Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TRANSLITERASI DAN TRANSKRIPSI DALAM FILOLOGI

DOSEN PENGAJAR :
CHAIRUNNISA AHSANA AMALAN SHALIHA, M.A.Hum.

MATA KULIAH :
FILOLOGI

DISUSUN OLEH :

PUTRI NUR BALQIS (220502076)


SARAH SALSABILA (220502075)
SANTIA VARISSA (210502037)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY


PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
1444 H / 2023
2

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang, kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Transliterasi dan Transkripsi
Dalam Filologi”.
Makalah ini kami susun semaksimal mungkin, bekerja sama atau
berdiskusi sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan,
maupun isinya, jika terdapat kesalahan dalam pengetikan atau kesalahan kata
dalam makalah ini kami meminta maaf.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan menjadi bekal ilmu untuk kita semua Aamiin yaa Rabbal
‘alamiin.
3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................2

Daftar Isi ..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................4

1.1 Latar Belakang .............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................6

1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................................6

1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................7

2.1 Pengertian Transliterasi dan Transkripsi dalam Filologi..............................7

2.2 Metode atau Langkah-Langkah Transliterasi dan Transkripsi dalam Filologi .......9

BAB III PENUTUP...........................................................................................14

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................15


4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filologi merupakan suatu pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti
yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan
(Baroroh-Baried, 1985: 1). Pendapat tersebut diperkuat dengan definisi filologi
yang dinyatakan oleh Mulyani (2009b: 1), yaitu suatu disiplin yang berhubungan
dengan studi terhadap hasil budaya (buah pikiran, perasaan, kepercayaan, adat
kebiasaan, dan nilai-nilai yang turun temurun berlaku dalam kehidupan
masyarakat) manusia pada masa lampau.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian filologi
adalah suatu studi yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan
kebudayaan yang berhubungan dengan hasil budaya manusia pada masa lampau.
Pengertian hasil budaya yang dimaksud adalah berupa buah pikiran, perasaan,
kepercayaan, adat kebiasaan, dan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Oleh karena itu, filologi juga termasuk ke dalam disiplin ilmu-ilmu humaniora.
Setiap kajian ilmu mempunyai objek penelitian. Demikian juga dengan
kajian ilmu filologi. Objek penelitian dari ilmu filologi adalah naskah dan teks.
Naskah merupakan benda budaya hasil peninggalan nenek moyang yang memuat
tentang ide, pikiran, dan gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Baroroh-Baried (1985: 4), yang mendefinisikan
naskah sebagai berita tentang hasil budaya yang diungkapkan dalam teks klasik
yang dapat dibaca melalui peninggalan-peninggalan yang berupa tulisan. Baroroh
Baried (1985: 54) juga berpendapat bahwa naskah merupakan benda konkret yang
dapat dilihat atau dipegang. Teks adalah kandungan naskah yang dapat dibaca.
Teks mempunyai arti yang bermacam-macam, di antaranya adalah (1) rangkaian
kata-kata yang merupakan bacaan dengan isi tertentu, (2) kandungan naskah, dan
(3) uraian yang memberi informasi mengenai kebudayaan suatu bangsa pada masa
lampau yang disajikan dalam bentuk lisan atau tertulis (Mulyani, 2009b: 2).
Dalam istilah filologi, teks menunjukkan pengertian sebagai sesuatu yang abstrak.
5

