SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi (S.I.K.) pada Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo
DISUSUN OLEH:
WINA FEBRIANTI
C1D1 11 048
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji hanya milik Allah. Kita panjatkan puji syukur kepada-Nya,
memohon pertolongan dan memohon ampun dari-Nya. Kita berlindung kepadaNya dari segala kekejian diri-diri kita dan kejelekan amalan-amalan kita. Barang
siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka sungguh tidak akan ada seorangpun
yang mampu menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka
sungguh tidak akan ada seorangpun yang mampu memberikan petunjuk kepadaNya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Allah,
tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah
hamba Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah Subhanahu Wataala adalah Tuhanku,
Islam adalah Agamaku, dan Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah
Nabiku.
Selanjutnya, merupakan suatu keharusan bagi para mahasiswa maupun
para akademisi secara umum sebagai kaum intelektual, untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki dan memanifestasikan nilai-nilai intelektual dikalangan
akademik maupun umum dalam upaya meningkatkan kualitas keilmuan di
berbagai aspek kehidupan manusia.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu
Oleo dan untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) serta status alumnus. Dan gelar
Sarjana
Ilmu
Komunikasi
(S.I.K)
yang saya
dapatkan dengan
sebab
menyelesaikan penulis tugas akhir ini, dan merupakan karya monumental penulis
v
yang
berjudulPerbandingan
Bahasa
Jurnalistik
dalam
Pemberitaan Partai Golkar antara Metro TV dan Tv One ada beberapa catatan
ringan yang penulis anggap perlu untuk mencantumkannya yaitu:
Pertama, penulis menyadari bahwa, standar ilmu yang di miliki penulis
masih sangat jauh di bandingkan standar ilmu yang dimiliki para pembaca yang
budiman, sehingga Skripsi ini mungkin saja masih jauh dari ukuran kesempurnaan
yang memenuhi standar ilmu. Untuk itu, dengan segalah kerendahan hati, ucapan
permohonan maaf penulis kepada para pembaca dan semua pihak, yang apabila
dalam penilisan Skripsi ini terdapat kekeliruan dan kesalahan, baik dalam hal
penelitian, menyimpulkan, maupun komentar penulis tentang obyek yang menjadi
fokus penelitian. Hal ini tidak lain dikarenakan keterbatasan ilmu penulis dalam
bidang ini.
Kedua, Pernyataan penulis : Sangat besar harapan saya, apabila terdapat
kesalahan baik komentar, kesimpulan, saran maupun nasehat penulis yang
berhubungan dengan sebagian atau secara keseluruhan isi yang ada dalam Skripsi
ini, maka penulis harapkan kepada para pembaca agar tidak mengikutinya dan
vi
meninggalkan dari apa-apa yang berlebihan atau yang keliru, baik itu yang
bersumber dari kekurangan ilmu penulis ataupun yang bersumber dari watak
kepribadian penulis. Karena itu menunjukan keterbatasan berpikir penulis dan
merupakan kekurangan penulis yang perlu diperbaiki. Dan saya mohon ampun
kepada Allah Subhanahu Wataaladari segala kekurangan yang ada pada diri saya
serta dari berbagai dosa dan kesalahan yang saya perbuat.
Dan tentunya sebelum saya mengakhiri tulisan ini, dan sebagai bentuk dari
pengalaman sabda Rasullulah Shallallahu Alaihi Wasallamyang diriwatkan oleh
Imam Ahmad dan selainnya, bahwa Rasullulah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda Tidaklah bersyukur kepada Allah,orang yang tidak bersyukur kepada
manusia. Karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini, dengan penuh rasa
hormat, secara khusus penulis haturkan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Bapak La Ode Jumaidin, S.Sos. M.Si selaku pembimbing I dan
Ibu Jumrana, S.Sos.,M.Sc, selaku pembimbing II semoga Allah Subhanahu
Wataala menjadikan segala dedikasi mereka dalam membimbing penulis sebagai
amalan yang selalu memberatkan timbangan kebaikan mereka kelak dikemudian
hari, dan semoga Allah Subhanahu Wataalamemanjangkan umur mereka didalam
ketaatan, dan menganugerahkan kepada mereka anak-anak yang shaleh yang
selalu menyejukkan pandangan mata mereka dan menyegarkan jiwa mereka di
dunia dan di akhirat. Penulis sangat mengakui dan menghargai keilmuan yang
mereka miliki dan suatu kehormatan besar bagi penulis sudah menimbah ilmu dari
mereka, semoga banyak mahasiswa yang kreatif, produktif, dan berkualitas yang
lahir dari tangan-tangan mereka.
vii
Kemudian, ucapan terima kasih secara umum kepada mereka yang telah
berjasa di dalam mengisi warna-warni kehidupanku dan menjadi bagian
terpenting dari cerita sejarah perjalanan hidupku, semoga Allah Subhanahu
Wataalamemberikan balasan setimpal kepada mereka semua atas kebaikan
mereka, dan insya Allah nama-nama mereka akan tetap terukir dalam lembaran
memoriku.
1. Ucapan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse,M.S
selaku Rektor Universitas Halu Oleo.
2. Ucapan terimakasih kepada Bapak DR.Bahtiar,M.Si selaku Dekan
Fakulatas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo.
3. Ucapan terima kasih kepada Bapak Masrul, S.Ag,M.Si selaku Ketua
Jurusan Ilmu Komunikasi, Ibu Sutiyana Fachrudin,S.Sos,M.I.Kom selaku
Sekertaris JurusanIlmu Komunikasi. Ucapan terimakasih juga kepada
Bapak
Saidin,S.IP.,M.Si,
selaku
Ketua
Program
Study
Ilmu
ix
xi
15. Untuk adik-adiku, Awin, Bebeng, Rizmi, Awana, dan Awal, Azwar, kalian
adalah penyemangatku, alasanku untuk tetap kuat, dan sabar, ketika titik
kemalasan untuk belajar menghampiri. Dan Kakaku Robi Salam,S.IP.,yang
selalu memberi ilmu, kasih sayang juga motivasi untuk tetap bangkit,
menatap lebih lama, dengan harapan mampu menjadi sosok Kartini Muda,
terimakasih.
16. Dan terimakasih untuk partnerku Abdillah Fisabil Ali, yang selalu
mendengar ceritaku yang panjang tanpa mengeluh, terimakasih untuk kasih
sayangmu, kesabaranmu, dan semoga kita bisa menjadi partner yang akan
bermanfaat untuk keluarga kita, masyarakat, bangsa dan negara,amin.
Akhirnya, penulis berharap segala kebaikan yang ada dalam skripsi ini bisa
memberi manfaat yang positif kepada penulis secara khusus dan juga kepada para
pembaca yang budiman secara umum. Shalawat dan salam serta keberkahan yang
berlimpah semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam-, segenap keluarga dan para sahabatnya serta orangorang yang senantiasa istigoma yang megikuti jalannya hingga akhir zaman.
-Walhamdulillahi Robbil AlaminKendari,
Oktober 2015
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN..............................................................................................
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 5
1.4. Sistematika Penulisan ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka.............................................................................. 8
2.1.1. Konsep Komunikasi ................................................................. 8
2.1.1.1. Pengertian Komunikasi .................................................... 8
2.1.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa ..................................... 8
2.1.1.3. Fungsi Komunikasi .......................................................... 9
2.1.2. Konsep Media Massa ............................................................... 11
2.1.2.1. Definisi Media Massa ...................................................... 11
2.1.2.1. Jenis-jenis Media Massa................................................... 11
2.1.3. pertelevisian di Indonesia ........................................................ 13
2.1.3.1. Sejarah Singkat Pertelevisian di Indonesia ...................... 13
2.1.3.2. Regulasi Pertelevisian Indonesia ...................................... 15
2.1.3.3. Kepemilikan dan Kebijakan Pertelevisian ....................... 16
2.1.4. Kepemilikan dan Kebijakan Pertelevisian ............................... 22
2.1.4.1. Definisi Bahasa Jurnalistik ............................................... 22
2.1.4.2. Prinsip Menulis untuk Televisi ........................................ 26
2.1.5. Paradigma Konstruksivisme .................................................... 29
2.2. Landasan Teori ................................................................................ 31
2.2.1. Teori Konstruksi Sosial Peter L Berger ................................... 31
xii
xiii
3. Tematik ................................................................................ 88
4. Retis ...................................................................................... 89
4.1.3.5. Pemberitaan Metro TV, 10 Maret 2015 ........................... 89
1. Sintaksis................................................................................ 91
2. Skrip ..................................................................................... 92
3. Tematik ................................................................................ 94
4. Retoris................................................................................... 95
4.1.3.6. Perbandingan Framing Pemberitaan Partai Golkar, 10 Maret
2015 antara TvOne dan Metro TV ................................................ 96
4.1.3.7. Pemberitaan TvOne, 31 Mei 2015 ................................... 102
1. Sintaksis................................................................................ 103
2. Skrip ..................................................................................... 104
3. Tematik ................................................................................. 105
4. Retoris................................................................................... 106
4.1.3.8. Pemberitaan Metro TV, 31 Mei 2015 .............................. 106
1. Sintaksis................................................................................ 108
2. Skrip ..................................................................................... 109
3. Tematik ................................................................................. 110
4. Retoris................................................................................... 112
4.1.3.9. Perbandingan Pemberitaan Partai Golkar, 31 Mei 2015 antara
TvOne dan Metro TV .................................................................... 113
4.1.4. Perbandingan Penggunaan Bahasa Jurnalistik antara Metro TV dan
TVONE dalam Pemberitaan Partai Golkar ........................................ 118
4.1.4.1. Pemberitaan TvOne, 30 Maret 2015 ................................ 121
1. Sintaksis................................................................................ 119
2. Skrip ..................................................................................... 121
3. Tematik ................................................................................. 123
4. Retoris................................................................................... 126
4.1.4.2. Pemberitaan Metro TV, 30 Maret 2015 .......................... 129
1. Sintaksis................................................................................ 129
2. Skrip ..................................................................................... 130
3. Skrip ..................................................................................... 132
4. Retoris................................................................................... 137
4.1.4.3. Perbedaan Penggunaan Bahasa Jurnalsitik dari Unsur Framing
pada Pemberitaan Partai Golkar antara TvOne dan Metro TV Tanggal
30 Maret 2015 ............................................................................... 139
4.1.4.4. Pemberitaan TvOne, 10 Maret 2015 ................................ 142
1. Sintaksis................................................................................ 142
2. Skrip ..................................................................................... 143
3. Tematik ................................................................................. 144
xiv
4. Retoris................................................................................... 146
4.1.4.5. Pemberitaan Metro TV, 10 Maret 2015 .......................... 147
1. Sintaksis................................................................................ 147
2. Skrip ..................................................................................... 148
3. Tematik ................................................................................. 149
4. Retoris................................................................................... 150
4.1.4.6. Perbedaan Penggunaan Bahasa Jurnalsitik pada Pemberitaan
Partai Golkar antara TvOne dan Metro TV Tanggal 30 Maret 2015
....................................................................................................... 150
4.1.4.7. Pemberitaan TvOne, 31 Mei 2015 ................................... 153
1. Sintaksis................................................................................ 154
2. Skrip ..................................................................................... 155
3. Tematik ................................................................................. 156
4. Retoris................................................................................... 158
4.1.4.8. Pemberitaan Metro TV, 31 Mei 2015 .............................. 159
1. Sintaksis................................................................................ 159
2. Skrip ..................................................................................... 160
3. Tematik ................................................................................. 161
4. Retoris................................................................................... 163
4.1.4.9. Perbandingan Pemberitaan Partai Golkar, 30 Mei 2015 antara
TvOne dan Metro TV .................................................................... 164
4.2. Analisis Pembahasan ..................................................................... 169
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 179
5.2. Saran ................................................................................................ 180
DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
Halaman
42
75
96
113
150
164
vi
DAFTAR BAGAN
Nomor
Teks
Halaman
1. Kerangka Pikir
40
53
54
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Halaman
39
51
52
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Konflik partai Golongan Karya (Golkar), sepanjang tahun 2014 hingga
2015 menjadi menarik untuk diberitakan. Utamaya pada media tvOne dan Metro
TV, memberitakan secara continu (berlanjut) setiap peristiwa penting partai.
Konflik yang berawal dari pemberian mandat kepada Ketua Umum DPP Partai
Golkar Aburizal Bakrie dalam Rapimnas VI Partai Golkar di Jakarta. Mandat itu
berisi dua opsi, yakni menetapkan Aburizal Bakrie sebagai Calon (capres )
Presiden atau Calon Wakil Presiden (cawapres) Partai Golkar,dan memberikan
mandat penuh kepada Aburizal Bakrie untuk menjalin komunikasi dan koalisi
dengan partai politik manapun. Fakta politik yang terjadi, Aburizal Bakrie tidak
menjadi capres atau cawapres, melainkan mengusung pasangan Capres Prabowo
Subianto dan Cawapres Hatta Rajasa. Padahal, dalam pemahaman yang berbeda,
mandat penuh hanya diberikan Capres atau Cawapres, bukan malah membawa
Partai Golkar untuk mengusung Pasangan Capres dari non kader dan partai politik
lain.
Upaya Partai Golkar mengusung Prabowo-Hatta ternyata tidak diikuti oleh
semua pengurus, fungsionaris dan kader Partai Golkar. Secara terbuka, atau
tertutup, beberapa pengurus, fungsionaris dan kader mendukung pasangan Jokowi
Dodo-Jusuf Kalla. Keberadaan Jusuf Kalla sebagai mantan Ketua Umum Partai
Golkar menjadi alasan utama dibalik dukungan itu. Disinilah drama atau konflik
itu dimulai,(sumber: www.selasar.com/politik/penyebab-konflik-golkar).
Dewan Pimpinan Pusat tandingan akibat konflik tersebut. Tuduhan itu ditujukan
terhadap munas yang berlangsung di Ancol, Jakarta, pada tanggal 6-8 desember
2014 yang di pimpin Agung Laksono, lalu tanggal 30 november sampai 2
desember 2014, juga berlangsung Munas di Bali yang dipimpin langsung Ketua
Umum Partai Golkar Aburizal Bakri.
Pertikaian inilah, banyak pendapat di media massa menyangkut Munas
mana
yang
legal
dan
mana
yang
www.selasar.com/politik/penyebab-konflik-golkar).
ilegal,
Pemberitaan
(sumber:
tersebut
yang menarik untuk menyimak pemberitaan konflik partai golkar ialah pada
media televisi yakni TV One. Hal ini dikarenakan, TV One adalah milik Ketua
Umum partai Golkar sehingga dapat dilihat bagaimana media tersebut
membingkai pesan pada pemberitaan partai Golkar. Sebagai pembandingnya,
untuk melihat seberapa besar pengaruh pemilik media terhadap pemberitaan,
penulis memilih media Metro Tv dengan pertimbangan bahwa media ini bersifat
nasional, juga news (berita) adalah agenda atau program-program utamanya.
Selain itu, Metro TV dimiliki oleh komunikator politik dari Parta Nasional
Demokrat (Nasdem) yakni Surya Paloh, yang juga seorang mantan kader Partai
Golkar. sehingga menarik untuk dijadikan sebagai perbandingna dalam menyimak
pembingkaian (framing) pemberitaan konflik partai bersimbol Pohon Beringin
tersebut.Dalam pemberitaannya, kedua media tersebut meyuguhkan dua sisi
berbeda dari pemberitaan. Hal demikian dipengaruhi oleh kebijakan radaksional
setiap media, karena media memiliki visi dan misi yang berbeda.
Perbedaaan pandangan penyuguhan pemberitaan konflik berlambang
pohon beringin tersebut, ada karena setiap berita melewati tahap konstruksi.
Pandangan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana media,
wartawan, dan berita dilihat. Pandangna konstruksionis menganggap realitas
bersifat subjektif. Realitas hadir karena dihadirkan oleh konsep subektif
wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari
wartawan. Disini, tidak ada realitas objektif, karena realitas itu tercipta lewat
konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas bisa berbeda-beda tergantung pada
bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai
pandangan berbeda, (Eryanto:2002).
Pandangan konstruksionis memandang berita itu ibarat sebuah drama, ia
bukan menggambarkan realitas, melainkan potret dari arena pertarungan antara
berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa, lalu imbuhi dengan berbagai
analisis dari drama, tentu saja ada pihak yang didefinisikan sebagai pahlwan
(hero), tetapi ada juga yang didefinisikan sebagai musuh dan pecundang. Semua
itu dibantuk layaknya sebuah drama yang dipertontonkan.
Berita yang disajikan, dikonstruksi melalui bahasa. Bahasa dalam
pemberitaan dinamankan bahasa jurnalistik. Bahasa merupakan penjabaran untuk
menceritakan suatu peristiwa, sehingga bahasa memiliki peran utama dalam
menonjolkan pesan.
Pemberitaan dua media TV One dan Metro TV terhadap pemberitaan da
kepengurusan dalam partai Golkar tentu berbeda. Perbedaan itu terlihat dari
penggunaan bahasa jurnalistik yang digunakan, pemilihan kata atau diksi yang
ditonjolkan untuk menekankan fakta, sehingga pembingkaian atau framing
pemberitaan akan berbeda dari kedua media tersebut. Sehingga bahasa yang
digunakan sangar berpengaruh terhadap arah pandang dan makna yang ingin
disampaikan oleh media dalam pemberitaan.
Oleh sebab itu, maka latar belakang diatas, penulis tertarik ingin
menulusuri lebih dalam bagaimaana kedua media bersifat tersebut menyuguhkan
pemberitaan partai Golkar yang telah berumur 50 tahun itu. Dalam penelitian ini,
penulis akan menggunakan pendekatan analisis framing Pan dan Kosicky untuk
melihat bagaimana kedua media tersebut membingkai peristiwa konflik partai
berlambang pohon beringin itu. Sehingga dengan pendekatan tersebut dapat pula
dilihat perbandingan penggunaan bahasa jurnalistik, pemilihan kata yang dipilih
untuk memberi penonjolan makna pada setiap peristiwa. Penulis menentukan
judul penelitian Perbandingan Bahasa Jurnalistik dalam Pemberitaan Partai
Golkar antara Metro Tv dan TV One.
1.2
Rumusan Masalah
Bahasa akan menunjukan siapa kita, dan bagaimana budaya kita, sehingga
semakin bagus cara bertutur maka pandangan orang lain terhadap diri kita
semakin baik pula. Dan juga, bahasa akan mencermikan tingkat kecerdasan,
semakin baik pemilihan kata dalam mengemas pesan maka semakin mudah pula
pemahaman orang lain terhadap informasi yang kita sampaikan, jadi cerdaslah
dalam memilih kata. Sehingga dari untaian latar belakang di atas, penulis
menemukan rumusan masalah dalam penelitan ini yaitu:
1. Bagaimanakah pembingkaian (frame) berita yang dilakukan oleh Metro
TV dan TVOne
2. Bagaimana Perbandingan Penggunaan Bahasa Jurnalistik antara Metro TV
dan TV ONE dalam pemberitaan Partai Golkar
1.3
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: Untuk Mengetahui
bagaimana Metro TV dan tvOne membingkai pemberitaan partai Golkar, juga
untuk mengetahui penggunaan Bahasa Jurnalistik antara Metro TV dan TV ONE
dalam Pemberitaan Partai Golkar.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa yang melakukan penelitian di bidang
jurnalistik khususnya pemakaian bahasa jurnalistik dan analisis framing.
