Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut undang undang republik indonesia nomor 24 tahun 2009 pasal 25 bab
3 “bahasa indonesia dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam pasal 36 undang
undang dasar negara kesatuan republik indonesia tahun 1945 bersumber dari bahasa
yang diikrarkan dalam sumpah pemuda tanggal 28 oktober 1928 sebagai bahasa
persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa” 1.
Berdasarkan uu tersebut jelas bahwa bahasa indonesia adalah bahasa kesatuan
republik indonesia dan tentunya digunakan dalam kegiatan bertukar informasi baik
dalam percakapan langsung maupun bertukar informasi melalui tulisan.

Translation atau penerjemahan, baik dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia


atau sebaliknya akhir-akhir ini sedang sangat dibutuhkan atau sangat populer. Hal
ini mungkin disebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat bahwa Bahasa
Inggris sebagai bahasa internasional sangat diperlukan di era globalisasi seperti saat
ini. Karena populernya terjemahan dewasa ini, seorang penerjemah seharusnya
mampu menganalisis bahasa sumber dengan baik karena hal ini lah yang paling
utama demi tersampaikannya terjemahan yang benar. Menurut Petter Newmark
“translation is a carft consisting in the attempt to replace a writen message and/or
statement in another language2” yang maksudnya penerjemahan adalah sebuah
keterampilan yang terdiri dari usaha untuk memberikan pesan atau pernyataan
tertulis dalam suatu bahasa dengan pesan dan pernyataan yang sama dalam bahasa
lain. Dimasa ini banyak mahasiswa khususnya pada jurusan bahasa Inggris
ditutuntut untuk bisa dan mampu menerjemah dengan baik, namun kenyataannya
banyak dari mereka yang mengalami kesulitan dalam proses menerjemah ini.

1
Badanbahasa.kemdikbud.go.id, uu ri no. 24 tahun 2009- badan pengembangan dan
pembinaan bahasa (diakses pada 10 november pukul 21.02)
2
Peter Newmark, A Textbook Of Translation, ( New York: Prentice Hall, 1988), hal. 22

1
Menurut rumini dkk Kesulitan belajar adalah kondisi saat peserta didik mengalami
hambatan tertentu untuk mengikuti proses pembelajaran dan mencapai hasil yang
optimal3.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang dilakukan pada jumat 8
november melalui wawancara singkat kepada beberapa mahasiswa TBI unit B
menyatakan bahwa penerjemahan adalah proses yang tidak bisa dianggap remeh,
dari 6 mahasiswa yang dimintai keterangan, keenamnya merasa kesulitan dalam
penerjemahan baik karena tidak mengerti maksud dari text narasi maupun karena
kurangnya keterampilaan mengolah bahasa itu menjadi natural di bahasa
sumbernya. Ini menunjukkan bahwa Kegiatan penerjemahan bukanlah kegiatan
yang mudah. Seorang penerjemah harus dapat mengungkapkan ide atau gagasan
pengarang dari Bahasa sumber (SL) dengan baik kedalam bahasa sasaran (TL)
sehingga pembaca merasa bahwa bahasa yang di terjemahan itu natural dan tidak
kaku. Akan tetapi, pada praktiknya timbul banyak masalah dalam penerjemahan.
Kesulitan yang lumrah dihadapi penerjemah dalam menerjemahkan adalah
mencapai kesepadanan, bukan hanya itu yang muncul tentu saja essensi dari bahasa
yang tidak tersampaikan dengan benar, karena hanya diterjemahkan seenanya. Oleh
karena itu, peneliti mantap meneliti kesulitan mahasiswa dalam penerjemahan
bentuk tulisan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, terdapat dua masalah yang akan
dijawab dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana kesulitan mahasiswa dalam menerjemah suatu text narasi


dari bahasa Inggris ke Indonesia?
2. Bagaimana metode pembelajaran Translation di jurusan Bahasa inggris
semester v stain gajah putih.

3
Rumini, psikologi pendidikan cet. 2 , (yogyakarta: upp ikip yogyakarta, 1991)

2
C. Batasan Masalah

Untuk membatasi penelitian dan agar lebih terarah serta berjalan dengan baik,
maka perlu kiranya dibuat batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan
yang akan dibahas yaitu, penulis hanya menganalisis:

1. faktor- faktor Kesulitan mahasiswa dalam menerjemah suatu text narasi


dari bahasa Inggris ke Indonesia
2. metode pembelajaran Translation di jurusan Bahasa inggris semester v
stain gajah putih.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah dengan mencapai


tujuan yang dinyatakan di bawah ini:

1. Mendeskripsikan faktor – faktor kesulitan mahasiswa dalam proses


penerjemahan
2. Menjelaskan metode pembelajaran Translation di jurusan Bahasa
inggris semester v stain gajah putih.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat, baik secara teoretis maupun
secara praktis. Secara teoretis, pengetahuan mengenai penerjemahan dalam Bahasa
Inggris akan memberikan keuntungan sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat memberikan gambaran yang berkaitan dengan faktor


faktor kesulitan mahasiswa dalam menerjemah dari bahasa Ingrris ke dalam
Bahasa Indonesia.
2. Penelitian ini kiranya bisa menjadi gambaran kesulitan yang dihadapi
mahasiswa dalam menerjemah, sehingga dapat dijadikan rujukan mengenai
metode apa yang cocok untuk di terapkan dalam maka kuliah translation.

Sementara itu, penelitian ini juga memberikan manfaat praktis sebagai berikut:

3
1. Penelitian ini juga bermanfaat untuk melengkapi pengetahuan mengenai
metode- metode menerjemah.

F. Definisi Operasional

Sesuai dengan judul penelitian yaitu : Analisis Kesulitan Mahasiswa Dalam


Menerjemah Novel Berbahasa Inggris Prodi Tadris Bahasa Inggris Semester V
Stain Gajah Putih Maka definisi operasionalnya adalah:

Analisis, adalah sikap atau perhatian terhadap sesuatu (benda, fakta, fenomena)
sampai mampu menguraikan menjadi bagian bagain, sera mengenal kaitan kaitan
atar bagian tersebut dalam keseluruhan4. Analisis juga dapat di artikan sebagai
kemampuan memecahkan atau menguraikan suatu materi atau informasi menjadi
komponen komponen yang lebih kecil sehingga lebih mudah dipahami.

Teks, adalah suatu wacana yang difiksasikan dalam bentuk tulisan. Teks adalah
sebuah ungkapan yang memiliki isi, sintaksis, pragmatik dan itu semua menjadi
sebuah kesatuan yang menjadikan teksmemiliki makna yang menjadi sebuah
penjelasan akan sebuah hal (luxemburg)5.

Kesulitan, merupakan suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat beljar
dengan baik disebabkan karena adanya gangguan , baik secara faktor internal
maupun eksternal. Faktor ini menyebabkan siswa tidak mampu berkembang sesuai
dengan kapasistasnya6.

Penerjemahan, adalah suatu keahlian yang meliputi usaha mengganti pesan atau
pernyataan tertulis dalam suatu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama
dalam bahasa lain7.

4. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, ( Gramedia Pustaka Utama: Jakarta,
2008), Hal. 223
5. Anton Moeliono, Kajian Serba Linguistic, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000) Hal. 124
6. Sudharno Dwi Yuwono dan Asni, Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
2017) Hal. 43
7. Suryawinata, Zuchridin dan Sugeng Hariyanto. Translation: Bahasan Teori & Penuntun
Praktis Menerjemahkan, ( Yogyakarta: Kanisius, 2003) Hal. 46

4
Jadi yang akan dibahas oleh peneliti di dalam penelitian ini adalah kesulitan
penerjemahan novel berbahasa inggris di prodi tadris bahsa inggris semester v.

