Anda di halaman 1dari 19

STRATEGI PEMBELAJARAN

KOSAKATA (MUFRADĀT) BAHASA ARAB

Oleh
Mu’at 1

Abstract: This article is aimed at describing the Arabic vocabulary learning


strategy for beginner, intermediate and advanced. Arabic is one of foreign
languages learned by the people of Indonesia. Therefore, it is necessary to
study the appropriate language learning for non-Arab students. Learning
foreign languages including Arabic in this case can be done in various ways
and methods. It is necessary for the proper methods and strategies in the context
of learning Arabic vocabulary that learning needs can be met while creating a
fun learning not to make students bored. In this article the author would like
to describe the discussion on the definition of Arabic vocabulary ( mufradāt),
learning goals, types, meaning, function, vocabulary formation ( mufradāt),
as well as the principles of learning strategies, and matters related to learning
Arabic vocabulary as attempt to obtain an overview of the role of vocabulary in
favor of particular foreign language proficiency in Arabic.

Keywords: Strategy, Learning, Arabic Vocabulary

1
Dosen Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Fak. Tarbiyah IKAHA Tebuireng Jombang. Alamat:
Dsn Jajar Kepuhkembeng RT/RW : 03/05 Peterongan Jombang. Hp. (0321) 6133316.
Email : pakmuat@yahoo.com

Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013 81


Mu’at

A. PENDAHULUAN
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang banyak
dipelajari oleh masyarakat Indonesia. Sejak dahulu bahasa Arab sudah
diajarkan di Indonesia ketika Islam tersebar ke bumi Nusantara ini,
yaitu kira-kira abad ke-13 M. Oleh karena itu perlu dikaji adanya
pembelajaran bahasa yang tepat bagi pelajar non-Arab. Hal ini
terbukti dengan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah dimulai
dari pendidikan anak usia dini, atau TK sampai perguruan tinggi.
Pembelajaran bahasa asing termasuk dalam hal ini bahasa Arab bisa
dilakukan dengan berbagai strategi dan metode.
Strategi pembelajaran merupakan rencana, aturan-aturan, langkah-
langkah serta sarana yang prakteknya akan diperankan dan akan dilalui
dari pembukaan sampai penutupan dalam proses pembelajaran di dalam
kelas guna merealisasikan tujuan.
Demikian halnya dengan pembelajaran kosakata ( al-mufradāt).
Kosakata merupakan salah satu unsur bahasa yang harus dimiliki
oleh pembelajar bahasa asing termasuk bahasa Arab. Perbendaharaan
kosakata bahasa Arab yang memadai dapat menunjang seseorang dalam
berkomunikasi dan menulis dengan bahasa tersebut.
Mempelajari bahasa tidak akan bisa terlepas dengan apa yang
dinamakan pembelajaran mufradāt, dimana pembelajaran mufradāt
adalah salah satu unsur yang urgen dalam pembelajaran bahasa itu sendiri.
Meskipun terdapat banyak sekali perbedaan pendapat mengenai makna
bahasa serta tujuan pengajarannya, namun semuanya tetap sepakat bahwa
pembelajaran mufradātitu memegang peranan penting untuk menunjang
keberhasilan kemampuan berbahasa. Dan sesungguhnya siswa yang
sedang belajar bahasa apapun dituntut untuk mengetahui mufradāt bahasa
yang sedang dipelajari, tanpa mengetahuimufradāt kiranya sulit bahkan
tidak mungkin siswa akan mampu menguasai ketrampilan berbahasa
yang dimaksud (Mustofa & Hamid, 2012 : 68).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa berbicara dan menulis
yang merupakan kemahiran berbahasa tidak dapat tidak, harus didukung
oleh pengetahuan dan penguasaan kosakata yang kaya, produktif
dan aktual. Penambahan kosakata seseorang secara umum dianggap
merupakan bagian penting baik dari proses pembelajaran suatu bahasa
atau pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang

82 Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013


Strategi Pembelajaran Kosakata

sudah dikuasai. Siswa sering diajarkan kata-kata baru sebagai bagian


dari mata pelajaran tertentu dan banyak pula orang dewasa yang
menganggap pembentukan kosakata sebagai suatu kegiatan yang
menarik dan edukatif (Mustofa, 2011: 60).
Di sini dapat dijelaskan, bahwa siswa/mahasiswa dikatakan
mampu menguasai mufradātjika siswa/ mahasiswa disamping bisa
menerjemahkan bentuk-bentuk mufradāt juga mampu menggunakannya
dalam jumlah (kalimat) dengan benar. Artinya tidak hanya sekedar
hafal kosakata tanpa mengetahui bagimana menggunakannya dalam
komunikasi sesungguhnya.
Untuk itu diperlukan metode dan strategi yang tepat dalam
rangka pembelajaran kosakata bahasa Arab, agar kebutuhan pem-
belajaran tersebut dapat tercapai dengan baik. Dalam artikel ini
penulis ingin memaparkan pembahasan tentang pengertian mufradāt,
tujuan pembelajaran mufradāt, jenis, makna, fungsi, pembentukan
mufradāt, prinsip-prinsip serta strategi pembelajarannya, dan hal-
hal yang berhubungan dengan pembelajaran mufradāt sebagai usaha
untuk memperoleh gambaran akan peranan kosakata dalam mendukung
kemahiran berbahasa asing khususnya bahasa Arab.
B. PENGERTIAN MUFRADĀT
Kosakata atau dalam bahasa Arab disebut mufradāt, dalam
bahasa Inggrisnya vocabularyadalah himpunan kata atau khazanah
kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain yang merupakan
bagian dari suatu bahasa tertentu. Kosakata ada yang mendefisinikan
sebagai himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut
dan kemungkinan akan digunakannya untuk menyusun kalimat baru.
Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan
gambaran dari intelegensia atau tingkat pendidikannya. Kosakata
merupakan salah satu dari tiga unsur bahasa yang sangat penting
dikuasai, kosakata ini digunakan dalam bahasa lisan maupun bahasa
tulis, dan merupakan salah satu alat untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa Arab seseorang (Mustofa, 2011 :61).
Kosakata merupakan kumpulan kata-kata tertentu yang akan
membentuk bahasa. Kata adalah bagian terkecil dari bahasa yang
sifatnya bebas. Pengertian ini membedakan antara kata dengan morfem.
Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang tidak bias dibagi atas

Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013 83


Mu’at

bagian bermakna yang lebih kecil yang maknanya relative stabil. Maka
kata terdiri dari morfem-morfem, misalnya kata mu’allim ( ) dalam
bahasa Arab terdiri dari satu morfem. Sedangkan kata al-mu’allim (
) mempunyai dua morfem yaitu dan . Adapun kata yang
mempunyai tiga morfem adalah kata yang terbentuk dari morfem-
morfem yang mana masing-masing morfem mempunyai arti khusus.
Misalnya kata al-mu’allimun ( ) yang terdiri dari tiga morfem
yaitu dan serta (Al-Khuli, 1989:89).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan
kumpulan kata-kata yang membentuk bahasa yang diketahui sesorang,
dan kumpulan kata tersebut akan digunakan dalam menyusun kalimat atau
berkomunikasi dengan masyarakat. Komunikasi sesorang yang dibangun
dengan penggunaan kosakata yang tepat dan memadai menunjukkan
gambaran kecerdasan dan tingkat pendidikan si pemakai bahasa.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN MUFRADĀT
Di antara tujuan utama pembelajaran kosakata (mufradāt) bahasa
Arab adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan kosakata baru kepada siswa atau mahasiswa,
baik melalui bahan bacaan maupun pemahaman menyimak
(fahm al-masmu’).
2. Melatih siswa atau mahasiswa untuk dapat melafalkan kosakata
itu dengan baik dan benar karena pelafalan yang baik dan benar
mengantarkan kepada kemahiran berbicara dan membaca
secara baik dan benar pula.
3. Memahami makna kosakata, baik secara denotasi atau leksikal
(berdiri sendiri) maupun ketika digunakan dalam konteks
kalimat tertentu (makna konotatif dan gramatikal).
4. Mampu mengapresiasi dan memfungsikan mufradāt itu dalam
berekspresi lisan (berbicara) maupun lisan (mengarang)
sesuai dengan konteksnya yang benar (Muhbib Abdul Wahab,
2008:152).
D. JENIS-JENIS MUFRADĀT
Ṭu’aimah (1991:616-617) memberikan klasifikasi kosakata
(Mufradāt) menjadi 4 (empat), yang masing-masing terbagi lagi sesuai
dengan tugas dan fungsinya sebagai berikut:

84 Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013


Strategi Pembelajaran Kosakata

1. Pembagian Kosakata dalam Konteks Kemahiran Kebahasaan


a. Kosakata untuk memahami ( understanding vocabulary ) baik
bahasa lisan (al-muhādatsah) maupun teks (al-qira’ah).
b. Kosakata untuk berbicara (speaking vocabulary). Dalam
pembicaraan perlu penggunaan kosakata yang tepat, baik
pembicaraan informal (‘adiyah) maupun formal (rasmiyah).
c. Kosakata untuk menulis ( writing vocabulary ). Penulisan pun
membutuhkan pemilihan kosakata yang baik dan tepat agar
tidak disalah-artikan oleh pembacanya. Penulisan ini mencakup
penulisan informal seperti catatan harian, agenda harian dan
lain-lain. Juga penulisan formal, misalnya: penulisan buku,
karya ilmiah, majalah, surat kabar dan seterusnya.
d. Kosakata potensial. Kosakata jenis ini terdiri dari kosakata
context yang dapat diinterpretasikan sesuai dengan konteks
pembahasan, dan kosakata analisis yakni kosakata yang
dapat dianalisis berdasarkan karakteristik derivasi kata untuk
selanjutnya dipersempit atau diperluas maknanya.
2. Pembagian Kosakata Menurut Maknanya
a. Kata-kata inti (content vocabulary). Kosakata ini adalah
kosakata dasar yang membentuk sebuah tuliasan menjadi valid,
misalnya kata benda, kata kerja, dll.
b. Kata-kata fungsi (function words). Kata-kata ini yang mengikat
dan menyatukan kosakata dan kalimat sehingga membentuk
paparan yang baik dalam sebuah tulisan. Contohnya huruf jar,
adawāt al-istifhām, dan seterusnya.
c. Kata-kata gabungan (cluster words). Kosakata ini adalah
kosakata yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu dipadukan
dengan kata-kata lain sehingga membentuk arti yang berbeda-
beda. Misalnya kata dapat berarti menyukaibila kata
tersebut dipadukan dengan menjadi . Sedangkan bila
diikuti dengan kata menjadi artinya pun berubah
menjadi benci atau tidak suka.
3. Pembagian Mufradāt Menurut Karakteristik (Takhassus)
a. Kata-kata tugas (service words) yaitu kata-kata yang digunakan
untuk menunjukkan tugas, baik dalam lapangan kehidupan
secara informal maupun formal dan sifatnya resmi.

Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013 85


Mu’at

b. Kata-kata inti khusus ( special content words ). Kosakata ini


adalah kumpulan kata yang dapat mengalihkan arti kepada
yang spesifik dan digunakan di berbagai bidang ulasan tertetu,
yang biasa juga disebut local words atau utility words.
4. Pembagian Kosakata Menurut Penggunaannya
a. Kosakata aktif ( active words ), yakni kosakata yang umumnya
banyak digunakan dalam berbagai wacana, baik pembicaraan,
tulisan atau bahkan banyak didengar dan diketahui lewat
berbagai bacaan.
b. Kosakata pasif ( passive words ), yaitu kosakata yang hanya
menjadi perbendaharaan kata seseorang namun jarang ia
gunakan. Kosakata ini diketahui lewat buku-buku cetak yang
biasa menjadi rujukan dalam penulisan buku atau karya ilmiah.
E. MAKNA DAN FUNGSI MUFRADĀT
Kosakata sebagai khazanah kata tau leksikon akan mempunyai
fungsi bilamana mempunyai makna. Makna sebuah kata dapat
dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif. Makna
denotative terdiri dari makna hakiki dan makna kiasan, makna asal dan
makna istilah. Misalnya kata al-Umm ( ) dalam bahasa Arab, makna
hakikinya adalah “ibu yang melahirkan anak”, sedangkan makna kiasan
terlihat bila kataal-Umm ( ) digunakan dalam Umm al-Kitāb( ).
Makna asal misalnya terdapat kata al-Hātif( ) yang berarti “orang
yang berbisik”, sedangkan makna istilah maksudnya adalah “telepon”.
Makna konotatif adalah makna tambahan yang mengandung
nuansa atau kesan khusus sebagai akibat dari pengalaman para pemakai
bahasa atau makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas
perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara
(penulis) dan pendengar (pembaca). Sebagai contoh, kata al-Umm ( )
makna konotatifnya adalah kasih sayang dan perlindungan (Effendy,
2012:127).
Ditinjau dari segi fungsi, kosakata ( mufradāt) dapat dobedakan
menjadi dua, antara lain :
1. Al-Mufradāt al-Mu’jamiyah ( ) yaitu kosakata yang
mempunyai makna dalam kamus seperti kata :
2. Al-Mufradāt al-Wadzīfiyah ( ) yaitu kosa-kata yang

86 Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013


Strategi Pembelajaran Kosakata

mengemban suatu fungsi tertentu, misalnya huruf al-jar, asma’


al-isyārat, asma’ al-maushul, dlamāir, dan lain-lain yang sejenis
dengannya.
Dari dua macam kosakata tersebut, perlu dicatat bahwa di
antara al-mufradāt al-mu’jamiyah terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, sebagai berikut:
1. Terdapat beberapa kosakata yang memiliki kemiripan makna, seperti
kata ( melihat, memandang, memperhatikan
dan menyaksikan).
2. Terdapat kata yang mempunyai makna denotatif yang sama namun
mengandung makna konotatif yang berbeda atau berbeda dalam
konteks penggunaannya, seperti kata yang dapat diartikan
dengan “meninggal dunia, wafat, tewas, mati atau mampus”.
3. Kata yang memiliki beberapa makna yang berbeda, seperti kata
yang bisa berarti “ kelas, musim”.
Uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan kosakata tersebut
perlu diperhatikan dan diketahui oleh orang-orang yang berprofesi
sebagi pengajar bahasa khususnya bahasa Arab (2012:127).
F. BENTUK-BENTUK MUFRADĀT
Secara umum bentuk kosakata dalam bahasa Arab terbagi
dua. Pertama, kosakata yang dapat mengalami perubahan ( musytaq)
yakni kata yang diambil dari kata yang lain yang mana keduanya
terdapat hubungan makna meskipun lafalnya berubah, seperti kata
yang berasal dari dan sebagainya. Kedua,
kosakata yang tidak berubah (jāmid) yakni kosakata yang sejak semula
sudah mempunyai bentuk dan tidak diambil dari kata lain, misalnya
kata dan sejenisnya (Sukamta dkk, 2005 : 91).
Kata-kata yang mengalami perubahan bentuk ( musytaq) tidak
hanya berubah bentuknya saja tetapi berubah makna dan pengertian,
misalnya kata dan , kata pertama berarti pembuka atau
penakluk sedangkan kata kedua berarti terbuka atau tertaklukkan. Cara
membentuk kedua kata ( isim fa’il dan isim maf’ul) tersebut yang mana
tergolong dalam kata kerja tsulātsi mujarradadalah dengan mengikuti
wazan (al-Hasyimi, 2007:239).
Kata yang berasal dari kata kerja lebih dari tiga hruf ( tsulātsi
mazīd) bentuk isim fa’il dan isim maf’ul -nya hanya dibedakan dengan

Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013 87


Mu’at

huruf harakat kasrah pada huruf sebelum akhir untuk bentuk isim fa’il
dan harakat fathah untuk isim maf’ul, seperti kata jika di baca
muthālibberarti bentuk isim fa’il yang artinya penuntut. Tetapi bila
di baca muthālab, yang berbentuk isim maf’ul berarti yang di tuntut.
Metode atau cara pembentukannya melalui bentuk mudlāri’ dengan
merubah huruf yang paling depan ( harf al-mudlāra’ah ) menjadi huruf
mim(‫ )م‬. Untuk menentukan apakah bacaan yang tepat dalam suatu teks
itu bentuk pertama atau kedua, maka konteks kalimatnya yang menjadi
pertimbangan (Sukamta dkk, 2005:92).
Contoh :
.1
.2
Dari konteks kedua kalimat tersebut dapat ditentukan bahwa kata
yang digarisbawahi pada kalimat pertama adalah bentuk isim maf’ul
yang artinya dituntut, jadi harus dibaca muţālabūn karena arti kalimat
adalah “ kita dituntut untuk belajar dengan sungguh-sungguh”. Adapun
kata yang bergaris bawah pada kalimat kedua adalah bentuk isim fā’il
artinya menuntut, maka dibaca muţālibūn yang artinya “kita menuntut
agar dosen mengajar kita dengan sungguh-sungguh”.
G. PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN MUFRADĀT
Dalam pembelajaran mufradāt, guru harus menyiapkan kosakata
yang tepat bagi siswa-siswinya. Oleh sebab itu guru harus berpegangan
pada prinsip-prinsip dan kriteria yang jelas. Adapun prinsip-prinsip
dalam pemilihan mufradātyang akan diajarkan kepada pembelajar
asing (selain penutur Arab) adalah sebagai berikut:
1. Tawatur( Frequency) artinya frekuensi penggunaan kata-kata
yang tinggi dan sering digunakan itulah yang harus menjadi
pilihan.
2. Tawazzu’ (Range) artinya mengutamakan kata-kata yang
banyak digunakan baik di Negara Arab maupun di Negara-
negara non-Arab atau di suatu Negara tertentu yang mana kata-
kata itu lebih sering digunakan.
3. Matāhiyah (Avalability), artinya memilih kata tertentu dan
bermakna tertentu pula, yakni kata-kata yang digunakan dalam
bidang-bidang tertentu.

88 Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013


Strategi Pembelajaran Kosakata

4. Ulfah (Familiarty), artinya mendahulukan kata-kata yang


sudah dikenal dan cukup familiar di dengar,seperti penggunaan
kata lebih sering digunakan dari pada kata , padahal
keduanya sama maknanya.
5. Syumūl (Coverege) , artinya kemampuan daya cakup suatu
kata untuk memiliki beberapa arti, sehingga menjadi luas
cakupannya. Misalnya kata lebih luas daya cakupannya
daripada kata .
6. Ahammiyah (Significance), artinya mengutamakan kata-kata
yang memiliki arti yang signifikan untuk menghindari kata-
kata umum yang banyak ditinggalkan atau kurang dibutuhkan.
7. ‘Urūbah (Arabisme) , artinya mengutamakan kata-kata Arab
dari kata-kata serapan yang di Arabisasi dari bahasa lain.
Misalnya kata secara berurutan ini harus
diutamakan pemilihannya dari pada kata
(Mustofa & Hamid, 2012:69).
H. PRINSIP-PRINSIP PENGAJARAN MUFRADĀT.
1. Pengajaran mufradāt tidak berdiri sendiri.
Mufradāt tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri
sendiri melainkan terkait dengan pengajaran muţāla’ah,
istima’, insya’, dan muhādathah.
2. Pembatasan makna.
Suatu kata dapat mempunyai beberapa makna. Hal ini
merupakan kesulitan tersendiri bagi para pembelajar bahasa
asing. Dalam hubungan ini, untuk para pemula, sebaiknya
guru hanya mengajarkan makna sesuai dengan konteks saja,
agar tidak memecah perhatian dan ingatan siswa. Untuk
tingkat lanjut, penjelasan makna bisa dikembangkan, dengan
memberikan contoh dalam kalimat-kalimat, agar siswa me-
miliki wawasan yang luas mengenai makna kata tersebut.
3. Kosa kata dalam konteks.
Banyak kosa kata yang tidak bisa dipahami secara tepat tanpa
mengetahui pemakaiannya dalam kalimat. Kosa kata semacam
ini haruslah diajarkan dalam konteks agar tidak mengacaukan
pemahaman siswa. Sebagai contoh, hurūf al-jardan af’āl asy-
syuru’harus diajarkan dalam konteks.

Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013 89


Mu’at

4. Terjemah dalam pengajaran kosa kata.


Mengajarkan makna kata dengan cara menerjemahkannya ke
dalam bahasa ibu adalah cara paling mudah, tetapi mengandung
beberapa kelemahan, antara lain bisa mengurangi spontanitas
siswa ketika menggunakannya dalam ungkapan, lemah daya
lekatnya dalam ingatan siswa, dan tidak semua kosa kata dalam
bahasa asing terdapat padanannya yang tepat dalam bahasa
ibu. Oleh karena itu penerjemahan direkomendasikan sebagai
cara terakhir, kecuali untuk kata-kata yang abstrak atau sulit
diperagakan.
Di dalam pengajaran bahasa Arab tradisional, digunakan
nazham untuk penguatan daya ingat siswa terhadap makna
kata. Berikut ini diberikan contoh yang dikutip dari nazham
yang digunakan di pondok pesantren Lirboyo:

5. Tingkat kesukaran
Perlu disadari bahwa kosakata bahasa Arab bagi siswa
Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga, ditinjau dari tingkat
kesukarannya :
a. Kata-kata yang mudah, karena ada persamaannya
dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia, seperti :

b. Kata-kata yang tidak sukar meskipun tidak ada persamaannya


dalam bahasa Indonesia, seperti :
c. Kata-kata yang sukar, baik karena bentuknya maupun
pengucapannya, seperti : (Effendy, 2012:
128-129).
I. STRATEGI PEMBELAJARAN MUFRADĀT
Dalam pembelajaran kosakata bahasa Arab ada baiknya dimulai
dengan kosakata dasar yang tidak mudah berubah, seperti halnya istilah
kekerabatan, nama-nama bagian tubuh, kata ganti, kata kerja pokok
serta beberapa kosakata lain yang mudah untuk dipelajari. Metode yang

90 Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013


Strategi Pembelajaran Kosakata

bisa digunakan dalam pembelajarannya antara lain yaitu metode secara


langsung, metode meniru dan menghafal, metode aural-oral approach,
metode membaca, metode gramatika-translation, metode dengan
menggunakan kartu bergambar dan alat peraga serta pembelajaran
dengan lagu atau menyanyi Arab. Teknik yang dapat dilakukan yakni
dengan berbagi teknik permainan bahasa, misalnya dengan perbandingan,
memperhatikan susunan huruf, penggunaan kamus dan lainnya.
Mustofa dan Hamid (2012:70) menjelaskan bahwa pembelajaran
mufradāt untuk non Arab harus memperhatikan jumlah kosakata yang
akan diajarkan. Ada perbedaan pendapat tentang jumlah mufradāt yang
akan diajarkan kepada siswa pada program pembelajaran bahasa Arab
untuk non Arab. Ada yang mengusulkan berjumlah antara 750 sampai
dengan 1000 mufradāt untuk tingkat pemula, 1000 sampai dengan 1500
mufradāt untuk tingkat lanjutan dan 1500 sampai 2000 mufradāt untuk
tingkat atas. Apa pula yang berpendapat bahwa 2000 samapi 2500
mufradāt pada tingkat ibtida’ (pemula) cukup bagi mereka dengan
syarat belajar menyusun kalimat atau terampil menggunakan kamus.
Effendy (2012 :129-133) menjelaskan lebih rinci tentang
tahapan dan teknik-teknik pembelajaran kosa kata (al-mufradāt) atau
pengalaman siswa dalam mengenal dan memperoleh makna kata,
sebagai berikut :
1. Mendengarkan kata
Ini merupakan tahapan pertama yaitu dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mendengarkan kata yang
diucapkan pengajar atau media lain, baik berdiri sendiri maupun
di dalam kalimat. Apabila unsur bunyi dari kata itu sudah dikuasai
oleh siswa, maka, dalam dua atau tiga kali pengulangan, siswa telah
mendengarkan secara benar. Tahapan mendengarkan ini sangat
penting karena kesalahan dalam mendengarkan ini akan berakibat
pada kesalahan dalam pengucapan dan penulisan.
2. Mengucapkan kata
Dalam tahap ini, pengajar memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengucapkan kata yang telah didengarnya. Mengucapkan
kata baru akan membantu siswa mengingat kata tersebut dalam
waktu yang lebih lama. Guru harus memperhatikan dengan
sungguh-sungguh keakuratan pelafalan atau pengucapan setiap
siswa karena kesalahan dalam pelafalan mengakibatkan kesalahan

Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013 91


Mu’at

dalam penulisan. Kata-kata Arab yang sudah menjadi kata-kata


Indonesia, seperti asar, takwa, fitriperlu diwaspadai karena di sini
sering terjadi interferensi.
3. Mendapatkan makna kata
Pada tahap ini pengajar hendaknya menghindari terjemahan dalam
memberikan arti kata kepada siswa, kecuali kalau tidak ada jalan
lain. karena bila hal itu dilakukan maka tidak akan terjadi komunikasi
langsung dalam bahasa yang sedang dipelajari, sementara makna
kata pun akan cepat dilupakan oleh siswa.
Ada beberapa teknik yang bisa digunakan oleh guru untuk
menghindari terjemahan dalam menerangkan arti suatu kata, antara
lain dengan pemberian konteks, definisi sederhana, pemakaian
benda asli atau gambar dan teknik-teknik lainnya sebagaimana
akan diuaraikan pada bagian berikut ini :
a. Konteks (al-siyāq)
Untuk menerangkan arti kata misalnya, dapat diberikan
konteks :

b. Definisi (ta’rīf)
Pemberian definisi untuk menerangkan arti kata ini dapat efektif
kalau ungkapan yang digunakan untuk pendefisian itu telah
dikenal dan difahami oleh siswa. Misalnya untuk menerangkan
arti kata dan diberikan definisi :
, dengan asumsi bahwa siswa
sudah mengenal kata :

c. Sinonim (murādif)
Kalau kata yang diterangkan maknanya memiliki sinonim yang
sudah dikenal oleh siswa, ini bisa digunakan untuk menjelaskan
makna kata tersebut. Misalnya, untuk menerangkan arti
kata-kata : dapat diberikan sinonimnya, yaitu :
yang diduga telah dikenal oleh siswa karena lebih
popular. Tentunya, guru mengetahui mana kata-kata yang telah
dipelajarai siswa dalam pelajaran-pelajaran sebelumnya.
d. Antonim (dhid)
Seperti halnya sinonim, maka apabila antonim dari kata yang
akan diterangkan maknanya sudah dipelajari sebelumnya oleh

