Anak Buangan
Dongeng Anak Buangan
Kartika Israri
PEN ER BIT
PT NIM AS MULTIMA
Jl. Inti sari Raya No. 27 Kalisari
Psr. Rebo, Jakarta 13790
Hak Cipta dilindungi undang-undang
ISBN No. 979-9005-12-4
Setting oleh A rif Budiono
KATA PENGANTAR
Kata P e n g a n t a r ................................................ v
D a fta r Isi ........................................................ viii
1. B ayi yang D itu n g g u - tu n g g u ....................1
2. Si Yatim D ibuang ke H u t a n .....................3
3. G u b u k Tinggi u n tu k Si Y a t im .................. 5
4. K etika Si Yatim H aus dan L a p a r .............7
5. Si Yatim M enjadi G a d is yang C a n tik ... 9
6. A ir Mata I b u ........................................... 11
7. K ak e k Kera Pergi ke K a m p u n g ........... 13
8. Yatim Pandat M e m a sa k ....................... 15
9. C u cu k u C a n tik S e k a ii! .......................... 17
10. La n g kah Kera B e sa r G o n t a i................ 19
11. S e te la h H ari M en jad i M a la m ............... 21
12. S a n e p a , Lelaki yang S e d e r h a n a ......... 23
BAYIYANG
DITUNGGU-TUNGGU
CO
\
ayahnya dan ibunya bertengkar. Ia tidur pulas dan
kadang-kadang tersenyum-senyum. Ia berbeda
benar dengan bayi-bayi biasa.
"Aku tidak menyukainya. Oleh karena itu hari
ini Si Yatim akan kubuang ke hutan. Kau tidak perlu
mengikuti aku!" Si Suami meraih Si Yatim lalu
berangkat menuju hutan lebat.
Ib j Si Yatim menangis meraung-raung ketika
Si Yatim dibawa suam inya ke hutan. S ia -sia
usahanya menghalangi Si Suami. Ia hanya mampu
csa
GUBUK TINGGI
UNTUK SI YATIM 3
tengah hutan Si Suami membangun gubuk
“ ^ b e rtia n g tinggi. Di dalam gubuk itu Si Suami
meletakkan sebuah bangkj kayu untuk tem pat
tidur Si Yatim.
Ketika diletakkan ayahnya di bangku, Si Yatim
m ulai m enangis. Tangan dan kakinya seperti
meronta-ronta. Tetapi, Si Suami tidak peduli. Pintu
g ubuk d itu tu p n y a . Ia b u ru -b u ru tu ru n dan
membuat api unggun di bawah gubuk.
Setelah api unggun berasap dan nyamuk hutan
yang ganas pergi, Si Suami pulang. Ia berjalan
tergesa-gesa dan tidak pernah menoleh.
Kelakuan Si Suami diperhatikan seekor kera
ess
KETIKA SI YATIM
HAUS DAN LAPAR
4
i Yatim terus juga menangis sambil meronta-
S ronta. Ia mulai ,merasa haus dan lapar. Tangis
Si Yatim menarik perhatian binatang buas penghuni
hutan. Macan sudah beberapa kali melintasi gubuk
itu. Seekor ular piton menggelantung di suatu
pohon tak jauh dari gubuk. Mata ular itu melirik
ke a rah Si Yatim.
Si Kera Besar jantan itu menjenguk ke dalam
gubuk. Tak lama kem udian ia m encari buah-
buahan. Sari buah-buahan itu dim inum kannya
pada Si Yatim.
"Diamlah, Sayang, Kakek akan menjagamu "
hibur Si Kera Besar yang sakti itu. "Tidurlah,
SI YATIM MENJADI
GADIS YANG CANTIK
5
i Yatim tumbuh menjadi gadis yang sehat dan
S cantik. Kera Besar ja n ta n yang sa kti itu
memelihara Si Yatim sangat hati-hati. Makanan Si
Yatim selalu segar dan bersih.
"Kalau Kakek Ke^a pergi, Yatim tidak boleh
meninggalkan gubuk/'pesan Kera Besar jantan itu
suatu hari.
"Kakek Kera akan pergi ke mana?/’ tanya Yatim.
Ia was-was bila Kakek Kera pergi jauh.