5
BAB II

LANDASAN TEORITIK

A. Translation
1. Pengertian Translation

Menurut Catford translation is “the replacement of textual material in one


language by equivalent textual material in another language”8 yang artinya adalah
penerjemahan adalah penggantian materi tekstual dalam satu bahasa dengan bahas
teks yang setara dalam bahasa lain.

Samahalnya dengan Nida, mengatakan bahwa translation is “ producing in


the receptor language the clotest natural equevalent of the source language, first in
term of meaning and secondly in terms of style”9 penerjemahan adalah kegiatan
memproduksi bahasa reseptor yang paling naturak dari bahasa sumber, pertama hal
yang diperhatikan adalah arti makna dan yang kedua adalah dalam hal gaya.

Sedangkan menurut Larson menyatakan bahwa “transfering the meaning of


the source language into receptor language, only the form change”10

Jadi translation adalah proses menyampaikan suatu informasi dari bahasa


sumber kebahasa target.

Menurut Peter Newmark dalam bukunya menyebutkan ada 4 metode


translation diantaranya dalah

1.1 word by word translation


Word for word translation adalah metode menerjemahkan satu demi satu
kata secara urut. Hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan metode

8. Catford. A Linguistic Theory Of Translation : An Essay On Applied Linguistics, (London :


Oxford University Press, 1974), Hal. 221
9. Nida. The Theory And Practice Of Translation, ( London: BRILL, 2003), hal. 201
10. Larson. Meaning-based translation: a guide to cross-language equivalence, (new
York: University Press of America. 1998) hal. 237

6
Word for word ini adalah adalah kita harus mempertahankan susunan
kalimat pada bahasa sumber. Oleh karena itu metode ini dapat
diterapkan dengan sempurna apabila struktur bahasa yang ingin
diterjemahkan sama dengan struktur bahasa terjemahan atau apabila
sumber teks berisi kata-kata tunggal. Metode ini biasanya digunakan
untuk menerjemahkan kata-kata sulit.
Contoh menerjemahkan dengan metode word for word: "There are
three boys and three girls in group A." (Ada tiga anak laki-laki dan 3
anak perempuan dalam kelompok A). Bisa kita lihat disini, karena
susunan kata pada kalimat sumber dan kalimat sasaran serupa, maka
metode Word for word bisa diterapkan. lain hal nya dengan contoh
berikut: "I know that little girl. " (Saya tahu itu anak perempuan. )
seharusnya terjemahan yang tepat adalah 'saya kenal anak perempuan
itu.' Dalam contoh ini susunan bahasa dalam kalimat sumber dan
kalimat sasaran tidak sama. Maka lebih kita menghindari metode Word
for word translation untuk menerjemahkan kalimat seperti ini.

1.2 literal translation


Sama halnya dengan Word for word translation, metode literal
translation juga menerjemahkan kata demi kata hanya saja lebih
menyesuaikan susunan atau tatanan kata dalam bahasa terjemahan.
Contoh menerjemahkan dengan metode literal translation: "My house is
in the right side." (Rumahku berada di sisi kanan) jika diterjemahkan
dengan Word for word maka akan menjadi seperti ini : 'Rumahku berada
di dalam kanan sisi.' Oleh karena itu kita tidak bisa menggunakan
metode Word for word).

1.3 faithful translation


Terjemahan ini mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual
walaupun masih terikat oleh struktur gramatikal bahasa sumber. Ia
berpengang teguh pada tujuan dan maksud bahasa sumber sehingga

7
terkesan kaku. Terjemahan ini bermanfaat sebagai proses awal tahap
pengalihan.

