Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KELOMPOK

FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN


“Konsep dan Aplikasi Middle Range Theory”

Dosen Pengampu :
Nelwati, SKp., MN., PhD

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :


Al Hanifah Armes (2011316031)
Oktaghina Jennisya (2011316032)
Raisatul Mahmudah (2011316033)
Teguh Wiradharma (2011316034)
Dera Rahmi Gusti Fauzia (2011316035)
Fitriatul Munawwaroh (2011316036)
Vivi Ramadhani (2011316037)
Pendi Gunawan Syah (2011316038)
Anggi Putri Nurpha (2011316039)
Andini Delly Putri (2011316040)

PROGRAM B STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul:
“Konsep dan Aplikasi Middle Range Theory”

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kesalahan, berkat
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak maka
makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa
hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, tim penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Padang, 16 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………….............1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………............2
C. Tujuan Penulisan...............………………………………………………………………...2
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………………................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Middle Range Theory............................................................……….……………3
B. Aplikasi Middle Range Theory..............................................................….........................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………….…...............24
B. Saran……………………………………………………………………………..............24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori Middle Range yang merupakan level kedua dari teori keperawatan. Teori Middle
Range cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada
populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset dan praktek,
middle range theory lebih banyak digunakan dari pada grand theory, dan dapat diuji
dalam pemikiran empiris. Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan
keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang
bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset keperawatan
dan diimplementasikan didalam praktek keperawatan.

Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan yang


bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit
dengan pendekatan proses keperawatan. Pelayanan keperawatan yang berkualitas
didukung oleh pengembangan teori dan model konseptual keperawatan. Asuhan
keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dan rasional dalam menyelesaikan masalah
keperawatan yang ada, dengan pendekatan yang dilakukan tersebut bentuk penyelesaian
masalah keperawatan dapat terarah dan terencana dengan baik, dimana dalam asuhan
keperawatan terdapat beberapa tahap yaitu pengkajian, penegakkan diagnosa,
perencanaan, implimentasi tindakan, dan evaluasi.

Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan


harapan dapat menjadi kerangka berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami
konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan askep dalam praktek
keperawatan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Middle Range Theory?
2. Bagaimana Aplikasi Middle Range Theory?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu memahami mengenai Middle Range Theory
2. Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa mampu mengetahui Konsep Middle Range Theory
b. Mahasiswa mampu mengetahui mengenai Aplikasi Middle Range Theory

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman
penulis tentang konsep danaplikasi Middle Range Theory
2. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
Hasil makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi civitas akademik
dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta dapat dijadikan sebagai bahan untuk
kelengkapan perpustakaan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Middle Range Theory


1. Pengertian Middle Range Theory
Middle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide / gagasan
yang saling berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada
realitas keperawatan (Smith dan Liehr, 2008). Teori-teori ini terdiri dari
beberapa konsep yang saling berhubungan dan dapat digambarkan dalam
suatu model. Middle range theories dapat dikembangakan pada tatanan
praktek dan riset untuk menyediakan pedoman dalam praktik dan riset /
penelitian yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan. Hubungan antara
penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori
Middle Range amat penting dalam disiplin praktik, selain itu Walkerand Avant
(1995) mempertahankan bahwa middle range theories menyeimbangkan
kespesifikannya dengan konsep ekonomi secara normal yang nampak dalam
grandteori. Akibatnya middle range teori memberikan manfaat bagi
perawat, mudah diaplikasikan dalam praktik dan cukup abstrak secara ilmiah.

Mid-range theories berfokus pada konsep peminatan perawat dan


mencakup nyeri, empati, berduka, konsep diri, harapan, kenyamanan,
martabat dan kualitas hidup. Chinn dan Kramer (1995), mengatakan
bahwa middle range theory sesuai dengan lingkup fenomena yang
relatif luas tetapi tidak mencakup keseluruhan fenomena yang ada dan
merupakan masalah pada disiplin ilmu. Contoh yang mewakili middle range
teori adalah teori meredakan nyeri dalam keperawatan.

2. Perbandingan dengan Level Teori yang Lain

3
Middle range theory cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan
praktik, cukup umum pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang
sama. Sebagai petunjuk riset dan praktek, middle range theory lebih banyak
digunakan dari pada grand theory, dan dapat diuji dalam pemikiran empiris.
Bila dibandingkan dengan grand teori, middle range theory ini lebih konkrit.
Merton (1968) yang berberperan dalam pengembangan middle range theory,
mendefinisikan teori ini sebagai sesuatu yang minor tetapi penting dalam
penelitian dan pengembangan suatu teori. Sependapat dengan Merton,
beberapa penulis keperawatan mengemukakan middle range theory jika
dibandingkan dengan grand theory:
a. Ruang lingkupnya lebih sempit
b. Lebih konkrit, fenomena yang disajikan lebih spesifik
c. Terdiri dari konsep dan proposisi yang lebih sedikit
d. Merepresentasikan bidang keperawatan yang lebih spesifik/ terbatas
e. Lebih dapat diuji secara empiris
f. Lebih dapat diaplikasikan secara langsung dalam tatanan praktik