Hal tersebut kemudian dijelaskan oleh Baroroh-Baried (1985: 4) bahwa teks


merupakan sesuatu yang dapat dibayangkan saja dan dapat diketahui isinya bila
sudah dibaca.
Dengan objek penelitian berupa naskah dan teks lama, filologi mempunyai
beberapa tujuan. Adapun salah satu tujuan diadakannya penelitian filologi,
sebagaimana dijelaskan oleh Haryati-Soebadio (dalam Djamaris, 1977: 22)
adalah untuk mendapatkan kembali naskah yang bersih dari kesalahan dengan
melakukan kritik teks, sehingga dapat diketahui naskah yang mendekati aslinya.
Pada dasarnya, secara sederhana tujuan akhir dari studi filologi adalah menyajikan
edisi teks yang dapat dibaca oleh masyarakat luas, sehingga teks yang disajikan
tersebut selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan.
Ada beberapa pendapat mengenai langkah-langkah kerja penelitian yang
harus dilakukan dalam penelitian filologi. Langkah-langkah kerja penelitian
filologi menurut Djamaris (1977: 23-24), terdiri atas: 1) inventarisasi naskah, 2)
deskripsi naskah, 3) dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditransliterasi, dan
4) transliterasi. Pendapat lain mengenai langkah-langkah kerja penelitian filologi
disebutkan oleh Darusuprapta (1984 dalam Surono, tanpa tahun: 4), yaitu 1)
menentukan naskah atau teks yang akan dikerjakan, 2) inventarisasi naskah yang
sejenis, 3) menentukan metode yang sesuai dengan jumlah naskah, dan 4)
transliterasi teks.
Pendapat mengenai langkah-langkah kerja penelitian filologi yang telah
disebutkan di atas, kemudian diperkuat dengan pendapat dari Mulyani. Menurut
Mulyani (2009a: 4), langkah-langkah kerja penelitian filologi yang perlu
dilakukan ada lima cara, yaitu 1) inventarisasi naskah, 2) deskripsi naskah, 3)
membaca naskah yang telah ditentukan, 4) alih tulis teks (transliterasi teks atau
transkripsi teks dan suntingan teks yang disertai dengan aparat kritik), dan 5)
terjemahan teks.
6

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian diatas maka dapat kami simpulkan dengan beberapa rumusan
masalah:
a. Apa yang dimaksud dengan transliterasi dan transkripsi dalam filologi?
b. Bagaimana metode atau langkah-langkah transliterasi dan transkripsi
dalam filologi?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari beberapa rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisannya yaitu:
a. Untuk mengetahui makna transliterasi dan transkripsi dalam filologi.
b. Untuk mengetahui bagaimana metode atau langkah-langkah transliterasi
dan transkripsi dalam filologi.

1.4 Manfaat Penulisan


Dapat memberikan sumbangsi terhadap perkembangan dan kemajuan
ilmu bahasa dan sastra Arab khususnya dalam ilmu filologi. Penulisan ini sangat
bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang pembelajaran
transliterasi dan transkripsi dalam filologi, serta dapat memperkaya khazanah
dan bacaan bagi mahasiswa/i juga masyarakat luas.
7

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transliterasi dan Transkripsi dalam Filologi


Hasil kerja filologi di antaranya adalah menyajikan teks yang tercipta pada
masa lampau dalam bentuk yang dapat dijangkau oleh pemahaman masyarakat
sekarang, yakni berupa suntingan (alih tulis) teks (Mulyani, 2009: 20). Alih tulis
terdapat dua macam metode, yaitu metode transliterasi dan metode transkripsi.
Secara etimologi transliterasi bermakna: "penyalinan dengan penggantian
huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain." Transliterasi dalam Kamus Istilah
Filologi didefinisikan sebagai “pengubahan teks dari satu tulisan ke tulisan yang
lain atau dapat disebut alih huruf atau alih aksara, misalnya dari huruf Jawa ke
huruf Latin, dari huruf Sunda ke huruf Latin, dan sebagainya”.
Secara terminologi transliterasi adalah “proses atau hasil pengalihan tanda
grafik dari satu sistem tulisan kepada sistem tulisan lain”. Transliterasi menurut
Onions adalah suntingan yang disajikan dengan jenis tulisan lain. Menurut Baried
transliterasi adalah penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari satu abjad ke
abjad yang lain. Transliterasi berarti penggantian atau pengalihan huruf demi
huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain (Djamaris, 1977: 29; 2002: 19).
Transliterasi didefinisikan sebagai pemindahan dari satu tulisan ke tulisan yang
lain (Robson, 1994: 24).
Dari beberapa pengertian transliterasi di atas dapat disimpulkan bahwa
transliterasi bukan hanya sekedar alih aksara dari satu jenis aksara ke jenis aksara
lain, tetapi harus dikaitkan dengan sistem aksara suatu bahasa. Aksara latin yang
banyak dipakai dalam banyak bahasa misalnya, meski bentuknya sama dari A - Z,
tapi pelafalannya sangat beragam sesuai fonologi suatu bahasa. Sebut saja
contohnya huruf J. Dalam bahasa Indonesia sesuai EYD dilafalkan dengan "je",
dalam ejaan lama dilafalkan dengan "ye" (peralihan tulisan Jogjakarta menjadi
Yogyakarta, kiranya dapat memberikan gambaran tentang ini). Atas dasar itu
8

