Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul "LARAS ILMIAH DAN RAGAM BAHASA, PERSIAPAN PENYAJIAN
LISAN, DAFTAR PUSTAKA, TOPIK DAN TESIS". Atas besarnya dukungan yang telah diberikan
dalam proses penyusunan makalah dari awal hingga akhir ini, maka penulis mengucapkan
banyak-banyak terima kasih kepada :

kepada dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, selaku pembimbing, yang telah memberikan
bimbingan yang sangat bermanfaat untuk kami.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Bangkinang, 11 september 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................


DAFTAR ISI .............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................


1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................................................
BAB II ISI PEMBAHASAN ....................................................................................................
2.1 Laras ilmiah dan ragam bahasa .........................................................................................
2.2 Persiapan penyajian lisan ...................................................................................................
2.3 Daftar pustaka......................................................................................................................
2.4 Topik dan tesis ....................................................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….……….……..
3.2 Daftar Pustaka .........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa dari bangsa kita yang sudah dipakai oleh bangsa
Indonesia sejak dahulu kala sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak semua orang
menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa
Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan ejaan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh karena
itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia dan bisa
diterapkan dengan baik sehingga identitas kita sebagai warga negara Indonesia tidak akan hilang.

Bahasa Indonesia wajib dipelajari tidak hanya oleh kalangan pelajar dan mahasiswa saja,
tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajarinya. Dalam bahasa Indonesia ada ha yang harus kita
ketahui seperti laras ilmiah dan ragam bahasa, persiapan penyajian lisan, daftar pustaka, topic dan
tesis . yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda yang dapat sama-sama kita gunakan
dan kita pahami dari penulisannya .
1.2 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang apa itu laras
ilmiah dan ragam bahasa , persiapan penyajian lisan , daftar pustaka , topic dan
tesis. Baik itu fungsi dan kegunaaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LARAS ILMIAH DAN RAGAM BAHASA
A. Laras Ilmiah

Laras Bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya atau Bahasa yang
digunakan untuk menghasilkan tulisan ilmiah dengan ciri pokok :
- Kecendikiaan
- Penalaran

Macam-macam laras bahasa


-Laras ilmiah
-Laras sastra (puisi, cerpen, novel, dll.)
-Laras jurnalistik (berita, editorial, iklan, dll.)
-Laras hukum
-Laras kedokteran

Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa
yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul.
Ungkapan “bahasa Indonesia yang baik dan benar” mengacu ke ragam bahasa yang
sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang diucapkan
bahasa yang baku.

B.RAGAM BAHASA
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai
prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan
teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi
(seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.

Media pengantarnya atau sarananya

a.Ragam lisan

Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan
ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan,
dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam
percakapan antarteman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya . Ragam lisan
di bagi menjadi dua :

a. ragam bahasa lisan baku


b. ragam bahasa tidak baku
b.Ragam tulis

Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa
ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam
buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan
ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.

Ragam bahasa baku dapat berupa :


- Ragam bahasa baku tulis
- dan Ragam bahasa baku lisan.

Istilah lain yang digunakan selain Ragam bahasa baku adalah Ragam bahasa standar, semi
standar dan nonstandar.Ragam bahasa standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah
dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap
luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta
mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem
(Alwi, 1998: 14).

Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan :
-topik yang sedang dibahas,
-hubungan antarpembicara,
-medium yang digunakan,
-lingkungan, atau
-situasi saat pembicaraan terjadi

Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandard :
-penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
-penggunaan kata tertentu,
-penggunaan imbuhan,
-penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
-penggunaan fungsi yang lengkap.

Ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan

-ragam bahasa ilmiah


-ragam hukum
-ragam bisnis
-ragam agama
-ragam sosial
-ragam kedokteran
-ragam sastra.
2.2 PENYAJIAN LISAN

A.Pengertian penyajian lisan

Penyajian lisan merupakan puncak dari seluruh persiapan, khususnya latihan oral.
Namun latihan-latihan pendahuluan tetap diperlukan untuk membiasakan diri dan menemukan
cara dan gaya yang tepat. penyajian lisan pada suatu kelompok kecil , maupun penyajian pada
suatu kelompok besar.
a. Penyajian pada Kelompok Kecil
1. Gerak gerik.
Seorang pembicara harus memperlihatkan dirinya betul-betul sebagai seorang manusia
yang hidup. Gerak geriknya harus lincah, bebas, tidak kaku. Ia bukan saja mengadakan
komunikasi melalui ucapan-ucapannya saja, melainkan juga mengadakan komunikasi melalui
tatapan matanya, senyuman mulud, uluran dan gerakan tangan, mimic mulut, dan semua
anggota tubuh harus diekspresikan sesuai dengan isi pembicaraannya.
2. Teknik bicara
Biasanya kecepatan bicara akan turut menentukan pula keberhasilan seseorang dalam
penyajian secara lisan. Berbicara terlalu cepat akan menyulitkan orang menangkap apa yang
diucapkan. Tetapi berbicara terlalu lambat juga akan menyebabkan pendengar sudah menerka
terlebih dahulu apa yang akan diucapkan.
Kecepatan berbicarapun dapat diubah dari saat ke saatsesuai dengan penting tidaknya
isi uraian. Tempo berbicara agak diperlambat, dan tidak perlu lambat sekali. Lebih baik
gagasan yang penting diucapkan berulang.
3. Transisi
Dalam uraian tertulis, transisi antara satu bahasan dengan bahasan berikutnya telah
dinyatakan dengan anak-anak bab sehingga jelas dimengerti. Dalam penyajian lisan sebaiknya
transisi berbentuk bahasa lebih banyak digunakan, malah harus diperhatikan secara khusus..
Apalagi kalau di dalam pengantar telah disebutkan pokok-pokok yang akan diuraikan.
Strategi transisi yang pertama adalah dengan cara berhenti sejenak apabila mau
melangkah ke bahasan yang baru; cara kedua pada saat menyampaikan hal baru pembicara
menggunakan satu-dua kalimat sebagai pengantar bagi bahasan baru. Ketiga: transisi juga
bisa dilaksanakan dengan perubahan sikap, yaitu dari posisi duduk ke posisi berdiri., atau
dengan menyingkirkan catatan lama dan mengambil catatan baru.
4. Alat Peraga
Pembicara dapat membantu uraiannya dengan mempergunakan alat peraga kalau
dimungkinkan. Alat-alat peraga yang biasa digunakan adalah proyektor geser, film, gambar,
mesin perekam dan lain sebagainya.

b.Penyajian pada Kelompok Besar


Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan oleh pembicara yang menghadapi
kelompok besar, di antaranya adalah:
1. Pembukaan
a. Sebelum bicara, gunakan waktu 1 – 2 menit untuk mengukur situasi
b. Jangan tergesa masuk ke materi pembicaraan
c. Jangan menyampaikan humor kalau tidak perlu
d. Jangan menampilkan kekurang-siapan atau kekurangan lainnya
2. Kecepatan Bicara
a. Kecepatan dan volume suara harus disesuaikan dengan jumlah pengunjung
b. Semakin banyak hadirin, semakin lambat dalam berbicara
3. Artikulasi yaitu kata-kata yang jelas
a. Semakin banyak orang, semakin banyak gangguan yang terjadi
b. Bagian yang paling sukar dikendalikan adalah yang berada di belakang
c. Bila artikulasinya jelek, maka semakin sulit pendengar memberikan perhatian
d. Dalam hal ini, artikulasi dari pembicara harus jelas.

B. Metode Penyajian Lisan

Berhubungan dengan penyajian lisan ini , ada beberapa metode penyajian lisan (Gorys
Keraf 1979: 316) yaitu:
a. Metode menghafal
Pada metode ini pembicara menghafal materi yang akan dibacakan kata demi kata. Jika
pembicara memilki kemampuan menghafal dengan baik dan mampu menyesuaikan diri
dengan unsur-unsur suprasegmental sesuai dengan kondidi saat itu, komunikasi akan berhasil.
Sebaliknya, jika pembicara lupa terhadap materi yang dibicarakan, komunikasi akan gagal.

b. Metode naskah
Pada metode ini pembicara menyiapkan naskah untuk dibaca. Biasanya metode ini dipakai
untuk pidato-pidato resmi kenegaraan. Kelemahan pada metode ini adalah pembicara tidak
bebas menatap kepada pendengar karena mata pembicara selalu tertuju ke naskah. Jika bukan
seorang yang ahli, maka ia tidak bisa memberi tekanan dan variasi suara untuk menghidupkan
pembicaraan.

c. Metode serta-merta
Metode ini adalah metode penyajian berdasarkan kebutuhan sesaat. Pembicara tidak ada
persiapan sama sekali. Pembicara secara serta-merta berbicara berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya yang berhubungan dengan topik pembicaraannya.

d. Metode ekstemporan
Metode ini merupakan jalan tengah. Pada metode ini pembicara menyiapkan catatan-
catatan penting yang dibuat secara cermat. Dari catatan-catatan tersebut pembicara mengulas
topik pembicaraan dengan bahasa dan kosa kata yang dipilihnya. Catatan-catatan hanya
untuk mengikat urutan-urutan pokok pembicaraan. Metode ini sangat baik karena pembicara
lebih fleksibel dalam menyampaikan gagasan-gagasannya. Jika catatan-catatan itu terlalu
bersifat sketsa, maka hasilnya bisa sama dengan metode serta-merta.
C. Jenis Penyajian Lisan

1. Dialog
Dialog atau bebicara dua arah adalah bentuk berbicara yang memerlukan partisispasi
pendengar. Yang termasuk ke kelompok ini antara lain: tegur sapa, bertelepon, wawancara
dan diskusi. Dialog tidak berbeda denga diskusi. Dalam dialog terjadi pertukaran pikiran yang
diliputi dengansuasana kekeluargaan bukan adu argumentasi seperti halnya berdiskusi. Dialog
dapat menciptakan adanya sambung rasa yang lebih bernilai bila dibandingkan dengan
diskusi.

2. Percakapan.
Percakapan adalah bentuk dialog yang tidak terlalu formal. Percakapan selalu
bersifat antar persona, meskipun percakapan dihadiri oleh orang banyak. Percakapan adalah
suatu kegiatan yang timbal balik, adanya aksi dan reaksi, serta saling memberi dan menerima.
Percakapan harus diberi bobot untuk bertukar informasi, memecahkan maslah, atau untuk
memperoleh kesepakatan.

D. Sikap Mental Penyajian Lisan

Yang dimaksud dengan lisan adalah unsur kejiwaan yang mempengaruhi berhasil
tidaknya kegiatan berbicara. Unsur-unsur kejiwaan itu antara lain:
a. Rasa komunikasi
Di samping harus memiliki daya ingat yang baik terhadap bahan pembicaraan seorang
pembicara juga harus bisa menyesuaikan diri dan memiliki perasaan akrab terhadap lawan
bicara. Perasaan seperti ini merupakan bagian dari komunikasi yang wajar.
b. Rasa humor
Beberapa langkah yang bisa ditempuh oleh pembicara untuk menumbuhkan rasa ini
adalah mengambil cerita-cerita lucu. Diharapkan cerita atau anekdot itu bersinggungan
dengan tema pembicaraan.
c. Rasa kepemimpinan
Seorang pembicara harus memiliki rasa kepemimpinan. Artinya, bahwa pembicara merupakan
seorang yang ditokohkan dalam suatu kelompok. Dengan demikian kewibawaan adalah faktor
yang sangat mendukung.Untuk menumbuhkan rasa ini pembicara harus memiliki rasa percaya
diri. Dengan rasa percaya diri ini pembicara akan terhindar dari perasaan takut sehingga bisa
mengatur dan menguasai diri di depan forum.
E. Hambatan penyajian Lisan

