Anda di halaman 1dari 212

PERBANDINGAN BAHASA JURNALISTIK DALAM PEMBERITAAN

PARTAI GOLKAR ANTARA METRO TV & TVONE

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi (S.I.K.) pada Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo

DISUSUN OLEH:
WINA FEBRIANTI
C1D1 11 048

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji hanya milik Allah. Kita panjatkan puji syukur kepada-Nya,
memohon pertolongan dan memohon ampun dari-Nya. Kita berlindung kepadaNya dari segala kekejian diri-diri kita dan kejelekan amalan-amalan kita. Barang
siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka sungguh tidak akan ada seorangpun
yang mampu menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka
sungguh tidak akan ada seorangpun yang mampu memberikan petunjuk kepadaNya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Allah,
tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah
hamba Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah Subhanahu Wataala adalah Tuhanku,
Islam adalah Agamaku, dan Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah
Nabiku.
Selanjutnya, merupakan suatu keharusan bagi para mahasiswa maupun
para akademisi secara umum sebagai kaum intelektual, untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki dan memanifestasikan nilai-nilai intelektual dikalangan
akademik maupun umum dalam upaya meningkatkan kualitas keilmuan di
berbagai aspek kehidupan manusia.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu
Oleo dan untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) serta status alumnus. Dan gelar
Sarjana

Ilmu

Komunikasi

(S.I.K)

yang saya

dapatkan dengan

sebab

menyelesaikan penulis tugas akhir ini, dan merupakan karya monumental penulis
v

dalam daftar perpustakaan pribadi yang akan menutup gerbang perkuliahan S1


penulis, saya mempersembahkannya sebagai hadiah pertama kepada ke dua orang
tuaku yaitu Ibuku tersayang Nurfina dan Bapakku tercinta La Ziu, semoga Allah
memberkahi dan menjaga mereka berdua dimanapun berada, karena merekalah
yang memiliki jasa yang tidak akan pernah mampu saya membalas semua
kebaikan mereka, dan saya ucapkan banyak terima kasih yang tulus dan
perhargaan yang sebanyak-banyaknya kepada mereka.
Penelitian

yang

berjudulPerbandingan

Bahasa

Jurnalistik

dalam

Pemberitaan Partai Golkar antara Metro TV dan Tv One ada beberapa catatan
ringan yang penulis anggap perlu untuk mencantumkannya yaitu:
Pertama, penulis menyadari bahwa, standar ilmu yang di miliki penulis
masih sangat jauh di bandingkan standar ilmu yang dimiliki para pembaca yang
budiman, sehingga Skripsi ini mungkin saja masih jauh dari ukuran kesempurnaan
yang memenuhi standar ilmu. Untuk itu, dengan segalah kerendahan hati, ucapan
permohonan maaf penulis kepada para pembaca dan semua pihak, yang apabila
dalam penilisan Skripsi ini terdapat kekeliruan dan kesalahan, baik dalam hal
penelitian, menyimpulkan, maupun komentar penulis tentang obyek yang menjadi
fokus penelitian. Hal ini tidak lain dikarenakan keterbatasan ilmu penulis dalam
bidang ini.
Kedua, Pernyataan penulis : Sangat besar harapan saya, apabila terdapat
kesalahan baik komentar, kesimpulan, saran maupun nasehat penulis yang
berhubungan dengan sebagian atau secara keseluruhan isi yang ada dalam Skripsi
ini, maka penulis harapkan kepada para pembaca agar tidak mengikutinya dan

vi

meninggalkan dari apa-apa yang berlebihan atau yang keliru, baik itu yang
bersumber dari kekurangan ilmu penulis ataupun yang bersumber dari watak
kepribadian penulis. Karena itu menunjukan keterbatasan berpikir penulis dan
merupakan kekurangan penulis yang perlu diperbaiki. Dan saya mohon ampun
kepada Allah Subhanahu Wataaladari segala kekurangan yang ada pada diri saya
serta dari berbagai dosa dan kesalahan yang saya perbuat.
Dan tentunya sebelum saya mengakhiri tulisan ini, dan sebagai bentuk dari
pengalaman sabda Rasullulah Shallallahu Alaihi Wasallamyang diriwatkan oleh
Imam Ahmad dan selainnya, bahwa Rasullulah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda Tidaklah bersyukur kepada Allah,orang yang tidak bersyukur kepada
manusia. Karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini, dengan penuh rasa
hormat, secara khusus penulis haturkan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Bapak La Ode Jumaidin, S.Sos. M.Si selaku pembimbing I dan
Ibu Jumrana, S.Sos.,M.Sc, selaku pembimbing II semoga Allah Subhanahu
Wataala menjadikan segala dedikasi mereka dalam membimbing penulis sebagai
amalan yang selalu memberatkan timbangan kebaikan mereka kelak dikemudian
hari, dan semoga Allah Subhanahu Wataalamemanjangkan umur mereka didalam
ketaatan, dan menganugerahkan kepada mereka anak-anak yang shaleh yang
selalu menyejukkan pandangan mata mereka dan menyegarkan jiwa mereka di
dunia dan di akhirat. Penulis sangat mengakui dan menghargai keilmuan yang
mereka miliki dan suatu kehormatan besar bagi penulis sudah menimbah ilmu dari
mereka, semoga banyak mahasiswa yang kreatif, produktif, dan berkualitas yang
lahir dari tangan-tangan mereka.

vii

Kemudian, ucapan terima kasih secara umum kepada mereka yang telah
berjasa di dalam mengisi warna-warni kehidupanku dan menjadi bagian
terpenting dari cerita sejarah perjalanan hidupku, semoga Allah Subhanahu
Wataalamemberikan balasan setimpal kepada mereka semua atas kebaikan
mereka, dan insya Allah nama-nama mereka akan tetap terukir dalam lembaran
memoriku.
1. Ucapan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse,M.S
selaku Rektor Universitas Halu Oleo.
2. Ucapan terimakasih kepada Bapak DR.Bahtiar,M.Si selaku Dekan
Fakulatas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo.
3. Ucapan terima kasih kepada Bapak Masrul, S.Ag,M.Si selaku Ketua
Jurusan Ilmu Komunikasi, Ibu Sutiyana Fachrudin,S.Sos,M.I.Kom selaku
Sekertaris JurusanIlmu Komunikasi. Ucapan terimakasih juga kepada
Bapak

Saidin,S.IP.,M.Si,

selaku

Ketua

Program

Study

Ilmu

Komunikasi,dan kemudian ucapan terimakasih kepada seluruh dosen-dosen


jurusan ilmu komunikasi Bapak La Ode Jumaidin, S.Sos, M.Si, Bapak
Saidin, S.IP.M.Si, Bapak La Tarifu, S.Pd, M.Si, Ibu Marsiah Sumule G,
S.Sos, M.I.Kom, Bapak Sirajuddin, S.Ip, M.Si, Bapak La Iba, S.Ip, M.Si,
Bapak Armada Sida, M.Si Rahimahullah-, Bapak Drs. Hasrul Desaki,
M.ScRahimahullah-, Ibu Harnina Ridwan, S.IP, M.Si, Ibu Jumrana,
S.Sos, M.Sc, Bapak Drs. H. La Ode Muh. Umran, M.Si, Ibu Hasriani
Amin, S.Sos, M.Si dan dosen-dosen lain yang tidak dapat penulis sebutkan

ix

satu persatu yang telah banyak memberikan sumbangsi ilmu pengetahuan


kepada peneliti. Semoga Allah membalas kebaikan mereka semua.
4. Kepada Ibu Jumrana, S.Sos.,M.Sc. dan Bapak La Ode Jumaidin,S.Sos.,
M.Si. terimakasih atas keikhlasannya untuk membagi ilmu dan waktu
luangnya, yang tidak mungkin ternilai oleh rupiah, telah membimbing dan
mengarahkan saya dalam meneliti.
5. Ucapan terimakasih kepada, Bapak Muh.Zein Abdullah,S.IP.,M.Si, Bapak
Asrul Jaya,S.Sos.,M.Si, dan Bapak La Iba,S.IP.,M.Si selaku dosen penguji
atas kesediaannya menguji, memberikan saran dan koreksinya kepada
penulis demi kesempurnaanSkripsi penulis.
6. Terimakasih kepada kakak stambuk ku, Laode Abdurahman,S.IP (Bang
Aman),Muh.Zain (kaka Zein), Novi Ekasari Setiawan,S.I.Kom (kaka Opi),
Laode Muh.Aziz Ridawata,S.I.Kom (Bang Asis), Sadam Said,S.I.K (kaka
Sadam), Sarini,S.I.Kom (Ka Rin), James Richard,S.I.K (K.Jems), Ka Iping,
Ka Ardi, Ka Riki dan masih banyak lagi yang belum penulis sebutkan.
Terimakasih atas ilmu dan ide-ide yang diberikan kepada penulis selama
berada dalam satu rumah yang sama Jurusan Ilmu Komunikasi,
membimbing dan melatih penulis hingga menjadi pribadi yang memiliki
pandangan luas dengan ide-ide baaru dari kalian semua. Semoga Allah
Subhana Wataala membalas setiap kalimat-kalimat indah itu.
7. Sahabat-sahabatku di Mahasiswa Pecinta Mushola (MPM),Ulul Albab,
semoga kita akan selalu bersua dalam doa, amin.`
8. Terimakasih kepada teman-teman stambuk seangkatanku Komunikasi
2011, saling memotivasi saat kita malas untuk kuliah, menyusun tugas
akhir, sungguh empat tahun bukan waktu yang singkat untuk bersua dalam
menuntut ilmu. Evi Rachmawati,S.I.K., Sultrayan Syah,S.I.K.,Aniar,S.I.K,
x

Rony Alrianto Tolando,S.I.K, Ilham, Arda, Muhidin, Moshe (Mudin),


Hamruli, Sarmiin, Darna, Alda, Semut (Hasmin), Andri, Nisa, Filda, Ilham,
Awan, Rony, dan Bobis (partner ujian yang sungguh luar biasa) dan masih
banyak lagi yang belum disebutkan. Terimakasih kawan.
9. Kepada teman-teman KKN Nusantara II, Desa Teluk Lasongko, ka Ardy,
Wulan, Faisal, Alfan, Taty dan Ulan dan Ka Abil, juga Bapak dan Ibu Desa
juga la Chiro sang Buah hati beliau, serta sahabat-sahabat Teluk Lasongko,
yang telah mau berbagi ilmu saat KKN.
10. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada orangtua saya, Mama dan
Papa, serta orangtuaku lagi Nazar, yang selalu menyebut namaku dalam
doa-doa kalian.
11. Kepada keluarga yang telah saya anggap seperti orang tua saya, Bunda
Amsida dan Om Hasiri, tante Baena dan Om Lambatu, Wa Uwati, Om
Udia, Bapanya Mogi, Neneku, dan keluargaku yang lain, terimakasih atas
kasih sayangnya, dukungan moril dan materinya, selama menuntut ilmu,
semoga saya membalasnya dengan kesuksesan yang akan kuraih,amin.
12. Terimakasih untuk sahabatku Ira Saleha dan Wa Ode Rezeki Amalia,
semoga kita akan saling menyayangi hingga di Jannahnya Allah.
13. Terimakasih untuk sahabat-sahabat SMA N 1 Talaga Raya, khususnya
kelas IPA 2, Sarsi, Sari, Fitri, Isa, Fifi,Rosna, Keci, dan semua yang belum
saya sebutkan, meski kita berjauhan untuk menuntut ilmu, tidak
meruntuhkan semangat kita untuk saling memberi dukungan moril ketika
kita mulai rapuh.
14. Kepada, sahabat kecilku, hingga dewasa kita masih selalalu bercengkrama,
sungguh kalian saudaraku, alasanku menuntut ilmu di Kendari. Asis,
Asliati, terimakasih. Sahabatku Ria, Sasra, Zumriati, terimakasih atas doadoa kalian, dan ketulusan kalian, semoga persahabatan ini kekal, amin.

xi

15. Untuk adik-adiku, Awin, Bebeng, Rizmi, Awana, dan Awal, Azwar, kalian
adalah penyemangatku, alasanku untuk tetap kuat, dan sabar, ketika titik
kemalasan untuk belajar menghampiri. Dan Kakaku Robi Salam,S.IP.,yang
selalu memberi ilmu, kasih sayang juga motivasi untuk tetap bangkit,
menatap lebih lama, dengan harapan mampu menjadi sosok Kartini Muda,
terimakasih.
16. Dan terimakasih untuk partnerku Abdillah Fisabil Ali, yang selalu
mendengar ceritaku yang panjang tanpa mengeluh, terimakasih untuk kasih
sayangmu, kesabaranmu, dan semoga kita bisa menjadi partner yang akan
bermanfaat untuk keluarga kita, masyarakat, bangsa dan negara,amin.
Akhirnya, penulis berharap segala kebaikan yang ada dalam skripsi ini bisa
memberi manfaat yang positif kepada penulis secara khusus dan juga kepada para
pembaca yang budiman secara umum. Shalawat dan salam serta keberkahan yang
berlimpah semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam-, segenap keluarga dan para sahabatnya serta orangorang yang senantiasa istigoma yang megikuti jalannya hingga akhir zaman.
-Walhamdulillahi Robbil AlaminKendari,

Oktober 2015

Penulis

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN..............................................................................................
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 5
1.4. Sistematika Penulisan ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka.............................................................................. 8
2.1.1. Konsep Komunikasi ................................................................. 8
2.1.1.1. Pengertian Komunikasi .................................................... 8
2.1.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa ..................................... 8
2.1.1.3. Fungsi Komunikasi .......................................................... 9
2.1.2. Konsep Media Massa ............................................................... 11
2.1.2.1. Definisi Media Massa ...................................................... 11
2.1.2.1. Jenis-jenis Media Massa................................................... 11
2.1.3. pertelevisian di Indonesia ........................................................ 13
2.1.3.1. Sejarah Singkat Pertelevisian di Indonesia ...................... 13
2.1.3.2. Regulasi Pertelevisian Indonesia ...................................... 15
2.1.3.3. Kepemilikan dan Kebijakan Pertelevisian ....................... 16
2.1.4. Kepemilikan dan Kebijakan Pertelevisian ............................... 22
2.1.4.1. Definisi Bahasa Jurnalistik ............................................... 22
2.1.4.2. Prinsip Menulis untuk Televisi ........................................ 26
2.1.5. Paradigma Konstruksivisme .................................................... 29
2.2. Landasan Teori ................................................................................ 31
2.2.1. Teori Konstruksi Sosial Peter L Berger ................................... 31

xii

2.2.2. Teori Konstruksi Media Massa ................................................ 32


2.2.3. Konsep Framing ....................................................................... 34
2.3. Kerangka Pikir ................................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Subjek Penelitian ............................................................................. 41
3.2. Objek Penelitian............................................................................... 41
3.3. Jenis dan Sumber Data..................................................................... 41
3.4. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 41
3.5. Teknik Analisa Data ........................................................................ 42
3.6. Desain Operasional Penelitian ......................................................... 42
3.7. Konseptua;isasi ................................................................................ 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian .............................................................................. 44
4.1.1. Gambaran Umum Penelitian .................................................... 44
4.1.1.1. Stasiun Metro TV ............................................................. 44
4.1.1.2. Stasiun TvOne .................................................................. 46
4.1.1.3. Sejarah Singkat Golkar..................................................... 48
4.1.2. Sruktur Keorganisasian ............................................................ 50
4.1.2.1. Metro TV .......................................................................... 50
4.2.2.2. TvOne ............................................................................... 52
4.1.2.3. Partai Golkar .................................................................... 53
A. Kepengurusan Golkar Versi Agung Laksono ...................... 53
B. Kepengurusan Golkar Versi Aburizal Bakrie ...................... 53
4.1.3. Analisis Framing Pemberitaan Partai Golkar antara Metro TV dan
tvOne .................................................................................................. 55
4.1.3.1. Pemberitaan TvOne, 30 maret 2015 ................................. 56
1. Sintaksis................................................................................ 57
2. Skrip .................................................................................... 59
3. Tematik ................................................................................. 61
4.Retoris.................................................................................... 65
4.1.3.2. Pemberitaan Metro TV, 30 maret 2015 ............................ 67
1. Sintaksis................................................................................ 67
2. Skrip ..................................................................................... 70
3. Tematik ................................................................................. 72
4. Retoris................................................................................... 74
4.1.3.3. Perbandingan Frame Pemberitaan Partai Golkar, 30 Maret
2015 antara Metro TV dan TvOne ................................................ 75
4.1.3.4. Pemberitaan TvOne, 10 Maret 2015 ................................ 84
1. Sintaksis................................................................................ 86
2. Skrip ..................................................................................... 87

xiii

3. Tematik ................................................................................ 88
4. Retis ...................................................................................... 89
4.1.3.5. Pemberitaan Metro TV, 10 Maret 2015 ........................... 89
1. Sintaksis................................................................................ 91
2. Skrip ..................................................................................... 92
3. Tematik ................................................................................ 94
4. Retoris................................................................................... 95
4.1.3.6. Perbandingan Framing Pemberitaan Partai Golkar, 10 Maret
2015 antara TvOne dan Metro TV ................................................ 96
4.1.3.7. Pemberitaan TvOne, 31 Mei 2015 ................................... 102
1. Sintaksis................................................................................ 103
2. Skrip ..................................................................................... 104
3. Tematik ................................................................................. 105
4. Retoris................................................................................... 106
4.1.3.8. Pemberitaan Metro TV, 31 Mei 2015 .............................. 106
1. Sintaksis................................................................................ 108
2. Skrip ..................................................................................... 109
3. Tematik ................................................................................. 110
4. Retoris................................................................................... 112
4.1.3.9. Perbandingan Pemberitaan Partai Golkar, 31 Mei 2015 antara
TvOne dan Metro TV .................................................................... 113
4.1.4. Perbandingan Penggunaan Bahasa Jurnalistik antara Metro TV dan
TVONE dalam Pemberitaan Partai Golkar ........................................ 118
4.1.4.1. Pemberitaan TvOne, 30 Maret 2015 ................................ 121
1. Sintaksis................................................................................ 119
2. Skrip ..................................................................................... 121
3. Tematik ................................................................................. 123
4. Retoris................................................................................... 126
4.1.4.2. Pemberitaan Metro TV, 30 Maret 2015 .......................... 129
1. Sintaksis................................................................................ 129
2. Skrip ..................................................................................... 130
3. Skrip ..................................................................................... 132
4. Retoris................................................................................... 137
4.1.4.3. Perbedaan Penggunaan Bahasa Jurnalsitik dari Unsur Framing
pada Pemberitaan Partai Golkar antara TvOne dan Metro TV Tanggal
30 Maret 2015 ............................................................................... 139
4.1.4.4. Pemberitaan TvOne, 10 Maret 2015 ................................ 142
1. Sintaksis................................................................................ 142
2. Skrip ..................................................................................... 143
3. Tematik ................................................................................. 144

xiv

4. Retoris................................................................................... 146
4.1.4.5. Pemberitaan Metro TV, 10 Maret 2015 .......................... 147
1. Sintaksis................................................................................ 147
2. Skrip ..................................................................................... 148
3. Tematik ................................................................................. 149
4. Retoris................................................................................... 150
4.1.4.6. Perbedaan Penggunaan Bahasa Jurnalsitik pada Pemberitaan
Partai Golkar antara TvOne dan Metro TV Tanggal 30 Maret 2015
....................................................................................................... 150
4.1.4.7. Pemberitaan TvOne, 31 Mei 2015 ................................... 153
1. Sintaksis................................................................................ 154
2. Skrip ..................................................................................... 155
3. Tematik ................................................................................. 156
4. Retoris................................................................................... 158
4.1.4.8. Pemberitaan Metro TV, 31 Mei 2015 .............................. 159
1. Sintaksis................................................................................ 159
2. Skrip ..................................................................................... 160
3. Tematik ................................................................................. 161
4. Retoris................................................................................... 163
4.1.4.9. Perbandingan Pemberitaan Partai Golkar, 30 Mei 2015 antara
TvOne dan Metro TV .................................................................... 164
4.2. Analisis Pembahasan ..................................................................... 169
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 179
5.2. Saran ................................................................................................ 180
DAFTAR PUSTAKA

xv

DAFTAR TABEL
Nomor

Teks

Halaman

1. Desain Operaional Penelitian

42

2. Perbandingan framing pemberitaan 30 Maret 2015 Metro TV dan TvOne

75

3. Perbandingan framing pemberitaan 10 Maret 2015 Metro TV dan TvOne

96

4. Perbandingan framing pemberitaan 31 Mei 2015 Metro TV dan TvOne

113

5. Perbandingan framing pemberitaan 30 Maret 2015 Metro TV dan TvOne 138


6. Perbandingan bahasa jurnalistik Metro TV dan TvOne, 10 Maret 2015

150

7. Perbandingan bahasa jurnalistik Metro TV dan TvOne,31 Mei 2015

164

vi

DAFTAR BAGAN
Nomor

Teks

Halaman

1. Kerangka Pikir

40

2. Struktur Organisasi Kepengurusan Partai Golkar Versi Aburizal Bakrie

53

3. Struktur Organisasi Kepengurusan Partai Golkar Versi Agung Laksono

54

xvii

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Teks

Halaman

1. Model Anlisi Framing Zongdan Pan dan Gerald M. Kosicky

39

2. Struktur Organisasi Metro TV

51

3. Struktur Organisasi tvOne

52

xviii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Konflik partai Golongan Karya (Golkar), sepanjang tahun 2014 hingga

2015 menjadi menarik untuk diberitakan. Utamaya pada media tvOne dan Metro
TV, memberitakan secara continu (berlanjut) setiap peristiwa penting partai.
Konflik yang berawal dari pemberian mandat kepada Ketua Umum DPP Partai
Golkar Aburizal Bakrie dalam Rapimnas VI Partai Golkar di Jakarta. Mandat itu
berisi dua opsi, yakni menetapkan Aburizal Bakrie sebagai Calon (capres )
Presiden atau Calon Wakil Presiden (cawapres) Partai Golkar,dan memberikan
mandat penuh kepada Aburizal Bakrie untuk menjalin komunikasi dan koalisi
dengan partai politik manapun. Fakta politik yang terjadi, Aburizal Bakrie tidak
menjadi capres atau cawapres, melainkan mengusung pasangan Capres Prabowo
Subianto dan Cawapres Hatta Rajasa. Padahal, dalam pemahaman yang berbeda,
mandat penuh hanya diberikan Capres atau Cawapres, bukan malah membawa
Partai Golkar untuk mengusung Pasangan Capres dari non kader dan partai politik
lain.
Upaya Partai Golkar mengusung Prabowo-Hatta ternyata tidak diikuti oleh
semua pengurus, fungsionaris dan kader Partai Golkar. Secara terbuka, atau
tertutup, beberapa pengurus, fungsionaris dan kader mendukung pasangan Jokowi
Dodo-Jusuf Kalla. Keberadaan Jusuf Kalla sebagai mantan Ketua Umum Partai
Golkar menjadi alasan utama dibalik dukungan itu. Disinilah drama atau konflik
itu dimulai,(sumber: www.selasar.com/politik/penyebab-konflik-golkar).

Masalah baru kemudian muncul, yakni waktu pelaksanaan Musyawarah


Nasional (Munas) Riau mengingatkan soal perbedaan antara anggaran Dasar
Partai dengan rekomendasi Munas. Sesuai dengan amanat pasal 30 anggaran
Dasar Partai Politik, Munas adalah pemegang kekuasaan tertinggi yang diadakan
sekali 5 (lima) tahun, mengingat Munas Riau 2009 berakhir 8 oktober 2009,
berarti Munas Partai Golkar dilaksanakan selambat-lambatnya tanggal 8 oktober
2014, hanya saja ada rekomendasi Munas Riau, yang menyebutkan perpanjangan
waktu kepengurusan, sampai tahun 2015. Konflik partai golkar menjadi hangat
dalam pemberitaan politik partai.

Belakangan, muncul Munas tandingan dan

Dewan Pimpinan Pusat tandingan akibat konflik tersebut. Tuduhan itu ditujukan
terhadap munas yang berlangsung di Ancol, Jakarta, pada tanggal 6-8 desember
2014 yang di pimpin Agung Laksono, lalu tanggal 30 november sampai 2
desember 2014, juga berlangsung Munas di Bali yang dipimpin langsung Ketua
Umum Partai Golkar Aburizal Bakri.
Pertikaian inilah, banyak pendapat di media massa menyangkut Munas
mana

yang

legal

dan

mana

yang

www.selasar.com/politik/penyebab-konflik-golkar).

ilegal,
Pemberitaan

(sumber:
tersebut

dipengaruhi bagaimana kebijakan redaksional setiap media dalam mengontruksi


realitas.
Pemberitaan perselisihan dua kubu partai Golkar menjadi agenda media,
menarik untuk diberitakan. Dua kubu yang lahir dari konflik tersebut yaitu kubu
Aburizal Bakri (Ketua Umum) dan Kubu Agung Laksono (Wakil Ketua Umum).
Demikian pemberitaan mulai memenuhi ruang media-media di Indonesia. Dan,

yang menarik untuk menyimak pemberitaan konflik partai golkar ialah pada
media televisi yakni TV One. Hal ini dikarenakan, TV One adalah milik Ketua
Umum partai Golkar sehingga dapat dilihat bagaimana media tersebut
membingkai pesan pada pemberitaan partai Golkar. Sebagai pembandingnya,
untuk melihat seberapa besar pengaruh pemilik media terhadap pemberitaan,
penulis memilih media Metro Tv dengan pertimbangan bahwa media ini bersifat
nasional, juga news (berita) adalah agenda atau program-program utamanya.
Selain itu, Metro TV dimiliki oleh komunikator politik dari Parta Nasional
Demokrat (Nasdem) yakni Surya Paloh, yang juga seorang mantan kader Partai
Golkar. sehingga menarik untuk dijadikan sebagai perbandingna dalam menyimak
pembingkaian (framing) pemberitaan konflik partai bersimbol Pohon Beringin
tersebut.Dalam pemberitaannya, kedua media tersebut meyuguhkan dua sisi
berbeda dari pemberitaan. Hal demikian dipengaruhi oleh kebijakan radaksional
setiap media, karena media memiliki visi dan misi yang berbeda.
Perbedaaan pandangan penyuguhan pemberitaan konflik berlambang
pohon beringin tersebut, ada karena setiap berita melewati tahap konstruksi.
Pandangan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana media,
wartawan, dan berita dilihat. Pandangna konstruksionis menganggap realitas
bersifat subjektif. Realitas hadir karena dihadirkan oleh konsep subektif
wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari
wartawan. Disini, tidak ada realitas objektif, karena realitas itu tercipta lewat
konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas bisa berbeda-beda tergantung pada

bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai
pandangan berbeda, (Eryanto:2002).
Pandangan konstruksionis memandang berita itu ibarat sebuah drama, ia
bukan menggambarkan realitas, melainkan potret dari arena pertarungan antara
berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa, lalu imbuhi dengan berbagai
analisis dari drama, tentu saja ada pihak yang didefinisikan sebagai pahlwan
(hero), tetapi ada juga yang didefinisikan sebagai musuh dan pecundang. Semua
itu dibantuk layaknya sebuah drama yang dipertontonkan.
Berita yang disajikan, dikonstruksi melalui bahasa. Bahasa dalam
pemberitaan dinamankan bahasa jurnalistik. Bahasa merupakan penjabaran untuk
menceritakan suatu peristiwa, sehingga bahasa memiliki peran utama dalam
menonjolkan pesan.
Pemberitaan dua media TV One dan Metro TV terhadap pemberitaan da
kepengurusan dalam partai Golkar tentu berbeda. Perbedaan itu terlihat dari
penggunaan bahasa jurnalistik yang digunakan, pemilihan kata atau diksi yang
ditonjolkan untuk menekankan fakta, sehingga pembingkaian atau framing
pemberitaan akan berbeda dari kedua media tersebut. Sehingga bahasa yang
digunakan sangar berpengaruh terhadap arah pandang dan makna yang ingin
disampaikan oleh media dalam pemberitaan.
Oleh sebab itu, maka latar belakang diatas, penulis tertarik ingin
menulusuri lebih dalam bagaimaana kedua media bersifat tersebut menyuguhkan
pemberitaan partai Golkar yang telah berumur 50 tahun itu. Dalam penelitian ini,

penulis akan menggunakan pendekatan analisis framing Pan dan Kosicky untuk
melihat bagaimana kedua media tersebut membingkai peristiwa konflik partai
berlambang pohon beringin itu. Sehingga dengan pendekatan tersebut dapat pula
dilihat perbandingan penggunaan bahasa jurnalistik, pemilihan kata yang dipilih
untuk memberi penonjolan makna pada setiap peristiwa. Penulis menentukan
judul penelitian Perbandingan Bahasa Jurnalistik dalam Pemberitaan Partai
Golkar antara Metro Tv dan TV One.
1.2

Rumusan Masalah
Bahasa akan menunjukan siapa kita, dan bagaimana budaya kita, sehingga

semakin bagus cara bertutur maka pandangan orang lain terhadap diri kita
semakin baik pula. Dan juga, bahasa akan mencermikan tingkat kecerdasan,
semakin baik pemilihan kata dalam mengemas pesan maka semakin mudah pula
pemahaman orang lain terhadap informasi yang kita sampaikan, jadi cerdaslah
dalam memilih kata. Sehingga dari untaian latar belakang di atas, penulis
menemukan rumusan masalah dalam penelitan ini yaitu:
1. Bagaimanakah pembingkaian (frame) berita yang dilakukan oleh Metro
TV dan TVOne
2. Bagaimana Perbandingan Penggunaan Bahasa Jurnalistik antara Metro TV
dan TV ONE dalam pemberitaan Partai Golkar
1.3

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: Untuk Mengetahui
bagaimana Metro TV dan tvOne membingkai pemberitaan partai Golkar, juga
untuk mengetahui penggunaan Bahasa Jurnalistik antara Metro TV dan TV ONE
dalam Pemberitaan Partai Golkar.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa yang melakukan penelitian di bidang
jurnalistik khususnya pemakaian bahasa jurnalistik dan analisis framing.
2. Sebagai sumber data ilmiah bagi pihak-pihak tertentu yang membutuhkannya
sebagai bahan kajian.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
1. Penambah wawasan tentang penggunaan bahasa jurnalistik, sehingga dengan
mudah memahami kalimat-kalimaat yang di sajikan dalam berita.
2. Memberi pengetahuan terkait penggunaan bahasa jurnalistik yang dapat di
praktekan dalam kehidupan sehari-hari dalam menyampaikan informasi di
lingkungan masyarakat, agar tersistematis dan tidak bertele-tele.
1.4. Sistematika Penulisan
Penelitian yang akan dilakukan ini, memiliki struktur sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan


dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Menjelaskan tentang teori, sejumlah konsep dan kerangka pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

Menjelaskan tentang objek penelitian, jenis dan sumber data, teknik


pengumpulan data, teknik analisa data, desain penelitian dan
konseptualisasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjuan Pustaka
2.1.1. Konsep Komunikasi
2.1.1.1. Pengertian Komunikasi Massa
Nurudin (2003:1) mendefinisikan komunikasi massa adalah, studi ilmiah
tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan pembaca atau pendengar atau
penonoton yang akan coba diraihnya dan efeknya terhadap mereka. Menurut
Mulyana (2001:75) komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan
media massa, baik cetak (majalah, surat kabar) atau elektronik (radio, televisi)
yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar di banyak tempat,
anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara
serempak dan selintas (khususnya media elektronik).
2.1.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa
Nurani Soyomukti dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi (2010 : 193
- 194) menyederhanakan karakteristik komunikasi massa, antara lain :
a.

Dilakukan oleh institusi sosial (lembaga media/pers).

b.

Umumnya bersifat satu arah, yaitu informasi yang disampaikan


media massa kepada masyarakat. Meskipun kadang ada ruang
untuk memberikan tanggapan (feed-back), hal itu jarang dan hanya
sebagian saja dari proses komunikasi yang ada.

c.

Umpan balik tertunda (delayed feedback) atau tidak langsung


(indirect feedback).

d.

Selalu ada proses seleksi atau media memilih khalayak. Artinya,


media tidak mungkin memberitakan semua peristiwa yang terjadi
dalam masyarakat. Ia akan memilih apa yang akan disuguhkan
sebagai pesan dan informasi.

e.

Pesan bersifat umum, universal, dan ditujukan kepada orang


banyak dan khalayak luas.

f.

Menimbulkan keserempakan (simultaneous) dan keserantakan


(instantaneos) penerimaan oleh massa.

g.

Komunikan bersifat anonim dan heterogen, tidak saling kenal, dan


terdiri dari pribadi-pribadi dengan berbagai karakter, beragam latar
belakang sosial, budaya, agama, usia, dan pendidikan.

h.

Membidik sasaran tertentu, segmentasi. Artinya, di kalangan


khalayak

dan

massa

dipilih

kalangan

tertentu

sebagai

komunikannya dan penerima pesannya, tetapi jumlahnya tetap


banyak.
2.1.1.3. Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa, menurut Black dan Whitney (1988) antara lain :
1.

To inform (menginformasikan)

2.

To entertaint (memberi hiburan)

3.

To persuade (membujuk)

4.

Transmission of the culture (transmisi budaya) (Nurudin, 2004:62).

Informasi bisa diperoleh dari siapa saja, tetapi media massa dapat
menyajikan informasi secara cepat serta lebih akurat. Khalayak dapat mengetahui

10

informasi berbagai peristiwa atau kejadian dalam waktu bersamaan. Dengan


demikian, media massa memenuhi fungsi informasi sehingga khalayak dapat
mengambil keputusan dan sikap yang tepat dalam menghadapi suatu situasi.
Media massa tidak hanya menyajikan informasi yang berat untuk dinikmati
khalayak, tetapi juga memberikan pilihan lain yang lebih ringan. Oleh karena itu,
salah satu fungsi media massa yaitu sebagai sarana hiburan. Hiburan yang
ditampilkan beraneka ragam dan dapat mewakili serta memenuhi kebutuhan
khalayak untuk refreshing otak.
Berbagai informasi maupun hiburan yang disajikan melalui komunikasi
massa tidak lepas pula dari tujuan membujuk. Sebagai contoh, kebijakan
pemerintah mengenai program Keluarga Berencana yang diinformasikan melalui
media massa dengan tujuan agar masyarakat mengikuti anjuran tersebut.
Komunikasi massa dianggap cukup efektif dalam hal membujuk karena dapat
menjangkau khalayak yang luas.
Fungsi terakhir dari komunikasi massa yaitu transmisi budaya, dimana
media massa berperan menyebarluaskan budaya dari generasi ke generasi. Dengan
penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni, artinya media massa telah ikut
melestarikan warisan masa lalu. Selain itu, dapat pula mengembangkan imajinasi
khalayak untuk lebih kreatif sehingga bisa jadi muncul hasil kreasi baru yang
tidak kalah bagus dengan hasil kebudayaan lama.

11

2.1.2. Konsep Media Massa


2.1.2.1. Definisi Media Massa
Istilah media massa memberikan gambaran mengenai alat komunikasi
yang bekerja dalam berbagai skala, mulai dari skala terbatas hingga dapat
mencapai dan melibatkan siapa saja di masyarakat, dengan skala yang sangat luas.
Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak
puluhan tahun yang lalu dan tetap dipergunakan hingga saat ini, seperti surat
kabar, majalah, film, radio, televisi, dan lain-lain.
Media massa memiliki sifat atau karakteeristik yang mampu menjangkau
massa dalam jumlah besar dan luas (universality of reach), bersifat publik dan
mempu memberikan popularitas kepada siapa saa yang muncul di meda massa.
Karakteristik media tersebut emmberikan konsekuensi bagi kehidupan politik dan
budaya masyarakat kontemporer. Dari prespektif politik, media massa telah
menjadi elemen pernting dalam proses demokrasi karena menyediakan arena dan
saluran bagi debat publik, menjadikan calon pemimpin politik dikenal luas
masyarakat dan juga berperan menyebarluaskan berbagi informasi dan pendapat
(MCQuil:2000).
2.1.2.2. Jenis-Jenis Media Massa
Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada
tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain
untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari,
istilah ini sering disingkat menjadi media.

12

Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan


kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan
tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan
tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak
media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan
mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.
Secara fungsional media massa adalah suatu alat/media sebagai perantara
untuk menyampaikan pesan/informasi dari sumber kepada khalayak umum dalam
jumlah yang banyak (massa). Jadi media massa adalah bagian dari komunikasi
massa.
Jenis-jenis media massa ada 3 yaitu; Media cetak, media elektronik dan
media internet.
1. Media Cetak (Printed Media)
Pertama kali media massa muncul di dunia pada tahun 1920 an. Di kala itu
pada awalnya media massa digunakan pemerintah untuk mendoktrin masyarakat,
sehingga membawa masyarakat pembaca kepada suatu tujuan tertentu. Seperti
teori jarum suntik pada teori komunikasi massa. Namun sekarang sudah sangat
kebebasan pers, seperti timbal balik dari audiens. Contoh-contoh media cetak
seperti; surat kabar, majalah dan tabloid.
2. Media Elektronik (Electronic Media)
Setelah media cetak, muncullah media elektronik pertama yaitu radio.
Yaitu sebagai media audio yang menyampaikan pesan lewat suara. Kecepetatan
dan ketepatan waktu dalam penyampain pesan radio tentu lebih cepat dengan

13

menggunakan siaran langsung. Pada waktu penyebaran informasi Proklamasi


Kemerdekaan media massa radio berperan utama dalam penyebaran berita.
Setelah itu muncul Televisi yang lebih canggih bisa menayangkan gambar.
Yaitu sebagai media massa audio visual.
3. Media Massa Internet (Cyber Media / Online Media)
Era populer di abad 21, google lahir pada tahun 1997. Media internet bisa
melebihi kemampuan media cetak dan elektronik. Apa yang ada pada kedua
media tersebut bisa masuk dalam jaringan internet melalui website. Banyak
kelebihan media maassa internet dibanding media yang lain.Akses internet yang
masih terbilang bebas bisa berbahaya bagi pengguna yang belum mengerti.
Misalnya penipuan, pornografi dsb. Media internet tidak harus dikelola sebuah
perusahaan layaknya media cetak dan elektronik, Melainkan bisa juga dilakukan
Oleh individu. (sumber:http://www.romelteamedia.com/2014/04/media-massapengertian-dan-jenis.html/).
2.1.3. Pertelevisian di Indonesia
2.1.3.1. Sejarah Singkat Pertelevisian di Indonesia
Secara harfiah televisi berasal dari kata tele (jauh) dan vision (pandangan),
dapat diartikan melihat sesuatu dari jarak jauh. Televisi sebagai suatu alat
penyampaian informasi komunikator dari kepada komunikan, merupakan salah
satu bagian dari sebuah sistem yang besar dan kompleks. Alat ini akan berfungsi
dengan baik apabila ditempatkan dalam sebuah sistem yang saling bekerja sesuai
fungsinya. Sistem ini disebut sebagai sistem penyiaran televisi yang meliputi:

14

sistem produksi (pesan), pemancaran gelombang dan pesawat televisi itu sendiri
sebagai media penerima siaran.

