SKRIPSI
OLEH :
ALFIANSYAH
E511 13 503
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
ABSTRAK
ALFIANSYAH, (E51113503). Perilaku Politik Towani Tolotang di
Amparita Kabupaten Sidenreng Rappang. Dibimbing oleh Prof. Dr.
Mahmud Tang, MA dan Dr. Safriadi, M.Si. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Hasanuddin Makassar.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana perilaku politik
Towani Tolotang di Amparita Kabupaten Sidrap dalam kegiatan politik, dan
bagaimana hubungan antara perilaku politik Towani Tolotang dengan sistem
kepercayaanya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan rancangan
penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Temuan dari penelitian ini menggambarkan bahwa adanya kegiatan
politik praktis di komunitas Tolotang merubah perilaku politik mereka dan
memiliki pandangan berbeda dalam hal menentukan pilihan politik mereka,
peranan Uwa sangat berpengaruh dalam pegambilan keputusan politik
secara kelompok yang ada di komunitas Tolotang, pengambilan keputusan
juga berdasarka wilayah-wilayah tertentu yang ada di daerah Tolotang
berdasarkan wilayah pemangkuan masing-masing, pada hakikatnya
keputusan mereka berbeda karena adanya keterikatan adat dari pemimpin
mereka yaitu Uwa dalam hal ini yang menetukan pilihan pada wilayah-
wilayah yang ada di Amparita tersebut, serta keterlibatan komunitas Towani
Tolotang dalam ranah politik salah satu usaha mereka dalam
mempertahankan adat dan kepercayaan yang telah leluhur mereka wariskan.
Kata Kunci : Perilaku Politik, Religi, Komunitas Adat, Politik Lokal, Uwa
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
kelak.
tercapai tanpa bantuan dari berbagai pihak dalam berbagai bentuk secara
1. Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu
iii
2. Prof. Dr. Supriadi Hamdat, MA, Selaku Ketua Departemen
4. Dr. Safriadi, M.Si selaku pembimbing II, yang telah mengarahkan dan
5. Dr. Ansar Arifin, M.S, Dr. Tasrifin Tahara, M.Si, Ahmad Ismail,
perkuliahan.
iv
9. Keluarga Besar Antropologi Angkatan 2013: Amiluddin, Muh.
Hibatul Rahman, Rahmad Hidayat, M. Nur Wahyudin, Fredyantho,
Fuad Hidayat, Andika Zulfikar, Andi Kalam AS, Bayu Andhika
Putra, Rustam, Andi Achmad BS, Fitrawan Ariansyah,
Juliansyah, Gilby Pawa, Muh. Ridwan Y, Nataniel Sambira,
Frisca Olivia Sonde, Elvira Saiful, Nur Elisa Hafdal, Nur Fitrih
Indriani MN, Dania, Dian Natalia, Ajenuarini V Sitorus, Jestin
Sampe, Erma Rosdiana, Saida Pasande, Eka Saranga, Ismawati,
Rianti Asmilasari, Siti Herdianti, Sri Ayoesti, Theresya Fricilia,
Siti Rusida RR, Anugrah Nur putri, Dewi Rosalia, Riska Tahir,
Jumriani. Terima kasih atas kebersamaannya selama kurang lima
tahun ini.
10. Ramadhana Tridewi Khadijah yang senantiasa memberikan
11. Kak Roni, Kak Jaya, Kak Iqbal, Kak Manca, Kak Cipta, Kak Aris,
Kak Yudit, Kak Ari, Kak Pri, Kak Viktor, Kak Tomo, Kak
Wahyunis, Kak Nunu, Kak Evi dan seluruh kerabat senior yang
konsultasi bimbingan.
v
12. Heri, Budi, Imam, Bobe, Ardi, Esti beserta seluruh kerabat
KKN.
ada dalam setiap langkah dan tahap penyusunan skripsi ini. karena
ALFIANSYAH
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
3. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Amparita ................................. 47
3.1. Sistem Religi dan Kepercayaan Towani Tolotang ....................... 49
3.2. Sistem Kekerabatan dan Pelapisan Sosial .................................. 53
4. Pendidikan ........................................................................................ 55
A. Kesimpulan ........................................................................................ 90
B. Saran ................................................................................................. 91
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Patuntung (Ammatoa).
agama maupun kepercayaan itu sangat kental dengan tradisi dan nilai-
1
yang sangat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan kelompok
tiga unsur lain, yaitu; (a) sistem keyakinan, (b) sistem upacara
2
warganya memeluk agama Islam. Pada saat itu, Towani Tolotang
memilih salah satu agama yang telah ditetapkan oleh negara, begitupun
Sidenreng Rappang No. Ag. 2/1/7 tahun 1966, yang berisi tentang
rujuk harus mendaftarkan diri pada Kantor Urusan Agama. (2) Keputusan
3
Menteri Agama No.B-III/3/1356/ tahun 1966 menerangkan bahwa
Masyarakat Beragama Hindu Bali/ Budha No. 6 tahun 1996 yang berisi
Beragama Hindu Bali/ Budha No. 2 tahun 1966. (6) Keputusan Mahkamah
Dkk: 249-250).
4
tertinggi yang disebut “Uwatta dan uwa-uwa” yang memimpin kelompok-
kemurnian ajaran leluhur, menjaga norma dan pranata sosial yang telah
masyarakat akan taat pada kebijakan yang diambil oleh Uwa‟ sehingga
5
tokoh-tokoh masyarakat lokal untuk mengaktualkan setiap gagasan
seperti yang ada pada Tolotang, cenderung masih terikat oleh nilai-nilai
dalam ranah politik dengan jumlah populasi hak pilih yang cukup banyak
solidaritas tinggi dan persatuan yang kuat serta patuh pada pemimpinnya.
suara.
Tolotang yang cukup banyak dan setiap tahunya para politisi yang ingin
penentu suara. Oleh karena itu penulis ingin melihat bagaimana perilaku
6
B. Fokus Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
7
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dan beberapa konsep yang
ini adalah metode kualitatif dan adapun hasil penelitian ini menemukan
8
beragama masyarakat Towani Tolotang sangat dipengaruhi oleh aspek
pembentukan kenyakinan.
sikap dan perilaku politik dalam konteks pilkada dan juga melihat
1
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id.
9
Uwa‟ Tolotang pada Pemilihan Kepala Daerah Sidrap tahun 2013‟ Nursam
10
Perbedaannya dengan tulisan sebelumnya terletak pada fokus
diatas lebih fokus kepada peranan serta pengaruh Uwa dalam aspek
metode kualitatif, dan adapun hasil pada penelitian ini menemukan bahwa
11
berbagai upaya genosida terhadap mereka. Dengan demikian,
12
menggunakan metode kualitatif serta mendeskripsikan berbagai usaha
dalam hal ini Uwa dalam menentukan pilihan-pilihan politik yang ada
2010:261).
wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam,
serta kehidupan sosial budaya yang diatur oleh hukum adat dan lembaga
13
keturunan dan tempat tinggalnya. ILO (dalam Keraf, 2010:361)
sebagian atau seluruhnya diatur oleh adat kebiasaan atau tradisi atau oleh
hukum atau aturan mereka sendiri yang khusus. 2.) Suku-suku yang
menganggap dirinya atau dianggap oleh orang lain sebagai suku asli
negeri tersebut sejak dulu kala sebelum masuknya bangsa penjajah, atau
atau semua ciri dan lembaga sosial, ekonomi, budaya dan politik yang
mereka miliki. Dalam pengertian itu masyarakat adat juga dikenal sebagai
bangsa modern.
atau sebagian. 2.) Mereka mempunyai garis keturunan yang sama, yang
14
tarian, cara hidup, peralatan hidup sehari-hari, termasuk untuk mencari
terpisah dari kelompok masyarakat lain dan menolak atau bersikap hati-
desa dengan tanah sangat erat.Sikap hidup dan tingkah laku yang magis
religius
nilai luhur atau adat istiadat yang telah dipegangnya sejak dahulu, hal
15
dan untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara masyarakat
yang diwariskan oleh nenek moyang atau leluhur mereka. Serta kepatutan
hidup di sekitarnya.
hanya persoalan makan, minum, biologis dan sebagainya. Lebih dari itu
lainnya seperti penghargaan dari dan kepada orang lain dalam bentuk
pujian.
modern ini selalu berada dalam rangkaian pengaruh sistem politik dan
16
bernegara. Sebagai salah satu bentuk peran dan pemenuhan kebutuhan
Dalam konteks era saat ini, setidaknya setiap warga masyarakat dalam
politik tertentu.
budaya dalam kaitannya dengan politik sebagai suatu sikap orientasi yang
khas dari suatu masyarakat terhadap sistem politik. Budaya politik adalah
salah aspek dari nilainilai yang terdiri atas pengetahuan, adat istiadat,
tahayul dan mitos dalam suatu populasi tertentu. Kesemuanya dikenal dan
17
masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan
pada salah satu unsur yang ada dari berbagai unsur-unsur dalam
18
Pentingnya aspek politik dalam pengkajian suatu kebudayaan
adalah bahwa aspek politik adalah bagian penting untuk dijadikan salah
utuh, terbentuk dari berbagai unsur dan aspek budaya yang saling
satu unsur atau aspek dapat berakibat pula terhadap unsur atau aspek
lainnya. Demikian pula pemahaman terhadap salah satu unsur atau aspek
wilayah melainkan salah satu bentuk dan kondisi dalam keterkaitan relasi
19
mana dimensi-dimensi material, psikologis, dan sosial kekuasaan politik
beroperasi, dan secara sosial berada, dan apakah serta dengan cara
politik seseorang.
yang satu sama lain. Kedua entitas tersebut memiliki proses tarik menarik
20
dalam memberikan kerangka nilai dan norma dalam membangun struktur
D. Perilaku Politik
yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat
yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan
Dalam hal perilaku politik dalam konteks kebudayaan bisa kita lihat
tidak dapat dilihat dengan indera penglihatan. Wujud ini terdapat di dalam
masyarakat. Gagasan itu selalu berkaitan dan tidak bisa lepas antara
disebut sistem.
22
Politik pada dasarnya merupakan suatu fenomena yang sangat
negara, ada pihak yang memerintah dan ada pihak yang diperintah.Dalam
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, ada yang setuju dan ada
lembaga dan para pejabat pemerintah, dan perilaku politik warga negara
23
karena apa yang dilakukan pihak yang pertama menyangkut kehidupan
3 – 4).
24
politik, sistem ekonomi, sistem budaya dan media massa.
individu.
Suzanne Keller tentang peranan elit tradisional. Elite politik adalah individu
keputusan politik (Suzanne Keller 1995:28). Jika mengacu pada elite lokal
sosial.
pewaris atau budaya lama. Elite ini tidak seharusnya statis dantidak
25
bertentangan dengan kemajuan barat, kuasa elite tersebut berdasarkan
golongan elit tradisional, tuan tanah dan orang-orang dari kawasan yang
telah diberi hak istimewa oleh pemerintah kolonial. Seorang anggota elite
anak raja mungkin juga seorang pemimpin agama juga dapat menjadi
yang memiliki pengaruh dan peranan yang kuat, mereka inilah yang
disebut elit (Keller, 1995:31). Teori elit merupakan teori yang berasumsi
bangunan politik, elit ini terdiri dari mereka yang berhasil mencapai
struktur kekuasaan selalu ditempati oleh elit yangdisebut elit politik atau
elit penguasa.
elit yang berpengaruh dalam kondisi masyarakat yang modern dan dalam
elit-elit baru yang lebih kompleks. Bahkan, mengurangi peranan dari elit-
27
cepat atau lambat itu sesungguhnya adalah suatu dinamika, artinya suatu
masyarakat.
persoalan politik. Politik identitas muncul akibat bagian dari elemen politik
sebagai modal sosial dalam masyarakat lokal. Tetapi yang menjadi titik
daerah oleh elit lokal dijadikan tameng politik dengan muatan yang tidak
28
memperjuangkan apa yang diinginkan. Tidak heran elit-elit lokal seperti
berlangsung sering terjadi konflik, yang dimainkan oleh elit lokal yang
berskala besar sampai kecil sering terjadi pasca pemilu. Banyak warga
29
BAB III
METODE PENELITIAN
maupun tulisan dan tingkah laku yang diamati dari orang-orang yang
diteliti (Taylor, Bogdan, 1984:5). Pada penelitian ini yang dilakukan cara
dengan masalah penelitian ini. Tujuan dari tahap ini ialah agar peneliti
komunitas Tolotang pegang teguh dari turun temurun, serta sikap dan
Teknik kedua yang dilakukan ialah agar peneliti lapangan dimana peneliti
C. Informan Penelitian
informasi, namun tidak semua dari mereka dapat menjadi informan yang
berpengaruh dalam hal menentukan sikap ataupun pilihan politik yang ada
31
tentunya akan memberikan data yang beragam bagi peneliti terkait fokus
kunci orang yang mengetahui dengan jelas kondisi daerah penelitian dan
juga masyarakat biasa yang di luar dari penentu kuasa dalam komunitas
politik.
D. Jenis Data
Dalam penelitian ini, ada dua jenis data yang didapatkan oleh
penulis :
(1) Data primer, data yang akan penulis dapatkan dari proses pengamatan
penelitian terdahulu yang relevan, buku, jurnal, dan bahan bacaan dari
penelitian.
32
E. Teknik Pengumpulan Data
permasalahan yang saya angkat dalam skripsi ini. Proses ini saya lakukan
karena saya merasa perlu memahami betul kasus yang terjadi dan
sebagai berikut :
1. Observasi
mereka gunakan serta ikut merasakan apa yang terjadi dengan mereka
33
saat berada di lokasi penelitian.
2. Wawancara
wawancara yang akan dilakukan, dan meminta izin kepada informan untuk
3. Studi Literatur
34
karya tulis ilmiah, jurnal, Koran, majalah, dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan topik atau fokus penelitian. Data yang diambil dari
stu di literatur tersebut pada umumnya menjadi data sekunder yang dapat
secara keseluruhan.
disusun dan dianalisis dengan metode analisis data. Analisis data dimulai
35
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
G. Sistematika Penulisan
Penulisan ini terdiri dari enam bab, yang mana tiap bagiannya tidak
lepas dari masalah yang dibahas dan saling terkait antara satu dengan
Bab I, Berisikan tentang sub-sub bab pendahuluan yang terdiri dari latar
penelitian.
Bab II, Berisikan tentang tinjauan pustaka mengenai teori yang berkaiatan
Bab III, Berisikan metode penelitian. Yang terdiri dari: lokasi Penelitian,
Penulisan.
Kepercayaannya
36
Bab VI, Berisikan kesimpulan akhir yang ditarik dari bahasan mengenai
37
BAB IV
puncak tertinggi berada pada gunung Botto Tallu (3.086 Mdpl). Keadaan
seluas 879.85 km2 (46.72%), berbukit seluas 290.17 km2 (15.43%) dan
selatan dan barat. Wilayah perbukitan berada dibagian utara dan timur
dataran rendah terdapat dua danau yaitu danau Tempe dan danau
38
mengaliri berbagai kecamatan. Di kecamatan Panca Lautan terdapat
enam aliran sungai sepanjang 33,75 km, kecamatan Tellu Limpoe dengan
panjang 7,5 km. Sejumlah sungai besar yang ada di Kabupaten Sidenreng
Batas-batas wilayah:
Tabel 1
3. Penduduk
39
Sidenreng Rappang adalah suku Bugis. Penduduknya terkenal sebagai
muslim yang taat beribadah dan memagang teguh dan tradisi saling
tahun2015
40
Peta Kabupaten Sidenreng Rappang
Sumber: Google
Towani Tolotang terdiri dari dua suku kata yaitu Towani dan
orang dan Wani adalah nama Desa, dengan demikian Towani adalah
orang yang berasal dari Desa Wani. Adapun kata Tolotang juga
mempunyai dua arti yaitu To yang berarti orang dan Lotang berarti
selatan. Dengan demikian Tolotang berarti oang dari selatan. Jadi apabila
41
Wani yang tinggal di sebelah selatan. Adapun maksud dari selatan ini
adalah tempat yang bernama Amparita bagian selatan. Istilah Tolotang ini
awal abad ke-17, Raja Wajo Sultan Abd. Rahman yang bergelar Petta
dan memeluk agama Islam. Atas perintah tersebut rakyatnya pun patuh
tersebut mereka pun di usir oleh sang raja untuk meninggalkan wilayah
42
nama tettong yang berarti berdiri. Seperti dengan penjelasan informan
dan Tolotang penamaan yang diterima ketika komunitas ini sudah berada
43
2 km sebelah selatan Amparita, segera memerintahkan utusannya guna
1) Ade Mappura Onroe artinya Adat Sidenreng tetap utuh dan harus
dipatuhi
kematian.
susah untuk memperoleh sumber air sehingga diberi nama “Loka Papang”
yang berarti susah dan lapar. Setelah mereka mengolah lahan tersebut
dan ternyata hasilnya baik, maka nama Loka Pappang diubah menjadi
44
itulah I Pabbere meninggal dan dikuburkan. Kuburan I Pabbere kemudian
45
dimaksudkan agar proses integrasi antara pengungsi dan penduduk asli
terhadap mereka.
selatan kota Kabupaten Sidenreng Rappang, serta 231 km dari ibu kota
persawahan.
Amparita bisa dikatakan bervariasi, hal itu dapat dilihat dari Keadaan.
berprofesi sebagai petani, hal ini disebabkan oleh kondisi alam yang
memang berada di daerah agraris, selain petani ada juga yang berprofesi
sebagai PNS, TNI/POLRI dan sisanya adalah pekerja swasta dan tukang.
47
No. Pekerjaan Jumlah
1. PNS 53 orang
2. TNI/POLRI 12 orang
3. SWASTA 7 orang
4. TUKANG 10 orang
Amparita tidak jauh dari dari pusat ekonomi di Kecamatan Tellu Limpoe
yang berada di sekitar jalan raya dan berhadapan dengan pasar Amparita
ke Sidenreng Rappang.
Mereka tetap percaya pada hari kiamat yang disebut Lino Paimeng.
Phala dalam bahasa Bugis disebut Bali windru, berasal dari Bali berarti
lawan, dan Windru berarti perbuatan. Bali windru berarti balasan terhadap
komunitas Tolotang bertemu umat Hindu yang berasal dari etnis atau suku
lain.
adalah rumah adat milik para Uwatta yang disebut sebagai Bola LampoE.
Rumah adat ini, dijadikan pula sebagai tempat untuk mengajarkan ajaran
tertarik dengan Uwatta. Umat Hindu Tolotang tidak memiliki waktu khusus
untuk bersembah yang di rumah Uwatta sebaliknya umat Hindu Bali yang
50
memperbolehkan umatnya yang masuk kategori Cuntaka mengikuti
menstruasi, wanita yang masih nifas, orang yang baru saja berduka
tradisi, adat dan warisan nenek moyang yang telah dipegang sejak
yakni:
Sawerigading, sampai hari ini oleh orang Towani Tolotang diyakini masih
bumi pada suatu saat nanti. Ajaran dan pesan ini tetap lestari sampai hari
yang menerima sabda dari Dewata Sewwae sebagai ajaran di dunia dan
akhirat. Jika berbuat taat dan sesuatu aturan dan norma agama, maka
dan status dalam masyarakat. Terlepas baik dan tidaknya tradisi tersebut,
bentuk status dan predikat. Faktor yang sangat dominan dalam hal ini
Uwa menjadi simbol agama dan adat Tolotang. Uwa juga berdiri selaku
kemasyakatan
Tolotang memegang erat warisan dan sistem sosial yang telah mapan.
53
Mereka seolah tidak menghendaki sebuah perubahan. Terdapat beberapa
pada Tiwi Bunga. Pemimpin Towani Tolotang yang memakai gelar Uwatta
tertutup. Orang yang bukan dari generasi Sawerigading tidak akan bisa
menduduki posisi Uwa atau Uwatta. Ukuran lain stratifikasi sosial Towani
(makkiade).
(mappese)
Salah satu contoh stratifikasi sosial di suku ini adalah, ketika putra
54
masyarakat. Ia tetap dipandang memiliki kedudukan. Hal ini dikarenakan
4. Pendidikan
TK, 2 Sekolah Dasar, dan 1 SMP. Ada pula MTS, dan MA. Letak sekolah-
sekolah tersebut tidak terlalu jauh dari pemukiman. Amparita ini memang
tidak ada SMA. Namun letak sekolah tingkat atas di kecamatan Tellu
55
3. SMA 429 orang
4. SI 13 orang
5. S2 4 orang
56
BAB V
dan aturan-aturan umum yang diakui dan dianut oleh masyarakat itu. Oleh
dari manusia , sikap itu sendiri tidak terlepas dari pengetahuan dari
57
maupun pengalaman dan dipengaruhi oleh perasaan keterlibatan,
yang dimaksud kelompok adat. Situasi politik itu sendiri memiliki cakupan
yang sangat luas antara lain respon emosional, dukungan atau sikap
58
menerima sebagaimana adanya, ada yang menyatakan penolakan, ada
politk, sebab dengan diam tidak berarti bahwa yang bersangkutan tidak
disekitarnya. Diam dapat berarti setuju, dapat berarti netral, dapat berarti
59
Begitupun dalam komunitas Tolotang yang dimana sikap dan
menjelaskan:
pada keputusan yang diambil oleh Uwa yang memegang peranan penting
cakupan yang sangat luas antara lain respon emosional, dukungan atau
sehingga kita bisa mengetahui peran pemimpin adat Tolotang saat pemilu
mereka. Hal ini yang membuat mereka berfikir mencari jalan bagaimana
norma adat istiadat yang telah diwariskan leluhurnya yang masih mereka
pegang teguh sampai sekarang dan dengan jumlah anggota yang setiap
sangat tinggi dan salah satu daerah yang jumlah masyarakatnya cukup
aktif dalam politik lokal. Hal ini ditunjukan dengan bergabung dalam satu
Partai Politik (PARPOL), dalam hal ini Golongan Karya (Golkar). Tolotang
penting, khususnya dalam Pemilu. Hasil dari partisipasi ini adalah salah
61
Tolotang, prestasi yang sangat besar. Dengan demikian, Tolotang juga
namun pada saat itu sudah banyak partai yang ada di Indonesia,
mereka.
62
Berdasarkan penjelasan informan diatas keterikatan komunitas
Tolotang kepada Golkar sebagai wadah itu bernaung dan sebagai wadah
dapatkan dari negara pada saat itu. Karena mereka berfikir bahwa juga
pegang teguh dan nilai-nilai yang telah diwariskan oleh leluhur mereka
mengancam keberadaan mereka pada saat itu. Seperti pula apa yang
maret 2018:
adat yang ingin tetap bertahan dan tetap menjaga keberadaan mereka
63
sendiri suara mereka sangat menentukan.Isu ini juga sangat mencuak
tetap bisa bertahan sampai sekarang. Apa yang mereka lakukan pada
kepercayaan mereka dan apa yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.
ketidakadilan yang terjadi pada mereka pada saat itu, yang diantara
yang memiliki pengaruh dan peranan yang sangat kuat, mereka inilah
yang disebut elit. Golongan elite tradisional itu termasuk mereka yang
tradisional, tuan tanah dan orang-orang dari kawasan yang telah diberi
mungkin juga seorang pemimpin agama juga dapat menjadi seorang tuan
64
Elit menurut Suzan Keller merupakan golongan elit tradisional itu
istiadat, pewaris atau budaya lama. Elit ini tidak seharusnya statis dan
mematuhi keputusan itu. Hal itu lah yang menjadikan Uwa dengan mudah
informan pada saat wawancara pada tanggal 14 Mei 2018, dengan Uwa
65
“…seperti yang saya katakan memang Uwa itu menjadi peran
utama, menjadi pola panutan pertama, atau pengambil keputusan
pertama, khususnya di ranah politik, demi untuk menjaga
masyarakat (umat) ini supaya tidak kemana-kemana pasti harus
mengacu ke pemimpin kelompoknya masing-masing. Maka saya
katakana tadi khususnya di politik kalau ketua kelompoknya kuning
pasti kuning di situ, kalau pimpinan kelompoknya kebetulan figure
yang disenangi itu warna biru yah ikut semua ke biru menurut
kelompoknya. Sudah seperti itu khususnya di politik, namun di luar
dari pada politik, kalau sudah di ranah kepercayaan, ritual, ranah
agama katakanlah tetap satu tujuan semua..”
dianggap sebagai orang tua bahkan pengganti tuhan di dunia. Maka dari
Namun beda halnya dalam ranah kepercayaan pemimpin dalam hal ini
tetap pada apa yang mereka pegang teguh selama ini dan yang telah
diwariskan oleh leluhur mereka, tetap menjaga adat istiadat mereka dan
bentuk status dan predikat. Faktor yang sangat dominan dalam hal ini
66
Panaungi yang bergelar Uwa atau Uwatta. Uwa, atau pemimpin komunitas
Maret 2018:
komunitas Tolotang Uwa ini memiliki peranan yang sangat besar karena
Uwa selain sebagai pemangku adat tetapi juga panutan pertama bagi
67
Seperti halnya dalam kegiatan politik peranan Uwa memliki
dengan anaknya, maka dari itu hal yang sudah menjadi keputusan Uwa,
harus mereka ikuti. Umat senantiasa mendegar dan menuruti seluruh apa
“Uwa itu sudah kita anggapmi seperti orang tua kami, jadi apapun
di katakatan oleh Uwa mengikut meki juga,karena menurutta apa
pun yang menjadi pilihan Uwa menurutta itumi yang bagus bagi
kita”. Mustamin (43 tahun).
Seperti apa yang dikatakan diatas oleh informan diatas, Uwa ini
keputusan Uwa sudah menjadi pilihan yang baik dan menjadi keputusan
yang menurut mereka yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Lanjut apa
yang dikatan oleh Mustamin (43 tahun) pada wawancara tanggal 18 Maret
2018:
Selain itu dinamika kelompok dapat juga diartikan sebagai suatu kelompok
yang terdiri dari dua atau lebih individu, yang memliki hubungan psikologis
secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang berlangsung
69
Keberadaan Komunitas Tolotang yang ada di Amparita tidak hanya
Amparita, tapi juga menimbulkan salah satu pusat perpolitikan yang ada di
dalam politik lokal menjadi kekuatan yang mereka miliki yang ada di dalam
tertentu.
