Anda di halaman 1dari 16

KALIMAT BAHASA SUNDA

DALAM TEKS PROSA SUNDA KUNO ABAD KE-16


(Analisis Struktur dan Semantis)

Ilham Nurwansah, Yayat Sudaryat, Ruhaliah


Prodi Pendidikan Bahasa dan Budaya Sunda
Sekolah Pascasarjana - UPI
ilhamnurwansah@gmail.com, yayat.sudaryat@upi.edu, ruhaliah@upi.edu

Abstrak

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis struktur kalimat dengan


menggunakan pendekatan tagmémik. Sumber data diambil dari transliterasi teks Carita
Parahiyangan yang memakai berbahasa Sunda kuno. Penelitian ini dilakukan karena
belum ada analisis mengenai struktur kalimat bahasa Sunda kuno secara mendalam,
sebagai informasi linguistik bahasa Sunda temporal. Metode yang dipakai yaitu analisis
deskriptif. Bentuk kalimat yang terdapat dalam bahasa Sunda kuno berupa kalimat
lengkap dan kalimat ringkasan. Kalimat tunggal sederhana yang ditemukan memiliki
tiga pola yaitu (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, sedangkan kalimat tunggal perluasan
terdapat empat pola yaitu (1) S-P-K, (2) K-S-P-K, (3) S-P-O-K, dan (4) S-P-Pel-K.
Kalimat majemuk setara yang ditemukan berupa kalimat asindetis dan sindetis. Kalimat
majemuk asindetis tersusun dari dua klausa, tiga klausa dan empat klausa, sedangkan
kalimat sindetis tersusun dari dua klausa. Pola kalimat majemuk bertingkat yaitu berupa
kalimat majemuk bertingkat subjektif dan adverbial. Hubungan makna unsur kalimat
yang ditemukan yaitu berdasarkan peran semantis subjek, predikat, objek, pelengkap
dan keterangan. Hubungan makna antarklausa dalam kalimat majemuk setara terdapat
dua jenis yaitu (1) kalimat pertentangan, dan (2) kalimat lanjutan. Hubungan makna
antarklausa kalimat majemuk bertingkat terdapat enam jenis, yaitu (1) kalimat waktu,
(2) kalimat syarat, (3) kalimat penyebab, (4) kalimat akibat, (5) kalimat pernyataan, dan
(6) kalimat guna.

Kata kunci: bahasa Sunda kuno, struktur kalimat

SUNDANESE SENTENCE IN THE 16TH CENTURY ANCIENT SUNDANESE


PROSE TEXT
(Structure and Semantic Analysis)

Abstract
This research has purpose to analyze sentence structure by using tagmémik approach.
Sources of data are taken from Carita Parahiyangan transliteration text that uses
ancient Sundanese. This research is conducted because there is no analysis about
ancient Sundanese sentence structure deeply, as temporal linguistic information of
Sundanese. The method used is descriptive analysis. The sentence forms contained in
ancient Sundanese consists of complete sentences and summary sentences. Simple
sentences found have three patterns i.e. (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-C, while single
sentences extension have four patterns i.e. (1) S-P-A, (2) A-S-P-A, (3) S-P-O-A, and (4)
S-P-C-A. Compound sentences are found in the form of asindetis and syndetic
sentences. Asindetis compound sentences are composed of two clauses, three clauses,

181
182 | LOKABASA Vol. 8, No. 2, Oktober 2017

and four clauses, while the syndetic sentences are composed of two clauses. Multilevel
compound sentence pattern that is in the form of compound sentences with subjective
and adverbial level. Relation of the sentence meaning found is based on the role of
semantic subject, predicate, object, complement and adverb. The meaning relation
between clauses in equal compound sentences consist two types i.e. (1) conflicting
sentences, and (2) advanced sentences. The meaning relation between clauses in
different degree compound sentences consist of six types i.e. (1) temporal sentence, (2)
requirement sentence, (3) causal sentence, (4) effect sentence, (5) statement sentence,
and (6) order sentence.

Keywords: Ancient Sundanese, Sentence Structure.

PENDAHULUAN 2014b:25). Pada bahasa Sunda terdapat


Bahasa Sunda sebagai hasil kreatifitas macam-macam ragam bahasa yang dipakai,
budaya masyarakat Sunda berkembang di antaranya ragam bahasa menurut daerah
secara terpadu berdasarkan karakterisik penggunaannya, menurut pendidikan formal,
masyarakatnya. Namun tanpa dipungkiri, menurut sikap penutur, menurut ragam
bahwa perkembangan itu juga diwarnai oleh pemakaiannya dilihat dari subjek
pengaruh-pengaruh kebudayaan dari luar pembicaraan, mediun atau sarana, dan sifat
Sunda. Hal tersebut disebabkan oleh interaksi keterkaitannya. Selain itu terdapat juga
dan komunikasi orang Sunda dengan bangsa ragam bahasa menurut waktu dipakainya,
lain yang telah berlangsung lama, seperti yaitu ragam bahasa dialek temporal.
hubungan dengan kebudayaan Hindu, Islam, Dialek temporal dalam bahasa Sunda
Mataram (Jawa) dan budaya Eropa. mengacu kepada bahasa Sunda kuno dan
Pengaruh-pengaruh yang telah masuk bahasa Sunda kini (modern). Bahasa Sunda
tersebut lalu diolah berdasarkan karakteristik kuno (klasik) adalah dialek temporal bahasa
Sunda sebagai alat untuk mengembangkan yang dianggap mewakili puncak
kebudayaannya sendiri. Bahasa Sunda yang perkembangan kebudayaan pemakaian atau
ada pada masa kini merupakan hasil bahasa kuno yang memiliki kesusastraan
pengembangan dari masa ke masa, yang yang penting (Sudaryat, 2014b:26). Bahasa
ditentukan oleh kehidupan budi-akal orang Sunda kuno yang dimaksud adalah bahasa
Sunda dengan dipengaruhi oleh suasana yang dipakai pada teks-teks kuno.
tempat dan waktu yang dialami seiring Berdasarkan temuan sejarah, bahasa ini
berjalannya waktu. terekam pada media tulis lontar, gebang,
Bahasa Sunda sebagai salah satu daluang, batu dan lempengan pelat tembaga
aspek budaya yang hidup di dalam (Ekadjati, 2009).
masyarakat memiliki sifat yang dinamis. Mengenai waktu dipakainya bahasa
Bahasa terwujud sebagaimana digunakan Sunda kuno, merujuk kepada pendapat
oleh penuturnya, oleh karena itu sangat Iskandarwassid (2003:156), yang
bergantung pada faktor-faktor luar bahasa. menyebutkan bahwa bahasa Sunda kuno
Banyaknya faktor yang mempengaruhi dipakai kurang lebih dari sebelum abad ke-
pemakaian bahasa Sunda telah menghasilkan 17, lalu berkembang hingga menjadi bahasa
berbagai ragam bahasa. Sunda saat ini. Selanjutnya Iskandarwassid
Ragam bahasa atau variasi bahasa juga menyebutkan bahwa keberadaan bahasa
(language variety) mengacu kepada bentuk Sunda kuno dapat dipastikan berdasarkan
dan jenis wacana serta gaya bahasa yang adanya wacana tertulis dari zaman tersebut,
dipakai pada saat berkomunikasi (Sudaryat, baik dalam bentuk puisi maupun prosa,
Ilham Nurwansah: Kalimat Bahasa Sunda… | 183

