Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Buku cerita bilingual “Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

Children” merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa

Indonesia sebagai bahasa sumber yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai

bahasa sasaran. Di dalam buku cerita bilingual “Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales

for Creative Children” terdapat banyak kalimat langsung pada setiap cerita anak yang

berjumlah delapan cerita.

Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan ucapan atau ujaran orang lain.

Kalimat hasil kutipan pembicaraan seseorang persis seperti apa yang dikatakannya.

Bagian ujaran atau ucapan diberi tanda petik (“….”) dapat berupa kalimat perintah,

berita, seruan atau kalimat tanya (Erwan, dkk, 2007:94). Konteks di dalam delapan

cerita pada buku cerita bilingual “Kumpulan Cerita Anak Kreatif – Tales for Creative

Children” berada di tempat bermain, di dalam rumah, maupun di pekarangan rumah,

oleh sebab itu konteksnya bersifat tidak formal sehingga kalimat-kalimat langsung dari

bahasa sumber yaitu bahasa Indonesia yang terdapat di dalam delapan cerita berbentuk

kalimat-kalimat langsung yang tidak baku dan sangat berkaitan dengan budaya si

penuturnya, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran yaitu bahasa

Inggris. Seperti contoh: “Bisa-bisa Mama bangun.” diterjemahkan menjadi “I don’t

want to wake Mom up”. Contoh yang lain misalnya: “Saatnya mencoba!” diterjemahkan

1
menjadi “It’s the moment of truth!”. Dapat dilihat dari kedua contoh tersebut bahwa

penerjemahan tersebut bukanlah penerjemahan secara literal kata per kata dari teks

sumber ke dalam teks sasaran. Teks terjemahan mengalami perubahan bentuk yang

signifikan di dalam kalimat langsung teks sasaran yang merupakan hasil terjemahan ke

dalam bahasa Inggris dari bahasa Indonesia, namun pesan yang disampaikan dari teks

sumber ke dalam teks sasaran tetap sama.

Berdasarkan latar belakang di atas dan pentingnya peranan buku cerita anak

sebagai wadah kreatifitas dan ilmu pengetahuan yang dituangkan dalam buku bilingual,

maka peneliti tertarik untuk mengidentifikasi jenis-jenis kalimat langsung yang terdapat

di dalam buku cerita bilingual “Kumpulan Cerita Anak Kreatif- Tales for Creative

Children”. Selanjutnya menganalisis strategi penerjemahan yang digunakan oleh Hadi

Kurniawan sebagai penerjemah dalam menerjemahkan kalimat langsung berdasarkan

jenisnya dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, kemudian menganalisis tingkat

kesepadanan kata dan frasa di dalam kalimat langsung pada teks sumber dengan kata

dan frasa di dalam kalimat langsung pada teks sasaran.

Dengan mengidentifikasi jenis kalimat langsung yang terdapat di dalam buku

bilingual “Kumpulan Cerita Anak Kreatif – Tales for Creative Children”, peneliti dapat

mengklasifikasikan kalimat langsung berdasarkan jenisnya. Selanjutnya peneliti

menganalisis strategi penerjemahan kalimat langsung berdasarkan jenisnya untuk

melihat strategi penerjemahan yang cenderung digunakan dalam menerjemahkan

kalimat langsung dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Seterusnya peneliti

menganalisis tingkat kesepadanan kata dan frasa yang terdapat di dalam kalimat

2
langsung pada teks terjemahan dengan kata dan frasa yang terdapat di dalam kalimat

langsung pada teks sumber. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan analisis

komponen makna agar peneliti dapat menyimpulkan apakah kalimat langsung yang

berbentuk tidak baku dalam konteks tidak formal di dalam bahasa Indonesia memiliki

pilihan-pilihan kata yang sepadan ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris

sehingga buku cerita bilingual “Kumpulan Cerita Anak Kreatif – Tales for Creative

Children” dapat mendukung kebutuhan anak untuk mempelajari bahasa Inggris.