2. Sebagai sumber data ilmiah bagi pihak-pihak tertentu yang membutuhkannya
sebagai bahan kajian.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
1. Penambah wawasan tentang penggunaan bahasa jurnalistik, sehingga dengan
mudah memahami kalimat-kalimaat yang di sajikan dalam berita.
2. Memberi pengetahuan terkait penggunaan bahasa jurnalistik yang dapat di
praktekan dalam kehidupan sehari-hari dalam menyampaikan informasi di
lingkungan masyarakat, agar tersistematis dan tidak bertele-tele.
1.4. Sistematika Penulisan
Penelitian yang akan dilakukan ini, memiliki struktur sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
METODE PENELITIAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjuan Pustaka
2.1.1. Konsep Komunikasi
2.1.1.1. Pengertian Komunikasi Massa
Nurudin (2003:1) mendefinisikan komunikasi massa adalah, studi ilmiah
tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan pembaca atau pendengar atau
penonoton yang akan coba diraihnya dan efeknya terhadap mereka. Menurut
Mulyana (2001:75) komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan
media massa, baik cetak (majalah, surat kabar) atau elektronik (radio, televisi)
yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar di banyak tempat,
anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara
serempak dan selintas (khususnya media elektronik).
2.1.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa
Nurani Soyomukti dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi (2010 : 193
- 194) menyederhanakan karakteristik komunikasi massa, antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
dan
massa
dipilih
kalangan
tertentu
sebagai
To inform (menginformasikan)
2.
3.
To persuade (membujuk)
4.
Informasi bisa diperoleh dari siapa saja, tetapi media massa dapat
menyajikan informasi secara cepat serta lebih akurat. Khalayak dapat mengetahui
10
11
12
13
14
sistem produksi (pesan), pemancaran gelombang dan pesawat televisi itu sendiri
sebagai media penerima siaran.
15
Menilik dari segi budaya, Indonesia mempunyai modal dasar yang sangat
besar daam industri televisi. Keragaman budaya dan sosial masyarakat di
Indonesia, contohnya, sebenarnya merupakan bahan baku yang tidak akan pernah
basi dan selalu menarik untuk kita rekonstruksi menjadi teks-teks budaya baru di
televisi. Sekarang tinggal bagaimana pelaku-pelaku kreatif di industri televisi
mengemasnya dengan cara yang menarik dan menghibur, demi kepentingan
publik, tetapi tetap mengahadirkan nilai edukatif yang tidak menjemukan.
16
Melalui ketiga asas yang telah disebutkan, dunia penyiaran Indonesia pun
diharapkan mampu mengoperasionalkan tujuan aksiologinya ( hasil ), yakni:
1. Menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini berarti,
setiap insan yang berkubang (bergelut) dalam dunia kepenyiaran ditunut
mampu berpikir, berbuat, dan berkata sebagaimana yang diamanatkan
Panccasila.
2. Menjunjung tinggi kemanusiaan dengan menghormati hak dan kebebasan
orang lain
3. Menjunjung tinggi persatuan, yakni bekerja bukan untuk kepentingan
sandiri atau kelompok tertentu, tidak memutarbalikan fakta, tidak
memfitnah,
tidak
menyangka
hal-hal
yang
cabul,
dan
tidak
mempertontonkan kesadisan
4. Menjunjung tinggi kerakyatan, yang dalam konteks ini misalnya
kemampuan dan keberanian lembaga penyiaran dalam melindungi hak
pribadi narasumber yang hendak atau sedang disiarkan
5. Menjunjung tinggi keadilan, yang bermakna menyelaraskan kepentingan
khusus dari kepentingan umum, umpamanya dengan menggarisbawahi
pemberitaan
yang
seimbang
dan
akurat.
(Komisi
Penyiaran
Iindonesia:2013,3).
2.1.3.3. Kepemilikan dan Kebijakan Pertelevisian
Hal fundamental bagi pemahaman struktur media adalah persoalan
kepemilikan dan bagaimana kekuasaan kepemilikan dijalankan. Kepercayaan
17
bahwa kepemilikan menentukan sifat media tidak sekedar teori Marxis, tetapi
merupakan sebuah hal yang logis yang dirangkum dalam hukum kedua
jurnalisme milik Altschul (1984): konten media selalu mencerminkan
kepentingan mereka yang membiayainya. Tidak mengherankan bila terdapat
beberapa bentuk kepemilikan media yang berbeda. Dan kekuatan kepentingan
kepemilikan dapat dijalankan dengan berbagai cara (Mc Quail, 2011).
Efek dari kepemilikan media tersebut berdampak pada keputusan paling
penting dalam teori komunikasi massa yaitu publikasi atau pemberitaan.
Kebebasan pers akan mendukung hak pemilik untuk memutuskan konten sebuah
pemberitaan. Untuk melihat pengaruh kepemilikan media massa, check and
balance dalam sebuah kerja media harus di tegaskan. Tetapi, sistem check and
balance juga tidak dapat mengaburkan sejumlah fakta nyata dari kerja media, (Mc
Quail, 2011). Ketika sistem check (periksa) and balance(imbang) tidak juga dapat
mengaburkan sistem check and balance dari kepemilikan media maka masyarakat
harus menerima bias pemberitaan dari media tersebut.
Media massa bukan hanya sekedar sarana yang menampilkan sebuah
peristiwa secara apa adanya, tetapi juga tergantung kepada kelompok atau siapa
pemilik yang mendominasinya, dengan kata lain adanya unsur kepemilikan yang
mempengaruhi peristiwa tersebut. Curran & Gurevitch (1982), mengatakan bahwa
kepentingan pemilik media dikhawatirkan akan mempengaruhi pesan yang
disampaikan media dan hegemoni ideologi media yang akhirnya berpengaruh
kepada khalayak. Bahkan pengaruh pemilik media juga berdampak pada
pemberitaan konten media. Dengan adanya intervensi dari kepemilikan media,
18
maka secara tidak langsung masyarakat telah dipilihkan dalam membaca sebuah
berita. Apalagi jika berita tersebut berkaitan dengan kegiatan sang pemilik
media.
Chomsky (2000) menganalisis adanya konspirasi para elit yang melakukan
kontrol pemberitaan dan informasi. Dengan menggunakan istilah Manufacturing
Consent (izin pembuatan), tokoh kritis ini melihat media menjadi alat kepentingan
politik, ekonomi, militer dan kultur kalangan eksklusif. Menurutnya, gete keeper
media menjadi pion politisi dan industriawan mencari keuntungan. Dengan kata
lain, atas nama kepentingan bangsa, para pejabat mengatur pemberitaan sesuai
keinginan mereka. Adapun atas nama pertumbuhan ekonomi, para pebisnis atau
pedagang melakukan hal yang sama. Apa yang diungkpakan Chomsky sering
dikenal sebagai analisis instrumentalis. Fokusnya pada penggunaan media sebagai
instrumen para kapitalis untuk membuat komoditi informan yang diperoduksi oleh
industri
media
menjadi
sesuai
dengan
kepentingan
yang diterapkan
mereka.Chomsky
Amerika Serikat oleh kelompok pemilik modal yang membuat kelompok ini
mampu menetapkan premis-premis wacana publik, menentukan informasi apa
yang boleh dikonsumsi publik, dan terus-menerus mengelola pendapat publik
melalui propoganda (Herman dan Chomsky, 2000). Karena media massa adalah
instrumen propoganda, maka Chomsky melihat isi media lebih dipenuhi oleh
kebohongan-kebohongan semata. (sumber: http://anarkis.org/anarkis-faq/bagd/d-3/)
19
Sementara itu di Tanah Air bisnis televisi swasta nasional menjadi marak
ketika beberapa pengusaha besar masih dekat dengan Soeharto dan keluarga
Cendana mulai memasuki area bisnis media massa ini. Di antaranya Sudono
Salim atau yang dikenal dengan Liem Sieo Liong, mendirikan Indosiar TV pada
tahun 1992, kemudian Aaburizal Bakrie dan Agung Laksono fungsionaris Golkar,
mesin politik Orde Baru kala itu, juga mendirikan ANTV pada tahun1994, dan
fungsionaris partai Golkar lainnya, Surya Paloh yang juga pemilik Media
Indonesia Grup, mendirikan stasiun televisi berita, Metro TV pada tahun 1994
(Komisi Penyiaran Indonesia:2013).
Akhir tahun 1990-an, beberapa stasiun televisi swasta nasional pun mulai
berdiri di Indonesia. TransTV dimiliki oleh pengusaha pribumi dan pemilik Para
Grup, Chairul Tanjung. Lativi yang dimiliki mantan menteri Soeharto kala itu,
yakni Abdul Latief. Lativi akhirnya bangkrut dan diambil alih oleh Bakrie Grup,
yang berganti nama menjadi TVOne. Sementara itu, Kompas Grup juga
mendirikan televisi swasta nasional, yakni TV7. Namun tidak bertahan lama,
kemudian TV7 dimerger oleh Chairul Tanjung dari Para Grup menjadi Trans7.
Mulailah bisnis televisi di Tanah air menjadi ebih kompetitif karena mereka harus
berbuat kue iklan yang ada.
Konglomerasi televisi tidak saja berkembang di Indonesia. Fenomena ini
telah mengglobal. Di luar Indonesia gurita bisnis televisi dikuasai oleh segelintir
pemilik media besar tertentu. Seperti misalnya Robert Murdoch dengan News
Corp-nya, kemudian Disney Corp dan sebagainya.
20
21
saja, namun juga input balik dari sisi peluang bisnis. Pemberitaan adalah
idealisme stasiun televisi. Jurnalisme model televisi swasta semakin memperkaya
operasionalisasi pemberitaan media massa Indonesia. Adanya ketertutupan
politik, di mata praktisi pertelevisian, jelas akan menghambat pertumbuhan bisnis
berita itu sendiri.
Perluasan dunia televisi melonggarkan cengkraman negara atasnya. Lahir
dalam atsmosfer persaingan, bukan hanya antar mereka sendiri melainkan juga
melawan saluran internasional seperti CNN, BBC, dan lain-lain. Di sinilah
program televisi swasta di asah ketujuan yang agak berbeda, yaitu mendapatkan
pemirsa bagi para pengiklan.
Kehadiran 10 stasiun televisi swasta nasional dan puluhan televisi lokal
masih tampak betapa pemirsa sebagai konsumen informasi belum banyak
memanfaatkan kekuatan informasi sebagai agenda kehidupan sehari-hari, baik
untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan bisnis. Kalaupun masyarakat
menonton program acara televisi, maka informasi yang dominan diinginkan
adalah sekedar untuk mendapatkan hiburan. Hal ini dapat dipantau dari data
rating 20 besar program di masing-masing stasiun TV hampir didominasi
program acara hiburan (entertainment), sinetron, dan reality show. Program
informasi
masih
berada
pada
urutan
sesudahnya
(Komisis
Penyiaran
Indonesia:2013).
Kepemilikan
media
ternyata
berpengaruh
terhadap
cara
media
mengungkap isi. Ekonomi politik media menjadi isu yang serius di Indonesia
22
selama ini. Konglomerasi media yang dimiliki oleh segelintir orang mulai
menggurita hingga kemedia lokal. Kuatnya kepemilikan media di media massa di
Tanah Air pada akhirnya mengancam demokrasi sistem politik Indonesia. Banyak
kasus dan contoh telah membuktikan bahwa kepentingan dan ideologi pemilik
sedikit banyak berpengaruh terhadap cara media mengupas fenomena dan realitas
sosial politik yang terjadi.
2.1.4. Bahasa Jurnalistik
2.1.4.1. Definisi Bahasa Jurnalistik
Menurut S.Wojowasito dari IKIP Malang dalam Karya Latihan Wartawan
Persatuan Wartawan Indonesia (KLW PWI) bahasa jurnalistik aialah bahasa
komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah.
Denga fungsi yang demikian itu, bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca
oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian besar
masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun demikian
jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara
lain terdiri dari susunan kalimat yang benar dan pilihan kata cocok
(Sumadiria,2008:6).
Badudu mengungkapkan bahwa bahasa jurnalistik harus singkat, padat,
sederhana, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa
jurnalistik mengingat media massa dinikmati oleh lapisan masyarakat yang tidak
sama tingkat pengetahuannya. Orang tidak menghabiskan watunya untuk
membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami.
23
Bahasa jurnalistik tunduk pada bahasa baku. Menurut Badudu bahasa baku
ialah bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan
paling besar wibawanya. Bahasa baku digunakan dalam situasi resmi baik bahasa
lisan maupun tulisan; misalnya, bahasa yang digunakan dalam berkhotbah,
memberikan ceramah, pelajaran, berdiskusi, memimpin rapat (lisan); bahasa yang
digunakan pula dalam surat menyurat resmi, menulis laporan resmi, buku, skripsi,
disertasi, menulis undang-undang. Demikian juga bahasa koran dan majalah,
bahasa siaran televisi dan radio, haruslah baku, agar dapat dipahami oleh orang
yang membaca dan mendengarnya di seluruh negeri.
Seorang jurnalis harus terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa
mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skill),
ketermpilan membaca (reading skill), keterampilan berbicara (speaking skill), dan
keterampilan menulis (writing skill). Setiap keterampilan berhubungan erat
dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Lebih jauh,
setiap keterampilan tersebut berhubungan erat dengan proses-proses yang
mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Menurut tarigan
seperti yang dikutip dalam Sumadiria semakin terampil orang berbahasa, semakin
cerah dan luas pula jalan pikirannya. Keterampilan diperoleh dan dikuasai dengan
cara praktik dan banyak berlatih. Melatih keterampilan berbahasa berarti melatih
keterampilan (Sumadiria:2008:5).
MCLuhan berpendapat bahwa setiap media memiliki tata bahasa sendiri,
yankni seperangkat peraturan yang erat kaintannya dengan berbagai alat indra,
dalam hubungannya dengan penggunaan media. Setiap tata bahasa media
24
memiliki kecenderungan (bias) pada alat indra tertentu. Televisi misalnya, adalah
perpanjangan alat indra peraba ( meraba, meneyentuh, dan sistem syaraf). Karena
media bias pada alat indra tertentu, maka media memiliki pengaruh yang berbeda
pada perilaku manusia yang menggunakannya. Dalam keyakinan MCLuhan,
televisi akan melahirkan desa dunia (global vikkage), ketika orang-orang di
seluruh dunia berbagi pengalaman dan gagasan secara serentak. Televisi juga
merangsang seluruh alat indra kita, mengubah persepsi kita, dan akhirnya
memengaruhi perilaku kita (Rakhmat,1998 dalam Sumadiria, 2008). Semua itu
hanya mungkin terjadi, apabila bahasa televisi benar-benar informatif,
komunikatif, persuasif, dan sekaligus atraktif. Inilah yang disebut gaya pesan.
Gaya pesan, berkaitan dengan khalayak pemirsa agar mudah dipahami dan
dimengerti. Peran bahasa sangat strategis, karena seperti ditegaskan Benjamin L.
Whorf, bahasa adalah pandu realitas sosial. Pandangan kita tentang dunia
dibentuk oleh bahasa, dan karena bahasa berbeda, pandangan kita tentang dunia
pun berbeda pula.
Bahasa televisi sangat khas, karena memadukan kata-kata, suara, serta
gambar bergerak secara bersamaan dan seketika. Berita televisi ditanggapi dalam
dua perspektif yaitu
1. Perspektif semantik secara leksikal oral yang berorientase pada efek katakata
2. Perspektif dramatik secara visual yang menunjuk pada efek gabungan
gambar dan suara.
25
26
benar, aktual, penting dan atau menarik dengan tujuan agar mudah dipahami
isinya dan cepat ditangkap maknanya.
2.1.4.2. Prinsip Menulis Untuk Televisi
Sumadi Ria dalam bukunya Bahasa Jurnalistik (2008) menjelaskan
menulis untuk televisi pada dasarnya ntuk mata dan telinga sekaligus. Gambar
boleh bagus, tajam, dan kontras. Tetapi kalau tidak disertai suara atau kata-kata,
maka tetap saja gambar itu hanya layaki disebut gambar bisu. Sebaliknya, suara
atau kata-kata boleh ringkas dan enak didengar.
Bahasa televisi dirancang secara teknis untuk memadukan gambar, katakata dan suara sekaligus pada saat bersamaan dan simultan. Para pakar media
massa, untuk itu telah membuat sejumlah pedoman, asas, prinsip, dan kiat-kiat
praktis cara menulis untuk televisi. Morissan misalnya dalam jurnalistik televisi
mutakhir memaparkan sedikitnya terdapat 15 prinsip penulis naskah berita televisi
agar sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik. Untuk memudahkan pembaca,
penjelasan setiap prinsip sengaja di beri judul. Berikut, petikan Morissan
selengkapnya dalan Sumadi Ria (2008:131-134).
1. Gaya ringan bahasa sederhana
Tulislah naskah dengan gaya ringan dan bahasa yang sederhana. Sehingga
dapat dibaca dengan singkat dan mudah. Suatu berita mungkin mengandung
informais yang rumit, namun tugas reporter ntuk menyederhanakan
informasi sehingga mudah dimengerti tanpa harus kehilangan maksud dan
tujuannya.
2. Gunakan Ekonomi Kata
27
kata
sesuai
kebiasaan
dengan
memperhatikan
konteks
28
29
30
bahwa hubungan
31
32
33
Luckmann tidak memasukan media massa sebagai variabel atau fenomena yang
berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas.
Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L Berger dan
Luckmann telah direvisi dengan melihat fenomena media massa sangat substantif
dalam proses eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi inilah yang kemudian
dikenal sebagai konstruksi sosial media massa. Menurut perspektif ini tahapantahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: tahap
menyiapkan materi konstruksi; tahap sebaran kostruksi; tahap pembentukan
kosntruksi; tahap konfirmasi. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Tahap menyiapkan materi konstruksi : Ada tiga hal penting dalam tahapan
ini yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan
semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.
2. Tahap sebaran konstruksi : prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial
media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara
tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media,
menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.
3. Tahap
pembentukan
konstruksi
realitas.
Pembentukan
konstruksi
34
35
Analisis framing adalah bagian dari analisis isi yang melakukan penilaian
tentang wacana persaingan antar kelompok yang muncul atau tampak di media.
