Anda di halaman 1dari 28

REVIEW SKRIPSI TERJEMAH

Oleh: Aneka Riyada Kusuma


PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU AMIR FI BILAD AL-AQZAM KARYA
TSURAYA ‘ABD AL BADI’
Skripsi oleh Shafa Fitri Annisa dari Program Studi Tarjamah, Fakultas Adab dan Humaniora,
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode komunikatif dan teknik-teknik
penerjemahan yang digunakan dalam Penerjemahan Komunikatif Buku AMIR FI BILAD
AL-AQZAM KARYA TSURAYA ‘ABD AL BADI’.
TEORI YANG DIPAKAI

• Terjemah berasal dari Bahasa Arab ‫ ﺗرﺟﻣﺔ‬yaitu pemindahan kata dari teks sumber (TSu) ke dalam
teks sasaran (TSa). Penerjemahan adalah proses memindahkan pesan yang terdapat dalam bahasa
satu (bahasa sumber (BSu); source language [SL]; al-lughah al-mutarjam minha) secara sepadan
dan wajar dalam bahasa lain (bahasa sasaran (Bsa); target language [TL]; al-lughah al-mutarjam
ilaiha) (Hidayatullah, 2012).
• Penerjemahan merupakan upaya mengalihkan pesan dari BSu ke dalam BSa dengan cara
menemukan ekuivalensi yang memiliki struktur semantik yang sepadan (Alfarisi, 2014)
• Menurut Kridalaksana, penerjemahan yaitu, proses pemindahan suatu pesan dari bahasa sumber
ke dalam bahasa sasaran dengan mengungkapkan maknanya, kemudian gaya bahasanya.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan teknik penerjemahan adalah hal yang bersifat praktis. Menurut Machali yang
dikutip oleh Kardimin, teknik digunakan oleh penerjemah untuk mengatasi kesulitan dalam menghasilkan karya
terjemahan.

Ada 18 teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albar, yaitu:

1. Teknik Peminjaman (borrowing)

Dengan teknik ini, penerjemah mengambil kata atau ungkapan dari BSu. Teknik peminjaman terbagi menjadi
dua, yaitu peminjaman murni (pure borrowing) dan peminjaman yang sudah dinaturalisasi (naturalized borrowing).
Contoh peminjaman murni, kata ‫ َﺗ ْﺑﻠِ ْﯾ ٌﻎ‬diterjemahkan menjadi ‘tablȋgh’; c ontoh peminjaman yang sudah dinaturalisasi, kata
‫ ﻣﺻﻠّﻰ‬diterjemahkan menjadi “musala‟ (Al-Farisi, 2014)

