Dosen Pengampu :
Nelwati, SKp., MN., PhD
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul:
“Konsep dan Aplikasi Middle Range Theory”
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kesalahan, berkat
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak maka
makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa
hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, tim penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………….............1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………............2
C. Tujuan Penulisan...............………………………………………………………………...2
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………………................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Middle Range Theory............................................................……….……………3
B. Aplikasi Middle Range Theory..............................................................….........................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………….…...............24
B. Saran……………………………………………………………………………..............24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori Middle Range yang merupakan level kedua dari teori keperawatan. Teori Middle
Range cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada
populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset dan praktek,
middle range theory lebih banyak digunakan dari pada grand theory, dan dapat diuji
dalam pemikiran empiris. Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan
keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang
bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset keperawatan
dan diimplementasikan didalam praktek keperawatan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Middle Range Theory?
2. Bagaimana Aplikasi Middle Range Theory?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu memahami mengenai Middle Range Theory
2. Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa mampu mengetahui Konsep Middle Range Theory
b. Mahasiswa mampu mengetahui mengenai Aplikasi Middle Range Theory
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman
penulis tentang konsep danaplikasi Middle Range Theory
2. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
Hasil makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi civitas akademik
dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta dapat dijadikan sebagai bahan untuk
kelengkapan perpustakaan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
Middle range theory cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan
praktik, cukup umum pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang
sama. Sebagai petunjuk riset dan praktek, middle range theory lebih banyak
digunakan dari pada grand theory, dan dapat diuji dalam pemikiran empiris.
Bila dibandingkan dengan grand teori, middle range theory ini lebih konkrit.
Merton (1968) yang berberperan dalam pengembangan middle range theory,
mendefinisikan teori ini sebagai sesuatu yang minor tetapi penting dalam
penelitian dan pengembangan suatu teori. Sependapat dengan Merton,
beberapa penulis keperawatan mengemukakan middle range theory jika
dibandingkan dengan grand theory:
a. Ruang lingkupnya lebih sempit
b. Lebih konkrit, fenomena yang disajikan lebih spesifik
c. Terdiri dari konsep dan proposisi yang lebih sedikit
d. Merepresentasikan bidang keperawatan yang lebih spesifik/ terbatas
e. Lebih dapat diuji secara empiris
f. Lebih dapat diaplikasikan secara langsung dalam tatanan praktik
3. Pengelompokan Teori
Berdasarkan pengelompokkannya Middle Range Theory dikelompokkan oleh
beberapa penyusun buku menurut:
a. Peterson & Bredow (2004) mengklasifikasikan middle range theories ke
dalam tipe-tipe :
1) Tipe fisiologis
2) Tipe kognitif
3) Tipe emosional
4) Tipe sosial
5) Tipe integrative
b. Tomey & Alligood (2006), berdasar tema masing-masing teori:
1) Illness trajectory (Wiener & Dodd, 1993)
2) Tidal Model (Phil Barker, 2001)
4
3) Comfort (Kolcaba, 1992)
4) Peacefull end of life (Ruland & More, 1998) dan sebagainya
a. Menurut Mc. Kenna h.p. (1997) : middle range theory memiliki ciri-ciri
seperti:
1) Bisa digunakan secara umum pada berbagai situasi
2) Sulit mengaplikasikan konsep ke dalam teori
3) Tanpa indikator pengukuran
4) Masih cukup abstrak
5) Konsep dan proposisi yang terukur
6) Inklusif
7) Memiliki sedikit konsep dan variabel
8) Dalam bentuk yang lebih mudah diuji
9) Memiliki hubungan yang kuat dengan riset dan praktik
10) Dapat dikembangkan secara deduktif, retroduktif. Lebih sering secara
induktif menggunakan studi kualitatif
11) Mudah diaplikasikan ke dalam praktik, dan bagian yang abstrak
merupakan hal ilmiah yang menarik
12) Berfokus pada hal-hal yang menjadi perhatian perawat.
13) Beberapa di antaranya memiliki dasar dari grand teori
14) Mid-range theory tumbuh langsung dari praktik.
