Anda di halaman 1dari 2

Janji Seorang Kakak

Di dalam diri kita, ada setan dan ada juga Tuhan Ketut Liyer

Sore itu, ada seorang kakak yang berjanji pada samanera. Dia sangat tidak suka dengan
perilaku ayahnya. Ayahnya kasar dalam bertutur maupun berperilaku pada mama maupun
keluarganya. Sederhananya biang kerok rumah.
Karena hal tersebut, rumah yang sejatinya menjadi tempat jiwa-jiwa yang indah berpulang
menjadi neraka ketika seorang ayah memasuki rumah. Situasinya tegang dan tidak ada
kenyamanan sama sekali di dalamnya.
Janji si kakak tak muluk-muluk kok, ia hanya tidak ingin berkata-kata kasar pada adiknya
yang sangat ia cintai. Samanera, Janjiku di retret ini adalah tidak akan bicara yang tidak baik
pada adik saya. Kemudian samanera menganggukkan kepala mengiyakan, Semoga
begitulah adanya.

Kemudian setelah beberapa waktu usai ikrar janji tersebut, si kakak bermain di taman
berlarian di sekitaran kolam. Ia bermain bersama adiknya. Bercanda bersama. Mereka
bermain petak umpat.
Kakak lututku sakit adiknya menangis karena tersungkur di bebatuan.
Kamu ini lari saja tidak becus! Dasar anak tak berguna! Bodoh! Umpat kakaknya. Tentu
saja, dengan serapahan begitu, tidak membantu apa-apa, adiknya justru ketakukan.
Samanera yang kala itu sedang berjalan-jalan memantau anak-anak, melihat kejadian
tersebut. Kemudian menghampiri mereka. Ia menggendong si adik dan menggandeng si
kakak. Samanera mengambil kotak obat. Mencuci luka si adik. Memberi obat agar luka lekas
kering. Si kakak dibelai kepalanya dengan lembut. Tidak ada kemarahan sama sekali ketika
membelainya.
Si kakak menangis. Ia tak pernah dibelai kepalanya dengan penuh kasih sayang. Kemudian
kakak beradik itu diberi hidangan teh.

Setelah keadaan membaik, si kakak tadi ternyata melupakan janjinya sendiri untuk tidak
berkata kasar pada adiknya, tetapi kenapa ketika adiknya jatuh, kata-kata kasar itu seperti
meluncur begitu saja, otomatis. Hal tersebut ditanyakan pada samanera. Kenapa kok bisa
seperti itu?
Ayah kita, ada di dalam diri kita. Mama kita, ada di dalam diri kita. Peluk mereka dan
lembutlah.
Jadi kita tidak bisa menyingkirkan ayah?
Samanera menggelengkan kepala dan tersenyum. Janjimu, lembutlah pada dirimu sendiri
terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai