Anda di halaman 1dari 7

TEKNIK PENERJEMAHAN KALIMAT BERIDIOM DALAM KAMUS SAKU

IDIOM ARAB-INDONESIA KARYA NURIYATUL HIDAYAH

Siti Maisaroh
Irhamni1
Ali Ma’sum2
Universitas Negeri Malang
sarohmay599@gmail.com

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan teknik penerjemahan


kalimat beridiom dalam kamus saku idiom Arab-Indonesia karya Nuriyatul Hidayah.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Data penelitian ini berupa
pergeseran bentuk (transposisi) dan pergeseran makna (modulasi) dalam kalimat
beridiom. Sumber data yang digunakan adalah kamus saku idiom Arab-Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik penerjemahan kalimat beridiom dalam
kamus saku idiom Arab-Indonesia terdapat pergeseran bentuk dan pergeseran makna.

Kata Kunci : Teknik Penerjemahan, Kalimat Beridiom, Kamus Saku Idiom Arab-
Indonesia.

Penerjemahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan


budaya dan ilmu pengetahuan suatu bangsa. Penerjemahan sangat berpengaruh dalam
proses tukar menukar informasi dan hasil penemuan. Tanpa adanya penerjemahan, para
pembelajar dan ilmuwan tidak dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, lebih-
lebih kurang membaca referensi dalam bahasa Asing. Hartoko (dalam Widyamartaya,
1993:9) menyatakan bahwa kebutuhan menterjemahkan bukan berarti keterbelakangan,
melainkan merupakan tanda keterbukaan yang melibatkan keikutsertaan dalam tukar
menukar informasi. Catatan sejarah menegaskan bahwa peradaban islam berkembang dan
mencapai kejayaan melalui penerjemahan karya-karya dalam bahasa Yunani, Persia,
India dan Mesir dalam bidang eksakta dan kedokteran. Fenomena seperti ini juga
dijumpai di Indonesia, kegiatan penerjemahan Arab-Indonesia yang dimulai dengan
menterjemahkan naskah-naskah berbahasa Arab ke dalam bahasa Melayu.
Catford (1965:1) menyatakan bahwa penerjemahan adalah pemindahan gagasan
dari bahasa sumber ke dalam bahasa target dan hanya berlaku untuk bahasa tulis dalam
tataran wacana yang mengandung makna di dalamnya. Kemudian Nida (1967)
menegaskan bahwa yang menikmati penerjemahan sebagai reproduksi padanan pesan
yang paling wajar dan alamiah dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa)
yaitu dengan mementingkan aspek makna dan gaya. Padanan makna ini diistilahkan
dengan ekuivalensi dinamis yaitu kualitas terjemahan yang mengandung amanat teks
sumber yang telah dialihkan sedemikian rupa kedalam bahasa sasaran sehingga tidak
merubah pesan yang terkandung dalam teks asli.
Proses pemindahan bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) bahasa
Arab ke dalam bahasa Indonesia sering terjadi ketidak sejajaran bentuk, kekakuan
penerjemahan, dan ketidak alamiahan nalar pesan yang disampaikan baik dari segi
perubahan fungsi, perubahan perspektif, perubahan sudut pandang, dan perubahan segi