"Kakek Kera bilang tadi kalau Kakek Kera pergi,"
jawab Kera Besar sambil melihat ke arah langit. Di
angkasa sekelom pok burung hijau berbondong
terbang ke selatan. Pagi itu cuaca memaiig sangat
KAKEK KERA
PERGI KE KAMPUNG
7
agi-pagi sekali, sebelum Yatim bangun, Kakek
P Kera Besar pergi ke kampung. Ia hendak
mencari orangtua Si Yatim, cucu angkatnya.
Kakek Kera tidak meniti tanah. Ia melompat dari
bubungan rumah-rumah ke bubungan yang lain.
Dari tempat ketinggian itu ia bertanya kepada ibu-
ibu yang sedang menumbuk padi.
Ibu-ibu itu sibuk. Mereka tetap menumbuk padi
di le su n g . Bunyi tu n g -tu n g -tu n g m em ecah
kelengangan kampung. Suara Kakek Kera tidak
mereka hiraukan. Bagi mereka, yang penting Kera
Besar itu tidak merusak atau mengganggu.
"Hem, sombong sekali ibu-ibu di kampung ini/'
YATIM
8
PANDAI MEMASAK
CUCUKU
CANTIK SEKALI!
9
agi berikutnya Kera Besar pergi pula ke
P kampung. Maksudnya mencari orangtua Si
Yatim. Ia naik ke bubungan atap rumah penduduk
dan oerseru."Hai kawan, bila kalian melihat cucuku
tentu akan senang. Cucuku cantik sekali!"
Orang-orarg yang sedang menempa besi hanya
menoleh sesaat ke arah Kera Besar. Setelah itu
mereka mulai menempa besi untuk alat bertukang
dan bertani.
"Bila kawan-kawan melihat cucuku pasti senang.
Cucuku cantik seKall!" teriak Kera Besar berulang-
ulang.
O rang-orarg tidak percaya dan menggerutu.
SETELAH HARI
MENJADI MALAM
11
e le s a i m a ka n , Y atim b e rb e n a h . Ia
S membentangkan tikar rumput untuk alas tidur
di dalam gubuk. Kakek Kera Besar segera keluar.
Ia memanjat pohon besar. Di salah satu dahan
bercabang dia tidur. Ia tidak mau tidur di gubuk.
Di luar dia dapat menjaga Yatim dengan tenang.
Dari pohon tinggi Kera Besar itu dapat melihat siapa
pun yang datang. Tak seorang pun atau binatang
boleh mengganggu cucu angkatnya.
Setelah hari menjadi malam, pungguk mulai
m e rin d u ka n bulan. S e ra n g g a yang d ise b u t
n y in g n y in g b e rn y a n y i. K u n a n g -k u n a n g
mengembarai rimba. Yatim tidur pulas. Kera Besar
SANEPA, LELAKI
YANG SEDERHANA
BERANGKAT
KALA FAJAR BERSINAR
14
e e so ka n harin ya p a g i-p a g i buta Yatim
K m enyediakan sarapan untuk Kakek Kera
Besar. Fajar bersinar. Kakek Kera Besar berangkat
untuk kesekian kalinya ke kampung.
Di tengah jalan Kakek Kera Besar mengambil
daun aren u n tu k d ib u a t ke ra n jan g . S e le sa i
membuat keranjang, Kakek Kera menemui pandai
besi. S isa arang yang dibuang pandai besi
d im u atkan n ya ke dalam keranjang. Setelah
k e ra n ja n g penuh o le h a ra n g , K a k e k Kera
berkata/'Bila kalian melihat cucuku, kalian akan
senang.
Sanepa memperhatikan kelakuan Kakek Kera
SANEPA MENGIKUTI
JEJAK KAKEK KERA
15
anepa mengikuti saja jejak Kakek Kera dengan
S m e m p e rh a tika n arang yang d ija tu h ka n .
Pemuda itu ingin mengetahui apa sebenarnya
m a ksu d K a k e k Kera be^tingkah laku aneh
demikian.
Dua malam Sanepa menempuh jalan di hutan.
Arang yang bercecsran terus ia ikuti. Ketika
menerobos semak berduri, Sanepa hampir mundur.
Tangan dan kakinya luka-luka kena duri rotan yang
biasa disebut penduduk onak. Ular berbisa ia
hindari. Auman harim au ia jauhi. Kerum unan
kalajeng king ia langkahi. Lapar dan haus ia
tahankan. Rasa ingin tahu memacu semangatnya
RAMUAN SIRIH
PELENYAP LELAH
16
atim sudah lama pandai memasak. Ia pun
Y membuat ramuan sirih untuk pelenyap lelah.
Banyak lagi pengetahuan Yatim yang didapatnya
dari Kakek Kera Besar yang sakti itu.
Ketika Kakek datang, Yatim sedang meramu
sirih. Ramuan itu ia simpan di bakul bambu hasil
anyamannya sendiri. Kata Kakek Kera, suatu saat
ramuan itu sangat berguna.
"Kakek datang, Yatim!" seru Kakek Kera dari
kejauhan.
"Makanan sudah kusiapkan, Kek/'jaw ab Yatim.
Buru-buru ia menyimpan bakul yang berisi ramuan
sirih ke sudut gubuk.
GUBUK YANG
TIDAK BERTANGGA
17
ejak sem u la gubuk te m p at Yatim tid a k
S dibuatkan tangga seperti biasanya. Tangga di
gubuk itu dapatdiciptakan seketika dan dihilangkan
seketika pula jika sudah tidak diperlukan. Kakek
Kera telah m engajarkan hal itu pada Yatim .
C a ra n y a , dengan m e n g u n ya h s irih dan
m enyem burkannya ke luar gubuk diiringi doa
khusus. Doa itu disebut Kakek Kera mantera.
Sanepa sampai di gubuk tidak bertangga itu. la
berkeliling sam bil batuk-batuk. Kakek segera
bertanya,"Siapa di bawah?"
"Aku, tukang besi yang bemama Sanepa/'jawab
pemuda sederhana tetapi gigih itu.
BAGAIMANA NAIK?
KAKEK KERA
TERPAKSA MENGANCAM
19
atim tetap tidak man meludahkan ramuan sirih
Y di mulutnya.
"Kalau kau tidak mau, lebih baik aku kembali
ke rim b a le b a t s e p e rti d u lu ," K a k e k Kera
m ergancam . Tetap tenang suara Kakek Kera
walaupun bemada m ergancam.
’'Jangan, Kek!" pekik Yatim. "Jangan tinggalkan
Yatim sendirian di gubuk sunyi ini," lanjutnya sambil
mulai menangis. Ia segera meludahkan ramuan
sirih di dalam mulutnya ke luar gubuk. Saat itu
pula terpasanglah tangga kayu.
"Naiklah, Sanepa!'" perintah Kakek Kera setelah
melihat tangga terpasang.
RAMUAN SIRIH
UNTUK SANEPA
20
da cara khusus bagi Kakek Kera untuk
A menghormati tamu yang datang dari jauh.
Tamu itu pertama kali mendapat hidangan ramuan
sirih untuk pelenyap lelah. Yatim diperintahkan
Kakek Kera menyiapkan ramuan sirih pelenyap
lelah untuk Sanepa.
nTak usahlah, Kek, tak perlu ramuan sirih untuk
tamu kita ini," bantah Yatim.
S e ka li lagi Ka<ek Kera m engancam akan
meninggalkan Yatim bila masih membangkang. Kali
ini pun Yatim patuh karenatakutkehilangan Kakek
Kera yang baik hati itu. Ia segera m eraak ramuan
sirih dan menghidangkannya untuk tamu.
YATIM MERAJUK,
TANGGA PUN LENYAP
21
etika disuruh memasak untuk tamu, sekali
K lagi Yatim membangkang. Ia merajuk dan
hendak lari ke luar gubuk. Semangat gadis itu
melayang saat mengetahui targga sudah tidak ada.
Ia surut dan duduk kemoaii. Yatim memahami kini,
Kakek Kera memang sakti,
"Bila Yatim tetap malas memasak untuk tamu,
Kakek benar-benar akan pergi ke rimba lebat, ke
te m p a t a s a lk u d u iu ." K a k e k Kera k e m b a li
rrengancam.
Rasa sayang Yatim dan takut kehilangan,
menyebabkan ia patuh pada perintah Kakek Kera.