5
4) Merupakan cerminan praktik (administrasi, klinik, pengajaran)
6
Hal ini sangat jelas ketika kita membandingkan seberapa sering Middle Range
Teori dan Grand Teori dikutip dalam literatur penelitian keperawatan. Dari
173 penelitian, yang diidentifikasi menggunakan teori adalah 79 (45%) dan
dari 79 penelitian tersebut diidentifikasi hanya 25 penelitian yang benar-benar
menggunakan teori keperawatan dan 54 lainnya menggunakan mengadopsi
dari disiplin ilmu lainnya dan kebanyakan dari ilmu psikologi.
7
a. Ramona T. Mercer, mengembangkan salah satu model konseptual
keperawatan yang mendasari keperawatan meternitas.
b. Katharine Kolcaba, mengembangkan Teori Kenyamanan melalui tiga jenis
pemikiran logis (Induksi, Deduksi, Retroduksi)
c. Pamela G.Reed, mengembangkan Teori Self Transendensi
d. Carolyn L Wiener and Marylin J. Dodd, mengembangkan Theory of
Illness Trajectory
e. Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke, and Margaret A.
Hainsworth, mengembangkan Theory of Chronic Sorrow
f. Phil Barker, mengembangkan The Tidal Model of Mental Health
Recovery
g. Kristen Swanson, mengembangkan Theory of Caring
h. Cheryl Tatano Beck, mengembangkan Postpartum Depression Theory
i. Cornelia M. Ruland and Shirley M. Moore, mengembangkan Peaceful
End-of-Life Theory
8
b. Mencegah, pemantauan dan menghilangkan ketidaknyamanan fisik,
memfasilitasi istirahat, relaksasi dan kepuasan, dan mencegah komplikasi
berkontribusi dengan pengalaman pasien kenyamanan.
c. Termasuk yang lain pasien dan signifikan dalam pengambilan keputusan
tentang perawatan pasien, memperlakukan pasien dengan martabat, empati
dan rasa hormat dan menjadi perhatian terhadap pasien menyatakan
kebutuhan, keinginan, dan preferensi berkontribusi dengan pengalaman
pasien martabat dan rasa hormat.
d. Memberikan dukungan emosional, pemantauan dan pertemuan pasien
menyatakan kebutuhan untuk obat antiansietas, kepercayaan inspirasi,
memberikan yang lain pasien dan signifikan dengan bimbingan dalam
masalah-masalah praktis dan memberikan kehadiran fisik orang lain
peduli apakah berkontribusi diinginkan untuk pengalaman pasien merasa
damai.
e. Fasilitasi dan berpatisipasi signifikan dalam perawatan pasien, empati
kesedihan orang lain, kekhawatiran dan pertanyaan dan memfasilitasi
peluang untuk kedekatan keluarga kepada orang lain yang signifikan atau
orang yang peduli.
f. Pengalaman pasien tidak sakit, kenyamanan, martabat, dan rasa hormat
yang damai, kedekatan dengan orang lain yang signifikan atau orang-
orang yang peduli berkontribusi sampai akhir hidup damai.
9
melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 dibidang kesehatan mental anak
dan remaja dan pendidikan keperawatan dan berhasilmenamatkan dan
memperoleh gelar M.S.N pada tahun 1976. Pendidikan tinggi terakhir
berikutnya, jenjang S3 (Ph.D) berhasil diselesaikannya pada tahun 1982
dengan konsentrasi mayor teori dan riset keperawatan, dengan studi minor
padaperkembangan usia dewasa dan usia lanjut (lansia).
10
untuk membangun middle range theory menggunakan pengetahuan yang
diperoleh dariteori non keperawatan yang kemudian di reformulasi secara
deductive dari model konsep keperawatan. Teori non keperawatan yang
dipergunakan adalah life-span theory pada social kognitif dan
pengembangan transpersonal orang dewasa. Prinsip dari teori life-span
adalah merupakan reformulasi dari prespektif keperawatan dari Martha E.
Rogers tentang konsep kesatuan system manusia.
1) Self – Transcendence
Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah
dicapai, suatu gerak dari yang kurang baik menjadi baik dan dari baik
menjadi lebih baik.Menurut Pamela G Reed, Self Transcendence
didefinisikan sebagai pengembangankonsep diri dibatasi secara
multidimensi yaitu :
a) Inwardly (batiniah) : Melakukan refleksi introspeksi diri terhadap
pengalaman-pengalaman yang telah dialami.
b) Outwardly (lahiriah) : Diartikan pentingnya berinteraksi dengan
lingkungannya.
c) Temporally (duniawi) : Menggunakan pengalaman masa lalu
sebagai pelajaran untuk mencapai tujuan masa depan.
11
Reed mendefinisikan secara menyeluruh, sebagai berikut : Self-
transcendence mengarah pada fluktuasi batasan-batasan keluar dari
seseorang (atau diri sendiri) dengan segera dan pandangan-pandangan
sempit dari diri sendiri dan dunia. Fluktuasi ini adalah
pandimensional, inward (terhadap kesadaran yang lebih besar dari
kepercayaan/keyakinan seseorang, nilai, dan cita-cita), outward
(terhadap oranglain dan lingkungan), dan temporal (terhadap
pengintegrasian masa lampau danmasa depan dengan cara
meningkatkan masa kini yang relatif).
Tahun 2003, pola lain dari perluasan batas disatukan sehingga self-
transcendence adalah kapasitas itu memperluas batasan-batasan"
transpersonally (untuk berhubungan dengan dimensi di luar dirinya)"
diri sendiri. Karena self-transcendence adalah pandimensional, ini
memungkinkan dimensi-dimensi lain bisa ditambahkan untuk
menguraikan kapasitas perluasan batas.
2) Well-Being
Didefinisikan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik,
psikologis,sosial, budaya dan spiritual yang menunjukkan suatu
kesejahteraan dan keadaanyang baik. Well-being didefinisikan sebagai
rasa “feeling whole and healthy” yang sesuai dengan kriteria sendiri
untuk wholeness and well-being (Reed, 2003). Seseorang dengan
tingkat Well-being yang tinggi menunjukkan kepuasan terhadap hidup
dan memiliki tingkat depresi yang rendah.
12
tersebut, dia mengusulkan keperawatan semestinya “proses
keperawatan menuju kesejahteraan”. Kesejahteraan sebagai proses
keperawatan, kemudian digambarkan dengan istilah dari sintesa 2
macam perubahan : perubahan dalam kompleksitas kehidupan (contoh:
peningkatan kelemahan pada lanjut usia atau hilangnya
pasangan/orang yang dicintai), perubahan dalam integrasi
(contoh:membentuk arti dari kejadian dalam kehidupan).
3) Vulnerability
Vulnerability didefinisikan sebagai kesadaran akan kematian yang
timbul seiringdengan usia dan fase kehidupan atau selama kejadian
sakit dan krisis kehidupan (Reed,2003). Vulnerability merupakan
kesadaran seseorang akan adanya kematian, konsep vulnerable
meningkatkan kesadaran akan situasi mendekati kematian termasuk
didalamnya adalah krisis kehidupan seperti disabilitas/
ketidakmampuan/ cacat, penyakit kronik dan terminal, kelahiran dan
pengasuhan orang tua. Konsep tambahan dalam teori ini adalah faktor-
faktor moderating-mediating dan poin-poin intervensi.
4) Moderating-Mediating Factors
Faktor-faktor moderating-mediating adalah variabel-variabel yang
bersifat personal dan kontekstual Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses transendensi diri yang berkontribusi terhadap kondisi yang
baik, misalnya : jenis kelamin, usia, kemampuan kognitif, pengalaman
hidup, persepsi spiritual, lingkungan sosial dan riwayat masa lalu yang
dapat mempengaruhi hubugan antara vulnerability dan self-
transcendence dan antara self-transcendence dan well-being. Luasnya
berbagai variabel dari individu dan interaksi mereka mungkin
13
mempengaruhi proses self-transcendence juga berkontribusi menuju
kesejahteraan. Contoh variabel seperti umur, jenis kelamin,
kemampuan kognitif, pengalaman hidup, perspektif spiritual,
lingkungan sosial, dan kejadian histories. Variabel dari individu bisa
menguatkan atau melemahkan hubungan antara vulnerability dan self-
transcendence dan antara self-transcendence dengan well-being (Reed,
2003).