1
Irhamni adalah pembimbing I dalam penelitian teknik penerjemahan kalimat beridiom.
Beliau adalah dosen di Universitas Negeri Malang.
2
Ali Ma’sum adalah pembimbing II dalam penelitian teknik penerjemahan kalimat
beridiom. Beliau adalah dosen di Universitas Negeri Malang.
84
makna yang lainnya. Selain itu, Catford (1965:3) menyatakan bahwa dalam proses
pemindahan bahasa sering terjadi pergeseran baik dari aspek bentuk maupun maknanya.
Berbagai macam cara yang digunakan penerjemah dalam proses pemindahan bahasa
sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa), salah satunya dengan menggunakan teknik
penerjemahan. Teknik penerjemahan merupakan cara yang digunakan penerjemah dalam
menterjemahkan kata, frasa, atau kalimat sebagai penjabaran dari prosedur. Adapun
teknik penerjemahan yang bertujuan untuk memecahkan masalah sesuai dengan
fungsinya adalah teknik penerjemahan sebagai penjabaran prosedur transposisi dan
modulasi (Syihabuddin, 2016:95).
Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Rahmawati (2015) dengan judul
“Pergeseran Bentuk dan Makna dalam Latihan Penerjemahan Buku Sanah ‘Ula Az-Zawaj
Karya Amir Abu Samiyyah”,, sumber data penelitian ini adalah Buku Sanah ‘Ula Az-
Zawaj Karya Amir Abu Samiyyah. Penelitian ini menunjukkan bahwa pergeseran bentuk
meliputi transposisi wajib dan bebas, transposisi sistem dan kaidah, transposisi
kewajaran, transposisi kerumpangan, dan pergeseran makna yang terdiri dari modulasi
wajib dan modulasi bebas.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan teknik penerjemahan kalimat
beridiom dalam kamus saku idiom Arab-Indonesia karya Nuriyatul Hidayah. Teknik
penerjemahan kalimat beridiom dalam kamus saku Arab-Indonesia terdapat kalimat yang
mengandung pergeseran bnetuk (transposisi) dan pergeseran makna (modulasi). Namun,
terdapat beberapa kalimat beridiom yang tidak mengandung pergeseran bentuk dan
pergeseran makna.

METODE
Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Tahapan-tahapan penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini antara lain
studi pendahuluan, penjaringan data, pengumpulan data, analisis data, keabsahan data,
kemudian hasil dan penyajian data. Adapun data yang digunakan adalah pergeseran
bentuk (transposisi) dan pergeseran makna (modulasi) kalimat beridiom. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamus saku idiom Arab-Indonesia berbasis
kitab Al-Arabiyah Baina Yadaik Jilid 1, 2, 3 karya Nuriyatul Hidayah. Instrument yang
digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen utama (human instrument) dan
instrumen bantu berupa tabel untuk memperoleh data terkait.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
teknik dokumentasi. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain peneliti membaca sekaligus mengamat teknik penerjemahan kalimat
beridiom dalam kamus saku idiom Arab-Indonesia karya Nuriyatul Hidayah, peneliti
menandai dan mencatat ungkapan atau kalimat yang mengandung pergeseran bentuk dan
pergeseran makna dalam kamus saku idiom Arab-Indonesia karya Nuriyatul Hidayah
dengan kode tertentu, peneliti menyiapkan tabel penjaringan data idiom, selanjutnya
memasukkan idiom ke dalam tabel, peneliti mengklasifikasikan idiom berdasarkan
unsurnya (pergeseran makna/ pergeseran bentuk), peneliti menganalisis teknik
penerjemahan sebagai penjabaran prosedur transposisi dan modulasi dari kalimat
beridiom tersebut, mengidentifikasi data, memilah, dan mengelompokkan data ke dalam
tabel klasifikasi.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah data dianalisis secara kualitatif
dengan menganalisis teknik penerjemahan kalimat beridiom dalam kamus saku idiom
Arab-Indonesia karya Nuriyatul Hidayah. Analisis yang digunakan meliputi analisis

85
teknik penerjemahan sebagai penjabaran prosedur pergeseran yang terdiri dari pergeseran
bentuk (transposisi) dan pergeseran makna(modulasi). Adapun keabsahan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah melalui teknik pengujian yaitu pengecekan dengan
membandingkan sumber data lain, diskusi, dan konfirmasi ulang data yang mengandung
kelemahan atau diragukan.

