Anda di halaman 1dari 7

Beruang Dan Lebah

Dongeng beruang dan lebah – Seekor beruang menjelajahi hutan untuk mencari buah-buahan,
menemukan pohon tumbang di mana pada pohon tersebut terdapat sarang tempat lebah
menyimpan madu. Beruang itu mulai mengendus-endus dengan hati-hati di sekitar pohon
tumbang tersebut untuk mencari tahu apakah lebah-lebah sedang berada dalam sarang
tersebut. Tepat pada saat itu, sekumpulan kecil lebah terbang pulang dengan membawa
banyak madu. Lebah-lebah yang pulang tersebut, tahu akan maksud sang Beruang dan mulai
terbang mendekati sang Beruang, menyengatnya dengan tajam lalu lari bersembunyi ke
dalam lubang batang pohon.

Beruang tersebut menjadi sangat marah dan seketika itu juga, loncat ke atas batang yang
tumbang tersebut dan dengan cakarnya menghancurkan sarang lebah. Tetapi hal ini malah
membuat seluruh kawanan lebah yg berada dalam sarang, keluar dan menyerang sang
Beruang. Beruang yang sial itu akhirnya lari terbirit-birit dan hanya dapat menyelamatkan
dirinya dengan cara menyelam ke dalam air sungai.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng beruang dan lebah ini adalah

Lebih bijaksana untuk berdiam diri menahan diri daripada menambah masalah karena
melampiaskan emosi.
Anjing Dan Tiram

Ada seekor anjing yang sangat senang makan telur. Anjing itu sering masuk ke kandang
ayam dan dengan rakusnya menelan telur ayam bulat-bulat.

Suatu hari, sang Anjing berjalan-jalan di pinggiran pantai. Anjing tersebut melihat seekor
tiram, dan dalam sekejap sang Anjing menelan bulat-bulat tiram yang disangkanya telur.

Tidak berapa lama kemudian, seperti yang kita duga, sang Anjing merasakan sakit yang hebat
di perutnya.

“Saya akhirnya mengerti bahwa tidak semua benda yang berbentuk bulat, adalah telur,”
katanya sambil mengerang kesakitan.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng anjing dan tiram ini adalah

Bertindak terlalu tergesa-gesa akan mengakibatkan sesuatu yang buruk.


Dua Ekor Kambing

Dua ekor kambing berjalan dengan gagahnya dari arah yang berlawanan di sebuah
pegunungan yang curam, saat itu secara kebetulan mereka secara bersamaan masing-masing
tiba di tepi jurang yang dibawahnya mengalir air sungai yang sangat deras. Sebuah pohon
yang jatuh, telah dijadikan jembatan untuk menyebrangi jurang tersebut. Pohon yang
dijadikan jembatan tersebut sangatlah kecil sehingga tidak dapat dilalui secara bersamaan
oleh dua ekor tupai dengan selamat, apalagi oleh dua ekor kambing. Jembatan yang sangat
kecil itu akan membuat orang yang paling berani pun akan menjadi ketakutan. Tetapi kedua
kambing tersebut tidak merasa ketakutan. Rasa sombong dan harga diri mereka tidak
membiarkan mereka untuk mengalah dan memberikan jalan terlebih dahulu kepada kambing
lainnya.

Saat salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun
tidak mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya keduanya
bertemu di tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah dan malahan
saling mendorong dengan tanduk mereka sehingga kedua kambing tersebut akhirnya jatuh ke
dalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang sangat deras di bawahnya.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng dua ekor kambing ini adalah

Lebih baik mengalah daripada mengalami nasib sial karena keras kepala.
Misteri Dasi

Ayah Carlo pembuat dasi yang hebat. Berbagai corak dan motif dasi telah dibuatnya. Polos,
bergaris, polkadot, batik, dan lainnya. Banyak pula dasi yang dilukisnya sendiri. Carlo anak
yang rajin dan cerdas. Selain membantu ayahnya melayani pembeli di toko, Carlo pun belajar
melukis dasi. Sore ini, toko sedang sepi saat seorang laki-laki berwajah ramah muncul. Carlo
terkejut. Orang itu adalah Doktor Agam, seorang peneliti lingkungan yang terkenal di kota
Carlo. Hasil penelitiannya sangat bermanfaat bagi masyarakat.

