SKRIPSI
Oleh:
140905072
ANTROPOLOGI SOSIAL
MEDAN
2018
PERNYATAAN ORIGINALITAS
DALI NI HORBO
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini,
saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang industri tradisional sangat penting bagi
wirausahawan dalam memperoleh ide-ide untuk mengembangkan kreatifitasnya
secara maksimal. Hasil yang ingin dicapai adalah pemahaman Pengetahuan
Tradisional dalam mengolah susu kerbau dari etnis Batak Toba, tradisi dan peran
pemerintah dalam pengembangan kerbau yangada di Tapanuli Utara.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul : “Dali ni Horbo (Studi Pengetahuan Tradisional Pengolahan Susu
Kebau Dari Etnis Batak Toba)”.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh
gelar sarjana bagi mahasiswa Departemen Antropologi Sosial. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan
dari Tuhan Yang Maha Esa
Puji syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
berkat, kasih dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahan tulisan akibat terbatasnya kemampuan penulis, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran pembaca untuk
menyempurnakan tugas akhir ini.
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur,” Filipi 4:6 menjadi firman yang selalu mengingatkan penulis untuk
selalu percaya kepada Tuhan.
Selesainya tugas akhir ini adalah bantuan, bimbingan dan pengalaman serta
dukungan dari semua pihak berupa material, spiritual maupun informasi. Oleh karena
itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih
sebesar-besarnya kepada :
Terima kasih kepada orang tua penulis yaitu Dermawan Nainggolan yang
telah menjadi bapak dan ibu bagi penulis, dengan penuh kesabaran, telah mengasuh
dan mendidik penulis seorang diri, berkat doa, cinta kasih dan semangatnya yang
selalu memenuhi segala kebutuhan penulis sehingga mampu menyelesaikan
pendidikan ini. Juga untuk saudara-saudari penulis yakni Raymon, Retno, Rido, dan
Rojer yang dengan kalian penulis dapat menumbuhkan semangat serta semua
keluarga besar yang sangat penulis kasihi.
Dengan kerendahan hati dan rasa terima kasih penulis kepada Bapak
Drs.Agustrisno, M.SP, yang telah membimbing dan membantu penulis dan telah
meluangkan banyak waktu untuk membimbing, mengkritisi dan mengarahkan
pembuatan penulisan skripsi ini.
Terima kasih kepada Bapak Parlin Purba beserta keluarga yang menjadi key
informan, terima kasih telah sepenuh hati dan setulus hati membantu penulis
melakukan penelitian sebagai tugas akhir di perkuliahan saya. Dan terima kasih
kepada Opung Subur Suagian sebagai pembuat Dali ni Horbo di Kota yang
meluangkan waktunya dalam membantu pemenuhan informasi penelitian penulis.
Segala pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung, hingga skripsi ini selesai.
Penulis berterima kasih karena telah menjadi bagian dan kenal dengan kalian semua,
semoga jasa dan amal baik kalian mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam kepanitiaan, penulis pernah menjadi salah satu bagian dari panitia
dalam acara Dies Natalis Antropologi tahun 2015, panitia natal Antropologi tahun
2015, panitia inisiasi Antropologi 2016 dan panitia Warkop Antro 2016.
Penulis juga pernah menjadi bagian dari MRC (Media Research Center) di
tahun 2016 untuk mensurvey preferensi politik masyarakat menjelang pilkada
serentak 2017 di Nanggroe Aceh Darussalam sebanyak 2 kali, pernah mengikuti
survey dari kementerian kemaritiman tentang GBBS (Gerakan Budaya Bersih
Senyum di Samosir pada tahun 2017 dan menjadi surveyor dari lembaga CSIS
(Central Strategic and International Study) di Pantai Cermin, Serdang Bedagai pada
tahun 2018. Mengikuti seminar dan workshop yang diadakan GGArt (Go Green and
Art) di FISIP USU pada tahun 2016.
PENDAHULUAN
Saat ini kita ketahui bahwa banyaknya jenis susu yang beredar dipasaran
mulai dari susu berbentuk bubuk, cream, dan bahkan cair. Hal ini menunjukkan
kebutuhan tubuh agar pertumbuhan tubuh bisa sempurna. Susu saat ini telah banyak
diolah dan bahkan sudah adanya susu yang dibuat untuk satu tujuan khusus misalnya
susu khusu bagi ibu hamil hingga susu untuk membentuk otot laki-laki agar terlihat
bagus. Selain sebagai minuman, susu juga akan diolah menjadi bentuk makanan
Susu dan Keju biasanya dikonsumsi dalam bentuk cair atau pun diolah menjadi
bahan olahan makanan lainnya. Saat ini kita telah mudah mendapatkan produk
makanan dan minuman di pasaran yang dibuat dengan bahan dasar susu. Susu yang
dipakai biasanya berasal dari sapi perah seperti sapi Sahiwal Cross, Friesian Holstein,
Jersey, Guernsey, Brown Swiss, Ayrshire, dan malking Shorton. Untuk produk
makanan atau minuman yang dipasarkan dari hasil olahan susu adalah Keju, Yoghurt,
Di Indonesia terdapat beberapa makanan olahan susu yang bukan berasal dari
sapi melainkan dari kerbau. Hal ini dikarenakan Indonesia dahulu lebih banyak terdapat
kebau dibandingkan dengan sapi. Selain itu kerbau adalah salah satu ternak yang
dibandingkan dengan sapi yaitu mampu hidup pada kawasan yang relatif sulit terutama
bila pakan yang tersedia berkualitas rendah1. Kerbau juga memiliki kemampuan yang
cukup tinggi untuk mengatasi tekanan dan perubahan lingkungan yang ekstrem.
Makanan tradisional susu kerbau olahan yang ada di Indonesia antara lain yaitu, Dadih
pula memperbaiki gizi keluarga. Kerbau yang biasanya dipakai untuk menghasilkan
susu adalah jenis kerbau rawa.Penjualan susu yang biasanya dilakukan peternak kerbau
ini biasanya dalam keadaan segar dan pembeli mengolah susu tersebut menjadi Dali ni
Horbo.
sebagai keju, karena tekstur dan proses pembuatanya yang hampir sama. Terutama para
pengunjung yang berasal dari luar Indonesia, mereka kadang bingung dengan panganan
asal Tapanuli tersebut. Mereka sering menyamakannya dengan keju dari Belanda
Dali ni Horbo ini memang tergolong sebagai keju lokal. Keju yang biasanya
berasal dari Eropa dengan pengolahan yang sudah sangat kompleks sehingga
1
Evy Damayanthi, dkk., “Karakteristik Susu Kerbau Sungai dan Rawa di Sumatera Utara”. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia Vol.19. 2014, hlm 67.
2
Yulia Ylee, “ Uniknya Dali Ni Horbo Si Keju Asal Batak”, Citizen 6, Jakarta, 29 November 2014.
seluruhnya memiliki prinsip dasar yang sama dalam proses pembuatannya yaitu :
bakteri pathogen.
2. Pengasaman susu agar enzim rennet dapat bekerja optimal. Pengasaman dapat
dilakukan dengan penambahan lemon, asam tartrat, cuka, atau bakteri asam laktat.
Proses fermentasi oleh bakteri asam laktat akan mengubah laktosa (gula susu) menjadi
asam laktat sehingga derajat keasaman (pH) susu menjadi rendah dan rennet dapat
3. Penambahan enzim rennet. Rennet memiliki daya kerja yang kuat dan dapat
digunakan dalam konsentrasi yang kecil perbandingan rennet dan susu adalah 1:5000.
Kurang lebih 30 menit setelah penambahan rennet ke dalam susu yang asam maka
terbentuklah curd (gumpalan susu). Bila temperatur sistem dipertahankan pada suhu 40
ºC akan terbentuk curd yang padat. Kemudian dilakukan pemisahan curd dari whey
4. Pematangan keju. 3
Untuk membuat Dali ni Horbo ini secara teknik hampir sama dengan membuat
keju seperti diatas bedanya yaitu dalam pembuatan Dali ni Horbo sangat sederhana
tanpa membutuhkan zat kimia sintetis tetapi menggunakan asam yang berasal dari
nenas mentah, karena semua bahan yang dibutuhkan sangat sederhana dan cara
3
Debby Fadhilah. “Ilmu Veteriner “, http://ilmuveteriner.com/proses-pembuatan-keju/.
mencobanya tidak perlu khawatir. Untuk pembuatan dali dengan susu sebanyak 1 liter,
tahap pertama adalah memasukkan susu kedalam panci yang steril dan kemudian keruk
nenas sebesar seperempat bagian dan peras untuk mengambil air nenas saja dengan
tujuan untuk membantu pengentalan susu4. Agar dali memiliki rasa maka kita dapat
menambahkan garam secukupnya saja sesuai dengan selera kita aduk susu kerbau
tersebut hingga semua campuran merata dan panaskan susu kerbau dengan api kecil
guna menjaga bentuk dali saat menggumpal tidak pecah. Pada saat proses pemanasan,
susu akan mulai menggumpal dan air yang terkandung dalam susu (whey) akan mulai
muncul di permukaan dali yang sudah jadi. Untuk melihat dali yang berhasil dibuat
dapat dilihat dari tekstur dali yang sama dengan tekstur hati hewan tetapi bisa juga
dibuat lebih padat yaitu dengan menambahkan buah rimbang (terong pipit) saat
memasaknya.
Penggunaan air perasan nenas dalam proses pembuatan dali ini bertujuan untuk
membantu penggumpalan susu yang merupakan pengganti dari asam laktat dan enzim
rennet yang dipakai pada keju dari eropa . nenas juga memiliki kandungan asam laktat
Penggumpalan susu ini akan terjadi jika bakteri dalam susu berkurang. Pembuatan dali
dengan dimasak menggunakan api akan membantu asam laktat dan enzim rennet yang
berasal dari nenas tersebut dalam proses penggumpalan susu karena kandungan bakteri
dalam susu akan berkurang dan suhu yang meningkat dapat mempercepat proses
4
Hasil wawancara dengan bapak Parlin Purba 13 Februari 2018.
telah dimiliki juga oleh orang batak toba dan ini menjadi hal yang paling menarik
Dali ni horbo atau Bagot ni horbo ini sekilas memang mirip dengan tahu tetapi
jika kita melihat teksturnya dan rasanya sangat berbeda. Dalam bahasa Batak sendiri,
“Dali” Atau “Bagot” berarti Susu, sementara “Horbo” berarti Kerbau, sehingga
keduanya berarti Susu Kerbau. Makanan khas Batak ini, merupakan air susu kerbau
yang diolah secara tradisional5. Dali ni horbo ini merupakan makanan yang mudah
diolah serta memiliki rasa yang nikmat dan khas pada indra pengecap kita. Pengolahan
susu kerbau dengan membuat dali ini menjadikan suatu gaya baru dalam
mengkonsumsi susu bagi manusia. Selain itu juga, pemberian dali ini kepada anak-anak
menjadi sumber asupan gizi tambahan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan anak.
Pengolahan susu yang dilakukan seperti ini dapat membuat susu lebih awet dan
memperpanjang usia penggunaan susu kerbau. Dali yang sudah jadi juga dapat dibuat
lebih awet dengan meletakkan daun ubi mentah, di susun secara berlapis-lapis6.
Penggunaan daun ubi ini dapat membuat dali bertambah 3 hari lebih lama dari dali
Dahulu makanan khas Batak ini menjadi menu utama yang selalu ada disetiap
rumah orang batak. Bukan hanya itu saja, dali atau Bagot ni horbo asli yang berada di
5
Ranty D Siahaan, “ Dali (Pengolahan Susu Kerbau Khas Btak Toba)”,
http://www.tripelaketoba.com/kuliner-dali-ni-horbo/ hlm.2
6
Pengetahuan yang dimiliki masyarakat setempat di daerah dolok saribu yang secara spontan
diungkapkan saat wawancara.
selesai), atau bisa juga dihidangkan sebagai arsik dali ni horbo, atau dihidangkan
dengan makanan khas lainnya yang dapat membuat membuat dali ni Horbo lebih
memiliki rasa yang variatif seperti adanya rasa asam, manis, pedas, dan asin.
Dali ni horbo ini tentu banyak tersedia dibeberapa kawasan pasar tradisional
Sumatera Utara, khususnya daerah yang berada disekitaran Danau Toba, mulai dari
semua rumah makan di daerah tersebut menyajikan makanan ini. Harganya juga
bervariasi, mulai dari Rp.5.000 sampai Rp.20.000, tergantung dari tebal dan besar
dalinya.
Secara umum, kandungan gizi yang terdapat pada Dali ni Horbo ini tidak jauh
berbeda dengan kandungan gizi yang terdapat pada susu lainnya seperti, lemak,
karbohidrat dan protein, perbedaannya hanya terletak pada proses pengolahannya saja 7.
kunyit, jahe, andaliman, cabai, bawang merah, bawang putih, tentu dapat memberikan
khasiat tambahan pada tubuh anda. Satu hal yang pasti, dali ini, diolah dengan
Tapanuli utara adalah salah satu wilayah di Sumatera utara yang masih menjaga dan
7
Ranty D Siahaan, “ Dali (Pengolahan Susu Kerbau Khas Btak Toba)”,
http://www.tripelaketoba.com/kuliner-dali-ni-horbo/ hlm.3
tradisional dan masih menggunakan peralatan yang sederhana bahkan untuk proses
pemanasan susu kerbau masih menggunakan kayu bakar. Penggunaan kayu bakar dapat
memberikan aroma dan rasa dari dali ini semakin bertambah enak. Pembuatan dali di
wilayah ini ditentukan oleh ketersediaan susu kerbau. Biasanya susu yang dihasilkan
seekor kerbau bisa mencapai 2-3 liter susu dalam satu harinya. Sampai saat ini setiap
harinya peternak kerbau masih membuatnya dan biasanya dali akan dijual di pasar
tradisional hingga di kota Siborong-borong. Tidak semua pemilik kerbau membuat dali
ini namun semua keluarga pembuat dali ini merupakan peternak kerbau sendiri dan
kemampuan dalam membuat dali ini diwarisakan secara turun temurun. Saat ini juga
sudah terdapat pengolahan dali dengan teknologi yang lebih maju dan menggunakan
pengetahuan modern tetapi tidak mengubah rasa aslinya. Pengolahan Dali ini berada di
lubuk pakam. Susu yang di gunakan di Lubuk Pakam juga menggunakan susu kerbau.