HASIL
Pergeseran bentuk (transposisi) kalimat beridiom dalam kamus saku Arab-
Indonesia karya Nuriyatul Hidayah
Pergeseran bentuk (transposisi) kalimat beridiom dalam kamus saku Arab-
Indonesia karya Nuriyatul Hidayah merupakan prosedur penerjemahan yang berkaitan
dengan perbandingan BSu dan BSa hasil terjemahan mahasiswa. Adapun macam-macam
pergeseran bentuk (transposisi) kalimat beridiom dalam kamus saku idiom Arab-
Indonesia, yaitu (a) tranposisi wajib dan otomatis, (b) transposisi sistem dan kaidah, (c)
transposisi kewajaran, dan (d) transposisi kerumpangan.
Transposisi wajib dan otomatis berkaitan dengan ketunggalan dan
kenontunggalan dalam BSu yang berubah dalam BSa. Adapun bentuk transposisi wajib
dan otomatis, yaitu (1) nomina jamak menjadi tunggal dalam bahasa Indonesia, misalnya
َِ ‫ا ِإلس ََلم َتُْفو إِلَي ها قُلُوب املسلِ ِمْي‬dalam BSa diterjemahkan
ِ ‫َجْي ًعا ِم ْن َش ِِّت بَِق ِاع األ َْر‬
‫ض‬
dalam BSu َْ ْ ُ ْ َ ْ ْ ُ ْ
‘islam menarik hati orang-orang muslim dari segala penjuru dunia’, secara teoritis
pengubahan bentuk demikian untuk menjaga kealamiahan nalar dan menghindari
kekakuan dalam penerjemahan, (2) nomina jamak setelah
numeralia yang menjadi tungal dalam BSa, misalnya dalam BSu َ ‫أَقَام َع ِِم ْي ِ ِْف بَْي ِ ّْت ثَََل‬
‫ث‬
‫ َسنَ َوات‬dalam BSa diterjemahkan ‘paman tinggal di rumahku selama 3 tahun’, jika
diterjemahkan secara harfiah maka, rasa bahasa kurang dirasakan oleh pembaca dan
bentuk penyelesaiannya adalah dengan mengubah bentuk nomina jamak menjadi tunggal
setelah numeralia dalam BSa dan (3) nomina jamak setelah kata sarana min menjadi
‫ُّوِل‬ ِ ِ ِ ِ ِ
tunggal dalam bahasa Indonesia, misalnya dalam BSu َ ‫َوتَتَ َك َّو ُن َمَراح ُل الت َّْعلْيم ِْف َكث ْْي م ْن الد‬
ِ ‫العربِيَّ ِة ِمن أَرب ِع مر‬dalam
‫اح َل‬َ َ َْ ََ BSa diterjemahkan ‘jenjang pendidikaan di sebagian besar
Negara Arab terdiri atas 4 jenjang’, ‫من‬merupakan kata sarana dari idiom ‫كثْي‬yang
menunjukkan makna sebagian, berdasarkan kaidah bahasa Arab disebut dengan ‫من‬

‫(للتبعيض‬min lit- tab’idh).


Transposisi sistem dan kaidah merupakam transposisi dilakukan penerjemah
karena tidak adanya struktur gramatikal dalam bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa
sasaran (BSa). Adapun bentuk transposisi sistem dan kaidah, yaitu (1) penempatan objek
di latar depan, misalnya dalam BSu ‫بِس ْور‬ ِِ ِ
ُ ‫َحا َط احلَديْ َقة بسيَاج أ َْو‬
َ‫أ‬ dalam BSa diterjemahkan
‘taman itu dikelilingi pagar pembatas’, pengubahan urutan fungsi perlu dilakukan oleh
penerjemah untuk mencari padanan yang berterima dalam bahasa Indonesia dan tetap
menjaga kealamiahan nalar pesan yang disampaikan, dan

