Anda di halaman 1dari 117

TUMBUHNYA OLIGARKI LOKAL: KEKUASAAN

EKONOMI dan POLITIK TUBAGUS CHAERI


WERDANA di KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:
Erwin Saputra Muhammad
1110112000038

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
ABSTRAK

Skripsi ini membahas mengenai kekuasaan oligarki Tubagus Chaeri


Werdana di Kota Tangerang Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana kekuasaan olirgarki dibangun dan seperti apa peranan
Tubagus Chaeri Wardana dalam kebijakan ekonomi dan politik di Kota
Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan kerangaka analisis teori oligarki
Jeffrey A. Winters, konsep shadow state dan informal ekonomi. Metodologi
kualitatif digunakan dalam penelitian ini, data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah hasil wawancara secara mendalam terhadap informan, Surat Tuntutan
KPK terkait korupsi Alkes (Alat Kesehatan) Kota Tangerang Selatan, dan
dokumen lainnya. Penentuan informan menggunakan metode purposive sampling,
yaitu menentukan informan sesuai dengan kriteria yang memenuhi tujuan dari
penelitian ini. Penelitian dilakukan di wilayah kota Tangerang Selatan dan
sebagian di wilayah DKI Jakarta.

Hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan studi lapangan dalam bentuk


wawancara dan observasi, menemukan bahwa faktor terbangunnya kekuasaan
oligarki Tubagus Caeri Werdana di Kota Tangerang Selatan, terdiri dari beberapa
faktor diantaranya: pertama, pembentukan kota Tangerang Selatan sebagai daerah
otonom baru otomatis memiliki APBD sendiri, hal ini menjadi motivasi oligark
Tubagus Chaeri Werdana untuk meningkatkan pendapatan kekayaan dari dana
APBD. Kedua, kebijakan desentralisasi dengan mekanisme pemilihan kepala
daerah secara langsung membutuhkan biaya yang sangat mahal, hal ini membuat
aktor oligark Tubagus Chaeri Werdana dengan kekayaan berlimpah yang dimiliki
mempunyai kekuatan yang lebih dibanding anggota masyarakat yang lain.
Ketiga, Tubagus Chaeri Werdana berkuasa secara tidak langsung untuk
mempengaruhi kebijakan ekonomi dan politik di Kota Tangerang Selatan melalui
pemerintahan iformalnya, yang meliputi pejabat birokrasi Kota Tangerang
Selatan, Anggota DPRD, dan kelompok masyarakat. Keempat, Berlakunya
insentif dan disinsentif bagi anggota pemerintahan informal. Kelima, dana APBD
berhasil dialokasikan ke perusahaan Wawan dan kroni-kroni pengusaha. Sehingga
berlangsunglah kekuasaan oligarki di Kota Tangerang Selatan.

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucap puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

segala rahmat dan karunianya. Tidak lupa shalawat serta salam senantiasa

tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Beribu rasa syukur penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Tumbuhnya Oligarki Lokal:

Kekuasaan Ekonomi dan Politik Tubagus Chaeri Werdana di Kota Tangerang

Selatan”

Penulis mengerjakan skripsi ini ketika sedang ramainya gelombang

penolakan terhadap fenomena dinasti politik menjelang penyelenggaraan Pilkada

seretak tahun 2015. Tapi sayang keadilan dan kematangan dalam berdemokrasi

masih perlu diperjuangkan, keputusan Mahkamah Konstitusi akhirnya

membolehkan praktik dinasti politik. Tempat tinggal penulis, Kota Tangerang

Selatan Provinsi Banten adalah daerah yang dinasti politik berkuasa. Wali kota

Airin adalah suami dari Tubagus Chaeri Werdana, terdakwa dalam empat kasus

korupsi, sudah sejak masa Orde Baru dari ayah Tubagus Chaeri Werdana yaitu H

Chasan Sochib merapok uang masrakat Banten yang ada dalam APBD. Bersyukur

pada akhirnya tahun 2013 ditangkap KPK bersama kakaknya, yaitu Ratu Atut

Chosiyah gubernur Banten.

Perjalanan penelitian sesungguhnya sudah penulis mulai satu tahun

sebelum skripsi ini dimulai secara resmi di kampus, peneliti magang di SEKNAS

Fitra (Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran) untuk mengetahui

v
bagaimana mengelola APBD yang baik dan benar sehingga bisa mengetahui apa

yang terjadi dengan APBD Banten. Kemudian penulis juga mendatangi beberapa

kelompok NGO anti-korupsi untuk mengetahui secara persis bagaimana

sesungguhnya korupsi APBD di Banten dan Tangerang Selatan. Bahkan karena

demi alasan keamanan salah satu aktivis tidak mau disebutkan namanya dalam

skripsi ini, dari orang ini penulis mendapatkan informasi penting terkait sejumlah

nama dan dokumen berupa BAP KPK kasus korupsi Alkes kota Tangerang

Selatan. Peneliti juga berkesempatan berbincang dengan kader Golkar untuk

mengetahui kondisi yang lebih pasti.

Ketika pengerjaan skripsi sudah dimulai peneliti mendatangi pihak yang

dianggap menjadi tangan kanan Tubagus Chaeri Werdana. Kesulitan sudah pasti

untuk bertemu orang kepercayaan Tubagus Chaeri Werdana ini, sampai peneliti

hanya bisa mewawancarai satu dari dua orang yang informasinya penulis

dapatkan. Akhirnya, penulis perlu mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak

yang sudah membantu dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. Zukifli, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Program Studi Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Iding Rasyidin Hasan, M. Si sebagai Ketua Program Studi Ilmu

Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarih Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menuntut ilmu di Program Studi Ilmu Politik uin Syarif Hidayatullah

v
Jakarta. Serta terus memotivasi penulis untuk giat dalam belajar, terutama

menulis di media.

3. Ibu Suryani, M. Si sebagai Sekertaris Program Ilmu Politik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik uin Syarif Hidayatullah Jakarta, telah membimbing

dan mengarahkan selama menjadi mahasiswa ilmu politik sampai skripsi

ini selesai.

4. Bapak M. Zaki Mubarak, M Si sebagai pembimbing dalam penulisan

skripsi ini, penulis merasa senang ketika mendapat dosen pembimbing pak

Zaki. Ditengah kesibukan bapak yang begitu pada masih mau meluangkan

waktu untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini bisa selesai.

5. Segenap dosen dan pengajar Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatyllah Jakarta, dengan

bimbingan dan bantuannya sampai penulis mendapatkan ilmu dan

pengalaman politik.

6. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terimakasih tak

terhingga kepada kedua orangtua penulis. Termakasih kepada ayahanda

Armadan Simbolon dan Ibu Nurleli yang sudah mendoakan,

membesarkan, memberi kasih sayang dan menunggu dengan sabar sampai

penulis bisa selesai mengerjakan skripsi ini. Juga untuk adik tercinta Anita

Sari Simbolon yang telah banyak sekali membantu penulis.

7. Kepada terkasih, terimakasih sudah selalu hadir memberi semangat,

motivasi dan sayang ketika penulis jenuh mengerjakan skripsi.

v
8. Kepada bang Opick, manager program dan knowled management

SEKNAS Fitra, yang telah member penulis pengetahuan yang bergizi soal

politik Anggaran, juga untuk Ipnu teman belajar di SEKNAS Fitra.

9. Kepada Suhendar, direktur TRUTH (Tangerang Public Transparanci

Watch) yang membantu peneliti dalam memahami politik anggaran di kota

Tangerang Selatan, dan Nana teman belajar penulis di TRUTH

10. Kepada teman-teman FORMACI (Forum Mahasiswa Ciputat): my senior

Zaim Rofoqi, Siswo Mulyartono, Ahmad Fedullah, Cendhy Vicky,

Abdallah, Rifai Tobri, Ayu, Aldo, Emha, Saeful Yahya, Roy Imanudin,

Didi Manakara, Maulana Ainul Asry, Rafsan Muhamad, Irham Mudzakir,

Yusuf Albana, Mahbub Hamdani, Faisal Hasby, Inggrit, Putri, Adhiya,

telah menjadi teman bertukar fikir selama di Ciputat.

11. Kepada sahabat Uler Kelilit, Indara Giri, Miftahul Choir Alyubi, Adis

Puji, Fathi Andini, Aisyah, Lulu, Afril, dan Lela. Terima kasih untuk

canda tawa dan semangat kepada penulis untuk mengerjakan skripsi

12. Kepada teman-teman Ilmu Politik: Mas Rizal, Rizky Ilham, Rizky

Saefurahman, Sopian Hadi Permana, Faisal Husain, Febrian Aji, Gerry ,

Bimut, Hervi, dan teman-taman yang penulis tidak bisa sebutkan satu

persatu namanya

Pada akhirnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Sang pencipta dan

pemilik alam semesta, penulis hanya berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

studi ilmu politik, masyarakat Banten, dan tanah airi beta nusantara.

v
DAFATAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................................... i


PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................................................ii
ABSTRAK .................................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi
BAB I PEDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Pernyataan Masalah .......................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 13
1. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 13
2. Manfaat penelitian ..................................................................................... 14
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 14
E. Metodologi Penelitian ..................................................................................... 17
1. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 17
2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 17
3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 18
a. Wawancara .......................................................................................... 18
b. Dokumentasi ....................................................................................... 19
4. Sumber dan Jenis Data .............................................................................. 19
5. Analisis Data Penelitian ............................................................................ 20
F. Sistematika Penulisan...................................................................................... 20

BAB II LANDASAN TEORI dan KONSEPTUALISASI ..................................... 22


A. Oligarki ........................................................................................................... 21
1. Pengertian Oligarki ..................................................................................... 21
2. Pengertian Oligark ...................................................................................... 28
3. Pertahanan Kekayaan .................................................................................. 30
4.Tipe-tipe Oligarki ......................................................................................... 31
B. Shadow State (Negara Bayangan) .................................................................... 34
1. Kerangka Konseptual Shadow State ........................................................... 34
2. Informal Ekonomi ....................................................................................... 36

BAB III DESENTRALISASI POLITIK dan BERTUMBUHNYA


OLIGARKI ................................................................................................................ 36
A. Desentralisasi Korupsi Dalam Politik Lokal di Indonesia Pasca Reformasi .. 36
B. Dinasti Politik Oligarkis di Kabupaten/Kota Provinsi Banten ........................ 39
C. Profil Wawan Sebagai “Key Player” Dinasti Atut .......................................... 43

ix
D. Profil Sosial Politik Kota Tangerang Selatan .................................................. 45
1. Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan ............................................... 49
2. Sosial Buday.............................................................................................. 50

BAB IV TUBAGUS CHAERI WERDANA dan SHADOW STATE di KOTA


TANGERANG SELATAN ....................................................................................... 51
A. Kekuasan Oligarki ........................................................................................... 52
1. Akar Sumber Daya Materi dan Jejaring Politik Tubagus Chaeri Werdana ..
................................................................................................................... 53
2. Kemunculan Kekuasaan Oligarki Tubagus Chaeri Werdana di
Kota Tangerang Selatan ........................................................................... 59
B. Konsolidasi Kekuasaan Oligarki Tubagus Chaeri Werdana ........................... 65
1. Politik: Pemerintahan Formal dan Pemerintah Informal .......................... 65
2. Ekonomi Informal: Meningkatkan Pendapatan Kekayaan........................ 71
3. Lemahnya Masyarakat Sipil ...................................................................... 77
C. Analisis Kekuasaan Oligarki Tubagus Chaeri Werdana di Kota Tangerang
Selatan ............................................................................................................. 80

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 86


A. Kesimpulan ..................................................................................................... 86
B. Saran ................................................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. xii

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.A.1 Jejaring Dinasti Politik Ratu Atut Chosiyah ............................................. 7
Tabel III.D.I. Komposisi Anggota DPRD Kota Tangerang Selatan 2009-2014 ......... 47
Tabel IV.A.1 Fee-Proyek Berdasarkan Kategori dan Sumber Dana .......................... 56
Tabel IV.B.2 Distribusi Ekonomi Kekuasaan Oligarki Tubagus Chaeri Werdana
Dalam Pengadaan Alat Kesehatan Kota Tangerang Selatn APBD-P 2012 ................ 75

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Proses Pertahanan Kekayaan Oligark .......................................... 28


Gambar III.1. Dinasti Politik Oligarkis di Banten ........................................... 41
Gambar IV.1. Proses Kekuasaan Oligarki Tubagus Chaeri Werdana di Kota
Tangerang Selatan ............................................................................................. 82

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Berakhirnya rezim Orde Baru Soeharto menandai babak baru perjalanan

bangsa Indonesia. Proses demokratisasi di Indonesia kemudian dimulai dengan

adanya transisi dari rezim otoriter Soeharto ke era reformasi demokrasi.

Perubahan fundamental kemudian mengiringi dalam soal aturan perundang-

undangan. Kewenangan pemyelenggaraan pemerintah yang sebelumnya

cenderung dimonopoli oleh pemerintah pusat, lalu didesentralisasikan ke

pemeritah daerah.1

Perubahan ke desantralisasi dalam bentuk konkretnya dibuat UU No. 22

Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.2 Karena UU ini belum dianggap

maksimal dalam penyelenggaraan otonomi daerah kemudian mengalami

beberapakali revisi, dari UU No. 32 tahun 2004, menjadi UU No. 23 tahun 2014,

sampai akhirnya menggunakan UU No. 9 Tahun 2015.

Untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah juga dibuat UU No. 25

Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Daerah. UU ini bertujuan untuk meningkatkan pembangunan daerah dan

1
Syarif Hidayat 2010. Mengurai Pristiwa-Meretas Karsa: Refleksi Satu Dasawarsa
Reformasi Desentralisasi dan otonomi Daerah, Prisma 29 (Juli 2010): 3.
2
Hidayat, Mengurai Pristiwa-Meretas Karsa, h. 3.

1
kesejahtraan masyarakat yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.3 UU No.

