HUKUM ISLAM
Skripsi
Oleh :
NIM. 1112044100032
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui makna filosofis dari ritual posuo
yang merupakan adat Kesultanan Buton, proses dan pengaruh pembentukan
karakter dalam ritual posuo menuju kehidupan berumah tangga, alasan penyebab
gadis-gadis remaja dipilih dalam ritual posuo, dan tinjauan hukum Islam
mengenai ritual posuo.
Penelitian ini merupakan penelitian Empiris yang bertitik tolak pada data
primer yaitu masyarakat eks Kesultanan Buton, kota Baubau dengan data awal
yang diperoleh melalui metode penelitian pustaka (library research) dan
penelitian di lapangan (field research). Penelitian ini berlokasi di Keraton
Kesultanan Buton (Kraton Wolio) tepatnya di Kecamatan Murhum, Kota Baubau
Buton Sulawesi Tenggara. Alasan pemilihan lokasi ini adalah dikarenakan masih
kentalnya ritual posuo yang dilangsungkan di lokasi penelitian.
ii
بسم هللا الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Puji syukur hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam dengan segala
Kemahaan-Nya dan segala ridho, rahmat, taufiq serta hidayah dan inayah-Nya
yang tak terhingga yang telah memberi anungrah ilmu pengetahuan dan nikmat
yang tak berujung, kesempatan untuk selalu mengharap belas kasih-Mu,
mempelajari dan membaca serta mengambil pelajaran dan hikmah dari setiap suka
duka kehidupan yang dilalui yang membuat diriku bangga sekaligus tuduk dan
bahagia hadir sebagai mahluk-Mu di dunia ini.
Penulis menyadari dalam hal apapun tidak ada kata sempurna begitu juga
dengan skripsi ini karena kesempurnaan hanyalah milik Allah swt. Namun, yang
terpenting adalah penulis telah berusaha semaksimal mungkin memberikan yang
terbaik dalam wacana keilmuan dengan skripsi ini. Dengan selesainya skripsi ini
iii
penulis merasa berkawajiban mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya
kepada :
iv
8. Teimakasih kepada kedua adikku Fatahhuddin Amin Kitabi dan Wardatun
Kamilah Amin Kitabi yang selalu memberikan motivasi dan dukungan
serta do’a kepada kakanya untuk terus menjadi contoh yang baik untuk
kalian. Kepada Bibi dan Paman di Bekasi dan Bogor serta anak-anaknya,
kalian yang terdekat di rantau ini. Kepada bunda Aira dan suami yang
telah meberikan fasilitas tempat tinggal dan membantu penulis dalam
penelitian, serta Keluarga di Buton Nepa Mekar dan Siompu terimaksih
terlah memberi cerita indah selama penelitian di Buton dan membuat
penulis bangga menjadi orang Buton, juga kepada seluruh keluarga di
Ambon terkhusus neneku tersayang dan kerabat yang penulis cintai dan
sayangi yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu atas
perhatian dan do’a kalian yang luar biasa hingga penulis dapat melewati
masa perkuliahan ini.
9. Kepada seluruh keluarga HIPPMIB (Himpunan Pemuda Pelajar
Mahasiswa Indonesia Buton) Jakarta, terkhusus para senior Ust. Rosid,
Ust. Falah, Pak Guru Mi’raj, kakak Sepupu terbaik (ka Sem), Ust.
Kasman, Ust. Sairul, ka syarif, ka Huluk, ka Harsin, ka Awal dan ka Lisna
yang telah banyak membantu penulis mulai dari awal sampai di Ciputat
hingga sekarang, teman-teman seperjuangan saat masuk UIN ka Yudi, ka
Jamal, ka Iwan, ka Eko, dan ka Didin serta kawan-kawan dan adik-adik
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih untuk
mewarnai cerita perjuangan penulis di Ciputat.
10. Kepada Keluarga Besar LTTQ (Lembaga Tahfidz dan Ta’lim Qur’an),
teman teman haiah tahsin terkhusus ust. Muamar dan Ustz. Lina yang
telah mengajarkan dan memotivasi saya untuk selalu dekat dengan al-
Qur’an, ka Saulia dan ka Ani, jug aka Nia serta senior yang tidak dapat di
sebutkan namanya satu persatu, teman seperjuangan (kawan sejawat) dan
semua keluarga LTTQ ku terimakasih untuk selalu memotivasi saya
menjadi lebih baik lagi.
v
11. Kawan-kawan di LAZIS FATHULLAH yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk belajar banyak hal tentang kehidupan
bermasyarak, menumbuhkan jiwa sosial saya untuk berbagi dan memberi,
serta membuat saya merasa bermanfaat di masyarakat.
12. Teman-teman seperjuangan Hukum Keluarga 2012 terkhusus kelasa PA.A
mba Aish, mba Nafis, Uni Deza, Fida, April, Nanik, Ipeh, Nisa dan Putri,
serta Dhiba, Rahma, ka Ais dan fifah dan lainya yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, terimakasih telah menjadi bagian dari proses studi
penulis selama di strata I ini.
13. kawan-kawan di KKN Expresso, Rahmi, Rani, Putri, Lala, Ita dan yang
lainnya yang tidak dapat di sebutkan satu persatu, terimakasih kawan
untuk cerita indah selama di KKN.
14. Untuk sahabat rantau Fitratussalamah, Muadi Mawaddah dan Putri Zahra
dan adik-adik kece dari Tual, bahagiaku karena diberi kesempatan
mengenal dan berproses bersama kalian.
Penulis sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena di
dalamnya masih terdapat kekurangan dan kekeliruan, oleh karena itu kritik dan
saran dari para bembaca yang budiman sangat penulis harapkan demi kebaikan
dan perbaikan karya ilmiah ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi kita semua, terutama bagi penulis sendiri. Amiin.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PERNYATAAN...…………………………………………………... i
ABSTRAK ……………………………………..……………………………… ii
vii
BAB III POTRET KESULTANAN BUTON SULAWESI TENGGARA
DAN KOTA BAUBAU …………………………….………………. 34
A. Kesimpulan ……………………………………...…………………... 73
B. Saran …………………………………………………………...……. 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang terdiri dari unsur-unsur atau bagian-bagian yang satu sama lain saling
1
Elfrida R Gultom, Hukum Waris Adat di Indonesia, (Jakarta : Literata Jendela Dunia,
2010), h.1
2
Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Al-Qur‟an dan Hadit, (Jakarta :
Tintamas, 1982 ), h.1
1
2
pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
dan perempuan yang didasari pada keyakinan dan kesamaan prinsip untuk
rahmah.
batin dan bahagia di dunia dan di akhirat kelak. Dari keluarga sejahtera
dan bahagia inilah kelak akan terwujud masyarakat yang tentram dan
sendiri melalui KMA No. 477 tahun 2004 tentang pencatatan nikah,
3
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta : UI-Press, 1986 ) h. 47
3
globalisasi ini. Keunggulan dan daya saing bangsa hanya akan terwujud
pengantin yang siap untuk menikah dan telah mendaftarkan diri di KAU.
sudah ada dan berkembang menjadi sebuah tradisi dalam ritual atau
upacara seperti dalam ritual adat kesultanan Buton. Ritual tersebut dikenal
dengan ritual posuo yang merupakan tradisi yang sudah lama ada dan
wilayah kesultanan.
4
unsur yaitu unsur adat dan unsur agama Islam. Dalam hal ini, mereka
masih tetap mempertahankan adat istiadat yang telah ada sejak lama
kesehariannya.
terlibat di dalam ritual adalah para tokoh adat yang disebut bhisa. Dalam
ritual ini para gadis diberikan pembinaan baik fisik maupun mental berupa
ritual pasuo merupan sebuah bimbingan pranikah bagi para gadis remaja
4
M. Mu‟min Fahimuddin, ed., Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton, (Bau-bau :
Penerbit Respect, 2011) h. 250.
5
M. Mu‟min Fahimuddin, ed., Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton, h.250
5
melahirkan keturunan yang baik, kuat, sehat dan cerdas.6 Berbeda dengan
B. Identifikasi Masalah
6
Sayyid Muhammad Husain Fadhullah, Dunia Remaja : Tanya Jawab Seputar Pergaulan
dan problematika remaja, ( Jakarta :Pustaka Hidayah, 2005), h.69
6
posuo.
Kesultanan Buton.
8. Gadis-gadis remaja yang dipilih menjadi peserta dari ritual posuo adat
Kesultanan Buton.
1. Pembatasan Masalah
2. Perumusan Masalah
berikut :
Kesultanan Buton?
hukum Islam ?
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
b. Secara Praktis
Hukum.
Buton”
masyarakat Buton.
1. Kerangka Teori
karakter pada ritual posuo ini adalah teori dari Dr. K. Kupper bahwa
buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti „budi‟ atau
bersangkutan dengan budi dan akal.7 Selain itu, dalam kajian ushul
fiqh juga di kenal istilah „urf‟ yang merupakan sumber hukum Islam.
Ini merupakan satu sumber hukum yang di ambil oleh mazhab Hanafy
dan Maliky, yang berada di luar lingkup nash. „Urf (tradisi) adalah
7
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000),h. 19.
11
menjadi satu teori yang akan digunakan dalam analisis ritual posuo.
Islam.
2. Kerangka Konseptual
tradisional berlaku pembagian dan peran suami istri. Konsep ini lebih
domestik.9
8
Muhammad Abu Zahrah, Ushul fiqih, (Jakarta :PT.Pustaka Firdaus, 2011) h.416
9
Sri Lestari, Pisikologi Keluarga (Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga), (Jakarta : Prenada Media grup, 2013) h.10
12
dan dijauhkan dari keluarga dan masyarakat sekitar serta dunia luar
fungsi serta tujuan berkeluarga dan membentuk pribadi dan tabiat juga
10
N. K. Singh dan Mr. A. R. Agwan, Encyclopeadia of the Holy Qur‟an, (New Delhi :
Balaji Offset, 2000), h. 175
13
masyarakat Buton yaitu agama Islam. Dua unsur, agama dan adat
moral para gadis remaja yang dipasuo. Hukum Islam sendiri tidak
G. Metode penelitian
pada data primer yaitu masyarakat eks Kesultanan Buton, kota Baubau
2. Lokasi Penelitian
3. Sumber Data
Tenggara.
16
5. Jenis Data
diamati.
a. Reduksi Data
b. Penyajian Data
c. Penarikan Kesimpulan
7. Teknik Penulisan
H. Sistematiaka Penulisan
sebagai berikut:
18
penulisan.
secara umum, meliputi letak geografis dan letak demografis, kondisi sosial
BAHAGIA
yang terdiri dari pasangan suami istri, anak-anak, mertua dan sebagainya.
Terwujudnya suatu rumah tangga yang sah setelah didahului oleh akad
orang seisi rumah yang menjadi tanggungan, sanak saudara dan kaum
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka: 2000), h .758
2
Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga (Keluarga yang Sakinah), (Jakarta :
Pedoman Ilmu jaya), h.26
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h . 413
20
21
ketidak hadiran anggota keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat
lainya. Defenisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari
(extended family) mencakup semua orang dari satu keturunan dari kakek
4
Kusdwiratri Setiono, Pisikologi Keluarga, ( Bandung : PT. Alumni, 2011) h. 24
22
lawan jenis yang bukan mahramnya yang telah mengikatkan diri dengan
perkawinan tersebut.7
penuh rasa cinta dan kasih sayang. Ia terdiri dari istri yang patuh dan setia,
suami yang jujur dan tulus, ayah yang penuh kasih sayang dan ramah, ibu
yang lemah lembut dan berperasaan halus, putra putri yang patuh dan taat
َى
ّ حوَةً ِإ
ْ َج َعلَ بَيْ ٌَ ُكنْ هَىَ ّدَةً َوس
َ سكٌُُىا ِإلَ ْيهَا َو
ْ س ُكنْ َأصْوَاجًا ِل َت
ِ خلَقَ َلكُنْ ِهيْ أًَْ ُف
َ َْوهِيْ آيَاتِهِ أَى
anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala
3. Fungsi cinta kasih, diberikan dalam bentuk memberikan kasih sayang dan
9
William J. Goode, Sosiologi Keluarga, (Jakarta : PT. Bumi Aksara) h.3
24
anggota keluarga.
baik.
7. Fungsi ekonomi, adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat
datang.
kerja sama serta kesadaran akan tanggung jawab baik dari pihak suami
1. Fungi Biologis
yang berakal dan beradab. Fungsi biologis inilah yang dapat membedakan
perkawinan manusia dan binatang, sebab fungsi ini diatur dalam suatu
2. Fungsi Edukatif
keluarganya, dimana orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk
profesional.
3. Fungsi Religius
4. Fungsi Protektif
masyarakat yang berada pada wilayah publik. Selain itu, keluarga juga
luar.
5. Fungsi Sosialisasi
6. Fungsi Rekreaif
10
Mufida Ch, Pisikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang : UIN Malang
Press, 2008), h. 42-44
27
harus terus dipelihara, karena jika salah satu fungsi keluarga tidak berjalan
keluarga.
“ perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
memberikan pengarahan yang baik dalam rumah tangga berarti telah ikut
negara adalah kumpulan atau susunan dari masyarkat yang luas. Dari
pembinaan dan pengarahan untuk masyarakat yang baik harus dimulai dari
11
Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga (Keluarga yang Sakinah), (Jakarta :
Pedoman Ilmu jaya) h.36
28
dan akhlak serta rasa sosial, cinta dan kasih sayang. 13 Tujuan dari
dicapai, maka dalam perkawinan Islam tujuan dan sasaranya jelas dan
terang, yaitu :
d. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan membentengi diri dari
perbuatan maksiat atau dengan kata lain menyalurkan naluri seksual secara
halal.
12
Modul pembinaan keluarga sakinah, (Jakarta : departemen Agama RI ,2000) h. 158
13
Modul pembinaan keluarga sakinah, h.162
14
Modul pembinaan keluarga sakinah, h.167
29
antar keluarga.
tangga misalnya, terutama peran seorang istri yang harus ikut mendukung
jabatan penting yang tidak diberikan Allah kepada wanita seperti jabatan
kenabian dan kerasulan. Akan tetapi, bukankah yang melahirkan para nabi
dan rasul adalah kaum wanita ? begitu terhomatnya Maryam, ibunda Nabi
Isa as, sehingga disebutkan dalam al-Qur’an sebagai wanita shalehah dan
konflik, berikhtiar dan bersyukur serta adanya kedudukan yang jelas dalam
keluarga.16
kepala keluarga.17
sedangkan suami adalah pemimpin dalam urusan keluarga, hal ini sesuai
15
Hasan M. Noer (ed), Portet Wanita Shalihah, (Jakarta : Penamadani, 2004), h.4-5
16
Huzaemah T yanggo, Hukum Keluarga dalam Islam, (Jakarta : yayasan Indonesia
Baru,2013), h. 96
17
Hasan M. Noer (ed), Portet Wanita Shalihah, (Jakarta : Penamadani, 2004) h.5
18
Hasan M. Noer (ed), Portet Wanita Shalihah, h.6
19
Al-Bukhari, Shahih Bukhari, juz II, (Beirut : Darulkitan al Arabi :1422) h.5
31
ج ُم
ُ َعٍَ ِخِّ َٔانر
ِ عٍْ َر
َ عٍْ َرعِ ٍَ ِخ ِّ انْإِيَب ُو رَاعٍ َٔ َيسْئُٕ ٌل
َ ُكُه ُكىْ رَاعٍ َٔ ُكُه ُكىْ َيسْئُٕ ٌل
Fungsi dan tugas dalam urusan rumah tangga ini bisa saja
namun tetap berada dalam koordinasi dari sang istri. Alangkah bahagianya
statusnya sebagai seorang istri bila belum memiliki anak. Hamil dan
ٍّصهى اهلل عه- ى ِ ٍِ ٌَسَبرٍ قَبلَ جَبءَ َرجُ ٌم إِنَى انَُب ِ ٍ َيعْقِمِ ْب ْع َ ٍَ قُ َرة ِ ٍ ُيعَبٌَِٔ َت ْب ْع َ
, ال:ب َٔجًََبلٍ َٔإِ ََٓب الَ َحِه ُذ أَ َفأَحَسَ َٔجَُٓب قَبلٍ َحسَ َج ايْرََأ ًة رَاث ُ ْ فَقَب َل إَِِى َأصَب-ٔسهى
حَسَ َٔجُٕا انْ َٕدُٔدَ انْ َٕنُٕدَ فَإَِِى ُيكَبثِرٌ ِب ُك ُى:ُث َى أَحَب ُِ انّثَبَِ ٍَتَ فَََُٓب ُِ ُثىَ أَحَب ُِ انّثَبنِ َّثتَ فَقَبل
)ا ُأل َيىَ (رٔاِ ابٕدأد
Saat umat Islam sudah banyak, maka hadits ini tidak harus
dimaknai secara kuantitatif tapi lemah secara kualitatif, yaitu tidak sekedar
banyak secara kuantitatif tapi lemah secara kualitatif. Lebih baik sedikit
berkualitas dari pada banyak tak berkualitas dan lebih baik lagi jika
20
Abu Daud, Sunan Abi Daud, juz II, (Beirut : Darulkitan al Arabi, t.th) h.175
33
menjadi manusia yang berkualitas. Anak cerdas dan berbudi pekerti baik
tidak mungkin akan hidup terlantar dan menjadi beban bagi orang lain di
ال
ً ْعَليْ ِهنْ َفلْ َيتَقُىا اهللَ َولْيَقُىلُىْا قَى
َ ضعَافًا خَافُىا
ِ ًخلْ ِفهِنْ ُرسِيَة
َ َْولْ َيخْشَ الَزِيْيَ لَىْ َتشَكُىْا هِي
)9:)4((الٌساء.س ِذيْذًا
َ
utama terhadap perkembangan jiwa dan mental anak, khususnya pada usia
umumnya.21
merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang tua
21
Zaitunah Subhan, Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan, Jakarta : el-Kahfi,
2008, h. 302.
22
Zaitunah Subhan, Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan, h. 303.
BAB III
BAUBAU
didirakan oleh imigran dari Johor dan Sumatra yang telah lama menjalin
hidup dari abad ke-14. Sebelum Islam diterima sebagai agama resmi,
ajaran agama Hindu mempunyai pengaruh yang cukup kuat. Raja pertama
sampai raja keenam masih menganut agama Hindu, hingga kemudian raja
pada tahun 848 H atau 1540 M dari seorang muballig yang datang dari
34
35
tahun 1960, telah memerintah 37 orang raja yang bergelar sultan. Sebelum
nilai, dan hukum yang kemudian mewujudkan pola perilaku ideal. Kendati
memperlancar usaha para dai’ atau ulama untuk menyiarkan agama Islam,
dan lambat laun menjadi bagian dari adat sehingga berbagai kebiasaan
budaya leluhur dan syariat Islam. Adat dan syariat Islam ini yang menjadi
lamanya. Dalam masa itu dipimpin oleh enam orang raja selama 245 tahun
B. Letak Geografis
pulau ini adalah pulau Tiworo, Tobeya Besar dan Tobeya Kecil yang
sebelah barat daya pulau Buton, pulau Talaga Besar dan Talaga Kecil
kenal dengan kepulauan Tukang Besi yang terdiri dari pulau wengi-
Kesultanan Buton.1
1
A. lightvoet, Beschrijving en Geschi edenis van Boeton, dalam BKI, Vol. 26, s-
Gravenhage, Martinus Nijhoff, h.1-5.
38
121,40o Bujur Timur dan 124,50o Bujur Timur serta 4,2o Lintang selatan
C. Kondisi Demografis
Bila dilihat dari segi etnis maka kota Baubau memiliki penduduk
yang homogen yakni mayoritas penduduknya adalah suku Buton. Hal ini
Buton pada masa itu. Adapun penduduk beretnis selain suku Buton yang
Negara.
Baubau tahun 2015, jumlah penduduk yang berdiam di daerah ini pada
2
Susanto Zuhdi dkk, Kerajaan Tradisional Sulawesi Tenggara : Kesultanan Buton,
(Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1996),h.6
3
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Baubau, Kota Baubau Dalam Angka :Baubau
Municipality in figures 2016, (Baubau : CV. Kainawa Molagina 2016), h.2
39
tahun 2010 berjumlah 136.981 jiwa. Pada tahun 2015 jumlah penduduk
kota Baubau meningkat menjadi 154.877 jiwa, yang terdiri dari laki-laki
76.395 jiwa dan perempuan 78.482 jiwa, dengan demikian dalam lima
D. Keadaan Ekonomi
angka kerja kota Baubau 2015 sebesar 70.332 orang, dengan jumlah yang
4
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Baubau, Kota Baubau Dalam Angka :Baubau
Municipality in figures 2016, h. 52-53
5
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Baubau, Kota Baubau Dalam Angka :Baubau
Municipality in figures 2016, h.65
40
E. Pendidikan
yang masih bersekolah sebesar 47.054 orang dan yang tidak bersekolah
dan MI, 32 sekolah SMP dan MTs, 25 sekolah SMA, SMK dan MA.
Berdasarkan data tahun 2015 dapat diketahui bahwa Jumlah murid SD dan
MI sebanyak 20.486 siswa, SMP dan MTs sebanyak 9.738 siswa dan
6
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Baubau, Kota Baubau Dalam Angka :Baubau
Municipality in figures 2016, h.88
7
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Baubau, Kota Baubau Dalam Angka :Baubau
Municipality in figures 2016, h.90
41
F. Keagamaan
Baubau sebanyak 164 buah yang terdiri dari masjid 114 buah, mushala 36
buah.8
meskipun ada kecenderungan patrineal. Hak dan kewajiban suami istri dalam
rumah tangga pada prinsipnya adalah sama, meskipun peran suami kadang
lebih dominan untuk menafkahi dan istri mengurus rumah tangga. Anak laki-
8
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Baubau, Kota Baubau Dalam Angka :Baubau
Municipality in figures 2016, h.110
42
laki dan perempuan memiliki nilai yang sama, begitu pula hak dan mewajiban
mereka dalam rumah tangga, adapun sikap anak terhadap orang tua dan
keluarga lainnya bersifat bebas, tetapi dalam pertemuan adat atau di tempat
umum berlaku tata tertib adat, dimana anak harus menghormati orang tua.
hubungan bebas terhadap kerbat dari suami maupun sebaliknya serta suami
stratifikasi pertama dan walaka yang juga masih termasuk rumpun elit yang
merupakan stratifikasi kedua, serta papara yang terakhir. Setiap lapisan sosial
yang dimaksud mempunyai hak dan kewajiban yang bebeda terutama pada
ongena (perdana mentri besar) dan bonto lainya dan sekaligus sebagai badan
jenis bahasa yang digunakan di Buton. Meski demikian terdapat bahasa induk
9
Yusniar Razak, “Kedudukan Perempuan (Bhisa) Dalam Tradisi Perkawinan Adat
Buton”(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Dayanu Ikhsanuddin
Baubau, 2014), h.40
43
yang dahulunya merupakan bahasa ibu bagi masyarakat Buton yaitu bahas
bahasa persatuan.
H. Sistem Ritual
tersendirinya, dimulai dari upacara yang dilakukan untuk seorang ibu yang
secara bertahap sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam suatu etnis.
1. Sistem kepercayaan yang secara utuh berasal dari ajaran Islam yang
Kepercayaan ini meliputi keyakinan tentang Tuhan yaitu Allah SWT dan
10
Muhammad Alifudin, Islam Buton (Interaksi Islam dengan Budaya Lokal), (Jakarta :
Badan Litbang dan Diklat Depertemen Agama RI, 2007), h. 47
44
nabi. Selain itu kepercayaan akan adanya kehidupan sesudah mati dan
Islam.11
1. Kelompok ritual sehari-hari yang berasal dari ajaran Islam atau rukun
Muchiru dalam sara Patanguna menulis bahwa tradisi Buton masa lalu
mengenal empat bagian salat yaitu : salat al-nafs atau salat al-jasad, salat
jama’ah, salat al-wusta, dan salat azmi. Kemudian puasa, zakat, dan haji.
Buton, baik yang bersumber dari ajaran Islam atau yang diduga bersumber
dari ajaran Islam yaitu, Haro’a, ritual perkawinan yang terdiri dari
11
Muhammad Alifudin, Islam Buton (Interaksi Islam dengan Budaya Lokal), h. 374-375
45
dalamnya terdiri dari ritual kehamilan, Aqidah dan upacara lainnya pasca
pemakaman, tahlilan, dan alo atau doa. Ritual bersih desa atau do’a tolak
bala.
telah terjadwal yaitu ritual Muharram, ritual Safar atau sampuana uwena
safara, ritual Rabiul Awal atau Maulid Nabi, ritual Sya’ban, haro’a
Rajab, ritual Ramadhan yang terdiri dari haro’a dan ziarah kubur, puasa,
12
Muhammad Alifudin, Islam Buton (Interaksi Islam dengan Budaya Lokal), h.209-309.
BAB IV
ISLAM
istiadat tradisional yang dilaksanakan oleh orang tua kepada anak gadisnya
turun temurun dimana seorang anak gadis yang telah melalui proses ritual
1
Wawancara Pribadi dengan H. ML. Raziluddin, Baubau, 04 Agustus 2016.
2
M. Mu‟min Fahimuddin, ed., Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton, (Bau-bau
:Penerbit Respect, 2011) h. 250.
3
Iskandar Engku, Masalah PosuoBagi Gadis-Gadis Remaja Sebagai Alat Pendidikan di
Kabupaten Dati II Buton, (Baubau : Institut Agama Islam Negri Alaudin Ujung Pandang, 1982),
h.9.
46
47
ini hampir seluruh kebebasannya telah dibatasi yang dikenal dengan istilah
kalambe.4
dalam tradisi masyarakat Buton sendiri dikenal dengan tiga jenis posuo
yaitu posuo Wolio yaitu ritual pingitan berdasarkan adat asli Wolio yang
sudah belangsung sejak zaman nenek moyang orang Wolio, posuo Johoro
Johor-Melayu yang dikenal dengan mia patamiana, dan posuo Arabu yang
pertama kali diperkenalkan oleh Kinepulu Bula (Syekh Haji La Ode Abdul
Syekh Haji La Ode Abdul Ghaniyu juga dikenal di Mesir dan Magribi
nilai Islam dari posuo Wolio. Posuo modifikasi inilah yang kemudian
4
M. Alifudin, Signifikansi Upacara Siklus Posuo Dalam Membangun Semesta
Kepribadian Remaja Wanita Pada Masyarakat Buton, Al-Izzah X, no. 1 (Juli 2015): h.4
5
Wawancara Pribadi dengan La Ode Aslan Azis, Baubau, 21 juli 2016.
6
M. Mu‟min Fahimuddin, ed., Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton, (Bau-bau :
Penerbit Respect, 2011) h. 251.
48
(tandaki).7
dengan ritual adat yang dipadukan dengan ajaran Islam. Hal ini terlihat
yang bertujuan sebagai suatu pembuka jalan bagi para gadis sebelum
menuju kehidupan baru sebagai gadis dewasa. Adapun unsur adat berupa
alat dan bahan-bahan yang digunakan serta setiap bacaan yang dilafalkan
oleh para bhisa ketika memandikan para peserta, yang berupa permohonan
lancar.
Ritual posuo yang diadakan khusus bagi para gadis remaja ini
diawali dengan persiapan oleh para keluarga yang akan mengadakan posuo
ini bisa berupa keluarga tunggal (satu keluarga) untuk satu peserta saja
ataupun kolektif yang terdiri dari beberapa keluarga. Adapun hal yang
7
M. Mu‟min Fahimuddin, ed., Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton, h. 250.
49
hari ritual ini akan diselenggarakan juga siapa saja dari keluarga yang
akan diundang.
untuk posuo seperti ruangan belakang yang akan digunakan (suo), pakaian
untuk luluran peserta yaitu kunyit dan beras yang sudah dihaluskan, juga
air untuk mandi peserta yang berasal dari 8 sumber mata air yaitu uwe
bone), uwe kasilea, uwe mardadi (kelurahan Baruta), uwe bhatu poara
Kadolomoko), jika air yang bersumber dari 8 mata air itu sulit didatangkan
maka sebagai gantinya digunakan air yang bersumber dari sungai yang
menghubungi bhisa (tokoh adat) dalam hal posuo ini yaitu menghubungi
bhisa bawine (tokoh adat perempuan) yang akan memandu para peserta di
8
Penabuhan gendang dalam ritual Posuo hanya dilakukan bagi golongan koumu
sedangkan bagi golongan walak tidak ada penabuhan gendang.
50
yang dipanggil diyakini berasal dari kumpulan orang yang pandai dan
sukses dan ibu-ibu yang berasal dari keturunan pejabat pemangku adat.9
(malam isak tangis), bhaliana yimpo dan matana karia. Ritual posuo
diawali dengan pauncura atau pengukuhan peserta oleh bhisa senior yang
para peserta mulai terdiam dan kemudian mulai menangis bagi yang tidak
karena menurut mitos jika ada peserta yang tidak menangis, maka ada
pertanda buruk untuk masa depannya10. Ada juga beberapa peserta yang
tanda telah lepas satu tanggung jawab orang tua dan telah berusaha
melaksanakan ritual ini.11 Inilah sesi pertama yang disebut molano tangia
atau malam isak tangis. Sejalan dengan tangis peserta para penabuh
aktifitas para gadis yang diposuo seperti saat mereka makan, mandi serta
diphanimpa dengan memberi sapuan asap dupa kepada peserta dua kali
sehari pagi dan sore, kemudian diajarkan mengenai merawat diri (luluran)
menghadap ke selatan dan kaki ke utara menjadi kepala kearah barat dan
kaki kearah timur begitu pula dengan lulur yang digunakan dimana
dihaluskan.
kerabat dan sahabat serta para tetamu undangan sebagai tanda berakhirnya
posuo dan memandakan gadis yang telah diposuo sudah menjadi gadis
52
dewasa. Sesi ini dilaksanakan pada malam terakhir yang diawali dengan
buyung yang terbuat dari tanah liat (bhosuo) dan para peserta mandi
dengan kain sarung (timbasa) yang kemudian kain itu tidak bisa digunakan
lagi seumur hidup (biasanya dibuang kelaut) dengan harapan segala dosa
dan noda gadis di masa remaja terbawa sehingga menjadi lebih baik saat
dewasa.12 Khusus bagi peserta yang atau akan siap menikah keesokan
harinya air mandinya dicampur dengan bunga kempaka dan kamboja (uwe
kadu khusus bagi yang akan menikah). Setelah itu para peserta didandani
dengan baju adat buton khusus gadis dewasa (aja kalambe) dan diarahkan
dewasa, peresmian ini dilakukan oleh istri pejabat pada masjid Agung
Keraton (moji) dengan megusap debu (tanah) pada telapak kaki peserta,
setelah itu resmilah para peserta posuo menjadi gadis dewasa menurut
hikmah posuo kepada tamu undangan dan ditutup dengan perjamuan dan
ucapan selamat serta pemberian hadiah kepada para peserta posuo yang
data yang berasal dari hasil wawancara dengan sejumlah tokoh adat baik
moji maupun bhisa bawine dan sejumlah kepustakaan tentang posuo juga
Usia Remaja adalah usia yang paling indah bagi setiap orang. Pada
penuh harapan, dan angan-angan yang tinggi. Usia penuh emosi dan
kesukaran, di pihak lain ada yang memandang umur remaja adalah umur
Pada Masa ini ada beberapa perilaku yang menonjol pada sebagian
14
Zakiah Drajat, Remaja : Harapan dan Tantangan, (T.tp, CV. Ruhama, 2001) h.13
54
1. Masa Penting
pula, terutama pada awal masa remaja. Keadaan ini menuntut adanya
2. Masa Peralihan
pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Pada saat seorang anak
mempelajari pola perilaku dan sikap baru sesuai dengan tuntutan pada
masa tersebut.
3. Masa bermasalah
pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak
laki-laki atau anak perempuan terdapat dua alasan bagi kesulitan itu,
lebih mandiri atau ingin dianggap sudah mandiri, sehingga kamu mencoba
serta guru-guru.
55
4. Masa Perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga
hadis yaitu16:
-صّلى اهلل عّليو ًسّلم- ِج ِّدهِ قَالَ قَالَ َرسٌُ ُل الَّلو َ ْعن َ عنْ أَبِي ِو َ ٍشعَيْبُ ن ِ عنْ عَمْرًِ ْب َ
عشْ ِر
َ ُعّلَيْيَا ًَ ُىمْ أَبْنَاء
َ ْن ًَاضْرِبٌُ ُىم
َ الةِ ًَ ُىمْ أَبْنَا ُء سَبْ ِع سِنِي
َ ّص
َ « مُرًُا أًَْ َال َد ُكمْ بِال
)ن ًَفَ ِرقٌُا بَيْنَ ُيمْ فِى الْ َمضَاجِعِ » (رًاه ابٌ داًد َ سِنِي
Artinya : Dari Umar bin Syuaib dari Ayahnya, dari Kakeknya Bekata,
Rasulullah saw bersabda : perintahkanlah kepada anakmu solat pada
tujuh tahun pertama, dan pukulah (didiklah) ia pada usia sepuluh tahun,
dan pisahkanlah tempat tidur mereka”(HR.Abu Daud (
dalam hal ini adalah orang tua, keluarga memiliki peran penting dalam
15
Direktorat Urusan Agama Islam dan pembinaan Syri‟ah, Tuntunan Keluarga Sakinah
Bagi Remaja Usia Nikah Seri Pisikologi, (Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan
Syari‟ah, 2006) h. 36
16
Abu Daud, Sunan Abi Daud, juz I, (Beirut : Darulkitan al Arabi, tth) h.185
56
karakter remaja.
ritual posuo ada rasa penasaran pada gadis remaja tersebut sehingga
berusaha menjadi lebih baik dan layak untuk diposuo agar bisa menjadi
gadis dewasa yang siap berumah tangga. Adapun unsur pendidikan yang
tangga nantinya.
dalam praktik pemberian bimbingan oleh para bhisa kepada gadis remaja
17
Iskandar Engku, Masalah PosuoBagi Gadis-Gadis Remaja Sebagai Alat Pendidikan di
Kabupaten Dati II Buton, (Baubau : Institut Agama Islam Negri Alaudin Ujung Pandang, 1982),
h.27
57
sebagai berikut :
d. Pendidikan seksualitas
saat duduk dan berbaring), mengenai nilai-nilai moral dan akhlak, juga
nilai sosial dari makanan yang diawali dengan posipo (disuapi oleh bhisa)
kemudian diajarkan menjaga bentuk tubuh dengan diet yang ketat (makna
secara jelas) dimana peserta hanya boleh makan sedikit yang terdiri dari
nasi dan telur rebus dibagi dua dengan yang memasak yang maknanya
agar bisa berbagi dan makanannya juga ditakar hanya sedikit agar peserta
posuo bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain diluaran sana yang
kadang makan kadang juga tidak (makna tersirat dari makanan yang
sedikit), juga diajari tentang bagaimana merawat diri dengan luluran dan
sudah dihaluskan.19
18
Iskandar Engku, Masalah PosuoBagi Gadis-Gadis Remaja Sebagai Alat Pendidikan di
Kabupaten Dati II Buton,h.29
19
Wawancara Pribadi dengan Naasifa, Baubau, 20 juli 2016.
58
gadis remaja, pada umumnya yang paling berperan adalah orang tua,
namun bagi masyarakat Buton, posuo merupakan ritual yang sejak awal
telah membentuk karakter para remaja sebelum menjadi gadis dewasa dan
siap berumah tangga, dimana saat usia remaja para gadis merasa penasaran
yang mengaku sangat senang ketika mengetahui akan diposuo karena dulu
disugestikan oleh orang tua untuk berperilaku baik agar bisa diposuo.
diajarkan kehidupan rumah tangga ada yang mengaku tidak diajarkan, ada
depan dan jodoh yang kemudian bagi para narasumber yang berstatus ibu
rumah tangga merasa bahwa apa yang diajarkan dalam posuo itu, termasuk
kehidupan rumah tangga yang hanya secara tersiratpun bagi mereka sangat
59
kini karena bagi mereka suami mereka adalah takdir yang sudah
diramalkan saat posuo yang awalnya mereka tidak percaya tapi setelah
rumah tangga yang pada umumnya hanya tersirat dan tidak secara
gamblang atau jelas akan tetapi posuo juga menandakan bahwa setelah ini
tangga, jadi ritual posuo hanya sebagai simbol peralihan masa ke dewasa,
adalah langsung dari orang tua dan juga menjadi doa bahwa setelah
diajarkan secara jelas tentang kehidupan rumah tangga saat diposuo yang
20
Wawancara Pribadi dengan La Ode Aslan Azis, Baubau, 21 juli 2016.
60
dari posuo itu kita diajarkan untuk berbakti kepada orang tua saat gadis
dan kepada mertua jika sudah menikah nanti. Karena perempuan itu saat
gadis dia adalah tanggung jawab orang tuanya dan saat menikah dia adalah
tanggung jawab suami sehingga perempuan harus berbakti pada suami dan
orang tua suami (mertua).”21
Informasi lain yang didapat dari bhisa yang dalam hal ini dua
tangga diajarkan dalam posuo tapi hanya secara tersirat melalui pengejaran
moral dan tingkah laku karena itu akan menjadi kebiasaannya hingga
kehidupan berumah tangga tapi tidak diajarkan secara jelas dan rinci
kecuali bagi peserta posuo yang sudah pasti akan menikah setelah ritual
posuo usai atau sudah jelas calonnya melamar hingga setelah posuo
sebagai seorang istri atau jika orang tua peserta posuo meminta diajarkan
adalah sebagai pembersih diri bagi seorang gadis untuk menuju kehidupan
dewasa, karena jika tidak posuo rasanya tidak akan lengkap sehingga
adalah ritual posuo sangat bermanfaat untuk menjadi diri yang lebih baik
21
Wawancara Pribadi dengan Nurjaya, Baubau, 21 juli 2016.
22
Wawancara pribadi dengan Naasifa, Baubau, 20 juli 2016.
23
Wawancara Pribadi dengan Wa Ode Mulima, Baubau, 29 juli 2016.
61
lagi ketika menjadi dewasa,24 dan bagi mereka yang sudah menikah
percaya diri untuk berumah tangga dan apa yang dulunya kita tidak tahu
manfaat posuo adalah sebagai pembiasaan bagi para gadis sebelum menuju
dan makna posuo adalah untuk mendoakan kebaikan hidup gadis remaja
yang ada di Buton hingga mereka menjadi gadis dewasa menurut ukuran
adat, yang kemudian secara alami terus terbentuk dan diterapkan dalam
24
Wawancara Pribadi dengan Wa Ode Deviarni, Baubau, 23 Juli 2016.
25
Wawancar Pribadi dengan Nurjaya, Baubau, 21 juli 2016.
26
Wawancara Pribadi dengan La Ode Aslan Azis, Baubau, 21 juli 2016.
62
laki maupun perempuan untuk berbagi peran dan tugas serta menjadi
istri dimana segala urusan rumah tangga dan pengasuhan anak menjadi
mengurus rumah tangga dan mendidik putra serta putri (anak-anak) yang
membanggakan.
sudah banyak perempuan yang aktif di luaran rumah seperti mengajar serta
tangga kepada asisten rumah tangga tetapi tidak melupakan kodratnya dan
hingga sekarang yaitu dengan adanya ritual posuo yang hanya terkhusus
lebih maju, tidak merubah ritual posuo turun temurun masyarakat yang
yang ada dalam posuo,27 selain itu narasumber lainnya berpendapat bahwa
sekarang, jika ada mungkin dalam segi hari untuk posuo biasanya 4
sampai 8 hari, dulu biasanya masyarakat lebih memilih 8 hari untuk lebih
masyarakat lebih memilih yang 4 hari.28 Selain itu bagi masyarakat Buton
pelaksanaan ritual Posuo, baik dari segi persiapan maupun dalam prosesi
bahwa :
kesulitan dalam ritual posuo karena sudah merupakan tradisi dan semua
masyarkat paham akan ritual tersebut, paling dalam prosesinya pada saat
malona tangia, kami para bhisa berusaha membuat peserta posuo untuk
menangis karena ada mitos yang mengatakan jika peserta tidak menangis
28
Wawancara Pribadi dengan Wa Ode Mulima, Baubau, 29 juli 2016.
29
Wawancara Pribadi dengan H. ML. Raziluddin, Baubau, 04 Agustus 2016.
30
Wawancara Pribadi dengan Wa Ode Mulima, Baubau, 29 juli 2016.
65
Adapun alasan kekhususan dalam ritual ini yaitu hanya bagi para
yang luas sedangkan perempuan zaman dulu hanya di rumah dan kalau
keluar harus ada yang menemani.31 Alasan lain juga dikarena Perempuan
diajarkan sejak dini segala hal melalui ritual posuo, juga sebagai tanda
bahwa gadis remaja sudah menjadi dewasa sehingga setelah posuo sudah
bisa dilamar.32
namun suatu kenyataan yang tidak dapat dielahkan bahwa pada umumnya
mengejek satu sama lain. Sikap seperti inilah yang perlu mendapatkan
31
Wawancara Pribadi dengan Naasifa, Baubau, 20 juli 2016.
32
Wawancara Pribadi dengan H. ML. Raziluddin, Baubau 04 Agustus 2016.
66
semakin baiknya pribadi seorang gadis, yang tentu semakin baik pula
perempuan itu menunggu jadi biasanya kalau seorang gadis sudah diposuo
kesehariannya yang terus tercermin dalam sopan santun dan budi pekerti
besar terhadap perubahan sikap mereka baik fisik maupun mental, serta
33
Iskandar Engku, Masalah PosuoBagi Gadis-Gadis Remaja Sebagai Alat Pendidikan di
Kabupaten Dati II Buton, (Baubau : Institut Agama Islam Negri Alaudin Ujung Pandang, 1982),
h.20
34
Wawancara Pribadi dengan Wa Ode Mulima, Baubau, 29 juli 2016.
67
dapat mengerti status dan kedudukannya dalam rumah tangga dan dalam
masyarakat.35
Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan data kongrit yang
Mahkama Agung tengtang laporan perkara yang diterima dan diputus oleh
perceraian talak, pada tahun 2012 misalanya, jumlah perkara cerai talak
angka ini lebih kecil dibandingkan dengan jumlah perkara cerai gugat
yang kabulkan yaitu sebanyak 225 perkara dan angka perkara cerai gugat
ini terus meningkat pada tahun 2016 yaitu sebanya 244 perkara yang
35
Iskandar Engku, Masalah PosuoBagi Gadis-Gadis Remaja Sebagai Alat Pendidikan di
Kabupaten Dati II Buton, (Baubau : Institut Agama Islam Negri Alaudin Ujung Pandang, 1982),
h.31.
36
Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama MA RI, “Laporan Tentang Perkara yang
Diterima dan Diputus-L1PA.8Pengadilan Agama Baubau, Laporan diakses pada 14 Oktober 2016
dari http://badilag.net/rekap-perkara-diterima-dan-diputus.
68
menandai masa peralihan dari seorang gadis remaja (kabuabua) menjadi gadis
dewasa (kalambe). Dalam syariat Islam tidak ada pembahasan rinci dan jelas
merupakan tradisi yang sudah berlangsung bahkan sejak pra Islam dan budaya
ini terus dilestarikan oleh masyarkat dan menjadi adat atau kebiasaan,
العادة محكمة
Adat atau dalam istilah ushul fiqh disebut ‘urf yaitu (tradisi) adalah
itu terdapat unsur manfaat dan tidak ada unsur mudharat atau unsur
manfaatnya lebih besar dari unsur mudharatnya serta adat yang pada
37
Prof Muhammad Abu Zahrah, Ushul fiqih, (Jakarta :PT.Pustaka Firdaus, 2011) h.416
69
a. Dari segi objeknya ‘urf terbagi menjadi 2 yaitu „urf qauly yaitu kebiasaan
b. Dari segi cakupannya, urf dibagi menjadi 2 yaitu „urf Aam (umum) dan
„urf Khas (khusus). Urf Aam (umum) yaitu kebiasaan yang telah di
c. Dari aspek keabsahan penilaian baik dan buruknya, ‘urf terbagi menjadi 2
macam, yaitu „urf sahih dan „urf fasid. „Urf sahih ialah sesuatu yang
telah saling dikenal oleh manusia dan tidak bertentangan dengan dalil
syara‟, juga tidak menghalalkan yang haram dan juga tidak membatalkan
yang wajib. Sedangkan ‘urf fasid yaitu apa yang saling dikenal orang, tapi
yang wajib.
b. Adat itu berlaku umum dan merata di kalangan orang-orang yang berada
c. Adat itu telah berlaku sebelum kasus yang akan ditetapkan hukumnya.
70
budaya lokal dan memberikan sinar serta sentuhan keagamaan pada tradisi
tersebut jika bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam suatu ritual budaya,
terdapat nilai lokalitas budaya dan universalitas ajaran Islam yang sudah
posuo yang sudah ada sejak zaman pra Islam dan kemudian mengadopsi
dalam hukum Islam yang dalam hal ini merupakan adat kebiasaan
kebiasaan yang berlaku di masyarakat dan di daerah tertentu, dalam hal ini
38
Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, (Jakarta: Logos, 1996), h. 144
39
Wawancara Pribadi dengan H. ML. Raziluddin, Baubau, 04 Agustus 2016.
71
menjadikan adanya percampuran antara ‘urf shahih dan ‘urf fasid yang
orang tua kepada anaknya agar kelak menjadi peribadi yang baik dan
perempuan yang anggun dengan budi pekerti dan tingkah laku yang
40
Wawancara Pribadi dengan La Ode Aslan Azis, Baubau, 21 juli 2016.
72
)12:)33(كَثِيرًا (األخزاب
Artinya : “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suritauladan yang
baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapa rahmat Allah dan
kedatangan hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah (Qs. Al-Ahzab
(33) : 21)
qur‟an sendiri yaitu Muhammad saw telah ada suri tauladan atau budi
pekerti yang baik dan Dia diutus sebagai penyempurna akhlak (perilaku)
bagi para remaja dalam mempersiapkan diri dan memotivasi diri menuju
PENUTUP
A. Kesimpulan
dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan akhir sebagai berikut :
1. Makna filosofis yang terkadung dalam ritual posuo adalah sebagai tanda
agar lebih baik untuk menuju kehidupan gadis dewasa yang akan berumah
tangga.
rasa penasaran pada gadis remaja bagaimana berada dalam suo (ruangan
untuk ritual posuo) nanti sehingga berusaha menjadi lebih baik dan layak
untuk diposuo agar bisa menjadi gadis dewasa yang siap berumah tangga,
dan hal ini sudah ditanamkan sejak kecil oleh orang tua khususnya ibu si
gadis agar gadis tersebut menjaga sikap dan tingkah laku sehingga ketika
73
74
kekhususan perempuan sebagai peserta dalam ritual posuo ini belum bisa
Agama Baubau.
4. Ritual Posuo merupakan ritual yang sudah ada sejak sebelum masuknya
Hukum Islam dan merupakan tradisi yang relevan dengan hukum Islam
posuo ini diajarkan membentuk akhlak dan budi pekerti yang baik bagi
perempuan secara individu yang akan diwariskan kepada anak cucu kelak,
namun masih ada nilai-nilai ritual yang berlainan dengan syariat Islam
B. Saran
sebagai berikut :
75
budaya dan kearifan lokal yang dapat membentuk perilaku dan mengontrol
ranah keilmuan mengenai ritual posuo, baik dari segi sikologi, sosial,
budaya, serta lebih memperhatikan lagi aspek yang berkaitan dengan adat
Buku
Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 2012.
Al- Bukhari, Shahih Bukhari, juz II, (Beirut : Darulkitan al Arabi :1422
Alifuddin, Muhammad, Islam Buton : Interaksi Islam Dengan Budaya Lokal,
Jakarta : Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2007.
Ali, Mohammd dan Asrori, Muhammad, Pisikologi Remaja (Perkembangan
Peserta Didik), Jakarta : PT. bumi Aksara, 2011.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Baubau, Kota Baubau dalam Angka :Baubau
Municipality in Figures, 2016, Baubau : Cv. Kainawa Molagina, 2016.
Ch, Mufida, pisikologi Kelurga Berwawasan Gender, Malang : UIN Malang
Press, 2008.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Adat Istiadat Daerah Sulawesi
tenggara, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Sulawesi
Tenggara, 1978.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta : Balai Pustaka, 2000.
Direktorat Badan Pembinaan Peradilan Agama, Kompilas Hukum Islam, Jakarta :
Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, 2001.
Direktorat Urusan Agama Islam dan pembinaan Syri’ah, Tuntunan Keluarga
Sakinah Bagi Remaja Usia Nikah Seri Pisikologi, Jakarta: Direktorat
Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah, 2006.
Direktorat Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Dep.Agama RI, Pedoman
Konselor Keluarga Sakinah, Jakarta : Direktorat Masyarakat Islam dan
Penyelenggara Haji Dep. Agama RI 2002.
Drajat, Zakiah, Prof, Dr, Hj, , Remaja : Harapan dan Tantangan, CV. Ruhama,
2001.
Elizabeth, Hurlock, Pisikologi Perkembangan (Terjemahan), Jakarta : Penerbit
Erangga, 1992.
ix
Engku, Iskandar, Masalah Posuo Bagi Gadis-Gadis Remaja Sebagai Alat
Pendidikan di Kabupaten Dati II Buton, Baubau : Institut Agama Islam
Negri Alaudin Ujung Pandang, 1982.
Fadlullah, Sayyid, Muhammad, Husain, Dunia Remaja : Tanya Jawab Seputar
Pergaulan dan Problematika Remaja, Jakarta : Pustaka Hidayah, 2005.
Fahimuddin, Mu’Min, Ed, Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton, Baubau :
Penerbit respect, 2011.
Haroen Nasrun, Ushul Fiqh 1, Jakarta : Logos, 1996.
Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Al-Qur’an dan Hadits, Jakarta :
Tintamas, 1982.
J.Goode, William, Sosiologi Keluarga, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007.
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Jakarta : Balai Pustaka, 2000.
Lestari, Sri, Pisikologi Keluarga (Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik
dalam Keluarga),Jakarta : Prenada Media Grup, 2013.
Lightvoet, A, Beschrijving en Geschi edenis van Boeton, dalam BKI, Vol. 26, s-
Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1987.
M. Thaib, Analisa Wanita dalam Bimbingan Islam,Surabaya : Al-Iklas,1987.
Modul pembinaan keluarga sakinah, Jakarta : departemen Agama RI ,2000.
Nazar Bakri, Sidi, Kunci Keutuhan Rumah Tangga (Keluarga yang Sakinah),
Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1993.
R.Gultom, Elfrida, Hukum Waris Adat di Indonesia, Jakarta : Literata, 2010.
Setiono, Kusdwiratri, Pisikologi Keluarga, Banung : PT.Alimni, 2011.
Singh, N.K dan Agwan, A.R, Encyclopeadia of the Holy Qur’an, New Delhi :
Balaji Offset, 2000.
Soekanto, Soejono, Hukum Adat di Indonesia, Jakarta : Rajawali Pres, 2015.
Subhan, Zaitunah, Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan, Jakarta : el-
Kahfi, 2008.
Sutopo, Aristo Hadi, dan Adrianus Arief, Terampil Mengolah Data Kualitatif
Dengan NVIVO, Jakarta : Prenada Media Group, 2010.
Syarifudddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh
Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta : Perda Media
Group, 2006.
x
Tahido Yanggo, Huzaemah, Hukum Keluarga dalam Islam, Jakarta : Yayasan
Masyarakat Indonesia Baru, 2013.
Thalib, Sayuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta : UI-Press, 1986.
Yunus, Abdul Rahim, Posisi Tasawuf Dalam Sistem Kekuasaan di Kesultanan
Buton Abad ke-19, Jakarta : INIS, 1995.
Zuhdi, Susanto dkk, Kerajaan Tradisional Sulawesi Tenggara : Kesultnan Buton,
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1996.
xi
DAFTAR NARASUMBER
Wa Ode Nuriati
Wa Emi
Dewi Asrifa
Total 10 orang
PEDOMAN WAWANCARA
posuo sekarang ?
tangga ?
Tempat : kediamannya
Nama : Naasifa
Tempat : keidiamaannya
Tempat : keidiamaannya
Tempat : kediamannya
Tempat : kediamannya
Nama : Wa Emi
Tempat : kediamannya
Tempat : kediamannya
Status : Remaja