Analisis framing dapat mengungkap kecenderungan perspektif media saat
mengkonstruksi fakta sebagai bangunan realitas konstruksional. Analisis framing
merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkap rahasia
dibalik semua perbedaan (bahkan pertentangan media dalam mengungkapkan
fakta) (Eriyanto, 2008). Dengan demikian realitas sosial dipahami, dimaknai, dan
dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu. Ada dua esensi utama dari
analisis framing yaitu, Pertama, bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan
dengan bagian mana yang diliput dan mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana
fakta ditulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar
untuk mendukung gagasan.
Pada penelitian ini penulis akan menggunakan model analisis framing dari
Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki.( dalam Eriyanto,
2008).
Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi dalam empat
struktur besar yakni :
1. Sintaksis. Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau
fase dalam kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada
pengertian susunan dari bagian berita berita headline, lead, latar
informasi, sumber, penutup dalam satu kesatuan teks berita secara
keseluruhan. Bagian itu tersusun dalam bentuk yang tetap dan teratur
36
mengkonstruksi
dan
mengorganisasikan
pengalaman
pribadinya secara aktif dan unik berdasarkan skema interpretasinya atau referensi
pembingkaian yang ada dalam pikirannya. Kaitannya dengan penelitian dari
rumusan masalah adalah bagaimana perbandingan bahasa jurnalistik dalam
pemberitaan politik antara Metro TV dan TV One, yaitu menemukan konstruksikonstruksi realitas dalam pemberitaan dengan menganalisis penggunaan bahasa
37
dari setiap kata yang dipilih untuk mempresentasikan hasil liputannya. Karena
bahasa merupakan alat menjabarkan atau menjelaskan sebuah realitas.
Untuk menganalisis konstruksi realitas pemberitaan kedua media tersebut
maka peneliti juga menggunakan pendekatan analisis framing, yang merupakan
sebuah metode penelitian mengenai media massa yang dasar penelitiannya berasal
dari teori Konstruksi Sosial. Dalam beberapa literatur yang ada, dijelaskan bahwa
pada dasarnya analisis framing merupakan salah satu metode analisis data yang
digunakan untuk melihat bagaimana media massa seperti surat kabar ataupun
televisi membingkai realitas yang ada, untuk dimuat atau disiarkan sebagai berita.
Jika dilihat dari perspektif komunikasi, maka analisis framing mengarah
kepada sebuah metode analisis media yang dipakai untuk membedah cara-cara
atau ideologi media saat meng- konstruksi fakta. Kemudian, berdasarkan konsep
psikologi, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang
unik, sehingga elemen-elemen tertentu dari suatu isu mem peroleh alokasi sumber
kognitif individu lebih besar (Sobur, 2006: 162-163).
Untuk menerapkan analisis framing dalam melihat bagaimana konstruksi
yang dilakukan oleh media yang bersangkutan, maka salah satu model yang bisa
digunakan adalah model yang dikembangkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki, Alasan pemilihan model ini, karena Pan dan Kosicki menjabarkan
sebuah model yang sangat detail dalam melihat sebuah pembingkaian berita. Hal
inilah yang berbeda dengan model penelitian lainnya. Pan dan Kosicki
mengartikan bahwa analisis framing merupakan sebuah proses membuat pesan
38
yang lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga
khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut.
Pan dan Kosicki membagi perangkat framing kedalam empat struktur
besar. Yang pertama adalah sintaksis. Unsur Sintaksis berhubungan dengan
headline berita, lead berita, latar informasi, pernyataan, opini, kutipan,
pengamatan atas peristiwa ke dalam bentuk susunan kalimat. Yang kedua adalah
struktur Skrip: Berhubungan dengan cara wartawan dalam mengisahkan berita
dan mengemas peristiwa. Yang ketiga adalah struktur Tematik: Hubungan antar
kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Yang keempat adalah Struktur
Retoris: Berhubungan dengan cara wartawan memakai pilihan kata, grafik dan
idiom yang dipakai bukan hanya untuk mendukung tulisan. Untuk itu, model
analisis Pan and Kosicki ini digambarkan dalam bentuk skema berikut
(Eriyanto:2002).
Struktur
SINTAKSI
Cara
wartawan
menyusun
berita
Perangkat Framing
Skema Berita
Unit yang
diamati
Headline, lead,
latar informasi,
kutipan sumber,
pernyataan,
penutup.
39
SKRIP
Cara wartawan
Kelengkapan berita
5W+1H
menyusun
fakta
TEMATIK
1. Detail
Paragraf,
2. Koherensi
proposisi,
3. Bentuk kalimat
kalimat,
4. Kata ganti
hubungan antar
kalimat
RETORIS
Cara
wartawan
a. Leksikon
Kata,
idiom,
b. Grafis
gambar/foto,
c. Metafora
grafik.
menekankan fakta
40
Sintaksis
Skrip
41
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Subjek penelitian
Subjek Penelitian ini adalah berita politik di stasiun Metro TV dan tvOne
Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah bahasa jurnalistik dalam pemberitaan
Partai Golkar yang telah diberitakan oleh Media Metro TV dan tvOne periode
Mei 2015.
3.3
3.4
42
dengan menggunakan alat analisis framing Pan dan Kosicky, yaitu menjelaskan
teks berita dengan membagi empat elemen, yaitu sintaksis,skrip,tematik dan
retoris. Dengan menganalisis penggunaan bahasa jurnalistik yang ada dalam
framing pemberitaan.
3.6
Struktur Kerangka
Analisis
Teknik Pengumpulan
Data
Pembingkaian berita
politik Metro TV dan
TVOne
Menganalisis:
1.Sintaksis
Analisis
dari
teks dokumentasi,
berita
observasi
dan
kepustakaan
Bahasa
1.judul berita
jurnalistitk Metro TV 2.lead
3.body teks
dan TVOne
Analisis
dokumentasi,
observasi
kepustakaan
dan
43
3.7.
Konseptualisasi
1. Bahasa Jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa yang digunakan oleh
jurnalis atau wartawan dalam menulis berita dalam media massa
2. Berita politik adalah berita terkait dengan kerja pemerintah (eksekutif)
saja. Pusat maupun daerah. Termasuk persinggungannya dengan lembaga
legislatif dan yudikatif.
3. Sintaksis adalah yang berhubungan dengan hedline berita, lead berita, latar
informasi, pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa kedalam
susunan kalimat.
4. Skrip adalah yang berhubungan dengan cara wartawan mengisahkan berita
dan mengemas berita, yang dapat dilihat dari kelengkapan berita (5W+1H)
5. Tematik adalah hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara
keseluruhan.
6. Retoris adalah yang berhubungan dengan cara wartawan memilih pilihan
kata, grafik dan idiom yang dipakai bukan hanya untuk mendukung
tulisan.
7. Judul berita adalah garis besar dari peristiwa
8. Lead adalah kalimat awal yang menjelaskan garis besar sebuah peristiwa
atau berita
9. Body teks adalah isi berita
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Penelitian
4.1.1.1. Stasiun Metro TV
Metro TV adalah sebuah stasiun televisi berita swasta Indonesia yang
pertama. Stasiun ini resmi mengudara 25 November 2000 di Jakarta. Sebagai TV
berita konsepnya agak berbeda dengan yang lain, sebab selain mengudara 24 jam
setiap hari, stasiun TV ini hanya memusatkan acaranya pada siaran warta berita
saja. Tetapi dalaam perkembangannya, stasiun ini kembali juga memasukan unsur
hiburan dalam program-programnya. Metro TV adalah stasiun pertama di
Indonesia yang menyiarkan berita dalam bahasa Mandarin. Metro Xin Wen, dan
juga satu-satunya stasiun TV di Indonesia yang tidak menayangkan program
sinetron. Metro TV juga menayangkan siaran internasional berbahasa Inggris
pertama di Indonesia. Stasiun ini dikenal memiliki presenter berita terbanyak di
Indonesia, presenter bahasa Indonesia, Mandarin, dan Inggris. Metro TV juga
menyangkan program e-Lifestyle, yakni program talkshow yang membahas
tekhnologi informasi dan telekomunikasi.
Metro TV dimiliki Media Group pimpinan Surya Palohyang juga memiliki
harian media Indonesia dan Lampung Post. Surya Paloh juga tercatata sebagai
Ketua Umum pada partai Nasional Demokrat (Nasdem) yang ikut mensukseskan
45
pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. juga tercatat mantan Dewan Pembina
Partai Golkar di Tahun 2004. Pada pemberitaan konflik partai Golkar, yang
terbagi menjadi dua kubu dalam kepengurusan partai Golkar,yakni pimpinan
Aburizal Bakrie dan dibawa pimpinan Agung Laksono, Metro TV memberitakan
dengan proposional sesuai ideologi Metro TV.
Ideologi sebagai TV yang mendepankan etika dan moral ini diupayakan
jajaran direksi Metro TV bisa menempatkan eksistensi Metro TV sebagai TV
terdepan dalam pemberitaan. Namun ideologi tersebut juga sangat kental
dipengaruhi oleh kepentingan bisnis dan politik, (Machyudin,Agung.2013:79-80).
Berikut ini adalah visi dan misi dari Metro TV:
Visi:
1. Untuk menjadi stasiun televisi Indonesia dengan rangking nomor satu dala
pemberitaan, menawarkan kualitas program hiburan dan gaya hidup.
Menyediakan kesempatan periklanan yang unik dan pencapaian loyalitas
dengan para penontonnya dan para pengiklanan.
Misi:
1. Untuk mengakumulasi dan mempromosikan kemajuan bangsa dan
negara ke arah atmosfir demokrasi, agar dapat unggul dalam kompetesi
global, dengan apresiasi moral dan etika yang tinggi.
46
47
48
49
atau
21,58%
dari
keseluruhan
suara
sah,
(https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Golongan_Karya).
50
51
Gambar 2.
Sumber: Google
52
4.1.2.2. tvOne
Tidak semua jajaran dean direksi atau strutur keorganisasian di
publikasian, karena sebgaian sebagian bersifat rahasia, (Laporan KKP,Ika
Wullandari:2015). Berikut struktur keorgnisasian TvOne:
Gambar 3.
53
Ketua Umum
Aburizal Bakrie
Wakil Ketua Umum
Ketua Harian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Theo L Sambuaga
Nurdin Hali
Setya Novanto
Sjarif Cicip Sutarjo
Fadel Muhammad
Siti Hediati Harijadi
Ahmadi Noor Supit
Ade Komardin
Aziz Syamsudin
Mohammad
Sulaeman Hidayat
Sekretaris Jendral
Bendahara Umum
Idrus Marham
Bambang Soesatyo
Sumber: Kompasiana.com
54
Ketua Umum
Agung Laksono
Wakil Ketua Umum
Ketua Harian
3.
Ibnu Munzir
Sekretaris Jendral
Bendahara Umum
Zainudin Amali
Sri Yulianti
Sumber: Kompasiana.com
55
56
57
Shinta di studio, dan wartawan Tisa Noveni yang melaporkan langsung peristiwa
tersebut secara langsung dari gedung DPR RI.
Berikut analisis framing yang terbagi dalam empat indikator:
1. Sintaksis
Unsur sintaksis, tvOne menurunkan berita dengan judul Demokrasi dalam
bahaya. Pandangan tvOne tersebut diwujudkan dalam skema atau bagan dalam
berita. Judul berita yang diangkat sudah jelas menunjukan pandangan tvOne akan
peristiwa saat itu. Judul seperti ini, membawa pesan bahwa, akibat terpecahnya
dua kubu partai Golkar, menimbulkan kericuhan pada kader-kader Golkar yang
bisa mencerminkan runtuhnya asas kenegaraan yakni demokrasi.
Intro atau lead pemberitaan itu yakni:
Anchor Adi: Pemirsa, konflik ditubuh partai Golkar memanas, fraksi
partai Golkar DPR bentukan Agung laksono memaksa untuk menduduki
ruang fraksi partai Golkar, untuk mengetahui kondisi terkini kita tanyakan
langsung dengan Tisa Noveni yang berada disana.
Lead ini memberi gambaran kepada pemirsa bahwa konflik partai Golkar
semakin rumit, dan belum menemukan titik terang. Yang ditandai dengan kata
memanas, yang bukan makna sebenarnya. Kata memanas dengan kata dasar
panas digunakan untuk menyatakan benda yang dapat dirasakan dengan indra
peraba. Secara konotatif kata memanas dalam lead tersebut bermakna amarah
yang melambung tinggi.
Dari lead yang di bacakan oleh anchor di atas, tvOne ingin memberi
tahukan kepada pemirsa, bahwa kubu Agung laksono melakukan tindakan
58
pemaksaan sebagai cara untuk memperoleh ruang ketua fraksi partai Golkar yang
masih di duduki kepengurusan Aburizal Bakrie. Ini dicirikan dari diksi atau kata
yang dipilih, yaitu kata memaksa dan diduduki. Kata memaksa menunjukan
pemaksaan yang dilakukan, yang disusul dengan konjungsi untuk sebagai
penjelas penggunaan kata memaksa, yang kemudian terjawab dengan susulan
kata menduduki, yang berarti usaha mengusai sepenuhnya ruang ketua fraksi
partai Golkar.
Wartawan Tisa Noveni juga menuturkan bahwa, ada aksi perebutan ruang
ketua fraksi seperti yang sudah di bacakana oleh anchor Shinta dari studio tvOne.
Tisa menuturkan peristiwa tersebut dalam kemasan bahasa yang ringan dengan
menjelaskan lebih awal bahwa Yoris sebagai wakil ketua umum yang datang
dengan sejumlah masa, ini dilihat pada tuturan Tisa Noveni:
Datang bersama dengan sejumlah masa,ada puluhan masa yang terlihat
disana, lalu di ikuti sempat terjadi kericuhan disana pemirsa, dan ini
diakibatkan karena adanya upaya untuk mencoba menduduki kantor fraksi
partai golkar dari kubu Agung Laksono.
Latar informasi yang digunakan dalam pemberitaan ini adalah upaya
pengambil alihan ruang ketua partai Golkar oleh fraksi bentukan Agung Laksono
dari kepengurusan lama secara paksa, yakni Aburizal Bakrie yang menggunakan
ruang ketua fraksi partai Golkar sebagaimana fungsinya.
Unsur analis sintakisis lainya yaitu nara sumber dan kutipan yang
menjelaskan bagaimana sintaksis atau cara wartawan menyusun fakta terhadap
peristiwa upaya pengambil alihan ruang ketua umum fraksi Golkar.
59
60
Anchor Adi: kalau kita lihat digambar Tisa,ada upaya untuk membongkar
paksa pintu utama yang didepan. Apakah sampai dengan saat ini akhirnya
pintu itu bisa dibuka paksa didobrak atau masih tertutup?
Tisa: pintu tersebut kabarnya sudah dibuka begitu, dan itulah mungkin
salah satu ruangan yang digunakan untuk tadi mengumumkan seperti yang
sempat saya sampaikan diawal tadi bahwa versi Munas Ancol atau
kepengurusan partai Golkar Munas Ancol sudah mengumumkan
kepengurusannya didalam kantor fraksi partai Golkar tersebut usai berhasil
mendobrak pintu yang merupakan ruang rapat fraksi partai Golkar,begitu.
Pemberitaan ini dikisahkan, bahwa aksi yang dilakukan kubu Agung
Laksono cukup mencerminkan etika yang tidak baik, terhadap kader-kader muda
partai. TvOne mengisahkan, kubu Agung Laksono akan menggunakan kekerasan
agar menduduki ruang pimpinan fraksi Golkar tersebut. Ini tercermin dari
komunikasi langusung oleh anchor di studio tvOne dan nara sumber yang berada
di dalam kantor ketua fraksi partai Golkar. Anchor (pembaca berita) berusaha
menggali informasi hanya dengan satu arah pandang, yakni apa yang terjadi dan
dirasakan di tubuh fraksi Golkar bentukan Aburizal Bakrie akibat aksi kubu
Agung Laksono, dengan tidak menampilkan nara sumber asal kubu Agung
Laksono, dan tidak menyebutkan atau menggali informasi apa penyebab upaya
pengambil alihan ruang pimpinan secara paksa, seperti intro atau lead yang telah
di bacakan di awal berita.
Dari analisis skrip atau cara wartawan mengisahkan fakta, dengan
menonjolkan satu arah pandang saja, yaitu aksi yang dilakukan kepengurusan
Agung Laksono. ini tercermin dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
anchor (pembaca berita) dengan nara sumber melalui via telephone. Penekanan
fakta lainnya yaitu, kutipan-kutipan nara sumber yang menganggap tindakan atas
aksi perebutan ruang fraksi Golkar adalah tindakan premanisme.
61
3. Tematik
Tematik merupakan cara wartawan menulis fakta, yang didalamnya terdapat
perangkat kedetailan informasi, koherensi atau hubungan antar kalimat, bentuk
kalimat, dan kata ganti. Pada pemberitaan upaya pengambil alihan ruang
pimpinan, tvOne memilih 4 tema berita, yang semuanya menunjukan aksi paksa
yang dilakukan oleh kubu Agung Laksono.
Tema pertama; Kubu Agung Laksono rebut paksa ruang fraksi. Tema ini
didukung oleh pernyataan-pernyataan nara sumber yang berada langsung dari
gedung DPR RI lantai 12, seperti Bambang Soesatyo wakil ketua fraksi partai
Gokar kubu Aburizal Bakrie, yang menyatakan bahwa:
Bambang Soesatyo: sekarang saya masih diruangan, jadi ini uda gila ini
bangsa ini. Kita juga sangat prihatin dengan tak tik-tak tik penyerbuan
yang dilakukan oleh Yoris dengan beberapa
premannya,dengan
membongkar paksa pintu. Kan masih ada cara-cara beradab yang bisa
dilakukan. Karena sampai detik inipun pimpinan DPR belum mengakui
kepemimpinan fraksi yang mereka bentuk. Belum disahkan di Paripurna
dan ketua DPR, pimpinan DPR tegas mengatakan tidak ada pergantian
sidangpati dan sidangpati itu adalah Ade Komarudin. Tapi mereka tidak
mau tahu dan mereka menggugat kita.Dan ini suatu apa, tontonan yang
sangat tidak bagus. Ini bentuk negara, ini objek kita, tapi polisi membiarkan
penghundal-penghundal balit-balit itu mendobrak dari pada gedung yang
seharusnya mereka lindungi.
Argumen yang mendukung tema ini bahwa Yoris selaku wakil ketua
bentukan Agung Laksono membawa beberapa preman dan membongkar paksa
pintu. Dan pernyataan bahwa pimpinan DPR belum mengakui kepemimpinan
fraksi bentukan Agung Laksono, menjadi penguat tema yang diangkat, karena
fraksi bentukannya belum di akuisisi (disetujui), sehingga menimbulkan makna
62
bahwa kubu Agung Laksono tidak perlu menduduki ruang pimpinan fraksi,
karena kepemimpinannya belum sah secara hukum.
Tema ini dalam pemberitaan dibuat selain dengan pernyataan sumber berita,
juga dengan cara menampilkan video-video atau gambar pendukung gagasan.
Elemen tematik yang dipakai diantaranya detail informasi. Pernyataan Bambang
Soesatyo dan Adi Masabri diuraikan dengan detail yang panjang, pernyataan itu
dilengkapi dengan video-video atau gambar yang sesuai dengan argumennya.
Sementara pernyataan langsung untuk mengimbangi iformasi dari kubu Agung
Laksono sebagai nara sumber tidak dilakukan, sehingga tidak ada penjelasan fakta
peristiwa membuka paksa ruang pimpinan fraksi Golkar benar-benar terjadi.
Tema kedua yaitu: kubu Agung Laksono pakai cara kekerasan. Kekerasan
yang ditampilkan dalam pemberitaan yakni usaha memasuki ruang pimpinan
fraksi dengan membuka paksa pintu, membuka dengan obeng dan mendobrak,
dan kekerasan bahasa yang dilakukan seperti kesaksian nara sumber Bambang
Soesatyo bahwa Yoris dan anggotanya berteriak dengan kalimat-kalimat
ancaman, namun anggota fraksi bentukan Abirzal Bakrie yang sudah terlanjur
berada dalam ruangan, akan tetapi bertahan sebagai simbol pertahanan. Kekerasan
yang dimaksud bukanlah kekerasan fisik, melainkan kekerasan yang disetarakan
dengan paksaan, dan menimbulkan guncangan batin pada fraksi bentukan
Aburizal Bakrie. Berikut kutipan wawancara langsung via telepon:
Anchor Adi: ada ancaman atau suara-suara ancaman orang-orang teriak
sepert itu , anda mendengarkan?
63
Adi: saya belum mendengar itu ancaman ancaman itu. Jadi benar nih mas
bambang sampaikan,
Anchor Adi: ya mas Bambang,yang kami tanyakan tadi apakah ada nada
ancaman kemudian ada suara mengancam?
Bambang :ya ancamannnya jelas, bahwa kita harus meninggalkan
ruangan fraksi ini, dan kami meminta kepada kawan-kawan kami di luar,
tolong bantu kami, kami sekarang sedang bertahan dengan beberapa kawan
dalam ruangan, dan mereka sudah mengepung kita, saya ingin menegaskan
jangan bairkan praktik-praktik premanisme ini terjadi di gedung DPR ini.
Cukuplah sudah di DPP tak usahlah mereka praktekan lagi di gedung
DPR.
Kutipan diatas, menekankan bahwa ada ketakutan akibat perlakuan
tersebut sehingga nara sumber Bambang Soesatyo harus meminta tolong pada
anggota fraksi diluar, karena telah dikepung oleh kawanan massa Agung Laksono.
Tema ini didukung juga pernyataan-pernyatan berikut:
Bambang: saya sudah minta jawaban Polri dan PAMDAL ini adalah
gedung yang harusnya mereka lingdungi.
Anchor Shinta:ini sudah terjadi sejak pukul 3 tadi ya mas, sampai
berjalan langsung pukul 5.30,apakah sudah ada laporan dari pihak mas
Bambang terhadap kepolisian dengan apa yang terjadi?.
Bambang:tidak ada,saya langsung telepon pak PLT Kapolri pak Baroin
Haiti dan saya juga sudah komunikasi dengan Kapolda Metro Jaya.
Kutipan itu, juga menjadi pendukung, benar-benar aksi pemaksaan yang
dilakukan memberi tekanan terhadap anggota fraksi Aburizal Bakrie, dengan
pertanyaan anchor bahwa adakah pihak mas Bambang yang sudah melaporkan
kejadian tersebut, memberi kekuatan tema yang diangkat. Bahwa kekerasan yang
dilakukan harus memperoleh perlindungan kepolisisan.
Tema ketiga yaitu: wartawan terjebak di ruang Fraksi. Tema ini didukung
oleh pernyataan nara sumber yang sama-sama terjebak diruang pimpinan fraksi
64
65
Ade Komarudin. Tema dan pernyataan nara sumber, mengarahkan pemirsa untuk
memaknai bahwa apa yang dilakukan fraksi Golkar Aburizal Bakrie agar tetap
bertahan memang perlu, dikuatkan dengan argumen terahir nara sumber. Secara
tematik, unsur koherensi atau hubungan kalimat ada dalam pernyataan nara
sumber, yakni koherensi penjelas, yang berarti satu kalimat memberi penjelasan
yang lain.
4. Retoris
Retoris merupakan cara wartawan menekankan fakta, dan memiliki unsur
analisis kata,idiom, gambar/foto, dan grafik. Frame upaya mengambil alih ruang
pimpinan fraski didukung dengan penekanan-penekanan tertentu pada lelevel
restoris. Retorika yang banyak dipakai adalah tuduhan-tuduhan bahwa
kubu
Agung Laksono tidak berhak menggunakan ruang ketua fraksi kerena belum ada
pengakuan dari DPR. Sehingga, pendapat itu tampak mempunyai landasan yang
kokoh.
Penekanan peristiwa tedapat pula pada pertanyaan anchor bahwa ada
ancaman atau suara-suara ancaman orang teriak pada Adima Sabri, dan
pertanyaan yang sama diulang pula pada Bambang Soesatyo. Kata ancaman
menekankan, bahwa perlakuan fraksi anggota Agung Laksono benar-benar
mengkhawatirkan.
Frame pemaksaan juga dilihat pada pernyatan Bambang Soesatyo yang
menyatakan bahwa jelas perbuatan mereka adalah perbuatan premanisme yag
tidak bisa di tolerin. Premanisme bermakna sebagai orang-orang yang senantiasa
66
67
68
69
atau dari mereka?. Tetapi kami itu datang kembali hari jumat kemaren,
dengan maksud bae-bae pun ternyata tidak diberikan maka kami
melaporkan ke kepoliasian. Maka hari ini dengan batas sesuai yang kami
tentukan jumat, maka kami hari ini harus masuk, sekali lagi kami bukan
mengambil tapi mengambil hak kami bahwa kami harus berkantor untuk
segera DPR bisa bekerja dengan efektif dan efisien.
Kutipan naras sumber diatas, memberi maksud bahwa pihak Agung
Laksono telah melewati jalur-jalur sistematik untuk mengambil alih fungsi ruang
pimpinan fraksi Golkar. Setelah pernyatan kepengerusannya telah sah dimata
hukum, diikuti penjelasan bahwa mereka telah berusaha menemui kepengurusan
lama yakni Aburizal Bakrie untuk berkomunikasi membicarakan siapa yang
berhak menggunakan ruang tersebut, kemudian dijelaskan pula karena tidak ada
pertemuan, pihak Agung Laksono kemudian melayangkan surat yang pada
kenyataanya tidak menjawab surat tersebut. Sehingga pernyataan nara sumber,
mengarahkan pemirsa Metro TV, bahwa tindakan yang mereka lakukan sudah
benar, karena sebelumnya mereka berupaya menghubungi dan mengirim suraat
untuk membicrakan siapa yang berhak menggunakan ruang ketua fraksi.
Dari analisis sintaksis, pemberitaan ini disusun dengan memilih judul
Kisruh Partai Golkar sebagai penjelas atau gambaran dari peristiwa. Judul
tersebut tidak memihak atau menghakimi sala satu kubu, juga tidak mengandung
makna yang tersirat. Namun, pada lead Metro TV membenarkan upaya yang
dilakukan kubu Agung Laksono, dengan penekanan kalimat masih belum
berjalan. Penyusunan fakta selanjutnya yaitu pilihan narasumber, yang berasal
kepengurusan Agung Laksono, yaitu Bowo Siddik Pangarso selaku ketua DPP
Partai Golkar, kemudian ditekanan pada pernyataan nara sumber bahwa
kepengurusan Agung Laksono tidak untuk mengambil alih tetapi untuk
70
mengambil hak kepengurusan, yang sudah disahkan oleh Mentri Hukum dan
Ham.
2. Skrip
Skrip merupakan cara watawan mengisahkan fakta, yang tersusun atas
5W+H. Metro TV mengisahkan persitiwa ini denga 5W+H, apa yang terjadi
(what), siapa yang berhak atas kantor atau ruangan fraksi (who), mengapa mereka
melakukan hal tersebut, (why), samapi kapan akan terus berusaha melakukan
tindakan tersebut (when),dimana perisiwa itu berlangusng ((wher), dan bagaiman
detail kejadain tersebut (how).
Unsur what telah dijelaskan pada lead pemberitaan, bahwa kepengurusan
Agung Laksono sedang berupaya mengambil alih ruangan fraksi partai Golkar.
Unsur who, yaitu siapa yang berhak atass ruangan fraksi Golkar tersebut,
ialah kepengurusan Agung Laksono, ini ditekankan pada kutipan nara sumber
Bowo Siddik Pangarso yang menyatakan bahwa pihak Agung Laksono bukan
mengambil alih ruangan, tetapi mengambil apa yang menjadi hak nya. Dengan
berpegang pada keputusan Mentri Hukum dan Ham (Menkumham), maka sudah
semestinya ruangan tersebut difungsikan oleh kepengurusan Agung Laksono.
Unsur why. Terdapat pada pernyataan nara sumber, bahwa kepengurusan
Agung Laksono telah berkomunikasi, mengirim surat, tetapi tidak ada respon dari
pihak Aburizal Bakrie, sehingga langkah terahir yang dilakukan ialah dengan
memalang pintu dari luar. Karena jika mereka mampu mengunci dari dalam, maka
pihak Agung Laksono mampu mengunci dari luar.
71
ruangan fraksi
Golkar ada ketegangan akibat upaya pengambil alihan ruang pimpinan, lalu
menjelaskan bagaimana jalannya peristiwa itu, yakni telah hadir wakil ketua
umum bentukan Agung Laksono, Yoris Lawaya dengan menyebutkan nama
sejumlah anggota DPR fraksi Golkar yang datang bersama-sama Yoris. Kemudian
disampaikan, bahwa sempat ada komunikasi atau perdebatan dengan petugas saat
membuka pintu, dan kenyataanya pintu terkunci. Sehingga bagaimana tindakan
kubu Agung Laksono, Yoris sebagai wakil ketua(waketum), akan melakukan
pemalangan pada pintu depan. Reporter Heranof juga menjelaskan, akibat dari
terkuncinya ruang tersebut, ada beberapa kawanan media terjebak didalam.
Redaksi kalimat wartawan Heranof yang menyatakan bahwa
Jika nantinya pintu belum juga dikunci oleh petugas keamanan atau
pamdal DPR yang akan terjadi adalah nantinya Yoris akan mengancam
akan memalang pintu ruang pimpinan fraksi Golkar. Padahal didalam
ruang tersebut ada Bambang Satyo yang telah menggelar Konferensi pers
bersama awak media. Awak media pun wahyu beberapa diantaranya juga
terkunci didalm ruang pimpinan fraksi,
72
73
hukum. Karna jelas kemarin kami ikut berdialog dengan sekjen DPR
bahkan biro pun mengatakan yang sah itu adalah kepengurusan agung
laksono.
Tema kedua: Sejumlah orang terkunci di ruangan. Tema ini menjelaskan,
ada sejumlah orang yang terkunci, dikarenakan dikunci oleh kubu Aburizal
Bakrie. Kata orang mengandung arti selain anggota Aburizal Bakrie, ada
beberapa orang lain yang terkunci termasuk awak media. Tema ini, dapat
ditemukan pada pernyataan reporter Heranof:
Jika nantinya pintu belum juga dikunci oleh petugas keamanan atau
pamdal DPR yang akan terjadi adalah nantinya Yoris akan mengancam
akan memalang pintu ruaang pimpinan fraksi golkar. Padahal didalam
ruang tersebut ada Bambang Soesatyo yang telah menggelar Konferensi
pers bersama awak media. Awak media pun wahyu beberapa diantaranya
juga terkunci didalm ruang pimpinan fraksi.
Tema ke tiga: Ruangan masih dikuasai kubu Ical. Tema ini dikuatkan
dengan pernyataan Boso Siddik Pangarso, bahwa mereka sudah berkomunikasi
dua kali dan datang langsung dikantor fraksi, kemudian mereka bersurat,dan
upaya terakhir yaitu dengan mendatangi ruang pimpinan, namun kanyataannya
masih terkunci. Padahal, sudah seharusnya merekalah yang berhak menggunakan
ruang fraksi tersebut, karena KemHumHam dan sekjen DPR bahkan biro pun
mengatakan yang sah itu adalah kepengurusan Agung Laksono. Kata masih
pada redaki kalimat tema tersebut, menunjukan penjelas kata ruangan dan
dikuasai bahwa kekuasaan masih ada dipihak Aburizal Bakrie.
Dari analisi tematik, terlihat dari tema yang ditonjolkan bahwa Metro TV
menulis fakta dengan menampilkan jalannya pengambil alihan ruangan tersebut,
dengan menekankan pada kondisi yang dirasakan pihak Agung Laksono.
74
4. Retoris
Retoris adalah caraa wartawan menekankan fakta, yang didalamnya
terdapat unsur kata, idiom, gambar dan grafik. Untuk menekankan fakta, strategi
reporte yaitu, mengulang kembali pernyataan upaya pengambil aligan untuk
mendapatkan kejelasan bahwa kubu Agng Laksono berhak atas ruang atau kantor
fraksi partai Golkar. kata lain yang menekankan peristiwa pengambil alihan ruang
partai Golkar ialah, pada kata mengambil hak bukan mengambil alih oleh
pernyataan nara sumber Bowo Pangarso. Dimana, penekanan kata tersebut
bermakna, keyakinan kubu Agung Laksono atas haknya memfungsikan ruang
fraksi partai Golkar yang saat itu, masih di gunakan oleh kubu Aburizal Bakrie,
sebagai pengurus periode lama. Dan kemudian, penekanan selanjutnya bahwa
ruangan itu ialah, hak kubu Agung Laksono adalah keputusan Metri Hukum dan
Ham yang telah mengesahkan kepengrusan kubu Agung Laksono, seperti yang di
ungkapkan oleh Bowo Pangarso
Unsur idiom, wartawan atau reporter sama sekali tidak menggunakan
ungkapan untuk memberi makna lain pada peristiwa tertentu. Pada unsur retoris
lainnya, yakni gambar atau video memperlihatkan bahwa pihak Agung Laksono
tidak melakukan aksi pemaksaan, hanya terlihat bahwa ada Yoris Lawaya
(waketum) dan Fayakun Andriadi (sekretari Golkar) yang berdiri di depan pintu
yang kondisinya terkunci. Meski berusaha berkomunikasi dari luar dengan
Pengaman Dalam (Pamdal) DPR RI, tidak mendapatkan reaksi. Akibatnya Yoris
menginstruksikan (menyuruh) agar memalang pintu jikalau tidak dibuka, dan kata
tersebut menjadi kalimat ancaman dan pandangan, karena kubu Aburizal Bakrie
75
telah mengunci dari dalam, maka pihaknya berhak menutup dari luar dengan cara
memalang.
4.1.3.3. Perbandingan Frame Pemberitaan Partai Golkar, 30 Maret
2015 antara Metro TV dan TvOne
Tabel 2. Perbedaan Framing Pemberitan 30 maret 2015 Metro TV
dan TvOne
Strategi Pemberitaan
Elemen Framing
Sintaksis
Metro TV
TvOne
yaitu
dalam
kata
pengambil
belum
lancar,
pemberitaan,
kesimpulan
upaya umum
dari
dengan
selanjutnya
yaitu mengandung
makna
pemilihan
nara kekhawatiran
atau
76
kubu
pengantar
Siddik disusul
Pangarso.
dengan
narasumber
dari
kepengurusan Aburizal
Bakrie
Skrip
Metro
TV Dalam
mnegisahkan
mengisahkan
fakta fakta,
TvOne
saja,
yaitu
terkait
bagaimana
kajadian
alihan
yaitu
berlatar
yang
runtutan dilakukan
pengambil kepengurusan
Agung
ruang Laksono,
dengan
77
fraksi,dari
penjelasan
Siddik
Penekanan pada aspek proses-proses dan hallegalitas kepengurusan hal apa, yang sudah
Agung
dengan
pernyataan Laksono.
penekanan
sah
hukum,
dan
pengambil
dimata terdapat
ruangan
pada
menyebut
tersebut kepengurusan
sudah
dilakukan Laksono
secara sistematis.
aksi
Agung
adalah
tindakan
premanisme,
Tematik
Pertama,
terjadi
ruang
fraksi.
menjelaskan
sempat
terjadi mengakui
perdebatan
dengan kepemimpinan
fraksi
78
petugas
dalam
upaya sehingga
memasuki
pengambil
tersebut.
dainggap
Tema
sebagi
Sejumlah
orang dari
kepengurusan
Heranof cara
kekerasan.
menyatakan
didalam
Bambang
wartawan
ikut Soesatyo
terkunci,
ke
Ruangan
dikuasai
yang
dilakukan
kubu
yang
obeng,
dan
79
pernyataan
nara itu
penekanan
fakta
terkunci, dari
wartawan
atau
berusaha
berkomunikasi,mengir
im
surat
pengambil
ruangan tersebut.
ancaman,
ruang
atau
kantor
fraksi
ketiga
yaitu:
Golkar.
Tema
wartawan terjebak di
ruang Fraksi. Tema ini
dijelaskan
oleh
bukan
hanya
80
tetapi
beberapa
yang
ada
wartawan
akhirnya
ikut
terkunci.
Tema keempat yaitu:
Fraksi
Kubu
ARB
Tema
ini
Soesatyo
akan
bartahan,
tetap
sebagai
simbol
kekuatan
kepengurusan Aburizal
Bakrie.
Retoris
Pemberian
peristiwa
yaitu
adanya
DPR
sehingga kepengurusan
pihak Laksono
dan
atas
Agung
menjadi
81
dan
penekanan
fakta
pemberitaan.
82
Laksono seperti pada lead yang digunakan oleh TvOne. Sementara itu, pada
pemilihan nara sumber juga, terlihat jelas keberpihakn kedua media tersebut, yaitu
TvOne dengan nara sumber dari kepengurusan Aburizal Bakrie yakni Bambang
Soesatyo bendahara umum dan Adima Sabri wakil ketua dari Golkar bentukan
Aburizal Bakrie. Sedangkan, pada Metro TV memilih nara sumber dari
kepengurusan Agung Laksono, yakni ketua DPP Partai Golkar Bowo Siddik
Pangarso. Sementara daari segi si pemberitaan yang dapat dilihat dari isi
wawancara, juga tercermin keberpihakn dua media tersebut. TvOne dalam
wawancaranya dengan dua nara sumber, berusaha menggali informasi tentang
tindakan-tindakan kekerasan kepengurusan Agung Laksono, sementara pada
Metro TV isi wawancara berupa penjelasan alasan pengambi alihan ruangan
tersebut.