Pengolahan dali di lokasi ini mampu menyediakan makanan tradisional ini hingga
Pengetahuan dari pembuatan keju dari eropa rupanya telah dimiliki oleh orang
Tatak Toba dalam pebuatan Dali yang merupakan keju lokal dari sumatera utara dan ini
menjadi salah satu kekayaan pengetahuan lokal yang dimiliki indonesia, oleh karena
hal tersebut penulis ingin melakukan penelitian terhadap pembuatan Dali ni horbo
semakin maju yang bisa mempermudah segala urusan manusia dan bahkan bisa juga
berdampak buruk terhadap manusia itu sendiri seperti penggunaan bahan-bahan kimia
berbahaya pada makanan . Kehidupan manusia saat ini telah bergantung terhadap
teknologi yang membuat segala pekerjaan semakin mudah dan bahkan tidak
membutuhkan tenaga manusia lagi. Segala pengetahuan dan informasi telah dapat
manusia juga akan semakin berubah. Beberapa ahli Antropologi memastikan bahwa
perubahan zaman akan mengikis hingga menghilangkan tradisi-tradisi lokal yang telah
di turunkan secara turun-temurun. Setiap generasi yang mengalami pola hidup yang
berbeda akan saling menyesuaikan dirinya terhadap perkembangan jaman. Tak dapat
dihindari bahwa Pengetahuan Tradisional atau kearifan lokal atau kearifan tradisional
beragam baik oleh para sarjana maupun lembaga-lembaga yang berkepentingan dengan
Pengetahuan Tradisional berarti suatu ilmu yang dimiliki suatu masyarakat atau
lembaga masyarakat atau suatu etnis tertentu yang digunakan untuk membantu
lingkungan hidup yang berkelanjutan, pengembangan sain dan teknologi maupun untuk
tradisional merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus menerus
dijadikan sebagai pegangan hidup. Walaupun sifatnya lokal namun nilai yang
suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami 10:
1. Alam sekitar,
5. Tubuh manusia,
8
Paradigma yang dimaksud adalah kerangka berpikir yang dibangun oleh seseorang atau lembaga
tentang sesuatu .
9
Dr. Zainul Daulay, S.H., M.H, “PENGETAHUAN TRADISIONAL:Konsep, Dasar Hukum, dan
Praktiknya (Jakarta: Rajawali pers, 2011) hlm. 11.
10
Dr. Elly M. Setiadi, M.Si, dkk., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Kencana, 2009) hlm. 30.
suatu daerah atau suatu etnis tertentu yang dikembangkan dan wariskan secara turun-
temurun. Kata kebudayaan berasal dari kata sanskerta buddhaya, yaitu bentuk jamak
dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian ke-budaya-an dapat
diartikan: “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Kebudayaan menurut Prof. Dr.
Koentjaraningrat adalah:
sering merupakan pengetahuan yang sangat dasar, berasal dari pengalaman kehidupan
sehari-hari dan pada umumnya ditandai dengan suatu ciri yaitu “Tradisional” dengan
menggunakan cara coba-coba (try and error), komunitas sosial tersebut memanfaatkan
sumber daya biologis yang ada di sekitar mereka dan mengembangkan pengetahuannya
Tradisional dapat ditemukan dalam semua lapangan kehidupan yang relevan dengan
untuk kelangsungan hidup, seperti obat dan pengobatan, makanan dan pertanian.
11
Prof. Dr. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka cipta, 2013), hlm. 144.
12
Dr. Zainul Daulay, S.H., M.H., “PENGETAHUAN TRADISIONAL:Konsep, Dasar Hukum, dan
Praktiknya (Jakarta: Rajawali pers, 2011) hlm. 1.
Misalnya orang-orang “San” dari gurun Kalahari di Afrika yang mengetahui bahwa
memakan hoodia, sejenis kaktus, dapat menahan lapar dan haus untuk waktu yang
cukup lama. Pengetahuan ini telah diamati para tentara-tentara afrika selatan. Mereka
Pengetahuan dan industri Afrika Selatan dan melakukan penelitian dan menemukan
senyawa tertentu yang mampu menahan lapar dan haus dan hasil penemuan ini di
tradisional sebagai bagian integral dalam kehidupan mereka sehari hari. Mereka
nilai dan manfaat yang tinggi, tidak hanya bagi masayarakat tradisional, tetapi juga
tetapi juga dimiliki oleh negara menjadi Pengetahuan Tradisional Nasional yaitu
13
Dr. Zainul Daulay, S.H., M.H., “PENGETAHUAN TRADISIONAL:Konsep, Dasar Hukum, dan
Praktiknya (Jakarta: Rajawali pers, 2011) hlm. 3.
14
Ibid., hlm 172.
negara15.
tersebut diatur di dalam pasal 8 (j) CBD yang berisi mengatur kewajiban negara
(b). Memajukan penerapan yang lebih luas terhadap pengetahuan, inovasi dan
(c). Mendorong bagi hasil yang adil yang timbul dari penggunaan
15
Ibid., hlm 176.
16
Dr. Zainul Daulay, S.H., M.H, “PENGETAHUAN TRADISIONAL:Konsep, Dasar Hukum, dan
Praktiknya (Jakarta: Rajawali pers, 2011) hlm. 8
17
Ibid., hlm 90
3. Kewajiban dan segala sesuatu yang terkait tersebut harus diatur melalui
legistation) 18
Dali ni Horbo adalah suatu bentuk pengolahan susu yang berasal dari etnik
Batak Toba. Dalam pengolahan dali ini dapat tergolong sebagai salah satu Pengetahuan
Tradisional yang berasal dari sumatera utara yang tergolong juga ke dalam etnofood
penting untuk memenuhi kebutuhan manusia akan makan saja, namun makanan juga
terkait erat dengan kebudayaan, termasuk teknologi, organisasi sosial, dan juga
makanan itu dilihat dalam kebudayaannyaatau jaringan interaksi sosialnya 19. Kajian
mengenai makanan, kebiasaan makan dan gizi, terutama aspek sosial, budaya dan
ekonomi makanan pada berbagai kelompok manusia bukanlah hal yang baru dalam
sejarah antropologi.
Jika kita meninjau dari segi pengetahuan dalam pembuatan Dali ni Horbo ini,
dengan memanfaatkan proses kimiawi dari buah dan bahan alami lainnya yang
dicampurkan kedalam susu maka pengetahuan ini telah tergolong dalam pengetahuan
18
Ibid., hlm. 91
19
Yevita Nurti, “Kajian Makanan Dalam Perspektif Antropologi “, JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-
isu sosial budaya, Juni 2017. Vol. 19. hlm. 1
membuat dali ini berguna untuk membunuh kuman dan bakteri dari susu. Selain itu
pembuatan dali ini juga dapat memperpanjang masa penggunaan susu atau dengan kata
lain yaitu mengawetkan susu dalam bentuk yang berbeda. Hal-hal ini dapat menjadi
bukti bahwa masyarakat tradisional mampu belajar dan berinovasi dalam membuat
sesuatu. Ketersediaan bahan utama akan menjadi salah satu faktor yang menunjang
masyarakat tradisional untuk berinovasi. Susu kerbau seperti yang di jelaskan dalam
latar belakang dengan banyaknya kerbau di asia terutama di sumatera utara sendiri
menjadi alasan masyarakat tradisional untuk mengelolah susu kerbaunya agar lebih
bermanfaat.
Di sumatera utara, jenis kerbau yang banyak terdapat adalah jenis kerbau rawa
dan kerbau sungai. Untuk membedakan jenis kerbau ini dapat kita lihat dari segi
fisiknya, kerbau rawa memiliki ciri-ciri warna kulit abu-abu kehitaman, tubuhnya
pendek dan kekar, bentuk bulat, ukuran lingkar dada luas, kaki pendek dan lurus, serta
tanduk yang lebar dan melengkung. Lain halnya dengan kerbau sungai yang memiliki
ciri-ciri kulit yang berwarna hitam pekat, tubuhnya padat dan pendek, leher dan kepala
yang relative kecil, punggungnya lebar, serta tanduk yang melingkar rapat seperti
spiral. Jumlah produksi susu yang dihasilkan juga berbeda, kerbau rawa dapat
menghasilkan susu 6 - 8 L /hari20. Peternak kerbau yang ada di desa Dolok Saribu ini
memelihara jenis kerbau rawa namun juga beberapa kerbau telah dikawin silangkan
20
Triyana S, “AGROBISNISINFO.COM – Jenis-jenis Kerbau “,
http:/www.agrobisnisinfo.com/2015/03/jenis-jenis-kerbau.html?m=1.
Kedudukan kerbau bagi masyarakat Batak Toba sangat penting karena sangat
dibutuhkan untuk keperluan acara adat kematian Saur Matua dimana posisi orang yang
kuliner dan keyakinan terhadap fungsi makan dan makanan yang kompleks, mencakup
suatu unsur budaya pokok yang terkait dan melekat kepada berbagai unsur-unsur lain.
Sungguhpun sudah menyadari makanan sangat esensial bagi hidup, karena merupakan
suatu fenomena fisiologis, akan tetapi selama ini ahli-ahli antropologi budaya lebih
tertarik kepada peranan makanan dalam budaya sebagai suatu aktivitas menonjol yang
bentuk atau pola ekonomi, dan mengarahkan sebagian besar aktivitas kehidupan
sehari-hari manusia.
Sejak tiga dekade yang lalu sudah disadari bahwa sumbangan antropologi
sebagai bidang ilmu yang memberikan perhatian besar terhadap kekhasan dan keaneka
ragaman perilaku dan cara berpikir (budaya) dapat membantu pemahaman ahli-ahli
21
Hasil observasi dan mencocokkan dengan ciri-ciri kerbau yang dapat dijumpai sebab masyarakat
setempat hanya mengatakan kerbau tersebut adalah kerbau lumpur.
22
Dr. Zulyani Hidayah, “Rasa dan Keaneka Ragaman Cita Rasa Nusantara”, Dalam hasil Seminar
Antropologi Terapan- Sarasehan Nasional Antropologi 2010, Cisarua Bogor 2010. Hlm. 2.
dan keseimbangan lingkungan yang berbasis pada perilaku dan kebudayaan komunitas.
Masyarakat pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai tradisi dan
budaya yang turun dari generasi satu ke generasi sterusnya. Menurut Geertz (dalam
bahwa seluruh alam itu, baik yang berwujud nonorganic, organis, maupun
superorganis, berevolusi kerena didorong oleh kekuasaan mutlak yang disebut evolusi
universal. Spencer melihat perkembangan masyarakat dan kebudayaan dari tiap bangsa
di dunia itu telah atau akan melalui tingkat-tingkat evolusi yang sama. Dalam hal ini
membuktikan apa yang terjadi dengan kearifan tradisionall etnofood yang akan dikaji
mengalami perubahan berdasarkan keadaan teknologi saat ini dimana pengolahan dali
yang berada di kota akan mengalami perubahan namun tidak meninggalkan ciri khas
dari dali tersebut. Dalam kajian ini juga akan melihat bagaimana dali sebagai studi
Pengetahuan Tradisional etnis Batak Toba akan mengalami perubahan dari segi fungsi
sebagai makanan.
Dari latar belakang masalah, timbul dua hal yang menjadi acuan penulis untuk
melakukan penelitian yakni : (1) informasi yang didapat kurang lengkap atau kurang
jelas mengingat bahwa penulis lebih banyak melakukan pengamatan dan wawancara
kepada satu keluarga saja. (2) Terdapatnya pengolahan dali ini di kota yang sudah
disebut sebagai masalah, menilik dari proses pembuatan dali tersebut, pertanyaan
1. Bagaimana proses pembuatan (secara tradisional) Dali ni Horbo mulai dari pemerahan
2. Bagaimana perawatan terhadap kerbau agar dapat menghasilkan susu yang yang lebih
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan dali
ni Horbo ini secara tradisional mulai dari perawatan kerbaunya hingga pemasaran dali
yang sudah jadi sebagai Pengetahuan Tradisional. Selain itu juga penelitian ini akan
melihat eksistensi dari Dali ni Horbo ini pada masa sekarang dan pengolahannya di
Pengetahuan dalam pengolahan susu ini dapat menjadi kekayaan budaya yang ada di
Indonesia sehingga setiap orang yang masih baru memakan dali ini mengetahui bahwa
Pengetahuan ini milik etnis Batak Toba. Penelitian ini dititik beratkan pada proses yang
dijalani baik dahulu hingga sekarang yang mungkin akan berkelanjutan hingga masa
pengetahuan peneliti dalam menyusun karya ilmiah dan penelitian ini adalah untuk
terkhususnya dalam pembuatan Dali ni Horbo secara tradisional. Selain itu penelitian
ini juga bermanfaat sebagai catatan kekayaan Pengetahuan Tradisional yang ada di
Indonesia.
Skripsi ini berisi tentang analisis dan hasil wawancara yang dilakukan secara
mendalam dengan pembuat dali yang berasal dari desa Dolok Saribu kecamatan
Pagaran kabupaten Tapanuli Utara sebagai referensi pembuat dali secara Tradisional
dan juga pembuat dali dari desa Kelapa Tinggi kecamatan Lubuk Pakam kabupaten
Deli serdang yang sudah mampu membuat dali ini dalam porsi besar dan dipasarkan ke
Berikut diuraikan apa saja yang dibahas dalam skripsi ini, yakni:
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka penulisan, metode dan
pengalaman penelitian.
Bab II Tentang Lokasi Penelitian yaitu gambaran umum desa Dolok Saribu,
baik secara geografis, demografis, ekonomi dan sosial. Serta hubungan antara data
geografis, demografis, dan ekonomi masyarakat desa Dolok Saribu dengan status
pemilik kerbau serta alasan melakukan penelitian di dua lokasi yang berbeda.