Tanpa penerjemahan, tidak akan ada sejarah dunia (L.G. Kelly 2002).

Penerjemahan memberikan banyak sumbangan terhadap peradaban dan perkembangan

seluruh kehidupan budaya dan intelektual. Penerjemahan terkait erat dengan kemajuan

karena semua periode kebangkitan sejarah bangsa-bangsa dimulai dengan

penerjemahan. Penerjemahan memperkenalkan bangsa-bangsa ke berbagai perspektif

tentang jalur-jalur ke arah modernisasi dan kemajuan intelektual.

Kata Yunani kuno untuk penerjemah atau juru bahasa adalah Hermêneus, yang

secara langsung terkait dengan nama dewa Hermes. Verba Hermêneus berarti

memaknai bahasa asing, menerjemahkan, menjelaskan, mengomentari, menuangkan

dalam kata-kata, menyatakan, mendeskripsikan, dan menulis. Banyaknya arti lain untuk

istilah Yunani yang mengacu pada penerjemah atau juru bahasa itu (perantara,

penengah, dsb.) menunjukkan bahwa juru bahasa hampir bisa dipastikan telah ada pada

jaman prasejarah, yaitu jaman ketika tulisan belum ditemukan.

Pada zaman kuno, gagasan dan wawasan ditransfer dari satu budaya ke budaya

yang lain, terutama melalui para musafir dan pedagang. Secara bertahap, penerjemahan

3
mulai memainkan, dan terus memainkan, peran utama dalam perkembangan budaya

dunia. Misalnya, penerjemahan memainkan peran besar dalam pergerakan pengetahuan

dari Yunani Kuno ke Iran, dari India ke jazirah Arab, dari Islam ke Kristen, dan dari

Eropa ke Cina dan Jepang.

Ada dua contoh historis besar bagaimana penerjemahan memperkenalkan satu

budaya ke budaya yang lain. Pertama adalah penerjemahan kitab suci Budha dari

berbagai ragam bahasa India ke dalam bahasa Cina. Kedua adalah penerjemahan karya-

karya filsuf dan ilmuwan Yunani dari bahasa Yunani dan Syam ke dalam bahasa Arab,

yang dengan demikian memperkenalkan mereka dengan dunia Islam.

Sejarah budaya dunia dari sudut pandang penerjemahan mengungkapkan adanya

aliran gagasan dan bentuk yang konstan, dan aliran budaya yang secara konstan

menyerap pengaruh-pengaruh baru berkat karya para penerjemah. Hal ini membuyarkan

asumsi bahwa segala sesuatu berasal dari Barat dan mengalahkan gagasan pembatasan

yang kaku antara Timur dan Barat.

Para penerjemah telah menemukan huruf, membantu membangun bahasa dan

menulis kamus. Mereka berjasa besar atas kebangkitan kesusastraan bangsa, penyebaran

pengetahuan dan agama. Dengan menjadi importir nilai-nilai budaya asing dan pemain

kunci di berbagai momen besar sejarah, para penerjemah dan juru bahasa telah

memainkan peran yang menentukan dalam perkembangan masyarakat mereka dan telah

berjasa dalam pengungkapan sejarah intelektual itu sendiri.” (“Translators through

History”, Jean Delisle dan Judith Woodsworth, John Benjamins Publishing Co., 1995).

4
Memisahkan bahasa dan identitas budaya itu sulit. Suatu bahasa tidak akan bisa

menyatakan makna bahasa yang lain. Ada perbedaan antara makna inheren dengan

makna yang ditangkap dan dinyatakan. Dalam hal ini, bahasa yang berlainan cenderung

mendorong penuturnya untuk berpikir berbeda pula, artinya, mengarahkan perhatian

mereka ke berbagai aspek lingkungannya.

Penerjemahan bukan sekedar mencari kata-kata lain yang bermakna serupa,

melainkan mencari cara yang tepat untuk mengatakan sesuatu dalam bahasa lain.

