Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Saepul Anwar
1111051000062
Saepul Anwar
K. H. Yahya Zainul Ma’arif seorang mubaligh yang terbilang sukses dan beliaupun
seorang yang dapat dijadikan figur dengan uswatun hasanah yang beliau miliki. Mulai dari
kesederhanaan beliau dalam berdakwah serta kelembutan tutur katanya. Dengan waktu yang
singkat beliau bisa membuka dan berdakwah di berbagai tempat, karena dakwah beliau
begitu mudah dipahami oleh jema’ah Cirebon. Ketika beliau berdakwah, beliau tidak pernah
lepas dari kitab kuning (Hadis, Fiqih, dan Akhlak) dan Al-Qur’an yang selalu beliau bawa,
yang merupakan salah satu ciri khas dari dirinya, Hal tersebut yang membuat peneliti merasa
tertarik untuk menjadikannya sebagai subjek dalam penelitian.
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, muncul beberapa pertanyaan
bagaimana konsep retorika K. H. Yahya Zainul Ma’arif di Pondok Pesantren Al-Bahjah
Cirebon? Bagaimana penerapan retorika dalam dakwah yang dilakukan oleh K. H. Yahya
Zainul Ma’arif di Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon? Tujuan untuk mengetahui
bagaimana konsep retorika dan dakwah K. H. Yahya Zainul Ma’arif di Pondok Pesantren Al-
Bahjah Cirebon serta mengetahui bagaimana penerapan retorika dakwah nya. Manfaatnya
adalah memberikan kontribusi positif bagi pengembangan penelitian melalui pendekatan ilmu
komunikasi, menambah pengetahuan bagi penulis, dan umumnya untuk yang lain yang terjun
pada dunia dakwah khususnya penerapan retorika dalam dakwah K. H. Yahya Zainul Ma’arif
di Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon.
Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus, maka penulis menggunakan teori lima
hukum retorika yang di kemukakan oleh Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Retorika
Modern Pendekatan Praktis yang terdiri dari menemukan bahan (inventio), menyusun bahan
(despositio), memilih bahasa (elucutio), mengingat materi (memoria), dan menyampaikan
dakwah dengan lisan (pronuntiatio).
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan refresentatif dalam penelitian ini, maka
penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif analisis yaitu metode wawancara dan
dokumentasi yang akan dihasilkan penafsiran penulis. Waktunya dari awal Februari sampai
akhir Februari 2016. Yang berlokasi di Pondok Pesantren Lembaga Dakwah Al-Bahjah
Cirebon. Tekniknya dengan observasi langsung dimana beliau melakukan dakwah. Dan
Mengikuti beberapa ceramah umum beliau di Pondok Pesantren maupun di mesjid-mesjid
sekitar Pondok Pesantren. Wawancara langsung dengan K. H. Yahya Zainul Ma’arif dan para
pengasuh, ustad, mad’u, dan santri. Serta mengumpulkan dokumentasi tentang K. H. Yahya
Zainul Ma’arif.
Retorika dalam dakwah yang beliau gunakan terbilang bagus, dikemas dengan
menarik sehingga materi dakwah dapat tersampaikan dengan benar. Dakwah yang beliau
gunakan bersifat informasi dan edukasi. Dakwah beliau tanpa paksaan, namun dengan
ketegasan, dan kesederhanaan beliau dalam menyampaikan dakwah bisa menjadi daya tarik
yang luar biasa terhadap jamaah.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada kata yang pantas
kecuali pujian yang terus dilafalkan oleh lisan dan tidak ada perbuatan yang baik
dan perbuatan ketaatan kecuali tertuju hanya kepada-Nya. Hanya Dialah yang
pantas dipuji dan hanya Dialah yang pantas disembah, kepada-Nya pula hamba
dengan baik.
berakhlak luar biasa, manusia yang agung yang diciptakan oleh Yang Maha
Agung, manusia yang besar yang diciptakan oleh Yang Maha Besar. Yaitu
baginda Nabi Muhammad Saw. Yang telah membimbing umatnya dari masa
kegelapan yaitu masa jahiliah menuju masa yang sangat terang dengan Al-Qur’an
dan Hadist.
Penulis menyadari benar, bahwa skripsi ini sudah merupakan bagian yang
tidak dapat terpisahkan. Suatu kebanggan bagi penulis kepada orang-orang yang
ikut memberikan bantuan dan dorongan semangat kepada penulis dalam proses
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik; Ibu
Umum dan Keuangan dan Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan
vi
2. Bapak Drs. Masran, MA. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. selaku pembimbing skripsi yang telah
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang pernah
5. Bapak dan Ibu tercinta, Bapak K. H. Anwar Sanusi dan Ibu Hj. Nyai
Jamilah yang dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang yang tulus dan
hingga selesai.
kepada beliau yang telah memberikan waktu luang kepada penulis untuk
7. Kakak-kakakku yang tersayang, Nurul Millah dan Siti Khodijah, yang ikut
andil dalam memberikan bantuan dan motivasi pada penulis baik moril
skripsi ini.
vii
8. Teman-teman seperjuangan yang ikut andil dalam memberikan bantuan
dan dorongan terutama untuk anak-anak KPI B angkatan 2011, dan teman-
angkatan 2011, 2013, dan 2014, serta teman-teman yang lainnya yang ikut
penulis.
10. Dan semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini.
semoga bantuan, dukungan, bimbingan dan perhatian yang telah diberikan oleh
semua pihak akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT
‘Alamin.
Saepul Anwar
1111051000062
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR...................................................................................... vi
DAFTAR ISI..................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................... 5
C. Tujuan Penelitian dan Pernyataan Penelitian............................. 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
E. Metodologi Penelitian ................................................................ 6
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 9
G. Sistematika Penulisan ................................................................ 11
ix
BAB IV HASIL DAN ANALISIS DALAM PENERAPAN
A. Konsep Retorika Menurut K. H. Yahya Zainul Ma’arif ............ 36
B. Konsep Dakwah Menurut K. H. Yahya Zainul Ma’arif............. 41
C. Penerapan Retorika Dakwah K. H. Yahya Zainul Ma’arif ........ 45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 60
B. Saran........................................................................................... 61
LAMPIRAN...................................................................................................... 66
x
BAB I
PENDAHULUAN
Retorika berasal dari bahasa Inggris, Rethoric, yang artinya “ilmu bicara”.
umum atau ucapan untuk menciptakan kesan yang diinginkan. Sedangkan dakwah
mengandung arti ajakan atau seruan baik lisan, tulisan maupun tingkah laku.
harus dengan metode, karena yang diseru adalah manusia yang mempunyai
pendirian.1
berbicara di hadapan umum atau perkataan yang menciptakan kesan apa yang
dakwah ialah suatu ajakan, baik melalui lisan, tulisan, ataupun tingkah laku.
bukti adanya hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan
sesama, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Sehingga Islam menjadi
agama dakwah dalam teori dan praktiknya yang telah dicontohkan oleh Nabi
1
H. Naan Rukmana, Masjid dan Dakwah,(Jakarta: Al-mawardi Prima, 2002), Cet ke-1, h.
164.
1
2
adalah mengubah situasi dan kondisi yang seharusnya seperti yang dikehendaki
Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, yang diinginkan dari dakwah adalah
Sering kali retorika disamakan dengan Public Speaking, yaitu suatu bentuk
merupakan suatu gabungan seni berbicara dan pengetahuan atau masalah tertentu
Pada saat ini banyak para da’i yang muncul di tengah-tengah masyarakat,
merangkai kata-kata yang dapat dipahami oleh para mad’u, walaupun pada
dasarnya sering kali para da’i menyampaikan ayat ataupun hadits yang sama
namun di situlah kreativitas seorang da’i diuji agar dapat menyampaikan pesan-
pesan dakwah dengan ciri khas mereka dan dapat dipahami oleh para mad’u.
seorang da’i agar dapat merancang dan menampilkan kata yang baik dan
persuasif, memiliki relevansi yang tinggi dan memiliki peran yang besar dalam
berdakwah. Para pendakwah pun harus pandai dalam menerka siapa yang menjadi
mad’u dalam dakwah nya sebab setiap manusia tidaklah sama. Baik dari segi usia,
Dari sekian banyak da’i yang mampu membuat mad’u terkesima akan
gaya bicaranya yang khas saat menyampaikan materi dakwahnya, salah satunya
2
Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Bandung; PT. Remaja
rosdakarya, 1999), hal. 9.