Bab III Kerbau Tapanuli, yang berisi mengenai jenis kerbau yang ada di
Tapanuli Utara, fungsi kerbau bagi etnis Batak Toba dari segi sosial budaya dan
ekonomi, serta peran pemerintah dalam upaya peningkatan ternak kerbau di desa
Dolok Saribu.
pembuatan Dali Ni Horbo mulai dari pemerahan susu kerbau hingga pembuatan Dali
ni Horbo selesai, Fungsi Dali ni horbo ditinjau dari segi ekonomi dan sosial, sebagai
pembuat Dali ni Horbo dan perbandingan pembuatan dali dengan yang ada di kota.
penelitian yang telah dilakukan dan juga saran yang ditujukan kepada para pembuat
bersifat tetap (fixed) melainkan dinamis (Creswell 2002). Ciri „dinamis‟ini sangat
lapangan‟ untuk “bicara”. Dan ini hanya dapat dilakukan karena „instrument
penelitian„ yang paling utama dalam pendekatan kualitatif ini adalah peneliti itu
ada) sebelumnya, sumber data ini bisa berupa sumber data sekunder dan sumber data
primer. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang berupa berkas-berkas dan
literatur yang ada kaitannya dengan masalah penelitian. Kemudian, sumber data
tentang masalah terkait. Dengan hal itu makan akan dilakukan pengumpulan data
wawancara, yakni:
tradisional di desa, hal ini sudah meliputi pengamatan terhadap: fisik, lingkungan
atau suasana, serta tindakan atau perilaku sang aktor. Objek amatan sangat
penting dalam penelitian kualitatif karena dibalik objek terdapat ide, cerita, yang
pengabadian setiap momen yang terjadi pada saat pemerahan susu kerbau di
mulai hingga pembuatan dali selesai, baik berupa gambar dan video.
pembuatan dali di lakuakn dan bahkan saat mencari pakan kerbau oleh peternak,
dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara agar lebih fokus dan topik
pembicaraan lebih terarah sesuai dengan kajian penelitian. Selain pada pembuat
dali, wawancara juga dilakukan pada masyarakat biasa agar lebih mendapatkan
informasi yang mendalam dan bahkan dari berbagai kalangan usia. Hasil
direkam.
baik ini juga terjadi dengan baik karena adanya dukungan persaudaraan dari
terbuka.
(field note) yang berisikan tentang kondisi dan situasi yang dialami dan
diketemukan saat hendak melakukan penelitian. Selain itu juga catatan ini berisi
tentang aktivitas masyarakat yang berhubungan dengan studi yang diangkat oleh
peneliti.
melihat sebuah acara TV Nasional yang menayangkan tentang kebudayaan Batak dan
alam Danau Toba. Melihat acara TV tersebut, penulis teringat saat kecil yang selalu
memakan makanan yang satu ini karena dahulunya setiap sore penjual dali ini
berjalan berkeliling di sekitar desa penulis. Awalnya terasa kurang menarik untuk
mengkaji ini, tetapi setelah membuka Dali Ni Horbo di internet dan melihat proses
pembuatannya maka terlihatlah bahwa Dali Ni Horbo ini tergolong ke dalam salah
Terhadap Daya Tarik Objek Wisata Danau Toba dalam bidang kebersihan dan
lingkungan. Namun judul ini setelah dipikirkan sangatlah luas cakupannya dan
bahkan biya penelitiannya juga cukup besar. Setelah judul berikut penulis juga
sempat berfikir untuk mencari Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Menjaga
tersebut maka pada tahap berikutnya penulis menyimpulkan untuk mengangkat Dali
Pada tahap pengajuan judul kepada Dosen Pembimbing Akademik yaitu Ibu
Dra. Tjut Syahriani. Msoc. Sc. Penulis mengajukan 2 judul yaitu Dali Ni Horbo dan
Hilangnya Alat Musik Tulila Pada Masyarakat Batak Toba Samosir Akibat
Modernisasi, namun penulis lebih mengutamakan judul yang pertama yaitu Dali Ni
Beranjak dari pengetahuan yang masih sangat minim mengenai tema tersebut
makanan yang satu ini ditambah lagi Dali Ni Horbo ini tidak banyak dikenal oleh
orang-orang muda tetapi orang-orang yang sudah tua yang sangat familiar dengan
makanan ini. Selain itu, belum adanya tulisan-tulisan yang cukup mengenai makanan
ini sebagai Pengetahuan Tradisional yang bisa menjadi informasi dasar penulis
sehingga membuat penulis semakin \merasa tepat dalam mengangkat tema ini.
Setelah mengajukan judul ke dosen Ketua Jurusan yakni Bapak Dr. Fikarwin
Zuska, judul yang di acc adalah “Dali Ni Horbo (Studi Pengetahuan Tradisional
Pengolahan Susu Kerbau Bagi Etnis Batak Toba” dengan Dosen Pembimbing yakni
Bapak Drs. Agustrisno, Msp . Peneliti mulai mencari referensi lebih banyak tentang
Saat itu adalah awal libur semester pada bulan februari minggu kedua dan
tepatnya di Desa Dolok Saribu Kecamatan Pagaran. Lokasi ini juga merupakan
wilayah adat milik marga Simamora dan yang sama dengan itu seperti marga Purba,
dan Manalu dalam marga Batak Toba sehingga wilayah ini juga sering dikenal oleh
orang lokal dengan nama Simamora Nabolak yang artinya Simamora yang luas.
Karena wilayah ini didominasi oleh marga yang sama atau masih tergolong saudara,
rasa kebersamaan dan tingkat keperdulian antar sesame di wilayah ini masih sangat
terjaga dan bahkan sistem kekerabatan yang dimiliki masih sangat dijaga.
Penulis berangkat dari Dolok masihul yang merupakan desa tempat tinggal
agar dibantu mengantar ke lokasi tempat penelitian dan menunjukkan tempat untuk
dapat menginap dan tinggal sementara di rumah yang juga masih saudara penulis.
dengan pemuda yang ada di lokasi penelitian tersebut. Masyarakat disana terutapa
masih melihat dari Partuturan (Keturunan) agar satu sama lain dapat menemukan
sebutan panggilan yang tepat antar sesama mereka. Ketika mereka melakukan
partuturan dengan saya maka sebagian orang memanggil saya sebagai adik tetapi ada
juga yang memanggil saya sebagai abang walau secara usia saya jauh lebih muda
darinya dan ada juga yang memanggil saya Pak tua yang setara dengan orangtua nya
dan bahkan ada yang memanggil saya sebagai Opung yang dianggap pantas untuk
dituakan karena secara keturunan saya berada setara dengan kakek mereka. Jika
dijelaskan secara terperinci akan sangat rumit dan panjang tetapi itu dapat bermula
bahwa dahulunya ompung ( kakek ) terdahulu ada yang menikah dan memiliki anak
dalam usia muda tetapi ada juga yang memiliki keturunan pada usia yang sudah
terhadap setiap orang yang mengajak ngobrol untuk mendapatkan informasi dasar
dan juga informasi mengenai popularitas atau eksistensi dari Dali Ni Horbo ini.
Setelah 2 hari berada di lokasi penelitian dan informasi dasar telah dirasa cukup,
maka penulis langsung menemui para pembuat Dali Ni Horbo ini. Secara spontan,
setiap orang yang ditanya tempat pembuatan Dali ini semua menunjukkan lokasi
Setelah mendatangi salah satu warga yang membuat dali ini yaitu keluarga
bapak Parlin Purba yang juga merupakan keluarga penulis sendiri. Selain bapak
Parlin Purba ini ada juga keluarga Opung Lastio Simamora, Opung Lastiar
dari Opung Lastiar yang tetap membuat dali walau sudah pisah rumah dari orang
tuanya dan Terakhir bapak Parlin Purba. Penulis juga melakukan survei pada setiap
keluarga pembuat Dali ini tetapi penulis mengambil bapak Parlin Purba sebagai
narasumber Utama karena bapak ini telah lama membuat dali dan orang tua bapak ini
juga dulunya membuat dali jadi telah diwariskan secara turun-temurun. Selain itu
bapak Parlin Purba ini juga merupakan ketua Serikat Tani dan Ternak di desa Dolok
Saribu.
Hal yang paling menyenangkan dalam penelitian ini yaitu pada saat memerah
susu kerbau untuk yang pertama kalinya dan rasanya sangat lucu dan menggelikkan.
Selain itu selama melakukan penelitian penulis setiap paginya mengkonsumsi susu
kerbau asli yang baru di perah, terkadang di campur dengan kopi atau teh dan gula
kemudian dipanaskan. Selain itu, penulis juga memiliki pengalaman ketika diajak
mencari rumput ke dalam hutan yang masih jarang dijamah oleh manusia.
yang masih menjaga budaya sopansantun dan keramah tamahan membuat merasa
betah untuk tinggal lama di lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan selama 2
minggu secasra penuh di Desa Dolok Saribu. Dalam setiap momen dan kegiatan yang
di ikuti selalu disertai dengan dokumentasi foto dan video. Selain melakukan
Lubuk Pakam Desa Pagar Jati Kabupaten Deli serdang untuk melakukan Survei dan
porsi besar di Lubuk Pakam sehingga mampu mendirtribusikan Dali ini hingga
wawancara mendalam dan dokumentasi. Penulis juga menggunakan teknik emic view,
yaitu melihat dan memahami kejadian yang terjadi di lapangan dari sudut pandang
informan itu sendiri. Di sini informan adalah sebagai guru yang memberikan
memposisikan dirinya sebagai orang yang datang untuk belajar dan mencari ilmu
LOKASI PENELITIAN
Saribu yang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagaran kabupaten
Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Lokasi penelitian ini berada di rumah Keluarga
bapak Parlin Purba tepatnya di Dusun I desa Dolok Saribu. Di desa ini juga cukup
telah dibagi wilayah dalam setiap dusunnya, namun nama-nama wilayah di desa ini
juga telah ada sejak dahulu dengan nama yang sesuai dengan kriteria lingkungan
sekitarnya. Misalnya pada dusun I ini terdiri atas beberapa lingkungan yaitu, Pea
Linta, Huta Godang, Simardimpulan, Huta Pancur, dan Sitanduk. Lokasi penelitian
ini dilakukan di wilayah sitanduk. Nama Sitanduk diberikan karena kodisi tanah
Siborong-borong dan sebagian besar Kabupaten Tapanuli Utara yang membuat Dali
lingkungan ini.
Marga Toga Simamora (keturunan dari Raja Simamora) karena dipercaya bahwa
nenek moyang Marga Toga Simamora bertempat tinggal di Kecamatan Pagaran ini
sehingga kita akan menemukan marga-marga yang homogen dalam jumlah yang
banyak seperti marga Simamora, Purba, Debata raja, Manalu, dan Manorsa. Di desa
ini terdapat Sebuah Tugu kebesaran Marga Purba yaitu Tugu Tungkot Marpaung.
Tanah adat ini sering dikenal orang dengan sebutan Simamora na Bolak yang artinya
Lokasi pembuat Dali ni Horbo ini berada dalam 1 tempat saja. Ada terdapat 5
keluarga yang masih tetap membuat Dali ni Horbo yaitu, keluarga Opung Lastio
Simamora, dan yang terakhir Bapak Parlin Purba yang merupakan key informan dari
penelitian ini. kelima keluarga pembuat dali ini merupakan tetangga satu sama lain
yang terletak agak masuk ke dalam lewat sebuah gang kecil sebelum lingkungan
Pealinta. Rumah bapak Parlin Purba berada padaposisi yang paling ujung. Lokasi ini
sangat strategis karena berada di tengah-tengah antara onan (Pasar) Sipultak, onan
Desa Dolok Saribu merupakan salah satu dari 14 Desa yang ada di Kecamatan
Pagaran. Letak Desa ini sendiri berada 1.275m di atas permukaan laut dengan luas
wilayah 19,00 km2 dengan kepadatan penduduk 137 jiwa/Km². Desa Dolok Saribu ini
meruakan desa terluas yang ada di kecamatan Pagaran. letak geografis desa ini yang
Dengan letak geografis yang berada pada posisi iklim dingin, hal ini sangat
mendukung dan baik bagi kesehatan kerbau lokal milik masyarakat desa Dolok
Saribu ini. Daya tahan panas kerbau lebih rendah daripada sapi 24. Desa Dolok saribu
merupakan desa yang juga masih sangat asri alamnya sehingga mampu menyediakan
pakan alami bagi kerbau-kerbau yang dipelihara. Banyaknya hutan dan lahan kosong
yang ditumbuhi rumput membuat para peternak kerbau tidak terlalu sulit dalam
mencari makanan bagi kerbaunya. Selain itu kualitas rumput di wilayah ini juga
dianggap warga sangat memiliki kandungan gizi yang banyak sehingga kerbau milik
warga tidak akan mengalami kekurangan gizi dan pastinya akan gemuk 25.
Dengan suhu yang mendukung kesehatan kerbau dan alamnya yang masih
banyak menyediakan makanan bagi kerbau sangat menguntungkan bagi para peternak
kerbau dan hal ini juga dapat dipastikan kerbau akan mampu menghasilkan susu
dengan kualitas yang baik. Jika susu kerbau yang dihasilkan dengankualitas yang
baik, maka Dali ni Horbo yang akan dibuat juga akan memiliki kandungan gizi yang
Desa Dolok Saribu merupakan desa yang memiliki jarak yang cukup luas
antara satu rumah dengan rumah yang lain. Wilayah pekarangan yang dimiliki oleh
23
Data BPS Tapanuli Utara, Kecamatan Pagaran Dalam Angka 2017.
24
Dr. Tridjoko Wisnu Murti, DEA, “ Ilmu Ternak Kerbau”, (Yogyakarta: Kanisius, 2002) hlm. 69
25
Hasil wawancara dengan bapak Parlin Purba
26
Hasil wawancara dengan bapak Parlin Purba
peternak kerbau untuk memelihara kerbaunya dengan baik. Pekarangan rumah akan
dimanfaatkan oleh peternak kerbau untuk tempat penambatan kerbau atau bahkan
Beberapa warga yang tidak memiliki luas lahan pekarangan rumah tetapi
memiliki peliharaan kerbau, maka mereka akan menambatkan kerbau milik mereka di
ladang atau sawah milik mereka sejak pagi dan saat sore hari kerbau milik mereka
akan dibawa kembali ke kandang yang berada di belakang rumah milik mereka.
dengan suku Batak Toba dan agama Kristen dan sebagian kecil suku dan agama
lainnya. Masyarakat di desa Dolok Saribu masih sangat menjaga kebudayaan dan
melestarikan adat istiadat serta sopan santun antar sesama. Masyarakat desa Dolok
saribu masih tergolong homogen karena seluruh warga merupakan etnis Batak Toba
yang beragama Nasrani. Jumlah penduduk desa Dolok Saribu ini sebanyak 2.605 jiwa
dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 790 KK yang terdiri atas 5 dusun27.