transliterasi Arab-Latin dalam sistem aksara Indonesia tentu berbeda dengan


transliterasi Arab-Latin dalam sistem aksara bahasa Inggris. Tulisan "hadith" jika
dibaca dengan sistem aksara bahasa Inggris tentu mendekati transliterasi "‫"حديث‬,
tapi dalam sistem aksara bahasa Indonesia tulisan "hadits" (pelafalan secara tipis
huruf t digabung kan lafal huruf s) lebih mendekati makhraj ‫ث‬.
Menurut Baroroh-Baried (1985: 65), transkripsi adalah salinan atau
turunan tanpa mengganti macam tulisan (hurufnya tetap sama). Transkripsi adalah
gubahan teks dari satu ejaan ke ejaan lain (Djamaris, 1977: 29; 2002: 19).
Kesusastraan Indonesia secara tertulis mulai pada zaman Islam. Hikayat-
hikayat pada waktu itu ditulis dengan huruf Arab-Melayu. Agama Islam
berkembang dengan pesat di Indonesia sejak abad ke-13, akan tetapi kesusastraan
tertulis kebanyakan baru sampai pada permulaan abad ke-17 (Djamaris,
1990:109).
Naskah salah satu peninggalan kebudayaan yang tertulis. Naskah
merupakan cermin sejarah masa lalu dan memiliki aspek sejarah di dalamnya.
Sejarah pula yang menjadikan kita sebagai sebuah bangsa yang besar dan patut
dibanggakan. Sejarah bisa punah dan hilang, maka perlu untuk didokumentasikan
dan diteliti lebih lanjut.
Naskah merupakan salah satu bentuk khazanah budaya yang mengandung
teks tertulis mengenai berbagai informasi, pemikiran, pengetahuan, agama,
sejarah, adat istiadat, obat-obatan, serta perilaku masyarakat masa lalu. Jumlah
peninggalan budaya dalam bentuk naskah jauh lebih besar. Naskah di Nusantara
ditulis menggunkan aksara lama, diantaranya tulisan Kawi, tulisan Jawi, Arab
Melayu, Pegon, Pallawa, dan sebagainya. Teks adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari naskah. Teks merupakan benda abstrak berupa ide-ide, gagasan-
gagasan, sistem- sistem, dan pola-pola kehidupan masyarakat tradisional yang ada
di dalam naskah. Teks dikatakan kandungan dari sebuah naskah, karena teks
adalah aspek batin dari sebuah naskah.

Perbedaan transkripsi, tranliterasi dan terjemahan yaitu, Transkripsi adalah


pengalihan tuturan (yang berwujud bunyi) ke dalam bentuk tulisan; penulisan
9

kata, kalimat, atau teks dengan menggunakan lambang-lambang bunyi. Mantra


yang diucapkan seseorang dan kemudian ditranskripsikan ke dalam bentuk
lontar/kitab atau dalam bentuk tertulis lainnya.

Berikut ini adalah contoh jangjawokan hasil penelitian Wiwi Kartiwi.


Deungdeuleu sima deuleu
Deungdeuleu malik katineung
Nenjo aing sia ceurik
Ceurik sia inget ka aing
Nya aing nu boga asihan neuleu.