5) Point of Intervention
Poin-poin intervensi adalah tindakan keperawatan yang memfasilitasi
self-transcendence. Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua
point intervensi :
a) Tindakan keperawatan secara langsung berfokus pada sumber-
sumber yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap
transendensi diri.
b) Tindakan yang berfokus pada beberapa faktor personal dan
kontekstual yangmempengaruhi hubungan antara transendensi diri
dan vulnerabel ; hubungan antar transendensi diri dan keadaan
baik/sehat.
14
konseptual mempengaruhi well-being secara positif atau negatif
melewati masa kehidupan. Sebagai contoh,peningkatan dalam
pandangan dan perilaku self-transcendence diharapkan menjadi
positif terkait dengan kesehatan jiwa sebagai suatu indicator well-
being pada orang-orang yang menghadapi akhir hidupnya.
c) Faktor-faktor manusia-lingkungan berfungsi sebagai korelasi,
moderator ataumediator dari hubungan antara vulnerability, self-
transcendence dan well-being.
c. Asumsi Mayor
Di dalam teorinya Reed, mengusulkan suatu model untuk membangun
kerangka-kerangka konseptual bahwa pendidikan keperawatan merupakan
keahlian khususklinis. di model tersebut, kesehatan diusulkan sebagai
konsep utama, di sekitar yangaktivitas ilmu perawatan pengambilalihan
model adalah bahwa fokus dari disiplin ilmuperawatan di bangunan dan
melibatkan pengetahuan untuk mempromosikan proses-proses kesehatan.
1) Kesehatan (Health)
Kesehatan, didefinisikan secara implicit sebagai proses kehidupan
yang terdiri daripengalaman positif dan negative yang digunakan oleh
manusia secara kreatif danunik untuk mencapai rasa sejahtera.
2) Keperawatan (Nursing)
Peran aktivitas perawat dalam merawat seseorang melalui proses
interpersonal danmanajemen teraupetik terhadap lingkungan, dengan
keterampilan untuk promosikesehatan an kesejahteraan.
3) Manusia
Manusia adalah seseorang yang harus dipahami sebagai individu yang
sedangberkembang sepanjang hayat mereka dalam berinteraksi dengan
orang lain dandengan lingkungan dalam perubahan yang kompleks
dan vital dimana hal tersebut bisa berkontribusi positif atau negative
dalam mencapai kesehatan dan rasa sejahtera.
15
4) Lingkungan
Keluarga, kontak social,lingkungan fisik, dan sumber komunitas
adalah lingkunganyang secara signifikan berkontribusi pada proses
kesehatan yang dapat dipengaruhi oleh keperawatan melalui
manajemen interaksi terapeutik antara manusia, objek, danaktivitas
keperawatan.
16
Ketika seseorang merasa berarti keberadaannya untuk orang lain maupun
dirinya sendiri, maka akan timbul rasa sejahtera. Perawat dalam hal ini
berperan selaku fasilitator dalam meningkatkan self-transcendence
seseorang sedemikian rupa sehingga mampu menggali hal-hal positif dan
membangun makna yang positif dalam diri seseorang sehingga
menimbulkan rasa sejahtera ( well-being ) dalam dirinya. Perawat dapat
memfasilitasi pasien-pasien untuk melakukan self-transcendence dengan
memberikan kesempatan untuk merefleksikan berbagai hal, instropeksi
diri, menggali keyakinan diri tentang makna hidup, melihat hal-hal positif
dalam dirinya, melakukan interaksi positif dengan lingkungannya
sehingga mereka yakin bahwa mereka benar-benar merasa berarti bagi
dirinya dan orang lain, mereka merasa telah melakukan kebaikan-
kebaikan yang akan menjadi bekal dalam menghadapi kondisi terburuk
bahkan kematian sekalipun dengan tenang dan damai, pada kondisi
demikian dapat dikatakan bahwa mereka merasa sejahtera (well-being).
17
diri dan dunianya. Fluktuasi ini merupakan pandimensional yaitu
pandangan keluar (terhadap orang lain dan lingkungan), pandangan ke
dalam (terhadap kesadaran yang lebih tinggi dari kepercayaan, nilai-nilai
dan mimpi-mimpinya) dan pandangan yang bersifat temporal (terhadap
integrasi atau penyatuan masa lalu dan masa yang akan datang),dan Well-
being, diartikan sebagai rasa yang timbul dari keseluruhan perasaan
sehat,termasuk didalamnya kriteria yang ditetapkan sendiri tentang
keseluruhan perasaan sejahtera. Sehingga perawat dapat melakukan
intervensi-intervensi untuk meningkatkan personal dan contextual factor
yang mendorong seseorang untuk mampu menggalihal-hal positif
mengenai pandangannya tentang vulnerability sehingga menghasilkan
self-transcendende yang positif untuk mencapai rasa sejahtera (well-
being).