Ada dua faktor yang memungkinkan suatu kekgiatan berbicara menjadi terganggu. Faktor
tersebut bisa bersifat eksternal dan internal.
a. Hambatan Internal
Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari dalam diri pembicara. Unsur-unsur
yang biasanya menyebabkan timbulnya hambatan internal antara lain alat ucap yang kurang
sempurna, kelelahan, sakit jasmani dan aspek kejiwaan.
Alat ucap yang kurang sempurna akan menghambat proses berbicara yang antara lain
dapat menimbulakan sluring, mumbling, lisless, dan fidgetter. Sluring adalah
ketidakmampuann melafalkan bunyi-bunyi ujaran secara jelas. Mumbling adalah
ketidakjelasan dalam berbicara karena seolah-olah pembicara berbicara sendiri. Lisless adalah
ketidakjelasan suara karena volume yang terlalu rendah. Dan fidgetter adalah ketidakjelasan
karena pembicara terlalu cepat berbicara.
Kelelahan dapat menjadi hambatan dalam berbicara karena daya konsentrasi pembicara
menurun. Demikian pula denga semangatnya. Penciptaan bunyi-bunyi ujar dan efektifitas
gerak tidak akan terwujud dengan baik. Faktor ini sangat berkaitan denga keadaan jasmani
seseorang. Jika tidak sehat hal-hal yang sama akan menghambat.
Dari segi kejiwaan hambatan ini dapat bersifat sementara dan laten. Yang bersifat
sementara adalah perasaan takut, gugup dan demam panggung. Sedangkan yang bersifat laten
adalah bila pembicara memiliki rasa rendah diri atau tekanan batin yang berlebihan.

b. Hambatan Eksternal
Hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari keadaan di sekitar
pembicara. Hambatan ini bisa berupa penglihatan, suara, gerak yang aktraktif, emdia dan
cuaca atau kondidi alam. Penglihatan yang menyilaukan, suara yang gaduh, banyak orang
yang masuk ruangan, dan ruangan yang terlalu sempit merupakan hal-hal yang mengganggu
proses berbicara. Demikian pula peralatan yang kurang baik untuk dipakai atau sudah rusak
serta cuaca yang terlalu panas atau dingin.
2.3 TOPIK DAN TESIS

 TOPIK
Secara etimologis, kata “topik” berasal dari kata bahasa Yunani, topoi yang berarti
“tempat”. Ini berarti topik merupakan sesuatu yang sudah ditentukan dan dibatasi. Topik
berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan. Topik karangan adalah suatu hal yang
digarap menjadi karangan. Topik merupakan jawaban atas pertanyaan Masalah apa yang akan
ditulis? atau hendak menulis tentang apa?
Jika seseorang akan mengarang, ia terlebih dahulu harus memilih dan menetapkan topic
karangannya. Ciri khas topik terletak pada permasalahannya yang berifat umum dan belum
terurai berbeda dengan topik, adapun judul karangan pada umumnya adalah rincian dan
penjabaran dari topik. Jika dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik dan sering telah
menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui persamaan dan perbedaan antara topik dan
judul. Topik dapat menjadi judul karangan.namun, antara keduanya terdapat perbedaaan,
topik adalah payung besar yang bersifat umum dan belum menggambarkan sudut pandang
penulisnya. Sedangkan judul lebih spesifik dan telah mengandung permasalahan yang lebih
jelas atau lebih terarah.
Dalam penggarapan karangan ilmiah misalnya skripsi, judul memang ditetapkan pada
awal proses penulisan, yaitu pada waktu pengajuan outline. Namun, perlu diketahui bahwa
proses pembuatan judul itu sebenarnya tetap berawal dari pemiihan topik. Pada jelnis
karangna lain pada artikel sederhana, judul dapat dibuat sesudah karangan selesai, serta dapat
diganti - ganti sepanjang hal itu relevan dengan isi karangan dan sesuai dengan topik yang
ditentukan.
.

