Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua).

Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma


inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan
pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi
Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar
bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam
dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak
boleh diamalkan.

Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.

Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar
manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini
mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan
oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah,
maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat
untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban barat
satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia.
Kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan oleh perkembangan iptek modern
membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa
dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya.

1
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan Teknologi atau IPTEK??


2. Bagaimana sejarah penerapan teknologi dalm islam ?
3. Bagaimana cara pandang barat terhadap teknologi?
4. Bagaimana Pandangan Islam tentang Teknologi atau IPTEK?
5. Bagaimana hakikat teknologi dalam al-quran ?
6. Pentingkah umat beragama mengikuti perkembangan Teknologi atau IPTEK ?
7. Apa dampak teknologi ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:

1. Untuk memahami pandangan islam tentang IPTEK.


2. Untuk mengetahui sejarah penerapan teknologi.
3. Memeahami cara pandang barat dan islam menghadapi teknologi.
4. Mengetahui dan emahami hakikat teknologi dalam al-qurn.
5. Untuk memahami dampak positif dan negatif tentang perkembangan IPTEK.
6. Untuk memehami tentang Pentingnya Umat Beragama Mengikuti IPTEK.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi IPTEK dan Islam

a) IPTEK

IPTEK yaitu singkatan dari ‘ilmu pengetahuan serta tehnologi, yakni satu sumber info
yang bisa tingkatkan pengetahuan maupun pikiran seorang di bagian tehnologi. Bisa pula
disebutkan, pengertian IPTEK adalah adalah semua suatu hal yang terkait dengan
tehnologi, baik itu penemuan yang paling baru yang berkaitan dengan tehnologi maupun
perubahan di bagian tehnologi tersebutt. Pengetahuan yaitu pemahaman tentang satu
pengetahuan, yang memiliki peranan untuk mencari, menyelidiki, lantas merampungkan
satu hipotesis. Pengetahuan juga yakni adalah satu pengetahuan yang telah teruji juga
akan kebenarannya.Pengetahuan yaitu satu yang di ketahui maupun diakui oleh seorang
yang didapat dari pengalamannya. Pengetahuan juga tidak bisa disebutkan jadi satu
pengetahuan karna kebenarannya belum juga teruji. Pengetahuan keluar dikarenakan
seorang temukan suatu hal yang terlebih dulu belum juga sempat diliatnya.Tehnologi
yaitu satu penemuan lewat sistem cara ilmiah, untuk menjangkau satu maksud yang
maksimum. Atau bisa disimpulkan jadi fasilitas untuk manusia untuk sediakan beragam
keperluan atau bisa memudahkan kegiatan. Teknologi menurut Elul (dalam Miarso
(2007)), yaitu keseluruhan dari metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri-
ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan manusia. Menurut Poerbahawadja Harahap,
penggunaan kata teknologi pada dasarnya mengacu pada sebuah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki tentang cara kerja di dalam bidang teknik, serta mengacu pula pada ilmu
pengetahuan yang digunakan dalam pabrik atau industri tertentu.

Dari definisi teknologi tersebut, metode untuk mencapai suatu tujuan yang dapat
mempermudah manusia melakukan kegiatan dalam mencapai hasil yang diinginkan.

3
Teknologi merupakan hasil karya dan cipta manusia yang dapat mensejahterakan hidup
manusia sebagai penggunanya. Dengan menciptakan teknologi, dapat mempermudah
manusia untuk menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penciptaan teknologi
yang dilakukan oleh manusia dapat membuat manusia itu sendiri menunda-nunda atau
bahkan lupa akan kewajiban mereka di dunia, misalnya menunda kewajiban sebagai
umat muslim untuk melaksanakan Sholat lima waktu.

Proses perkembangan teknologi di dunia, muncul ilmuwan-ilmuwan IPTEK (Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi) yang membantu kemajuan perkembangan teknologi di
dunia khususnya dalam Islam, seperti Abu Ali al-Hasan ibnu al-Hasan ibnu al-Haytham
atau Ibnu Al-Haytham, seorang ilmuwan Muslim yang dikenal di Barat dalam bentuk
Latinised dari nama pertamanya, awalnya "Alhacen" dan kemudian "Alhazen".