Televisi berkembang begitu cepat sejalan dengan perkembangan teknologi


elektronika, telah menjadi fenomena besar di abad ini, perannya amat besar dalam
membentuk pola dan pendapat umum, termasuk pendapat untuk menyenangi
produk-produk tertentu, demikian pula perannya amat besar dalam pembentukan
perilaku dan pola berfikir. Kotak ajaib ini berperan besar dalam perkembangan
baik teknologi, ekonomi, politik dan di segala aspek kehidupan masyarakat.

Perkembangan televisi Indonesia, mulai marak setelah deregulasi (revisi


peraturan) televisi pada 1990-an. Ketika itu,TVRI, sebagai televisi milik
pemerintah, tidak lagi menjadi satu-satunya televisi yang mengudara di Indonesia.
Maka, bermunculanlah televisi-televisi swasta komersial di negara kepulauan ini.
Pertumbuhan televisi di Indonesia mencapai puncaknya pada 2001-2002 dengan
hadirnya lima televisi (Trans 7, TV 7 yang pada periode berikutnya menjadi Trans
7, Lativi yang diakuisisi Bakrie Grup dan berubah mendai TVOne, Global TV,
dan Bali TV), melengkapi enam televisi swasta sebelumnya (RCTI,SCTV, TPI
yang pada beberapa tahun lalu berubah menjadi MNC TV, Antv, Indosiar, dan
Metro TV). (Komisi Penyiaran Indonesia:2013)

Pesatnya pertumbuhan industri pertelevisian di Indonesia membuktikan


bahwa bisnis penyiaran di Indonesia memang amat menjanjikan. Oleh karena itu,
boleh ditegaskan, peran televisi sebagai media cukup populer masih akan
berlangsung cukup lama.

15

Televisi adalah bagian dari prakondisi dan konstruksi selektif pengetahuan


sosial, pembayangan sosial, yang kita gunakan untuk membuat persepsi duniadunia, realitas kehidupan orang lain, dan secara imajiner merekonstruksi hidup
kita sehingga, menurut Barker, menjadi semcam keseluruhan-dunia (world of
the whole).

Menilik dari segi budaya, Indonesia mempunyai modal dasar yang sangat
besar daam industri televisi. Keragaman budaya dan sosial masyarakat di
Indonesia, contohnya, sebenarnya merupakan bahan baku yang tidak akan pernah
basi dan selalu menarik untuk kita rekonstruksi menjadi teks-teks budaya baru di
televisi. Sekarang tinggal bagaimana pelaku-pelaku kreatif di industri televisi
mengemasnya dengan cara yang menarik dan menghibur, demi kepentingan
publik, tetapi tetap mengahadirkan nilai edukatif yang tidak menjemukan.

2.1.3.2. Regulasi Pertelevisian


Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Pasal 1 Ayat
10) secara tegas menyuratkan, sistem penyiaran nasional diatur berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku demi tercapainya asas,
tujuan, fungsi, dan arah penyiaran nasional sebagai upaya mewujudkan cita-cita
nasional, sebagaimana digariskan di dalam pancasila dan UUD 1945.
Pasal 2 undang-undang yang sama juga menegaskan, penyiaran
diselengarakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan asas manfaat, adil
dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, lemitraan, etika,
kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab.

16

Melalui ketiga asas yang telah disebutkan, dunia penyiaran Indonesia pun
diharapkan mampu mengoperasionalkan tujuan aksiologinya ( hasil ), yakni:
1. Menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini berarti,
setiap insan yang berkubang (bergelut) dalam dunia kepenyiaran ditunut
mampu berpikir, berbuat, dan berkata sebagaimana yang diamanatkan
Panccasila.
2. Menjunjung tinggi kemanusiaan dengan menghormati hak dan kebebasan
orang lain
3. Menjunjung tinggi persatuan, yakni bekerja bukan untuk kepentingan
sandiri atau kelompok tertentu, tidak memutarbalikan fakta, tidak
memfitnah,

tidak

menyangka

hal-hal

yang

cabul,

dan

tidak

mempertontonkan kesadisan
4. Menjunjung tinggi kerakyatan, yang dalam konteks ini misalnya
kemampuan dan keberanian lembaga penyiaran dalam melindungi hak
pribadi narasumber yang hendak atau sedang disiarkan
5. Menjunjung tinggi keadilan, yang bermakna menyelaraskan kepentingan
khusus dari kepentingan umum, umpamanya dengan menggarisbawahi
pemberitaan

yang

seimbang

dan

akurat.

(Komisi

Penyiaran

Iindonesia:2013,3).
2.1.3.3. Kepemilikan dan Kebijakan Pertelevisian
Hal fundamental bagi pemahaman struktur media adalah persoalan
kepemilikan dan bagaimana kekuasaan kepemilikan dijalankan. Kepercayaan

17

bahwa kepemilikan menentukan sifat media tidak sekedar teori Marxis, tetapi
merupakan sebuah hal yang logis yang dirangkum dalam hukum kedua
jurnalisme milik Altschul (1984): konten media selalu mencerminkan
kepentingan mereka yang membiayainya. Tidak mengherankan bila terdapat
beberapa bentuk kepemilikan media yang berbeda. Dan kekuatan kepentingan
kepemilikan dapat dijalankan dengan berbagai cara (Mc Quail, 2011).
Efek dari kepemilikan media tersebut berdampak pada keputusan paling
penting dalam teori komunikasi massa yaitu publikasi atau pemberitaan.
Kebebasan pers akan mendukung hak pemilik untuk memutuskan konten sebuah
pemberitaan. Untuk melihat pengaruh kepemilikan media massa, check and
balance dalam sebuah kerja media harus di tegaskan. Tetapi, sistem check and
balance juga tidak dapat mengaburkan sejumlah fakta nyata dari kerja media, (Mc
Quail, 2011). Ketika sistem check (periksa) and balance(imbang) tidak juga dapat
mengaburkan sistem check and balance dari kepemilikan media maka masyarakat
harus menerima bias pemberitaan dari media tersebut.
Media massa bukan hanya sekedar sarana yang menampilkan sebuah
peristiwa secara apa adanya, tetapi juga tergantung kepada kelompok atau siapa
pemilik yang mendominasinya, dengan kata lain adanya unsur kepemilikan yang
mempengaruhi peristiwa tersebut. Curran & Gurevitch (1982), mengatakan bahwa
kepentingan pemilik media dikhawatirkan akan mempengaruhi pesan yang
disampaikan media dan hegemoni ideologi media yang akhirnya berpengaruh
kepada khalayak. Bahkan pengaruh pemilik media juga berdampak pada
pemberitaan konten media. Dengan adanya intervensi dari kepemilikan media,

18

maka secara tidak langsung masyarakat telah dipilihkan dalam membaca sebuah
berita. Apalagi jika berita tersebut berkaitan dengan kegiatan sang pemilik
media.
Chomsky (2000) menganalisis adanya konspirasi para elit yang melakukan
kontrol pemberitaan dan informasi. Dengan menggunakan istilah Manufacturing
Consent (izin pembuatan), tokoh kritis ini melihat media menjadi alat kepentingan
politik, ekonomi, militer dan kultur kalangan eksklusif. Menurutnya, gete keeper
media menjadi pion politisi dan industriawan mencari keuntungan. Dengan kata
lain, atas nama kepentingan bangsa, para pejabat mengatur pemberitaan sesuai
keinginan mereka. Adapun atas nama pertumbuhan ekonomi, para pebisnis atau
pedagang melakukan hal yang sama. Apa yang diungkpakan Chomsky sering
dikenal sebagai analisis instrumentalis. Fokusnya pada penggunaan media sebagai
instrumen para kapitalis untuk membuat komoditi informan yang diperoduksi oleh
industri

media

menjadi

sesuai

menggambarkan model propoganda

dengan

kepentingan

yang diterapkan

mereka.Chomsky

dalam industri media

Amerika Serikat oleh kelompok pemilik modal yang membuat kelompok ini
mampu menetapkan premis-premis wacana publik, menentukan informasi apa
yang boleh dikonsumsi publik, dan terus-menerus mengelola pendapat publik
melalui propoganda (Herman dan Chomsky, 2000). Karena media massa adalah
instrumen propoganda, maka Chomsky melihat isi media lebih dipenuhi oleh
kebohongan-kebohongan semata. (sumber: http://anarkis.org/anarkis-faq/bagd/d-3/)

19

Sementara itu di Tanah Air bisnis televisi swasta nasional menjadi marak
ketika beberapa pengusaha besar masih dekat dengan Soeharto dan keluarga
Cendana mulai memasuki area bisnis media massa ini. Di antaranya Sudono
Salim atau yang dikenal dengan Liem Sieo Liong, mendirikan Indosiar TV pada
tahun 1992, kemudian Aaburizal Bakrie dan Agung Laksono fungsionaris Golkar,
mesin politik Orde Baru kala itu, juga mendirikan ANTV pada tahun1994, dan
fungsionaris partai Golkar lainnya, Surya Paloh yang juga pemilik Media
Indonesia Grup, mendirikan stasiun televisi berita, Metro TV pada tahun 1994
(Komisi Penyiaran Indonesia:2013).
Akhir tahun 1990-an, beberapa stasiun televisi swasta nasional pun mulai
berdiri di Indonesia. TransTV dimiliki oleh pengusaha pribumi dan pemilik Para
Grup, Chairul Tanjung. Lativi yang dimiliki mantan menteri Soeharto kala itu,
yakni Abdul Latief. Lativi akhirnya bangkrut dan diambil alih oleh Bakrie Grup,
yang berganti nama menjadi TVOne. Sementara itu, Kompas Grup juga
mendirikan televisi swasta nasional, yakni TV7. Namun tidak bertahan lama,
kemudian TV7 dimerger oleh Chairul Tanjung dari Para Grup menjadi Trans7.
Mulailah bisnis televisi di Tanah air menjadi ebih kompetitif karena mereka harus
berbuat kue iklan yang ada.
Konglomerasi televisi tidak saja berkembang di Indonesia. Fenomena ini
telah mengglobal. Di luar Indonesia gurita bisnis televisi dikuasai oleh segelintir
pemilik media besar tertentu. Seperti misalnya Robert Murdoch dengan News
Corp-nya, kemudian Disney Corp dan sebagainya.

20

Kepemilikan media tidak bisa dipisahkan dari kepentingan ekonomi


politiknya. Interest atau kepentingan pemilik media dikhawatirkan akan
memengaruhi pesan yang disampaikan media dan hegemoni ideologi media yang
akhirnya berpengaruh kepada khalayak (Leonarda Johanes R.s.:Volume 1,2013).
Kepentingan pemilik media, dalam teori Marxist klasik, dengan material
production yang dimilikinya mampu memengaruhi dan menguasai konten media.
Khalayak atau kaum proletar dalam istilah Marx, pada akhirnya hanya akan
dihadapkan oleh satu nilai atau perspektif, yakni kelas borjuis atau para kapitalis
media sendiri (Jurnal Leonarda Johanes R.s.:Volume 1,2013).
Penguasaan materi (classical Marxist), para pemilik modal media
berusaha menyebarkan lebih banyak lagi jejaringan medianya agar ekuasaanya
bisa lebih luas menjangkau khalayak. Pada kahirnya, jumlah media yang ada di
dunia ini sangat banyak, namun jumlah kepemilikannya memusat atau dikuasai
oleh segelintir orang tertentu. Di sisi lain, persaingan yang tajam stasiun televisi
swasta menuntut pengelolaan berdasar kiat bisnis. Mencampuradukan antar bisnis
dan idealisme penyiaran, menjadi sebuah lingkaran tanpa ujung. Penyiaran
beranjak dari idealisme, yang menhasilkan khalayak atau pemirsa, yang
implikasinya juga menambah jumlah penonton (share audience dan rating
audience) dan pemasang iklan. Pada titik tertentu akan sampai pada pembicaraan
bisnis. Pada tahapan itu, akan sulit ditentukan mana yang lebih penting. Tidak
berlebihan, bila kepentingan pemodal bisa saja masuk dalam kepentingan
idealisme yang diwujudkan dalam output product berupa tayangan-tayangan
berita. Sebuah program dimunculkan bukan hanya dilihat dari kemanfaatan ideal

21

saja, namun juga input balik dari sisi peluang bisnis. Pemberitaan adalah
idealisme stasiun televisi. Jurnalisme model televisi swasta semakin memperkaya
operasionalisasi pemberitaan media massa Indonesia. Adanya ketertutupan
politik, di mata praktisi pertelevisian, jelas akan menghambat pertumbuhan bisnis
berita itu sendiri.
Perluasan dunia televisi melonggarkan cengkraman negara atasnya. Lahir
dalam atsmosfer persaingan, bukan hanya antar mereka sendiri melainkan juga
melawan saluran internasional seperti CNN, BBC, dan lain-lain. Di sinilah
program televisi swasta di asah ketujuan yang agak berbeda, yaitu mendapatkan
pemirsa bagi para pengiklan.
Kehadiran 10 stasiun televisi swasta nasional dan puluhan televisi lokal
masih tampak betapa pemirsa sebagai konsumen informasi belum banyak
memanfaatkan kekuatan informasi sebagai agenda kehidupan sehari-hari, baik
untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan bisnis. Kalaupun masyarakat
menonton program acara televisi, maka informasi yang dominan diinginkan
adalah sekedar untuk mendapatkan hiburan. Hal ini dapat dipantau dari data
rating 20 besar program di masing-masing stasiun TV hampir didominasi
program acara hiburan (entertainment), sinetron, dan reality show. Program
informasi

masih

berada

pada

urutan

sesudahnya

(Komisis

Penyiaran

Indonesia:2013).
Kepemilikan

media

ternyata

berpengaruh

terhadap

cara

media

mengungkap isi. Ekonomi politik media menjadi isu yang serius di Indonesia

22

selama ini. Konglomerasi media yang dimiliki oleh segelintir orang mulai
menggurita hingga kemedia lokal. Kuatnya kepemilikan media di media massa di
Tanah Air pada akhirnya mengancam demokrasi sistem politik Indonesia. Banyak
kasus dan contoh telah membuktikan bahwa kepentingan dan ideologi pemilik
sedikit banyak berpengaruh terhadap cara media mengupas fenomena dan realitas
sosial politik yang terjadi.
2.1.4. Bahasa Jurnalistik
2.1.4.1. Definisi Bahasa Jurnalistik
Menurut S.Wojowasito dari IKIP Malang dalam Karya Latihan Wartawan
Persatuan Wartawan Indonesia (KLW PWI) bahasa jurnalistik aialah bahasa
komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah.
Denga fungsi yang demikian itu, bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca
oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian besar
masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun demikian
jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara
lain terdiri dari susunan kalimat yang benar dan pilihan kata cocok
(Sumadiria,2008:6).
Badudu mengungkapkan bahwa bahasa jurnalistik harus singkat, padat,
sederhana, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa
jurnalistik mengingat media massa dinikmati oleh lapisan masyarakat yang tidak
sama tingkat pengetahuannya. Orang tidak menghabiskan watunya untuk
membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami.

23

Bahasa jurnalistik tunduk pada bahasa baku. Menurut Badudu bahasa baku
ialah bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan
paling besar wibawanya. Bahasa baku digunakan dalam situasi resmi baik bahasa
lisan maupun tulisan; misalnya, bahasa yang digunakan dalam berkhotbah,
memberikan ceramah, pelajaran, berdiskusi, memimpin rapat (lisan); bahasa yang
digunakan pula dalam surat menyurat resmi, menulis laporan resmi, buku, skripsi,
disertasi, menulis undang-undang. Demikian juga bahasa koran dan majalah,
bahasa siaran televisi dan radio, haruslah baku, agar dapat dipahami oleh orang
yang membaca dan mendengarnya di seluruh negeri.
Seorang jurnalis harus terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa
mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skill),
ketermpilan membaca (reading skill), keterampilan berbicara (speaking skill), dan
keterampilan menulis (writing skill). Setiap keterampilan berhubungan erat
dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Lebih jauh,
setiap keterampilan tersebut berhubungan erat dengan proses-proses yang
mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Menurut tarigan
seperti yang dikutip dalam Sumadiria semakin terampil orang berbahasa, semakin
cerah dan luas pula jalan pikirannya. Keterampilan diperoleh dan dikuasai dengan
cara praktik dan banyak berlatih. Melatih keterampilan berbahasa berarti melatih
keterampilan (Sumadiria:2008:5).
MCLuhan berpendapat bahwa setiap media memiliki tata bahasa sendiri,
yankni seperangkat peraturan yang erat kaintannya dengan berbagai alat indra,
dalam hubungannya dengan penggunaan media. Setiap tata bahasa media

24

memiliki kecenderungan (bias) pada alat indra tertentu. Televisi misalnya, adalah
perpanjangan alat indra peraba ( meraba, meneyentuh, dan sistem syaraf). Karena
media bias pada alat indra tertentu, maka media memiliki pengaruh yang berbeda
pada perilaku manusia yang menggunakannya. Dalam keyakinan MCLuhan,
televisi akan melahirkan desa dunia (global vikkage), ketika orang-orang di
seluruh dunia berbagi pengalaman dan gagasan secara serentak. Televisi juga
merangsang seluruh alat indra kita, mengubah persepsi kita, dan akhirnya
memengaruhi perilaku kita (Rakhmat,1998 dalam Sumadiria, 2008). Semua itu
hanya mungkin terjadi, apabila bahasa televisi benar-benar informatif,
komunikatif, persuasif, dan sekaligus atraktif. Inilah yang disebut gaya pesan.
Gaya pesan, berkaitan dengan khalayak pemirsa agar mudah dipahami dan
dimengerti. Peran bahasa sangat strategis, karena seperti ditegaskan Benjamin L.
Whorf, bahasa adalah pandu realitas sosial. Pandangan kita tentang dunia
dibentuk oleh bahasa, dan karena bahasa berbeda, pandangan kita tentang dunia
pun berbeda pula.
Bahasa televisi sangat khas, karena memadukan kata-kata, suara, serta
gambar bergerak secara bersamaan dan seketika. Berita televisi ditanggapi dalam
dua perspektif yaitu
1. Perspektif semantik secara leksikal oral yang berorientase pada efek katakata
2. Perspektif dramatik secara visual yang menunjuk pada efek gabungan
gambar dan suara.

25

Betapapun demikian, bahasa televisi harus tunduk pada kaidah bahasa


jurnalistik.
Menurut Rosihan Anwar, bahasa yang digunakan oleh wartawan
dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa pers ialah salah satu ragam
bahasa yang memiliki sifat-sifat khas, yaitu singkat, pada, sederhana, lancar, jelas,
lugas, dan menarik.
Kata dan kalimat dalam bahasa jurnalistik juga harus efektif. Kalimat
efektif adalah kalimat dengan tepat mewakili atau menggambarkan pikiran atau
perasaan penulis sehingga menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam
pikiran atau perasaan pendengar (sumadiria.2008).
Kalimat efektif ditandai dengan, antara lain: pola kalimat yang gramatikal,
pilihan kata yang tepat (diksi), menghindari pemakaian kata tutur, menghindari
kata dan istila asing, mengutamaka kata yang bernilai rasa tinggi, mengutamakan
kata-kata yang bermakna khusus, mengutamakan kata-kata yang lugas,
memperhatikan pemakaian kata-kata atau istilah yang tepat dan serasi,
menggunakan kalimat padu, menekankan kalimat tidak goyah, menyukai kalimat
hemat, dan menganjurkan pemakaian kalimat yang bervariasi untuk menghindari
kejenuhan.
Berpijak pada pendapat para pakar dari uraian diatas, menyimpulkan
bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh para wartawan, radaktur,
atau pengelola media massa dalam menyusun dan mneyajikan, memuat,
menyiarkan dan menayangkan berita serta laporan peristiwa atau pernyataan yang

26

benar, aktual, penting dan atau menarik dengan tujuan agar mudah dipahami
isinya dan cepat ditangkap maknanya.
2.1.4.2. Prinsip Menulis Untuk Televisi
Sumadi Ria dalam bukunya Bahasa Jurnalistik (2008) menjelaskan
menulis untuk televisi pada dasarnya ntuk mata dan telinga sekaligus. Gambar
boleh bagus, tajam, dan kontras. Tetapi kalau tidak disertai suara atau kata-kata,
maka tetap saja gambar itu hanya layaki disebut gambar bisu. Sebaliknya, suara
atau kata-kata boleh ringkas dan enak didengar.
Bahasa televisi dirancang secara teknis untuk memadukan gambar, katakata dan suara sekaligus pada saat bersamaan dan simultan. Para pakar media
massa, untuk itu telah membuat sejumlah pedoman, asas, prinsip, dan kiat-kiat
praktis cara menulis untuk televisi. Morissan misalnya dalam jurnalistik televisi
mutakhir memaparkan sedikitnya terdapat 15 prinsip penulis naskah berita televisi
agar sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik. Untuk memudahkan pembaca,
penjelasan setiap prinsip sengaja di beri judul. Berikut, petikan Morissan
selengkapnya dalan Sumadi Ria (2008:131-134).
1. Gaya ringan bahasa sederhana
Tulislah naskah dengan gaya ringan dan bahasa yang sederhana. Sehingga
dapat dibaca dengan singkat dan mudah. Suatu berita mungkin mengandung
informais yang rumit, namun tugas reporter ntuk menyederhanakan
informasi sehingga mudah dimengerti tanpa harus kehilangan maksud dan
tujuannya.
2. Gunakan Ekonomi Kata

27

Prinsip ekonomi kata adalah prinsip menggunakan kata-kata secara efektif


dan efisien. Penggunaan kata dan kalimat tidak boleh berlebihan, yaitu hanya
sebatas yang benar-benar diperlukan ntuk bisa menyampaikan informasi
sejelas mungkin
3. Gunakan Ungkapan Lebih Pendek
Gunakan kata atau ungkapan yang lebih pendek. Contoh: menggelar aksi
unjuk rasa diganti dengan berunjuk rasa atau berdemonstrasi
4. Gunakan kata Sederhana
Naskah televisi harus bisa dimengerti orang yang memiliki kosa kata
terbatas. Karena itu gunakan kata atau ungkapan sederhana dan mudah
didengar masyarakat luas.
5. Gunakan Kata Sesuai Konteks
Gunakan

kata

sesuai

kebiasaan

dengan

memperhatikan

konteks

penggunaannya, khususnya dalam berota terkait hukum.


6. Hindari Ungkapan Bombastis
Hindari ngkapan bombastis yang bias, hiperbola. Contoh: hancur
berantakan, ludes diallap si jago erah
7. Hindari Istilah Teknis yang Tidak Dikenal
Sebisa mungkin hindari singkatan atau istilahteknis birokratis, yuridis, dan
militeristik yang tidak umum dikenal, kesuali sduah sangat umum
digunakan masyarakat
8. Hindari Ungkpan Klise Atau Eufemisme

28

Hindari ungkapan klise atau eufemisme yang menyesatkan. Contoh:


memasyarakatkan olehraga, si jago merah diamankan (kenyataanya
ditahan) dan sebagainya.
9. Gunakan Kalimat Tutur
Kalimat-kalimat yang terdapat dalam naskah berita hendaknya merupakan
kalimat tutur ata percakapan yang akrab dan santai. Namun bkan percakapan
yang acak-acakdan tidak akurat seperti yang terjadi dalam percakapan di
pasar.
10. Reporte Harus Objektif
Kalimat berita haruslah objektif. Dalam menyampaikan atau menulis
pernyataan sumber, reporter tidak boleh terkesan terlibat atau larut dalam
retorika sumber.
11. Jangan Mengulang Informasi
Jangan mengulang informasi yang sudah disampaikan dalam intro kebagain
lain dari naskah berita
12. Istilah Harus di Uji Kembali
Isitlah-istilah harus terus menerus diuji kembali apakah masih relevan dan
kontekstal dengan situasi yang berkembang.
13. Harus Kalimat Aktif dan Terstruktur
Kaliamat berita harslah merupakan kalimat aktif, yaitu siapa melakukan apa,
dan siapa mengatakan apa. Setiap kalimat naskah berita hendaknya
mengikuti struktur subjek-predikat.
14. Jangan Terlalu Banyak Angka

29

Jangan terlalu banyak meletakan angaka dalam suatu kalaimat, kecuali


deiberi gradaik khusus agar penonton dapat encerna indormais yang
didengar.
15. Hati-Hati Mencantumkan Jualah Korban
Berhati-hatilah dalam mencantumkan jumlah baik itu jumlah korban, atau
kerugian dalam satu peristiwa.
2.1.5. Paradigma Konstruktivisme
Kemunculan paradigma konstruktivisme melalui proses yang cukup lama,
setelah sekian lama generasi ilmuan memegang teguh positivisme selama
berabad-abad. Aliran ini muncul setelah sejumlah ilmuan menolak tida prinsip
dasar positivisme, yaitu: (1) ilmu merupakan upaya mengungkap realitas (2)
hubungan objek dan subjek penelitian harus dijelaskan (3) hasil temuan yang
memungkinkan untuk digunakan dalam proses generalisasi pada waktu dan
tempat yang berbeda. Implikasi dari ketiga pandangan ini adalah, bahwa
fenomena yang akan diteliti (1) harus dapat diobeservasi (2) harus dapat diukur
eksistensi fenomena tersebut harus dapat dijelaskan melalui karakteristik yang ada
di dalamnya.
Selama perkembangannya, konstruktivisme mengembangkan sejumlah
indikator sebagai pijakan dalam mengembangkan saejumlah indikator sebagai
pijakan dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan ilmu. Beberapa
indikator tersebut antara lain:
1. Lebih mengedepankan penggunaan metode kualitatif, ketimbang metode
penelitian kuantitatif, dalam proses pengumpulan dan analisis data

30

2. Mencari relevansi dari indikator kualitas untuk lebih memahami data-dara


lapangan
3. Teori-teori yang digunakan harus membuming (Grand Theory)
4. Kegiatan ilmu harus bersifat alamiah (apa adanya) dalam pengamatan dan
menghindarkan diri dari kegiatan penelitian yang diatur kaku dan
berorientasi laboratorium
5. Unit analisis yang digunakan berupa pola-pola dan kategori-kategori
jawaban
6. Penelitian yang digunakan lebih bersifat pertisipatif, dari pada bersifat
mengontro sumbar informasi
Paradigma ini hampir merupakan antitesis terhadap paham yang
menempatkan pentingnya pengamatan dan obejktivitas dalam menemukan suatu
realitas atas ilmu pengetahuan. Secara tegas paham ini menyatakan bahwa
positivisme dan past-positivisme keliru dalam mengungkap realitas dunia, dan
harus ditinggalkan oleh paham yan gbersifat konstruktif.
Secara ontologis, paham ini menyatakan bahwa realitas itu ada dalam
beragam konstruksi mental yang didasarkan pada pengalaman sosial, bersifat
lokal dan spesifik, serta tergantung pada pihak yang melakukannya. Karena itu,
realitas yang diamati oleh seseorang tidak bisa digeneralisasikan pada semua
orang sebagaimana yang bisa dilakukan dikalangan positivisme atau postpositivisme. Atas dasar filosofi ini, aliran ini menyatakan

bahwa hubungan

epistemologis antara pengamat dan objek merupakan satu kesatuan, seubjektif


dan merupakan hasil perpaduan interaksi diantara keduanya.

31

Kriteria penilaian kualitas penelitian dari pandangan konstruktivisme


menyebutkan kepercayaan ( trusthworthiness) dan keaslian (authenticity) sebagai
kriteri kebenaran. Kedua aspek tersebut mengacu pada berbagai konsep yang
mengandung lima unsur berikut ( dalam Agus Salim:2006) :
1. Kredibilitas ( kepercayaan yang berasal dari dalam)
2. Transferabilitas (garis kebenaran yang bisa dikembangkan/disandarkan
kepada unsur kebenaran lain)
3. Konfirmabilitas (penegasan terhadap objektivitas)
4. Keaslian-ontologis (kemampuan untuk memperluas konstruksi konsepsi
yang ada)
5. Educcative-authenticity (kebenaran pendidikan, kemampuan memimpin
dan mengadakan perbaikan).
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Teori Konstruksi Sosial
Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa
terlepaskan dari banguna teoritik yang telah dikemukakan oleh Peter L. Berger
dan Thomas Luckmann. Istilah konstruksi atas realitas sosial (social construction
of reality) menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas
Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A
Treatise in the Sociology of Knowledge (1966). Ia menggambarkan proses sosial
melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus
menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.

32

Berger dan Luckman (Bungin, 2008:14) mulai menjelaskan realitas sosial


dengan memisahkan kenyataan dan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai
kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui sebagai memiliki
keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri.
Pengetahuan didifinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata
(real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.
Berger dan Luckman (Bungin, 2008:15) mengatakan terjadi dialektika
antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu.
Proses dialektika ini berlangsung dalam proses momen (moment) simultan.
Pertama, eksternalisasi (penyesuaian diri) dengan dunia sosiokultural sebagai
produk manusia. Kedua, obyektivitas yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam
dunia intersubyektif yang dikembangkan atau mengalami proses institusionalisasi.
Ketiga, internalisasi yaitu proses dimana individu mengidentifikasikan dirinya
dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi
anggotanya.
2.2.2 Konstruksi Sosial Media Massa
Susbtansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas dari Berger
dan Luckmann adalah pada proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui
bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi
sekunder. Basis sosial teori dan pendekatan ini adalah transisi-modern di Amerika
pada sekitar tahun

1960-an, dimana media massa belum menjadi sebuah

fenomena yang menarik untuk dibicarakan. Dengan demikian Berger dan

33

Luckmann tidak memasukan media massa sebagai variabel atau fenomena yang
berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas.
Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L Berger dan
Luckmann telah direvisi dengan melihat fenomena media massa sangat substantif
dalam proses eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi inilah yang kemudian
dikenal sebagai konstruksi sosial media massa. Menurut perspektif ini tahapantahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: tahap
menyiapkan materi konstruksi; tahap sebaran kostruksi; tahap pembentukan
kosntruksi; tahap konfirmasi. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Tahap menyiapkan materi konstruksi : Ada tiga hal penting dalam tahapan
ini yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan
semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.
2. Tahap sebaran konstruksi : prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial
media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara
tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media,
menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.
3. Tahap

pembentukan

konstruksi

realitas.

Pembentukan

konstruksi

berlangsung melalui: (1) konstruksi realitas pembenaran; (2) kesediaan


dikonstruksi oleh media massa ; (3) sebagai pilihan konsumtif.
4. Tahap Konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa
maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap
pilihannya untuk terlibat dalam pembetukan konstruksi.

34

Pada kenyataanya, realitas sosial itu berdiri sendiri tanpa kehadiran


individu baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial memiliki
makna, manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknai secara subyektif oleh
individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif. Individu
mengkostruksi realitas sosial, dan merekonstruksinya dalam dunia realitas,
memantapkan realitas itu berdasarkan suyektivitas individu lain dalam institusi
sosialnya.
2.2.3. Konsep Framing
Framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana,
khususnya dalam menganalisa teks media. Gagasan mengenai framing diawali
oleh Beterson pada tahun 1995, awalnya frame dimaknai sebagai struktur
konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik,
kebijaan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk
mengapresiasikan realitas.
Analisis Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas
dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas
itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol
dan lebih mudah dikenal. Penonjolan yang dimaksud adalah mempertinggi
probabilitas penerima akan informasi, sehingga dapat melihat pesan tersebut
dengan lebih tajam dan tersimpan dalam ingatan penerima pesan. Framing,
sebuah realitas yang kompleks dipahami dan disederhanakan dalam kategori
tertentu. Bagi khlayak, penyajian realitas yang demikian, membuat realitas lebih
bermakna dan dipahami.

35

Analisis framing adalah bagian dari analisis isi yang melakukan penilaian
tentang wacana persaingan antar kelompok yang muncul atau tampak di media.
Analisis framing dapat mengungkap kecenderungan perspektif media saat
mengkonstruksi fakta sebagai bangunan realitas konstruksional. Analisis framing
merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkap rahasia
dibalik semua perbedaan (bahkan pertentangan media dalam mengungkapkan
fakta) (Eriyanto, 2008). Dengan demikian realitas sosial dipahami, dimaknai, dan
dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu. Ada dua esensi utama dari
analisis framing yaitu, Pertama, bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan
dengan bagian mana yang diliput dan mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana
fakta ditulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar
untuk mendukung gagasan.
Pada penelitian ini penulis akan menggunakan model analisis framing dari
Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki.( dalam Eriyanto,
2008).
Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi dalam empat
struktur besar yakni :
1. Sintaksis. Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau
fase dalam kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada
pengertian susunan dari bagian berita berita headline, lead, latar
informasi, sumber, penutup dalam satu kesatuan teks berita secara
keseluruhan. Bagian itu tersusun dalam bentuk yang tetap dan teratur

36

sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana fakta


hendak disusun.
2. Skrip. Yaitu bagaimana seseorang merangkai atau mengkonstruksi
suatu peristiwa. Bagaimana suatu peristiwa bisa dipahami melalui cara
tertentu dengan menyusun dengan urutan tertentu. Skrip memberikan
tekanan mana yang didahulukan dan bagian mana yang bisa kemudian
sebagai strategi untuk menonjolkan sebuah informasi penting.
3. Tematik. Kata tema kerap kali disanding dengan apa yang disebut
dengan topik. Kata topik berasal dari bahasa Yunani topoi yang berarti
tempat.
4. Retoris. Stuktur retoris dari suatu peristiwa menggambarkan pilihan
gaya atau kata yang dipilih untuk menekankan arti yang ingin
ditonjolakn dalam suatu peristiwa oleh seseorang.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan, maka teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori kontruksi atas realitas oleh Peter L.
Beger dan Thoma Luchman. Teori ini berasumsi bahwa setiap individu
mengklasifikasikan,

mengkonstruksi

dan

mengorganisasikan

pengalaman

pribadinya secara aktif dan unik berdasarkan skema interpretasinya atau referensi
pembingkaian yang ada dalam pikirannya. Kaitannya dengan penelitian dari
rumusan masalah adalah bagaimana perbandingan bahasa jurnalistik dalam
pemberitaan politik antara Metro TV dan TV One, yaitu menemukan konstruksikonstruksi realitas dalam pemberitaan dengan menganalisis penggunaan bahasa

37

dari setiap kata yang dipilih untuk mempresentasikan hasil liputannya. Karena
bahasa merupakan alat menjabarkan atau menjelaskan sebuah realitas.
Untuk menganalisis konstruksi realitas pemberitaan kedua media tersebut
maka peneliti juga menggunakan pendekatan analisis framing, yang merupakan
sebuah metode penelitian mengenai media massa yang dasar penelitiannya berasal
dari teori Konstruksi Sosial. Dalam beberapa literatur yang ada, dijelaskan bahwa
pada dasarnya analisis framing merupakan salah satu metode analisis data yang
digunakan untuk melihat bagaimana media massa seperti surat kabar ataupun
televisi membingkai realitas yang ada, untuk dimuat atau disiarkan sebagai berita.
Jika dilihat dari perspektif komunikasi, maka analisis framing mengarah
kepada sebuah metode analisis media yang dipakai untuk membedah cara-cara
atau ideologi media saat meng- konstruksi fakta. Kemudian, berdasarkan konsep
psikologi, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang
unik, sehingga elemen-elemen tertentu dari suatu isu mem peroleh alokasi sumber
kognitif individu lebih besar (Sobur, 2006: 162-163).
Untuk menerapkan analisis framing dalam melihat bagaimana konstruksi
yang dilakukan oleh media yang bersangkutan, maka salah satu model yang bisa
digunakan adalah model yang dikembangkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki, Alasan pemilihan model ini, karena Pan dan Kosicki menjabarkan
sebuah model yang sangat detail dalam melihat sebuah pembingkaian berita. Hal
inilah yang berbeda dengan model penelitian lainnya. Pan dan Kosicki
mengartikan bahwa analisis framing merupakan sebuah proses membuat pesan

38

yang lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga
khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut.
Pan dan Kosicki membagi perangkat framing kedalam empat struktur
besar. Yang pertama adalah sintaksis. Unsur Sintaksis berhubungan dengan
headline berita, lead berita, latar informasi, pernyataan, opini, kutipan,
pengamatan atas peristiwa ke dalam bentuk susunan kalimat. Yang kedua adalah
struktur Skrip: Berhubungan dengan cara wartawan dalam mengisahkan berita
dan mengemas peristiwa. Yang ketiga adalah struktur Tematik: Hubungan antar
kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Yang keempat adalah Struktur
Retoris: Berhubungan dengan cara wartawan memakai pilihan kata, grafik dan
idiom yang dipakai bukan hanya untuk mendukung tulisan. Untuk itu, model
analisis Pan and Kosicki ini digambarkan dalam bentuk skema berikut
(Eriyanto:2002).

Struktur

SINTAKSI
Cara
wartawan
menyusun
berita

Perangkat Framing

Skema Berita

Unit yang
diamati
Headline, lead,
latar informasi,
kutipan sumber,
pernyataan,
penutup.

39

SKRIP
Cara wartawan

Kelengkapan berita

5W+1H

menyusun
fakta
TEMATIK

1. Detail

Paragraf,

2. Koherensi

proposisi,

3. Bentuk kalimat

kalimat,

4. Kata ganti

hubungan antar

Cara wartawan dalam


menulis fakta.

kalimat
RETORIS
Cara

wartawan

a. Leksikon

Kata,

idiom,

b. Grafis

gambar/foto,

c. Metafora

grafik.

menekankan fakta

Gambar 1. Model Analisis Framing Zongdan Pan dan Gerald M. Kosicky

40

2.3.1. Bagan Kerangka Pikir


Perbandingan Penggunaan Bahasa Jurnalistik Dalam Pemberitaan
Politik Antara Metro TV dan TVOne.

Teori Konstruksi Sosial Media


(Peter L. Bergerr & Thomas Luchman)

Bahasa Jurnalistik Berita Politik Metro TV &


TVOne

Sintaksis
Skrip

Analisis Framing Pan & Konsicki


Tematik
Retoris

Perbedaan Penggunaan Bahasa


Jurnalistik Berita Politik Metro TV &
TVOne
Keterangan: Modifikasi Penulis

41

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Subjek penelitian
Subjek Penelitian ini adalah berita politik di stasiun Metro TV dan tvOne

yaitu pemberitaan tentang partai golkar, dengan pertimbangan bahwa Media


Metro TV dan tvOne sebagai objek

studi ini dianggap sebagai media yang

memberitakan pemberitaan berita politik terbanyak dibandingkan dengan media


lain. Selain itu, media Metro TV dan tvOne merupakan media yang mencakup
segmen penonton secara nasional.
3.2

Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah bahasa jurnalistik dalam pemberitaan

Partai Golkar yang telah diberitakan oleh Media Metro TV dan tvOne periode
Mei 2015.
3.3

Jenis dan Sumber Data


a. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh lewat studi kepustakaan untuk
mengumpulkan landasan teori yaitu mengumpulkan data-data dari bukubuku dan bahan-bahan lain yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.

3.4

Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap pemberitaan Metro TV
dan tvOne sebagai objek penelitian. Pengamatan bertujuan untuk
mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan tetapi tidak turut serta
aktif pada kegiatan tersebut.

