Anda di halaman 1dari 18

Judul:

Malas Kok Dipelihara

Tema : Pendidikan, Anak Sekolah

Pesan Moral : Jangan malas untuk belajar karena belajar untuk masa depan kita sendiri

Para Pemain:

Ninno (Ayah)

Watty (Ibu)

Adite (anak)

Parise (anak)

Yajitte (anak)

Narasi

Di pinggiran kota, di sebuah kampung kecil yang penduduknya hampir maju terdapat sebuah
keluarga yang cukup bahagia. Keluarga tersebut tak kurang suatu apapun kecuali pendidikan.
Keluarga tersebut memiliki anak kembar tiga yang saat ini sudah menginjak sekolah sma.

Mereka baru masuk sekolah menengah atas, masih tahun pertama tetapi salah satu dari mereka ada
yang sangat malas belajar. Ingin tahu seperti apa ceritanya?

Dialog

Ninno : Bu….! Anak-anak sudah siang kok belum berangkat ke sekolah?

Watty : Lagi siap-siap pak, lagi pada mandi! La bapak ini kenapa to, wong anak-anak yang mau

sekolah kok bapak yang sibuk, enggak ada pekerjaan pak?

Ninno : Ya bapak kan perhatian sama anak, apa salah Bu?

Watty : Ya tidak. Adit…… Paris…… Yajit….. sudah siang nak, hayo lekas pakai baju!

Adite : Iya bu…..!

Parise : Ibu ini, ya ini kita sedang pakai baju!

Yajitte : Iya!
Watty : Iya cepat, sarapan lalu berangkat, bapak sudah menunggu dari tadi!

Adite, Parise, Yajitte : Ya….

Tak lama setelah itu mereka sudah berangkat. Adite, Parise dan Yajitte di antar oleh bapak mereka
sampai di gerbang sekolah.

Ninno : Sudah sana, sekolah yang benar ya, jangan nakal!

Adite : Iya pak..

Parise : Pak uang jajannya belum?

Yajitte : Iya pak, pulangnya kan lama!

Ninno: ya, ya… ini!

Parise : Ya sudah kami masuk pak!

Yajitte : Salah nikung…!

Ninno : Dasar anak kecil, bercanda saja!

Ayah Ninno pun langsung kembali ke rumah setelah mengantar mereka. Di sekolah, mereka belajar
seperti layaknya anak sekolah. Namun Adite terlihat tidak begitu memperhatikan guru. Ia lebih
banyak bermain dengan buku dan pensil yang ia miliki.

Adite : Malas benar hari ini, baru berangkat sudah dikasih tugas!

Parise : Namanya juga anak sekolah, ya di kasih tugas dong….

Adite : Tapi kan baru masuk, ya berkenalan dulu atau apa kan bisa

Yajitte : Aneh kamu tu, justru kalau tidak belajar kita yang rugi!

Adite : Memang rugi kenapa?

Parise : Kan sudah bayar iuran sekolah! Begitu saja tidak tahu!

Adite : Sok kamu ini Parise, yang bayar kan bapak ya yang rugi bapak lah!

Yajitte : Sudah, sudah, kita pulang saja langsung!

Mereka pun pulang ke rumah, drama siswa malas belajar. Sesampainya di rumah mereka langsung
istirahat.

Watty : Anak-anak, makan dulu, setelah itu sholat ya. Setelah sholat tidur dulu, baru setelah itu
boleh main. Tapi jangan lupa belajar!
Adite, Parise dan Yajitte : Iya bu….

Watty : Duh anak ibu, pintar-pintar deh… (sembari meninggalkan mereka)

Yajitte : Setelah ini main game yuk, kamu kan kemarin kalah

Parise : Iya, iya yang menang kemarin. Tunggu, hari ini pasti aku yang menang

Yajitte : Ya lihat aja nanti. Yang kalah bantu mengerjakan tugas ya!

Adite : Iya, aku ikut, kalian harus bantu tugas aku ya!

Parise & Yajitte : Kalau kamu menang!

Adite : Pasti!

Awalnya kegiatan belajar mereka berjalan dengan baik tanpa hambatan yang berarti tapi beberapa
bulan kemudian Adite mulai lupa belajar.

Ninno : Dit, dari tadi main game terus, sudah. Makan sana, setelah itu belajar!

Adite : Ini kan hari minggu Yah!

Parise & Yajitte : Iya Yah!

Ninno : Hari minggu juga bukan berarti libur belajar nak. Meski sebentar, belajar harus dibiasakan.