“Ada yang bisa saya bantu,pak?” Carlo gugup.


“Tolong carikan dasi yang cocok buatku, nak…” kata Doktor Agam lembut. “Aku ada acara
besok malam.”
“Nama saya Carlo. Apa warna baju yang akan anda pakai besok?” tanya Carlo bersemangat.
“ehmmmm…putih polos.”

Aha! Carlo tersenyum. Tidak sulit! Semua warna dan motif dasi akan cocok dengan baju
warna putih. Carlo teringat pada dasi buatanya. Alangkah bangganya jika dasi buatannya
dipakai oleh orang sehebat Doktor Agam. Dasi itu berwarna biru. Di dasi itu, Carlo melukis
gelombang laut, rumput laut, dan dua ekor ikan yang sedang berenang.

“Kehidupan di laut harus selalu dijaga. Itulah makna lukisan dasi buatan saya ini, pak,” jelas
Carlo sambil menunjukkan dasi buatannya.
“Oh, luar biasa! Aku akan membelinya.”
Carlo senang sekali. Ia segera membungkus dasi itu, lalu menyerahkannya kepada Doktor
Agam.

“Carlo, kau anak yang mengagumkan. Datanglah besok malam ke rumahku,” undang Doktor
Agam.
Wow! Carlo terperangah. Kejutan yang hebat.
Esoknya, Carlo datang ke undangan Doktor Agam bersama ayahnya. Betapa bangganya
Carlo melihat dasi buatannya dipakai oleh peneliti yang ramah itu.

“Selamat datang,”sambut Doktor Agam. “Ssst, apa dasi ini benar-benar cocok untukku?”
“Tentu, pak,” bisik Carlo.
Rumah Doktor Agam ramai. Ternyata, malam ini ada acara penganugerahan penghargaan
untuk Doktor Agam. Terlihat beberapa polisi yang berjaga. Menurut ayah Carlo, Doktor
Agam akhir-akhir ini sering mendapat ancaman penculikan.

Ayah Carlo asyik mengobrol dengan tamu lain. Sementara itu, Carlo berkeliling di rumah
Doktor Agam yang luas. Tak sengaja, Carlo bertemu dengan empat penari topeng yang akan
memberi hiburan. Sayang, mereka sangat tidak ramah.

Acara dimulai. Para tamu berkumpul di ruang tengah yang luas. Doktor Agam tersenyum
pada semua tamu. Penganugerahan penghargaan untuk Doktor Agam diserahkan oleh wakil
dari pemerintah kota. Para tamu bertepuk tangan.
Lalu, para penari topeng muncul. Mereka menari dengan gagap gempita. Tiba-tiba lampu
padam. Ruangan gelap gulita. Suasana kacau balau. Carlo ketakutan. Ia memegang erat
ayahnya.
Untunglah lampu segera menyala. Acara kembali berlanjut. Tetapi, Carlo melihat sikap
Doktor Agam yang tampak berbeda. Ia tak banyak senyum dan sering menunduk.

Setelah acara usai, para tamu berpamitan kepada Doktor Agam.


“Terima kasih telah mengundang kamu!” pamit Carlo. Doktor Agam tampak tak peduli.

“Silakan mengunjungi toko kami lagi. Kami akan membuatkan dasi terbaik untuk anda,” kata
Carlo. Doktor Agam tampak jengkel.
“Dasi? siapa peduli? Cepat pergi, anak kecil!” bisiknya menghardik.
Tentu saja Carlo terkejut. “Uh, aneh sekali Doktor Agam!”
Carlo beranjak pergi. Tak sengaja, matanya menatap dasi Doktor Agam. Mata Carlo
terbelalak. Mulutnya menganga.
“Yuk pulang! Doktor Agam pasti kecapekan,” ajak ayah Carlo.
“Di… dia b-bbbbukan Doktor Agam!” seru Carlo.

Ayah Carlo terkejut. Carlo menunjuk dasi yang dipakai oleh Doktor Agam.
Para tamu gempar. Polisi segera beraksi. Ternyata, saat lampu padam, Doktor Agam diculik.
Ia digantikan oleh Doktor Agam palsu yang memakai topeng wajah mirip Doktor Agam. Para
penari topeng itu ternyata anggota kawanan penculik. Mereka berkomplot dengan asisten
Doktor Agam. Polisi berhasil menangkap mereka semua.