42

2. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data dari arsip arsip website


Metro TV (www.metrotvnews.com) dan tvOne (www.tvone.tv,) juga
youtube .
3.5

Teknik Analisa Data


Teknik yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah

dengan menggunakan alat analisis framing Pan dan Kosicky, yaitu menjelaskan
teks berita dengan membagi empat elemen, yaitu sintaksis,skrip,tematik dan
retoris. Dengan menganalisis penggunaan bahasa jurnalistik yang ada dalam
framing pemberitaan.
3.6

Desain Operasional Penelitian


Tabel 1. Desain Operasional Penelitian
Unit Analisis

Struktur Kerangka
Analisis

Teknik Pengumpulan
Data

Pembingkaian berita
politik Metro TV dan
TVOne

Menganalisis:
1.Sintaksis

Analisis
dari

teks dokumentasi,

berita

observasi

dan

2.Skrip dari teks berita


3.Tematik dari teks berita

kepustakaan

4.Retoris dari teks berita


Perbandingan

Bahasa

1.judul berita
jurnalistitk Metro TV 2.lead
3.body teks
dan TVOne

Analisis
dokumentasi,
observasi
kepustakaan

dan

43

3.7.

Konseptualisasi
1. Bahasa Jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa yang digunakan oleh
jurnalis atau wartawan dalam menulis berita dalam media massa
2. Berita politik adalah berita terkait dengan kerja pemerintah (eksekutif)
saja. Pusat maupun daerah. Termasuk persinggungannya dengan lembaga
legislatif dan yudikatif.
3. Sintaksis adalah yang berhubungan dengan hedline berita, lead berita, latar
informasi, pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa kedalam
susunan kalimat.
4. Skrip adalah yang berhubungan dengan cara wartawan mengisahkan berita
dan mengemas berita, yang dapat dilihat dari kelengkapan berita (5W+1H)
5. Tematik adalah hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara
keseluruhan.
6. Retoris adalah yang berhubungan dengan cara wartawan memilih pilihan
kata, grafik dan idiom yang dipakai bukan hanya untuk mendukung
tulisan.
7. Judul berita adalah garis besar dari peristiwa
8. Lead adalah kalimat awal yang menjelaskan garis besar sebuah peristiwa
atau berita
9. Body teks adalah isi berita

44

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Penelitian
4.1.1.1. Stasiun Metro TV
Metro TV adalah sebuah stasiun televisi berita swasta Indonesia yang
pertama. Stasiun ini resmi mengudara 25 November 2000 di Jakarta. Sebagai TV
berita konsepnya agak berbeda dengan yang lain, sebab selain mengudara 24 jam
setiap hari, stasiun TV ini hanya memusatkan acaranya pada siaran warta berita
saja. Tetapi dalaam perkembangannya, stasiun ini kembali juga memasukan unsur
hiburan dalam program-programnya. Metro TV adalah stasiun pertama di
Indonesia yang menyiarkan berita dalam bahasa Mandarin. Metro Xin Wen, dan
juga satu-satunya stasiun TV di Indonesia yang tidak menayangkan program
sinetron. Metro TV juga menayangkan siaran internasional berbahasa Inggris
pertama di Indonesia. Stasiun ini dikenal memiliki presenter berita terbanyak di
Indonesia, presenter bahasa Indonesia, Mandarin, dan Inggris. Metro TV juga
menyangkan program e-Lifestyle, yakni program talkshow yang membahas
tekhnologi informasi dan telekomunikasi.
Metro TV dimiliki Media Group pimpinan Surya Palohyang juga memiliki
harian media Indonesia dan Lampung Post. Surya Paloh juga tercatata sebagai
Ketua Umum pada partai Nasional Demokrat (Nasdem) yang ikut mensukseskan

45

pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. juga tercatat mantan Dewan Pembina
Partai Golkar di Tahun 2004. Pada pemberitaan konflik partai Golkar, yang
terbagi menjadi dua kubu dalam kepengurusan partai Golkar,yakni pimpinan
Aburizal Bakrie dan dibawa pimpinan Agung Laksono, Metro TV memberitakan
dengan proposional sesuai ideologi Metro TV.
Ideologi sebagai TV yang mendepankan etika dan moral ini diupayakan
jajaran direksi Metro TV bisa menempatkan eksistensi Metro TV sebagai TV
terdepan dalam pemberitaan. Namun ideologi tersebut juga sangat kental
dipengaruhi oleh kepentingan bisnis dan politik, (Machyudin,Agung.2013:79-80).
Berikut ini adalah visi dan misi dari Metro TV:
Visi:
1. Untuk menjadi stasiun televisi Indonesia dengan rangking nomor satu dala
pemberitaan, menawarkan kualitas program hiburan dan gaya hidup.
Menyediakan kesempatan periklanan yang unik dan pencapaian loyalitas
dengan para penontonnya dan para pengiklanan.
Misi:
1. Untuk mengakumulasi dan mempromosikan kemajuan bangsa dan
negara ke arah atmosfir demokrasi, agar dapat unggul dalam kompetesi
global, dengan apresiasi moral dan etika yang tinggi.

46

2. Untuk menambah kehadiran bagi industri pertelevisian dengan


menyediakan sebuah perpektif baru dengan ara memperbaiki informas
yang dihadirkan dan dengan menawarkan kualitas hiburan alternatif
3. Untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang signifikan dengan
mengembangkan dan mengungkit aset-asetnya, untuk menaikan
kualitas hidup dan kesejahteraan para karyawan dan menghasilkan
keuntungan yang signifikan bagi pemegang saham.
4.1.1.2. Stasiun TvOne
TV One adalah salah satu saluran televisi swasta di Indonesia. Saluran
yang dulunya bernama Lativi ini mulai diluncurkan sejak tanggal 30 Juli 2002
oleh pengusaha Abdul Latief. Sebelum saham perusahaan dimiliki Grup Bakrie
pada tahun 2006, konsep penyusunan acara saluran ini menonjolkan masalah
yang berbau klenik, erotisme, berita kriminalitas dan beberapa hiburan ringan
lainnya. PT Lativi Media Karya resmi menjadi TvOne pada tanggal 14 Februari
2008.
Sebagai pendatang baru dalam dunia news (berita), TvOne telah
mempersiapkan bentuk berita baru yang belum pernah ada sebelumnya. Seperti
Apa Kabar Indonesia, yang merupakan program informasi dalam bentuk diskusi
ringan dengan topik-topik terhangat bersama para narasumber dan masyarakat,
disiarkan secara langsung pada pagi hari di studio luar TvOne. Program berita
hardnews TvOne dikemas dengan judul: Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar,
Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Kemasan yang berbeda juga

47

disuguhkan Kabar Petang, menampilkan bentuk bentuk pemberitaan yang


menghadirkan secara langsung berita-berita di Biro Pusat Jakarta dan beberapa
Biro Daerah, dengan bobot pemberitaan yang berimbanga antar semua Biro.
a. Visi dan Misi TvOne
Visi dan misi TvOne adalah untuk mencerdaskan semua lapisan
masyarakat yang pada akhirnya memajukan dan menjadi stasiun televisi berita
dan olahraga nomor satu. Seperti
Visi dan misi TvOne adalah untuk mencerdaskan semua lapisan
masyarakat yang pada akhirnya memajukan dan menjadi stasiun televisi berita
dan olahraga nomor satu. Seperti yang menjadi mottonya dalam visi dan misi
TvOne dalam dokumen profilenya, visi isi TvOne adalah:
a. Untuk mencerdaskan semua lapisan masyarakat yang pada akhirnya
memajukan bangsa
Misi TvOne yaitu:
a. Menjadi stasiun TV berita dan olahraga nomor satu
b. Menyangkan program news dan sport yang secara progresif mendidik
pemirsa untuk berpikiran maju, positif dan cerdas
c. Memilih program news dan sport yang informatif dan inovatif dalam
penyajian kemasan. (Skripsi Semeru Gesta Nutrollah,2010).

48

4.1.1.3. Sejarah Singkat Golkar

Partai Golongan Karya (Partai Golkar), sebelumnya bernama Golongan


Karya (Golkar) dan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), adalah
sebuah partai politik di Indonesia. Partai GOLKAR bermula dengan berdirinya
Sekber GOLKAR pada masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno,
tepatnya 1964 oleh Angkatan Darat untuk menandingi pengaruh Partai Komunis
Indonesia dalam kehidupan politik. Dalam perkembangannya, Sekber GOLKAR
berubah wujud menjadi Golongan Karya yang menjadi salah satu organisasi
peserta Pemilu.

Dalam Pemilu 1971 (Pemilu pertama dalam pemerintahan Orde Baru


Presiden Soeharto), salah satu pesertanya adalah Golongan Karya dan mereka
tampil sebagai pemenang. Kemenangan ini diulangi pada Pemilu-Pemilu
pemerintahan Orde Baru lainnya, yaitu Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Kejadian ini dapat dimungkinkan, karena pemerintahan Soeharto membuat
kebijakan-kebijakan yang sangat mendukung kemenangan GOLKAR, seperti
peraturan monoloyalitas PNS, dan sebagainya.

Setelah pemerintahan Soeharto selesai dan reformasi bergulir, GOLKAR


berubah wujud menjadi Partai GOLKAR, dan untuk pertama kalinya mengikuti
Pemilu tanpa ada bantuan kebijakan-kebijakan yang berarti seperti sebelumnya
pada masa pemerintahan Soeharto. Pada Pemilu 1999 yang diselenggarakan
Presiden Habibie, perolehan suara Partai GOLKAR turun menjadi peringkat
kedua setelah PDI-P.

49

Ketidakpuasan terhadap pemerintahan Megawati Soekarnoputri menjadi


salah satu sebab para pemilih di Pemilu legislatif 2004 untuk kembali memilih
Partai GOLKAR, selain partai-partai lainnya seperti Partai Demokrat, Partai
Kebangkitan Bangsa, dan lain-lain. Partai GOLKAR menjadi pemenang
Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif pada tahun 2004 dengan meraih 24.480.757
suara

atau

21,58%

dari

keseluruhan

suara

sah,

(https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Golongan_Karya).

a. Profil Kubu Aburizal Bakrie


Awal lahirnya kubu-kubu dalam kepengurusan parta Gologongan Karya
(Golkar) adalah soal Musyawarah Nasional (Munas) dalam pemilihan ketua
umum partai Golkar kepengurusan 2014-2019. Lahirnya kubu-kubu dalam patai
Golkar karena suasan kebatinan dari para calon kandidat ketua umum (ketum)
yang merasa dirugikan oleh syarat-syarat menjadi ketum yang indikasinya terjadi
sabotase incumbent (mencalonkan kembali) Aburizal Bakrie, sehingga para calon
mengungrukan diri dari pencalonan dan mengancam akan mengadakan Munas
tandingan.
Dan pada akhirnya, terjadilah Munas Bali 30 November sampai 2
Desember 2014, yang dipelopori Aburzal Bakrie, Tanto Wiyahya, Idrus Marham,
dan melairkan Aburizal Bakrie terpilih kembali sebagai ketu umum Golkar dan
Idrus Marham sebagia Sekretaris Jendral (Sekjen) partai Golkar.

50

b. Profil Kubu Agung Laksono


Munas Ancol 6 sampai 8 Desember 2014 yang dilaksanakan kubu Agugn
Laksono, yang dipelopori alon ketu umum (Caketum) Golkar, yang juga menjabat
saebgai wakil ketua Golkar periode sebelumnya, Agung Laksono dan tokoh-tokoh
parta Golkar, seperti Priyo Budi Santoso, Zinuddin Amali, dan Yoris Yarawae.
Dari Munas tersebut, terpililah Agung Laksono sebagai Ketum dan
Zainudin Amali seagai sekjen partai Golkar. sehingga terjadilaj perbedaan prinsip
dan perbedaan kepengurusan partai Golkar. Yang pada akhirnya melahirkan kubu
Aburizal Bakrie dan Kubu Agung Laksono.
4.1.2. Sruktur Keorganisasian
4.1.2.1. Metro TV
setiap perusahaan memiliki struktur organisasi, dimana struktur organisasi
ini menjelaskan peranan atau tugas dan wewenang dari berbagai bagain atau
divisi, dan juga menentukan bagaimana setiap bagian tersebut berhubungan dan
memiliki tanggung jawab atas kerjaannya.
Berikut ini adalah gambar struktur organisasi PT.Media Televisi Indonesia
(Metro TV) yang dapat dilihat pada gambar 1.

51

Gambar 2.

Sumber: Google

52

4.1.2.2. tvOne
Tidak semua jajaran dean direksi atau strutur keorganisasian di
publikasian, karena sebgaian sebagian bersifat rahasia, (Laporan KKP,Ika
Wullandari:2015). Berikut struktur keorgnisasian TvOne:
Gambar 3.

Sumber: Ika Wullandari:2015.

53

4.1.2.3. Partai Golkar


Sruktur kepengurusan partai Golkar yang terbagi dalam dua kepengurusan
yaitu:
1. Struktur Organisasi Kepengurusan Golkar Versi Aburizal Bakrie.

Ketua Umum

Aburizal Bakrie
Wakil Ketua Umum
Ketua Harian

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Theo L Sambuaga
Nurdin Hali
Setya Novanto
Sjarif Cicip Sutarjo
Fadel Muhammad
Siti Hediati Harijadi
Ahmadi Noor Supit
Ade Komardin
Aziz Syamsudin

Mohammad
Sulaeman Hidayat
Sekretaris Jendral
Bendahara Umum
Idrus Marham
Bambang Soesatyo

Sumber: Kompasiana.com

54

2. Struktur Organisasi Kepengurusan Golkar Versi Agung Laksono

Ketua Umum

Agung Laksono
Wakil Ketua Umum

Ketua Harian

3.

1. Priyo Budi Santoso


2. Agus Gumiwang
3. Yorrys Raweyai

Ibnu Munzir
Sekretaris Jendral
Bendahara Umum
Zainudin Amali
Sri Yulianti

Sumber: Kompasiana.com

55

4.1.3. Analisis Framing Pemberitaan Partai Golkar antara Metro TV dan


tvOne
Framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana,
khususnya dalam menganalisa teks media. Gagasan mengenai framing diawali
oleh Beterson pada tahun 1995. Framing yang digunakan dalan menganalisis
pemberitaan ini adalah model Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yang
berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat
dari organisasi ide.
Pemberitaan media kepada publik, informasi yang diperoleh dilapangan
tidak hanya diterbitkan dengan begitu saja. Akan tetapi terdapat beberapa hal yang
harus dilakukan. Sebelum menerbitkan sebuah edisi pemberitaan setiap harinya,
media-media tersebut tentunya akan menyusun, mengemas informasi yang akan
dipublikasikan kepada khalayak luas. Sehingga, akan ada informasi yang dipilih
untuk tampilkan dan ada informasi yang tidak ditampilkan. Ini, berhubungan
dengan ideologi (cara pandang) media itu sendiri. Begitu pula Metro TV dan
TvOne, memilih fakta apa saja yang layak di tampilkan, dengan penonjolanpenonjolan fakta tertentu, dalam kemasan bahasa adan diksi (pilihan kata) yang
dipilih untuk mengisahkan peristiwa.
Berita merupakan informasi yang sudah dikonstruksi oleh komunikator
media, sehingga melahirkan makna atau maksud yang berbeda di setiap media.
Begitu pula, Metro TV dan tvOne dalam memberitakan partai Golkar memiliki
perbedaan pada kontens (isi) dalam menyajikan fakta.

56

Sehingga khalayak akan disuguhkan dengan isi pemberitaan yang berbeda.


Perbedaan itu dilihat dari pemakaian bahasa atau kata yang disuguhkan dalam
mengisahkan fakta tersebut.
Kaitan antara analisis framing model Zongdang Pan dan Gerald M.Kosicki
dengan penggunaan bahasa jurnalistik adalah analisis teks, bahasa, kata, yang
dipilih untuk menonjolkan fakta.
4.1.3.1. Pemberitaan TvOne, 30 maret 2015
Tanggal 30 maret 2015 partai Golkar antara fraksi pimpinan Aburizal
Bakrie dan pimpinan Agung Laksono, terjadi peristiwa perebutan ruang ketua
fraksi partai Golkar di gedung DPR RI. Kedua kubu sama-sama ingin
memfungsikan ruangan tersebut, sebagai tempat menjalankan semua kegiatan
organisasi. Kedua kubu sama-sama menganggap kepengurusan yang dibentuk
adalah sah. Sehingga perlunya memfungsikan kantor fraksi partai Golkar.
Perebutan ruangan itu terjadi karena pada mulanya, kantor atau ruangan
fraksi partai Golkar sudah digunakan oleh kepengurusan Aburizal Bakrie, sebagai
pemimpin Golkar pada periode yang lalu,(1999-2014). Karena, Musyawarah
Nasional (Munas) yang digelar di Ancol, Jakarta, dengan ketua umum Agung
Laksono, telah diputuskan oleh Mentri Hukum dan Ham itu sah, maka
kepengurusan Agung Laksono beranggapan berhak mengambil kembali fungsi
atau kegunaan kantor fraksi partai Golkar tersebut.
TvOne memberitakan peristiwa tersebut pada program acara Kabar Petang,
pada pukul 17.30 Wib, yang dipandu oleh dua anchor (pembaca berita) Adi dan

57

Shinta di studio, dan wartawan Tisa Noveni yang melaporkan langsung peristiwa
tersebut secara langsung dari gedung DPR RI.
Berikut analisis framing yang terbagi dalam empat indikator:
1. Sintaksis
Unsur sintaksis, tvOne menurunkan berita dengan judul Demokrasi dalam
bahaya. Pandangan tvOne tersebut diwujudkan dalam skema atau bagan dalam
berita. Judul berita yang diangkat sudah jelas menunjukan pandangan tvOne akan
peristiwa saat itu. Judul seperti ini, membawa pesan bahwa, akibat terpecahnya
dua kubu partai Golkar, menimbulkan kericuhan pada kader-kader Golkar yang
bisa mencerminkan runtuhnya asas kenegaraan yakni demokrasi.
Intro atau lead pemberitaan itu yakni:
Anchor Adi: Pemirsa, konflik ditubuh partai Golkar memanas, fraksi
partai Golkar DPR bentukan Agung laksono memaksa untuk menduduki
ruang fraksi partai Golkar, untuk mengetahui kondisi terkini kita tanyakan
langsung dengan Tisa Noveni yang berada disana.
Lead ini memberi gambaran kepada pemirsa bahwa konflik partai Golkar
semakin rumit, dan belum menemukan titik terang. Yang ditandai dengan kata
memanas, yang bukan makna sebenarnya. Kata memanas dengan kata dasar
panas digunakan untuk menyatakan benda yang dapat dirasakan dengan indra
peraba. Secara konotatif kata memanas dalam lead tersebut bermakna amarah
yang melambung tinggi.
Dari lead yang di bacakan oleh anchor di atas, tvOne ingin memberi
tahukan kepada pemirsa, bahwa kubu Agung laksono melakukan tindakan

58

pemaksaan sebagai cara untuk memperoleh ruang ketua fraksi partai Golkar yang
masih di duduki kepengurusan Aburizal Bakrie. Ini dicirikan dari diksi atau kata
yang dipilih, yaitu kata memaksa dan diduduki. Kata memaksa menunjukan
pemaksaan yang dilakukan, yang disusul dengan konjungsi untuk sebagai
penjelas penggunaan kata memaksa, yang kemudian terjawab dengan susulan
kata menduduki, yang berarti usaha mengusai sepenuhnya ruang ketua fraksi
partai Golkar.
Wartawan Tisa Noveni juga menuturkan bahwa, ada aksi perebutan ruang
ketua fraksi seperti yang sudah di bacakana oleh anchor Shinta dari studio tvOne.
Tisa menuturkan peristiwa tersebut dalam kemasan bahasa yang ringan dengan
menjelaskan lebih awal bahwa Yoris sebagai wakil ketua umum yang datang
dengan sejumlah masa, ini dilihat pada tuturan Tisa Noveni:
Datang bersama dengan sejumlah masa,ada puluhan masa yang terlihat
disana, lalu di ikuti sempat terjadi kericuhan disana pemirsa, dan ini
diakibatkan karena adanya upaya untuk mencoba menduduki kantor fraksi
partai golkar dari kubu Agung Laksono.
Latar informasi yang digunakan dalam pemberitaan ini adalah upaya
pengambil alihan ruang ketua partai Golkar oleh fraksi bentukan Agung Laksono
dari kepengurusan lama secara paksa, yakni Aburizal Bakrie yang menggunakan
ruang ketua fraksi partai Golkar sebagaimana fungsinya.
Unsur analis sintakisis lainya yaitu nara sumber dan kutipan yang
menjelaskan bagaimana sintaksis atau cara wartawan menyusun fakta terhadap
peristiwa upaya pengambil alihan ruang ketua umum fraksi Golkar.

59

Nara sumber yang dipilih untuk menjelaskan dan mendukung pemberitaan


yang diangkat TvOne adalah dua orang. Yang seluruhnya merupakan anggota
kubu Aburizal Bakrie. Yakni: Bambang Soesatyo dan Adima Sabri.
Dari analisis sintaksis,cara menuliskan fakta, pemberitaan ini disusun
dengan judul Demokrasi dalam Bahaya yang menekanka pada makna tindakan
yang dilakukan Golkar kepengurusan Agung Laksono, membahayakan sistem
demokrasi, karena telah memberi contoh dengan melakukan penyerangan di ruang
fraksi Golkar, yang seyogyanya tidak dilakukan oleh insan intelektual. Kemudian,
ditekankan pada lead, dengan menonjolkan kata memanas,memaksa,dan
menduduki, sebagai kata yang menunjukan makna kecaman. Fakta selanjutnya
dutonjolakn, dengan pemilihan narasumber yang berasal dari kepengurusan
Aburizal Bakrie, yaitu Bambang Soesatyo dan Adima Sabri, dan tidak ada
narasumber yang berasal dari pihak Agung Laksono.
2. Skrip
Peristiwa yang diangkat tvOne pada pemberitaan ini adalah, konflik usaha
pengambil alihan ruang ketua fraksi Golkar oleh kubu Agung Laksono secara
paksa dari pimpinan Aburizal Bakrie.Pperistiwa tersebut tidak dijelaskan
mengapa fraksi partai Golkar bentukan Agung Laksono melakukan aksi
pemaksaan untuk mengambil alih ruang ketua fraksi partai Golkar. TvOne
menggambarkan seluruh peristiwa bahwa pengambil alihan ruang ketua fraksi
dilakukan dengan cara paksaan. Seperti terlihat pada kutipan wawancara
langsung, antara Adi, Shinta di studio tvOne dan Tisa Noveni langsung dari
kantor fraksi partai Golkar.

60

Anchor Adi: kalau kita lihat digambar Tisa,ada upaya untuk membongkar
paksa pintu utama yang didepan. Apakah sampai dengan saat ini akhirnya
pintu itu bisa dibuka paksa didobrak atau masih tertutup?
Tisa: pintu tersebut kabarnya sudah dibuka begitu, dan itulah mungkin
salah satu ruangan yang digunakan untuk tadi mengumumkan seperti yang
sempat saya sampaikan diawal tadi bahwa versi Munas Ancol atau
kepengurusan partai Golkar Munas Ancol sudah mengumumkan
kepengurusannya didalam kantor fraksi partai Golkar tersebut usai berhasil
mendobrak pintu yang merupakan ruang rapat fraksi partai Golkar,begitu.
Pemberitaan ini dikisahkan, bahwa aksi yang dilakukan kubu Agung
Laksono cukup mencerminkan etika yang tidak baik, terhadap kader-kader muda
partai. TvOne mengisahkan, kubu Agung Laksono akan menggunakan kekerasan
agar menduduki ruang pimpinan fraksi Golkar tersebut. Ini tercermin dari
komunikasi langusung oleh anchor di studio tvOne dan nara sumber yang berada
di dalam kantor ketua fraksi partai Golkar. Anchor (pembaca berita) berusaha
menggali informasi hanya dengan satu arah pandang, yakni apa yang terjadi dan
dirasakan di tubuh fraksi Golkar bentukan Aburizal Bakrie akibat aksi kubu
Agung Laksono, dengan tidak menampilkan nara sumber asal kubu Agung
Laksono, dan tidak menyebutkan atau menggali informasi apa penyebab upaya
pengambil alihan ruang pimpinan secara paksa, seperti intro atau lead yang telah
di bacakan di awal berita.
Dari analisis skrip atau cara wartawan mengisahkan fakta, dengan
menonjolkan satu arah pandang saja, yaitu aksi yang dilakukan kepengurusan
Agung Laksono. ini tercermin dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
anchor (pembaca berita) dengan nara sumber melalui via telephone. Penekanan
fakta lainnya yaitu, kutipan-kutipan nara sumber yang menganggap tindakan atas
aksi perebutan ruang fraksi Golkar adalah tindakan premanisme.

61

3. Tematik
Tematik merupakan cara wartawan menulis fakta, yang didalamnya terdapat
perangkat kedetailan informasi, koherensi atau hubungan antar kalimat, bentuk
kalimat, dan kata ganti. Pada pemberitaan upaya pengambil alihan ruang
pimpinan, tvOne memilih 4 tema berita, yang semuanya menunjukan aksi paksa
yang dilakukan oleh kubu Agung Laksono.
Tema pertama; Kubu Agung Laksono rebut paksa ruang fraksi. Tema ini
didukung oleh pernyataan-pernyataan nara sumber yang berada langsung dari
gedung DPR RI lantai 12, seperti Bambang Soesatyo wakil ketua fraksi partai
Gokar kubu Aburizal Bakrie, yang menyatakan bahwa:
Bambang Soesatyo: sekarang saya masih diruangan, jadi ini uda gila ini
bangsa ini. Kita juga sangat prihatin dengan tak tik-tak tik penyerbuan
yang dilakukan oleh Yoris dengan beberapa
premannya,dengan
membongkar paksa pintu. Kan masih ada cara-cara beradab yang bisa
dilakukan. Karena sampai detik inipun pimpinan DPR belum mengakui
kepemimpinan fraksi yang mereka bentuk. Belum disahkan di Paripurna
dan ketua DPR, pimpinan DPR tegas mengatakan tidak ada pergantian
sidangpati dan sidangpati itu adalah Ade Komarudin. Tapi mereka tidak
mau tahu dan mereka menggugat kita.Dan ini suatu apa, tontonan yang
sangat tidak bagus. Ini bentuk negara, ini objek kita, tapi polisi membiarkan
penghundal-penghundal balit-balit itu mendobrak dari pada gedung yang
seharusnya mereka lindungi.
Argumen yang mendukung tema ini bahwa Yoris selaku wakil ketua
bentukan Agung Laksono membawa beberapa preman dan membongkar paksa
pintu. Dan pernyataan bahwa pimpinan DPR belum mengakui kepemimpinan
fraksi bentukan Agung Laksono, menjadi penguat tema yang diangkat, karena
fraksi bentukannya belum di akuisisi (disetujui), sehingga menimbulkan makna

62

bahwa kubu Agung Laksono tidak perlu menduduki ruang pimpinan fraksi,
karena kepemimpinannya belum sah secara hukum.
Tema ini dalam pemberitaan dibuat selain dengan pernyataan sumber berita,
juga dengan cara menampilkan video-video atau gambar pendukung gagasan.
Elemen tematik yang dipakai diantaranya detail informasi. Pernyataan Bambang
Soesatyo dan Adi Masabri diuraikan dengan detail yang panjang, pernyataan itu
dilengkapi dengan video-video atau gambar yang sesuai dengan argumennya.
Sementara pernyataan langsung untuk mengimbangi iformasi dari kubu Agung
Laksono sebagai nara sumber tidak dilakukan, sehingga tidak ada penjelasan fakta
peristiwa membuka paksa ruang pimpinan fraksi Golkar benar-benar terjadi.
Tema kedua yaitu: kubu Agung Laksono pakai cara kekerasan. Kekerasan
yang ditampilkan dalam pemberitaan yakni usaha memasuki ruang pimpinan
fraksi dengan membuka paksa pintu, membuka dengan obeng dan mendobrak,
dan kekerasan bahasa yang dilakukan seperti kesaksian nara sumber Bambang
Soesatyo bahwa Yoris dan anggotanya berteriak dengan kalimat-kalimat
ancaman, namun anggota fraksi bentukan Abirzal Bakrie yang sudah terlanjur
berada dalam ruangan, akan tetapi bertahan sebagai simbol pertahanan. Kekerasan
yang dimaksud bukanlah kekerasan fisik, melainkan kekerasan yang disetarakan
dengan paksaan, dan menimbulkan guncangan batin pada fraksi bentukan
Aburizal Bakrie. Berikut kutipan wawancara langsung via telepon:
Anchor Adi: ada ancaman atau suara-suara ancaman orang-orang teriak
sepert itu , anda mendengarkan?

63

Adi: saya belum mendengar itu ancaman ancaman itu. Jadi benar nih mas
bambang sampaikan,
Anchor Adi: ya mas Bambang,yang kami tanyakan tadi apakah ada nada
ancaman kemudian ada suara mengancam?
Bambang :ya ancamannnya jelas, bahwa kita harus meninggalkan
ruangan fraksi ini, dan kami meminta kepada kawan-kawan kami di luar,
tolong bantu kami, kami sekarang sedang bertahan dengan beberapa kawan
dalam ruangan, dan mereka sudah mengepung kita, saya ingin menegaskan
jangan bairkan praktik-praktik premanisme ini terjadi di gedung DPR ini.
Cukuplah sudah di DPP tak usahlah mereka praktekan lagi di gedung
DPR.
Kutipan diatas, menekankan bahwa ada ketakutan akibat perlakuan
tersebut sehingga nara sumber Bambang Soesatyo harus meminta tolong pada
anggota fraksi diluar, karena telah dikepung oleh kawanan massa Agung Laksono.
Tema ini didukung juga pernyataan-pernyatan berikut:
Bambang: saya sudah minta jawaban Polri dan PAMDAL ini adalah
gedung yang harusnya mereka lingdungi.
Anchor Shinta:ini sudah terjadi sejak pukul 3 tadi ya mas, sampai
berjalan langsung pukul 5.30,apakah sudah ada laporan dari pihak mas
Bambang terhadap kepolisian dengan apa yang terjadi?.
Bambang:tidak ada,saya langsung telepon pak PLT Kapolri pak Baroin
Haiti dan saya juga sudah komunikasi dengan Kapolda Metro Jaya.
Kutipan itu, juga menjadi pendukung, benar-benar aksi pemaksaan yang
dilakukan memberi tekanan terhadap anggota fraksi Aburizal Bakrie, dengan
pertanyaan anchor bahwa adakah pihak mas Bambang yang sudah melaporkan
kejadian tersebut, memberi kekuatan tema yang diangkat. Bahwa kekerasan yang
dilakukan harus memperoleh perlindungan kepolisisan.
Tema ketiga yaitu: wartawan terjebak di ruang Fraksi. Tema ini didukung
oleh pernyataan nara sumber yang sama-sama terjebak diruang pimpinan fraksi

64

Golkar. Yang ingin menunjukan pada pemirsa, aksi pemaksaan tersebut


menyebabkan beberapa wartawan harus terjebak dan tidak menyempatkan diri
untuk keluar ruangan. Tema ini tidak dijelaskan secara detail, mengapa wartawan
ikut terjebak didalam bersama anggota fraksi Golkar Aburizal Bakrie. Berikut
wawancara anchor Adi dan Bambang:
Anchor Adi :baik, mas Bambang tadi anda katakan bahwa anda saat ini
berada diruang ketua fraksi bersama siapa saja berada diruangan itu?.
Bambang:ya saya disini bersama dengan ketua fraksi dan beberapa
wartawan masih tertahan disini,kami akan bertahan dan saya kami
umumkan kepada seluruh kader akar rumput partai Golkar inilah tontonan
sangat tidak menarik karena memalukan sebgai kader partai Golkar. Saya
serukan kepada ketua-ketua DPP provinsi ketua-ketua DPP Kabupaten
maupun Kota hari ini kita dipertontonkan suatu pertunjukan yang sangat
tidak elok dan memalukan bagi partai Golkar.
Tema empat yaitu: Fraksi Kubu ARB bertahan di ruang ketua fraksi. Tema
ini mengarahkan pemirsa bahwa apapun yang dilakukan anggota fraksi Agung
Laksono kubu Aburizal Bakrie akan tetap berada dan bertahan di ruangan, karena
merekalah yang masih memiliki kewenangan atas ruangan tersebut, seperti
kutipan wawancara Bambang Soesatyo :
Bambang: saya belum meninggalkan gedung dan masih bertahan diruang
ketua fraksi, dan mereka sedang menyampaikan pernyataan Pers diruang
rapat, dan saya tidak tahu apa yang mereka sampaikan, tetapi kami akan
pertahankan ruangan ini sebagai simbol pertahanan kami, karena mereka
belum sah untuk mengakui sebagai pimpinan fraksi disini. Karna ketua
DPR juga sudah menyampaikan pimpinan DPR juga menyampaikan bahwa
yang masih sah saat ini ketua fraksinya Ade Komarudin.
Pernyataan Bambang Soesatyo mendukung tema yang diangkat, dan
dijelaskan secara detail. Pertahanan itu sengaja dilakukan sebagai simbol
kekuatan, pernyataan itu didukung dengan penjelasan bambang Soesatyo bahwa
ketua DPR sudah menyampaikan bahwa pimpinan ketua fraksi yang sah adalah

65

Ade Komarudin. Tema dan pernyataan nara sumber, mengarahkan pemirsa untuk
memaknai bahwa apa yang dilakukan fraksi Golkar Aburizal Bakrie agar tetap
bertahan memang perlu, dikuatkan dengan argumen terahir nara sumber. Secara
tematik, unsur koherensi atau hubungan kalimat ada dalam pernyataan nara
sumber, yakni koherensi penjelas, yang berarti satu kalimat memberi penjelasan
yang lain.
4. Retoris
Retoris merupakan cara wartawan menekankan fakta, dan memiliki unsur
analisis kata,idiom, gambar/foto, dan grafik. Frame upaya mengambil alih ruang
pimpinan fraski didukung dengan penekanan-penekanan tertentu pada lelevel
restoris. Retorika yang banyak dipakai adalah tuduhan-tuduhan bahwa

kubu

Agung Laksono tidak berhak menggunakan ruang ketua fraksi kerena belum ada
pengakuan dari DPR. Sehingga, pendapat itu tampak mempunyai landasan yang
kokoh.
Penekanan peristiwa tedapat pula pada pertanyaan anchor bahwa ada
ancaman atau suara-suara ancaman orang teriak pada Adima Sabri, dan
pertanyaan yang sama diulang pula pada Bambang Soesatyo. Kata ancaman
menekankan, bahwa perlakuan fraksi anggota Agung Laksono benar-benar
mengkhawatirkan.
Frame pemaksaan juga dilihat pada pernyatan Bambang Soesatyo yang
menyatakan bahwa jelas perbuatan mereka adalah perbuatan premanisme yag
tidak bisa di tolerin. Premanisme bermakna sebagai orang-orang yang senantiasa

66

melakukan kejahatan, dan penggunaan kata premanisme pada pernyataan ini


bahwa tindakan kubu Agung Laksono sebagai seorang yang berkedudukan dan
berpendidikan dalam negeri tidak pantas melakukan perlakuan tersebut, dan akan
mengugurkan harkat dan martabat partai Golkat itu sendiri. Setelah menyebutkan
bahwa jelas ini perbuatan premanisme, lalu disusul dengan pernyataan bahwa ini
mencederai harkat dan mertabat partai Golkar. Hal ini menekankan, bahwa
perbuatan yang dilakukan anggota fraksi Agung Laksnono telah kehilangan
ideologis sehingga dengan kekerasan pun dilakukan, untuk mengambil alih ruang
ketua fraksi.
Unsur retoris lainnya, seperti gambar atau foto yang ditampilkan pada layar
televisi, juga mengandung penekanan bahwa aksi pemaksaan masuk keruang
fraksi benar-benar terjadi. Seperti terlihat pada gambar, ada beberapa terlihat
dalam layar berusaha membuka pintu dengan mencungkil dari bawa pintu, meski
gambar tidak menampilkan secara jelas dengan menggunakan alat atau tidak.
Agar memberi penekanan pada pembaca, bahwa ruang raksi Golkar ingin
diambil alih sepenuhnya oleh Agung Laksono, juga ditandai pada lead atau intro
yang dibacakan oleh anchor bahwa bentukan Agung Laksono memaksa
menduduki ruang fraksi. Kata memaksa menduduki mensugestikan bahwa ada
usaha keras dan usaha pemaksaan dengan cara apapun akan dilakukan untuk
mengusai secara keseluruhan ruang ketua fraksi Golkar. Anchor lebih memiliki
memaksa menduduki dari pada menggunakan kata upaya mengambil alih,
agar lebih menekankan peristiwa tersebut.