92 Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013


Strategi Pembelajaran Kosakata

siswa, dapat digunakan untuk menjelaskan arti kata yang baru.


Contoh :

e. Benda Asli atau Tiruannya


Benda-benda yang ada dalam kelas, di kebun dan di lingkungan
sekolah pada umumnya, termasuk anggota badan manusia,
bisa langsung digunakan untuk mengenalkan kosa kata baru.
Benda-benda semacam karcis, uang, kartu identitas, formulir
dan sebagainya dapat dibawa ke dalam kelas sebagai alat bantu.
Tetapi benda-benda yang tidak mungkin di bawa ke dalam
kelas, cukup dibawakan tiruan atau modelnya saja seperti :
mobil, kapal, pesawat, gajah, kuda, dan sebagainya.
f. Gambar
Gambar merupakan alat bantu pengajaran yang dapat
memperjelas makna suatu kata. Di samping gambar dari benda-
benda, gambar itu dapat pula berbentuk diagram, misalnya
untuk menerangkan kata-kata : dan sebagainya.
Gambar bisa berbentuk kartu (flash-card) atau gambar
berangkai (chart), bisa foto, guntingan Koran dan majalah atau
gambar tangan. Gambar tangan tidak harus berupa gambar
‘berseni’ yang lengkap. Gambar tongkat ( stick figure ) cukup
efektif dan mudah membuatnya.
g. Peragaan
Berbagai gerakan atau tindakan dapat diperagakan untuk
menjelaskan makna kata, terutama kata kerja, misalnya :
bahkan kata-kata yang biasanya terjadi diluar
kelas, misalnya : . Cara ini sangat efektif karena
siswa di samping mendengar dan melihat juga dapat langsung
memeragakannya.
h. Penerjemahan
Untuk kosa kata tertentu, misalnya kosa kata yang bersifat
abstrak, yang sulit dijelaskan maknanya dengan teknik-teknik
tersebut dimuka, cara terjemahan dapat digunakan.
4. Membaca kata
Setelah melalui tahap mendengar, mengucapkan, dan memahami
makna kata-kata (kosakata) baru, pengajar menulisnya di papan
tulis. Kemudian siswa diberikan kesempatan membaca kata tersebut

Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013 93


Mu’at

dengan suara keras. Di sini, untuk kesekian kalinya guru perlu


mengecek keakuratan bacaan siswa, agar tidak terjadi kesalahan
pengucapan.
5. Menulis kata
Penguasaan kosakata siswa akan sangat terbantu bilamana ia diminta
untuk menulis kata-kata yang baru dipelajarinya (dengar, ucap,
paham, baca) mengingat karakteristik kata tersebut masih segar
dalam ingatan siswa. Siswa menulis di bukunya masing-masing
dengan mencontoh apa yang ditulis guru di papan tulis. Dalam hal
menulis kata di papan tulis ini, guru sebaiknya membiasakan diri
untuk menulis setiap isim mufrad diikuti dengan bentu jamaknya,
dan setiap fi’il mādhi diikuti dengan bentuk mudhāri’nya. Ini
berlaku tentu saja apabila pelajaran telah sampai pada pengenalan
jamak dan perubahan fi’il. Contohnya:

6. Membuat kalimat
Tahap terakhir dari kegiatan pembelajaran kosakata adalah
menggunakan kata-kata baru itu dalam sebuah kalimat yang
sempurna, baik secara lisan maupun tulisan. Guru memberikan
contoh kalimat kemudian meminta siswa membuat kalimat serupa.
Sudah barang tentu, tidak semua kata-kata baru harus dikenalkan
dengan semua prosedur atau langkah di muka. Untuk itu perlu
dipilih kata-kata yang memang sulit, atau kata-kata yang memang
hanya difahami maknanya secara utuh apabila dihubungkan dengan
konteks.
Di samping yang telah disebutkan di muka, ada beberapa
strategi atau teknik pembelajaran mufradāt yang bisa diterapkan
menurut tingkat kemampuan siswa, sebagaimana yang dikemukan
oleh Mustofa (2011:73-76) yaitu:
1. Strategi Pembelajaran Kosakata (mufradāt) Tingkat Dasar
(Mubtadi’)
Strategi pembelajaran kosakata ( mufradāt) pada tingkat dasar
(mubtadi’) ini pengajar dapat menggunakan beberapa strategi, antara
lain:

94 Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013


Strategi Pembelajaran Kosakata

a. Menggunakan nyanyian/lagu dalam pembelajaran bahasa


Arab, dapat dibedakan antara bernyanyi sambil belajar
dan belajar sambil bernyanyi. Penggunaan lagu dalam
pembelajaran mufradāt dapat menghilangkan kejenuhan
belajar, dan dapat memberikan kesenangan kepada pembelajar
dapat meningkatkan penguasaan mufradāt atau menambah
perbendaharaan mufradāt.
b. Menunjukkan benda yang dimaksud seperti mendatangkan
sampelnya atau benda aslinya, contoh : pengajar menunjukkan
pensil di depan siswa pada saat belajar menyebutkan kalimat
, dan menunjukkan bolpoin ketika menyebut kalimat .
Contoh lain: pengajar mengajarkan tentang warna, yang dalam
hal ini buku yang berwarna biru. Maka pengajar memegang
buku warna biru dan mengangkatnya serta menunjukkannya
kepada siswa dan berkata .
c. Meminta siswa membaca berulang kali, pengajar bisa meminta
siswa membaca kosakata baru yang di dapatkan dari sebuah
teks berulang kali, sehingga diharapkan dia dapat menemukan
artinya setelah merangkai dengan kata yang lain dalam teks
yang dibacanya.
d. Mendengarkan dan menirukan bacaan, dan mengulang-
ulang bacaan serta menulisnya sampai siswa benar-benar
paham dan menguasainya. Pengajar mengucapkan kosakata
tersebut kemudian siswa menirukannya setelah pengajar
selesai mengucapkan, misalnya pengajar mengucapkan
kemudian siswa menirukan.
2. Strategi Pembelajaran Kosakata Tingkat Menengah (Mutawassid)
Strategi pembelajaran kosakata (al-mufradāt) pada tingkat
menengah ini pengajar dapat menggunakan beberapa strategi, antara
lain :
a. Menggunakan peragaan tubuh.
Guru dapat menunjukan makna kosakata yang hendak diajarkan
dengan memperagakan, seperti pengajar memperagakan
orang yang sedang makan, untuk menjelaskan kata yang
mempunyai arti makan. Begitu juga ketika guru memberikan
kosakata yang berarti menendang, maka guru

Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013 95


Mu’at

memperagakannya dengan menendang bola dan lain


sebagainya.
b. Menulis kata-kata
Penguasaan siswa terhadap kosakata akan sangat terbantu
bilamana ia diminta untuk menulis kata-kata baru dipelajarinya
(dengar,ucap,paham,baca) mengingat karateristik kata tersebut
masih segar dalam ingatan siswa. Misalnya seorang pengajar
akan mengajarkan nama-nama musim dalam setahun. Maka ia
akan mengajarkan sebagai berikut :
(musim panas, musim dingin, musim gugur, musim semi). Dan
apabila kumpulan kata tersebut berurutan berdasarkan waktu
atau tempat, maka dalam pengajarannya harus berurutan juga.
c. Dengan bermain peran
Seperti pengajar memerankan orang sakit yang memegangi
perut dan dokter memeriksanya. Bentuk bermain peran ini
biasanya dilaksanakan dengan bermain drama (masrahiyah).
d. Memberikan padanan kata (sinonim)
Pengajar dapat memberikan kata yang mempunyai makna sama,
tetapi menggunakan kosakata yang berbeda, seperti waktu
pengajar menyebutkan kata pengajar dapat menyebutkan
sinonim yaitu kata .
e. Memberi lawan kata (antonim)
Pengajar dapat memberikan kata yang maknanya berlawanan
dengan kosakata yang hendak diajarkan, seperti pengajar dapat
menjelaskan kata dengan menyebutkan lawan katanya
yaitu .
f. Memberikan asosiasi makna
Pengajar dapat menjelaskan katamadrasah dengan memberikan
asosiasi dengan menyebutkan kata-kata seperti:ţālib, mudarris,
sabburah, dan lain-lain, sehingga pikiran siswa akan tertuju
pada satu pengertian yaitu sekolah. Contoh:

g. Pengajar menyebutkan akar kata dan derivasinya (kata yang


mengalami perubahan).

96 Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013


Strategi Pembelajaran Kosakata

Pengajar dapat menjelaskan kata dengan menggunakan


akar katanya beserta derivasinya, seperti : atau
kata yang asal katanya dan seterusnya.
Hal ini bisa membantu siswa memahami kosakata sesuai
dengan perubahan kalimatnya.
3. Strategi Pembelajaran Kosakata Tingkat Lanjut (Mutaqaddim)
Strategi pembelajaran kosakata ( al-mufradāt) pada tingkat lanjut
ini pengajar dapat menggunakan beberapa strategi, antara lain:
a. Menjelaskan makna kata dengan menjelaskan maksudnya.
Hal ini biasanya terjadi ketika seorang pelajar ingin menerangkan
tentang kata baru, seperti kata . Maka biasanya seorang
pengajar meletakkan kata tersebut dalam satu kalimat atau satu
susunan, seperti .
Tentu saja arti kata tersebut menjadi lebih jelas bagi para siswa
setelah diletakkan dalam sebuah kalimat. Selanjutnya untuk
menyakinkan bahwa para siswa telah paham dengan kata
tersebut, maka pengajar bertanya pada salah satu siswa tentang
arti kata , jika siswa belum paham juga berarti kalimat
yang menjadi contoh tersebut belum jelas dan mengena bagi
para siswa, hal ini mungkin karena sebagian mereka akan
menafsirkan bahwa kata mengandung arti: penting, dingin,
panas, jernih, banyak, sedikit dan lain sebagainya. Oleh karena
itu dalam penggunaan contoh kalimat haruslah terang, jelas,
praktis serta mengena langsung dengan apa yang dibahas.
Contohnya, untuk menjelaskan makna daripada kata tersebut
bisa menggunakan kalimat
(besi itu keras, udara itu gas, dan air itu mengalir). Susunan
yang demikian lebih baik karena lebih mengena. Jadi tidak
harus susunan itu terdiri hanya dari satu kalimat saja, akan
tetapi terkadang terdiri dari beberapa kalimat
b. Mencari makna kata dalam kamus. Ketika mengajarkan
kosakata baru, pengajar dapat meminta siswa langsung mencari
maknanya melalui kamus.
c. Mengacak mufradāt agar menjadi susunan kata yang benar.
d. Meletakkan kalimat dalam kalimat.
e. Memilih contoh mufradāt yang baik untuk siswa, jangan

Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013 97


Mu’at

sampai mengajarkan mufradāt yang kurang mendidik apalagi


profokatif seperti : .
f. Memberikat harakat pada kata.
g. Menerjemahkan kosakata ke dalam bahasa ibu, cara ini
merupakan jalan terakhir, ketika seluruh cara digunakan tidak
mampu memberi pemahaman siswa. Guru tidak dianjurkan
terburu-buru menggunakan cara ini, karena cara ini berdampak
negatif terhadap perkembangan kebahasaan siswa, seperti
malas membuka kamus, berasosiasi dan sebagainya.
J. KESIMPULAN
Kosakata (mufradāt) merupakan kumpulan kata-kata yang
membentuk bahasa yang diketahui seseorang dan kumpulan kata
tersebut akan digunakan dalam menyusun kalimat atau berkomunikasi
dengan masyarakat. Komunikasi seseorang yang dibangun dengan
penggunaan kosakata yang tepat dan memadai menunjukkan gambaran
kecerdasan dan tingkat pendidikan pemakai bahasa.
Strategi pembelajaran mufradāt secara umum adalah :
1. Meminta siswa mendengarkan, membaca berulang kali dan
menulisnya.
2. Menunjukkan benda yang dimaksud secara langsung.
3. Memperagakan benda yang diajarkan.
4. Memberikan padanan kata (sinonim)
5. Memberikan lawan kata (antonim)
6. Memberikan asosiasi makna ( kata serumpun)
7. Menyebut akar kata dan devirasi ( seperti dalam tashrif)
8. Membuka dan mencari makna dalam kamus
9. Menerjemahkan kosakata dalam bahasa Ibu sebagai alternative
terakhir yang dilakukan oleh pengajar terhadap kata yang
memang sulit dipahami oleh siswa.
Pada dasarnya, pembelajaran mufradāt itu sangat mudah sekali,
yang terpenting adalah pengajar mampu menguasai kelas dengan baik
dan mampu memilih media yang sesuai serta mampu menggunakan
strategi pembelajaran yang benar. Apalagi dalam pembelajaran bahasa
pada saat ini sudah ditunjang oleh fasilitas, sarana dan prasarana yang
memadai demi tercapainya keberhasilan sesuai dengan indicator yang
ditentukan. Kepada pengajar yang ingin meningkatkan kemampuan

98 Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013


Strategi Pembelajaran Kosakata

dan keterampilan dalam mengajar siswa-siswinya, apabila situasi dan


kondisi yang berkembang di sekolah atau lingkungan pendidikannya
kurang mendukung, maka disarankan bagi pengajar untuk mempunyai
kemampuan dalam memilih metode, media dan strategi, pembelajaran,
serta mampu mendesain pembelajaran itu menjadi proses belajar
mengajar yang menarik dan menyenangkan.

BIBLIOGRAPHY

Abdul Wahab, Muhbib. 2008. Epistemologi dan Metodologi


Pembelajaran Bahasa Arab . Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Al Hasyimi, Sayyid Ahmad. 2007. Al Qowa’id al Asāsiyah Lil al
Lughah al Arabiyah. Beirut : Dārul al Kutub al Ilmiyah
Al-Khuli, Muhammad Ali. 1982. Asalib Tadris al Lughah al ‘Arabiyah.
Riyadh Mamlakah Al’ Arabiyyah Al Sa’udiyyah.
Effendy, Ahmad Fuad. 2012 . Metodologi Pengajaran Bahasa Arab .
Malang : Misykat.
Hamid, Abdul. 2010. Mengukur Kemampuan Bahasa Arab . Malang :
UIN Maliki Press.
Mustofa, Bisri & Hamid, Abdul. 2012.Metode & Strategi Pembelajaran
Bahasa Arab. Malang : UIN Maliki Press.
Mustofa, Syaiful.2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif .
Malang : UIN Malang press.
Ţuaimah, Rusydi Ahmad, 1991. Al Marji’ Fi Ta’limi al Lughah al
Arabiyah Li an Nātiqīna bi Lughah al Ukhro . Ma’had al Lughah
al Arabiyah. Jami’ah Ummi al Qura.
Sukamta dkk. 2005, Bahasa Arab . Yogyakarta : Pokja Akademik UIN
Sunan Kalijaga.

Al Ta’dib Volume 3 No. 1, Juli 2013 99

Anda mungkin juga menyukai