Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ETIKA PROFESI

ETIKA PROFESI PENERJEMAH

Disusun oleh:
Hanif Yogatama 5160411331
Arif Hermawan 5160411315
Arif Hermanto 5160411314
Rayana Rinaldi 5160411285
M. Dhani Syafri 5160411310
Wildan Almanda Putra 5160411321

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN ELEKTRO
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
2019AN
1. Pendahuluan
Sejarah kebudayaan bangsa-bangsa di dunia, khususnya yang mengenal aksara, dari
zaman kuno hingga masa kini, telah menunjukkan pentingnya kegiatan penerjemahan
(dalam arti penerjemahan tulis dan lisan) sebagai sarana efektif untuk mengembangkan
saling pengertian antarbangsa.
Aktivitas penerjemahan di Indonesia sudah berlangsung selama kurang lebih seribu
tahun, malah lebih dari itu karena kita tahu bahwa Kakawin Ramayana berbahasa Jawa
Kuno, yang disadur dari sebuah karya Sanskerta, dikarang pada abad ke-9.1
Selain itu, pengalaman panjang berbagai bangsa yang rajin belajar dari terjemahan
karya bangsa lain menyimpulkan bahwa kekayaan pengetahuan yang terkandung dalam
karya terjemahan meningkatkan khazanah pengetahuan bangsa sendiri. Hal itu
mencakupi perbendaharaan kata yang mereka serap dari naskah dalam bahasa sumber
yang memperkaya perbendaharaan kata bahasa mereka sendiri. Begitu juga, karya-karya
sastra besar dari bangsa lain ternyata dapat menjadi ilham, rangsangan, dan bahan
belajar tentang dunia, ideologi, konsep, teori sejarah dan masyarakat, cara hidup, dan
bahkan arti kehidupan. Pengalaman berbagai budaya di Indonesia pun menunjukkan
peran positif penerjemahan; salah satu buktinya adalah susastra daerah, misalnya
susastra Jawa dan Melayu berkembang, selain berkat kreativitas pujangganya dan juga
karena penerjemahan atau penyaduran karya asing dari bahasa Sanskerta, Arab, dan
Parsi.
Dalam perkembangannya, penerjemahan juga berperan dalam bidang sosial,
politik, pendidikan, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Karena itu,
penerjemahan menduduki tempat yang strategis dalam kehidupan masyarakat.
Dengan manfaat yang tidak ternilai bagi pengembangan budaya bangsa seperti itu,
penerjemahan merupakan sarana yang efektif bagi pengembangan sumber daya
manusia. Penerjemahan merupakan salah satu sarana pencerdasan dan pencerahan
bangsa. Namun, sebagai bidang yang mandiri, penerjemahan menuntut adanya kode etik
profesi tersendiri untuk melindungi penerjemah dan masyarakat dari praktik-praktik
yang tidak terpuji dan bahkan melanggar hukum.
2. Definisi Penerjemah
Penerjemahan berasal dari kata dasar ‘terjemah’ yang berarti mengalihbahasakan
(1997:1047). Sementara itu dalam bahasa Inggris, istilah penerjemah disebut
translation. Nida dan Taber(1969) menjelaskan bahwa penerjemahan adalah usaha
mencipta kembali pesan dalam bahasa sumber(BSu) ke dalam bahasa sasaran(BSa)
dengan padanan alami yang sedekat mungkin, pertama-tama dalam hal makna dan
kemudian gaya bahasanya(Suryawinata, 2000;120). Dalam hal yang sama,
Brislin(1976) didalam Nababan(2003:19) mengatakan bahwa penerjemahan adalah
istilah umum yang mengacu pada pengalihan pikiran atau gagasan dari suatu bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran. Selanjutnya, Kridalaksana(1985) mendefinisikan
penerjemahan sebagai pemindahan amanat dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran
dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kemudian gaya
bahasanya(20:2003).
Pendapat ahli diatas cenderung sama dengan menggunakan bahasa yang berbeda.
Tetapi pada intinya adalah, penerjemahan tidak hanya mengganti bahasa dalam bahasa
sumber ke dalam bahasa target, tetapi juga memindahkan makna. Karena, pembaca
bahasa sasaran ingin mengetahui maksud dan keinginan penulis yang tertulis dalam
bahasa sumber.
3. Objek Penerjemahan
Dalam kegiatan penerjemahan, obyek penerjemahan terbagi menjadi dua. Pertama
adalah penerjemahan teks dan yang kedua yaitu penerjemahan lisan atau interpreter.
Newmark (1981) dalam David(2009)memandang penerjemahan tidak terbatas hanya
pada kegiatan tulis atau pesan semata, lebih mewakili kegiatan Menurutnya,
penerjemahan merupakan suatu ketrampilan atau seni menggantikan suatu pesan
tertulis dan atau pernyataan dalam suatu bahasa dengan pesan dan atau pernyataan yang
sama dalam bahasa lainnya (Newmark, 1981:7). Kedua macam obyek terjemahan
tersebut mempunyai inti yang sama yakni sama-sama menerjemahkan. Tetapi ada
perbedaannya. Berikut adalah penjelasannya.
a. Penerjemahan Teks
Penerjemahan teks adalah menerjemahkan sebuah teks yang tertulis, baik dalam
bentuk buku, artikel ilmiah jurnal dan lain lain. Cartford(1965) didalam
Suryawinata(2003:11) mengatakan bahwa ” translation is the replacement of
textual material in one language by equivalent textual material in another
language. Pendapat cartford, bisa dijelaskan bahwa penerjemahan adalah
menggantikan materi teks dari satu bahasa dengan materi teks yang sepadan
bahasa lainnya. Dalam penerjemahan teks, penerjemah menerjemahkan
beragam kalimat untuk kemudian dialihkan kedalam bahasa lain. Dalam proses
menerjemahkan, mereka menggunakan perkakas, lazimnya disebut sebagai
perkakas penerjemahan. Adapun perkakaspenerjemahan adalah, kertas, pensil
atau bullpen, serta kamus.
b. Penerjemahan Lisan
Penerjemah lisan adalah penerjemahan yang dilakukan dengan berbicara.
Penerjemahan ini mempunyai bahasa sendiri. Di dalam bahasa Inggris,
penerjemahan tulis disebut sebagai translation, sedangkan terjemahan lisan
disebut sebagai interpretation(2003:25). DiIndonesia, ahli penerjemah lisan
dikenal sebagai interpreter. Interpreter bertugas didalam ruangan, seperti
diistana negara, ruang konferensi. Mereka mempunyai ketrampilan yang lebih
dari penerjemah teks. Mereka tidak hanya bisa memahami ujaran pembicara
tetapi juga terampil didalam membuat catatan dan mengungkapkan hasil
pemahaman dan catatannya kedalam bahasa sasaran secara lisan(2003:26).
4. Janji Penerjemah
4.1. Sikap
a. Menjunjung tinggi dan menerapkan asas-asas Pancasila;
b. Mengacu ke standar profesi yang digariskan organisasi;
c. Selalu menjaga profesionalisme dan menjunjung integritas dalam
berhubungan dengan pihak mana pun;
d. Dalam hubungan kerja antarpenerjemah:
- Saling menghormati dan bersaing secara sehat;
- Memupuk kerja sama dan solidaritas;
e. Menghormati hak-hak klien dan tidak mencampuri urusan antara klien dan
pihak lain;
f. Menjaga kerahasiaan informasi yang terkandung dalam materi yang
diterjemahkan.
4.2. Perilaku
a. Menerapkan standar kinerja yang tinggi guna mencapai hasil terbaik secara
etis dengan praktik bisnis yang sehat;
b. Menolak pekerjaan yang:
- Isinya melanggar peraturan perundang-undangan, kecuali atas perintah
pihak yang berwenang dan diberi kekebalan hukum;
- Tidak sesuai dengan tingkat kemampuan yang disyaratkan;
- Menempatkan diri penerjemah berada pada situasi benturan
kepentingan;
c. Tidak memanipulasi pesan yang terkandung di dalam bahasa sumber, kecuali
manipulasi tersebut diperlukan sebagai bentuk kreativitas yang sah dan
secara tegas dinyatakan dalam lingkup pekerjaan yang diberikan kepada
penerjemah.

