PENDAHULUAN
ramwasaparwa,
Mosalaparwa,
Prasthnikaparwa,
Swargarohanaparwa, Uttaraka dan lain sebagainya (Zoetmulder, 1985:8096). Sedangkan sastra Jawa Kuna yang berbentuk kakawin antara lain Kakawin
Ramyna,
Kakawin
Arjunawiwha,
Kakawin
Kyana,
Kakawin
Pupuh adalah pembagian pembabagan cerita dalam teks-teks Jawa yang digubah dalam bentuk
tembang (puisi berirama). Pupuh dapat diartikan sebagai bab (Pudjiastuti, 2006:76).
2
Aparat kritik adalah perabot pembanding yang menyertai penyajian suatu naskah (BarorohBaried, dkk., 1977:8).
huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain lepas dari lafal bunyi kata yang
sebenarnya (Baroroh-Baried, 1983:101).
Metode dalam menyunting teks menggunakan edisi perbaikan bacaan.
Perbaikan bacaan digunakan karena peneliti berusaha membantu pembaca
mengatasi berbagai kesulitan yang bersifat tekstual atau yang berkenaan dengan
interpretasi dan dengan demikian terbebas dari kesulitan mengerti isinya (Robson,
1994:25). Di sini terdapat campur tangan peneliti sebagai pembaca. Sebutan
perbaikan bacaan berarti campur tangan peneliti sebagai pembaca sedemikian
rupa sehingga teks itu dapat dipahami oleh peneliti (Wiryamartana, 1990:32).
Apabila penyunting merasa bahwa ada kesalahan dalam teks tersebut, penyunting
dapat memberikan tanda yang mengacu pada aparatus kritis, di sini penyunting
menyarankan bacaan yang lebih baik (Robson, 1994:25).
Setelah penyuntingan, tahap selanjutnya adalah menerjemahkan. Menurut
Widyamartaya (1989:11), menerjemahkan adalah pemindahan suatu amanat dari
bahasa sumber ke dalam bahasa penerima (sasaran) dengan pertama-tama
mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkapkan gaya bahasanya. Metode
penerjemahan menurut Hanafi (1986) ada tiga, yaitu:
1. Terjemahan kata demi kata
Terjemahan ini dilakukan sebagaimana adanya, sesuai dengan namanya,
yaitu dititikberatkan pada kata demi kata. (Hanafi, 1986:55).
2. Terjemahan harfiah
Terjemahan ini didasarkan pada konsepsi bahwa penerjemah hendaknya
berlaku setia kepada naskah aslinya atau sejalan dengan bentuk naskah
M.Hum., yaitu naskah srat Rngganis IV. Kemudian peneliti menetapkan naskah
tersebut sebagai bahan penelitian. Setelah objek penelitian didapat, langkah
selanjutnya adalah pendeskripsian naskah dan teks.
Kemudian tahap selanjutnya adalah menyunting atau mentransliterasi.
Transliterasi artinya penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang
satu ke abjad yang lain (Baroroh-Baried, 1985:65). Hal itu dilakukan untuk lebih
mendekatkan
dengan
bahasa
sumber.
Metode
yang
digunakan
dalam
10