67

4.1.3.2. Pemberitaan Metro TV, 30 Maret 2013


Peristiwa yang sama dihadirkan dalam pemberitaan media Metro TV,di
program Metro Hari Ini pada pukul 17.13 Wib. Peristiwa tersebut dilaporkan
secara langsung oleh anchor Wahyu di Studio dan reporter (pelapor/wartawan)
Heranof Al Basyir langsung dari lantai 12 gedung DPR RI atau ruang fraksi partai
Golkar.
Berita yang berdurasi 6.36 detik itu, memilih satu nara sumber yang
diwawancari oleh reporter Heranof Al Basyir. Nara sumber tersebut adalah bapak
Bowo Siddik Pangarso seorang ketua DPP Partai Golkar, yang diketahui
merupakan anggota dari kubu bentukan Agung Laksono.
Analisis framing pemberitaan, berikut penjelasan 4 indikator framing:
1. Sintaksis
Metro TV memberi judul Kisruh Partai Golkar pada peristiwa tersebut.
Susunan kata hanya memiliki satu kata penjelas yaitu kata kisruh menandakan
ada pertengkaran atau ketegangan di partai Golkar, dan menimbulkan kesalah
pahaman. Judul yang dipilih, tidak mengandung kiasan, dan bersifat langsung
menjelaskan persitiwa yang dilaporkan.
Sedangkan, Latar informasi dari pemberitaan ini ialah usaha penbambilan
ruang fraksi Golkar oleh kubu Agung Laksono dari kepengurusan periode
terdahulu. Dengan penekanan bahwa Mentri Hukum dan Ham telah mengesahkan
kepengurusan Agung Laksono atau Musyawarah Nasional yang digelar di Ancol

68

Jakarta. Yang kemudian ditekankan pada lead

yang dibacakan oleh anchor

Wahyu di studio. Berikut lead nya:


Anchor Wahyu: Upaya pengambil alihan ruang fraksi partai Golkar di
gedung Nusantara 1 DPRRI oleh kepengurusan Agung Laksono, masih
belum berjalan lancar. Informasi selengkapnya akan disampaikan Heranos
Al Basyir langsung dari gedung DPRRI.
Lead yang disampaikan merupakan arah dan cara pandang Metro TV
menanggapi peristiwa yang disiarkan. Lead ini, memiliki makna bahwa kubu
Agung Laksono sedang berupaya mengambil alih ruang pimpinan fraksi partai
Golkar, namun masih menemukan kendala-kendala.
Penyataan lead yang disampaikan anchor tidak didukung oleh nara
sumber, yang tidak sepakat dikatakan mengambil alih ruang pimpinan fraksi
partai Golkar. Nara sumber, Bowo Siddik Pangapso membantah kalau kubu atau
kepengurusannya dalam hal ini beentukan Agung Laksono mengambil alih ruang
pimpinan, malainkan pihaknya hanya mengambil yang menjadi hak nya.
Pernyataan itu, terdapat pada pernyataan bahwa keengurusan Agung Laksono
telah sah dimata Mentri Hukum dan Ham. Berikut petikan wawancara Heranof Al
Basyir dan Bowo Soesatyo:
Heranof: mas, bisa dijelaskan ini mas upaya pengambil alihan pada sore
hari ini, yang batas waktunya kemarin ya mas.
Bowo: iya, terimakasih. Ini sebenarnya bukan pengambil alihan ya. Sekali
lagi kita tekankan, kita mengambil hak kita. Bahwa sejak tanggal 23 maret
Mentri KumHam sudah memutuskan kepengurusan Agung Laksono Sah.
Kami sudah datang baik-baik ke kantor fraksi untuk berdialog
berkomunikasi. Tetapi pada kenyataannya mereka tidak mau keluar,
kemudian kami menyurati kepada pimpinan fraksi, untuk supaya bisa
bertemu dan menyerahkan kantor fraksi kepada kami yang sah .
kenyataannya di,tersiar bahwa sekretaris fraksi memang saja menyobeknyobek surat kami. Ini artinya yang dikatakan preman itu siapa? Dari kami

69

atau dari mereka?. Tetapi kami itu datang kembali hari jumat kemaren,
dengan maksud bae-bae pun ternyata tidak diberikan maka kami
melaporkan ke kepoliasian. Maka hari ini dengan batas sesuai yang kami
tentukan jumat, maka kami hari ini harus masuk, sekali lagi kami bukan
mengambil tapi mengambil hak kami bahwa kami harus berkantor untuk
segera DPR bisa bekerja dengan efektif dan efisien.
Kutipan naras sumber diatas, memberi maksud bahwa pihak Agung
Laksono telah melewati jalur-jalur sistematik untuk mengambil alih fungsi ruang
pimpinan fraksi Golkar. Setelah pernyatan kepengerusannya telah sah dimata
hukum, diikuti penjelasan bahwa mereka telah berusaha menemui kepengurusan
lama yakni Aburizal Bakrie untuk berkomunikasi membicarakan siapa yang
berhak menggunakan ruang tersebut, kemudian dijelaskan pula karena tidak ada
pertemuan, pihak Agung Laksono kemudian melayangkan surat yang pada
kenyataanya tidak menjawab surat tersebut. Sehingga pernyataan nara sumber,
mengarahkan pemirsa Metro TV, bahwa tindakan yang mereka lakukan sudah
benar, karena sebelumnya mereka berupaya menghubungi dan mengirim suraat
untuk membicrakan siapa yang berhak menggunakan ruang ketua fraksi.
Dari analisis sintaksis, pemberitaan ini disusun dengan memilih judul
Kisruh Partai Golkar sebagai penjelas atau gambaran dari peristiwa. Judul
tersebut tidak memihak atau menghakimi sala satu kubu, juga tidak mengandung
makna yang tersirat. Namun, pada lead Metro TV membenarkan upaya yang
dilakukan kubu Agung Laksono, dengan penekanan kalimat masih belum
berjalan. Penyusunan fakta selanjutnya yaitu pilihan narasumber, yang berasal
kepengurusan Agung Laksono, yaitu Bowo Siddik Pangarso selaku ketua DPP
Partai Golkar, kemudian ditekanan pada pernyataan nara sumber bahwa
kepengurusan Agung Laksono tidak untuk mengambil alih tetapi untuk

70

mengambil hak kepengurusan, yang sudah disahkan oleh Mentri Hukum dan
Ham.
2. Skrip
Skrip merupakan cara watawan mengisahkan fakta, yang tersusun atas
5W+H. Metro TV mengisahkan persitiwa ini denga 5W+H, apa yang terjadi
(what), siapa yang berhak atas kantor atau ruangan fraksi (who), mengapa mereka
melakukan hal tersebut, (why), samapi kapan akan terus berusaha melakukan
tindakan tersebut (when),dimana perisiwa itu berlangusng ((wher), dan bagaiman
detail kejadain tersebut (how).
Unsur what telah dijelaskan pada lead pemberitaan, bahwa kepengurusan
Agung Laksono sedang berupaya mengambil alih ruangan fraksi partai Golkar.
Unsur who, yaitu siapa yang berhak atass ruangan fraksi Golkar tersebut,
ialah kepengurusan Agung Laksono, ini ditekankan pada kutipan nara sumber
Bowo Siddik Pangarso yang menyatakan bahwa pihak Agung Laksono bukan
mengambil alih ruangan, tetapi mengambil apa yang menjadi hak nya. Dengan
berpegang pada keputusan Mentri Hukum dan Ham (Menkumham), maka sudah
semestinya ruangan tersebut difungsikan oleh kepengurusan Agung Laksono.
Unsur why. Terdapat pada pernyataan nara sumber, bahwa kepengurusan
Agung Laksono telah berkomunikasi, mengirim surat, tetapi tidak ada respon dari
pihak Aburizal Bakrie, sehingga langkah terahir yang dilakukan ialah dengan
memalang pintu dari luar. Karena jika mereka mampu mengunci dari dalam, maka
pihak Agung Laksono mampu mengunci dari luar.

71

Unsur how, terdapat pada laporan langsung wartawan Heranof Al Basyir,


berikut redaksi kalimatnya:
Anchor Wahyu: Heranof bagaimana situasi terkini disana?
Heranof: situasi terkini dilantai 12 di gedung DPR Nusantara 1 yang
merupakan ruangan dari fraksi golkar agak sedikit memanas,atau ada
ketegangan wahyu, diantaranya tadi di mulai adanya waketum partai
golkar Yoris Lawaya yang datang dengan sejumlah anggota DPR fraksi
golkar diantaranya Sekretaris partai golkar Fayakun Andriardi, kemudian
ada juga David Laksono, Gede Sumarjaya, yang datang dengan sejumlah
anggota DPR fraksi Golkar dalam time 12 karena mereka bermaksud
mengambil alihan ruang pimpinan fraksi golkar.
Wartawan Heranof menjelaskan bahwa situasi dilantai

ruangan fraksi

Golkar ada ketegangan akibat upaya pengambil alihan ruang pimpinan, lalu
menjelaskan bagaimana jalannya peristiwa itu, yakni telah hadir wakil ketua
umum bentukan Agung Laksono, Yoris Lawaya dengan menyebutkan nama
sejumlah anggota DPR fraksi Golkar yang datang bersama-sama Yoris. Kemudian
disampaikan, bahwa sempat ada komunikasi atau perdebatan dengan petugas saat
membuka pintu, dan kenyataanya pintu terkunci. Sehingga bagaimana tindakan
kubu Agung Laksono, Yoris sebagai wakil ketua(waketum), akan melakukan
pemalangan pada pintu depan. Reporter Heranof juga menjelaskan, akibat dari
terkuncinya ruang tersebut, ada beberapa kawanan media terjebak didalam.
Redaksi kalimat wartawan Heranof yang menyatakan bahwa
Jika nantinya pintu belum juga dikunci oleh petugas keamanan atau
pamdal DPR yang akan terjadi adalah nantinya Yoris akan mengancam
akan memalang pintu ruang pimpinan fraksi Golkar. Padahal didalam
ruang tersebut ada Bambang Satyo yang telah menggelar Konferensi pers
bersama awak media. Awak media pun wahyu beberapa diantaranya juga
terkunci didalm ruang pimpinan fraksi,

72

Kutipan diatas bermakna bahwa Bambang Soesatyo yang berada dalam


ruangan menyengaja untuk tidak membuka pintu,dan akibatnya beberapa
wartawan atau awak media terkunci didalam. Pada pernyataan ini, reporter
menggunakan kata terkunci untuk mengisyaratkan bahwa awak media tidak
dapat keluar akibat pintu yang terkunci.
3. Tematik
Dari struktur tematik, berita tersebut memiliki tiga tema yang ditampilkan
pada pemirsa. Pertama, sempat terjadi ketegangan. Tema ini, dilihat dari
pernyataan wartawan bahwa sempat terjadi perdebatan ketika Yoris (waketum)
langsung bergerak memasuki ruang pimpinan namun ternyata terkunci, sehingga
ada perdebatan dengan petugas.
Kata sempat menunjukan pernah terjadi namun dalam waktu yang
singkat. Kata ketegangan mengandung imbuhan ke-an, yang berati menyatakan
situasi. Situasi yang dimaksud adalah situasi mengecam, atas kesalah pahaman,
antara Yoris dan pengaman dalam DPR RI, atau Pamdal. Ketegangan itu bukanlah
bermakna pertengkaran secara fisik, melainkan adu argumen, antara pihak Agung
Laksono dengan Pamdal DPR RI, yang tidak ingin membuka pintu atau ruang
fraksi Golkar, yang didalmnya ada sejumlah anggota fraksi kepengurusan
Aburizal Bakrie. Ini tercermin pada pernyataan nara sumber, yang terdapat pada
redaksi kalimat ketiga oleh Bowo Siddik Pangarso:
Bowo: secara komunikatif datang ke kantor fraksi itu dua kali, surat juga
sekali, nah ini ke tiga kali kita datang. Nah, kita dtang, sekarang kami ingin
harus bisa masuk. Kenyataannya dikunci. Kan didalam ada pamdalnya.
Yang jadi pertanyaan kami, mengapa pamdal yang seharusnya berpihak
netral ini ikut-ikutan berpihak pada mereka. Berarti mereka melawan

73

hukum. Karna jelas kemarin kami ikut berdialog dengan sekjen DPR
bahkan biro pun mengatakan yang sah itu adalah kepengurusan agung
laksono.
Tema kedua: Sejumlah orang terkunci di ruangan. Tema ini menjelaskan,
ada sejumlah orang yang terkunci, dikarenakan dikunci oleh kubu Aburizal
Bakrie. Kata orang mengandung arti selain anggota Aburizal Bakrie, ada
beberapa orang lain yang terkunci termasuk awak media. Tema ini, dapat
ditemukan pada pernyataan reporter Heranof:
Jika nantinya pintu belum juga dikunci oleh petugas keamanan atau
pamdal DPR yang akan terjadi adalah nantinya Yoris akan mengancam
akan memalang pintu ruaang pimpinan fraksi golkar. Padahal didalam
ruang tersebut ada Bambang Soesatyo yang telah menggelar Konferensi
pers bersama awak media. Awak media pun wahyu beberapa diantaranya
juga terkunci didalm ruang pimpinan fraksi.
Tema ke tiga: Ruangan masih dikuasai kubu Ical. Tema ini dikuatkan
dengan pernyataan Boso Siddik Pangarso, bahwa mereka sudah berkomunikasi
dua kali dan datang langsung dikantor fraksi, kemudian mereka bersurat,dan
upaya terakhir yaitu dengan mendatangi ruang pimpinan, namun kanyataannya
masih terkunci. Padahal, sudah seharusnya merekalah yang berhak menggunakan
ruang fraksi tersebut, karena KemHumHam dan sekjen DPR bahkan biro pun
mengatakan yang sah itu adalah kepengurusan Agung Laksono. Kata masih
pada redaki kalimat tema tersebut, menunjukan penjelas kata ruangan dan
dikuasai bahwa kekuasaan masih ada dipihak Aburizal Bakrie.
Dari analisi tematik, terlihat dari tema yang ditonjolkan bahwa Metro TV
menulis fakta dengan menampilkan jalannya pengambil alihan ruangan tersebut,
dengan menekankan pada kondisi yang dirasakan pihak Agung Laksono.

74

4. Retoris
Retoris adalah caraa wartawan menekankan fakta, yang didalamnya
terdapat unsur kata, idiom, gambar dan grafik. Untuk menekankan fakta, strategi
reporte yaitu, mengulang kembali pernyataan upaya pengambil aligan untuk
mendapatkan kejelasan bahwa kubu Agng Laksono berhak atas ruang atau kantor
fraksi partai Golkar. kata lain yang menekankan peristiwa pengambil alihan ruang
partai Golkar ialah, pada kata mengambil hak bukan mengambil alih oleh
pernyataan nara sumber Bowo Pangarso. Dimana, penekanan kata tersebut
bermakna, keyakinan kubu Agung Laksono atas haknya memfungsikan ruang
fraksi partai Golkar yang saat itu, masih di gunakan oleh kubu Aburizal Bakrie,
sebagai pengurus periode lama. Dan kemudian, penekanan selanjutnya bahwa
ruangan itu ialah, hak kubu Agung Laksono adalah keputusan Metri Hukum dan
Ham yang telah mengesahkan kepengrusan kubu Agung Laksono, seperti yang di
ungkapkan oleh Bowo Pangarso
Unsur idiom, wartawan atau reporter sama sekali tidak menggunakan
ungkapan untuk memberi makna lain pada peristiwa tertentu. Pada unsur retoris
lainnya, yakni gambar atau video memperlihatkan bahwa pihak Agung Laksono
tidak melakukan aksi pemaksaan, hanya terlihat bahwa ada Yoris Lawaya
(waketum) dan Fayakun Andriadi (sekretari Golkar) yang berdiri di depan pintu
yang kondisinya terkunci. Meski berusaha berkomunikasi dari luar dengan
Pengaman Dalam (Pamdal) DPR RI, tidak mendapatkan reaksi. Akibatnya Yoris
menginstruksikan (menyuruh) agar memalang pintu jikalau tidak dibuka, dan kata
tersebut menjadi kalimat ancaman dan pandangan, karena kubu Aburizal Bakrie

75

telah mengunci dari dalam, maka pihaknya berhak menutup dari luar dengan cara
memalang.
4.1.3.3. Perbandingan Frame Pemberitaan Partai Golkar, 30 Maret
2015 antara Metro TV dan TvOne
Tabel 2. Perbedaan Framing Pemberitan 30 maret 2015 Metro TV
dan TvOne
Strategi Pemberitaan
Elemen Framing

Sintaksis

Metro TV

TvOne

Fakta disusun dengan Fakta di susun dengan


pemilihan

judul mengatas namakan asas

Kisruh Partai Golkar kenegaraan

yaitu

yang tidak memihak demokrasi

dalam

pada sala satu kubu, judul


tetapi pada lead, yaitu sebagai
dari

kata

pengambil
belum
lancar,

pemberitaan,
kesimpulan

upaya umum

dari

alihan, pemberitaan. Fakta juga


berjalan disusun,

dengan

Penekanan menekankan kata yang

selanjutnya

yaitu mengandung

makna

pemilihan

nara kekhawatiran

atau

76

sumber yang berasal kecaman, seperti pada


dari

kubu

Agung lead (teras berita) yang

Laksono yakni ketua merupakan

pengantar

DPP Partai Golkar, untuk isi berita. Lalu


Bowo

Siddik disusul

Pangarso.

dengan

penekanan fakta yang


memilih

narasumber

yang sifatnya berpihak,


karena hanya memilih
dua nara sumber yang
berasal

dari

kepengurusan Aburizal
Bakrie

Skrip

Metro

TV Dalam

mnegisahkan

mengisahkan

fakta fakta,

TvOne

dalam peristiwa ini menonjolkan satu arah


yaitu hanya dengan pandang

saja,

satu arah informasi hanya


saja,

yaitu

terkait
bagaimana
kajadian
alihan

yaitu
berlatar

hanya informasi tentang aksi


dengan kekerasan

yang

runtutan dilakukan
pengambil kepengurusan

Agung

ruang Laksono,

dengan

77

fraksi,dari

segi mengajukan pertanyan-

penjelasan

Bowo pertanyaan yang ingin

Siddik

Pangarso. tahu tentang bagaimana

Penekanan pada aspek proses-proses dan hallegalitas kepengurusan hal apa, yang sudah
Agung

Laksono, dilakukan pihak Agung

dengan

pernyataan Laksono.

penekanan

nara sumber bahwa kisah selanjutnya yaitu,


mereka

sah

hukum,

dan

pengambil

dimata terdapat

upaya pernyataan nara sumber


alihan yang

ruangan

pada

menyebut

tersebut kepengurusan

sudah

dilakukan Laksono

secara sistematis.

aksi
Agung
adalah

tindakan

premanisme,

yang tidak bermartabat.

Tematik

Pertama,
terjadi

sempat Tema pertama; Kubu


ketegangan. Agung Laksono rebut

Penekanan fakta pada paksa

ruang

fraksi.

tema ini yaitu laporan Penekanan fakta pada


wartawan

yang tema ini yaitu bahwa

menjelaskan

bahwa pimpinan DPR belum

sempat

terjadi mengakui

perdebatan

dengan kepemimpinan

fraksi

78

petugas

keamanan Golkar Agung Laksono,

dalam

upaya sehingga

memasuki

pengambil

ruangan alihan ruang tersebut

tersebut.

dainggap

Tema

sebagi

kedua: perebutan secara paksa

Sejumlah

orang dari

kepengurusan

terkunci di ruangan. lama.


Penekanan tema ini Tema kedua yaitu: kubu
terdapat pada laporan Agung Laksono pakai
wartawan

Heranof cara

kekerasan.

juga pernyataan nara Penekanan fakta yang


sumber,

yang disusun yaitu terdapat

menyatakan
didalam

bahwa pada penjelasan nara


ruangan sumber

Bambang

wartawan

ikut Soesatyo

terkunci,

juga menjelaskan bagaimana

beberapa orang seperti aksi


Bambang Soesatyo.
Tema

ke

Ruangan
dikuasai

yang

dilakukan

pihak Agung Laksono,

tiga: ia menjelaskan bahwa


masih usaha yang dilakukan

kubu

Ical. yaitu dengan membuka

Penekanan tema ini dengan


terdapat

yang

obeng,

dan

pada mendobrak, sementara

79

pernyataan

nara itu

penekanan

fakta

sumber bahwa pintu selanjutnya pertanyaan


masih

terkunci, dari

wartawan

atau

padahal kubu Agung anchor yang menyakan


Laksono

telah adakah ancaman dari

berusaha

untuk pihak Agung Laksono,

berkomunikasi,mengir
im

surat

pengambil

dan Bambang Soesatyo

untuk mengatakan bahwa ada


alihan bahasa

ruangan tersebut.

ancaman,

meminta agar segera


meninggalakna

ruang

atau

kantor

fraksi

ketiga

yaitu:

Golkar.
Tema

wartawan terjebak di
ruang Fraksi. Tema ini
dijelaskan

oleh

wartawan Tisa Noveni


langsung dari tempat
kejadian, juga didukung
oleh pernyataan nara
sumber Adima Sabri
bahwa

bukan

hanya

80

merkea yang terkunci di


ruangan,

tetapi

beberapa
yang

ada

wartawan

akhirnya

ikut

terkunci.
Tema keempat yaitu:
Fraksi

Kubu

ARB

bertahan di ruang ketua


fraksi.

Tema

ini

didukung kutipan dari


Bambang
bahwa

Soesatyo
akan

bartahan,

tetap
sebagai

simbol

kekuatan

kepengurusan Aburizal
Bakrie.

Retoris

Pemberian
peristiwa

label Penekanan fakta pada


bahwa pemberitaan

yaitu

mengambil hak bukan belum


mengambil alih, dan pengakuan

adanya
DPR

telah dilakukan secara PTUN


sistematis
dikatakan

sehingga kepengurusan
pihak Laksono

dan
atas

Agung
menjadi

81

Agung Laksono telah landasan pihak Aburizal


damai
dalam

dan

elegan Bakrie, akan aksi yang


upaya dilakukan pihak Agung

mengambil hak atas Laksono, dan menjadi


ruangan tersebut.

penekanan

fakta

pemberitaan.

Perbandingan pemberitaan 30 maret 2015 Metro TV dan TvOne yaitu


berbeda dari segi penggunaan judul, lead, nara sumber, dan isi pemberitaan.
Metro TV lebih menonjolak informasi kondisi yang dirasakan oleh kubu
Aburizal Bakrie sedangkan Metro TV lebih menonjolkan alasan proses pengambil
alihan ruangan tersebut .
Dari analisis sintaksis, TvOne memilih Judul Demokrasi dalam Bahaya,
sedangkan Metro TV menggunakan judul Kisruh Partai Golkar. ini
mencerminkan ideologi dari media itu berbeda. Pada lead dan isi pemberitaan
juga terliaht berbeda dalam menyajikan fakta. TvOne menggunakan lead dengan
menekankan pada aksi kekerasan yang dilakukan oleh kubu Agung Laksono yang
ditandai dengan menggunakan kata memanas, memaksa dan meduduki, yang
mengandung unsur makna kecaman. Sedangkan pada Metro TV, dari lead
menjelaskan upaya pengambil alihan ruang fraski Golkar, belum berjalan lancar.
Kalimat, belum berjalan lancar, menandakan bahwa Metro TV membenarkan
upaya pengalihan ruangan tersebut, karena tidak menghakimi kubu Agung

82

Laksono seperti pada lead yang digunakan oleh TvOne. Sementara itu, pada
pemilihan nara sumber juga, terlihat jelas keberpihakn kedua media tersebut, yaitu
TvOne dengan nara sumber dari kepengurusan Aburizal Bakrie yakni Bambang
Soesatyo bendahara umum dan Adima Sabri wakil ketua dari Golkar bentukan
Aburizal Bakrie. Sedangkan, pada Metro TV memilih nara sumber dari
kepengurusan Agung Laksono, yakni ketua DPP Partai Golkar Bowo Siddik
Pangarso. Sementara daari segi si pemberitaan yang dapat dilihat dari isi
wawancara, juga tercermin keberpihakn dua media tersebut. TvOne dalam
wawancaranya dengan dua nara sumber, berusaha menggali informasi tentang
tindakan-tindakan kekerasan kepengurusan Agung Laksono, sementara pada
Metro TV isi wawancara berupa penjelasan alasan pengambi alihan ruangan
tersebut.
Dari analisis skrip, terdapat pada kisah yang ditutrkan. Kedua media itu
sama-sama memiliki satua arah iformasi yang disajikan, tetapi arah pemberitaan
nya berbeda. Pada TvOne indormasi yang disajikan hanya berisi tentang
bagaimana kondisi yang dirasakan oleh kubu Aburizal Bakrie yang merasa
tertindas oleh aksi yang dilakukan oleh pihak Agung Laksono, sementara itu, pada
Metro TV informasi yang disajikan yaitu hanya mengisahkan pada penjelasan
mengapa pengambil alihan ruangan itu dilakukan.
Dari analisis tematik, tema yang dirumuskan berbeda. Pada tema pertama
TvOne memilih tema Kubu Agung Laksono rebut paksa ruang fraksi,
sedangkan Metro TV sempat terjadi ketegangan. Tv One menghakimi secara
langsung bahwa kubu Agung Laksono melakukan tindakan pemaksaan untuk

83

mengambil alih ruangan, yang ditandai dengan kata rebut dan paksa, sedangkan
Metro TV tidak mengungkapkan secara langsung fakta yang terjadi, dibahasakan
dengan tidak menghakimi sala satu pihak. Pada tema kedua, TvOne; kubu agung
laksono pakai cara kekerasan, jelas sekali tema yang digunakan pemberitaan
TvOne, telah menghakimi pihak Agung Laksono, karena pada tema kedua ini
memberi penekanan pada tema pertama. Sementara itu, pada Metro TV, tidak
tema yang menjelaskan kekerasan-kekerasan atas tindakan kubu Agung Laksono.
dan pada tema ketiga, TvOne memilih tema, wartawan terjebak di ruang Fraksi,
dan Metro TV memakai tema; Sejumlah orang terkunci di ruangan. TvOne
memilih wartawan yang terjebak dalam ruangan tersebut, sedangkan pada
Metro TV memilih kata sejumlah orang, dan TvOne menggunakan kata
terjebak sedangkan Metro menggunakan kata terkunci.dari tema tersebut
terlihat jelas TvOne ingin menonjolkan tindakan yang dilakukan kubu Agung
Laksono, bahwa akibat dari upaya pemaksaan yang dilakukan, bukan hanya
anggota fraksi Golkar kubu Aburizal Bakrie yang berada dalam ruangan tetapi
wartawan juga ikut terkunci dalam ruangan, sedangkan kata jebakan menandakan
bahwa akibat aksi kekerasan pihak Agung Laksono maka mereka terjebak dalam
ruangan hingga tidak bisa keluar dari ruangan. Sedangkan Metro TV, kata
sejumlah orang, mengarahkan khalayak pada pemahaman bahwa ruangan sudah
terkunci saat aksi atau upaya mengambil alihan ruangan tersebut, sehingga
mengunaakan kata terkunnci untuk menekankan bahwa kubu Aburizal Bkarie lah
yang tidak mengunci ruangan agar anggota fraksi Golkar bentukaan Agung
Laksono tidak dapat masuk.

84

Dari analisis retoris,terdapat pula perbedaan penekanan fakta. TvOne


menekankan bahwa kubu Agung Laksono tidak berhak atas kantor atau ruangan
fraski partai Golkar karena belum diakui oleh DPR dan Pendadilan Tata Usaha
Negeri Jakarta, dedangkan pada TvOne menekankan bahwa sudah seyogyanya
ruangan tersebut diambil alih oleh kubu Agung Laksono karena telah diakui atau
disahkan oleh Mentri Hukum dan Ham.
Kesimpulannya, kedua media tersebut mengkonstruksikan perstiwa yang
berbeda. TvOne lebih menonjolkan peristiwa pada kondisi yang dirasakn kubu
Aburizal Bkarie tanpa menjelaskan mengapa uapaya pengambil alihan ruangan
tersebut oleh kubu Agung Lakosono. Sedangkan pada Metro TV, lebih
menonjolkan pada argumen tentang alasan pengambil alihan ruang fraksi tersebut,
tanpa menjelaskan mengapa kubu Aburizal Bakrie tetap bertahan untuk tetap
menggunakan kantor fraksi Golkar.
4.1.3.4. Pemberitaan TvOne, 10 Maret 2015
Pemberitaan selanjutnya yaitu, terkait dengan hasil keputusan Mentri
Hukum dan Ham yang telah mengakui keputusan kepengurusan Agung Laksono
atas keputusan Mahkamah Partai. Pemberitaan TvOne secara garis besar berisi
bagaimana tindakan Menkumham setelah menerima putusan Mahkamah partai.
Berikut redakasi kalimat pemberitaan tersebut:
Judul : Pemerintah intervensi Golkar?
Tema 1: Menkumham terima permohonan Agung Laksono
Tema 2: keputusan berdasarkan hasil mahkamah partai

85

Tema 3: mahkamah partai tak hasilkan putusan


Presenter: Menurut Yasona Laoly keputusan ini didasarkan atas keputusan
mahkamah partai Golkar yang menyidangkan kepengurusan partai Golkar
hasil Munas Bali dan versi Ancol. Kementrian Hukum dan Ham meminta
Golkar kubu Ancol untuk menyusun kepengurusan partai Golkar dengan
mengakomodir kepengurusan Munas Bali berdasarkan hasil Mahkamah
Partai. (Lead berita)
Yasonna Laoly: setelah kita mendapat keputusan yang diajukan oleh
kedua bela pihak tentang hasil Mahkamah partai kami akan memutuskan
setelah mempelajari dan mendalami membaca ulang keputusan Mahkamah
partai kami memutuskan bahwa amar keputusan dalam mahkamah partai
menyatakan mengabulkan kepengurusan DPP Partai Golkar hasil Munas
Ancol. Secara selektif dibawaa kepemimpinan dibawah Agung Laksono.
Jadi dia tidak total. Secara selektif. Nah, kemudian, sesuai dengan
keputusan Mahkamah Partai kami meminta supaya DPP Kepengurusan
partai Golkar di bawa pimpinan Agung Laksono segera mengirimkan
nama-nama dengan mengakomodir kader-kader partai Golongan Karya,
dari
DPP
partai
Golongan
Karya
yangmemenuhi
kriteria,prestasi,dedikasi,loyalitas dan tidak tercela sebagaimana
disebutkan didalam keputusan mahkamah partai. Kami mintakan supaya
dikirimkan dengan akta nota real. Jadi kepengurusan sesuai undangundang partai Politik. Kepengurusan tersebut dituangkan dalam akte nota
real, didaftarkan di kementrian hukum dan ham, sesuai ketentuan. Nanti
setelah masuk baru ada surat keputusan. Tapi, pada saat sekarang kita
sudah memutuskan bahwa yang kita terima adalah sesuai keputusan
mahkamah partai yang baru disserahkan kepada kami.
wartawan: bagaiamana dgn gugatan Pak Aburizal Bakrie ke Pengadilan,
menurut bapak?
Yasonna Laoly: gugatan pak Aburizal Bakrie dan kawan-kawan ke
pengadilan, biar saja memproses.
Itu sah-sah saja, setiap warga
negara,setiap organisasi, badan hukum, yang merasa kepentingan
hukumnya tercederai dapat mengajukan gugatan ke pengadilan. Itu sah, itu
oke. Tapi kami harus mengambil keputusan sesuai surat kami sebelumnya
tanggal 15 desember, kemudian di ikuti adanya keputusan mahkamah partai
kami harus mengambil keputusan itu. Bahwa kalau nantinya setelah
kepengursan ini, dimasukan oleh pak Agung Lakosono dengan sekjen nya
Zainuddin Amali, berikut kepengurusannya kita terbitka SK, kalau tidak
puas tentunya ada mekanisme Hukum meallaui gugatan ke pengadilan tata
usaha negara. Jadi kita bermain dalam tata aturan, asas-asas berbangsa
dan bernegara.
Analisis framing Pan dan Kosicki yang memiliki empat unsur,yaitu sebagai
berikut:

86

1. Sintaksis
Judul yang diangkat ialah Pemerintah intervensi Golkar?, kalimat yang
digunakan ialah kalimat tanya, untuk memberi efek pemberitaan agar khalayak
menyimpulkan sendiri bahwa benarkah pemerintah mengintervensi atau
mencampuri urusan partai Golkar. Dengan menggunakan kalimat tanya, tvOne
tidak ingin menyimpulkan sendiri, keputusan pemerintah dalam hal ini Mentri
Hukum dan Ham, yang membenarkan hasil Mahkama partai mengesahkan
kepengurusan Agung Laksono, melainkan juga memberi kebebasaan khalayak
melihat dan menyimpulkan pemberitaan tersebut.
Lead pemberitaan ini memberi dua penjelasan yaitu tentang pernyataan
Yasonna Laoly yang membenarkan keputusan Mahkamah Partai yang mengakui
kepengrusan partai Golkar Agung Laksono, dan tentang permintaan agar
kepengurusan Agung Laksono segera menyusun kepengurusan Golkar.
Latar informasi dari unsur sintaksis yaitu penjelasan Menkumham yang
menanggapi hasil putusan mahkamah partai Golkar. Dengan mewawancarai
Yasonna Laoly yang merupakan ketua Mentri Hukum dan Ham, akan menguatkan
informasi yang disampaikan. Pernyataan yang disampaikan Yoris Laoli,
melahirkan dua latar informasi yakni Menkumham memutuskan partai Golkar
versi Munas Ancol adalah sah sesuai keputusan Mahkamah partai, dan pernyataan
agar kepengurusan Agung Laksono segera mengirimkan nama-nama anggota
partainya sesuai kriteria partai.

87

2. Skrip
Skrip,

bagaimana

wartawan

menyusun

fakta

memiliki

unsur

what,wher,when,why,who dan how, 5W+H. skenario konvensional (umum) untuk


mengisahkan pemberitaan adalah: apa tindakan menkumham atas sidang
mahkamah partai Golkar, bagaimana dengan gugatan kepengurusan Aburizal
Bakrie yang akan menggugat keputusan menkumham pada pengadilan?.
Pemberitaan ini dikisahkan dengan menjelaskan runtutan peristiwa pada
lead atau teras berita, yang dapat ditemukan penjelasannya pada pernyataan nara
sumber yang menyatakan:
setelah kita mendapat keputusan yang diajukan oleh kedua bela pihak
tentang hasil Mahkamah partai kami akan memutuskan setelah mempelajari
dan mendalami membaca ulang keputusan Mahkamah partai, kami
memutuskan bahwa amar keputusan dalam Mahkamah partai menyatakan
mengabulkan kepengurusan DPP Partai Golkar hasil Munas Ancol. Secara
selektif dibawaa kepemimpinan dibawah Agung Laksono.
kemudian, wartawan menonjolkan informasi lain yang tidak ada
hubungannya dengan Judul pemberitaan. Yakni, pendapat nara sumber tentang
gugatan Aburizal Bakrie yang akan diajukan pada pengadilan PTUN. Pertanyaan
wartawan akan informasi ini dengan maksud untuk memperoleh pendapat terkait
keputusan yang belum diterima pihak Aburizal Bakrie pada Yasonna Laoly selaku
pengambil kebijakan pada Mentri Hukum dan Ham. Sehingga, teks berita pada
wawancara terakhir pada Yasonna Laoly adalah sebagai penyeimbang latar
informasi, agar pemberitaan tidak bersifat satu arah, yakni hanya informasi terkait
hasil keputusan Menkumham, sehingga pendapat ketua Menkumham terkait

88

upaya penggugatan yang dilakukan kubu Aburizal Bakrie dianggap perlu, sebagai
gambaran tanggapan pihak Aburizal Bakrie atas putusan Menkumham.
3. Tematik
Dari unsur tematik, ada 3 tema dalam berita tersebut yang

dapat

mendukung judul atau tema besar dalam pemberitaan. Tema besar yaitu
Pemerintah intervensi Golkar?, adalah merupakan gagasan TvOne yang
ditujukan pada khalayak melihat dan menyimpulkan sendiri pemberitaan. Jdul
yang merupaka kalimat tanya tersebut, TvOne memberi jawaban pada tema yang
diangkat.
Tema pertama, Menkumham terima permohonan Agung Laksono, dalam
teks pemberitaan telah dijelaskan mekanisme kepengurusan Agung Laksono sah
menurut Menkumham atas keputusan Mahkamah Partai.
Tema kedua, keputusan berdasarkan hasil mahkamah Agung,

tema ini

hanya ingin menekankan kembali isi dari pemberitaan bahwa menkumham


mengesahkan kepengurusan Agung Laksono diputusakn sesuai hasil mahkmah
partai. Dua tema ini memiliki maksud yang sama, dengan tema kedua merupakan
penjelas dari tema pertama.
Tema ketiga yaitu, mahkamah partai tak hasilkan putusan. Tema ini,
memiliki makna yang berbeda dari dua tema sebelumnya. Maksud dan arti dari
tema ketiga ini, penegasan bahwa hasil keputusan partai tidak dapat dijadikan
sandaran hukum, karena keputusan nya masih akan dipelajari didalami hasil nya

89

oleh mentri hukum dan ham. Tema ini berdiri sendiri, karena tidak didapatkan
kedetailan atau penjelas informasi dari pernyataan nara sumber.
4. Retoris
Frame pemberitaan itu juga dapat dilihat dari struktur retoris, yaitu
bagaimana cara wartawan menekankan fakta. Penekanan fakta dari pemberitaan
yaitu terletak pada nara sumber yang dipilih untuk menjelaskan runtutan kisah
pemberitaan tersebut, yakni Yasonna Laoly selaku ketua umum Mentri Hukum
dan Partai. Juga dapat ditmukan pada tema yang diangkat, sebagai penjelas dari isi
pemberitaan.
4.1.3.5. Pemberitaan Metro TV, 10 Maret 2015
Metro TV juga memberitakan hasil keputusan Mentri Hukum dan Ham
(Menkumham) pada tanggal 10 maret 2015, pada prgram Metro Siang. Metro TV
mewawancarai langsung ketua Menkumham Yasonna Laoly di kediaman nya,
dengan materi bagaimana hasil keputusan Menkumham atas kepengurusan partai
Golkar, setelah adanya sidang Mahkamah Partai yang menyidangkan dua pihak
Musyawarah Nasiolan (Munas) yang lahir dalam kepengurusan Partai Golkar,
yakni Munas Bali oleh Aburizal Bakrie dan Munas Ancol oleh Agung Laksono.
Reading teks pemberitaan tersebut yaitu :
Judul: Menkumham akui Golkar Agung
Wartawan Elvina : Hasil putusan sengketa pengurusan Golkar oleh
Mahkamah partai telah dikaji oleh Mentri Hukum dan Ham. Lalu,
bagaimana tanggapan Mentri Hukum dan Ham Yasonna Laoly,saat ini saya
berada dengan pak Yasona, (Lead berita).

