Anda di halaman 1dari 25

NAMA : GENTA EVANDER GANENRA

KELAS : II

Kisah Angsa Dan Telur Emas

Tersebutlah di jaman dahulu, hiduplah seorang petani miskin yang mempunyai seekor
angsa yang sangat cantik. Petani itu merwat si angsa dengan baik hingga suatu hari pada saat
petani tersebut mendatangi kandang angsa, sang Angsa telah menelurkan sebuah telur emas
yang berkilauan.

Petani tersebut mengambil dan membawa telur emas tersebut ke pasar dan
menjualnya. Kejadian yang sama terulang untuk hari-hari berikutnya, sehingga dalam waktu
yang singkat petani tersebut mulai menjadi kaya. Tetapi tidak lama kemudian keserakahan
dan ketidak-sabaran petani itu terhadap sang Angsa muncul karena sang Angsa hanya
memberikan sebuah telur setiap hari. Sang Petani merasa dia tidak akan cepat menjadi kaya
dengan cara begitu.

Suatu hari, setelah menghitung uangnya, sebuah gagasan muncul di kepala petani,
gagasan bahwa dia akan mendapatkan semua telur emas sang Angsa sekaligus dengan cara
memotong sang Angsa. Tetapi ketika gagasan tersebut dilaksanakan, tidak ada sebuah telur
yang dapat dia temukan, dan angsanya yang sangat berharga terlanjur mati dipotong.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng angsa dan telur emas ini adalah

Barang siapa yang telah memiliki sesuatu dengan berlimpah, tetapi serakah dan
menginginkan yang lebih lagi, akan kehilangan semua yang dimilikinya. Maka bersyukurlah
dengan segala sesuatu yang kita miliki.
NAMA : GENTA EVANDER GANENRA

KELAS : II

Cerita Dongeng Anak : Kisah Gunung

Seorang anak dan ayahnya sedang berjalan diatas gunung. Tiba tiba, anaknya terjatuh,
Dia terluka dan berteriak :

“Aduuuhhhhhh!!!!!!!.” Tetapi Ia sangat kaget mendengar ada suara pantulan dari gunung
sebelah.”Aduuuuuuuuhhhhhhh!!!!!!!.”

Dengan penuh rasa penasaran, diapun kembali berteriak : “Siapa kamu?” Diapun
menerima kembali jawaban yang sama : Siapa kamu?” dan kemudian dia berteriak ke gunung
itu: “Saya mengagumimu!” dan suara itupun kembali : “Saya mengagumimu!.”

Dengan muka marah pada jawaban itu, dia berteriak : “Penakut” Dia masih menerima
jawaban yang sama, “Penakut!.”

Dia menatap ayahnya dan bertanya : “Apa yang sedang terjadi?” Ayahnya sembari
tersenyum dan berkata : “Sayang, perhatikan.” Kembali ayah akan berteriak : “Kamu Juara.”
Diapun menerima jawaban yang sama : “Kamu Juara.”

Anak ini kembali kaget dan tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi, kemudian
Ayahnya menjelaskan bahwa itulah yang disebut dengan ECHO (Gema suara), tetapi itulah
sesungguhnya hidup.

Segalanya akan kembali kepada kita, apa yang kita katakan, apa yang kita lakukan.
Hidup kita secara sederhana adalah gambaran dari kelakuan yang kita perbuat.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari Cerita Dongeng Anak : Kisah Gunung
ini adalah jika kita menjadi orang yang baik maka kehidupan akan memberikan kebaikan
juga untuk kita, namun apabila kita berperilaku buruk maka kehidupan akan akan membuat
kita sengsara dan tidak bahagia.
NAMA : GENTA EVANDER GANENRA

KELAS : II

Anjing Dan Tiram (Kerang)

Hiduplah seekor anjing yang sangat senang makan telur. Anjing itu sering masuk ke
kandang ayam dan dengan rakusnya menelan telur ayam bulat-bulat.

Suatu hari, sang Anjing berjalan-jalan di pinggiran pantai. Anjing tersebut melihat
seekor tiram, dan dalam sekejap sang Anjing menelan bulat-bulat tiram (kerang) yang
disangkanya telur.

Tidak berapa lama kemudian, seperti yang kita duga, sang Anjing merasakan sakit
yang hebat di perutnya.

“Saya akhirnya mengerti bahwa tidak semua benda yang berbentuk bulat, adalah telur,”
katanya sambil mengerang kesakitan.

Jadi hikmah yang bisa kita petik dari Cerita Dongeng Fabel Anak : Anjing Dan Tiram
ini adalah bertindak terlalu tergesa-gesa akan mengakibatkan sesuatu yang buruk.
NAMA : GENTA EVANDER GANENRA

KELAS : II

Kisah Semut dan Belalang

Pada suatu hari di musim panas, di sebuah ladang di hutan yang rimbun, seekor
Belalang sedang melompat-lompat riang, berkicau dan bernyanyi sepuas hati. Pada saat itu
seekor semut lewat, membawa dengan susah payah butir jagung yang dia bawa ke sarangnya.

"Hai semut, kamu sedang apa. Ayo kemari dan bermain denganku. Lihat hari ini sangat
cerah" tanya Belalang, "Ayo kita nikmati hidup kita?"

"Aku sedang menyimpan makanan untuk musim dingin," kata si Semut, "dan aku
menyarankanmu untuk melakukan hal yang sama."

"Kenapa repot-repot menyiapkan makanan untuk musim dingin, musim dingin masih lama?"
kata Belalang. "Lihat banyak sekali makanan saat ini, ini tidak akan habis."

Tapi Semut tidak memperdulikan ajakan si Belalang. Dia melanjutkan perjalanan dan
melanjutkan kerja kerasnya. Sementara itu Belalang kembali bernyanyi dan memainkan
violinnya.Ketika musim dingin tiba, Belalang mendapati dirinya lemah karena kelaparan,
sementara itu semut-semut terlihat berbahagia dan bersenang-senang. Mereka membagikan,
setiap hari, jagung dan biji-bijian dari lumbung makanan yang mereka kumpulkan di musim
panas.