86
(2) penempatan kata kerja (verba) di latar depan, misalnya dalam BSu ‫َويُْرِش ُد لُْق َمان ابْنَهُ إِ ََل‬
‫َخ ََل ِق َو األ َْع َم ِال‬ ِ
ْ ‫ََْم ُم ْو َعة م َن األ‬ dalam BSa diterjemahkan ‘Luqman menerangkan kepada
anaknya tentang sekumpulan akhlak dan perbuatan’, penempatan verba di latar depan
tidak lazim dalam kaidah bahasa Indonesia, namun pengubahan urutan fungsi perlu
dilakukan oleh penerjemah untuk mencari padanan yang berterima dalam bahasa
Indonesia dan tetap menjaga kelamiahan nalar pesan yang disampaikan.
Transposisi kewajaran merupakan transposisi yang dilakukan penerjemah untuk
memperoleh kewajaran ungkapan dalam bahas Indonesia, bentuk transposisi kewajaran
yaitu nomina atau frasa nomina dalam bahasa sumber (BSu) menjadi verba dalam bahasa
ِ ‫ال ُقرآ ُن مع ِجز ِِبُسلُوبِِه وأَلْ َف‬
‫اظ ِه َوَم َعانِيه‬
sasaran (BSa), misalnya alam BSu َ ْْ ُْ ْ dalam BSa
diterjemahkan ‘Al quran mampu melemahkan dari segi gaya bahasa, lafadz, maupun
makna-maknanya’, secara harfiah terjemahannya adalah menjadi ism, namun
diterjemahkan menjadi verba. Pergeseran bentuk dilakukan penerjemah untuk menjaga
kealamiahan nalar pesan.
Trasposisi kerumpangan merupakan tansposisi yang digunakan untuk mengisi
kerumpangan kalimat maupun kerumpangan kosakata. bentuk transposisi kerumpangan
antara lain (1) perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan
kontruksi gramatikal dalam BSa, misalnya dalam BSu ‫َو ِعْن َد َما تَظْ َه ُر امل ْش ِك ََلت ِ ِْف احلَيَ ِاة‬
‫ْوى‬ ِ ‫ َيْخ ُذ الزوج‬,‫الزوِجيَّة‬dalam BSa diterjemahkan ‘ketika problematika kehidupan
َّ ‫ان ِ ِْف‬
َ ‫الشك‬ َ َْ ُ َ َْ
rumah tangga muncul, pasangan suami istri pun mulai mengeluh’, penambahan perangkat
tekstual /-pun/ dilakukan penerjemah sebagai pelengkap dan penanda fokus kalimat, dan
(2) kerumpagan kosakata, misalnya dalam BSu dalam
َ ُ ‫ َولَبَّ ْي‬.‫ب ا ِإل ْحَرِام‬
ِ‫ت ِِبلعُ ْمرة‬ ُ ‫لَبِ ْس‬BSa
َ ‫ت ثَ ْو‬
diterjemahkan ‘saya memakai pakaian ihram, dan saya menyambut (panggilan Allah)
dengan umrah’, menambahkan frase dalam kurung tersebut (panggilan Allah) merupakan
frase sebagai pelengkap kalimat yang tidak ada dalam BSu.

Pergeseran makna (modulasi) kalimat beridiom dalam kamus saku Arab-Indonesia


karya Nuriyatul Hidayah
Pergeseran makna (modulasi) kalimat beridiom dalam kamus saku Arab-
Indonesia karya Nuriyatul Hidayah merupakan perubahan yang berkaitan dengan
perubahan perspektif, sudut pandang, dan perubahan makna lainnya. . Adapun bentuk
pergeseran makna kalimat beridiom dalam kamus saku idiom Arab-Indonesia yaitu
modulasi wajib dan modulasi bebas.
Modulasi wajib atau lingusitik merupakan modulasi yang perlu dimunculkan
apabila suatu kata, frase, struktur tiak ada padanannya dalam bahasa sasaran. Adapun
bentuk modulasi wajib atau lingusitik yaitu (1) pengubahan pola aktif dalam BSu menjadi
pasif dalam BSa, misalnya dalam BSu )‫(املسلِ ُم ْون‬ ِ ِ
ْ ‫اك أَ ْشيَاء قلْيلة ََل ََت ُّل ََلُْم‬
َ َ‫ فَ ُهن‬dalam BSa
diterjemahkan ‘disana ada sedikit sesuatu yang tidak dihalalkan untuk kalian (orang-
orang muslim)’, perubahan pola aktif menjadi pasif tersebut dilakukan oleh penerjemah
untuk mencari padanan kata agar nalar pesan mudah di pahami oleh pembaca, dan (2)
penerjemahan kata dari makna bernuansa khusus ke umum, misalnya dalam BSu ‫أَقَام َع ِِم ْي‬
َ ‫ِ ِْف بَْي ِ ّْت ثَََل‬
‫ث َسنَ َوات‬ dalam BSa diterjemahkan ‘pamanku tinggal di rumahku selama 3