1.4 semantik transalation


Berbeda dengan terjemahan setia. Terjemahan semantis lebih
memperhitungkan unsur estetika teks bahasa sumber, sdan kreatif dalam
batas kewajaran. Selain itu terjemahan setia sifatnya masih terkait
dengan bahasa sumber, sedangkan penerjemahan semantis lebih
fleksibel

Kualitas hasil terjemahan ditentukan tiga aspek yaitu keakuratan,


keberterimaan dan keterbacaan. Tentu saja, yang paling baik ialah hasil terjemahan
dengan tingkat keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan yang tinggi. Namun,
dengan berbagai macam pertimbangan dalam praktiknya terkadang sulit untuk
menghasilkan terjemahan yang sempurna. Seringkali penerjemah dihadapkan pada
pilihan untuk lebih mementingkan suatu aspek dan sedikit mengorbankan aspek
yang lain.
Keakuratan berkaitan dengan kesepadanan makna antara ls dan tl. Pesan yang
diterjemahkan harus tersampaikan secara akurat, sama makna. Keakuratan menjadi
prinsip dasar penerjemahan, sehingga harus menjadi fokus utama penerjemah. Jika
keakuratan suatu terjemahan sangat rendah sekali, maka bisa dipertanyakan apakah
hasil tersebut termasuk hasil terjemahan atau bukan.

1. Kesepadan makna yang dimaksud bukanlah sekedar bentuknya, tetapi


pesan, ide gagasan pada BSu tersampaikan pada BSa. Kesepadanan juga
bukan berarti korespondensi satu-satu, dengan penerjemahan kata demi
kata. Namun lebih pada keseluruhan ide atau pesan. Sebagai contoh, apabila
yang diterjemahkan ialah surat resmi maka hasilnya pun haruslah berupa
surat resmi pula.
2. Keberterimaan ialah derajat kewajaran suatu teks terjemahan terhadap
norma, kaidah, budaya BSa. Terjemahan dengan tingkat keberterimaan

8
yang tinggi akan menghasilkan terjemahan yang alamiah, luwes dan tidak
kaku.
3. Keterbacaan ialah derajat mudah tidaknya suatu teks terjemahan dapat
dipahami. Teks terjemahan dikatakan memiliki tingkat keterbacaan yang
tinggi apabila teks tersebut mudah dipahami serta dimengerti oleh pembaca
teks bahasa sasaran. Di sini peran pembaca sangat diperlukan dalam
penentuan tingkat keterbacaan. Selain itu, tingkat keterbacaan suatu teks
terjemahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain panjang rata-rata
kalimat, jumlah kata-kata baru, dan kompleksitas gramatika dari bahasa
yang digunakan.
Ketiganya—keakuratan, keberterimaan, keterbacaan—memiliki peranan
penting dalam menentukan kualitas terjemahan. Keakuratan memiliki bobot
tertinggi dilanjutkan keberterimaan dan keterbacaan. Maksudnya, kalaupun harus
sedikit mengorbankan salah satu aspek, seharusnya keakuratan tetap menjadi tujuan
utama suatu penerjemahan11.

11. Abulhassan Hassan, “A Translation Quality Assessment of the English Translation of


the Hilali Epic”, jurnal art dan humanities, voll iv, no. 12, 2015, hal. 5

9
B. Kesulitan belajar
1. Pengertian Belajar.

Terdapat beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli, diantaranya12


Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengolahan informasi. Selain itu R.S Chauhan mengemukakan bahwa belajar
adalah membawa perubahan-perubahan dalam tingkah laku dari organisme (
learning is a relatively enduring change in behavior which is a function of prior
behavior, usually called practice ) Sedangkan menurut Suryabrata definisi belajar
selalu mencakup beberapa point penting sebagai berikut13 :

a. Proses belajar selalu membawa perubahan perilaku, baik kognitif, afektif,


maupun psikomotorik.
b. Pada dasarnya yang dimaksud perubahan tersebut pokoknya adalah proses
mendapatkan kecakapan atau keterampilan baru. c. Adanya perubahan
tersebut karena dilakukan secara sadar dan penuh usaha.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan yang terjadi
pada individu yang mencakup perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, keterampilan, dan pemahamannya
terhadap sesuatu yang dilakukan secara sadar dan penuh usaha.