Beliau merupakan seorang pemikir ilmiah perintis yang membuat penting kontribusi
untuk pemahaman visi, optik, dan cahaya. Metodologi investigasinya, khususnya
menggunakan eksperimen untuk memverifikasi teori, menunjukkan kemiripan tertentu
dengan apa yang kemudian dikenal sebagai metode ilmiah modern.

Sejarah mencatat bahwa seorang ilmuwan Muslim yang bernama Ibnu Al-Haytham
merupakan orang pertama yang membuat konsep sebuah alat penangkap gambar. Beliau
juga menguasai pemikiran-pemikiran dari filsuf dan ilmuwan Yunani seperti Aristoteles,
Plato, Ptotelmy, Archimedes, Galen, dan banyak lainnya.

Sehingga Beliau memang layak disebut filsuf, matematikawan dan astronom. Di dalam
Kitab Al-Manazir, Beliau adalah ilmuwan pertama yang mampu menjelaskan bagaimana
cara kerja optik dalam mata manusia dalam menangkap dan menerima gambar secara
visual secara detail.

b) ISLAM
Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai
nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup selsuruh manusia hingga akhir
zaman.

‫ط ْوعًا َوك َْر ًها‬َ ‫األرض‬


ْ ‫اوات َو‬
َ ‫س َم‬ ْ َ ‫ون َو َله أ‬
َّ ‫سلَ َم َم ْن في ال‬ َّ ‫أَفَغَ ْي َر دين‬
َ ‫َللا يَ ْبغ‬
َ ‫َوإلَ ْيه ي ْر َجع‬
‫ون‬
4
"Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-
lah berserah diri (aslama) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran [3] : 83).

Para ulama dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama'ah telah mendefinisikan makna Islam
dalam kitab-kitab karangan mereka. Salah satu definisi Islam yang disebutkan oleh para
ulama adalah:

"Islam adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dengan mengEsakanNya, dan
tunduk serta patuh terhadapNya dengan melaksanakan ketaatan (melaksanakan
syari'atNya), serta berlepas diri dari perbuatan syirik dan para pelakunya." (Al-Ushul ats-
Tsalatsah, Syaikh Muhammad bin Sulaiman at-Tamimi).

Makna Islam terdapat tiga unsur pokok yaitu:

1. Menyerahkan diri kepada Allah dengan mengEsakan-Nya.Berserah diri sepenuhnya


kepada Allah dengan cara hanya beribadah kepadaNya semata dan tidak beribadah
kepada selain-Nya. Segala bentuk ibadahnya juga harus diniatkan dan ditujukan
hanya kepada Allah Ta'ala semata. Inilah salah satu bentuk pengamalan tauhid.
2. Tunduk serta patuh terhadap-Nya dengan melaksanakan ketaatan. Artinya, seorang
muslim harus menundukkan segala bentuk ketaatan kepada Allah dengan
melaksanakan segala perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya yang berupa ibadah-ibadah
wajib seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan, zakat, haji (bagi yang mampu), atau
ibadah-ibadah yang lainnya. Kemudian agar ibadah yang kita lakukan diterima oleh
Allah, sebelum kita melakukannya maka kita harus terlebih dahulu mengetahui
apakah ibadah yang akan kita lakukan tersebut sudah sesuai dengan syari'at Allah.
3. Berlepas diri dari perbuatan syirik dan para pelakunya. Ulama sepakat bahwa syirik
adalah dosa paling besar yang pelakunya tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah
Ta'ala apabila tidak segera bertaubat kepadaNya. Dan Allah mengancam pelaku
kesyirikan dengan memasukkannya ke dalam neraka.