3
adalah K. H. Yahya Zainul Ma’arif. Beliau adalah seorang yang memiliki sifat
ramah, hal itu dapat dilihat dari mimik wajahnya dalam setiap menyampaikan
dakwahnya.
Zainul Ma’arif ke Cirebon pada akhir tahun 2005 dan diawal 2006 dalam rangka
beliau meminta izin kepada gurunya untuk mengajar dan mendirikan sebuah
pesantren di Cirebon.
K. H. Yahya Zainul Ma’arif memulai berdakwah dari hal yang kecil, tidak
memaksa dan apa adanya. Dengan penuh kesabaran K. H. Yahya Zainul Ma’arif
alun setiap senin malam selasa. Yang semula hanya dihadiri 20 orang hingga saat
Majelis yang K. H. Yahya Zainul Ma’arif asuh diberi nama Majelis Al-Bahjah
berbagai tempat, karena dakwah beliau begitu mudah dipahami oleh jema’ah.
Ketika beliau berdakwah, beliau tidak pernah lepas dari kitab kuning dan Al-
Qur’an yang selalu beliau bawa, yang merupakan salah satu ciri khas dari dirinya,
fiqih, dan akhlak tetapi semua itu berpatokan kedalam Al-Qur’an. Hal tersebut
dalam penelitian.
aspek, mulai dari radio, surat kabar, televisi, media online seperti facebook,
ta’lim atau masjid-masjid sekitar yang tentunya pusat dari dakwah beliau. Di
Zainul Ma’arif mengasuh rubrik tanya jawab di koran harian umum Kabar
Cirebon. Dan sampai saat ini juga masih aktif mengasuh rubrik Masail Diniyah
disebuah majalah Islami Al-Basyirah yang terbit di Jawa Timur. Sementara pada
media Televisi K. H. Yahya Zainul Ma’arif juga pernah aktif di acara Titian
Qolbu TV One, Damai Indonesiaku TVOne, dan sampai saat ini K. H. Yahya
Yahya Zainul Ma’arif , MNCTV dalam acara siraman qalbu, TV9 dalam acara
manusia untuk bisa diisi dengan dakwah. Berdasarkan latar belakang di atas
Cirebon.
1. Pembatasan Masalah
masalah yang akan diteliti. Peneliti sangat menyadari bahwa aktivitas dakwah
yang beliau lakukan sangatlah padat, oleh sebab itu tidak mungkin semua data
peneliti cantumkan dalam skripsi ini. Maka dari itu, penelitian ini hanya
Pondok Pesantren Al-Bahjah selama satu bulan mulai dari 01 Februari 2016
2. Perumusan Masalah
penggunaan dakwahnya?
berdakwah?
6
C. Tujuan penelitian
Dalam penelitian ini pasti ada tujuan dan manfaatnya. Maka penelitian ini
bertujuan untuk:
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat akademis
peneliti dan umumnya bagi yang terjun pada dunia dakwah, yang berkaitan
2. Manfaat praktis
Zainul Ma’arif
E. Metodologi Penelitian
Agar data yang diperoleh sesuai dengan yang diperlukan, maka metode
1. Metodologi penelitian
primer ini yang menjadi bahasan utama. Gagasan primer ini diperoleh dari
sederet unsur yang terlihat sebagai pembentuk suatu bidang persoalan yang
dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan yang diteliti. Adapun
gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh penerapan metode
kualitatif.
Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah K.H. Yahya ZainulMa’arif dan
3
Mastuhu, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antar Disiplin Ilmu,(Bandung: Pusjarlit
dan Nuansa, 1998), Cet ke-1, hal.45-47.
4
Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya, 1993) Cet
ke-10, h. 3.
5
Dean J. Champion, Metode Dan Masalah Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 1998)h.6.
8
a. Observasi
Ma’arif.
b. Wawancara.
Cirebon Jawa Barat dan di kediaman K. H. Yahya Zainul Ma’arif pada tanggal
dengan K. H. Yahya Zainul Ma’arif hanya dua kali saja dan selebihnya
jangka waktu sebulan. ini bertujuan untuk melengkapi data, guna menjawab
c. Dokumentasi
6
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. RemajA Rosyda Karya,1993)
cet ke-10, h. 186.
9
Bahjah.
data untuk kemudian dianalisis, sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan
penelitian, setelah itu disajikan dalam laporan ilmiah. Dalam penelitian ini
F. Tinjauan pustaka
perputakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perputakaan Utama UIN
namun cara penyampaian dari para mubaligh tersebut berbeda dalam retorika
berdakwahnya.
Namun dari sekian banyak skripsi yang ada dalam perpustakaan Fakultas
H. Yahya Zainul Ma’arif. Perbedaan sekripsi di atas dengan sekripsi yang akan
penulis teliti ialah dari subjeknya karena subjek yang penulis teliti ialah K. H.
Yahya Zainul Ma’arif, dari isi pun akan berbeda di penelitian ini penulis akan
Dalam hal ini penerapan retorika yang beliau gunakan sangatlah baik,
untuk itu sebagai sumber utama penelitian, peneliti ingin mengetahui langsung
kepada beliau yaitu dengan cara mewawancarai beliau dan para santrinya
termasuk jemahnya yang di pimpin langsung oleh beliau. Ini sebagai langkah awal
Selain itu juga peneliti menganggap semua latar belakang objek yang di teliti
maupun peneliti yakni sebagai peminat dakwah. Itulah hal yang menarik
kemudian menginspirasi peneliti untuk mengambil judul ini. Sesuai dengan latar
G. Sistematika Penelitian
Ma’arif di bab tiga, lalu peneliti menemukan hasil dari penelitian ini yang penulis
tempatkan di bab empat, setelah itu peneliti menyimpulkan hasil dari penelitian
1. Pengertian Retorika
berbahasa secara efektif, studi tentang pemakaian bahasa secara efektif dalam
karang-mengarang dan seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis. Dari tiga
definisi ini, yang sesuai dengan tujuan pembahasan pada saat ini adalah definisi
yang pertama dan ketiga, walau definisi yang ketiga juga menunjukkan adanya
menggunakan tutur bahasa yang baik dan jelas agar dapat memengaruhi orang
lain dengan tujuan dan maksud tertentu. Ditinjau dari segi bahasa, retorika berasal
dari bahasa Yunani yaitu rhetor, yaitu seorang juru pidato yang mempunyai
sinonim orator.2
antaranya:
1
Amirudin Rahim, Retorika Hirarki, (Surakarta: Era Edicitra Intermedia, 2010), hal. 76.
2
M.H. Israr, Retorika dan Dakwah Islam Era Modern, (Jakarta: CV. Firdaus,1993), cet-1,
hal. 10.
3
Datuk Tombak Alam, Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah, (Jakarta: PT. Rhineka
Cipta), hal. 36.
12
13
bakat-bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa
4
I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar, (Bandung: Terate,
1976), cet-1, hal. 13.
5
Wahidin Saputra,Retorika Dakwah Lisan, (Buku Ajar Fakultas Ilmu Dakwah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: Dakwah Press, 2006), hal. 2.
6
Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1998), hal. 5.
7
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum, 2007), cet-
17, hal. 1.
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka), edisi ke-2, h. 953.