2. Definisi Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris learning


disability. Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang
digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran.
Berikut ini definisi kesulitan belajar menurut para ahli : Rumini mengemukakan
bahwa kesulitan belajar merupakan kondisi saat siswa mengalami hambatan-

12. Irham, M. & Wiyani, N. Psikologi Pendidikan: Teori dan aplikasi dalam proses
pembelajaran (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2013), hal. 96
13. Irham, M. & Wiyani, N. A. 2013. Psikologi Pendidikan: Teori dan aplikasi dalam ...,
hal. 124

10
hambatan tertentu untuk mengikuti proses pembelajaran dan mencapai hasil belajar
secara optimal14. Kesulitan belajar adalah hal-hal atau gangguan yang
mengakibatkan kegagalan atau setidaknya menjadi gangguan yang dapat
menghambat kemajuan belajar15. Sejalan dengan pendapat diatas menurut Blassic
& Jones (Irham & Wiyani) kesulitan belajar yang dialami siswa menunjukkan
adanya kesenjangan atau jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan
prestasi akademik yang dicapai oleh siswa pada kenyataannya ( prestasi aktual )16.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar


merupakan hambatan yang dialami oleh siswa dalam proses belajar yang
menyebabkan siswa mendapatkan hasil yang kurang optimal dalam proses
belajarnya.

3. Klasifikasi Kesulitan Belajar

Menurut Abdurrahman Secara garis besar kesulitan belajar dapat


diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu :

a. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (


developmental learning disabilities ) yaitu kesulitan belajar yang
berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan
persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar
dalam penyesuaian perilaku sosial.
b. Kesulitan belajar akademik ( academic learning disabilities ) yaitu
kesulitan belajar yang mencakup adanya kegagalan-kegagalan
pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang
diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan
keterampilan dalam membaca, menulis, atau matematika.

14. Rumini, psikologi pendidikan cet. 2 , (yogyakarta: upp ikip yogyakarta, 1991) hal. 254
15. Hamalik, Umar. Metodologi Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, (Jakarta:
Depdikbud, 1983), hal. 11
16. Irham, M. & Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan aplikasi dalam proses
pembelajaran…, hal.176

11
Kesulitan yang dikaji dalam penelitian ini adalah kesulitan belajar akademik
saja yaitu tentang prestasi atau kemampuan akademik dimana dalam hal ini siswa
memiliki intelegensi tidak dibawah rata-rata namun mendapatkan prestasi belajar
rendah17.

4. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Ahmadi dan Supriyono,


menjelaskan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan
kedalam dua golongan yaitu berikut ni:
a. Faktor intern ( faktor dari dalam diri manusia itu sendiri ) yang
meliputi :
1) Faktor fisiologi Faktor fisiologis yang dapat menyebabkan
munculnya kesulitan belajar pada siswa seperti kondisi siswa
yang sedang sakit, kurang sehat, adanya kelemahan atau cacat
tubuh dan sebagainya.
2) Faktor psikologi Faktor psikologi siswa yang dapat
menyebabkan kesulitan belajar meliputi tingkat intelegensi pada
umumnya rendah, bakat terhadap mata pelajaran rendah, minat
belajar yang kurang, motivasi yang rendah, dan kondisi
kesehatan mental yang kurang baik.

b. Faktor ekstern ( faktor dari luar manusia ) meliputi :


a) Faktor-faktor non-sosial. Faktor non social yang dapat
menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat berupa
peralatan belajar atau media belajar yang kurang baik atau
bahkan kurang lengkap, kondisi ruang belajar atau gedung
yang kurang layak, kurikulum yang sangat sulit dijabarkan
oleh guru dan dikuasai oleh siswa, waktu pelaksanaan proses
pembelajaran yang kurang disiplin, dan sebagainya.

17. Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. (Jakarta: Rineka
Cipta. 2003), hal. 231

12
b) Faktor-faktor sosial. Faktor-faktor sosial yang juga dapat
menyebabkan munculnya permasalahan pada siswa seperti
faktor keluarga, faktor sekolah, teman bermain, dan
lingkungan masyarakat yang lebih luas.