Adite : Malas ah!

Parise: Kalau aku sih tadi sudah Yah, tugas dari Ibu Guru sudah selesai.

Yajitte: Aku juga sudah Yah, tinggal Adite yang belum mengerjakan tugas!

Adite: Iya, iya….

Ninno: Ya sudah, pokoknya ayah tidak mau tahu, kalian harus belajar meski sebentar. (Pergi
meninggalkan mereka)

Satu jam kemudian

Watty : Adit….. kamu kok main game sendiri, Paris dan Yajit sudah istirahat tidur siang tuh!

Adite : Ya Bu, tanggung!

Watty : Ayah tadi bilang apa?

Adite : Iya bu…


Karena terlalu asyik bermain game akhirnya Adit lupa untuk mengerjakan tugas. Malam harinya ia
langsung tertidur pulas sementara kedua saudaranya masih sempat belajar. Akhirnya di sekolah pun
Adit di hukum.

Adite : Eh… tunggu, tunggu…!

Parise : Kenapa sih dit?

Yajitte : Iya kamu ini seperti ayam mau bertelur saja!

Adite : Aku minta tugas kalian, cepat, aku lupa mengerjakan tugasku kemarin.

Yajitte : Aduh adit…. Mana sempat, ini sudah mau masuk!

Parise : Lagian kamu ini bandel sih, sudah di ingatkan.

Yajitte : Pasti nanti tidak selesai dan kamu kena hukum (sambil menyerahkan buku tugasnya)

Adite: Enggak lah, pasti selesai.

Karena tidak selesai akhirnya Adite dan Yajitte dihukum. Adit dihukum karena tidak mengerjakan
tugas sedangkan Yajitte di hukum karena memberi contekan. Hanya Parise yang tidak di hukum.

Yajitte : Kamu sih Dit, aku jadi di hukum juga!

Adite : Ya maaf!

Parise : Makanya, lain kali jangan malas belajar! Ingat kata ayah, belajar itu untuk kita sendiri, coba

nih seperti aku jadi di sayang ibu guru dan pak guru, kan enak!

Yajitte : Iya benar Dit, besok kamu jangan malas belajar deh!

Adite : Iya deh, aku janji…!

Parise : Ya sudah..

Yajitte : Iya, yuk kita pulang, yang penting besok jangan sampai di hukum lagi.
Naskah Drama 5 Orang

Murit Baru

Ini adalah pagi yang cerah. Mita dan Doni, dua orang siswa kelas VII sedang asyik membaca-baca
buku Biologi di koridor sekolah. Pasalnya nanti siang akan ada ulangan harian mata pelajaran
tersebut. Kemudian datang Anggi, sahabat mereka.

Anggi : “Mit, Don, rajin sekali kalian berdua!”

Mita : “Iya dong, tugas kita sebagai pelajar kan memang harus belajar. Hehehe…”

Anggi : “Iya juga sih. Eh ngomong-ngomong kalian tahu tidak, ada murid baru yang akan masuk ke

kelas kita hari ini.”

Doni : “Oh ya, siapa namanya? Lelaki atau perempuan?”

Anggi : “Lelaki, tapi aku juga belum tahu siapa namanya dan seperti apa rupanya.”

[Bel sekolah berbunyi]

Mita : “Eh ayo masuk kelas!”

[Ketiganya memasuki ruang kelas. Ibu guru masuk bersama seorang murid baru.]

Ibu Guru : “Selamat pagi, anak-anak. Hari ini kita kedatangan teman baru dari Aceh, ia akan

menjadi teman sekelas kalian. Silakan perkenalkan dirimu, nak!”

Ridwan

Ridwan : “Selamat pagi, teman-teman. Nama saya Muhammad Ridwan. Saya berasal dari Aceh.”

Mita [berbisik pada Anggi]: “Jauh sekali ya, dari Aceh pindah ke Bandung!”
[Anggi hanya mengangguk tanda setuju]

Ibu Guru: “Ridwan, kamu duduk di belakang Doni ya [menunjuk sebuah meja kosong]. Untuk
sementara kamu duduk sendiri dahulu karena jumlah siswa di kelas ini ganjil.”

[Ridwan segera duduk di kursi yang disediakan]

Ibu Guru: “Ya baiklah, sekarang kita mulai pelajaran hari ini. Buka buku kalian di halaman 48….”

[Pelajaran pun dimulai]

Tiba saatnya jam istirahat. Ridwan, yang belum memiliki teman, diam saja duduk di kursinya sambil
menunduk. Rupanya belum ada yang mau mendekati Ridwan. Semua siswa di kelas itu masih
sungkan dan hanya mau tersenyum saja padanya tanpa berani mengajak ngobrol lebih lanjut.

Doni: “Psst, Mit, Nggi, coba lihat anak baru itu, sendirian saja ya!” [berbisik pada Mita dan Anggi saat
mereka baru kembali dari kantin]

Mita: “Ayo kita dekati saja.” [Ketiganya menghampiri Ridwan]

Anggi: “Hei, Ridwan. Kenalkan, aku Anggi, ini Ridwan dan Mita [menunjuk kedua temannya].”

[Ketiganya duduk di sekeliling Ridwan]

Ridwan: “Hai, salam kenal.”

Doni: “Kamu kok tidak jajan ke kantin?”

Ridwan: “Aku… Aku bawa bekal makanan [pelan sekali, sambil tertunduk].”

Mita: “Oh begitu, rajin sekali kamu, Wan!


[Keempat siswa ini mulai terlibat obrolan ringan sehingga Ridwan merasa ditemani]

Saat jam pulang sekolah, Ibu Guru memanggil Anggi dan Doni yang hendak pulang ke rumah.

Ibu Guru: “Anggi, Doni! Ke sini sebentar. Ibu mau menanyakan sesuatu.”

[Anggi dan Doni menghampiri Ibu Guru]

Doni: “Ada apa, Bu?”

Ibu Guru: “Itu, bagaimana perilaku Ridwan di kelas? Apakah ia bisa membaur?”

Doni: “Dia agak pendiam, Bu. Dan suka menunduk saat berbicara.”

Anggi: “Tadi di jam istirahat, kami berdua dan Mita berusaha mendekatinya. Kami mengobrol cukup
lama, ia anak yang baik kok, hanya saja ia seperti agak kurang percaya diri dan muram.”

Ibu Guru: “Hmm… begitu ya. Anak-anak, Ridwan adalah salah satu korban selamat tragedi tsunami
Aceh beberapa bulan yang lalu. Kedua orang tuanya tewas terhempas ombak. Kini hanya tinggal ia
dan adik perempuannya, Annisa. Annisa masih duduk di kelas 4 SD, di SD V kota kita ini.”

Anggi: “Ya Tuhan, sungguh berat cobaan yang menimpanya…”

Ibu Guru: “Iya. Untungnya, seorang pamannya tinggal di Bandung sehingga ia dan adiknya tinggal di
sini. Mereka tergolong masyarakat prasejahtera, sehingga Ridwan benar-benar harus berhemat.
Pamannya berkata pada Ibu tadi pagi, ia tak mampu memberi uang jajan yang cukup untuk Ridwan
sehingga Ridwan harus bekal nasi setiap hari agar tidak lapar di sekolah.”

Doni: “Oh pantas saja tadi jam istirahat ia tidak ke kantin.”

Ibu Guru: “Ya sudah, Ibu cuma mau bilang begitu. Kalian berbaik-baiklah dengannya. Temani dia agar
tak merasa kesepian dan terus berduka.”
[Anggi dan Doni pamit kemudian pulang]

Di rumahnya, Doni terus menerus memikirkan teman barunya, Ridwan. Akhirnya ia mendapatkan
suatu ide. Dikabarkannya Anggi dan Mita melalui SMS. Keesokan harinya di jam istirahat….

Doni: “Eh, kalian membawa apa yang aku bilang kemarin, kan?”

Mita: “Bawa dong. Ayo kita dekati Ridwan.”

Anggi: “Ridwan, bolehkah kami bertiga makan bersamamu?”

Ridwan: [kikuk dan kebingungan] “Eh, um.. boleh saja..”

Doni, Anggi, dan Mita mengeluarkan bekal makanan mereka. Ketiganya juga membawa makanan
camilan untuk dimakan bersama-sama, tentu saja Ridwan juga kebagian. Dengan makan bersama
setiap hari, mereka berharap bisa membuat Ridwan lebih ceria. Setelah makan…

Ridwan: “Terima kasih, teman-teman. Kalian sangat baik kepadaku.”

Mita: “Kamu ini bicara apa, sih? Kita kan teman, wajar saja jika kita saling bersikap baik.”

Semenjak itu Ridwan menjadi semakin kuat karena dukungan teman-teman barunya. Siswa-siswa
lain di kelas itu pun banyak yang bergabung membawa bekal untuk dimakan bersama-sama pada
jam istirahat. Suasana menjadi semakin menyenangkan.
Tema Drama: Sosial

Judul: Arti Seorang Sahabat

Jumlah Pemeran: 5 orang

1. Mimi

2. Ami

3. Linda

4. Jovan

5. Dion

Sinopsis

Ami adalah sahabat dari Mimi, Linda, Jovan, dan Dion. Berbeda dengan keempat sahabatnya,
kehidupan Ami sangat sulit. Ami adalah sosok remaja yang hidup dibawah kemiskinan. Ami
memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya di SMA lantaran tidak tega melihat kesehatan
ibunya yang sering mengalami sakit-sakitan akibat terlalu bekerja keras demi membiayai pendidikan
dirinya.

Karena kepedulian seorang sahabat, Ami pun bisa keluar dari kesulitan yang dia hadapi. Ami tetap
bisa melanjutkan sekolahnya tanpa harus membebani orangtuanya.

Dialog Drama

Pada suatu hari, Mimi mendapati Ami sedang terlihat sangat gelisan. Mimi tertanya-tanya dalam
hatinya, ada apa gerangan dengan si Ami. Tak ingin menyaksikan Ami terus menampilkan raut yang
menyedihkan, maka Mimi langsung mencari tahu permasalahannya.

Mimi:

Ami, kamu kenapa? kok wajahmu terlihat sangat gelisah sekali? kamu ada masalah apa?

Ami:

Nggak kok, aku nggak ada apa-apa. Aku cuman nggak cukup tidur aja, makanya mukaku terlihat
pucat.

Mimi:

Masalahnya, muka kamu nggak cuman terlihat pucat, tapi kamu seperti orang yang sedang
kebingungan.
Ami pun berusaha mengelak.

Ami:

Ah kamu bisa aja sih! aku nggak kenapa-kenapa kok. Bener aku cuman nggak cukup tidur aja.

Mimi pun terdiam, dan tidak lama kemudian datanglah Linda.

Linda:

lagi pada ngapain disini? Oww... kamu kenapa, Ami? kok kamu kelihatan pucat amat?

Mimi:

Nah, benar kan, kalau kamu tuh terlihat nggak kayak biasanya. Udahlah, kamu ngomgong aja, ada
apa sebenarnya?

Linda:

Iya Ami, kita ini kan sahabat. Kalau kamu ada masalah, coba cerita ke kami berdua. Kami pasti akan
berusaha untuk membantu.

Ami tetap berusaha menutupi masalah yang dihadapinya, karena tidak ingin merepotkan kedua
temannuya itu.

Ami:

Udahlah, aku nggak kenapa-kenapa kok. Kan tadi aku udah bilang, aku nggak cukup tidur.

Linda dan Mimi pun hanya bisa terdiam, dan 5 menit kemudian datanglah Jovan dan Dion.

Mimi:

Hi, guys.. kalian pada darimana?


Jovan:

Emm.. kami abis main daru rumah tante aku.

Dion:

Iya, tadi aku sama Jovan main sebentar kerumah tante si Jovan.

Linda:

Oh.. emang kalian pada ngapain disana?

Jovan:

Nggak papa, cuman silaturrahim aja, cuz udah lama nggak kesana.

Linda:

Oh.. gitu, baguslah!

Sama seperti Linda dan Mimi, Jovan dan Dion pun langsung menanyakan sesuatu kepada Ami yang
dilihatnya tidak seperti biasanya.

Jovan:

Eh.. Ami, kamu kenapa?

Ami:

Aku kenapa emang?

Dion:

Yah.. kamu, orang ditanya bener-bener malah jawabnya gitu lagi!

Linda:

Nggak tahu si Ami nih.. aku yakin dia pasti lagi ada masalah, tapi nggak tahu kenapa dia nggak mau
ngomong, padahal kita nih kan sahabat. Jadi gimana gitu kalau ada seorang sahabat yang nggak
terbuka gini.
Mendengar ucapan Linda, Ami pun akhirnya tak kuasa untuk menutupi apa yang sedang
dihadapinya.

Ami:

Sebenarnya aku nggak mau ngomong masalah aku, karena aku nggak mau kalian ikut terlibat dalam
masalah aku, tapi karena kalian memaksa aku untuk ngomong, maka aku nggak punya pilihan.

Mimi:

Iya, nggap apa-apa, kamu ngomong aja!

Ami:

Aku akan berhenti sekolah.