14
mengutarakan apa yang terdapat dalam fikiran dan perasaan. Setiap manusia telah
Pandai berbicara merupakan warisan biologis dari ke dua orang tua yang
bersifat genetis dan otomatis. Pandai berbicara adalah hasil dari proses
lunak, yaitu potensi kemampuan berbicara dan perangkat keras,yaitu lidah dan
bibir, termasuk kedua telinga. Dengan begitu manusia mampu memproduksi kata-
2. Tujuan Retorika
adalah persuasi. Maksud dari pada persuasi di sini adalah yakinnya penaggap tutur
akan kebenaran gagasan topik si penutur. Persuasi adalah suatu seni verbal yang
pembicara pada waktu ini dan pada waktu yang akan datang.10
9
Amirudin Rahim, Op.Cit, hal. 4
10
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), cet-
12, hal. 118.
15
suatu usaha yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan atau perilaku orang
memuaskan.
3. Fungsi Retorika
menggunakan bahasa yang sempurna, dan merupakan jalan bagi seseorang untuk
11
I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar, (Bandung: Terate,
1976), cet-1, hal. 63.
12
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, t.t), hal. 156.
13
Onong Uchjana Effendi, Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditia Bakti), hal. 55.
16
c. Penulisan jenis tutur yang disesuaikan dan tujuan yang hendak dicapai.
yang padat, utuh, dan bervariasi. Pemilihan gaya bahasa dan gaya tutur
Jika kita memahami fungsi retorika, maka akan sejalan dengan empat
khalayak. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang dengan pengetahuan
dan diterima.
14
I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar, (Bandung: Terate,
1976), cet-1,h.63.
17
oleh setiap orang atau lembaga yang member dukungan dan ini biasa
dibuat.
menghibur.15
Pendekatan PraktisAda lima tahap penyusunan pidato yang dikenal dengan (The
retorika”, yaitu:
tahap ini da’i atau mublaigh menyusun materi dakwah yang akan
15
Raudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), cet-1, hal. 52.
18
c. Memilih bahasa yang indah (elucutio), pada tahap ini da’i atau
mubaligh memilih kata-kata yang tepat, kalimat yang jelas dan bahasa
gaya bahasa sendiri adalah sebagai salah satu variasi bahasa, yaitu
materi perhatikan suara (vokal), gerak tubuh, dan pelihara kontak mata
penafsiran yang semakin luas. Saat ini, pengertian “penciptaan” sudah meluas dan
data melalui interpretasi (the process through which we assign meaning to data
through interpretation).17
Ini berarti suatu pengakuan terhadap fakta bahwa kita tidak sekedar
menemukan apa yang ada, menciptakannya melalui kategori interpretasi yang kita
16
JalaluddinRakhmat,.Retorika Modern Pendekatan Praktis. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 1998), hal. 7-8.
17
Morrissan dan Andy Corry Wardhani, Teori Komunikasi tentang Komunikator,Pesan,
Percakapan, dan Hubungan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), cet-1, hal. 44.
19
informasi yang terkait dengan hubungan di antara manusia, simbol dan konteks
yang terlibat.18
c. Materi-materi agama,
e. Pengalaman pribadi.19
pendengar jarang menyadari manipulasi daya tarik motif yang digunakan, juga
mengetahui pasti bahwa pembicara yang baik selalu pandai dalam memilih kata-
1. Pengertian Dakwah
Dilihat dari segi bahasa kata dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk
menunjukkan kata tersebut, antara lain dalam surat Yunus ayat 25:
18
Morrissan dan Andy Corry Wardhani, Teori Komunikasi tentang Komunikator,Pesan,
Percakapan, dan Hubungan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), cet-1, hal. 45.
19
Wahidin Saputra, Retorika Monologika, (Bogor: Titan Nusa Perss, 2010), cet-1, h.17-18.
20
Wahidin Saputra, Retorika Monologika, (Bogor: Titan Nusa Perss, 2010), cet-1, h.30-31.
21
Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah, 1973), hal. 127.
20
Pada dasarnya, semua pribadi muslim berperan secara otomatis sebagai juru
manusia agar beriman kepada Allah dan Rasulallah saw dengan cara
mereka perintahkan.22
dengan lisan, tulisan maupun tingkah laku yang dilakukan secara sadar
22
Said Muhammad Nuh, Dakwah Fardiyah: Pendekatan Personal dalam Dakwah,
(Surakarta: Era Inter Media, 2000), cet-2, hal. 13-14.
23
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an; Fungsi Peran Wahyu dalam Masyarakat,
(Bandung: Mizan, 1999), cet-19, hal. 194.
21
paksaan.24
tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha
mempengaruhi orang lain agar timbul pengertian keinsyafan dalam diri individu
sehari-hari.
1. Unsur-unsur Dakwah
a. Da’i
Da’isecara bahasa diambil dari bahasa arab, bentuk isim fa’il dari asal
terminologi, da’i yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf (akil baligh)
i. Amal dan kegiatan da’i harus ikhlas karena mencari ridho Allah dan
ii. Seorang juru dakwah harus menjadi teladan dalam amal shaleh.
iv. Seorang juru dakwah harus betul-betul menguasai ilmu yang sesuai
24
M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal. 6
25
Idris A. Shomad, Diktat Ilmu dakwah, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2004), hal. 6.
22
kemudharatan.
b. Mad’u
golongan.27Antara lain:
ii. Golongan awam yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berfikir
26
Mustthafa Ar-Rafi’i, Potret Juru Dakwah, (Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2002), hal.
38-50.
27
Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup),
edisi ke-1, cet-2, h.23.
23
senang membahas tetapi hanya dalam batas tertentu saja dan tidak
industri dan sebagainya, fakir miskin dan orang lemah, anak, istri dan kaum
hamba, orang awam yang taat dan berbuat maksiat, dan orang-orang yang
ii. Khalayak apatis, tipikal komunikan adalah tahu masalah akan tetapi,
iii. Khalayak yang tertarik tapi ragu, komunikan sadar akan adanya
mad’udari sudut ideologi, mereka ada yang atheis, musyrik, yahudi, nasrani,
28
Munzier Saputra, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet-1,
hal. 88
24
danmunafik. Ada juga yang muslim tapi masih membutuhkan bimbingan atau
umat Islam yang masih melakukan maksiat, mereka juga berbeda dari segi
intelektual, status sosial, kesehatan, pendidikan, ada yang buta huruf, ada
yang kaya, ada yang miskin, ada yang sehat dan yang sakit.
c. Materi dakwah
mereka dan seorang da’i yang bijak adalah yang mengetahui metode yang
akan dipakainya.29
Materi (maddah) dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang
hadist sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak.30
d. Metode dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “mete”
(melalui) dan ”hodos”(jalan cara), maka metode adalah cara atau jalan yang
29
Said Al-Qathani, Menjadi Da’i Sukses, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), cet-1, h.97
30
Nurul Badrutaman, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo,2005), h. 109
31
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 61
32
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Ciputat: Logos, 1997), hal. 34
25
setiap masalah. Bahkan ayat Al-Qur’an yang memanggil umat Islam untuk
melakukan dakwah bil hikmah dan maidzhah hasanah serta mujadalah bil
ihsan pada saat itu telah dipahami secara luas sebagai proseskomunikasi dan
dan edukasi berlaku dan berkembang dalam kegiatan dakwah, selain itu juga
tersebut.33
e. Media dakwah
sarana dakwah sangat banyak jumlahnya, antara lain: radio, video, rekaman,
televisi, surat khabar, majalah, tabloid, dan bahkan jaringan informasi melalui
komputer internet.
pada zaman ini. Dengan begitu, banyaknya media dakwah yang tersedia.