Faktor sosial lainnya yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa
adalah faktor guru. Menurut Ahamadi dan Supriyono ondisi guru yang dapat
menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa adalah sebagai berikut:

1) Guru yang kurang mampu dalam menentukan mengampu mata


pelajaran dan pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan
2) Pola hubungan guru dengan siswa yang kurang baik, seperti suka marah,
tidak pernah senyum, sombong, tidak pandai menerangkan, pelit, dsb.
3) Guru menuntut dan menetapkan standar keberhasilan belajar yang
terlalu tinggi diatas kemampuan siswa secara umum18.

Sejalan dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono bahwa “faktor penyebab


kesulitan belajar siswa yaitu sikap siswa terhadap belajar, motivasi belajar siswa,
konsentrasi belajar siswa, bagaimana siswa mengolah bahan ajar, kemampuan
siswa menyimpan perolehan hasil belajar, proses siswa dalam menggali hasil
belajar yang tersimpan, kemampuan siswa untuk berprestasi dan unjuk kerja, rasa
percaya diri, intelegansi dan keberhasilan siswa, kebiasaan belajar siswa, serta cita-
cita siswa. Sementara faktor eksternal yang berpengaruh meliputi :

1) guru sebagai Pembina siswa,

2) sarana dan prasarana pembelajaran,

3) kebijakan penilaian,

4) lingkungan social siswa di sekolah, dan

5) kurikulum sekolah19.

18. hmadi, Abu dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka. Cipta 2013),
hal. 129
19. Dimyati & Mudjiono. Belajar & Pembelajaran. (Jakarta: Rineka. Cipta, 2013), hal. 47

13
Menurut Kirk dan Gallagher mengemukakan bahwa terdapat empat faktor
yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar yaitu :

1) Kondisi fisik, yang meliputi gangguan visual, gangguan pendengaran,


gangguan keseimbangan dan orientasi ruang, body image yang rendah,
hiperaktif, serta kurang gizi.
2) Lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah yang kurang
menguntungkan bagi anak akan menghambat perkembangan sosial,
psikologis dan pencapaian prestasi akademis.
3) Faktor motivasi dan afeksi, kedua factor ini dapat dapat memperberat
anak yang mengalami kesulitan belajar, anak yang selalu gagal pada satu
atau beberapa mata pelajaran cenderung menjadi tidak percaya diri,
mengabaikan tugas dan rendah diri. Sikap ini akan mengurangi motivasi
belajar dan muncul perasaan-perasaan negative terhadap hal-hal yang
berhubungan dengan sekolah. Kegagalan ini dapat membentuk pribadi
anak menjadi seorang pelajar yang pasif.
4) Kondisi Psikologis, kondisi psikologis ini meliputi gangguan perhatian,
persepsi visual, persepsi pendengaran, persepsi motorik,
ketidakmampuan berfikir, dan lambat dalam kemampuan berbahasa.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab


kesulitan belajar dibedakan menjadi 2 yaitu internal dan eksternal. Faktor kesulitan
belajar internal disebabkan dari dalam siswa sendiri sedangkan faktor eksternal
berasal dari luar dirinya seperti keluarga, lingkungan masyarakat, teman, dan
sekolah. Faktor tersebut adalah penghambat siswa untuk mendapatkan hasil belajar
yang baik yang mengakibatkan mahasiswa memperoleh prestasi belajar yang
rendah 20.

20. Gallagher & Kirk. 1986. Educating Exceptional Chi1dren 5 th edition, (Boston :
Houghton Mifflin Company, 1985) hal. 165.

14
5. Gejala-gejala Kesulitan Belajar.

Menurut Ahmadi dan Supriyono beberapa gejala sebagai pertanda adanya


kesulitan belajar :

1) Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang


dicapai oleh kelompok kelas.
2) Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
Ia berusaha keras tetapi nilainya selalu rendah.
3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal
dengan kawan-kawannya dalam semua hal, misalnya dalam
mengerjakan soal-soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar.
5) Anak didik menunjukkan tingkah laku yang berlainan.