Pesan moral yang dapat dipetik dari Dongeng Anak Dunia : Kisah Semut dan
Belalang adalah kita harus bekerja keras untuk mendapatkan kesuksesan dimasa yang akan
datang. Menabung untuk sesuatu yang kita inginkan dimasa yang akan datang adalah sesuatu
hal yang baik. Pesan kakak lainnya adalah jangan terlena dengan keadaanmu saat ini, masa
depan yang sukses dan bahagia akan kamu raih jika kamu bekerja keras.
NAMA : GENTA EVANDER GANENRA

KELAS : II

Si Kura-Kura yang Sombong

Ada seekor kura-kura yang sombong dan merasa dirinya lebih pantas terbang
dibandingkan berenang di perairan. Ia jengkel karena memiliki tempurung keras yang
membuat tubuhnya terasa berat. Ia pun kesal melihat kawan-kawannya sudah berpuas diri
dengan berenang. Saat melihat burung yang bebas terbang di langit, kejengkelannya kian
bertambah.

Suatu hari, kura-kura ini memaksa seekor angsa untuk membantunya terbang. Si angsa
setuju. Ia mengusulkan agar si kura-kura berpegangan pada sebatang kayu yang akan
diangkatnya.

Karena tangan kura-kura agak lemah, ia menggunakan mulutnya yang lebih kuat. Ia pun
akhirnya bisa terbang dan merasa bangga.

Melihat teman-temannya yang tengah berenang, ia ingin menyombongkan diri. Ia lupa


bahwa mulutnya harus terus dipakai untuk menggigit kayu. Ia pun terjatuh dengan keras.
Beruntung, ia selamat berkat tempurung yang pernah dibencinya.

Pesan yang dapat dipetik dalam cerita ini adalah : Kesombongan akan mendatangkan petaka.
Cermin Ajaib

Alkisah, ada seorang raja bernama Granada yang sedang mencari istri. Ia pun
menggelar sebuah sayembara. Barang siapa ingin menjadi istrinya, haruslah melihat ke dalam
cermin ajaib yang mampu menunjukkan kebaikan dan keburukannya semasa hidup.

Para wanita yang awalnya bersemangat ingin menjadi ratu langsung patah semangat
mendengar persyaratan tersebut. Mereka khawatir dan malu kalau semua orang akan
mengetahui borok-borok mereka.

Hanya ada satu wanita yang berani mengajukan diri. Ia adalah seorang penggembala
yang datang dari keluarga menengah ke bawah. Bukan karena ia merasa tak pernah berbuat
dosa. Namun menurutnya, semua orang pasti pernah berbuat kesalahan. Selama mau
memperbaiki diri, semuanya bisa dimaafkan.

Tanpa ragu dan takut, ia melihat ke dalam cermin tersebut. Setelah itu, raja
mengatakan bahwa cermin itu sebenarnya hanyalah cermin biasa. Ia hanya ingin menguji
kepercayaan diri para wanita yang ada di sana. Pada akhirnya, mereka pun menikah dan
hidup bahagia selamanya.

Cerita dongeng anak pendek sebelum tidur dari Spanyol ini memiliki sebuah pesan moral.
Yakni bahwa berbuat kesalahan adalah hal yang wajar dan termasuk fitrah manusia. Yang
penting, teruslah perbaiki diri agar tidak mengulang kesalahan yang sama.

Pesan lainnya, jangan terlalu mengkhawatirkan hal yang belum terjadi. Belum tentu
ketakutan itu nyata. Siapa tahu di balik ketakutan tersebut, ada banyak hal indah yang sudah
menanti kita.
Pulau Matahari

Pada zaman dahulu kala, ada kakak beradik yang baru saja ditinggal mati oleh
ayahandanya. Sang ayah meninggalkan harta warisan yang seharusnya cukup untuk mereka
bagi dua.

Hanya saja, sang kakak punya sifat serakah. Ia mengambil semua harta dan hanya
meninggalkan sebuah keranjang dan pisau untuk adiknya. Sang adik yang baik hati pun
hanya bisa pasrah menerima kedua benda tersebut.

Suatu hari, ada seekor burung raksasa yang mengajak sang adik untuk pergi ke Pulau
Matahari yang dipenuhi emas. Namun, ia hanya diperbolehkan mengambil satu bongkahan
emas saja. Sekembalinya ke bumi, ia menjual emas tersebut dan hidup nyaman.

Sang kakak yang mengetahui kisah tersebut iri. Ia berpura-pura miskin dan menipu
si burung untuk mengantarnya ke Pulau Matahari. Meski hanya diperbolehkan mengambil
sekeping koin emas, ia malah ingin membawa pulang semuanya.

Tak disangka-sangka, burung itu ternyata telah pergi meninggalkannya. Karena


terlalu lama berada di sana, sang kakak pun akhirnya terbakar habis oleh panasnya matahari.

Selanjutnya, ada cerita dongeng anak sebelum tidur dari Tiongkok. Membaca kisah di atas,
tentunya Anda bisa menyimpulkan apa pesan moral yang ada di dalamnya. Yakni untuk tidak
serakah dan mengambil hak orang lain. Apalagi jika ia adalah saudara kita sendiri.

Selain itu, kita juga patut mensyukuri apa pun yang diberikan Tuhan kepada kita. Dengan
bersyukur, kita bisa menekan rasa dengki dan hasrat untuk mendapatkan sesuatu yang tidak
kita miliki.
Singa dan Jakal yang Cerdik

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seekor jakal (sejenis serigala dan anjing) di sebuah
hutan. Suatu hari, jakal kedatangan singa yang ingin memangsanya. Tak kekurangan akal, ia
pun merancang rencana untuk melarikan diri.

Ia mengatakan ke singa bahwa batu besar yang ada di atas mereka akan segera roboh
dan membunuh mereka berdua. Jakal lalu meminta singa untuk menahan batu tersebut,
sementara ia akan pergi sebentar mencari kayu penahan.