 Fungsi Topik
Fungsi topik adalah untuk menentukan landasan yang dapat dipergunakan oleh
seorang penulis untuk menyampaikan maksudnya. Banyak hal yang dapat dipergunakan
sebagai sumber penentuan topik, misalnya pengalaman, keluarga, karier, alam sekitar,
masalah kemasyarakatan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, cita+cita dan sebagainya
c. Cara menentukan topik
1. pilihah topik yang menyangkut masalah yang tengah dihadapi masyarakat luas.
Misalnya, ketika masyarakat saat ini sedang kesulitan mendapatkan bahan bakar murah maka
dengan membuat buku tentang ”bahan bakar alte, alternatif murah untuk rumah tangga” akan
menarik banyakpembaca.
2. pilihlah topik yang bersifat how to?. Ketika Anda memilih menulis tentang bahan
bakar alternatif, maka isinya sebagainya tidak hanya tentang apa itu bahan bakar murah,
namun juga bagaimana membuatnya untuk skala rumah tangga. Karena ketika diberbicara
panjang lebar tentang bahan bakar alternatif tapi nyatanya sulit untuk diterapkan maka buku
Anda bakal kehilangan daya tariknya.
3. kalaupun tidak bersifat praktis, pilihlah topik yang terkait orang-orang ternama atau
peristiwa yang jadi sedang menjadi perbincangan. Usahakan apa yang Anda ulas adalah
sesuatu yang spektakuler yang belum pernah diulas sebelumnya. Seperti menjelang pelantikan
Barack Obama, di Indonesia terjadi demam Obama. Apalagi ia sempat tinggal di Jakarta.
Maka buku yang berjudul “ Masa Kecil Obama di Menteng” , bakal menarik banyak orang
untuk membaca. Apalagi jika yang diangkat adalah hal yang bertolak belakang dengan
persepsi masyarakat kebanyakan. Misalnya “Obama: si Bodoh yang menjadi Presiden”. Tentu
topik ini menarik karena dalam pandangan kebanyakan orang yang menjadi presiden Amerika
Serikat adalah orang pintar.

 TESIS
Tesis dalam penulisan karangan ilmiah merupakan langkah awal
penulisan. Tesis dibentuk berdasarkan topik dan tujuan. Perlu diketahui dulu topik dan tujuan
barulah dirumuskan tesis karangan. Topik adalah pokok masalah yang akan dibahas dalam
karangan ilmiah. Tanpa mengetahui pokok masalah yang akan dibicarakan penulis tidak dapat
menetukan permasalah serta sasaran apa yang akan dicapai dalam penulisan. Supaya topik itu
dapat ditetapkan dengan jelas dan menarik, penulis menentukan topik berdasarkan
penguasaan permasalahan. Setelah topik ditetapkan, penulis menentukan tujuan dari topik
yang telah ditetapkan. Tujuan dari topik itu adalah sasaran yang akan dicapai penulis
berdasarkan topiknya.
Tujuan semacam pembatasan topik agar tidak menyimpang dari permasalahan.
Pada dasarnya tujuan mempersempit permasalahan yang akan dibicarakan dalam
karangan. Oleh karena itu, tujuan harus lebih terbatas atau lebih sempit dari topiknya. Setelah
topik dan tujuan ditetapkan dengan jelas, penulis merumuskan topic dan tujuan itu ke dalam
tesis.
Degan demikian, TESIS adalah perumusan topik dan tujuan dalam bentuk kalimat
dengan menonjolkan topiknya sebagai pokok bahasan. Tesis lebih menonjolkan topik
daripada tujuan dengan maksud penulis karangan ilmiah melakukan analisis, intrpretasi, dan
sintesis. Dalam proses penulilasan karangan ilmiah, tesis merupakan “payung” bagi tahapan
penulisan ilmiah. Misalnya, dalam menyusun kerangka karangan penulis berpedoman pada
tesis. Jadi, tesis semacam rambu-rambu pedoman dalam penulisan. Namun, penentuan sebuah
tesis juga dapat dilakukan berdasarkan karangan yang sudah jadi (publikasi ilmiah).
Dengan demikian, tesis mampu meramalkan, mengendalikan, dan mengarahkan
penulis pada proses lanjut penulisan, yaitu penyusunan kerangka karangan (outline). Dalam
penulisan karangan ilmih, penulis tidak langsung menulis setelah mengetahui tesis
karangannya, tetapi harus menata pokok-pokok 46 bahasan itu ke dalam kerangka karangan