87
tahun’, secara harfiah terjemahannya adalah paman (kakak atau adik laki-laki dari pihak
ayah)ku, sedangkan dalam kaidah bahasa Indonesia sebutan ‘paman’ baik dari pihak ayah
maupun pihak ibu tetap disebut dengan paman. Hal ini menunjukkan adanya perubahan
bentuk khusus ke dalam bentuk umum.
Modulasi bebas atau nonlinguistik adalah upaya yang dilakukan penerjemah
untuk memperjelas makna yaitu untuk menyatakan secara tersurat dalam bahasa sasaran
apa yang tersirat dalam bahasa sumber. Adapun bentuk modulasi bebas yaitu
ِ ‫الس َّك ِرََّّي‬
mengeksplisitkan sesuatu yang implisit, misalnya dalam BSu ‫ت‬ ُّ ‫ يَْب تَعِْي ُد ْو َن َع ْن‬dalam
BSa diterjemahkan ‘mereka menjauhi sakarin (yang mengandung gula)’, kalimat yang
berada dalam kurung tersebut (yyang mengandung gula) merupakan kalimat yang
digunakan untuk memperjelas kata yang masih implisit dalam BSu.

PEMBAHASAN
Pergeseran bentuk (transposisi) kalimat beridiom dalam kamus saku Arab-
Indonesia karya Nuriyatul Hidayah
Hasil pemeroleh data pergeseran bentuk (trasnposisi) kalimat beridiom dalam
kamus saku idiom Arab-Indoneia karya Nuriyatul Hidayah sebanyak empat bentuk
transposisi yaitu (1) transposisi wajib dan otomatis, (2) transposisi sistem dan kaidah, (3)
trasnposisi kewajaran, dan (4) transposisi kerumpangan. Keempat bentuk tersebut
merupakan upaya penerjemah dalam memperoleh padanan. Hal ini senada dengan
pendapat Irhamni (2011: 14) yang menyatakan bahwa transposisi adalah suatu upaya
yang dilakukan oleh penerjemah untuk memperoleh padanan dengan cara melakukan
pergeseran-pergeseran bentuk dalam BSa. Kemudian Machali (2009:92)
mengelompokkan pergeseran bentuk menjadi empat bentuk antara lain, yaitu
(1) trasnposisi wajib dan otomatis, (2) trasnposisi sistem dan kaidah, (3) trasnposisi
kewajaran, dan (4) transposisi kerumpangan.
Adapun bentuk-bentuk transposisi yang terdapat dalam kamus saku idiom Arab-
Indonesia sebanyak empat bentuk yaitu, (1) transposisi wajib dan otomatis yang terdiri
atas nomina jamak menjadi tunggal dalam BSa, nomina jamak menjadi tunggal setelah
numeralia, dan nomina jamak menjadi tunggal setelah kata sarana min,
(2) transposisi sistem dan kaidah yang terdiri atas penempatan objek dilatar depan dan
penempatan kata kerja (verba) di latar depan, (3) transposisi kewajaran yang terdiri atas
nomina/frasa nomina menjadi verba dalam BSa, dan (4) trasnposisi kerumpangan yang
terdiri atas perangkat tekstual penanda fokus dalam BSa dan kerumpangan kosakata.
Sedangkan kajian terdahulu oleh Rahmawati (2015) yang melakukan penelitian
dengan judul “pergeseran bentuk dan makna dalam latihan penerjemahan buku sanah ula
z-zawaj karya Amir Abu Samiyyah” dalam paparan hasil menunjukkan bentuk-bentuk
transposisi antara lain, yaitu (1) transposisi wajib dan otomatis yang terdiri atas nomina
jamak menjadi tunggal setelah numeralia dan nomina jamak menjadi tunggal setelah kata
sarana min, (2) trasnposisi sistem dan kaidah terdiri atas pemunculan verba di latar depan,
(3) transposisi kewajaran yang terdiri atas nomina/frasa nomina menjadi verba dalam
BSa, dan (4) transposisi kerumpangan yang terdiri atas suatu perangkat tekstual penanda
fokus dan kerumpangan kosakakata.
Berdasarkan hasil pemerolehan data pengubahan-pengubahan bentuk
(transposisi) merupakan upaya penerjemah untuk menyelesaikan permasalahan rasa
bahasa dalam BSa dan menjaga kealamiahan nalar dalam menyampaikan pesan kepada
pembaca. Secara teoritis menurut Machali (2000:64) pengubahan-pengubahan bentuk