Singa yang percaya menahan batu tersebut begitu saja. Berjam-jam kemudian saat si
jakal tak kunjung kembali, barulah ia sadar kalau ia sudah tertipu. Ia pun pergi dengan
perasaan kesal dan perut lapar.

P esan yang terkandung di cerita dongeng anak sebelum tidur dari Afrika Selatan ini,
terkadang kecerdikan bisa mengalahkan kekuatan. Selain itu, selalu ada cara untuk keluar
dari masalah selama kita mau berusaha mencarinya.

Kalau anak kesulitan membayangkan seperti apa jakal itu, Anda bisa menggantinya dengan
hewan yang identik dengan kecerdikan di Indonesia, yakni kancil.
Anak yang Selalu Menunda Salatnya

Ada seorang anak yang rajin beribadah, baik yang wajib maupun sunah. Hanya saja,
ia selalu menunaikan kewajibannya di akhir waktu. Rasa malas tak pernah bisa mengalahkan
niat baiknya.

Suatu hari, ia baru saja selesai menjalankan salat magrib dan tertidur di atas
sajadahnya. Saat terbangun, ia terkejut. Ia tidak lagi berada di kamar, melainkan di sebuah
tempat yang dipenuhi banyak orang. Beberapa saat kemudian, barulah ia sadar kalau ia
sedang menghadapi hari pembalasan.

Tiba gilirannya ditanya oleh malaikat, ia mengaku sudah menjalankan semua


kewajibannya. Ia juga menghindari semua yang dilarang oleh Allah. Namun, malaikat tetap
menyeretnya ke neraka jahanam.

Dengan panik, anak itu memohon pada malaikat untuk melepaskannya. Ia juga
bertanya apakah ada hal yang bisa menyelamatkannya. Sepengetahuannya, salat bisa
menghapus doa dan ia selalu menjalankan salat 5 waktu tiap hari. Namun, kenapa ia tak juga
diampuni?

Setibanya di bibir neraka, anak itu hanya bisa menangis ketakutan. Tiba-tiba,
datanglah seorang pria tua dengan jenggot putih panjang. Ia pun bertanya siapa pria tua
tersebut. Ternyata, ia adalah perwujudan salat yang selama ini dilakukannya. Malaikat pun
melepaskan anak itu.

Dengan perasaan lega bercampur marah, si anak bertanya mengapa salat tidak datang
lebih cepat. Salat pun menjawab, “Bukankah kau juga selama ini selalu menunda
melaksanakanku?”

Seketika, si anak terbangun. Ternyata ia hanya bermimpi. Namun mimpi itu


menyadarkannya. Begitu adzan isya berkumandang, ia pun segera mengambil air wudhu dan
melaksanakan salat.

Mengajarkan anak untuk displin dalam menjalatkan salatnya memang bukan hal mudah.
Salah satu cara yang bisa Anda terapkan adalah menanamkan pesan lewat cerita dongeng
anak sebelum tidur.

Kisah ini juga bisa dijadikan pengingat untuk diri kita sendiri. Sesibuk apa pun kegiatan yang
sedang dijalani, jangan pernah menunda salat, apalagi tidak melaksanakannya sama sekali.
Pohon Kehidupan

Hiduplah seorang pria tua yang memiliki empat orang anak. Ia ingin anak-anaknya tidak
menjadi manusia yang terlalu cepat menghakimi sesuatu. Untuk itu, ia mengirimkan mereka
untuk melihat pohon pir yang berada jauh dari rumah mereka.

Masing-masing anak diminta pergi di musim berbeda, yakni musim dingin, semi,
panas, dan gugur. Saat keempatnya kembali, sang ayah bertanya tentang apa yang mereka
lihat.

Anak pertama mengatakan pohon itu terlihat jelek, gundul, dan bengkok terkena
angin. Sebaliknya, anak kedua mengatakan pohon itu dipenuhi tunas dan terlihat
menjanjikan. Lalu, anak ketiga mengatakan kalau pohon tersebut dipenuhi bunga-bunga yang
wangi. Terakhir, anak keempat mengatakan kalau si pohon memiliki banyak buah yang
terlihat nikmat.

Sang ayah menjelaskan kalau semua yang mereka lihat itu benar. Masing-masing
dari mereka hanya melihat pohon itu dalam satu musim saja. Ia lalu berujar, kalau mereka
tidak boleh menilai pohon, apalagi manusia, hanya dari satu sisi saja.

Ingin mengajari anak agar tidak menilai segala sesuatunya dari satu sisi saja? Cerita
dongeng anak sebelum tidur ini bisa Anda bacakan untuknya.

Kita yang sudah dewasa pun sekaligus diingatkan untuk tidak terlalu cepat mengambil
kesimpulan atau menghakimi seseorang. Pandangan mata manusia sangat sempit, mungkin
saja di baliknya ada latar belakang atau cerita lain yang tidak kita lihat.

Terkadang kondisi seseorang terlihat buruk, namun bukan tidak mungkin ia penuh keindahan
di waktu lain. Begitu pula dengan diri kita sendiri. Ada masa naik turun yang kita alami.
Tentu kita tidak ingin orang lain menilai kita dari satu sisi saja, bukan?
Tagihan dari Allah

Dikisahkan, seorang pria berusia 70 tahun terkena penyakit yang membuatnya tak
bisa buang air kecil. Dokter mengatakan kalau ia harus dioperasi agar bisa kencing kembali.

Setelah selesai, dokter memberikan tagihan yang jumlahnya lumayan tinggi. Pria tua
itu menangis. Karena kasihan, dokter pun mengatakan akan memberikan diskon jika tagihan
itu dirasa terlalu memberatkan.

Tak disangka, pria tersebut menolak. Ia bukannya menangis karena tagihan


pengobatannya terlalu mahal.

Ia justru tersadar kalau selama ini Allah begitu pemurah sudah membiarkannya
bebas buang air kecil selama 70 tahun. Beruntunglah ia karena Allah tak pernah memberikan
tagihan sama sekali untuknya.