90

Yasona: Ini baru saja saya menandatangani persoalan menyangkut


kepengurusan partai Golkar, baik yang diajukan oleh kubu suratnya yang
masuk kekita ke kubu Pak Ical, Pak ARB, maupun kubu Agung Laksono.
Setelah mempelajari secara cermat dan kemudian membaca ketentuan
perundang-undangan, dalam hal ini undang-undang Parpol pasal 32 ayat
5, undang-undang No.2 tahun 2011, tentang perubahan atas undangundang NO.2.Tahun 2008, tentang partai politik dinyatakan bahwa putusan
Mahkamah partai bersifat final, mengikat secara intenal, dalam hal yang
berselisihan denga hal kepengurusan. Membaca keputusan mahkamah
partai tersebut, dengan amar yang disebut didalm keputusan partai maka
kami meminta bahwa kepengurusan partai Golkar dari Ancol dibawah
kepemimpinan Agung Laksono sesuai dengan keputusan Mahkamah Partai.
Karena didalam keputusan Mahkamah Partai dikatakan mengabulkan untuk
menerima kepengrusan DPP Partai Golkar hasil Munas Ancol secara
secara selektif dibawa kepemimpinan Agung Laksono. Itu keputusan
Mahkamah Partai, dan itu merujuk kepada pasal 32 dapat kami terima.
Dan itu keputusan kami, mengapa kami melakukan ini karena memang
dalam surat kami yang pertama yaitu tanggal 15 desember yang ditujukan
pada pak Aburizal Bakrie, maupun ke Agung Laksono kita sudah
mengatakan secara tegas bahwa perselisihan ini internal, dan kita juga
mengutip pasal 32 disana, dan kita menilai bahwa ada perselisihan
partai,kepengurusan partai, maka harus diselesaikan mahkamah
partai.ternyata pengadilan baik yang di Jakarta Barat maupun di Jakarta
Pusat menyatakan bahwa menolak gugatan dari masing-masing pihak itu
dan menyatakan bahwa itu kwenangan Mahkamah Partai. Jadi, baik
pengadilan Jakarta barat,Jakarta Pusat, juga menyatakan bahwa mereka
tidak menerima gugatan, karena itu adalah masih merupakan kewenangan
Mahkamah Partai. Itu sebabnya kami, sebagai Mentri Hukum dan Ham
mengambil keputusan sesuai undang-undang partai politik. Bahwa
penyelsaian mahkamah partai dalam hal terjadi perbedaan pendapat
ataupun perselisihan kepengurusan diselesaikan oleh Mahkamah Partai.
Wartawan Elvina : Dari kubu Aburizal Bakrie pak, saat ini diiformasikan
tengah mengajukan sidang dengan gugatan baru kepengadilan terkait
dengan putusan mahkamah partai tersebut, lantas apabila nantinya dari
MenkumHam sudah mengeluarkan pengesahan SK tersebut, namun kubu
dari Aburizal Bakrie masih tengah mengupayakan hukum lain apakah,nanti
seperti apa Pak, mekanisme yang terjadi?apakah timbul gesekan
pengadilan dengan Menkumham sendiri?.
Yasona: Jadi begini, urusan pengadilan urusan tersendiri. Setiap
perselisihan dapat diselesaikan di pengadilan. Itu boleh-boleh saja. Itu hak
setiap warga negara mengajuka itu. Kalaupun nanti setelah ada keputusan
mentri hukum dan ham mereka mengajukan kepada PTUN itu, adalah
mekanisme yang harus kita haargai dalam keputusan hukum. Sama denga
kasus PPP, iayakan, mentri hukum mengeluarkan keputusan mereka tidak
puas memang jalurnya adalah keputusan pengadilan PTUN. Itu memang

91

seharusnya begitu. Tapi, paling tidak kami dari kementrian hukum dan ham
setelah membaca data dokumen, kami berpijak selalu berdasarkan undangundang partai politik. Saya kira itu yang dapat kami putuskan.
Analisis framing model Zongdang Pan dan Gerald M.Kosicki, yang
terbagi dalam empat komponen, yaitu:
1. Sintaksis
Sintaksis dari pemberitaan itu dikelompkan dalam empat komponen, lead,
headline,latar informasi, dan pernyataan nara sumber. Judul yang dipilih untuk
mewakili peristiwa tersebut yaitu Menkumham akui Golkar Agung. Dari judul
ini, memberi gambaran pada khalayak tentang isi berita. Makna dari judul ini
bahwa mentri hukum dan ham mengakui kepengurusan Agung. Tetapi, ada
redaksi kalimat yang tidak sempurna pada judul
Agung yaitu

Menkumham akui Golkar

kata Golkar Agung. Dua kata ini, tidak memiliki kejelasan

makna, karena kedua-duanya merupakan objek. Tidak ada kata penghubung atau
penjelas antar Golkar dan Agung, untuk mencapai makna. Kata Golkar Agung
ditafsirkan sebagai Golkar adalah Agung atau Partai Golkar adalah milik Agung.
Lead berita ini memiliki arti kepengurusan Agung Laksono yang telah di
sah kan Mahkamah partai Golkar dan telah dikaji oleh Mentri Hukum dan Ham,
sehingga menkumham mengakui kepengurusan partai Golkar kubu Agung
Laksono.
Judul dan lead tersebut saling berkaitan, mengarahkan khalayak pada isi
pemberitaan yakni hasil putusan menkumham atas mahkamah partai yang
mengesahkan kepengurusan Agung Laksono, juga dikuatkan oleh pernyataan nara

92

sumber, yakni ketua Mentri Hukum dan Ham, Yasonna Laoly,pemegang


kebijakan di menkumham. Isi wawancara dengan Yasonna Laoly merupakan
bagian dari isi berita. Ketua Menkumham itu, menjelaskan hasil keputusan
menkumham yang mengakui kepengurusan Agung Laksono setelah mempelajari
keputusan Mahakamah Partai. Yasonna Laoly menjelaskan secara runtut
peristiwa, yaitu dimulai dengan membenarkan keputusan menkumham dengan
menyebutkan undang-undang Partai Politik (Parpol) sebagai dasar hukum
pengambilan kebijakan,disertai penjelasan maksud dari undang-undang parpol
pasal 32 ayat 5, undang-undang No.2 tahun 2011, tentang perubahan atas undangundang NO.2 tahun 2008, yang sifatnya sinaldan mengikat. Dari judul, lead,
pernyataan sumber, menghasilkan latar informasi yaitu undang-undang yang
mendasari keputusan menkumham. Sementara itu, wawancara terakhir antara
wartawan Elvina hidayat dan Yasonna Laoly pada teks pemberitaan diatas adalah
bersifat sebagai informasi tambahan atau pelengkap pemberitaan, yang ingin
memberitahukan pada khalayak, bahwa kepengurusan Agung Laksono belum
menerima hasil putusan menkumham,dengan menggali pendapat Yasonna Laoly
atas gugatan yang sedang dilakukan kubu Aburizal Bakrie pada Pengadilan Tata
Usaha Negeri, PTUN.
2. Skrip
Skrip merupakan cara wartawan mengisahkan fakta, yang memiliki unsur
what,wher,when,why,who dan how, 5W+H. untuk menulis kisah, maka
permasalahan yang ditemukan dalam pemberitaan ini yaitu: bagaimana hasil

93

keputusan menkumham, dan bagaimana pendapat selaku ketua menkumham atas


gugatan yang dilakukan kubu Aburizal Bakrie.
Pemberitaan ini dikisahkan dengan menggunakan kalimat deduksi, yaitu
menjelaskan inti pemberitaan lalu di ikuti penjelasan-penjelasan isi berita.
Penjelasan tersebut di peroleh dari wawancara antara wartawan Metro TV Elerina
Hidayat dan Yason Laoli selaku ketua Mentri Hukum dan Ham.
Dalam penjelasannya, Yasonna Laoly membenarkan keputusan Mahkamah
partai dengan berpegang pada undang-undang Parpol pasal 32 ayat 5, undangundang No.2 tahun 2011, tentang perubahan atas undang-undang No.2 tahun
2008. Pernyataan Yasonna Laoly yang disertai dengan undang-undang partai akan
menguatkan isi pemberitaan.
Kemudian, sebagai penyeimbang informasi pemberitaan, wartawan Metro
TV mengajukan pertanyaan pada Yasonna Laoly terkait gugatan yang tengah
diajukan pihak Aburizal Bakrie pada pengadilan, pada redaksi kaliamt terakhir.
Pertanyaan itu mengandung gagasan wartawan, yang ingin tahu bagaimana
pendapat Yasonna Laoly selaku ketua Mentri Hukum dan Ham atas hukum lain
yang di upayakan oleh kepengurusan Aburizal Bakrie.
Pertanyaan diajukaan mengarahkan khalayak, pada penafsiran perihal
bagaimana tindakan lanjutan yang dilakukan kubu Aburizal Bakrie, setelah
adanya keputusan mentri hukum dan ham.

94

Kata tengah mengajukan sidang dengan gugatan baru, merupakan


penjelas dari tafsiran yang sedang dilakukan kubu Aburizal Bakrie atas putusan
Menkumham. Kalimat awal dan kalimat akhir, pada pertanyaan wartawan
tersebut, saling menjelaskan maksud satu dengan yang lainnya. Ada makna yang
tersirat dari pertanyaan ini, yaitu mengarahkan khalayak bahwa kubu Aburizal
Bakrie tidak menerima putusan Menkumham.
3. Tematik
Dari struktur tematik, berita ini memiliki satu tema besar yaitu keputusan
Mentri Hukum dan Ham yang mengesahkan kepengurusan partai Golkar versi
Agung Laksono,yang ingin ditampilkan kepada khalayak. Ini dapat dilihat, dari
pernyataan

Yasonna

Laoly

yang

baru

saja

menandatangani

persoalan

kepengurusan partai Golkar, dan telah mempelajari secara cermat undang-undang


undang Parpol pasal 32 ayat 5, undang-undang No.2 tahun 2011, tentang
perubahan atas undang-undang NO.2.Tahun 2008.
Elemen wacana lain yang dipakai di antaranya adalah detail dan bentuk
kalimat. Pernyataan Yasonna Laoly yang menguraikan secara detail yang panjang
hasil keputusan Mentri Hukum dan Ham. Pernyataan itu pula, dibantu oleh
undang-undang parpol pasal 32 ayat 5, undang-undang No.2 tahun 2011, tentang
perubahan atas undang-undang NO.2.Tahun 2008, secara lengkap. Sementara itu,
pendapat yang belum menyepakati keputusan Menkumham dalam hal ini kubu
Aburizal Bakrie, dihadirkan dalam wawancara sebagai informasi tambahan dan
penyeimbang informasi, yang memberikan gambaran kondisi kubu Aburizal

95

Bakrie setelah adanya keputusan tersebut, agar informasi pemberitaan tidak


bersifat satu arah.
Bentuk kalimat yang dugunakan dalam menggambarkan fakta yaitu dengan
menggunakan kalimat deduksi. Dengan memaparkan lebih awal inti dari
pemberitaan oleh kemudian di susul penjelas-penjelas inti pemberitaan. Yang
diungkapkan oleh Yasonna Laoly, adalah merupakan bagian dari isi pemberitaan.
4.Retoris
Frame hasil keputusan Mentri Hukum dan Ham dalam teks juga didukung
dengan penekanan-penekanan tertentu pada level retoris. Retoris merupakan cara
wartawan menekankan fakta. Pada pemberitaan ini, penekanan peristiwa
ditujukan pada nara sumber berita, yaitu Yasonna Laoly selaku ketua Mentri
Hukum dan Ham, sehingga tepat jika dijadikan sebagai kunci utama pada
pemberitaan yang berjudul Menkumham akui Golkar Agung.
Fakta selanjutnya, yang menegaskan pemberitaan yaitu undang-undang
yang mendukung hasil putusan Mentri Hukum dan Ham yakni undang-undang
Parpol pasal 32 ayat 5, undang-undang No.2 tahun 2011, tentang perubahan atas
undang-undang NO.2.Tahun 2008.
Dua retorika tesebut, menekankan peristiwa yang ingin disampaikan Metro
TV, sehingga tidak ada keraguan atas pemberitaan yang di tayangkan dalam
program Metro Siang pada 10 maret 2015 tersebut.

96

4.1.3.6. Perbandingan Framing Pemberitaan Partai Golkar, 10 Maret


2015 antara TvOne dan Metro TV
Tabel 3. Perbandingan Frame Hasil keputusan Menkumham.
STRATEGI PENULISAN
Elemen Framing

Sintaksis

Metro TV
Wawancara
Hukum

ketua

dan

menyatakan

Ham
fraksi

TvOne
Mentri Wawancara ketua Mentri
yang Hukum dan Ham yang
Golkar menyatakan

fraksi

Agung Laksono sah, karena Golkar Agung Laksono


putusan

Mahkamah

partai sah. Judul yang dipakai

sudah dikaji dan dipelajari. yaitu

Pemerintah

Dan judul yang digunakan Interensi Golkar?, yang


ialah Menkumham Akui mana
Golakar

Agung.

tersebut

mewakili

Judul

tersebut

Judul mewakili arah pandang


arah TvOne,tentang

isi

pandang Metro TV,tentang pemberitaan.


isi pemberitaan.

Skrip

Dikisahkan

dengan Dikisahkan

dengan

penekanan pada penentuan penekanan

pada

nara sumber

yakni

ketua penentuan nara sumber

Mentri Hukum dan Ham, yakni


sebagai

pemegang Hukum

ketua

Mentri

dan

Ham,

97

kebijakan,kemudian di ikuti sebagai

pemegang

dengan penjelasan Yasonna kebijakan,tetapi


Laoly

yang

menyebutkan penjelasan

dalam
Yasonna

Undang-Undang(UU) Parpol Laoly

tidak

didasari

pasal 32 ayat 5, UU No. 2 hukum

atau

undang-

Tahun 2011 sebagai dasar undang yang mendasari


keputusan

tersebut.

Pada keputusan Menkumham.

runtutan kisah pemberitaan, Pada


terdapat

satu

runtutan

pembahasan pemberitaan,

kisah
terdapat

yang tidak sesuai tema,yaitu satu pembahasan yang


teks terahir atau wawancara tidak sesuai tema,yaitu
terakhir Yasonna Laoly, dan teks

terahir

bersifat sebagai penyeimbang wawancara


berita agar tidak bersifat satu Yasonna
arah.

atau
terakhir

Laoly,

bersifat

dan

sebagai

penyeimbang berita agar


tidak bersifat satu arah.

Tematik

Hanya terdapat satu tema Ada

tiga

tema

yang

pada pembeirtaan ini yaitu ditampilkan TvOne:


Mentri Hukum dan Ham Tema
Mengakui
Agung

Kepengurusan Menkumham
Laksono.

Dan permohonan

memilki elemen wacana lain, Laksono,

pertama,
terima
Agung

98

yakni detail informasi dan Tema kedua, keputusan


bentuk

kalimat.

Informasi berdasarkan

hasil

yang disampaikan dijelaskan mahkamah Agung,


mendetail,

dan

bentuk Tema

ketiga

kalimat yang digunakan ialah Mahkamah

yaitu,

partai

tak

bentuk kalimat deduksi,yaitu hasilkan putusan. Tema


menjelaskan

inti

kemudian

disusul

penjelasan

umum

peristiwaa

peristiwa pertama

dan

dengan memiliki

kedua
hubungan

terkait kalimat (koherensi) yaitu


koherensi penjelas, tema
kedua

merupakan

penjelas

dari

tema

pertama, sedangkan tema


ketiga tidak ditemukan
penjelas atau pernyataan
pendukung dari isi berita
atau

pernyataan

sumber

nara
yang

menjelaskan maksud dari


tema tersebut.

Retoris

Terletak pada nara sumber, Terletak


yang

labeli

ketua sumber,

pada

nara

yang

labeli

99

Menkumham,
penekan

sebagai ketua
fakta

pemberitaan

yang

menjelaskan

Menkumham,

atau sebagai penekan fakta


tepat atau pemberitaan yang
runtutan tepat

menjelaskan

peristiwa, serta undang-udang runtutan peristiwa.


parpol pasal 32 ayat 5, UU
No. 2 Tahun 2011 sebagai
dasar
sebagai

keputusan

tersebut,

dasar

hukum

keputusan tersebut.

Perbandingan frame pemberitaan itu dapat diliahat pada judul berita, lead
atau teras berita, nara sumber, pernyataan narasumber, dan isi pemberitaan.
Dari pemberitaan, kedua media menonjolka dua informasi yang sama, dari
nara sumber yang dipilih juga sama, yaitu Yasonna Laolu ketua Menkumham.
Tetapi ada perbedaan pada isi pernyataan yang disampaikan oleh ketua
Menkumham tersebut, hanya saja arah dari pernyataan nara sumber sama,
penjelasan tekait keputusan mengakui kepengurusan Agung Laksono.
Jika melihat dari tabel diatas, maka disimpulkan:
Dari analisis sintaksis, fakta disusun berdasarkan nara sumber yang sama
pada pemberitaan, yaitu sama-sama memilih ketua Menkumham Yasonna Laoly
sebagai nara sumber. Latar informasi yang diangkat dalampemberitaan ini ialah,

100

tentang pengakuan Mentri Hukum dan Ham tentang kepengurusan Agung


Laksono. Akan tetapi, perbedaan terdapat pada judul yang digunakan Metro TV
dan TvOne. Kedua judul tersebut mewakili pandangan kedua media terrhadap isi
pemberitaan. Sehingga, pandangan Metro TV akan isi pemberitaan bahwa Mentri
Hukum dan Ham telah mengkaui kepengurusan Golkar yang sah itu kepengurusan
Agung Laksono, sedangkan TvOne menggunakan judul Pemerintah Intervensi
Golak?. Mewakili pandangan TvOne terkait isi pemberitaan, bahwa ada campur
tangan negara dalam partai Golkar, karena Mentri Hukum dan Ham telah megakui
kepengurusan Agung Laksono. juga dapat dilihat dari isis wawancara ynag
disampaikan oleh Yasonna Laoly, yang mana pada Metro TV Yasonna Laoly
menyertakan undang-undang yang mendasari keputusan Menkumham saat
diwawancarai oleh wartawan Metro TV, sedangkan pada TvOne Yasonna Laoly
tidak menjelaskan atau menyertakan undang-undang yang sebagai dasar
pengambilan keputusan Menhukam trsebut.
Dari analisis skrip, maka kedua media mengisahkan fakta dengan samasama memilih nara sumber yang kuat,Yasonna Laoly sebagai pengambil
keputusan dalam Mnetri Hukum dan Ham, dalam isi wawancara ada perbedaan
yang dikisahkan oleh nara sumber, yakni pada Metro TV menjelaskan secara
detail bagaimana proses keputusan Menkumham untuk mengakui kepengurusan
Agung Lkasono dengan menjelaskan undang-undang parpol yang menguatkan
keputusan Menkumham, sementara pada TvOne Yasonna Laoly tidak
menjelaskan secara detail proses keputusan menkumham. Akan tetapi, ada
pembahasan yang keluar dari judul pemberitaan, seperti ditemukan pada isi

101

wawancara teakhir yang meminta pendapat Yasonna Laoly tentang banding yang
dilakukan kubu Aburizal Bakrie terkait keputusan Menkumha, akan tetapi
Yasonna Laoly menganggapinya dalam pandangan yang sama, sehingga isi
wawancara terahir itu bersifat sebagia penyeimbang informasi.
Dari analisis tematik, Metro TV tidak memiliki tema, hanya judul
merupakan mewakili dari keseluruhan berita. Berbeda dengan TV TvOne, tema
pertama, Menkumham terima permohonan Agung Lakosono, yang menekankan
fakta pada isi berita, bahwa permohonan kubu Agung Laksono dikabulkan. Tema
kedua, keputusan berdasarkan keputusan Mahkmah Agung, tema ini sebagai
penjelas atau lanjutan kisah dari tema pertama. Dan pada tema ketiga, mahkamah
partai tak menghasilkan partai, tema ini ingin menonjolkan fakta bahwa
pengambilan keputusan oleh Menkumham karena mahkama partai Golkar tidak
mampu mengambil keputusan yang mana yang berhak memimpin partai Golkar,
sehingga sudah sepantasnya mahkamah Golkar memberi hak pada Menkumham
sebagai pengambil keputusan. Sehingga, pada Metro TV fakta ditonjolkan pada
pemilihan nara sumber dan isis wawancar atau penejelasan Yaonna Laoly yang
menjelasakn secara detail prses pengambilan keputusan tersebut. Sedangkan pada
TvOne penonjolan fata juga terlihat pada nara sumber dan isi wawancar Yaonna
Laoly yang juga membenrakan hasil keputusan Menkumham, dan langsung
menjelaskan permintaanya agar segera mengusulkan nama-nama anggota fraksi
Golkar.
Dari analisis retoris, fakta ditekankan pada pemberian label nara sumber
yakni ketua Menkumham sebagai sumber yang pantas untuk memberi kejelasan

102

terkait keputusan Menkumham. Pada Metro TV, penekanan fakta berikutnya yaitu
pada undang-undang yang disebutkan leh Yasonna Laoly, sementara pada TvOne
tidak menekankan undang-undang tersebut.
Kesimpulannya, pemberitaan memiliki konstruksi yang sama. Metro TV
membenarkan pernyataan atau keputusan Mentri Hukum dan Ham, ini dapat
dilihat dari judul dan isi wawancara wartawan Elvina dan Yasonna Laoly,
sedangkan pada TvOne masih meragukan keputusan Menkumham, ini tercermin
dari judul yang dipih, dan pada tema yang diangkat.
4.1.3.7. Pemberitaan TvOne, 31 Mei 2015
Tanggal 31 mei 2015 partai Golkar menggelar Islah khusus di kediamana
wakil presiden Jusuf Kalla. Islah tersebut dihadiri oleh kedua kubu yang ada
dalam kepengurusan fraksi Golkar, yakni kubu Aburizal Bakrie dan Kubu Agung
Laksono. Islah tersebut dilakukan setelah wakil presiden mengadakan pertemuan
khusus dengan kedua pihak yang bertikai, yaitu tiga kali pertemuan nya denga
Aburizal Bakrie, dan tiga kali pertemuan nya dengan Agung Laksono. Islah itu
digelar untuk mencapai perdamaian, sebagai langkah awal agar tidak ada lagi
perpecahan dalam kepengurusan partai Golkar.
TvOne memberitakan peristiwa tersebut pada program TvOne Berita
Pagi. Yang dipandu oleh anchor Divi Lukmansyah. Berikut reading teks (Teks
yang dibaca) peristiwa tersebut:
Judul: Islah Partai Golkar
Tema 1: Pertemuan di Gelar di Kediaman Wakil Presiden

103

Tema2: Pengurus Dua Kubu Mengikuti Pertemuan


Tema3: Islah Untuk Menghadapi Pemilu Kada Serentak
Anchor: Penandatanganan nota islah Golkar digelar di kediaman wakil
presiden Jusuf Kalla, nota islah ditanda tangani oleh ketua umum partai
Golkar Munas Bali dan Ketua Umum Golkar kubu Munas Ancol Agung
Laksono, dan wakil Presiden Yusuf Kalla. Islah terbatas ini dilakukan untuk
menghadapi Pilkada serentak yang akan dilakukan akhir tahun ini. Islah
bisa disepakati setelah dilakukan beberapa kali pertemuan yang difasilitasi
oleh wakil presiden Yusuf Kalla, pada pertemuan ini kedua kubu setuju
terhadap empat butir kesepakatan. Yang isinya mengedepankan
kepentingan partai Golkar dan bersatu dalam Pilkada. (Lead berita)
Aburizal Bakrie: kita bersepakat mencari dulu kesamaan, agar pilkada
bisa jalan, perbedaan-perbedaan nya saja kita sesuaikan di Pengadilan.
Jadi kita menggunakan jalur hukum. Kita berpendapat bahwa karena waktu
sangat ketat, maka yang kita harapkan melakukan islah itu setelah adanya
keputusan pengadilan. Setelah keputusan pengadilan, tidak tahu siapa
mana yang benar, mana yang menang, itu mengajak yang lain untuk Islah.
Agung Laksono: keinginan untuk memastikan partai Golkar, kaderkadernya bisa ikut Pilkada pada 9 desember 2015 yang akan datang ini.
Pendaftarannya sudah mulai dekat, tinggal dua bulan lagi. Jadi ini sudah
langkah awal. Tadi pak Yusuf Kallah menyatakan kami semua sepakat
untuk memulai perundingan-perundingan ke depan.
Anchor: kedua kubu juga sepakat membentuk tim bersama dan menjaring
kader potensial yang akan maju dalam Pilkada. Dari Jakarta tim TVONE
mengabarkan.
Dari teks pemberitaan diatas, berikut analisis framing model Zongdang Pan
dan Gerald M Kosicki:
1. Sintaksis
Judul pemberitaan yang dibawa oleh TvOne adalah Islah Partai Golkar.
Judul berita TvOne sudah jelas menunjukan Pandangan TvOne. Tidak ada makna
yang tersirat dari judul tersebut, hanya pemberitahuan bahwa islah partai Golkar
sudah terlaksana.

104

Dalam pemberitaan itu, tvOne mewawancarai dua orang nara sumber, yang
masing-masing merupakan ketua dari dua kubu fraksi partai Golkar,yaitu Aburizal
Bakrie selaku ketua dari fraksi Golkar musyawarah nasioal (Munas) Bali, dan
Agung Laksono ketua dari fraksi partai Golkar Munas Ancol. Yang mana
pernyataan Aburizal Bakrie ditempatkan pada awal kutipan, lalu penyataan Agung
Laksono ditempatkan di akhir kutipan. Keduanya berpendapat bahwa islah atau
perdamaian dirasa perlu, demi kepentingan internal (dalam) partai Golkar, dalam
menghadapi Pilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada desember 2015 mendatang.
Latar informasi dalam pemberitaan ini ialah penandatanganan nota islah
demi kepentingan internal Golkar. ini dapat ditemukan dari dua kutipan yang
disampaiakn oleh nara sumber.
2. Skrip
Skrip,

bagaimana

wartawan

menyusun

fakta

memiliki

unsur

what,wher,when,why,who dan how, 5W+H. skenario konvensional (umum) untuk


mengisahkan pemberitaan adalah: apa yang dihasilkan islah tesebut, siapa saja
yang menandatangani nota islah,mengapa nota islah dilakukan dikediaman wakil
presiden Yusuf Kalla, dan mengapa presiden yusuf kalla turut bertanda tangan.
Pemberitaan ini menjelaskan lebih awal penandatanganan nota islah telah
dilakukan oleh masing-masing ketua dua kubu yang terpecah pada partai Golkar,
wakil presiden turut bertanda tangan dalam islah tersebut, karena telah menjadi
fasilitator dari tercapainya islah ini. Seperti yang dibacakan anchor daei isi berita
tersebut, bahwa islah tersebut disepakati ssetelah dilakukan beebrapa kali

105

pertemuan yang difasilitassi oleh wakil presiden.. Kemudian, anchor menjelaskan


pula yang dihasilkan dari islah tersebut, yaitu menyetujui empat butir
kesepakatan, yang disebutkan hanya satu pont penting saja,poin tersebut
mengedepankan kepentingan partai Golkar tanpa menyebutkan tiga poin lainnya.
Pada teks pemberitaan, tidak dimuat kutipan wakil presiden dan pernyataan
alasan mengapa Yusuf Kalla turut serta dalam penandatangan nota islah,dan juga
tidak dijelaskan mengapa islah dilakukan di kediaman wakil presiden Yusuf Kalla
tersebut. Pada pemberitaan ini, hanya sarat informasi tentang alasan dua kubu
yang terpecah pada fraksi Golkar melakukan islah tersebut.
3. Tematik
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam pemberitaan ini. Tema pertama,
pertemuan di gelar di kediaman wakil presiden. Tema ini, telah dijelaskan oleh
anchor pada awal pemberitaan. Tetapi, tema ini tidak didukung penjelasan
mengapa kediaman wakil presiden menjadi pilihan tempat untuk melakukan islah
Golkar tersebut. Tetapi pada teks awal yang dibacakan anchor bahwa Islah bisa
disepakati setelah dilakukan beberapa kali pertemuan yang difasilitasi oleh wakil
presiden Yusuf Kalla, bisa menjadi alasan mengapa kediaman Yusuf Kalla
menjadi tempat berlangsungnya islah terbatas itu, karena telah menjadi fasilitator
atau penegah dari pertikaian dua kuu tersebut.
Tema kedua, pengurus dua kubu mengikuti pertemuan. Jelas sekali, tema
ini di dukung oleh dua nara sumber yang dihadirkan yaitu, ketua dari Golkar

106

Munas Ancol yaitu Agung Laksono, dan ketua Golkar Munas Bali yakni Aburizal
Bakrie.
Tema tiga, islah untuk menghadapi pemilu kada serentak. Tema ini, telah
dijelaskan di awal pemberitaan oleh anchor, lalu di kuatkan dengan pernyataan
dua nara sumber yang memiliki pernyataan yang sama, bahwa islah partai Golkar
dilakukan untuk menghadapi pilkada pada desember 2015 mendatang. Sehingga,
kedua kubu sepakat untuk membentuk tim bersama dalam menjaring kader
potensial yang akan maju dalam pilkada, seperti yang terdapat pada teks berita
terakhir.
4. Retoris
Frame pemberitaan itu juga dapat dilihat dari struktur retoris, yaitu
bagaimana cara wartawan menekankan fakta. Penekanan fakta dari pemberitaan
yaitu terletak pada nara sumber yang dipilih. Dan pemberian label pada Jusuf
kalla sebagai wakil presiden yang berperan sebagai fasilitator tercapaainya islah
tersebut.
4.1.3.8. Pemberitaan Metro TV, 31 Mei 2015
Pemberitaan yang sama juga disiarkan oleh Metro TV pada 31 mei 2015 di
Metro kini. Juga membahas peristiwa yang sama. Berikut reading teks berita
tersebut:
JUDUL: ISLAH KHUSUS PARTAI GOLKAR.
Tema1: kedua kubu sepakat tanda tangan.

107

Tma 2: penandatanganan di kediaman Dinas JK


Tema 3: sekjen dua kubu ikut tanda tangan
Tema 4: sepakat islah demi pilkada 2015
Tema 5: hasil empat kessepakatan bersama
Presenter: Nota islah partai Golkar antara kubu Aburizal Bakrie dengan kubu
Agung Laksono akhirnya ditanda tangani kedua kubu. Penanda tanganan
kesepakatan islah khusus berlangsung di kediaman Dinas Wapres Yusuf Kalla
yang sekaligus toko senior partai Golkar.(Lead berita)
Presenter: jalani islah khusus dua kubu partai Golkar akhirnya terelisasi setelah
Yusuf Kalla mencoba memecah kebuntuan islah antar kedua kubu. Jk
menjelaskan kedua kubu sepakat Islah khusus, setelah dirinya menggelar
pertemuan enam ronde. Tiga pertemuan dengan kubu Aburizal Bakrie dan tiga
pertemuan dengan kubu Agung Laksono. Yusuf Kalla ikut menandatangani
kesepakan islah, dalam kapasistasnya sebagai toko senior Golkar.
Yusuf Kalla: kedua kubu ini kita satukan, yang perbedaanya kita singkirkan
dulu. Kebersamaannya ap, Golkar maju Pilkada itu persatuannya. Harus maju
apapun caranya.
Presenter: ada empat kesepakatan khusus, yang ditanda tangani bersama,
antara kubu Golkar Aburizal Bakrie dengan kubu Agung Laksono. Pertama,
kedua kubu setuju mendahulukan kepentingan Golkar ke depan, sehingga ada
kepala Daerah yang bisa diusulkan.kedua, dua kubu setuju, membentuk tim
penjaringan bersama-sama, didaerah yang akan dilaksanakan Pilakda
serentak.ketiga, calon yang diajukan harus memenuhi kriteria, sesuai
kesepakatan bersama kedua kubu.ke empat,pendaftaran kepala daerah diajukan
oleh kubu Golkar yang diakui oleh KPU. Meski sepakat berunding, demi Pilkada
serentak desember 2015 nanti, namun dua kubu internal Golkar tetap menjalani
jalur Hukum demi kesepakatan pengurusan resmi partai Golkar. Meski kedua
kubu ini tidak menutp kemungkinan Islah khusus menjadi Islah umum.
Agung Laksono: jadi ini sebuah langkah awal, tadi juga disebutkan oleh Pak
Jusuf Kalla langkah awal. Kami semua sepaakat untuk memulai perundinganperundingan. Yang tanda tangan, tadi sudah disepakati bahwa DPP Partai
Golkar yang diakui oleh Komisi pemilihan Umum KPU.
Aburizal Bakrie: Penandatangan akan dilakukan pada bulan juli yang akan
datang. Proses dari penjaringan dan pendaftaran dilakukan sekarang, nantikan
didalam undang-undang partai Politik yang baru harus ada persetujuan DPP.
Persetujuan DPP akan diberikan sebelum tanggal 26 juli yang akan datang.
Nanti kita tanyakan didalam satu peraturan KPU ada beberapa hal, cara-ara.
Nah, intrepretasinya tentu disesuaikan dengan interpretasi pada saat itu oleh
KPU.

108

Presenter : Islah khusus ini ditanda tangani agar Golkar, bisa ikut dalam
pilkada serentak pada akhir tahun ini. Sementara KPU memberikan baatas
pendaftaran pada 26 hingga 28 juli mendatang. Tim iputan Metro TV.
Dari teks pemberitaan diatas, berikut analisis framing model Zongdang Pan
dan Gerald M Kosicki:
1. Sintaksis
Dari analisisi sintaksis, akan dilihat bagaimana frame disusun dalam skema
berita yang dibuat. Frame itu tampak pada judul yang dipakai Islah Khusus
Partai Golkar. berbeda dengan tvOne judul yang dipakai yaitu Islah Partai
Golkar, perbedaan nya hanya pada penambahan kata khusus pada Metro TV,
sedangkan tvOne tidak menambahkan kata khusus di judul yang dipakai. Makna
kata khusus pada judul dipakai Metrto TV adalah sementara, sehingga judul
tersebut bermakna pelaksanaan islah partai Golkar yang sifatnya sementara. Metro
TV juga menggunakan kata islah sebagai pengganti dari kata perdamaian, dimana
makna kata islah tidak semua khalayak dapat dipahami.
Lead berita di atas secara jelas menunjukan perasaan Metro TV yang merasa
bersyukur atas tercapainya islah atau perdamaian antar dua kubu yang sudah
cukup lama bersitegang. Perasaan ini diwakili kata penghubung akhirnya, yang
menunjukan perasaan senang dari dua kalimat awal Nota islah partai Golkar
antara kubu Aburizal Bakrie dengan kubu Agung Laksono, dan kalimat ditanda
tangani kedua kubu. Metro TV menuturkan lebih awal nota islah telah ditanda
tangani oleh dua kubu, kemudian disusul penjelasan bahwa islah khusus tersebut
terlaksana karena adanya campur tangan wakil presiden Yusuf Kalla yang

109

memprioritaskan (menempatkan) diri sebagai tokoh senior partai Golkar.


kemudian penempatan nara sumber dalam pemberitaan, Metro TV lebih
mendahulukan kutipan Jusuf Kalla, kemudian kutipan Agung Laksono, dan pada
kutipan terahir menempatkan pernyataan Aburizal Bakrie.
Latar informasi dari pemberitaan ini ialah penandatanganan kesepakatan
islah atau perdamaian antar dua kubu yang digelar setelah adanya pertemuan antar
kedua ketua fraksi Golkar yang berselisih dengan Yusuf Kalla selaku senir
Golkar.
2. Skrip
Pemberitaan ini juga dapat diamati dari bagaimana Metro TV mengisahkan
peristiwa

tersebut

dalam

berita

yang

disebut

sebagai

skrip.

Untuk

mengisahkanperistiwa tersebut dilihat dari unsur skrip, yaitu 5W+H. yang mana
susunan kishanya yaitu: apa alasan diadakan islah khusus? (what), siapa yang
menandatangani

islah

tersbut?(who),

dimana

islah

khusus

itu

digelar

(when)?,mengapa wakil presiden turut membuhi tanda tangan pada nota islah
partai Golakr selain ketua dari dua pihak yang beselisih?(why),bagaimana
pendapat ketiga nara sumber terkait islah khusus Golkar?(how).
Dengan mengisahkan peristiwa seperti ini, berita ingin menekankan pada
khalayak bahwa islah terlaksana setelah adanya pertemuan dengan wakil presiden
Yusuf Kalla yang, yang menempatkan diri sebagai tokoh senior Golkar.
Metro TV mengisahkan peristiwa dalam bentuk kalimat deduktif, yaitu
menuturkan lebih awal inti berita lalu di ikuti keterangan atau kutipan sumber

110

yang mendetail. Yaitu, menuturkan lebih awal, bahwa kedua kubu telah
menandatangani nota islah dikediaman wakil presiden Yusuf Kalla, dimana beliau
turut membubuhkan tanda tangan bersama kedua ketua kepengursan Golkar pada
nota islah tersebut. Kemudian menjelaskan alasan islah digelar dengan
menyebutkan poin-poin yang disepakati pada islah tersbeut. Kemudian, dijelaskan
pula, meski sepakat menggelar islah dan neyepakati perdamaian demi pilhan
kepala daerah pada dember 2001, tetap saja untuk menentukan siapa yang pantas
memimpin Golkar, kedua kubu akan tetap mengikuti jalur hukum, pada akhir teks
pemberitaan.
3. Tematik
Ada lima unsur tema dalam pemberitaan, yang semuanya menunjukan
sebagai penjelas judul pemberitaan, yaitu islah khusus partai Golkar.
Tema pertama, kedua kubu sepakat tanda tangan. Tema ini didukung oleh
alasan-alasan yang legal, yaitu mengacu pada aturan dan kepentingan internal
Golkar, yang telah dimediasi oleh senior Golkar Yusuf Kalla, sebgaimana kutipan
Juduf Kalla:
kedua kubu ini kita satukan, yang perbedaanya kita singkirkan dulu.
Kebersamaannya apa, Golkar maju Pilkada itu persatuannya. Harus maju
apapun caranya.
Tema kedua, penandatanganan di kediaman Dinas JK. Pemilihan latar
tempat yang ditonjolak pada tema ini, menekankan pada tokoh sebagai
pendukung peristiwa yaitu wakil presiden Yusuf Kalla akan memberi pengaruh
pada pemberitaan ini.

111

Tema ketiga, sekjen dua kubu ikut tanda tangan. Sama halnya dengan
tema ketiga menentukan tema pada penekanan tokoh yaitu Aburizal Bakrie dan
Agung Laksono, sebagai ketua umum pada kedua kubu yang terpecah pada fraksi
partai Golkar.
Tema ke empat, sepakat islah demi pilkada 2015. Kata demi pada tema
ini, menunjukan bahwa islah dilakukan karena memiliki maksud tertenut yakni,
ingin menekankan fakta pada khalayak bahwa islah khusus yang dilakukan partai
Golkar hanya untuk persiapan pemilihan kepala daerah serentak pada kahir tahun
2015.
Tema ke lima, Hasil empat kesepakatan bersama. Tema ini, ingin
menekankan fakta bahwa islah khusus yang digelar menghasilkan empat poin
kesepakatan. Sebagaimana perpecahan jika telah digelar perundingan untuk
mencapai perdamaian, tentu ada kesepakatan-kesepakatan yang dihasilka.
Sehingga, tema ini, bermaksud ingin memberi penjelasan pada khalayak, bahwa
islah itu bukan islah sia-sia, tetapi menghasilkan poin-poin yang menjadi langkah
awal perdamaian.
Dari kelima tersebut, saling bertalian dan menjelaskan satu sama lain.
Tema pertama merupakan jalinan kisah untuk tema kedua, tema ketiga,ke empat
dan tema kelima. Sehingga dalam pemberitaan nya, Metro T menjelaskan lebih
detail permberitaan islah partai Golkar. runtutan beritanya, menggunakan kaliamt
deduktif. Yaitu menjelaskan lebih awal maksud atau inti pemberitaan, lalu di ikuti
kutipan-kutipan sebagai pendukung atau penjelas peristiwa.

112

4. Skrip
Skrip adalah cara wartawan menekankan fakta, yang memiliki tiga
komponen yaitu penggunaan kata, idiom atau gaya bahasa, dan gambar atau foto.
Pemberitaan ini untuk menjelaskan peritiwa misalnya pada lead pemberitaan pada
kalimat pertama Nota islah partai Golkar antara kubu Aburizal Bakrie dengan
kubu Agung Laksono akhirnya ditanda tangani kedua kubu, yaitu pada kata
akhirnya sebagai penekanan makna pemberitaan yaitu merasa bersyukur atau
bahagia karena telah tercapainya perdamain di kedua kubu.
Penekanan kata selanjutnya yaitu kalimat kedua pada lead, Penanda
tanganan kesepakatan islah khusus berlangsung di kediaman Dinas Wapres Yusuf
Kalla yang sekaligus toko senior partai Golkar, yaitu pembeiran label pada
kediaman Dinas Wapres dan penyebutan tokoh, yang menekankan bahwa
islah Golkar di gelar karena adanya campur tangan wakil presiden (wapres), yang
disebut sebagai senior Golkar pada pemberitaan Metro TV.
Penekanan fakta selanjutnya terdapat pada isi berita yang dibacakan oleh
anchor yang redaksi kalimatnya:
Jalani islah khusus dua kubu partai Golkar akhirnya terelisasi setelah
Yusuf Kalla mencoba memecah kebuntuan islah antar kedua kubu,
Kata akhirnya terealisasi dan kata mencoba memecah kebuntuan,
kedua-duanya menekankan kembali pemberitaan, bahwa islah dapat digelar
setalah adanya campur tangan atau mediasi yang dilakaukan senior Golkar Yusuf
Kalla.

113

Penekanan selanjutnya, terdapat pada penentuan nara sumber, yaitu Yusuf


Kalla sebagai wakil presiden dan senior Golkar, Agung Laksono sebagai ketua
partai Golkar versi Munas Ancol, dan Aburizal Bakrie selaku ketua dari Munas
Bali. Penentuan nara sumber akan menguatkan pemberitaan fakta pemberitaan.
Pada elemen skrip lainnya yaitu idiom atau gaya bahasa, tidak ditemukan
pada pemberitaan ini. Bahasa yang digunakan juga bersifat baku, hanya saja
terdapat beberpa kata yang tidak sesuai penempatan nya. Seperti kata ronde
yang menjelaskan terlah enam kali Yusuf kalla menggelar pertemuan untuk
pelaksanaan islah.
4.1.3.9. Perbandingan Pemberitaan Partai Golkar, 31 Mei 2015 antara
TvOne dan Metro TV
Tabel 4. Frame Islah Golkar
Strategi Penulisan
Element

Metro TV

TvOne

Sintaksis

Fakta disusun dengan judul islah Fakta

disusun

dengan

Khusus partai Golkar, ringkas judul Pemerintah Isalah


tapi

tepat

pada

maksud Partai Golkar, ringaks tapi

pemberitaan, bahwa islah partai tepat

pada

Golkar sedang berlangsung. Lalu pemberitaan.


fakta

disusun

menggambarkan fakta

perasaan yang dirasakan Metro pada

maksud
Penysunan

selanjutnya

yaitu

lead

yang

114

TV atas islah tersebut, sepeti menekankan nota islah


terdapatpad lead bahwa nota islah yang ditanda tangani oleh
ajhirnya ditanda tangani oleh ketua dari masing-masing
kedua pihak, penekanan perasaan kubu, dan Yusuf Kalla,
Metro

TV

yaitu

pada

akhirnya.

Fakta

selanjutnya Penyusunan

fakta

disusun dengan penempatan nara selanjutnya

yaitu,

sumber

yang

kata sebagai wakil presiden.

mendahulukan penempatan nara sumber.

kutipan Yusuf Kalla, kemudian Kutipan


Agung

Laksono

dan

nara

sumber

terkhir Aburizal

kutipan Aburizal Bakrie.

Bakrie

ditempatkan pada kutipan


pertama

lalu

disusul

kutipan Agung Laksono.

Skrip

Fakta

dikisahkan

dengan Penekanan

pemberian label pada Jusuf Kalla presiden

pada
Jusuf

selaku senior partai Golkar yang sebagai

Tematik

Tema

pertama,

kedua

sepakat tanda tangan.

Kalla

Fasilitator

telah memfasilitasi tercapianya tercapainya


islah atau perdamaian tersebet.

wakil

Islah

atau

perdamaian Golkar..

kubu Tema pertama, pertemuan


di

gelar

di

kediaman

Tema kedua, penandatanganan di wakil presiden.


kediaman Dinas JK.

Tema

Tema ketiga, sekjen dua kubu dua

kedua,
kubu

pengurus
mengikuti

115

ikut tanda tangan.

pertemuan

Tema ke empat, sepakat islah Tema tiga, islah untuk


demi pilkada 2015.

menghadapi pemilu kada

Tema ke lima, Hasil empat serentak.


kesepakatan bersama.

Ketiga

tema

tersebut

saling berhubungan,yang
merupakan
penjelas

koherensi
atau

kalimat

penghubung yang saling


menjelaskan satu sama
lain.

Retoris

Penekanan fakta selanjutnya yaitu Penentuan nara sumber


pemberian label pada Yusuf Kalla sebagai
sebagai

senior

memfasilitasi
islah

yang peristiwa,

yaitu

ketua

terselenggaranya umum fraksi Golkar dari

tersebut.

penekanan

Golkar

penekanan

Juga

pemilihan

pada kedua

kubu

nara tersebut,sebagai

sumber

sumber, sebagai kunci utama peristiwa. Lalu penekanan


permasalahan, yakni ketua umum pada Jusuf Kalla selaku
dari kedua kubu, juga penekanan wakil presiden yang ikut
pada penandatanganan nota islah serta

menanda

tangani

dari kedua pihak dan dibubuhi nota islah partai Golakr.


pula tanda tangan Yusuf Kallla. Juga

pemberian

label,

116

Juga pemberian label, bahwa bahwa


islah

dilakukan

menghadapi
daerah

pada

pemilihan
desember

mendatang.

Perbandingan

frame

islah

untuk untuk

dilakukan
menghadapi

kepala pemilihan kepala daerah


2015 pada

desember

2015

mendatang

pemberitaan

tersebut,

yaitu

terletak

pada

judul,lead,latar informasi, kutipan sumber dan nara sumber.


Dari analisis sintaksis, fakta disusun dengan pemaknaan yang berbeda. Pada
Metro TV menggunkan judul Islah Khusus Partai Golakr, sebagai gambaran
kesimpulan peristiwa dan TvOne menggunakan judul Islah Partai Golakar.
metro TV membawa khalayak pada pemahaman islah atau perdamaian partai
Golkar akhirnya tercapai, setelah sekian lama terkaji perpecahan ditubuh Golakr.
Begitu juga TvOne, mengarahkan khalayak bahwa islah partai Golkar akhirnya
diselenggrakan. Kemudian, tercermin pada lead,Metro TV menggambarkan
perasaannya yang senang atas islah yang diselenggrakan kedua kubu tersebut
yang ditandai dengan kata akhirnya pada lead, sementara itu pada TvOne terliha
pada lead memberi gambaran secara umum dari persitwa. Jika ditinjau dari lata
informasi, kedua media memiliki latar informasi yang sama, yaitu pelaksanaan
islah partai Golkar yang dilaksanakan di kediaman Jusuf Kalla.. Akan tetapi
perbedaan dari unsur sintaksis, terletak pada penempatan kutipan nara sumber.
Yakni pada Metro TV, memilih tiga nara sumber yaitu senior Golkar Jusuf Kalla,
Agung Laksono dan Aburizal Bakrie, dan menematkan kutipan nara sumber

117

tersebut dengan Jusuf Kalla pada kutipan awal, kemudian disusul kutipan Agung
Laksono dan terahir Aburizal Bakrie. Sementara itu, pada TvOne memilih dua
nara sumber yakni. Aburizal Bakrie dan Agung Laksono selaku ketua umum dari
kedua kubu tersebut, dengan menemapatkan kutipan Aburizal Bakrie pada kutipan
awal, dan terakhir kutipan Agung Lakosno.
Dari analisis skrip, fakta dikisahkan dengan pada penekanan nara sumber,
yang menyebutkan Yusuf Kalla pada Metro T v selaku fasilitator islah sebagai
senior Golkar, sedangkan TvOne menyebutkan Jusuf Kalla sebagai wakil
Presiden.

Penekanan fakta selanjutnya yaitu, penempatan nara sumber,

menempatkan Aburizal bakrie diawal kutipan pada TvOne, sementara Metro TV


menempatkan kutipan Aburizal Bakrie pada akhir kutipan.
Dari analisis tematik, kedua media memiliki arah pandang yang sama, yaitu
bagaimana prosesi islah tersebut. Keseluruhan tema saling menjelaskan dan saling
melengkapi cerita yang diangkat, misalnya tema pertama pada TvOne adalah
pertemuan digelar dikediaman wakil prresiden, dan disusul tema, pengurus dua
kubu mengikuti pertemuan. Sebgai kelanjutan kisah dari tema pertama. Kisah
selanjutnya juga di jelaskan pada tema ketiga islah untuk menghadapi pemilu
kada serentak, dan sebagai penjelas alasan dari terselenggaranya islah tersbeut.
Sama halnya, dengan tema yang diangkat oleh Metro TV, saling menjalin kisah,
tema pertam adalah awal kisah, kemudian disusul tema kedua,ketiga dan keempat,
yang saling bertalian menjelaskan jalan cerita dari pemberitaan itu.

118

Pada unsur retoris, fakta diteknakan pada pemberian label pelaksnaan islah
Golkar karena adanya fasilitator yang Metro TV menyebut Jusuf Kalla sebgai
senior Golkar, dan TvOne menyebut Aburizal Bakrie sebagai wakil preseiden.
Penekanan faktaa selanjutnya yaitu, pada penekanan bahwa islah dilakukan demi
kepentingan Golkar yaitu dalam menghadapi Pemilihan Kepala Daera (Pilkada)
serentak pada desember 2015 mendatang.
Sebagai kesimpulan, konstruksi dari pemberitaan ini lebih pada kepentingan
media, yaitu masih ada unsur keberpihakan. Yang dapat dilihat dari lead,dan
penempatan nara sumber, yang mana kedua media ini, masing-masing ingin
menonjolkan sala satu dari dua kubu yang berseslih paham.
4.1.4. Perbandingan Penggunaan Bahasa Jurnalistik antara Metro TV dan
TVONE dalam Pemberitaan Partai Golkar
Berita menurut paradigma konstrukvisme berita bukanlah refleksi dari
realitas. Berita itu ibarat sebuah drama. Ia bukan menggambarkan realitas,
melainkan potret dari arena pertarungan antar berbagai pihak yang berkaitan
dengan peristiwa. Pandangan konstruktivisme menekankan pada bagaimana berita
dimaknai oleh media, sehingga terdapat bingkai pemberitaan yang khalayak tidak
tahu. Jadi, perlunya menjelaskan terlebih dahulu, bagaimana frame pemberitaan
partai Golkar, agar diketahui pandangan atau makna yang ingin disampaikan oleh
kedua media tersebut. Dari analisis framing, peristiwa dikonstruksi menggunakan
bahasa atau kata-kata yang tepat untuk memberi penekanan makna yang ingin
ditonjolkan. Sehingga dalam meneliti penggunaan bahasa jurnalistik, digunakan
analisis framing untuk melihat bahasa dan kata-kata yang dipilih dan akan

119

dihubungkan prinsip menulis berita Televisi oleh Morissan, yang terdiri dari 15
elemen, yaitu: gaya ringan bahasa sederhana, menggunakan prinsip ekonomi kata,
menggunakan ungkapan pendek, menggunakan kata sederhana, menggunakan
kata sesuai konteks, menghingdari ungkapan bombastis, menghindari istilah
teknis tidak dikenal, menfhindari klise dan eufemisme, menggunakan kalimat
tutur, reporter harus objektif, jangan mengulangi informasi, istilah harus diuji,
kaliamt aktif dan terstrukur, jangan terlalu banyak angka, dan hati-hati dalam
mencamtumkan jumlah korban.
Berikut analisis bahasa jurnalistik yang dilihat dari frame Zongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki:
4.1.4.1. Pemberitaan TvOne, 30 Maret 2015
TvOne pada tanggal 30 Maret 2015, menurunkan pemberitaan yang terjadi
dalam kepengurusan Golkar. Yaitu adanya aksi pengambil alihan ruang kantor
Golkar, oleh kubu Agung Laksono dari kubu Aburizal Bakrie yang telah
memfungsikan ruangan tersebut sebagaimana biasanya.
TvOne menurunkan judul Demokrati dalam Bahaya. Analisis
penggunaan Bahasa Jurnalistik ditinjau dari unsur framing sintaksis, berikut
penjelasan nya:
1. Sintaksis
Sintaksis, merupakan cara wartawan menyusun fakta, dari judul yang
digunakan fakta ditulis dengan menggunakan ungkapan atau gaya bahasa
pertentangan, yaitu hiperbola. Hiperbola merupakan gaya bahasa yang
mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan jumlah, ukuran, atau sifatnya,

120

dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk
memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Kata yang digunakan pada judul demokrasi dalam bahaya juga
mengandung makna konotatif yakni bukan makna sebenarnya. Dalam bukunya
Bahasa Jurnalistik sumadiria menjelaskan makna konotatif adalah makna kata
yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu
disamping makna dasar yang umum. Kata Demokrasi dalam Bahaya secara
konotatif bermakna perpecahan dua kubu Golkar mengakibatkan demokrasi dalam
bahaya, negara sedang diperhadapkan dengan ancaman-ancaman yang dapat
mengakibatkan runtuhnya demokrasi. Dan, jika dihubungkan dengan kondisi
negara saat itu, asas negara Indonesia masih dalam keadaan normal atau amanaman saja, masih tetap pada prinsip dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Sehingga judul ini tidak dapat memberi penjelasan isi pemberitaan. Karena
demokrasi belum runtuh diakibatkan perpecahan kepengurusan salah satu partai
politik dalam negeri.
Kemudian, tvOne menurunkan lead pemberitaan dengan redaksi kalimat:
Pemirsa konflik ditubuh partai Golkar memanas, fraksi partai Golkar
DPR bentukan Agung laksono memaksa untuk menduduki ruang fraksi
partai Golkar, untuk mengetahui kondisi terkini kita tanyakan langsung
dengan Tisa Noveni yang berada disana.
Terdapat beberapa kata yang tidak sesuai dengan penempatan kata
sebagaimana prinsip penulisan berita jurnalistik televisi oleh Morissan, yaitu kata
memanas. Kata memanas berasal dari kata panas yang digunakan untuk
menjelaskan hal yang dirasakan panas, oleh indra perasa. Akan tetapi pada lead

121

ini, kata memanas mengandung makna konotatif, yaitu bukan mana sebenarnya.
Maka konotatif dari kata memanas yaitu emosi yang melambung tinggi.
Kata selanjutnya kata, yang tidak sesuai dengan penempatan kegunaan kata,
adalah kata menduduki, yang mengandung ungkapan eufemisme. Kalimat
memaksa untuk menduduki kenyataannya memaksa untuk menggunakan.
Kesimpulannya, dari analisis judul, dan lead yang merupakan unit analisis
dari sintaksis, bahasa jurnalistik yang digunakan bersifat baku, menggunakan
kalimat aktif, sederhana, tetapi ada beberapa kata yang tidak sesuai konteks dan
menggunakan ungkapan yang membombastis.
2. Skrip
Sementara itu, dari unsur skrip, maka analisis bahasa jurnalistik dari
pemberitaan T v One, berikut penjelasannya:
Skrip merupakan cara wartawan mengisahkan fakta, hubungannya dengan
bahasa jurnalistik yaitu bagaimana berita dikisahkan, melihat bagaimana runtutan
peristiwa diceritakan, mengandung paragraf deduktif atau induktif, melanggar
prinsip menulis berita televisi atau tidak seperti, melakukan pengulangan
informasi atau tidak dilkakukan, menggunakan kalimat tutur atau tidak
menggunakan.
Pemberitaan ini, menggunakan paragraf deduktif. Yaitu, kalimat utamanya
atau inti peristiwa di jelaskan pada awal paragraf, kemudian di ikuti kalimat
penjelas atau kutipan-kutipan sumber yang mendukung pemberitaan. Seperti

122

terlihat pada lead berita, kemudian dibacakan kembali oleh wartawan Tisa
Noveni, unsur what (apa) atau peristiwa apa yang sedang terjadi,who (siapa) atau
siapa yang melakukan nya, dan unsur where (dimana),when (kapan), why
(mengapa) atau mengapa kubu Agung Laksono melakukan hal tersebut,unsur dan
how (bagimana) atau bagaimana kejadian berlangsung. Berikut lead pemberitaan:
Pemirsa konflik ditubuh partai Golkar memanas, fraksi partai Golkar
DPR bentukan Agung laksono memaksa untuk menduduki ruang fraksi
partai Golkar (Unsur What), untuk mengetahui kondisi terkini kita tanyakan
langsung dengan Tisa Noveni yang berada disana.
Kemudian, wartawan Tisa Noveni mengulang kembali inti dan unsur
5W+H, dari pemberitaan (kata yang ditebalkan/Bold), berikut redaksi kalimatnya :
Tisa :Iya shinta, betul sekali memang saat ini kami tadi sempat melihat
bahwa salah satu pihak kubu Agung Laksono versi munas Ancol ini datang
ke gedung DPR RI dan mereka tampak nya langsung menuju ke gedung
DPR RI di lantai 12 tepatnya dimana kantor fraksi partai Golkar berada
(Unsur Where). Dan dapat kami informasikan tidak hanya sendiri wakil
dari Agung Laksono ini datang pemirsa tapi tentunya dipimpin oleh wakil
ketua umum partai Golkar versi munas Ancol Yoris. Ia datang bersama
dengan sejumlah masa,ada puluhan masa yang terlihat disana(Unsur
Who), dilantai 12 kantor fraksi partai golkar tersebut. Dan dapat kami
informasikan bahwa sempat terjadi kericuhan disana pemirsa, dan ini
diakibatkan karena adanya upaya untuk mencoba menduduki kantor fraksi
partai golkar dari kubu Agung Laksono (Unsur What).
Sebagai inti pemberitaan telah dijelaskan dalam beberapa unsur 5W+H
oleh Tisa Noveni. Kemudian penjelasan mengapa dan bagaimana kejadian
peristiwa tersebut, dapat dilihat pada kutipan nara sumber. Berikut kutipan nya:
Bambang:sekarang saya masih diruangan, jadi ini uda gila ini bangsa ini.
Kita juga sangat prihatin dengan tak tik-tak tik penyerbuan yang dilakukan
oleh Yoris dengan beberapa premannya,dengan membongkar paksa pintu
(Unsur How). Kan masih ada cara-cara beradab yang bisa dilakukan.
Karena sempai detik inipun pimpinan DPR belum mengakui kepemimpinan
fraksi yang mereka bentuk. Belum disahkan di paripurna dan ketua DPR
pimpinan DPR tegas mengatakan tidak ada pergantian sidangpati dan

123

sidangpati itu adalah Ade Komarudin. Tapi mereka tidak mau tahu dan
mereka menggugat kita (Unsur Why). Dan ini suatu apa, tontonan yang
sangat tidak bagus. Ini bentuk Negara, ini objek kita, tapi polisi
membiarkan penghundal-penghundal balit-balit itu mendobrak dari pada
gedung yang seharusnya mereka lindungi.
Penjelasan inti peristiwa disampaikan pada durasi awal pemberitaan.
Kemudian, pada kutipan nara sumber atau isi wawancara anchor dengan nara
sumber berisi pendukung-pendukung topik yang diangakat.
Kesimpulan dari analisis bahasa jurnalistik dari unsur skrip atau cara
wartawan mengisahkan fakta adalah fakta disusun dengan menggunakan kalimat
atau paragraf deduktif atau dalam penulisan berita dikenal dengan istilah piramida
terbalik, yaitu menjelaskan lebih awal inti pemberitaan baru kemudian
menyertakan pendukung-pendukung peristiwa dengan menghadirkan kutipankutipan sumber.
3. Tematik
Analisis bahasa jurnalistik selanjutnya unsur frame tematik, yang
didefinisikan sebagai bagaimana cara menulis fakta. Untuk, menganalisis
penggunaan bahasa jurnalistik maka, unsur tematik memiliki beberapa unsur
analisis, diantaranya yaitu; detail informasi dan hubungan antar kalimat
(koherensi).
Tema yang diangkat dalam pemberitaan tentang pengambil alihan ruang
atau kantor fraksi Golkar oleh kubu Agung Laksono ialah sebagagai berikut:
Tema pertama, Kubu Agung Laksono Rebut Paksa Ruang Fraksi.
Analisis bahasa jurnalistik dari unsur tematik pada tema pertama, yaitu
berikut penjelasannya:

124

Dari unsur detail informasi, tema pertama dijelaskan secara detail proses
perebutan ruang fraksi tersebut. Lewat peneturan Tisa Noveni pada awal
pemberitaan setelah anchor menyampaikan lead pemberitaan.
Tema pertama, disampaikan secara detail bagaimana runtutan perisitwa.
Baik dalam bentuk penjelasan yang lengkap atau pernyataan yang singkat, tetapi
menggambarkan usaha pemaksaan yang dilakukan oleh kubu Agung Laksono.
Analisis selanjutnya, yaitu hubungan kalimat atau koherensi. Ada
beberapa jenis koherensi, diantaranya pertama, koherensi sebab-akibat, yaitu
proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain.
Kedua, koherensi pejelas, yaitu proposis atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas
proposisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi pembeda, yaitu proposisi atau
kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi lain atau kalimat lain,
(Eriyanto,2002:303).
Tema pertama ini, merupakan koherensi penjelas, yaitu kata rebut paksa
ruang fraksi sebagai penjelas pada kata pertamaa Kubu Agung Laksono.
Penjelasan dari tema ini, adalah bahwa kubu Agung Laksono merebut paksa ruang
fraksi partai Golkar, yang saat itu masih digunakan oleh kubu Aburizal Bakrie.
Tema kedua, Kubu Agung Laksono Pakai Cara Kekerasan.
Analisis bahasa jurnalistik dari unsur tematik dari tema pertama, yaitu
berikut penjelasannya:

125

Unsur detail informasi, peristiwa tidak disampaikan secara jelas kekerasan


yang dimaksud, apakah kekerasan fisik, atau kekerasan bahasa. Kekerasan bahasa
yang dimaksud, berupa kata-kata ancaman atau bahasa yang menngdung makna
cacian. Sehingga, pada tema kedua ini, informasi yang disampaikan kurang detail
atau sempurna, penjelasan ataupun pernyataan nara sumber.
Analisis bahasa selanjutnya unit tematik hubungan antar kalimat atau
koherensi. Koherensi yang digunakan dalam tema ini yaitu koherensi penjelas
yakni kalimat satu menjelaskan kalimat yang lain. Kata Pakai Cara Kekerasan,
merupakan penjelas dari kata kubu Agung Laksono. Secara keseluruhan
menjelaskan bahwa kubu Agugn Laksono telah melakukan cara kekerasan untuk
mendapatkan ruang fraksi Golkar tersebut.
Tema ketiga, Wartawan Ikut Terjebak di Ruang Fraksi.
Analisis bahasa jurnalistik dari unsur tematik dari tema pertama, yaitu
berikut penjelasannya:
Unsur tematik dari detail informasi, pada tema ketiga ini, dilaporkan oleh
Tisa Noveni diawal pemberitaan nya, kemdian di jelaskan pula oleh nara sumber,
yang menyatakan bahwa wartawan ikut terjebak dalam ruangan tersebut.
Unsur tematik selanjutnya yaitu hubungan antar kalimat atau koherensi.
Tema ini, merupakan koherensi penjelas, yaitu menjelaskan tentang wartawan
yang ikut terjebak dalam ruangan fraksi Golkar, selain beberapa anggota fraksi
Golkar kubu Aburizal Bakrie yang sudah terlanjur berada dalam ruangan
terssebut.

126

Tema keempat, Fraksi Golkar Kubu Aburizal Bakrie Bertahan di Ruang Ketua
Fraksi.

Analisis bahasa jurnalistik dari unsur tematik dari tema pertama, yaitu
berikut penjelasannya:
Dari unsur tematik detail informasi, tema keempat dijelaskan secara detail
dan panjang, bahwa kubu Aburizal Bakrie dalam hal ini Bambang Soesatyo,
Adima Sabri dan beberapa elit atau petinggi partai Golkar kepengurusan Aburizal
Bakrie akan tetap bertahan didalam ruangan, ini dilakukan sebagai simbol
pertahanan dan kekuatan kubu Aburizal Bakrie.
Unsur tematik selanjutnya ialah, hubungan antar kalimat atau koherensi. Dalam
tema merupakan koherensi penjelas, yaitu satu kalimat menjelaskan kalimat yang lain.
Begitu pula hubungan antar tema dan pendukung atau kutipan yang menguatkan tema,
merupakan hubungan antar kaliamt yaang saling menjelaskan satu sama lain.
Kesimpulan dari unsur tematik, adalah fakta ditulis dengan mengutamakan
kelengkapan berita, yaitu setiap peristiwa yang ditulis atau dilaporkan di ikuti dengan
penjelas atau pendukung fakta dari kutipan nara sumber. Dengan demikian, bahasa yang
digunakan dalam pemberitaan ini ditinjau dari prinsip menulis berita oleh Morissan,
mangandung prinsip penulisan gaya bahasa ringan dan sederhana, menggunakan kalimat
tutur, tidak terdapat ungkapan, hanya saja pemberitaan ini wartawan bersifat subektif,
yaitu ikut larut dalam retorika nara sumber, dibuktikan dengan pertanyaan wartawan
dengan nara sumber hanya berkisar pada versi kubu Aburizal Bakrie saja, tanpa
melibatkan bagaimana pernyataan versi kubu Agung Laksono.
4. Retoris
Retoris merupakan cara wartawan menekankan fakta. Penekanan fakta dianalisis
dari idiom yang digunakan, dan kata yang sering ditekankan. Penekanan fakta, terdapat

127

pada pertanyan-pertanyaan yang diajukan anchor (pembaca berita) dari studio pada
wartawa Tisa Noveni, selalu mengulang kata atau kalimat yang sama, sebagai penonjolan
peristiwa yang yang ingin di tekankan, berikut redaksi kalimatnya:
Anchor Adi :kalau kita lihat digambar Tisa,ada upaya untuk membongkar paksa
pintu utama yang didepan. Apakah sampai dengan saat ini akhirnya pintu itu bisa
dibuka paksa didobrak atau masih tertutup?.

Kemudian, ditemukan pula penekanan selanjutnya, mengulang kembali


kalimat membuka paksa sebagai awal kalimat untuk menjelaskan kalimat
selanjutnya:
Anchor Adi.:Pada saat pembukaan paksa tersebut ada siapa saja didalam
tentunya ada kubu dari pa ARB ada siapa didalam?.
Kemudian,diperjelas kembali oleh anchor Shinta dalam bentuk pertanyaan:
Anchor Shinta : iya Tisa, tadi anda katakan mereka sudah berhasil masuk ke
dalam apakah sempat ada komunikasi diantara kedua kubu itu, ataukah memang
ada paksaan dari mereka sampai akhirnya mereka bisa membuka paksa pintu dan
masuk kedalam, Tisa?.

Secara prinsip penulisan berita untuk televisi, informasi yang disampaikan


tidak boleh disampaikan berulang-ulang, sementara pemberitaan ini sudah
melakukan pengulangan informasi, sehingga menunjukan penyudutan pada pihak
Agung Laksono. Olehnya itu, selain melanggar pinsip penulisan berita
pengulangan informasi juga melanggar prinsip wartawan harus objektif.
Penekanan fakta selanjutnya, yaitu pemberian label pada kubu Agung
Laksono sebagai tindakan premanisme oleh nara sumber. Berikut kutipan nya:
Bambang:iya, sampai saat ini belum karena mereka sedang
menyampaikan frens konfrens, tapi saya akan bertahha saya akan lihat,
sejauh mana praktik atau sikap-sikap prmeanisme mereka, tapi dua pintu
depan,mereka sudah jebol,sudah pecah, nah tinggal kami bertahan disini.

128

Kemudian, penekanan fakta bahwa usaha pengambil alihan ruang fraksi


Golkar adalah perbuatan premanisme juga diulang kembali pada percakapan
anchor dan nara sumber melalui via telepon, berikut percakapan nya:
Anchor Shinta: baik,mas Bambang ini tentu memberi hal tiram terhadap
anggota lainnya. Apa yang yang membuat mereka untuk tidak terpancing
dengan emosi yang terjadi atau kegiatan yang terjadi hari ini mas
Bambang?.
Bambang: iya. Saya minta kepada seluruh anggota fraksi. Tentu harii ini
kita telah, telah melihat pertunjukan beberapa oknum anggota fraksi,
menunjukan gaya-gaya preman yang sangat tidak terpuji sebab ini akan
ditonton oleh rakyat sangat jelas di TV siapa-siapa anggota DPR yang
bersikap sebagai preman-preman itu balit-balit itu, mereka sudah kita lihat
semua wajahnya di TV. Kami menghimbau pada kader akar rumput, tetap
tenang, kami akan tetap bertahan dalam ruangan ini sampai kapanpun.
Sampai kemudian ada petugas hukum yang tetap, karena sampai saat ini
pimpinan DPR sidang paripurna belum menyepakati mereka sebagai
pimpinan fraksi yang sah di gedung ini.
Kesimpulannya, dari semua unsur frame bahasa jurnalistik yang
digunakan dalam pemberitaan yaitu, fakta ditulis menggunakan gaya bahasa
perbandingan hiperbola, pada judul dan, beberapa kalimat pada lead. kemudian
fakta dikisahkan dengan menggunakan paragraf deduktif atau berdasarkan
sistematika penulisan berita yaitu piramida terbali, dengan memenuhi unsur
5W+H. Sehingga memenuhi unsur kelengkapan beritaa. Kemudian dalam
menekankan fakta, ada kalimat-kalimat atau kata yang sering di ulang, sehingga
informasinya di ulang-ulang. Kemudian, pemberitaan ini bersifaat subjektif,
karena wartawan ikut larut dalam retorika atau pernyataan nara sumber, sehingga
informasinya bersifat satu arah, hanya menonjolak peristiwa yang dikisahkan oleh
kubu Aburizal Bakrie, tanpa menyinggung atau mengisahkan fakta dari versi
Agung Laksono.

129

4.1.4.2. Pemberitaan Metro TV, 30 Maret 2015


Usaha pengambil alihan ruangan fraksi Golkar oleh kubu Agung Laksono,
dari kepengurusan lama yaitu Golkar pimpinan Aburizal Bakrie, juga diberitakan
media Metro TV. Pada pemberitaan Metro TV, berbeda dari segi konten (isi)
pemberitaan dengan TvOne. Perbedaan tersebut tercemin dari judul,tema, nara
sumber dan isi pemberitaan, yang tertuang dalam kalimat-kalimat dan pilihan
kata atau diksi yang digunakan. Berikut analisis penggunaan bahasa jurnalistik
yang dianalisis menggunakan analisis frame model Zongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki.
1. Sintaksis
Sintaksis merupakan cara wartawan menulis fakta, dari judul yang
digunakan, fakta disusunan dengan kata yang hanya memiliki satu kata penjelas
yaitu kata kisruh, sebagai penjelas ada pertengkaran atau ketegangan di partai
Golkar, dan menimbulkan kesalah pahaman. Judul yang dipilih, tidak
mengandung kiasan, dan bersifat langsung menjelaskan persitiwa yang
dilaporkan.
Judul kisruh partai Golkar bersifat baku. Yaitu merupakan bahasa formal
yang digunakan dalam situasi formal saja.
Kemudian, tvOne menurunkan lead pemberitaan dengan redaksi kalimat:
Upaya pengambil alihan ruang fraksi partai golkar di gedung nusantara 1
DPRRI oleh kepengurusan Agung Laksono, masih belum berjalan lancar
Susunan kata yang tergabung dalam lead diatas, seharusnya tidak perlu
ditambahkan kata masih, karena kata berikutnya belum berjalan imbuhan ber

130

pada kata berjalan masih menjelaskan peristiwa yang sedang berlangsung, dan
kata masih memiliki arti yang sama dengan imbuhan ber, yaitu sementara
berlangsung. Sehingga menimbulkan dua kata yang berulang, dalam satu makna.
Sehingga akan lebih baku jika leadnya menghilangkan kata masih.
Prinsip bahasa jurnalistik, seperti yang diungkapkan Sumadiria dalam
bukunya Bahasa Jurnalistik (2008:14-20), yakni sederhana, singkat,padat, lugas,
jelas, jernih,menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal, menghindari kata
tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan kata yang tepat,mengutamakan
kalimat aktif, menghindari kata atau istilah teknis dan tunduk pada kaidah etika.
Jika dianalisis lebih dalam, lead tersebut memiliki seluruh unsur prinsip bahasa
jurnalistik.
2. Skrip
Kemudian, dari unsur skrip, maka analisis bahasa jurnalistik dari
pemberitaan TvOne, berikut penjelasannya:
Skrip merupakan cara wartawan mengisahkan fakta, hubungannya dengan
bahasa jurnalistik yaitu bagaimana berita dikisahkan, melihat bagaimana runtutan
peristiwa diceritakan, mengandung paragraf deduktif atau induktif, melanggar
prinsip menulis berita televisi atau tidak seperti, melakukan pengulangan
informasi atau tidak dilkakukan, menggunakan kalimat tutur atau tidak
menggunakan.
Pemberitaan ini, menggunakan paragraf deduktif. Yaitu, kalimat utamanya
atau inti peristiwa di jelaskan pada awal paragraf, kemudian di ikuti kalimat

131

penjelas atau kutipan-kutipan sumber yang mendukung pemberitaan. Seperti


terlihat pada lead berita, kemudian dibacakan kembali oleh wartawan Heranof Al
Basyir, unsur what (apa) atau peristiwa apa yang sedang terjadi,who (siapa) atau
siapa yang melakukan nya, dan unsur where (dimana),when (kapan), why
(mengapa) atau mengapa kubu Agung Laksono melakukan hal tersebut, unsur dan
how (bagimana) atau bagaimana kejadian berlangsung. Berikut lead pemberitaan:
Upaya pengambil alihan ruang fraksi partai golkar di gedung nusantara 1
DPRRI oleh kepengurusan Agung Laksono, masih belum berjalan
lancar,(Unsur What).
Dari lead inti pemberitaan yaitu laporan tentang proses atau usahaa
pengambil alihan ruang fraksi Golkar dari kepengurusan lama oleh kubu Agung
Laksono. Metro TV, mengisahkan pemberitaan ini, dengan mengisahkan
bagaimana proses atau jalan nya pengambil alihan kegunaan ruang fraksi Golkar
tersebut, oleh kubu Agung Laksono yang telah di akui kepengurusan nya oleh
Mentri Hukum dan Ham (Menkumham). Laporan tersebut, kemudian dipertegas
kembali pada laporan Heranof Al Basyir, yang dapat dilihat beberapa unsur skri
5W+H, berikut redaksi kalimatnya:
Situasi terkini dilantai 12 di gedung DPR Nusantara 1 yang merupakan
ruangan dari fraksi golkar (Unsur Where) agak sedikit memanas, atau ada
ketegangan wahyu diantaranya tadi di mulai adanya waketum partai
golkar Yoris Lawaya yang datang dengan sejumlah anggota DPR fraksi
golkar diantaranya Sekretaris partai golkar Fayakun Andriardi, kemudian
ada juga David Laksono, Gede Sumarjaya (Unsur Who), yang datang
dengan sejumlah anggota DPR fraksi Golkar dalam time 12 karena mereka
bermaksud mengambil alihan ruang pimpinan fraksi golkar, (Unsur What).
Sempat terjadi perdebatan ketika Yoris langsung bergerak memasuki ruang
pimpinan namun ternyata dikunci terjadi perdebatan dengan petugas
keamanan dalam atau pamdal dengan DPR yang menjaga. Jika nantinya
pintu belum juga dikunci oleh petugas keamanan atau pamdal DPR yang
akan terjadi adalah nantinya Yoris akan mengancam akan memalang pintu

132

ruaang pimpinan fraksi golkar, (Unsur How). Padahal didalam ruang


tersebut ada Bambang Satyo yang telah menggelar Konferensi pers
bersama awak media. Awa media pun wahyu beberapa diantaranya juga
terkunci didalm ruang pimpinan fraksi. Untuk membahasnya kronologi dari
apa yang terjadi pengambil alihan ini saya sudah bersama ketua DPP
Partai Golkar.
Inti dari pemberitaan sudah dijelaskan pada lead dan laporan wartawan
Heranof langsung dari tempat peristiwa, yakni di lantai 12 gedung DPR RI kantor
fraksi partai Golkar.
Penjelasan inti peristiwa disampaikan pada durasi awal pemberitaan.
Kemudian, pada kutipan nara sumber atau isi wawancara anchor dengan nara
sumber berisi pendukung-pendukung topik yang diangakat.
Kesimpulan dari analisis bahasa jurnalistik dari unsur skrip atau cara
wartawan mengisahkan fakta adalah fakta disusun dengan menggunakan kalimat
atau paragraf deduktif atau dalam penulisan berita dikenal dengan istilah piramida
terbalik, yaitu menjelaskan lebih awal inti pemberitaan baru kemudian
menyertakan pendukung-pendukung peristiwa dengan menghadirkan kutipankutipan sumber. Peristiwa dikisahkan dengan memenuhi semua unit analisis pada
skrip, yakni unsur 5W+H.
3. Tematik
Unsur frame selanjutnya yaitu unsur tematik, yang merupakan bagaimana
wartawan menulis fakta, unit analisis unsur tematik memiliki dua unsur yaitu
detail informasi dan hubungan antar kalimat (koherensi). Pada pemberitaan
tersebut, Metro TV mengangkat 4 tema atau topik pembicaraan. Berikut analisis
penggunaan bahasa jurnalistik yang tebagi dalam 4 tema tersebut:

133

Tema pertama, ruangan fraksi Golkar masih dikunci.


Analisis penggunaan bahasa jurnalistik dari unsur tematik pada tema
pertama, yaitu berikut penjelasannya:
Dari unit analisis tematik yaitu unsur detail informasi, tema pertama
dijelaskan secara detail bagaimana pintu atau ruangan fraksi Golkar itu masih
terkunci. Penjelas dari tema itu, dapat dilihat dari kutipan atau pernyataan sumber:
Bowo Pangarso: secara komunikatif datang ke kantor fraksi itu dua kali,
surat juga sekali, nah ini ke tiga kali kita datang. Nah, kita dtang, sekarang
kami ingin harus bisa masuk. Kenyataannya dikunci. Kan didalam ada
pamdalnya. Yang jadi pertanyaan kami, mengapa pamdal yang seharusnya
berpihak netral ini ikut-ikutan berpihak pada mereka. Berarti mereka
melawan hukum. Karna jelas kemarin kami ikut berdialog dengan sekjen
DPR bahkan biro pun mengatakan yang sah itu adalah kepengurusan
agung laksono.
Tema pertama, disampaikan secara detail bagaimana runtutan peristiwa.
Dalam bentuk penjelasan yang lengkap, yang menjelaskan mengapa ruangan itu
di kunci oleh pihak Aburizal Bakrie.
Analisis selanjutnya, yaitu hubungan antar kalimat atau koherensi.
Koherensi yang digunakan pada tema adalah koherensi penjelas, yakni satu kata
atau kalimat menjelaskan kalimat yang lain. Penjelasan tema diatas ialah bahwa
ruangan fraksi Golkar belum dibuka dan kubu Aburizal Bakrie masih mengunci
ruangan tersebut. Ini tekankan pada pilihan kata masih, dan awalandi, pada
kata dikunci, sebagai kata penjelas dari tema yang diangkat.
Tema ke dua, sempat terjadi ketegangan.

134

Analisis penggunaan bahasa jurnalistik dari unsur tematik pada tema


pertama, yaitu berikut penjelasannya:
Dari unit analisis tematik yaitu unsur detail informasi, dijelaskan secara
singkat saja oleh wartawan Heranof Al Basyir pada laporan awal. Tema ini
merupakan bentuk kesimpulan dari apa yang dilihat atau disaksikan oleh
wartawan di tempat kejadian perkara. Ini dilihat pada laporan Heranof berikut
redaksi kalimatnya:
Heranof: situasi terkini dilantai 12 di gedung DPR Nusantara 1 yang
merupakan ruangan dari fraksi golkar agak sedikit memanas,atau ada
ketegangan wahyu diantaranya tadi di mulai adanya waketum partai
golkar Yoris Lawaya yang datang dengan sejumlah anggota DPR fraksi
golkar diantaranya Sekretaris partai golkar Fayakun Andriardi, kemudian
ada juga David Laksono, Gede Sumarjaya, yang datang dengan sejumlah
anggota DPR fraksi Golkar dalam time 12 karena mereka bermaksud
mengambil alihan ruang pimpinan fraksi golkar. Sempat terjadi perdebatan
ketika Yoris langsung bergerak memasuki ruang pimpinan namun ternyata
dikunci terjadi perdebatan dengan petugas keamanan dalam atau pamdal
dengan DPR yang menjaga. Jika nantinya pintu belum juga dikunci oleh
petugas keamanan atau pamdal DPR yang akan terjadi adalah nantinya
Yoris akan mengancam akan memalang pintu ruaang pimpinan fraksi
golkar.
Diksi atau pilihan kata yang digunakan sebagai penjelas dari tema diatas
ialah, laporan Heranof yang menggunakan kata , memanas, yang bermakna
konotatif atau bukan makna sebenarnya, yang berarti emosi, namun setalah kata
memanas, di ikuti dengan penjelas atau sinonim makna dari kata memans, yaitu
kalimat atau ada ketegangan, sebagai penjelas dari maksud kalimat sebelumnya,
agak sedikit memanas, sehingga tidak menimbulkan eufimism atau kata lain
yang tidak tepat penggunaan nya.