Dari ketiga makna Islam tersebut, banyak dari kita yang sudah pasti akan berkeluh kesah jika
suatu masalah terjadi dalam kehidupannya, maka mulai sekarang berlajarlah untuk
bertawakal kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas apapun yang telah terjadi, itu memang

5
bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan namun kita sebagai umat muslim harus selalu
ingat dan berserah diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala walaupun seburuk apapun
masalah yang menempa kehidupan kita. Sebagai umat muslim, kita juga harus taat kepada
Allah Subhanahu Wa Ta'ala, segala bentuk ketaatan harus kita lakukan seperti Sholat lima
waktu dan berpuasa di bulan Ramadhan sesuai dengan syariat Islam, serta jauhkanlah
perbuatan-perbuatan buruk yang dapat membuat kita merugi di dunia maupun di akhirat
kelak. Selagi banyak perbuatan baik di dunia yang dapat mengantarkan kita menuju Syurga,
kenikmatan dunia kita dapat, kenikmatan di akhirat juga sudah pasti kita dapat. Namun,
semakin zaman berubah semakin banyak orang yang masih terbuai oleh kenikmatan dunia
yang hanya sementara dan kemudian akan hilang. Oleh karena itu, mulai sekarang jika kita
ingin melakukan suatu hal demi kepentingan diri kita sendiri untuk mencapai suatu
keuntungan atau tujuan lainnya atau melakukan suatu hal yang sudah kita tahu dapat
merugikan diri kita sendiri dan orang lain. Sebelum melakukan hal tersebut, berpikirlah
sejenak, Percayalah, masih banyak cara lain untuk mencapai tujuan yang sama tanpa harus
merugikan diri kita sendiri di dunia maupun di akhirat dan tanpa harus merugikan orang lain
juga.

2.2 SEJARAH PENERAPAN TEKNOLOGI DALAM PERADABAN ISLAM

Di era keemasan Islam, para cendekiawan Muslim telah mengelompokkan ilmu-ilmu yang
bersifat teknologis sebagai berikut; ilmu jenis-jenis bangunan, ilmu optik, ilmu pembakaran
cermin, ilmu tentang pusat gravitasi, ilmu pengukuran dan pemetaan, ilmu tentang sungai dan
kanal, ilmu jembatan, ilmu tentang mesin kerek, ilmu tentang mesin-mesin militer serta ilmu
pencarian sumber air tersembunyi. Para penguasa dan masyarakat di zaman kekhalifahan
Islam menempatkan para rekayasawan (engineer) dalam posisi yang tinggi dan terhormat.
Mereka diberi gelar muhandis. Banyak di antara ilmuwan Muslim, pada masa itu, yang juga
merangkap sebagai rekayasawan.

Al-Kindi, misalnya, selain dikenal sebagai fisikawan dan ahli metalurgi adalah seorang
rekayasawan. Selain itu, al-Razi juga yang populer sebagai seorang ahli kimia juga berperan
sebagai rekayasawan. Al-Biruni yang masyhur sebagai seorang astronom dan fisikawan juga
seorang rekayasawan.

6
Selain itu, peradaban Islam juga telah mengenal ilmu navigasi, ilmu tentang jam, ilmu
tentang timbangan dan pengkuran serta ilmu tentang alat-alat genial. Menurut al-Hassan,
teknik mesin dan teknik sipil yang digolongkan sebagai ilmu matematika, bukan satu-satunya
subyek teknologis yang dikelompokkan sebagai sains. Para ilmuwan Muslim memberi
perhatian pada semua jenis pengetahuan praktis, mengklasifikasi ilmu-ilmu terapan dan
subyek-subyek teknologis berdampingan dengan telaah-telaah teoritis,'' ungkap Ahmad Y al-
Hassan dan Donald R Hill dalam Islamic Technology: An Illustrated History. Sejumlah
kitab dan risalah yang ditulis para ilmuwan Muslim tercatat telah mengklasifikasi ilmu-ilmu
terapan dan teknologis. Menurut al-Hassan, hal itu dapat dilihat dalam sederet buku atau
kitab karya cendikiawan Muslim, seperti; Mafatih al-Ulum, karya al-Khuwarizmi; Ihsa al-
Ulum (Penghitungan Ilmu-ilmu) karya al-Farabi, Kitab al-Najat, (Buku Penyelamatan) karya
Ibnu Sina dan buku-buku lainnya.

