Anda di halaman 1dari 97

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum warhamatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, karena atas segala Rahmat dan Hidayah-Nyalah yang
senantiasa tercurah kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini
dapat selesai tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi dan meraih gelar sarjana pada program studi Ilmu
Politik, Jurusan Ilmu Politik Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Hasanuddin.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta,
almarhum ayahanda Muhammad Saleh Sultan yang hanya mendampingi
penulis sampai awal perkuliahan, dan tak sempat melihat hingga penulis
menggapai gelar sarjana serta Ibunda Hasnah Bau yang tidak pernah
lelah dalam mendidik dan membesarkan penulis hingga menjadi orang
yang berguna. Rasa syukur tak hentinya penulis panjatkan kepada Allah
SWT karena terlahir dalam keluarga yang kalian bangun. Terima kasih
atas segala kasih sayang, kepercayaan, suport, nasehat yang senantiasa
kalian berikan kepada penulis, juga tak henti memanjatkan doa kepada
Allah untuk menjaga penulis di tempat rantauan menuntut ilmu. Kepada
saudaraku Sunanjar Tayang dan iparku Andrini Zaenal yang selalu
memberikan semangat serta materi hingga penulis dapat menyelesaikan

studi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya berada disamping kalian


saya merasa bukanlah seorang adik tapi kalian perlakukan layaknya
seorang anak dengan penuh rasa sayang.
Kepada seseorang yang begitu spesial di hati penulis kak adi,
terima kasih atas rasa sayang dan dukungan yang selama ini telah kakak
berikan dalam menjalani hari-hariku. Serta keluarga besarku yang tidak
bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih untuk semua dukungan
dan doanya kepada penulis selama ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Prof. Dr. Armin M.Si dan
Ibu Ariana Yunus S.Ip, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dekan FISIP UNHAS beserta jajarannya yang telah banyak
memberikan bantuan dan dorongan selama menjadi mahasiswa di
FISIP UNHAS.
2. Ketua Jurusan Ilmu Politik Pemerintahan, Dr. Muhammad. S.Ip,
M.Si pada masanya yang juga selaku dosen penasehat akademik
penulis dan Dr. H. A. Gau Kadir, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu
Politik Pemerintahan pada saat ini, serta Sekretaris Jurusan Ilmu
Politik Pemerintahan, A. Lukman Irwan S.Ip, M.Si atas segala

bantuan

yang

diberikan

kepada

penulis

selama

mengikuti

perkuliahan bahkan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.


3. Ketua Prodi Ilmu Politik Ibu Dr. Gustiana A. Kambo, M.Si serta
Seluruh dosen Program Studi Ilmu Politik, Pak Andi Yakub , Pak
Anto, Ibu Sakinah, Pak Naharuddin, Pak Saad, Ibu Ariyana, Pak
Syahrir, Pak Sukri, Prof Kausar yang telah banyak membagi ilmu
dan pengalaman-pengalaman kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan bahkan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen di lingkungan FISIP dan lingkungan Universitas
Hasanuddin yang telah memberikan ilmu
5. Staf pegawai di Jurusan Politik pemerintahan (Kak Irma, Bu hasna,
Bu Nanna, Kak Ija).
6. Saudara-saudariku Demokratis 2008 Asma, Iis, Ria, Anti, Age,
Titin, Esse, Dian, Noel, Eki, elis, Ilyn,

Illank, Anca, Ari, Rendy,

Rahmat, Rio, Igo, Arham, Cakra, Ilo, Akil, Cerby, Acca, Afla, Akbar,
Tasim, Andy, Ivan, Amril,

Wandhy, Inyol, Anto, Ullah, Obhy,

Aswan, Roy. Terima kasih atas kebersamaan yang telah kita lalui
bersama.
7. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Fisip Unhas
(HIMAPOL FISIP UNHAS), para senior dan juniorku dari angkatan
2005 sampai 2012.

8. Keluarga kecilku Pondok Ikhlas kak Adi, Rya, Iis, Nanny, Illank
bersama kalian perjalanan hidupku selama di Makassar penuh
warna dan begitu berarti. Love you all.
9. Keluarga besar KKN Gelombang Khusus 80 Tahun 2011 Kec.
Mallusettasi terkhusus posko Palanro.
10. Keluarga besar HPMT (Himpunan Pelajar Mahasiswa Turatea)
11. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada para informan yang
telah membantu penulis dalam proses penelitian, Bupati Jeneponto
Bapak Radjamilo, Wakil Bupati Drs. Burhanuddin BT, Sekda Drs. H.
Iksan Iskandar, Wakil Ketua DPRD Jeneponto Dr. Andi Tahal
Fasni, H. A. Baharuddin BJ S.Sos M.Si, Drs. Marwan Lolo Gau,
Dra. Ernawati MM, Syarifuddin Dg. Talli, Abu Bakar Halim serta
Suryani Hajar. Terima atas segala bantuan yang telah diberikan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Serta kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
kepada penulis, semoga Allah membalas semua kebaikan kepada
Bapak/Ibu/saudara (i). Amin.

Penulis

menyadari

bahwa

skripsi

ini

masih

jauh

dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengarapkan kritik dan


saran teradap skripsi ini agar dikemudian hari penulis dapat membuat
tulisan-tulisan yang lebih baik.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar,

Oktober 2012

Hayati Singara

ABSTRAKSI

Hayati Singara, Nim E11108279, dengan judul Politik Kekuasaan


Keluarga Radjamilo di Kabupaten Jeneponto di bawah bimbingan
Prof. Dr. Armin M.Si sebagai pembimbing I, dan Ariana Yunus,
S.Ip,M.Si sebagai pembimbing II

Pemilu kepala daerah menjadi bagian penting sistem demokrasi,


rezim keluarga menjadi pemburu kekuasaan itu. Hal itu terlihat dari
menguatnya kecenderungan para petinggi di tingkat lokal menempatkan
keluarga pada posisi strategis dalam struktur pemerintahan. Dalam
konteks Kabupaten Jeneponto dimana posisi strategis cenderung
didominasi oleh anggota keluarga bupati yaitu Radjamilo. Sebagai bupati
yang telah menjabat selama dua periode tentu saja dia tidak lagi bisa
mencalonkan diri pada periode ketiga. Sehingga untuk tetap
melanggengkan kekuasaan yang dimiliki maka salah satu cara dengan
mengusung anaknya ikut serta dalam pemilukada berikutnya. oleh karena
itu penulis memfokuskan untuk melihat politik kekuasaan keluarga
Radjamilo di Kabupaten Jeneponto.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor penyebab
keluarga radjamilo berusaha mengusung anaknya sebagai Bupati
Kabupaten Jeneponto. Serta kekuatan poltik yang dimiliki oleh keluarga
Radjamilo sehingga mempersiapkan anaknya sebagai bakal calon Bupati
Kabupaten Jeneponto periode 2013-2018.
Teori yang digunakan adalah konsep politik kekuasaan, konsep
politik kekerabatan, teori birokrasi dan konsep paternalistik. Penelitian ini
didasarkan pada penelitian kualitatif, dengan tipe penelitian deskriptif.
Data primer dikumpulkan melalui wawancara, data sekunder dari literaturliteratur dan artikel yang relevan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab pengusungan
AFR oleh keluarga Radjamilo yaitu untuk melanjutkan kepemimpinan dan
mempertahankan kekuasaan. Dengan menggunakan kekuatan jaringan
keluarga dalam birokrasi, partai serta organisasi masyarakat yang
mendukung dalam proses pencalonannya sebagai usaha untuk meraut
massa yang sebanyak-banyaknya dengan mengendalikan bawahanbawahan dalam struktur pemerintahan.
6

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.

Abstraksi....

Daftar Isi..

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................

B. Rumusan Masalah.............................................................

16

C. Tujuan Penelitian..............................................................

16

D. Manfaat Penelitian........................................................

17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Politik Kekuasaan...................................................................... 18
1. Politik kekuasaan Charles F. andrain...............................

23

2. Kelompok Kepentingan....................................................

29

a. segi kelembagaan (birokrasi)..

30

b. partai politik..............................................................

33

c. Organisasi Masyarakat.............................................

35

3. Politik Kekerabatan............................................................

38

B. Paternalistik........................................................ 41
C. kerangka dan Skema Pikir......................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. fokus penelitian dan unit analisis................................... 46
B. Tipe Penelitian dan dasar penelitian......................................... 47
C. Sumber data...................................................

48

D. Teknik Pengumpulan Data.........................................

49

E. Teknik pengolahan data

52

F. Teknik Analisis Data...................................................

52

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


A. gambaran umum kabupaten Jeneponto

56

B. Gambaran umum keluarga Radjamlo..

58

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Dan Pembahasan .....

63

1. penyebab Keluarga Radjamilo


mengusung AFR dalam Pemilukada 2013-2018
-

66

melanjutkan Kepemimpinan dan


mempertahankan kekuasaan.......................................... 66

2. kekuatan politik Yang Mendukung


kekuasaan keluarga Radjamilo .. 78
a. Jaringan Keluarga dalam Birokrasi................................

78

b. Partai politik...................................................................

86

c. Organisasi masyarakat...................................................

88

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.

91

B. Saran...

94

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah manusia bergerak secara siklus mengalami perulangan
dengan terjadinya modifikasi-modifikasi didalamnya namun motif tindakan
manusia hampir sama dari setiap masa, agak tepat jika perspektif tentang
perkembangan masyarakat ini dipakai untuk menjelaskan fenomena politik
dan pemerintahan saat ini di Indonesia. Dinasti politik masih tetap ada,
dan bahkan semakin dipupuk dan bersemai dalam ruang desentralisasi
sekarang ini seperti yang terjadi di beberapa daerah.

Praktik nepotisme lazim dilakukan oleh para penguasa untuk


melegitimasi dan melestarikan kekuasaannya. Para penguasa lebih
percaya pada ikatan keluarga daripada kemampuan seorang politikus
karier. Walaupun para kerabat tidak memiliki pengalaman di bidang politik
yang cukup, loyalitas menjadi alasan utama penguasa memilih anggota
keluarga untuk duduk dalam lingkaran kekuasaan1.

Pada sisi lain, anggota keluarga penguasa memanfaatkan peluang


emas untuk duduk dalam jabatan-jabatan strategis. Mereka lebih memilih
jalan pintas untuk masuk dalam lingkaran kekuasaan daripada berakarier

http://teguhmanurung.wordpress.com/2010/04/07/keluarga-nepotisme-dan-dunia-politik/

dari bawah, menimba pengalaman, dan mematangkan karakter sampai


akhirnya pantas disebut politikus yang berpihak kepada rakyat.

Pemilu kepala daerah menjadi bagian penting sistem demokrasi,


rezim keluarga menjadi pemburu kekuasaan itu. Lokalisasi akibat
dinamika politik dan desentralisasi itu membuat poltik lokal menjadi ruang
politik baru yang mengandung banyak kemungkinan. Hal itu terlihat dari
menguatnya kecenderungan para petinggi di tingkat lokal menempatkan
keluarga pada posisi strategis dalam struktur kepengurusan partai
maupun dalam daftar calon anggota legislatif maupun dalam pilkada.
Fenomena politik keluarga ini tidak hanya terjadi di pusat, tetapi juga di
daerah (caleg DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota serta dalam
pemilihan kepala daerah).
Fenomena politik keluarga yang terjadi di pusat dapat terlihat pada
keluarga Presiden SBY yang mana menempatkan anaknya Edy Baskoro
Yudhoyono sebagai ketua DPP Partai Demokrat, ketua umum PDIP
Megawati Soekarno Putri menempatkan anaknya Puan Maharani sebagai
ketua fraksi PDIP di DPR, disamping itu suaminya Taufik Kemas menjabat
sebagai ketua MPR-RI, KH. Abdurrahman Wahid menempatkan anaknya
Yeni Wahid sebagai anggota DPR fraksi PKB. Pada tingkat provinsi
khususnya

di

Sulawesi

Selatan

politik

keluarga

Yasin

Limpo

memanfaatkan ranah birokrasi sebagai ruang politik untuk menguatkan


keluarganya. Yasin Limpo yang kemudian menjadi Gubernur Sulawesi

10

Selatan pada tahun 2004 dan beberapa tahun kemudian Ikhsan yasin
Limpo terpilih sebagai Bupati Gowa berturut-turut selama 2 periode,
Adnan Purichta Ikhsan Yasin Limpo menempati kursi di DPRD Provinsi
Sulawesi Selatan selain itu, Adnan saat ini mencalonkan diri sebagai
Bupati Gowa menggantikan ayahnya dan Indira Chunda Thita Yasin
Limpo di DPR Pusat, bahkan saat ini saudara Syahrul Yasin Limpo yakni
Dewi Yasin Limpo mencalonkan diri sebagai wali kota Makassar periode
2013-2018. Sedangkan pada tingkat kabupaten saat ini telah diramaikan
dengan pencalonan oleh anak dari pemegang kekuasaan sebelumnya
Diantaranya, anggota DPRD Sulsel Andi Irsan Galigo putra Bupati Bone
Andi Idris Galigo, Ketua DPD II Golkar Takalar Natsir Ibrahim putra Bupati
Takalar Ibrahim Rewa, Herman Katoe putra Wali Kota Parepare nonaktif
Zain Katoe, anggota DPRD Sulsel Adnan Purichta Ichsan putra Bupati
Gowa Ichsan Yasin Limpo, Andi Seto Gadhistha Asapa putra Bupati Sinjai
Rudiyanto Asapa, dan Rahmat Endong Patompo putra mantan Wali Kota
Makassar Dg Patompo). Sementara, anggota DPRD Makassar, Andi Tenri
Tata Amin Syam putera mantan Gubernur Sulsel Amin Syam, juga
disebut-sebut akan ikut meramaikan Pilkada di Kabupaten Bone, sama
halnya dengan yang terjadi di kabupaten Jeneponto, Ashari F Radjamilo
yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten
Jeneponto yang tak lain putra dari Bupati Jeneponto Radjamilo juga
mencalonkan diri sebagai Bupati Jeneponto periode 2013 mendatang.

11

Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah dalam pasal 58 ayat (o) tentang persyaratan Calon
Kepala Daerah disebutkan bahwa seorang calon belum pernah menjabat
sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah selama dua kali masa
jabatan dalam jabatan yang sama.2 Dengan peraturan tersebut, Radjamilo
yang memegang kepemimpinan di kabupaten Jeneponto selama dua
periode ini tidak lagi dapat mencalonkan diri untuk mengikuti pemilihan
kepala daerah periode 2013 mendatang. Dua periode memegang masa
jabatan tersebut bukanlah hal yang lama dan telah memuaskan Radjamilo
dalam kepemimpinanannya di Jeneponto, oleh karena itu untuk tetap
memegang

kekuasaan

yang

akan

ditinggalkannya

itu,

Radjamilo

mengusung anaknya untuk maju dalam pemilihan bupati Jeneponto 2013


mendatang. Tentu saja untuk memperoleh tujuan tersebut tidak begitu
saja dengan mudah dilakukan, berbagai upaya

Radjamilo untuk

memenangkan sang putera mahkotanya tentunya tidak hanya dengan


cara memberikan sumbangan moril dan semangat tetapi tentu akan
membutuhkan upaya yang lebih daripada itu, termasuk menggunakan
kekuasaan yang masih dia pegang dalam mengkampanyekan anaknya.
Meski pilkada Jeneponto masih lama, pergerakanpergerakan tiap
calon sudah mulai terlihat, ini ditandai dengan maraknya posterposter
dan baligho yang telah beredar di berbagai sudut di Kabupaten
Jeneponto, juga dapat terlihat pada kendaraankendaraan baik pribadi
2

UU no. 32 thn 2004 dalam pasal 58 ayat o persyaratan calon kepala daerah

12

maupun kendaraan umum yang memasang stiker beberapa calon


tersebut. Hal ini juga tak lepas dilakukan oleh sang putera Bupati
Radjamilo, Ashari F. Radjamilo. Poster ,baligho, dan stiker yang memuat
dukungan terhadapnya juga telah beredar dimanamana di Kabupaten
Jeneponto.

Pendekatanpendekatan

kepada

masyarakat

yang

dilakukannya juga sudah mulai terlihat.


Keyakinan Radjamilo dalam mengusung dan mempertahankan
kepemimpinannya dapat dilihat dari dua masa periode jabatannya yaitu
dari tiga kebijakan antara lain pembangunan jalan raya sampai ke desadesa, pendidikan dan kesehatan.3 Tiga kebijakan ini merupakan
pelayanan dasar dan tanggung jawab pokok bagi pemerintah daerah
dalam memenuhi hak-hak warganya.4 Ketiga pelayanan dasar ini sangat
dirasakan manfaatnya bagi masyarakat Jeneponto. Karena itu, Rajamilo
yakin untuk memajukan anaknya sebagai penerus kepemimpinannya
dilihat dari berbagai aspek tersebut, selain itu juga sebagai pemimpin
yang memiliki kharismatik sebagai Karaeng yang sangat dipandang oleh
masyarakatnya.

Dalam

istilah

Bambang Harymurti

bila

mayoritas

masyarakat menginginkan sosok yang membawa panji kesinambungan


maka ia akan memilih kembali ke singgasana kekuasaan.5 Dua periode
kepemimpinan Radjamilo ini menunjukkan bahwa dirinya masih dicintai
oleh masyarakat Jeneponto.
3

http://akhmadsatori.blogspot.com/2012/02/11/kemenangan-karaeng-dalam-pilkada.html
Lay, Cornelis (ed).2007. Membangun NKRI dari Bumi Tambun Bungai Kalimantan Tengah. JIPUGM. Jogjakarta
5
Bambang Harymurti Ujian Pertama SBY Majalah Tempo, 19 Juli 2009
4

13

Namun

keyakinan

itu

belum

tentu pula

berjalan dengan

sebagaimana yang diharapkan oleh Radjamilo. Dalam kepemimpinannya,


juga terdapat beberapa orang/kelompok yang kontra. Sebagaimana yang
telah tertulis sebelumnya bahwa pilitik keluarga juga dapat dikatakan
sebagai praktik nepotisme yang pastinya hanya lebih mementingkan
kepentingan pribadi serta keluarga, yang menuai banyak perbincangan
dikalangan masyarat.
Kuatnya pengaruh pada keluarga Radjamilo dapat terlihat jelas
dalam

birokrasi

dimana

jabatan-jabatan

strategis

dalam

struktur

pemerintahan Jeneponto dikuasai oleh mereka antara lain yaitu:


-

Ashari Fakhsiri Radjamilo Kr. Raja : Kepala Dinas Pendidikan yang


sekaligus mencalonkan sebagai bupati Jeneponto 2013 (anak dari
Radjamilo).

Sri Lita Irtani Kr. Caya : Sekretaris Dinas Kelautan (anak dari
Radjamilo).

Suci Fitriani Kr. Siang: Kepala Bidang Mutasi BKD (anak dari
Radjamilo).

Hj. Intan Dianti : Kepala Seksi Kelurahan (anak dari Radjamilo).

Marwan Lolo Gau : Kepala Dinas Perikanan (saudara Radjamilo).

Haerul Gassing Kr. Kuri : Kepala Dinas Transkernas BLK (menantu


Radjamilo),

Andi

Rizal Burhanuddin : Kepala Bidang Akuntansi (menantu

Radjamilo),

14

Ir. Andi Burhanuddin S. Baso : Kepala Dinas PU yaitu (besan


Radjamilo),

Patarai A. Burhan : Camat Taroang (keponakan Radjamilo), dan

Pahmi Sulfikar : Kepala Bidang Aset PPKD (keponakan Radjamilo).


Selain itu masih banyak lagi anggota keluarga Radjamilo yang

memegang jabatan di tingkat kelurahan dan desa. Melihat kenyataan ini,


dapat disimpulkan bahwa Birokrasi yang ada di Kabupaten Jeneponto
sangat didominasi oleh kalangan keluarga besar Radjamilo. Keterlibatan
sang ayah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di Jeneponto saat ini
tentunya sangat diharapkan oleh anaknya dalam upaya memenangkan
pilkada ini. Sebagai aktor puncak Jeneponto tentu saja Radjamilo
memegang birokrasi yang memang tidak jauh dari pengaruh keluarganya
sendiri yang akan digunakan sebagai kekuatan untuk mempengaruhi
bawahan-bawahan sampai kemasyarakat dalam mengkampanyekan
Ashari sehingga peluang untuk menang akan semakin terbuka lebar.
Namun jika dilihat dari aturanaturan yang melarang seorang Bupati untuk
ikut berkampanye, baik itu berasal dari lingkungan keluarga atau tidak
maka tentunya sikap profesionalisme Radjamilo patut diacungi jempol.
Dari sinilah nantinya dapat dilihat sejauh mana Radjamilo mampu
menggerakkan Birokrasi dan kekuasaannya secara tidak langsung untuk
mewujudkan cita-cita anaknya.
Dari latar belakang di atas yang menjelaskan tentang bagaimana
pengaruh Radjamilo dalam kepemimpinannya selama dua periode
15

sebagai bupati di Kabupaten Jeneponto, maka hal inilah yang melatar


belakangi saya untuk melakukan penelitian tentang Politik Kekuasaan
Keluarga Radjamilo Di Kabupaten Jeneponto.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

diatas,

maka

peneliti

dapat

merumuskan masalah sebagai berikut;


1. Mengapa keluarga radjamilo berusaha mengusung anaknya
sebagai Bupati Kabupaten Jeneponto?
2. Apa kekuatan poltik yang dimiliki oleh keluarga Radjamilo sehingga
mempersiapkan anaknya sebagai bakal calon Bupati Kabupaten
Jeneponto periode 2013-2018?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka secara umum
peneliti bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisa tentang
bagaimana politik kekuasaan yang ada dalam keluarga Radjamilo.
Namun secara khusus, penelitian ini bertujuan:
1. Untuk menggambarkan dan menganalisa penyebab keluarga
radjamilo berusaha mengusung anaknya sebagai Bupati Kabupaten
Jeneponto
2. Untuk menggambarkan dan menganalisa kekuatan poltik yang
dimiliki oleh keluarga Radjamilo sehingga mempersiapkan anaknya
16

sebagai bakal calon Bupati Kabupaten Jeneponto periode 20132018


D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
1. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi peneliti-peneliti yang ingin
melihat bagaimana politik kekuasaan keluarga Radjamilo di
Kabupaten Jeneponto
2. Memperkaya khasanah kajian ilmu politik dalam upaya
perkembangan keilmuan utamanya dalam bidang

politik

kekuasaan.
b. Manfaat Praktis
1. Sebagai bahan untuk membantu para pelaku politik dan
sumbangan

pemikiran

Kabupaten

Jeneponto

bagi
dalam

masyarakat
memahami

dan

pemerintah

tentang

politik

kekuasaan keluarga Radjamilo.


2. Hasil penelitian ini nantinya diharapakan dapat menjadi rujukan
bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian-penelitian yang
serupa ditempat lain.
3. Sebagai prasyarat untuk memenuhi gelar sarjana ilmu politik.

17

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Untuk membahas mengenai politik kekuasaan keluarga Radjamilo


di Kabupaten Jeneponto, maka pada bagian tinjauan pustaka ini, peneliti
merumuskan

arah

tujuan

penelitian.

Perumusan

arah

tujuan

ini

berdasarkan pada beberapa konsepsi dasar yang disadur dari beberapa


referensi yang dianggap memiliki kompetensi demi pencapaian tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Adapun konsep dan teori tersebut
adalah politik kekuasaan, kelembagaan (Birokrasi), politik kekerabatan,
paternalistik serta kerangka dan skema pikir.

A. Politik kekuasaan
Kekuasaan (power) merupakan kemampuan seseorang atau suatu
kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain
sesuai dengan keinginan dari pelaku. Dalam sumber lain dikatakan bahwa
kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau
kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan
kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi
kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok

18

untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai


dengan keinginan dari pelaku.6
Istilah kekuasaan (power) berasal dari kata yunani yang berarti
sanggup untuk membuat sesuatu, sanggup untuk mempengaruhi orang,
sanggup membuat perubahan dan tanpa kekuasaan sesuatu tidak akan
terjadi7. Kekuasaan juga diartikan sesuatu kapasitas yang dapat
mendorong, memaksa, atau mempengaruhi pihak lain untuk mengubah
tingkah laku atau untuk mengerjakan apa yang tidak dikehendaki. Bertolak
dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konsep kekuasaan
sebenarnya menunjukkan kelebihan atau kemampuan pribadi seseorang
pemimpin yang tercermin dalam aspek khususnya di dalam interaksi
personal, sehingga seseorang yang memiliki kekuasaan dapat merealisir
keinginannya melalui orang lain.
Menurut Lasswell kekuasaan merupakan salah satu tipe dari
pengaruh dimana seseorang dapat memiliki power dan pengaruh jika
yang bersangkutan memiliki kemampuan (ability), reputasi (reputation),
dan popularitas (popularity) yang dapat meyakinkan orang lain untuk
melakukan sesuatu. Konsep ini lebih berkonotasi positif. Hal ini
disebabkan oleh sumber pengaruh tersebut biasanya berasal dari
keahlian dan keteladanan8. Berbeda halnya dengan konsep paksaan

Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 1819
7
Prof. Dr. J. Kaloh. 2009. Kepemimpinan kepala daerah. Sinar Grafika. Hal 106
8
Ibid, hal. 106

19

(coercion) yang lebih berkonotasi negatif, karena sumbernya cenderung


pada kedudukan resmi atau karena memegang suatu jabatan.
Dari sekian banyak pakar yang mempelajari jenis dan bentuk
kekuasaan, pendapat French dan Raven dapat diterima secara luas dan
digunakan dalam berbagai penelitian. Meskipun konsepnya tidak berasal
dari suatu proses penelitian lapangan tetapi telah mendorong sejumlah
pakar untuk menggunakan konsep tersebut dalam berbagai penelitian.
Terdapat

dua

sumber

kekuasaan

yaitu,

kekuasaan

jabatan

dan

kekuasaan pribadi. Kekuasaan jabatan adalah kekuasaan yang terdapat


pada seseorang karena memegang jabatan dalam organisasi sehingga
orang tersebut harus dipatuhi dan diikuti kehendaknya. Kekuasaan
jabatan mencakup kekuasaan resmi, kekuasaan paksaan, kekuasaan
imbalan, dan kekuasaan informasi. Sedangkan kekuasaan pribadi adalah
kekuasaan

yang

terdapat

pada

seseorang

karena

pribadinya

mencerminkan hal-hal yang dikagumi oleh pengikutnya. Kekuasaan


pribadi mencakup kekuasaan keahlian, kekuasaan keteladanan, dan
kekuasaan koneksi9.

Politik

kekuasaan

memperoleh/mendapatkan
mempertahankan

merupakan

suatu

strategi

dalam

kekuasaan

serta

usaha

untuk

kekuasaan

yang

telah

dimiliki.

Strategi

mempertahankan dan melestarikan sebuah kekuasaan mengandaikan


penggunaan kekerasan. Pertautan keduanya (kekuasaan dan kekerasan)
9

Prof. Dr. J. Kaloh. 2009. Kepemimpinan kepala daerah. Sinar Grafika. Hal 106

20

seringkali terwujud dalam bentuk yang plural. Ada yang mengabsahkan


pemakaian segala cara, meskipun buruk yang penting kekuasaan tetap
terjaga (pemikiran Machiavelli).10 Akan tetapi, praktik dominasi kekuasaan
tidak semata-mata diadakan melalui kekerasan fisik. Antonio Gramsci
menyatakan bahwa kekuasaan dapat dilanggengkan melalui strategi
hegemoni.

Hegemoni

yang

dimaksud

oleh

Gramsci

ialah

peran

kepemimpinan intelektual dan moral untuk menciptakan ide-ide dominan.


Dengan begitu, relasi kekuasaan dan kekerasan menjadi tidak kentara
dalam artian kekerasan yang ada tertutupi oleh kekuasaan yang bekerja
secara halus melalui representasi simbol-simbol. Seperti yang dikatakan
oleh Bourdieu, sistem simbol menandai praktik dominasi baru dalam
masyarakat pasca industri. Dari Bourdieu, kita belajar mengeja isyarat
untuk kemudian menguak modus operandi kekuasaan yang terselubung di
dalam praktik simbolik bahasa/wacana sehingga melahirkan kekerasan
simbolik

sebagai

sebuah

mekanisme

sosial

untuk

mereproduksi

kekuasaan11

Sistem simbol memiliki kekuatan untuk memberikan pemaknaan


bagi realitas sosial. Lewat proses pencitraan, sistem simbol memperoleh
daya abstraknya guna mengubah makna, menggiring cara pandang,
hingga mempengaruhi praktik seseorang maupun kelompok. Simbol
memiliki kekuatan untuk membentuk, melestarikan dan mengubah

10

Machiavelli, The Prince sang Penguasa, Selasar Pulishing, 2008


Fashri, Penyingkapan Kuasa Simbol Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre
Bourdieu, Yogyakarta: Juxtapose, 2007.

11Fauzi

21

realitas. Kekuatan simbol ini mengandung energi magis yang bisa


membuat orang percaya, mengakui, serta tunduk atas kebenaran yang
diciptakan oleh tata simbol. Kekuatan simbol mampu menggiring siapapun
untuk mengakui, melestarikan atau mengubah persepsi hingga tingkah
laku orang dalam bersentuhan dengan realitas. Daya magis simbol tidak
hanya terletak pada kemampuannya merepresentasikan kenyataan, tetapi
realitas juga dipresentasikan lewat penggunaan logika simbol.

Dalam

mengapresiasi

bentuk-bentuk

simbol,

individu-individu

dalam proses pembentukan (constituting) dan pembentukan kembali


(reconstituting) makna yang sedang berlangsung. Bourdieu menjelaskan
logika dan praktik permainan sosial yang dipadati semangat kompetisi
antar pelaku sosial. Ini semua dilakukan untuk menguak pertarungan
antar kuasa yang dijalankan pelaku sosial dalam berbagai posisi yang
mereka tempati.

Bourdieu berpendapat bahwa para pelaku sosial yang menempati


posisi dominan dalam suatu ranah adalah mereka yang diberkahi atau
mereka yang secara istimewa memiliki akses terhadap berbagai jenis
modal. Dalam memproduksi serta menaikkan nilai simbolik, yang
mendominasi memakai strategi perbedaan (distinction) dalam arti mereka
berupaya membedakan dirinya dari kelompok sosial yang berada
dibawahnya. Semakin besar kelompok dominan mengakumulasi modal,
semakin besar pula nilai simbolik yang hadir.

22

Dalam pembahasan politik kekuasaan ini, peneliti menggunakan


teori politik kekuasaan Charles F Andrain, penggunaan beberapa konsep
kelompok kepentingan dalam menjelaskan kekuatan keluarga Radjamilo
dalam proses pencalonan bupati periode 2013 pada bakal calon AFR
antara lain kelembagaan (birokrasi), partai politik, dan organisasi
masyarakat/LSM serta politik kekeluargaan yang akan menjelaskan hasil
penelitian yang telah dilakukan berdasarkan dari hasil lapangan.
1. Politik Kekuasaan Charles F. Andrain
Charles F. Andrain mendefinisikan kekuasaan sebagai penggunaan
sejumlah sumber daya (aset, kemampuan) untuk memperoleh kepatuhan
(tingkah laku menyesuaikan) dari orang lain.12 menurut Charles F.
Andrain, sumber daya kekuasaan itu terdiri atas sumber daya fisik,
ekonomi, keahlian, normatif dan personal.13 Dengan sumber-sumber daya
itu membuat orang atau kelompok dapat mempengaruhi orang atau
kelompok lain.
Dalam bagian lain, Charles F Andrain mengemukakan bahwa
sumber kewenangan seseorang atau kelompok untuk memerintah dapat
berasal dari : (1) hak memerintah berdasarkan tradisi, yaitu kepercayaan
yang telah berakar dipelihara terus menerus dalam masyarakat; (2) hak
memerintah berasal dari Tuhan, Dewa, atau Wahyu. Kewenangan
memerintah berasal dari kekuatan yang sakral; (3) hak memerintah
12
13

Andrain, Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992, hal. 130.
Ibid., hal. 132

23

berasal dari kualitas pribadi sang pemimpin, baik penampilannya yang


agung dan dirinya yang populer maupun karena memiliki kharisma; (4)
hak memerintah berasal dari sumber yang bersifat instrumental, seperti
keahlian dan kekayaan; dan (5) hak memerintah berasal dari peraturan
perundang-undangan yang mengatur prosedur dan syarat-syarat menjadi
pemimpin pemerintahan.14
Gejala politik kekuasaan menurut Charles F. Andrain ini dapat
ditinjau dari empat dimensi yaitu : potensi dan aktual, konsensus dan
paksaan, jabatan dan pribadi, serta langsung dan tidak langsung.15
a. Potensi dan aktual
Seseorang dipandang mempunyai kekuasaan potensi apabila dia
memiliki sumber-sumber kekuasaan, seperti kekayaan, tanah, senjata,
pengetahuan dan informasi, popularitas, status sosial yang tinggi, massa
yang terorganisasi, dan jabatan. Sebaliknya, seseorang dipandang
memiliki kekuasaan aktual apabila dia telah menggunakan sumbersumber yang dimilikinya ke dalam kegiatan politik secara efektif
(mencapai tujuan).

14
15

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Poliiik, Jakarta: Gramedia, 1992, hal. 85-87.
Charles F. Adrian. 1970. Political life and sosial change: An Introduction to political science,
Belmont, cal : wadsworth publishing companyinc, hal. 89-90. Dalam buku Ramlan Surbakti.
2010. memahami ilmu politik. Jakarta: PT Grasindo. Hal 75

24

b. Konsensus dan paksaan


Politik yang menekankan aspek paksaan dari kekuasaan akan
cenderung

memandang

politik

sebagai

perjuangan,

pertentangan,

dominasi, dan konflik. Mereka melihat tujuan yang ingin dicapai oleh elit
politik tidak menyangkut masyarakat secara keseluruhan, melainkan
menyangkut

kepentingan

kelompok

kecil

masyarakat.

Sebaliknya,

penganalisis politik yang menekankan aspek konsensus dari kekuasaan


akan cenderung melihat elit politik sebagai orang yang tengah berusaha
menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan masyarakat secara
keseluruhan.
Terdapat perbedaan yang menyangkut konsensus dan paksaan,
yaitu alasan penataan dan sarana kekuasaan yang digunakan. Pada
umumnya, alasan untuk menaati kekuasaan paksaan berupa rasa takut.
Dalam hal ini, takut akan paksaan fisik seperti dipukul, di tangkap, dan
dipenjarakan, atau di bunuh. Selain itu, rasa takut akan paksaan non-fisik
seperti kehilangan pekerjaan, dikucilkan, dan diintimidasi. Sementara itu
alasan untuk menaati kekuasaan konsensus pada umumnya berupa
persetujuan secara sadar dari pihak yang dipengaruhi. Pada kekuasaan
konsensus ketaatan cenderung lebih langgeng karena ketaatan timbul dari
kesadaran dan persetujuan pihak yang dipengaruhi. Namun untuk
membuat orang lain sadar dan setuju diperlukan upaya keras dan waktu
yang lama.

25

Sarana kekuasaan yang digunakan untuk mendapatkan ketaatan


dengan kekuasaan paksaan berjumlah tiga macam yaitu, sarana paksaan
fisik, sarana ekonomi, dan sarana psikologis. Sedangkan pada kekuasaan
konsensus menggunakan sarana-sarana seperti nilai kebaikan bersama,
moralitas dan ajaran agama, keahlian, dan popularitas pribadi terkenal
untuk mendapatkan ketaatan.
c. Jabatan dan pribadi
Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan, kekuasaan
terkandung erat dalam jabatan-jabatan seperti presiden, perdana mentri,
menteri-menteri, dan senator. Penggunaan kekuasaan yang terkandung
dalam jabatan itu secara efektif bergantung sekali kepada kualitas pribadi
yang dimiliki dan ditampilkan oleh setiap pribadi yang memegang jabatan.
Sebaliknya pada masyarakat yang sederhana, struktur masyarakat
kekuasaan yang didasarkan atas kualitas pribadi tampak lebih menonjol
dari pada kekuasaan yang terkandung dalam jabatan. Dalam hal ini,
pemimpin melaksanakan kekuasaan khususnya terhadap orang dari pada
terhadap lembaga-lembaga. Efektifitas kekuasaannya terutama berasal
dari kualitas pribadi seperti karisma, penampilan diri, asal-usul keluarga,
dan wahyu.
d. Langsung dan tidak langsung
Kekuasaan langsung ialah penggunaan sumber-sumber untuk
mempengaruhi pembuat dan pelaksana keputusan politik dengan

26

melakukan

hubungan

secara

langsung

tanpa

melalui

perantara.

