Anda di halaman 1dari 3

Bersahabat dengan hobi yang sama memang menyenangkan.

Seperti halnya
dengan mereka, Senja, Boby dan Rey. Seakan akan mereka terlahir menjadi 3
serangkai yang menyatuh dengan alam, tak lepas dari alam bumi ini.
“besok jadi kan ke pulau bimba?” kata senja. “ jadi dong” saut rey dan boby. Malam
harinya mereka bersiap, mengemasi barang yang perlukan saat berada di Pulau
Bimba. Malam itu mereka menginap di rumah Senja agar besok paginya mereka tidak
perlu saling menunggu. Mereka pergi tidur, menghemat tenang untuk perjalanan yang
cukup Panjang dan melelahkan esok hari.
Dini hari senja terbangun“ Ahk...syukurlah hanya mimpi. Tapi mimpi apa ini.
Kenapa aku membunuh rey dan boby di mimpiku. Semoga ini hanya mimpi tidur saja
bukan kenyataan”
Mereka bertiga telah siap menuju ke pulau Bimba mengguunkan mobil jeep
milik boby dengan perasaan yang gembira, begitupula dengan senja yang sempat
mendapat mimpi buruk.
Sesampainya di pulau bimba.
“ Permisi pak, kami kemari ingin melihat sekitar pulau bimba agar dapat
mengenal lebih dekat. Apakah di sini ada seorang kepala pulau?” Kata Boby sambil
tersenyum. tidak ada respon dari bapak itu, penduduk malah menatap sinis dan aneh
ke arah mereka.Melihat hal itu Rey langsung bertanya lagi kepada bapak itu “ Mohon
maaf sebelumya pak jika kedatangan kami membuat penduduk sini merasa terganggu.
Sebenarnya tujuan kami kemari hanya ingin melihat Goa Hima dan...” “Pergi...pergi...
dasar anak kota! Cari mati kalian!” saut salah satu penduduk. Lalu bapak tadi berkata
“ biarkan mereka masuk ke hutan dan mencari sendiri goa itu, biarkan mereka
menyesal nanti”.
Senja langsung menarik tangan Boby dan Rey. Mereka pergi menyusuri hutan
bimba. Mereka melihat kuda putih berlari melewatinya dengan kencang lalu mengejar
kuda itu.
“ Wow... lihatlah air terjun ini sangat indah, aku tidak percaya ada tempat
seindah ini di pulau kecil bimba”kata Boby. “ya kau benar, ini benar benar gila!
Keren...” saut Rey.
“Laksmi, Oh! Narayana” suara itu menggema di telinga Senja. Namun rey dan
boby tidak bisa mendengar suara itu. Senja menatap pohon besar yang ada di sebelah
air terjun, dia mendekati pohon itu sambil mengendap-endap. “ Senja ngapain...?”
bisik rey kepada boby.
“ Cukup!!” kata seorang nenek yang muncul dari balik pohon yang sangat
besar.lalu suara aneh itupun lenyap tanpa hembusan. “Kalian tidak akan bisa melewati
bebatuan itu” kata nenek sambil tertawa. “ tunggu nenek ini siapa? apa maksud nenek,
kami tidak bisa melewati bebatuan itu?” jawab senja dengan bingung. “ aku sudah
lama tinggal di hutan ini jadi aku yang paling tahu semua sudut hutan ini. Kau yakin
ingin masuk?, walau resikonya adalah nyawa kalian sendiri?” ujar sang nenek dengan
tatapan aneh. “ ya kami akan tetap masuk!! kami sudah datang jauh jauh kemari” kata
Boby. Rey menyuruh boby diam sambil menenangkan senja yang tiba- tiba
amarahnya meluap mendengar ucapan sang nenek. “ baiklah jika kalian ingin tetap
masuk, silahkan saja. Aku hanya mengingatkan karena jika kalian melawan hukum
alam maka kalian harus siap menanggung penyesalan. Kalian bisa melewati bebatuan
itu jika kalian mau bersabar dan mengamati dengan cermat. Segala usaha harus
dilakukan dengan kepastian jangan pernah ragu untuk mencoba!” ujar sang nenek.
Seekor katak muncul dari tepian sungai, lalu melompat ke arah bebatuan.
Dalam sekejap bebatuan itu hancur berkeping-keping membuat katak itu ikut hancur.
Rey langsung berpikir bahwa mungkin dia bisa mengetes batu itu hancur atau tidak
dengan melempar batu dengan keras. Rey mencoba “Tuk....dwarr!” suara ledakan
batu pertama yang saling bertumbuk. Pada batu kedua rey melempar lagi “
Tuk..Tuk..Tuk!” batu itu tidak hancur. Mereka merasa senang karena telah
menemukan solusi berkat Rey. Hingga batu terakhir, tidak ada batu yang hancur lagi.
Mereka saling bersorak ria “ ingat saat kalian memasuki air terjun itu, janganlah
kalian mengambil ataupun menyentuh barang yang ada disana walaupun itu
dedaunan. Dan selalu saling percaya dan jangan menghianati satu sama lain....kalian
harus saling menjaga. Itu kunci agar kalian bisa keluar dari sana.” ujar sang nenek
sambil menatap senja dengan tersenyum. Melihat tatapan sang nenek, senja teringat
mimpi buruknya.
Mereka mulai menyebrang hingga melewati air terjun itu.
“ hah!! kita ada dimana?” kata Boby sambil mengamati sekitar dengan
terkejut. “ pergi dan ambilah!pergi dan ambilah!” bisikan itu menggema di telinga
senja. Tiba-tiba asap berkabut muncul membuat mereka pingsan.
“ apa kau yakin mereka tidak akan tergiur dengan harta itu HAHAHAHA!”
Senja membuka mata, “ Ah ternyata cuma mimpi, auhh kepala ku sangat
sakit”
“woah... apakah kita berada di goa hima?” kata Rey. “ Ya sepertinya kita
memang sudah berasa di goa hima” kata boby dengan memancarkan wajah cerianya.
Senja melihat reaksi Rey dan Boby seakan akan mereka berniat mengambil harta itu.
Senja terbangun dan langsung berlari menuju tumpukan permata, dia
mengambil pisau permata lalu menodongkan pisau itu ke rey dan boby. “ mundur atau
aku tusuk kalian! “ teriak senja. “ Ha... apa yang kau lakukan senja? Apa kau gila?”
teriak boby. “ kalian yang gila , pasti kalian ingin mengambil harta ini kan. Akulah
yang pantas atas harta ini” jawab senja. “ini bukan harta kau ataupun kita. Ini semua
milik leluhur kita. Kita hanya boleh menjaga tidak untuk memiliki senja. Letakkan
pisau itu. Apa kau tidak ingan pesan nenek tadi?” kata Rey. Senja tersadar, dia
menatap rey dan boby dengan tatapan bingung. Senja melihat sekitar lalu terdiam
beku, melayangkan pisau itu dan menikam perutnya.
Senja tersadar lalu dia melihat sekitar, menatap setiap sudut ruangan. “dimana
aku?? tempat apa ini??” senja sangat bingung. “"aakhh..kepalaku..kepalaku kenapa
pusing sekalii..akhh" ucap senja sambil memegang kepalanya, lalu tiba tiba tidak ada
angin tidak ada hujan ia mulai tertawa seakan akan ada yang merasuki dirinya, sambil
berkata "ohh mungkin ini tempat tinggal gadis yang aku bunuh di goa hima waktu itu,
dasar gadis bodoh HAHAHA".

Anda mungkin juga menyukai