seperti yang ditemukan dalam naskah- sastra yang menggunakan bahasa Sunda
naskah. kuno dengan berfokus pada aspek linguistik,
Pemikiran tersebut sejalan dengan khususnya struktur kalimat, sangatlah
Wahyu Wibisana dkk. (2000 dalam Sudaryat, diperlukan.
2014a:143) yang menyebutkan bahwa istilah Penelitian ini disusun sebagai upaya
bahasa Sunda kuno menunjukkan keadaan untuk menggali lebih dalam teks Sunda kuno
sebuah bahasa pada masa yang telah lama melalui analisis linguistik. Selain itu, garapan
berlalu. Kondisi bahasa tersebut berkaitan ini memiliki maksud untuk menambah dan
dengan berbagai macam tataran, yaitu tataran memberi masukan baru terhadap penelitian
fonologi, morfologis, sintaksis, dan leksikal. bahasa Sunda kuno yang telah ada
Bahasa Sunda kuno merupakan bahasa yang sebelumnya, serta memberikan kontribusi
dipakai oleh orang Sunda pada masa lalu, terhadap kegiatan penelitian naskah Sunda
yang selanjutnya berkembang menjadi kuno dan bahasa Sunda.
bahasa Sunda yang dikenal pada saat ini.
Berdasarkan analisis linguistik, bahasa Sunda METODE
kuno merupakan dialek temporal yang Sumber data yang digunakan dalam
dianggap mewakili perkembangan penelitian ini yaitu teks hasil alih aksara
kebudayaan orang Sunda, serta terdapat bukti (tranliterasi) sebuah naskah Sunda kuno
bahwa dari bahasa tersebut telah dihasilkan berbentuk prosa. Teks naskah yang dimaksud
macam-macam karya sastra yang penting. yaitu Carita Parahiyangan. Naskah Carita
Sebutan bahasa Sunda kuno pada parahiyangan adalah koleksi khusus
mulanya dipakai oleh para peneliti sejarah Perpustakaan Nasional, disimpan pada
dan kebudayaan setelah mereka dapat kropak nomor 406 yang ditulis pada akhir
membaca dan memaparkan teks kuno, baik abad ke-16 Masehi. Teks ditulis pada 47
yang terdapat pada prasasti, piagam tembaga, lembar daun lontar ukuran 21 x 3 cm.
maupun pada naskah-naskah kuno. Naskah- Tulisannya menggunakan aksara Sunda
naskah tersebut ditulis pada media tulis kuno. Pada setiap lembarannya diisi oleh
tradisional, seperti lontar, daun kelapa, daun empat baris aksara. Alih aksara dan
enau, atau daun gebang. Sudaryat terjemahan dilakukan oleh Atja dan Saleh
(2014b:143) menekankan bahwa sebutan Danasasmita pada tahun 1968 (Atja & Saleh
bahasa Sunda kuno dianggap sudah sesuai, Dana Sasmita, 1981). Isinya merupakan
meskipun dalam analisisnya tidak disertai cerita sejarah mengenai tanah Sunda,
dengan analisis linguistik yang cukup. Hal terutama kekuasaan di dua pusat
ini dapat dimaklumi, karena yang pemerintahan kerajaan Sunda, yaitu keraton
diutamakan oleh para peneliti yaitu membaca Galuh dan keraton Pakuan.
isi yang dikandung di dalam teks untuk Untuk menganalisis data kalimat bahasa
dijadikan sumber penelitian sejarah dan Sunda kuno digunakan teknik analisis unsur
kebudayaan. langsung (Immediate constituent (IC)
Pengetahuan mengenai struktur analysis). Teknik analisis ini merupakan
bahasa Sunda kuno hanya didapatkan dari teknik yang melihat unsur-unsur bahasa yang
peninggalan tertulis. Sejauh ini, usaha untuk langsung membangun unsur di atasnya
menggali pengetahuan kebahasaan dari teks (Hockket 1963 dalam Sudaryat 2014a:58).
Sunda kuno belum banyak dilakukan. Misalnya, dalam menentukan unsur
Padahal, pengetahuan itu dapat memberikan fungsional kalimat (S, P, O, Pel, dan K).
jalan untuk memudahkan dalam pemahaman Setiap kalimat dapat ditemukan unsur
teks yang menggunakan bahasa Sunda kuno. langsungnya seperti contoh pada diagrab
Oleh sebab itu, penelitian terhadap karya berikut ini.
184 | LOKABASA Vol. 8, No. 2, Oktober 2017

Diagram 1
Analisis unsur langsung

Analisis unsur langsung bisa ditemukan. Bila unsur


menggunakan pendekatan sinkronis. fungsionalnya telah ditemukan, lalu
Bahasa Sunda kuno langsung dianalisis dibandingkan dengan pola kelompok
unsur-unsurnya berdasarkan kenyataan bentuk kalimat, sehingga kalimat
yang ada pada bahasanya, tanpa tersebut dapat ditentukan termasuk ke
dibandingkan dengan bahasa Sunda dalam kalimat apa.
modern. Dengan cara ini unsur-unsur
pengisi kalimatnya dapat langsung HASIL DAN PEMBAHASAN
diketahui. Apabila unsur-unsurnya telah Analisis Struktur Kalimat
ditemukan, lalu dilakukan analisis Berdasarkan hasil analisis data
menggunakan pendekatan diakronis. korpus, aspek struktur dan peran
Langkah menbandingkannya yaitu semantik kalimat bahasa Sunda kuno
melalui teknik translasional (terjemahan dapat terlihat lebih jelas. Bentuk-bentuk
leterlek) terhadap setiap kata pada kalimat dan peran semantis unsur
kalimat berdasarkan Kamus Bahasa pengisinya terutama dipengaruhi oleh
Naskah dan Prasasti Sunda abad 11 s.d kategori kata atau frase yang mengisi
18 (Suryani, dkk., 2001), Kamus Basa unsur fungsi. Dengan membandingkan
Sunda (Satjadibrata,, 2005) dan dirujuk hasil kajian struktur bahasa Sunda
silang dengan Kamus Jawa Kuna – modern (Djajasudarma, 2013; Sudaryat,
Indonesia (Zoetmulder & S.O Robson, 2014a) dengan hasil analisis bahasa
2006). Teknik ini dilakukan agar arti Sunda kuno yang dilakukan oleh
leksikal setiap kata dapat ditemukan. penulis, dapat diketahui bahwa umumya
Gunanya yaitu sebagai dasar untuk struktur kalimat dalam bahasa Sunda
menemukan peran semantis setiap unsur kuno hampir mirip dengan struktur
pengisinya, serta pertautan antarklausa kalimah bahasa Sunda modern. Hal ini
dalam kalimat. terlihat dari distribusi unsur-unsur
Data yang telah dikumpulkan pengisi fungsi, kategori dan peran
dikelompokkan berdasarkan bentuk kalimatnya. Karakteristiknya dapat
kalimatnya, yaitu kalimat tunggal dikatakan sangat erat. Namun, seperti
sederhana, kalimat tunggal perluasan, yang telah dikemukakan oleh Ruhaliah
kalimat majemuk setara, dan kalimat (1997) dalam analisisnya terhadap
majemuk bertingkat. Caranya yaitu struktur kalimat teks Amanat
dengan menentukan terlebih dahulu Galunggung, ditemukan beberapa
unsur pengisi fungsi kalimat secara perbedaan kecil berupa perubahan
sinkronis, dengan menggunakan teknik kosakata, dan kata tugas.
analisis unsur langsung. Kosakata bahasa Sunda kuno
Dengan cara ini fungsi kalimat dalam teks Carita Parahiyangan
seperti subjek (S), predikat (P), objek dibentuk oleh berbagai bahasa yang
(O), pelengkap (Pel) dan keterangan (K) telah digunakan secara terpadu. Bahasa-
Ilham Nurwansah: Kalimat Bahasa Sunda… | 185

bahasa yang kosakatanya digunakan subjek). Misalnya pada kalimat


dalam bahasa Sunda kuno yaitu bahasa dikasiahan na pwah rababu ‘pwah
Sansekerta, Melayu, Jawa kuno (Kawi), rababu dikasihi’, paéh rahiyang
Arab, dan bahasa Sunda (kuno) sendiri. purbasora ‘rahiyang purbasora mati’,
Kata-kata yang berasal dari bahasa jeung leumpang pwah aksari jabung
Sangsakerta di antaranya akasa, ‘pwah aksari jabung berjalan’.
rajasana, jagatpalaka, suci, bancana, Meskipun ketersediaan data tidak
yatna, wastu dan bahétra (Zoetmulder banyak, tetapi frekuensi kemunculan
& S.O Robson, 2006). Kata dari bahasa verba sebagai predikat yang diikuti oleh
Melayu di antaranya maratkeun (dari subjek cukup konsisten.
kata dasar barat + afiks Sunda kuno Dalam kalimat tunggal
N+-keun), dua, tujuh, dan dapet. Kata perluasan, terdapat juga pola kalimat
yang berasal dari bahasa Jawa kuno yang predikatnya mendahului subjek
(Kawi) di antaranya, pejah, teher, waya, dan keterangan, contohnya pada kalimat
husir, pahi, hana, sakamantrian, ring, leumpang sang apatih ka buruan
déning, yogya dan tan (Zoetmulder & ageung 'sang patih berjalan ke lapangan
S.O Robson, 2006). Kata serapan dari besar'. Pada kasus tersebut, fungsi
bahasa Arab yaitu selam 'Islam' dan predikat juga diisi oleh kata berkategori
sunat 'sunat'. Kosakata asli yang hanya verba. Melihat gejala yang konsisten
ditemukan dalam bahasa Sunda kuno di dalam pemakaian pola predikat-subjek
antaranya lanceuk, sida, deung, saratus, dengan predikat yang diisi kata/frasa
sapuluh, teuing, jieun, heueum, hamo, berkategori verba, untuk sementara
dan salaki. dapat dikatakan bahwa pola tersebut
Berdasarkan pada unsur pengisi merupakan pola khas dalam konstruksi
fungsi subjek dan predikatnya, konstrusi kalimat tunggal pada bahasa Sunda
kalimat subjek-predikat dalam bahasa kuno. Untuk memahami lebih dalam
Sunda kuno umumnya sama dengan mengenai konstruksi predikat-subjek
bahasa Sunda modern (Sudaryat, 2014a; dalam bahasa Sunda kuno, diperlukan
Kuswari, Usep & Hernawan, 2010). korpus yang lebih luas serta fokus
Namun terdapat gejala yang menarik penelitian yang khusus untuk
pada struktur kalimat bahasa Sunda memastikan hal itu.
kuno berdasarkan data. Pada konstruksi Daftar kalimat yang ditampilkan
subjek-predikat, unsur subjek diisi pada korpus data seutuhnya
dengan kategori nomina atau frasa menggunakan hasil transliterasi naskah
nominal, sedangkan predikatnya diisi yang dikerjakan oleh Drs. Atja dan Drs.
oleh kategori nomina atau frasa Saleh Danasasmita (1981). Dalam
nominal, frasa numeral atau frasa penelitian ini, korpus data mengikuti
preposisional. Selain itu dapat batasan unit kalimat seperti pada lembar
dipastikan pula bahwa pada kalimat kerja mereka. Setelah dilakukan analisis
tunggal sederhana terdapat konstruksi secara mendalam, ternyata ditemukan
predikat-subjek. Hal ini muncul dalam ketidakajegan dalam penentuan batasan
kondisi khusus, yaitu apabila unit kalimat. Hal ini menjadi kendala
predikatnya berupa perbuatan (verba dalam penentuan kelompok kalimat
atau frasa verbal), maka predikat yang terdapat pada data korpus. Untuk
disimpan di depan subjek. Gejala kalimat-kalimat yang unit kalimatnya
umumnya yaitu, apabila kalimat tunggal tidak begitu jelas, umumnya
memiliki predikat dalam kategori verba, dimasukkan ke dalam kelompok
maka akan memiliki pola P-S (predikat- kalimat ringkasan. Kalimat-kalimat
186 | LOKABASA Vol. 8, No. 2, Oktober 2017

yang dimaksud tersebut yaitu kalimat (2) (085) dibaan ka hareupeun


yang tidak memiliki subjek, tidak rahyangtang mandiminyak.
memiliki predikat, kalimat lanjutan, ‘dibawa ke depan
kalimat bersusun, kalimat sambungan ranhyangtang mandiminyak.’
dan kalimat tambahan.
Secara teoritis, pemberian Kedua kalimat tersebut secara
kelompok pada kalimat tersebut dapat sintaktik merupakan kalimat singkatan
diterapkan dengan baik untuk bahasa tanpa subjek, karena tidak secara jelas
Sunda tertulis yang telah menggunakan menyebutkan subjek. Bila kalimat
aksara Latin dengan sistem tanda baca tersebut dibaca secara mandiri, maka
(titik, koma, tanda petik dsb.). maksud yang dikandung di dalamnya
Sedangkan untuk bahasa Sunda kuno tidak akan dapat dimengerti dengan
yang ditulis dengan akasara Sunda kuno jelas. Untuk menemukan maksud yang
dan tidak menggunakan tanda baca, dikandung dalam kalimat demikian agar
cukup sulit untuk menentukan unit menjadi utuh, perlu dilihat lebih luas
kalimat yang tepat. Dengan demikan berdasarkan susunan kalimatnya dalam
muncul dugaan bahwa beberapa unit teks aslinya. Tujuannya yaitu untuk
kalimat dalam transliterasi yang mencari subjek kalimat. Dengan
dikerjakan oleh Drs. Atja dan Drs. Saleh demikian pertanyaan yang muncul atas
Danasasmita (1981) kurang tepat pernyataan dalam contoh kalimat
penentuannya. Meskipun demikian, tersebut, yaitu siapakah yang ditemui
sebagian besar unit-unit klaimat yang (dihusir)? Dan siapakah yang dibawa
ditentukan dapat diterima dan dianalisis (dibaan)? Keduanya dapat terjawab
dengan baik. pada susunan kalimat di bawah ini.
Kalimat-kalimat yang
meragukan sebagai sebuah unit kalimat, carék rahiyangtang mandiminyak, "anak aing
terutama bila kalimat tersebut tidak tu kita, sang salah." bawa ka tegal!" dibawa
ku sang apatih ka tegal, sapamungkur sang
memiliki subjek atau predikat yang apatih, ti tegal metu ikang aprama tog ka
dituliskan secara jelas, sehingga langit, kabireungeuh ku rahiyangtang
diperlukan perlakuan analisis yang lebih mandiminyak, "sang apatih, husir deui
luas untuk melihat koherensinya dengan teundeun siya, budak ta!" dihusir ku sang
kalimat-kalimat lainnya dalam alur apatih ka tegal, kasondong hirup. dibaan ka
hareupeun rahyangtang mandiminyak.
cerita. Tentunya, hal tersebut bisa dingaranan sang sénna.
terlihat bila dilihat melalui pandangan
wacana yang lebih luas, karena unit Bila dilihat secara utuh, makah
kalimat dalam teks Carita subjeknya jelas terlihat, yaitu seorang
Parahiyangan memiliki bagian yang anak yang merupakan anak dari
harus dilihat dalam lingkup wacana, Rahyangtang Mandiminyak. Pola
daripada hanya sekedar dilihat kalimat yang tampak tak memiliki
berdasarkan lingkup unit kalimat. subjek tersebut sebenarnya memiliki
Sebagai contoh, terdapat kalimat subjek yang tidak terlihat, karena
singkatan yang dipisahkan bila dilihat subjeknya secara implisit berada pada
dari lingkup analisis kalimat: kalimat sebelumnya.
(1) (093) dihusir ku sang apatih ka Selain itu ditemukan juga kasis
tegal, kasondong hirup. kalimat singkatan tanpa subjek yang
‘ditemui oleh patih ke subjeknya merujuk pada objek pada
tegalan, terlihat (ada dalam keadaan) kalimat sebelumnya, seperti contoh
hidup.’ berikut:
Ilham Nurwansah: Kalimat Bahasa Sunda… | 187