Terlalu fokus dengan sesuatu yang tidak kita miliki bisa membuat kita kurang
bersyukur. Karena terus menerus merasa kurang, kita tidak sadar betapa besar anugerah yang
sudah diberikan Tuhan kepada kita.

Nah, cerita dongeng anak sebelum tidur ini bisa menjadi pengingat betapa beruntungnya kita
selama ini. Ajarkan juga pada anak untuk selalu mensyukuri apa pun yang terjadi. Jangan
sampai ia menyesal ketika sudah kehilangan apa pun yang dimilikinya.
Pria yang Terdampar di Pulau Tak Berpenghuni

Suatu hari, seorang pria mengalami kecelakaan kapal dan terdampar di sebuah pulau
tak berpenghuni. Ia terus berdoa agar Allah menyelamatkannya. Setiap hari ia memandang
laut lepas menanti pertolongan.

Hari demi hari berlalu, yang ia harapkan tak kunjung datang. Demi bertahan hidup, ia
pun mencari makanan di hutan dan berusaha membangun gubuk seadanya.

Tak lama setelah gubug selesai dibangun, pria itu pergi mencari makan. Alangkah
terkejutnya ia saat kembali, kobaran api melalap gubug tersebut hingga habis tak tersisa.

Ia pun kecewa dan putus asa. Sempat ia merasa marah karena mengira Allah tak lagi
memedulikannya. Lelah menangis, ia jatuh tertidur di atas pasir.

Keesokan harinya, ia terbangun mendengar suara kapal yang mendekat. Ia pun lega
bercampur heran, bagaimana orang-orang itu bisa menemukannya. Padahal sudah lama ia
pasrah tak mengharapkan pertolongan datang.

Ternyata, orang-orang itu melihat kepulan asap dari gubug yang terbakar kemarin.
Tersadarlah pria tersebut, ternyata yang disangkanya bencana justru merupakan berkah yang
diberikan Allah.

Tantrum dan ngambek merupakan salah satu sifat yang sering dimiliki anak. Beri
buah hati Anda pengertian bahwa dunia ini tak akan selalu berjalan sesuai keinginannya.

Terkadang, ada hal yang mungkin ia anggap buruk tapi ternyata punya hikmah dan manfaat
yang tak disangka-sangka. Agar lebih mudah dipahami, cerita dongeng anak sebelum tidur
bernuansa islami ini bisa Anda bacakan untuknya.
Kebijaksanaan Iyas bin Muawiyah

Suatu hari, ada seorang pria yang hendak dihukum karena meminum anggur. Namun
ia berkilah mengatakan bahwa anggur terdiri dari air, kurma, dan buah anggur yang
semuanya halal. Ia pun mengaku tak paham kenapa saat ketiga bahan halal tersebut
dicampur, hasil akhirnya menjadi haram.

Iyas tetap tenang mendengar pertanyaan tersebut. Ia balas bertanya apakah pria
tersebut kesakitan jika Iyas memukulnya menggunakan debu, jerami, atau air. Pria itu dengan
mantap menjawab tidak.

Iyas pun bertanya lagi apakah pria tersebut kesakitan jika dipukul dengan ketiga
bahan sebelumnya. Hanya saja, ketiganya sudah dicampur dan dikeringkan hingga menjadi
batu bata.

Begitu si pria mengatakan iya, Iyas pun kembali ke pertanyaan si pria sebelumnya.
Logika yang sama bisa diterapkan pada air, kurma, dan buah anggur. Meski ketiganya halal,
setelah dicampur dan difermentasi, bukan tidak mungkin muncul alkohol memabukkan yang
membuatnya menjadi haram.

Kisah berikutnya ini sebenarnya lebih tergolong anekdot alih-alih dongeng karena
diambil dari kisah nyata. Namun, Anda tetap bisa menjadikannya cerita dongeng anak
sebelum tidur karena memiliki pesan moral yang baik.

Tokoh utama dari cerita ini adalah Iyas bin Muawiyah yang menjadi hakim di abad 2. Ia
dikenal akan kecerdasannya dan sering disebut-sebut dalam berbagai anekdot. Salah satunya
seperti yang telah dibahas di atas.
Si Bodoh dan Keledai

Suatu hari, ada ayah dan anak yang berjalan kaki sambil menuntun keledainya menuju
pasar. Mereka berpapasan dengan seorang pria yang berkata, “Dasar bodoh, ada keledai
mengapa kalian malah jalan kaki?” Jadilah ayah itu meminta anaknya untuk menaiki keledai.
Mereka pun melanjutkan perjalanan.

Tak lama, mereka kembali bertemu pria lain. Kali ini pria tersebut berkomentar,
“Dasar anak muda pemalas. Kenapa ia enak-enakan naik keledai sementara ayahnya
dibiarkan berjalan kaki?” Akhirnya, sang ayah meminta anaknya turun. Giliran ia yang naik
keledai sementara anaknya berjalan kaki.

Belum jauh, mereka bertemu dengan sekelompok wanita yang berbisik satu sama lain,
“Kasihan sekali anak itu. Ayahnya naik keledai sementara ia harus berjalan kaki.” Bingung
harus bagaimana, akhirnya sang ayah mengajak anaknya untuk ikut menunggangi hewan
peliharaannya.

Lagi-lagi, mereka bertemu penduduk setempat yang mencemooh, “Apakah kalian


berdua tidak malu membuat keledai malang itu menanggung badan kalian yang besar?” Ayah
dan anak itu pun turun. Setelah berpikir keras, akhirnya mereka memutuskan mengikat kaki
keledai ke tiang. Mereka berdua lalu melanjutkan perjalanan sambil memanggul tiang dan
keledai tersebut.

Orang-orang yang berpapasan pun tertawa melihat kebodohan mereka. Sampai di


sebuah jembatan, salah satu ikatan kaki keledai terlepas dan membuatnya berontak. Sayang,
si keledai malah jatuh ke sungai dan akhirnya tenggelam. Ayah dan anak itu pun kehilangan
keledai mereka selama-lamanya.

Ada beberapa anak yang memiliki hati lembut dan sulit menolak permintaan orang lain.
Terkadang mereka pun terlalu memikirkan perkataan orang-orang di sekitarnya dan
mengabaikan kata hatinya sendiri.

Cerita dongeng anak sebelum tidur yang lucu karangan Aesop ini bisa Anda bacakan
untuknya. Ingatkan ia bahwa kita tidak mungkin memuaskan semua orang di dunia ini. Lebih
baik, lakukan apa yang menurut kita benar selama tidak merugikan orang lain.
Tikus Pemakan Besi

Alkisah, ada seorang saudagar kaya raya bernama Jveernadhana. Suatu hari desanya
diterjang banjir bandang yang membuatnya kehilangan hampir seluruh harta benda.
Jveernadhana pun memutuskan untuk mencoba peruntungan di tempat lain. Ia menjual
seluruh hartanya yang tersisa untuk membayar hutang, kecuali sebuah besi penyangga
berukuran besar yang merupakan warisan dari leluhurnya.

Karena tak bisa membawanya pindah, Jveernadhana menitipkan besi tersebut ke


sahabatnya, Janak. Ia berkata akan mengambilnya suatu hari nanti saat usahanya sudah
sukses. Beberapa tahun kemudian, bisnis Jveernadhana sukses. Ia pun memutuskan kembali
ke desanya dan mendatangi Janak. Namun saat Jveernadhana meminta besinya kembali,
sahabatnya itu malah mengatakan kalau besinya sudah dimakan tikus. Janak sebenarnya ingin
memiliki besi itu karena tahu harganya sangat mahal jika dijual.

Meski tak percaya kalau tikus bisa memakan besi, Jveernadhana berusaha tetap
tenang. Ia pun pamit dan meminta Janak untuk melupakan masalah tersebut. Jveernadhana
juga meminta Ramu, putra Janak, untuk ikut dengannya. Ia mengatakan punya hadiah untuk
Janak dan akan menitipkannya pada Ramu. Sesampainya di rumah, Jveernadhana malah
mengunci Ramu di sebuah kamar.

Janak yang cemas karena putranya tak kunjung kembali pun mendatangi rumah
Jveernadhana. Betapa terkejutnya ia ketika Jveernadhana mengatakan putranya sudah dibawa
terbang oleh burung gagak. Karena tak percaya, mereka pun bertengkar hebat. Akhirnya
kasus ini dibawa ke pengadilan. Di hadapan hakim, Jveernadhana berkata, “Kalau tikus bisa
memakan besi milikku, kenapa burung gagak tidak bisa membawa putra Janak?”

Mendengarnya, Janak tersadar dan meminta maaf. Hakim pun meminta Janak untuk
mengembalikan besi Jveernadhana dan mendapatkan putranya kembali.

Bisa menjaga kepercayaan orang lain adalah salah satu sifat yang perlu ditanamkan sejak
dini. Jangan sampai sudah dipercaya, kita malah mengkhianati orang tersebut demi
mendapatkan keuntungan pribadi.

Selain memberikan contoh pada anak, Anda juga bisa menanamkan nasihat lewat cerita
dongeng anak sebelum tidur dari India di atas. Kisah ini diambil dari buku Panchatantra yang
berisi kumpulan sastra kuno.
Kancil dan Buaya

Di sebuah hutan, hiduplah sekelompok buaya yang sudah lama ingin merasakan
nikmatnya daging kancil. Salah satu dari mereka pun berusaha mengikuti kancil untuk
mengetahui aktivitasnya. Suatu hari, kancil hendak pulang setelah mencari makan. Namun
ia terkejut melihat buaya tiba-tiba muncul menghadangnya saat akan menyeberang sungai.
Mengetahui ia hendak dijadikan santapan, ia pun berusaha mencari akal untuk melarikan diri.

Kancil lalu berkata bahwa ia sebenarnya ingin menyerahkan diri. Namun ia ragu
apakah dagingnya cukup untuk semua buaya yang ada. Ia lalu meminta semua buaya di
sungai untuk berkumpul dan berbaris agar ia bisa menghitung jumlah mereka. Buaya-buaya
itu mengikuti perintah kancil. Mereka pun berbaris dengan rapi hingga membentuk formasi
yang menyerupai jembatan.

Dengan cekatan, si kancil melompati satu per satu punggung buaya sambil berhitung.
Tak disangka, ternyata sampai di tepi sungai ia langsung melarikan diri. Para buaya pun kesal
karena tertipu oleh kecerdikan kancil.

Kali ini, ada cerita dongeng anak sebelum tidur yang berasal dari Indonesia. Tokoh utama
dari kisah ini adalah seekor kancil yang terkenal akan kecerdikannya.

Seperti kisah singa dan jakal sebelumnya, Anda bisa mengajarkan pada anak bahwa
kecerdikan dapat mengalahkan kekuatan. Semoga saja anak jadi termotivasi belajar dan
meningkatkan pengetahuannya.
Abu Nawas: Diselamatkan Egrang

Sang raja yang sudah tertipu tiga kali oleh Abu Nawas ingin menguji kecerdasannya.
Ia pun mengusir Abu Nawas dari negaranya. Kalau sampai besok Abu Nawas masih
menginjakkan kaki di negara itu, ia akan dijebloskan ke penjara. Abu Nawas sangat sedih
mendengar perintah raja. Namun, ia tak kehilangan akal dan mencari cara untuk
menyelamatkan diri.

Keesokan harinya, dua pengawal istana pergi ke rumah Abu Nawas. Betapa
terkejutnya mereka melihat pria cerdik itu bukannya berkemas, malah asyik berenang dengan
santai. Saat ditanya mengapa ia masih belum pergi, Abu Nawas berkilah. Ia mengaku sama
sekali tidak menginjakkan kaki di negeri itu. Ia berada di dalam air alih-alih tanah.