Mereka seorang da’i memilih salah satu atau beberapa media saja sesuai
dengan tujuan atau hendak yang ingin dicapai sehingga apa yang menjadi
kegiatan dakwah dan retorika memiliki keterkaitan, terutama hal ini dapat
dilihat dari segi media yang dipergunakan. Apakah media lisan, tulisan, dan
menentukan.
menyampaikan dakwah. Karena itu antara dakwah dan retorika tidak bisa
ditunjang dan ditentukan oleh kemampuan retorika yang dimiliki oleh da’i
menurut garis yang telah ditetapkan semula, mungkin karena cara persuasi
(retorika) tidak menjadi perhatian dan tidak terpenuhi oleh para da’i.
sebagai saran untuk mencapai tujuan dakwah tersebut. Dengan kata lain pula,
memeraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan
tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok
Menurut J.S Badudu dan sutan Mohammad Zain penerapan adalah hal, cara
atau hasil (Badudu dan Zain 1996:1487), berdasarkan pengertian tersebut dapat
secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah
di rumuskan.
35
Dendy sugiono,Kamus besar bahasa indonesia,(jakarta, PT.gramedia pustaka
utama,2008), hal.499.
BAB III
Pangeran Cakrabuana no. 179 Blok Gudang Air Kel. Sendang Kec. Sumber dan
Kab. Cirebon. Beliau dilahirkan di Blitar dari tiga saudara dan sekarang telah di
sampai 1979.
tahun 1979-1985.
3. Setelah lulus dari sekolah dasar Negri Blitar beliau melanjutkan pendidikan
formalnya di sekolah lanjut tahap pertama negri Blitar (SLTPN Blitar) dari
4. Tamat dari SLTPN Blitar beliau dikirim ke pesantren oleh ayahnya untuk
28
29
Fiqih & Ushul Fiqih dari tahun 1996 hingga lulus sebagai sarjana S1 di tahun
2000.
7. Lanjut ke pasca sarjana dengan universitas dan jurusan yang sama yaitu di Al
- Ahgaff University Yemen, Fakultas Syariah & Qonun jurusan Fiqih &
banyak sekali belajar kitab-kitab kuning diantaranya kitab Fiqih, Ilmu Hadis,
Tauhid, Ulumul Qur’an dan Mustholah Hadist. Meski beliu tidak pesantren Buya
belajar kitab kitab kuning dari beliau (guru-gurunya). Sebab beliau di pagi hari
belajar di kampus dan mulai dari sore hingga malam beliau mendapatkan waktu
Setelah pulang dari Yaman antara tahun 2005 akhir dan 2006 awal beliau
pergi ke Cirebon dalam rangka menjalankan tugas dari gurunya yaitu rektor
Cirebon. Itu berlangsung hingga pertengahan 2006. Setelah itu pada akhir 2006
30
beliau kembali menghadap kepada gurunya untuk memulai dakwah dan mulai saat
berdakwah dari hal yang kecil, tidak memaksa dan apa adanya. Dengan penuh
alun-alun setiap senin malam selasa yang semula hanya dihadiri 20 orang hingga
santun dalam bertutur dan bersikap serta mudah berinteraksi di masyarakat. Oleh
karena itu, dimana beliau masih nyantri. Beliau memegang amanah utuk
Dari hal hal kecil tersebut beliau mulai memahami dan belajar banyak tentang
organisasi.
mungkin. Pada akhirnya ide-ide, gagasan, ataupun hasil pemikiran beliau banyak
aktivitas dakwah di media televisi baik swasta nasional maupun lokal, seperti di
1
Wawancara pribadi dengan ust arif billah.
31
MNC TV setiap senin pagi pkl. 05.00 - 06.00 WIB; TV9 Surabaya setiap ahad
pagi pkl. 05.00 - 06.00 WIB; BBS TV Kediri setiap hari pkl. 16.00 - 17.00 WIB;
Radar Cirebon TV setiap hari kamis malam Jum'at pkl. 19.00 - 20.00 WIB;
Cirebon TV setiap hari kamis malam Jum'at pkl. 20.30 - 22.00 WIB; Hidup Indah
Bersama Buya Yahya, Batam TV Kabel Channel 1 setiap hari pkl. 05.00 - 06.00
K. H. Yahya Zainul Ma’arif juga aktif berdakwah melalui radio yakni pada
Al-Bahjah adalah mejlis yang dirintis oleh Buya Yahya sejak awal
pada tahun 2010 oleh Prof. Dr. Al-Habib Abdullah bin Muhamad Baharun,
karena lebih meninjau dari sisi makna yaitu makna cahaya atau kemilau sinar
dengan harapan semoga lembaga ini bisa benar benar menjadi penerang bagi
sebagai do’a dan harapan agar lembaga ini senantiasa berkembang seiring
dengan berjalannya masa dan menjadi motifasi lembaga yang lain untuk bisa
berkembang.
2
https://www.youtube.com/user/majelisalbahjah?gl=ID&hl=id
3
Wawancara pribadi dengan ust arif billah.
32
yang bergerak dalam berbagai sektor dakwah religius seperti majlis ta’lim,
Cirebon.
pesantrean adalah bukan tujuan utama dan pertama, akan tetapi tujuan
awal tahun 2006 karna menjalankan tugas dari universitas al-ahgaf untuk
Saat itu pula Buya Yahya meminta izin pada Alhabib Abdullah bin Muhamad
Pada tahun kedua keberadaan Buya Yahya di Kota Cirebon sudah bisa
anak mreka di tempat beliau, yang semula beliau tidak langsung menerima
33
dengan kondisi tempat tinggal beliau yang masih menempati satu rumah yang
Baru setelah Buya Yahya memiliki satu tempat tinggal yang lain lagi
yaitu daerah Karang Jarak Cirebon, maka saat itu Buya Yahya mulai
menerima beberapa santri. Memang tiak semua santri yang datang langsung
padat dengan santri, karena saat itu sudah terhitung satu rumah yang tidak
terlalu besar ditempati 12 santri putra kemudian di rumah yang satunya lagi
di tempati 10 santri putri. Hikmah dari itu semua yang menjadikan Buya
Cirebon untuk mencari tempat yang lebih leluasa sebagai tempat tinggal
resmi pondok pesantren Al-Bahjah. Dan akhirnya jatuhlah pilihan pada satu
Cirebon. Lokasi pesantren terletak ditengah sawah yang jauh dari pemukiman
Bangunan pertama adalah sebuah gubuk kecil dan aula besar dengan ukuran
dan tempat belajar anak-anak santri disusul dengan bangunan masjid yang
kamar mandiberikut studio radioku fm. Setelah kurang lebihnya dua setengah
tahun tepatnya 10 januari 2010 pesantren resmi di tempati santri putra dan
34
santri putri yang pada saat hari itu juga diresmikan oleh Al-Habib Abdullah
bin Muhammad Baharun dari yaman. Dan akhirnya hingga kini santriawan
kurang lebih 320 orang untuk santri putra dan putri kurang lebih 400 orang
mendirikan pesantren sangat mudah yaitu “agar tidak usah repot meminta
sangat mudah tanpa ada kesusahan apapun, karena Allah telah mengirim
semakin banyak.
Untuk saat ini pondok pesantren Al-Bahjah ada di empat tempat Al-
tahap pengembangan.
4
Wawancara pribadi dengan ust arif billah
35
yaitu mengunakan sistem pendidikan yang salafi. Artinya para santri lebih
banyak dikenalkan pada ilmu-ilmu agama. Adapun visi dan misi pesantren
ialah :
Visi
rasulullah saw.
Misi
masyaarakat.
4. Mencetak para penghafal al-qur’an dan para ulama yang akan menjadi
memahami dan mengerti ilmu retorika, yang pada akhirnya, retorika tersebut
dalam setiap dakwah dengan lisan, tidak ada dakwah dengan lisan yang tidak
menggunakan retorika. Oleh karena itu retorika menjadi sesuatu yang penting dan
memiliki kepandaian dalam berbicara, dan retorika adalah seni kepandaian dalam
lain kedalam perbuatan yang lebih baik sesuai yang dalam ajaran Islam,
kepandaian berbicara.
Dalam berdakwah seorang da’i dituntut agar memahami betul apa yang
dinginkan dan dibutuhkan oleh si mad’u, agar dakwah yang disampaikan benar-
benar sampai, sehingga dapat mengubah jalan pikiran orang lain kedalam
baik, sopan, dan satun serta menggunakan gaya atau seni pada saaat berdakwah,
36
37
sehingga mad’u merasa nyaman dan fokus untuk mendengarkan apa yang
disampaikan.1
menggunakan kata yang baik, sopan dan santun serta mudah dicerna oleh mad’u.
Hal ini dapat dilihat dari salah satu ceramahnya yang membahas tentang
“jika ada orang bisa melakukan solat 5 rakaat, kenapa aku tidak bisa lebih
dari itu. Kan aku ingin mendapatkan panggkat dihadapan Allah lebih tinggi
dari dia. Dan kita lebih tau kekurangan diri kita sendiri sehingga kita niati
juga untuk menghapus, karna kebaikan itu akan menghapus kejahatan,
kekurangan, kesalahan yang kita perbuat.”
Dalam ilmu retorika pun seorang orator disaat berbicara harus melakukan
pesan dengan bahasa yang baik. Karena itu semua menjadi syarat dalam mencapai
retorika yang beliau gunakan sangat mudah dicerna oleh mad’u dan juga sangat
juga sangat menguasai materi ketika menyampaikannya kepada mad’u, pada saat
beliau sedang ceramah. Kata-kata yang dipilih beliau dalam ceramahnya, sangat
1
Wawancara pribadi dengan K. H.Yahya Zainul Ma’arif (Pimpinan Lembaga Dakwah
Ponpes Al-Bahjah Cirebon) di kediaman beliau.
38
pesantren. Ketika ada kata yang kotor seperti “kamar mandi” atau yang
senang dan mudah memahami apa yang disampaikan dan diuraikan. Tanpa
retorika, dakwah akan sangat hambar dan monoton. Maka, dengan retorika dapat
dikemas sedemikian rupa agar menarik perhatian mad’u dan kebutuhan mad’u
tentang dakwah itu sendiri tersalurkan dengan baik.3 Para mad’u membutuhkan
Hal ini terlihat dari banyaknya mad’u atau jemaah yang datang untuk
Yahya Zainul Ma’arif sampaikan dan diakhir mereka bertanya apa yang mereka
umumnya dan kejiwaan orang-orang yang akan datang dan yang sedang dihadapi,
Dalam berdakwah seorang da’i dituntut agar memahami betul apa yang
masyarakat sehingga dapat merubah jalan pikiran orang lain ke dalam perbuatan
2
Wawancara pribadi dengan ust arif billah.
3
Wawancara pribadi dengan K. H.yahya zainul ma’arif (pimpinan lembaga dakwah ponpes
al-bahjah cirebon) dikediaman beliau
39
Seni berbicara merupakan rasa atau warna yang melengkapi setiap kata
yang terlontar dalam proses komunikasi, sehingga setiap kata yang keluar dari
lisan dan enak didengar serta mampu membuat jamaah terpukau. Retorika sangat
Berdakwah tanpa retorika bagaikan sayur asam kurang garam. Jadi, yang
membuat dakwah itu lengkap adalah retorika.4 Keunikan dari retorika beliau yang
peneliti temukan dari proses dakwhnya, yakni beliau selalu menggunakan bahasa
baku, namun tidak memberikan kesulitan kepada mad’u dalam memahami pesan
dalam ceramahnya.
humor saat berdakwah itu hanya sisipan untuk menghidupkan suasana dakwah itu
sendiri. Tanpa humorpun, isi ceramah tetap mempunyai daya sentuh yang kuat
untuk mad’u. Jadi humor itu bersifat sisipan, boleh ada atau tidak. Kembali
kepada karakter dan ilmu pengetahuan yang dimiliki seorang da’i. Yang
terpenting mad’u harus khusu’ dan meresapi pesan dakwah yang disampaikan
oleh da’i-da’i.
Menurut K. H. Yahya Zainul Ma’arif, humor itu menjadi salah satu bagian
dari retorika walau hanya sebatas pelengkap dan pemanis agar dakwah lebih segar
dalam menerima materi agama. Jika tema yang disampaikan monoton atau serius,
maka akan menciptakan image terlalu serius atau tegang, dan terkadang
membosankan. Akan tetapi terlalu banyak ketawa atau humor juga tidak baik.
Karena akan menghilangkan materi yang telah diterima oleh mad’u. Contohnya
4
Wawancara pribadi dengan K. H. Yahya Zainul Ma’arif (pimpinan lembaga dakwah
ponpes Al-bahjah Cirebon) dikediaman beliau.
40
ketika kita memberikan 3 poin penting dalam materi, seorang da’i ini memberikan
humor berlebihan, maka poin-poin yang disampaikan da’i tidak akan sampai
Batasan humor dalam retorika harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi
saat berhadapan dengan mad’u. Jadi memberikan humor itu yang benar-benar
nyata, bukan humor atau ngelawak di dalam proses berdakwah. Contoh; saat da’i
berhadapan dengan orang yang tidak begitu mengenal agama, maka bahasa
yang benar-benar humor (ngelawak). Maka tidak akan sampai materi yang
Hal yang lucu atau yang disebut humor dalam berdakwah memiliki porsi
yang penting. K. H. Yahya Zainul Ma’arif, menurut peneliti, telah memiliki porsi
yang pas untuk penyampaian humor dalam dakwahnya. Hal ini dapat terlihat dari
5
Wawancara pribadi dengan K. H.yahya zainul ma’arif (pimpinan lembaga dakwah ponpes
al-bahjah cirebon) dikediaman beliau.
6
Wawancara pribadi dengan K. H.yahya zainul ma’arif (pimpinan lembaga dakwah ponpes
al-bahjah cirebon) dikediaman beliau.
41
menjadi bagian dari retorika. Dalam menggunakan humor, seorang da’i harus
penggunaan kata yang tidak menjadikan dampak negatif pada dakwah itu sendiri,
maka dari itulah perlu pertimbangan dalam menciptakan humor dalam berdakwah.
memahami betul jika dakwah itu bersifat monoton, maka akan membuat mad’u
besarkah humor itu dikeluarkan agar dakwah yang beliau sampaikan tetap bisa
tetap harus terjaga kualitas dakwah itu sendiri, dengan demikian retorika tersebut
strategi dan pendekatan yang menarik sehingga dakwah itu menjadi berharga.
Kegiatan dakwah itu sendiri tidak terpaut hanya dengan berceramah, namun
7
Wawancara pribadi dengan ustad Jaya Andriana.
42
dakwah. Jadi, dakwah itu luas, baik itu bersifat formal maupun non-formal.8
Ma’arif tidak hanya berdakwah melalui ceramah, namun beliau dalam kehidupan
seperti mengajarkan ilmu membaca Al-Qur’an yang baik kepada calon tahfidz.
Beliaupun selalu bertutur kata yang sopan dan santun, serta selalu bersikap ramah
Konsep dakwah yang digunakan sangat variatif, mulai dari isi atau materi
sampai dengan metode yang digunakan. Isi atau materi saat berdakwah, tidak
hanya pada satu pokok. Seringkali beliau menyampaikan sesuatu yang sedang
sehingga jama’ah tidak merasa bingung. Dengan demikian, dakwah secara luas
bukan hanya ceramah mimbariyyah saja, akan tetapi merupakan praktek dalam
kehidupan sehari-hari yang mempunyai nilai ajaran Islam kepada orang lain. Oleh
karena itu, memberikan contoh kepada orang lain dalam kebaikan, merupakan
Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Pada intinya adalah mengajak umat ke jalan taqwa
dan juga memberikan penjelasan tentang hak dan batil. Seorang da’i saat
berdakwah harus mempunyai tujuan, sehingga dapat tercapai apa yang diharapkan
8
Wawancara pribadi dengan K. H.yahya zainul ma’arif (pimpinan lembaga dakwah ponpes
al-bahjah cirebon) dikediaman beliau.
9
Wawancara pribadi dengan K. H. Yahya Zainul Ma’arif (pimpinan lembaga dakwah
ponpes al-bahjah cirebon) dikediaman beliau.
43
Metode dan strategi yang digunakan oleh da’i dalam berdakwah, bisa lebih
efektif dan efesien, serta harapan dari sebuah dakwah bisa terealisasikan. Da’i
tidak bisa terlepas dari metode yang ditawarkan oleh Al-Qur’an, yaitu dengan
hikmah (hikmah) wal mauidzhotil hasanah (suatu pelajaran yang baik ) wal
tersebut. Hal ini berdasarkan kegiatan yang K. H. Yahya Zainul Ma’arif lakukan.
media komunikasi yang semakin terbuka untuk menyiarkan agama Islam. Jadi
tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak menyampaikan suatu ilmu yang
bermanfaat. Jika seseorang tidak mampu melakukan dakwah dengan lisan, maka
ini.11
Bagi beliau, dalam berdakwah tidak ada batasan umur, maka beliau ingin
berdakwah sampai akhir hayat, karena itu merupakan sebuah kewajiban setiap
insan dimuka bumi yang mendapatkan anugerah dari Allah SWT. Dalam
berdakwah, yang paling penting adalah kita harus mempertebal kualitas dakwah
mulai dari materi-materi dakwah dan pengaplikasian diri dengan apa yang
10
Wawancara pribadi dengan K. H. Yahya Zainul Ma’arif (pimpinan lembaga dakwah
ponpes al-bahjah cirebon) dikediaman beliau.
11
Wawancara pribadi dengan K. H. Yahya Zainul Ma’arif (pimpinan lembaga dakwah
ponpes al-bahjah cirebon) dikediaman beliau.
12
Wawancara pribadi dengan K. H. Yahya Zainul Ma’arif (pimpinan lembaga dakwah
ponpes al-bahjah cirebon) dikediaman beliau.
44
yang menganggap bahwa ceramah itu adalah bagian dari diri sendiri dan yang
menjadi tanggung jawab moral bagi da’i itu sendiri, bukan dengan tujuan untuk
kepentingan pribadi sang da’i. Kegagalan berdakwah menurut beliau itu beragam.
Dakwah yang disampaikan tidak sama dengan perilaku seorang da’i dan isi
penyampaian dakwah itu sendiri yang kurang bisa diterima oleh mad’u karena
da’i tersebut tidak mengetahui karakteristik mad’u. Apalagi saat seorang da’i
kepada mad’u dan santri, yang dapat terlihat dari pengalaman pribadi peneliti,
bahwa beliau pada saat tiba waktu shalat, beliau menyuruh santrinya berjamaah
dan itu juga yang beliau contohkan dalam berjamaah disetiap harinya dalam shalat
lima waktu. Tidak hanya itu, ketika beliau menyebutkan haram kepada jemaah
terhadap sesuatu yang diharamkan oleh Al-Qur’an, seperti memakan barang hasil
makanan hasil curian. Dengan demikian, ketika da’i mengajak orang lain untuk
maka mad’u akan menerima dan mengikutinya. Oleh karena itu, nasihat atau
13
Wawancara pribadi dengan K. H.yahya zainul ma’arif (pimpinan lembaga dakwah
ponpes al-bahjah cirebon) dikediaman beliau
45
dalam berdakwah dan mau belajar untuk memperdalam agar dakwah itu menjadi
sangat berharga.
namun lebih dari itu, mulai dari tanggung jawab moral dan juga perkembangan
Islam itu sendiri. Dakwah bukanlah mainan tapi sebuah amanah besar, jadi
dakwah itu harus terkonsep secara jelas dan baik. Banyak aspek yang harus
dipahami dan dimengerti oleh seorang da’i agar dakwah itu benar-benar
Da’i yang terbilang sukses dan professional bagi beliau adalah da’i yang
berdakwah bukan hanya pada ceramah saja melainkan dakwah melalui berbagai
hal. Seorang da’i harus menjadi contoh untuk mad’u atau jamaahnya. Suksesnya
seorang da’i adalah seberapa besar mad’u memahami dan menerapkan apa yang
dan sukses. Hal ini terlihat dari apa yang disampaikan beliau, menjadi suatu
menganggap bahwa dakwah sudah menjadi tanggung jawab bagi dirinya dan
faktor-faktor dalam berdakwah yaitu ikhlas dan sabar. Apapun dan bagaimanapun
14
Wawancara pribadi dengan K. H. Yahya Zainul Ma’arif (pimpinan lembaga dakwah
ponpes al-bahjah cirebon) dikediaman beliau.
15
Wawancara pribadi dengan K. H. Yahya Zainul Ma’arif (pimpinan lembaga dakwah
ponpes al-bahjah cirebon) dikediaman beliau.
46
kondisinya seorang da’i harus menetapkan hatinya pada dua aspek tersebut.16
mengajak dan menyeru kepada kebaikan, maka retorika menjadi alat untuk
bagaimana dakwah itu menjadi lebih enak dan nyaman diterima dan dipahami
oleh mad’u. Saat berdakwah itu, seorang da’i harus memiliki seni dan gaya
sendiri.17
Retorika yang digunakan, strategi yang dianggap jitu dan humor yang
mengharapkan imbalan bersifat materi dari mad’u. Penampilan yang luar biasa
hanya menjadi tontonan belaka, jika rasa keikhlasan dan kesabaran seorang da’i
miliki, sudah tentu beliau tidaklah mungkin berdakwah tanpa mengenal dan
memahami mad’u. Dakwah yang beliau lakukan sangat baik karena untuk
memahami dan mengenal mad’u beliau lakukan dengan berbagai cara. Kumpulan
materi-materi yang beliau miliki cukup banyak, dan pada akhirnya beliau tidak
begitu kesulitan.
mengetahui peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi saat ini atau dapat dikatakan
hal-hal yang sedang banyak dijadikan pembicaraan saat ini karena ini sesuatu
16
Wawancara pribadi dengan K. H. Yahya Zainul Ma’arif (pimpinan lembaga dakwah
ponpes al-bahjah cirebon) dikediaman beliau.
17
Wawancara pribadi dengan K. H. Yahya Zainul Ma’arif (pimpinan lembaga dakwah
ponpes al-bahjah cirebon) dikediaman beliau.
47
dalam berdakwah. Penerapan retorika dakwah harus tepat pada tujuan dan sasaran
langkah, diantaranya:
pesan dakwah. Ada dua persiapan yang dilakukan oleh K. H. Yahya Zainul
hal yang sangat penting, karena menurut beliau pengeras suara yang baik
18
Wawancara pribadi dengan K. H. Yahya Zainul Ma’arif (pimpinan lembaga dakwah
ponpes al-bahjah cirebon) dikediaman beliau.
48
adalah kunci agar semua mad’u dapat mendengarkan dakwahnya. Selain itu
mengetahui siapa saja yang wajib untuk disebutkan pada saat muqaddimah
atau pembukaan adalah salah satu cara agar da’i dapat menunjukan rasa
2. Materi Dakwah
yang sedang dihadapi oleh mad’u saat ini melalui berbagai media. Meski
bahan dan topik sudah ditentukan oleh pihak pondok pesantren, akan tetapi
beliau selalu mencari bahan tambahan melalui media baik media online,
televisi atau surat kabar. Beliau selalu mencari permasalahan yang terhangat
atau gejala-gejala yang sedang ramai di bicarakan oleh masyarakat saat ini.
Beliau adalah seorang da’i yang sangat komitmen dan konsisten serta
kemajuan Islam. Maka, beliau pun tidak lepas dari info-info atau isu-isu
dakwahnya. Selain itu, beliau juga melakukan diskusi terhadap isu-isu yang
49
menentukan bahan yang akan disampaikan saat berdakwah agar dakwah itu
kepada manusia agar berbuat seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT
dan menjauhi segala larangan-Nya. Seperti yang telah peneliti dapatkan dari
dalam menyusun bahan yaitu mencatat poin-poin penting tentang apa yang
Berikut ini sebagai contoh dari beberapa penerapan dan tahapan penyusunan
“Muqaddimah…
19
Wawancara pribadi dengan K. H. Yahya Zainul Ma’arif (pimpinan lembaga dakwah
ponpes al-bahjah cirebon) dikediaman beliau.
50
Alfatihah...
Yang kami cintai dan mulyakan orang tua kami, para hadirin hadirat,
para pemirsa dan para pendengar, yang semoga senantiasa dimulyakan oleh
allah. Dengan hal yang terus menerus sambung dengan syaidina
Muhammad SAW. Di tambah kecintaan kepada nabi Muhammad SAW, dan
majlis kita di setiap ahad pagi adalah majlis nabi Muhammad SAW. Untuk
kita semakin dekat, semakin kenal, dan semakin tau agar kita semakin cinta
dengan nabi Muhammad SAW. Yaitu dengan membaca kitab
arriadusshalihin. Yaitu kitab yang mengumpulkan hadis hadis nabi SAW,
yang di kumpulkan oleh seorang imam besar yaitu imam annawawi
arrahimakumullah.”
Allah SWT dan Rasulullah SAW, berdoa juga kepada Allah untuk kita dan
pujian rasa hormat kepada guru, orang tua dan jema’ah, dengan bahasa yang
“Kita telah sampai pada bab baru yaitu bab” tanaffusil fi umuril
akhirat, (berlomba-lomba urusan akhirat). Wabil iktisarima
yatabarrakubihi (dan memperbanyak untuk mendapatkan sesuatu-
sesuatu yang penuh berkah yang di berkahi)”dan kita mengambil
berkah dari sesuatu tersebut. Yutabarrak (di ambil berkah) bihi (akan
sesuatu tersebut, albarakah dari allah akan tiba datang sesuatu yang
allah jadikan sebab turunnya keberkhan. (qalallahu ta’ala) Allah SWT
telah berfirman “wabizalika falyatanafasil mutanafisun” attanafus ini
berlomba-lomba di dalam urusan akhirat, bahkan di katakan dalam
urusan akhirat urusan ibadah. Makruh kalo kita mendahulukan orang
lain sementara kita tertingga,l dan hendaknya semua dari kita itu rindu
untuk mendahului yang lainnya di dalam urusan akhirat, bukan urusan
dunia, jika ada orang bisa melakukan solat 5 rakaat kenapa aku tidak
bisa lebih dari itu. Kan aku ingin mendapatkan panggkat dihadapan
ALLAH lebih tinggi dari dia. Dan kita lebih tau kekurangan diri kita
sendiri, sehingga kita niati juga untuk menghapus, karna kebaikan itu
akan menghapus kejahatan, kekurangan, kesalahan yang kita perbuat.
Jika ada orang yang bersedekah atau berinfaq dengan jumlah tertentu,
kita harus berfiqir kok bisa dia, yang jelas jelas dia berpenghasilan di
bawah ku, akan tetapi kenapa dia bisa berbuat baik lebih dari aku.
Kalo orang tidak mengerti makna tanaffus “berlomba-lomba”, dia
tidak pernah merasa terklahkan. Karena dia tidak merasa bersaing dan
berlomba. Seharusnya urusan kebaikan harus berlomba (fastabiqul
khairat). Jika melihat orang bersedekah sedikit atau banyak tidak
pernah berfiqir tentang dirinya disaat melihat orang lain bisa
bersedekah dan dia bisa bersedekah lebih banyak, dia
bersyukuralhamdulillah aku bisa bersedekah lebih banyak dari dia.
Akan tetapi! ketika melihat orang lain bersedekah lebih banyak dari
dia, karna hati dia mati. Dia tidak merasa tersaingi dan tidak pernah
ingin bersaing dalam urusan kebaikan di hadapan allah. Seharusnya
kita harus tampil beda di hadapan allah dan di hadapan nabi saw. Kita
ingin di banggakan. Kalo di banggakan manusia? Ya rendah dan hina,
tapi jika di banggakan manusia agung yaitu nabi muhammad saw. Ya
tentu saja di banggakan oleh Allah dan nabi pun berbangga dengan
52
umatku loh yang begini, begini begini,,, dan syaidina abu bakar
assidiq rengking satu dalam hal ini. Makanya ada urutannya. Dan
beliau ada karna beliau orang-orang mulia, karna beliau bersedekah
dengan seluruh hartanya pada waktu itu. Dan begitulah orang orang
yang pada zaman sahabat nabi saw pangkatnya tinggi. Maka semakin
cepat dia dalam urusan kebaikan maka semakin besar pahalanya, 10
ribu hari ini lebih baik dari satu juta esok hari. Kalo lebih cepat atau
lebih maju waktunya sedekah itu lebih besar pahalanya. Ada yang
satu berkata bulan depan aja deh biar gede, tidak! tidak!, sekarang
yang di kasih saudara berapa untuk fakir miskin, untuk pejuang atau
untuk dakwah. Sebab klo sekarang jelas kamu bayarkan walaupun 10
ribu, tetapi besok ini belum tentu. Ada orang yang berhayalnya
nanti,nanti dan nanti. Jangan kata untuk satu juta, yang lima ribu saja
tertunda lima menit bisa berubah menjadi kue ko. Berubah kan, apa
lagi yang gede, pasti pemikirannya gede juga. Sampai ada suatu kisah
dalam “ tanaffus” dalam berlomba-lomba, ada kisah seserang di selalu
menjaga dari kemakruhan, da tidak mau berbicara dalam toilet kalo di
toilet dia pasti diam, sebab jika berbicara di dalam toilet makruh
hukumnya dan dia selalu menjaga aklak aklak nabi SAW. Suatu
ketika beliau sedang di di dalam toilet lagi buang air besar tiba-tiba
dia memanggil anaknya “waladi waladi waladi” anaku anaku anaku
sini, si anak kaget sebab ayahnya tak pernah berbicara dalam toilet.
Apakah ada ular besar? apakah pintunya terkunci sehingga tidak bisa
di buka? pikiran macem macem anaknya. Ada apa abah? ada apa?
Tiba tiba ayah hendaknya di dalam toilet berkata, nak, terlintas di
benakku aku ingn sekali berbuat baik dengan uangku yang ada di
sakuku itu, atau di bawah bantalku itu, tolong kau ambil cepat
sebelum aku keluar dari sini aku berubah pikiran. Subhanallah, inilah
makanya berbuat baik itu jangan di tunda tunda, apalagi sampai tahun
depan, apalagi yang lebih parahnya sampai di kembangkan dulu deh
sekarang saya cuman bisa bersedekah 100 juta mau saya kembangkan
dulu biar gede. Iya klo untung klo bangkrut nambah repot lagi
urusannya, urusan dengan allah berlomba-lomba jangan sampai di
ambil orang lain. Kalo urusan dunia silahkan, iya deh tetangga kita aja
yang ambil silahkan kamu duluan aja deh, tetapi semuanya berbalik,
jika urusan akhirat entar dulu deh tapi jika urusan dunia aku harus
nomber satu, kebelinger orang ini. “walil iktisaru” dan urusan akhirat,
ayo kita sadar dengan makna ini. Tanpa menghalangi orang lain untuk
berbuat kebaikan, sebab orang lain yang kita ajakpun sampai
pahalanya kepada kita, berbuatlah anda dan beritahu orang lain tetapi
tetap klo bisa anda yang harus jadi nomer satu. Jangan sampe anda
menyeru saja yang lain sudah bersedekah anda ketinggalan. Orang
54
yang mengikuti ceramah beliau dapat mengerti dan tertanam apa yang
beliau sampaikan.
55
kebaikan atau “fastabiqul khairat” ada pesan mendalam yang dapat diambil
oleh jema’ah. Dalam isi materinya bahwa manusia itu harus bisa saling
berlomba dalam urusan akhirat. Bukan berlomba dalam urusan dunia saja.
menghapus dosa atau kesalahan yang pernah kita lakukan. Maka dari itu
merupakan suatu kewajiban bagi seorang da’i, agar dakwah tersebut terarah
dan terkonsep secara matang serta tingkat keberhasilannya pun cukup baik.
da’i.
da’i. Pada akhirnya, penyusunan dan penguasaan materi menjadi hal yang
terpenting.
pentingnya yaitu bahasa yang digunakan maka seorang da’i harus cerdas
56
dalam menata bahasa yang digunakan.20 Seorang da’i harus cerdas memilah-
milah kata dan mengemasnya dengan bahasa yang tepat agar mad’u mau dan
tepat, dan menarik. Penggunaan bahasa oleh seorang da’i harus sesuai
dengan kapasitas mad’u, hal tersebut peneliti temui pada saat penelitian. K.
ataupun kata, dari yang sekiranya sulit dipahami menjadi lebih mudah untuk
penekanan intonasi pada setiap kalimat atau kata, dengan tujuan untuk
dan itu menjadi tehnik jitu bagi beliau, ketimbang beliau menghafal teks
secara keseluruhan.21
maka akan berakibat fatal. Seringkali ditemui seorang da’i yang tidak
20
Wawancara pribadi dengan K. H.yahya zainul ma’arif (pimpinan lembaga dakwah
ponpes al-bahjah cirebon) dikediaman beliau
21
Wawancara pribadi dengan K. H.yahya zainul ma’arif (pimpinan lembaga dakwah
ponpes al-bahjah cirebon) dikediaman beliau
57
berulang ulang teks atau kitab yang akan dibahas oleh beliau. Beliau sangat
paham apa yang beliau mau sampaikan kepada jemaahnya oleh sebab itu
beliau sampaikan materi tersebut dengan cara apa yang jemaah pahami.
tidak sepenuhnya dan tidak jarang pula menggunakan pada teori lima hukum
menggunakan teori tersebut. Teori lima hukum retorika sangat baik dan
22
Wawancara pribadi dengan K. H.yahya zainul ma’arif (pimpinan lembaga dakwah
ponpes al-bahjah cirebon) dikediaman beliau
58
melihat mad’u dari segala aspek, mulai dari karakter pendidikan sampai
mengikuti apa yang terdapat pada teori lima hukum retorika seperti halnya
disampaikan. Dengan begitu, apa yang beliau sampaikan dapat dengan benar
Zainul Ma’arif Jalal dapat disimpulkan bahwa beliau berhasil dan sukses dalam
melaksanakan penyampaian dakwah sesuai dengan yang ada dalam ilmu retorika.
Mulai dari materi dakwah yang sesuai dengan kebutuhan jamaah, metode yang
memberikan ilustrasi maupun contoh yang tidak keluar dari tema, dan memahami
cara mendalam situasi dan kondisi yang ada disekitar serta memahami akan
karakteristik mulai dari psikologi dan tingkatan ilmu yang dimiliki jamaahnya.
retorika dakwah yang beliau gunakan dan wawancara ini tingkatnya bervariasi.
Kepandaian dan kecerdasan beliau dalam mengemas retorika sebagai alat dakwah
dan dakwah sebagai subjek. Dalam hal ini beliau berhasil menggunakan retorika
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian di atas dan pembahasan skripsi ini, penulis dapat
menyimpulkan, bahwa ada dua butir yang merujuk pada permasalahan dan tujuan
penelitian yaitu:
diterima oleh jema’ah yang hadir pada saat beliauberdakwah. Dengan segala
penyampaian dengan bahasa yang baik, intonasi dan artikulasi yang jelas.
Penerapan retorika dakwah K.H. Yahya Zainul Ma’arif pada umumnya, buya
tema, penggunaan tata bahasa yang arif dan bijaksana serta menyesuaikan
bukanlah hal yang sulit untuk mengajak jamaah agar dapat menyimak apa
2. Konsep retorika Menurut K.H. Yahya Zainul Ma’arif adalah cara seseorang
da’i bertutur kata yang berkaitan dengan dakwah sehingga orang yang
60
61
menyimak itu bisa menerima dan memahami dengan mudah apa yang
Mulai dari metode penyampaian, pemilihan kata atau bahasa, bahasa tubuh,
intonasi tingkat suara, dan lain-lain. K.H. Yahya Zainul Ma’arif saat
contoh atau ilustrasi dari sebuah peristiwa yang sering terjadi serta
jamaah yang hadir merasa nyaman dengan gaya atau seni yang beliau
B. Saran
K.H. Yahya Zainul Ma’arif, saran-saran ini di ajukan kepada da’i dan kepada
mahasiswa UIN khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi semoga
saran saran ini dapat bermanfaat. Dalam hal ini penulis mengajukan saran, yaitu:
tekhnologi dan media yang sudah ada sebagai bagian dari alat bantu
2. Dakwah adalah tugas yang sangat mulia sesuai dengan perintah Allah dan
figur dan sosok yang lembut lagi tegas seperti kyai sangat dibutuhkan oleh
3. Kepada segenap ustadz, ustadzh, wali santri, santri, karyawan, karyawati, dan
di kemudian hari dengan selalu memberikan gagasan dan ide, agar lembaga
dakwah Al-Bahjah bisa tetap jaya dan bertahan demi kemajuan di dalamnya
BUKU
Abidin, Dr. Yusuf Zainal.Pengantar Retorika. Bandung: CV Pustaka Setia. 2013.
Alam, Datuk Tombak.Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah. Jakarta: PT. Rhineka
Cipta.
Ar-Rafi’i, Musthafa. Potret Juru Dakwah. Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar. 2002.
Arifin, M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara. 1993.
Israr, M.H. Retorika dan Dakwah Islam Era Modern. Jakarta: CV. Firdaus.1993.
Keraf, Gorys.Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. 2007.
63
64
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya.
1993.
Munir, dan Illahi, Wahyu. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup.
Oka, I Gusti Ngurah. Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar Bandung: Terate.
1976.
Risma, Abu. Dakwah Islam Praktis dalam Pembangunan dalam Suatu Pendekatan
Sosiologis. Yogyakarta: PLP2M. 1985.
Subagyo, Joko.Metode Dalam Teori Dan Pratek. Jakarta: Rhineka Cipta. 1991.
Saputra, Wahidin. Retorika Dakwah Lisan. Buku Ajar Fakultas Ilmu Dakwah UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta: Dakwah Press. 2006.
Shomad, Idris A. Diktat Ilmu Dakwah. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 2004.
WAWANCARA
Wawancarapribadidengan K. H. YahyaZaenulMa’arif
WawancarapribadidenganUst. ArifBillah
Jabatan: Santri
Dakwah yang sangat menarik dan santai tetapi tegas, atas penyampaiannya,
2. Apakah retorika yang digunakan beliau pada saat berdakwah sudah baik?
Sudah.
Sudah, karena sudah banyak buktinya, dari mulai jemaah sedikit bisa di hitung oleh
jari, tapi sekarang yang hadir pada tausiah beliau sangat banyak sekali.
buya memahami betul jika dakwah itu bersifat monoton, maka akan membuat
mad’u merasa jenuh dan bosan. Namun, beliau dapat mempertimbangkan seberapa
besarkah humor itu dikeluarkan agar dakwah yang beliau sampaikan tetap bisa
Sangat paham sebab beliau jika berdakwah sangat detai dan tegas, bahasanyapun
sangat sangat mudah di pahami baik dari kaum awam sampai intelek. Jadi sangat