88
demikian bertujuan untuk mendapatkan kewajaran ungkapan yang berterima dalam
kaidah bahasa Indonesia.
Hal ini senada dengan pendapat Irhamni (2011) dan Machali (2009) yang
menyatakan bahwa pergeseran bentuk merupakan prosedur penerjemahan yang
melibatkan pengubahan bentuk gramatikal dari BSu ke dalam BSa. Namun, kedua kajian
tersebut terdapat perbedaan pada sub bagian transposisi wajib dan otomatis, transposisi
sistem dan kaidah, transposisi kewajaran, dan transposisi kerumpangan. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya perbedaan pada kaidah bahasa Asing ke dalam bahasa
Indonesia.

Pergeseran makna (modulasi) kalimat beridiom dalam kamus saku Arab-Indonesia


karya Nuriyatul Hidayah
Hasil pemerolehan data pergeseran makna (modulasi) dalam kamus saku
idiom Arab-Indonesia terdapat dua bentuk yaitu (1) modulasi wajib dan (2)0 modulasi
bebas. Modulasi tersebut dilakukan penerjemah karena terdapat penerjemahan yang
menyisakan permasalahan ungkapan dan pemahaman bagi pembaca. Oleh karena itu,
untuk mencari padanan kata, frasa, san struktur dalam bahasa sasaran modulasi perlu
dimunculkan.
Senada dengan pendapat Irhamni (2011:24) yang mengelompokkan pergeseran
makna menjadi dua yaitu (1) modulsi wajib (linguistik), dan (2) modulasi bebas
(nonlinguistik). Adapun Kajian terdahulu oleh Rahmawati (2015) yang menulis skripsi
dengan judul “Pergeseran Bentuk dan Makna dalam Latihan Penerjemahan Buku Sanah
‘Ula Az-Zawaj Karya Amir Abu Samiyyah”, dalam paparan hasil yang dipaparkan dalam
karyanya terdapat 2 macam modulasi yaitu: (1) modulasi wajib atau linguistik dan (2)
modulasi bebas atau nonlinguistik. Perbedaan antara penelitian ini dengan peneliti
terdahulu adalah judul yang langsung disebutkan pergeseran bentuk dan makna yang
digunakan, sehingga peneliti fokus terhadap dua prosedur penerjemahan tersebut.
Sedangkan dalam penelitian ini judul tidak disebutkan menggunakan dua prosedur
penerjemahan namun, teknik penerjemahan yang menjabarkan trasnposisi dan modulasi.
Perbedaan selanjutnya terletak pada objek yang dianalisis, pada penelitian ini objek yang
digunakan adalah kalimat beridiom, sedangkan pada peneliti terdahulu objek yang
digunakan adalah terjemahan kitab klasik. Selain itu, secara teoritis perbedaan yang
paling menonjol adalah penelitian ini menggunakan dua pendapat terkemuka yaitu
menurut pendapat Irhamni dan Machali namun, peneliti terdahulu hanya menggunakan
satu pendapat yaitu kajian pustaka menurut Irhamni.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah pergeseran bentuk (transposisi) yang meliputi
(a) transposisi wajib dan otomatis yang terdiri dari nomina jamak menjadi tunggal,
nomina jamak yang menjadi tunggal setelah numeralia, dan nomina jamak menjadi
tunggal setelah kata sarana min, (b) transposisi sistem dan kaidah yang terdiri dari
penempatan objek dilatar depan dan penempatan verba dilatar depan, (c) transposisi
kewajaran yang terdiri dari nomina atau frasa nomina dalam bahasa Arab menjadi verba
dalam bahasa Indonesia, dan (d) transposisi kerumpangan yang terdiri dari perangkat
tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan kontruksi gramatikal dalam
BSa dan kerumpangan kosakata yang secara harfiah menyisakan permasalah dan
pemahaman, dan pergeseran makna (modulasi) yang meliputi (a) modulasi wajib