Karena kebingungan menjawab alasan Abu Nawas, para pengawal membawanya ke


hadapan raja. Ia pun berangkat dengan menaiki egrang. Sesampainya di istana, sang raja
murka melihat Abu Nawas masih belum pergi dan bermain egrang seperti anak kecil. Abu
Nawas beralasan, egrang itu membuatnya tak menginjakkan kaki sama sekali di negeri itu.
Karena itulah ia masih berhak berada di sana dan tak boleh diusir.

Mendengar penjelasan itu, raja pun mengakui kecerdasan Abu Nawas. Ia batal
mengusir pria tersebut, bahkan mengundangnya untuk mengikuti jamuan makan.

Cerita dongeng anak sebelum tidur selanjutnya diambil dari kisah 1001 Malam Abu Nawas.
Hampir sama seperti sebelumnya, kisah ini juga mengedepankan pentingnya kecerdikan.

Selalu ada jalan untuk mengatasi setiap masalah yang ada. Hanya saja, terkadang jalan
tersebut mungkin tidak pernah terlintas dalam pikiran kita sebelumnya. Oleh karena itu,
teruslah berusaha dan buka diri dari segala kemungkinan yang ada.
Bocah Penggembala dan Serigala

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang anak penggembala di suatu desa. Setiap hari ia
bertugas menggembalakan domba-domba milik tuannya di dekat hutan. Karena terus
melakukan kegiatan yang sama, ia merasa bosan. Suatu hari, terbesit di pikirannya untuk
mengerjai orang-orang desa sebagai hiburan. Ia pun berlari menuju desa sambil berteriak
ketakutan, “Ada serigala! Ada serigala!”

Sesuai dugaannya, masyarakat setempat berlari menuju tepi hutan untuk mengusir
serigala tersebut. Tapi sesampainya di sana, tak ada serigala sama sekali. Yang ada malah
sosok si anak pengembala yang tertawa terbahak-bahak. Sadarlah mereka kalau sudah tertipu.

Beberapa hari kemudian, anak itu kembali berteriak-teriak minta pertolongan. Lagi-
lagi penduduk desa berlari ke tepi hutan. Namun mereka ternyata tertipu untuk kedua kalinya.
Mereka pun pulang dengan bersungut-sungut.

Suatu hari menjelang sore, tiba-tiba saja serigala sungguhan muncul dari dalam hutan.
Si anak pun berteriak ketakutan minta bantuan. Namun kali ini, penduduk desa tak mau
percaya padanya.

Serigala itu pun dengan leluasa membunuh dan menyantap domba-domba yang ada di
sana. Sementara anak itu hanya bisa melihat dari kejauhan dan bingung memikirkan apa yang
harus ia katakan pada sang tuan.

Kejujuran merupakan hal yang tak ternilai harganya. Untuk menanamkannya pada buah hati
sejak dini, Anda bisa mencoba membacakan cerita dongeng anak sebelum tidur ini untuknya.

Kita bisa mengambil pelajaran bahwa orang yang suka berbohong tidak akan dipercaya lagi
selama-lamanya. Bahkan jika pada akhirnya ia mengatakan kejujuran sekalipun.
Terjadinya Rawa Pening

Kisah ini bermula saat ada wanita bernama Endang Sawitri yang hamil dan
melahirkan seekor naga. Anehnya, naga yang kemudian diberi nama Baru Klinting itu bisa
berbicara layaknya manusia. Beranjak remaja, Baru Klinting mulai menanyakan
keberadaan ayahnya. Sang ibu pun mengatakan kalau ia sebenarnya anak dari Ki Hajar
Salokantara yang sedang bertapa di sebuah gua. Endang juga memintanya untuk menemui
sang ayah.

Dibekalinya Baru Klinting dengan klintingan (semacam lonceng) peninggalan


Salokantara sebagai bukti kalau mereka memang ayah dan anak. Sesampainya di sana,
Salokantara mengajukan satu persyaratan lagi sebagai bukti. Yakni agar Baru Klinting
terbang melingkari Gunung Telomoyo. Baru Klinting ternyata berhasil melakukan
tugasnya. Salokantara pun mengakui kalau ia memang darah dagingnya. Lalu, Salokantara
memerintahkan Baru Klinting untuk bertapa di dalam hutan.

Di saat bersamaan, penduduk Desa Pathok di sekitar hutan tersebut sedang berburu
hewan untuk sedekah bumi. Tak menemukan satu hewan pun, akhirnya mereka membunuh
dan memotong-motong tubuh Baru Klinting. Saat pesta berlangsung, datanglah anak kecil
dekil dan penuh luka yang sebenarnya merupakan jelmaan Baru Klinting. Ia mengaku
kelaparan dan memohon agar diberi makan oleh penduduk setempat.

Sayangnya, mereka malah tak mengacuhkan dan mengusirnya dengan kasar. Baru
Klinting yang sakit hati pun pergi ke rumah seorang janda tua yang ternyata mau
memperlakukannya dengan baik, bahkan memberinya makan. Usai makan, ia berpesan agar
wanita itu menyiapkan lesung dan menaikinya jika terdengar suara gemuruh. Baru Klinting
lalu kembali ke pesta. Ia mengadakan sayembara dan menantang para penduduk untuk
mencabut lidi yang ditancapkannya ke tanah.

empat menganggap remeh, ternyata tak ada satu pun penduduk yang berhasil
melakukannya. Setelah semua menyerah, dengan mudah Baru Klinting mencabut lidi
tersebut.

Ternyata, dari bekas tancapan lidi tersebut muncul air yang semakin lama semakin
deras alirannya. Para penduduk desa itu pun tewas tenggelam di rawa yang sekarang dikenal
sebagai Rawa Pening. Hanya ada satu penduduk yang selamat, yakni si janda tua yang
bersikap baik pada Baru Klinting.

Ada beberapa versi legenda mengenai terjadinya Rawa Pening yang ada di Kabupaten
Semarang. Salah satunya seperti yang kami bahas di atas. Anda dapat menceritakannya pada
buah hati sebagai cerita dongeng anak sebelum tidur.