Tabel.128
27
Data BPS Tapanuli Utara, Kecamatan Pagaran Dalam Angka 2017.
28
Data BPS Tapanuli Utara, Kecamatan Pagaran Dalam Angka 2017.
Di desa ini masih menjaga adat istiadat dan kepercayaan terhadap leluhur
bangunan kuburan yang dibuat besar dipercaya bahwa itu merupakan cara yang dapat
membahagiakan arwah orangtua mereka yang sudah meninggal. Selain itu kita juga
masih dapat menemukan adanya kuburan yang diatasnya terdapat tumbuh pohon
besar yang sengaja ditanam dengan tujuan agar mampu memeberikan kesuburan dan
semua keturunannya menyebar luas dan semakin tinggi kedudukannya sama seperti
pohon tersebut. Setiap tahun kita data menemukan adanya beberapa keluarga besar
yang yang meruakan Pomparan (semua keturunan hinggu ke cucunya) dari satu
ketertiban di desa ini ikut terjaga juga. Dalam setiap permasalahan yang ada akan di
untuk meminta nasihat dan persetujuan. Fungsi kepala desa hanya mengurus masalah
diserahkan kepada tetuah adat yang terdekat. Masyarakat di desa ini sangat
menghargaidan menghormati satu dengan yang lainnya. Hal ini terjadi karena
sosial-kultural yang menyangkut masyarakat dan semua budaya Batak Toba. Dalihan
Hal lain yang sangat sering dijumpai dari masyarakat desa Dolok Saribu ini
adalah kebiasaan saat menyambut tamu. Setiap tamu yang datang kerumah akan
wajib disuguhi kopi sebagai bentuk penghormatan dan penyambutan walau tamu
tersebut hanya sebentar saja berkunjung. Tamu yang disuguhi kopi tidak pernah
melihat orang itu dari mana dan siapa walaupun yang datang merupakan tetangganya.
Tamu yang datang akan ditanya terlebih dahulu minum apa dan kemudian ditanya
tujuannya. Dahulunya tamu disambut bukan dengan kopi melainkan dengan Dali ni
Horbo tetapi sekarang kebiasaan itu telah tiada mengingat bahwa tidak semua orang
dapat menyediakannya.
Kegiatan gotong royong ini bukan gotong royong dalam rangka bersih-bersih tetapi
bersama-sama membantu setiap warga yang sedang melakukan adat atau hal lainnya
yang membutuhkan bantuan orang banyak. Biasanya dalam kegiatan gotong royong
ini akan diberikan dali kepada setiap orang dengan tujuan untuk menambah tenaga
Desa Dolok Saribu merupakan desa dengan penduduk yang masih banyak
memiliki hubungan keluarga baik keluarga kandung maupun keluarga dari leluhur.
Dari segi sosial juga biasanya akan mempengaruhi konsumen untuk membeli dali
dari produsen yang mana. Biasanya konsumen akan mengutamakan membeli dali dari
pembuat dali yang masih memiliki hubungan keluarga yang lebih dekat dengan
konsumen tersebut.
Untuk sarana pendidikan yang ada di desa Dolok Saribu ini cukup lengkap.
Fasilitas sekolah yang ada mulai dari sekolah dasar (SD) ada 3 sekolah yaitu SDN
173388, SDN 173389, dan SDN 176347. Untuk sekolah menengah pertama (SMP)
terdapat 1 SMP yaitu SMP Negeri 1 Pealinta. Untuk sekolah mengengah atas (SMA)
terdapat 2 sekolah yaitu SMU Negeri Pagaran dan SMK Negeri Pagaran Pealinta.
Semua sekolah ini berada di pusat desa yaitu dusun I wilayah Pealinta.
didukung oleh lahan pertanian yang lebih luas dibanding dengan luas pemukiman
warga. Komoditi tanaman yang di tanam oleh petani ini sangat beragam yaitu,
tanaman kopi yang paling banyak di tanam di kecamatan ini, kemudian tanaman
tembakau yang juga cukup banyak ditanam oleh petani, juga sayuran seperti tomat,
wortel, kol, sawi, cabai, bawang, tanaman padi dan bahkan palawija seperti ubi kayu,
ubu jalar, jagung, kacang, kentang,. Kopi adalah penghasilan terbanyak dari sektor
pertanian karena masyarakat mengaku untuk biaya perawatan tanaman ini lebih
sedikit dan tidak terlalu rumit sehingga tumbuhan ini lebih banyak ditanam oleh
masyarakat. Untuk tembakau juga jenis tanaman yang sangat mudah dirawat bahkan
lebih mudah dibandingkan kopi, harga tembakau dari petani kepada pengepul juga
cukup mahal tetapi proses pembuatan tembakau dari daun hingga siap pakai cukup
merepotkan ditambah lagi berat tembakau yang ringan membuat harga yang mahal
tidak terlalu dapat dirasakan oleh petani sehingga beberapa petani enggan untuk
menanam tembakau.
sampingan. Jenis hewan ternak yang biasanya dipelihara seperti ayam, babi, kerbau.
Hapir setiap keluarga memiliki ayam dan babi untuk diternakkan namun untuk yang
memelihara kerbau tidak sebanyak yang memelihara ayam dan babi dikarenakan
pertanian karena beranggapan bahwa dengan bertani akan lebih mudah. Peternak
kerbau yang ada di desa ini hanya sekitar 30% dari jumlah kepala keluarga. Kerbau
setiap harinya dari hasil susu kerbau tersebut dan hal ini juga akan menjadi
pembahasan Dali yang berfungsi dalam sektor perekonomian. Selain dari susu kerbau
juga sangat berpotensi menghasilkan pendapatan karena posisi kerbau dalam adat
Batak Toba akan membuat harga kerbau cukup tinggi. Kerbau juga masih digunakan
untuk membantu dalam membajak sawah dan mengangkat kayu dari hutan yang akan
Dari 30% masyarakat yang memelihara kerbau, hanya ada 5 keluarga yang
membuat Dali ni Horbo yaitu, keluarga Opung Lastio Simamora, Opung Lastiar
Simamora, Bapak Putra Simamora, Ama Lastiar Simamora, dan yang terakhir bapak
Parlin Purba yang merupakan informan kunci dari penelitian ini29. Dari semua
pemilik kerbau yang ada di desa ini, Opung Lastio Simamora adalah pemilik kerbau
29
“Opung” merupakan sebutan etnis Batyak Toba untuk orang yang telah memiliki cucu dan “Ama”
sebutan bagi seorang ayah yang memiliki anak dan nama anak atau cucunya yang paling besar yang
menjadi Panggoaran atau nama panggilan buat orang tersebut.
Awalnya bapak Parlin Purba melihat suatu cara ini dari daerah Tarutung yang
dengan membeli induk kerbau betina yang sudah beranak beserta anak kerbaunya.
Kemudian kerbau yang dibeli ini akan diperah selama satu tahun untuk membuat dali.
Selama satu tahun itu dali yang dibuat akan dijual dan uangnya akan dipakai dalam
kebutuhan sehari-hari. Setelah satu tahun, anak kerbau tersebut telah bertambah besar
dan pastinya harga jualnya akan semakin banyak. Kerbau dan anaknya selanjutnya
akan dijual dengan harga yang sudah berbeda saat membelinya dan kemudian bapak
Parlin Purba akan mencari kerbau yang beranak kembali dari mandor dan kemudian
Tidak semua warga yang memiliki kerbau membuat Dali karena sebagian
peternak hanya memelihara kerbau jantan saja karena harga jantan lebih mahal
disbanding betina. Selain itu peternak kerbau yang memiliki kerbau betina yang
beranak akan memerah susu kerbau dan membuat Dali tetapi bukan untuk dijual .
Terkadang susu yang diperah juga hanya dijadikan minuman yang dicampur dengan
gula dan dipanaskan atau dicampur dengan kopi. Pekerjaan lain yang dimiliki para
peternak kerbau adalah bertani. Disisa waktu memeperhatikan para kerbaunya, maka
mereka akan menyempatkan waktunya untuk merawat dan memanen tanaman yang
berjualan mulai dari jual makanan mie gomak, warung kopi, lapo tuak (warung tuak),
warung sembako, bahkan panglong. Selain usaha jualan ada juga terdapat sebuah
usaha pabrik penggiling kopi dan kopi dari hasil penggilingannya ini akan dikemas
dalam karung dan dikirim ke berbagai tempat termasuk kopi sidikalang yang terkenal
guru, dan juga kedinasan seperti dinas pertanian dan peternakan, dan pemerintahan
setempat. Selain pegawai negeri ada juga yang berprofesi sebagai pegawai swasta dan
buruh.
Lokasi penelitian ini berada di rumah Keluarga bapak Parlin Purba tepatnya di
Dusun I desa Dolok Saribu. Di desa ini juga cukup unik dalam penamaan sebuah
lokasi. Walaupun secara administrasi resmi telah dibagi wilayah dalam setiap
dusunnya, namun nama-nama wilayah di desa ini juga telah ada sejak dahulu dengan
nama yang sesuai dengan kriteria lingkungan sekitarnya. Misalnya pada dusun I ini
terdiri atas beberapa lingkungan yaitu, Pea Linta, Huta Godang, Simardimpulan, Huta
Pancur, dan Sitanduk. Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah sitanduk. Nama
Sitanduk diberikan karena kodisi tanah sekitar sangatlah keras dan meruncing-
runcing sama seperti tanduk. Lingkungan sitanduk ini sangat luas namun jumlah
meter dari pealinta yan merupakan pusat dari desa ini. Lokasi ini berada di balik
pepohonan dan sedikit masuk kedalam dari pinggir jalan utama desa ini. Lokasi ini
memang sedikit tersembunyi tetapi semua warga yang ada disana mengetahui lokasi
ini.
Rumah bapak Parlin Purba berada di again paling ujung dari lokasi ini namun
untuk di lokasi ini tidaklah terlalu luas dan jarak dari antar rumah juga tidak terlalu
jauh. Semua masyarakat Desa Dolok Saribu mengenal bapak Parlin Purba karena
peranannya yang sangat penting dalam adat yaitu sebagai Parhata atau juru bicara
saat adat dilakukan. Selain itu bapak ini juga merupakan aktivis dibidang pertanian
dan pemimpn kelompok tani dan peternakan untuk wilayah dusun I. ini lah yang
membuat saya menjadikan bapak ini sebagai informan kunci untuk diwawancarai.
Siborong-borong dan sebagian besar Kabupaten Tapanuli Utara yang membuat dali
hanyalah di lingkungan Sitanduk ini. Saat datang ke Kecamatan Pagaran maka ketika
sitanduk ini hanya terdiri atas 5 kepala keluarga dan semuanya merupakan pembuat
dali.
KERBAU TAPANULI
untuk diambil dagingnya atau susu atau untuk dipekerjakan (membajak, menarik
pedati), rupanya seperti lembu dan agak besar, tanduknya panjang, suka berkubang,
menunjukkan bahwa kerbau telah ada sejak zaman Pliocene. Kerbau lokal di Asia
dikenal dengan beberapa istilah sesuai dengan daerahnya, antara lain Bhanis di India,
Kerbau Asia memiliki banyak jenis dan diantaranya ada Bubalus arnee yang
merupakan kerbau liar india, Kerbau Tamarao merupakan salah satu kerbau liar di
terkecil dari kelompok kerbau, Kerbau Murrah adalah salah satu bangsa kerbau perah
yang banyak diternakkan di Indonesia dan jenis kerbau yang sama dengan Murrah ini
adalah kerbau Nili , Ravi, dan Kundi32. Dari beberapa jenis kerbau yang ada, kerbau
pada umumnya akan dibagi atas 2 jenis yaitu, Kerbau lumpur dan Kerbau Sungai.
Pembagian ini didasarkan pada daerah yang disukai oleh kerbau. Adanya kerbau yang
30
Kbbi.web.id/kerbau
31
Dr. Tridjoko Wisnu Murti, DEA, “ Ilmu Ternak Kerbau”, (Yogyakarta: Kanisius, 2002) hlm. 19
32
Ibid., hlm.29
kaki pendek, badan besar bulat, lingkar dada besar, tanduk semi melingkar
(menyabit) agak mendatar, terdapat warna putih pada beberapa bagian tubuh seperti
kaki dan ujung ekor, warna tubuh abu-abu gelap hingga ke hitam. Masyarakat
tenggara. Kerbau ini banyak ditemui di Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand, Malaysia,
dan Indonesia. Kerbau ini disebut kerbau lumpur untuk membedakan dengan kerbau
bangsa Murrah dan Surati yang disebut kerbau sungai 33. Kerbau ini tidak hanya di
Tapanuli saja tetapi seluruh wilayah Tanah Batak Toba seperti Porsea, Balige,
Samosir, dan di beberapa wilayah sekitarnya juga memelihara jenis kerbau ini.
Kerbau ini mampu menghasilkan susu sebanyak 2-3 liter dalam sehari tergantung
pada makanan dan porsi minum dari kerbau tersebut. Kerbau ini sebenarnya bukanlah
jenis kerbau perah namun peternak kerbau tetap memerah kerbau milik mereka untuk
membuat Dali ni Horbo. Para peternak juga mengetahui bahwa jika kerbau tidak di
perah maka anak kerbau akan meminum susu dari induknya dalam jumlah yang
Kerbau adalah hewan peliharaan yang sudah sangat familiar bagi masyarakat
Tapanuli terkhususnya bagi etnis Batak Toba. Kerbau memiliki peran yang sangat
besar dalam etnis Batak Toba diantaranya sebagai hewan kurban yang akan dimakan,
sebagai pembantu dalam pengolahan lahan sawah, dan juga untuk diambil susunya.