2. Teknik Kalke (calque)

Teknik calque yaitu teknik yang digunakan ketika menerjemahkan sebuah frase dari bahasa sumber secara
literal. Cara ini menghasilkan lexical calque mempertahankan struktur bahasa target seraya memperkenalkannya sebagai
modus ekspresi yang baru, dan structural calque memperkenalkan konstruksi baru ke dalam bahasa target. Contoh ‫اﻟﻌَ َﻣ ُل‬
‫اﻟﺻﱠﺎﻟِ ُﺢ‬yang berpola DM (diterangkan menerangkan) diterjemahkan dengan pola yang sama menjadi “amal saleh‟.
3. Teknik Literal (literal translation)
Teknik literal yaitu pemindahan langsung dari BSu ke dalam BSa yang sesuai dengan gramatikal dan
idiomatik atau yang disebut dengan penerjemahan kata demi kata.
Pemadanan dengan teknik ini mudah diterapkan pada penerjemahan dua bahasa yang serumpun
dengan latar budaya yang relative berdekatan. Menurut Newmark seperti yang dikutip oleh Zaka,
teknik ini merupakan teknik dasar dalam proses penerjemahan. Contoh َ‫إِنﱠ اﻟﱠ ِذﯾْنَ ﺣَ ﻘﱠتْ ﻋَ َﻠ ْﯾ ِﮭ ْم َﻛﻠِﻣَتُ رَ ﺑﱢك‬
Surah Yunus ayat 96 diterjemahkan menjadi “Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap
mereka kalimat Tuhanmu‟.
4. Teknik Amplifikasi (amplification)
Teknik amplifikasi yaitu teknik penerjemahan yang memberikan penjelasan makna secara detail dari
BSu, dengan memberikan tambahan informasi sehingga maknanya bersifat eksplisit.
Contoh kata ‫ اﻟ ٌﮫ‬dan ‫ رَ بﱞ‬diterjemahkan “Tuhan‟. Kedua kata ini memiliki struktur semantik yang
berbeda. Penerjemah menggunakan teknik amplifikasi, hasilnya, kata ‫ رَ بﱞ‬diterjemahkan “Tuhan yang
memelihara dan mengatur, ‫ اِﻟ ٌﮫ‬terjemahkan “Tuhan yang berhak disembah‟.
5. Teknik Reduksi (reduction)
Berbeda dengan teknik amplifikasi, teknik reduksi yaitu teknik penerjemahan yang merubah informasi
yang bersifat eksplisit dalam BSu menjadi implisit dalam BSa. Tetapi, unsur-unsur linguistik
dilenyapkan dalam BSa.
6.Teknik Kompensasi (compensation)
Ketika menerjemahkan, kehilangan makna, efek suara, efek metafor atau efek pragmatik bisa saja terjadi.
Dengan teknik ini, penerjemah bisa memunculkan aspek-aspek yang hilang pada kalimat yang
berdekatan, atau penerjemah bisa memasukkan unsur-unsur informasi dalam teks BSu di
tempat lain dalam teks BSa.
7. Teknik Deskripsi (description)
Deskripsi adalah teknik penerjemahan yang mengganti istilah tertentu dalam BSu dengan
memaparkan bentuk dan fungsinya dalam BSa. Contoh dalam Bahasa Arab, banyak kosakata yang
berkaitan dengan unta, sedangkan dalam Bahasa Indonesia tidak ada padanannya. Seperti kata ‫ﺣ َُوا ٌر‬
diterjemahkan “anak unta yang belum disapih‟, ‫“ ِاﺑْنُ َﻟﺑ ُْو ٍن‬anak unta jantan berumur dua tahun‟, ‫“ ِﺑﻧْتُ َﻟﺑ ُْون‬anak
unta betina berumur dua tahun‟.
8. Teknik Kreasi Diskursif (discursive creation)
Penggunakan teknik ini untuk menghadirkan kesepadanan yang bersifat sementara. Teknik
ini biasa digunakan dalam menerjemahkan judul buku atau judul film.
9. Teknik Kesepadanan Lazim (established equivalent)
Teknik ini digunakan dengan cara memakai istilah yang sudah lazim digunakan baik
mengacu pada kamus atau penggunaan sehari-hari. Contoh kata ‫ وُ ﺟ ُْو ٌد‬untuk Allah
diterjemahkan “wujud‟ lebih lazim digunakan daripada “ada‟, sebab kata ada meniscayakan adanya
ruang.
10. Teknik Generalisasi (generalization)
Teknik generalisasi yaitu dengan memilih kata yang lebih umum. Misalnya kata ‫ رَ بﱞ‬dan ‫ اِﻟٰ ٌﮫ‬yang
diterjemahkan “Tuhan‟. Makna kata Tuhan ini lebih bersifat umum dan bisa mewakili makna kata ‫اِﻟٰ ٌﮫ‬
dan ‫رَ بﱞ‬
11. Teknik Partikularisasi (particularization)
Teknik penggunaan kata yang lebih spesifik dan bukan bentuk umum. Misalnya dalam Al-Quran dan Terjemahnya,
kata ُ‫ اﻟﺻﱠدَ ﻗَﺎت‬dalam Surah At-Taubah ayat 60 diterjemahkan menjadi “zakat‟, bukan sedekah. Karena makna pertama yang
dimaksud ayat tersebut. Kata Sedekah tidak dipilih karena maknanya mencakup sedekah sunah dan sedekah wajib (zakat).
12. Teknik Kompresi Linguistik (linguistic compression)
Teknik kompresi linguistik dilakukan dengan cara mensintesis unsur-unsur linguistik yang ada dalam teks bahasa
target menjadi lebih sederhana. Teknik ini juga dapat digunakan dalam penerjemahan teks film.
13. Teknik Variasi (variation)
Teknik ini biasa digunakan dalam penerjemahan naskah drama. Teknik ini dilakukan dengan mengubah unsur
linguistik atau paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik.
14. Teknik Pelesapan (deletion atau omission)
Teknik ini tidak jauh berbeda dengan teknik reduksi, sama-sama meniscayakan adanya penghilangan unsur-unsur
linguistik yang ada dalam bahasa sumber. dilakukan dengan melesapkan unsur linguistik yang terdapat BSu karena
tidak ada padanan gramatikal yang sesuai dalam BSa. Terdapat dua macam pelesapan, yaitu yang bersifat wajib (obligatory)
yang digunakan agar tidak menyalahi gramatika BSa, kedua yang bersifat opsional (optional) digunakan untuk mencegah
pengulangan atau penggunaan kata yang sama.
15. Teknik Penambahan