Sedangkan kekuasaan tidak langsung ialah penggunaan sumber-sumber


untuk mempengaruhi pembuat dan pelaksana keputusan politik melalui
perantara pihak lain yang diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih
besar terhadap pembuat dan pelaksana keputusan politik (birokrasi).
Sumber-sumber kekuasaan tidak pernah terdistribusikan secara
merata dalam setiap masyarakat atau sistem politik karena setiap
kemampuan seseorang bervariasi. Ketidak mampuan seseorang mungkin
diciptakan oleh orang lain tetapi mungkin juga disebabkan yang
bersangkutan tidak lagi memiliki semangat untuk mengubah nasib.
Masyarakat yang strukturnya masih sederhana, distribusi pemilikan
sumber-sumber relatif merata sebab selain sumber-sumber kekuasaan
yang tersedia masih sedikit, juga karena hubungan antar sesama
dilandasi dengan prinsip kekeluargaan, dan hubungan dengan pemimpin
didasarkan pada prinsip primus interpares.
Ketika masyarakat yang sederhana ini melakukan perubahan
(modernisasi), terjadi kesenjangan karena sebagian masyarakat tidak ikut
dalam proses perubahan. Hubungan antarsesama lebih didasarkan atas
egoisme, dan hubungan dengan pemimpin berubah menjadi hubungan
yang hierarki. Itu sebabnya distribusi sumber-sumber di negara-negara
berkembang cenderung tidak berkembang.

27

Menurut Adrian, ada empat faktor yang biasanya dipertimbangkan


oleh pemilik sumber kekuasaan dalam menggunakan sumber untuk
mempengaruhi proses politik meliputi kuatnya motivasi untuk mencapai
tujuan tertentu, harapan akan keberhasilan mencapai tujuan, persepsi
mengenai biaya dan resiko yang timbul dalam mencapai tujuan dan
pengetahuan mengenai cara-cara mencapai tujuan tersebut. Dengan
mempertimbangkan keempat faktor, asumsi yang selama ini dipegang
bahwa memiliki sumber kekuasaan berarti memiliki kekuasaan politik
belum tentu benar. Hal itu disebabkan belum tentu semua orang yang
memiliki

sumber

kekuasaan

menggunakan

sumber

itu

untuk

mempengaruhi proses politik. Untuk mencapai tujuan dalam hal ini


mempengaruhi pembuat dan pelaksana keputusan politik diperlukan
motivasi yang tinggi.16
Motivasi untuk mencapai tujuan sangat kuat apabila harapan akan
keberhasilan sangat tinggi. Karena diperkirakan akan mendatangkan
keuntungan dengan resiko yang kecil, dan pengetahuan mengenai caracara dan prosedur mencapai tujuan itu memadai, tersedianya organisasi,
keterampilan, pribadi

yang kuat, dan faktor luar yang mendukung

merupakan kombinasi yang efektif untuk mengubah sumber-sumber


kekuasaan potensial menjadi kekuasaan politik aktual.

16

Ibid. Hal 88

28

Dalam mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan, Andrain


membedakannya atas kekuasaan paksaan dan kekuasaan berdasarkan
konsensus. Dalam kaitan ini ia mengatakan, Mereka yang menekankan
aspek-aspek pemaksaan dari kekuasaan biasanya memandang politik
dalam kerangka pergulatan dominasi kelompok atau keluarga dan konflik.
Mereka melihat para pelaku politik mengejar tujuan-tujuan yang tidak
diminati oleh keseluruhan komunitasnya. Satu pihak memperoleh
keuntungan, pihak lain merugi. Sebaliknya, para analis yang menekankan
aspek-aspek konsensus lebih banyak mengaitkan kekuasaan dengan
usaha

mengatasi perlawanan

bukannya

dengan kegiatan-kegiatan

koordinasi. Mereka melihat para pelaku politik mengusahakan pencapaian


tujuan-tujuan bersama.17

2. kelompok Kepentingan

Kelompok

kepentingan

adalah

sekolompok

manusia

yang

mengadakan persekutuan yang didorong oleh kepentingan-kepentingan


tertentu. Kepentingan

ini dapat berupa kepentingan umum atau

masyarakat luas ataupun kepentingan untuk kelompok tertentu. Contok


persekutuan yang merupakan kelompok kepentingan yaitu organisasi
massa, paguyuban alumni suatu sekolah, kelompok daerah asal, dan
paguyuban honi tertentu.18

17

Andrain, op.cit., hal. 137-138

18

Bambang S dan Sugianto. Pendidikan kewarganegaraan.(surakarta:Penerbit Grahadi,2007) hlm 179

29

Kelompok

kepentingan

bertujuan

untuk

memperjuangkan

sesuatu

kepentingan dengan mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar


mendapatkan keputusan yang menguntungkan atau menghindarkan
keputusan yang merugikan. Kelompok kepentingan tidak berusaha untuk
menempatkan wakil-wakilnya dalam perwakilan rakyat, melainkan cukup
mempengaruhi satu atau beberapa partai didalamnya atau instansi yang
berwenang maupun menteri yang berwenang.19

a. Birokrasi

Birokrasi secara etimologis berasal dari kata bureaucracy. Biro


(bureau) merupakan suatu bentuk organisasi atau dinas/kantor dan kata
krasi (cracy, kratie) yang berarti pemerintahan. Dengan kata lain,
birokrasi berarti dinas pemerintahan. Downs mengartikan Biro sebagai
bentuk organisasi yang memiliki empat macam karakteristik utama, yakni:
Organisasi berskala besar; mayoritas diantara anggota organisasi sebagai
pekerja full time yang menggantungkan pada pekerjaan organisasi untuk
mendapatkan penghasilan (income); dan promosi dalam biro berdasarkan
atas penilaian kinerja mereka sesuai dengan peran yang dimainkan dalam
organisasi. Jadi, Birokrasi menurut Downs dapat dibedakan dalam tiga
pengertian sebagai berikut: Pertama, Birokrasi biasanya menunjuk suatu
lembaga atau tingkatan lembaga khusus. Kedua, Birokrasi juga dapat
berarti suatu metode tertentu untuk mengalokasikan sumber daya dalam

19

Eddi Wibowo dkk. Ilmu politik Kontemporer.(Yogyakarta:YPAPI,2004) hlm 69

30

suatu organisasi berskala besar. Ketiga, Birokrasi merujuk pada kualitas


yang dihasilkan oleh suatu organisasi.20 Pengertian yang ketiga ini lebih
cenderung pada suatu organisasi Pemerintah yang berorientasi nirlaba
dan pelayanan masyarakat (Publik Service).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, birokrasi didefinisikan
sebagai sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah
karena telah berpegang pada hirarki dan jenjang jabatan.21 Birokrasi juga
dimaksudkan untuk mengorganisir secara teratur suatu pekerjaan yang
dilakukan banyak orang, birokrasi adalah tipe dari suatu organisasi untuk
mencapai tugas-tugas administrasi besar dengan cara mengkoordinasi
secara sistematis atau teratur pekerjaan dari banyak orang. Birokrasi
sebagai suatu sistem kerja dimaksudkan sebagai sistem kerja yang
berdasarkan atas tata hubungan kerja sama antara jabatan-jabatan
secara langsung mengenai persoalan yang formil menurut prosedur yang
berlaku.22
Karl Marx mengeleborasi birokrasi dengan cara menganalisis dan
mengkritisi philosofi Hegel tentang Negara. Hegel berpendapat bahwa
administrasi

Negara

(birokrasi)

sebagai

suatu

jembatan

yang

menghubungkan antara negara (pemerintah) dengan masyarakatnya.


Adapun

masyarakat

itu

sendiri

terdiri

dari

kelompok-kelompok

professional, usahawan, dan lain kelompok yang mewakili bermacam20

Dr. Joko Widodo M.S., Membangun Birokrasi Berbasis Kerja, Jawa Timur: Bayumedia
Publishing, 2008, hal 9-12
21
www.wikipedia.com
22
http:// tidak itjen-depdagri.go.id

31

macam kepentingan partikular (khusus). Diantara keduanya itu birokrasi


pemerintah

merupakan

medium

yang

bisa

dipergunakan

untuk

menghubungkan kepentingan particular dengan kepentingan general


(umum). Akan tetapi, Birokrasi Marxis berpendapat tidak ada kepentingan
umum (general), yang ada hanyalah kepentingan partikular yang
mendominasi kepentingan partikular lainnya. Birokrasi adalah Negara atau
pemerintah itu sendiri. Birokrasi merupakan instrument yang dipergunakan
oleh kelas yang dominan untuk melaksanakan kekuasaan dominasinya
atas kelas-kelas sosial lainnya. Dengan kata lain birokrasi memihak
kepada kelas partikular yang mendominasi tersebut. Berdasarkan konsep
tersebut, maka birokrasi itu sendiri pada tingkatan tertentu mempunyai
hubungan yang erat dengan kelas dominan dan pada pemerintah.
Eksistensi birokrasi sangat bergantung pada kelas dominan dan
pemerintah. Konsep pemikiran Karl Marx dalam konteks pengembangan
kekuatan politik dalam birokrasi pemerintah seperti yang banyak dianut
oleh pemerintahan demokratis, dapat dijadikan suatu perbandingan.
Kekuatan politik yang datang dan pergi sebagai kelompok yang
menguasai pemerintahan dan birokrasi sebagai pelaksana kebijakan
pemerintah merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan akan tetapi
dapat dibedakan.23

23

Prof. DR. Miftah Thoha, MPA, Birokrasi dan Politik di Indonesia, hal 22-24

32

b. Partai Politik
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu
kelompok yang

terorganisir

yang

anggota-anggotanya

mempunyai

orientasi, nilai-nilai dancita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini


ialah

untuk

memperoleh

kekuasaan politik

dan

merebut

kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk


melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka. M e n u r u t C a r l J .
F r i e d r i c h b a h w a p a r t a i politik adalah sekelompok manusia yang
terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau memepertahankan
penguasaan terhadap pemerintahan bagi pemimpin partainya, dan
berdasarkan penguasaan ini memberikaan kepada anggota partainya
kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil. 24

Menurut Surbakti fungsi utama partai politik yaitu mencari dan


mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang
disusun berdasarkan ideologi tertentu. Setidaknya itulah definisi dan
fungsi yang sederhana dari partai politik.25 Fungsi parpol dalam hal
perebutan kekuasaan itu hanyalah sarana saja, dan merupakan sebagian
kecil dari fungsi parpol. Ini ditunjukkan dengan operasionalisasi fungsi
kekuasaan itu hanya berlangsung dalam ritus lima tahunan. Sedangkan
fungsi yang paling pokok justru terletak pada bagaimana manuver taktis
parpol dalam perwujudan kebijakan publik.
24

Miriam Budiardjo, 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal
404

25

Ramlan Surbakti. 2010. memahami ilmu politik. Jakarta: PT Grasindo. Hal

33

Menurut

Budiardjo,

dalam

negara

demokratis

partai

politik menyelenggarakan beberapa fungsi yaitu:


1 . Partai sebagai sarana komunikasi politik, Salah satu tugas dari partai
politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi
masyarakat

dan

mengaturnya

sedemikian

rupa

sehingga

kesingpansiuran pendapat dalam masyarakat berkurang


2. Partai

sebagai

sosialisasi

sarana

berjalan

secara

kanak-kanak sampai
diselenggarakan

sosialisasi

melalui

politik,

B i a s a n y a proses

berangsur-angsur

dewasa.

Proses

ceramah-ceramah

dari

masa

sosialisasi

politik

penerangan,

kursus

kader, kursus penataran, dan sebagainya


3. Partai politik sebagai sarana rekruitmen politik, berfungsi mencari dan
mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik
sebagai anggota partai
4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik, dalam suasana
demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat
merupakan hal yang wajar, jika terjadi partai politik berusaha
mengatasinya.
Partai politik merupakan kekuatan inti karena parpol berusaha
menempatkan orang-orangnya dalam jabatan-jabatan pemerintahan dan
mempengaruhi kebijakan politik serta menempatkan seseorang atau aktor
dalam meraih sebuah jabatan/kedudukan.

34

c. Ormas
Organisasi masyarakat adalah organisasi yang dibentuk oleh sekumpulan
masyarakat dalam mencapai tujuan untuk kepentingan bersama suatu masyarakat
tertentu. Organisasi ini mempunyai badan hukum yang jelas yang tertuang dalam
undang-undang Dasar 1945 pasal 28. Salah satu organisasi masyarakat yang ada
misalnya : Badan Permusyawaratan Desa (BPD),Lembaga Pemasyarakatan Desa
(LPM), Karanga Taruna, Koperasi, Kelompok Tani, PaguyubanMasyarakat,
Himpunan Komunitas Masyarakat, Organisasi Kepemudaan
Organisasi didirikan oleh sekelompok orang tentu memiliki alasan.
Seorang pakar bernama Herbert G. Hicks mengemukakan dua alasan
mengapa orang memilih untuk berorganisasi:
-

Alasan Sosial (social reason), sebagai zoon politicon artinya


mahluk yang hidup secara berkelompok, maka manusia akan
merasa penting berorganisasi demi pergaulan maupun memenuhi
kebutuhannya. Hal ini dapat kita temui pada organisasi-organisasi
yang memiliki sasaran intelektual, atau ekonomi.

Alasan Materi (material reason), melalui bantuan organisasi


manusia dapat melakukan tiga macam hal yang tidak mungkin
dilakukannya sendiri yaitu: 1) Dapat memperbesar kemampuannya
2) Dapat menghemat waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu
sasaran, melalui bantuan sebuah organisasi. 3) Dapat menarik

35

manfaat dari pengetahuan generasi-generasi sebelumnya yang


telah dihimpun.
Ciri-Ciri Organisasi Masyarakat
Menurut Berelson dan Steiner(1964:55) sebuah organisasi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :

1. Formalitas, merupakan ciri organisasi sosial yang menunjuk kepada


adanya

perumusan

tertulis

daripada

peratutan-peraturan,

ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi,


dan seterusnya.
2. Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya
suatu pola kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida,
artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan
kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota
biasa pada organisasi tersebut.
3. Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya
organisasi sosial memiliki banyak anggota sehingga hubungan
sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal), gejala ini
biasanya dikenal dengan gejala birokrasi.
4. Lamanya (duration), menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu
organisasi lebih lama daripada keanggotaan orang-orang dalam
organisasi itu.

36

Ada juga yang menyatakan bahwa organisasi sosial, memiliki beberapa


ciri lain yang behubungan dengan keberadaan organisasi itu. Diantaranya
dalah:

1. Rumusan batas-batas operasionalnya(organisasi) jelas. Seperti


yang telah dibicarakan diatas, organisasi akan mengutamakan
pencapaian tujuan-tujuan berdasarkan keputusan yang telah
disepakati bersama. Dalam hal ini, kegiatan operasional sebuah
organisasi dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan
kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi anggotanya.
2. Memiliki identitas yang jelas. Organisasi akan cepat diakui oleh
masyarakat sekelilingnya apabila memiliki identitas yang jelas.
Identitas berkaitan dengan informasi mengenai organisasi, tujuan
pembentukan organisasi, maupun tempat organisasi itu berdiri, dan
lain sebagainya.
3. Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya
memiliki peran serta tugas masing masing sesuai dengan batasan
yang telah disepakati bersama.
Jadi, dari beberapa ciri organisasi yang telah dikemukakan kita
akan mudah membedakan yang mana dapat dikatakan organisasi dan
yang mana tidak dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi.

37

3. Politik Kekerabatan
Antropologi ternama koentjoningrat menjelaskan bahwa garis
keturunan (kekerabatan) dan hubungan perkawinan menurut adat
merupakan dasar yang pokok dalam sususnan politik dan jaringan politik
di pedesaan. Jaringan politik kekerabatan ini dimanfaatkan untuk
mengkampanyekan visi, misi, dan program sang kandidat. Setiap kerabat
yang

menjadi

penyambung

lidah

dari

kandidat

dibekali

dengan

pengetahuan-pengetahuan tentang kelebihan sang kandidat. Sementara


itu sang kandidat tidak lupa pula memberikan bekal berupa doktrin-doktrin
kekeluargaan.26
Kehadiran kerabat merupakan kekuatan politik yang sangat
menentukan orientasi politik masyarakat setempat, hal ini dapat dilihat dari
pilihan-pilihan politik dalam pemilu dan pemilihan-pemilihan lainnya seperti
pilpres dan pilkada. Dikatakan oleh Shanin sebagai tindakan politik
terkendali, tindakan politik orang-orang di kampung sangat ditentukan oleh
gerakan kekuasaan eksternal elit.27
Politik

kekerabatan

tersebut

memainkan

dimensi

hubungan

kekerabatan meliputi keluarga kecil dan keluarga besar (small family and
big family). Dalam istilah antropologi dikenal juga komposisi keluarga batih
atau keluarga inti (nuclear family). Namun pemanfaatan sumber daya
26

Koentjoningrat. 1984 dalam buku Pahmi Sy. 2010. Politik pencitraan. Jakarta : Gaung Persada
Press (GP Press). Hal 166
27
Shanin. 1987 dalam buku Pahmi Sy. 2010. Politik pencitraan. Jakarta : Gaung Persada Press (GP
Press). Hal 166

38

manusia yang lebih banyak lagi dikenal dengan keluarga luas (extented
family). Sumber daya manusia ini sangat menentukan dalam pemenuhan
kebutuhan politik kekerabatan. Keluarga kecil disini merujuk kepada
beberapa keluarga inti, sedangkan keluarga besar merujuk pada jaringan
keluarga yang luas.
Bagi keluarga kecil yang terdiri dari beberapa keluarga inti memiliki
pengaruh politik kecil pula yaitu disekitar sanak keluarga yang dekat saja.
Namun bagi keluarga besar dan memiliki sejarah besar di desa, apalagi
mendominasi kekuasaan di desa, akan memiliki pengaruh politik yang
besar pula. Pengaruh politik keluarga kecil maupun besar akan memiliki
arti penting dalam mensosialisasikan kepentingan elit politik atau
cabup/cawabup. Keluarga besar ini akan mempengaruhi keluargakeluarga kecil, yang pada akhirnya menguasai opini dan mainstream
politik di pedesaan tersebut.
Jaringan kekerabatan atau keluarga ini tidak hanya sebatas
keluarga, tetapi meluas menuju jaringan-jaringan lain yang dimiliki
kerabat-kerabat ternama atau memiliki kelebihan tertentu. Seperti kerabat
yang berposisi sebagai juragan, imam, tokoh adat, dan lainnya. Peran
kerabat yang memiliki posisi penting memiliki andil besar dalam merubah
orientasi politik masyarakat dibawahnya.
Politik kekerabatan, akan semakin efektif digunakan bila ada elit
politik atau tokoh dan figur yang di usung diharapkan akan memenangkan
pertarungan dan figur atau elit yang diharapkan masyarakat setempat
39

untuk duduk di dalam kabinet tersebut. Untuk itu melalui perpanjangan


tangannya kekerabatan inilah elit atau figur menyampaikan juga berbagai
visi dan misi politiknya kepada para kerabat, sehingga mereka inilah yang
akan melakukan penyebaran informasi kepentingan politik.
Dengan demikian politik kekerabatan tidak hanya beroperasi ketika
mengusung atau memenangkan figur atau cabup/cawabup tertentu, tetapi
juga beroperasi setelah mereka memenangkan atau merebut kekuasaan.
Dengan demikian menjadi wajar bila nepotisme menguat, karena peran
penting kerabat tidak bisa dilupakan dan ditinggalkan. Doktrinisasi nilainilai kekeluargaan merekat kerabat menjadi memiliki rasa kebersamaan
yang kuat, sehingga mempengaruhi berbagai tindakan politik keluarga
kecil disekitarnya.
Musyawarah dan komunikasi antar kerabat mereka berbicara
tentang masa depan kehidupan, masa depan kepemimpinan daerah,
bicara tentang sosok yang dianggap mampu memimpin daerah. Prosesproses politik kekerabatan tersebut memposisikan para elit mereka lebih
unggul dan dianggap memiliki kebenaran, sehingga kerabat dikampung
akan mengikuti apa-apa yang menjadi saran, pendapat, dan keinginan
dari keluarga yang lebih besar atau juga keinginan elit dari pembawa
kepentingan politik.
Politik kekerabatan sangat penting untuk dilihat sebagai sebuah
kekuatan politik yang masih kental bermain. Untuk itu politik kekerabatan

40

harus dikendalikan oleh elit atau figur yang moralis dan intelektual,
sehingga selalu mengarah pada tindakan yang konstruktif. Namun bila
politik kekerabatan dikendalikan oleh figur atau elit yang tidak baik
(amoral) atau telah cacat, maka orientasi politik kekerabatan akan
mengarah pada tindakan destruktif. Dengan demikian politik kekerabatan
sangat tergantung kepada patron politik yang mengarahkannya.
B. Paternalistik
Dilihat dari asal katanya, paternalis artinya memiliki kesan kebapakan,
sedangkam paternalisme adalah sistem kepemimpinan yang menunjukkan
hubungan kerja antara atasan dan bawahan dilaksanakan seperti hubungan
antara bapak dan anak. Maka, kepemipinan paternalistik adalah pemimpin yang
perannya diwarnai oleh sikap kebapak-bapakan dalam arti bersifat melindungi,
mengayomi dan menolong anggota organisasi yang dipimpinnya. Tipe
kepemimpinan ini banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang masih bersifat
tradisional, umumnya di masyarakat yang agraris.28 Popularitas pemimpin yang
paternalistik di lingkungan yang demikian ini disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti:
a. Kuatnya ikatan primordial
b. extended family system
c. Kehidupan masyarakat yang komunalistik.
d. Peranan adat istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan bermasyarakat.
e. Masih dimungkinkannya hubungan pribadi yang intim antara seorang anggota
masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya.
28

http://abdulwakit.blogspot.com/2011/03/gaya-kepemimpinan.html

41

Pemimpin merupakan tempat bertanya dan menjadi tumpuan harapan


bagi pengikutnya dalam menyelesaikan masalah-masalahnya. Persepsi seorang
pemimpin yang paternalistik yang peranannya dalam kehidupan organisasional
dapat

dikatakan

diwarnai

oleh

pengikutnya.

Para

bawahan

biasanya

mengharapkan seorang pemimpin yang paternalistik mempunyai sifat yang tidak


mementingkan

diri

sendiri

melainkan

memberikan

perhatian

terhadap

kepentingan dan kesejahteraan para bawahannya. Sehingga tidak jarang terjadi


sebagai akibat dari adanya pandanagan bahwa para bawahan itu belum dewasa.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari tipe kepemimpinan
paternalistik ini diantaranya adalah:
a. Kelebihan
1. Pemimpin dihormati oleh bawahannya.
2. Mengutamakan kebersamaan.
3. Pemimpin berperan sebagai pelindung.
b. Kekurangan
1. Menganggap bawahan belum dewasa.
2. Bawahan tidak dimanfaatkan sebagai sumber informasi, ide dan saran.
3. Bawahan selalu tergantung kepada pemimpin dalam menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya.

C. Kerangka dan Skema Pikir


Politik kekuasaan mesti dipahami dari berbagai dimensi untuk
dapat melihat motif dan kepentingan. Dari segi pengertiannya, Politik
kekuasaan merupakan suatu strategi dalam memperoleh/mendapatkan
kekuasaan serta usaha untuk mempertahankan kekuasaan yang telah
42

dimiliki. Politik kekuasaan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu politik
kekuasaan yang dilakukan oleh Radjamilo dan keluarganya di Kabupaten
Jeneponto dengan mengusung anaknya sebagai calon bupati periode
2013 mendatang melihat Radjamilo sendiri tidak bisa lagi meneruskan
kekuasaannya karena telah menjabat selama dua periode. berujuk pada
pemikiran Koentjoningrat bahwa garis keturunan (kekerabatan) dan
hubungan perkawinan menurut adat merupakan dasar yang pokok dalam
susunan politik dan jaringan politik di pedesaan. Jaringan politik
kekerabatan ini dimanfaatkan untuk mengkampanyekan visi, misi, dan
program sang kandidat.29 Politik kekerabatan ini sangat penting untuk
dilihat sebagai sebuah kekuatan politik yang masih kental bermain.
Dalam mengangkat masalah politik kekuasaan keluarga, peneliti
telah melakukan penelitian pada kekuasaan yang terjadi dalam keluarga
Radjamilo pada masa jabatannya saat ini yang nantinya mempengaruhi
pencalonan anaknya sebagai bupati. Demi menunjang keberhasilan
penelitian ini maka peneliti menggunakan beberapa teori dan konsep
untuk menganalisis masalah yang diangkat antara lain yakni teori politik
kekuasaan Charles F Andrain, Alasan menggunakan teori tersebut karena
teori yang dikemukakan Andrain sesuai dengan masalah yang diangkat
yaitu membahas mengenai politik kekuasaan yang dapat diperoleh

29

Koentjoningrat. 1984 dalam buku Pahmi Sy. 2010. Politik pencitraan. Jakarta : Gaung Persada
Press (GP Press). Hal 166

43

dengan cara penggunaan sumber-sumber kekuasaan berupa potensi,


jabatan, paksaan dan dengan cara langsung dan tidak langsung.
Dari konsep diatas, peneliti mencoba menggunakan kekuatan
politik birokrasi yang juga digunakan untuk memperkaya kerangka
pemikiran dalam menjelaskan mengenai keterlibatan lembaga (birokrasi)
yang dapat mempengaruhi kekuasaan ditingkat lokal. Termasuk dalam
konteks itu adalah bagaimana pengaruh keluarga Radjamilo dalam
menguasai

birokrasi

mempengaruhi

sebagai

bawahan

dan

kekuatan
masyarakat

yang

digunakan

untuk

dalam

pemilihan

dan

pemenangan anaknya serta dukungan dari partai politik dan organisasi


masyarakat yang ada di Kabupaten Jeneponto.

Skema Kerangka Pikir


Seperti inilah kerangka pikir yang akan penulis lakukan dalam
proses pemecahan masalah diatas. Adapun skemanya sebagai berikut;

Faktor penyebab
Radjamilo mengusung
AFR
- Melanjutkan
kepemimpinan dan
Mempertahankan
kekuasaan

Kekuatan politik keluarga


Radjamilo
-

Birokrasi
Partai Politik
ormas

Calon bupati pada


pemilukada 2013

44

Skema 2.1 kerangka pikir

BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan metode penelitian yang telah digunakan
oleh penulis dalam membahas rumusan masalah yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya. Metode penelitian tersebut terdiri atas fokus
penelitian dan unit analisis data, tipe dan dasar penelitian, teknik
pengumpulan data, jenis data, pengolahan dan analisis data.

45

A. Fokus Penelitian dan Unit Analisis Data


Fokus penelitian telah dilaksanakan di Kabupaten Jeneponto
provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan Kabupaten Jeneponto sebagai
daerah penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi penelitian ini
merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang Pemilihan Kepala
Daerah (pilkada) periode 2013 akan diramaikan oleh salah satu putra
bupati. Selain itu, pemilihan lokasi ini dikarenakan melihat politik
kekuasaan yang terjadi dalam keluarga Radjamilo sebagai bupati aktif
Jeneponto saat ini yang menguasai birokrasi pada pemerintahan
Jeneponto dengan melihat posisi keluarganya yang menduduki jabatanjabatan strategis. Radjamilo sebagai incumbent tentu saja tidak bisa lagi
mencalonkan dalam Pilkada selanjutnya. Oleh karena itu, untuk tetap
mempertahankan pengaruh dan kekuasaan yang telah dimilikinya maka
dia mengusung putranya. Adapun pengusungan anaknya ini dilihat dari
posisi dia sebagai anak tertua dan memiliki jabatan yang sangat strategis
dalam

birokrasi

di

Kabupaten

Jeneponto

saat

ini.

Inilah

yang

menyebabkan Sehingga peneliti sangat tertarik dalam melakukan


penelitian ini dikarenakan melihat kekuasaan dengan nepotisme yang
begitu melekat pada tingkat daerah di kabupaten Jeneponto.
Penelitian ini juga menggunakan unit analiasi data yang berarti
satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian30. Unit
analisis Penelitian ini yaitu komunitas yang dilakukan pada Radjamilo dan
30

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi IV, Rineka Cipta,
Jakarta, 2006, hal. 143

46

keluarganya serta beberapa masyarakat yang memberikan tanggapan


yang dapat menunjang hasil penelitian.
B. Tipe Penelitian Dan Dasar Penelitian
Tipe

penelitian

ini

adalah

deskriptif,

penelitian

deskriptif

dimaksudkan untuk menggambarkan dan menganalisa faktor-faktor


penyebab keluarga radjamilo berusaha mengusung anaknya sebagai
Bupati

Kabupaten

Jeneponto

serta

untuk

menggambarkan

dan

menganalisa kekuatan poltik yang dimiliki oleh keluarga Radjamilo


sehingga mempersiapkan anaknya sebagai bakal calon Bupati Kabupaten
Jeneponto periode 2013-2018
Dasar penelitian ini adalah fenomena yaitu dengan mempelajari
kenyataan-kenyataan pada objek yang diteliti. Dimana fenomenologi ini
menyangkut fenomena politik yang menjadi perbincangan saat ini. Hal ini
bersangkutan dengan fenomena bupati incumbent yang mengusahakan
anaknya menjadi penggantinya terjadi dibeberapa tempat, seperti Bone,
Takalar, dan beberapa daerah lainnya termasuk di Kabupaten Jeneponto
sehingga penelitian ini menarik untuk dikaji. Dengan menggunakan
pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif yang dimaksudkan disini
adalah penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Fokus
perhatiannya ditujukan pada beberapa variabel, unit yang ditelaah dalam
jumlah besar sehingga individu atau kelompok yang diambil sebagai

47

informan yang diteliti (refresentatif) sehingga bisa digunakan untuk tujuantujuan deskriptif. Dalam hal ini penulis lebih fokus

meneliti terhadap

keluarga Radjamilo yang berpengaruh dalam pemerintahan serta tokohtokoh masyarakat baik yang pro maupun yang kontra.
C. Sumber Data
Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:
Data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari sumber
asli (tidak melalui media perantara) diperoleh melalui studi lapangan
dengan menggunakan teknik wawancara. Dalam pelaksanaan teknik
ini, penulis mengumpulkan data melalui komunikasi langsung dengan
para informan dan menggunakan beberapa alat untuk membantu
dalam penelitian diantaranya adalah alat tulis dan alat perekam.
Informan disini adalah Radjamilo sebagai Bupati Jeneponto yang
merupakan ayah dari AFR, Drs. H. Iksan Iskandar sebagai Sekda
sekaligus lawan politik keluarga Radjamilo, Dr. Andi Tahal Fasni
selaku Wakil Ketua DPRD Jeneponto, H. A. Baharuddin BJ S.Sos
M.Si, Drs. Marwan Lolo Gau, Dra. Ernawati MM, yang merupakan
keluarga Radjamilo, Drs. Burhanuddin BT sebagai Wakil Bupati,
Syarifuddin Dg. Talli selaku tokoh masyarakat, Abu Bakar Halim yang
merupakan PNS Jeneponto, Arifuddin Lau, ketua DPD Partai
Demokrat Jeneponto Alamsah Mahadi Kulle, Ketua DPD partai PAN
Jeneponto Syamsuddin Karlos, Ketua KNPI Jeneponto Ir. Syaiful
Syamsuddin

48

a. Data sekunder, diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara


mengumpulkan data dari buku, jurnal, media cetak, serta informasi
tertulis lainnya yang berkaitan dengan politik kekuasaan dan politik
keluarga yang dibangun oleh Radjamilo. Selain itu, juga terdapat
situs-situs atau website yang diakses untuk memperoleh data yang
lebih akurat.
D. Teknik pengumpulan Data
Sugiyono Dalam bukunya tentang memahami penelitian kualitatif
teknik

pengumpulan

data

ini

dapat

dilakukan

dengan

observasi

(pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi dan gabungan


keempatnya31. Namun dalam pengumpulan data ini penulis hanya
menggunakan wawancara (interview) dan dokumentasi.
b. Wawancara mendalam
Menurut Susan Stainback, dengan wawancara maka peneliti telah
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipasi dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal
ini tidak bisa ditemukan melalui observasi32.
Wawancara mendalam yang telah dilakukan oleh penulis
yaitu melakukan percakapan langsung dengan beberapa keluarga
Radjamilo dan beberapa tokoh masyarakat serta elit politik yang
kontra dengan keluarga Radjamilo. Sebelum wawancara dengan

31
32

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2007, hal 62


Ibid, hal. 72

49

informan peneliti menyediakan alat tulis dan alat perekam, jika


memungkinkan peneliti untuk mencatat pernyataan informan maka
peneliti tapi jika tidak memungkinkan maka peneliti merekam
wawancara dengan informan.
Wawancara

dilakukan dengan mengajukan beberapa

pertanyaan yang sebelumnnya telah disusun oleh penulis sebagai


acuan dan sifatnya tidak mengikat sehingga banyak pertanyaan
baru yang muncul pada saat wawancara terkait dengan Politik
kekuasaan keluarga Radjamilo di Kabupaten Jeneponto.
Penelitian ini telah mengambil data primer dari wawancara yang
dilakukan terhadap sejumlah informan. Adapun sejumlah informan
yang telah diwawancarai adalah : Radjamilo sebagai Bupati
Jeneponto yang merupakan ayah dari AFR, Drs. H. Iksan Iskandar
sebagai Sekda, Drs. Burhanuddin BT sebagai Wakil Bupati yang
sekaligus lawan politik keluarga Radjamilo, Dr. Andi Tahal Fasni
selaku Wakil Ketua DPRD Jeneponto, H. A. Baharuddin BJ S.Sos
M.Si, Drs. Marwan Lolo Gau, Dra. Ernawati MM, yang merupakan
keluarga Radjamilo, Syarifuddin Dg. Talli selaku tokoh masyarakat,
Abu Bakar Halim yang merupakan PNS Jeneponto, Arifuddin Lau,
Alamsah

Mahadi Kulle

selaku

ketua

DPD Partai Demokrat

Jeneponto, Syamsuddin Karlos yang merupakan Ketua DPD partai


PAN Jeneponto, Ir. Syaiful Syamsuddin Ketua KNPI Jeneponto

50

Pada saat penelitian, peneliti disambut baik oleh informan,


dan informan antusias menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti sehingga informasi politik kekuasaan keluarga
Radjamilo dapat diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Ada
sejumlah informan yang memilih untuk langsung melakukan
wawancara pada saat peneliti menyampaikan maksud dan
tujuannya menemuinya, ada pula yang membuat kesepakatan
waktu tertentu untuk melakukan wawancara dengan peneliti,
misalnya pada saat istirahat jam kerja atau pada saat istirahat
dirumah. Itu tidak menjadi kedala bagi penulis. Namun ada
beberapa anggota keluarga Radjamilo yang tidak mau memberikan
informasi mengenai hal penelitian ini dengan alasan tidak pada
porsinya untuk memberikan informasi, sehingga peneliti tidak bisa
melakukan wawancara terhadap beberapa informan tersebut.
c. Studi Pustaka dan Dokumen
Pada studi pustaka, penulis melakukan pengumpulan data
yang berhubungan dengan penelitian yaitu membaca sumbersumber literature mengenai informasi menjelang pilkada khususnya
yang terjadi di Kabupaten Jeneponto, surat kabar dan informasi
tertulis lainnya yang membahas tentang hal tersebut. Teknik ini
digunakan untuk menunjang data primer atau data utama yang
diperoleh dari informan. Teknik ini sangat membantu penulis dalam
menelusuri pembahasan melalui tulisan-tulisan yang pernah ada

51

sehingga dengan mudah penulis mengaitkan antara informasi yang


dipaparkan oleh informan dengan informasi tertulis yang ada
sebelumnya.
E. Teknik Pengolahan Data
Data kualitatif telah dibuatkan kategori dari klasifikasi berdasarkan
spesifikasi data. Kategori dari klasifikasi data dimaksudkan untuk
menjelaskan seluruh fenomena politik yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
Sedangkan untuk data kuantitatif peneliti gunakan hanya sebagai
bahan untuk melengkapi/menyempurnakan kekurangan dari data kualitatif
yang telah diperoleh.
F. Teknik Analisis Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan dari informan kemudian
diolah dan dianalisa secara kualitatif. Karena objek kajiannya adalah
masyarakat

dan tokoh politik, dimana memiliki cara berpikir dan cara

pandang yang berbeda maka penelitian ini membutuhkan analisa yang


mendalam dari sekedar penelitian kuantitatif yang sangat bergantung
pada kuantifikasi data.
Penelitian kualitatif ini merupakan paradigma penelitian yang
menekankan pada pemahaman mengenai masalahmasalah dalam
kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang
holistis, kompleks, dan rinci. Penelitian yang menggunakan pendekatan

52

induksi yang mempunyai tujuan penyusunan konstruksi teori atau


hipotesis melalui pengungkapan fakta.
Penelitian ini telah mencoba memahami apa yang dipikirkan oleh
keluarga Radjamilo dalam melatarbelakangi pengusungan anggota
keluarga yaitu Ashari F. Radjamilo sebagai Bupati Jeneponto periode
2013 serta kekuatan yang menjadi pegangan dalam pengusungan Ashari.
Analisa ini bertujuan agar temuan-temuan dari kasus-kasus yang terjadi di
lokasi penelitian dapat dikaji lebih mendalam dan fenomena yang ada
dapat digambarkan secara terperinci, sehingga apa yang menjadi
pertanyaan dalam penelitian ini nantinya bisa terjawab dengan maksimal.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unitunit, melakukan sintesa, menyusun
ke dalam pola, memilih mana yang penting dan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.33
Proses analisis data dilakukan pada waktu bersamaan dengan
proses pengumpulan data berlangsung. Analisis data dilakukan malalui
tiga alur, yakni;
1. Reduksi Data.
2. Penyajian Data.
33

Sudarwan Darmin, Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Prestasi dan Publikasi
Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan
dan Humaniora, Pustaka Setia, Bandung, 2002, hal. 51

53

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi.

1.

Reduksi Data (Data Reduction)


Peneliti melakukan pengumpulan data-data yang berhubungan
dengan penelitian melalui wawancara, kajian pustaka, observasi dan
sebagainya. Dalam hal wawancara peneliti menggunakan perekam
suara seperti hp, daftar pertanyaan dan lain-lain. Pada saat
pengumpulan data, peneliti berhati-hati dalam mencatat data jangan
sampai

dicampurkan

dikumpulkan

adalah

dengan

pikiran

peneliti.

Data-data

yang

data-data

yang

relevan,

sehingga

politik

kekuasaan keluarga Radjamilo di Kabupaten Jeneponto dapat


digambarkan secara jelas pada hasil penelitian yang berupa
kesimpulan.

2.

Sajian Data
Selanjutnya, setelah reduksi data penulis membuat sajian data
hasil wawancara penulis dengan membuat susunan informasi yang
diperoleh berupa deskripsi, kemudian mengaitkan dengan tinjauan
teoritis

dan

kemudian

menganalisis

data

tersebut

dengan

menempatkan dimana posisi penulis melihat fenomena tersebut dalam


hal ini politik kekuasaan keluarga Radjamilo di Kabupaten Jeneponto
3.

Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

54

Tahap terakhir dalam analisa data adalah Penulis menarik


kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah
dirumuskan sejak awal. Dari berbagai hal yang ditemui dalam
pengumpulan data mengenai politik kekuasaan keluarga Radjamilo di
Kabupaten Jeneponto, penulis kemudian melakukan pencatatan polapola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi, alur sebabakibat dan berbagai proposisi. Hal itu kemudian diverifikasi dengan
temuan-temuan data selanjutnya dan akhirnya sampai pada penarikan
kesimpulan akhir dengan cara didiskusikan untuk mengembangkan
apa yang disebut konsensus antar subjektif.

BAB IV
GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Dalam bab ini, penulis akan memaparkan beberapa bagian- bagian


yang diharapkan dapat memberikan gambaran umum yang berkaitan
dengan penelitian yang dipakai dalam memberikan pandangan awal
terhadap objek-objek penelitian yang penulis gunakan. Adapun bagian-

55

bagian yang dibahas antara lain, gambaran umum Kabupaten Jeneponto


dan gambaran umum Radjamilo dan keluarganya.
A. Gambaran Umum Kabupaten Jeneponto
1. Letak Geografi
Letak Geografi dan Luas Wilayah Kabupaten Jeneponto terletak
antara 5o23'12 5o421,2 Lintang Selatan dan 119o29'12
119o5644,9 Bujur Timur dengan batas sbb;
-

Sebelah Utara dengan Kabupaten Gowa dan Takalar

Sebelah Timur dengan Kabupaten Bantaeng

Sebelah Selatan dengan Laut Flores

Sebelah Barat dengan Kabupaten Takalar


Luas wilayah Kabupaten Jeneponto tercatat 749,79 km persegi

yang meliputi 11 kecamatan.


Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto, 2010.

1. Penduduk
Penduduk Kabupaten Jeneponto pada tahun 2010 berjumlah
342.700

orang yang tersebar di 11 kecamatan dengan jumlah

penduduk terbesar di Kecamatan Binamu yaitu sebanyak 52.420


orang. Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin
perempuan lebih banyak dari pada penduduk yang berjenis kelamin
laki-laki, pada tahun 2010 jumlah penduduk perempuan sebesar
176.316 orang dan laki-laki sebanyak 166.384.
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto, 2010.

2. Pemerintahan
56

Pemerintah Daerah Kabupaten Jeneponto mencakup 113 desa /


kelurahan dengan rincian 82 desa dan 31 kelurahan. Ditinjau dari
tingkat perkembangan desa / kelurahan, potensi yang banyak
dijumpai yaitu potensi rendah sebanyak 93 Desa / Kelurahan
menyusul potensi sedang sebanyak 19 Desa / Kelurahan dan
potensi tinggi sebanyak 1 Kelurahan.
Sumber

Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Pemberdayaan

Masyarakat, 2010
Pada tahun 2010 anggota DPRD Kabupaten Jeneponto sebanyak
35 orang yang terdiri dari Fraksi P.Golkar sebanyak 4 orang, Fraksi
PPP sebanyak 3 orang, Fraksi PAN sebanyak 4 orang, Fraksi Nurani
Rakyat sebanyak 5 orang, Fraksi Demokrat sebanyak 3 orang,
Fraksi Kesatuan sebanyak 4 orang, Fraksi Keadilan Sejahtera
sebanyak 3 orang dan Fraksi Barisan Kebangsaan sebanyak 9
orang.
Dalam menjalankan tugasnya DPRD Kabupaten Jeneponto telah
mengeluarkan beberapa peraturan dan keputusan keputusan daerah
dari tahun 2007 sampai tahun 2010.
BANYAKNYA KEPUTUSAN DPRD KABUPATEN JENEPONTO TAHUN
2007-2010
Tabel 3.2
produk

2007

2008

2009

2010

Peraturan

18

daerah

57

Keputusan

11

13

10

Sumber : Sekretariat DPRD Kabupaten Jeneponto, 2010

B. Gambaran Umum Keluarga Radjamilo


Radjamilo merupakan bupati aktif saat ini yang telah memegang
masa jabatan selama dua periode. Istrinya bernama Hj. Pattahani
Radjamilo yang menjadi ketua penggerak PKK dan memiliki delapan
orang anak yang dua diantaranya telah meninggal dunia. Kelima anaknya
telah menduduki jabatan dalam pemerintahan di Kabupaten Jeneponto
sedangkan anak yang terakhirnya masih dalam bangku perkuliahan.
Selain anak dan saudaranya, terdapat beberapa anggota keluarga
lainnya

yang

menduduki

jabatan-jabatan

dalam

pemerintahannya

termasuk ipar, menantu, besan sampai dengan sepupu dan keponakankeponakannya. Adapun keluarga Radjamilo yang memiliki peranan dalam
pemerintahan antara lain :
-

Ashari Fakhsiri Radjamilo Kr. Raja : Kepala Dinas pendidikan yang


sekaligus mencalonkan diri sebagai bupati Jeneponto 2013 (anak
dari Radjamilo). Dengan awal karir Setelah lulus dari STPDN, ia
kemudian diangkat menjadi lurah, kemudian camat, kemudian
menjadi kabag humas lalu menjadi staf ahli Bupati dan saat ini
menjabat sebagai kepala dinas pendidikan yang sebelumnya
menjabat sebagai kepala dinas Transkernas-sos BLK.

58

Sri Lita Irtani Kr. Caya : Sekretaris Dinas Kelautan (anak dari
Radjamilo). Yang mendapatkan jabatan saat ini tanpa karir yang
begitu matang, penempatan sebagai sekretaris dikarenakan
kedudukan yang dimiliki ayahnya

Suci Fitriani Kr. Siang: Kepala Bidang Mutasi BKD (anak dari
Radjamilo). Yang kemudian menjadi Kepala Dinas BKD yang
menggantikan Kr. Nai setelah niat pencalonannya sebagai bakal
calon bupati Jeneponto

Hj. Intan Dianti : Kepala Seksi Kelurahan (anak dari Radjamilo).


Yang mendapatkan jabatan saat ini tanpa karir yang begitu matang,
penempatan jabatan ini dikarenakan kedudukan yang dimiliki
ayahnya

Marwan Lolo Gau : Kepala Dinas Perikanan (saudara Radjamilo),

Haerul Gassing Kr. Kuri : kepala Dinas Transkernas-sos BLK


(menantu Radjamilo), yang awal karirnya merupakan lurah balang,
kemudian menjadi camat Binamu, lalu sekretaris dinas pendidikan
kemudian menduduki jabatannya saat ini dengan silang jabatan
dengan Ashari yang dulunya sebagai Kepala Dinas Transkernas.

Andi

Rizal Burhanuddin : Kepala Bidang Akuntansi (menantu

Radjamilo),
-

Hj. Enny Agustina Baharuddin, S.Sos (menantu Radjamilo) : Lurah


Empoang

59

Ir. Andi Burhanuddin S. Baso : Kepala Dinas PU yaitu (besan


Radjamilo),

Patarai A. Burhan : Camat Taroang (keponakan Radjamilo), dan

Pahmi Sulfikar : Kepala Bidang Aset PPKD (keponakan Radjamilo).


Jabatan-jabatan yang dimiliki oleh keluarga Radjamilo yang

menduduki hampir semua struktur yang ada di Jeneponto merupakan


bagian dari kekuatan yang dimiliki oleh keluarga dalam mengkoordinir
pengaruh dan dukungan untuk pencalonan Ashari Fakhsiri Radjamilo
sebagai Bupati Jeneponto pada periode 2013-2018 mendatang.
Radjamilo merupakan keturunan Karaeng dengan status nenek
moyang yang sudah memegang peranan penting dalam pemerintahan
sehingga telah banyak dikenal masyarakat Jeneponto, serta memiliki
keluarga yang telah berhasil dan menyebar diberbagai daerah dan kota
seperti Kr. Nai yaitu saudara Radjamilo yang telah berkarir di Jakarta
Pusat sebagai pejabat. Saudara dari ibunda Radjamilo sendiri merupakan
Kr. Bontotangnga yang sangat diperhitungkan di daerah Jeneponto
begitupun adik Kr. Milo yang merupakan Kr. Paitana.34 Ini menjelaskan
bahwa

Radjamilo

memang

berasal

dari

keturunan

Karaeng.

Kedudukannya sebagai Karaeng di Jeneponto mengantarkannya pada


kemenangannya sebagai Bupati yang terpilih selama dua periode.
Kemenangan yang diperoleh Radjamilo sebagai golongan karaeng ini

34

Sumber : hasil wawancara dengan Drs. Marwan Lolo Gau (Ipar Radjamilo), 4 Juli 2012

60

merupakan pertama kalinya golongan Karaeng terpilih menjadi kepala


daerah selama dua periode berturut-turut di Kabupaten Jeneponto.
Dua periode masa pemerintahannya tentu saja Radjamilo memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam menjalankan tugasnya. Adapun
keberhasilan dalam pemerintahan Radjamilo dapat dilihat dari tiga
kebijakan antara lain pembangunan jalan raya sampai ke desa-desa,
pendidikan dan kesehatan. Ketiga kebijakan ini mendapatkan porsi besar
dalam agenda pembangunan daerah di Jeneponto. Yang pertama ditandai
dengan keberhasilan Radjamilo menciptakan pembangunan sarana jalan
raya yang menghubungkan antar daerah pedesaan. Sebagaimana
dituturkan oleh masyarakat umum yang mengatakan bahwa selama satu
periode pemimpin Jeneponto, Radjamilo berhasil memperluas jaringan
jalan raya dalam waktu yang relatif singkat.35 Hal ini merupakan bukti
keseriusan Radjamilo terhadap pembangunan pedesaan. Karena itu,
orientasi dan kebijakan pembangunan selama kepemimpinannya dalam
periode pertama banyak difokuskan pada daerah pedesaan ketimbang di
kawasan perkotaan.
Kebijakan
kepemimpinan

kedua

Radjamilo

adalah
sektor

bidang

pendidikan.

Selama

pendidikan

benar-benar

dibenahi.

Komitmen politik Radjamilo terhadap pendidikan terus berlanjut. Dalam


APBD 2008, Pemkab Jeneponto mengganggarkan Rp 9,5 miliar untuk
menyukseskan program pendidikan gratis. Dana ini dialokasikan untuk

35

http://akhmadsatori.blogspot.com/2012/02/11/kemenangan-karaeng-dalam-pilkada.html

61

320 sekolah dasar (SD) dan sederajat serta 103 sekolah menengah
pertama (SMP) dan sederajat di daerah tersebut. Anggaran ini disalurkan
tiga tahap setiap dua bulan sekali.
Kebijakan ketiga adalah bidang kesehatan. Tenaga medis
beberapa tahun terakhir ini terus menerus ditambah untuk mendekati porsi
yang ideal sehingga pelayanan kepada masyarakat dibidang kesehatan
dapat ditingkatkan kualitas dengan upaya penyediaan akses kesehatan
yang lebih murah dan merata.36 Ini dilakukan agar pelayanan terhadap
masyarakat dapat terpenuhi dengan baik.
Namun dari keberhasilan ini terdapat juga kegagalan dalam
pemerintahannya terutama pada masa jabatannya pada periode kedua
antara lain : tingkat IPM diberbagai daerah di Kabupaten Jeneponto yang
sangat memprihatinkan, kebersihan yang tidak terurus, keamanan yang
tidak bagus serta tatanan kota yang tidak beraturan. Juga jalan poror yang
sudah terbengkalai.37

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

36

Lay, Cornelis (ed).2007. Membangun NKRI dari Bumi Tambun Bungai Kalimantan Tengah. JIPUGM. Jogjakarta

37

Sumber : hasil wawancara dengan DR. Tahal Fasni (Wakil Ketua DPRD Jeneponto), 9
Juli 2012

62

Meski pemilihan kepala daerah kabupaten Jeneponto akan diadakan


pada akhir tahun 2013 mendatang, namun kabar serta publikasi mengenai
bakal calon Bupati yang akan ikut nanti telah ramai terlihat dan
dibicarakan oleh masyarakat di daerah ini bahkan media-media massa
pun telah banyak memuat tentang hal ini. Jika dilihat dari publikasi dalam
bentuk media visual seperti baliho, poster, sticker, dan lain-lain, maka
dapat diuraikan bahwa saat ini terdapat beberapa bakal calon yang akan
bertarung nantinya antara lain:
-

Ashari Fakshiri Radjamilo - Kadis Pendidikan (anak bupati


Radjamilo)

Ikhsan Iskandar - Sekretaris Daerah (Sekda) Jeneponto (anak


mantan bupati Ishak Iskandar )

Burhanuddin Baso Tika - Wakil Bupati Jeneponto (adik mantan


bupati Baharuddin BT)

Baharuddin Kr Nai - Asisten I, Pemkab Jeneponto.

Tanmalaka Guntur - mantan Kepala Bappeda Sulsel.

Maddo Pammusu - Direktur PLTU Jeneponto.

H Isnaad Ibrahim SH - Legislator dari PKS.

Mulyadi Mustamu - Ketua DPRD Kabupaten Jeneponto.


Rencana pencalonan Ashari Fakshiri Radjamilo yang tak lain adalah

anak dari Radjamilo selaku bupati saat ini menjadi fokus penelitian dimana
pencalonannya ini diduga merupakan suatu strategi untuk tetap
mempertahankan kekuasaan agar tetap berada dalam lingkup keluarga
63

Radjamilo, bupati saat ini karena sudah tidak dapat lagi mencalonkan diri
pada periode ketiga. Tentu saja dalam pencalonan anaknya ini, secara
langsung atau tidak Radjamilo tentunya memberikan dukungan, apalagi
melihat dirinya masih memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam
pemerintahan,

kekuatan

dan

kekuasaan

ini

dipergunakan

untuk

mengendalikan birokrasi sebagai salah satu alat politik yang sangat kuat
maka aparat pemerintah daerah pun berada dibawah tekanan yang
memaksa mereka untuk memberikan dukungan meski dengan cara
terpaksa dan tidak sepenuh hati. Hal ini didasarkan hasil wawancara yang
penulis lakukan dengan salah satu PNS Jeneponto, Abu Bakar Halim :
.....seperti yang dikatahui bahwa yang menempati posisi strategis
yaitu anggota keluarga sendiri tentu saja sangatlah berpengaruh
dimana adanya tekanan serta ancaman bagi bawahan yang
membangkang terhadap pendukungan AFR38
Birokrasi atau aparat pemerintah dikerahkan untuk mempengaruhi
rakyat, melalui himbauan partisipasi maupun mobilisasi, maka bukan hal
yang aneh jika di berbagai pilkada, calon incumbent atau keluarga
incumbent

kerap

mampu

memperoleh

dan

mempertahankan

kekuasaannya.
Jabatan sebagai kepala daerah dua kali berturut-turut inilah merupakan
salah satu cikal bakal terbangunnya dinasti politik. Dengan memegang
kekuasaan selama dua periode, cukup bagi kepala daerah untuk
membuat poros-poros politik yang strategis dalam melembagakan

38

Wawancara dengan PNS, Abu Bakar Halim, 12 Juli 2012

64

kekuatannya. Akibatnya, hampir tidak ada figur lain yang mampu


menyaingi tingkat popularitas sang incumbent.
Dalam posisi sebagai pemegang kekuasaan dan memiliki kekuatan
yang memadai namun tidak berhak lagi untuk mencalonkan diri kembali,
maka demi mempertahankan eksistensinya di lingkaran kekuasaan, para
incumbent kerap mencari pelanjut di lingkup keluarga. Ini sejalan dengan
perspektif politik praktis,

jika seorang figur atau elite politik masih

mempunyai kekuasaan dan kekuatan, tetapi tidak memiliki tujuan yang


lebih tinggi, maka kecenderungannya adalah mempertahankan status quo
dengan jalan mendukung seorang figur untuk melanjutkan apa yang telah
dimilikinya. Kekuasaan yang telah dipegang terutama dalam hal monopoli
keluarga pada jabatan-jabatan strategis dalam pemerintahan juga tentu
saja menjadi alasan untuk tetap mempertahakan kekuasaan tersebut.
Keluarga Radjamilo yang sangat menguasai jalannya pemerintahan di
Kabupaten Jeneponto juga memiliki peranan penting dalam pendukungan
anggota keluarganya.

1. Penyebab Keluarga Radjamilo mengusung AFR dalam Pemilukada


2013-2018
Radjamilo sebagai incumbent yaitu Bupati Jeneponto selama dua
periode tentu saja

tidak lagi bisa mencalonkan diri kembali pada

pemilukada yang akan datang, sesuai dengan Undang-Undang No. 32

65

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam pasal 58 ayat (o)


tentang persyaratan Calon Kepala Daerah disebutkan bahwa seorang
calon belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil kepala
daerah selama dua kali masa jabatan dalam jabatan yang sama.39 untuk
itu keluarga Radjamilo kembali mengusung salah satu anggota keluarga
yaitu Ashari Fakhsiri Radjamilo yang merupakan anak dari Radjamilo
sendiri. Tentu saja dalam pengusungan ini terdapat alasan yang melatar
belakangi sehingga keluarga berusaha untuk mengusung Ashari sebagai
bakal

calon

bupati

Jeneponto

yaitu

untuk

tetap

melanjutkan

kepemimpinan dan meneruskan kekuasaan ayahnya :


Melanjutkan Kepemimpinan dan Mempertahankan Kekuasaan
Radjamilo dalam menjabat sebagai Bupati Kabupaten Jeneponto
selama dua periode tentu saja telah memiliki kekuatan politik sehingga
dapat mempertahankan kepemimpinannya selama ini. Radjamilo memang
sangat dikenal dekat dengan semua lapisan masyarakat di daerah ini, dia
tidak segan untuk bergaul dan bersentuhan langsung dengan masyarakat
tanpa memandang status sosial, dapat dilihat dengan seringnya
menghadiri acara-acara baik formal maupun non-formal yang diadakan
oleh masyarakat-masyarakat setempat. Selain itu, sebelum Radjamilo
menjabat sebagai bupati dia telah dikenal oleh masyarakat karena sejak
awal berkarir dipemerintahan dia telah banyak melakukan hubungan
secara langsung dengan masyarakat dalam hal ini pada saat Radjamilo

39

UU no. 32 thn 2004 dalam pasal 58 ayat o persyaratan calon kepala daerah

66

menjabat sebagai PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) hingga menjadi


Kepala Dinas Pertanian. Itulah salah satu faktor yang secara tidak
langsung menciptakan hubungan emosional yang dekat antara Radjamilo
dengan

masyarakat

setempat.

Seperti penuturannya

sendiri

saat

diwawancarai di kediaman Rujab Bupati :


....kalau saya lihat yang pertama masalah takdir, memang
mungkin karena saya star bekerja dari bawah mulai dari PPL
(Penyuluhan Pertanian Lapangan) sampai keatas, hingga pada
tingkat kabupaten yang tertinggi yaitu bupati. Sehingga dari situlah
masyarakat dapat melihat , bagaimana pergaulan kita selain itu saya
senang melakukan komunikasi dengan keluarga seperti menghadiri
undangan-undangan. Sehingga dari situlah terbentuk jaringanjaringan baik dari jaringan keluarga, masyarakat, jaringan sosial
maupun kedinasan sehingga saat terpilih menjadi ketua golkar saya
terpilih menjadi anggota DPRD. Selain itu pernah menjadi kepala
dinas pertanian. Dari dinas inilah yang notabene jeneponto 70%
berada pada sektor pertanian maka secara tidak langsung simpati
masyarakat sangat banyak dan sudah mengenal saya karena selalu
terjun langsung bertemu dengan masyarakat saat itu.40
Serta pada penuturan salah satu anggota keluarganya yaitu Marwan
Lolo Gau selaku adik ipar dari Radjamilo sekaligus menjabat sebagai
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan yang melihat Radjamilo sebagai
seorang figur ayah dan pemimpin dalam pemerintahan berpendapat
bahwa :
....sebagai seorang ayah Radjamilo sangatlah bijak dalam
mengurus dan mengkoordinir keluarga, pengambilan keputusan tidak
serta merta dia lakukan melainkan melakukan diskusi-diskusi bersama
seluruh anggota keluarga sekalipun dalam hal ini dialah yang
memberikan pengarahan-pengarahan. Sedangkan sebagai seorang
pemimpin radjamilo sangatlah baik dan berhasil dalam menjalankan
tugas sebagai kepala daerah dapat dilihat dari keberhasilannya di
bidang pembangunan daerah dimana pengaspalan jalan sudah
menembus ke desa-desa terpencil sekalipun, hal ini dilakukan karena
40

Wawancara dengan Bupati Jeneponto, Drs. H. Radjamilo MP, 26 Juni 2012

67

background radjamilo sendiri adalah anak petani sehingga betul-betul


ingin memajukan daerah yang notabene agraris.41
Selain itu pengakuan dari lawan politiknya Sekda Jeneponto yaitu Drs.
H. Ikhsan Iskandar M.Si juga memaparkan bahwa dalam bersosialisasi
dengan masyarakat serta keluarga, Radjamilo memang seorang sosok
figur pemimpin yang kebapakan dimana dalam hal berinteraksi dengan
keluarga dan masyarakat umumnya dia selalu memberikan arahanarahan.
...tipe kepemimpinan bupati dapat dilihat dari kepemimpinan top
leader management yaitu pemimpin yang melaksanakan fungsi-fungsi
perencanaan, planning, organisasi (administrasi), actuating, controling
tidak bagus. Kepemimpinan sebagai tokoh yaitu tipe kebapakan
dengan pengarahan kepada anggota keluarga dan masyarakat bagus
serta aplikatif, namun pada kepemimpinan pemerintahannya belum
optimal bahkan tidak optimal.42
Dari wawancara diatas menjelaskan bahwa dalam hal pemerintahan
Radjamilo masih memiliki kegagalan dalam kepemimpinannya, namun jika
dilihat dari segi ketokohannya dia merupakan sosok pemimpin yang dapat
dikatakan panutan dalam keluarga dan dapat mengontrol masyarakatnya,
ini dapat dilihat berdasarkan tipe kepemipinan paternalistik yaitu pemimpin
yang perannya diwarnai oleh sikap kebapak-bapakan dalam arti bersifat
melindungi, mengayomi dan menolong anggota organisasi yang dipimpinnya.
Tipe kepemimpinan ini banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang masih
bersifat tradisional, umumnya di masyarakat yang agraris.43 Sebagaimana yang
diketahui bahwa Kabupaten Jeneponto merupakan daerah yang sebagian besar

41

Wawancara dengan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jeneponto, Drs. Marwan Lolo Gau, 4
Juli 2012
42
Wawancara dengan Sekda Jeneponto, Drs. H. Ikhsan Iskandar M.Si, 9 Juli 2012
43
http://abdulwakit.blogspot.com/2011/03/gaya-kepemimpinan.html

68

wilayahnya merupakan lahan pertanian, Radjamilo yang sebelumnya menjadi


Bupati merupakan Kepala Dinas Pertanian telah banyak dikenal oleh
masyarakatnya sebab dalam masa jabatannya tersebut dia sering terjun
langsung kelapangan bertemu langsung dengan para petani. Hal inilah yang
menjadi salah satu penyebab terpilihnya Radjamilo sebagai bupati pada awal
pencalonannya

dan

kembali

memenangkan

pemilukadan

pada

periode

berikutnya. Beranjak dari keberhasilan ini, Radjamilo merasa optimis untuk


memberikan dukungan kepada AFR untuk maju sebagai bakal calon bupati. Hal
ini senada dengan pernyataan Radjamilo :

...tentu saja tidak ada orang tua yang tidak menginginkan anaknya
bisa lebih baik darinya, pasti saya sendiri sangat berharap bisa
memenangkan pilbup ini, tapi itu kembali lagi kepada takdir seseorang.
Dengan memenangkannya nanti saya berharap nantinya bisa
melanjutkan kepemimpinan dan program kerja yang sudah ada.44

Berdasarkan pernyataan Radjamilo di atas, dapat diketahui bahwa secara


pribadi Radjamilo memang sangat berharap anaknya dapat melanjutkan
kepemimpinan yang telah dia bangun. Selain itu, pernyataan diatas juga

menjadi salah satu alasan yang dilihat oleh keluarga untuk tetap
mempertahankan kepemimpinan dengan memilih anak Radjamilo sendiri
yaitu Ashari Fakhsiri Radjamilo untuk ikut serta dalam pemilukada pada
periode 2013-2018 mendatang dengan melihat sosok dari ayahnya ini,
dimana mereka berpendapat bahwa sifat seorang anak tidak jauhlah
dengan sifat yang dimiliki ayahnya. Selain itu dalam keluarga, Ashari
merupakan putra sulung Radjamilo. Dari 8 bersaudara, Asharilah yang

44

Wawancara dengan Bupati Jeneponto, Drs. H. Radjamilo MP, 26 Juni 2012

69

bisa dikatakan paling berpengalaman dalam bidang kepemerintahan


dibandingkan saudara-saudaranya yang lain. Setelah lulus dari STPDN, ia
kemudian diangkat menjadi lurah, kemudian camat, kemudian menjadi
kabag humas lalu menjadi staf ahli Bupati dan saat ini menjabat sebagai
kepala dinas pendidikan yang sebelumnya menjabat sebagai kepala dinas
transkernas-sos.
Majunya Ashari, selain dikarenakan atas inisiatifnya sendiri juga
merupakan hasil kesepakatan dari keluarga khususnya sang ayah dan
saudara-saudaranya. Hal ini diperkuat dengan informasi yang diperoleh
melalui wawancara dengan Radjamilo:
...saat berniat untuk mencalonkan diri saya tidak tahu, setelah dia
yakin akan niatnya itu barulah dia datang dan melakukan diskusi,
pastinya keluarga sangat apresiatif dengan niat tersebut untuk
kebaikannya utamanya saya dan saudara-saudaranya karena tidak
ada keluarga yang tidak menginginkan keluarganya sukses. Tapi
pencalonannya ini juga berdasarkan kesadaran akan kemampuan
yang dilihat dari jenjang karir yang dia miliki yaitu setelah lulus SMA
dia melanjutkan studi di IPDN kemudian jadi lurah, camat binamu,
kasubag humas, staf ahli kemudian menjadi kepala dinas.45
Jika majunya AFR ini dilihat berdasarkan atas kemampuan yang dimiliki
maka politik yang dilakukan oleh keluarga dalam usaha mempertahankan
kekuasaan dapat dikatakan mampu membangun pemerintahan yang akan
dipegang selanjutnya. Untuk itu, jika politik kekerabatan ini dikendalikan
oleh elit atau figur yang moralis dan intelektual, sehingga selalu mengarah
pada

tindakan

yang

konstruktif.

Namun

bila

politik

kekerabatan

dikendalikan oleh figur atau elit yang tidak baik (amoral) atau telah cacat,

45

Wawancara dengan Bupati Jeneponto, Drs. H. Radjamilo MP, 26 Juni 2012

70

lebih kepada mempertahankan status kekuasaan keluarga maka orientasi


politik kekerabatan akan mengarah pada tindakan destruktif yang tentu
saja akan menimbulkan nepotisme yang akan merugikan bagi yang tidak
memiliki hubungan erat dengan keluarga tersebut. Dengan demikian
politik kekerabatan sangat tergantung kepada patron politik yang
mengarahkannya.
Keyakinan keluarga besar Radjamilo dalam menetapkan Ashari
sebagai bakal calon yang akan melanjutkan kepemimpinan sang ayah
bukanlah merupakan proses yang mudah. Keterlibatan seluruh keluarga
besar yang dilibatkan dalam rapat keluarga guna menetapkan hal ini
dipertegas dengan pernyataan oleh Marwan Lolo Gau selaku adik ipar
dari Radjamilo sekaligus menjabat sebagai Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan yang ditemui di kantornya pada Rabu 4 Juli 2012, menuturkan:
...pengusungan AFR memang merupakan kesepakatan keluarga
besar karena keluarga merupakan inti yang tidak akan mensia-siakan
kesempatan ini seperti kemenangan yang sudah diperoleh
sebelumnya, keluarga sudah mengkaji dengan mengumpulkan semua
anggota termasuk saudara yang di Jakarta dipanggil untuk membahas
niat pencalonannya yang dimana terbentur dengan konsep UU yang
akan melarang anggota keluarga yang telah menjabat untuk
mencalonkan lagi, namun dari hasil pembahasan keluarga masih
tetap mendukung dan mempertahankan agar tetap maju dikarenakan
ini barula konsep yang belum pasti. Hal ini juga berdasarkan
pengenalan kepada masyarakat dimana AFR memiliki poling tertinggi
serta finansial yang mencukupi.46
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Ashari memang telah dipersiapkan untuk maju dalam Pilkada nanti

46

Wawancara dengan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jeneponto, Drs. Marwan Lolo Gau, 4
Juli 2012

71

berdasarkan hasil poling dan finansial yang mencukupi. Dari pernyataan


tersebut usaha dan keyakinan keluarga dalam mendukung Ashari tentu
saja sudah bulat, berdasarkan konsep koentjoningrat yang menjelaskan
bahwa garis keturunan (kekerabatan) dan hubungan perkawinan menurut
adat merupakan dasar yang pokok dalam susunan politik dan jaringan
politik di pedesaan. Jaringan politik kekerabatan ini dimanfaatkan untuk
mengkampanyekan visi, misi, dan program sang kandidat. Setiap kerabat
yang

menjadi

penyambung

lidah

dari

kandidat

dibekali

dengan

pengetahuan-pengetahuan tentang kelebihan sang kandidat. Hal inilah


yang menjadi keyakinan untuk memajukan anggota keluarga yang dalam
hal ini adalah anak dari sang pemegang kekuasaan yang tentu saja tidak
serta-merta mengusung tetapi telah dipikirkan secara matang dengan apa
yang telah diketahui oleh anggota keluarga yang mengusung.
Meski keluarga menyadari bahwa Ashari lebih unggul dari segi poling
dan finansial, namun itu tidak membuat beberapa anggota keluarga untuk
tidak ikut ambil bagian dalam pesta demokrasi ini. Terbukti dengan
adanya anggota keluarga yang juga ikut serta untuk bersaing dengan
Ashari, seperti H. A. Baharuddin BJ. S.Sos. M.Si sebagaimana
penuturannya yang diwawncarai pada hari Selasa, tanggal 3 Juli 2012 di
kediamannya di jalan Pelita, Bangkala kab. Jeneponto

72

....dalam pihak keluarga tentu saja sudah terbagi apalagi adanya


kepentingan-kepentingan yang tidak lagi terpenuhi sehingga sudah
ada yang lari kepihak yang lainnya.47
Dari pernyataan diatas menunjukkan bahwa adanya kekecewaan bagi
beberapa anggota keluarga yang menimbulkan adanya perpecahan dalam
internal keluarga Radjamilo dimana dukungan tidak lagi penuh kepada
Ashari. Namun meski demikian sekali lagi Marwan Lolo Gau menegaskan
bahwa sebagian besar keluarga berkomitmen untuk tetap mendukung
Ashari:
...seperti yang saya katakan sebelumnya banyak dari anggota
keluarga yang juga mengusungkan diri sebagai bakal calon bupati,
tapi 70% dari anggota keluarga baik besar maupun kecil dari pelosok
daerah di Jeneponto lebih mendukung AFR yang memang juga
dikarenakan melihat dia sebagai anak dari Radjamilo yang merupakan
bupati selama 2 periode yang telah memimpin dengan baik dengan
melihat pribahasa dimana buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Inilah
yang menjadi pertimbangan keluarga sehingga lebih mendukung
AFR.48
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat diketahui bahwa dari
sekian banyak anggota keluarga yang ingin maju sebagai bakal calon
Bupati, Asharilah yang kemudian disepakati oleh hampir seluruh anggota
keluarga besar Radjamilo karena dianggap mampu dan cakap untuk
menggantikan posisi sang ayah, di samping itu juga, keberhasilan sang
ayah merupakan faktor utama yang dilihat dan dirasakan oleh keluarga
sehingga tetap bersikukuh untuk mendukung Ashari. Radjamilo yang telah
menjabat selama dua periode di nilai dalam keluarga telah berhasil dan
47

Wawancara dengan Pensiunan asisten I Bupati Jeneponto, H. A. Baharuddin BJ. S.Sos. M.Si, 3
Juli 2012
48
Wawancara dengan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jeneponto, Drs. Marwan Lolo Gau, 4
Juli 2012

73

dijadikan sebagai patokan sehingga untuk mendukung Ashari merupakan


keputusan yang telah bulat, kepemimpinan Radjamilo sebagai seorang
ayah

juga

dianggap

sangat

mengayomi

anggota

keluarga

serta

masyarakatnya sekalipun dalam pemerintahan juga terdapat kegagalan.


Berdasarkan dukungan dan keterlibatan penuh yang dilakukan oleh
keluarga Radjamilo dalam mendukung dan usaha mengusung Ashari
dapat diprediksi bahwa memang adanya usaha yang dilakukan oleh
keluarga untuk tetap memegang peranan penting dalam hal ini
mempertahankan kekuasaan di Kabupaten Jeneponto. Hal ini juga
dipertegas dari pernyataan yang dilakukan oleh Marwan Lolo Gau yang
mengatakan bahwa :
...kata keberlangsungan keluarga bukanlah hal
yang
menggambarkan pencalonan kembali dalam keluarga ini, namun jika
memang diberi kesempatan setiap orang pastilah menginginkan yang
terbaik dan hal ini juga yang dilakukan oleh keluarga, selama
kesempatan itu ada kenapa mesti disia-siakan.49
Dari pernyataan diatas menyiratkan bahwa pencalonan AFR ini
merupakan

usaha

yang

dilakukan

keluarga

untuk

bisa

tetap

mempertahankan serta melanjutkan kepemimpinan ayahnya selama


kesempatan yang dimilikinya ada, dalam hal ini dapat terlihat bahwa
kesempatan tersebut yaitu masih berkuasanya sang ayah yang menjadi
pemegang

kekuasaan

tertinggi

saat

ini

yang

mampu

mengatur

pemerintahan, serta dominasi keluarga dalam jabatan-jabatan strategis


49

Wawancara dengan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jeneponto, Drs. Marwan Lolo Gau, 4
Juli 2012

74

pemerintahan yang mampu mengatur dan menarik massa yang berada


dibawahnya. Pernyataan ini juga dipertegas oleh Sekda Jeneponto, Drs.
H. Ikhsan Iskandar M.Si bahwa memang pencalonan yang akan dilakukan
oleh Ashari ini untuk melanjutkan kekuasaan berdasarkan penuturan
Radjamilo

sendiri

yang

jauh

sebelum

sosialisasi

ini

telah

mengkampanyekan bahwa Ashari akan maju dalam pemilukada periode


2013-2015 mendatang
...dipaksakannya keberlangsungan kekuasaan karena tidak lagi
melihat batas-batas etika dengan melihat deklarasi yang dilakukan
oleh Radjamilo mengenai akan mencalonkannya AFR pada tanggal
14 Juli 2010 pada saat ulang tahun anaknya ini.50
Pernyataan di atas menggambarkan bahwa adanya usaha untuk
mempertahankan kekuasaan yang telah dipegang oleh keluarga besar
Radjamilo yang dimana posisi-posisi strategis dalam pemerintahan di
Kabupaten Jeneponto didominasi oleh keluarga-keluarga serta kolega
yang mendukung keluarga ini. Kalau ditinjau dari aspek loyalitas
memasang keluarga di sejumlah dinas-dinas memang baik karena
memiliki loyalitas ganda yaitu loyal sebagai keluarga dan loyal sebagai
bawahan serta bisa memberikan dukungan terhadap pemilukada yang
akan datang. Akan tetapi, ditinjau berdasarkan dukungan yang menyebar
memasukkan keluarga Radjamilo dalam struktur pemerintahan di
Jeneponto secara politik membawa kerugian pada pemilukada karena
aktor-aktor lain yang hebat tapi berada diluar struktur dinas, yang memiliki
50

Wawancara dengan Sekda Jeneponto, Drs. H. Ikhsan Iskandar M.Si, 9 Juli 2012

75

keluarga

besar, jaringan yang luas dan pengaruh yang luas dalam

masyarakat tetapi disingkirkan dalam struktur pemerintahan daerah akan


melakukan perlawanan secara terbuka dan menguntungkan pihak lawan.
Banyaknya anggota Keluarga dan kelompok pendukung Radjamilo yang
menduduki jabatan dalam pemerintahan di Jeneponto yang dijadikan
sebagai salah satu usaha dalam proses pencalonan anaknya ini diperkuat
oleh penuturan Wakil Bupati Jeneponto :
...jaringan kekuasaan keluarga Radjamilo dapat terlihat pada yang
memegang pembendaharaan semua keluarga atau yang tinggal
dirumahnya, serta dinas-dinas sampai kekelurahan yang menempati
posisi strategis adalah keluarga. SKPD yang diberikan hanya kepada
kelompok yang mendukung dengan adanya ancaman bagi yang akan
membelok.51
Penuturan ini menggambarkan dominasi keluarga Radjamilo yang
dimana menurut Andrain, dalam mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan, dapat digunakan dengan cara menekankan aspek-aspek
pemaksaan dari kekuasaan yang biasanya memandang politik dalam
kerangka pergulatan dominasi kelompok atau keluarga dan konflik.
Mereka melihat para pelaku politik mengejar tujuan-tujuan yang tidak
diminati oleh keseluruhan komunitasnya. Satu pihak memperoleh
keuntungan, pihak lain merugi. Dimana politik kekuasaan ini dilakukan
dengan menggunakan sumber-sumber kekuasaan yang dimiliki baik
berupa potensi dan aktual, paksaan, jabatan, maupun penggunaan
kekuasaan secara langsung dan tidak langsung. Hal ini dilihat dari
bagaimana Radjamilo dan keluarganya menggunakan jabatan dan
51

Wawancara dengan Wakil Bupati, Drs. Burhanuddin BT, 9 Juli 2012

76

sumber-sumber kekuasaan lainnya dengan cara paksaan berupa


ancaman dan intimidasi terhadap bawahannya yang secara langsung
berdampak pada para pendukung yang berada dalam pemerintahan yang
secara tidak langsung juga mempengaruhi pendukung yaitu masyarakat
bawah yang tidak memiliki kepentingan secara langsung tapi berdampak
pada keluarga besar mereka yang lainnya.
Berdasarkan usaha yang dilakukan oleh keluarga serta kelompok yang
mendukung keberlangsungan kekuasaan ini, maka peneliti menarik
kesimpulan bahwa maksud dari pencalonan Ashari ini memang keluarga
Radjamilo

sangat

mengharapkan

agar

Ashari

dapat

melanjutkan

kepemimpinan dan mempertahankan kekuasaan yang telah ada selama


ayahnya

memimpin

selama

dua

periode

dengan

memanfaatkan

kesempatan yang ada. Jabatan yang dimiliki oleh Radjammilo dan


keluarganya tentu saja digunakan sebagai alat untuk menarik pendukung
yang berada dibawahnya meskipun dengan menggunakan paksaan yang
berupa

ancaman

dan

intimidasi agar

kekuasaan

itu

tetap

bisa

dipertahankan.

2. Kekuatan politik yang mendukung kekuasaan Keluarga Radjamilo.


Kekuatan politik merupakan suatu hal yang tak bisa dilepaskan
dari sebuah proses politik. Dalam rangka guna mencapai cita-cita politik
maka kekuatan politik sangat berperan penting. Kekuatan politik dapat

77

dilihat dari berbagai aspek antara lain aktor politik, organisasi masyarakat,
birokrasi, lembaga swadaya masyarakat, pers, partai-partai politik, dan
kelompok masyarakat yang berbasis pada agama NU (Nahdatul Ulama)
dan Muhammadiyah. Namun dari hasil penelitian, penulis mendapatkan
tiga kekuatan politik yang digunakan oleh keluarga Radjamilo dalam
mendukung pengaruh kekuasaan dan proses pencalonan anaknya, yaitu
birokrasi dalam hal ini jaringan keluarga yang terbentuk didalamnya, partai
politik serta adanya dukungan dari organisasi masyarakat.
a. Jaringan Keluarga dalam Birokrasi
Ashari

sebagai

mengandalkan

putera

kemampuan

bupati
yang

incumbent

dimilikinya

saat

tentunya

ini,
dia

selain
juga

mendapatkan dukungan penuh dari ayahnya yang saat ini masih menjabat
sebagai bupati aktif di Jeneponto. Selain itu, peranan-peranan dari
keluarga yang menduduki jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan
juga merupakan kekuatan politik dalam proses pencalonannya sebagai
bupati periode mendatang. Dukungan dan bantuan ayah serta keluarga
besar ini cenderung berfokus pada tataran birokrasi yang ada di
Kabupaten Jeneponto, hal ini dapat dilihat dari komposisi birokrasi yang di
dominasi oleh keluarga besar Radjamilo. Sebagaimana penuturan wakil
Bupati, Baharuddin Baso Tika yang ditemui pada senin 9 Juli 2012 di rujab
wakil Bupati:
...kekuasaan keluarga Radjamilo dapat terlihat pada yang
memegang pembendaharaan semua keluarga atau yang tinggal

78

dirumahnya, serta dinas-dinas sampai kekelurahan yang menempati


posisi strategis adalah keluarga. SKPD yang diberikan hanya kepada
kelompok yang mendukung dengan adanya ancaman bagi yang akan
membelok.52

Penuturan wakil bupati di atas menjelaskan betapa mendominasinya


keluarga Radjamilo dalam pemerintahan di Jeneponto yang menduduki
jabatan-jabatan strategis merupakan keluarga dan orang-orang yang
hanya berpihak padanya yang juga memberikan ancaman bagi mereka
yang tidak berpihak. Pernyataan ini menurut Andrain, dalam mendapatkan
dan mempertahankan kekuasaan, dengan cara menekankan aspek-aspek
pemaksaan dari kekuasaan yang biasanya memandang politik dalam
kerangka pergulatan dominasi kelompok atau keluarga dan konflik.
Mereka melihat para pelaku politik mengejar tujuan-tujuan yang tidak
diminati oleh keseluruhan komunitasnya. Satu pihak memperoleh
keuntungan, pihak lain merugi. Jabatan-jabatan serta cara inilah yang
digunakan oleh Radjamilo dan keluarga sebagai alat untuk mengendalikan
dukungan penuh kepada Ashari. Dukungan dari pihak keluarga memang
cukup besar seperti yang dikemukakan oleh Dra. Ernawati MM Kr. Kina
selaku Kasubag Umum & Kepegawaian:
...Dari pihak birokrasi banyak yang mendukung, memang dalam
birokrasi itu keluarga yang memiliki jabatan-jabatan tertinggi sangat
berperan penting dalam mempengaruhi bawahan-bawahannya.53

52
53

Wawancara dengan Wakil Bupati, Drs. Burhanuddin BT, 9 Juli 2012


Wawancara dengan kasubag umum dan kepegawaian, Dra. Ernawati MM, 5 Juli 2012

79

Jadi, keluarga-keluarga yang memegang jabatan penting digunakan


sebagai alat untuk mengendalikan bawahannya secara tegas bahwa
barang siapa yang diduga tidak berpihak kepada Ashari maka secara
tidak langsung dia telah mempertaruhkan jabatannya dengan kata lain
mutasi ke level bawah hingga pemecatan menjadi resiko yang menanti
mereka bahkan anggota keluarga sekalipun tak luput dari tekanan ini. Hal
ini diperkuat melalui wawancara yang sebelumnya juga telah peneliti
lakukan dengan wakil Bupati, Baharuddin Baso Tika di tempat dan waktu
yang sama:
...jaringan kekuasaan Radjamilo dapat dilihat dari contoh Kepala
BKD, Baharuddin BJ Kr.Nai yang dimutasi ke posisi asisten I dan
digantikan oleh anak Radjamilo sendiri kemudian diberhentikan saat
diketahui bahwa dia juga berniat ikut mencalonkan diri dalam
pemilukada Bupati Jeneponto mendatang.54
Hal di atas menegaskan bahwa Radjamilo tidak pandang bulu
dalam memberi sanksi, baik itu dari kalangan keluarga atau bukan jika
memang dianggap tidak sejalan dengannya maka mutasi sampai
pemecatan menjadi sesuatu yang harus diterima.
Besarnya

pengaruh

keluarga

dalam

birokrasi

yang

mampu

mengkoordinir bawahan-bawahannya dalam pendukungan Ashari sangat


sangat

berpengaruh

serta

sudah

menyalahi

aturan

tugas

yang

sebagaimana mestinya, hal ini sesuai dengan penuturan salah satu PNS
yaitu Abu Bakar Halim yang ditemui dikediamannya Bangkala, pada hari
Kamis tanggal 12 Juni, mengatakan bahwa :

54

Wawancara dengan Wakil Bupati, Drs. Burhanuddin BT, 9 Juli 2012

80

...jaringan kekuasaan sangat monopoli, semua anaknya


ditempatkan pada posisi strategis. Melihat jenjang karir yang
melompat-lompat dengan cepatnya. Dimana dari camat dalam waktu
kurang dari 10 tahun sudah menjadi kepala dinas dimana pengaruh
AFR lebih berkuasa dari pada Radjamilo sendiri, serta uci dalam hal
mutasi dia lebih berpengaruh dari pada sekda.55
Pengaruh AFR saat ini lebih besar dari pada Ayahnya sendiri dimana
dalam melakukan tugas-tugas pemerintahan lebih dilakukan oleh AFR
guna menarik simpati masyarakat dalam hal sosialisasi secara langsung
serta dalam hal memutasi memang yang memutuskan secara langsung
adalah Radjamilo namun berdasarkan masukan AFR yang dengan mudah
dilakukan karena badan mutasi juga dipegang oleh anak Radjamilo sendiri
yang tidak lagi diproses oleh sekda. Radjamilo telah memberikan
kekuasaan secara non-formal kepada AFR karena pada dasarnya
Baperjakat sudah tidak berfungsi secara baik. Hal ini sangat berbahaya
bagi profesionalisme birokrasi dan bisa menjadi pukulan balik bagi
kekuasaan Radjamilo sendiri karena mutasi yang dilakukan hanya tidak
berpihak nantinya akan menjadi lawan bagi keluarga ini. Mutasi yang
didasarkan atas loyalitas terhadap penguasa memang bagus karena itu
bagian dari panca prasetiakorps yang harus dipatuhi akan tetapi dipaksa
patuh untuk mendukung anaknya itu melanggar netralisasi birokrasi dalam
politik. Netralisasi birokrasi dalam politik tidak boleh berpihak terhadap
salah

satu

calon

bupati

apalagi

dipaksa

berpihak.

Berdasarkan

Pernyataan Abu Bakar dan yang mengkritisi tentang penggunaan jabatan


bagi keluarga Radjamilo dalam birokrasi ini dapat dikategorikan dalam
55

Wawancara dengan PNS, Abu Bakar Halim, 12 Juli 2012

81

pendapat Birokrasi Marxis yang berpendapat bahwa dalam birokrasi tidak


ada kepentingan umum (general), yang ada hanyalah kepentingan
partikular yang mendominasi kepentingan partikular lainnya. Dengan
maksud birokrasi merupakan instrument yang dipergunakan oleh kelas
yang dominan untuk melaksanakan kekuasaan dominasinya atas kelaskelas sosial lainnya. Dengan kata lain birokrasi memihak kepada kelas
partikular yang mendominasi tersebut. Berdasarkan konsep tersebut,
maka birokrasi itu sendiri pada tingkatan tertentu mempunyai hubungan
yang erat dengan kelas dominan pada pemerintah.56 Dengan kata lain,
birokrasi yang ada di Jeneponto di gunakan sebagai alat untuk
pencapaian tujuan kelompok atau keluarga tertentu. Birokrasi tidaklah
digunakan

sebagaimana

mestinya

dalam

menjalankan

tugas

pemerintahan. Birokrasi dalam hal ini dijadikan sebagai tempat untuk


mengumpulkan pendukung sebanyak-banyaknya dengan ancaman bagi
mereka yang tidak mendengarkan atasannya.
Strategi dalam memanfaatkan dan mengendalikan birokrasi sebagai
kekuatan politik juga dapat terlihat dari himbauan kepada seluruh kepalakepala

sekolah

se-kabupaten

Jeneponto

yang

diwajibkan

untuk

memasang baligho dukungan terhadap Ashari di depan rumah-rumah


mereka, jika hal ini tidak diindahkan maka mutasi dan pemecatanlah yang
menanti mereka. Hal ini diperkuat melalui wawancara dengan Baharuddin

56

Prof. DR. Miftah Thoha, MPA, Birokrasi dan Politik di Indonesia, hal 22-24

82

BJ Kr.Nai pada hari Selasa, tanggal 3 Juli 2012 di kediamannya di jalan


Pelita, Bangkala kab. Jeneponto
.....jabatan keluarga dalam pemerintahan sangat berpengaruh
dengan menyuruh semua kepala sekolah diwajibkan memasang
baliho di depan rumahnya. Ini dikarenakan ancaman serta intimidasi
yang diberikan serta adanya kepentingan-kepentingan bagi pejabat
yang akan mendukung AFR.57
Dari wawancara ini dapat disimpulkan bahwa dukungan yang diterima
oleh AFR tidaklah berdasarkan hati nurani bagi para pendukungnya
melainkan atas dasar ancaman dan intimidasi serta adanya kepentingankepentingan yang dimiliki oleh pendukung tersebut apakah untuk
mendapatkan

jabatan

atau

mempertahankan

jabatan

yang

telah

dimilikinya. Contoh lain juga dapat dilihat pada pegawai-pegawai negeri


yang diwajibkan menempel stiker atau simbol-simbol yang berkaitan
dengan dukungan terhadap Ashari pada kendaraan-kendaraan pribadi
mereka serta wajib membeli baju seragam yang telah disediakan oleh timtim sukses dari Ashari yang apabila pegawai-pegawai ini ingin menghadiri
sebuah acara maka baju ini wajib mereka kenakan. Hal ini berdasarkan
hasil wawancara dengan Drs. H. Ikhsan Iskandar M. Si:
...pengaruh birokrasi dalam hal sosialisasi kebawahan-bawahan
bukan lagi mempengaruhi tapi memaksakan, contoh : kendaraan
Kancam harus dipasangi stiker termasuk juga kepala-kepala dinas,
pegawai serta kepala-kepala sekolah. Arisan tidak diberikan jika
kepala sekolah yang naik, jika AFR membuat acara kepala sekolah
harus menanggung konsumsi (nasi dos 100), kancam harus potong
kuda. Serta kewajiban pegawai-pegawai negeri membeli baju yang

57

Wawancara dengan Pensiunan asisten I Bupati Jeneponto, H. A. Baharuddin BJ. S.Sos. M.Si, 3
Juli 2012

83

menyangkut AFR untuk dikenakan pada saat menghadiri acara-acara


mereka.58
Berdasarkan hasil wawancara di atas mengenai penggunaan
kekuasaan jabatan yang dimiliki oleh keluarga Radjamilo ini sesuai
dengan pendapat Andrain mengenai politik kekuasaan yang berdasarkan
sumber-sumber kekuasaan yang dilihat dari segi paksaan, dimana pada
umumnya, alasan untuk menaati kekuasaan paksaan berupa rasa takut.
Dalam hal ini, rasa takut akan paksaan non-fisik seperti kehilangan
pekerjaan, dikucilkan, dan diintimidasi.59
Tekanan-tekanan dan resiko yang diterima oleh para aparat-aparat
pemerintah ini bukan hanya berdampak secara pribadi tetapi juga
menyeluruh kepada keluarga-keluarga mereka meski tidak memiliki
kepentingan secara langsung. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara
ke tokoh masyarakat seperti Syarifuddin:
...sebagai tokoh masyarakat yang tidak berada pada tangan
pemerintah tentunya saya sangat mengharapkan yang akan menjadi
pemimpin berikutnya yang lain, jika tidak memilih AFR tentu saja tidak
masalah. Tapi dalam keluarga kami juga ada yang bekerja
dipemerintahan sehingga jika salah satu anggota keluarga tidak
memilih AFR maka keluarga yang bekerja itu akan dimutasi. Jadi
untuk mengamankan posisi di mulut serta atribut saat ini memilih
AFR.60
Ungkapan di atas menendakan adanya sikap yang tidak sepenuh hati
terhadap dukungan tokoh masyarakat saat ini kepada Ashari, dukungan

58

Wawancara dengan Sekda Jeneponto, Drs. H. Ikhsan Iskandar M.Si, 9 Juli 2012
Charles F. Adrian. 1970. Political life and sosial change: An Introduction to political science,
Belmont, cal : wadsworth publishing companyinc, hal. 89-90. Dalam buku Ramlan Surbakti. 2010.
memahami ilmu politik. Jakarta: PT Grasindo. Hal 75.
60
Wawancara dengan tokoh masyarakat, Syarifuddin Dg. Talli,27 juli 2012
59

84

sementara dikarenakan adanya anggota keluarga yang bekerja dalam


pemerintahan maka untuk mengamankan posisi keluarga maka saat ini
mereka terpaksa memasang atribut dan dan menyebut-nyebut Ashari
sebagai pilihan mereka.
Hal serupa dikemukakan juga oleh salah satu salah satu PNS yaitu
Abu Bakar Halim yang ditemui dikediamannya Bangkala, pada hari Kamis
tanggal 12 Juni, mengatakan bahwa :
...kalau melihat kepemimpinan Bupati saat ini tidaklah begitu
bagus sehingga masyarakat juga sudah menginginkan yang lain dari
pada mereka, tapi jika dilihat dari pengaruh bupati serta keluarganya
yang memengang kendali besar di Jeneponto tentu saja sangat besar
pengaruhnya dimana adanya ancaman pada jabatan dan finansial
dalam pemerintahan.61
Ancaman yang berupa mutasi hingga kehilangan pekerjaan tentu
saja menjadi senjata yang sangat kuat bagi keluarga Radjamilo saat ini,
oleh karena itu jabatan yang masih dipegang oleh Radjamilo saat ini
digunakan untuk terus membantu anaknya dalam hal menarik massa
pendukung yang sebanyaknya. Sebab jika Radjamilo sudah tidak lagi
memegang jabatan tentu saja juga berpengaruh pada keluarga dan
kolega yang ada di pemerintahan, ini akan menjadi kesia-siaan bagi
pencalonan Ashari. Oleh karena itu, jauh sebelum kampanye terbuka
dilakukan, keluarga Radjamilo sudah jauh melakukan penekananpenekanan bagi bawahan dan masyarakat yang tentu saja memiliki
keluarga yang bekerja di pemerintahan Jeneponto. Menurut pemikiran

61

Wawancara dengan PNS, Abu Bakar Halim, 12 Juli 2012

85

Machiavelli tentang mempertahankan kekuasaan berpendapat bahwa


mengabsahkan pemakaian segala cara, meskipun buruk yang penting
kekuasaan tetap terjaga. Berdasarkan pemikiran inilah kemudian banyak
pemegang kekuasaan yang tidak puas dengan apa yang telah mereka
dapatkan dan terus ingin mempertahankan apa yang telah dimiliki
sekalipun menggunakan cara yang akan merugikan pihak lain.62
b. Partai Politik
pencalonan yang akan dilakukan oleh AFR selain didukung oleh
keluarga serta kolega-kolega juga mengharapkan adanya pihak atau
lembaga lain yang bisa dijadikan wadah yang tentu saja akan membantu
dan memperkuat pencalonannya nanti. Salah satu hal tersebut dengan
mengharapkan adanya partai politik yang akan dijadikan sebagai
kendaraan politiknya dalam pemilukada yang akan berlangsung nantinya.
Adanya kecenderungan partai politik yang akan digunakan AFR sebagai
kendaraan politiknya dapat dilihat pada partai PAN, berdasarkan hasil
wawancara dengan ketua DPD Partai PAN Jeneponto Syamsuddin
Karlos:
......beradasarkan hasil survey saat ini, AFR menduduki peringkat
teratas. Sehingga tidak tertutup kemungkinan, PAN akan menjadi
kendaraan politik AFR pada pilkada mendatang.63
Sesuai dengan tujuan pada partai politik itu sendiri yaitu untuk
memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik
62
63

Machiavelli, The Prince sang Penguasa, Selasar Pulishing, 2008


Wawancara dengan Syamsuddin Karlos, 8 januari 2013

86

(biasanya)

dengan

cara

konstitusional

untuk

melaksanakan

kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka. Dari tujuan inilah juga dapat dilihat


partai

politik

menggunakan

pemilu/pemilukada

dalam

memberikan

ruang/wadah bagi calon-calon tokoh yang ikut serta dalam pemilu


tersebut. Pernyataan tersebut hanya merupakan kemungkinan yang
diucapkan oleh syamsuddin dikarenakan peluang yang dimiliki oleh AFR
saat ini, namun kepastian partai yang nantinya akan mengusung caloncalon bupati nantinya masih belum jelas, seperti yang kemudian
diungkapkan kembali oleh syamsuddin :
...Yang jelas hubungan kami dengan bupati dan Ashari cukup
baik, sehingga jalinan silaturahmi tetap langgeng sampai saat ini.
Namun pada proses pemilukada yang terjadi di Jeneponto ini belum
adanya kejelasan partai politik yang akan dijadikan kendaraan politik
bagi para bakal calon termasuk AFR.64
Komunikasi yang diterjadi antara partai-partai politik yang ada di di
Jeneponto dengan AFR masih dalam taraf sebagai sosialisasi serta
pendekatan-pendekatan semata, ketetapan yang akan dilakukan oleh
partai politik ini masih belum ada sebab saat ini partai-partai masih lebih
terfokus pada pilgub yang akan terjadi di Sulawesi Selatan. Hal ini juga
dipertegas oleh ketua DPD partai Demokrat Alamsah Makadi Kulle yang
juga ditemui dikantor DPR-D Jeneponto:
.....Kalau dari partai politik utamanya partai Demokrat belum
pernah mensosialisasikan diri untuk mengusung maupun mencalonkan
diri sebagai partai yang akan mendukung salah satu bakal calon. ini akan
nampak pada bulan tiga atau empat nantinya setelah adanya ketetapan

64

Wawancara dengan Syamsuddin Karlos, 8 januari 2013

87

dari KPU. Semua partai masih berjuang untuk pilgub yang akan
berlangsung. 65
Melihat pernyataan di atas tentu saja menjelaskan bagaimana
keputusan partai-partai dalam pemilukada di kabupaten Jeneponto,
adapun pendekatan yang terjadi dengan bakal calon belum memastikan
bahwa akan diusung sebab saat ini partai masih lebih mengutamakan
pilgub yang akan berlangsung pada bulan januari ini. Selain itu tentu saja
Partai-partai ini melihat kondisi akan terjadi dimana AFR saat ini lebih
mengarah kepada Syahrul dengan kendaraan politik partai Golkar, tentu
saja partai-partai yang ada di kabupaten lebih berhati-hati dalam
menetapkan tindakan partainya. Hal ini mempertegas bahwa pendekatanpendekatan yang dilakukan oleh AFR kepada partai-partai hanya
meruapakan sosialisasi-sosialisasi semata dalam mendapatkan dukungan
nantinya.

d. Organisasi Masyarakat

Selain dari jaringan keluarga yang terdapat pada birokrasi serta


partai yang akan mengusung AFR, terdapat organisasi masyarakat yang
juga menjadi kekuatan AFR dalam proses pencalonannya sebagai bakal
calon bupati periode 2013. Dapat terlihat dari dukungan yang diberikan
oleh organisasi kepemudaan yang ada di Kabupaten Jeneponto seperti
KNPI, dimana ketua umum organisasi ini merupakan tim sukses AFR.

65

Wawancara dengan ketua DPD partai Demokrat Alamsah Makadi Kulle dikantor DPR-D
Jeneponto, 8 januari 2013

88

Namun pada kenyataannya bahwa dukungan yang diberikan ini


hanya berdasarkan atas pribadi dimana organisasi yang dia pegang
memiliki hak untuk memutuskan siapa saja yang akan didukungnya,
seperti pada pernyataan ketua umum KNPI tersebut Ir. Syaiful
Syamsuddin dikediamannya pada tanggal 4 Januari 2013:
....secara organisator tidak mendukung karena organisasi ini
merupakan kelompok yang independent, namun secara pribadi memilih
AFR dikarenakan kesuksesan yang telah dimiliki orang tuanya selama dua
periode66
Adanya dukungan yang terjadi pada AFR yang diberikan oleh
organisasi-organisasi masyarakat yang ada di Jeneponto itu hanya
berdasarkan atas pribadi masing-masing, kecenderungan mengatakan
bahwa organisasi tersebut mendukung AFR dikarenakan ketua umumnya
lah yang menjadi tim sukses. Selain KNPI juga terdapat organisasi lain
seperti BM PAN juga lembaga yang berada dibawah naungan Dinas
Pendidikan yang saat ini dikepalai oleh AFR antara lain PAUD dan
lembaga pendidikan nonformal yang lainnya. Sesuai dengan pengertian
organisasi masyarakat itu sendiri dimana Organisasi masyarakat adalah
organisasi yang dibentuk oleh sekumpulan masyarakat dalam mencapai tujuan untuk
kepentingan bersama suatu masyarakat tertentu ini bertentangan dengan pernyataan
Syaiful sebab dukungan yang diberikan bukan berdasarkan atas keputusan semua
anggota yang ada di dalam organisasi tersebut. Namun jika dilihat dari kedudukan
yang dia miliki tentu saja ketua umum organisasi ini dapat mengkoordinir anggotanya

66

Wawancara dengan ketua umum KNPI tersebut Ir. Syaiful Syamsuddin dikediamannya pada
tanggal 4 Januari 2013

89

saat pemilukada Jeneponto telah ditetapkan, hal ini dapat terlihat dimana saat adanya
kegiatan yang dilakukan oleh AFR ketua KNPI melibatkan semua anggotanya dalam
kegiatan tersebut.
Sedangkan dari pihak media sampai saat ini juga tidak ada yang lebih
memihak kepada salah satu bakal calon bupati tersebut, juga pada AFR.
Dari pernyataan salah satu wartawan media yang ada di Jeneponto yaitu
Arifuddin Lau mengatakan bahwa semua media yang ada di Jeneponto
tidak ada memihak kepada salah satu bakal calon untuk menonjolkan ke
masyarakat, namun jika ada pemberitaan itu berdasarkan atas apa yang
diberikan dalam hal ini siapa yang membayar akan diliput.

90

BAB VI
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menguraikan beberapa
yang

dapat

peneliti

ambil

setelah

melakukan

menguraikannya dalam bab pembahasan.

kesimpulan

penelitian

dan

Selain kesimpulan, peneliti

juga menawarkan beberapa saran dalam menghadapi fenomena yang


sama dengan judul penelitian yaitu Politik Kekuasaan Keluarga Radjamilo
di Kabupaten Jeneponto
A.

Kesimpulan
Berdasarkan dua rumusan masalah yang ada pada penelitian ini yaitu :
pertama, mengapa keluarga radjamilo berusaha mengusung anaknya
sebagai Bupati Kabupaten Jeneponto?. Dan kedua, Apa kekuatan poltik
yang dimiliki oleh keluarga Radjamilo sehingga mempersiapkan anaknya
sebagai bakal calon Bupati Kabupaten Jeneponto periode 2013-2018?.
Maka penulis menyimpulkan :
1. penyebab

Keluarga

Radjamilo

mengusung

AFR

dalam

Pemilukada 2013-2018
penyebab

keluarga

Radjamilo

mengusung

AFR

yaitu

melanjutkan kepemimpinan dan mempertahankan kekuasaan yang


telah dimiliki oleh keluarganya selama dua periode. Radjamilo
sebagai bupati yang menjabat selama dua periode tentu saja tidak
bisa lagi mencalonkan diri pada periode ketiga karena telah ada

91

undang-undang yang

membatasi kepala daerah

hanya

bisa

menjabat selama dua periode dalam jabatan yang sama, oleh karena
itu untuk tetap melanjutkan kepemimpinan yang sudah ada keluarga
Radjamilo mengusung AFR sebagai bakal calon bupati pada periode
mendatang. Usaha keluarga dalam mempersiapkan Ashari sudah
terlihat jauh sebelum adanya isu pencalonannya ini, AFR dipilih
sebagai bakal calon bupati pada periode mendatang merupakan
pertimbangan melihat dia adalah anak dari bupati aktif saat ini.
Dalam rapat keluarga besar yang dihadiri oleh seluruh anggota
keluarga baik yang berada di Kabupaten Jeneponto maupun yang
ada di luar Kabupaten itu melahirkan kesepakatan sekitar kurang
lebih 70 % dari keseluruhan anggota keluarga yang hadir itu sepakat
untuk mengusung Ashari sebagai bakal calon Bupati mendatang.
Kesepakatan untuk mengusung Ashari bukanlah tanpa alasan
namun

dilihat

dari

beberapa

pertimbangan

salah

satunya

dikarenakan Asharilah yang sangat berpengalaman dalam bidang


pemerintahan dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain,
selain itu Ashari memiiliki polling yang sangat baik saat ini serta
mempunyai modal finansial yang cukup dimana alasan pengusungan
Ashari juga dilihat berdasarkan keyakinan keluarga yang menilai
bahwa dia tidak jauh dari ayahnya yaitu Radjamilo. peneliti
memprediksi bahwa dukungan dan diskusi-diskusi yang dilakukan
oleh

hampir

seluruh

keluarga

besar

Radjamilo

dalam

92

mempersiapkan Ashari sebagai penerus kepemimpinan sang ayah


merupakan usaha untuk tetap mempertahankan kekuasaan yang
dimiliki oleh keluarga ini. Kekuasaan yang telah dimiliki nampak jelas
dari

jabatan-jabatan

strategis

dalam

pemerintahan

yang

komposisinya dominan dikuasai oleh anggota keluarga Radjamilo.

2. Kekuatan

politik

yang

mendukung

kekuasaan

keluarga

Radjamilo.
Kekuatan politik Ashari dapat terlihat pada:
a. jaringan kekuatan dan kekuasaan keluarga yang ada
dalam

birokrasi selain dikarenakan ayahnya adalah

pemegang kekuasaan tertinggi saat ini juga karena


sebagian

besar

keluarga-keluarganya

menduduki

jabatab-jabatan yang strategis yang mampu untuk


mengendalikan bawahan-bawahannya di bidang mereka
masing-masing.
b. Partai politik yang dilihat pada kecenderungan Partai
PAN yang akan dijadikan sebagai kendaraan politik
c. Dukungan yang diberikan oleh organisasi masyarakat
seperti KNPI yang dapat dilihat dari dukungan yang
diberikan oleh ketua umum KNPI tersebut.

93

B. Saran
1. Masyarakat harusnya lebih jeli melihat setiap pelanggaranpelanggaran yang ada dalam tataran birokrasi di kabupaten
Jeneponto, sehingga mereka dapat melihat dan menentukan
pemimpin

mana

yang

layak

untuk

memimpin

Kabupaten

Jeneponto.
2. Baperjakat Harus lebih memperkuat fungsinya atau bila perlu
pemerintah

membentuk

suatu

lembaga

independent

yang

berfungsi untuk mengawasi jalannya sistem pemerintahan dan


birokrasi di kabupaten Jeneponto.
3. Lebih menegaskan aturan-aturan dalam memutasi pegawai
berdasarkan profesionalisme birokrasi.
4. Menjelang pemilukada di kabupaten Jeneponto mendatang,
panwaslu

harusnya

sudah

mulai

mengantisipasi

setiap

pelanggaran-pelanggaran pemilukada yang terjadi.

94

DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2007. Perihal Ilmu Politik. Yogyakarta; Graha Ilmu
Andrain, 1992. Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial, Yogyakarta:
Tiara Wacana,
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktik, Ed Revisi IV, Jakarta : Rineka Cipta
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Darmin,

Sudarwan.

2002.

Menjadi

Peneliti

Kualitatif:

Ancangan

Metodologi, Prestasi dan Publikasi Hasil Penelitian Untuk


Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial,
Pendidikan dan Humaniora, Bandung: Pustaka Setia
Fashri, Fauzi. 2007. Penyingkapan Kuasa Simbol Apropriasi Reflektif
Pemikiran Pierre Bourdieu, Yogyakarta: Juxtapose, 2007.
Kaloh, J. 2009. Kepemimpinan kepala daerah. Sinar Grafika.
Lay, Cornelis (ed).2007. Membangun NKRI dari Bumi Tambun Bungai
Kalimantan Tengah. JIP-UGM. Jogjakarta
Machiavelli, Niccolo. 2008. The Prince sang Penguasa., Selasar
Pulishing
Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru
Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja
Rosdakarya

95

Patria,Nezar. 1999. Antonio Gramsci Negara dan Hegemoni. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar
S, Bambang dan Sugianto. 2007. Pendidikan kewarganegaraan.
Surakarta: Penerbit Grahadi
Simon, Roger. 2004. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Pustaka Pelajar
dan INSIST; Yogyakarta.
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung
Sugiono,Muhadi. 1999. Kritik Antonio Gramsci Terhadap Pembangunan
Dunia Ketiga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surbakti, Ramlan. 2010. memahami ilmu politik. Jakarta: PT Grasindo
Sy, Pahmi 2010. Politik pencitraan. Jakarta : Gaung Persada Press (GP
Press).
Thoha, Miftah. 2007. Birokrasi dan Politik di Indonesia, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Townshend, Jules, Politik Marxisme. Jendela: Yogyakarta, 2003.
Usman, Sunyoto. 2004. Sosiologi; Sejarah, Teori dan Metodologi.
Yogyakarta: Center for Indonesian Research and Development
[CIReD].
UU no. 32 thn 2004 dalam pasal 58 ayat o persyaratan calon kepala
daerah
Wibowo Eddi dkk. 2004. Ilmu politik Kontemporer. Yogyakarta: YPAPI
Widodo, Joko. 2008. Membangun Birokrasi Berbasis Kerja, Jawa Timur:
Bayumedia Publishing

96

Bambang Harymurti Ujian Pertama SBY Majalah Tempo, 19 Juli 2009


http://teguhmanurung.wordpress.com/2010/04/07/keluarga-nepotismedan-dunia-politik/. Diakses pada tanggal 12 Maret 2012
http://akhmadsatori.blogspot.com/2012/02/11/kemenangan-karaengdalam-pilkada.html. Diakses pada tanggal 5 Maret 2012
http://abdulwakit.blogspot.com/2011/03/gaya-kepemimpinan.html

97

Anda mungkin juga menyukai