“Bagaimana kau tahu dia bukan Doktor Agam?


Dia meniru semua penampilan Doktor Agam, tanya seorang polisi pada Carlo, saat keadaan
sudah tenang.

“Ada yang berbeda,” kata Carlo. ” Dasi Doktor Agam bergambar gelombang laut, raumput
laut dan dua ikan uang berenang. Tetapi, gambar ikan pada dasi Doktor Agam asli
menghadap ke kanan, sedangkan yang palsu menghadap ke kiri. Aku tahu, sebab akulah
pelukisnya!”

Semua orang berdecak kagum. Mereka memuji ketelitian Carlo. Polisi kini tahu, asisten
Doktor Agam yang membuat tiruan dasi bergambar ikan itu. Namun, tiruannya tidak
sempurna. Ketika pulang, wajah Carlo berseri-seri. Ia senang, Doktor Agam berhasil
dibebaskan dari penculikan.
Angsa Dan Telur Emas

Pada zaman dahulu kala, ada seorang petani yang memiliki seekor angsa yang sangatlah
cantik, dimana setiap hari ketika petani tersebut mendatangi kandang angsa, sang Angsa telah
menelurkan sebuah telur emas yang berkilauan.

Petani tersebut mengambil dan membawa telur-telur emas tersebut ke pasar dan menjualnya
sehingga dalam waktu yang singkat petani tersebut mulai menjadi kaya. Tetapi tidak lama
kemudian keserakahan dan ketidak-sabaran petani itu terhadap sang Angsa muncul karena
sang Angsa hanya memberikan sebuah telur setiap hari. Sang Petani merasa dia tidak akan
cepat menjadi kaya dengan cara begitu.

Suatu hari, setelah menghitung uangnya, sebuah gagasan muncul di kepala petani, gagasan
bahwa dia akan mendapatkan semua telur emas sang Angsa sekaligus dengan cara memotong
sang Angsa. Tetapi ketika gagasan tersebut dilaksanakan, tidak ada sebuah telur yang dapat
dia temukan, dan angsanya yang sangat berharga terlanjur mati dipotong.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng angsa dan telur emas ini adalah

Barang siapa yang telah memiliki sesuatu dengan berlimpah, tetapi serakah dan
menginginkan yang lebih lagi, akan kehilangan semua yang dimilikinya. Maka bersyukurlah
dengan segala sesuatu yang kita miliki.
Cerita Gunung

Dongeng cerita gunung – Seorang anak dan ayahnya sedang berjalan diatas gunung. Tiba
tiba, anaknya terjatuh, Dia terluka dan berteriak :
“AAAhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!.” Tetapi Ia sangat kaget mendengar ada suara pantulan dari
gunung sebelah.”AAhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!.”

Dengan penuh rasa penasaran, diapun kembali berteriak : “Siapa kamu?” Diapun menerima
kembali jawaban yang sama : Siapa kamu?” dan kemudian dia berteriak ke gunung itu: “Saya
mengagumimu!” dan suara itupun kembali : “Saya mengagumimu!.”

Dengan muka marah pada jawaban itu, dia berteriak : “Penakut” Dia masih menerima
jawaban yang sama, “Penakut!.”

Dia menatap ayahnya dan bertanya : “Apa yang sedang terjadi?” Ayahnya sembari tersenyum
dan berkata : “Sayang, perhatikan.” Kembali ayah akan berteriak : “Kamu Juara.” Diapun
menerima jawaban yang sama : “Kamu Juara.”

Anak ini kembali kaget dan tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi, kemudian Ayahnya
menjelaskan bahwa itulah yang disebut dengan ECHO (Gema suara), tetapi itulah
sesungguhnya hidup.

Segalanya akan kembali kepada kita, apa yang kita katakan, apa yang kita lakukan. Hidup
kita secara sederhana adalah gambaran dari kelakuan yang kita perbuat.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng cerita gunung ini adalah

Segalanya akan kembali kepada kita, apa yang kita katakan, apa yang kita lakukan. Hidup
kita secara sederhana adalah gambaran dari kelakuan yang kita katakan dan perbuat.

Anda mungkin juga menyukai