(1) sang lumahing kreta lawasniya ratu untuk dimasukkan ke dalam kelompok
salapan pupuh dua taun, kéna mikukuh na kalimat majemuk, karena memiliki kata
twa rampés, turun na kretayuga. (2)
disilihan deui ku sang lumahing winduraja, sambung (konjungsi) tuluy, ngan, ja
teu heubeul adeg, lawasniya ratu dalapan atau kéna. Kalimat yang diawali dengan
welas taun. (3) disilihan deui ku sang kata sambung memiliki potensi sebagai
rakéyan darmasiksa, pangupatiyan sebuah kalimat majemuk. Hanya saja,
sanghyang wisnu. ternyata, Atja dan Danasasmita lebih
memilih untuk memisahkan kalimat-
Subjek dalam kalimat (1) dapat kalimat tersebut sebagai satuan kalimat
terlihat jelas, yaitu sang lumahing kreta. yang berdiri sendiri. Dengan demikian,
Subjek dalam kalimat (2) tidak kalimat tersebut hanya dianggap sebagai
disebutkan, tetapi dengan jelas merujuk kalimat lanjutan atau kalimat
kepada subjek dalam kalimat (1). sambungan. Tampaknya, hal itu yang
Subjek dalam kalimat (3) tidak menjadi salah satu kendala yang
disebutkan, tetapi merujuk kepada objek dihadapi oleh peneliti dalam meneliti
dalam kalimat (2), yaitu sang lumahing bahasa tulis yang sudah tidak memiliki
winduraja. penuturnya.
Kalimat ringkasan yang
termasuk ke dalam kalimat lanjutan dan
sambungan dapat dipertimbangkan

Pola Kalimat
Kalimat Tunggal Sederhana (KTS)
Terdapat tiga pola kalimat tunggal sederhana yang ditemukan pada data, yaitu:
Pola 1: KTS→S-P
Pola 2: KTS→S-P-O
Pola 3: KTS→S-P-Pel

Pola 1:KTS→S-P memiliki lima subpola, yaitu:


1) Pola 1a:KTS→S:FN/Pron+P:N/FN,
2) Pola 1b:KTS→S:N/FN+P:FNum,
3) Pola 1b:KTS→S:N/FN+P:FPrep,
4) Pola 1d:KTS→P:V/FV+S:N/FN,
5) Pola 1e:KTS→P:FN+S:FN.
Dua pola terakhir merupakan pola kalimat inversi.

Pola 2:KTS→S-P-O memiliki dua subpola yaitu:


1) Pola 2a:KTS→S:FN+P:V/FV+O:N/FN, dan
2) Pola 2b:KTS→P:FV+O:FN+S:FN.

Pola 3: KTS→S-P-Pel memiliki dua subpola, yaitu:


1) Pola 3a:KTS→S:FN+P:V/FV+Pang:N/FN, dan
2) Pola 3b:KTS→ P:V+S:N/FN+Pang:N/FN.

Kalimat Tunggal Perluasan


Pola kalimat tunggal perluasan yang ditemukan pada data berjumlah empat pola utama,
yaitu:
Pola 1:KTP → S-P-K
Pola 2:KTP → K-S-P-K
188 | LOKABASA Vol. 8, No. 2, Oktober 2017

Pola 3:KTP → S-P-O-K


Pola 4:KTP → S-P-Pel-K

Pola 1:KTP → S-P-K memiliki empat subpola, yaitu


1) Pola 1a:KTP→S:N/FN+P:V/FV+K:FPrep,
2) Pola 1b:KTP → P-S-K, dengan empat sub-subpola:
a) Pola 1b-1:KTP→P:V/FV+S:N/FN+K:N/FN;
b) Pola 1b-2:KTP→P:V/FV+S:N/FN+K:FV;
c) Pola 1b-3:KTP→P:V/FV+S:N/FN+K:Adj/FAdj;
d) Pola 1b-4:KTP→P:V/FV+S:N/FN+K:FPrep,
3) Pola 1c:KTP→K:FAdj+S:N+P:FV dan
4) Pola 1d:KTP→K:N+P:V+S:FN

Pola 2:KTP→K-S-P-K memiliki dua subpola yaitu:


1) Pola 2a:KTP→K:FAdj+S:N+P:V+K:FPrep, dan
2) Pola 2b:KTP→ K:FPrep+P:V/FV+K:FPrep+S:FN

Pola 3:KTP → S-P-O-K memiliki dua subpola, yaitu:


1) Pola 3a:KTP → S:N+P:V+O:N+K:FPrep, dan
2) Pola 3b:KTP → K:N+S:FN+P:V+O:FN
Pola 4:KTP → S-P-Pel-K yang di temukan pada data tidak memiliki subpola kalimat.

Kalimat Majemuk Setara 'dunia kecil


Kalimat Majemuk Asindetis menghilang ke dalam
Dwiklausa dunia besar, keluar
Kalimat majemuk asindetis dwiklausa kesengsaraan dari
dibentuk oleh dua klausa tunggal yang Islam.'
tidak menggunakan kata sambung
(Sudaryat, 2014a), contoh dalam bahasa Kalimat tersebut dapat digambarkan
Sunda kuno adalah: pada diagram berikut ini:
(1) (039) bwana alit sumurup
ring ganal, metu sanghara ti selam.
Ilham Nurwansah: Kalimat Bahasa Sunda… | 189

Diagram 2

Pola Kalimat Majemuk Asindetis ka rahiyangtang kuku.


Triklausa 'sang patih sampai di
Kalimat ini dibentuk dari tiga klausa kuningan, mendekati
tunggal yang bergabung tanpa istana, berbakti
menggunakan kata sambung (Sudaryat, kepada rahiyangtang
2014a). Contoh kalimat dalam bahasa kuku.'
Sunda kuno yaitu:
(1) (327) sang patih teka maring Kalimat tersebut dapat digambarkan
kuningan, marek ka dalam bentuk diagram berikut ini.
kadaton, umun bakti

Diagram 3

Pola Kalimat Asindetis Caturklausa tunggal yang bergabung tanpa


Kalimat ini dibentuk dari empat kalusa menggunakan kata sambung (Sudaryat,
190 | LOKABASA Vol. 8, No. 2, Oktober 2017

2014a). Contohnya sebagai berikut: disuruh, aku kalah, aku


(1) (015) aya pun béja kami, pun malu.'
kami dipiwarang, éléh
pun kami, supén pun Kalimat tersebut dapat digambarkan
kami. pada diagram berikut.
'ada kabarku, aku

Diagram 4

Pola Kalimat Majemuk Sindetis rampés na agama


Dwiklausa kretayuga.
Kalimat majemuk sindetis dwiklausa 'lamanya menjadi raja
dibentuk dari dua klausa tunggal yang seratus empat tahun,
dihubungkan oleh kata sambung karena baik pada
(Sudaryat, 2014a) tuluy, kénana, kéna zaman keunggulan
dan ja. Berikut ini salah satu contoh agama.'
kalimatnya.
(1) (170) lawasniya ratu saratus Kalimat tersebut dapat digambarkan
opat tahun, kéna pada diagram berikut ini.

Diagram 5

Kalimat Majemuk Bertingkat Struktur kalimat majemuk bertingkat


Ilham Nurwansah: Kalimat Bahasa Sunda… | 191

yang ditemukan pada data berupa Contoh kalimat dalam bahasa Sunda
kalimat majemuk bertingkat subjektif kuno, di antaranya:
dan kalimat majemuk bertingkat (1) (326) sang pandita di
adverbial (Sudaryat, 2014a). jayagiri linabuhaken
ring sagara.
Pola Kalimat Majemuk Bertingkat 'sang pandita di
Subjektif jayagiri dijatuhkan ke
Kalimat ini merupakan kalimat laut'
majemuk bertingkat yang klausa
sematannya menempati fungsi subjek Diagram kalimat tersebut adalah
pada klausa utama (Sudaryat, 2014a). sebagai berikut:

Diagram 6

Pola Kalimat Majemuk Bertingkat ring giri wanakusuma.


Adverbial 'dialah prabu
Kalimat ini merupakan kalimat niskalawastu kancana,
majemuk bertingkat yang klausa yang tenggelam
sematannya menempati fungsi (dikuburkan) di
keterangan pada klausa utamanya nusalarang di giri
(Sudaryat, 2014a). Contohnya dalam wanakusuma.'
bahasa Sunda kuno, yaitu:
(1) (139) inyana prebu Diagram kalimat tersebut adalah
niskalawastu kancana, sebagai berikut.
nu surup di nusalarang
192 | LOKABASA Vol. 8, No. 2, Oktober 2017

Diagram 7

Analisis Semantis lawasnya ratu salapan puluh taun


Peran semantis kalimat dalam ‘lamanya menjadi raja sembilan puluh
bahasa Sunda dapat dikelompokkan tahun.
berdasarkan bentuk kalimatnya, yaitu Peran semantis predikat terdiri
kalimat tunggal dan kalimat majemuk. dari delapan peran, yaitu peran predikat
Kalimat tunggal dilihat secara semantis perbuatan, contohnya sang
dapat dibedakan berdasarkan peran wretikandayun adeg ratu di galuh ‘sang
unsur pengisi fungsinya, yaitu peran wretikandayun berkedudukan (sebagai
semantis subjek, peran semantis raja) di galuh’; peran predikat keadaan
predikat, peran semantis objek, peran (statif), contohnya andeh kahimengan
semantis pelengkap, dan peran semantis rahiyangtang kuku ‘rahiyangtang kuku
keterangan (Sudaryat, 2014a). kebingungan’; peran predikat eksistif,
Berdasarkan hasil analisis data, contohnya hana pandita sakti diruksak,
peran semantis subjek terdiri dari tujuh pandita di sumedang ‘ada pendeta sakti
peran, yaitu (1) peran subjek pelaku, dianiaya, pendeta di sumedang’; peran
contohnya leumpang pwah aksari predikat jumlah, contohnya seuweu
jabung ‘pwah aksara jabung berjalan’; rahiyangta ri menir teluan
peran subjek terproses, contohnya sapilanceukan ‘anak rahiyangta di
contona dopara lungha gumenti tang menir bertiga kakak-beradik’; predikat
kali ‘zaman dopara pergi berganti tempat, contohnya sang brahmasidi di
zaman kali’; peran subjek terposisi, keling ‘sang brahmasidi di keling’;
contohnya sang wretikandayun aged di peran predikat pengenal, contohnya
galuh ‘sang wretikandayun berkuasa di aing pun seuweu sang séna ‘akulah
galuh’; peran subjek dikenal, contohnya anak sang sena’; peran predikat
ndeh nihan carita parahiyangan ‘inilah pemerolehan, contohnya rahyangtang
carita parahiyangan’; peran subjek kuku tu meunang tapana ‘rahiyangtang
pengalam, contohnya paéh rahiyang kuku mendapatkan (hasil dari)
purbasora ‘rahiyang purbasora mati’; bertpanya’; dan peran predikat waktu,
peran subjek tempuhan, contohnya contohnya lawasniya ratu salapan
Ilham Nurwansah: Kalimat Bahasa Sunda… | 193

tahun ‘lamanya (menjadi) raja sembilan jelek’’; dan peran pelengkap abstraksi,
tahun’. contohnya sugan urang dipajar koyo ilu
Peran semantis objek terdiri dari dina kriya, ja urang hanteu dibéré
enam peran, yaitu peran objek sasaran, nyahoan ‘kita seakan dikira tidak patuh
contohnya aing nanyakeun pustaka mengikuti pesta, karena kita tidak diberi
bawa rabuyut sawal ‘aku menanyaan tahu’.
kitab yang dibawa oleh rabuyut sawal’; Peran smantis keterangan terdiri
peran objek penguntung, contohnya atas 12 peran, yaitu (1) peran
kabireungeuh ku rahiyangtang ketarangan waktu, contohnya sadatang
mandiminyak, sang apatih, husir deui ka tohaan di sunda, tuluy dipulung
teundeun siya, budak ta ‘terdengar oleh minantu ku tohaan di sunda ‘satibanya
rahiyangtang mandiminyak, sang patih, di (hadapan) tohaan di unda, lalu
pergilah lagi, simpan olehmu anak itu!’; dijadikan menantu oleh tohaan di
peran objek tempat, contohnya pulang sunda’; (2) peran keterangan tempat,
deui sang apatih ka galuh ‘sang patih contohnya ti keling bakti ka
kembali lagi ke galuh’; peran objek rahiyangtang kuku ‘dari keling berbakti
hasil, contohnya sang resiguru mangyug ke rahiyangtang kuku’; (3) peran
rajaputra ‘sang resiguru berputra keterangan alat, contohnya éta diléléd
rajaputra’; peran objek alat, contohnya sampingna ku sumpit ‘itu sinjangnya
éta diléléd sampingna ku sumpit ‘itu dililitkan dengan sumpit’; (4) peran
dililit sampingnya dengan sumpit’; dan keterangan penyerta, contohnya
peran objek pelaku, contohnya hanteu diheueum deungna para patih kalih
dibikeun ku batara dangiyng guru ‘bermusyawarah bersama-sama dengan
‘tidak diberikan oleh batara dangiyang para patih’; (5) peran keterangan sebab,
guru’. contohny nyandogé na kasaktian,
Peran semantis pelengkap terdiri kénana ta sang wulan, sang tumanggal,
atas lima peran, yaitu peran pelengkap sang pandawa ring kuningan, henteu
penderita, contohnya sang manisri kawisésa dangiyang guru ‘menguji
dijieun buyuthadén rahaséa di puntang kesaktian, karena sang wulan, sang
‘sang manisri dijadikan buyuthadén tumanggal, sang pandawa di kuningan
rahaséa di puntang’; peran pelengkap tidak terkalahkan (oleh) dangiyang
alat, contohnya dék mwatkeun pwah guru’; (6) peran keterangan
sang kari pucanghaji, tunjunghaji pembanding, contohnya cai tiningkalan
ditumpakkeun dina liman putih nidra wisaya ning baksa kilang ‘air
‘hendak menaikkan pwah sang kari dengan campuran pemabuk bagaikan
pucanghaji, tunjunghaji dinaikkan pada nafsu meminum air nira’; (7) peran
gajah putih’; peran pelengkap keterangan guna, contohnya eusina ma
penjumlah, contohnya seuweu ratuning bala sariwu, pakeun séda,
rahyangtang ri menir, teluan pakeun sakti, paméré sang resi guru
sapilanceukan ‘anak rahiyangta di ‘isinya yaitu raja seribu tentara, untuk
menir bertiga kakak-beradik’; peran kesempuraan, untuk kesaktian,
pelengkap keadaan, contohnya disilihan pemberian sang resi guru’; (8) peran
ku rahiyangtang sarawulan, lawasniya keterangan jumlah, contohnya
ratu genep tahun, katujuhna panteg prangrang lima welas kali hanteu éléh,
kana goréng twah ‘diganti oleh ngalakukeun bala sariwu ‘perang lima
rahiyangtang sarawulan, lamanya belas kali tidak kalah, menggunakan
(menjadi) raja enam tahun, tahun ke seribu prajurit’; (9) peran keterangan
tujuh lengser karena berlekakuan syarat, contohnya carékna patih kalih
194 | LOKABASA Vol. 8, No. 2, Oktober 2017

ka rahiyang sanjaya, lamun dék jaya Kalimat majemuk bertingkat


prangrang, mangkat ti galuh ‘ujar patih kelompokkan menjadi enam jenis, yaitu
kepada rahiyang sanjaya, bila ingin kalimat waktu, contohnya batara guru
menang perang, pergilah ke galuh’; (10) di jampang ma inya nu nyieun ruku
peran keterangan tanpa syarat, sanghiyang paké, basa nu wastu dijieun
contohnya tandang paompo ywa pon, ratu 'batara guru di jampang ialah yang
kénana ratu éléh ku satmata, nurut nu membuat mahkota sanghyang paké,
ngasuh hiyang bunisora, nu surup ka ketika yang berahak dijadikan raja';
gegeromas, batara guru di jampang kalimat syarat, ditandai oleh konjungsi
‘sikapnya dewasa meskipun masih lamun, contohnya moga ulah meunang
muda, karena raja kalah oleh satmata, prangan, lamun siya ngalaga prang ka
menuruti pengasuhnya, hyang bunisora, kami 'semoga tak akan menang
yang dikuburkan ke geger omas, (yaitu) berperang, bila engkau melawan diriku.;
batara di jampang’; (11) peran kalimat sebab, ditandai oleh konjungsi
keterangan atributif, contohnya basa kéna, kénana, dan ja, contohnya
lumaku ngarajaresi ngangaranan rahiyangtang kedul wurung ngadeg
manéh rahiyangta ri medangjati, inya haji, kéna rohang, ja mangka ngaran
sang layungwatang, nya nu nyieun rahiyang sempakwaja 'rahiyangtang
sanghiyang watang ageung ‘ketika kedul batal menjadi raja, karena
berlaku sebagai raja resi, menyebut ompong, oleh karena itu bernama
dirinya rahiyangtang di medangjati, rahiyangtang sempakwaja'; kalimat
ialah sang layungwatang, (ialah) yang akibat, ditantai oleh konjungsi mangka,
membuat sanghyang watang ageung.’; contohnya tohaan di majaya alah
dan (12) peran keterangan aspektualitas, prangrang, mangka tan nitih ring
contohnya top sumpit, nya mana dihusir kadatwan 'tohaan di majaya kalah
‘top sumpit (dibawa), lalu dikejar’. berperang, maka tidak menduduki
Analisis semantis kalimat kerajaan'; kalimat penjelasan, ditandai
majemuk dilihat dari arti antarklausanya oleh kata carék, carékna, dan ujar,
dibagi berdasarkan bentuk kalimat contohnya carék bagawat resi
majemuk setara dan majemuk makandria, dianak ku waya, ja éwé ogé
bertingkat. Pada kalimat majemuk hanteu 'ucap bagawat resi makandria,
setata, ditemukan dua arti pertalian arti bagaimana bisa punya anak, karena
antarklausanya, yaitu kalimat menikahpun tidak'; dan kalimat guna,
pertentangan dan kalimat lanjutan. yang ditandai oleh kata pakeun,
Kalimat pertentangan ditandai oleh contohnya nam, urang nyieun labur di
konjungsi héngan dan ngan, contohnya jalan gedé, pakeun nyungsung sang
ujar sang apatih, pun tohaan, hanteu seuweukarma, ja turut rahiyangtang
dipilarang na omas na beusi ku kuku 'mari kita membuat hiasan di jalan
rahiyangtang sanjaya, héngan huripna besar, untuk menyambut sang
urang réa dipilarang 'ujar sang patih, seuweukarma, karena menuruti
maaf tohaan, tidaklah berarti baik itu rahiyangtang kuku.'
emas maupun besi oleh rahiyangtang
sanjaya, tetapi kehidupan orang SIMPULAN
banyaklah yang dihargai'. Kalimat Bentuk kalimat yang terdapat
lanjutan ditandai oleh knjungi tuluy, dalam bahasa Sunda kuno berupa
contohnya rahiyangtang sanjaya ka kalimat lengkap dan kalimat ringkasan.
kuningan, tuluy diprang 'rahiyang Kalimat tunggal sederhana yang
sanjaya ke kuningan, lalu berperang' ditemukan memiliki tiga pola yaitu (1)
Ilham Nurwansah: Kalimat Bahasa Sunda… | 195