Bahasa yang berbeda mungkin menggunakan bentuk linguistik yang berbeda, tetapi

perbedaan ini hanyalah salah satu aspek dari perbedaan antara dua sistem bahasa.

Dari sudut pandang masyarakat awam penerjemahan merupakan satu pekerjaan

sederhana, yaitu satu pekerjaan yang bertujuan mengartikan kata demi kata dari BSu ke

BSa. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat yang di sampaikan oleh Newmark (1981:7)

yang mendefinisikan, “Penerjemahan adalah suatu upaya mengalihkan pesan yang

tertulis dalam BSu ke dalam BSa dengan mengutamakan kesepadanan makna.

Memang bukan hal yang mudah dalam menerjemahkan suatu teks. Ketika

menerjemahkan teks, penerjemah dihadapkan pada perbedaan bentuk frasa, klausa,

kalimat teks sumber dan teks sasaran. Setiap bahasa memiliki aturan masing-masing

yang dipengaruhi oleh budaya masing-masing pula. Yang terpenting adalah ketika

menerjemahkan suatu kalimat, penerjemah harus menyadari bahwa akan ada perubahan

bentuk frasa, klausa dan kalimat. Sehingga, penyampaian pesan dari bahasa sumber ke

bahasa sasaran tetap terjaga, dipertahankan dan tidak berubah walaupun bentuk frasa,

klausa, kalimat bahkan struktur berubah. Perlu diingat bahwa sebelum menerjemahkan

5
teks, penerjemah harus menemukan dan mengetahui apa pesan yang ingin disampaikan

penulis. Artinya, penerjemah harus membaca seluruh teks yang ingin diterjemahkan

hingga menemukan pesan yang tersirat dalam teks sumber.

Salah satu penerjemahan yang banyak didapati sekarang ini adalah

penerjemahan cerita anak. Kehadiran buku-buku bilingual merupakan salah satu

alternatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mengejar informasi yang ada.

Perkembangan dan jumlah buku-buku bilingual sangat besar peningkatannya. Hal ini

membuka pintu informasi di kalangan semua pihak baik di kalangan anak-anak maupun

orang dewasa, baik dalam bentuk informasi, sastra maupun teknologi. Karya-karya

besar dari para ahli di setiap bidangnya bahkan sampai pada karya sastra anak

merupakan wilayah bagi penerjemahan yang sangat populer saat ini, hal ini bisa dilihat

dari maraknya karya sastra terjemahan yang ditawarkan diberbagai toko buku.

Pada umumnya cerita anak berangkat dari fakta yang konkret (kongruen) dan

mudah diimajinasikan (Puryanto, 2008:2). Cerita yang disajikan secara emosional

psikologis harus dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak karena apa yang terdapat

dalam cerita anak merupakan pelukisan kehidupan anak yang imajinatif ke dalam

bentuk struktur bahasa anak..

Sastra anak merupakan pembayangan atau pelukisan kehidupan anak yang

imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Sastra anak merupakan sastra yang

ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra tentang anak bisa saja isinya

tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan

disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya. (Puryanto, 2008:2). Ada empat hal

6
yang menjadi perbedaan antara sastra anak dan sastra dewasa yang ditunjukkan pada

tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Unsur Pembeda Sastra Anak dan Sastra Dewasa (Sarumpaet, 2010)