135

Koherensi yang digunakan pada tema ini adalah, koherensi penjelas, yaitu
satu kalimat menjelaskan kalimat yang lain, atau sebaliknya. Antara tema, dan
laporan Heranof saling berkesinambungan, menjelaskan tema yang diangakt.
Tema ke tiga, sejumlah orang terkunci di ruangan.
Analisis penggunaan bahasa jurnalistik dari unsur tematik pada tema
pertama, yaitu berikut penjelasannya:
Dari unit analisis tematik yaitu unsur detail informasi, dijelaskan secara
singkat saja oleh wartawan Heranof Al Basyir pada laporan awal. Tetapi, ada
penjelasan yang informasinya bertolak belakang. Tema ini menjelaskan, ada
sejumlah orang yang terkunci, dikarenakan ruangan terkunci. Kata orang
mendangung arti selain anggota Aburizal Bakrie, ada beberapa orang lain yang
terkunci termasuk awak media. Tema ini, dapat ditemukan pada pernyataan
reporter Heranof, berikut kutpan nya:
Jika nantinya pintu belum juga dikunci oleh petugas keamanan atau
pamdal DPR yang akan terjadi adalah nantinya Yoris akan mengancam
akan memalang pintu ruang pimpinan fraksi Golkar. Padahal didalam
ruang tersebut ada Bambang Soesatyo yang telah menggelar Konferensi
pers bersama awak media. Awak media pun wahyu beberapa diantaranya
juga terkunci didalm ruang pimpinan fraksi.
Kerancuhan informasi yang dimaksud ialah pada redaksi kalimat terakhir
menyatakan awak media pun beberapa diantaranya juga terkunci didalam ruang
pimpinan fraksi. Padahal, ada kalimat sebelumnya yang menjelaskan bahwa
Bambang Soesatyo sedang mengadakan konferensi pers bersama awak media,
namun kemudian reporter Heranof menambahkan lagi bahwa awak media
beberapa diantaranya terkunci. Penggunaan kembali informasi tersebut,

136

melahirkan pemahaman yang berbeda, dan membingungkan, dan reporter kurang


memperhatikan kebakuan informasi.
Pernyataan ini,akan membingungkan pemirsa, bagaimana memahami
laporan tersebut. Awak media yang mena yang terkunci tersebut, dan yang mana
yang sedang melakukan konferensi pers.
Tema ke empat, ruangan masih dikuasai kubu Ical.
Analisis penggunaan bahasa jurnalistik dari unsur tematik pada tema
pertama, yaitu berikut penjelasannya:
Dari unit analisis tematik yaitu unsur detail informasi, tema ketiga ini
dijelaskan secara detail oleh nara sumber, bahwa hingga saat mereka berupaya
menggunakan ruang atau kantor fraksi Golkar tersebut karena telah sah oleh
Menkumham, kubu Aburizal Bakrie juga belum mau menyerahkan ruangan
tersebut untuk difungsikan sebagaimana mestinya.
Dari unsur koherensi, yang digunakan ialah koherensi penjelas, yakni satu
kalimat menjelaskan kalimat yang berikutnya. Pada tema dan kutipan sumber,
saling menjelaskan maksud dari inti pemberitaan.
Kesimpulan dari unsur tematik bahwa, fakta ditulis dengan mengutamakan
kelengkapan berita, yaitu setiap peristiwa ditulis dan dilaporkan di ikuti dengan
kutipan-kutipan sumber yang mendukung tema atau topik yang diangkat. Meski
demikian, ada beberapa kekeliruan dalam memahami peristiwa, seperti terdapat
pada tema kedua, bahwa sejumlah orang terkunci di dalam, kata ganti orang

137

merupakan kata ganti untuk menunjukan awak media dan anggota fraksi Golkar
kubu Aburizal Bakrie yang masih ada dalam ruangan, akan tetapi pada penjelasan
wartawan Heranof, terdapat kerancuhan informasi yaitu saat menyebutkan, ada
sejumlah awak media yang sedang melakukan konferensi perse bersama Bambang
Soesatyo (kubu Aburizal Bakrie), lalu disampaikan bahwa juga ada beberapa
awak media yang iut terkunci didalam ruangan, pada kaliamt berikutnya. Dan
juga, pemberitaan ini nara sumbernya hanya dari pihak Agung Laksono sehingga
informasi pemberitaan bersifat satu arah, hanya pada bagaimana peristiwa
disampaikan versi kubu Agung Laksono.
4. Retoris
Retoris merupakan, cara wartawan menekankan fakta. Penekanan fakta ini
terbagi dalam dua unit, yaitu idiom dan kata yang sering digunakan. Penekanan
fakta dari inti pemberitaan, bahwa kubu Agung Laksono sedang berupaya
mengambil alih ruangan fraski Golkar ialah terdapat pada kutipan sumber, yang
menyatakan bahwa mereka tidak ingin dikatan mengambil alih atau merebut
dengan paksa, akan tetapi mengambil hak yang harus dimiliki oleh kepengurusan
Agung Laksono.
Penekanan selanjutnya yaitu, terdapat pula pada kutipan nara sumber, yang
menyatakn bahwa pihak nya sudah sistematis dalam upaya mengambi alih fungsi
dari kantor fraksi Golkar ini, akan tetapi pihak Aburizal Bakrie tidak menanggapi
dan belum ingin memberikan kantor fraksi Golkar untuk digunakan sebagaimana
mestinya

138

Sehingga, kesimpulannya dilihat dari penekanan fakta dari pemberitaan ini,


arah dan isi pemberitaan ialah sistematika atau runtutan kisah pengambil alihan
kegunaan kantor fraksi Golkar oleh kubu Aburizal Bakrie.
Kesimpulan dari seluruh unsru frame, bahasa jurnalistik yang digunakan
dalam pemberitaan ini, yaitu fakta disusun dengan gaya bahasa ringan, sederhana,
padat, dan jelas. Tidak mengandung gaya bahasa yang melebih-lebihkan fakta,
menggunakan idiom atau istilah yang di ikuti dengan penjelas dari idiom tersebut.
Fakta dikisahkan dengan menggunakan kalimat atau paragraf dedukti,
menjelaskan inti permasalah kemudian di ikuti kutipan-kutipan sumber yang
mendukung fakta, datau dalam istilah jurnalistik ialah sistematika penulisan
piramida terbali. Kemudian, dalam menekankan fakta wartawan tidak ikut larut
dalam retorika nara sumber, sehingga tidak ada pengulangan informasi yang
dilakukan oleh wartawan, untuk menekankan fakta. Akan tetapi, pemberitaan ini
bersifat subjektif, karena hanya memandang satu arah topik saja, yaitu hanya mau
menonjolkan runtutan fakta dari kisah kubu Agung Laksono, tanpa mencari tahu
fakta runtutan kisah kubu Aburizal Bakrie.
4.1.4.3. Perbedaan Penggunaan Bahasa Jurnalsitik dari Unsur Framing
pada Pemberitaan Partai Golkar antara TvOne dan Metro TV
Tanggal 30 Maret 2015
Tabel 5. Perbandingan bahasa jurnalistik dalam frame pemberitaan partai
Golkar Metro TV dan TvOne,30 Maret 2015

139

Perbandingan Bahasa Jurnalistik


Elemen
Framing
Sintaksis

Metro TV

TvOne

penyusunan fakta pada lead Kalimatnya bersifat baku dan


ditemukan ada penggunaan aktif,

sederhana,

kata berulang, kata masih beberapa

kata

terdapat

yang

tidak

dan awalan ber, yang sesuai konteks(eufisme) dan


memiliki arti yang sama, menggunakan ungkapan yang
tidak

menggunakan membombastis

atau

gaya

ungkapan atau haya bahasa bahasa hiperbola


yang membombastis.

Skrip

Fakta

disusun

dengan Fakta

disusun

menggunakan kalimat atau menggunakan


paragraf

deduktif

sesuai

dengan

berita

piramida

sehingga
dikisahkkan

dengan

kalimat

atau

atau paragraf deduktif atau sesuai

penulisan dengan

penulisan

berita

terbalik, piramida terbalik, sehingga


peristiwa peristiwa

dikisahkkan

memenuhi memenuhi kelengkapan unsur

kelengkapan unsur berita berita 5W+H.


5W+H.

Tematik

Kesimpulan

dari

unsur Fakta

ditulis

tematik bahwa, fakta ditulis mengutaman


dengan

dengan
kelengkapan

mengutamakan berita, informasi dilaporkan

140

kelengkapan berita, yaitu secara detail, dan koherensi


setiap peristiwa ditulis dan yang

digunakan

ialah

dilaporkan di ikuti dengan koherensi penjelas, akan tetapi


kutipan-kutipan

sumber fakta yang ditonjolkan bersifat

yang mendukung tema atau saru


topik

yang

terdapat

arah,

yaitu

hanya

diangkat. kesaleruhan

tentang

kerancuhan bagaimana peristiwa itu terjadi

informasi

yaitu

saat fersi

penuturan

satu

menyebutkan, ada sejumlah kubu,kubu

Aburizal

awak media yang sedang Bakrie,dan

mengindahkan

melakukan konferensi perse peristiwa atau pernyataan dari


bersama Bambang Soesatyo kubu Agung Laksono.
(kubu Aburizal Bakrie), lalu
disampaikan

bahwa

juga

ada beberapa awak media


yang iut terkunci didalam
ruangan,
berikutnya.
pemberitaan

pada

kaliamt

Dan

juga,

ini

nara

sumbernya hanya dari pihak


Agung Laksono sehingga
informasi

pemberitaan

bersifat satu arah, hanya

141

pada bagaimana peristiwa


disampaikan

versi

kubu

Agung Laksono.

Retoris

Untuk menekankan fakta Untuk menekankan fakta, ada


ada kata yng sering di lang, pengulangan-pengulangan
yaitu kata tidak mengambil informasi yang di ulang-ulang,
alih,tapi mengambil hak.

juga

penekanan

pada

pengganti nama orang dalam


hal ini kubu Aburizal Bakrie
sebagai premanisme.

Bahasa jurnalistik yang digunakan pada kedua media Metro TV dan


TvOne memenuhi kaidah bahasa jurnalistik, dalam penulisannya menggunakan
kalimat atau paragraf deduktif atau dalam penulisan berita dikenal dengan
piramida terbalik, yaitu melaporkan inti pemberitaan kemudian malaporkan
informasi yang bersifat umum. Bahasa yang digunakan juga, lebih ringan,
sederhana, dan padat informasi. Akan tetapi, pada TvOne menggunakan gaya
bahasa untuk mengadaikan peristiwa sedangkan pada Metro TV tidak
menggunakan gaya bahasa atau ungkapan untuk menggambarkan peristiwa.
Tetapi terdapat beberapa penggunaan kata dalam menekankan fakta, yang
menjadi arah informasi yang disampaikan. Pada Metro TV lebih menonjolkan

142

peristiwa pada kubu Agung Laksono, dan TvOne arah pemberitaan nya lebih
menonjolkan pada kubu Aburizal Bakrie.
4.1.4.4. Pemberitaan TvOne, 10 Maret 2015
Mentri Hukum dan Ham (Menkumham) tanggal 10 maret 2015 menerima
putusan Mahkamah partai Golkar yang telah mengakui kepengurusan Agung
Laksono. Akan tetapi, Mahkamah partai menyerahkan keputusan pada Mentri
Hukum dan Ham agar mengeluarkan SK kepengurusan Agung Laksono. TvOne
menurunkan peristiwa tersebut, dengan mewawancari ketua Menkumham,
Yasonna Laoly untuk memberi penjelasan terkait peritiwa tersebut.
TvOne, mengangkat judul Pemerintah Intervensi Golkar? Analisis
penggunaan Bahasa Jurnalistik ditinjau dari unsur framing sintaksis, berikut
penjelasan nya:
1. Sintaksis
Sintaksis, merupakan cara wartawan menyusun fakta, judul merupakan garis
besar dari inti peristiwa. Jadi, judul yang diangkat oleh TvOne menunjukan garis
besar atau gambaran singkat tentang inti peristiwa yang akan disampaikan. Judul
berupa kalimat tanya, yang menekankan agar khalayak memberi opini atau
penyimpulan sendiri terkait peristiwa yang disampaikan. Dari judul, ada kata
intervensi, yang memiliki makna ikut campur, dan akan menjadi kata baru
dikalangan khalayak non intlektual (berpengetahuan).
Kemudian, TvOne menurunkan lead pemberitaan dengan redaksi kalimat:

143

Menurut Yasona Laoly keputusan ini didasarkan atas keputusan


mahkamah partai Golkar yang menyidangkan kepengurusan partai Golkar
hasil Munas Bali dan versi Ancol. Kementrian Hukum dan Ham meminta
Golkar kubu Ancol untuk menyusun kepengurusan partai Golkar dengan
mengakomodir kepengurusan Munas Bali berdasarkan hasil Mahkamah
Partai.
Kalimat yang digunakan merupakan bahasa baku, yang digunakan dalam
kondisi formal saja, tetapi ada beberapa kata istilah yang tidak semua khalayak
mengerti arti katanya. Akan tetapi akan menjadi kosa kata baru bagi khalayak.
Pada lead tidak terdapat gaya bahasa atau makna yang tersirat (konotatif).
Kesimpulan nya, dari analisis judul,dan lead yang merupakan unit analisis
sintaksis, bahasa jurnalistik yang digunakan bersifat baku, bahasa sederhana, aktif
dan menggunakan kalimat tutur. Terdapat beberapa kata baru tetapi akan menjadi
kosa kata baru dikalangan khalayak awam.
2. Skrip
Sementara itu, dari unsur skrip, maka analisis bahasa jurnalistik dari
pemberitaan T v One, berikut penjelasannya:
Skrip merupakan cara wartawan mengisahkan fakta, hubungannya dengan
bahasa jurnalistik yaitu bagaimana berita dikisahkan, melihat bagaimana runtutan
peristiwa diceritakan. Untuk itu perlunya memperhatkan unsur 5W+H.
Fakta dikisahkan dengan menampilkan kutipan sumber yang mejelaskan
panjang lebar terkait peristiwa yang diberitakan. Sehingga isi pemberitaan dapat
dilihat dari kisah yang disampaikan oleh nara sumber, Yasonnaa Laoly.

144

Yasonna Laoly, menjelaskan bagaimana proses keputusan itu di ambil,


selaku ketua Menkumham, pernyataan Yasonna Laoly tidak didasar hukum dalam
mengisahkan keputusan itu diambil. Ketua Menkumham, hanya mengsiahkan
pada seputar hasil selnajutnya atau tindakan yang harus dilakukan kubu Agung
Laksono selanjutnya.
Sehingga dapat disimpulkan, dari unsur skrip, peristiwa ini dikisahkan
dengan kalimat deduktif, yaitu melaporkan lebih awal garis besar pemberitaan
pada lead, kemudian disusul pernyataan sumber yang menjelaskan secara singkat
proses kebijakan tersebut. Kelengkapan berita 5W + H, dapat ditemukan dari
kutipan-kutipan sumber, akan tetapi unsur when, where, tidak ditentukan pada
pemberitaan.
3. Tematik
Analisis bahasa jurnalistik selanjutnya unsur frame tematik, yang
didefinisikan sebagai bagaimana cara menulis fakta. Untuk, menganalisis
penggunaan bahasa jurnalistik maka, unsur tematik memiliki beberapa unsur
analisis, diantaranya yaitu; detail informasi dan hubungan antar kalimat
(koherensi).
Ada tiga tema yang daingkat pada pemberitaan ini, yaitu sebagai berikut:
a. Menkumham terima permohonan Agung Laksono
Analisis bahasa jurnalistik ditinnjau dari unit analisis unsur tematik yaitu:
Tema ini, dijelaskan secara singkat peristiwa atau alasan Menkumham
menerima

permohonan

Agung

Laksono.

Yasonna

Laoly selaku

ketua

145

Menkumham hanya menyebutkan bahwa ketupusan tersebut berdasarkan undangundang politik, tetapi tidak menyebutkan pasal yang mendasari hukum tersebut.
Dari struktur koherensi, tema ini merupakan koherensi penjelas, yaitu tema yang
diangkat dijelaskan oleh nara sumber meski tidak dijelaskan secara detail. Kata
permohonan, menekankan pada fakta yang ditulis, akan memfokuskan perhatian
khalayak pada kata permohonan tersebut. Karena menegaskan, bahwa kubu
Agung Laksonolah yang telah mengajukan permohonan pada Menkumham, ini
akan ada kerancuhan informasi, pada pernyataan nara sumber keputusan
didasarkan pada hasil keputusan Mahkamah partai yang diserahkan kebijakan
selanjutnya pada Mentri Hukum dan Ham, tanpa meyinggung bahwa kubu Agung
Lakosono telah mengajukan permohonan atas keputusan tersebut.
Kesimpulannya, bahasa jurnalsitik dari analisis tematik, bahwa peristiwa
tidak dijelaskan secara detail, dengan menggunakan kohrensi penjelas, yang
sepenuhnya dijelaskan oleh nara sumber, akan tetapi ada kerancuhan informasi
antar tema dan pernyataan sumber yang tidak menyatakan bahwa kubu Agung
Lakosno telah mengajukan permohonan atas keputusan itu, akan tetapi keputusan
itu berdasarkan hasil keputusan Mahkamah Partai yang menyerahkan seluruhnya
pada Mentri Hukum dan Ham
Tema ke dua, keputusan berdasarkan hasil mahkamah partai.
Tema ini didukung oleh pernyataan sumber, diawal kutipan. Penjelasan
dijelaskan secara singkat saja. Sehingga koherensi yang digunakan ialah koherensi
sebab-akibat. Yaitu tema pertama ialah akibat dari tema kedua. Atau tema kedua,
ini adalah sebab dari pengambilan keputusan oleh Mentri hukum dan Ham.

146

Tema ke tiga, mahkamah partai tak hasilkan putusan.


Tema ketiga ini, tidak didapatkan pada isi kutipan nara sumber. Tema ini
merupakan kesimpulan umum dari gagasan wartawan TvOne. Akan tetapi,
koherensi yang digunakan pada tema ini adalah kohehrnsi sebab-akibat. Yaitu,
akibat dari keputusan Menkumham TvOne menyimpulkan bahwa Mahkamah
partai tidak dapat dijadikan sebagai hasil mutlak dari hasil keputusan kedua kubu
yang dianggap sah dimata hukum.
Kesimpulan dari kesleruhan tema, yaitu tema yang diangkat hanya
dijelaskan secara singkat saja, tidak didasari hukum atau menyebutkan undangundang yang mendasari dasar kebijakan Menkumham. Sehingga ketiga tema
tesebut mengandung koherensi atau hubungan antar kalimat sebab-akibat. Yaitu
kalimat pertama menjadi sebab atau akibat dari kalimat yang lain.
4. Retoris
Retoris merupakan cara wartawan menekankan fakta. Penekanan fakta
dianalisis dari idiom yang digunakan, dan kata yang sering ditekankan.
Pemberitaan 10 maret 2015 di TvOne ini, tidak menggunakan idiom atau
ungkapan

yang

mengadaikan

suatu

kalimat

untuk

menekankan

atau

menyembuyikan makna sesungguhya.


Penekanan fakta, pada pemberitaan ini terdapat pada penekanna keputusan
Mentri Hukum dan Ham didasarkan pada hasil keputusan Mahkamah Partai, yang
menyerahkan seluruh kebijakan pada Metri Hukum dan Ham. Ini trcermin pada
tema yang diangkat, yaitu tema ke dua keputusan berdasarkan hasil mahkamah
partai, dan tema ke tiga mahkamah partai tak hasilkan putusan.

147

Dari keseluruhan frame, maka bahasa jurnalistik yang digunakan pada


pemberitaan ini adalah menggunakan prinsip bahas yang ringan, tidak
menggunakan gaya bahasa yang membesar-besarkan atau menyembunyikan
makna yang ingin disampaikan, menggunakan kata tutur dan kalimat aktif,
terdapat beberapa istilah baru yang menjadi kosa kata baru pada khalayak,
terdapat beberapa informasi yang rancuh antara tema dengan pernyataan nara
sumber, menggunakan kaliamt deduktif atau menggunakan prinsip piramida
terbalik dalam menulis berita, dan menggunakan kohernesi sebab-akibat dalam
menulis fakta.
4.1.4.5. Pemberitaan Metro TV, 10 Maret 2015
Pemberitaan yang sama, juga diturunkan oleh Metro TV, tanggal 10 Maret
2015. Metro TV menurunkan pemberitaan dengan judul Menkumham akui
Golkar Agung, berikut analisis bahasa jurnalistik dengan menggunakan analisis
framing model Zongdang Pan dan Gerald M Kosicki:
1. Sintaksis
Judul yang diturunkan Metro TV adalah Menkumham akui Golkar
Agung, kata akui merupakan penguhubung dan penjelas dari kata Menkumham
dan Golkar Agung. Pada kata Golkar Agung, memiliki makna yang ambigu, yakni
Golkar dan Agung atau Golkar adalah Agung. Karena adanya penghilangan afiks
atau imbuhan, sehingga kalimat ini tidak sempurna. Seharusnya judu itu
Menkumham akui Kepengurusan Agung, tidak perlu ditambahkan Golkar,
karena akan menimbulkan kerancuhan kalimat. Judul yang diangkat, terkesan

148

terburu-buru dalam menuliskan nya, sehingga tidak diperiksa bagaimana


penggunaan kata yang cocok untuk menghubungkan kalimat.
Kemudian, pada unsur sintaksis, atau cara wartawan menyusun fakta, dapat
pula dilihat dari lead yang diangkat, berikut redaksi kalimatnya:
Hasil putusan sengketa pengurusan Golkar oleh Mahkamah partai telah
dikaji oleh Mentri Hukum dan Ham. Lalu, bagaimana tanggapan Mentri
Hukum dan Ham Yasona Laoli,saat ini saya berada dengan pak Yasona.
Bahasa yang digunakan, tidak menunjukan langsung, bahwa Mentri
Hukum dan Ham (Menkumham) telah mengakui kepengurusan Golkar adalah
kubu Agung Laksono, akan tetapi menyebutkan bahwa hasil putusan Mahkamah
partai telah dikaji oleh Menkumham.
Bahasa yang digunakan pada lead diatas, sederhana, ringan, padat, dan
menggunakan kalimat aktif.
2. Skrip
Sementara itu, dari unsur skrip, maka analisis bahasa jurnalistik dari
pemberitaan T v One, berikut penjelasannya:
Skrip merupakan cara wartawan mengisahkan fakta, hubungannya dengan
bahasa jurnalistik yaitu bagaimana berita dikisahkan, melihat bagaimana runtutan
peristiwa diceritakan. Untuk itu perlunya memperhatkan unsur 5W+H.
Fakta dikisahkan dengan menampilkan kutipan sumber yang mejelaskan
panjang lebar terkait peristiwa yang diberitakan. Sehingga isi pemberitaan dapat
dilihat dari kisah yang disampaikan oleh nara sumber, Yasonnaa Laoly.

149

Yasonna Laoly, menjelaskan bagaimana proses keputusan itu di ambil,


selaku ketua Menkumham, Yasonna Laoly menjelaskan secara sistematis
bagaimana kebijakan itu diambil, yaitu didasarkan atas undang-undang Parpol
pasal 32 ayat 5, undang-undang No.2 tahun 2011, tentang perubahan atas undangundang NO.2.Tahun 2008, tentang partai politik dinyatakan bahwa putusan
Mahkamah partai bersifat final, mengikat secara intenal, dalam hal yang
berselisihan denga hal kepengurusan.
Sehingga dapat disimpulkan, dari unsur skrip, peristiwa ini dikisahkan
dengan kalimat deduktif, yaitu melaporkan lebih awal garis besar pemberitaan
pada lead, kemudian disusul pernyataan sumber yang menjelaskan secara singkat
proses kebijakan tersebut. Kelengkapan berita 5W + H, dapat ditemukan dari
kutipan-kutipan sumber, akan tetapi unsur when, where, tidak ditentukan pada
pemberitaan.
3. Tematik
Dari unsur tematik, Metro TV hanya mengangkat satu tema besar, yaitu
Menkumham mengakui kepengurusan partai Golkar dari kubu Agung Laksono.
ini tercermin dari judul yang ditentukan.
Tema ini, dijelaskan secara detail oleh nara sumber, seperti terdapat pada
kutipan nara sumber Yasonna Laoli. Wartawan hanya menjelaskan secara singkat
saja inti sari pemberitaan (lead), kemudian bagian lainnya di sampaikan oleh
Yasonna Laoly, sehingga isi kutipan Yasonna Laoly menjadi bagian dari isi
pemberitaan. Sehingga, jenis kalimat yang digunakan ialah kalimat deduktif,

150

kemudian koherensi atau hubungan kalimat yang digunakan ialah kohernesi


penjelas. Yakni, kalimat satu menjelaskan kalimat yang lain.
4. Retoris
Retoris merupakan cara wartawan

menekankan fakta. Penekanan fakta

dapat dianalisis dari konten atau isi wawancara Yasonna Laoly. Yaitu, pemberian
label pada keputusan yang diambil oleh Menkumham adalah berdasar pada
Undang-Undang Parpol pasal 32 ayat 5, undang-undang No.2 tahun 2011.
Sehingga, dari keseluruhan frame,disimpulkan bahwa bahasa jurnalistik
yang digunakan bahasa yanga ringan, singkat, padat dan jelas, tidak menggunakan
gaya bahasa untukmengandaikan makna yang ingin disampaikan,menggunakan
kalimat aktif, menggunakan kalimat deduktif, akan tetapi pada judul terdapat
kerancuhan informasi atau ada penghilangan afiks (imbuhan) sehingga
menimbulkan makna yang ambigu (bermakna ganda).
4.1.4.6. Perbedaan Penggunaan Bahasa Jurnalsitik pada Pemberitaan
Partai Golkar antara TvOne dan Metro TV Tanggal 30 Maret 2015
Tabel 6. Perbandinga Bahasa Jurnalistik Metro TV dan TvOne,10 Maret
2015

Perbandingan Bahasa Jurnalistik


Elemen
Framing

Metro TV

TvOne

151

Sintaksis

Menggunakan

kata

ambigu,

yaitu digunakan

menghilangkan
pada

judul

bahasa

yang Bahasa

jurnalistik

yang

bersifat

baku,

imbuhan bahasa sederhana, aktif dan


pemberitaan, menggunakan kalimat tutur.

pada

lead

tidak Tidak terdapat unsur gaya

menunjukan secara langsung bahasa


inti dari peberitaan.

yang

bermakna

konotatif. Menggunakan satu


kata atau istilah baru tetapi
masih

dapat

dipahami

khalayak, dan akan menjadi


kosa kata baru.

Skrip

Peristiwa
dengan

ini

dikisahkan Peristiwa

kalimat

ini

dikisahkan

deduktif, dengan kalimat deduktif, yaitu

yaitu melaporkan lebih awal melaporkan lebih awal garis


garis

besar

pemberitaan besar pemberitaan pada lead,

pada lead, kemudian disusul kemudian disusul pernyataan


pernyataan

sumber

yang sumber

menjelaskan secara singkat secara


proses kebijakan tersebut. kebijakan

yang

menjelaskan

singkat

proses
tersebut.

Kelengkapan berita 5W + H, Kelengkapan berita 5W+H,


dapat

ditemukan

kutipan-kutipan

dari dapat ditemukan dari kutipansumber, kutipan sumber, akan tetapi

akan tetapi unsur when, unsur when, where,

tidak

152

where, tidak ditentukan pada ditentukan pada pemberitaan.


pemberitaan.

Tematik

Wartawan

hanya

Fakta

menjelaskan secara singkat hanya

yang

diangkat

dijelaskan

secara

saja inti sari pemberitaan singkat saja, tidak didasari


(lead),

kemudian

bagian hukum

atau

menyebutkan

lainnya di sampaikan oleh undang-undang


Yasonna Laoly, sehingga isi mendasari
kutipan

Yasonna

menjadi

bagian

yang

dasar

kebijakan

Laoly Menkumham. Sehingga ketiga


dari

isi tema

tesebut

mengandung

pemberitaan. Sehingga, jenis koherensi atau hubungan antar


kalimat
ialah

yang
kalimat

digunakan kalimat sebab-akibat. Yaitu


deduktif, kalimat

kemudian

koherensi

hubungan

kalimat

atau sebab

pertama
atau

menjadi

akibat

dari

yang kaliamat yang lain.

digunakan ialah kohernesi


penjelas.

Yakni,

kalimat

satu menjelaskan kalimat


yang lain.

Retoris

Untuk

menekankan

fakta Penekanan

fakta,

pada

Yaitu, pemberian label pada pemberitaan ini terdapat pada


keputusan yang diambil oleh penekanna keputusan Mentri
Menkumham

adalah Hukum dan Ham didasarkan

153

berdasar

pada

Undang- pada

hasil

Undang Parpol pasal 32 ayat Mahkamah


5,

undang-undang

tahun 2011.

No.2 menyerahkan

keputusan
Partai,

yang
seluruh

kebijakan pada Metri Hukum


dan Ham

Kesimpulan nya,

bahwa bahasa jurnalistik yang digunakan dalam

pemberitaan ini oleh Metro TV adalah bahasa yanga ringan, singkat, padat dan
jelas, tidak menggunakan gaya bahasa untuk mengandaikan makna yang ingin
disampaikan, menggunakan kalimat aktif, menggunakan kalimat deduktif, akan
tetapi pada judul terdapat kerancuhan informasi atau ada penghilangan afiks
(imbuhan) pada judul yang diangkat oleh Metro TV, sehingga menimbulkan
makna yang ambigu (bermakna ganda), menggunakan koherensi penjelas.
Sedangkan, TvOne juga menggunakan bahasa yang padat, singkat, jelas, serta
tidak ditemukan pula gaya bahasa untuk mengandaikan satu pesan, menggunakan
kaliamat atau paragraf deduktif atau menggunkan prinsip piramida terbalik dalam
menulis berita, akan tetapi terdapat kerancuhan antara tema dan pernyataan
sumber atau informasi, sehingga koherensi atau hubungan antar kalimat yang
digunakan ialah koherensi sebab-akibat. Tema yang diangkat, merupakan sebab
dari kutipan sumber yang ingin menonjolkan ketidak berdayaan Mahkamah partai
terhadap Menkumham.

154

4.1.4.7. Pemberitaan TvOne, 31 Mei 2015


Peristiwa selnajutnya yang terjadi dalam partai Golkar antar dua
kepengurusan yang ada dalam partai Golkar, ialah penandatangan proses
perdamaian atau yang biasa disebut dengan islah, dikediaman wakil presiden,
Yusuf Kalla selaku senior partai Golkar. Tanggal 31 Mei, TvOne melaporkan
peristiwa tersebut pada kabar pagi.
Untuk menganalisis penggunaan bahasa jurnalistik maka digunakan analisis
framing model Zongadan Pan dan Gerald M. Kosicki, yang melihat bagaimana
peristiwa di konstruksi dalam susunan-susunan kalimat atau kata dalam
menerjemahkan peristiwa, sehingga dengan pilihan kata-kata tersebut dapat
dimaknai apa maksud dan arah pemberitaan. Hubungannya, dengan bahasa
jurnalistik, yaitu melihat kata-kata atau bahasa yang digunakan untuk
menonjolkan peristiwa, kemudian, melihat apakah sesuai dengan prinsip
penulisan berita televisi, dan tidak melanggar tata bahasa baku.
Berikut, analisis penggunaan bahasa jurnalistik dilihat dari frame Zongdan
Pan dan Gerld M Kosicki:
1. Sintaksis
Unsur sintaksis memiliki unit analisis yakni, judul, lead, kutipan nara
sumber dan nara sumber. Judul yang diangkat pada TvOne adalah Islah Partai
Golkar, yang merupakan kalimat aktif, yang mermakna sebagai penjelas dari
keseluruhan peristiwa bahwa partai Golkar sedang menyelenggarakan islah atau
proses perdamaian. Judul yang dingkat tidak mengandung konotatif, iformasinya
jelas dan ringkas.

155

Unit analisis selanjutnya, yaitu pada lead yang digunakan, yakni:


Penandatanganan nota islah Golkar digelar di kediaman wakil presiden
Jusuf Kalla, nota islah ditanda tangani oleh ketua umum partai Golkar
Munas Bali dan Ketua Umum Golkar kubu Munas Ancol Agung Laksono,
dan wakil Presiden Yusuf Kalla. Islah terbatas ini dilakukan untuk
menghadapi Pilkada serentak yang akan dilakukan akhir tahun ini. Islah
bisa disepakati setelah dilakukan beberapa kali pertemuan yang difasilitasi
oleh wakil presiden Yusuf Kalla, pada pertemuan ini kedua kubu setuju
terhadap empar butir kesepakatan. Yang isinya mengedepankan
kepentingan partai Golkar dan bersatu dalam Pilkada.
Bahasa yang digunakan mengunakan prinsip penggunaan kata yang
sederhana dan gaya bahasa yang ringan, jelas, dan padat informasi. Tidak ada
kesalahan tata bahasa yang digunakan, seperti menghilangkan imbuhan (afiks),
dan penggunaan eufemisme (penempatan kata yang tidak sesuai konteks).
2. Skrip
Skrip adalah bagaimana cara wartawan mengisahkan fakta. Untuk melihat
kisah yang dilaporkan oleh wartawan atau TvOne, maka perlunya melihat
kelengkapan indormasi yaitu dengan menganalisis unsur 5W+H.
Unsur, what, where,who, why dan how, terdapat pada lead pemberitaan,
yaitu:
Anchor: Penandatanganan nota islah Golkar(what) digelar di kediaman
wakil presiden Jusuf Kalla(Unsur where), nota islah ditanda tangani oleh
ketua umum partai Golkar Munas Bali dan Ketua Umum Golkar kubu
Munas Ancol Agung Laksono, dan wakil Presiden Yusuf Kalla(Unsur who).
Islah terbatas ini dilakukan untuk menghadapi Pilkada serentak(Unsur
why) yang akan dilakukan akhir tahun ini. Islah bisa disepakati setelah
dilakukan beberapa kali pertemuan yang difasilitasi oleh wakil presiden
Yusuf Kalla, pada pertemuan ini kedua kubu setuju terhadap empar butir
kesepakatan. Yang isinya mengedepankan kepentingan partai Golkar dan
bersatu dalam Pilkada(Unsur how).