S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, sedangkan Parahiyangan perlu diperiksa kembali
kalimat tunggal perluasan terdapat untuk diperbaiki pemenggalan kalimat
empat pola yaitu (1) S-P-K, (2) K-S-P- dan terjemahannya, sehingga
K, (3) S-P-O-K, dan (4) S-P-Pel-K. mendapatkan makna yang lebih tepat.
Kalimat majemuk setara yang
ditemukan berupa kalimat asindetis dan PUSTAKA RUJUKAN
sindetis. Kalimat majemuk asindetis Atja & Saleh Dana Sasmita. (1981).
tersusun dari dua klausa, tiga klausa dan Carita Parahiyangan
empat klausa, sedangkan kalimat (Transkripsi, terjemahan dan
sindetis tersusun dari dua klausa. Catatan). Bandung: Proyek
Pola kalimat majemuk Pengembangan Permuseuman
bertingkat yaitu berupa kalimat Jawa Barat.
majemuk bertingkat subjektif dan Djajasudarma, Fatimah. (2013).
adverbial. Hubungan makna unsur Fonologi & Gramatika Sunda.
kalimat yang ditemukan yaitu Bandung: PT Refika Aditama.
berdasarkan peran semantis subjek, Ekadjati, Edi S. (2009). Kebudayaan
predikat, objek, pelengkap dan Sunda Zaman Pajajaran. Jilid 2.
keterangan. Hubungan makna Jakarta: Pustaka Jaya.
antarklausa dalam kalimat majemuk Iskandarwassid. (2003). Kamus Istilah
setara terdapa dua jenis yaitu (1) Sastra. Bandung: CV Geger
kalimat pertentangan, dan (2) kalimat Sunten.
lanjutan. Hubungan makna antarklausa Kridalaksana, Harimurti. (2001). Kamus
kalimat majemuk bertingkat terdapat Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta:
enam jenis, yaitu (1) kalimat waktu, (2) Pt. Gramedia Pustaka Utama.
kalimat syarat, (3) kalimat penyebab, Kuswari, Usep & Hernawan. (2010).
(4) kalimat akibat, (5) kalimat Sintaksis Basa Sunda. Bandung:
pernyataan, dan (6) kalimat guna. JPBD FPBS UPI.
Penelitian ini belum lengkap, Ruhaliah. (1997). Kajian Diakronis
karena terdapat beberapa pola kalimat Struktur Bahasa Sunda Bihari dan
yang mungkin terlewat dianalisis secara Bahasa Sunda Kiwari: Sebuah
mendalam. Begitu pula dalam Studi Terhadap Teks Naskah
penentuan peran unsur-unsur Amanat Galunggung. Bandung:
kalimatnya. Hal itu terjadi karena Jurusan Pendidikan Bahasa
keterbatasan waktu penelitian yang Daerah FPBS UPI.
tersedia bagi penulis. Oleh karena itu Satjadibrata, R. (2005). Kamus Basa
perlu dilakukan tindak lanjut untuk Sunda. Bandung: Kiblat Buku
melengkapi hasil penelitian ini. Hasil Utama.
penelitian ini dapat digunakan sebagai Sudaryat, Yayat. (2014a). Struktur
bahan penelitian lain dalam bidang Bahasa Sunda (Sintaksis dalam
filologi, maupun linguistik tentang Gamitan Pragmatik). Bandung:
struktur kalimat bahasa Sunda kuno. Sekolah Pascasarjana Universitas
Selain itu, setelah manganalisis Pendidikan Indonesia.
teks Carita Parahiyangan ternyata Sudaryat, Yayat. (2014b). Wawasan
ditemukan beberapa bentuk kalimat Kesundaan. Bandung: Jurusan
yang “tidak semestinya” karena terdapat Pendidikan Bahasa Daerah FPBS
kesalahan dari peneliti sebelumnya UPI.
dalam menentukan batasan kalimat. Suryani, Elis dkk.. (2001). Kamus
Oleh karena itu teks Carita Bahasa Naskah dan Prasasti
196 | LOKABASA Vol. 8, No. 2, Oktober 2017

Sunda abad 11 s.d 18. Bandung: UCAPAN TERIMA KASIH


Komunitas Pernaskahan Purbatisti Terima kasih penulis ucapkan
& Pemerintah Kota Bandung. kepada pihak-pihak yang ikut
Zoetmulder & S.O Robson. (2006). membantu dalam penelitian ini, tidak
Kamus Jawa Kuna – Indonesia. lupa penulis menyampaikan terimakasih
Jakarta: PT Gramedia Pustaka kepada tim penyunting jurnal Lokabasa
Utama. atas dimuatnya penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai