V. Uraian Materi
A. How to Translate English Text
Definisi Penerjemahan
Menurut J.C. Catford (1965), seorang profesor linguistik di Universitas Michigan,
terjemahan adalah the replacement of textual material in another language, yaitu penggantian
naskah bahasa berbahasa sumber dengan naskah berbahasa sasaran secara sepadan. Di sini
dapat dilihat bahwa Catford menekankan bahwa naskah pengganti haruslah sepadan dengan
naskah sumber. Kesepadanan merupakan hal yang amat penting dalam penerjemahan,
sehingga pesannya dapat seragam dengan pesan yang terkandung dalam naskah aslinya.
Sebaliknya apabila tidak sepadan, penggantian naskah tersebut bukan merupakan suatu
terjemahan.
Menurut J. Levy (1967), terjemahan merupakan suatu keterampilan di mana kejelasan
diri penerjemah tampak tercermin dalam opininya. Terjemahan menurutnya merupakan
“suatu proses kreatif yang memberikan kebebasan bagi penerjemah buat memilih
kemungkinan padanan yang dekat dalam mengungkapkan makna yang sesuai dengan
situasinya.”
Menurut P. Newmark (1974), terjemahan merupakan “latihan dalam upaya
menggantikan pesan tertulis dari bahasa satu dengan pesan yang sama pada bahasa lainnya.”
Sedangkan Eugene A. Nida menyebutkan bahwa “menerjemahkan berarti menciptakan
padanan yang paling dekat dalam bahasa penerima terhadap pesan bahasa sumber, pertama
dalam hal makna dan kedua pada gaya bahasanya.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjemahan lebih menekankan pada
makna, sehingga ada kesesuaian dan kesamaan pesan penulis naskah aslinya dengan pesan
yang diterima pembaca yang bukan masyarakatnya di luar jangkauan bahasanya setelah lewat
proses penerjemahan.
Dalam menerjemahkan, penting untuk memperhatikan padanan bahasa. Menurut
Zenner (1971) padanan merupakan kriteria yang mendasar bagi suatu terjemahan. Akan tetapi
sulit untuk menemukan padanan karena padanan bukan merupakan sinonim sempurna
ataupun arti yang identik. Ini disebabkan perbedaan budaya, sejarah, dan gaya bahasa.
Misalnya kata kursi dalam bahasa Indonesia merepresentasikan hamper semua alat untuk
tempat duduk. Sedangkan dalam bahasa Inggris terdapat beberapa istilah untuk berbagai
bentuk kursi. Contohnya, bench dalam bahasa Inggris merujuk pada kursi yang berbentuk
panjang, dengan atau tanpa sandaran. Oleh karena kursi ini sering terlihat di tempat umum,
dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai kursi taman. Selain itu, ada juga kata
stool yang merupakan kursi berbentuk bulat dengan satu kaki tinggi tanpa sandaran, yang
dalam bahasa Indonesia tetap disebut kursi.
Dengan demikian, ditemukan berbagai masalah dalam menemukan padanan, terutama
apabila penerjemah setia untuk mempertahankan bentuk atau struktur kalimat dalam bahasa
sumber. Selain itu, menurut Barclay M. Newman, terdapat beberapa kendala bahasa yang
meliputi gaya perkataan, struktur kalimat, istilah, tata bahasa, dan kiasan.
Kata
Kata bermacam-macam menurut jenisnya seperti kata benda, kata sifat, kata kerja,
kata keterangan, kata depan, idiom (a needle in a haystack=mencari jarum dalam
tumpukan jerami), proverb, dsb. Suatu kata bisa berarti berbeda-beda pada tiap kalimat dan
konteks yang berbeda, bahkan ketika artinya hanya berupa kata kerja. Misalnya kata kerja
get:
George gets home before midnight
= George tiba di rumah sebelum tengah malam
Please get the window
= Tolong bukakan jendelanya
Get the doctor!
= Panggilkan dokter!
Struktur Kalimat
Kadangkala perubahan struktur kalimat secara radikal harus dilakukan agar
komunikasi tetap berjalan dan pembaca mengerti apa yang dimaksudkan penulis dan
penerjemah. Apabila terjemahan mengikuti struktur kalimat naskah asli, akan terasa janggal
dan tidak luwes dalam bahasa pengganti. Misalnya beberapa kalimat bahasa Indonesia
berikut yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris:
Anda sedang dicari seseorang.
= You are being looked by someone.
Ini kepunyaan saya.
= It’s owned by me.