Gejala-gejala tersebut harus diketahui oleh guru supaya guru dapat


membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dari gejala tersebut maka guru
dapat bekerja sama dengan guru bimbingan konseling untuk mengetahui faktor apa
saja yang menyebabkan siswa mengalami gejala kesulitan belajar21.

21. hmadi, Abu dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar…, hal. 187

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif deskirptif.


kualitatif merupakan metode baru karena popularitasnya belum lama, metode ini
juga dinamakan postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat post positifisme,
serta sebagai metode artistic karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang
terpola), dan disebut metode interpretive karena data hasil peneletian lebih
berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang di temukan di lapangan 22.
metode penelitian kuantitatif dapat di artikan sebagai metode penelitian yang di
gunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang teleh di tetapkan. Peneliti dapat
memperoleh informasi secara detail dan memungkinkan penulis untuk memperoleh
data datayang bersumber dari informan langsung, baik tertulis maupun lisan
sehingga peneliti bisa menghasilkan data deskriptif sebagai salah satu sumber acuan
penelitian ini, yaitu Analisis Kesulitan Mahasiswa dalam Menerjemah Novel
berbahasa inggris prodi tadris bahasa inggris semester v stain gajah putih.

B. Instrumen Yang Dipakai

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data penelitia n adanya instrumen penelitian adalah salah satu
syarat terbentuknya penelitian yang berkualitas.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

22
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Cetakan Ke-11 (Bandung:
Alfabeta, 2010), Hal. 124

16
1. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan di kelas E22 TBI unit B untuk mengetahui
bagaimana jalannya proses belajar Translation 1. Adapun alat yang
digunakan adalah pedoman observasi yang telah dibuat.

2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu bentuk instrumen penelitian kualitattif dimana
peneliti meminta data dengan cara melakukan tanya jawab secara lisan
dengan informan atau sumber data. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh data tentang apa apa saja yang menjadi kesulitan mahasiwa
dalam penerjemahan novel berbahasa inggris.

3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
arsip dan dokumen berbentuk buku seperti penilaian hasil ujian, teks yang
menjadi bahan penerjemahan dan silabus untuk materi pembelajaran.

C. Sumber Data/ Populasi Dan Sampel

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Sumber data primer

Sumber data primer perupakan sumber data utama dan penting yang
memungkinkan untu mendapatkan sejumlah informasi yang di perlukan dan
berkaiatan dengan penelitian. Data primer adalah sumber data penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak
pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi dari suatu
obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda). Dengan kata lain, peneliti
membutuhkan pengumpulan data dengan cara menjawab pertanyaan riset (metode
survei) atau penelitian benda (metode observasi).

17
Kelebihan dari data primer adalah data lebih mencerminkan kebenaran berdasarkan
dengan apa yang dilihat.dan didengar langsung oleh peneliti sehingga unsur-unsur
kebohongan dari sumber yang fenomenal dapat dihindari. Adapun yang menjadi
sumber data primer adalah mahasiswa prodi bahasa inggris semester v (lima).

2. Sumber Data sekunder


Sumber ata sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui
media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang
telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan
secara umum. Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan
cara berkunjung ke perpustakaan, pusat kajian, pusat arsip atau membaca banyak
buku yang berhubungan dengan penelitiannya. Kelebihan dari data sekunder adalah
waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk penelitian untuk mengklasifikasi
permasalahan dan mengevaluasi data, relatif lebi h sedikit dibandingkan dengan
pengumpulan data primer. Adapun data skunder dalam penelitian ini adalah dosen
translation dan buku buku yang dipakain dalam pelajaran translation 1.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data adalah sebuah langkah yang paling penting dalam sebuah
penelitan karena fungsi analisa data adalah menyimpulkan hasil penelitian.

