. 19 tahun 2016 tentang
Penyuluh Bahasa Bali, Pergub Bali No. 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan
Bahasa, Aksara, Dan Sastra Bali, serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa.

Penambahan kosa basa seseorang secara umum dianggap merupakan bagian penting, baik
dari proses pembelajaran dalam suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang
dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai . Penambahan kosa basa seseorang secara umum
dianggap merupakan bagian penting, baik dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun
pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai. Kosa basa
adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau identitas lain, atau merupakan bagian
dari suatu bahasa tertentu. Kosa basa dalam bahasa Inggris disebut vocabulary, kosa basa
seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut
atau semua kata-kata yang kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun
kalimat baru. Suatu materi dalam pengajaran bahasa Bali yang berupa sajian dan kajian terhadap
kosakata ataupun perbendaharaan kata beserta aspek-aspek pemaknaan yang terkait didalannya.
Materi kosa basa ini pada dasarnya menampilkan suatu kata dari bentuk dan makna yang
sederhana sehingga selanjutnya bermodifikasi menghasilkan kompleksitas bentuk maupun
makna yang baru. Materi kosa basa ini meliputi beberapa aspek, aitu peristilahan, sinonim,
stratifikasi bahasa, dan gaya bahasa/peribahasa.

Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai suku, adat, agama, ras, dan golongan. Selain itu di
Indonesia juga terdapat berbagai bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa
Sasak dan lain-lain. Bahasa daerah mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi masyarakat
penuturnya. Salah satu dari beberapa bahasa daerah yang ada di Indonesia adalah bahasa Bali.
Bahasa Bali sebagai bahasa daerah memiliki fungsi dan kedudukan yang sangat penting bagi
masyarakat Bali. Dalam fungsinya sebagai alat komunikasi, bahasa Bali digunakan baik pada
ranah agama, ranah adat, maupun dalam kehidupan sosial lainnya. Oleh karena itu keberadaan
bahasa Bali hendaknya dipertahankan dan dikembangkan

Bahasa Bali merupakan bahasa daerah yang masih hidup karena masih dipelihara,
dibina,dan digunakan oleh pendukungnya dalam berbagai aspek kehidupan. Bahasa Bali
sebagai salah satu bahasa daerah tetap digunakan sebagai alat komunikasi lisan dan
tulisan. Sebagai bahasa lisan, bahasa Bali digunakan dalam proses komunikasi baik
dalam topik resmi maupun tidak resmi.
Berdasarkan jumlah penuturnya, bahasa Bali dapat digolongkan sebagai bahasa daerah yang
besar karena didukung oleh masyarakat penutur yang sangat banyak,yakni digunakan oleh
kurang lebih tiga juta penutur.
Bahasa Bali digunakan baik secara lisan maupun tertulis. Secara lisan,terbukti karena
bahasa Bali digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan dalam
bentuk tertulis banyak karya sastra yang berbahasa Bali,baik karya sastra tradisional
maupun karya sastra modern yang menggunakan media bahasa Bali.Dalam hubungannya
dengan kebudayaan, bahasa Bali merupakan alat yang paling tepat untuk mempelajari dan
menyelami kebudayaan Bali. Hal ini berguna bagi pembinaan, pemeliharaan,dan
pengembangan kebudayaan daerah dan nasional. Khusus dalam bidang kesenian,
bahasa Bali memiliki peranan cukup penting sebagai penyalur ekspresi masyarakat
penggemar seni terutama kesenian tradisional Bali. Adapun kesenian Bali yang menggunakan
bahasa Bali sebagai medianya adalah drama gong, arja, topeng,dan janger.
Bahasa Bali adalah bahasa ibu mayoritas masyarakat Bali. Bahasa ini dipakai dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Bahasa Bali merupakan bukti historis bagi masyarakat
Bali yang berkedudukan sebagai wahana ekspresi budaya Bali, di dalamnya terekam pengalaman
estetika, relegi, sosial, politik, dan aspek lainnya dalam kehidupan masyarakat Bali. Dalam
perkembangannya muncul tingkatan-tingkatan bahasa dalam bahasa Bali yang disebut sor
singgih bahasa Bali. Bahasa Bali sebagai bahasa daerah memiliki kedudukan dan fungsi
yang sangat penting bagi masyarakat Bali. Berkaitan dengan hal itu,kedudukan penting
bahasa Bali yang dimaksud adalah sebagai bahasa pertama yang digunakan, diajarkan di
lingkungan keluarga, dan pada umumnya di daerah tempat tinggal, melalui interaksi dengan
sesama anggota masyarakat. Kedudukan yang kedua sebagai bahasa daerah,yakni
menjalankan tugas sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, (3)
sarana perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah, dan (4) sarana
pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah.

Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang sangat cepat. Dalam
bidang pendidikan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan tantangan bagi
para guru untuk memanfaatkan perkembangan tersebut sebagai salah satu modal penting dalam
penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang lebih efektif dan efesien, termasuk di dalamnya
penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan media pembelajaran yang sesuai. Penggunaan media
pembelajaran disadari akan sangat membantu aktivitas pembelajaran, baik di dalam maupun di
luar kelas. Namun, tidak bisa dipungkiri, bahwa di dalam implementasinya, tidak banyak guru
yang mampu merancang, mencipta, dan mempergunakan media pembelajaran secara optimal.
Fenomena yang terjadi adalah pemuda-pemudi di lingkungan STT Chanti Graha masih
mengalami kesulitan untuk menggunakan gagasan dan perasaannya dalam sor singgih bahasa
Bali yang tepat. Bertitik tolak dari hal itulah, penulis mencoba meneliti penguasaan sor singgih
bahasa Bali dalam keterampilan berbicara.

Bahasa Bali dan Sor Singgih-nya mempunyai fungsi yang sangat penting antara lain sebagai
lambang kebangaan daerah Bali, sebagai sarana penghubung berkomunikasi masyarakat Bali,
sebagai identitas daerah masyarakat Bali, sebagai pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia,
dan sebagai pendukung budaya daerah dan budaya nasional. Bahasa Bali kerap kali dipakai
acuan dalam tingkat-tingkatan bahasa yaitu alus sor, alus mider, alus singgih dan kasar. Sor
Singgih Basa Bali juga dapat meningkatkan moralitas yang di tunjukkan pengguna itu sangat
rendah begitu juga sebaliknya.

Sor singgih atau anggah ungguhing basa Bali ada karena ketika berbicara akan melihat
kedudukan lawan berbicaranya, apakah lawan berbicaranya seorang yang berkasta, memegang
jabatan, dan lainnya. Berbicara mengenai kasta, di Bali terdapat banyak kasta atau lebih tepatnya
"warna". Baca : Catur Warna.

Bahasa Bali memiliki banyak pariasi maupun aturan penggunaan bahasa yang berawal pada
saat adanya sistem kerajaan di Bali yang kental dengan adanya sistem catur warna yang dalam
pembagiannya terdapat Brahmana (para pendeta), Ksatria (tokoh pemerintahan), Weisya (para
pedagang), dan Sudra (para pekerja). Dengan demikian, ketika kita berbicara menggunakan
bahasa Bali haruslah melihat tempat, waktu, dan dengan siapa kita berbicara dengan
menggunakan sorsinggih basa. Dilihat dari tempat kita berbicara menggunakan bahasa Bali
seperti pasamuan, sangkep, dan berbicara pada acara-acara keagamaan di Bali patutlah
menggunakan basa Bali alus. Penggunaan basa Bali alus juga dapat dilihat dari waktu apa
ataupun ketika apa kita harus menggunakan basa Bali alus, seperti contohnya ketika matur ring
Ida anak lingsir ring Gria (ketika berbicara kepada pendeta di Gria) maupun ketika matur ring
Ida anaké agung ring Puri (ketika berbicara kepada golongan ksatria/pemimpin di Puri). Begitu
juga ketika kita berbicara menggunakan bahasa Bali haruslah melihat dengan siapa kita berbicara
menggunakan sorsinggih basa baik dengan ida anak lingsir, ida anaké agung, teman, orang tua,
guru, pejabat pemerintahan, maupun yang lainnya.
Bahasa Bali sampai memiliki tingkatan-tingkatan berbicara tidak bisa lepas dari sejarah
pembentukannya. Pada mulanya bahasa yang digunakan di Bali tidak memiliki tingkatan-
tingkatan berbicara seperti itu. Kemudian datang orang-orang Majapahit yang kemudian mulai
mempengaruhi kebudayaan-kebudayaan di Bali. Terjadilah pergeseran kebudayaan besar-
besaran pada saat itu. Wong Majapahit yang merupakan orang-orang yang berada dalam
lingkungan kerajaan mulai mengelompokkan orang-orang Bali menjadi empat kasta atau wangsa
yang sering disebut dengan caturwangsa. Adapun pembagian-pembagian golongan tersebut
dikelompokkan kembali menjadi dua bagian yaitu triwangsa dan wangsa Jaba. Tri wangsa terdiri
dari kaum Brahmana, Kesatria, dan Weisia. Catur wangsa yaitu pelapisan masyarakat secara
tradisional di Bali sehingga terdapatlah bahasa Bali dalam ragam rendah pada golongan rendah
pada golongan Jaba. Sebaliknya jika orang-orang golongan Jaba berbicara kepada
golongan triwangsa diharapkan menggunakan bahasa Bali dengan ragam tinggi (alus).