Untuk memperoleh terjemahan yang tepat, perlu disesuaikan dengan struktur bahasa
Inggris sehingga lebih tepat makna dan tidak janggal:
Anda sedang dicari seseorang = Someone is looking for you
Ini kepunyaan saya = It’s mine
Istilah
Banyak istilah dalam bahasa Inggris yang sulit dicarikan padanannya dalam bahasa
Indonesia, bahkan tidak ada sama sekali. Begitupun sebaliknya, kadangkala ada kata bahasa
Indonesia yang tidak ada dalam bahasa Inggris karena perbedaan budaya. Untuk itu
penerjemah harus dapat menyiasati keterbatasan tersebut dengan cara sebagai berikut:
1. Menggarisbawahi istilah tersebut dalam produk terjemahan dengan melengkapi
catatan seperlunya sebagai keterangan.
2. Menyerap istilah tersebut yang disebut loan translation, asalkan berorientasi kepada
sistem bunyi kaidah bahasa Indonesia (EYD), misalnya:
acclamation = aklamasi
circulation = sirkulasi
effective = efektif
3. Menentukan benda (kalau itu benda) dalam kebudayaan bahasa sumber yang hampir
sama dengan nama benda dalam bahasa sasaran, disebut sebagai translation term.
4. Mendefinisikan kata tersebut seperti bahasa sumber mendefinisikannya, bila didefinisi
itu memang ada dan dapat dicari dalam bahasa itu.
5. Memberikan gambar/sket benda tersebut bila diperlukan.
Tatabahasa
Penerjemahan yang terlalu mengikuti tatabahasa (grammatical categories) seperti kata
benda diterjemahkan menjadi kata benda, kata kerja menjadi kata kerja, dan seterusnya, akan
mengakibatkan produk terjemahan menjadi kaku. Misalnya:
A visit to a grandmother.
= Suatu kunjungan ke seorang nenek.
Susy broke her legs.
= Susi telah mematahkan kaki-kakinya.
Untuk menerjemahkan kalimat di atas, sebaiknya perlu dilakukan perombakan atau
penghilangan kata agar terjemahan enak dibaca. Terjemahan dua kalimat di atas seharusnya
menjadi:
Mengunjungi nenek.
Kedua kaki susi telah patah.
Kiasan
Satu lagi hal yang harus disesuaikan dalam penerjemahan dan tidak bisa
diterjemahkan kata per kata adalah kiasan. Kiasan yang sesuai dengan bahasa sumber sulit
untuk didapat, walaupun setiap bahasa pastilah mempunyai kiasan. Newman menawarkan
solusi untuk menerjemahkan sesuai dengan konteks:
1. Menetapkan kiasan dari bahasa sumber tersebut dengan (a) tanpa menambah
penjelasan, atau (b) menambah penjelasan pada kiasan.
2. Menerjemahkan kiasan dari bahasa sumber dengan suatu kiasan yang lain dari bahasa
penerima, kalau kiasan tersebut sesuai dengan kebudayaan asli.
3. Menjelaskan arti kiasan tersebut tanpa menggunakan kiasan.
Example of Text
Artificial Intelligence (AI) is one of the most nebulous technologies in contemporary
capitalism. It has come to stand for a wide variety of machines, automations, simulations, and
speculations. Intelligent assistants such as Alexa and Cortana, Machine Learning (ML),
cyborgs, robots, expert systems, downloaded minds, automata, self-driving cars, pattern
recognition, transhumanists, post-humanists, semantic nets, neural nets, natural language
processing, godlike consciousnesses, and future automated existential threats are all parts of
what might be called AI. In many ways there is nothing new about AI. Humans have always
imagined enchanted objects and mechanical devices that might approximate some form of
consciousness. Cave, Dihal and Dillon (2020) span human history in bringing together
fictional and non-fictional accounts, of ‘AI Narratives’. Several chapters in their collected
volume identify pre-capitalist accounts of AI from Greek philosophy and the Middle Ages.
Although these are not AI as we might understand it, these conceptions of intelligent,
reasoning, or conscious ‘things’ are already embedded in a historical mode of production
(slavery or feudalism). In contrast, contemporary AI is largely a capitalist technology and (as
I argue in Chapter 6) we often look at advanced AI not as a slave or a serf but as an owned
machine (as part of capital) and speculatively as a future conscious, or even ‘labouring’,
entity.
VI. Rubrik Penilaian
1. Jelaskan teknik yang diperlukan dalam menerjemah teks bahasa Inggris ke bahasa
Indonesia.
2. Uraikan kesulitan-kesulitan yang sering ditemukan dalam menerjemah dan
penyelesaiannya.
3. Kerjakan latihan menerjemah teks bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.