Sedangkan transliterasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah


penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain.
Terjemahan artinya salinan bahasa; alih bahasa (dari suatu bahasa ke bahasa lain).
Terjemahan ini sering juga disebut sebagai arti, pengertian dari kalimat atau kata
yang di transliterasi

2.2 Metode atau Langkah-Langkah Transliterasi dan Transkripsi dalam


Filologi
Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam transliterasi, diantaranya adalah
memelihara kemurnian bahasa lama dalam naskah, khususnya mengenai penulisan
kata, bacaan pada teks yang menunjukkan ciri khusus dan merupakan ciri ragam
bahasa lama, harus dipertahankan sebagaimana adanya, serta tidak dilakukan
penyesuaian bentuk penulisan dengan aturan yang berlaku pada saat ini, yaitu
aturan EYD. Adapun bacaan yang tidak menunjukkan ciri ragam bahasa lama,
penulisannya disesuaikan dengan penulisan EYD dan kamus. Hal ini
dimaksudkan agar ciri khusus bahasa lama di dalam naskah tidak hilang begitu
saja. Upaya untuk tetap menjaga kemurnian ciri ragam bahasa lama di dalam
naskah ini menjadi hal yang penting.
Jika naskah ditulis dengan huruf latin, bisa kita transkripsi (mengubah teks
dari satu abjad ke abjad yang lain), dari ejaan lama ke ejaan yang berlaku
sekarang. Pada umumnya naskah-naskah lama ditulis dengan tidak disertai tanda-
10

tanda baca, pembagian alinea, bab, dan lain-lain, sehingga menyulitkan pembaca
dalam membaca dan memahami makna teks itu serta sulit pula dalam menentukan
bagian-bagian ceritanya. Maka dari itu dalam penyajian teks, termasuk pula
perbaikan dan pembahasan masalah tersebut, selain itu dicatat pula perbedaan-
perbedaannya, dengan naskah-naskah yang lain, sistem ejaan khusus bagi teks
yang berasal dari huruf-huruf tertentu seperti huruf arab, huruf jawa. Terutama
dalam menyikapi aksara lokal yang tidak terdapat dalam kaidah bahasa Arab,
masing-masing daerah memiliki ketentuan dan variasi yang khas dalam
menggunakan vokal dan konsonan daerahnya, selain itu penggunaan kaidah khat
juga harus diperhatikan. Jika aksara tersebut menggunakan kaidah khat yang super
popular tentu akan mudah mencari rujukannya. Dengan demikian, maka teks yang
disajikan benar-benar lengkap, mudah dibaca, dipahami isinya serta bebas dari
kesalahan-kesalahan dalam proses penyalinan.
Deskripsi naskah adalah uraian/deskripsi secara terperinci mengenai
keadaan naskah dan sejauh mana isi naskah itu. Berdasarkan pengertian itu,
deskripsi naskah dan teks naskah kaganga tentang hikayat nabi bercukur secara
singkat meliputi: penyimpanan (pengoleksian, penyimpanan, dan penomoran
kodeks), judul naskah, ukuran naskah, ukuran teks, isi, penggolongan, tulisan atau
jenis aksara, meliputi bentuk aksara, ukuran aksara, sikap aksara, warna tinta, dan
lain-lain.

A. Alih Tulis Teks dan Metodenya


Hasil kerja filologi di antaranya adalah menyajikan teks yang tercipta pada
masa lampau dalam bentuk yang dapat dijangkau oleh pemahaman masyarakat
sekarang, yakni berupa suntingan (alih tulis) teks (Mulyani, 2009: 20). Alih tulis
terdapat dua macam metode, yaitu metode transkripsi dan metode transliterasi.

1. Transkripsi
Teks Menurut Baroroh-Baried (1985: 65), transkripsi adalah salinan atau
turunan tanpa mengganti macam tulisan (hurufnya tetap sama). Transkripsi adalah
gubahan teks dari satu ejaan ke ejaan lain (Djamaris, 1977: 29; 2002: 19). Metode
transkripsi terdapat dua macam sebagai berikut.
11

a) Metode transkripsi diplomatik adalah alih tulis naskah secara apa adanya sesuai
dengan teks asli.
b) Metode transkripsi ortografi/baku/standar adalah alih tulis naskah sesuai ejaan
yang berlaku/sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (selanjutnya disingkat EYD).