Sosok kerbau dalam pemahaman budaya masyarakat Batak Toba memiliki sejumlah
symbol antara lain kejayaan, kekuatan, kebenaran, kesabaran, dan penangkal roh
jahat. Tidak heran bila symbol-simbol kerbau ada dalam seni ukir dan arsitektur
33
Dr. Tridjoko Wisnu Murti, DEA, “ Ilmu Ternak Kerbau”, (Yogyakarta: Kanisius, 2002) hlm.24
(Kepala Raksasa) yang menggunakan tanduk kerbau. Jika kita lihat ada tanduk
kerbau di satu rumah orang Batak Toba, itu menunjukkan bahwa mereka pernah
Peran kerbau sebagai hewan kurban yang dimakan biasanya akan digunakan
dalam pesta adat dan upacara kematian. Selain hewan Babi, kerbau juga memiliki
nilai lain saat digunakan dalam upacara kematian. Penggunaan kerbau dalam upacara
kematian memberikan kesan dan makna yang khusus bahwasanya orang yang
memiliki cucu hingga cicit). Pesta Saurmatua idealnya yang dipotong adalah kerbau
Kerbau yang diotong akan dibagi atas beberapa bagian dan ini biasanya disebut
dengan Jambar yang artinya Hak/Bagian. Jambar ini akan dibagi kepada pihak-
34
Penjelasan oleh Robinson Simanjuntak yang merupakan praktisi adat Batak Toba di Naga Hall,
Medan, Sabtu (17/2/2018) dikutip dari medanbisnis.com
pembajak sawah. Bukan hanya bagi etnis Batak Toba atau di Tapanuli, di wilayah
lain dan etnis lain juga sudah menggunakan kerbau sebagai pembajak sawah. Kerbau
juga akan digunakan untuk mengangkat hasil panen daeri sawah ke rumah dengan
menggunakan gerobak yang ditari oleh kerbau. Selain hasil panen dan membajak
sawah, kerbau juga akan dipakai untuk mengangkat kayu bakar yang diambil dari
hutan karena dahulunya alat untuk memasak yang digunakan adalah kayu bakar.
Selain sebagai pedaging dan juga sebagai pembantu kegiatan pertanian bagi
etnis Batak Toba, kerbau juga memiliki fungsi dari susu kerbau tersebut. Susu itu
akan diperah dan kemudian diolah menjadi makanan olahan Dali ni Horbo. Dali ini
banya diminati oleh kalangan siapa saja yang telah mengenal dan memakannya.
pemanfaatan kerbau ini baik dari segi tenaga yang dibutuhkan maupun juga
dagingnya karena memiliki keuntungan secara ekonomis bagi para peternaknya. Pada
zaman dahulu kerbau ini dapat menjadi status sosial. Apabila sebuah keluarga
memiliki kerbau beberapa ekor untuk diternakkan maka keluarga tersebut dapat
diposisikan sebagai keluarga yang sejahtera dan memiliki kedudukan yang cukup
tinggi.
Kerbau adalah salah satu jenis hewan yang sangat bermanfaat bagi Etnis
Batak Toba karena adat istiadat Batak Toba yang menggunakan kerbau dalam
upacara adat kematian Saurmatua (yang meninggal sudah punya cucu bahkan cicit)
sebagai makanan wajib dalam upacara adat ini. Sejak dahulu kerbau dengan etnis
Batak sudah tidak dapat dipisah lagi. Selai digunakan untuk adat kerbau juga dipakai
untuk membajak sawah dan menarik kreta untuk mengangkat hasil panen dari sawah
Kerbau yang dipelihara oleh masyarakat lokal memiliki ciri-ciri kaki pendek,
badan besar bulat, lingkar dada besar, tanduk semi melingkar (menyabit) agak
mendatar, terdapat warna putih pada beberapa bagian tubuh seperti kaki dan ujung
35
Hasil wawancara dengan bapak Parlin Purba
36
Pemaparan Oleh Bapak Parlin Purba.
Kerbau jenis ini memang tergolong keadalam jenis kerbau lumpur Asia
tenggara. Kerbau jenis ini banyak ditemui di Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand,
Malaysia, dan Indonesia. Kerbau ini disebut kerbau lumpur untuk membedakan
dengan kerbau bangsa Murrah dan Surati yang disebut kerbau sungai 37. Dalam
perawatan kerbau ini, bapak Parlin Purba tidak terlalu kesulitan dan begitu juga
Kerbau milik Bapak Parlin Purba ini tidak pernah di kandangkan kecuali saat
kerbaunya baru beranak. Kerbau akan dibuat cincin pada hidungnya dari sebatang
besi bulat dan kemudian cincin ini akan diikatkan tali, ujung talinya yang satu akan di
Pembuatan cincin pada kerbau ini bertujuan agar kerbau dapat patuh pada
pemiliknya dan kerbau tidak memiliki sifat liar lagi (Jinak). Pemberian cincin ini
dilakukan kepada kerbau yang telah berusia minimal 1 Tahun. Pembuatan cincin ini
dilakukan oleh orang yang sudah paham dan berpengalaman karena jika dilakukan
dengan kesalahan sedikit saja maka hidung kerbau akan terluka parah bahkan hingga
terkoyak dan akhirnya infeksi. Saat membuat cincin ini, kerbau akan diberikan
menjilat tangan yang dilumuri garam dengan tujuan agar saat ditusuk kerbau tidak
akan berontak. Setelah cincin dipasan maka kerbau tidak akan langsung diikat tetapi
dibiarkan mengikuti induknyan minimal 3 hari atau paling tidak hingga hidungnya
sembuh dan setelah itu kerbau akan dipisah dengan indukan dan akan ditambatkan.
Pakan kerbau di desa Dolok Saribu ini masih sangat tersedia karena lokasi
yang masih alami dan lahan kosong yang masih belum diolah oleh manusia
menyediakan jenis rumput yang disukai oleh kerbau ini. Untuk jenis rumput yang
biasanya diberikan para peternak adalah Humbil (sebutan lokal) atau rumput Bede,
Bapak Parlin Purba biasanya mencari rumput setiap hari dan memberikan
rumput ini kepada kerbaunya dengan perbandingan 5 % dari berat badan kerbaunya
untuk satu harinya. Kerbau akan memakan rumput kecil yang ada di lapangan tempat
kerbau diikat sebagai makanan tambahannya. Peternak kerbau di desa Dolok saribu
ini juga sengaja membuat sebidang lahan yang mereka miliki untuk ditanami rumput
Peternak kerbau di desa ini tidak pernah memberikan pakan buatan atau pellet
kepada kerbaunya “Pakan tersebut tidak berguna dan makanan kerbau di desa ini juga
sangat berlimpah dan alami jadi tidak perlu memberikan pakan buatan selain itu juga
akan lebih sehat bagi orang yang memakan dagingnya maupun susu kerbau itu” kata
Pakan tambahan juga akan diberikan pada masa kerbau hamil dan selama
menyusui. Pakan tambahan ini diberikan dua kali dalam seminggu berupa dedak padi
dan juga ubi kayu. Namun ubu kayu yang diberikan harus benar-benar bersih dari
kulit ubi tersebut karena bisa membuat kerbau sakit bahkan mati. Bapak Parlin Purba
mengatakan bahwa perut kerbau tidak dapat mencernah kulit Ubi tersebut.
Pengalaman peternak kerbau di desa ini bahwa pernah seekor kerbau mati mendadak,
melihat hal itu mereka membelah perut kerbau dan melihat bahwa terdapat kulit ubi
kayu yang masih utuh. Selain itu peternak juga sering melihat kotoran kerbau yang
tersebut mengalami seleramakan yang kurang dan sakit. Pemberian pakan tambahan
ini secara lokal disebut dengan “Marbosur” yang artinya memberi makan lebih.
Tujuan lain dari pemberian makanan tambahan ini adalah untuk menghasilkan susu
agar lebih banyak dan mencukupi untuk diperah. Selain dedak dan ubi kayu, peternak
juga akan memberikan jagung muda jika tersedia dan jerami padi pada saat musim
panen padi tiba. Pada sore hari kerbau akan diberikan makan sedikit lebih banyak
agar saat pagi harinya kerbau dapat menghasilkan susu yang banyak.
Untuk pemberian minum kerbau, peternak akan menyediakan air dalam ember
yang telah dicampur dengan garam. Pemberian garam pada minum kerbau tidak bisa
terlalu banyak hanya secukupnya saja. Bapak Parlin Purba mengaku bahwa kerbau
tidak baik jika kehausan, kerbau lebih baik kurang makan dibanding kurang minum.
Pemberian minum pada kerbau sebanyak 3 kali yaitu saat pagi hari sebelum
pemerahan dilakukan, siang hari sekitar pukul 10 atau sebelum kerbau berkubang ke
lumpur, dan malam hari saat sore hari saat kerbau ditambat kembali stelah berkubang.
Dalam minum kerbau ini terkadang akan dicampurkan larutan obat herbal jika kerbau
dalam kondisi sakit. Obat herbalnya juga dibuat sendiri oleh para peternak seperti
perasan daun papaya untuk sakit kerbau sakit perut yang ditandai tidak selera makan
dan kotorannya cair, rebusan daun tomat untuk kerbau cacingan yang ditandai
kurangnya selera makan dan lemas, dan masih banyak lagi obat herbal yang dibuat
sendiri.
Kerbau adalah hewan yang sangat menyukai air, oleh sebab itu habitat kerbau
pada dasarnya berada di wilayah yang ada sumber mata airnya. Diperoleh kenyataan
jumlah sel darah kerbau turun dari 4 juta/mm 3 menjadi 3 juta/mm3. Nilai Haematokrit
relative stabil 25%, haemoglobin turun dari 11 g/dl menjadi 8 g/dl, pH darah naik dari
7,4 menjadi 7,48 dan tekanan CO2 turun dari sekitar 39 mmHg menjadi 29 mmHg38.
Selain itu kelenjar keringat pada kulit kerbau diperkirakan hanya 1/6 dari jumlah
kelenjar keringat pada sapi. Kepadatan kelenjar yang mengantarkan panas dari dalam
tubuh kerbau ke udara luar yang sedikit itu membuat kerbau memerlukan pengeluaran
panas melalui cara berkonduksi hal ini membuat kerbau akan selalu mendinginkan
badannya dengan cara berkubang atau berendam di air atau di lumpur 39. Peternak
kerbau di desa ini juga menyediakan lokasi khusus untuk tempat kerbau dibawa
berkubang. Mereka mengetahui bahwa kerbau merupakan hewan yang tidak tahan
dengan panas.
38
Dr. Tridjoko Wisnu Murti, DEA, “ Ilmu Ternak Kerbau”, (Yogyakarta: Kanisius, 2002) hlm. 38-39.
39
Ibid., hlm 67.
Kualitas susu dan kesehatan kerbau juga dipengaruhi oleh kerbau yang
berkubang atau tidak. Hal ini dibenarkan oleh beberapa peternak kerbau di desa ini.
Berdasarkan pengalama dari peternak kerbau di desa ini bahwa kerbau yang terlalu
sering berkubang juga tidak baik bagi kerbau itu sendiri bahkan dapat membuat
kerbau diserang oleh penyakit. Untuk menangani permasalahan dari suhu tubuh
kerbau, maka peternak akan membawa kerbaunya ketempat kubangan lumpur yang
telah dibuat pada saat suhu udara mulai panas dan kerbau itu akan ditambatkan di
(biasanya sore hari), kerbau akan keluar dari lumpur dan saat itu juga peternak akan
lumpur akan disesuaikan dengan jumlah kerbau yang dimilikinya. Semakin banyak
kerbau milikinya maka akan semakin besar kubangan yang akan dibuat. Tetapi jika
peternak tidak akan membuat kubangan melainkan membawa kerbau milik mereka ke
sungai tersebut dan akan menambatkan kerbaunya di pinggiran sungai dengan tali
yang cukup panjang sehingga kerbau dapat keluar masuk dari sungai tersebut.
Anak kerbau akan menyusui selama 1 Tahun, namun anak kerbau sudah bisa
memakan rumput setelah berusia 3 bulan. Walaupun telah dapat memakan rumput,
anak kerbau akan tetap menyusu dalam 1 tahun itu tetapi dengan porsi konsumsi susu
yang lebih sedikit. Bapak Parlin purba membenarkan bahwa jika anak kerbau
mengkonsumsi susu terlalu banyak setelah usia 3 bulan, anak kerbau tersebut akan
mencret. Walaupun demikian, induk kerbau akan tetap memproduksi susu dalam
jumlah yang banyak atau tidak mengalami perubahan dalam porsi produksi susu. Hal
ini yang membuat peternak memerah susu kerbaunya untuk dijadikan dali. Anak
kerbau setelah usia 3 bulan hanya diberikan minum susu 2 kali dalam sehari yaitu
pagi dan siang setelah itu induk kerbau akan dipisahkan dari anaknya agar
e. Pemerahan Susu
Anak kerbau yang telah berusia 3 bulan akan dibatasi dalam mengkonsumsi
susu dan kemudian susu dari induknya akan diperah untuk diambil sebagai makanan
atau minuman. Di desa Dolok Saribu ini telah lama menganal sistem pemerahan susu
namun tidak banyak yang mengetahui tentang usia anak kerbau yang membutuhkan
susu lebih banyak. Hal ini dibuktikan bahwa beberapa peternak seperti Opung Lastiar
dan Ama Lastiar Simamora telah memerah susu kerbaunya semenjak bulan pertama
anak kerbau yang terlihat kurang sehat dengan badan anaknya yang kurus tetapi
karena belum adanya kasus anak kerbau yang mati karena hal ini maka keluarga ini
Berbeda dengan bapak Parlin Purba, bapak ini akan membiarkan anak kerbau
miliknya meminum susu induknya dengan penuh selama 3 bulan tanpa memerah susu
kerbau miliknya dan kemudian akan dikurangi setelah itu. Pemerahan susu dari
induknya juga hanya dilakukan sekali dalam sehari yaitu pada pagi hari sekitar pukul
05.00 WIB. Susu induknya tidak akan diambil seluruhnya, susu akan disisakan
kepada anaknya sekitar ¼ dari ketersediaan susu induknya. Ini dapat dilihat dengan
cara meraba susu kerbau. Sebelum melakukan pemerahan, kerbau akan dimasukkan
dalam sebuah kandang khusus memerah dengan bentuk kandang seperti segitiga yang
ujungnya meruncing.
Selama proses pemerahan dilakukan, biasanya isteri bapak Parlin Purba ini
akan membatu menggaruk perut kerbau dengan tujuan agar kerbau dapat tenang dan
tidak merasa terganggu saat diperah selain itu juga kerbau tidak akan menendang
orang yang memerahnya. Selama menggaruk perut kerbau, kerbau akan merasa
nyaman dan jinak terhadap pemiliknya sehingga saat diperah kerbau tidak akan
Untuk wilayah kabupaten Tapanuli Utara ada yang dikenal dengan istilah
pasar kerbau. Seperti namanya, pasar ini memang tempat untuk melakukan jual beli
kerbau dari beberapa desa yang ada di kabupaten Tapanuli Utara ini. Pasar ini
dilakukan dua kali dalam sebualan. Pasar ini cukup unik karena selain dari terjadinya
proses jual beli kerbau, di pasar ini juga akan terjadi tukar pikiran atau saling berbagi
tentang teknik dan cara memelihara kerbau yang baik agar dapat menghasilkan
adalah para peternak kerbau tetapi sebagian lagi merupakan agen kerbau yang
mencari kerbau murah dengan kualitas tinggi yang kemudian akan dijualnya kembali
kepada orang lain untuk keperluan adat. Pasar ini berada di Siborong-borong di
Bapak Parlin Purba sangat senang dan selalu hadir di pasar kerbau ini karena
bapak ini sangat senang jika dapat berbagi pengetahuan dari orang lain dalam
memelihara kerbau. Walaupun bapak ini tidak pernah memebeli kerbau di pasar ini
namun ia mengaku sangat senang ketika datang ke pasar ini. Dari pasar ini juga setiap
pengunjung akan mengetahui perkembangan harga dari kerbau agar mengetahui jika
harga kerbau naik maka beberapa peternak akan menjual kerbau milik mereka di
pasar ini namun tidak semua peternak yang membawa kerbaunya akan terjual dan
kerbau yang tidak lau akan dibawa kembali oleh pemilikinya. Secara tidak langsung,
wajib memberikan bantuan ataupun hal-hal yang dapat mendukung dan menunjang
Pagaran ini. Bantuan yang diberikan pemerintah adalah berupa bibit sel sperma
kerbau jenis berbadan besar. Namun program ini masih baru beberapa bulan terakhir
ini dilaukan sehingga belum adanya hasil nyata yang dapat dirasakan oleh
masyarakat.
menurunkan beberapa orang yang dapat memantau dan mengkontrol bibit yang
disuntiikkan kepada kerbau. Disamping itu para petugas dari dinas peternakan ini
juga akan memantau kesehatan dari ternak kerbau milik warga. Selain dalam
peternak kerbau untuk memberikan pengetahuan dalam merawat kerbau yang baik.
Tetapi dalam hal ini dirasa kurang efektif karena dalam penyuluhan tersebut kerbau
akan dirawat menggunakan makanan buatan dan pemberian obat vitamin tambahan
masyarakat tidaklah buruk karena telah terbukti bahwa selama ini angka kematian
Gambar.15 . Kerabau yang diberi tanda pada telinganya bahwa kerbau tersebut dalam pengawasan
Kerbau yang dalam pengawasan dan pemeliharaan dari dinas Peternakan akan
diberikan tanda di telinganya dengan memberikan nomor sebagai kode dan nama
terhadap kerbau tersebut. Setiap sekali dalam seminggu kerbau akan dicek kesehatan
dan perkembangan yang terjadi kepada kerbau yang disuntik sperma tersebut. Dalam
hal ini pemerintah berharap bahwa para peternak kerbau mampu menghasilkan
kerbau dengan jenis yang baru dengan badan yang lebih besar sehingga pendapatan
yang dihasilkan kerbau tetapi tidak melihat apakah jenis kerbau yang baru tersebut
mampu meningkatkan produktivitas susu yang dihasilkan kerbau itu juga padahal
selain dari daging, kerbau juga dimanfaatkan oleh warga sebagai penghasil susu 40.
40
Pendapat dari bapak Parlin Purba
DALI NI HORBO
belahan dunia. Bentuk wujud olahan susu padat pada dasarnya terjadi tanpa disengaja
oleh pedagang Arab. Pedagang Arab tersebut menuangkan cairan susu ke kantung
yang terbuat dari perut domba dan ia kemudian berkelanan melewati gurun pasir.
Pada malam hari saat pedagang tersebut memeriksa keadaan susunya, ia menemukan
susu tersebut tidak lagi sama. Wujud susu tersebut telah berubah menjadi padat dan
terpisah dari cairan yang disebabkan oleh rennit, enzim yang ditemukan di perut
hewan mamalia. Pembuatan keju ini terjadi karena suhu panas di siang hari 41. Dan
akhirnya pembuatan keju ini menyebar luas sampai ke Eropa oleh kerajaan Romawi.
olahan yang berbeda. Dan hingga saat ini diketahui bahwa masyarakat benua Eropa
Di Indonesia panganan olahan susu ini yang dibuat menjadi padat juga sudah
lama di kenal.olahan susu yang ada di Indonesia ada di berbagai provinsi seperti di
Sumatera Utara yaitu Dali Ni Horbo. Sumatera Barat yang diolah menjadi Dadih. Di
41
Dikutip dari internet yaitu KOMPAS.COM yang disampaikan lewat siaran pers yang Kompas Travel
terima dari Centre National Interprofessionnel de IÉconomie Laitiere (CNIEL) dan Eropean Unio dalam
acara Promosi Open Your Taste With European Cheese.
Samin yang telah di ekspor ke luar negeri seperti Brunei dan Malaysia. Di kawan
timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) membuat makanan tradisional
hasil olahan susu yang dikenal sebagai Cologanti yaitu susu yang di padatkan
olahan susu yang biasa disebut dengan Dangke yang dibuat dengan memanaskan susu
kerbau sampai mendidih dan ditambahkan bahan penggumpal berupa perasan daun
Dali Ni Horbo makanan Tradisional olahan susu yang berasal dari Sumatera
Utara ini Tepatnya dari Samosir hingga Tapanuli yang dimiliki oleh Etnis Batak
Toba. Masyarakat Batak Toba mempercayai bahwa Dali Ni Horbo Ini telah ada sejak
400 Tahun lalu. Dahulu salah satu Raja batak yaitu Ompu Gottam Saribu memiliki
ribuan kerbau dan tanah yang dimilikinya juga sangat luas. Kerbau yang dimiliki
(Keturunan) Ompu Gottam ini memerah susu kerbau hanya untuk diminum langsung
saja dan dicampur dengan air nira sebagai bahan pemanis namun karena kebiasaan
etnis Batak Toba yang tidak terlalu suka dengan meminum susu dan hasil susu yang
sangat banyak maka susu itu dolah sedemikian rupa sehingga tercipta dali dan
42
Bamualim Wirdahayati R, “Strategi Pelestarian Produksi Susu Kerbau Lokal (Swam Buffalo) Bagi
Peningkatan Gizi Masyarakat”, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian,
Bogor.
43
Hasil wawancara dengan Bapak Parlin Purba.
bahkan ada juga yang mengatakan bahwa dali ini ada karena sejak penjajahan
pembuatan keju. Tetapi banyak juga yang mengatakan bahwa dali ini sudah ada
justru Dali ini dimakan oleh para pejuang Indonesia di tanah Batak untuk menambah
Makanan khas asal Tapanuli ini menjadi menu utama yang selalu ada disetiap
rumah orang Batak. Bukan hanya itu saja, biasanya dali ini dimakan tanpa
menggunakan nasi atau langsung dimakan, atau juga dihidangkan sebagai arsik dali
Ni Horbo dan di hidangkan dengan makanan khas lainnya. Pada jaman dahulu jika
dalam sebuah keluarga selalu tersedia dali, maka keluarga tersebut tergolong dengan
kalangan mengah keatas sebab hanya pemiliki kerbau lah yang selalu mempunyai dali
ini di rumah. Namun saat ini dali sudah dapat dirasakan oleh kalangan apapun dan
44
Hasil wawancara dengan Opung Aldi Hutabalian yang juga merupakan Opung kandung penulis.
Almarhum menceritakan bahwa dahulu opung ini juga ikut berjuang dan orangtua opung ini juga
pembuat Dali di Samosir.
bagi tubuh. Pada dasarnya dalam kebudayaan batak toba memang mengkonsumsi
susu telah ada sejak mulai beternak kerbau. Susu yang dikonsumsi adalah susu
kerbau bukanlah susu sapi perah modern saat ini. Susu kerbau diberikan kepada bayi
yang sudah berusia 1 tahun lebih setelah si anak sudah mulai tidak mengkonsumsi
ASI (Air Susu Ibu) lagi. Susu kerbau yang sudah diperah akan dipanaskan untuk
membunuh bakteri atau kuman dari dalam susu setelah itu susu kerbau tersebut akan
diberikan kepada bayi. Pemberian susu kerbau ini memang tidaklah sebanyak saat
memberikan ASI kepada anaknya. Pemberian susu kerbau ini hanya sebagai selingan
saja agar anaknya sehat dan memeiliki bobot tubuh yang besar dan sehat. Terkadang
pemberian susu kerbau ini tidak selalu dalam wujud cair tetapi juga mencampurkan
kandungan yang hampir sama dengan ASI sehingga dapat diberikan kepada anak
sebagai asupan gizi tambahan yang baik bagi anak. Sejak dahulu etnis Batak Toba
sudah memanfaatkan susu kerbau ini menjadi makanan dan minuman karena mereka
tahu susu itu penting bagi perkembangan pertumbuhan manusia secara keseluruhan
Pemberian susu kerbau kepada anak kecil ini hanya dilakukan oleh orang-
orang yang memiliki kerbau saja. Dan bagi orng-orang yang tidak memiliki kerbau,
anak mereka akan diberikan Purik indahan yaitu air saat menanak nasi. Saat nasi
sudah mulai mendidih dan airnya masih cukup banyak, maka airnya itu yang
masih ada yang melakuknnya. Pemberian Purik indahan ini diyakini masyarakat lokal
memiliki peran yang sama dengan susu kerbau karena dapat membuat bobot bayi
Selain kepada bayi, susu kerbau juga akan diolah menjadi dali dan menjadi
konsumsi massal bagi semua usia. Dali ini dahulunya sangat digemari dan menjadi
bahan yang terlalu rumit. Sangat sederhana dan bahkan bisa dibuat oleh siapa pun.
Jelas harus menggunakan susu kerbau karena menurut Opung Subur Siagian
(pembuat dali di Lubuk Pakam) dia sudah pernah mencoba membuat dali dengan
menggunakan susu sapi dan susu kambing namun susu memang tetap membeku
tetapi teksturnya sangat berbeda dengan dali dari susu kerbau dimana dali dengan
susu sapi akan lebih mudah hancur atau lebih mirip dengan agar-agar.
Setelah kita sudah menyediakan susu kerbaunya, kita juga harus menyediakan
air perasan nenas mentah. Nenas mentah ini juga mempengaruhi hasil jadi dali
nantinya. Nenas tidassk boleh yang terlalu muda tetapi juga tidak boleh yang sudah
matang. Untuk susu kerbau sebanyak 1 liter, kita membutuhkan 2,5 sendok makan air
perasan nenas. Jadi air perasan nenas ini hanya dibutuhkan sedikit saja dan jika
terlalu banyak hasilnya akan sama seperti tahu. Kebanyakan dalam pembuatan dali
ini hanya menggunakan air perasan nenas mentah saja, namun kita juga bisa
Setelah air perasan nenas dimasukkan kedalam susu, kita dapat menambahkan
garam secukupnya atau sesuai dengan selera. Pada saat semua bahan telah dicampur
dan diaduk hingga rata, maka dali dapat kita masak. Dahulunya susu kerbau yang
sudah dicampur dengan semua bahan akan dituangkan kedalam mangkok yang
terbuat dari tanah liat namun saat ini para pembuat dali sudah menggunakan mangkok
yang terbuat dari Stailess Steel. Untuk memasak dali ini, kita tidak dapat menaruh
dali yang sudah dituang kedalam mangkok Stailess Steel langsung menyentuh api,
tetapi kita terlebih dahulu harus meletakkan selembar seng atau besi datar sebagai
perantara api dengan susu dalam mangkok. Bapak Parlin Purba memasak dali masih
menggunakan kayu bakar, bapak ini beranggapan bahwa penggunaan kayu bakar
dalam memasak dali akan memberikan cita rasa yang lebih sedap dengan aroma kayu
atau sampai susu menggumpal. Setelah kita melihat dali sudah dirasa cukup matang,
maka amgkat dali secara perlahan kemudian dinginkan dan dali sudah siap untuk
disajikan. Untuk memastikan bahwa dali yang dibuat berhasil atau tidak, lihat tekstur
dali tersebut bahwa tekstur dali yang berhasil harus sama dengan tekstur hati hewan
tidak keras dan tidak terlalu lunak bahkan tidak mudah hacur. Namun ada juga
beberapa orang yang suka dengan tekstur dali yang sedikit lebih padat. Misalnya,
seperti Opung Aldi Hutabalian. Opung ini lebih suka memakan dali dengan tekstur
yang lebih padat dan untuk membuat dali lebih padat, Opung ini biasanya akan
Setelah dali sudah diangkat dan didinginkan, biasanya selain dari dali akan
ada cairan berwarna agak kekuningan dan kita perlu mengingatnya bahwa air itu
tidak untuk dibuang. Air tersebut dalam ilmiahnya disebut Whey yang merupakan
cairan protein susu yang cukup baik untuk tubuh dan otak anak-anak45. Cairan ini
biasanya akan diminum langsung oleh para konsumen karena rasanya juga sedikit
45
Debby Fadhilah. “Ilmu Veteriner “, http://ilmuveteriner.com/proses-pembuatan-keju/.
