Skripsi
Oleh
Muchsin
1631030021
Skripsi
Oleh
Muhsin
NPM. 1631030021
OLEH :
MUCHSIN
Kajian keilmuan Islam khususnya dibidang tafsir juga Hadis
semakin berkembang seiring dengan kehidupan yang moderen, Salah satu
topik yang menarik Untuk dibahas adalah mengenai Jama‘ah Tabligh yang
melakukan da’wah dengan cara Khuruj dan Jaulah, dengan cara mendatangi
rumah-rumah warga dengan mengingatkan mereka tentang pentingnya Iman
dan ‘amal sholeh di akhirat kelak. Cara menda’wahkan seperti ini tidak serta
merta mendapatkan dukungan dari masyarakat. Bahkan ada pula warga yang
menolak jama‘ah ini untuk tinggal di lingkungannya dengan alasan bisa
merusak pemikiran keluarganya dan warga setempat, adanya pendapat
perbedaan sikap terhadap Jama’ah Tablig ini sangat berpengaruh dalam
kehidupan Masyarakat Lalu bagaimana Ulam Tafsir mengkaji Tentang
Jaulah.
Fokus peneliti ini adalah, apa Konsep khuruj dalam prespektif
Tafsir al-azhar ?. Bagaimana Konsep Jaulah dalam prespektif Tafsir al-Azhar
?. Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research), dengan
menggunakan data primer yaitu kitab Fadhilah ‘Amal, dan Tafsir AL-
AZHAR dan data skunder adalah buku-buku dan artikel lain yang terkait
dengan pembahasan. Setelah data-data terkumpul kemudian dianalisis secara
content analysis (analisis isi) denganvariable utama KONSEP KHURUJ
DAN JAULAH AL-KANDAHLAWI DALAM PRESPEKTIF TAFSIR
AL-AHZAR, Adapun langkah pokok analisis data dalam penelitian ini
diawali dengan inventarisasi teks berupa ayat dan hadis yang terdapat dalam
kitab fadhilah ‘Amal dan kemudian difatsirkan menggunakan Tafsir AL-
AZHAR mengkaji teks, melihat historis ayat dan melihat hadits selanjutnya
diinterpretasikan secara objektif dan dituangkan secara deskriptif dan ditarik
beberapa kesimpulan secara deduktif dengan mengacu kepada masalah yang
telah dirumuskan.
Konsep Khuruj Dalam prespektif tafsir al azhar bila merujuk pada
ayat al Quran yaitu Q.S. as-Shaff [61] : 10-12, dan Q.S. al-Taubah [9] : 24
yang dijadikan sebagai landasan dalam berkhuruj disebutkan mengenai teknis
bilangan 40 hari adalah bilangan dimana saat itu Nabi musa sedang dalam
penantian meunggu wahyu dari Allah SWT, yang ditetapkan oleh Allah
SWT Kepada Nabi musa yang kemudian di adopsi oleh para jaulah sebagai
bilangan yang Pas dan cocok juga untuk melakukan Khurj Maka konsep
khuruj dalam tafsir al azhar adalah perginya Nabi Musa selama 40 hari dalam
mencari ridho Allah. Konsep Jualah dalam prespektif Tasfir al azhar bia
merujuk pada Qs surat ali imran ayat 104 adalah merupakan aktifitas dakwah
yang dilakukan oleh para jamah tabligh dalam rangkka menyebarkan Agama
allah dengan mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan
ii
MOTTO
ف َوتَنْهَ ْى َن َع ِه ِ اس تَأْ ُمر ُْو َن ِبالْ َم ْعر ُْو ِ َّت لِلن ْ ُك ْنتُ ْم خَ ي َْر اُ َّم ٍة اُ ْخ ِر َج
ه
ان َخ ْيرً ا لَّهُ ْم ۗ ِم ْنهُ ُم
َ ب لَ َك ِ اّلل ۗ َولَ ْى ها َم َه اَهْ ُل ْال ِك هتِ ّ ْال ُم ْن َك ِر َوت ُ ْؤ ِمن ُ ْى َن ِب
ْال ُم ْؤ ِمنُ ْى َن َواَ ْكثَ ُرهُ ُم ْال هف ِسقُ ْى َن
Artinya “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara
mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-
orang fasik,”. (Q.S. Ali ‘Imran : 110).
vi
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur atas kekuasaan Allah Swt. Dengan segala
pertolongan-Nya sehingga dapat tercipta tulisan sederhana ini. Maka,
karya sederhana ini peneliti persembahkan kepada :
1. Orang tua tercinta, alm. Bapak Hamim Rudin dan Ibu Lina,
kerja keras dan motivasi-Nyalah yang membuat peneliti selalu
semangat agar bisa sampai sarjana. Ayuk, adik, dan
keponakan dirumah. Yenni, Manda dan Rizki yang ikut serta
mendoakan.
2. Orang tua angkat, Bapak Sukarsono dan Ibu Yuli, yang sudah
begitu banyak membantu saya untuk menempuh pendidikan
yang lebih tinggi.
3. UKMF SALAM Widia Septia Ningsih, Uci Mulya Septa,
Verry, Kakak Zahroni, kak Amri yang selalu memberi doa
dan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Buat Resty Adelia Putri dan juga Ibunya yang terus memberi
dukungan dan semangat dalam mengerjakan skripsi.
5. Sahabat-sahabat seperjuanganku, Prodi Ilmu al-Qur’an dan
Tafsir fakultas Ushuluddin. Khususnya Apriansyah, agus,
hanif, aminah, david, dan wisnu terima kasih atas semua
motivasi dan semangat, serta teman-temanku yang tidak bisa
ditulis satu persatu.
6. Untuk adik-adikku tercinta di Fakultas Ushuluddin, kalian
harus lebih semangat dan pantang menyerah.
vii
RIWAYAT HIDUP
viii
KATA PENGANTAR
ix
Swt selalu menolong keluarga Bapak dan Ibu, baik dalam
urusan dunia maupun akhirat.
5. Bapak dan Ibu Dosen Ilmu al-Qur’an dan Tafsirr, yang begitu
banyak membekali Ilmu dan pengetahuan.
Kepada mereka semua peneliti tidak dapat memberikan apa-
apa, hanya untaian terima kasih serta doa semoga Allah membalas
semua amal kebaikan mereka dengan sebaik-baiknya balasan, Aamiin.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari
sempurna karena keterbatasan Ilmu yang peneliti miliki, karena itu
peneliti berharap saran dan kritikan yang bersifat membangun dari
pembaca. Peneliti berharap semoga hasil analisis penelitian skripsi ini
dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya, Aamiin.
Muchsin
NIM : 1631030021
x
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ..................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah ........................................ 2
C. Identifikasi dan Batasan Masalah .......................... 10
D. Rumusan Masalah .............................................. 11
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................ 11
F. Penelitian Terdahulu ................................................ 11
G. Metodelogi Penelitian ............................................ 13
H. Sistematika Penulisan ............................................. 15
xi
BAB III KHURUJ DAN JAUALAH AL-KANDAHLAWI
DALAM PRESPEKTIF TAFSIR AL-AZHAR
A. Mengenal Maulana Zakaria al-Kandahlawi
1. Biografi ............................................................. 81
2. Kitab Fadilah ’Amal .......................................... 84
3. Dakwah Jamaa’ah Tabligh ................................ 87
B. Konsep Khuruj dan Jaulah ala al-kandahlawi
1. Konsep Khuruj.................................................... 90
2. Konsep Jaulah ................................................... 92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................ 115
B. Saran ................................................................... 115
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Sentral dari sebuah kajian ilmiah adalah judul, dimana judul memiliki
titik cakupan yang krusial dalam menentukan permasalahan juga
jawaban yang akan diteliti, maka penting memahami judul secara
seksama, ini perlu dilakukan untuk menghindari kesalahfahaman
makna yang dimaksud untuk itu perlu dijelaskan apa maksud dari
judul penelitian “KONSEP KHURUJ DAN JAULAH
ALKANDAHLAWI DALAM PRESPEKTIF TAFSIR AL-
AHZAR” dalam menghindari kesalahfahaman makna, maka peneliti
akan menjelaskan kata perkata yang ada dalam judul penelitian ini.
Konsep dalam bahasa Inggris disebut dengan Concept,
mempunyai arti antara lain paham, metode atau rancangan. Dalam
kamus bahasa Indonesia, konsep mempunyai arti rancangan buram
dalam surat menyurat, gambaran mentah suatu objek pemikiran yang
umum.1
Khuruj asal katanya adalah kharaja artinya keluar yang
diambil dari Bahasa Arab, arti keluar dalam penelitian ini adalah
sikapa atau perbatan seseorang yang keluar dari rumah dengan
maksud beribadah dengan mengajak manusia untuk ibadah kepada
Allah dan menjauhi apa yang telah dilarang oleh Allah, tradisi keluar
rumah atau khuruj ini menjadi ibadah wajib bagi setiap manusia dalam
berdakwah mengajarkan agama Allah.2
Jaulah ialah salah satu program yang ada di Jama„ah yaitu
berkeliling dari Masjid ke rumah saudara-saudara kita yang muslim
biasanya dilakukan jam 17:00 wib, dalam berJaulah adabnya tidak
boleh mendatangi rumah yang didalam rumah tersebut sudah tidak
mempunyai suami, kecuali memiliki anak laki-laki. BerJaulah
biasanya ditemani oleh warga setempat, yang disebut sebagai dalil
yaitu penunjuk jalan untuk mengajak saudara laki-laki mendengarkan
1
Fetter S. Dan Yenny S, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta:
Modern English Press, 1991). 54.
2
An Nadr M Ishaq Shihab, Khuruj Fisabilillah; (Bandung: Al Islah Perss,
2012). 70.
2
3
Departemen P dan K , Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), Cet. Ke-3, h. 675.
4
Nasrudin Baidan‟ Wawasan Baru Ilmu Tafsir‟ (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998) h. 430.
5
Arsyad Sobby Kesuma, Potret Tafsir Al-Quran Di Indonesia, (Fakultas
Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung 2007) h. 66.
6
Abdul Munir Mulkhan, Neosufisme dan Pudarnya Fundamentalisme di
pedesaan (Yogyakarta:UII Press,2000),73.
7
Martin Van Bruinessen, Islam dan Politik (Yogyakarta:Bentang. 1998),
87.
3
8
Yoginder Sikand, Sufisme Pembaru Jama„ah Tablig (Jakarta:Rajawali
Press, 2008), 221.
9
Ali Mustafa, Model Da‟wah Silaturahmi Jama„ah Tabligh dalam Jaulah
Khususi. Jurnal As-Salam, 2017, Vol. I, 81.
10
Ibid, hlm. 84.
4
11
Robi‟ bin Hadi al-Madkholi, Fatwa Ulama Seputar Jama„ah Tabligh
(Yogyakarta: Al-Khaura, 2002), 26.
12
Abdurrahman Ahmad, Kupas Tuntas Jama„ah Tabligh (Cirebon: Pustaka
Nabawi tth)
13
Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi, Himpunan Fadhilah
„Amal, terj. A. Abdurrahman Ahmad (Bandung: Ramadhani, 2006).
14
Al-Madkholi, Fatwa Ulama Seputar Jama„ah Tabligh dan Abdul Khalik
Pirzada, Maulana Muhammad Ilyas di antara pengikut dan penentangnya,
(Yogyakarta: As-Shaf, 2003).
5
bahasa Arab yang terambil darai wajan silasi majid yaitu Jawwala-
Yujawwilu-Jawwalatan yang artinya muter muter atau berkeliling.
Bila diartikan secara istilah kelompok orang yang berdakwah
menjalankan agama Allah yang aktifitas pindah dari masjid satu
kemasjid lain dengan Tujuan memakmurkan masjid dengan
menghidupkan dakwah.15
Beberapa tugas Jama„ah Tabligh dalam berJaulah : sebagai
petunjuk jalan atau dalam bahasa Jaulah adalah dalil, seorang dalil
diutamakan adalah warga sekitar atau mukim yang diharapkan tau
mana masyarakat Sebaiknya dalil yang tergolong muslim, umara, dan
mana masyarakat yang belum ikut serta berjama„ah shalat dimasjid.
Dalam menjalankan aktivitas dakwah para jamaah tabligh juga akan
mendapatkan beberapa keutamann juga pahala yang sangan luar biasa
yaitu bagi mereka yang berperan sebagai dalil atau penunjuk akan
terlebih dahulu masuk syurga dengan kurun waktu lebih cepat 500
selanjutnya peran sebagai mutakalimin atau pmbicara, yang disebuat
dengan sebutan penyambung lidah Rosul, ada juga yang berperan
sebagai Makmur, a sepatah kata pun selain itu juga makmur ini
bertugas mengantarkan jamaah yang datang untuk masuk kedalam
masjid, selanjutnya ada yang disebut sebagi Amir Jaulah, amir Jaulah
memiliki peran sebagai penanggung jawab dari rombongan. Apabila
ada jamaah yang tidak taat terhadap tata tertib maka si amar akan
membacakan kalimat subhanAllah, setelah itu mereka akan
mengintropeks diri masing-masing dengan tidak melihat kesalahan
pada orang lain, dan apabila masih ditemukan ketidak tertiban juga
maka amir akan memberikan peringatan atau targhib dan akan
memutuskan untuk melanjutkan perjalanan Jaulah atau kembali Ke
Masjid.
Meskipun banyaknya pengertian, pada hakikatnya kita bisa
menyimpulkan da‟wah menurut Syeikh Ali Mahfuz di dalam karyanya
Hidayatul Mursyidin adalah orang yang berbuat baik kepada siapa
saja dan melarang mereka dari perbuatan yang buruk atau yang
dibenci oleh Allah Swt dengan tujuan supaya mereka memperoleh
dunia dan akhirat yang memeliki kebahagiaan, dalam kajia
15
Ali Mustafa, Model Da‟wah Silaturahmi Jama„ah Tabligh dalam Jaulah
Khususi, Jurnal As-Salam, Vol. 1, No. 02, 2016
6
16
Wahidin saputra, pengantar ilmu Dakwah (Jakarta:Rajawali pers, 2012),
243.
17
Ibnu Manzur, Lisan al-Arab (Beirut: Daar Shadar dai), 259.
18
Siti Muriah, Metodelogi Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2000), 55.
19
Ibid, hlm. 55.
20
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta:Rajawali pers, 2012),
259.
7
21
Ahmad, “Jamaah Tabligh,” (Bandung: Mizan, 2001), h. 35-36.
22
artikel Didi Junaedi, Memahami Teks, Journal Of Qur‟an and Hadits
Studies. Vol. 2, No. 1, 2003, . 5.
23
Umdatul Hasanah, Perspektif Teori Penyebaran Informasi dan pengaruh,
Jurnal Indo-Islamika, Vol. 4, 2014,. 22.
24
M. Anwarul Haq, The Faith Movement of Maulana Muhammad Ilyas,
London; George Allen dan Unwin Ltd, 1972.
25
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Dar al-Thaibah, Juz 1, 2.
8
26
Syaikh Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi, Muntakhab Ahadits
(Yogyakarta: Pustaka Ash-Shaff, 2006), 612-613.
10
D. Rumusan Masalah
Setalah mengidentifikasi batasan masalah ada juga rumusan
masalah yang harus harus di identifikasi Rumsan masalah ini adalah
bagian penting dalam sebuah penelitian karena rumusan masalah ini
yang akan menentukan kemana orientasi penelitian ini berlabuh selain
itu penelitian akan terarah secara sitematis karana hanya akan ada
jawaban yang rumusan masalahnya tercantum dalam penelitian ini dan
rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
2. Manfaat Penelitian
G. Metodelogi Penelitian
Dalam setiap penelitian pasti memiliki metode yang, karena
metode adalah alat atau car utuk memecahkan sebuah masalah juga
mempermudah jalannya penelitian, karena dengan metode langkah
statis bisa kita ambil adapaun langkah-langkah metode penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Jenis dan Sifat Penelitian
a. Jenis Penelitian
Metode penilitian pasti memiliki jenis dan juga sifat
peelitian, jenis penelitian pada skripsi ini adalah pustaka
(library research) yang mengambil data subyek dan objeknya
dari buku buku juga literasi lain yang jenisnya Pustaka
(literatur) yang memiliki keterkaitan dengan penelitian skripsi
ini.27 Literatur yangdi pakai bersumber dari al-Qur‟an dan
27
Ibid., h. 152.
14
hadits, karena al-quran dan hadis ini memiliki banyak data yang
menunjang, selain al-quran dan hadis data lain yang di pakia
adalah buku-buku penelitian yang berkaitan dengan jama‟ah
tabligh yang berkaitan dengan judul yang akan penulis teliti.
b. Sifat Penelitian
Sifat dari penelitian ini adalah sifat penelitin
deskriptif yang merupakan sifat penelitian yang memaparkan
gambaran gambaran secara objektif yang dihasilkan dari
analisa data yang diteliti.28 Conten analisi dari penelitian ini
adalah dengan cara medalogkan dan mendiskusikan dengan
tujuan menghasilkan penelitian yang deskriptif dan juga
konfrehensip juga tersistem yang dilakukan secarobjektif
dalam permasalah judul KONSEP KHURUJ DAN
JAULAH ALKANDAHLAWI DALAM PRESPEKTIF
TAFSIR AL-AHZAR, juga menggunakan metode tahlili atau
merinci satu ayat dengan beberapa tema atau kajian, metode
ini diharapkan menghasilkan penelitian secara obyektif
tergambar, sistematis, komprehensif dan praktis. Dan metode
yang seperti ini disebut sebagai penelitian deskriptif.29
2. Sumber Data.
a. Data Primer
Data primer adalah suatu data yang dapat diperoleh dari
sumber aslinya.30 yakni Kitab Fadhilah „Amal Karya Syaikh
Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Juga Tafsir al-
Azhar yang ada kaitannya dengan ayat khuruj dan Jaulah.
b. Data Sekunder
Data skunder biasanya sudah tersusun dalam dokumen-
dokumen yang mana sudah berkaitan erat terhadap tema dan
pembahasan skripsi walaupun tidak secara langsung. Sumber
28
Khalid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi
Aksa, 2001), Cet.3, 44.
29
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2005), Edisi 2, 75.
30
Child Narbuko dan Abu Ahmad, Metode penelitian (Jakarta: Bumi
Aksara, 1997), h. 43.
15
H. Sistematika Pembahasan
Sitematika Penulisan dalam sebuah penelitian sangat
diperlukan karena sistematika ini yang akan membuat penelitian
menjadi tersusun yang akan mempermudah Penulisan dan
pembentukan konsep yang menjadi hal penting dalam sebuah
penulisan adapun sistematis penulisan penelitian ini adalah :
Bab III berisi tentang biografi penulis buku Fadilah „Amal seputar
analisa ayat dakwah menurut Jama‟ah Tabligh tentang konsep Khuruj
dan Julah.
Bab IV berisi tentang analisa dari Konsep Khuruj Dan Jaulah „Ala
Jama„Ah Tabligh Prespektif Tafsir al-Azhar.
31
Nashiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur‟an, 165
16
Bab V cakupan yang terdapat dalam bab ini berisi tentang Kesimpulan
yang didapat dari penelitian hasil kolaborasi Bab 3 dan 4 juga Penutup
dan saran bagi para pembaca.
BAB II
A. Definisi
1. Khuruj
Khuruj terambil dari bahasa arab yang artinya keluar dan secara
istilah khuruj yang diimbuhi akhiran fi sabilillah dalam istilah
Jaulah diartikan ritual ibadah keluar untuk menuju jalan Allah
dengan berbekal diri waktu dan harta sendiri untuk berdakwah,
istilah khruj seperti ini didasarkan pada Al-Qur‟an Surat Ali Imran
ayat 110 yang didalamnya terkandung kata “ukhrijat”. Syeh
Maulana Ilyas mengartikan kata tersebut dengan “keluar” yang
berarti melakuka perjalanan keluar.1 Dalam buku Nadzrah Ilmiyah
Fiahli Tabligh Wad-Dakwa seorang tokoh Jaulah yang bernama yaman
Abu Syadi mengatakan bahwa jamaah Tbaligh adalah yang
memiliki ketetapan mutlaq yang wajib dilaksanakan oleh para jamah
tabligh, kewajiban ini sama dengan ketetapan wajibnya Sholat, haji
dan lain-lain. “Disebut suatu pemahaman yang keliru apabila
menyebut khuruj adalah bentuk ibadah (mahdhah). Karena khuruj
adalah sebuah usaha menyampaikan dakwah yang diatur dan ditata
sedemikian rupa.”2
1
H As‟ad Said Ali, “Jamaah Tabligh”. http://www.nu.or.id/a,public-
m,dinamic-s,detail-
ids,4-id,32537-lang,id-c,kolom-t,Jamaah+Tabligh-.phpx.Diakses tanggal 3 Desember
2015
2
Ahmad Syahrin Thoriq. “Al-Bayan: Jamaah
Tabligh”.http://ad- dai.blogspot.co.id/2010/03/apakah-keluar-berdakwah-3-hari-40-
hari.html. diakses tanggal 22 oktober 2015.
18
3
Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny, Kupas Tuntas Jama„ah Tabligh, vol. 3,.
147.
4
Syafi‟I Mufid, perkembangan paham Keagamaan Transnasional
Indonesia, (Jakarta, 2011), 164-165.
19
2. Jaulah
Jaulah merupakan sebuah istilah yang digunakan oleh para
jamah Tbaligh yang merupakan sebuah ritual yang wajib dijalankan
oleh para jamah, nama Jaulah ini terdapat dalam ritual aktivitas
Khuruj, tujuan khusu dari kegiatan Jaulah ini adalah silaturahminya
jamaah pada masyarakat yang dituju. Dari semua rangkayan ritual
jamaah tabligh, ritual berJaulahlah yang menjadi tema sentral
dalam kegiatan berdakwah, karena metode atau cara inilah yang
membedakan metode dakwah pada umumnya, atau bisa dikatakan
sebagai ciri khas yang dimiliki Jamah tabligh adalah dakwah
dengan cara berJaulah. Hal ini berbeda dengan kegiatan kegatan
dakwah orang pada umunya yang dimana saat orang-irang akan
melaksanakan atau menyampaikan dakwah, maka orang oran
akan membuat undangan atau mengundang para maudhu‟I nya
atau para pendegar dakwahnya dengan diundang untuk hadir
dalam acara tabligh atau ceramah agama, undanganya biasanya
berupa spanduk poster atau undangan elektronik lainya, namaun
beda dengan para jamaah tabligh yang mereka akan datan
langsung ke rumah orang-orang yang akan diberikan dakwah
atau yang akan mendengarkan dakwah mereka. Kegiatan ini juga
dilakukankarena memiliki tujuan lain yaitu, menjaga eksistensi dimata
masyarakat tentang gerakan jamaah tablihg atau Jaulah ini.
seperti tentang politik juga kehidupan duniawi, karena para Jaulah ini
akan berfokus pada kehidupan di akhirat, Jaulah ini terbagi kedalam dua
diskursus yaitu Jaulah Ummi dan Jaulah Khususi.
5
Abdul Jalil, Fenomena Da‟wah Jama„ah Tabligh, (Surabaya: Penelitian individual
Lemlit IAIN Sunan Ampel, 2007). 54
6
Didi Junaidi, memahami Teks, Melahirkan Konteks: Menelisiki Interpretasi
Ideologis Jama„ah Tabligh, 13.
21
7
Khusniati Rofiah, Da‟wah Jama „ah Tabligh dan Eksistensinya di
Masyarakat. 79.
22
8
M. Azizullah Ilyas, Kompetensi Juru Da‟wah dalam pandangan Jama„ah
Tabligh, Jurnal Da‟wah dan Komunikasi, Vol.2, No. 01, Desember 2017.
23
dapat kita rujuk sebagai landasan berda‟wah dengan cara seperti hal
tersebut..”
Khuruj dalam kegiatan Jaulah memiliki tujuan untuk
memperbaiki diri dalam beribadah juga dalam berakhlakul karimah
terhadap sesama, juga berusaha mengajak orang lain dalam kebaukan,
sebagaimana Allah perintahkan kepada kita untuk berdakwah
mengajak orang lain berbuat kebaikan hal ini seua dengan perinah
Allah yang tertuang dalam al-Quran surat Ali „Imran ayat 104 dan
110.
Kita sebagai umat Islam dikatakan sebgai umat terbaik
darimuamt umat terdahulu maka seharusnya dan bahkan sudah
menjadi kewajiban bagi kita untuk meneggakkan Amar makmur Nahi
dalam kehidupan kita sehari hari,karena dakwah seperti inilah yang
yang dapat membentuk karakter umat terbaik. Kemudian dalam
memahami kata minkum dalam berda‟wah yang bersandar pada Q.S.
Ali „Imran ayat 104 ialah bahwasannya berda‟wah di tujukan kepada
setiap umat Rasulullah oleh karena itu seluruh umat manusia wajib
menjalankan da‟wah.
Ulama tafsir mengaakan bahwa perbuatan itu lebih utam
apalagi perbuatan baik, itulah kenapa penyebutan kata dalam
berdakhwah mengajak pada kebaikan dan melarang kepada
kemungkaran disebutkan lebih dulu dari Iman, Padahal sebetulnya
iaman adalah poros utama dari sebuah amala atau pekerjaan tapi
disebutkan setelah amal makmur nahi mungkar, ini menanadakan
bahwa berdkwah adalah hal utama yang harus dilakukan, karena dari
berdakhwah iman seseorang bisa muncul dari berdakwah orang yang
tadinya tidak beriman menjadi beriman, meski demikian pentingnya
dakwah akan tetapi iaman tetap ditekankan itu artinya bahwa kebaikan
apa saja yang bentuknya iadah an erjuangan tidak akan berguna dan
tidak akan berarti jika tidak ada Iman.9
Khuruj umumya dilakukan selama 40 Hari alasan penetapan
bilangan 40 ini berdsarkan pada al-Quran yang sering menyebutkan
kata 40 ,sebagaimana telah diceritakan kisah Nabi Musa A.s. yang
saat itu pergi selama 40 hari dalam rangka menerima wahyu dari Alla
9
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali Rah.a,
Kitab Fadhilah „amal ( Yogyakarta: Ash-Shaff, 2006), 346
24
ُ َم١ْ ِِ َُّ ََا ِت َؼ ْؾ ٍش فَرٰٕٙ ّْ َّ اَ ْذَّٚ ًٍَح١ْ ٌَ َْٓ١ ثَ ٍٰ ِثْٝ ٰعُِٛ ٰ َػ ْذَٔاَٚٚ
َْ ُْٚ ِٗ ٰ٘ش١ْ ِْلَ ِخْٝ ٰعُِٛ لَا َيَٚ ۚ ًٍَح١ْ ٌَ َْٓ١اخ َست ٖ ِّٰٓٗ اَسْ تَ ِؼ
َْٓ٠ ًَ ْاٌ ُّ ْف ِغ ِذ١ْ ِ َْل ذَرَّثِ ْغ َعثَٚ ْاَصْ ٍِخَٚ ْٟ ِِ َْٛ لْٟ ِ فْٟ ِٕاخٍُ ْف ْ
َْ ُى ُُ ْاٌ ُّ ْٕ َى َش ْۗفَ َّا َوا٠ْ َٔا ِدْٟ َِْ فْٛ ُ ذَأْذَٚ َۙ ًَ ە١ْ َِْ اٌغَّثُْٛ ذَ ْمطَؼَٚ َْ اٌ ِّش َجا َيْٛ ُ اَ ِىٕ َّ ُى ُْ ٌَرَأْذ
َٓ١ْ ِص ِذل ّٰ ب
ّ ٰ ٌّللاِ اِ ْْ ُو ْٕدَ َِِٓ ا ِ ا ا ْئرَِٕا تِ َؼ َزاٌُْٛل اَ ْْ لَا
ٰٓ َّ ِ ِِ ٖ ٰٓٗ اْٛ َاب ل
َ َٛ َج
10
Kementriaan Agama RI, al-Qur‟an al-Karim dan terjemahnya. 206
25
ْٰٓ َ ِض ْد٘ ُ ُْ ُدػ َۤا ِء٠ ُْ ٍَََاس ًَۙا فََّٙٔٚ ًًْل١ٌَ ْٟ ِِ ْٛ َخ ل
اِ َّْل فِ َشاسً اٞ ُ َْٛ َدػْٟ ِِّٔلَا َي َسبِّ ا
ُْ ٌََٚ َجٛ اٌ َّض ٰوَٝ ٰاذَٚ َجٍَّٰٛ اَلَا ََ اٌصَٚ اْل ِخ ِش ٰ ّ ٰ َ ْؼ ُّ ُش َِ ٰغ ِج َذ٠ أِ َّ َّا
ِ ّ ِّللاِ َِ ْٓ ٰا ََِٓ ت
ٰ ْ َِ ْٛ َ١ٌ ْاَٚ اّلل
ٰۤ ُ ٰٓ ّ ٰ ؼ اِ َّْل
َٓ٠ْ رَ ِذْٙ ُّ ٌا َِِٓ ْاْٛ ُ ْٔٛ َّ ُى٠ ْْ َه ا
َ ٌ ِىٚ اّٝللاَ ْۗفَ َؼ ٰغ َ َ ْخ٠
.
26
dari rombongan. Apabila ada jamaah yang tidak taat terhadap tata
tertib maka si amar akan membacakan kalimat subhanAllah, setelah
itu mereka akan mengintropeks diri masing-masing dengan tidak
melihat kesalahan pada orang lain, dan apabila masih ditemukan
ketidak tertiban juga maka amir akan memberikan peringatan atau
targhib dan akan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan Jaulah
atau kembali Ke Masjid.
Jaulah secara istilah diartikan dengan berkelilingnya seseorang ke
sebuah kampung oleh para Jamaah dalam rangka mengabdi pada
masyarakat. Para jamaag tablig mereka mendatangai para masyarakat
untuk menyampaika dakwah dan kewajian mereka, secara amalan
Jaulah terkenal menjadi dua yaitu amal secara intiqali dan sebagai
amal maqomi, Jaulah intiqaai adalah bentuk Jaulah yang dilaksanakan
berkeliling kampung di kampung yang bukan kampung sendiri yang
bagian Jama„ah Tabligh untuk mendatangi masyarakat dan
menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada mereka. Berdasarkan
bentuk amalnya, Jaulah bisa dilakukan sebagai amal intiqali dan bisa
pula sebagai amalan maqami. Jaulah intiqali adalah Jaulah yang
dilakukan oleh Jama„ah Tabligh, selagi keliling atau khuruj itu
dilakukan di tempat mukim orang lain bukan tempat mukim tempat
dia tinggal. Dan apabia keliling daam berdakwah itu dilakukan di
desanya sendiri atau ditemat mukimnya maka disebuat amalan Jaulah
Maqami. Cara pelaksanaan Jaulah ini bisa dilaksanakn denhan dua
cara yaitu dengan cara munfarid atau infirodi juga bisa dilakukan
secara Ijtima‟I atau jamaah, jailah infirodi adalah Jaulah yang
dilaksanakan secara personalatau sendiri atau pribadi, sedangkan
Jaulah ijtima‟I adalah Jaulah yang dilaksanakan dengan bersama sama
berjamaah yang terdiri dari dua orang atau lebih jaamh tabligh, karena
pelaksanaan Jaulah ijtimaai ini banyak anggota atau banyak jaamah
yang begabung maka akan ada pembagian tugas dalam pelaksanaan
Jaulah atau khuruj, sedangkan Jaulah yang dilaksanakan secara
infirodi atau peribadi ini bisa dilaksanakan secara fleksibel saja bisa
dilaksanakan dengan cara brsilaturahmi ke rumah rumah saudara atau
masyarakat kemudian perlahan lahan berbicara atau ngobrol tenang
dakwa agama. Berbagai teknis juga cara dan penamaan jaualah
beragama ssua dengan tugas dan fungsinya masing-masing, dalam
28
Jaulah juga ada yang disebut dengan Zumidar, zumidar disebut juga
dengan penanggung jawab bagi gerakan jamaah tabligh, pada
tingkatan tertentu, zumidar ini bertangumg jawab pada gerakan Jaulah
pada tingkatan haqah halqah adalah satuan markas masjid atau
wilayah yang sudah ditentukan untuk menjalankan aksi dakwah para
Jaulah. Jumlah zumidar ini tidak terbatas bisa satu atau lebih
tergantung dari luasnya tempat dakwah tau medan dakwah para
Jaulah.
11
Mayan Muhammad Aslam al-Fakistany, Jama‟ah al-Tabligh:
Aqidatuha wa
AfkaruMasya‟tuha, (Madinah, 1397 H)
30
12
Budimansyah, Gerakan Islam Ja‟maah Tabligh Dalam Tinjauan
Maqasid Al-Din,
Jurnal Al“Adalah, Vol. X, No. 3, Januari 2012, 263
13
An-Nadhir M. Ishaq Shihab, Khuruj Fi Sabilillah, 42.
14
An-Nadhir M. Ishaq Shihab, Khuruj Fi Sabilillah. 16.
31
15
An-Nadhir M. Ishaq Shihab, Khuruj Fi Sabilillah, 20.
16
An-Nadhir M. Ishaq Shihab, Khuruj Fi Sabilillah, 25.
32
17
An-Nadhir M. Ishaq Shihab, Khuruj Fi Sabilillah, 43.
33
18
An-Nadhir M. Ishaq Shihab, Khuruj Fi Sabilillah, 117.
19
Ibid, 118.
34
20
Syeikh Maulana Muhammad Sa‟ad al-Kandahlawi, Muntakhab Ahadits,
(Yogyakarta: Penerbit Pustaka Ash-Shaff, 2007) 617
21
An-Nadhir M. Ishaq Shihb, Khuruj Fi Sabilillah, h. 118.
35
berdakwah dan para jamaah tabligh meyakini jika ke Enam sifat itu
dpelajari diamalkan arti dan maksudnya kemudian diamalkan maka
kita telah menjalankan syariat Islam secara sempurna.
Keenam prinsip tersebut adalah :
1. Meyakini dengan sepenuh hati kalimat Tayyibah Tauhid (La
Ilaha IllAllah Muhammad al-Rasulullah)
ٰ ّ ٰ َّْ ِا
ْۢ ض ٍٰ ًًل ِ ّ ُّ ْؾ ِش ْن ِت٠ ْٓ َِ َٚ ْۗ َّؾ َۤا ُء٠ ْٓ َّ ٌِ ه
َ اّلل فَمَ ْذ
َ ًَّ ض َ ٌِْ َْ ٰرَٚ ْغفِ ُش َِا ُد٠َٚ ٖٗ ن ِت
َ ُّ ْؾ َش٠ ْْ ََ ْغفِ ُش ا٠ ّللاَ َْل
ذًا١ْ تَ ِؼ
22
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali
Rah.a,Fadhilah amal, (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2006), 782.
36
23
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali, 480-481.
24
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali 363-364
25
Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi, Mudzakarah Enam Sifat
Para Sahabat dan Amalan Nurani (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2006), 5.
37
26
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali, 6.
27
Dikutip dari https://tafsir.com/hadits/tirmidzi/2602
28
An-Nadhir M. Ishaq Shihab, Khuruj Fi Sabilillah (Bandung: Pustaka
Ramadhan, 2007), 90.
29
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam
Ibadah dan Tasawuf (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), 11.
38
ُْ ِٙ ِّْ ا َستُُٛ ُْ ُِّ ٍٰمََّْٙٔ َْ إَُُّٛظ٠ َْٓ٠ ََْۙٓ اٌَّ ِز١ ا ٌْ ٰخ ِؾ ِؼٍَٝ َشجٌ ِا َّْل َػ١ْ َِا ٌَ َىثَِّٙٔاَٚ ْۗ ِجٍَّٰٛ اٌصَٚ صث ِْش
َّ ٌْ ا تِإُٛ١ْ ا ْعر َِؼَٚ
ࣖ َْ ُْٛ ِٗ ٰس ِجؼ١ْ ٌَُ ُْ ِاََّٙٔاَٚ
30
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali
Rah.a,Fadhilah amal, (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2006), 301
31
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam
Ibadah dan Tasawuf, h. 12.
39
32
Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi, Mudzakarah Enam Sifat
Para Sahabat dan Amalan Nurani (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2006), 8.
40
3. Ikhramul Muslimin
Ikhramul Muslimin artinya adalah memenuhi hak atau
menghormati hak antar Umat muslim, dengan tidak mengharapkan
imbalan apapun, dan apapun yang kita lakukan dan kita inginkan
harus terwujud dengan dasar akhlaq yang baik, atau tata cara juga
etika yang baik terhadapa sesama mausia atau semasam amakhluq
ciptaan Allah SWT.34
Jammah tabligh menambil teori Ikhramul Muslimin berdsarkan paa
salah satu ayat al-Quran (QS. Al-Hujurat : 10)
ّ ٰ اُٛاذَّمَٚ ُْ ُى٠ْ َٛ َْٓ اَ َخ١َْ ا تُٛجٌ فَاَصْ ٍِذَٛ ْ َْ اِ ْخُِِٕٛ أَِّ َّا ا ٌْ ُّ ْإ
ࣖ َْ ُّْٛ ّللاَ ٌَ َؼٍَّ ُى ُْ ذُشْ َد
33
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali
Rah.a,Fadhilah amal, (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2006), 302.
34
An Nadhr M. Ishaq Shahab, Khuruj Fi Sabilillah, 108.
41
35
Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi, Mudzakarah Enam Sifat
Para Sahabat dan Amalan Nurani (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2006), 23.
42
ّٰ خ
ْ اٚ ًَ ا ْٔ ُؾ ُض١ْ ِاِ َرا لَٚ ُْ ۚ ّللاُ ٌَ ُى ِ َ ْف َغ٠ ْ اُٛظ فَا ْف َغذ ِ ٍِ ا ٌْ َّ ٰجِْٝ ا فُٛ ًَْ ٌَ ُى ُْ ذَفَ َّغذ١ِا اِ َرا لْٰٛٓ َُِٕ َْٓ ٰا٠َا اٌَّ ِزُّٙ٠َٰٓا٠ٰ
ٰ
ّ َٚ د
ٌش١ْ ْ َْ َخ ِثٍَُّٛ ّللاُ ِت َّا ذَ ْؼ ّ ٰ َشْ فَ ِغ٠ ْ اٚفَا ْٔ ُؾ ُض
ٍ ْۗ ا ا ٌْ ِؼ ٍْ َُ َد َس ٰجُْٛ ذَُْٚٓ ا٠اٌَّ ِزَٚ ُْ َۙ ْ ا ِِ ْٕ ُىَُِٕٛ َْٓ ٰا٠ّللاُ اٌَّ ِز
36
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali
Rah.a,Fadhilah amal, (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2006), 365-366
37
An Nadhr M. Ishaq Shahab, Khuruj Fi Sabilillah, 100.
43
38
Furqan Ahmad Ansari, Pedoman Bertabligh (Malaysia:Dewan Pakistan
1995), 19.
39
Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi, Mudzakarah Enam Sifat
Para Sahabat dan Amalan Nurani (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2006), 19.
44
40
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali
Rah.a,Fadhilah amal, (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2006), 394-395.
45
41
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali,396-397.
46
42
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali, 342.
47
ّ ٰ ٌا اٍُِّٛ َػَٚ اْٛ َُِٕ َْٓ ٰا٠ْش اِ َّْل اٌَّ ِز
ِ صٍِ ٰذ
َ اَٛ َذَٚ د
اْٛ ص ٍ َۙ ُخغْٟ ِاْ ٌَف ِ ْ َّْ ِ ْاٌ َؼصْ َۙ ِش اَٚ
َ اْل ْٔ َغ
َّ ٌا ِتاْٛ ص
صث ِْش َ اَٛ َذَٚ َۙك ە ِّ ِت ْاٌ َذ
Artinya
1. Demi masa,
2. sungguh, manusia berada dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan
serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati
untuk kesabaran.
43
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali,769-770
44
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali, 367
48
Dari hadis diaatas dapat kita petik sedkit hikmah bahwa amal
ma‟ruf nahi mungkir sudah tidak lagi dijalankan atau dilaksanakan
maka akan banyak musibah yang akan menimpa, dari mulai
kesusahan kehinaan, juga jauhnya pertplongan dari Allah SWT dalam
kehidupan merka.
Amar ma‟ruf bahi mungkar ini bisa ditnggalkan Oleh sebab
kurang faham dan ketidak tahuannya manusia terhadapkewajibanya
sebagai manusia untuk menjalanakan amal ma‟ruf nahi mungkar,
yang menjadi kewajiban semua umatt baginda Nabi Muhammad saw,
juga adanya kelalalin, dari seorang manusia terhadap ajaran Agama,
Baginda Nabi Saw telah menjadikan wujudnya amar ma‟ruf nahi
munkar sebagai suatu perkara yang senantiasa berkaitan dan tidak
bisa dipisahkan dari wujud dan kekuatan iman kita. Sedangkan
meninggalkannya menunjukkan lemahnya iman. 45
6. Tashihunniyyah (Ikhlas)
Tashihunniyyah adalah sikap memperbaiki, mensucikan niat,
meluruskan dan tawadhu. Ikhlas ialah tidak mau menampakkan suatu
amal kepada manusia, tidak suka dengan pujian dari makhluk, dan
terus tawadhu. Tujuannya lillahitaali atau semata mata mati hidup
amal dan segalanya hanya ditujukan Untk Allah Semata. Karena
45
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali, 770-771
49
sikap ihlas dalam amal perbuatan yang kita kerjakan akan mendapat
kelebihan dan keutamaan dimata Allah meski amal tersebut hanya
sebutir debu, dan sebliknya sebanyak apapun amal yang kita kerjakan
bila dilakukan tanpa ke ihlasan maka tak ada nila sedikitpun.46
Ayat al-Qur‟an yang menceritakan, betapa besarnya keuntungan dari
Tashih al-Niyyah ialah;
Artinya : Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan
izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.
Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan
kepadanya pahala (dunia) itu, dan barangsiapa menghendaki pahala
akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu, dan
Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur.(Qs. Ali „imran [3] : 145)
46
An Nadhr M. Ishaq Shahab, Khuruj Fi Sabilillah, 112
47
Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi, Mudzakarah Enam Sifat
Para Sahabat dan Amalan Nurani (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2006), 25
50
yang akan di ajak untuk berdakwah, Selain itu juga, apabila kita
berda‟wah dengan cara mendatangi tiap-tiap rumah tentu akan sangat
jauh berbeda dan pastinya begitu banyak manfaatnya yang dapat kita
raih. Begitu banyak sekali warga yang sadar sehingga mereka mau
bertaubat dan berubah, ini semua karena berda‟wah dengan cara
mengunjungi tiap rumah tapi sekali lagi hidayah hanya Allah yang
dapat memberi.
Terkait Mana-mana saja ayat yang menjadi dalil berda‟wah
dengan Jaulah. Beliau mengatakan „„.. Ayat-ayat yang bisa kita rujuk
untuk Jaulah sendiri yaitu antara lain Q.S. An-Nahl [16] : 90 dan Q.S.
As-Syura [42] : 214..” metode keliling atau khuruj ini adalah metode
yang sudah di ajarkan Nabi Muhammad SAW Juga para sahabtanya
yang berjuang tanpa pantang menyerah menyebarkan ajaran agama
Islam hingga titik darah penghabisan, hingga di kisahkan saat Nabi
akan berda‟wah mereka di cemooh, diusir, di lempari batu, dipukul
sampai gigi Rasulullah Saw berdarah dan sebagainya. Apalagi di
zaman sekarang ini, semua serba modern, dalam berda‟wah bisa
lewat media sosial, tetapi tetap saja dalam berdakwah yang efektif
adalah metode yang di gunakan para jamah tabligh, dimana dengan
metode ini kita bisa merasakan bagaimana perjuangan Nabi Dulu saat
menyebarkan ajaran agama Islam, tentun saja cara cara yng klasik
seperti ini memeliki keberkahan tersendiri, karena akan merasakan
betapa tidak susahnya mengajak orang lain untuk mengajarkan
kebaikan.
Jamah tabligh tentunya memiliki landasan juga teori dalam
melaksanakan setiap gerakan dan aksi mereka, seperti halnya saat
mereka khuruj dan berJaulah, semua itu dilakukan berlandaskan pada
dalil ayat suci Al-Quran, surat As-Shaff ayat 90, dan Q.S. As-Syuara
ayat 214, dmana dalam ayat tersebut terdapat anjuran anjuran
berdakwah yang dilakukan dengan cara berkelilig dari satu tempat ke
tempat yang lain, hal ini jugayang sering dilakukan oleh Nabi juga
para sahabatnya, hingga siapapaun yang menjalankan dakwah seperti
ini maka sama saja dengan menjalankan dan menjaga sunnah
Rosulullah SAW.
Dalil diatas usdah cukup memberikan perintah juga
pencerahan kepada kita bahwa dakwah atau menyampaikan Risalah
52
Artinya : Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa
yang kamu lahirkan. ( Q.S. Al-Nahl [16] : 19 ).
48
Menurut Hamka sendiri, di setiap Juz tafsirnya itu terdapat keterangan
tempat penulisannya. Tetapi ternyata tidak semua keterangan tempat penulisan tafsir
tersebut tercantum pada tafsir itu. Juz 1,2,3,5,6,7,8,9,10,11,12,26 dan 30 tidak
terdapat cacatan tempat penulisannya. Sedangkan juz 4,13,14,15,16,17 dan 19 ditulis
di Rumah Sakit Persahabatan Rawamangun. Sedangkan Juz 20 ditulis di rumah
tahanan Sukabumi, Tafsir juz 21,22,23,24 dan sebagian juz 25, 27,28 dan 29 ditulis di
asrama Brimop Megamendung.
54
49
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), Juz I, h. 44.
50
Ibid Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz I, h. 4.
51
Ibid, Yunan Yusuf, Corak Pemikiran, h. 55.
55
52
Rikza Chamami dalam Studi Islam Kontemporer (Pustaka Rizki Putra:
Semarang, 2002), h. 113. (Ia mengutip dari Mohammad Nor Ichwan, Tafsir „Ilmy:
Memahami al-Qur‟an Melalui Pendekatan Sains Modern (Menara kudus Jogjakarta:
Yogyakarta, 2004).
53
Hamka, Tafsir al-Azhar (pembimbing Masa: Jakarta, 1970) dalam kata
pengantar, VII.
54
Ibid., h. 44, Juz I.
56
55
Yayasan Pesantren Islam al-Azhar, Mengenang 100 Tahun Hamka
(Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, 2008), h. 36.
57
56
Metode tahlīli adalah suatu metode tafsir yang mufasirnya berusaha
menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur‟an dari berbagai seginya dengan
memperhatikan runtutan ayat-ayat al-Qur‟an sebagaimana tercantum di dalam
mushaf. Lihat: M. Quraish Shihab, h. 172
58
Hamka, Tafsir al-Azhar (pembimbing Masa: Jakarta, 1970), h. 36
58
59
Ibid h. 37.
60
Dalam kamus bahasa Indonesia kata corak mempunyai beberapa makna.
Di antaranya Corak berarti bunga atau gambar (ada yang berwarna -warna ) pada
kain( tenunan, anyaman dsb), Juga bermakna berjenis jenis warna pada warna dasar,
juga berarti sifat( faham, macam, bentuk) tertentu. Kata corak dalam literatur sejarah
tafsir, biasanya digunakan sebagai terjemahan dari kata al-laun, bahasa Arab yang
berarti warana. Istilah ini pula di gunakan Azzahaby dalam kitabnya At-Tafsir Wa-al-
Mufassirun.Berikut potongan ulasan beliau (ث٠ ٘زا اٌؼصش اٌذذٝش ف١اْ اٌرفغٌٛػٓ أٚ….)
(Tentang corak-corak penafsiran di abad modern ini). Lihat Tim Penyusun Kamus
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. III; Jakarta: Balai Pustaka,
2005), h-220, az-Zahabi, “At-Tafsir wa-Al-Mufassirun”. (Cet VII; Cairo: Maktabah
Wahbah, 1421 H-2000 M), Jilid I, h. 8
61
Menurut al-Dzahabi, bahwa corak penafsiran al-Adabi al Ijtima‟I –
terlepas dari kekurangannya – berusaha mengemukakan segi keindahan (balaghoh)
bahasa dan kemu‟jizatan al-Qur‟an, menjelaskan ma‟na-ma‟na dan ssaran-sasaran
yang dituju oleh al-qur‟an, mengungkapkan hokum-hukum alam yang agung dan
tatanan kemasyarakatan yang dikandungnya membantu memecahkan segala problem
yang dialami umat islam khususunya dan umat islam umumnya melalui petunjuk dan
ajaran al-Qur‟an yang karnannya dapat diperoleh kbaikan dunia dan akherat, serta
berusaha mempertemukan antara al-Qur‟an dengan teori-teori ilmiah yang benar. Di
59
dalamnya juga berusha menjelaskan kepada umat manusia bahwa al-Qur‟an itu adalah
kitab suci yang kekal, yang mampu bertahan sepanjang perkembangan zaman dan
kebudayaan manusia sampai akhir masa, juga berusaha melenyapkan kebohongan dan
keraguan yang dilontarkan terhadap al-Qur‟an dengan argumen yang kuat yang
mampu menangkis segala kebathilan, sehingga jelas bagi mereka bahwa al-Qur‟an itu
benar.
62
Muhammad Rasyid Ridha memiliki nama lengkap Sayyid Muhammad Rasyid
Ridha ibn „Ali Rida ibn Muhammad Syamsuddin ibn al-Sayyid Baha‟uddin ibn al-
Sayyid Manlan „Ali Khifah al-Bagdadi. Ia dilahirkan pada hari rabu, tanggal 27
Jumadi al-Ula 1282 H atau 18 Oktober 1865 M di Qalamun, Libanon
63
Nama lengkapnya adalah Muhammad Abduh bin Hasan Khoirillah, lahir pada
tahun 1266 H/1849 M dan wafat pada tahun 1323 H /1905 M berasal dari desa
Mahlah Nashr provinsi al-Buhairah Mesir. Beliau merupakan seorang ulama besar di
al-Azhar, pernah menjabat sebagai Mufti di Mesir, serta menjadi murid dari tokoh
yang masyhur, Jamaluddin al-Afghani.
60
64
Op.cit, Ahmad Damami h. 180.
65
Ali Gufron, Suroh/Amir Halaqah Pakkatto, Gowa, 21 januari 2017.
61
Allah Swt akan menggantinya dengan yang lebih baik dan Allah Swt
akan turunkan hidayah kepada siapa saja yang berjihad dijalan Allah.66
Dengan pernyataan ayat diatas, tidak dapat di ungkiri lagi,
bahwasannya jihad yang diperintahkan Allah Swt. Pada saat priode
Mekkah tidak lain hanya untuk memperluas penyebaran agama yang
dibawa oleh baginda kita Rasulullah Saw dan para sahabat yang perlu
dibekali dengan ghirah yang sampai tidak bisa dibendung lagi dalam
menjalankan perintah yaitu jihad fi sabilillah. Secara keagamaan,
Islam sangat memahami pentingnya dalam berjihad dijalan Allah.
Setiap muslim harus meyakini bahwa jika sudah ada sebagian untuk
menyeru dalam berjihad maka kita sebagai umat Islam harus Sami‟na
Wa Ato‟na. Orang yang berjihad dijalan Allah akan mendapat balasan
pahala dari Allah Swt. Dalam al-Qur‟an sangat jelas bahwa barang
siapa yang berjihad karena Allah, maka Allah Swt berjanji terhadap
hamba-hambanya akan memberikan pahala yang begitu besar, dan
akan diampuni dosa-dosanya, bahkan di jamin masuk surga bagi orang
yang mau melakukannya dijalan Allah. 67
Adapun beberapa ayat-ayat yang menjadi hukum da‟wah jama„ah
tabligh, antara lain:
1. Dalil Dan ayat tentang Khuruj 40 Hari
ِٗ ١ ِِلَ ِخٰٝ َعُِٛ لَا َيَٚ ۙۚ ًٍَح١ْ ٌَ َٓ١د َستِِّۦٰٓٗ أَسْ تَ ِؼُ َ ٰم١ِِ َُّ ََا تِ َؼ ْؾ ٍش فَرَٰٕٙ ّْ َّ أَ ْذَٚ ًٍَح١ْ ٌَ َٓ١ِٰ ثَ ٍَٰثٝ َعُِٛ َػ ْذَٔاَٚ ٰ َٚ
َٓ٠ ًَ ٱ ٌْ ُّ ْف ِغ ِذ١ َْل ذَرَّ ِث ْغ َع ِثَٚ ْأَصْ ٍِخَٚ ِِٝ َْٛ لٝ ِفِٕٝ ٱخٍُ ْف ْ ََُْٰٚ٘ش
66
Ali Gufron, Suroh/Amir Halaqah Pakkatto, Gowa, 21 januari 2017.
67
Rohimin, Jihad Makna dan Hikmah, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2016),
92.
62
68
Hamka, Tafsir al-Azhar (pembimbing Masa: Jakarta, 1970), h. 36
69
Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny, Kupas Tuntas Jamaah tablig,(
Cirebon: Pustaka Nabawi, 2012), vol. 3, 147.
70
Didi Junaedi, Memahami Teks, Melahirkan Konteks: Menelisiki
Interpretasi Ideologis Jamaah Tabligh, 13.
63
mengajak para kaum muslim lainya untuk ikut dalam ritual ibadah
para Jaulah, salah satunya mendengarkan taklim atau kajian yang di
adakan oleh oara Jaulah dimasjid musola yang menjadi markas
mereka.
al-Quran, diantarnya yaitu tentang kisah Nabi Musa yang pergi selama
40 hari ke gunung tur untuk mendapatkan taurat. Kisah ini diabadikan
Allah dalam QS. al-Aʻrāf [7]: 147. Bilangan 40 juga sering di pakai
masyarakat setempat sebagai jumlah hari yang harus dilewati dalam
masa pencapayan suatu hal..
Di dalam ayat ini, kedua sifat ini disebutkan oleh Allah berada
di dalam diri Muhammad SAW.“Maka jika sekiranya mereka
berpaling, maka katakanlah cukuplah bagiku Allah.” Dari penggalan
ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada Nabi
Muhammad bahwa jangan terlalu membeban diri sendiri atas sikap
dari kaum-kaumnya yang tidak menerima segala perjuangannya.
Dalam penggalan ayat tersebut Allah nengatakan kepada Muhammad
bahwa hanya Allah yang selalu menerimamu, yang selalu
menyayangimu, dan hanya Allah yang melindungimu.“Tidak ada
tuhan melainkan Dia”. Aku tidaklah menyembah tuhan selain Allah
dan aku tidak pernah mengharapkan apapun dari yang lain selain
Allah. Karena yang aku harapkan hanyalah ridho Allah. Aku tidak
pernah takut kepada siapapun, sebab tempatku takut hanyalah kepada
Allah.
65
“Dan Dia adalah yang empunya „Arsy yang besar”. „Arsy yang besar
berarti bahwa hanya Allah lah yang menguasai segala-segalanya, yang
mengatur, serta mengendalikan seluruh alam semesta ini.
Intisari dari kandungan surat ini adalah menerangkan
peristiharaan dari Allah dan Rasul-Nya untuk kaum Arab dan
ditegaskan bahwa mereka telah melanggar perjanjian antara mereka
dengan Rasulullah. Maka perjanjian itu dibatalkan oleh Allah dan
Rasul-Nya dan kaum arab diberikan waktu 4 bulan untuk menerima
Islam. Jikalau mereka semua tidak menerima Islam maka mereka
semua akan dimusnahkan. Surah ini juga menandakan rahasia kaum
munafik yang hanya berpura-pura Islam di mulutnya saja, sedangkan
hati mereka tetap menjadi kafir. Oleh karena itu awalan surah ini tidak
disertai dengan bacaan basmalah. Kontekstualisasi di masa sekarang
ini sangat banyak dari berbagai kala
Menurut para ulama jama„ah tabligh ayat ke 129. Adalah
tentang kisah Rosulullah dimana pada saat itu bayak yang menolak
ajakan rosul untuk iman kepada Allah maka sesungguhnya “ hanyalah
Allah yang sah menjadi penolong, karena hanya Allah saja lah Tuhan
maha pencipta juga maha kuasa, yang memiliki Arsy yang menguasai
segala urusan urusan manusia, dan tidaklah dianjurkan untuk
membandingkan atau menganggap sama denan sesuatu yang lazim,
sebagian ulama menfasirkan bahwa wa dialah pemilik semua kerajaan
dan ketetapan yang memberi ketentuan yang mengatur semua
perkara.
mengajak manusia ke jalan yang benar yaitu kepada agama Allah Swt,
sesuai dengan kemampuan masing-masing, misalnya: bisa berda‟wah
dengan lisan silahkan tetapi berda‟wahlah yang baik jangan mudah
memvonis. Orang yang kaya bisa berda‟wah dengan hartanya yang
bisa disedekahkan untuk membantu pembangunan masjid itupun
termasuk da‟wah.
Yang punya tenaga, silahkan digunakan untuk berda‟wah, untuk
membantu orang lain, seperti kerja bakti, kegiatan yang ada
dipengajian maupun keagamaan, karena itu termasuk da‟wah. Para
pembalap motor juga bisa berda‟wah, dengan cara membawa para
ustad ke pengajian, supaya tidak telat ceramahnya, pada intinya, setiap
muslim yang mengajak kepada amalan-amalan zhahir maupun
amalan-amalan batin sebagaimana para pakar tasawuf yang menyeru
umat Islam untuk mengenal kebesaran Allah Swt.72
ِْ َْٚ ْؼثُ ُذ١ٌِ ظ اِ َّْل ِ ْ َٚ َّٓ د ا ٌْ ِج
َ ْٔ اْل ُ َِا َخٍَ ْمَٚ
Dalam ayat diatas, makna dari ِ“ اِ اَّل ِليَ ْعبُدُ ْو ِنBeribadah kepadaku yaitu
“menentukan aku.”
72
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali Raa, Kitab
Fadhilah „amal ( Yogyakarta: Ash-Shaff, 2006), ,, 342.
67
َْٓ١ ا ٌْ ٰخ ِؾ ِؼٍَٝ َشجٌ اِ َّْل َػ١ْ َِا ٌَ َىثَِّٙٔاَٚ ْۗ ِجٍَّٰٛ اٌصَٚ صث ِْش
َّ ٌْ ا تِإُٛ١ْ ا ْعر َِؼَٚ
73
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali,.344.
68
َ ْۗ َصات
َّْ ِه ا ِ ُْٚ ْأ ُِشْ تِ ْاٌ َّ ْؼشَٚ َجٍَّٰٛ اَلِ ُِ اٌصٟ
َ َ َِآٰ اٍَٰٝ اصْ ثِشْ ػَٚ ا َْٔٗ ػ َِٓ ْاٌ ُّ ْٕ َى ِشَٚ ف َّ َُٕث٠ٰ
ِسْٛ ُِ ُ ه ِِ ْٓ ػ َْض َِ ْاْل َ ٌِٰر
74
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali Raa, Kitab
Fadhilah Sedekah, (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2006), 346.
69
75
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali. 343.
76
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), Juz I, h. 44.
70
77
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali. 11
71
78
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali Raa, Kitab
Fadhilah „amal ( Yogyakarta: Ash-Shaff, 2006),.346-347.
72
hanya karena Allah bukan karena suatu apapun atau ingin dipuji atau
dipandang baik oleh orang lain. hanya ketenaran. Jika kita
menjalankan da‟wah dengan kita niatkan karena Allah Swt. in shaa
Allah kita menjadi pribadi yang bersifat hormat atau menghormati
sesama muslim (Ihtiram)dan juga bersifat memuliakan dengan
menyampaikan Hak terhadap sesama Muslim tanpa mengharapkan
balasan atau apapun yang bentuknya timbal balik (Ikram)
persaudaraan sesama muslim pun semakin erat tanpa memiliki rasa
kebencian karena perbedaan atau golongan (Furu‟iyyah)
c. Wudhuhul Minhaj (sistem yang jelas)
Prinsip adalah hal yang harus dimiliki juga seseorang akan
menjalankan tugasnya berdakwah, ada dua prinsip yang harus
diketahui yaitu prinsip atau keyakinan dari dalam lubuk hati („Ala
Bashirah) ada juga prinsip yang disebut yang hanya melihat dari
pandangan mata lahir saja (ala Bashar), dua prinsip diatas bisa
menjadi sebuah pertimbangan atas dasar apa kita beramal dan
berdakwah, yang bertujuan jalanya dakwh yang kita kerjakan
mengasilkan hasil yang optimal, agar nantinya kita tidak terlalu
tergesa-gesa atau terlalu santai yang nantinya akan mengakibatkan
da‟wah ini akan terlempar jauh.
d. Wujudul qiyadah (adanya koordinasi)
Dalam setiap wadah atau kumpulan harus memiliki sistem
kepemimpinan, dan setiap kelompok akan tercipta sinergi yang baik
jika ada kordinasi yang baik, maka rasa tanggung jawab memiliki
peran penting dalam hal ini, tangung jawab ini harus dimilki oleh
semua jamaah juga pemimpin. Pemerintah bertanggung jawab
terhadap rakyatnya, dan keluarganya. Seorang suami bertanggung
jawab kepada istri dan anak-anaknya. Dan setiap makhluk sosial pasti
akan dimintai pertanggung jawaban kelak dihadapan Allah Swt.
Da‟wah IlaAllah harus dilakukan dengan cara apa yang telah
Rasulullah Saw contohkan kepada umatnya. Jangan hanya
mengandalkan ego maupun nafsu saja, merasa diri pintar sampai-
sampai menolak ayat-ayat Allah Swt dan Sunnah-sunnah Rasulullah
Saw. Begitu banyak dizaman sekarang ini niatnya da‟wah tetapi
menentang sunnah Rasulullah Saw bahkan perbuatan maksiat
dianggap sebagian orang da‟wah, hal seperti ini yang menyebabkan
73
79
An-Nadhir M. Ishaq Shihab, Khuruj Fi Sabilillah, 19.
80
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali Raa, Kitab
Fadhilah „amal ( Yogyakarta: Ash-Shaff, 2006), 777.
74
ْٓ ِِ َْٓ٠ض َو َّا ا ْعر َْخٍَفَ اٌَّ ِز ِ ْ ْاْلَسُٝ ُْ ِفََّٕٙ ْغر َْخ ٍِ َف١ٌَ د ِ ص ٍِ ٰذ ّ ٰ ٌا اٍُِّٛ َػَٚ ُْ ْ ا ِِ ْٕ ُىَُِٕٛ َْٓ ٰا٠ّللاُ اٌَّ ِز ّ ٰ َػ َذَٚ
َْ ُْٛ ْؾ ِش ُو٠ َْلْٟ َِٕٔ َْٚ ْؼثُ ُذ٠ ُْ اَ ًِْٕ ْۗاِٙ ِْ فُٛ ُْ ِِّ ْۢ ْٓ تَ ْؼ ِذ َخٌََُّٕٙثَ ِّذ١ٌََٚ ُْ ٌَُٙ َٝض ٰ اسْ ذُٜ ُُ اٌَّ ِزَٕٙ٠ْ ُ ُْ ِدٌَٙ ََّٓ ُٕ َّ ِّى١ٌََٚ ُْ ۖ ِٙ ٍِلَ ْث
ٰۤ ُ
َْ ُْٛه ُ٘ ُُ ْاٌ ٰف ِغم
َ ٌ ِىٚ َ ٌِ َِ ْٓ َوفَ َش تَ ْؼ َذ ٰرَٚ ْـ ًْۗا١ َؽْٟ ِت
ه فَا
ٌ ِذ َجا َسجَٚ ْ َ٘اُّٛ ُا ُي ِا ْلرَ َش ْفرَٛ ِْ َاَٚ ُْ َشذُ ُى١ْ ػ َِؾَٚ ُْ ا ُج ُىَٚ اَ ْصَٚ ُْ أُ ُىَٛ ِا ْخَٚ ُْ اَ ْتٕ َۤا ُؤ ُوَٚ ُْ لًُْ ِا ْْ َواَْ ٰاتَ ۤا ُؤ ُو
ّْٝ ا َد ٰرٍُِٛ ٖٗ فَرَ َشتَّص١ْ ِ َعثْٟ َِا ٍد فٙ ِجَٚ ٖٗ ٌِ ُْٛ َسعَٚ ِّللا ّ ٰ َِِّٓ ُْ ُى١ْ ٌََِآٰ اَ َدةَّ اَٙٔ ْٛض َ ْ َِ ٰغ ِىُٓ ذَشَٚ ْ َْ َو َغا َدَ٘اٛذ َْخ َؾ
ٰ ْ َ ْ
َْٓ١ْ ََ اٌف ِغ ِمٛ اٌمْٜ ِذَٙ٠ ّللاُ َْل ّ ٰ َٚ ْٖۗ ٖ ّللاُ تِا َ ِْ ِش
ّ ٰ َٟ َِأْذ٠
81
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali, 788-789.
75
ٰۤ ُ ّ ٰ ٰ
ُُ ُ٘ ه
َ ٌ ِىٚ اَٚ ْۗ ّللا ِ ّ ًِْ ١ِ َعثْٟ ِْ ا فٚ َجاَ٘ ُذَٚ ْ اَُٚ٘ا َجشَٚ ْ إَُِٛ َْٓ ٰا٠اٌََّ ِز
ِ َۙ ُْ اَ ْػظَ ُُ َد َس َجح ً ِػ ْٕ َذِٙ اَ ْٔفُ ِغَٚ ُْ ِٙ ٌِاَٛ ِْ َ ّللا تِا
ّٰللا ٰ
َ ّ َّْ َآٰ اَتَذًا ْۗ ِاٙ١ْ َْٓ ِف٠ َۙ ٌُ ٰخ ٍِ ِذ١ْ ٌُ ُِّ ِم١ْ َا ٔ َِؼٙ١ْ ُ ُْ ِفٌَّٙ د ٍ َٛ ْ ِسضَٚ ُْٕٗ ِِّ ُ ُْ ِت َشدْ َّ ٍحُُّٙثَ ِّؾ ُشُ٘ ُْ َست٠ َْ ْٚا ٌْفَ ۤا ِى ُض
ٍ ّٕ َجَّٚ ْا
ِ ِػ ْٕذ ٗ َٰٖٓ اَجْ ٌش ػ
ٌُ ١ْ َظ
82
Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny, Kupas Tuntas Jama„ah Tabligh,
(Pustaka Nabawi, 2010), 56.
76
Jika kita memiliki iman didalam hati dan amal sholeh serta
berjihad dijalan Allah, Allah Swt telah berjanji kepada hamba-
hambanya, bahwa akan memberikan kemenangan yang besar dan
hidupnya tenang dan didalam hidupnya tidak ada rasa takut sedikitpun
kepada makhluk. Janji ini diberikan kepada hamba yang berani
mengatakan yang benar dan yang salah, dan kepada pemimpin yang
adil.83
ّ ٰ َّْ ُِ َجا ِ٘ ُذ ٌَِٕ ْف ِغ ٖٗ ْۗا٠ َِ ْٓ َجا٘ َ َذ فَأَِّ َّاَٚ
َْٓ١ِّ ٍَ ػ َِٓ ا ٌْ ٰؼٌّٟ ِّٕللاَ ٌَ َغ
83
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali Raa, Kitab
Fadhilah Sedekah, (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2006),, 789
84
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali, 777.
77
ّ ٰ َّْ ِاَٚ ُ ُْ ُعثٍَُٕ َْۗإََّٙ٠ ِذْٙ ٌََٕ َٕا١ْ ِْ ا فَْٚٓ َجاَ٘ ُذ٠اٌَّ ِزَٚ
َْٓ١ِّٕللاَ ٌَ َّ َغ ا ٌْ ُّذْ ِغ
85
Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny, Kupas Tuntas Jama„ah Tablig, 96.
78
ٰۤ ُ
ُُ ُ٘ ه
َ ٌ ِىٚ ِ ُْْٚ َْ تِا ٌْ َّ ْؼشَُٚأْ ُِش٠َٚ ِْش١ ا ٌْ َخٌَِْٝ َْ اَّٛ ْذ ُػ٠ ٌ ٌْرَ ُى ْٓ ِِّ ْٕ ُى ُْ اُ َِّحَٚ
اَٚ ْۗ ْ َْ ػ َِٓ ا ٌْ ُّ ْٕ َى ِشَْٕٛٙ َ٠َٚ ف
َْ ُْٛا ٌْ ُّ ْفٍِذ
86
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali Raa, Kitab
Fadhilah Sedekah, (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2006),, 343.
79
َْ َػ ِٓ ْاٌ ُّ ْٕ َى ِشْٛ َْٕٙ َذَٚ ف ِ ُْٚ َْ تِ ْاٌ َّ ْؼشُْٚ اط ذَأْ ُِش
ِ ٌٍَِّٕ د ْ َش اُ َِّ ٍح اُ ْخ ِش َج١ْ ُو ْٕرُ ُْ َخ
َْْٛ ُِِٕ ُ ُُ اٌْ ُّ ْإْٕٙ ِِ ْۗ ُْ ٌَُّٙ شًا١ْ ة ٌَ َىاَْ َخ ّ ٰ َِْ تْٛ ُِِٕ ذُ ْإَٚ
ِ ٰا ََِٓ اَ ْ٘ ًُ اٌْ ِى ٰرْٛ ٌََٚ ْۗ ِاّلل
َْْٛ ُاَ ْوثَ ُشُ٘ ُُ ْاٌ ٰف ِغمَٚ
Artinya : Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang
makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan
mereka adalah orang-orang fasik. (Q.S. Ali-imran : 110).
87
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali, 342.
88
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali, 345.
80
89
Syaikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahwali, 346.
DAFTAR PUSTAKA
Madkholi, Robi’ bin Hadi al- Fatwa Ulama Seputar Jama‘ah Tabligh
Yogyakarta: Al-Khaura, 2002