156

Peristiwa disampaikan dengan jenis kalimat deduktif atau menggunakan


prinsip piramida terbalik, yaitu melaporkan lebih awal inti peristiwa kemudian di
ikuti oleh pendukung-pendukung fakta yang bersifat umum. Dari unsur 5W+H
peristiwa dijelaskan keseluruhan nya, pada lead pemberitaan, kemudian
ditambahkan kutipan-kutipan sumber sebagai pendukung fakta yang disampaikan.
Bahasa yang digunakan pada lead tersebut, ringan, sederhana dan padat informasi,
tidak menggunakan gaya bahasa atau makna konotatif untuk mengandaikan
peristiwa, sehingga informasi yang disampaikan mudah dipahami khalayak.
Hanya saja, pada kata islah, merupakan kosa kata baru yang masih jarang
didengar oleh khalayak ramai, akan tetapi dengan bantuan kata-kata didepan atau
dibelakan kata islah, akan memudahkan pemahaman khalayak saat menafsirkan
pemberitaan.
Kesimpulan,

dari

unsur

skrip

yaitu,

fakta

dikisahkan

dengan

memperhatikan kelengkapan berita, tidak menggunakan bahasa yang sulit


diphami oleh kalayak, tidak melanggar tata bahasa, seperti menghilangkan
imbuhan atau menambahkan imbuhan dan kata kerja yang sama-sama memiliki
makna yang sama, dan kalimat yang digunakan ialah kalimat atau paragraph
deduktif, menjelaskan inti pemberitaan kemudian menjelaskan pedukungpendukung fakta yang sifatnya umum.
3. Tematik
Pemberitaan TvOne, menurunkan tiga tema atau gagasan pokok dari
peristiwa yang dilaporkan.Berikut analisis bahasa yang digunakan dari tema
tersebut:

157

Tema pertama, pertemuan di gelar di kediaman wakil presiden. Tema ini,


dijelaskan secara singkat oleh anchor (pembaca berita) TvOne. Bahasa yang
digunakan tidak malnggar tata bahasa Indonesia, tidak ada kesalahan morfologis
atau pilihan kata yang tidak sesuai konteks. Kata wakil presiden merupakan
kaliamat penjelas dari kalimat pertemuan digelar di, selain sebagai koherensi
penjelas juga sebagai penekanan fakta agar khalayak terfokus pada kediaman
wakil presiden, sebgai tempat yang digunakan untuk menggelar islah partai
Golongan Karya (Golkar) tersebut.
Tema ke dua, pengurus dua kubu mengikuti pertemuan. Tema ini dijelaskan
dengan memberi gambaran saja pada khalayak, lewat lead dengan redaksi
kaliamat nota islah ditanda tangani oleh ketua umum partai Golkar Munas Bali
dan Ketua Umum Golkar kubu Munas Ancol Agung Laksono. Kemudian
digambarkan pula nara sumber yang ditampilkan, yaitu keua umum Golkar versi
Munas Ancol yaitu Agung Laksono dan Ketua Umum Golkar versi Munas Bali
yaitu Aburizal Bakrie. Kata pengurus dua kubu, merupakan kalimat atau kata
penjelas dari mengikuti pertemuan. Penekanan fakta yang dimaksud yaitu,
member keyakinan pada khalayak bahwa kedua kepengurusan dalam partai
Golkar bertemu dalam islah tersbet. Kemudian, pada tema ini, ada kesalahan
morfologis yaitu penghilangan afik atau awalan. Pada kata dua, mestinya
kedua, agar menunjukan dua tim atau dua kelompok. Jadi tema kedua
semestinya pengurus kedua kubu mengikuti pertemuan.
Tema ke tiga, islah untuk menghadapi pemilu kada serentak. Tema ini,
dijelaskan secara detail, oleh anchor dan juga nara sumber. Kalimat yang

158

digunakan ialah kaliamt aktif, tidak terdapat kesalahan morfologis, dengan tidak
menghilangkan unsure afiks atau imbuhan pada tema yang ditulis.
Kesimpulan, dari unsur tematik yaitu informasi dijelaskan secara detal
karena saling berhubungan antar tema pertama, kedua dan ketiga, dengan kutipan
nara sumber yang menjelaskan secara detail peristiwa yang diberitakan. Sehingga
unit analisis koherensi yang pada tematik adalah koherensi penjelas. Yaitu keliamt
yang satu menjelaskan kaliamt yang lain. Tetapi, TvOne kurang memperhatikan
tata bahasa, dari tema yang ditulis, yaitu dengan menghilangkan afiks atau
imbuhan, tetapi kesalahan itu jarang ditemukan.
4. Retoris
Retoris adalah cara wartawan menekankan fakta. Unit analisisi dari retoris
ialah idiom dan kata yang digunakan (diksi).
Pada peristiwa yang dilaporkan oleh TvOne, tidak ada unsur idiom yang
digunakan sebgai penekan atau penonjolan fakta.
Penekanan fakta, yaitu ada pada label islah dilakukan agar partai Golkar
bisa mengikuti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada desember 2015.
Ini, tercermin dari kutipan sumber, dan penjelasan anchor pada lead pemberitaan.
Bahasa yang digunakan dalam menekankan fakta yaitu, ringan, sederhan
dan mudah dipahami. Tidak ada penggunaan idiom untuk menekankan fakta.
Semuanya bersifat sederhana saja, ringan, dan padat informasi.
Kesimpulan dari keseluruhan frame, bahasa jurnalistik yang digunakan pada
pemberitaan 30 Mei 2015 pada TvOne adalah gaya bahasa yang ringan, ringkass,
padat informasi dan jelas. Koherensi atau hubungan antar kalimat untuk

159

menjelaskan peristiwa menggunakan koherensi penjelas, dengan kalimat atu


paragrafaa

deduktif

dalam

mengisahkan

fakta

dengan

memperhatikan

kelengkapan berita 5W+H. Dalam menekankan fakta, TvOne tidak menggunakan


idiom dan bahasa yang menyudutkan sala satu pihak. Tetapi pada penulisan tema,
TvOne melakukan kesalahan morfologis yaitu degan menghilangkan unsur
awalan pada tema ke dua. Sehingga, melahirkan makna yang ambigu.
4.1.4.8. Pemberitaan Metro TV, 31 Mei 2015
Metro TV, tidak mau ketinggalan pada peristiwa yang terjadi dalam partai
Golkar, sehingga Metro TV juga menurunkan berita yang sama pada 30 Mei
2015, dengan judul yang berbeda dengan TvOne.
Sehingga analisis bahasa jurnalistik dapat dilihat dari frame model Zongdan
Pan dan Gerald M. Kosicki, berikut analisis bahasa jurnalistik nya:
1. Sintaksis
Unsur sintaksis memiliki unit analisis yakni, judul, lead, kutipan nara
sumber dan nara sumber. Judul yang diangkat pada Metro TV adalah Islah
Khusus Partai Golkar, yang merupakan kalimat aktif, yang bermakna sebagai
penjelas

dari

keseluruhan

peristiwa

bahwa

partai

Golkar

sedang

menyelenggarakan islah atau proses perdamaian. Judul yang dingkat tidak


mengandung konotatif, informasinya jelas dan ringkas.
Bahasa yang digunakan menggunakan prinsip penggunaan kata yang
sederhana dan gaya bahasa yang ringan, jelas, dan padat informasi. Tidak ada
kesalahan tata bahasa yang digunakan, seperti tidak terdapat kesalahan morfologis

160

atau menghilangkan imbuhan (afiks), dan penggunaan eufemisme (penempatan


kata yang tidak sesuai konteks).
2. Skrip
Skrip adalah bagaimana cara wartawan mengisahkan fakta. Untuk melihat
kisah yang dilaporkan oleh wartawan atau TvOne, maka perlunya melihat
kelengkapan informasi yaitu dengan menganalisis unsur 5W+H.
Unsur, what,dan where, terdapat pada lead pemberitaan, yaitu:
Nota islah partai Golkar antara kubu Aburizal Bakrie dengan kubu Agung
Laksono akhirnya ditanda tangani kedua kubu(Unsur What,who). Penanda
tanganan kesepakatan islah khusus berlangsung di kediaman Dinas Wapres
Kalla yang sekaligus toko senior partai Golkar,(Unsur Where).
Kemudian, anchor atau presenter membacakan kembali isi pemberitaan,
dengan menjelaskan unsur how,atau bagaimana proses terlaksanaya islah tersebut,
berikut redaksi kalimatnya:
Presenter (voice over): Jalani islah khusus dua kubu partai Golkar
akhirnya terealisasi setelah Yusuf Kalla mencoba memecah kebuntuan islah
antar kedua kubu. Jk menjelaskan kedua kubu sepakat Islah khusus, setelah
dirinya menggelar pertemuan enam ronde. Tiga pertemuan dengan kubu
Aburizal Bakrie dan tiga pertemuan dengan kubu Agung Laksono. Yusuf
Kalla ikut menandatangani kesepakan islah, dalam kapasistasnya sebagai
toko senior Golkar.
Unsur lainnya, why dijelaskan oleh nara sumber, berikut kutipan nya:
Yusuf Kalla: kedua kubu ini kita satukan, yang perbedaanya kita
singkirkan dulu. Kebersamaannya apa, Golkar maju Pilkada itu
persatuannya. Harus maju apapun caranya.
Unsur why kemudian dibacakan kembali oleh anchor,pada penutup berita,
berikut redaksi kalimatnya:

161

Presenter(voice over): islah khusus ini ditanda tangani agar Golkar, bisa
ikut dalam pilkada serentak pada akhir tahun ini. Sementara KPU
memberikan baatas pendaftaran pada 26 hingga 28 juli mendatang.
Peristiwa disampaikan dengan jenis kalimat deduktif atau menggunakan
prinsip piramida terbalik, yaitu melaporkan lebih awal inti peristiwa kemudian di
ikuti oleh pendukung-pendukung fakta yang bersifat umum. Dari unsur 5W+H
peristiwa dijelaskan keseluruhan nya, pada lead pemberitaan, kemudian
ditambahkan kutipan-kutipan sumber sebagai pendukung fakta yang disampaikan.
Bahasa yang digunakan pada lead tersebut, ringan, sederhana dan padat informasi,
tidak menggunakan gaya bahasa atau makna konotatif untuk mengandaikan
peristiwa, sehingga informasi yang disampaikan mudah dipahami khalayak. Tidak
ditemukan kesalahan moroflogis, seperti penghilangan afiks, dan eufimisme atau
penggunaan kata yang ditempatkan tidak sesuai konteks.
3. Tematik
Pemberitaan Metro TV, menurunkan lima tema atau gagasan pokok dari
peristiwa yang dilaporkan.Berikut analisis bahasa yang digunakan dari tema
tersebut:
Tema pertama, kedua kubu sepakat tanda tangan. Tema ini dibacakan
secara singkat oleh anchor Metro TV. Penjelasan dari tema ini, adalah penafsiran
atau kesimpulan Metro TV, karena islah yang digelar merupakan langkah awal
untuk menuju perdamain dalam kepengurusan partai Golkar. sehingga, koherensi
yang digunakan pada tema dan isi pemberitaan ialah kohenrensi penjelas. Bahasa
yang digunakan dalam menulis tema merupakan kalimat aktif, tidak ditemukan

162

kesalahan morfologis, seperti penghilangan afiks, dan kesalahan penempatan kata


atau eufisisme.
Tema ke dua, penandatanganan di kediaman Dinas JK. Penulisan tema ke
dua ini, ada penulisan singkatan (akronim) nama orang, yaitu JK yang berarti
Jusuf Kalla. penulisan singkatan tidak dianggap salah atau membingungkan
khalayak, karena pada dasarnya penggunaan akronim pada nama Jusuf Kalla
sebagai JK telah familiar (dikenal), di telinga khalayak.
Tema ke tiga, sekjen dua kubu ikut tanda tangan. Tema ini dijelaskan secara
detail oleh anchor dan menggunakan koheherensi penjelas, tema ke tiga dapat
dijelaskan oleh anchor dan nara sumber. Penulisan tema ketiga ini, menggunakan
akronim atau singkatan yang pada kalangan intelektual telah dipahami
kepanjangan dari sekjen tersebut, tetapi untuk khalayak non intelektual masih
perlu penjelasan, agar dipahami arti dari kata sekjen tersebut. Pada tema ini
seharusnya ditambahkan imbuhan ber pada kata tanda tangan, sehingga tema
itu menjadi sekjen dua kubu ikut bertanda tangan. Imbuhan ber bermakna
melakukan Pekerjaan, maka akan bermakna sekjen dari dua kubu yang berselisih
dalam kepengurusan Golkar ikut bertanda tagan pada kesepakatan islah tersebut.
Tema ke empat, sepakat islah demi pilkada 2015. Tema ini dijelaskan secara
detail oleh anchor juga terdapat pada kutipan sumber, yang menjelaskan bahwa
islah digelar untuk kepentingan partai agar dapat mengikuti Pemilihan Kepala
Derah (Pilkada) serentak pada desember 2015 mendatang, sehingga kesalah

163

pahaman antara kedua kubu harus di tepis atau diilangkan. Bahasa yang
digunakan merupakan kalimat aktif, dan tidak ditemukan kesalahan morfologis.
Tema ke lima, hasilkan empat kesepakatan bersama. Tema ini dibacakan
oleh anchor bagaimana hasil kesepakatan tersebut. Koherensi yang digunakan
ialah kohernesi penjelas, dari tema terdapat penjelasan yang singkat pada isi
pemberitaan. Penulisan pada tema terakhir ini, menggunakan kalimat aktif tidak
ada keslahan tata bahasa pada penulisannya.
Kesimpulan dari unsur tematik ialah fakta ditulis dengan memperhatikan
penulisan tata bahasa Indonesia, memperhatikan unsur morfologis dan eufemisme.
Kalimat yang digunakan menggunakan kalimat aktif, seingkat, dan padat,
sehingga koherensi yang digunakan ialah koherensi penjelas. Kelima tersebut
memiliki penjelasan pada isi berita. Akan tetapi ada beberapa yang anggap
sepeleh, ialah penulisan akronim yang tidak di ikuti penjelas atau kepanjangan
dari singkatan atau akronim tersebut.
4. Retoris
Retoris adalah cara wartawan menekankan fakta. Unit analisisi dari retoris
ialah idiom dan kata yang digunakan (diksi).
Pada peristiwa yang dilaporkan oleh Metro TV, tidak ada unsur idiom yang
digunakan sebagai penekan atau penonjolan fakta.

164

Penekanan fakta, yaitu ada pada label islah dilakukan agar partai Golkar
bias mengikuti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada desember 2015.
Ini, tercermin dari kutipan sumber, dan penjelasan anchor pada isi berita.
Kesimpulan dari keseluruhan frame, bahasa jurnalistik yang digunakan pada
pemberitaan 30 Mei 2015 pada Metro TV adalah gaya bahasa yang ringan,
ringkas, padat informasi dan jelas. Koherensi atau hubungan antar kalimat untuk
menjelaskan peristiwa menggunakan koherensi penjelas, dengan kalimat atau
paragraf deduktif dalam mengisahkan fakta dengan memperhatikan kelengkapan
berita 5W+H. Dalam menekankan fakta, Metro TV tidak menggunakan idiom dan
bahasa yang menyudutkan sala satu pihak. Tetapi pada penulisan tema, yaitu pada
tema ketiga ada penghilangan afiks

pada penulisan tanda tangan, yang

seharsusnya bertanda tangan.


4.1.4.9. Perbandingan Pemberitaan Partai Golkar, 30 Mei 2015 antara
TvOne dan Metro TV
Tabel 7. Perbandingan Pemberitaan Partai Golkar, 30 Mei 2015 antara
TvOne dan Metro TV.

Perbandingan Bahasa Jurnalistik


Elemen
Framing
Sintaksis

Metro TV
Bahasa

yang

menggunakan

TvOne

digunakan Bahasa

yang

prinsip mengunakan

digunakan
prinsip

165

penggunaan

kata

yang penggunaan

kata

yang

sederhana dan gaya bahasa sederhana dan gaya bahasa


yang

ringan,

jelas,

dan yang ringan, jelas, dan padat

padat informasi. Tidak ada informasi. Tidak ada kesalahan


kesalahan tata bahasa yang tata bahasa yang digunakan,
digunakan,

seperti

terdapat

menghilangkan

kesalahan imbuhan

morfologis

(afiks),

(afiks),

atau penggunaan

menghilangkan
dan

eufemisme
kata

tidak seperti

dan

eufemisme

imbuhan (penempatan kata yang tidak


penggunaan sesuai konteks).
(penempatan

yang

tidak

sesuai

konteks).

Skrip

Peristiwa
dengan

disampaikan
jenis

Kesimpulan, dari unsur

kalimat skrip yaitu, fakta dikisahkan

deduktif atau menggunakan dengan

memperhatikan

prinsip piramida terbalik, kelengkapan

berita,

tidak

yaitu melaporkan lebih awal menggunakan

bahasa

yang

inti peristiwa kemudian di sulit diphami oleh kalayak,


ikuti

oleh

pendukung

pendukung- tidak melanggar tata bahasa,


fakta

yang seperti

menghilangkan

bersifat umum. Dari unsur imbuhan atau menambahkan


5W+H peristiwa dijelaskan imbuhan dan kata kerja yang

166

keseluruhan nya, pada lead sama-sama memiliki makna


pemberitaan,

kemudian yang sama, dan kalimat yang

ditambahkan

kutipan- digunakan ialah kalimat atau

kutipan

sumber

pendukung

sebagai paragraph

fakta

deduktif

yang menjelaskan inti pemberitaan

disampaikan. Bahasa yang kemudian


digunakan

pada

menjelaskan

lead pedukung-pendukung

fakta

tersebut, ringan, sederhana yang sifatnya umum.


dan padat informasi, tidak
menggunakan gaya bahasa
atau makna konotatif untuk
mengandaikan
sehingga

peristiwa,

informasi

disampaikan

yang
mudah

dipahami khalayak. Tidak


ditemukan

kesalahan

morfologis,
penghilangan

seperti
afiks,

dan

eufimisme atau penggunaan


kata yang ditempatkan tidak
sesuai konteks.

Tematik

Fakta

ditulis

memperhatikan

dengan Informasi
penulisan detail

dijelaskan

secara

karena

saling

167

tata

bahasa

Indonesia, berhubungan

memperhatikan

antar

tema

unsur pertama, kedua dan ketiga,

morfologis dan eufemisme. dengan kutipan nara sumber


Kalimat

yang

digunakan yang menjelaskan secara detail

menggunakan kalimat aktif, peristiwa


seingkat,

dan

sehingga

koherensi

yang

padat, Sehingga

diberitakan.

unit

analisis

yang koherensi yang pada tematik

digunakan ialah koherensi adalah


penjelas. Kelima tersebut Yaitu

koherensi
keliamt

penjelas.

yang

satu

memiliki penjelasan pada menjelaskan kaliamt yang lain.


isi berita. Akan tetapi ada Tetapi,
beberapa
sepeleh,

yang
ialah

TvOne

kurang

anggap memperhatikan tata bahasa,


penulisan dari tema yang ditulis, yaitu

akronim yang tidak di ikuti dengan menghilangkan afiks


penjelas atau kepanjangan atau imbuhan, tetapi kesalahan
dari singkatan atau akronim itu jarang ditemukan.
tersebut.

Retoris

Bahasa

yang

digunakan Bahasa yang digunakan dalam

dalam menekankan fakta menekankan

fakta

yaitu,

yaitu, ringan, sederhana dan ringan, sederhana dan mudah


mudah dipahami. Tidak ada dipahami.

Tidak

ada

penggunaan idiom untuk penggunaan

idiom

untuk

menekankan

fakta. menekankan fakta. Semuanya

168

Semuanya

bersifat bersifat sederhana saja, ringan,

sederhana saja, ringan, dan dan padat informasi.


padat informasi.

Penggunaan bahasa jurnalistik dalam menyampaikan peristiwa keduanya


menggunakan

bahasa

yang

ringan,

singkat

padat

dan

jelas.

Dengan

mengutamakan kelengkapan berita 5W+H, kedua media tersebut menggunakan


koherensi atau hubungan kalimat yakni koherensi penjelas. Yaitu, melaporkan
lebih awal inti atau isi dari pemberitaan pada lead pemberitaan, akan tetapi
terdapat kesalahan morfologis, seperti penghilangan afiks atau imbuhan pada tema
yang ditulis, baik pada TvOne ataupun metro TV.
Pada keseluruhan, penggunaan kata untuk menyampaikan berita mudah
dipahami, meski sekali-kali menggunakan istilah asing yang tidak dipahami oleh
khalayak. Akan tetapi, kesalahan ini tidak sering ditemukan, melainkan sesekali
saja.
4.2. Analisis Pembahasan
Hasil penelitian menemukan antara media Metro TV dan tvOne
memberitakan pihak-pihak tertentu, sesuai hubungan media dan politik.
Dikonstuksi lewat bahasa yang dipilih untuk menonjolkan peristiwa-peristiwa
tersebut, yang maknanya memihak pada sala satu kubu. Tidak jarang, juga
menggunakan kalimat-kalimat hiperbola, personifikasi untuk mengandaikan dan
lebih menekankan fakta pada pemberitaan partai Golkar, dengan dua
kepemimpinan tersebut.

169

Demikian, Peter L Berger dan Tomas Luckman mengatakan bahwa realitas


sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi (penyesuaian), objektivasi
(interaksi sosial), dan internalisasi (proses individu mengidentifikasi dirinya
dengan lembaga-lembaga sosial.
Proses pertama, eksternalisasi atau penyesuaian dalam penelitian ini yaitu,
bagaimana pemberitaan partai Golkar dilaporkan sesuai dengan situasi dan
kondisi politik. Penyesuaian yang dimaksud juga adalah kesesusuaian isi atau arah
pemberitaan dengan ideologi media. Porses eksternalisasi pada pemberitaan 30
maret 2015 oleh TvOne, yaitu dengan menonjolkan kepentingan-kepentingan
fraksi partai Golkar kubu Aburizal Bakrie, ditandai dengan penekanan kata yang
dipilih, seperti mengangkat judul Demokrasi dalam Bahaya, menyebutkan
Agung Laksono telah melakukan cara kekerasan untuk memasuki ruang fraksi
partai Golkar, dan menganggap tindakan yang dilakukan kubu Agung Laksono
ialah tindakan premanisme oleh nara sumber Bambang Soesatyo. Maka
pemberitaan yang disajikan hanya menonjolkan satu arah informasi saja, yakni
kondisi yang dirasakan anggota kubu Aburizal Bakrie dalam ruang tersebut, dan
memberi pertanyaan-pertanyaan pada nara sumber yang dihubungi lewat telepon,
dengan pertanyaan yang menyudutkan kubu Agung Laksono. Sementara itu, pada
Metro TV, juga menyesuaikan pemberitaan dan poisisi owner (pemilik) modal
yang juga sebagai pimpinan partai politik yang pro kubu Agung Laksono, Surya
Paloh. Pemberitaan Metro TV 30 maret 2015 terkait penggunaan ruang ketua
fraksi partai Golkar, diberitakan dengan kemasan bahasa ringan, sederhana dan
tidak menyudutkan salah satu kubu. Dapat dilihat dari pemilihan kata aatau diksi

170

yang digunakan. Seperti, judul yang diangkat Kisruh Partai Golkar, yaitu
menyebutkan secara umum konflik partai Golkar, tidak menyebut sala satu pihak.
Kemudian tidak ada penekanan fakta atau kata yang menyudutkan dua kubu
dalam partai Golkar. Hanya menekankan pada keputusan Mentri Hukum dan Ham
yang telah mengakuisisi (menyetujui) kepengurusan kubu Agung Laksono,
sehingga berhak atas penggunaan ruang fraksi Golkar tersebut. Meski demikian,
Metro TV berpihak pada kubu Agung Laksono, terlihat dari fakta-fakta yang
ditonjolkan, akan tetapi bahasa yang digunakan halus dan tidak mengandung
unsur menyudutkan.
Hal ini karena, keberadaaan pemilik modal sebagai pengawas seluruh
kegiatan media (termasuk kegiatan jurnalistik), (Syaiful Halim:2013:201-201).
Dalam bukunya Syaifullah juga mengutip penyataan Burton, yang dikutip dari
MCQuil (1983) mengemukakan tiga hal tentang pertanyaan utama tentang
kekuasaan media yaitu:
1. Keefektifan media sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan
kekuasaan yang ada
2. Pertanyaan tetnang kepentingan kekuasaan siapa yang diterapkan
(kepentingan kekuasaan kelas sosial, masyarakat, atau individuindividu)?
3. Apakah media menambah, mempertahankan, atau mengurangi ketidak
setaraan kekuasaan yang ada dalam masyarakat?
Masih menurut MCQuail, karena pelbagai alasan (melalui tindakan atau
penghilangan) media memang melindungi atau mengemukakan kepentingan

171

orang-orang yang memiliki kekuasaan ekonomi ata politik yang lebih besar
dalam masyarakat-masyarakat mereka sendiri.
Proses konstruksi kedua yaitu proses objektivasi atau interaksi sosial yang
terjadi dalam dunia intrsubjektif yang dikembangkan atau mengalami proses
institusional. Bahwa, pemberitaan dikonstruksi melalui proses objektivitas,
dimana peristiwa dilaporkan merupakan proses interaksi antara wartawan dengan
nara sumber, lalu kemudian penyajiannya dikembangkan dengan melihat
kepentingan khalayak atau segmentasi pembeirtaan. Pada proses ini menekankan
pada proses interaksi atau hubungan. Seperti pada pemberitaan TvOne 10 maret
2015, tentang keputusan Mentri Hukum dan Ham (Menkumham) atas partai
Golkar kepengurusan kubu Agung Laksono adalah sah. Informasi yang digali oleh
wartawan terhadap nara sumber Yasonna Laoly tidak mendalam. Ini terbukti
dengan kutipan atau penjelasan Yasonna Laoly selaku ketua Menkumham yang
tidak memaparkan dasar-dasar hukum latar belakang keputusan Menkumham atas
kepengurusan kubu Agung Laksono. Sementara itu, pada Metro TV, Yasonna
Laoly menjelaskan secara detail dasar-dasar hukum pengambilan kebijakan
tersebut. Hal ini disesuaikan dengan hubungan antara pemberitaan dengan
kepentingan media TvOne, sementara Metro TV mengutamakan hubungan
pemberitaan dengan khalayak atau pemirsa yang wajib tahu dasar-dasar hukum
kebijakan Maenkumham, sehingga jelas informasinya.
Proses

kontruksi

ketiga

yaitu

proses

internalisasi

atau

proses

mengidentifikasi diri dengan lembaga-lembaga tempat individu menjadi anggota.


Dalam pemberitaan proses internalisasi yaitu bagaimana pelaku atau siapa yang

172

diberitakan terhadap lembaga-lembaga atau organisasi tempat individu menjadi


anggotanya, akan memberi pengaruh terhadap media yang memberitakan nya.
Seperti dalam penelitian ini, pemberitaan TvOne 31 mei 2015, tentang
penandatanganan nota islah yang digelar di kediaman Yusuf Kalla. TvOne
menyebutkan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden (wapres), dan kemudian ikut
menandatangani nota islah. Dengan posisi Jusuf Kalla sebagai wapres akhirnya
kedua kubu sepakat melakukan islah khusus, dengan wapres sebagai fasilitator.
Kemudian pada susunan wawancara nara sumber, kutipan Aburizal Bakrie
ditempatkan pada awal kutipan, sedangkan Agung Laksono ditemaptkan pada
akhir kutipan. Hal ini, karena pemilik modal lebih utama dari oang lain.
Kemudian, pada Metro TV meneybutkan Jusuf Kalla yang ikut menandatangani
nota islah sebagai senior Golkar yang juga memfasilitator tercapainya islah
khusus kedua kubu tersebut. Pennyebtan pada Jusuf Kalla dengan label yang
bebreda ialah hanya untuk menarik tanggapan khalayak, bahwa wakil presiden
juga ikut mendamaikan pertikaian partai Golkar, dan senior Golkar harus turun
tangan untuk memecahkan kebuntuan dalam kepengurusan partai Golkar. Hal
demikian, merupakan proses internalisasi dimana Aburizal Bakrie teridentifikasi
sebagai owner TvOne dan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden yang akan memberi
pengarh simpatik pada kahlayak atas berita yang disajikan.Kemudian Metro TV
yang sejak awal tidak menyudutkan kubu Aburizal Bakrie, tapi secara halus
menyatakan keberpihakannya pada kubu Agung Laksono, dengan mengisahkan
fakta sedmikian halus tidak menggunakan kata-kata yang menggugat atau
mengancam, namun mudah ditebak arah pemberitaannya. Ini teridentifikasi,

173

hubungan politik yang dibangun oleh kubu Agung Laksono dan Srya Paloh ketua
umum

Naional Demokrat

yang sama-sama

menugusng dan berkoalisi

memenangkan pilihan presiden (Pilpres) dan wakil presiden Jokowi Dodo dan
Jusuf Kalla pada pilpres 2014 lalu.
Teori pendekatan konstruksi sosial atas realitas Berger dan Luckman telah
direvisi dengan melihat fenomena media massa sangat substantif dalam proses
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi inilah yang kemudian dikenal sebagai
konstruksi sosial media massa. Substansi teori konstruksi sosial media massa
adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial
berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang
terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini
massa cenderung sinis (Bungin, 2008:203).
Sebagai media komunikasi massa, berita digunakan sebagai media
merefleksikan realitas, atau bahkan membentuk realitas. Pemberitaan yang
ditayangkan, adalah peristiwa yang benar-benar terjadi, dengan fungsi
mempengaruhi khalayak sehingga menimbulkan empati atau kritikan terhadap
peristiwa yang ditayangkan.
Akan tetapi informasi yang ditayangkan oleh media, merupakan informasi
yang telah dikonstruksi atau telah melewati proses editan yang biasa dikenal
dengan melewati dapur redaksi. Peristiwa yang dilaporkan benar adanya, akan
tetapi isi dan arah arah pemberitaan itu tergantung bagaimana pandangan
wartawan dan redaktur terhadap peristiwa. Sehingga, berita akan dibingkai
(framing) dengan kemasan bahasa tertentu, dengan penonjolan-penonjolan

174

peristiwa yang ditekankan pada penggunaan kata atau bahasa atas peristiwa. Hal
demikian, tidak terlepas dari visi dan misi serta kebijakan media, dan bagaimana
pengkonstruksian peristiwa.
Seperti halnya, penelitian ini, bagaimana pemberitaan media TvOne dan
Metro TV memberitakan sengketa yang terjadi dalam kepengurusan partai Golkar.
Meski keduanya memiliki visi ingin menjadi media dengan program news (berita)
pertama di Indonesia, penonjolan fakta dalam pemberitaan pertikaian kedua kubu
yang terbentuk dalam tubuh (kepengurusan) partai Golkar, di sajikan dengan arah
dan konten (isi) yang berbeda.
TvOne

cenderung

menonjolkan

peristiwa

yang

dirasakan

oleh

kepengurusan Aburizal Bakrie ketimbang Agung Laksono begitu pula pada Metro
TV yang cenderung menonjolkan peristiwa yang dirasakan oleh kepengurusan
Agung Laksono. Hal ini, dilihat dari judul, lead, nara sumber yang ditentukan
oleh kedua Media, seperti yang terdapat dalam unsur framing Zongdang Pan dan
Gerald M Kosicki, yakni sintaksis, skrip,tematik dan retoris.
Penonjolan peristiwa lain ialah dilihat dari penggunaan bahasa atau pilihan
kata (diksi) yang digunakan untuk menjabarkan peristiwa. Seperti pada
pemberitaan 30 maret 2015, TvOne menggunakan majas hiperbola pada judul
yang di muatnya yaitu Demokrasi dalam Bahaya, sementara pada Metro TV
hanya menekankan kesalah pahaman yang rumit dengan memuat judul Kisruh
Partai Golar. Kemudian, TvOne menggunakan kata-kata menyudutkan sala satu
pihak, seperti kata memanas, menduduki, memaksa, mendobrak dan
pertanyaan-pertanyaan reporter pada nara sumber yang ingin mengisahkan

175

kekejaman yang dilakukan kubu Agung Lakono, seperti pertanyaan presenter


Shinta bahwa ketika anda berada disana apa yang anda lihat ketika itu, apakah
mereka memaksa masu atau sempat terjadi komunikasi sebelumnya?, kemudian
diulang kembali oleh presenter Adi: kami tanyakan tadi, apakah ada nada-nada
ancaman atau suara-suara mengaancam?. Sementara pada Metro TV tidak
kalimat-kalimat yang mengandung unsu kekerasan. Meski demikian kedua media
tersebut, menggunakan prinsip penulisan berita model piramida terbalik, dengan
bahasa yang ringan, singkat, padat dan jelas. Hanya sesekali saja dalam penulisan
tema atau judul ditemukan melakukan kesalahan, seperti kesalahan morfologis
yaitu menghilangkan imbuhan yang dapat melanggar penulisan tata bahasa.
Seperti pada pemberitaan Metro TV 10 maret 2015, pada lead pemberitaan adan
penghilangan afiks atau imbuhan hasil putusan sengketa pengurusan Golkar
oleh Menkumham partai telah dikaji oleh Mentri Hukum dan Ham, yaitu pada
kata pengurusan dan putusan yang menghilangkan awalan ke, dan seharusnya
kepengurusan dan keputusan, agar sesuai dengan kaidah tata bahasa. Akan
tetapi, bukan tidak ada alasan penghilangan afiks itu dilakukan, melainkan untuk
menegaskan fakta, agar terkesan mengecam, mengkhawatirkan, sehingga
khalayak atau pemirsa lebih kuat menetapkan siapa benar dan siapa salah dalam
perpecahan di tubuh partai Golkar tersebut.
Perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam pemberitaan partai Golkar oleh
media TvOne dan Metro TV ialah tidak terlepas dari bagaimana peristiwa
dikonstruksi. Dimana, menurut Peter L Beger (dalam Skripsi, Sadam Said:2014)

176

dalam proses konstruksi sosial media massa itu melalui melalui beberapa tahap,
berikut penjelasannya:
1. Tahap menyiapkan materi kosntruksi: Ada tiga hal penting dalam tagapan
ini yakni:
a. keberpihakan media massa kepada kapitalisme,yaitu ditandai
dengan pemberitaan yang menyudutkan kubu Agung Laksono pada
pemberitaan 30 maret 2015 tentang perselesihan siapa yang berhak
atas ruang fraksi Golkar, TvOne tidak menyinggung hasil
keputusan

Mentri

Hukum

dan

Ham

yang

mengesahkan

kepengurusan Agung Laksono sehingga tidak ada alasan untuk


kewajaran tindakan pengambil alihan ruang fraksi Golkar
kepengurusan kubu Agung Laksono. sementara pada Metro TV
dengan

pemberitaan

yang

sama,

menyebutkan

bahwa

kepengurusan Agung Laksono wajar untuk mengambil alih ruang


fraksi partai Golkar, yaitu dengan menyebutkan kepengurusan
kubu Agung Laksono telah sah sesuai kebijakan yang diambil oleh
Mentri Hukum dan Ham. Kapitalisme terlihat menonjol pada
TvOne dengan pemberitaan ini, yaitu konstruksi realitas yang
dipengaruhi oleh pemilik modal. Pemilik modal memiliki pengaruh
besar dalam pemasaran informasi.
b. Keberpihakan semu kepada masyarakat, pada pemberitaan ini
mungkin tidak bersifat intersted atau penting pada khalayak yang
tidak memiliki kepentingan pada partai Golkar. Sehingga tidak

177

dapat di identifikasi keberpihakan yang sifatnya semu atas


peristiwa dan informasi, akan tetapi jika sistem kapitalis ini tetap
dipraktekan keberpihakan semu pada masyarakat bisa saja terjadi,
namun dalam pemberitaan ini hanyalah karena pelaku yang
diberitakan memiliki kepentingan politik dan memiliki hubungan
dengan media yang memberitakan.
2. Tahap sebaran konstruksi: prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial
media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara
tepat berdasarkan agenda media.
3. Tahap

pembentukan

konstruksi

realitas.

Pembentukan

kosntruksi

berlangsung melalui: (1) konstruksi realitas pembenaran, (2) kesediaan


dikonstruksi oleh media massa, (3) sebagai pilihan konsumtif
4. Tahap konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun
penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya
untuk terlibat dalam pembentukan konstruksi.
Benar adanya apa yang telah dijelaskan oleh Peter L Beger dan Thomas
Luckman, dibelakang layar, diketahui ketua umum kepengurusan Aburizal Bakrie
ialah owner (pemilik) dari media TvOne, dan Surya Paloh adalah owner (pemilik)
dari Metro TV, dimana Surya Pallo duduk bersama-sama kepengurusan Agung
Laksono mengusung Calon Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo, sementara
kepengurusan Aburizal Bakrie mengusung calon presiden dan wakil presiden
Prabowo Subianto bersama Hatara Jasa. Dua kepentingan partai politik yang
berbeda pendapat, ternyata mampu memengaruhi isi pemberitaan.

178

Kemudian, konstruksi pemberitaan dapat dianalisis dengan analisis framing,


sehingga terlihat jelas arah pemberitaan.
Membahas seputar tentang analisis framing Zongdan Pan dan Gerald M
Kosicki, dapat memberikan banyak manfaat, pada khalayak. Mempelajari dan
memahami analisis framing dalam pemberitaan dapat menjadikan penonton atau
khalayak yang tidak mudah diterpa efek media, atau informasi. Kemudian,
kegunaan untuk media terhadap analisis framing dan memahami teori konstruksi
realitas, maka media mempunyai pedoman yang dapat digunakan sebagai
petunjuk dalam memanejemen setiap kinerjanya.
Dengan konstruksi realitas dan analisis framing, media massa mampu
mengubah peristiwa yang biasa, menjadi luar biasa penting bagi publik, dan
faktanya memang banyak kejadian penting didunia digerakkan oleh media massa.
Dengan konstruksi realitas dan analisisi framing, media massa dapat
memengaruhi khalayak dengan pemberitaan yang mereka berikan kepada
masyarakat dan masyarakat akan menganggap berita-berita yang dipublikasikan
oleh media terasa begitu menarik untuk diketahui.

179

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
kesimpulan dari penelitian ini yaitu :
1. Pemberitaan partai Golkar di kemas dan dibingkai dengan framing pesan
yang dipengaruhi oleh kepemilikan modal, apalagi pemilik modal tersebut
memiliki kepentingan politik, sehingga mempengaruhi kebijakan redaksi,
dan wartawan, dalam menyusun fakta. Pesan yang ditemukan dalam
pemberitaan partai Golkar ialah arah informasi yang bersifat satu arah,
yaitu hanya menyajikan satu arah informasi saja dari dua kubu yang
berselisih paham. Peristiwa dikonstruksi sesuai masing-masing ideologi
media, dan memperhatikan hubungan internal media dengan pelaku
pemberitaan.
2. Penggunaan bahasa jurnalistik dalam menonjolkan fakta pemberitaan
partai Golkar yaitu, dikemas dengan bahasa sederhana, ringan, jelas dan
padat. Akan tetapi, dalam menonjolkan fakta, diksi atau pemilihan fakta
untuk menekankan fakta menggunakan kata-kata yang mengandung
makna sinisme (sinis), menggunakan gaya bahasa hiperpola juga metofora
untuk mengandaikan peristiwa yang ingin ditekankan pesan nya pada
khalayak. Kedua media, masih melanggar beberapa tata bahasa, seperti
kesalahan afiks yaitu menghilangkan unsur imbuhan atau akhiran, untuk

180

menekankan fakta, menempatkan kata yang tidak sesuai penempatan


kalimatnya atau yang biasa dikenal eufimisme, akan tetapi kesalahan ini
jarang ditemukan.
5.2. Saran
Kepada media TvOne dan Metro TV seharusnya tidak mementingkan
kepentingan satu pihak dalam menyajikan pemberitaan, karena pada dasarnya
media dan seorang jurnalis ialah melaporkan berita sesuai fakta dan peristiwa
yang terjadi, tidak bersifat subjektif karena berita harus bersifat objektif. Karena
media ialah kontrol sosial (control social) atas kebijakan pemerintah, dan
masyarakat.
Kemudian untuk menyampaikan berita, konstruksi pesan menggunakan
bahasa yang tidak mengandung unsur sinisme atau kata-kata yang terlihat jelas
kecenderungan menyudutkan sala satu pihak, karena khalayak yang sifatnya
heterogen akan mengonsumsi kata-kata yang digunakan oleh media. Sekalipun,
media adalah dimiliki oleh individu-individu yang memiliki kepentingan politik,
media tetaplah media, jurnalis tetaplah jurnalis, yang melaporkan fakta sesuai
realitas yang terjadi dilapangan.

DAFTAR PUSTAKA
Alex,Sobur.2003.Analisis Teks Media.Bandung:Remaja Rosdakarya.
Agung

Harahap,

Machyudin.2013.Kapitalisme

Media.Yoyakarta:Aura

Pustaka.
Badara,Aris.2012.Analisis Wacana.Jakarta:Kencana
Bungin,Burhan.2008.Konstruksi

Sosial

Media

Massa

Iklan

dan

Televisi.Jakarta:Kencana Prenada Media Group


Eriyanto.2002.Analisis

Framing,Konstruksi

dan

Politik

Media.Yogyakarta:LKIS GROUP
Halim,Syaifullah.2013.Post Modifikasi Media.Yogyakarta:Jalasutra
Kurniawan,Harlis.2013.Cara Cepat Mahir Editing.Depok:Mutiara
KPI.2013.Kedaulatan Frekuensi,Regulasi Penyiaran, Peran KPI, dan
Konevergensi Media.Jakarta:Kompas
Mulyana, Dedi.2001. Ilmu Komunikasi Pengantar.Bandung:Rosdakarya
McQuil,Denis.2000.Teori

Komunikasi

Massa,Suatu

Pengantar.Jakarta:Erlangga
Morissan,M.A.2010.Teori Komunikasi Massa.Bogor:PT.Ghalia Indonesia
Nurudin.2003.Komunikasi Massa.Malang:Cespur

Rakhmat,Djalaludin.1989.Psikologi Komunikasi.Bandung:PT.Remaja Rosda


Karya
Sumadiria,Haris.2008.Bahasa Jurnalistik.Bandung:Simbiosa Pekatama Media
Salim,Agus.2006.Teori & Paradigma Penelitian Sosial.Yogyakarta:Tiara
Wacana
Suyomukti,Nurani.2010.Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta
Sugiono.2008.Metode

Penelitian

Kuantitatif

dan

Kualitatif

dan

R&D.Bandung:Rosdakarya

Sumber Lain:
Http://ideaswan.blogspot.com/2011/10/quo-vadis-berita-politik.html, di download
pada tanggal 20 maret 2015
http://www.rometeamedia.com/2014/04/media-massa-pengertian-dan-jenis.html.
di download pada tanggal 20 maret 2015
http://anarkis.org/anarkis-faq/bag-d/d-3/ di download pada tanggal 20 maret 2015
www.selasar.com/politik/penyebab-konflik-golkar di download tanggal 9 juni
20015

LAMPIRAN

A.

Pemberitaan TV One, 30 maret 2015

B. Pemberitaan Metro TV, 30 maret 2015

C. Pemberitaan TV One, 10 Maret 2015

D. Pemberitaan Metro TV, 10 maret 2015

E. Pemberitaan TV One, 31 Mei 2015

F. Pemberitaan Metro TV, 31 Mei 2015

Anda mungkin juga menyukai