Dali dengan keju pada umumnya memang masih memiliki perbedaan yang
mencolok. Jika dilihat dari tekstur keju yang padat dan bahkan tidak mudah hancur
dan memiliki daya tahan yang cukup lama, sementara dali ini memiliki tekstur yang
lebih lunak dari keju dengan permukaan yang sangat halus dan daya tahan dali ini
juga hanya bisa bertahan 3 hari tanpa pembekuan. Perbedan lain dari keju dengan dali
ini adalah ketika keduanya dipanaskan. Keju jika dipanaskan maka akan meleleh
Dali ni Horbo ini selain dapat dikonsumsi langsung setelah pembuatan selesai
dapat juga dimasak kembali dalam bentuk masakan lainnya. Pada umumnya dali ini
akan dimasak dengan cara diarsik. Arsik merupakan salah satu masakan terdisional
dari etnis Batak Toba yang biasanya menggunakan ikan mas dengan menggunakan
cabai, bawang putih, bawang merah, bawang batak, andaliman, serai, asam potong,
jeruk nipis, jahe, dan rias. Semua rempah-rempah ini digiling dan direbus langsung
pada dali tanpa ada digoreng terlebih dahulu hingga air perebusan habis. Makanan ini
tergolong sehat karena tanpa menggunakan minyak makan sehingga cocok bagi orang
mengidap penyakit obesitas dan kolesterol. Rasa dari dali arsik ini tidak jauh berbeda
dengan arsik ikan yaitu rasa asam, asin, pedas, dan beberapa aroma dari rempah-
rempah tersebut tetapi dali arsik ini agak sedikit manis dan berbau susu yang berasal
Dali ini juga dapat dimasak kembali dengan cara di tumis biasa sama seperti
masakan tumis sayur pada umumnya. dali yang di tumis akan memiliki rasa yang
lebih enak disbanding dengan memakan dali langsung. Biasanya dali yang ditumis
dapat digunakan sebagai lauk dan sekaligus sayur untuk dihidangkan sebagai menu
makanan keluarga. Banyak jenis masakan yang dapat dipadukan dengan dali ini.
Selain diarsik dan ditumis, dali juga dapat dicampur dengan olahan makanan lain.
Dali ini sangat berperan penting bagi pendapatan para pembuatnya. Bapa
parlin purba mengaku bahwa setiap harinya dali ini dapat memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Dali yang sudah jadi dapat dijual kepada masyarakat yang sudah biasa
memesan. Bapak Parlin Purba mengaku bahwa stiap harinya para pembuat dali tidak
dapat memenuhi permintaan konsumen. Namun agar dali dapat terbagi rata dan setiap
konsumen bisa mendapatkan dali, maka bapak Parlin Purba mengurangi jumlah dali
dari setiap pemesan dan akan dibagi rata berdasarkan jumlah dali yang tersedia
konsumen tersendiri. Bapak Parlin Purba ini memiliki 12 orang konsumen tetapi ke-
12 orang ini tidak setiap harinya memesan dali sehingga Bapak Parlin Purba dapat
Berbeda dengan Opung Latio Simamora, Opung ini telah memiliki langganan
khusus yang setiap harinya menjemput dali. Langganannya ini adalah seorang
pedagang di pasar Sipultak yang setiap harinya menjual dali di pasar tersebut. Opung
ini dapat menghasilkan dali hingga lebih dari 30 mangkuk karena kerbau miliknya
juga terkadang akan menjual dali milikinya kepada masyarakat sekitar jika dipesan
langsung kepada opung ini maka opung ini akan menyisihkan sebagian dali miliknya.
Pembuat dali yang lainnya seperti Opung Lastiar Simamora, Ama Lastiar
Simamora, dan Bapak Putra Simamora sistem penjualannya tidak jauh berbeda
dengan Bapak Parlin Purba. Masing-masing pembuat dali telah memiliki langganan
sendiri yang akan setiapharinya secara bergantian akan diantar kerumahnya. Tetapi
apabila pada saat hari besar atau hari libur dan para perantau akan pulang kampung,
maka permintaan dali ini akan semakin meningkat. Biasanya dalam kondisi seperti ini
para pembuat dali tidak akan dapat memenuhi permintaan para pembeli. Selama ini
hal tersebut selalu terjadi dan dalam pemecahan masalahnya belum ada yang dapat
dilakukan oleh para pembuat dali dan mereka hanya akan memberikan apa yang
dapat disediakan saja walau dali yang dapat disediakan hanya sekitar 50% dari
permintaan konsumen. Dali ini akan dibawa oleh para perantau ke tempat
Harga dari semangkuk dali ini memang tergolong cukup mahal. Dali dalam
satu cetakan mangkuk saja dapat berkisar Rp.15.000 – Rp. 20.000. hal ini berdampak
kepada masyarakat yang kurang mampu sehingga mereka harus berfikir untuk
Selain sebagai makanan, Dali ini juga memiliki makna lain bagi kehidupan
sosial masyarakat Batak Toba. Dahulunya dali ini adalah makanan para raja-raja dan
petinggi-petinggi adat dan juga hanya bisa dimakan oleh orang-orang tertentu saja.
Para raja-raja batak sangat suka dengan makanan satu ini sehingga dalam setiap
upacara kebesaran dali ini selalu ada untuk raja. dali ini juga biasanya akan dipakai
untuk menyambut tamu dan setiap tamu yang diberikan dali akan merasa sangat di
hargai. Selain sebagai makanan raja dan tamu, dahulunya dali ini juga berfungsi
karena hanya para pemilik kerbau yang membuat dali ini dan setiap pemilik kerbau
Saat ini fungsi dali yang dijelaskan diatas telah hilang dan dali saat ini telah
dapat dimakan oleh siapa saja karena telah diperjualkan. dali sebagai penyambut
tamu tetap dipergunakan tetapi tidak semua rumah lagi yang memberikan dali kepada
tamunya dan biasanya dalam desa Dolok Saribu ini jika kedatangan pejabat tinggi
seperti Bupati, Gubernur, akan disuguhkan dali. Dali ini juga berfungsi sebagai oleh-
oleh dari Tapanuli Utara yang akan dibawa para perantau yang datang. Dalam acara
adat Batak Toba, dali ini juga terkadang disajikan bagi para tamu namun ada juga
yang tidak menyajikannya bahkan sekarang ini mungkin tidak ada lagi yang
berpikir dan cara berlaku yang telah merupakan ciri khas suatu bangsa atau
masyarakat tertentu. Sehubungan dengan itu maka kebudayan terdiri dari hal-hal
Dalam hal ini, dali akan masuh kedalam kebudayaan sebagai Pengetahuan
etnis Batak Toba yang sudah mengenal dali menjadikannya sebgai makanan
Tradisional bagi mereka. Mengkonsumsi dali sejak ada dari zaman raja-raja Batak
dahulu.
bahkan dapat digunakan oleh siapa saja. Menurut bapak Parlin Purba bahwa dali ini
adalah harta kekayaan Pengetahuan Tradisional yang diwariskan dari para leluhur
orang Batak Toba yang harus dilestarikan karena dali ini sangat bermanfaat bagi
semua orang oleh sebeb itu setiap pemuda harus dapat melestarikannya sehingga para
digunakan sebagai aset negara. Dali ini merupakan Pengetahuan Tradisional dalam
46
T.O. Ihroni, “Pokok-pokok Antropologi Budaya” (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006) hlm. 7
sebagai daya tarik wisata Danau Toba dalam hal wisata kuliner sehingga
Makanan tradisional ini juga dapat dimanfaatkan sebagai suatu media dalam
masyarakatanya.
Menurut Coombe (2001) tujuan akhir yang ingin dicapai dalam perlindungan
masyarakat asli melalui perlindungan kebutuhan yang paling dasar 47. Selanjutnya ada
Tradisional, yaitu :
1. Alasan kepatutan
2. Menghindari “Bio-piracy”
47
Ibid., hlm 97-101
setiap negara dan warga negaranya memiliki kewajiban untuk menjaga dan
melestarikannya agar tetap menjadi inventaris dan juga berguna bagi semua
masyarakat.
bagi mereka. Bapak Parlin Purba mengaku bahwa dia telah mengenal dali ini sejak
kecil dikarenakan orang tua bapak ini dahulunya merupakan pembuat dali dan
kemudian pengetahuannya diwarisi oleh bapak ini dan bapak ini kembali menjadi
pembuat dali sejak usia 25 tahun dan saat ini bapak Parlin Purba Telah berusia 67
tahun. Pengalaman yang sangat menyenangkan bagi Bapak ini adalah ketika dali
tersebut dapat menjadi penghasilan yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan
keluarga mereka.
Melalui Dali ini, bapak Parlin Purba dapat menyekolahkan 2 orang anaknya
hingga ke perguruan tinggi. Bapak Parlin Purba juga mengaku bahwa memang
tidaklah secara langsung dali ini dapat menjadi sumber penghasilan untuk
keluarga dan makan keluarga serta kebutuhan lainnya dapat dipenuhi melalui
sehingga hasil panen kebun dan juga uang dalam menjual kerbau mereka dapat
Selain dapat menyekolahkan anaknya bapak Parlin Purba juga bisa menambah
jumlah kerbaunya dan memperluas lahan sawah dan kebun kopi milik mereka secara
perlahan. Dan sebagai pemimpin serikat tani dan peternak di desa Dolok Saribu,
bapak Parlin Purba juga sering melakukan diskusi dan menjelaskan bagaimana
Selain Bapak Parlin Purba ini pembuat dali yang lainnya juga telah merasakan
dampak secara ekonomis dari dali tersebut. Namun walau demikian hanya bapak
Parlin Purba yang menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi negeri. Hal ini
keluarga di desa ini yang masih belum menganggap bahwa perguruan tinggi itu tidak
penting. Selain secara ekonomis hal yang paling dapat menyenangkan semua
pembuat dali adalah ketika mereka masih dapat melestarikan kebudayaan milik Batak
Toba sehingga mereka juga berharap bahwa Pengetahuan ini dapat selalu diwariskan
dan dilestarikan.
Suka yang lainnya yang didapat pembuat dali ini adalah ketika adanya
beberapa perantau yang sudah berniat mengenalkan dali ini ke tanah perantauan
orang lain.
Dalam segala kegiatan yang dilakukan pastinya ada juga hal-hal yang tidak
menyenangkan yang didapat setiap orang. Begitu juga dengan pembuat dali bapak
Parlin Purba mengaku bahwa ada beberapa hal yang tidak menyenangkan yang
Kondisi dali yang saat ini sebenarnya telah menurun peminatnya dan bahkan
para pembuat dali juga sudah mulai berkurang. Hal ini dikarenakan bahwa adanya
pengaruh susu modern yang lebih mudah dan juga lebih enak rasanya untuk di
konsumsi. Hal ini membuat konsumsi dali sebagai makanan susu yang mendukung
bapak Parlin Purba bahwa dali ini dahulunya memiliki fungsi sebagai asupan susu
tambahan bagi anak-anak bahkan ke segala usia sama halnya juga dengan susu saat
Saat ini juga telah banyaknya terdapat anak-anak yang tidak terlalu menyukai
Dali ni Horbo ini karena beralasan rasa dali yang tidak cukup manis dan tidak disukai
oleh kalangan anak-anak. Selain dari rasa, dali ini juga memiliki bau yang sedikit
amis seperti bau kerbau sehingga kalangan anak-anak lebih sering menolaknya
hingga memuntahkannya. Misalnya pengakuan dari seorang anak yang bernama Roni
Sihombing yang saat ini sedang bersekolah di tingkat SD kelas 5 mengatakan secara
enak. Perbandingan anak yang menyukai dali ini yaitu dari 10 orang anak ada 6 orang
anak mengatakan mereka tidak menyukainya dan 4 orang anak lainnya mengatakan
suka walapun dimakan langsung tanpa dimasak menjadi masakan baru. Tetapi
biasanya kalangan orangtua dapat mengakali dali ini dengan memasak dali dalam
bentuk arsik dan masakan lainnya seperti yang sudah dijelaskan di pengolahan dali
agar anak-anak mereka yang tidak suka mau memakannya dan hasilnya memang dali
akan dimakan anak tersebut karena sudah memiliki rasa dan bau amis kerbau dari dali
sudah berkurang.
Selain dari rasa dan bau Dali, kurangnya peminat dali ini dikarenakan bahwa
adanya orang yang beranggapan bahwa dalam pembuatan dali ini masih kurang
mengutamakan sterilisasi. Menurut bapak Parlin Purba pada saat susu kerbau telah
dipanaskan berarti bakteri dan kuman yang ada dalam susu telah mati dan ditambah
lagi air perasan nenas yang mengandung asam tersebut sudah membunuh kuman dari
dalam susu dan sama halnya juga dengan masakan Naniura yaitu masakan orang
Batak Toba yang hanya menggunakan asam sebagai pemasak dan pembunuh kuman
dan bahteri dari ikan. Walau begitu dijelaskan oleh bapak Parlin Purba namun tetap
ada juga yang melihat pembuatan dali ini masih tidak cukup steril.
Beberapa persoalan diatas yang menjadi duka yang dirasakan oleh pembuat
dali yang dilihat dari sisi keberadaan dali tersebut. Namun ada juga Duka lainnya
yang sempat dirasakan oleh pembuat dali yaitu sejak 5 tahun yang lalu ketika
membuat para peternak menjual kerbau-kerbau milik mereka untuk membeli lahan
pertanian. Hal ini juga sempat dilakukan oleh bapak Parlin Purba sehingga bapak ini
juga pernah menjual kerbau miliknya untuk membeli lahan pertanian. Tidak seperti
yang di pikirkan oleh banyak orang, justru hal yang dirasakan oleh bapak ini malah
semakin mrosot. Hasil pertanian dan perkebunan tidak dapat memenuhi kebutuhan
mereka. Terkadang para petani juga sering merasakan kerugian karena gagal panen
yang diakibatkan oleh hama dan cuacah yang membuat tanaman busuk dan mati.
Dengan kejadian ini beberapa peternak sempat menyesali tindakan mereka tetapi
bapak Parlin Purba ini menjual kembali tanahnya dan memebeli kerbau lagi untuk
membuat dali. Peristiwa penjualan kerbau ini membuat para pembuat dali menjadi
berkurang dan penyediaan dali bagi para konsumen menjadi sering tidak tercapai
sehingga adanya beberapa konsumen yang merasa kecewa dan sangat disayangkan
ketika masih adanya beberapa orang yang masih menyukai dali ini tetapi keinginan
Saat ini kondisi dali yang telah semakin sedikit untuk wilayah produksinya
membuat keadaan dali hanya dapat ditemui di beberapa wilayah tertentu saja.