3. Pengelompokan Teori
Berdasarkan pengelompokkannya Middle Range Theory dikelompokkan oleh
beberapa penyusun buku menurut:
a. Peterson & Bredow (2004) mengklasifikasikan middle range theories ke
dalam tipe-tipe :
1) Tipe fisiologis
2) Tipe kognitif
3) Tipe emosional
4) Tipe sosial
5) Tipe integrative
b. Tomey & Alligood (2006), berdasar tema masing-masing teori:
1) Illness trajectory (Wiener & Dodd, 1993)
2) Tidal Model (Phil Barker, 2001)

4
3) Comfort (Kolcaba, 1992)
4) Peacefull end of life (Ruland & More, 1998) dan sebagainya

4. Ciri-Ciri Middle Range Theory


Terdapat beberapa ahli yang mengeluarkan pendapatnya mengenai ciri ciri
dari middle range theory, beberapa ahli tersebut adalah:

a. Menurut Mc. Kenna h.p. (1997) : middle range theory memiliki ciri-ciri
seperti:
1) Bisa digunakan secara umum pada berbagai situasi
2) Sulit mengaplikasikan konsep ke dalam teori
3) Tanpa indikator pengukuran
4) Masih cukup abstrak
5) Konsep dan proposisi yang terukur
6) Inklusif
7) Memiliki sedikit konsep dan variabel
8) Dalam bentuk yang lebih mudah diuji
9) Memiliki hubungan yang kuat dengan riset dan praktik
10) Dapat dikembangkan secara deduktif, retroduktif. Lebih sering secara
induktif menggunakan studi kualitatif
11) Mudah diaplikasikan ke dalam praktik, dan bagian yang abstrak
merupakan hal ilmiah yang menarik
12) Berfokus pada hal-hal yang menjadi perhatian perawat.
13) Beberapa di antaranya memiliki dasar dari grand teori
14) Mid-range theory tumbuh langsung dari praktik.

b. Menurut Meleis, A. I. (1997) middle range theory memiliki ciri seperti:


1) Ruang lingkup terbatas,
2) Memiliki sedikit abstrak,
3) Membahas fenomena atau konsep yang lebih spesifik, dan

5
4) Merupakan cerminan praktik (administrasi, klinik, pengajaran)

c. Menurut Whall (1996) middle range theory memiliki beberapa ciri,


seperti:
1) Konsep dan proposisi spesifik tentang keperawatan
2) Mudah diterapkan
3) Bisa diterapkan pada berbagai situasi
4) Proposisi bisa berada dalam suatu rentang hubungan sebab akibat

5. Perkembangan Middle Range Theory


Liehr & Smith (1999) menjelaskan bahwa perkembangan middle range theory
bersumber pada proses intelektual yang meliputi:
a. Teori induktif yang membangun teori melalui riset
b. Teori deduktif yang berasal dari grand theory
c. Kombinasi dari teori keperawatan dan non keperawatan
d. Sintesa teori yang berasal dari penelitian yang telah terpublikasi
e. Mengembangkan teori dari pedoman praktik klinik

6. Penggunaan Middle Range Theory


Middle range theory telah digunakan dalam bidang praktik dan penelitian.
Teori ini mampu menstimulasi dan mengembangkan pemikiran rasional dari
penelitian. Serta membimbing dalam pemilihan variable dan pertanyaan
penelitian. Menurut Lenz (1998) Middle Range Teori dapat membantu praktik
dengan memfasilitasi pemahaman terhadap perilaku klien dan memungknkan
untuk menjelaskan beberapa efektifitas dari intervensi.

Review terhadap beberapa penelitian yang dipublikasikan mengungkapkan


penggunaan Middle Range Teori dalam penelitian keperawatan masih cukup
luas dan sebagian besar Middle Range Teori berasal dari disiplin ilmu lain.

6
Hal ini sangat jelas ketika kita membandingkan seberapa sering Middle Range
Teori dan Grand Teori dikutip dalam literatur penelitian keperawatan. Dari
173 penelitian, yang diidentifikasi menggunakan teori adalah 79 (45%) dan
dari 79 penelitian tersebut diidentifikasi hanya 25 penelitian yang benar-benar
menggunakan teori keperawatan dan 54 lainnya menggunakan mengadopsi
dari disiplin ilmu lainnya dan kebanyakan dari ilmu psikologi.

7. Kontroversi Tentang Middle Range Teori


Identifikasi middle Range Teori telah cukup jelas. Disisi lain Chenitz, seorang
penulis utama dari Entry into a Nursing Home as Status Passage, memasukan
teori ini ke dalam praktikal teori ini, sedangkan yang lainnya memasukkan ke
dalam middle range teori kedalam analisis dasar Middle Range Teori
“Pertanyaan tentang Middle Range teori bukanlah merupakan sesuatu
pernyataan hitam dan putih namun memiliki definisi yang jelas. Middle Range
Teori mengandung nilai abstrak, tidak terlalu luas namun juga tidak terlalu
sempit, tetapi berada pada kondisi dipertengahan. Untuk mencegah salah
penafsiran dalam pemahaman terhadap teori, para penemu teori harus
memberikan Identitas Teori terhadap komponen konsep dalam teori tersebut.

Menurut McEwen & Wills (2007), teori middle range mempunyai


karakteristik yang tidak komprehensif tetapi fokusnya sempit, beberapa
generalisasi melintasi tatanan dan spesialisasi, jumlah konsep yang terbatas,
proposisi yang dinyatakan jelas, dan bisa menghasilkan hipotesis yang dapat
diuji. Ketidakakuratan dari middle range teori hanya salah satu dari sekian
banyak kritik terhadap teori ini. Selain hal tersebut, ketidakjelasan definisi
middle range teori telah dikritisi untuk membedakannya dengan Grand Teori
karena mampu untuk diuji meggunakan ide postif –logis.

8. Tokoh-Tokoh Middle Range Theory


Terdapat beberapa tokoh dalam pengembangan middle range theory ini, yaitu:

7
a. Ramona T. Mercer, mengembangkan salah satu model konseptual
keperawatan yang mendasari keperawatan meternitas.
b. Katharine Kolcaba, mengembangkan Teori Kenyamanan melalui tiga jenis
pemikiran logis (Induksi, Deduksi, Retroduksi)
c. Pamela G.Reed, mengembangkan Teori Self Transendensi
d. Carolyn L Wiener and Marylin J. Dodd, mengembangkan Theory of
Illness Trajectory
e. Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke, and Margaret A.
Hainsworth, mengembangkan Theory of Chronic Sorrow
f. Phil Barker, mengembangkan The Tidal Model of Mental Health
Recovery
g. Kristen Swanson, mengembangkan Theory of Caring
h. Cheryl Tatano Beck, mengembangkan Postpartum Depression Theory
i. Cornelia M. Ruland and Shirley M. Moore, mengembangkan Peaceful
End-of-Life Theory

9. Penggunaan Bukti Empiris


Teori EOL damai didasarkan pada bukti empiris yang berasal dari kedua
pengalaman langsung dari perawat ahli dan mengkaji secara menyeluruh
literatur menangani beberapa komponen teori. Para standart perawatan terdiri
dari praktek terbaik berdasarkan bukti penelitian yang diturunkan di bidang
nyeri, kenyamanan gizi manajemen, dan teori preskriptif relaxation. Ruland
dan Moore (1998) mengidentifikasi enam pernyataan teoritis untuk teori
mereka sebagai berikut:
a. Monitoring dan mengelola rasa sakit dan menerapkan intervensi
farmakologis dan nonpharmacologic kontribusi dari pengalaman pasien
tidak sakit.

8
b. Mencegah, pemantauan dan menghilangkan ketidaknyamanan fisik,
memfasilitasi istirahat, relaksasi dan kepuasan, dan mencegah komplikasi
berkontribusi dengan pengalaman pasien kenyamanan.
c. Termasuk yang lain pasien dan signifikan dalam pengambilan keputusan
tentang perawatan pasien, memperlakukan pasien dengan martabat, empati
dan rasa hormat dan menjadi perhatian terhadap pasien menyatakan
kebutuhan, keinginan, dan preferensi berkontribusi dengan pengalaman
pasien martabat dan rasa hormat.
d. Memberikan dukungan emosional, pemantauan dan pertemuan pasien
menyatakan kebutuhan untuk obat antiansietas, kepercayaan inspirasi,
memberikan yang lain pasien dan signifikan dengan bimbingan dalam
masalah-masalah praktis dan memberikan kehadiran fisik orang lain
peduli apakah berkontribusi diinginkan untuk pengalaman pasien merasa
damai.
e. Fasilitasi dan berpatisipasi signifikan dalam perawatan pasien, empati
kesedihan orang lain, kekhawatiran dan pertanyaan dan memfasilitasi
peluang untuk kedekatan keluarga kepada orang lain yang signifikan atau
orang yang peduli.
f. Pengalaman pasien tidak sakit, kenyamanan, martabat, dan rasa hormat
yang damai, kedekatan dengan orang lain yang signifikan atau orang-
orang yang peduli berkontribusi sampai akhir hidup damai.

B. Aplikasi Middle Range Theory (Pamela G. Reed : Self-Transcendence Theory)


1. Konsep Pamela G. Reed : Self-Transcendence Theory
a. Biografi Pamela G. Reed
Pamela G. Reed, dilahirkan di Detroit, Michigan pada tahun 1973. Beliau
menikah dengan Gary, suaminya, dan telah memiliki 2 putri. Reed
memulai karir keperawatannya dengan bersekolah di Wayne State
University, Detroit, Michigandan tamat pada tahun 1974, lalu Reed

9
melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 dibidang kesehatan mental anak
dan remaja dan pendidikan keperawatan dan berhasilmenamatkan dan
memperoleh gelar M.S.N pada tahun 1976. Pendidikan tinggi terakhir
berikutnya, jenjang S3 (Ph.D) berhasil diselesaikannya pada tahun 1982
dengan konsentrasi mayor teori dan riset keperawatan, dengan studi minor
padaperkembangan usia dewasa dan usia lanjut (lansia).

Saat ini, Reed mengisi kegiatan sehari-harinya dengan mengajar pada


Fakultas keperawatan University of Arizona College, Tucson. Selain
mengajar, Reed juga melakukan penelitian dan memberikan pelayanan
administrasi diinstitusi yang sama sejak tahun 1983. Pengajaran dan
penelitiannya berfokus padatopik utama Well-being and Aging. Reed yang
telah menerima beberapa macampenghargaan juga merupakan pioneer
dalam riset-riset keperawatan dalam bidangkajian spiritualitas (Tomey and
Alligood, 2010).

b. Konsep Kunci Self-Transcendence Theory


Pamella G. Reed (2003) yang teorinya merupakan sintesa dari tiga
sumber. Ketiga sumber yang dimaksud antara lain (1) bahwa
perkembangan manusia sebagai proses sepanjang hayat dalam mencapai
kedewasaan termasuk didalamnya proses menua dan proses menjelang
ajal, (2) adanya factor kontekstual terhadapterjadinya ketidakseimbangan
antara manusia dan lingkungan sebagai sesuatu yang penting dalam
pengembangan, dan (3) berdasarkan pengalaman klinik dan risetyang
mengindikasikan secara klinik dilaporkan bahwa depresi pada lansia lebih
sedikit disebabkan oleh penurunan sumber pengembangan dan perasaan
sejahtera akibat penurunan kemampuan fisik dan kognitif daripada
kelompok kesehatan lansia.
Reed (1991) mengembangkan teori tentang self-transcendence dengan
menggunakan strategi “deductive reformulation“. Strategi ini digunakan

10
untuk membangun middle range theory menggunakan pengetahuan yang
diperoleh dariteori non keperawatan yang kemudian di reformulasi secara
deductive dari model konsep keperawatan. Teori non keperawatan yang
dipergunakan adalah life-span theory pada social kognitif dan
pengembangan transpersonal orang dewasa. Prinsip dari teori life-span
adalah merupakan reformulasi dari prespektif keperawatan dari Martha E.
Rogers tentang konsep kesatuan system manusia.
1) Self – Transcendence
Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah
dicapai, suatu gerak dari yang kurang baik menjadi baik dan dari baik
menjadi lebih baik.Menurut Pamela G Reed, Self Transcendence
didefinisikan sebagai pengembangankonsep diri dibatasi secara
multidimensi yaitu :
a) Inwardly (batiniah) : Melakukan refleksi introspeksi diri terhadap
pengalaman-pengalaman yang telah dialami.
b) Outwardly (lahiriah) : Diartikan pentingnya berinteraksi dengan
lingkungannya.
c) Temporally (duniawi) : Menggunakan pengalaman masa lalu
sebagai pelajaran untuk mencapai tujuan masa depan.

Self-trancendence pada awalnya didefinisikan oleh Reed (1991)


sebagai pengembangan batasan konsep diri multidimensi :
a) inward /kedalam (terhadap wawasan yang lebih luas ke dalam
kepercayaan, nilai dan mimpi seseorang) contoh melalui
pengalaman introspeksi,
b) outward/keluar (terhadap kesadaran akan hal lain dan
lingkungan),
c) temporal (masa lampau dan masa datang yang terintegrasi saat
ini).

11
Reed mendefinisikan secara menyeluruh, sebagai berikut : Self-
transcendence mengarah pada fluktuasi batasan-batasan keluar dari
seseorang (atau diri sendiri) dengan segera dan pandangan-pandangan
sempit dari diri sendiri dan dunia. Fluktuasi ini adalah
pandimensional, inward (terhadap kesadaran yang lebih besar dari
kepercayaan/keyakinan seseorang, nilai, dan cita-cita), outward
(terhadap oranglain dan lingkungan), dan temporal (terhadap
pengintegrasian masa lampau danmasa depan dengan cara
meningkatkan masa kini yang relatif).

Tahun 2003, pola lain dari perluasan batas disatukan sehingga self-
transcendence adalah kapasitas itu memperluas batasan-batasan"
transpersonally (untuk berhubungan dengan dimensi di luar dirinya)"
diri sendiri. Karena self-transcendence adalah pandimensional, ini
memungkinkan dimensi-dimensi lain bisa ditambahkan untuk
menguraikan kapasitas perluasan batas.

2) Well-Being
Didefinisikan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik,
psikologis,sosial, budaya dan spiritual yang menunjukkan suatu
kesejahteraan dan keadaanyang baik. Well-being didefinisikan sebagai
rasa “feeling whole and healthy” yang sesuai dengan kriteria sendiri
untuk wholeness and well-being (Reed, 2003). Seseorang dengan
tingkat Well-being yang tinggi menunjukkan kepuasan terhadap hidup
dan memiliki tingkat depresi yang rendah.

Kesejahteraan (well-being) didefinisikan sebagai “ perasaan merasa


utuh dan sehat, sesuai dengan salah satu kriteria untuk perasaan utuh
dan kesejahteraannya” (Reed, 2003). Reed mendefinisikan mekanisme
yang mendasari kesejahteraan pada artikel tahun 1997. Dalam artikel

12
tersebut, dia mengusulkan keperawatan semestinya “proses
keperawatan menuju kesejahteraan”. Kesejahteraan sebagai proses
keperawatan, kemudian digambarkan dengan istilah dari sintesa 2
macam perubahan : perubahan dalam kompleksitas kehidupan (contoh:
peningkatan kelemahan pada lanjut usia atau hilangnya
pasangan/orang yang dicintai), perubahan dalam integrasi
(contoh:membentuk arti dari kejadian dalam kehidupan).

3) Vulnerability
Vulnerability didefinisikan sebagai kesadaran akan kematian yang
timbul seiringdengan usia dan fase kehidupan atau selama kejadian
sakit dan krisis kehidupan (Reed,2003). Vulnerability merupakan
kesadaran seseorang akan adanya kematian, konsep vulnerable
meningkatkan kesadaran akan situasi mendekati kematian termasuk
didalamnya adalah krisis kehidupan seperti disabilitas/
ketidakmampuan/ cacat, penyakit kronik dan terminal, kelahiran dan
pengasuhan orang tua. Konsep tambahan dalam teori ini adalah faktor-
faktor moderating-mediating dan poin-poin intervensi.

4) Moderating-Mediating Factors
Faktor-faktor moderating-mediating adalah variabel-variabel yang
bersifat personal dan kontekstual Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses transendensi diri yang berkontribusi terhadap kondisi yang
baik, misalnya : jenis kelamin, usia, kemampuan kognitif, pengalaman
hidup, persepsi spiritual, lingkungan sosial dan riwayat masa lalu yang
dapat mempengaruhi hubugan antara vulnerability dan self-
transcendence dan antara self-transcendence dan well-being. Luasnya
berbagai variabel dari individu dan interaksi mereka mungkin

13
mempengaruhi proses self-transcendence juga berkontribusi menuju
kesejahteraan. Contoh variabel seperti umur, jenis kelamin,
kemampuan kognitif, pengalaman hidup, perspektif spiritual,
lingkungan sosial, dan kejadian histories. Variabel dari individu bisa
menguatkan atau melemahkan hubungan antara vulnerability dan self-
transcendence dan antara self-transcendence dengan well-being (Reed,
2003).

5) Point of Intervention
Poin-poin intervensi adalah tindakan keperawatan yang memfasilitasi
self-transcendence. Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua
point intervensi :
a) Tindakan keperawatan secara langsung berfokus pada sumber-
sumber yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap
transendensi diri.
b) Tindakan yang berfokus pada beberapa faktor personal dan
kontekstual yangmempengaruhi hubungan antara transendensi diri
dan vulnerabel ; hubungan antar transendensi diri dan keadaan
baik/sehat.

Tiga hal dibangun dengan menggunakan tiga konsep dasar tersebut,


yaitu :
a) Self-transcendence lebih besar pada seseorang yang menghadapi
pokok persoalan akhir dari kehidupannya sendiri daripada pada
orang yang tidak menghadapinya. Issue dari akhir kehidupan
seseorang diinterpretasikan secaraluas yang timbul dengan
peristiwa kehidupan, penyakit, lanjut usia danpengalaman lain
yang meningkatkan kesadaran akan kematian.
b) Boundaries konseptual berhubungan dengan well-being.
Tergantung pada sifatalamiahnya, fluktuasi dalam boundaries

14
konseptual mempengaruhi well-being secara positif atau negatif
melewati masa kehidupan. Sebagai contoh,peningkatan dalam
pandangan dan perilaku self-transcendence diharapkan menjadi
positif terkait dengan kesehatan jiwa sebagai suatu indicator well-
being pada orang-orang yang menghadapi akhir hidupnya.
c) Faktor-faktor manusia-lingkungan berfungsi sebagai korelasi,
moderator ataumediator dari hubungan antara vulnerability, self-
transcendence dan well-being.

c. Asumsi Mayor
Di dalam teorinya Reed, mengusulkan suatu model untuk membangun
kerangka-kerangka konseptual bahwa pendidikan keperawatan merupakan
keahlian khususklinis. di model tersebut, kesehatan diusulkan sebagai
konsep utama, di sekitar yangaktivitas ilmu perawatan pengambilalihan
model adalah bahwa fokus dari disiplin ilmuperawatan di bangunan dan
melibatkan pengetahuan untuk mempromosikan proses-proses kesehatan.
1) Kesehatan (Health)
Kesehatan, didefinisikan secara implicit sebagai proses kehidupan
yang terdiri daripengalaman positif dan negative yang digunakan oleh
manusia secara kreatif danunik untuk mencapai rasa sejahtera.
2) Keperawatan (Nursing)
Peran aktivitas perawat dalam merawat seseorang melalui proses
interpersonal danmanajemen teraupetik terhadap lingkungan, dengan
keterampilan untuk promosikesehatan an kesejahteraan.
3) Manusia
Manusia adalah seseorang yang harus dipahami sebagai individu yang
sedangberkembang sepanjang hayat mereka dalam berinteraksi dengan
orang lain dandengan lingkungan dalam perubahan yang kompleks
dan vital dimana hal tersebut bisa berkontribusi positif atau negative
dalam mencapai kesehatan dan rasa sejahtera.

15
4) Lingkungan
Keluarga, kontak social,lingkungan fisik, dan sumber komunitas
adalah lingkunganyang secara signifikan berkontribusi pada proses
kesehatan yang dapat dipengaruhi oleh keperawatan melalui
manajemen interaksi terapeutik antara manusia, objek, danaktivitas
keperawatan.

d. Hubungan antara Konsep-Konsep Mayor pada self transcendence theory


Model of self-transcendence theory (Tomey (2006) Model teori self
transcendence mengusulkan tiga macam hubungan :
1) Peningkatan vulnerability dihubungkan dengan peningkatan self
transcendence.
2) Self transcendence berhubungan secara positif dengan kesejahteraan
(well-being).
3) Faktor-faktor personal dan eksternal bisa mempengaruhi hubungan
antara vulnerability dan self transcendence dan antara self
transcendence dan well-being

Self-transcendence dapat diintegrasikan dalam berbagai situasi


hidup.Perawat dapat melakukan berbagai aktivitas untuk meningkatkan
perspektif danakivitas refleksi diri, alturisme, harapan dan
keyakinan/keimanan tentang mortalitas personal yang dikaitkan dengan
peningkatan rasa sejahtera. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
kelompok yang memiliki masalah yang sama, seperti contohnya
gathering pada kelompok cancer, ostomate, psikoterapi dan lain-lain,
dapat dijadikan media bagi seseorang untuk mencapai rasa sejahtera.
Dalam kelompok tersebut mereka dapat melakukan sharing, berbagi
pengalaman dan salingmembantu antara satu sama lain, sehingga mereka
merasa berarti.

16
Ketika seseorang merasa berarti keberadaannya untuk orang lain maupun
dirinya sendiri, maka akan timbul rasa sejahtera. Perawat dalam hal ini
berperan selaku fasilitator dalam meningkatkan self-transcendence
seseorang sedemikian rupa sehingga mampu menggali hal-hal positif dan
membangun makna yang positif dalam diri seseorang sehingga
menimbulkan rasa sejahtera ( well-being ) dalam dirinya. Perawat dapat
memfasilitasi pasien-pasien untuk melakukan self-transcendence dengan
memberikan kesempatan untuk merefleksikan berbagai hal, instropeksi
diri, menggali keyakinan diri tentang makna hidup, melihat hal-hal positif
dalam dirinya, melakukan interaksi positif dengan lingkungannya
sehingga mereka yakin bahwa mereka benar-benar merasa berarti bagi
dirinya dan orang lain, mereka merasa telah melakukan kebaikan-
kebaikan yang akan menjadi bekal dalam menghadapi kondisi terburuk
bahkan kematian sekalipun dengan tenang dan damai, pada kondisi
demikian dapat dikatakan bahwa mereka merasa sejahtera (well-being).

Sebaliknya jika seseorang merasa dirinya tidak berarti, tidak bermakna


bagi orang lain dan merasa tidak melakukan hal-hal positif dalam
hidupnya, seseorang akan merasa gagal dan merasa sia-sia selama
hidupnya sehingga akan timbul rasa tidak tenang menghadapi kondisi
kritis atau menghadapi kematian terutama bagi mereka yang memiliki
keyakinan akan diminta pertanggungjawaban terhadap perbuatan selama
hidupnya oleh Tuhan setelah mereka meninggal, rasa takut tidak dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya itulah yang menimbulkan rasa
tidak sejahtera dalam dirinya, perawat harus mencegah perasaan pasien
yang seperti itu melalui intervensi untuk menigkatkan self-transcendence
yang positif sehingga tercapai rasa sejahtera (well-being).

Self-transcendence merujuk pada fluktuasi persepsi yang melampaui


batas-batas seseorang atau dirinya melebihi batasan pandangan tentang

17
diri dan dunianya. Fluktuasi ini merupakan pandimensional yaitu
pandangan keluar (terhadap orang lain dan lingkungan), pandangan ke
dalam (terhadap kesadaran yang lebih tinggi dari kepercayaan, nilai-nilai
dan mimpi-mimpinya) dan pandangan yang bersifat temporal (terhadap
integrasi atau penyatuan masa lalu dan masa yang akan datang),dan Well-
being, diartikan sebagai rasa yang timbul dari keseluruhan perasaan
sehat,termasuk didalamnya kriteria yang ditetapkan sendiri tentang
keseluruhan perasaan sejahtera. Sehingga perawat dapat melakukan
intervensi-intervensi untuk meningkatkan personal dan contextual factor
yang mendorong seseorang untuk mampu menggalihal-hal positif
mengenai pandangannya tentang vulnerability sehingga menghasilkan
self-transcendende yang positif untuk mencapai rasa sejahtera (well-
being).

2. Aplikasi/Penerapan Self-Transcendence Theory (Pamela G. Reed)


1) Kelompok Teori
Salah satu mid-range theory adalah teori self transcendence yang
dikembangkan oleh Pamela G. Reed. Ada beberapa hal yang menjadi
pertimbangan mengapa teori self transcendence menjadi bagian dari mid-
range theory, yaitu :
a) Teori Reed mempunyai 3 konsep yaitu vulnerability, self-transcendence
dan kesejahteraan (wellness) dan memiliki 2 konsep yang lain yaitu
faktor personal danlingkungan serta petunjuk intervensi. Sangat jelas
digambarkan bahwa teori tersebutmemiliki sedikit konsep dan variabel.
b) Teori Reed dapat diaplikasikan pada berbagai situasi dan kondisi
kesehatan manusia termasuk dalam hal penyembuhan. Konsep mayor dari
teori ini dapat digunakan seseorang menghadapi kejadian hidup mulai
dari lahir, ancaman sakit dan menghadapi kejadian hidup mulai dari lahir,
ancaman sakit dan menghadapi kematian.

18
c) Sebahagian konsepnya masih bersifat cukup abstrak yaitu self-
transcendence, wellness, vulnerability, namun keabstrakan tersebut bisa
menjadi studi ilmiahmenarik untuk pengembangan teori melalui riset.
d) Teori menggunakan 3 sumber yaitu :
(1) Konseptualisasi baru dari perkembangan manusia sepanjang proses
kehidupannya.
(2) Dari grand theory Martha Rogers tentang unitary human being,
dengan teoriyang diadopsi yaitu teori tentang perkembangan life span
(masa kehidupan). Dimana teori ini menjelaskan bahwa manusia
dalam hidupnya akan mengalamiproses perkembangan yang tidak
bisa diprediksikan namun tetap memiliki poladan tujuan, ia juga
mengidentifikasi bahwa akan selalu terjadi ketidakseimbangan
hubungan antara manusia dan lingkungannya yang merupakan
kebutuhan dalam menjalankan proses perkembangan hidup.
(3) Teori Reed juga bersumber pada pengalaman-pengalaman klinik dan
riset.
e) Menggambarkan fenomena keperawatan berhubungan dengan tindakan
keperawatan yang direncanakan dan juga berorientasi pada pencapaian
tujuan/hasil yang berfokus pada klien/pasien.

2) Kritisi terhadap Self Transcendence theory


a) Clarity and Consistency
Clarity and consistency menjadi deskripsi kunci dari refleksi teori (Chinn
&Kramer, 2004). Klarifikasi digunakan untuk mendefinisikan konsep
yang sudah ada agar mudah dimengerti antar variabel. Konsistensi
diperlukan agar konsepmudah dievaluasi dari variabel yang telah
digunakan. Clarity and consistency digunakan oleh Pamela untuk
memperkuat variabel yang digunakan dalam teorinya yang mengambil
teori yang sudah ada. Salah satu contoh konsep teoriyang diadopsi oleh
Pamela adalah teori Rogers tentang human beings.

19
b) Simplicity
Simplicity atau kesederhanaan digunakan oleh Pamela untuk memiliki
jumlah minimal dalam konsep dan keterkaitan antar variabel.
Kesederhanaan ini dapat terlihat pada variable self-trancendence,
vulnerability, dan well-being. Secara keseluruhan konsep utama adalah
hubungan yang dihasilkan oleh konsep yang minimal, bermakna dan
komprehensif.
c) Generality
Generality atau keumuman dijelaskan sebagai teori yang dapat diterapkan
pada semua tahap perkembangan. Konsep utama Pamela dapat diterapkan
pada kelahiran, pengasuhan, penyakit kronis, dan yang mengalami
penyakit terminal.
d) Empirical Precesion
Empricical precesion adalah ketelitian yang dimiliki sesorang berdasar
pada pengalaman yang dimiliki. Ketelitian ini digunakan untuk
melihat,mengobservasi kejadian tertentu yang berkaitan dengan proses
keperawatan.Teori yang dikembangkan Pamela masih sedikit abstrak,
tetapi sudah mengidentifikasi dari konsep yang sudah digunakan pada
teori sebelumnya.
e) Derivable Consequences
Self-trancendence adalah salah satu teori middle range yang dapat
digunakandalam pendidikan keperawatan, penelitian, dan praktek klinik.
Teori ini berdasardari filosofi keperawatan, penelitian dan praktik yang
sudah melalui pengujian sehingga muncul pengetahuan baru yang
bermanfaat dalm dunia keperawatan.Teori memberikan wawasan tentang
situasi kesehatan seseorang yang relevan dengan dunia keperawatan.

Kelebihan dan kekurangan :


1) Kelebihan :

20
(1) Baik digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang
terkait dengan masalah psikososial.
(2) Faktor spiritual cukup dipertimbangkan dalam penyelesaian
masalah klien.
2) Kekurangan :
(1) Beberapa bagan yang ditampilkan tidak menguraikan secara jelas
yang menghubungkan variabel-variabel dalam bagan tersebut.
(2) Banyak variabel dalam teori, seperti vulnerability dan
transendensi diri serta kondisi sejahtera yang masih abstrak,
sehingga masih dapat kesulitan diterapkan dalam praktik.
(3) Pembahasan teori tidak mudah untuk dipahami sehingga sulit
dicerna oleh para perawat yang akan mengaplikasikannya ke
dalam praktik.
(4) Terbatas digunakan hanya pada kasus-kasus yang berhubungan
dengan adanya masalah psikologis dengan kurang
mempertimbangkan penanganan fisiknya.

3) Penerapan Pamela G. Reed : Self-Transcendence Theory dalam Keperawatan


a) Practice
Teori self-trancendence Pamela dapat digunakan dalam praktik
keperawatan,terutama dalam proses pengkajian pada pasien. Teori ini
sangat tepat digunakan dalam proses pengkajian karena variabel yang
digunakan sudah mencakup tentang fenomena yang terjadi dimasyarakat.
Perawat dapat melakukan pengkajian tentang; refleksi diri, harapan, dan
pembimbing rohani pasien.
b) Education
Edukasi yang dimaksud adalah edukasi untuk perawat dan edukasi yang
dapat digunakan dalam dunia pendidikan keperawatan. Self-trancendence
banyak menggunakan teori-yeori yang sudah digunakan oleh para pakar

21
sebelumnya.Pamela mengatakan kapasitas dan permasalahn pasien dapat
diselesaikan bersama dengan perawat melalui pendidikan kesehatan.
c) Research
Penelitian yang digunakan para peneliti tidak lepas dari variabel yang
dikembangkan Pamela dalam teori self-trancendence. Variabel ini dapat
digunakan dalam berbagai tempat peneltian seperti; komunitas, keluarga,
jiwa, dan lainsebagainya. Penelitian yang pernah menggunakan self-
trancendence membuktikanbahwa pasien memiliki hubungan yang kuat
dalam menghadapi penyakitnya.

Teori Reed Slef-transcendence merupakan pengembangan dari teori-teori


lain yang bersumber dari grand teori dan masuk dalam middle-range teori,
teori self transcendence ini sebagai suatu upaya untuk pengembangan konsep
diri yang lebih baik, middle-range teori sendiri mempunyai ciri ruang
lingkup yang lebih terbatas, tingkat keabstrakannya yang lebih sedikit ,
membahas fenomena atau konsep yang lebihs pesifik, dan merupakan
cerminan dari praktik. Komponen utama dalam teori ini yaitu vulnelabirity,
self transendense, well-being, moderating mediating factor, point of
intervention, yang mana dari komponen ini saling berhubungan sebagai
sebab akibat. Teori Reed ini juga menggambarkan fenomena keperawatan
berhubungan dengan tindakan keperawatan yang direncanakan dan juga
berorientasi pada pencapaian tujuanatau hasil yang berfokus pada klien.

Teori ini bisa di aplikasikan terhadap kasus terutama yang berhubungan


dengan masalah psikosial meskipun nilai keabstrakan dalam reori ini masih
ada, tetapi hal itudapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. Teori
Reed dapat diaplikasikan pada berbagai situasi dan kondisi kesehatan
termasuk dalam proses penyembuhan. Konsep mayor dalam teori ini dapat
digunakan seseorang dalam menghadapi kejadian hidup mulai dari lahir,

22
ancaman sakit sampai proses menghadapi kematian karena teori Reed ini
bersumber dari pengalaman praktek dan riset.

Walaupun terbatas dalam penerapannya teori Greed ini hanya terbatas pada
kasus-kasus yang berhubungan dengan adanya masalah psikologis dengan
kurang mempertimbangkan penangan pada masalah fisiknya. Tetapi perawat
dapat melakukan intervensi-intervensi untuk meningkatkan personal dan
contextual factor yang mendorong seseorang untuk mampu menggali hal-hal
positif mengenai pandangannya tentang vulnerability sehingga menghasilkan
self-transcendende yang positif untuk mencapai rasa sejahtera (well-being).

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori Self Transcendence merupakan teori yang dikemukakan oleh Pamela G.
Reed yang berada dalam klasifikasi Middle Range Theory, disebabkan oleh
beberapa kriteria yang dimiliki teori ini yaitu : konsep dan variabel sedikit,
sebagian masih bersifat abstrak, dapat digunakan dalam berbagai situasi dan
kondisi kesehehatan manusia, bersumber dari grand theory dan pengalaman-
pengalaman praktik, dan berfokus pada fenomena yang lebih spesifik. Kelebihan
teori ini adalah baik digunakan untuk menyelesaikan bagaimana masalah yang
terkait dengan masalah psikososial dan untuk faktor spiritual cukup
dipertimbangkan dalam penyelesaian masalah klien. Pembahasan teori ini tidak
mudah untuk dipahami sehingga sulit dicerna oleh perawat dalam
mengaplikasikannya ke dalam praktik. Teori ini dapat diaplikasan dalam
beberapa ranah edukasi, riset ataupun praktik, dan dalam proses keperawatan
dapat diaplikasikan pada setiap tahap proses keperawatan terkecuali evaluasi.

B. Saran
Keabstrakan teori self transcendence dapat menjadi pemicu dilakukanya
penelitian-penelitian yang bisa menjadi bahan perbaikan bagi teori ini. Sebaiknya
ada metode proses keperawatan yang dijelaskan dalam teori penerapannya dalam
praktik sehingga menjadi lebih mudah dipahami oleh perawat

24
DAFTAR PUSTAKA

Kolcaba. (1997). Comfort Theory and Practice. Diakses pada tanggal 15 November
2020 dari www.thecomfortline.com
Marriner Tomey, A., & Alligood, M. R. 2010. Nursing Theory and Their Work
(7rded.). St. Louis: Mosby
McEwen. M & Wills. E. M. (2007). Theoretical basis for nursing. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
McKenna, Hugh. (1997). Nursing Theories and Models. New York: Routledge.
Meleis, Afaf Ibrahim. (2010).Transitionstheory: middle-range and situation specific
theories in nursing research and practice. New York:
SpringerPublishingCompany.
Parker,Marilyn E. & Smith, Marlaine Cappelli. 2010. Nursing theories and nursing
practice.  3rd ed. Philadelphia:  F. A. Davis Company.
Peterson, Sandra J. & Bredow, Timothy S. 2009. Middle Range Theories, Application
to Nursing Research. Second edition. Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins.
Rachmawati. I. N. (2008). Analisis Teori Nyeri: Keseimbangan Antara Analgesic Dan
Efek Samping. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12(2), 129-136. Diambil dari
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/211/464
Sieloff, Christina Leibold and Frey, Maureen A. 2007. Middle Range Theory
Development Using King’s Conceptual System. New York: Springer Publishing
Company .
Smith, M.J. & Liehr, P.R (ed.). 2008. Middle Range Theory for Nursing. 2nd edition.
New York : Springer Publishing Company, LLC

25
26

Anda mungkin juga menyukai