No Unsur pembeda Sastra anak Sastra dewasa


1 Penyajian bahasa Bahasa cerita yang dipakai Menggunakan bahasa
adalah kalimat-kalimat yang cerita yang rumit.
sederhana, struktur gramatikal Struktur gramatikal dan
yang mudah, dan pemilihan pemilihan diksi yang
diksi yang disesuaikan dengan dipakai lebih kompleks.
pemerolehan bahasa anak.
Misalnya, dalam satu kalimat
hanya terdiri dari beberapa kata
dan struktur gramatikal yang
dipakai hanya subjek dan
predikat.
2 Kognisi Memberikan pengetahuan Memberikan pengetahuan
dan pengenalan yang masih yang lebih kompleks
bersifat sederhana, misalnya, seputar kehidupan,
pengetahuan dan pengenalan misalnya konflik,
seputar konsep angka, warna, pengalaman, dan konsep
dan bentuk. kehidupan.
3. Psikologis yang Sisi psikologis sastra anak Sisi psikologis sastra
Terkandung mulai dikenalkan nilai-nilai dewasa umumnya
moral yang baik dalam mempersoalkan banyak
kehidupan secara sederhana. hal, seperti
perkembangan moral,
permasalahan jiwa, dan
pemahaman psikologi

7
social kehidupan.
4 Sosial Cerita Sosial cerita yang disampaikan Sosial cerita yang
meliputi seputar berbakti pada disampaikan mengenai
orangtua, bersahabat baik seks, kekerasan, dan
dengan teman, dan dekat kehidupan masyarakat
dengan guru. yang tabu untuk anak.

Cerita anak yang menjadi pilihan peneliti adalah buku “Kumpulan Cerita Anak

Kreatif- Tales for Creative Children” dikarenakan buku ini memiliki delapan ceita anak

bilingual yaitu dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris yang dapat

mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan kosakata bahasa Inggris anak

terutama pada kalimat langsung dan mengembangkan kreatifitas anak.

1.2 Perumusan Masalah

1. Jenis kalimat langsung apa sajakah yang terdapat di dalam buku cerita bilingual

“Kumpulan Cerita Anak Kreatif – Tales for Creative Children?”

2. Strategi penerjemahan apakah yang dominan dalam menerjemahkan kalimat

langsung berdasarkan jenisnya dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris pada

buku cerita bilingual “Kumpulan Cerita Anak Kreatif – Tales for Creative

Children?”

3. Bagaimana tingkat kesepadanan kata dan frasa di dalam kalimat langsung dari Tsu

ke dalam Tsa dengan menggunakan analisis komponen makna pada buku cerita

bilingual “Kumpulan Cerita Anak Kreatif – Tales for Creative Children?”

8
1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengklasifikasikan kalimat langsung yang terdapat di dalam buku cerita bilingual

“Kumpulan Cerita Anak Kreatif – Tales for Creative Children” berdasarkan

jenisnya merujuk pada Erwan, dkk (2007: 94).

2. Menganalisis strategi penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan kalimat

langsung dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris di dalam buku cerita

bilingual “Kumpulan Cerita Anak Kreatif – Tales for Creative Children” merujuk

pada teori Nida & Taber (1969: 56).

3. Menganalisis komponen makna pada kata dan frasa di dalam kalimat langsung pada

Tsu dan terjemahannya pada Tsa dengan menggunakan analisis komponen makna

untuk melihat tingkat kesepadanan makna pada kata dan frasa di dalam Tsa dengan

kata dan frasa di dalam Tsu merujuk pada teori Chaer (2009: 115-117).

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis akademis, penelitian ini dapat menambah atau memperkaya

pengetahuan khususnya dalam bidang penerjemahan teks berbahasa Indonesia ke dalam

bahasa Inggris. Manfaat teoritis akademis lainnya adalah memperkaya khasanah

penemuan mengenai strategi penerjemahan dan analisis komponen makna di dalam

kalimat langsung dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris pada buku cerita

bilingual “Kumpulan Cerita Anak Kreatif – Tales for Creative Children”. Di samping

itu, bagi pemerhati dan peminat bidang penerjemahan, diharapkan memperoleh manfaat

9
teoritis akademis lainnya yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau model

penelitian sejenis.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti sendiri,

pembaca, dan para penerjemah dengan memberi kontribusi berupa pengetahuan umum

tentang strategi penerjemahan dan analisis komponen makna pada kalimat langsung dari

bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris yang didasari oleh teori terjemahan yang

relevan dengan kebutuhan dan tujuan analisis tersebut. Manfaat praktis lainnya

diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam proses belajar mata kuliah

terjemahan.