Dari analisis skrip, terdapat pada kisah yang ditutrkan. Kedua media itu
sama-sama memiliki satua arah iformasi yang disajikan, tetapi arah pemberitaan
nya berbeda. Pada TvOne indormasi yang disajikan hanya berisi tentang
bagaimana kondisi yang dirasakan oleh kubu Aburizal Bakrie yang merasa
tertindas oleh aksi yang dilakukan oleh pihak Agung Laksono, sementara itu, pada
Metro TV informasi yang disajikan yaitu hanya mengisahkan pada penjelasan
mengapa pengambil alihan ruangan itu dilakukan.
Dari analisis tematik, tema yang dirumuskan berbeda. Pada tema pertama
TvOne memilih tema Kubu Agung Laksono rebut paksa ruang fraksi,
sedangkan Metro TV sempat terjadi ketegangan. Tv One menghakimi secara
langsung bahwa kubu Agung Laksono melakukan tindakan pemaksaan untuk
83
mengambil alih ruangan, yang ditandai dengan kata rebut dan paksa, sedangkan
Metro TV tidak mengungkapkan secara langsung fakta yang terjadi, dibahasakan
dengan tidak menghakimi sala satu pihak. Pada tema kedua, TvOne; kubu agung
laksono pakai cara kekerasan, jelas sekali tema yang digunakan pemberitaan
TvOne, telah menghakimi pihak Agung Laksono, karena pada tema kedua ini
memberi penekanan pada tema pertama. Sementara itu, pada Metro TV, tidak
tema yang menjelaskan kekerasan-kekerasan atas tindakan kubu Agung Laksono.
dan pada tema ketiga, TvOne memilih tema, wartawan terjebak di ruang Fraksi,
dan Metro TV memakai tema; Sejumlah orang terkunci di ruangan. TvOne
memilih wartawan yang terjebak dalam ruangan tersebut, sedangkan pada
Metro TV memilih kata sejumlah orang, dan TvOne menggunakan kata
terjebak sedangkan Metro menggunakan kata terkunci.dari tema tersebut
terlihat jelas TvOne ingin menonjolkan tindakan yang dilakukan kubu Agung
Laksono, bahwa akibat dari upaya pemaksaan yang dilakukan, bukan hanya
anggota fraksi Golkar kubu Aburizal Bakrie yang berada dalam ruangan tetapi
wartawan juga ikut terkunci dalam ruangan, sedangkan kata jebakan menandakan
bahwa akibat aksi kekerasan pihak Agung Laksono maka mereka terjebak dalam
ruangan hingga tidak bisa keluar dari ruangan. Sedangkan Metro TV, kata
sejumlah orang, mengarahkan khalayak pada pemahaman bahwa ruangan sudah
terkunci saat aksi atau upaya mengambil alihan ruangan tersebut, sehingga
mengunaakan kata terkunnci untuk menekankan bahwa kubu Aburizal Bkarie lah
yang tidak mengunci ruangan agar anggota fraksi Golkar bentukaan Agung
Laksono tidak dapat masuk.
84
85
86
1. Sintaksis
Judul yang diangkat ialah Pemerintah intervensi Golkar?, kalimat yang
digunakan ialah kalimat tanya, untuk memberi efek pemberitaan agar khalayak
menyimpulkan sendiri bahwa benarkah pemerintah mengintervensi atau
mencampuri urusan partai Golkar. Dengan menggunakan kalimat tanya, tvOne
tidak ingin menyimpulkan sendiri, keputusan pemerintah dalam hal ini Mentri
Hukum dan Ham, yang membenarkan hasil Mahkama partai mengesahkan
kepengurusan Agung Laksono, melainkan juga memberi kebebasaan khalayak
melihat dan menyimpulkan pemberitaan tersebut.
Lead pemberitaan ini memberi dua penjelasan yaitu tentang pernyataan
Yasonna Laoly yang membenarkan keputusan Mahkamah Partai yang mengakui
kepengrusan partai Golkar Agung Laksono, dan tentang permintaan agar
kepengurusan Agung Laksono segera menyusun kepengurusan Golkar.
Latar informasi dari unsur sintaksis yaitu penjelasan Menkumham yang
menanggapi hasil putusan mahkamah partai Golkar. Dengan mewawancarai
Yasonna Laoly yang merupakan ketua Mentri Hukum dan Ham, akan menguatkan
informasi yang disampaikan. Pernyataan yang disampaikan Yoris Laoli,
melahirkan dua latar informasi yakni Menkumham memutuskan partai Golkar
versi Munas Ancol adalah sah sesuai keputusan Mahkamah partai, dan pernyataan
agar kepengurusan Agung Laksono segera mengirimkan nama-nama anggota
partainya sesuai kriteria partai.
87
2. Skrip
Skrip,
bagaimana
wartawan
menyusun
fakta
memiliki
unsur
88
upaya penggugatan yang dilakukan kubu Aburizal Bakrie dianggap perlu, sebagai
gambaran tanggapan pihak Aburizal Bakrie atas putusan Menkumham.
3. Tematik
Dari unsur tematik, ada 3 tema dalam berita tersebut yang
dapat
mendukung judul atau tema besar dalam pemberitaan. Tema besar yaitu
Pemerintah intervensi Golkar?, adalah merupakan gagasan TvOne yang
ditujukan pada khalayak melihat dan menyimpulkan sendiri pemberitaan. Jdul
yang merupaka kalimat tanya tersebut, TvOne memberi jawaban pada tema yang
diangkat.
Tema pertama, Menkumham terima permohonan Agung Laksono, dalam
teks pemberitaan telah dijelaskan mekanisme kepengurusan Agung Laksono sah
menurut Menkumham atas keputusan Mahkamah Partai.
Tema kedua, keputusan berdasarkan hasil mahkamah Agung,
tema ini
89
oleh mentri hukum dan ham. Tema ini berdiri sendiri, karena tidak didapatkan
kedetailan atau penjelas informasi dari pernyataan nara sumber.
4. Retoris
Frame pemberitaan itu juga dapat dilihat dari struktur retoris, yaitu
bagaimana cara wartawan menekankan fakta. Penekanan fakta dari pemberitaan
yaitu terletak pada nara sumber yang dipilih untuk menjelaskan runtutan kisah
pemberitaan tersebut, yakni Yasonna Laoly selaku ketua umum Mentri Hukum
dan Partai. Juga dapat ditmukan pada tema yang diangkat, sebagai penjelas dari isi
pemberitaan.
4.1.3.5. Pemberitaan Metro TV, 10 Maret 2015
Metro TV juga memberitakan hasil keputusan Mentri Hukum dan Ham
(Menkumham) pada tanggal 10 maret 2015, pada prgram Metro Siang. Metro TV
mewawancarai langsung ketua Menkumham Yasonna Laoly di kediaman nya,
dengan materi bagaimana hasil keputusan Menkumham atas kepengurusan partai
Golkar, setelah adanya sidang Mahkamah Partai yang menyidangkan dua pihak
Musyawarah Nasiolan (Munas) yang lahir dalam kepengurusan Partai Golkar,
yakni Munas Bali oleh Aburizal Bakrie dan Munas Ancol oleh Agung Laksono.
Reading teks pemberitaan tersebut yaitu :
Judul: Menkumham akui Golkar Agung
Wartawan Elvina : Hasil putusan sengketa pengurusan Golkar oleh
Mahkamah partai telah dikaji oleh Mentri Hukum dan Ham. Lalu,
bagaimana tanggapan Mentri Hukum dan Ham Yasonna Laoly,saat ini saya
berada dengan pak Yasona, (Lead berita).
90
91
seharusnya begitu. Tapi, paling tidak kami dari kementrian hukum dan ham
setelah membaca data dokumen, kami berpijak selalu berdasarkan undangundang partai politik. Saya kira itu yang dapat kami putuskan.
Analisis framing model Zongdang Pan dan Gerald M.Kosicki, yang
terbagi dalam empat komponen, yaitu:
1. Sintaksis
Sintaksis dari pemberitaan itu dikelompkan dalam empat komponen, lead,
headline,latar informasi, dan pernyataan nara sumber. Judul yang dipilih untuk
mewakili peristiwa tersebut yaitu Menkumham akui Golkar Agung. Dari judul
ini, memberi gambaran pada khalayak tentang isi berita. Makna dari judul ini
bahwa mentri hukum dan ham mengakui kepengurusan Agung. Tetapi, ada
redaksi kalimat yang tidak sempurna pada judul
Agung yaitu
makna, karena kedua-duanya merupakan objek. Tidak ada kata penghubung atau
penjelas antar Golkar dan Agung, untuk mencapai makna. Kata Golkar Agung
ditafsirkan sebagai Golkar adalah Agung atau Partai Golkar adalah milik Agung.
Lead berita ini memiliki arti kepengurusan Agung Laksono yang telah di
sah kan Mahkamah partai Golkar dan telah dikaji oleh Mentri Hukum dan Ham,
sehingga menkumham mengakui kepengurusan partai Golkar kubu Agung
Laksono.
Judul dan lead tersebut saling berkaitan, mengarahkan khalayak pada isi
pemberitaan yakni hasil putusan menkumham atas mahkamah partai yang
mengesahkan kepengurusan Agung Laksono, juga dikuatkan oleh pernyataan nara
92
93
94
Yasonna
Laoly
yang
baru
saja
menandatangani
persoalan
95
96
Sintaksis
Metro TV
Wawancara
Hukum
ketua
dan
menyatakan
Ham
fraksi
TvOne
Mentri Wawancara ketua Mentri
yang Hukum dan Ham yang
Golkar menyatakan
fraksi
Mahkamah
Pemerintah
Agung.
tersebut
mewakili
Judul
tersebut
isi
Skrip
Dikisahkan
dengan Dikisahkan
dengan
pada
nara sumber
yakni
pemegang Hukum
ketua
Mentri
dan
Ham,
97
pemegang
yang
menyebutkan penjelasan
dalam
Yasonna
tidak
didasari
atau
undang-
tersebut.
satu
runtutan
pembahasan pemberitaan,
kisah
terdapat
terahir
atau
terakhir
Laoly,
bersifat
dan
sebagai
Tematik
tiga
tema
yang
Kepengurusan Menkumham
Laksono.
Dan permohonan
pertama,
terima
Agung
98
kalimat.
Informasi berdasarkan
hasil
dan
bentuk Tema
ketiga
yaitu,
partai
tak
inti
kemudian
disusul
penjelasan
umum
peristiwaa
peristiwa pertama
dan
dengan memiliki
kedua
hubungan
merupakan
penjelas
dari
tema
pernyataan
sumber
nara
yang
Retoris
labeli
ketua sumber,
pada
nara
yang
labeli
99
Menkumham,
penekan
sebagai ketua
fakta
pemberitaan
yang
menjelaskan
Menkumham,
menjelaskan
keputusan
tersebut,
dasar
hukum
keputusan tersebut.
Perbandingan frame pemberitaan itu dapat diliahat pada judul berita, lead
atau teras berita, nara sumber, pernyataan narasumber, dan isi pemberitaan.
Dari pemberitaan, kedua media menonjolka dua informasi yang sama, dari
nara sumber yang dipilih juga sama, yaitu Yasonna Laolu ketua Menkumham.
Tetapi ada perbedaan pada isi pernyataan yang disampaikan oleh ketua
Menkumham tersebut, hanya saja arah dari pernyataan nara sumber sama,
penjelasan tekait keputusan mengakui kepengurusan Agung Laksono.
Jika melihat dari tabel diatas, maka disimpulkan:
Dari analisis sintaksis, fakta disusun berdasarkan nara sumber yang sama
pada pemberitaan, yaitu sama-sama memilih ketua Menkumham Yasonna Laoly
sebagai nara sumber. Latar informasi yang diangkat dalampemberitaan ini ialah,
100
101
wawancara teakhir yang meminta pendapat Yasonna Laoly tentang banding yang
dilakukan kubu Aburizal Bakrie terkait keputusan Menkumha, akan tetapi
Yasonna Laoly menganggapinya dalam pandangan yang sama, sehingga isi
wawancara terahir itu bersifat sebagia penyeimbang informasi.
Dari analisis tematik, Metro TV tidak memiliki tema, hanya judul
merupakan mewakili dari keseluruhan berita. Berbeda dengan TV TvOne, tema
pertama, Menkumham terima permohonan Agung Lakosono, yang menekankan
fakta pada isi berita, bahwa permohonan kubu Agung Laksono dikabulkan. Tema
kedua, keputusan berdasarkan keputusan Mahkmah Agung, tema ini sebagai
penjelas atau lanjutan kisah dari tema pertama. Dan pada tema ketiga, mahkamah
partai tak menghasilkan partai, tema ini ingin menonjolkan fakta bahwa
pengambilan keputusan oleh Menkumham karena mahkama partai Golkar tidak
mampu mengambil keputusan yang mana yang berhak memimpin partai Golkar,
sehingga sudah sepantasnya mahkamah Golkar memberi hak pada Menkumham
sebagai pengambil keputusan. Sehingga, pada Metro TV fakta ditonjolkan pada
pemilihan nara sumber dan isis wawancar atau penejelasan Yaonna Laoly yang
menjelasakn secara detail prses pengambilan keputusan tersebut. Sedangkan pada
TvOne penonjolan fata juga terlihat pada nara sumber dan isi wawancar Yaonna
Laoly yang juga membenrakan hasil keputusan Menkumham, dan langsung
menjelaskan permintaanya agar segera mengusulkan nama-nama anggota fraksi
Golkar.
Dari analisis retoris, fakta ditekankan pada pemberian label nara sumber
yakni ketua Menkumham sebagai sumber yang pantas untuk memberi kejelasan
102
terkait keputusan Menkumham. Pada Metro TV, penekanan fakta berikutnya yaitu
pada undang-undang yang disebutkan leh Yasonna Laoly, sementara pada TvOne
tidak menekankan undang-undang tersebut.
Kesimpulannya, pemberitaan memiliki konstruksi yang sama. Metro TV
membenarkan pernyataan atau keputusan Mentri Hukum dan Ham, ini dapat
dilihat dari judul dan isi wawancara wartawan Elvina dan Yasonna Laoly,
sedangkan pada TvOne masih meragukan keputusan Menkumham, ini tercermin
dari judul yang dipih, dan pada tema yang diangkat.
4.1.3.7. Pemberitaan TvOne, 31 Mei 2015
Tanggal 31 mei 2015 partai Golkar menggelar Islah khusus di kediamana
wakil presiden Jusuf Kalla. Islah tersebut dihadiri oleh kedua kubu yang ada
dalam kepengurusan fraksi Golkar, yakni kubu Aburizal Bakrie dan Kubu Agung
Laksono. Islah tersebut dilakukan setelah wakil presiden mengadakan pertemuan
khusus dengan kedua pihak yang bertikai, yaitu tiga kali pertemuan nya denga
Aburizal Bakrie, dan tiga kali pertemuan nya dengan Agung Laksono. Islah itu
digelar untuk mencapai perdamaian, sebagai langkah awal agar tidak ada lagi
perpecahan dalam kepengurusan partai Golkar.
TvOne memberitakan peristiwa tersebut pada program TvOne Berita
Pagi. Yang dipandu oleh anchor Divi Lukmansyah. Berikut reading teks (Teks
yang dibaca) peristiwa tersebut:
Judul: Islah Partai Golkar
Tema 1: Pertemuan di Gelar di Kediaman Wakil Presiden
103
104
Dalam pemberitaan itu, tvOne mewawancarai dua orang nara sumber, yang
masing-masing merupakan ketua dari dua kubu fraksi partai Golkar,yaitu Aburizal
Bakrie selaku ketua dari fraksi Golkar musyawarah nasioal (Munas) Bali, dan
Agung Laksono ketua dari fraksi partai Golkar Munas Ancol. Yang mana
pernyataan Aburizal Bakrie ditempatkan pada awal kutipan, lalu penyataan Agung
Laksono ditempatkan di akhir kutipan. Keduanya berpendapat bahwa islah atau
perdamaian dirasa perlu, demi kepentingan internal (dalam) partai Golkar, dalam
menghadapi Pilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada desember 2015 mendatang.
Latar informasi dalam pemberitaan ini ialah penandatanganan nota islah
demi kepentingan internal Golkar. ini dapat ditemukan dari dua kutipan yang
disampaiakn oleh nara sumber.
2. Skrip
Skrip,
bagaimana
wartawan
menyusun
fakta
memiliki
unsur
105
106
Munas Ancol yaitu Agung Laksono, dan ketua Golkar Munas Bali yakni Aburizal
Bakrie.
Tema tiga, islah untuk menghadapi pemilu kada serentak. Tema ini, telah
dijelaskan di awal pemberitaan oleh anchor, lalu di kuatkan dengan pernyataan
dua nara sumber yang memiliki pernyataan yang sama, bahwa islah partai Golkar
dilakukan untuk menghadapi pilkada pada desember 2015 mendatang. Sehingga,
kedua kubu sepakat untuk membentuk tim bersama dalam menjaring kader
potensial yang akan maju dalam pilkada, seperti yang terdapat pada teks berita
terakhir.
4. Retoris
Frame pemberitaan itu juga dapat dilihat dari struktur retoris, yaitu
bagaimana cara wartawan menekankan fakta. Penekanan fakta dari pemberitaan
yaitu terletak pada nara sumber yang dipilih. Dan pemberian label pada Jusuf
kalla sebagai wakil presiden yang berperan sebagai fasilitator tercapaainya islah
tersebut.
4.1.3.8. Pemberitaan Metro TV, 31 Mei 2015
Pemberitaan yang sama juga disiarkan oleh Metro TV pada 31 mei 2015 di
Metro kini. Juga membahas peristiwa yang sama. Berikut reading teks berita
tersebut:
JUDUL: ISLAH KHUSUS PARTAI GOLKAR.
Tema1: kedua kubu sepakat tanda tangan.
107
108
Presenter : Islah khusus ini ditanda tangani agar Golkar, bisa ikut dalam
pilkada serentak pada akhir tahun ini. Sementara KPU memberikan baatas
pendaftaran pada 26 hingga 28 juli mendatang. Tim iputan Metro TV.
Dari teks pemberitaan diatas, berikut analisis framing model Zongdang Pan
dan Gerald M Kosicki:
1. Sintaksis
Dari analisisi sintaksis, akan dilihat bagaimana frame disusun dalam skema
berita yang dibuat. Frame itu tampak pada judul yang dipakai Islah Khusus
Partai Golkar. berbeda dengan tvOne judul yang dipakai yaitu Islah Partai
Golkar, perbedaan nya hanya pada penambahan kata khusus pada Metro TV,
sedangkan tvOne tidak menambahkan kata khusus di judul yang dipakai. Makna
kata khusus pada judul dipakai Metrto TV adalah sementara, sehingga judul
tersebut bermakna pelaksanaan islah partai Golkar yang sifatnya sementara. Metro
TV juga menggunakan kata islah sebagai pengganti dari kata perdamaian, dimana
makna kata islah tidak semua khalayak dapat dipahami.
Lead berita di atas secara jelas menunjukan perasaan Metro TV yang merasa
bersyukur atas tercapainya islah atau perdamaian antar dua kubu yang sudah
cukup lama bersitegang. Perasaan ini diwakili kata penghubung akhirnya, yang
menunjukan perasaan senang dari dua kalimat awal Nota islah partai Golkar
antara kubu Aburizal Bakrie dengan kubu Agung Laksono, dan kalimat ditanda
tangani kedua kubu. Metro TV menuturkan lebih awal nota islah telah ditanda
tangani oleh dua kubu, kemudian disusul penjelasan bahwa islah khusus tersebut
terlaksana karena adanya campur tangan wakil presiden Yusuf Kalla yang
109
tersebut
dalam
berita
yang
disebut
sebagai
skrip.
Untuk
mengisahkanperistiwa tersebut dilihat dari unsur skrip, yaitu 5W+H. yang mana
susunan kishanya yaitu: apa alasan diadakan islah khusus? (what), siapa yang
menandatangani
islah
tersbut?(who),
dimana
islah
khusus
itu
digelar
(when)?,mengapa wakil presiden turut membuhi tanda tangan pada nota islah
partai Golakr selain ketua dari dua pihak yang beselisih?(why),bagaimana
pendapat ketiga nara sumber terkait islah khusus Golkar?(how).
Dengan mengisahkan peristiwa seperti ini, berita ingin menekankan pada
khalayak bahwa islah terlaksana setelah adanya pertemuan dengan wakil presiden
Yusuf Kalla yang, yang menempatkan diri sebagai tokoh senior Golkar.
Metro TV mengisahkan peristiwa dalam bentuk kalimat deduktif, yaitu
menuturkan lebih awal inti berita lalu di ikuti keterangan atau kutipan sumber
110
yang mendetail. Yaitu, menuturkan lebih awal, bahwa kedua kubu telah
menandatangani nota islah dikediaman wakil presiden Yusuf Kalla, dimana beliau
turut membubuhkan tanda tangan bersama kedua ketua kepengursan Golkar pada
nota islah tersebut. Kemudian menjelaskan alasan islah digelar dengan
menyebutkan poin-poin yang disepakati pada islah tersbeut. Kemudian, dijelaskan
pula, meski sepakat menggelar islah dan neyepakati perdamaian demi pilhan
kepala daerah pada dember 2001, tetap saja untuk menentukan siapa yang pantas
memimpin Golkar, kedua kubu akan tetap mengikuti jalur hukum, pada akhir teks
pemberitaan.
3. Tematik
Ada lima unsur tema dalam pemberitaan, yang semuanya menunjukan
sebagai penjelas judul pemberitaan, yaitu islah khusus partai Golkar.
Tema pertama, kedua kubu sepakat tanda tangan. Tema ini didukung oleh
alasan-alasan yang legal, yaitu mengacu pada aturan dan kepentingan internal
Golkar, yang telah dimediasi oleh senior Golkar Yusuf Kalla, sebgaimana kutipan
Juduf Kalla:
kedua kubu ini kita satukan, yang perbedaanya kita singkirkan dulu.
Kebersamaannya apa, Golkar maju Pilkada itu persatuannya. Harus maju
apapun caranya.
Tema kedua, penandatanganan di kediaman Dinas JK. Pemilihan latar
tempat yang ditonjolak pada tema ini, menekankan pada tokoh sebagai
pendukung peristiwa yaitu wakil presiden Yusuf Kalla akan memberi pengaruh
pada pemberitaan ini.
111
Tema ketiga, sekjen dua kubu ikut tanda tangan. Sama halnya dengan
tema ketiga menentukan tema pada penekanan tokoh yaitu Aburizal Bakrie dan
Agung Laksono, sebagai ketua umum pada kedua kubu yang terpecah pada fraksi
partai Golkar.
Tema ke empat, sepakat islah demi pilkada 2015. Kata demi pada tema
ini, menunjukan bahwa islah dilakukan karena memiliki maksud tertenut yakni,
ingin menekankan fakta pada khalayak bahwa islah khusus yang dilakukan partai
Golkar hanya untuk persiapan pemilihan kepala daerah serentak pada kahir tahun
2015.
Tema ke lima, Hasil empat kesepakatan bersama. Tema ini, ingin
menekankan fakta bahwa islah khusus yang digelar menghasilkan empat poin
kesepakatan. Sebagaimana perpecahan jika telah digelar perundingan untuk
mencapai perdamaian, tentu ada kesepakatan-kesepakatan yang dihasilka.
Sehingga, tema ini, bermaksud ingin memberi penjelasan pada khalayak, bahwa
islah itu bukan islah sia-sia, tetapi menghasilkan poin-poin yang menjadi langkah
awal perdamaian.
Dari kelima tersebut, saling bertalian dan menjelaskan satu sama lain.
Tema pertama merupakan jalinan kisah untuk tema kedua, tema ketiga,ke empat
dan tema kelima. Sehingga dalam pemberitaan nya, Metro T menjelaskan lebih
detail permberitaan islah partai Golkar. runtutan beritanya, menggunakan kaliamt
deduktif. Yaitu menjelaskan lebih awal maksud atau inti pemberitaan, lalu di ikuti
kutipan-kutipan sebagai pendukung atau penjelas peristiwa.
112
4. Skrip
Skrip adalah cara wartawan menekankan fakta, yang memiliki tiga
komponen yaitu penggunaan kata, idiom atau gaya bahasa, dan gambar atau foto.
Pemberitaan ini untuk menjelaskan peritiwa misalnya pada lead pemberitaan pada
kalimat pertama Nota islah partai Golkar antara kubu Aburizal Bakrie dengan
kubu Agung Laksono akhirnya ditanda tangani kedua kubu, yaitu pada kata
akhirnya sebagai penekanan makna pemberitaan yaitu merasa bersyukur atau
bahagia karena telah tercapainya perdamain di kedua kubu.
Penekanan kata selanjutnya yaitu kalimat kedua pada lead, Penanda
tanganan kesepakatan islah khusus berlangsung di kediaman Dinas Wapres Yusuf
Kalla yang sekaligus toko senior partai Golkar, yaitu pembeiran label pada
kediaman Dinas Wapres dan penyebutan tokoh, yang menekankan bahwa
islah Golkar di gelar karena adanya campur tangan wakil presiden (wapres), yang
disebut sebagai senior Golkar pada pemberitaan Metro TV.
Penekanan fakta selanjutnya terdapat pada isi berita yang dibacakan oleh
anchor yang redaksi kalimatnya:
Jalani islah khusus dua kubu partai Golkar akhirnya terelisasi setelah
Yusuf Kalla mencoba memecah kebuntuan islah antar kedua kubu,
Kata akhirnya terealisasi dan kata mencoba memecah kebuntuan,
kedua-duanya menekankan kembali pemberitaan, bahwa islah dapat digelar
setalah adanya campur tangan atau mediasi yang dilakaukan senior Golkar Yusuf
Kalla.
113
Metro TV
TvOne
Sintaksis
disusun
dengan
tepat
pada
pada
disusun
menggambarkan fakta
maksud
Penysunan
selanjutnya
yaitu
lead
yang
114
TV
yaitu
pada
akhirnya.
Fakta
selanjutnya Penyusunan
fakta
yaitu,
sumber
yang
Laksono
dan
nara
sumber
terkhir Aburizal
Bakrie
lalu
disusul
Skrip
Fakta
dikisahkan
dengan Penekanan
pada
Jusuf
Tematik
Tema
pertama,
kedua
Kalla
Fasilitator
wakil
Islah
atau
perdamaian Golkar..
gelar
di
kediaman
Tema
kedua,
kubu
pengurus
mengikuti
115
pertemuan
Ketiga
tema
tersebut
saling berhubungan,yang
merupakan
penjelas
koherensi
atau
kalimat
Retoris
senior
memfasilitasi
islah
yang peristiwa,
yaitu
ketua
tersebut.
penekanan
Golkar
penekanan
Juga
pemilihan
pada kedua
kubu
nara tersebut,sebagai
sumber
menanda
tangani
pemberian
label,
116
dilakukan
menghadapi
daerah
pada
pemilihan
desember
mendatang.
Perbandingan
frame
islah
untuk untuk
dilakukan
menghadapi
desember
2015
mendatang
pemberitaan
tersebut,
yaitu
terletak
pada
117
tersebut dengan Jusuf Kalla pada kutipan awal, kemudian disusul kutipan Agung
Laksono dan terahir Aburizal Bakrie. Sementara itu, pada TvOne memilih dua
nara sumber yakni. Aburizal Bakrie dan Agung Laksono selaku ketua umum dari
kedua kubu tersebut, dengan menemapatkan kutipan Aburizal Bakrie pada kutipan
awal, dan terakhir kutipan Agung Lakosno.
Dari analisis skrip, fakta dikisahkan dengan pada penekanan nara sumber,
yang menyebutkan Yusuf Kalla pada Metro T v selaku fasilitator islah sebagai
senior Golkar, sedangkan TvOne menyebutkan Jusuf Kalla sebagai wakil
Presiden.
118
Pada unsur retoris, fakta diteknakan pada pemberian label pelaksnaan islah
Golkar karena adanya fasilitator yang Metro TV menyebut Jusuf Kalla sebgai
senior Golkar, dan TvOne menyebut Aburizal Bakrie sebagai wakil preseiden.
Penekanan faktaa selanjutnya yaitu, pada penekanan bahwa islah dilakukan demi
kepentingan Golkar yaitu dalam menghadapi Pemilihan Kepala Daera (Pilkada)
serentak pada desember 2015 mendatang.
Sebagai kesimpulan, konstruksi dari pemberitaan ini lebih pada kepentingan
media, yaitu masih ada unsur keberpihakan. Yang dapat dilihat dari lead,dan
penempatan nara sumber, yang mana kedua media ini, masing-masing ingin
menonjolkan sala satu dari dua kubu yang berseslih paham.
4.1.4. Perbandingan Penggunaan Bahasa Jurnalistik antara Metro TV dan
TVONE dalam Pemberitaan Partai Golkar
Berita menurut paradigma konstrukvisme berita bukanlah refleksi dari
realitas. Berita itu ibarat sebuah drama. Ia bukan menggambarkan realitas,
melainkan potret dari arena pertarungan antar berbagai pihak yang berkaitan
dengan peristiwa. Pandangan konstruktivisme menekankan pada bagaimana berita
dimaknai oleh media, sehingga terdapat bingkai pemberitaan yang khalayak tidak
tahu. Jadi, perlunya menjelaskan terlebih dahulu, bagaimana frame pemberitaan
partai Golkar, agar diketahui pandangan atau makna yang ingin disampaikan oleh
kedua media tersebut. Dari analisis framing, peristiwa dikonstruksi menggunakan
bahasa atau kata-kata yang tepat untuk memberi penekanan makna yang ingin
ditonjolkan. Sehingga dalam meneliti penggunaan bahasa jurnalistik, digunakan
analisis framing untuk melihat bahasa dan kata-kata yang dipilih dan akan
119
dihubungkan prinsip menulis berita Televisi oleh Morissan, yang terdiri dari 15
elemen, yaitu: gaya ringan bahasa sederhana, menggunakan prinsip ekonomi kata,
menggunakan ungkapan pendek, menggunakan kata sederhana, menggunakan
kata sesuai konteks, menghingdari ungkapan bombastis, menghindari istilah
teknis tidak dikenal, menfhindari klise dan eufemisme, menggunakan kalimat
tutur, reporter harus objektif, jangan mengulangi informasi, istilah harus diuji,
kaliamt aktif dan terstrukur, jangan terlalu banyak angka, dan hati-hati dalam
mencamtumkan jumlah korban.
Berikut analisis bahasa jurnalistik yang dilihat dari frame Zongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki:
4.1.4.1. Pemberitaan TvOne, 30 Maret 2015
TvOne pada tanggal 30 Maret 2015, menurunkan pemberitaan yang terjadi
dalam kepengurusan Golkar. Yaitu adanya aksi pengambil alihan ruang kantor
Golkar, oleh kubu Agung Laksono dari kubu Aburizal Bakrie yang telah
memfungsikan ruangan tersebut sebagaimana biasanya.
TvOne menurunkan judul Demokrati dalam Bahaya. Analisis
penggunaan Bahasa Jurnalistik ditinjau dari unsur framing sintaksis, berikut
penjelasan nya:
1. Sintaksis
Sintaksis, merupakan cara wartawan menyusun fakta, dari judul yang
digunakan fakta ditulis dengan menggunakan ungkapan atau gaya bahasa
pertentangan, yaitu hiperbola. Hiperbola merupakan gaya bahasa yang
mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan jumlah, ukuran, atau sifatnya,
120
dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk
memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Kata yang digunakan pada judul demokrasi dalam bahaya juga
mengandung makna konotatif yakni bukan makna sebenarnya. Dalam bukunya
Bahasa Jurnalistik sumadiria menjelaskan makna konotatif adalah makna kata
yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu
disamping makna dasar yang umum. Kata Demokrasi dalam Bahaya secara
konotatif bermakna perpecahan dua kubu Golkar mengakibatkan demokrasi dalam
bahaya, negara sedang diperhadapkan dengan ancaman-ancaman yang dapat
mengakibatkan runtuhnya demokrasi. Dan, jika dihubungkan dengan kondisi
negara saat itu, asas negara Indonesia masih dalam keadaan normal atau amanaman saja, masih tetap pada prinsip dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Sehingga judul ini tidak dapat memberi penjelasan isi pemberitaan. Karena
demokrasi belum runtuh diakibatkan perpecahan kepengurusan salah satu partai
politik dalam negeri.
Kemudian, tvOne menurunkan lead pemberitaan dengan redaksi kalimat:
Pemirsa konflik ditubuh partai Golkar memanas, fraksi partai Golkar
DPR bentukan Agung laksono memaksa untuk menduduki ruang fraksi
partai Golkar, untuk mengetahui kondisi terkini kita tanyakan langsung
dengan Tisa Noveni yang berada disana.
Terdapat beberapa kata yang tidak sesuai dengan penempatan kata
sebagaimana prinsip penulisan berita jurnalistik televisi oleh Morissan, yaitu kata
memanas. Kata memanas berasal dari kata panas yang digunakan untuk
menjelaskan hal yang dirasakan panas, oleh indra perasa. Akan tetapi pada lead
121
ini, kata memanas mengandung makna konotatif, yaitu bukan mana sebenarnya.
Maka konotatif dari kata memanas yaitu emosi yang melambung tinggi.
Kata selanjutnya kata, yang tidak sesuai dengan penempatan kegunaan kata,
adalah kata menduduki, yang mengandung ungkapan eufemisme. Kalimat
memaksa untuk menduduki kenyataannya memaksa untuk menggunakan.
Kesimpulannya, dari analisis judul, dan lead yang merupakan unit analisis
dari sintaksis, bahasa jurnalistik yang digunakan bersifat baku, menggunakan
kalimat aktif, sederhana, tetapi ada beberapa kata yang tidak sesuai konteks dan
menggunakan ungkapan yang membombastis.
2. Skrip
Sementara itu, dari unsur skrip, maka analisis bahasa jurnalistik dari
pemberitaan T v One, berikut penjelasannya:
Skrip merupakan cara wartawan mengisahkan fakta, hubungannya dengan
bahasa jurnalistik yaitu bagaimana berita dikisahkan, melihat bagaimana runtutan
peristiwa diceritakan, mengandung paragraf deduktif atau induktif, melanggar
prinsip menulis berita televisi atau tidak seperti, melakukan pengulangan
informasi atau tidak dilkakukan, menggunakan kalimat tutur atau tidak
menggunakan.
Pemberitaan ini, menggunakan paragraf deduktif. Yaitu, kalimat utamanya
atau inti peristiwa di jelaskan pada awal paragraf, kemudian di ikuti kalimat
penjelas atau kutipan-kutipan sumber yang mendukung pemberitaan. Seperti
122
terlihat pada lead berita, kemudian dibacakan kembali oleh wartawan Tisa
Noveni, unsur what (apa) atau peristiwa apa yang sedang terjadi,who (siapa) atau
siapa yang melakukan nya, dan unsur where (dimana),when (kapan), why
(mengapa) atau mengapa kubu Agung Laksono melakukan hal tersebut,unsur dan
how (bagimana) atau bagaimana kejadian berlangsung. Berikut lead pemberitaan:
Pemirsa konflik ditubuh partai Golkar memanas, fraksi partai Golkar
DPR bentukan Agung laksono memaksa untuk menduduki ruang fraksi
partai Golkar (Unsur What), untuk mengetahui kondisi terkini kita tanyakan
langsung dengan Tisa Noveni yang berada disana.
Kemudian, wartawan Tisa Noveni mengulang kembali inti dan unsur
5W+H, dari pemberitaan (kata yang ditebalkan/Bold), berikut redaksi kalimatnya :
Tisa :Iya shinta, betul sekali memang saat ini kami tadi sempat melihat
bahwa salah satu pihak kubu Agung Laksono versi munas Ancol ini datang
ke gedung DPR RI dan mereka tampak nya langsung menuju ke gedung
DPR RI di lantai 12 tepatnya dimana kantor fraksi partai Golkar berada
(Unsur Where). Dan dapat kami informasikan tidak hanya sendiri wakil
dari Agung Laksono ini datang pemirsa tapi tentunya dipimpin oleh wakil
ketua umum partai Golkar versi munas Ancol Yoris. Ia datang bersama
dengan sejumlah masa,ada puluhan masa yang terlihat disana(Unsur
Who), dilantai 12 kantor fraksi partai golkar tersebut. Dan dapat kami
informasikan bahwa sempat terjadi kericuhan disana pemirsa, dan ini
diakibatkan karena adanya upaya untuk mencoba menduduki kantor fraksi
partai golkar dari kubu Agung Laksono (Unsur What).
Sebagai inti pemberitaan telah dijelaskan dalam beberapa unsur 5W+H
oleh Tisa Noveni. Kemudian penjelasan mengapa dan bagaimana kejadian
peristiwa tersebut, dapat dilihat pada kutipan nara sumber. Berikut kutipan nya:
Bambang:sekarang saya masih diruangan, jadi ini uda gila ini bangsa ini.
Kita juga sangat prihatin dengan tak tik-tak tik penyerbuan yang dilakukan
oleh Yoris dengan beberapa premannya,dengan membongkar paksa pintu
(Unsur How). Kan masih ada cara-cara beradab yang bisa dilakukan.
Karena sempai detik inipun pimpinan DPR belum mengakui kepemimpinan
fraksi yang mereka bentuk. Belum disahkan di paripurna dan ketua DPR
pimpinan DPR tegas mengatakan tidak ada pergantian sidangpati dan
123
sidangpati itu adalah Ade Komarudin. Tapi mereka tidak mau tahu dan
mereka menggugat kita (Unsur Why). Dan ini suatu apa, tontonan yang
sangat tidak bagus. Ini bentuk Negara, ini objek kita, tapi polisi
membiarkan penghundal-penghundal balit-balit itu mendobrak dari pada
gedung yang seharusnya mereka lindungi.
Penjelasan inti peristiwa disampaikan pada durasi awal pemberitaan.
Kemudian, pada kutipan nara sumber atau isi wawancara anchor dengan nara
sumber berisi pendukung-pendukung topik yang diangakat.
Kesimpulan dari analisis bahasa jurnalistik dari unsur skrip atau cara
wartawan mengisahkan fakta adalah fakta disusun dengan menggunakan kalimat
atau paragraf deduktif atau dalam penulisan berita dikenal dengan istilah piramida
terbalik, yaitu menjelaskan lebih awal inti pemberitaan baru kemudian
menyertakan pendukung-pendukung peristiwa dengan menghadirkan kutipankutipan sumber.
3. Tematik
Analisis bahasa jurnalistik selanjutnya unsur frame tematik, yang
didefinisikan sebagai bagaimana cara menulis fakta. Untuk, menganalisis
penggunaan bahasa jurnalistik maka, unsur tematik memiliki beberapa unsur
analisis, diantaranya yaitu; detail informasi dan hubungan antar kalimat
(koherensi).
Tema yang diangkat dalam pemberitaan tentang pengambil alihan ruang
atau kantor fraksi Golkar oleh kubu Agung Laksono ialah sebagagai berikut:
Tema pertama, Kubu Agung Laksono Rebut Paksa Ruang Fraksi.
Analisis bahasa jurnalistik dari unsur tematik pada tema pertama, yaitu
berikut penjelasannya:
124
Dari unsur detail informasi, tema pertama dijelaskan secara detail proses
perebutan ruang fraksi tersebut. Lewat peneturan Tisa Noveni pada awal
pemberitaan setelah anchor menyampaikan lead pemberitaan.
Tema pertama, disampaikan secara detail bagaimana runtutan perisitwa.
Baik dalam bentuk penjelasan yang lengkap atau pernyataan yang singkat, tetapi
menggambarkan usaha pemaksaan yang dilakukan oleh kubu Agung Laksono.
Analisis selanjutnya, yaitu hubungan kalimat atau koherensi. Ada
beberapa jenis koherensi, diantaranya pertama, koherensi sebab-akibat, yaitu
proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain.
Kedua, koherensi pejelas, yaitu proposis atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas
proposisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi pembeda, yaitu proposisi atau
kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi lain atau kalimat lain,
(Eriyanto,2002:303).
Tema pertama ini, merupakan koherensi penjelas, yaitu kata rebut paksa
ruang fraksi sebagai penjelas pada kata pertamaa Kubu Agung Laksono.
Penjelasan dari tema ini, adalah bahwa kubu Agung Laksono merebut paksa ruang
fraksi partai Golkar, yang saat itu masih digunakan oleh kubu Aburizal Bakrie.
Tema kedua, Kubu Agung Laksono Pakai Cara Kekerasan.
Analisis bahasa jurnalistik dari unsur tematik dari tema pertama, yaitu
berikut penjelasannya:
125
126
Tema keempat, Fraksi Golkar Kubu Aburizal Bakrie Bertahan di Ruang Ketua
Fraksi.
Analisis bahasa jurnalistik dari unsur tematik dari tema pertama, yaitu
berikut penjelasannya:
Dari unsur tematik detail informasi, tema keempat dijelaskan secara detail
dan panjang, bahwa kubu Aburizal Bakrie dalam hal ini Bambang Soesatyo,
Adima Sabri dan beberapa elit atau petinggi partai Golkar kepengurusan Aburizal
Bakrie akan tetap bertahan didalam ruangan, ini dilakukan sebagai simbol
pertahanan dan kekuatan kubu Aburizal Bakrie.
Unsur tematik selanjutnya ialah, hubungan antar kalimat atau koherensi. Dalam
tema merupakan koherensi penjelas, yaitu satu kalimat menjelaskan kalimat yang lain.
Begitu pula hubungan antar tema dan pendukung atau kutipan yang menguatkan tema,
merupakan hubungan antar kaliamt yaang saling menjelaskan satu sama lain.
Kesimpulan dari unsur tematik, adalah fakta ditulis dengan mengutamakan
kelengkapan berita, yaitu setiap peristiwa yang ditulis atau dilaporkan di ikuti dengan
penjelas atau pendukung fakta dari kutipan nara sumber. Dengan demikian, bahasa yang
digunakan dalam pemberitaan ini ditinjau dari prinsip menulis berita oleh Morissan,
mangandung prinsip penulisan gaya bahasa ringan dan sederhana, menggunakan kalimat
tutur, tidak terdapat ungkapan, hanya saja pemberitaan ini wartawan bersifat subektif,
yaitu ikut larut dalam retorika nara sumber, dibuktikan dengan pertanyaan wartawan
dengan nara sumber hanya berkisar pada versi kubu Aburizal Bakrie saja, tanpa
melibatkan bagaimana pernyataan versi kubu Agung Laksono.
4. Retoris
Retoris merupakan cara wartawan menekankan fakta. Penekanan fakta dianalisis
dari idiom yang digunakan, dan kata yang sering ditekankan. Penekanan fakta, terdapat
127
pada pertanyan-pertanyaan yang diajukan anchor (pembaca berita) dari studio pada
wartawa Tisa Noveni, selalu mengulang kata atau kalimat yang sama, sebagai penonjolan
peristiwa yang yang ingin di tekankan, berikut redaksi kalimatnya:
Anchor Adi :kalau kita lihat digambar Tisa,ada upaya untuk membongkar paksa
pintu utama yang didepan. Apakah sampai dengan saat ini akhirnya pintu itu bisa
dibuka paksa didobrak atau masih tertutup?.
128
129
130
pada kata berjalan masih menjelaskan peristiwa yang sedang berlangsung, dan
kata masih memiliki arti yang sama dengan imbuhan ber, yaitu sementara
berlangsung. Sehingga menimbulkan dua kata yang berulang, dalam satu makna.
Sehingga akan lebih baku jika leadnya menghilangkan kata masih.
Prinsip bahasa jurnalistik, seperti yang diungkapkan Sumadiria dalam
bukunya Bahasa Jurnalistik (2008:14-20), yakni sederhana, singkat,padat, lugas,
jelas, jernih,menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal, menghindari kata
tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan kata yang tepat,mengutamakan
kalimat aktif, menghindari kata atau istilah teknis dan tunduk pada kaidah etika.
Jika dianalisis lebih dalam, lead tersebut memiliki seluruh unsur prinsip bahasa
jurnalistik.
2. Skrip
Kemudian, dari unsur skrip, maka analisis bahasa jurnalistik dari
pemberitaan TvOne, berikut penjelasannya:
Skrip merupakan cara wartawan mengisahkan fakta, hubungannya dengan
bahasa jurnalistik yaitu bagaimana berita dikisahkan, melihat bagaimana runtutan
peristiwa diceritakan, mengandung paragraf deduktif atau induktif, melanggar
prinsip menulis berita televisi atau tidak seperti, melakukan pengulangan
informasi atau tidak dilkakukan, menggunakan kalimat tutur atau tidak
menggunakan.
Pemberitaan ini, menggunakan paragraf deduktif. Yaitu, kalimat utamanya
atau inti peristiwa di jelaskan pada awal paragraf, kemudian di ikuti kalimat
131
132
133
134
135
Koherensi yang digunakan pada tema ini adalah, koherensi penjelas, yaitu
satu kalimat menjelaskan kalimat yang lain, atau sebaliknya. Antara tema, dan
laporan Heranof saling berkesinambungan, menjelaskan tema yang diangakt.
Tema ke tiga, sejumlah orang terkunci di ruangan.
Analisis penggunaan bahasa jurnalistik dari unsur tematik pada tema
pertama, yaitu berikut penjelasannya:
Dari unit analisis tematik yaitu unsur detail informasi, dijelaskan secara
singkat saja oleh wartawan Heranof Al Basyir pada laporan awal. Tetapi, ada
penjelasan yang informasinya bertolak belakang. Tema ini menjelaskan, ada
sejumlah orang yang terkunci, dikarenakan ruangan terkunci. Kata orang
mendangung arti selain anggota Aburizal Bakrie, ada beberapa orang lain yang
terkunci termasuk awak media. Tema ini, dapat ditemukan pada pernyataan
reporter Heranof, berikut kutpan nya:
Jika nantinya pintu belum juga dikunci oleh petugas keamanan atau
pamdal DPR yang akan terjadi adalah nantinya Yoris akan mengancam
akan memalang pintu ruang pimpinan fraksi Golkar. Padahal didalam
ruang tersebut ada Bambang Soesatyo yang telah menggelar Konferensi
pers bersama awak media. Awak media pun wahyu beberapa diantaranya
juga terkunci didalm ruang pimpinan fraksi.
Kerancuhan informasi yang dimaksud ialah pada redaksi kalimat terakhir
menyatakan awak media pun beberapa diantaranya juga terkunci didalam ruang
pimpinan fraksi. Padahal, ada kalimat sebelumnya yang menjelaskan bahwa
Bambang Soesatyo sedang mengadakan konferensi pers bersama awak media,
namun kemudian reporter Heranof menambahkan lagi bahwa awak media
beberapa diantaranya terkunci. Penggunaan kembali informasi tersebut,
136
137
merupakan kata ganti untuk menunjukan awak media dan anggota fraksi Golkar
kubu Aburizal Bakrie yang masih ada dalam ruangan, akan tetapi pada penjelasan
wartawan Heranof, terdapat kerancuhan informasi yaitu saat menyebutkan, ada
sejumlah awak media yang sedang melakukan konferensi perse bersama Bambang
Soesatyo (kubu Aburizal Bakrie), lalu disampaikan bahwa juga ada beberapa
awak media yang iut terkunci didalam ruangan, pada kaliamt berikutnya. Dan
juga, pemberitaan ini nara sumbernya hanya dari pihak Agung Laksono sehingga
informasi pemberitaan bersifat satu arah, hanya pada bagaimana peristiwa
disampaikan versi kubu Agung Laksono.
4. Retoris
Retoris merupakan, cara wartawan menekankan fakta. Penekanan fakta ini
terbagi dalam dua unit, yaitu idiom dan kata yang sering digunakan. Penekanan
fakta dari inti pemberitaan, bahwa kubu Agung Laksono sedang berupaya
mengambil alih ruangan fraski Golkar ialah terdapat pada kutipan sumber, yang
menyatakan bahwa mereka tidak ingin dikatan mengambil alih atau merebut
dengan paksa, akan tetapi mengambil hak yang harus dimiliki oleh kepengurusan
Agung Laksono.
Penekanan selanjutnya yaitu, terdapat pula pada kutipan nara sumber, yang
menyatakn bahwa pihak nya sudah sistematis dalam upaya mengambi alih fungsi
dari kantor fraksi Golkar ini, akan tetapi pihak Aburizal Bakrie tidak menanggapi
dan belum ingin memberikan kantor fraksi Golkar untuk digunakan sebagaimana
mestinya
138
139
Metro TV
TvOne
sederhana,
kata
terdapat
yang
tidak
menggunakan membombastis
atau
gaya
Skrip
Fakta
disusun
dengan Fakta
disusun
deduktif
sesuai
dengan
berita
piramida
sehingga
dikisahkkan
dengan
kalimat
atau
penulisan dengan
penulisan
berita
dikisahkkan
Tematik
Kesimpulan
dari
unsur Fakta
ditulis
dengan
kelengkapan
140
digunakan
ialah
yang
terdapat
arah,
yaitu
hanya
diangkat. kesaleruhan
tentang
informasi
yaitu
saat fersi
penuturan
satu
Aburizal
mengindahkan
bahwa
juga
pada
kaliamt
Dan
juga,
ini
nara
pemberitaan
141
versi
kubu
Agung Laksono.
Retoris
juga
penekanan
pada
142
peristiwa pada kubu Agung Laksono, dan TvOne arah pemberitaan nya lebih
menonjolkan pada kubu Aburizal Bakrie.
4.1.4.4. Pemberitaan TvOne, 10 Maret 2015
Mentri Hukum dan Ham (Menkumham) tanggal 10 maret 2015 menerima
putusan Mahkamah partai Golkar yang telah mengakui kepengurusan Agung
Laksono. Akan tetapi, Mahkamah partai menyerahkan keputusan pada Mentri
Hukum dan Ham agar mengeluarkan SK kepengurusan Agung Laksono. TvOne
menurunkan peristiwa tersebut, dengan mewawancari ketua Menkumham,
Yasonna Laoly untuk memberi penjelasan terkait peritiwa tersebut.
TvOne, mengangkat judul Pemerintah Intervensi Golkar? Analisis
penggunaan Bahasa Jurnalistik ditinjau dari unsur framing sintaksis, berikut
penjelasan nya:
1. Sintaksis
Sintaksis, merupakan cara wartawan menyusun fakta, judul merupakan garis
besar dari inti peristiwa. Jadi, judul yang diangkat oleh TvOne menunjukan garis
besar atau gambaran singkat tentang inti peristiwa yang akan disampaikan. Judul
berupa kalimat tanya, yang menekankan agar khalayak memberi opini atau
penyimpulan sendiri terkait peristiwa yang disampaikan. Dari judul, ada kata
intervensi, yang memiliki makna ikut campur, dan akan menjadi kata baru
dikalangan khalayak non intlektual (berpengetahuan).
Kemudian, TvOne menurunkan lead pemberitaan dengan redaksi kalimat:
143
144
permohonan
Agung
Laksono.
Yasonna
Laoly selaku
ketua
145
Menkumham hanya menyebutkan bahwa ketupusan tersebut berdasarkan undangundang politik, tetapi tidak menyebutkan pasal yang mendasari hukum tersebut.
Dari struktur koherensi, tema ini merupakan koherensi penjelas, yaitu tema yang
diangkat dijelaskan oleh nara sumber meski tidak dijelaskan secara detail. Kata
permohonan, menekankan pada fakta yang ditulis, akan memfokuskan perhatian
khalayak pada kata permohonan tersebut. Karena menegaskan, bahwa kubu
Agung Laksonolah yang telah mengajukan permohonan pada Menkumham, ini
akan ada kerancuhan informasi, pada pernyataan nara sumber keputusan
didasarkan pada hasil keputusan Mahkamah partai yang diserahkan kebijakan
selanjutnya pada Mentri Hukum dan Ham, tanpa meyinggung bahwa kubu Agung
Lakosono telah mengajukan permohonan atas keputusan tersebut.
Kesimpulannya, bahasa jurnalsitik dari analisis tematik, bahwa peristiwa
tidak dijelaskan secara detail, dengan menggunakan kohrensi penjelas, yang
sepenuhnya dijelaskan oleh nara sumber, akan tetapi ada kerancuhan informasi
antar tema dan pernyataan sumber yang tidak menyatakan bahwa kubu Agung
Lakosno telah mengajukan permohonan atas keputusan itu, akan tetapi keputusan
itu berdasarkan hasil keputusan Mahkamah Partai yang menyerahkan seluruhnya
pada Mentri Hukum dan Ham
Tema ke dua, keputusan berdasarkan hasil mahkamah partai.
Tema ini didukung oleh pernyataan sumber, diawal kutipan. Penjelasan
dijelaskan secara singkat saja. Sehingga koherensi yang digunakan ialah koherensi
sebab-akibat. Yaitu tema pertama ialah akibat dari tema kedua. Atau tema kedua,
ini adalah sebab dari pengambilan keputusan oleh Mentri hukum dan Ham.
146
yang
mengadaikan
suatu
kalimat
untuk
menekankan
atau
147
148
149
150
dapat dianalisis dari konten atau isi wawancara Yasonna Laoly. Yaitu, pemberian
label pada keputusan yang diambil oleh Menkumham adalah berdasar pada
Undang-Undang Parpol pasal 32 ayat 5, undang-undang No.2 tahun 2011.
Sehingga, dari keseluruhan frame,disimpulkan bahwa bahasa jurnalistik
yang digunakan bahasa yanga ringan, singkat, padat dan jelas, tidak menggunakan
gaya bahasa untukmengandaikan makna yang ingin disampaikan,menggunakan
kalimat aktif, menggunakan kalimat deduktif, akan tetapi pada judul terdapat
kerancuhan informasi atau ada penghilangan afiks (imbuhan) sehingga
menimbulkan makna yang ambigu (bermakna ganda).
4.1.4.6. Perbedaan Penggunaan Bahasa Jurnalsitik pada Pemberitaan
Partai Golkar antara TvOne dan Metro TV Tanggal 30 Maret 2015
Tabel 6. Perbandinga Bahasa Jurnalistik Metro TV dan TvOne,10 Maret
2015
Metro TV
TvOne
151
Sintaksis
Menggunakan
kata
ambigu,
yaitu digunakan
menghilangkan
pada
judul
bahasa
yang Bahasa
jurnalistik
yang
bersifat
baku,
pada
lead
yang
bermakna
dapat
dipahami
Skrip
Peristiwa
dengan
ini
dikisahkan Peristiwa
kalimat
ini
dikisahkan
besar
sumber
yang sumber
yang
menjelaskan
singkat
proses
tersebut.
ditemukan
kutipan-kutipan
tidak
152
Tematik
Wartawan
hanya
Fakta
yang
diangkat
dijelaskan
secara
kemudian
bagian hukum
atau
menyebutkan
Yasonna
menjadi
bagian
yang
dasar
kebijakan
isi tema
tesebut
mengandung
yang
kalimat
kemudian
koherensi
hubungan
kalimat
atau sebab
pertama
atau
menjadi
akibat
dari
Yakni,
kalimat
Retoris
Untuk
menekankan
fakta Penekanan
fakta,
pada
153
berdasar
pada
Undang- pada
hasil
undang-undang
tahun 2011.
No.2 menyerahkan
keputusan
Partai,
yang
seluruh
Kesimpulan nya,
pemberitaan ini oleh Metro TV adalah bahasa yanga ringan, singkat, padat dan
jelas, tidak menggunakan gaya bahasa untuk mengandaikan makna yang ingin
disampaikan, menggunakan kalimat aktif, menggunakan kalimat deduktif, akan
tetapi pada judul terdapat kerancuhan informasi atau ada penghilangan afiks
(imbuhan) pada judul yang diangkat oleh Metro TV, sehingga menimbulkan
makna yang ambigu (bermakna ganda), menggunakan koherensi penjelas.
Sedangkan, TvOne juga menggunakan bahasa yang padat, singkat, jelas, serta
tidak ditemukan pula gaya bahasa untuk mengandaikan satu pesan, menggunakan
kaliamat atau paragraf deduktif atau menggunkan prinsip piramida terbalik dalam
menulis berita, akan tetapi terdapat kerancuhan antara tema dan pernyataan
sumber atau informasi, sehingga koherensi atau hubungan antar kalimat yang
digunakan ialah koherensi sebab-akibat. Tema yang diangkat, merupakan sebab
dari kutipan sumber yang ingin menonjolkan ketidak berdayaan Mahkamah partai
terhadap Menkumham.