18
c) Sebahagian konsepnya masih bersifat cukup abstrak yaitu self-
transcendence, wellness, vulnerability, namun keabstrakan tersebut bisa
menjadi studi ilmiahmenarik untuk pengembangan teori melalui riset.
d) Teori menggunakan 3 sumber yaitu :
(1) Konseptualisasi baru dari perkembangan manusia sepanjang proses
kehidupannya.
(2) Dari grand theory Martha Rogers tentang unitary human being,
dengan teoriyang diadopsi yaitu teori tentang perkembangan life span
(masa kehidupan). Dimana teori ini menjelaskan bahwa manusia
dalam hidupnya akan mengalamiproses perkembangan yang tidak
bisa diprediksikan namun tetap memiliki poladan tujuan, ia juga
mengidentifikasi bahwa akan selalu terjadi ketidakseimbangan
hubungan antara manusia dan lingkungannya yang merupakan
kebutuhan dalam menjalankan proses perkembangan hidup.
(3) Teori Reed juga bersumber pada pengalaman-pengalaman klinik dan
riset.
e) Menggambarkan fenomena keperawatan berhubungan dengan tindakan
keperawatan yang direncanakan dan juga berorientasi pada pencapaian
tujuan/hasil yang berfokus pada klien/pasien.
19
b) Simplicity
Simplicity atau kesederhanaan digunakan oleh Pamela untuk memiliki
jumlah minimal dalam konsep dan keterkaitan antar variabel.
Kesederhanaan ini dapat terlihat pada variable self-trancendence,
vulnerability, dan well-being. Secara keseluruhan konsep utama adalah
hubungan yang dihasilkan oleh konsep yang minimal, bermakna dan
komprehensif.
c) Generality
Generality atau keumuman dijelaskan sebagai teori yang dapat diterapkan
pada semua tahap perkembangan. Konsep utama Pamela dapat diterapkan
pada kelahiran, pengasuhan, penyakit kronis, dan yang mengalami
penyakit terminal.
d) Empirical Precesion
Empricical precesion adalah ketelitian yang dimiliki sesorang berdasar
pada pengalaman yang dimiliki. Ketelitian ini digunakan untuk
melihat,mengobservasi kejadian tertentu yang berkaitan dengan proses
keperawatan.Teori yang dikembangkan Pamela masih sedikit abstrak,
tetapi sudah mengidentifikasi dari konsep yang sudah digunakan pada
teori sebelumnya.
e) Derivable Consequences
Self-trancendence adalah salah satu teori middle range yang dapat
digunakandalam pendidikan keperawatan, penelitian, dan praktek klinik.
Teori ini berdasardari filosofi keperawatan, penelitian dan praktik yang
sudah melalui pengujian sehingga muncul pengetahuan baru yang
bermanfaat dalm dunia keperawatan.Teori memberikan wawasan tentang
situasi kesehatan seseorang yang relevan dengan dunia keperawatan.
20
(1) Baik digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang
terkait dengan masalah psikososial.
(2) Faktor spiritual cukup dipertimbangkan dalam penyelesaian
masalah klien.
2) Kekurangan :
(1) Beberapa bagan yang ditampilkan tidak menguraikan secara jelas
yang menghubungkan variabel-variabel dalam bagan tersebut.
(2) Banyak variabel dalam teori, seperti vulnerability dan
transendensi diri serta kondisi sejahtera yang masih abstrak,
sehingga masih dapat kesulitan diterapkan dalam praktik.
(3) Pembahasan teori tidak mudah untuk dipahami sehingga sulit
dicerna oleh para perawat yang akan mengaplikasikannya ke
dalam praktik.
(4) Terbatas digunakan hanya pada kasus-kasus yang berhubungan
dengan adanya masalah psikologis dengan kurang
mempertimbangkan penanganan fisiknya.