Namun ada pula orang Bali yang tidak menerima pengaruh dari Majapahit tersebut.
Mereka kemudian mengungsi ke daerah-daerah melarikan diri dan bermukim di daerah-daerah
pegnungan yang ada di Bali dan mempertahankan bahasa asli mereka yang dikenal dengan orang
Bali Aga. Jadi secara regional bahasa bali kemudian dibagi menjadi dua ragam besar yaitu dialek
pegunungan (Bali Aga) dan dialek Bali Dataran yang masing-masing memiliki subdialek. Dialek
Bali Aga yang terdapat di Kabupaten Karangasem meliputi daerah Tenganan, Bugbug, Asak,
Timrah dan Seraya. Yang berada di sekitar Danu Batur (kabupaten Bangli) meliputi daerah
Kedisan, Trunyan, Songan, Pinggan, Siakin, Kintamani, dan Sukawana. Yang terdapat di
kabupaten Badung meliputi daerah Seminyak dan Tihingan. Daerah Tabanan meliputi daerah
Belimbing, Bantiran, Sanda, Pandangan, Pujungan, Batungsel dan Wangaya. Daerah Kabupaten
Buleleng meliputi Sembiran, Sepang, Tigawasa, Sidatapa, dan Cempaga.

Berdasarkan tatacara pembentukan anggah-ungguhing basa Bali, maka yang paling mendasar
untuk dipahami dalam ussaha meningkatkan kemampuan berbicara dengan bahasa Bali adalah
perbedaan rasa bahasa kata-kata bahasa Bali. Berdasarkan rasa bahasanya kata-kata bahasa Bali
dapat dibedakan menjadi empat, yaitu : (1) kata alus; (2) kata mider; (3) kata andap; dan (4) kata
kasar.

Basa Bali Alus Singgih atau ASI memiliki tingkatan-tingkatan yakni:

Basa Bali Alus Sor atau ASO


Basa Bali Alus Mider atau AMI
Basa Bali Alus Madia atau AMA
Basa Bali Kasar atau BK
Basa Bali Mider
1.Basa Bali Alus Singgih tersusun atas kumpulan atau rangkaian kata yang termasuk kedalam
jenis kata Alus Singgih atau Kruna Alus Singgih. Berikut beberapa contoh Kruna Alus Singgih
dan artinya :
Merayunan yang berarti makan dalam bahasa Indonesia.
Ngandika yang berarti berbicara dalam bahasa Indonesia.
Nyuryanain yang berarti melihat dalam bahasa Indonesia.
Kayu yang berarti mau atau ingin dalam bahasa Indonesia.
Mesiram yang berarti mandi dalam bahasa Indonesia.
Makolem yang berarti tidur dalam bahasa Indonesia.
Icen yang berarti kasi atau beri dalam bahasa Indonesia.
Kuaca yang berarti baju dalam bahasa Indonesia.