154
155
156
dari
unsur
skrip
yaitu,
fakta
dikisahkan
dengan
157
158
digunakan ialah kaliamt aktif, tidak terdapat kesalahan morfologis, dengan tidak
menghilangkan unsure afiks atau imbuhan pada tema yang ditulis.
Kesimpulan, dari unsur tematik yaitu informasi dijelaskan secara detal
karena saling berhubungan antar tema pertama, kedua dan ketiga, dengan kutipan
nara sumber yang menjelaskan secara detail peristiwa yang diberitakan. Sehingga
unit analisis koherensi yang pada tematik adalah koherensi penjelas. Yaitu keliamt
yang satu menjelaskan kaliamt yang lain. Tetapi, TvOne kurang memperhatikan
tata bahasa, dari tema yang ditulis, yaitu dengan menghilangkan afiks atau
imbuhan, tetapi kesalahan itu jarang ditemukan.
4. Retoris
Retoris adalah cara wartawan menekankan fakta. Unit analisisi dari retoris
ialah idiom dan kata yang digunakan (diksi).
Pada peristiwa yang dilaporkan oleh TvOne, tidak ada unsur idiom yang
digunakan sebgai penekan atau penonjolan fakta.
Penekanan fakta, yaitu ada pada label islah dilakukan agar partai Golkar
bisa mengikuti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada desember 2015.
Ini, tercermin dari kutipan sumber, dan penjelasan anchor pada lead pemberitaan.
Bahasa yang digunakan dalam menekankan fakta yaitu, ringan, sederhan
dan mudah dipahami. Tidak ada penggunaan idiom untuk menekankan fakta.
Semuanya bersifat sederhana saja, ringan, dan padat informasi.
Kesimpulan dari keseluruhan frame, bahasa jurnalistik yang digunakan pada
pemberitaan 30 Mei 2015 pada TvOne adalah gaya bahasa yang ringan, ringkass,
padat informasi dan jelas. Koherensi atau hubungan antar kalimat untuk
159
deduktif
dalam
mengisahkan
fakta
dengan
memperhatikan
dari
keseluruhan
peristiwa
bahwa
partai
Golkar
sedang
160
161
Presenter(voice over): islah khusus ini ditanda tangani agar Golkar, bisa
ikut dalam pilkada serentak pada akhir tahun ini. Sementara KPU
memberikan baatas pendaftaran pada 26 hingga 28 juli mendatang.
Peristiwa disampaikan dengan jenis kalimat deduktif atau menggunakan
prinsip piramida terbalik, yaitu melaporkan lebih awal inti peristiwa kemudian di
ikuti oleh pendukung-pendukung fakta yang bersifat umum. Dari unsur 5W+H
peristiwa dijelaskan keseluruhan nya, pada lead pemberitaan, kemudian
ditambahkan kutipan-kutipan sumber sebagai pendukung fakta yang disampaikan.
Bahasa yang digunakan pada lead tersebut, ringan, sederhana dan padat informasi,
tidak menggunakan gaya bahasa atau makna konotatif untuk mengandaikan
peristiwa, sehingga informasi yang disampaikan mudah dipahami khalayak. Tidak
ditemukan kesalahan moroflogis, seperti penghilangan afiks, dan eufimisme atau
penggunaan kata yang ditempatkan tidak sesuai konteks.
3. Tematik
Pemberitaan Metro TV, menurunkan lima tema atau gagasan pokok dari
peristiwa yang dilaporkan.Berikut analisis bahasa yang digunakan dari tema
tersebut:
Tema pertama, kedua kubu sepakat tanda tangan. Tema ini dibacakan
secara singkat oleh anchor Metro TV. Penjelasan dari tema ini, adalah penafsiran
atau kesimpulan Metro TV, karena islah yang digelar merupakan langkah awal
untuk menuju perdamain dalam kepengurusan partai Golkar. sehingga, koherensi
yang digunakan pada tema dan isi pemberitaan ialah kohenrensi penjelas. Bahasa
yang digunakan dalam menulis tema merupakan kalimat aktif, tidak ditemukan
162
163
pahaman antara kedua kubu harus di tepis atau diilangkan. Bahasa yang
digunakan merupakan kalimat aktif, dan tidak ditemukan kesalahan morfologis.
Tema ke lima, hasilkan empat kesepakatan bersama. Tema ini dibacakan
oleh anchor bagaimana hasil kesepakatan tersebut. Koherensi yang digunakan
ialah kohernesi penjelas, dari tema terdapat penjelasan yang singkat pada isi
pemberitaan. Penulisan pada tema terakhir ini, menggunakan kalimat aktif tidak
ada keslahan tata bahasa pada penulisannya.
Kesimpulan dari unsur tematik ialah fakta ditulis dengan memperhatikan
penulisan tata bahasa Indonesia, memperhatikan unsur morfologis dan eufemisme.
Kalimat yang digunakan menggunakan kalimat aktif, seingkat, dan padat,
sehingga koherensi yang digunakan ialah koherensi penjelas. Kelima tersebut
memiliki penjelasan pada isi berita. Akan tetapi ada beberapa yang anggap
sepeleh, ialah penulisan akronim yang tidak di ikuti penjelas atau kepanjangan
dari singkatan atau akronim tersebut.
4. Retoris
Retoris adalah cara wartawan menekankan fakta. Unit analisisi dari retoris
ialah idiom dan kata yang digunakan (diksi).
Pada peristiwa yang dilaporkan oleh Metro TV, tidak ada unsur idiom yang
digunakan sebagai penekan atau penonjolan fakta.
164
Penekanan fakta, yaitu ada pada label islah dilakukan agar partai Golkar
bias mengikuti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada desember 2015.
Ini, tercermin dari kutipan sumber, dan penjelasan anchor pada isi berita.
Kesimpulan dari keseluruhan frame, bahasa jurnalistik yang digunakan pada
pemberitaan 30 Mei 2015 pada Metro TV adalah gaya bahasa yang ringan,
ringkas, padat informasi dan jelas. Koherensi atau hubungan antar kalimat untuk
menjelaskan peristiwa menggunakan koherensi penjelas, dengan kalimat atau
paragraf deduktif dalam mengisahkan fakta dengan memperhatikan kelengkapan
berita 5W+H. Dalam menekankan fakta, Metro TV tidak menggunakan idiom dan
bahasa yang menyudutkan sala satu pihak. Tetapi pada penulisan tema, yaitu pada
tema ketiga ada penghilangan afiks
Metro TV
Bahasa
yang
menggunakan
TvOne
digunakan Bahasa
yang
prinsip mengunakan
digunakan
prinsip
165
penggunaan
kata
yang penggunaan
kata
yang
ringan,
jelas,
seperti
terdapat
menghilangkan
kesalahan imbuhan
morfologis
(afiks),
(afiks),
atau penggunaan
menghilangkan
dan
eufemisme
kata
tidak seperti
dan
eufemisme
yang
tidak
sesuai
konteks).
Skrip
Peristiwa
dengan
disampaikan
jenis
memperhatikan
berita,
tidak
bahasa
yang
oleh
pendukung
yang seperti
menghilangkan
166
ditambahkan
kutipan
sumber
pendukung
sebagai paragraph
fakta
deduktif
pada
menjelaskan
lead pedukung-pendukung
fakta
peristiwa,
informasi
disampaikan
yang
mudah
kesalahan
morfologis,
penghilangan
seperti
afiks,
dan
Tematik
Fakta
ditulis
memperhatikan
dengan Informasi
penulisan detail
dijelaskan
secara
karena
saling
167
tata
bahasa
Indonesia, berhubungan
memperhatikan
antar
tema
yang
dan
sehingga
koherensi
yang
padat, Sehingga
diberitakan.
unit
analisis
koherensi
keliamt
penjelas.
yang
satu
yang
ialah
TvOne
kurang
Retoris
Bahasa
yang
fakta
yaitu,
Tidak
ada
idiom
untuk
menekankan
168
Semuanya
bahasa
yang
ringan,
singkat
padat
dan
jelas.
Dengan
169
170
yang digunakan. Seperti, judul yang diangkat Kisruh Partai Golkar, yaitu
menyebutkan secara umum konflik partai Golkar, tidak menyebut sala satu pihak.
Kemudian tidak ada penekanan fakta atau kata yang menyudutkan dua kubu
dalam partai Golkar. Hanya menekankan pada keputusan Mentri Hukum dan Ham
yang telah mengakuisisi (menyetujui) kepengurusan kubu Agung Laksono,
sehingga berhak atas penggunaan ruang fraksi Golkar tersebut. Meski demikian,
Metro TV berpihak pada kubu Agung Laksono, terlihat dari fakta-fakta yang
ditonjolkan, akan tetapi bahasa yang digunakan halus dan tidak mengandung
unsur menyudutkan.
Hal ini karena, keberadaaan pemilik modal sebagai pengawas seluruh
kegiatan media (termasuk kegiatan jurnalistik), (Syaiful Halim:2013:201-201).
Dalam bukunya Syaifullah juga mengutip penyataan Burton, yang dikutip dari
MCQuil (1983) mengemukakan tiga hal tentang pertanyaan utama tentang
kekuasaan media yaitu:
1. Keefektifan media sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan
kekuasaan yang ada
2. Pertanyaan tetnang kepentingan kekuasaan siapa yang diterapkan
(kepentingan kekuasaan kelas sosial, masyarakat, atau individuindividu)?
3. Apakah media menambah, mempertahankan, atau mengurangi ketidak
setaraan kekuasaan yang ada dalam masyarakat?
Masih menurut MCQuail, karena pelbagai alasan (melalui tindakan atau
penghilangan) media memang melindungi atau mengemukakan kepentingan
171
orang-orang yang memiliki kekuasaan ekonomi ata politik yang lebih besar
dalam masyarakat-masyarakat mereka sendiri.
Proses konstruksi kedua yaitu proses objektivasi atau interaksi sosial yang
terjadi dalam dunia intrsubjektif yang dikembangkan atau mengalami proses
institusional. Bahwa, pemberitaan dikonstruksi melalui proses objektivitas,
dimana peristiwa dilaporkan merupakan proses interaksi antara wartawan dengan
nara sumber, lalu kemudian penyajiannya dikembangkan dengan melihat
kepentingan khalayak atau segmentasi pembeirtaan. Pada proses ini menekankan
pada proses interaksi atau hubungan. Seperti pada pemberitaan TvOne 10 maret
2015, tentang keputusan Mentri Hukum dan Ham (Menkumham) atas partai
Golkar kepengurusan kubu Agung Laksono adalah sah. Informasi yang digali oleh
wartawan terhadap nara sumber Yasonna Laoly tidak mendalam. Ini terbukti
dengan kutipan atau penjelasan Yasonna Laoly selaku ketua Menkumham yang
tidak memaparkan dasar-dasar hukum latar belakang keputusan Menkumham atas
kepengurusan kubu Agung Laksono. Sementara itu, pada Metro TV, Yasonna
Laoly menjelaskan secara detail dasar-dasar hukum pengambilan kebijakan
tersebut. Hal ini disesuaikan dengan hubungan antara pemberitaan dengan
kepentingan media TvOne, sementara Metro TV mengutamakan hubungan
pemberitaan dengan khalayak atau pemirsa yang wajib tahu dasar-dasar hukum
kebijakan Maenkumham, sehingga jelas informasinya.
Proses
kontruksi
ketiga
yaitu
proses
internalisasi
atau
proses
172
173
hubungan politik yang dibangun oleh kubu Agung Laksono dan Srya Paloh ketua
umum
Naional Demokrat
yang sama-sama
memenangkan pilihan presiden (Pilpres) dan wakil presiden Jokowi Dodo dan
Jusuf Kalla pada pilpres 2014 lalu.
Teori pendekatan konstruksi sosial atas realitas Berger dan Luckman telah
direvisi dengan melihat fenomena media massa sangat substantif dalam proses
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi inilah yang kemudian dikenal sebagai
konstruksi sosial media massa. Substansi teori konstruksi sosial media massa
adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial
berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang
terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini
massa cenderung sinis (Bungin, 2008:203).
Sebagai media komunikasi massa, berita digunakan sebagai media
merefleksikan realitas, atau bahkan membentuk realitas. Pemberitaan yang
ditayangkan, adalah peristiwa yang benar-benar terjadi, dengan fungsi
mempengaruhi khalayak sehingga menimbulkan empati atau kritikan terhadap
peristiwa yang ditayangkan.
Akan tetapi informasi yang ditayangkan oleh media, merupakan informasi
yang telah dikonstruksi atau telah melewati proses editan yang biasa dikenal
dengan melewati dapur redaksi. Peristiwa yang dilaporkan benar adanya, akan
tetapi isi dan arah arah pemberitaan itu tergantung bagaimana pandangan
wartawan dan redaktur terhadap peristiwa. Sehingga, berita akan dibingkai
(framing) dengan kemasan bahasa tertentu, dengan penonjolan-penonjolan
174
peristiwa yang ditekankan pada penggunaan kata atau bahasa atas peristiwa. Hal
demikian, tidak terlepas dari visi dan misi serta kebijakan media, dan bagaimana
pengkonstruksian peristiwa.
Seperti halnya, penelitian ini, bagaimana pemberitaan media TvOne dan
Metro TV memberitakan sengketa yang terjadi dalam kepengurusan partai Golkar.
Meski keduanya memiliki visi ingin menjadi media dengan program news (berita)
pertama di Indonesia, penonjolan fakta dalam pemberitaan pertikaian kedua kubu
yang terbentuk dalam tubuh (kepengurusan) partai Golkar, di sajikan dengan arah
dan konten (isi) yang berbeda.
TvOne
cenderung
menonjolkan
peristiwa
yang
dirasakan
oleh
kepengurusan Aburizal Bakrie ketimbang Agung Laksono begitu pula pada Metro
TV yang cenderung menonjolkan peristiwa yang dirasakan oleh kepengurusan
Agung Laksono. Hal ini, dilihat dari judul, lead, nara sumber yang ditentukan
oleh kedua Media, seperti yang terdapat dalam unsur framing Zongdang Pan dan
Gerald M Kosicki, yakni sintaksis, skrip,tematik dan retoris.
Penonjolan peristiwa lain ialah dilihat dari penggunaan bahasa atau pilihan
kata (diksi) yang digunakan untuk menjabarkan peristiwa. Seperti pada
pemberitaan 30 maret 2015, TvOne menggunakan majas hiperbola pada judul
yang di muatnya yaitu Demokrasi dalam Bahaya, sementara pada Metro TV
hanya menekankan kesalah pahaman yang rumit dengan memuat judul Kisruh
Partai Golar. Kemudian, TvOne menggunakan kata-kata menyudutkan sala satu
pihak, seperti kata memanas, menduduki, memaksa, mendobrak dan
pertanyaan-pertanyaan reporter pada nara sumber yang ingin mengisahkan
175
176
dalam proses konstruksi sosial media massa itu melalui melalui beberapa tahap,
berikut penjelasannya:
1. Tahap menyiapkan materi kosntruksi: Ada tiga hal penting dalam tagapan
ini yakni:
a. keberpihakan media massa kepada kapitalisme,yaitu ditandai
dengan pemberitaan yang menyudutkan kubu Agung Laksono pada
pemberitaan 30 maret 2015 tentang perselesihan siapa yang berhak
atas ruang fraksi Golkar, TvOne tidak menyinggung hasil
keputusan
Mentri
Hukum
dan
Ham
yang
mengesahkan
pemberitaan
yang
sama,
menyebutkan
bahwa
177
pembentukan
konstruksi
realitas.
Pembentukan
kosntruksi
178
179
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
kesimpulan dari penelitian ini yaitu :
1. Pemberitaan partai Golkar di kemas dan dibingkai dengan framing pesan
yang dipengaruhi oleh kepemilikan modal, apalagi pemilik modal tersebut
memiliki kepentingan politik, sehingga mempengaruhi kebijakan redaksi,
dan wartawan, dalam menyusun fakta. Pesan yang ditemukan dalam
pemberitaan partai Golkar ialah arah informasi yang bersifat satu arah,
yaitu hanya menyajikan satu arah informasi saja dari dua kubu yang
berselisih paham. Peristiwa dikonstruksi sesuai masing-masing ideologi
media, dan memperhatikan hubungan internal media dengan pelaku
pemberitaan.
2. Penggunaan bahasa jurnalistik dalam menonjolkan fakta pemberitaan
partai Golkar yaitu, dikemas dengan bahasa sederhana, ringan, jelas dan
padat. Akan tetapi, dalam menonjolkan fakta, diksi atau pemilihan fakta
untuk menekankan fakta menggunakan kata-kata yang mengandung
makna sinisme (sinis), menggunakan gaya bahasa hiperpola juga metofora
untuk mengandaikan peristiwa yang ingin ditekankan pesan nya pada
khalayak. Kedua media, masih melanggar beberapa tata bahasa, seperti
kesalahan afiks yaitu menghilangkan unsur imbuhan atau akhiran, untuk
180
DAFTAR PUSTAKA
Alex,Sobur.2003.Analisis Teks Media.Bandung:Remaja Rosdakarya.
Agung
Harahap,
Machyudin.2013.Kapitalisme
Media.Yoyakarta:Aura
Pustaka.
Badara,Aris.2012.Analisis Wacana.Jakarta:Kencana
Bungin,Burhan.2008.Konstruksi
Sosial
Media
Massa
Iklan
dan
Framing,Konstruksi
dan
Politik
Media.Yogyakarta:LKIS GROUP
Halim,Syaifullah.2013.Post Modifikasi Media.Yogyakarta:Jalasutra
Kurniawan,Harlis.2013.Cara Cepat Mahir Editing.Depok:Mutiara
KPI.2013.Kedaulatan Frekuensi,Regulasi Penyiaran, Peran KPI, dan
Konevergensi Media.Jakarta:Kompas
Mulyana, Dedi.2001. Ilmu Komunikasi Pengantar.Bandung:Rosdakarya
McQuil,Denis.2000.Teori
Komunikasi
Massa,Suatu
Pengantar.Jakarta:Erlangga
Morissan,M.A.2010.Teori Komunikasi Massa.Bogor:PT.Ghalia Indonesia
Nurudin.2003.Komunikasi Massa.Malang:Cespur
Penelitian
Kuantitatif
dan
Kualitatif
dan
R&D.Bandung:Rosdakarya
Sumber Lain:
Http://ideaswan.blogspot.com/2011/10/quo-vadis-berita-politik.html, di download
pada tanggal 20 maret 2015
http://www.rometeamedia.com/2014/04/media-massa-pengertian-dan-jenis.html.
di download pada tanggal 20 maret 2015
http://anarkis.org/anarkis-faq/bag-d/d-3/ di download pada tanggal 20 maret 2015
www.selasar.com/politik/penyebab-konflik-golkar di download tanggal 9 juni
20015
LAMPIRAN
A.