Penambahan dilakukan dengan menambahkan informasi ke dalam bahasa sasaran yang sebenarnya
tidak ada dalam bahasa sumber, sehingga dapat memperjelas pesan teks sumber dan lebih berterima.
Misalnya ‫ب‬ ِ ْ‫ واﺿْ ُﻣ ْم إﻟﯾك ﺟَ ﻧَﺎﺣَ كَ ﻣِنَ اﻟرﱠ ھ‬dalam surat Al-Qashash ayat 32, Diterjemahkan “dan dekaplah kedua
tanganmu (ke dada) mu bila ketakutan”. Pada penggalan ayat ini, terdapat preposisi yang artinya “kepadamu”
diterjemahkan menjadi “ke (dada) mu”. Dalam teks sumber tidak ada ‫“ ﺻَ دْ ٌر‬dada”, Penambahan dada dalam
teks sasaran dipandang perlu oleh penerjemah demi kejelasan makna.

16. Teknik Pergeseran (shift, transposition)


Catford menyebut pergeseran bentuk ini sebagai shift. Teknik ini melibatkan perubahan bentuk
gramatikal dari BSu ke BSa. Misalnya dalam Surah Ali Imran ayat 86, ‫ ﻛﯾف ﯾﮭدي ﷲُ ﻗ َْوﻣﺎ َﻛﻔَروا ﺑﻌد ِاﯾْﻣﺎ ِﻧﮭِم‬yang
diterjemahkan menjadi “bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum kafir sesudah mereka beriman”. Terjadi
pergeseran kategori sintaksis dari nomina BSu menjadi verba “mereka beriman‟ dalam BSa.
17. Teknik Modulasi (modulation)
Modulasi adalah perubahan yang terjadi pada BSa yang berkaitan dengan
pergeseran makna yang terjadi karena ada perubahan cara pandang, perubahan
perspektif dan perubahan pola pikir. Contoh dalam Surah Maryam ayat 4, ‫إﻧﻲ َوھَنَ اﻟْﻌَ ظْ ُم‬
‫ ِﻣﻧﱢﻲْ َوا ْﺷﺗَﻌَ َل اﻟرﱠ أْسُ َﺷ ْﯾﺑًﺎ‬Penggalan ini diterjemahkan dengan memakai teknik modulasi menjadi
“sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban”. Terjadi perubahan
sudut pandang dari pola aktif bahasa Arab ُ‫وا ْﺷﺗَﻌَ َل اﻟرﱠ أْس‬menjadi َ pola pasif dalam bahasa
Indonesia (kepalaku telah ditumbuhi uban).
18. Teknik Adaptasi
Teknik ini digunakan untuk mencari padanan kultural antara dua situasi tertentu. Beberapa
ungkapan kultural yang tidak sama antara bahasa sumber dan bahasa sasaran memerlukan adaptasi.
Dengan teknik ini, penerjemah mengalihkan unsur budaya dalam BSu ke dalam unsur budaya yang
memiliki sifat dan karakteristik yang sama dalam BSa. Misalnya, dalam bahasa Arab terdapat ungkapan
‫ ُﯾ َﻘﻠﱢبُ َﻛ ﱠﻔ ْﯾ ِﮫ‬yang terdapat dalam Surah Al-Kahf ayat 42, artinya membolak-balikkan kedua tangan.
Ungkapan ini bermaksud penyesalan, ini tentu berbeda dengan penyesalan yang terdapat dalam bahasa
Indonesia yang menggambarkan penyesalan dengan ungkapan mengelus dada. Jadi, ungkapan ‫ُﯾ َﻘﻠﱢبُ َﻛ ﱠﻔ ْﯾ ِﮫ‬
dapat diterjemahkan menjadi mengelus dada.