2. Basa Bali Alus Sor atau ASO adalah bahasa Bali yang digunakan ketika berbicara untuk
merendah atau humble, bahasa Bali Alus Sor teridiri atau tersusun atas Kruna Alus Sor. Mengapa
merendahkan diri ? Karena kita hormat atau polite kepada lawan bicara kita seperti orang-orang
"darah biru". Walaupun kita merendahkan diri atau humble bukan berarti lawan bicara kita bisa
berbicara atau bersikap semana-mena, dan umumnya bila lawan bicara kita semena-mena maka
akan ada perubaha penggunaan bahasa Bali dari Bahasa Bali Alus Sor menjadi Bahasa Bali
Kasar Jabag hingga Bahasa Bali Kasar Pisan yang isinya dapat berupa makian dan sumpah
serapah.
Berikut contoh Kruna Alus Sor dan artinya
Atur yang berarti berbicara dalam bahasa Indonesia.
Titiang yang berarti saya dalam bahasa Indonesia.
Neda yang berarti makan (umumnya untuk binatang) dalam bahasa Indonesia.
Aturin yang berarti memberikan dalam bahasa Indonesia.
Baju yang berarti baju dalam bahasa Indonesia.
3. Basa Bali Alus Mider adalah bahasa Bali yang digunakan ketika berbicara tanpa memandang
kasta dan sebagainya atau dapat dibilang bahasa yang dapat digunakan oleh semua kalangan dan
bahasa Bali Alus Mider merupakan bahasa Bali yang paling sering digunakan.
Seperti bahasa Bali yanglainnya bahasa Bali Alus Mider tersusun atas kata-kata atau Kruna Alus
Mider dan berkut contoh Kruna Alus Mider :
Rauh yang berarti datang dalam bahasa Indonesia.
Tumbas yang berarti membeli dalam bahasa Indonesia.
Jinah yang berarti uang dalam bahasa Indonesia.
Budal yang berarti pulang dalam bahasa Indonesia.
Gatra yang berarti kabar atau berita dalam bahasa Indonesia.

4.Basa Bali Alus Madia adalah bahasa Bali yang tingkatannya ditengah-tegah dan biasanya
merupakan penggalan suku kata yang dapat merepresentasikan kata tersebut dalam kondisi
untuh. Bahasa Bali Alus Madia biasanya tercampur dengan beberapa kata-kata Alus SInggih dan
Kasar atau Andap.
Contoh Kruna Alus Madia :
Ten (nenten) yang berarti tidak.
Ampun (sampun) yang berarti sudah.
Tiang (titiang) yang berarti saya.
Niki yang berarti ini.
Nika yang berarti itu.

5.Basa Bali Kasar adalah bahasa Bali yang dapat digunakan jika sudah akrab dan umumnya
digunakan untuk mencaci maki.
Basa Bali Kasar dapat dibedakan menjadi dua yaitu Basa Bali Kasar Andap dan Bahasa Bali
Kasar Kesamen.
Bahasa Bali Kasar Andap adalah Bahasa Bali yang dapat digunaan untuk bebicara dengan lawan
bicara yang sudah akrab.
Bahasa Bali Kasar Kesamen adalah Bahasa Bali umumnya digunakan untuk bersumpah serapah.
Contoh krunsa Bahasa Bali Kasar
Madaar yang berarti makan.
Ngomong yang berarti berbicara.
Ngaba yang berarti membawa.
Teka yang berarti datang.
Megedi yang berarti pergi,

Contoh Kruna Basa Kesamen :