Para rekayasawan Muslim telah berhasil membangun sederet karya besar dalam bidang
teknik sipil berupa; bendungan, jembatan, penerangan jalan umum, irigasi, hingga gedung
pencakar langit. Sejarah membuktikan, di era keemasannya, peradaban Islam telah mampu
membangun bendungan jembatan (bridge dam). Bendung jembatan itu digunakan untuk
menggerakkan roda air yang bekerja dengan mekanisme peningkatan air. Bendungan
jembatan pertama dibangun di Dezful, Iran.

Bendung jembatan itu mampu menggelontorkan 50 kubik air untuk menyuplai kebutuhan
masyarakat Muslim di kota itu. Setelah muncul di Dezful, Iran bendung jembatan juga
muncul di kota-kota lainnya di dunia Islam. Sehingga, masyarakat Muslim pada masa itu
tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Selain itu, di era kekhalifahan para insinyur Muslim juga sudah mampu membangun
bendungan pengatur air diversion dam. Bendungan ini digunakan untuk mengatur atau
mengalihkan arus air. Bendungan pengatur air itu pertama kali dibangun insinyur Muslim di
Sungai Uzaym yang terletak di Jabal Hamrin, Irak. Setelah itu, bendungan semacam itu pun
banyak dibangun di kota dan negeri lain di dunia Islam.

Pencapaian lainnya yang berhasil ditorehkan insinyur Islam dalam bidang teknik sipil adalah
pembangunan penerangan jalan umum. Lampu penerangan jalan umum pertama kali
dibangun oleh kekhalifahan Islam, khususnya di Cordoba. Pada masa kejayaannya, pada

7
malam hari jalan-jalan yang mulus di kota peradaban Muslim yang berada di benua Eropa itu
bertaburkan cahaya.

Selain dikenal bertabur cahaya di waktu malam, kota-kota peradaban Islam pun dikenal
sangat bersih. Ternyata, pada masa itu para insinyur Muslim sudah mampu menciptakan
sarana pengumpul sampah, berupa kontainer. Sesuatu yang belum pernah ada dalam
peradaban manusia sebelumnya.

2.3 Cara Pandang Barat Terhadap Teknologi

Menurut catatan sejarah, bangsa Barat berhasil mengambil khazanah ilmu pengetahuan yang
telah dikembangkan lebih dahulu oleh kaum muslimin. Kemudian mereka
mengembangkannya di atas paham materialisme tanpa mengindahkan lagi nilai-nilai Islam
sehingga terjadilah perubahan total sampai akhirnya terlepas dari sendi-sendi kebenaran. Para
ilmuwan Barat dari abad ke abad kian mendewa-dewakan rasionalitas bahkan telah
menuhankan ilmu dan teknologi sebagai kekuatan hidupnya. Mereka menyangka bahwa
dengan iptek mereka pasti bisa mencapai apa saja yang ada di bumi ini dan merasa dirinya
kuasa pula menundukkan langit bahkan mengira akan dapat menundukkan segala yang ada di
bumi dn langit. Tokoh-tokoh mereka merasa mempunyai hak untuk memaksakan ilmu
pengetahuan dan teknologinya itu kepada semua yang ada di bumi agar mereka bisa mendikte
dan memberi keputusan terhadap segala permasalahan di dunia. Sebenarnya masyarakat
Barat itu patut dikasihani karena akibat kesombongannya itu mereka lupa bahwa manusia
betapapun tingg kepandaiannya hanya bisa mengetahui kulit luar atau hal-hal yang lahiriah
saja dari kehidupan semesta alam. Mereka lupa bahwasanya manusia hanya diberi ilmu
pengetahuan yang sedikit dari kemahaluasan ilmu Allah. Di atas orang pintar ada lagi yang
lebih pintar. Dan sungguh Allah SWT benci kepada orang yang hanya tahu tentang dunia
tetapi bodoh tentang kebenaran yang ada di dalamnya.

8
2.4 Pandangan Islam Tentang IPTEK
Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah swt berupa “alat” untuk mencapai dan
membuka kebenaran.

Hidayah tersebut adalah

(1) indera, untuk menangkap kebenaran fisik


(2) naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara pribadi
maupun sosial
(3) pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan tiga
jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga merupakan
penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi
(4) imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan
pengetahuannya
(5) hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran tingkah
laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.

Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK yang


sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-norma
Islam dengan perkembangan tersebut.

Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan


muslim dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok

(1) Kelompok yang menganggap IPTEK modern bersifat netral dan berusaha
melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Quran yang
sesuai
(2) Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajari
sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami
(3) Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya. Untuk
kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir istilah
“islamisasi ilmu pengetahuan”.

9
Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan
ilmu non-agama. Sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia
merupakan “jalan” untuk menemukan kebenaran Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut
Islam haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-
bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritialitas,
martabat manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan
membawa manusia ketingkat yang lebih rendah martabatnya.

Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang islami
adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia dan
meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt. Kebenaran IPTEK menurut Islam adalah
sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri.

IPTEK akan bermanfaat apabila

(1) mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya


(2) dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik)
(3) dapat memberikan pedoman bagi sesama
(4) dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat dikatakan
mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti luas.

Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek:

1. Berseberangan atau bertentangan.


2. Bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai
3. Tidak bertentangan satu sama lain
4. Saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek
mendasari penghayatan agama.

10
Pola hubungan

1. Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang
dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini,
pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran agama
dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran ilmu
pengetahuan. Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan cenderung untuk
menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh manusia. Pola
hubungan pertama ini pernah terjadi di zaman Galileio-Galilei. Ketika Galileo
berpendapat bahwa bumi mengitari matahari sedangkan gereja berpendapat bahwa
matahari lah yang mengitari bumi, maka Galileo dipersalahkan dan dikalahkan. Ia
dihukum karena dianggap menyesatkan masyarakat.
2. Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika
kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat
disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-
satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing-
masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran agama dipisahkan
sama sekali dari kebenaran ilmu pengetahuan. Konflik antara agama dan ilmu, apabila
terjadi, akan diselesaikan dengan menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda.
Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek tidak dikaitkan dengan
penghayatan dan pengamalan agama seseorang karena keduanya berada pada wilayah
yang berbeda. Baik secara individu maupun komunal, pengembangan yang satu tidak
mempengaruhi pengembangan yang lain. Pola hubungan seperti ini dapat terjadi
dalam masyarakat sekuler yang sudah terbiasa untuk memisahkan urusan agama dari
urusan negara/masyarakat.
3. Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran
agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling
mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama
tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali. Dalam masyarakat di mana pola hubungan
seperti ini terjadi, penghayatan agama tidak mendorong orang untuk mengembangkan
iptek dan pengembangan iptek tidak mendorong orang untuk mendalami dan
menghayati ajaran agama. Keadaan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler.
Karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan pemisahan agama dan

11
negara/masyarakat, maka. ketika agama bersinggungan dengan ilmu, persinggungan
itu tidak banyak mempunyai dampak karena tampak terasa aneh kalau dikaitkan.
Mungkin secara individu dampak itu ada, tetapi secara komunal pola hubungan ini
cenderung untuk tidak menimbulkan dampak apa-apa.
4. Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola
hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama
dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori,
pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung
pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama,
pengembangan iptek mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung
pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan
demikian pula sebaliknya.

Dalam wujud pertama, pendalaman dan penghayatan ajaran agama akan mendukung
pengembangan iptek walau pengembangan iptek tidak akan mendorong orang untuk
mendalami ajaran agama. Sebaliknya, dalam wujud ke dua, pengembangan iptek akan
mendorong orang untuk mendalami dan menghayati ajaran agama walaupun tidak sebaliknya
terjadi. Pada wujud ke tiga, pengembangan iptek akan mendorong orang untuk lebih
mendalami dan menghayati ajaran agama dan pendalaman serta penghayatan ajaran agama
akan mendorong orang untuk mengembangkan iptek.

Adapun alasan mengapa kita harus menguasai IPTEK, terdapat tiga alasan pokok, yakni:

1. Ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-negara
barat. Ini fakta, tidak bisa dipungkiri.
2. Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di negara-
negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.
3. Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan
IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat Islam
sibuk sendiri, ramai sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.