89
(linguistik) yang terdiri dari pengubahan pola aktif dalam BSu menjadi pasif dalam BSa
dan penerjemahan kata yang bernuansa khusus ke kata yang bernuansa umum dan (b)
modulasi bebas (nonlinguistik) yang menyatakan sesuatu yang tersirat dalam bahasa
sumber.
Secara garis besar peneliti menyimpulkan bahwa dari dua bentuk pergeseran
bentuk (transposisi) dan pergeseran makna (modulasi), pergeseran yang banyak ditemui
peneliti dalam menganalis adalah transposisi wajib dan otomatis pada penempatan verba
dilatar depan. Hal tersebut menunjukkan bahwa perubahan-perubahan fungsi dan
kategori yang dilakukan oleh penerjemah untuk menjaga kealamiahan nalar BSa dan
menyampaikan pesan yang terkandung dalam BSu. Sedangkan pergeseran makna
(modulasi) lebih banyak didominasi oleh modulasi wajib yaitu pada pengubahan pola
aktif dalam BSu menjadi pasif dalam BSa. Hal tersebut dilakukan oleh penerjemah jika
suatu kata, frase, struktur tidak ada padanannya dalam BSa. Hal ini menunjukkan bahwa
modulasi wajib bertujuan untuk mencari padanan agar pesan nalar dalam BSu dapat
tersampaikan dengan baik.

Saran
Saran yang dapat disampaikan kepada peneliti selanjutnya untuk memperkaya
bahasan dan rujukan tentang pergeseran bentuk (transposisi) dan pergeseran makna
(modulasi), tidak hanya terfokus pada dua jenis teknik penerjemahan sebagai penjabaran
transposisi dan modulasi saja, melainkan teknik penerjemahan sebagai penjabaran
prosedur transfer dan teknik penjabaran sebagai penjabaran prosedur ekuivalensi, dan
memperkaya kata, frasa, klausa maupun kalimat yang mengandung teknik penerjemahan
secara mendalam.

DAFTAR RUJUKAN
Catford, J.C. 1965. A Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University Press
Irhamni. 2011. Strategi Penerjemahan Kreatif Menerjemahkan Bahasa Arab-Indonesia.
IKAPI Jatim: Pustaka Karswaran
Machali, Rochayah. 2009. Pedoman bagi Penerjemah. Bandung: PT. Mizan Pustaka
Nida, E.A. & Charles. R. Taber. 1967. The Theory and Practice of Transtation. Leiden:
Brill, Nothofer B
Rahmawati, Wiwit. 2015. Pergeseran Bentuk Dan Makna dalam Latihan Penerjemahan
Buku Sanah ‘Ula ‘Zawaj Karya Amir Abu Samiyyah. Malang: Skripsi

90

Anda mungkin juga menyukai