Putra dan putri Anda pun dapat memetik pelajaran darinya. Yakni untuk tidak menilai orang
lain dari luarnya saja. Juga untuk tidak sembarangan mengambil sesuatu yang bukan haknya.
Putri Junjung Buih

Dahulu kala, hiduplah dua bersaudara yang memimpin Kerajaan Amuntai di


Kalimantan. Mereka adalah Patmaraga (Raja Tua) dan Sukmaraga (Raja Muda). Meski
memimpin kerajaan bersama-sama, mereka bisa berbagi tugas dengan baik sehingga jarang
berselisih paham. Punya keluarga harmonis dan kekuasaan, hanya satu hal yang masih
belum mereka miliki, yakni anak. Sukmaraga sang adik terutama sudah mendambakan
keturunan sehingga ia rela menempuh berbagai macam cara.

Suatu hari setelah bertapa selama beberapa lama, ia mendapat wangsit agar istrinya
memakan burung kastuba. Ternyata, wangsit tersebut manjur. Istrinya hamil dan melahirkan
sepasang anak laki-laki kembar. Mendengar adiknya memiliki buah hati, Patmaraga pun ikut
semangat berdoa agar diberi momongan. Namun, doanya dikabulkan dengan cara berbeda.

S uatu hari saat melintasi sungai, ia menemukan bayi perempuan yang mengapung di
atas buih. Bayi itu dijunjungnya dan dinamai Putri Junjung Buih. Tak lama setelah diangkat,
ternyata bayi itu bisa berbicara. Ia meminta dibuatkan selembar kain dan selimut yang harus
dijahit dalam setengah hari.

Patmaraga yang terlanjur sayang dengan sang putri pun membuat sayembara.
Ternyata, ada wanita bernama Ratu Kuripan yang menyanggupinya. Tak hanya mampu
menenun dengan cepat, hasilnya juga sangat indah. Ratu Kuripan pun diangkat menjadi
pengasuh Putri Junjung Buih. Ialah yang kemudian mengurusi semua kepentingannya hingga
Junjung Buih dewasa.

Cerita dongeng anak sebelum tidur di atas mengajarkan untuk tidak putus asa meski belum
mendapatkan apa yang kita inginkan. Teruslah berusaha dan berdoa, setelah itu baru kita bisa
pasrah.

Yakinlah apa yang diberikan Tuhan adalah yang terbaik untuk kita semua. Mungkin saja
Tuhan akan mengabulkan doa kita dengan cara yang tidak terduga-duga seperti dialami
Patmaraga di atas.
Asal Mula Selat Bali

Zaman dahulu kala di Jawa Timur, ada seorang Brahmana bernama Sidi Mantra yang
terkenal akan kesaktiannya. Ia juga memiliki budi pekerti yang sangat baik dan dihormati
oleh masyarakat luas. Sebagai hadiah, Sanghyang Widya atau Batara Guru menghadiahinya
dengan harta benda dan istri yang cantik jelita. Setelah bertahun-tahun menikah, mereka
dikaruniai anak laki-laki bernama Manik Angkeran. Sayang, istri Sidi meninggal saat
melahirkan. Entah karena kurang kasih sayang seorang ibu atau sebab lain, Manik tumbuh
menjadi pria dengan sifat yang bertolak belakang dengan sang ayah.

Tak hanya manja dan pemarah, Manik juga hobi berjudi. Namun ia selalu kalah.
Perlahan, harta benda ayahnya pun habis ia pertaruhkan dan untuk membayar hutang. Sampai
suatu hari, tak ada lagi yang bisa dijualnya. Pria manja ini lalu memohon bantuan ayahnya.
Karena tak tega, Sidi rela berpuasa dan bertapa hingga mendapat wangsit. Yakni agar ia pergi
ke kawah Gunung Agung dan meminta bantuan Naga Besukih.

Sesampainya di sana, Sidi merapal mantra dan membunyikan genta untuk memanggil
Naga Besukih. Ia menjelaskan maksud kedatangannya. Akhirnya, naga itu memberikan intan
dan emas dengan syarat Sidi menasihati anaknya agar tidak berjudi lagi.

Namun meski sudah dinasihati, sifat lama Manik tak bisa hilang begitu saja. Ia
bahkan kembali berjudi dan menumpuk hutang. Lagi-lagi sang ayahlah yang harus
menanggung getahnya. Meski kesal, Sidi tetap kembali ke kawah Gunung Agung. Naga
Besukih heran kenapa ia kembali lagi. Setelah dijelaskan, Naga Besukih memberi Sidi emas
dan intan dengan syarat yang sama seperti sebelumnya.

Kali ini, Manik heran dari mana sang ayah bisa mendapatkan begitu banyak harta
dengan mudah. Namun, Sidi bersikeras menolak memberi tahu anaknya. Ia juga mengancam
tak akan membantunya lagi setelah itu. Lagi-lagi, Manik kembali berjudi dan terjerat hutang.
Ia pun bertekad menyelidiki sumber harta ayahnya. Setelah mengumpulkan informasi, ia pun
mencuri genta ayahnya dan berangkat ke Gunung Agung.

Dengan kasar, Manik memukul genta tanpa membacakan mantra. Naga Besakih pun
marah mengetahui Manik telah mencuri genta ayahnya. Namun, Manik tetap memohon
bantuannya dan mengaku akan dibunuh kalau tidak bisa membayar hutang. Karena kasihan,
Naga Besakih akhirnya bersedia membantunya. Namun saat ia membalikkan badan untuk
mengambil harta di perut bumi, Manik malah memotong ekor Besakih yang dihiasi emas dan
intan. Sang naga pun murka dan membakar Manik hingga menjadi abu.

Di Jawa Timur, Sidi dengan cemas menanti putranya yang tak kunjung pulang.
Setelah mengetahui Manik pergi ke Gunung Agung, ia pergi menyusul dan memohon pada
Naga Besakih untuk mengembalikan anaknya. Sebagai persyaratan, Sidi harus
mengembalikan ekor Naga Besakih seperti semula. Manik pun pada akhirnya bisa dihidupkan
kembali. Kali ini ia sadar dan meminta maaf pada sang ayah dan Naga Besakih.