Yatim m em asak diam -diam di sudut belakang
BERKENDARAAN BIANGLALA
KE KAMPUNG SANEPA
ORANG SEKAMPUNG
TERCENGANG-CENGANG
24
ianglala melengkung dan turun di depan
B rumah Sanepa. Kakek Kera, Yatim dan Sanepa
disangka penduduk adalah makhlukdari kayangan.
Semua orang yang melihat bianglala tercengang-
cengang. O rangtua Sanepa te rk e ju t m elih at
Sanepa muncul secara tiba-tiba di depan rumah.
Anak yang pergi tanpa pamit itu mereka sangka
sudah hilang atau berpulang ke alam baka.
Ratap tangis silih berganti. Bahagia tak dapat
diucapkan dengan kata-kata. Ibu dan ayah Sanepa
sibuk. Mereka menyembelih ayam dan memasak
banyak. Syukuran dilaksanakan segera. Tetangga
BERAPA LAMAKAH
KALIAN TINGGAL DI SINI
25
ecantikan Yatim menjadi pembicaraan orang
K sekampung. Berduyun orang datang ingin
melihat istri Sanepa yang jelita itu. Penduduk
kampung lain berdatangan juga. Hari itu Sanepa
jadi terkenal.
"Berapa lama kalian akan tinggal di sini? tanya
ibu Si Sanepa.
"Hanya semalam saja, Ibu," jawab Sanepa.
"Besok kami harus kembali."
"Di mana kalian tinggal?" ayah Si Sanepa ganti
bertanya.
"Di hutan belantara, Ayah," jawab Sanepa sambil
memandang Kakek Kera dan Yatim berganti-ganti.
ORANG-ORANG YANG
TIDAK PERNAH PULANG
26
enduduk kampung Si Yatim banyak yang
P datang ke rumah Sanepa. Mereka mendengar
cerita aneh mengenai Kakek Kera dan bianglala.
Kecantikan Yatim lebih-lebih lagi menarik perhatian
tetamu.
Ketika Kakek Kera mengatakan, siapa berniat
buruk datang ke rimba itu, tak akan pulang, orang-
orang terkejut. Mereka teringat pada lelaki yang
membuang anak ke rimba itu. Lelaki itu kembali
ke rimba dan tak pernah pulang. Istrinya menyusul
dan tidak pernah pulang hingga sekarang. Apa
yang diucapkan Kakek Kera sudah terbukti.
Yatim memahami makna kata-kata Kakek Kera.
SETELAH
LARUT MALAM
27
bu Si Sanepa menyiapkan kamar bersih untuk
I anak dan menantunya. Ia pun menyediakan
kam ar buat KaKek Kera.
"Buat aku tidak perlu disediakan kam ar/ kata
Kakek Kera menjelang larut malam.
Setelah larut malam Kakek Kera memilih tempat
tidur yang dia senangi. Ia bergantung di suatu
balok di sudut atap rumah. Dari sana dia dapat
melihat kemana-mana.
Di larut malam itu ibu Si Sanepa sibuk di dapur.
Ia menyiapkan bekal untuk anak dan menantunya
kembali ke rimba pagi-pagi sekali. Berat hatinya
m e le p a s S a n e p a p e rg i la g i. T e ta p i, u n tu k
KEMBALI KE RIMBA
2 8
BERSAMA PELANGI
EMPAT HARI
KEMUDIAN
29
etelah empat hari tiba di gubuk dalam rimba,
S Kakek Kera memanggil Yatim dan Sanepa.
"Ladang padi sudah kita panen," kata Kakek Kera
setelah Yatim dan Sanepa duduk di hadapannya.
"Lumbung kita sudah penuh semua," lanjutnya.
"Umurku bertambah tua," kata Kakek Kera pula,
"Aku akan pergi. Kalian jangan harapkan aku
kembali ke sini. Tetapi, selang tiga hari setelah
kepergianku, kalian boleh mencari aku di bawah
pohon longkida di tengah lembah itu!" Kakek Kera
menunjuk ke arah lembah, jauh di bawah sana.
Yatim menangis saat mengantar Kakek Kera
sampai di tepi lembah. Sanepa dan Yatim tidak
nak Buangan, d o n g e n g
A
d a ri T o ra ja ,
diceritakan kem bali oleh Soedjiah, yang
dimuat dalam buku Cerita Rakyat IV terbitan P.N.
Balai Pustaka, Jakarta, 1972.