❑ Peneliti menggunakan 9 teknik dalam penerjemahan ini, yaitu adaptasi, reduksi, kreasi
diskursif, literal, kompensasi, modulasi, kompresi linguistik, deskripsi dan
penambahan.
METODE PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF

• Metode berasal dari kata method. Dalam Macquarie Dictionary yang dikutip oleh Machali, a method is a
way of doing something, especially in accordance with a definite plan (metode adalah cara melakukan
sesuatu, terutama berkenaan dengan rencana tertentu). Method ialah suatu rencana menyeluruh
mengenai penyajian bahasa yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu (Wicaksono, 2016).
• Menurut Syarif (2012:36), metode penerjemahan adalah cara seorang penerjemah ketika hendak
menerjemahkan Bsu. Sebagai alat komunikasi, terjemahan harus dikembalikan pada fungsi utamanya yaitu,
sebagai alat untuk menyampaikan pesan atau suatu gagasan kepada orang lain.
• Metode penerjemahan komunikatif adalah metode yang lebih cenderung pada bahasa sasaran (BSa).
Metode penerjemahan ini berusaha menghasilkan makna kontekstual bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran, sehingga pembaca dapat memahami isi makna BSu dan bahasa sasarannya dapat berterima
(Sayogie, 2009).
• Penerjemahan komunikatif sangat memperhatikan para pembaca atau pendengar bahasa sasaran yang tidak
mengharapkan adanya kesulitan-kesulitan dan ketidakjelasan dalam teks terjemahan (Nababan, 2008)
• Dengan metode komunikatif, seorang memproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa. Aspek kebahasaan
dan aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Metode ini mengharuskan penerjemah memperhatikan
prinsip-prinsip komunikasi (pembaca dan tujuanpenerjemahan). Metode ini dapat memberikan variasi penerjemahan
yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip komunikasi. Contoh:
‫ﻧﺗطور ﻣن ﻧطﻔﺔ ﻣث ﻣن ﻋﻠﻘﺔ ﻣت ﻣن ﻣﺿﻐﺔ‬
Kita tumbuh dari mani, lalu segumpal darah, dan kemudian segumpal dagimg (awam).
Kita berproses dari sperma, lalu zigot dan kemudian embrio (terpelajar).
TSu di atas bisa diterjemahkan dengan dua versi, disesuaikan dengan siapa target pembaca dan untuk tujuan apa TSu itu
diterjemahkan. Pesan yang sama selalu bisa disampaikan dalam versi yang berbeda. Metode ini juga salah satu metode
yang disarankan oleh para ahli (Hidayatullah, 2012).
HASIL TERJEMAHAN
Teks 1
Teks sasaran (Tsa) Teks Sumber (Tsu)
Selamat tidur, teman-teman ‫ﺗُﺼﺒﺤﻮن ﻋﻠﻰ ﺧﯿ ٍﺮ ﯾﺎ أﺻﺤﺎﺑﻲ‬
Terjemahan harfiah ungkapan ‫ ﺗُﺼﺒﺤﻮن ﻋﻠﻰ ﺧﯿ ٍﺮ ﯾﺎ أﺻﺤﺎﺑﻲ‬yaitu
“pada pagi hari kamu baik-baik saja teman”, tetapi penerjemah menerjemahkannya dengan “selamat tidur,
teman-teman” karena kalimat tersebut merupakan ungkapan perpisahan sebelum tidur. Di Indonesia,