Meski sudah dimaafkan, Sidi meminta Manik untuk tetap tinggal di sekitar Gunung
Agung. Sesampainya di Tanah Benteng Jawa Timur, ia membuat garis dengan tongkat
saktinya. Dari garis itu muncul air yang lama-kelamaan membesar dan menjadi Selat Bali
yang kita kenal sekarang. Lewat cerita dongeng anak sebelum tidur tentang Selat Bali di atas,
ajarkan anak agar selalu menghormati dan menjaga kepercayaan orang tuanya. Ingatkan juga
agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan tidak bergantung pada orang tua saat
dewasa nanti.

Jangan sampai anak-anak terjerumus pada hal negatif dan malah menyusahkan ayah ibunya.
Jangan juga mereka menghalalkan segala cara hanya untuk memenuhi hasrat pribadinya.
Terbentuknya Danau Toba

Di Sumatera Utara zaman dahulu kala, hiduplah seorang pemuda bernama Toba.
Suatu hari ia pergi memancing ikan. Setelah lama menunggu, akhirnya ada ikan yang
menggigit umpannya. Betapa senangnya ia saat melihat ikan tersebut memiliki sisik emas.

Toba pulang ke rumah dengan gembira karena ingin segera menyantap ikan tersebut.
Namun ternyata, kayu bakar di rumahnya sudah habis sehingga ia harus mencari terlebih
dahulu. Sesampainya di rumah, ikan yang tadi diletakkannya dalam wadah besar menghilang.
Sebagai gantinya, ada koin-koin emas dalam wadah tersebut. Ia makin terkejut saat melihat
ada gadis cantik berada di dalam kamarnya.

Ternyata, gadis itu adalah penjelmaan ikan yang ia tangkap. Gadis itu bersedia
menjadi istri Toba selama sang suami tak membocorkan jati dirinya sebagai manusia ikan.
Mereka pun menikah dan dikarunai anak bernama Samosir. Setiap hari, Toba bekerja keras
untuk menghidupi keluarganya. Sayangnya, Samosir malah tumbuh menjadi anak yang nakal.

Suatu hari, Samosir diminta mengantarkan bekal makanan untuk Toba oleh ibunya.
Namun ia malah mampir bermain dan menghabiskan bekal tersebut. Toba yang lapar pun
marah dan menghardik putranya, “Dasar anak ikan!” Karena terkejut, Samosir mengadu
pada ibunya. Sang ibu lalu meminta anaknya untuk naik ke atas bukit. Karena tak lama
setelah itu, datanglah air bah yang sangat deras.

Sang ibu melompat ke danau dan berubah kembali menjadi ikan. Toba tak bisa
menyelamatkan diri dan tenggelam di danau yang akhirnya terkenal sebagai Danau Toba.
Sementara itu, sang anak berubah menjadi pulau di tengah danau yang sekarang dinamai
Pulau Samosir. Ada banyak pesan moral yang bisa Anda sampaikan ke buah hati lewat cerita
dongeng anak sebelum tidur ini. Yang pertama, jadilah orang yang selalu menepati janji.
Kalau memang diberi kepercayaan, jangan sampai merusaknya.

Selain itu, anak juga seharusnya menghormati dan menghargai orang tuanya. Jangan sampai
orang tua sudah susah payah mencari nafkah, anak malah melakukan sesuatu yang membuat
orang tuanya marah besar.
Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat

Alkisah, ada dua pendekar yang dijuluki Pahit Lidah dan Mata Empat hidup di daerah
Banding Agung, Sumatera Selatan. Mereka adalah pendekar yang sangat kuat dan disegani
lawan-lawannya.Suatu hari, Pahit Lidah mendatangi Mata Empat. Ia mengatakan kalau
kesaktian Mata Empat tidak sebanding dengannya. Mendengar hal itu, Mata Empat pun
menantang Pahit Lidah untuk menguji kesaktian mereka.

Keduanya memutuskan menggunakan pohon aren untuk menentukan siapa yang lebih
sakti. Mereka bergantian menelungkup di bawah segerombol bunga aren. Lalu, yang sedang
tidak menelungkup akan memotong bunga aren dari atas. Siapa yang bisa menghindari dari
bunga aren itulah pemenangnya. Mata Empat mendapat giliran pertama untuk menelungkup.
Dengan bantuan dua mata yang ada di belakang kepalanya, ia bisa menghindar dari bunga
aren itu dengan mudah.

Selanjutnya, giliran Pahit Lidah yang menelungkup. Namun, ia tak bisa menghindar
dan akhirnya tewas tertimpa bunga aren. Mata Empat pun merasa bangga. Kini, ia menjadi
satu-satunya pendekar yang ditakuti di Banding Agung. Namun, ia masih penasaran kenapa
lawannya bisa dijuluki Pahit Lidah. “Apa karena memang lidahnya pahit?” pikirnya sambil
mendekati mayat Pahit Lidah. Dicoleknya lidah sang lawan dengan ujung jari telunjuknya,
lalu ia jilat untuk mengetahui rasanya. “Hmm, memang pahit,” batin Mata Empat.

Tanpa ia ketahui, rasa pahit itu sebenarnya berasal dari racun yang selama ini berada
di lidah lawannya. Tak lama, efek racun pun bekerja dan membuat Mata Empat meregang
nyawa. Kedua pendekar itu akhirnya sama-sama tiada. Jasad Pahit Lidah dan Mata Empat
dikebumikan di tepi Danau Ranau yang masih ramai dikunjungi wisatawan hingga kini.

Dari cerita dongeng anak sebelum tidur ini, Anda bisa mengajarkan pada anak kalau
kesombongan itu tak ada gunanya. Rasa bangga yang berlebihan justru bisa mencelakakan
diri sendiri.

Pertahankan sikap rendah hati meski ilmu atau kemampuan yang kita miliki lebih tinggi dari
orang lain. Dengan sikap rendah hati itu pula, kita akan termotivasi untuk terus belajar dan
mengembangkan diri.

Anda mungkin juga menyukai