Transkripsi dalam penelitian ini menggunakan metode transkripsi


diplomatik, yaitu alih tulis naskah secara apa adanya sesuai dengan teks asli.
Tujuannya adalah untuk mengetahui bentuk asli teks dan mempertahankan
keaslian teks naskah kaganga tentang hikayat nabi bercukur.

2. Transliterasi Teks
Transliterasi berarti penggantian tulisan, aksara demi aksara dari abjad
yang satu ke abjad yang lain (Baroroh-Baried, 1985: 65; Lubis, 1996: 73).
Transliterasi adalah penggantian atau pengalihan huruf demi huruf dari abjad yang
satu ke abjad yang lain (Djamaris, 1977: 29; 2002: 19). Transliterasi didefinisikan
sebagai pemindahan dari satu tulisan ke tulisan yang lain (Robson, 1994: 24).
Metode transliterasi terdapat dua macam sebagai berikut.
a) Metode transliterasi diplomatik adalah alih tulis naskah secara apa adanya
sesuai dengan teks asli.
b) Metode transliterasi standar adalah alih tulis naskah sesuai EYD.
Penelitian ini menggunakan metode transliterasi ortografi, yaitu alih tulis
naskah sesuai ejaan sesuai EYD. Transliterasi ortografi dilakukan untuk
memudahkan pemaknaan teks SC.
Alih aksara atau tranliterasi merupakan penggantian jenis tulisan, huruf
demi huruf dari aksara lama ke aksara Latin. Namun, tetap dijaga kemurnian
bahasa lama dalam naskah, khususnya penulisan kata. Pedoman yang digunakan
dalam penelitian diantaranya menggunakan beberapa ketentuan sebagai berikut.
a. Misalnya, Alih aksara dilakukan dari aksara Arab–Melayu ke aksara Latin
berdasarkan pedoman padanan huruf Arab–Melayu yang dikemukakan oleh
Hollander.
12

b. Alih aksara dilakukan sebagaimana dikatakan oleh Edwar Djamaris (2002:9)


mentransliterasikan teks dengan tugas utama menjaga keaslian atau ciri khusus
penulisan kata.
c. Simbol-simbol yang terdapat pada naskah tetap dipertahankan dalam bentuk
aslinya dan teks dialihaksarakan sesuai dengan bentuk yang tertera pada naskah.
d. Kata yang menandakan ragam bahasa lama tetap dipertahankan keasliannya
agar kelestaraian ragam bahasa lama tetap terjaga.
e. Penggunaan angka dua sebagai bentuk kata ulang ditulis sesuai dengan
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia, misalnya mana2nya menjadi mana-mananya.
f. Ayat-ayat, hadis dan kosa kata yang sulit dipahami pembaca ditulis dengan
tulisan miring. Alih aksara juga menggunakan tanda sebagai berikut:
1) Tanda garis miring (/) digunakan untuk penanda pemisah klom, dan tanda garis
miring (//) digunakan untuk menandakan akhir setiap halaman.
2) Angka yang ditulis dengan huruf Romawi adalah angka penunjuk bagian isi
naskah.
g. Kata-kata dalam bahasa asing, seperti bahasa potongan ayat Al-Quran dan
bahasa Minang ditulis dalam bentuk miring.
h. Tanda baca yang terdapat di dalam naskah tetap dipertahankan.
Alih bahasa merupakan penggantian bahasa dari bahasa yang ada di dalam
naskah ke dalam bahasa yang dimengerti oleh pembaca dan masyarakat pada saat
ini. Dilakukannya alih bahasa dapat membantu pembaca dalam memahami apa
cerita yang terkandung dalam sebuah naskah. Hal ini dikarenakan naskah kuno
cenderung menggunakan bahasa lama pula sehingga tidak banyak masyarakat
yang paham. Dalam hal ini teks dialihbahasakan dari bahasa Melayu ke bahasa
Indonesia.
Beberapa Kaidah dan ketentuan yang biasa digunakan sebagai berikut:
a. Alih bahasa dilakukan sesuai teori terjemahan sebagaimana dikatakan oleh
Djamaris Edwar (2002: 9) menterjemahkan teks yang ditulis dalam bahasa daerah
ke bahasa Indonesia.
13