2.5 Daftar Pustaka


Definisi daftar pustaka atau bibliografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah daftar yang mencantumkan judul buku, nama pengarang, penerbit dan
sebagainya yang ditempatkan pada bagian akhir suatu karangan atau buku dan disusun
berdasarkan abjad. Daftar sendiri didefinisikan sebagai catatan sejumlah nama atau hal yang
disusun berderet dari atas ke bawah. Menurut Gorys Keraf (1997 : 213) yang dimaksud
dengan daftar kepustakaan atau bibliografi adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku,
artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah
karangan yang tengah digarap. Melalui daftar pustaka yang disertakan pada akhir tulisan, para
pembaca dapat melihat kembali pada sumber aslinya.[4]
Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad nama belakang penulis pertama. Daftar pustaka
ditulis dalam spasi tunggal. Antara satu pustaka dan pustaka berikutnya diberi jarak satu
setengah spasi. Baris pertama rata kiri dan baris berikutnya menjorok ke dalam.
Daftar pustaka dapat disusun dengan berbagai format. Ada tiga format yang akan diuraikan
dalam makalah ini, yakni format MLA (The Modern Language Association) dan format APA
(American Psychological Association) serta format Indonesia. Kedua format itu adalah format
yang umum ditemukan dalam bidang ilmu humaniora. Akan tetapi, sebenarnya, ada berbagai
format daftar pustaka yang berlaku di selingkung bidang ilmu. Misalnya, format daftar
pustaka untuk bidang ilmu biologi, kedokteran, hukum, dan lain-lain.
Daftar pustaka berisi sumber-sumber tertulis yang dikutip dan digunakan dalam penulisan
karya tulis ilmiah, karena itu sumber tertulis lain yang tidak dikutip meskipun pernah dibaca
penulis dalam kaitannya dengan penulisan karya tulis ilmiah tidak perlu dimasukan dalam
daftar pustaka. Penulisan pustaka disusun menurut abjad dari nama penulisnya dan nama
keluarga harus ditulis lebih dahulu tanpa menyertakan gelar.

2.2. Fungsi Daftar Pustaka

Fungsi daftar pustaka adalah sebagai berikut:

1. Membantu pembaca mengenal ruang lingkup studi penulis.


2. Memberikan informasi kepada pembaca untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
lengkap dan mendalam daripada kutipan yang digunakan oleh penulis.
3. Membantu pembaca memilih referensi dan materi dasar untuk studinya.

Menulis Karya Ilmiah dan Daftar Pustaka


Karya tulis adalah karangan ilmiah. Karya tulis dapat ditulis berdasarkan hasil penelitian,
hasil percobaan, wawancara atau studi kepustakaan. Karya tulis yang disajikan dalam suatu
diskusi seperti seminar disebut makalah. Sebelum membuat karya tulis atau makalah, tentukan
tema terlebih dahulu. Karya tulis yang lengkap biasanya terbagi menjadi tiga bagian, yakni (1)
bagian awal: kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, arti lambang dan singkatan,
dan abstrak; (2) bagian tengah terdiri atas pendahuluan (latar belakang, perumusan masalah,
ruang lingkup masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, sistematika penulisan), isi
(pembahasan), serta bagian penutup (kesimpulan dan saran); (3) bagian akhir meliputi daftar
pustaka dan lampiran.
Daftar pustaka dapat diperoleh dari buku. Penulisan daftar pustaka yang berasal dari buku
dapat mengikuti aturan sebagai berikut :
1. Daftar pustaka ditulis dengan urutan nama penulis buku, tahun terbit buku, judul buku,
tempat terbit buku, dan nama penerbit yang menerbitkan buku.
2. Nama penulis buku, tahun terbit buku, judul buku, tempat tempat buku dipisahkan tanda
titik (.).
3. Nama penulis buku dibalik dan dipisahkan tanda koma.
4. Tempat terbit dan nama penerbit buku dipisahkan tanda titik dua (:).
5. Judul buku dicetak miring atau diberi garis bawah.
6. Diakhiri dengan tanda titik.[8]