4.3. Standar Kinerja


a. Menerima pekerjaan yang sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki dengan penuh tanggung jawab untuk memberikan yang terbaik;
b. Dalam hubungan kerja dengan klien:
- Menjaga kepentingan klien dalam materi yang diterjemahkan
sebagaimana penerjemah menjaga kepentingan diri sendiri.
- Menaati tenggat waktu penyerahan pekerjaan yang sudah disepakati
dengan klien.
c. Sepanjang menyangkut kompetensi, berusaha mengalihkan pesan dari
bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan baik dan benar, dengan
memenuhi hal-hal sebagai berikut:
- Menguasai bahasa sumber (baik bahasa asing maupun bahasa daerah)
dan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dengan tingkat
penguasaan yang tinggi;
- Memiliki pengetahuan yang memadai tentang pokok bahasan dan
peristilahannya dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran;
- Mempunyai akses pada sumber informasi dan bahan referensi serta
mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai peranti
pendukungnya; dan
- Terus-menerus berupaya menjaga, meningkatkan, memperluas, dan
memperdalam pengetahuan tentang penerjemahan.
5. Sanksi Bagi Penerjemah
Berdasarkan Acuan yang tertulis pada HPI (Himpunan Penerjemah Indonesia) bagi
seorang penerjemah patut mengetahui beberapa sanksi diantaranya :
a. Jika diduga terjadi pelanggaran Kode Etik oleh seorang atau sekelompok
anggota HPI, maka Badan Pengurus HPI wajib melaporkan pelanggaran
tersebut kepada Dewan Kehormatan HPI yang akan melakukan verifikasi.
b. Kepada seorang atau sekelompok anggota HPI yang melakukan pelanggaran
kode etik wajib diberikan kesempatan membela diri dalam proses verifikasi.
c. Dewan Kehormatan HPI akan memberikan rekomendasi kepada Badan
Pengurus HPI setelah verifikasi poin 2.
d. Keputusan Dewan Kehormatan HPI, dapat berupa:
i. Pernyataan bahwa seorang atau sekelompok anggota HPI yang dilaporkan
tersebut tidak terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik dan nama
baiknya dipulihkan; atau
e. Pernyataan bahwa seorang atau sekelompok anggota HPI yang dilaporkan
tersebut terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik dapat dikenai sanksi berupa
teguran lisan, peringatan tertulis, pembekuan keanggotaan (skorsing) selama
jangka waktu tertentu, pemberhentian tidak hormat sebagai anggota HPI.
f. Badan Pengurus HPI wajib mengenakan sanksi kepada seorang atau
sekelompok anggota HPI yang melanggar Kode Etik sesuai dengan keputusan
Dewan Kehormatan.

6. Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas, disimpulkan sebagai berikut; kompetensi
penerjemahan merupakan pengetahuan yang dibutuhkan oleh penerjemah. Nababan
mengatakan bahwa, kompetensi penerjemahan yang dimiliki seseorang akan
membantu dia menjadi penerjemah yang professional dan berkompeten
dibidangnya(2008). Peran mereka dalam “menjembatani” aktivitas yang melibatkan
dua bahasa berbeda akan turut memudahkan komunikasi dimasyarakat. Disamping
itu, penerjemah berkompeten akan memajukan segala aspek kehidupan masyarakat,
terutama dalam bidang teknologi, sosial dan budaya.
Daftar Pustaka

Nababan, M.R.Teori Menerjemahkan. 2008. Pustaka


Pelajar.Yogyakarta

Suryawinata, Zuhridin. Translation Bahasa teori & Penuntun Praktis


Menerjemahkan.Kanisius.2003 Yogyakata.

Himpunan Penerjemah Indonesia, Kode Etik Profesi Penerjemah.2013. PDF file 22


Maret 2018.

Anda mungkin juga menyukai