Jovan:

Ha... berhenti sekolah? maksud kamu apaan?

Dion:

Iya, maksud kamu berhenti gimana, Ami?

Ami:

Aku nggak bisa menambah beban orangtuaku. Mereka bekerja siang-malam demi bisa
menyekolahkan aku. Pas aku lihat ibuku sakit semalam, aku nggak mungkin lagi bergantung pada
ibuku.

Keempat sahabat Ami pun terdiam sambil memikirkan jalan terbaik untuk Ami. Jovan kemudian
memberikan usulan untuk Ami

Jovan:

Ok Ami, gimana kalau aku coba tanyakan ke tante aku barangkali dia butuh karyawan part time.

Dion:
Iya, tante kamu kan punya supermarket.

Linda:

Kyaknya itu ide bagus deh. Kalau tante Jovan emang butuh karyawan part time, kamu kan bisa
simpan uang kamu untuk biaya sekolah. Kamu mau kan, Ami?

Ami menerima penawaran Jovan.

Ami:

Baiklah kalau begitu, aku pasti mau kalau tante Jovan emang butuh karyawan part time.

Jovan:

Sip! kamu tenang aja, aku yakin tanteku butuh karyawan tambahan soalnya pas aku maen kesana
kemarin ada salah satu karyawannya yang keluar.

Teman-teman Ami akhirnya dengan semeringah melihat Ami kembali bisa tersenyum. Ami pun
akhirnya diterima bekerja di supermarket tantenya Jovan, dan dia tidak jadi keluar sekolah.
Contoh 2

Contoh teks naskah drama pendek singkat tentang pendidikan untuk 5 orang beserta unsur
intrinsiknya

Judul:

Malas Kok Dipelihara

Tema: Pendidikan, Anak Sekolah

Pesan Moral: Jangan malas untuk belajar karena belajar untuk masa depan kita sendiri

Baca Juga: Contoh Teks Cerita Ulang Singkat

Para Pemain:

Ninno (Ayah)

Watty (Ibu)

Adite (anak)

Parise (anak)

Yajitte (anak)

Narasi

Di pinggiran kota, di sebuah kampung kecil yang penduduknya hampir maju terdapat sebuah
keluarga yang cukup bahagia. Keluarga tersebut tak kurang suatu apapun kecuali pendidikan.
Keluarga tersebut memiliki anak kembar tiga yang saat ini sudah menginjak sekolah sma.

Mereka baru masuk sekolah menengah atas, masih tahun pertama tetapi salah satu dari mereka ada
yang sangat malas belajar. Ingin tahu seperti apa ceritanya?

Dialog

Ninno: Bu….! Anak-anak sudah siang kok belum berangkat ke sekolah?


Watty: Lagi siap-siap pak, lagi pada mandi! La bapak ini kenapa to, wong anak-anak yang mau
sekolah kok bapak yang sibuk, enggak ada pekerjaan pak?

Ninno: Ya bapak kan perhatian sama anak, apa salah Bu?

Watty: Ya tidak. Adit…… Paris…… Yajit….. sudah siang nak, hayo lekas pakai baju!

Adite: Iya bu…..!

Parise: Ibu ini, ya ini kita sedang pakai baju!

Yajitte: Iya!

Watty: Iya cepat, sarapan lalu berangkat, bapak sudah menunggu dari tadi!

Adite, Parise, Yajitte: Ya….

Tak lama setelah itu mereka sudah berangkat. Adite, Parise dan Yajitte di antar oleh bapak mereka
sampai di gerbang sekolah.

Ninno: Sudah sana, sekolah yang benar ya, jangan nakal!

Adite: Iya pak..

Parise: Pak uang jajannya belum?

Yajitte: Iya pak, pulangnya kan lama!

Ninno: ya, ya… ini!

Parise: Ya sudah kami masuk pak!

Yajitte: Salah nikung…!

Ninno: Dasar anak kecil, bercanda saja!

Ayah Ninno pun langsung kembali ke rumah setelah mengantar mereka. Di sekolah, mereka belajar
seperti layaknya anak sekolah. Namun Adite terlihat tidak begitu memperhatikan guru. Ia lebih
banyak bermain dengan buku dan pensil yang ia miliki.

Adite: Malas benar hari ini, baru berangkat sudah dikasih tugas!

Parise: Namanya juga anak sekolah, ya di kasih tugas dong….

Adite: Tapi kan baru masuk, ya berkenalan dulu atau apa kan bisa

Yajitte: Aneh kamu tu, justru kalau tidak belajar kita yang rugi!