b. Edwar Djamaris (2002: 9) alih bahasa dilakukan dengan memperhatikan


pedoman ejaan yang berlaku, penggunaan huruf kapital, tanda-tanda baca,
penyusunan alinea, dan bagian-bagian cerita.
c. Simbol-simbol yang tedapat pada naaskah tetap dipertahankan dalam bentuk
aslinya dan teks yang berupa puisi lama dialihbahasakan sesuai dengan bentuk
yang tertera pada naskah.
d. Kata yang tidak mencirikan bahasa lama dialihbahasakan sesuai Pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia, seperti penggunaan huruf kapital, pemakaian tanda baca
dan sebagainya, misalnya sebenar2nya ditulis sebenar-benarnya.
e. Penggunan tanda baca sesuai dengan aturan penulisan saat ini.
f. Susunan kalimat serta paragraf disesuaikan dengan EBI dan KBBI.
g. Kosa kata yang dicetak tebal adalah kata lama (arkais) yang perkirakan tidak
dimengerti oleh masyarakat sekarang. Kosa kata tersebut dapat dilihat pada
glosarium.
14

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hasil kerja filologi di antaranya adalah menyajikan teks yang tercipta pada
masa lampau dalam bentuk yang dapat dijangkau oleh pemahaman masyarakat
sekarang, yakni berupa suntingan (alih tulis) teks (Mulyani, 2009: 20). Alih tulis
terdapat dua macam metode, yaitu metode transliterasi dan metode transkripsi.
Menurut Baried transliterasi adalah penggantian jenis tulisan, huruf demi
huruf dari satu abjad ke abjad yang lain. Transliterasi berarti penggantian atau
pengalihan huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain (Djamaris,
1977: 29; 2002: 19). Transliterasi didefinisikan sebagai pemindahan dari satu
tulisan ke tulisan yang lain (Robson, 1994: 24).
Dari beberapa pengertian transliterasi di atas dapat disimpulkan bahwa
transliterasi bukan hanya sekedar alih aksara dari satu jenis aksara ke jenis aksara
lain, tetapi harus dikaitkan dengan sistem aksara suatu bahasa.
Menurut Baroroh-Baried (1985: 65), transkripsi adalah salinan atau
turunan tanpa mengganti macam tulisan (hurufnya tetap sama). Transkripsi adalah
gubahan teks dari satu ejaan ke ejaan lain (Djamaris, 1977: 29; 2002: 19).
Adapun metode transliterasi terdapat dua macam yaitu metode transliterasi
diplomatik dan metode transliterasi standar, begitu pun metode transkripsi juga
15

terbagi kepada dua macam yaitu metode transkripsi diplomatik dan metode
transkripsi ortografi/baku/standar.

DAFTAR PUSTAKA

Alif, Muhammad. (2020). Bahasa Arab dan Problematika Transliterasi. 2-4.


Diakses pada Tanggal 17 Mei 2023, dari situs: Pedoman Transliterasi
Jurnal.pdf

Ambarwati, Wulan. Tinjauan Filologi dan Analisis Ajaran Martabat Tujuh dalam
Serat Cecangkriman Karya Raden Ngabehi Ranggawarsita, [Skripsi
Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa], Yogyakarta, Fakultas Bahasa
dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, 2012. Diakses pada Tanggal 17
Mei 2023, dari situs: bab 2-08205241071.pdf

Robingatun, Wulan. Kajian Filologi Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå, [Skripsi Program


Studi Pendidikan Bahasa Jawa], Yogyakarta, Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta, 2012. Diakses pada Tanggal 17 Mei 2023,
dari situs: https://eprints.uny.ac.id/9465/2/bab%201-08205244081.pdf

Robson, S.O. Pengkajian Sastra-Sastra Tradisional, (Jakarta: Pusat Pembinaan


Bahasa dan Pengembngan Bahasa Sastra, 1987), hal 42-43.

Anda mungkin juga menyukai