21
sebelumnya.Pamela mengatakan kapasitas dan permasalahn pasien dapat
diselesaikan bersama dengan perawat melalui pendidikan kesehatan.
c) Research
Penelitian yang digunakan para peneliti tidak lepas dari variabel yang
dikembangkan Pamela dalam teori self-trancendence. Variabel ini dapat
digunakan dalam berbagai tempat peneltian seperti; komunitas, keluarga,
jiwa, dan lainsebagainya. Penelitian yang pernah menggunakan self-
trancendence membuktikanbahwa pasien memiliki hubungan yang kuat
dalam menghadapi penyakitnya.
22
ancaman sakit sampai proses menghadapi kematian karena teori Reed ini
bersumber dari pengalaman praktek dan riset.
Walaupun terbatas dalam penerapannya teori Greed ini hanya terbatas pada
kasus-kasus yang berhubungan dengan adanya masalah psikologis dengan
kurang mempertimbangkan penangan pada masalah fisiknya. Tetapi perawat
dapat melakukan intervensi-intervensi untuk meningkatkan personal dan
contextual factor yang mendorong seseorang untuk mampu menggali hal-hal
positif mengenai pandangannya tentang vulnerability sehingga menghasilkan
self-transcendende yang positif untuk mencapai rasa sejahtera (well-being).
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Self Transcendence merupakan teori yang dikemukakan oleh Pamela G.
Reed yang berada dalam klasifikasi Middle Range Theory, disebabkan oleh
beberapa kriteria yang dimiliki teori ini yaitu : konsep dan variabel sedikit,
sebagian masih bersifat abstrak, dapat digunakan dalam berbagai situasi dan
kondisi kesehehatan manusia, bersumber dari grand theory dan pengalaman-
pengalaman praktik, dan berfokus pada fenomena yang lebih spesifik. Kelebihan
teori ini adalah baik digunakan untuk menyelesaikan bagaimana masalah yang
terkait dengan masalah psikososial dan untuk faktor spiritual cukup
dipertimbangkan dalam penyelesaian masalah klien. Pembahasan teori ini tidak
mudah untuk dipahami sehingga sulit dicerna oleh perawat dalam
mengaplikasikannya ke dalam praktik. Teori ini dapat diaplikasan dalam
beberapa ranah edukasi, riset ataupun praktik, dan dalam proses keperawatan
dapat diaplikasikan pada setiap tahap proses keperawatan terkecuali evaluasi.
B. Saran
Keabstrakan teori self transcendence dapat menjadi pemicu dilakukanya
penelitian-penelitian yang bisa menjadi bahan perbaikan bagi teori ini. Sebaiknya
ada metode proses keperawatan yang dijelaskan dalam teori penerapannya dalam
praktik sehingga menjadi lebih mudah dipahami oleh perawat
24
DAFTAR PUSTAKA
Kolcaba. (1997). Comfort Theory and Practice. Diakses pada tanggal 15 November
2020 dari www.thecomfortline.com
Marriner Tomey, A., & Alligood, M. R. 2010. Nursing Theory and Their Work
(7rded.). St. Louis: Mosby
McEwen. M & Wills. E. M. (2007). Theoretical basis for nursing. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
McKenna, Hugh. (1997). Nursing Theories and Models. New York: Routledge.
Meleis, Afaf Ibrahim. (2010).Transitionstheory: middle-range and situation specific
theories in nursing research and practice. New York:
SpringerPublishingCompany.
Parker,Marilyn E. & Smith, Marlaine Cappelli. 2010. Nursing theories and nursing
practice. 3rd ed. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Peterson, Sandra J. & Bredow, Timothy S. 2009. Middle Range Theories, Application
to Nursing Research. Second edition. Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins.
Rachmawati. I. N. (2008). Analisis Teori Nyeri: Keseimbangan Antara Analgesic Dan
Efek Samping. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12(2), 129-136. Diambil dari
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/211/464
Sieloff, Christina Leibold and Frey, Maureen A. 2007. Middle Range Theory
Development Using King’s Conceptual System. New York: Springer Publishing
Company .
Smith, M.J. & Liehr, P.R (ed.). 2008. Middle Range Theory for Nursing. 2nd edition.
New York : Springer Publishing Company, LLC
25
26