Teraskeleng yang berarti kepala kont*l.
Ndasbedang
Pirate
Bangsat
Sint*li

5. Basa Bali Mider adalah bahasa Bali yang tidak ada artinya di Bahasa Bali Alus dan dapat
digunakan untuk berbicara kepada siapa saja.
Contoh Kruna Basa Mider :
Nyongkok berarti jongkok.
Kija yang berarti kemana.
Angkid yang berarti angkat.
Bares yang berarti ikhlas, rela, tidak pelit, dan sebagainya.
Pabesen yang berarti pesan atau amanat.
Walaupun ada pembagian kata-kata bahasa Bali berdasarkan rasa bahasanya, tidaklah
berarti semua kata-kata dalam bahasa Bali memiliki rasa bahasa yang lengkap. Contohnya
kata cunguh 'hidung' memiliki alus singgih ungasan dan irung, namun tidak memiliki rasa
bahasa alus sor, alus madia, maupun alus mider. Kata newek 'sendiri' tidak memiliki rasa bahasa
alus singgih, alus madia, maupun alus mider. Ia hanya memiliki rasa bahasa andap yaitu padidi.
Hal inilah yang menyebabkan komunikasi dengan bahasa Bali sepertinya terganggu. Namun
apabila telah memahami betul rasa bahasa Bali, maka gangguan yang dirasakan akan dapat
dihilangkan, sebagaimana contoh-contoh pemakaian masing-masing yang disajikan di depan.
Tampak benar pleksibelitas pemakaian kata-katanya sesuai dengan keadaan rasa bahasa yang
dimiliki. Untuk merasakan rasa bahasa yang baik dan benar dalam suatu komunikasi, memang
memerlukan latihan-latihan yang lebih sering. Dengan seringnya latihan maupun mendengar,
maka rasa bahasa yang semula belum dirasakan perbedaan rasa bahasanya, secara berangsur-
angsur akan dapat dirasakan.
Anggah-ungguhing basa Bali adalah istilah untuk tingkatan-tingkatan bahasa dalam bahasa
Bali, yang pemakaiannya telah diresmikan dalam Pesamuhan Agung (Loka Karya) Bahasa Bali
III tahun 1974 di Singaraja. Sebelumnya ada beberapa istilah untuk menyebutkan tingkatan-
tingkatan bahasa dalam bahasa Bali, antara lain : Masor Singgih atau Sor Singgih Basa, Kasar-
Alus, Undag-undagan Basa, dan Warna-warna Bahasa . Dari beberapa istilah trsebut, yang
paling sering kita dengarkan dan sering diucapkan masyarakat suku Bali sampai sekarang
adalah Sor Singgih Bas.
Pada makalah kali saya tertarik akan mengangkat judul “Penggunaan Sor Singgih Basa Bali
Dalam Komunikasi Pada STT Chanti Graha Banjar Tengah, Sesetan, Denpasar”. Alasannya saya
meneliti ini karena adanya rasa ingin tau apa penyebab penggunaan sor singgih basa sangat
minim di lingkungan STT Chanti Graha Banjar Tengah Sesetan, Denpasar. Dan juga ingin
memecahkan masalah agar penggunaan sor singgih basa bali di lingkungan STT Chanti Graha
mulai di terapkan. Pada hakikatnya bahasa Bali sangat erat kaitannya dengan rasa bahasa atau
yang sering disebut dengan Sor Singgih Basa Bali. Mengingat menariknya permasalahan dan
fenomena ini maka saya sebagai penulis memilih hal ini sebagai bahan dari penelitian. Semakin
majunya perkembangan jaman Basa Bali yang sebagai muatan lokal menjadi kalah saing. Seperti
yang terjadi pada lingkungan STT Chanti Graha, akan tetapi dapat saya katakan pemuda pemudi
STT Chanti Graha tidak begitu saja melupakan sor singgih basa karena mereka tetap
menggunakan sor singgih basa bali di sautu acara tertentu saja. Dalam artian mereka masih ingat
akan budaya lokalnya walaupun hanya digunakan pada acara tertentu saja.

Sor singgih basa bali sangat penting bagi diri sendiri karena dapat mempengaruhi
landasan berpikir, berprilaku dan berbicara. Faktor yang menyebabkan penggunaan sor singgih
basa dalam lingkungan STT Chanti Graha ialah karena STT Chanti Graha ini berada di tengah-
tengah kota ini yang menyebabkan suatu hal yang baru akan cepat di tangkap, terutama pada
penggunaan bahasa. Di samping itu juga pemuda pemudi di STT Chanti Graha ini jarang untuk
melaksanakan kegiatan. Mereka lebih pada aktifitas di luar kegiatan STT itu juga mempengaruhi
sor singgih basa, lebih seringnya mereka beraktifitas dengan pendatang. Dan alasan saya berani
mengambil penelitian ini karena saya sudah melihat di lapangan langsung dan menguji coba
untuk mengajak berbicara menggunakan sor singgih bahasa, dan kebanyakan dari mereka kurang
memahami hal tersebut. Tetapi di samping itu ada keunikan dari penelitian ini yakni, memang
dikatakan bahwa pemuda pemudi di STT Chanti Graha kurang pasih berkomunikasi
menggunakan sor singgih, akan tetapi jika ada event-event tertentu mereka mau belajar
berkomunikasi menggunakan sor singgih itu. Menyatakan bahwa mereka tidak ingin diketahui
oleh banyak pihak mengenai hal tersebut maka dari itu jika ada event mereka akan berusaha dan
ingin di cap bahwa mereka tidak melupakan kearipan lokal pada bidang komunikasi.

Dan disini saya tertarik akan meneliti dan berupaya untuk penggunaan sor singgih basa bali
terus dipakai di kalangan pemuda pemudi kususnya pada STT Chanti Graha Banjar Tengah
Sesetan. Dari latar belakang ini saya menemukan suatu judul yang cocok untuk lebih
menekankan pada sor singgih basa bali pada lingkup STT Chanti Graha.