Contoh: Judul buku : Menanam Buah Naga

Tahun terbit : 1988

Nama penyusun : Bambang Purwadi

Nama penerbit : CV Setia Hati

Kota penerbitan : Semarang

Penulissan daftar pustakanya adalah:

Purwadi, Bambang. 1988. Menanam Buah Naga. Semarang: CV Setia Hati.

Atau

Purwadi, Bamabang. 1988. Menanam Buah Naga. Semarang: CV Setia Hati.

Daftar pustaka yang berasal dari artikel dapat mengikuti


aturan sebagai berikut.
1. Daftar pustaka ditulis dengan urutan nama penulis artikel, tahun terbit artikel, tanggal
terbit artikel, judul artikel, media yang memuat artikel, dan halaman dimuatnya artikel.

2. Nama penulis artikel, tahun terbit artikel, tanggal terbit artikel, judul artikel, media yang
memuat artikel dipisahkan tanda titik (.).

3. Nama penulis artikel dibalik dan dipisahkan tanda koma.

4. Judul artikel ditulis dengan diapit tanda petik dua (“…”).

5. Media yang memuat artikel dan halaman artikel yang dipisahkan tanda titik dua (:).

6. Nama media yang memuat artikel dicetak miring atau garis bawah.

7. Diakhiri dengan tanda titik (.).

Contoh: Nama penulis : Mushallin Arifin

Tahun penerbitan :2013

Judul Artikel : Rahasia Sukses Menjadi IB Forex

Nama Koran : KOMPAS


Tanggal penerbitan : 2 Juni 2013

Penulisan daftar pustakanya adalah :

Ariifin, Mushallin. 2013. “Rahasia Sukses Menjadi IB Forex “. KOMPAS, 2 Juni 2013.

Atau Ariifin, Mushallin. 2013. “Rahasia Sukses Menjadi IB Forex “. KOMPAS, 2 Juni 2013.

A. Kesimpulan
Penyajian lisan merupakan puncak dari seluruh persiapan, khususnya latihan oral. Namun
latihan-latihan pendahuluan tetap diperlukan untuk membiasakan diri dan menemukan cara dan
gaya yang tepat. penyajian lisan pada suatu kelompok kecil , maupun penyajian pada suatu
kelompok besar.
Metode penyajian lisan yaitu Metode menghafal yaitu pembicara menghafal materi yang
akan dibacakan kata demi kata, Metode naskah yaitu pembicara menyiapkan naskah untuk
dibaca, Metode serta-merta yaitu pembicara secara serta-merta berbicara berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya yang berhubungan dengan topik pembicaraannya dan metode
ekstemporan yaitu pembicara menyiapkan catatan-catatan penting yang dibuat secara cermat.
Sedangkan jenis penyajian lisan ada dua yaitu dialog atau bebicara dua arah adalah bentuk
berbicara yang memerlukan partisispasi pendengar dan percakapan adalah bentuk dialog yang
tidak terlalu formal. Percakapan selalu bersifat antar persona, meskipun percakapan dihadiri oleh
orang banyak.
Sikap mental penyajian lisan adalah rasa komunikasi, rasa humor dan rasa kepemimpinan.
Hambatan dalam penyajian lisan bisa dari internal dan eksternal. Internal adalah hambatan yang
berasal dari dalam diri pembicara sedangkan eksternal adalah hambatan yang berasal dari
keadaan di sekitar pembicara
DAFTAR PUSTAKA

Darmawati, Uti. 2010. Bahasa Indonesia SMP. Klaten : PT Intan Pariwara.

Hartini, sri. 2009. Bahasa Indonesia SMA. Jakarta: Graha Pustaka Jakarta.

Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa. Yogyakarta:
Trustmedia.

Anda mungkin juga menyukai