Dahulunya banyak tempat yang masih mengolah dali ini karena kebudayaan dalam
mengolah dali yang sudah mulai memudar. Untuk saat ini dali dapat ditemui untuk
Hal ini terjadi karena telah berkurangnya minap masyarakat untuk mengkonsumsi
dali. Beberapa wilayah seperti Tarutung, dan Sidikalang telah sulit menemukan dali
ini terkecuali di pasar Tradisional yang diadakan sekali dalam seminggu saja. Selain
itu keberadaan dali ini juga telah banyak dilupakan oleh orang dan banyak anak muda
Perbedan pembuatan dali dengan yang ada di kota sebenanrnya tidaklah jauh
berbeda. Pada konsepnya pembuatan dali yang ada di Desa dengan yang ada di kota
adalah sama. Kenyataannya banyak komsumen mengatakan bahwa dali yang ada di
kota telah dicampur oleh tepung. Pernyataan inilah yang membuat penulis melakukan
penelitian pembanding dengan yang ada di kota. Untuk wilayah yang menjadi
pembandingnya ada di kecamatan Lubuk Pakam Desa Pagar Jati Kabupaten Deli
Serdang.
Pembuatan dali yang ada di Lubuk Pakam ini pada kenyataannya tidak ada
mencampur bahan apapun dalam dali yang mereka buat. Opung Subur Siagian
mengatakan bahwa mendengar omongan konsumen tersebut dia pernah membuat dali
sempurna dan bahkan dali tersebut hancur terpecah-pecah. Namun apa yang menjadi
Susu kerbau yang dipakai oleh Opung Subur bukanlah susu kerbau miliknya.
Para peternak kerbau yang berasal dari desa Tanjung Beringin sekitar Bandara
Kualanamu memasok susu kerbau miliknya kepada Opung Subur Siagian ini. Salah
satu peternak kerbau yang biasa memasok susu kepada Opung Subur Siagian adalah
bernama Bapak Poman. Kerbau milik bapak Poman ini adalah jenis Kerbau Sapi
(sebutan para peternak). Dalam pemeliharaan kerbau oleh Bapak Poman dengan
pemeberian pakan Pellet dan hanya sedikit pakan hijauan diyakini para peternak
menjadikan kualitas susu antara yang di Tapanuli dengan yang di Lubuk Pakam
ditambah lagi jenis kerbau yang sudah merupakan hasil persilangan genetik
menghasilkan susu yang berbeda dari segi kualitas dan juga segi jumlah.
Selain jenis kerbau yang berbeda, pemberian pakan kerbau juga diakui oleh
Gambar diatas merupakan pakan yang biasanya diberikan oleh bapak Poman
kepada kerbaunya yang terdiri atas Ampas ubi kayu, Pelet, dan yang ada dalam
Namun memang selain pemberian pakan tersebut bapak Poman juga memberikan
Jika kita telah melihat bagaimana bapak Parlin Purba membuat dali
menggunakan kayu bakar, namun pada Opung Subur Siagian ini sedikit berbeda.
Opung ini tidak lagi menggunakan kayu bakar tetapi telah menggunakan kompur gas
yang besar dan lapisan seng yang menjadi perantara api dengan dali telah dibuat
sedemikian rupa agar lebih efisien. Selain itu cetakan yang digunakan oleh Opung
Dari gambar diatas dapat kita lihat peralatan yang digunakan oleh Opung
Subur Siagian. Dibawah terdapat kompor gas besar yang biasa digunakan memasak
di rumah makan. Dan diatasnya dibuat dudukan sebagai wadah meletakkan kaleng-
Produsen Dali yang ada di Lubuk Pakam mampu memproduksi Dali dalam
satu harinya sebanyak 1000-2000 keping Dali (1 keping sebesar bulatan kaleng susu
dengan ketebalan 2 Cm). Dali ini akan dijual ke banyak wilayah seperti, Kota medan,
Lubuk Pakam, Serdang Bedagai, hingga paling jauh sampai ke Karo. Dali yang
dibuat Opung Subur Siagian ini setiap harinya akan diambil oleh ibu-ibu dengan
membeli Rp. 2.000,-/1 keping dari Opung Subur Siagian dan biasanya ibu-ibu ini
membawa hingga 200 keping untuk mereka jual kembali ke wilayahnya masing-
masing. Selain Opung Subur Siagian yang mendapatkan penghasilan, dali ini juga
Selain melalui ibu-ibu yang biasa datang mengambil dali, Opung Subur
Siagian ini juga akan memasok Dalinya ke rumah makan khas Batak yang ada di
medan dan juga ke pesta adat yang memesannya langsung kepada Opung Subur ini.
5.1. Kesimpulan
Kebiasaan dalam mengkonsumsi susu bagi manusia sudah tidak asing lagi.
Banyaknya produk olahan susu yang sekarang ini sangat beragam dan berbeda fungsi
manusia karena kaya akan protein, mineral, kalsium, dan lemak hewani yang sangat
beberapa etnis yang sudah mengelolah susu menjadi bahan makanan Tradisional dan
dapat bermanfaat bagi etnis tersebut juga setiap orang. Makanan tradisional susu
olahan yang ada di Indonesia antara lain yaitu, Dadih (Sumatera Barat), Dangke
(Sulawesi Selatan), dan Dali (Sumatera Utara) dan semua itu terbuat dari susu kerbau.
Dali ni Horbo adalah makanan olahan dari susu kerbau yang berasal dari
Sumatera Utara oleh suku Batak Toba. Dali ni horbo ini telah ada sejak dahulu kala
dan sudah menjadi salah satu makanan khas dari Tapanuli. Pengolahan susu menjadi
dali ini tergolong dalam Pengetahuan Tradisional. Pembuatan dali ini pada konsepnya
sama dengan pembuatan keju pada umumnya hanya saja hanya lebih sederhana dan
bersifat Tradisional. Dalam pembuatan dali ini tidaklah rumit sehingga semua orang
Berdasarkan hasil penyusunan skripsi ini dari mulai bab pendahuluan sampai
dengan pembahasan serta penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan melakukan
yang digunakan berkaitan dengan penelitian maka dapat disimpulkan dari rumusan
masalah dan tujuan penelitian tentang bagaimana cara pembuatan Dali ni Horbo
mulai dari pemeliharaan kerbau, membuat dali, serta manfaatnya dan perbedaan
pembuat dali di desa dan kota. Juga untuk memahami bahwa dali ini tergolong dalam
berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dari hasil
penulisan dari bab 1 sampai dengan bab 4 terkait rumusan masalah dan tujuan
penelitian yaitu:
Kabupaten Tapanuli Utara ini masih sangat sederhana dan keasliannya sangat
Pembuat dali di desa ini tepatnya berada di lokasi Sitanduk terdiri atas 5
kepala keluarga dan berada dalam 1 lokasi saja. Pembuatan dali di desa Dolok
Saribu ini masih bertahan karena para pembuatnya yang tetap mengutamakan
kualitas dali agar konsumen tidak pernah merasa dirugikan. Pembuatan dali
dengan memakai kayu bakar diyakini menambah aroma dan rasa Dali lebih
menarik serta susu yang digunakan merupakan susu jenis kerbau lumpur asli
tanpa adanya perkawinan silang atau mutasi genetik membuat dali ini terasa
lebih asli.
kerbau maka keluarga itu telah melakukan adat yang besar dan jumlah tanduk
Kerbau juga berfungsi sebagai hewan sembelih yang sangat berarti dalam
upacara adat kematian. Pada dasarnya ketika seseorang yang meninggal telah
memiliki cucu atau cicit atau sebutan lokal bagi orang tersebut adalah
Saurmatua, hewan yang wajib untuk dipotong adalah kerbau. Namun saat ini
meninggal dan menggantikannya dengan hewan Babi. Bagi etnis Batak Toba
kerbau juga memiliki arti sebagai pelindung yang melindungi dari segala
penyakit dan roh jahat terhadap keluarga. Ini ditunjukkan melalui ukiran
patung monster bertanduk kerbau yang ada di sisi kiri dan kanan rumah adat
Batak Toba. Makna lainnya dari kerbau dahulunya adalah bahwa kerbau ini
dapat menjadi penunjuk status sosial, dikatakan bahwa jika dalam keluarga
telah memiliki ternak kerbau maka keluarga tersebut adalah keluarga yang
kaya dan makmur hidupnya. Selain sebagai simbol dan fungsi adat kerbau
mengangkat hasil panen maupun mengangkat kayu yang diambil dari hutan.
c. Pembuatan Dali yang berada Di desa Dolok Saribu ini masih menggunakan
pembuatan dali. Dalam memasak dali, kayu bakar menjadi pilihan utama
sebagai bahan bakar karena diyakini dapat memberikan rasa dan aroma yang
lebih sedap. Konsep dalam pembuatan dali ini hampir sama dengan
memanaskan susu dengan suhu yang tidak terlalu panas. Proses ini sering
disebut Renneting . Sumber asam yang digunakan yaitu nenas mentah yang
tidak terlalu muda namun juga belum matang. Kualitas nenas juga
yang dialami yaitu, kurangnya ketersediaan susu sebagai bahan baku sehingga
anak-anak yang saat ini tidak terlalu suka dengan dali ini karena rasanya yang
kurang manis dan sedikit rasa asin dan asam dan bau amis kerbau. Kehadiran
susu kemasan instan yang saat ini juga secara perlahan telah menyingkirkan
posisi dali sebagai makanan tambahan sumber gizi. Dan permasalahan lainnya
dali yang ada di Kota dengan yang ada di desa memang tidak terlalu jauh dan
peralatan yang digunakan seperti kompor gas sebagai ganti kayu bakar dan
5.2. Saran
analisa selama melakukan penelitian terhadap dali ni Horbo ini adalah sebagai
berikut:
Melihat bahwa dali ini adalah suatu kekayaan Pengetahuan Tradisional etnis
Batak Toba dan juga sangat bermanfaat baik dari segi kesehatan maupun
ekonomi, maka harapannya agar pengetahuan ini tetap diwariskan dan tetap
dijaga. Selain sebagai sumber pendapatan, hal ini juga nantinya pasti akan
menambah daya tarik terhadap wisata kuliner Indonesia bagi wisatawan yang
b. Bagi Pemerintah
berhubungan dengan kuliner dan pariwisata. Juga, melihat bahwa dali ini
sudah ada sejak dahulu dan menjadi salah satu ikon Tapanuli Utara, baiknya
perhatian ini juga dengan cara membantu pemasaran lebih luas lagi sehingga
ini bisa lebih berkembang dan menjadi salah satu alasan wisatawan
menghasilkan susu lebih banyak atau hanya sekedar menambah besar kerbau
tenaga SDM yang lebih hebat dibidang hewan agar hasil yang didapat
memuaskan masyarakat.
c. Bagi Masyarakat
Dali ni Horbo adalah salah satu makanan khas dari Tapanuli yang memiliki
banyak fungsi bagi tubuh manusia dari segala usia, diharapkan tetap
mengkonsumsi dan menjaga agar dali dapat dilestarikan dan diwariskan dari
ada.
DALI NI HORBO
Sumber
No. Isu Utama Variabel Aspek Metode Data/informan
Parameter
Masyarakat
1 Gambaran Sejarah dan Sejarah Dali Wawancara sekitar di desa
umum dan Dolok Saribu
Objek Keberadaan Dali Melihat observasi
Penelitian ni Horbo saat ini seberapa
terbukanya
masyarakat
tentang Dali ni
Horbo
Para Pembuat
2 Proses Tahapan Apa saja alat Wawancara Dali
Pembuatan pembuatan dan bahan yang dan
Dali ni digunakan observasi,
Horbo dokumentasi
Bagaimana
tahapan
pembuatan
Bagaimana
hasil Dali yang
telah jadi
Pemilik usaha
3 Strategi Strategi dan misi Bagaimana Wawancara pembuat Dali
ekonomi yang dibawa strategi dan ni Horbo dan
dan dalam ekonomi dalam observasi Instansi
Pemasaran mempertahankan yang Pemerintahan
perekonomian menguntungkan yang terkait
serta cara dan bermanfaat
pemasaran Dali bagi pembuat
ni Horbo ini Dali
Seperti apa
strategi
pelayanan
terhadap
pelanggan
Peran
Pemerintah
yang telah
dirasakan oleh
pembuat D
6) Nama : Poman
Umur : 56 Tahun
Pekerjaan : Peternak
Alamat : desa Tanjung Beringin Kec. Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang
Evi Damayanthi, Karakteristik Susu Kerbau Sungai Dan Rawa di Sumatera Utara.
JIPI Vol.19, 2014.
Elly M. Setiadi, M.Si, dkk2009., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ,Jakarta: Kencana.
Lim Sanny, Analisis Pengolahan Susu di Indonesia, Binus Bisnis Review Vol. 2,
2011.
Nurhayati, Perubahan Kandungan Protein dan Serat Kasar Kulit Nenas Yang
Difermentasi Dengan Plaint Yoghurt, Ilmu Peternakan Vol. 17, 2014.
Rihastuti, 2015, Kntrol Kualitas Pangan Hasil Ternak, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Tridjoko Wisnu Murti, DEA, 2002, “ Ilmu Ternak Kerbau”, Yogyakarta: Kanisius.
Yevita Nurti, Kajian Makanan Dalam Perspektif Antropologi. Isu-isu Sosial Budaya
Vol. 19, 2017
Zulyani Hidayah, “Rasa dan Keaneka Ragaman Cita Rasa Nusantara”, Dalam hasil
Seminar Antropologi Terapan- Sarasehan Nasional Antropologi 2010, Cisarua
Bogor 2010.
Sumber Lain
KOMPAS.COM/ Centre-National-Interprofessionnel-de-IÉconomie-Laitiere-
(CNIEL)-dan-Eropean-Unio-dalam-acara-Promosi-Open-Your-Taste-With-
European-Cheese/.
Medanbisnis.com/Jambar-dalam-adat-batak-toba/