1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tentang penggunaan sor singgih basa bali dalam
komunikasi pada STT Chanti Graha Banjar Tengah, Sesetan, Denpasar. Di atas maka bisa
dirumuskan beberapa masalah berikut ini:
1. Bagaimana penggunaan Sor Singgih Basa Bali dalam komunikasi pada STT Chanti
Graha Banjar Tengah, Sesetan, Denpasar?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyeababkan sulit diterapkannya Sor Singgih Basa Bali di
lingkungan STT Chanti Graha Banjar Tengah, Sesetan, Denpasar?
3. Upaya-upaya apa sajakah yang dapat dilakukan dalam menerapkan Sor Singgih Basa Bali
di lingkungan STT Chanti Graha Banjar Tengah, Sesetan, Denpasar?

1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil, sesuatu
yang akan diperoleh setelah penelitian selesai, juga sesuatu yang akan dicapai atau
ditangani dalam suatu penelitian. Kata-kata dari tujuan penelitian mengungkapkan
keinginan peneliti untuk mendapatkan jawaban atas masalah penelitian yang akan
diajukan.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mendapatkan upaya-
upaya agar penggunaan sor singgih basa bali di lingkungan STT Chanti Graha di
terapkan dalam setiap pertemuan. Dikarenakan komunikasi dalam lingkungan STT
Chanti Graha sangat minim dalam menggunakan Sor Singgih Basa Bali. Karena
pengaruh jaman dan penggunaan Sor Singgih Basa Bali menjadi kalah asing.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan sor singgih basa dalam lingkungan STT
Chanti Graha
b. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penyebab sulitnya Sor Singgih Basa Bali
di lingkungan STT Chanti Graha
c. Untuk mengetahui upaya apa yang bisa di lakukakan agar Sor Singgih Basa Bali di
lingkungan STT Chanti Graha dapat diterapkan dengan baik

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian merupakan kegunaan hasil penelitian, baik bagi kepentingan
pengembangan program maupun kepentingan ilmu pengetahuan.

1 . Manfaat Teoritis

Manfatat dari penelitian ini ialah:


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang sor
singgih basa bali dan wawasan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
komunikasi, kususnya pada pemuda pemudi STT Chanti Graha Banjar Tengah,
Sesetan. Semoga pelitian ini bisa dipakai sebagai tambahan pengetahuan dan
wawasan mengenai Sor Singgih Basa Bali. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menjadi dasar untuk penelitian yang sejenisnya
2. Manfaat Praktis
Manfaat pratis dari penelitian ini ialah:
1. Bagi pemuda-pemudi STT Chanti Graha, penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan
tambahan yang berguna untuk bermasyrakat.
2. Bagi peneliti, penelitian ini bisa dijadikan pelajaran pertama untuk mengetahui
bagaimana upaya untuk melestarikan kearifan lokal kususnya pada bidang Sor
Singgih Basa Bali di lingkungan terdekat. Dan menjadi dasar untuk penelitian
berikutnya.
3. Bagi dinas pendidikan, bisa dijadikan kebijakan untuk melestarikan kearifan lokal
berkomunikasi Sor Singgih Basa Bali bagi peserta didik Kota Denpasar.
4. Bagi sekolah, sebagai masukan untuk membantu dalam proses berjalannya program
latihan berkomunikasi menggunakan Sor Singgih Basa Bali sehingga dapat berjalan
dengan lancar
Daftar pustaka

https://duniabahasabali.blogspot.com/2020/07/sor-singgih-bahasa-bali.html

“ kadek wahyu”.2021.”survey penggunaan sor singgih di STT Chanti graha”.hasil


wawancara pribadi:28 oktober 2021,Banjar Tengah.

“kepalalingkunganbanjartengah.2021.”upaya yang dilakukan untuk


membangkitakan penggunaan sor singgih dalam STT Chanti Graha”, hasil
wawancara pribadi: 29 oktober 2021, Banjar Tengah.

https://duniabahasabali.blogspot.com/2020/07/sor-singgih-bahasa-bali.html

https://balimanyurat.blogspot.com/2020/01/makalah-sor-singgih-basa-bali-basa-
alus.html

Anda mungkin juga menyukai