1.5 Klarifikasi Makna Istilah

Istilah merupakan satu makna yang dapat diartikan dengan banyak pengertian,

untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam mengartikan istilah yang ada, maka

perlu diklarifikasikan. Istilah-istilah yang perlu diklarifikasikan adalah:

1. Penerjemahan adalah proses pengalihan makna TSu ke dalam TSa.

2. Teks Sumber (TSu) adalah teks asal yang diterjemahkan.

3. Teks Sasaran (TSa) adalah teks hasil terjemahan.

4. Bahasa Sumber (BSu) adalah bahasa teks asal yang diterjemahkan. Dalam penelitian

ini bahasa sumber adalah bahasa Inggris.

10
5. Bahasa Sasaran (BSa) adalah bahasa teks hasil terjemahan. Dalam penelitian ini

bahasa target adalah bahasa Indonesia.

6. Buku Bilingual “Kumpulan Cerita Anak Kreatif – Tales for Creative Children”

adalah buku cerita anak yang menggunakan dua bahasa dalam penulisannya, yaitu

bahasa Indonesia sebagai bahasa sumber yang diterjemahkan ke dalam bahasa

Inggris sebagai bahasa sasaran.

7. Strategi penerjemahan adalah prosedur yang digunakan penerjemah dalam

memecahkan permasalahan penerjemahan. Dalam penelitian ini strategi

penerjemahan yang digunakan oleh peneliti merujuk pada teori srategi

penerjemahan Nida dan Taber (1969: 56) yaitu strategi penerjemahan kesepadanan

bentuk dan strategi penerjemahan kesepadanan dinamis.

8. Komponen makna adalah makna yang dimiliki oleh setiap kata dan frasa yang

terdiri dari sejumlah komponen yang membentuk keseluruhan makna kata tersebut.

Analisis komponen makna dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat

kesepadanan makna pada kata dan frasa yang terdapat di dalam kalimat langsung

teks sumber dengan kata dan frasa yang terdapat di dalam kalimat langsung teks

sasaran.

9. Sepadan adalah mempunyai nilai (arti, efek) yg sama. Pada analisis komponen

makna di dalam penelitian ini apabila komponen makna pada kata dan frasa yang

terdapat di dalam kalimat langsung Tsu sama dengan komponen makna pada kata

dan frasa yang terdapat di dalam kalimat langsung Tsa maka kata dan frasa pada

Tsu dan Tsa dikatakan sepadan.

11
10. Kurang sepadan adalah mempunyai nilai (arti, efek) yang kurang sama. Jika

komponen makna pada kata dan frasa yang terdapat di dalam kalimat langsung Tsu

memiliki perbedaan 1 komponen makna saja dengan komponen makna pada kata

dan frasa yang terdapat di dalam kalimat langsung Tsa maka kata dan frasa pada

Tsu dan Tsa dikatakan kurang sepadan.

11. Kesepadanan Penerjemahan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan

struktur bahasa yang dipakai dalam menerjemahkan teks sumber kedalam teks

sasaran. Dengan menggunakan analisis komponen makna maka dapat dilihat

kesepadanan penerjemahan pada kata dan frasa yang terdapat di dalam kalimat

langsung teks sumber dengan kata dan frasa yang terdapat di dalam kalimat

langsung teks sasaran.

12. Kalimat Langsung adalah kalimat yang menirukan ucapan atau ujaran orang lain.

Kalimat hasil kutipan pembicaaraan seseorang persis seperti apa yang dikatakannya.

Bagian ujaran/ucapan diberi tanda petik (“….” ) dapat berupa kalimat perintah,

berita, seruan, atau kalimat tanya.

12

Anda mungkin juga menyukai