ungkapan sebelum tidur yaitu “selamat malam”, dalam bahasa Inggris diungkapakan dengan good night.
Penerjemah mencari padanan yang sesuai dengan bahasa sasaran. Teknik yang digunakan adalah teknik
adaptasi, yaitu dengan mengalihkan unsur budaya bahasa sumber ke dalam unsur budaya yang memiliki
sifat dan karakteristik yang sepadan dalam bahasa target .Penerjemah juga merujuk kepada kalimat
setelahnya yang menjelaskan waktu yaitu malam hari.
Teks 2
Teks sasaran (Tsa) Teks Sumber (Tsu)
Kalian tidak berbicara? Apakah kalian benar-benar kurcaci? ‫أﻻ ﺗﺘﻜﻠﻤﻮن؟ ھﻞ أﻧﺘﻢ أﻗﺰا ٌم ﺣﻘﯿﻘﯿﻮن أم ﺧِ ﯿﺎلٌ؟‬
Kalimat ‫ أﻻ ﺗﺘﻜﻠﻤﻮن؟ ھﻞ أﻧﺘﻢ أﻗﺰا ٌم ﺣﻘﯿﻘﯿﻮن أم ﺧِ ﯿﺎلٌ؟‬diterjemahkan “kalian tidak berbicara? apakah kalian
benar-benar kurcaci?”. Penerjemah menggunakan teknik reduksi dengan memadatkan informasi teks bahasa
sumber dalam bahasa target. Penerjemah menghilangkan kata ‫ أ‬dalam kamus al-Ma’any yang berarti
“apakah” pada pertanyaan‫ أﻻ ﺗﺘﻜﻠﻤﻮن؟‬sehingga terjemahannya menjadi “kalian tidak berbicara?”, penerjemah
juga menghilangkan kataٌ‫ َﺧﯿَﺎل‬yang berarti khayal, imajinasi, visi, fiksi; setan, roh, hantu, bayangan;
penghalau burung di sawah, orang-orangan dalam kalimat ‫ ھﻞ أﻧﺘﻢ أﻗﺰا ٌم ﺣﻘﯿﻘﯿﻮن أم ﺧَﯿﺎلٌ؟‬dan terjemahannya
menjadi “apakah kalian benar-benar kurcaci?” agar bahasanya lebih lugas dan mudah dipahami oleh
pembaca.
Teks 3
Teks sasaran (Tsa) Teks Sumber (Tsu)
... Amir menangis dan sahabatnya menyadari itu, mereka ... ,ُ‫ ﺗﻨﺒﱠﮫ اﻟﻰ ﺑﻜﺎﺋﮫ اﻷﺻﺪﻗﺎء‬,‫و أﺧ َﺬ ﯾَ ْﺒﻜِﻰ‬
menghampirinya dan bertanya: “kenapa kamu menagis, Amir?” ‫ »ﻣﺎذا ﺑﻚ ﯾﺎ‬:‫ و اﻟﺘﱠﻔﻮا ﺣﻮﻟﮫ ﻗﺎﺋِﻠِﯿْﻦ‬,‫ﻓﺄﺳﺮﻋﻮا اﻟﯿﮫ‬
“Apakah ada yang membuatmu kesal? ‫ﻚ أﺣﺪُﻧﺎ << أﻣﯿﺮﻧﺎ؟‬ َ َ‫ﻀﺒ‬
َ ‫» >> ھﻞ أ ْﻏ‬
َ‫ أ ْﻏﻀَﺐ‬merupakan derivasi verba trikonsonantal (Tsulatsi Mazid) dari kata ‫ َﻏﻀَﺐ‬yang berari marah. Terdapat
afisasi dalam kata َ‫ َﻏﻀَﺐ‬menjadi َ‫ أ ْﻏﻀَﺐ‬yang berarti memarahkan, menyebabkan marah. Dalam penerjemahan
َ‫ أ ْﻏﻀَﺐ‬penerjemah menggunakan teknik kompensasi, yaitu dengan memasukkan unsur-unsur informasi atau
stilistika teks bahasa sumber di tempat lain dalam teks bahsa target, sehingga terjemahannya menjadi “kesal”.
Dalam KBBI, kesal berarti mendongkol; sebal; kecewa (menyesal) bercampur jengkel; tidak suka lagi; jemu.
Agar pembaca lebih mudah dalam memahami teks terjemahan.
Pada teks terjemahan kalimat ‫ﻚ أﺣﺪُﻧﺎ‬ َ َ‫ﻀﺒ‬
َ ‫ ھﻞ أ ْﻏ‬terjadi perubahan informasi eksplisit teks sumber menjadi
implisit dalam bahasa target. Penerjemah memadatkan informasi “apakah ada yang membuatmu kesal?”,
penerjemah menggunakan teknik reduksi.
Teks 4
Teks sasaran (Tsa) Teks sumber (Tsu)
Tiba-tiba salah satu darimereka merebutnya, mereka melompat dan ‫ وﻗﻔﺰوا ﻣﻦْ ﻓﻮق اﻟﻔﺮاش‬...‫و ﻓﺠﺄة ﺧﻄﻔﮭﺎ أﺣﺪُھﻢ‬
melempar mainannya satu sama lain, sementara Amir kebingungan ‫ وﻻ‬,‫ ﺑﯿﻨﻤﺎ ھﻮ ﺣﺎﺋ ٌﺮ ﺑﯿﻨﮭﻢ‬,‫ﯾﺘﻘﺎذﻓﻮﻧﮭﺎ ﻓﯿﻤﺎ ﺑﯿﻨﮭﻢ‬
dan tidak bisa mengambilnya, akhirnya dia bisa mengambilya, ‫ و ﻛﻢ ﻛﺎﻧﺖ‬,‫ أﺧﯿﺮا اﺗﺘﺰﻋَﮭﺎ‬.‫ﯾﺴﺘﻄﯿﻊ أﺧﺬھﺎ ﻣﻨﮭُﻢ‬
akhirnya dia bisa mengambil mainannya kembali. Dia sangat terkejut ‫ اﺑﺘﻌﺪ‬,ٌ‫دھﺸﺘﮫ ﻋﻨﺪﻣﺎ ﺧﺮ َج ﻣﻦ ﻋﯿﻨﯿﮭﺎ ﺿﻮ ٌء أﺣﻤﺮ‬
ketika cahaya merah keluar dari matanya, para kurcaci menjauh adan ‫ﺻﺎﺋﺤﯿﻦ‬...‫ ! “اﻷﻗﺰام‬...‫ ﻋَﻔﺮﯾﺖ‬...‫“ﻋَﻔﺮﯾﺖ‬:
berteriak: “hantu.. Hantu..!”
‫ﻋَﻔﺮﯾﺖ‬berarti setan, ifrit; bencana, malapetaka; yang jelek (perangainya). Penerjemah menggunakan kata
“hantu” karena merujuk kepada maknanya, yaitu roh jahat yang dianggap terdapat di tempat-tempat tertentu
dan konteks menunjukkan kepada mainan kurcaci yang matanya bersinar. Dengan memilih istilah yang lebih
dikenal oelh pembaca anak-anak, maka penerjemah memilih kata hantu untuk menerjemahkan ‫ﻋَﻔﺮﯾﺖ‬.
Penerjemahan ini menggunakan teknik modulasi.
Teks 5
Teks sasaran (Tsa) Teks Sumber (Tsu)
“Bisa, ayo!” «‫ ھﯿﱠﺎ ﺑﻨﺎ‬,‫»ﺑﺎﻟﺘﺄﻛﯿﺪ‬
Pada penerjemahan kalimat ‫ ھﯿﱠﺎ ﺑﻨﺎ‬,‫ﺑﺎﻟﺘﺄﻛﯿﺪ‬, penerjemah menggabungkan unsur-unsur linguistik menjadi lebih
sederhana dan lebih mudah dipahami pembaca. Penerjemah menggunakan teknik kompresi linguistik.
Maka kalimat ‫ ھﯿﱠﺎ ﺑﻨﺎ‬,‫ ﺑﺎﻟﺘﺄﻛﯿﺪ‬diterjemahkan denagn “Bisa, ayo!”.
Teks 6
Teks sasaran (Tsa) Teks Sumber (Tsu)
Kurcaci yang lain mengangkat atngan dan berdoa: “Ya Tuhanku, ‫ »ﯾﺎ أﻟﮭﻰ‬:‫و ﺗﻮﺟﱠﮫ اﻷﺧﺮ اﻟﻰ اﻟﺴﻤﺎء راﻓﻌﺎ ﯾﺪه‬
kembalikan Amir dalam keadaan selamat, agar kami bisa ‫ ﻟﻨﻌﯿ َﺪهُ اﻟﻰ أھﻠﮫ و وطﻨﮫ‬,‫أﻋﺪْه ﻟﻨﺎ ﺳﺎﻟﻤﺎ‬..»
mengantarnya kepada keluarganya dan tanah airnya.”
Penerjemah mengganti terjemahan ungkapan ‫ ﺗﻮﺟﱠﮫ اﻷﺧﺮاﻟﻰ اﻟﺴﻤﺎء راﻓﻌﺎ ﯾﺪه‬yang bermakna secara harfiah adalah
“dan yang lain menghadap ke langit mengangkat atngannya” dengan “kurcaci yang lain menagngkat tangan
dan berdoa”, karena penerjemah ingin menjelaskan kepada pembanca bahwa ungkapan tersebut mempunyai
makna berdoa. Penerjemah menggunakan teknik deskripsi.
‫ ﻟﻨﻌﯿ َﺪهُ اﻟﻰ أھﻠﮫ و وطﻨﮫ‬,‫ ﯾﺎ أﻟﮭﻰ أﻋﺪْه ﻟﻨﺎ ﺳﺎﻟﻤﺎ‬diterjemahkan “Ya Tuhanku, kembalikan Amir dalam keadaan selamat,
agar kami bisa mengantarnya kepada keluarganya dan tanah airnya”, penerjemah menggunakan teknik literal
dengan melakukan pemindahan langsung adri Bsu ke dalam Bsa yang sesuai dengan gramatikal dan
idiomatik, sehingga terjemahannya dapat beretrima dan mudah dipahami oleh pembaca sesuai dengan prinsip
komunikatif.
Teks 7
Teks sasaran (Tsa) Teks Sumber (Tsu)
Kenan menjawab: “waktu aku masih muda, aku tidak suka kalau ‫ ﻟﻢ ﯾﻜﻦْ ﯾﻌﺠﺒﻨﻲ أن ﯾﻠﺠﺄ‬,‫ »ﻓﻲ ﺻِ ﺒَﺎى‬: ‫ر ﱠد ﻛﯿﻨﺎن‬
orang-orang meminta tolong ke penyihir dan dukun untuk ‫ ﺑﯿﻨﻤﺎ ﻻ‬,‫اﻟﻨﺎسُ ﻟﻠﺴﺤﺮة و اﻟﻜﮭﺎن ﻓﻲ ﻛﻞ اﻷﻣﻮر‬
menyelesaikan urusan mereka, sedangkan mereka tidak ‫ﯾﻌﻤﻠﻮن ﻋﻘُﻮﻟﮭﻢ وﻻ ﯾﻔﻜﺮون‬..»
menggunakan akal mereka dan tidak berpikir”. «,‫ ﻟﻘﺪ رأﯾﺖُ ذﻟﻚ ﺑﻨﻔﺴﻲ ﻋﻨﺪ ﺳﯿﺪ ِة اﻷﺧﺒﺎر‬,‫ﻧﻌﻢ‬
“iya, aku melihatnya sendiri waktu di peramal, mereka ‫»ﻓﺎﻟﻨﺎسُ ﯾﺰدﺣﻤﻮن ﻋﻨﺪھﺎ ﺑﺸﻜﻞ ﻛﺒﯿﺮ‬
berbondong-bondong mendatanginya.”
‫ ﻟﻘﺪ رأﯾﺖُ ذﻟﻚ ﺑﻨﻔﺴﻲ ﻋﻨﺪ ﺳﯿﺪ ِة اﻷﺧﺒﺎر‬,‫ ﻧﻌﻢ‬diterjemahkan sesuai denagn prinsip komunikatif, menggunakan bahasa
yang lugas sehingga pembaca dapat lebih memahami teks terjemahan dan bahasanya berterima. Penerjemah
menggunakan metode komunikatif. Terjemahannya menjadi “Iya, aku melihatnya sendiri waktu di peramal”.
‫ ﻓﺎﻟﻨﺎسُ ﯾﺰدﺣﻤﻮن ﻋﻨﺪھﺎ ﺑﺸﻜﻞ ﻛﺒﯿﺮ‬kalimat ini diterjemahkan emnggunakan dua teknik, yaitu reduksi dan
penambahan. Pertama, penerjemah menghilangkan frasa ‫ ﻋﻨﺪھﺎ ﺑﺸﻜﻞ ﻛﺒﯿﺮ‬sehingga terjemahannya menjadi
“maka, manusia berbondong-bondong”. Untuk menambah informasi kepada pembaca dan menyampaikan
pesan penulis, penerjemah menambahkan farse “mendatanginya” agar pembaca lebih memahami pesan yang
terdapat dalam teks sumber. Terjemahannya menjadi “mereka berbondong-bondong mendatanginya” dan
terjemahan seluruh kalimatnya yaitu “iya, aku melihatnya sendiri waktu di peramal, mereka
berbondong-bondong mendatanginya.”
Teks 8
Teks sasaran (Tsa) Teks Sumber (Tsu)
Yang lainnya berkata: “kami hampir putus asa untuk bisa ‫ »ﻛﺪْﻧﺎ ﻧ ْﻔﻘِ ُﺪ اﻷﻣ َﻞ ﻓﻲ اﻟﻌﺜﻮر ﻋﻠﯿﻚ‬:‫»ﻗﺎل اﺧﺮ‬
menemukanmu”
Penerjemah menggunakan teknik literal dengan mengalihkan langsung ungkapan teks sumber ke dalam teks
sasaran. Sehingga pesan yang ingin disampaikan penulis tersampaikan baik denagn Bahasa yang lugas dan
dan dapat dipahami oleh pembaca
Teks 9
Teks sasaran (Tsa) Teks Sumber (Tsu)
Amir melihat serang laki-laki masuk ke dalam gubuk yang terbakar ‫ ﻟﯿﻨﻘ َﺬ‬,‫رأى أﻣﯿﺮ اﻟﺮ ُﺟ َﻞ ﯾﺪﺧﻞ اﻟﻜﻮ َخ اﻟﻤﺴﺘَﻌِﻞ‬
untuk menyelamatkan anaknya tanpa takut dan panik. Dia tidak ‫ و ﻟﻢ ﯾﺨﺮجْ اﻟﺮﺟ ُﻞ‬,‫ﺻﻐﯿﺮَه دوﻧﻤﺎ ﺧﻮف وﻻ ھﻠَﻊ‬
keluar kecuali bersanma buah hatinya, dia telah menyelamatkannya ‫ و ﻗﺪ أﻧﻘﺬه ﻓ َﺤ ِﻤ َﺪ رﺑﱠﮫ و َﺷ َﻜ َﺮ‬,‫ﱠاﻻ و ﻣﻌﮫ ﻓ ْﻠﺬَة ﻛﺒﺪِه‬
dan bersyukur kepada Tuhan atas rahmat-Nya ‫ﻧﻌﻤﺘَﮫ‬
Frase ‫ ﻓ ْﻠﺬَة ﻛﺒﺪِه‬dalam google translate berarti “untuk hatinya”. Agar pesan yang ingin disampaikan oleh
penulis lebih jelas dan teks terjemahan lebih berterima, penerjemah menggunakan teknik penambahan
dengan menambah informasi dalam Bahasa target yang tidak ada dalam teks sumber. Terjemahannya
menjadi “buah hatinya” karena merujuk kepada konteks yaitu seorang laki-laki menyelamatkan anaknya
dengan masuk ek dalam gubuk yang terbakar dan dia tidak keluar kecuali bersama anaknya.
KESIMPULAN

Setelah menerjemahkan buku Amir Fȋ Bilȃd alAqzȃm, disimpulkan bahwa metode


komunikatif yang berorientasi pada teks sasaran efektif digunakan dalam penerjemahan
buku tersebut. Metode penerjemahan ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikatif yang
berupaya mereproduksi makna konstekstual teks BSu sedemikian rupa ke dalam BSa, baik
aspek kebahasaan maupun aspek isinya yang langsung dimengerti oleh pembaca dan versi
bahasa sasarannya langsung berterima. Penulis mengambil data yang dikomunikatifkan
karena faktor subyektif dari penulis. Adapun data yang sudah komunikatif dengan
sendirinya, tidak menjadi data penulis.
Selain menggunakan metode komunikatif, penerjemah juga menggunakan 9 teknik
penerjemahan yang cocok dalam penerjemahan buku ini, yaitu teknik adaptasi, reduksi,
kreasi diskursif, literal, kompensasi, modulasi, kompresi linguistik, deskripsi dan
penambahan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Farisi, M. Zaka. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.
Ayu Rahmawati, Anindia. Dkk. Kajian Teknik Penerjemahan Dan Kualitas Terjemahan Ungkapan
Yang Mengandung Seksisme Dalam Novel Novel The Mistress’s Revenge Dan Novel The 19th
Wife. Prasasti: Journal Of Linguistics. Vol. 1, No. 2, November 2016.
Ali, Atabik dan Muhdhor, Ahmad Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Al-‘Ashri.
Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1998.
Hasyim, Muhammad. Buku Ajar Mata Kuliah Teori Terjemahan. Universitas Hasanudin, 2015.
Hidayatullah, Moch., Syarif. Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer. Tangerang
Selatan :
Alkitabah, 2014.
Hidayatullah, Moch., Syarif. Cakrawala Linguistik Arab. Tangerang Selatan: Alkitabah, 2012.
Hoedoro Hoed, Benni. Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya,
2006.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), daring https://kbbi.kemdikbud.go.id/
Kamus Al-Maany (daring) https://www.almaany.com
Khoirun Nisaa‟, Rohmita. Analisis Teknik, Metode Dan ideologi Penerjemahan Subtitle Film
Beckham Unwrapped Dan Dampaknya Pada Kualitas Terjemahan. Surakarta: Universitas
SebelaBeckham ,2011.
Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo, 2000.
Nababan, M. Rudolf. Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Sayogie, Frans. Teori dan Praktik Penerjemahan InggrisIndonesia. Tangerang Selatan:
Transpustaka, 2014.
Sayogie, Frans. Metode Penerjemahan Dan Makna Tekstual. Tangerang: Pustaka Anak
Negeri, 2009.

Anda mungkin juga menyukai