Adite: Memang rugi kenapa?


Parise: Kan sudah bayar iuran sekolah! Begitu saja tidak tahu!

Adite: Sok kamu ini Parise, yang bayar kan bapak ya yang rugi bapak lah!

Yajitte: Sudah, sudah, kita pulang saja langsung!

Mereka pun pulang ke rumah, drama siswa malas belajar. Sesampainya di rumah mereka langsung
istirahat.

Watty: Anak-anak, makan dulu, setelah itu sholat ya. Setelah sholat tidur dulu, baru setelah itu boleh
main. Tapi jangan lupa belajar!

Adite, Parise dan Yajitte: Iya bu….

Watty: Duh anak ibu, pintar-pintar deh… (sembari meninggalkan mereka)

Yajitte: Setelah ini main game yuk, kamu kan kemarin kalah

Parise: Iya, iya yang menang kemarin. Tunggu, hari ini pasti aku yang menang

Yajitte: Ya lihat aja nanti. Yang kalah bantu mengerjakan tugas ya!

Adite: Iya, aku ikut, kalian harus bantu tugas aku ya!

Parise & Yajitte: Kalau kamu menang!

Adite: Pasti!

Awalnya kegiatan belajar mereka berjalan dengan baik tanpa hambatan yang berarti tapi beberapa
bulan kemudian Adite mulai lupa belajar.

Ninno: Dit, dari tadi main game terus, sudah. Makan sana, setelah itu belajar!

Adite: Ini kan hari minggu Yah!

Parise & Yajitte: Iya Yah!

Ninno: Hari minggu juga bukan berarti libur belajar nak. Meski sebentar, belajar harus dibiasakan.

Adite: Malas ah!

Parise: Kalau aku sih tadi sudah Yah, tugas dari Ibu Guru sudah selesai.

Yajitte: Aku juga sudah Yah, tinggal Adite yang belum mengerjakan tugas!

Adite: Iya, iya….


Ninno: Ya sudah, pokoknya ayah tidak mau tahu, kalian harus belajar meski sebentar. (Pergi
meninggalkan mereka)

Satu jam kemudian

Watty: Adit….. kamu kok main game sendiri, Paris dan Yajit sudah istirahat tidur siang tuh!

Adite: Ya Bu, tanggung!

Watty: Ayah tadi bilang apa?

Adite: Iya bu…

Karena terlalu asyik bermain game akhirnya Adit lupa untuk mengerjakan tugas. Malam harinya ia
langsung tertidur pulas sementara kedua saudaranya masih sempat belajar. Akhirnya di sekolah pun
Adit di hukum.

Adite: Eh… tunggu, tunggu…!

Parise: Kenapa sih dit?

Yajitte: Iya kamu ini seperti ayam mau bertelur saja!

Adite: Aku minta tugas kalian, cepat, aku lupa mengerjakan tugasku kemarin.

Yajitte: Aduh adit…. Mana sempat, ini sudah mau masuk!

Parise: Lagian kamu ini bandel sih, sudah di ingatkan.

Yajitte: Pasti nanti tidak selesai dan kamu kena hukum (sambil menyerahkan buku tugasnya)

Adite: Enggak lah, pasti selesai.

Karena tidak selesai akhirnya Adite dan Yajitte dihukum. Adit dihukum karena tidak mengerjakan
tugas sedangkan Yajitte di hukum karena memberi contekan. Hanya Parise yang tidak di hukum.

Yajitte: Kamu sih Dit, aku jadi di hukum juga!

Adite: Ya maaf!

Parise: Makanya, lain kali jangan malas belajar! Ingat kata ayah, belajar itu untuk kita sendiri, coba
nih seperti aku jadi di sayang ibu guru dan pak guru, kan enak!

Yajitte: Iya benar Dit, besok kamu jangan malas belajar deh!
Adite: Iya deh, aku janji…!

Parise: Ya sudah..

Yajitte: Iya, yuk kita pulang, yang penting besok jangan sampai di hukum lagi.

Begitulah, akhirnya anak-anak pak Ninno dan bu Watty kompak untuk semangat belajar. Adite,
Parise dan Yajitte berjanji kepada orang tuanya untuk rajin belajar. Dan orang tua mereka pun
akhirnya memberikan kejutan yaitu membelikan mainan game baru, dengan syarat mereka harus
mendapatkan peringkat di sekolah.

--- Tamat ---

Anda mungkin juga menyukai