12
2.5 Hakekat Teknologi menurut Al-Qur'an

Mengenai hakekat teknologi dalam Surat Luqman (31:20):

"Tiadakah kamu perhatikan, bahwa Allah menundukan untukmu. Apa-apa yang di langit
dan apa-apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-nikmat-Nya yang dzahir
dan yang batin...." (QS. Luqman: 31;20).

Maksudnya, dalam Surat Luqman bahwa alam ditundukkan Allah pada manusia, bukan
manusia yang menundukkannya melalui teknologi seperti dalam kepercayaan Barat
sekuler mengenai teknologi. Teknologi, pada hakekatnya adalah bagian dari
penyempurnaan nikmat-nikmat Allah pada manusia baik yaitu yang eksternal.

Sedangkan nikmat yang internal berupa kepuasan batiniah karena manusia telah
menyempurnakan tugasnya sebagai khalifah yang memakmurkan bumi dan beribadah
kepada Allah sebagai abdi-Nya. 'Abid dan khalif adalah dua peran mendasar manusia
sebagai makhluk pilihanNya.

2.6 Pentingnya Umat Beragama Mengikuti Perkembangan IPTEK

Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langakah pemikiran untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan iptek. Hubungan agama dan iptek berdasarkan tinjauan
ideology yang mendasari hubungan keduanya, terdapat tiga jenis paradigma:
1. Paradigma sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek adalah
terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideology sekularisme barat, agama telah
dipisahkan dari kehidupan. Agama hanya dibatasi peranannya dalam hubungan
pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan umum
(public).
Paradigma ini mencapai kematangan pada akhir abar 19 di Barat sebagai jalan
keluar dari kontradiksi ajaran Kristen dengan penemuan ilmu pengetahuan
modern. Semula ajaran Kristen dijadikan sebagai standar kebenaran ilmu
pengetahuan. Tapi ternyata banyak ayat Bible yang berkontradiksi dan tidak
relevan dengan fakta ilmu pengetahuan. Contohnya, dalam ajaran gereja yang
resmi, bumi itu datar seperti halnya meja dengan empat sudutnya. Padahal

13
faktanya bumi itu bulat berdasarkan penemuan ilmu pengetahuan yang diperoleh
dari hasil pelayaran Magellan.
Kalau konsisten dengan ajaran gereja, menurut Adian Husaini, maka fakta sains
bahwa bumi bulat tentu harus dikalahkan oleh teks Bible. Ini tidak masuk akal
dan problematis. Maka agar tidak problematis, ajaran Kristen dan ilmu
pengetahuan akhirnya dipisahkan satu sama lain dan tidak boleh saling intervensi.
2. Paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideology sosialisme yang menafikan
eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada hubungan dan kaitan apapun
dengan iptek. Iptek bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari
agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler, tapi lebih ekstrem. Dalam
paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekuleristik, yaitu tidak dinafikan
keberadaannya, tapi hanya dibatasi peranannya dalam hubungan vertical antara
manusia dan Tuhannya. Sedangkan dalam paradigma sosialis, agama dipandang
secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama
sekali dengan iptek
3. Ketiga, paradigma islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah
dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah islam menjadi basis dari segala ilmu
pengetahuan. Aqidah islam yang terwujud dalam al-Qur’an dan al-Hadits menjadi
qa’idah fikriyah, yang menjadi landasan pemikiran dan ilmu pengetahuan.
Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya
berdasarkan aqidah islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari
ayat yang pertama kali turun :
“Bacalah dengan( menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan” (al-‘alaq: 1)
Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh
berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi pemikirannya itu tidak boleh lepas
dari aqidah islam. Karena iqra’ haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap
berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam.

Rasulullah SAW meletakkan Aqidah Islam yang berasas La ilaha illallah Muhammad
Rasulullah sebagai asas ilmu pengetahuan. Beliau mengajak memeluk Aqidah Islam lebih
dulu, lalu setelah itu menjadikan aqidah tersebut sebagaipondasi dan standar bagi berbagai
pengetahuan. Ini dapat ditunjukan misalnya dari suatu peristiwa ketika di masa Rasulullah
SAW terjadi gerhana matahari, yang bertepatan dengan wafatnya putra beliau (Ibrahim).

14
Orang-orang berkata, “gerhana matahari ini terjadi karena meninggalnya Ibrahim.” Maka
Rasulullah SAW segera menjelaskan.
“sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau kelahiran
seseorang, akan tetapi keduanya termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah. Dengan-Nya Allah
memperingatkan hamba-hamba-Nya…” (HR. Muslim)
Dengan jelas kita tahu bahwa Rasulullah SAW telah meletakkan Aqidah Islam sebagai dasar
ilmu pengetahuan, sebab beliau menjelaskan, bahwa fenomena alam adalah tanda keberadaan
dan kekuasaan Allah, tidak ada hubungan dengan nasib seseorang.
Inilah paradigma Islam yang menjadikan Aqidah Islam sebagai dasar segala pengetahuan
seorang muslim. Paradigma inilah yang telah mencetak muslim-muslim yang taat dan shaleh
tapi sekaligus cerdas dalam iptek. Itulah hasil dan prestasi cemerlang dari paradigma Islam
ini yang dapat dilihat pada masa kejayaan dunia islam antara tahun 700-1400 M. pada masa
inilah dikenal nama Jabir bin Hayyan (w. 721) sebagai ahli kimia termasyur, al-Khawarizmi
(w. 780) sebagai ahli matematika dan astronomi, al-Razi (w. 884) sebagai pakar kedokteran,
aphtamologi, dan kimia, dan masih banyak lagi.
Peran agama Islam dalam perkembangan SAINS dan IPTEK adalah menjadikan aqidah Islam
sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Namun saat ini, banyak umat islam yang mengikuti
paradigma sekuler dan tidak menjadikan aqidah islam sebagai landasan ilmu pengetahuan.
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran
(qa’idah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadikan
Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadikannya
sebagai standar bagi segala ilmu pengetahuan.
Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan
diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
Selain itu, syariat islam yang lahir dari Aqidah Islam dijadikan sebagai standar bagi
pemanfaatan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang
seharusnya digunakan umat Islam, bukan standar manfaat pragmatisme/ utilitarianisme
seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur bahwa boleh tidaknya pemanfaatan
IPTEK didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam
boleh memanfaatkan IPTEK jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu
aspek IPTEK telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
memanfaatkannya, walaupun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan
manusia.

15
Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti
amat bermanfaat. Dengan ditemukannya mesin jahit, dalam 1 menit bisa dilakukan sekitar
7000 tusukan jarum jahit. Bandingkan kalau kita menjahit dengan tangan, hanya bisa 23
tusukan per menit. Lalu di abad XIX Orang Eropa perlu dua minggu untuk memperoleh
berita pembunuhan Presiden Abraham Lincoln. Tapi pada 1969, dengan sarana komunikasi
canggih, dunia hanya perlu waktu 1,3 detik untuk mengetahui kabar pendaratan Neil
Amstrong di bulan. Tapi di sisi lain, tak jarang IPTEK berdampak negatif karena merugikan
dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Misalnya, bom atom pada tahun 1945
telah menewaskan ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasaki. Dan juga dengan di
temukannya senjata api, hal itu meningkatkan angka kriminalitas seperti perampokan dan
pembunuhan. Kloning hewan rintisan Ian Willmut yang sukses menghasilkan domba kloning
bernama Dolly, akhir-akhir ini diterapkan pada manusia (human cloning). Proses kloning
inilah yang memberikan dampak paling negatif bagi umat manusia, yaitu menumbuhkan rasa
tidak percayanya keberadaan Tuhan sebagai Sang Pencipta karena manusia menggangap
bahwa mereka telah sanggup untuk menciptakan dirinya sendiri.
Di sinilah peran agama sebagai pedoman hidup manusia menjadi sangat begitu
penting. Agama dapat menuntun kembali manusia agar memperoleh dampak IPTEK yang
positif saja, dan mengeliminasi dampak negatif seminimal mungkin. Namun sekarang ini,
posisi agama sangat tertinggal jauh dengan perkembangan IPTEK. Banyak manusia
berlomba-lomba untuk melakukan pengembangan IPTEK tanpa diiringi dengan unsur Etika
dan Agama. Sedangkan Agama dan IPTEK harus berjalan dengan seirama, karena Agama
diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad bertujuan untuk dijadikan pedoman dan
mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dengan manusia lain, dengan makhluk
hidup lain, dengan alam dan dengan Tuhan-nya. Jadi apapun kreasi yang diciptakan oleh
manusia harus sesuai dengan yang diajarkan oleh agama dan tidak boleh menyimpang.
Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan,
sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Selain itu,
syariat islam yang lahir dari Aqidah Islam dijadikan sebagai standar bagi pemanfaatan IPTEK
dalam kehidupan sehari-hari.
Di sinilah peran agama sebagai pedoman hidup manusia menjadi sangat begitu
penting. Agama dapat menuntun kembali manusia agar memperoleh dampak IPTEK yang
positif saja, dan mengeliminasi dampak negatif seminimal mungkin.