Pengertian teknik analisa data adalah sebuah cara atau metode dalam mengolah
sebuah data menjadi informasi sehingga data tersebut dapat di mengerti dengan
mudah dan juga bermanfaat menemukan solusi dari permasalahan. Untuk
memberikan gambaran data tentang hasil penelitian, maka yang dilakukan adalah
sebagai berikut:

1. Reduksi data

Mereduksi data bearti merangkum, melihah hal hal pokok, dan


memfokuskannya pada hal hal yang penting, dicari pla dan temanya serta

18
pola dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan mengumpulan data selanjutnya dan mencarinya
bila diperlukan.

2. Penyajian data

Penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah penyajian yang


dilakkan dalam bentuk uraian singkat, bgan atau hunbungan anat kategori.
dengan menyajiakan datamaka akan memudahkan untuk mmahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutna berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut.

3. Verifikasi

Verifikasi adalah penaikan kesimpulan dimana kesimpulan awal


yang dikemukakan masih bersiafat sementara dan akan berubah ubah bila
tidak ditemukan bukti bukti yang kuat yang mendukung apa tahap
pengumpulan data tahap berikutnya.23

23
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Cetakan Ke-11..., hal. 338

19
E. Teknik Keabsahan Data

Metode analisis data yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik dari
penelitian kualitatif, yaitu analisis data secara induktif. Uji keabsahan data diunakan
untuk memastikan kebenaran dari data yang diperoleh Teknik-teknik yang
digunakan untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini adalah:

1. Ketekunan dan keajegan pengamatan Meningkatkan ketekunan dalam


wawancara dan observasi maka data dan urutan peristiwa akan dapat
direkam secara pasti dan sistematis.

2. Triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang


memanfaatkan sumber yang lain. Keabsahan data yang dilakukan dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan dan sebagai
pembanding terhadap data yang didapat.

3. Perpanjangan Keikutsertaan Pada perpanjangan keikutsertaan ini, peneliti


sebagai alat ukur dalam mengumpulkan data meliputi observasi dan
wawancara pada berbagai latar dan peristiwa. Hal ini dilakukan guna
mempelajari kebudayaan, meaning dan intepretasi dari permasalahan yang
ada.

20
DAFTAR KEPERPUSTAKAAN

Peter Newmark, A Textbook Of Translation, New York: Prentice Hall, 1988

Rumini, Psikologi Pendidikan Cet. 2 , Yogyakarta: Upp Ikip Yogyakarta,


1991

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Gramedia Pustaka Utama:


Jakarta, 2008

Sudharno Dwi Yuwono dan Asni, Evaluasi Program Bimbingan dan


Konseling, Jakarta: 2017

Suryawinata, Zuchridin dan Sugeng Hariyanto. Translation: Bahasan Teori


& Penuntun Praktis Menerjemahkan, Yogyakarta: Kanisius, 2003

Catford. A Linguistic Theory Of Translation : An Essay On Applied


Linguistics, London : Oxford University Press, 1974

Nida. The Theory And Practice Of Translation, London: BRILL, 2003

Larson. Meaning-based translation: a guide to cross-language equivalence,


new York: University Press of America. 1998

Abulhassan Hassan, “A Translation Quality Assessment of the English


Translation of the Hilali Epic”, jurnal art dan humanities, vol IV, no. 12, 2015

Irham, M.dan Wiyani, N. Psikologi Pendidikan: Teori dan aplikasi dalam


proses pembelajaran, Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2013

Hamalik, Umar. Metodologi Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar,


Jakarta: Depdikbud, 1983

21
Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta. 2003

hmadi, Abu dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka.


Cipta 2013

Dimyati & Mudjiono. Belajar & Pembelajaran. jakarta: Rineka. Cipta,


2013

Gallagher dan Kirk. Educating Exceptional Chi1dren 5 th edition, Boston :


Houghton Mifflin Company, 1985

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Cetakan Ke


2 Bandung: Alfabeta, 2010

22

Anda mungkin juga menyukai