adat yang ada di Tolotang juga merubah pilihan politik mereka. Sehingga
komunitas Tolotang yang dulunya satu pilihan dan satu suara akhirnya
hal in sebagai pemangku adat yang memiliki peran yang cukup besar
70
untuk memobilisasi anggota juga memliki kepentingan pribadi secara tidak
“…Kan dulu orang taua kami berpesan sepanjang Golkar tidak lari
dari komitmennya maka kamu harus ikuti Golkar terus, tetapi kalau
Golkar sudah tidak pada komitmenya, kamu bisa berubah pilihan,
kan dulu Golkar itu selalu Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota,
selalu mendominasi. Jadi di sini Amparita umumnya Sidrap semua
sudah berubah pilihan…” Slamet (64 tahun)
Informasi diatas menjelaskan adanya perpecahan yang terjadi di
keputusan tidak terlepas dari pemangku adat yaitu Uwa‟ .ini yang ketika
71
menjadi salah satu aspek yang menjadi dasar terpecahnya pilihan yang
terlibat di dalam ranah pemerintahan dalam hal ini anggota DPRD menjadi
daerah, dan itupun yang menjadi salah satu bumerang bagi mereka,
informan di atas:
“…Maka saya katakan, kita juga harus merubah diri tidak harus
selalu Golkar partai apapun yang memiliki kesamaan pemikiran,
kesamaan persepsi dengan kita ya kita ikuti.Tidak ada lagi warna
yang bisa mempengaruhi kita itu menurut saya, memang masih ada
yang pasti fanatisme Kuning karena kebetulan dia fraksi.Bedami
cerita kalau disana, kalau di saya artinya tidak juga Merah, tidak
juga Biru, apalagi Kuning.Tetapi politik yang saya ingin
kembangkan adalah politik figur. Siapa figur yang kelihatannya
cocok dengan kita dan ada keterkaitan itu yang kita pilih, tanpa
melihat partai apa, meskipun dia orangnya Golkar ketika dia mau
maju sebagai calon bisa memakai partai lain. Intinya partai itu
urusan kedua, kalau saya abaikan saja partai lihat saja figur
termasuk juga dalam Pileg, apalagi Pilpres dan Pilbup nantinya.
Mau tidak mau begitumi jalannya, karena kalau disini dek‟ sudah
sepuluh tahun yang lalu sudah bukan Golkar, terus terak bukan
hanya kemarin..”Uwa‟ Sunarto (49 Tahun).
massa (umat) setiap uwa atau uwatta dapat dilakukan dengan melihat
72
upacara siklus kehidupan Towani Tolotang).Setiap Uwa atau Uwatta
memiliki pengikut. Pengikut setiap Uwa atau Uwatta dapat berupa umat
yang berasal dari pengikut Uwa terdahulu atau berasal dari penganut
Towani Tolotang yang lain yang merasa sesuai dengan Uwa yang
anak yang berkeinginan untuk mewarisi peran orang tua sebagai Uwa.
itu hal yang wajar dalam dunia politik praktis yang dimana seseorang yang
73
penguasa tersebut. seperti penuturan salah satu informan dari hasil
pada saat memilih masyarakat Tolotang satu pilihan semua tapi sekarang
pribadi yang bersifat menguntungkan salah satu pihak dan tidak lagi di
mereka yaitu Uwa dalam hal ini yang menentukan pilihan pada wilayah-
74
B. Hubungan Antara Perilaku Politik Towani Tolong Dengan Sistem
Kepercayaannya
negara, ada pihak yang memerintah dan ada pihak yang diperintah.
Dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, ada yang setuju dan
ada yang tidak setuju. Keluarga sebagai suatu kelompok yang dapat
lembaga dan para pejabat pemerintah, dan perilaku politik warga negara
75
termasuk perilaku politik dalam hal perilaku politik ekonomi. Merupakan
76
yang berbeda dengan ajaran Agama Hindu. Perbedaan ini terletak pada
Phala dalam bahasa Bugis disebut Bali windru, berasal dari Bali berarti
lawan, dan Windru berarti perbuatan. Bali windru berarti balasan terhadap
komunitas Tolotang bertemu umat Hindu yang berasal dari etnis atau suku
lain.
adalah rumah adat milik para Uwatta yang disebut sebagai Bola LampoE.
Rumah adat ini, dijadikan pula sebagai tempat untuk mengajarkan ajaran
77
tertarik dengan Uwatta. Umat Hindu Tolotang tidak memiliki waktu khusus
untuk bersembah yang di rumah Uwatta sebaliknya umat Hindu Bali yang
menstruasi, wanita yang masih nifas, orang yang baru saja berduka
tradisi, adat dan warisan nenek moyang yang telah dipegang sejak
yakni:
78
dengan rukun Islam.Konsep ketuhanan yang ada dalam kepercayaan
Dewata berarti dewa atau Tuhan. Sewwae sendiri berarti satu atau esa.
Sawerigading, sampai hari ini oleh orang Towani Tolotang diyakini masih
bumi pada suatu saat nanti. Ajaran dan pesan ini tetap lestari sampai hari
akhirat. Jika berbuat taat dan sesuatu aturan dan norma agama, maka
Tolotang
dan hidup dikalangan masyarakat mayoritas Islam pada saat itu. Mereka
sehingga beberapa dari proses-proses adat mereka pada saat itu harus
kepada proses ritual yang ada pada masyarakat islam di daerah tersebut.
mereka pada saat itu, membuat mereka tetap bertahan dalam kondisi
ajaran maupun ritual yang dilaksanakan pada proses proses tertentu yang
ada pada agama Islam. Hal itulah yang membuat mereka sedikit
enam agama yang ada di Indonesia pada saat itu untuk mereka pilih
memilih Hindu pada saat itu karena mereka menganggap bahwa cuman
apa yang ada di masyarakat Hindu pada umumnya yan ada di Indonesia.
agama Hindu oleh pemerintah pusat maupun daerah tidak ada lagi
signifikan dari tahun ke tahun yang membuat mereka tambah kaut secara
81
yang ada di dearah Amparita tersebut. Yang dulunya mereka hanyalah
Sidrap.
secara pendidikan yang dimana banyak dari komunitas Tolotang ini sudah
politik dengan jumlah komunitas yang sangat banyak itu salah satu
kepercayaan mereka dengan adanya salah satu dari komunitas ini yang
82
suara di komunitas Tolotang. Secara tidak langsung suara mereka dan
Pilkada.
Hal ini yang selalu menjadi salah satu potensi yang sangat baik
bagi komunitas Tolotang dimana keterkaitan dengan salah satu partai dan
Maret 2018:
83
pastinya mereka memerlukan perlindungan secara hukum dan pengakuan
secara administrasi.
apa yang dikatakan oleh leluhur mereka. Kepercayaan lokal yang dulunya
diberikan oleh mereka serta dengan jumlah penganut yang cukup banyak
daerah. Pasti sama-sama menjalin hubungan yang baik satu dengan yang
anggap sebagai sebuah panutan hidup yang bisa membuat mereka tetap
84
utuh dalam sebuah kelompok, tanpa adanya gangguan oleh kelompok-
kelompok tertentu.
baik secara politik maupun kultural bahwa komunitas Tolotang bagian dari
integral yang ada di kabupaten Sidrap. Hal inilah yang membuat ketika
9 Maret 2018:
tarik para calon-calon kepala daerah untuk datang dan menarik dukungan
mereka tinggi dan apa pun yang dikatakan oleh pemangku adatnya pasti
pemangku adat ini, hal inilah yang menjadikan mereka di mobilisasi ketika
86
ada proses pemilihan. Namun hal itu berdasarkan seberapa massa yang
pemimpin sebagai orang tua mereka. Hal ini menandakan aktor Tolotang
sebagai penganut ajaran sesat, ajaran yang tidak berbasis pada agama.
dihadirkan, seperti daung ota, alosi, dan minnya bau. Ritual-ritualnya pun
87
Alasan bergabung ini disamping berdasarkan pada alasan politik
memiliki hak yang sama dengan pemeluk agama lain. Tolotang, meskipun
Hindu, termasuk identitas diri resmi mereka juga sebagai Hindu. Hal ini
Tolotang, bukan Hindu. Hal ini disebabkan oleh telah berakarnya Tolotang
dalam agama Hindu adalah pengakuan yang kuat baik dari pemerintah
alasan untuk memaksa Tolotang untuk memeluk Islam seperti yang telah
88
Terlepas dari adanya pengakuan yang telah diperoleh, praktik-
ajaran leluhur mereka yang berbeda dengan ajaran Hindu. Ritual yang
masing.
89
BAB VI
A. Kesimpulan
mereka. Hal ini didasari oleh peran pemangku adat yang sangat
dalam hal ini sangat menentukan sebuah keputusan yang akan diambil
pilihan politik pada komunitas ini karena adanya kepetingan pribadi yang
Tolotang satu pilihan semua tapi sekarang sudah berubah karena adanya
90
mereka berbeda karena adanya keterikatan adat dari pemimpin mereka
yaitu Uwa dalam hal ini yang menentukan pilihan pada wilayah-wilayah
Masuknya salah satu dari komunitas ini di pemerintah supaya dalam hal
B. SARAN
Karena itu, peneliti merasa perlu untuk memberikan saran untuk dijadikan
menjadi seorang pemimpin adat yang tidak berpihak pada satu calon
kandidat. Hal ini dikarenakan Uwa‟ merupakan pemimpin adat yang bisa
92
DAFTAR PUSTAKA
Almond, Gabriel A dan Sidney Verba. 1984. Budaya Politik: Tingkah Laku
Politik dan Demokrasi di Lima Negara. Bina Aksara. Jakarta.
Nurhasim, Moch, dkk. 2003. Konflik Antar Elit Politik Dalam Pemilihan
Kepala Daerah. Pusat Penelitian Politik-LIPI, Jakarta.
Rusmi Widayatun, Tri, Ilmu Perilaku M.A. 104: Buku pegangan Mahasiswa
AKPER, Jakarta: CV Sagung Seto, Cet. Ke-1, 1999.
Sumber Lain:
95
LAMPIRAN
96
GAMBAR III: Uwa dan calon Bupati Sidrap
97
GAMBAR V: Masyarakat Tolotang Amparita
98
GAMBAR VII: Rumah adat komunitas Tolotang Amparita
99