16
2.7 Dampak Positif dan Negatif teknologi.

Islam sangat mendukung umatnya dalam melakukan dan mencoba hal baru demi kemajuan
dan berpengaruh positif bagi kehidupan umatnya. Saat ini, teknologi semakin maju sehingga
banyak yang melibatkan teknologi untuk menyelesaikan aktivitasnya.

Namun, dalam menggunakan teknologi terdapat sisi positif dan negatif. Sisi positif dari
teknologi seperti Dalam teknologi informatika dapat digunakan sebaga sarana Dakwah Islam,
teknologi juga dapat mempermudah kita dalam membaca Al-Qur'an (terdapat aplikasi Al-
Qur'an) ketika kita tidak membawa Al-Qur'an disaat kita lagi berpergian atau disaat ada
aktivitas diluar rumah, selain itu, dapat memperoleh informasi, memudahkan dalam
berkomunikasi, dan efektif serta efisien. Perkembangan teknologi dapat meningkatkan
kualitas hidup manusia dan dapat mempermudah manusia dalam menjalankan aktivitasnya.
Teknologi saat ini sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia.

Sisi negatif dari teknologi adalah lupa akan kewajiban untuk beribadah, suka menunda-nunda
dalam beribadah seperti Sholat lima waktu, serta dapat membahayakan proses pertumbuhan
anak, merusak jiwa pengguna teknologi, dan ketergantungan menggunakan teknologi.

Banyak anak yang sudah kecanduan menggunakan handphone (hp) sehingga sudah
melupakan aktivitas anak-anak seperti pada umumnya yaitu belajar, misalnya dahulu anak-
anak pada sore hari sudah pergi ke tempat pengajian atau ke masjid memeluk iqra' dan Al-
Qur'an untuk mengaji, sekarang anak-anak setiap hari bahkan setiap detik selalu
menggenggam Handphone, selain itu,terdapat penyalahgunaan terhadap pemanfaatan
teknologi atau internet, salah satunya digunakan untuk melakukan penipuan serta banyak
orang yang mudah percaya tentang informasi yang beredar padahal belum tentu informasi
tersebut valid atau benar adanya.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengertian IPTEK adalah adalah semua suatu hal yang terkait dengan tehnologi, baik
itu penemuan yang paling baru yang berkaitan dengan tehnologi maupun perubahan di bagian
tehnologi tersebut. Hubungan agama dan iptek berdasarkan tinjauan ideology yang mendasari
hubungan keduanya, terdapat tiga jenis paradigma yaitu, Paradigma Suke

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/alfiubaidillah/5c1a316f43322f3547548463/pandangan-islam-
terhadap-perkembangan-teknologi
https://www.kompasiana.com/rosyidaaula/5bebfc45677ffb1e495306d5/peran-agama-dalam-
perkembangan-teknologi
https://medium.com/teknomuslim/pemanfaatan-teknologi-dalam-islam-cd0ace7f67d7

19

Anda mungkin juga menyukai