25 Tahun 1999 direvisi menjadi UU No. 33 Tahun 2004, yang berlaku sampai

sekarang. Perubahan peraturan perundang-undangan dilakukan sebagai sebuah

usaha untuk lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta

masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah.4

Adanya perubahan-perubahan besar dalam proses demokratisasi

kelihatannya memberikan rasa optimisme terhadap kondisi Indonesia yang lebih

baik lagi di masa mendatang. Melalui penyelenggaraan desentralisasi diharapkan

menghasilkan berbagai kebaikan, seperti, otonomi daerah, pemekaran dan

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung.

Harapan akan adanya perubahan positif tidak selalu sejalan dengan yang

direncanakan, desentralisasi pada beberapa negara termasuk di Indonesia diikuti

implikasi negatif. 5 Misalnya saja, di India, semakin menguatnya politik kasta dan

kelas.6 Sementara di Brazil, mendorong muculnya klientisme antara elite ekonomi

dan politik sehingga membuat pemerintahan tidak efektif dan efesien.

Kasus-kasus mengenai hadirnya elite politik informal dan politik lokal

seperti tengah menggejala di negara demokrasi baru. Di Filipina, bos lokal

menguatkan dirinya bersamaan dengan proses pembentukan negara pada

3
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, h. 1.
4
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, h. 1.
5
Leo Agustiono, Sisi Gelap Otonomi Daerah: Sisi Gelap Desentralisasi di Indonesia
Berbanding era Sentralisasi (Widya Padjadjaran,2011), h. 5.
6
Barbara Harris-White, India Working: Essay on Society and Economy, ( Cambridge
University Press: United States of America, 2003), h.7.

2
kemerdekaan 1946. Para kepala daerah di kabupaten dan kota puluhan tahun

mengambil untung dari mengelola tanah-tanah pemerintah. Anggota parlemen

distrik mengatur pengarahan kontrak proyek negara.7

Waktu yang lama memegang kekuasaan ekonomi dan politik membuat bos

lokal berhasil mengupulkan banyak modal. Tidak heran dalam setiap pemilihan

umum pergantiannya seringkali lama. Kalaupun berganti, pejabat terpilih berada

dalam kontrol bos lokal. Oleh karana itu bos lokal tetap memiliki hak istimewa

atas sejumlah tanah negara, kebal dari hukum, pengaturan proyek, dan monopoli

bisnis.

Kalau pada kasus Filipina kekuatan bos lokal muncul berbarengan dengan

proses pembentukan negara, di Thailand bos lokal baru muncul setelah adanya

pemilu pada tahun 1980-an. Para tokoh Bangkok di bidang agrabisnis, perbankan,

perniagaan dan industri mulai menganggap parlemen sebagai ranah penting untuk

mengamankan kekayaan ekonominya.8

Masuknya pengusaha Bangkok terkemuka dibantu oleh pengusaha

berbasis lokal. Pengusaha ini di Thailand dikenal dengan istilah chao po, yang

berarti bapak pelindung. Seorang chao pho memiliki kemampuan memenuhi

pesanan para patron dan kroni, juga kadang bagi diri mereka sendiri untuk

melakukan mobilisasi, manipulasi suara, dan pembelian suara ketika pemilu.

Melalui kemampuan yang dimiliki maka chao pho akan mendapat sejumlah

7
John T. Sidel, Bosisme dan Demokrasi di Filipina, Thailand, dan Indonesia, dalam
buku Politisasi Demokrasi: Politik Lokal Baru, (Jakarta: Demos, 2005), h. 78.
8
John T. SIdel, Bosisme dan Demokrasi di Filipina, Thailand, dan Indonesia, h. 82.

3
keuntungan ekonomi dan politik bagi dirinya. Biasanya monopoli ekonomi,

usaha-usaha ilegal sampai terhindar dari kekuatan hukum.9

Indonesia sendiri tidak bisa menghindari implikasi negatif dari

desentralisasi. Bagi sebagian daerah desentralisasi justru memberi kesempatan

pada elite lokal untuk menjadi raja-raja kecil yang hanya mementingkan

kepentingan pribadi dan kroni-kroninya. Banyak kepala daerah yang justru

membangun dinasti politik, dan banyak yang ditangkap karena korupsi.

Kondisi demikian terjadi karena para kepala daerah baik itu gubernur,

walikota dan bupati berusaha mengembalikan modal yang telah dikeluarkan dari

kantong pribadi atau bantuan para investor politik mereka. Kepala daerah

mengembalikan modal Pilkada dari korupsi yang bersumber dari uang dalam

APBD. Kalau modal sudah terlunaskan, para kepala daerah akan mengumpulkan

modal bagi dirinya sendiri untuk memenangkan pertarungan Pilkada selanjutnya.

Para investor politik di sini adalah para pengusaha yang mendanai para

calon kepala daerah dalam Pilkada. Para calon biasanya tidak memiliki cukup

dana untuk menutupi biyaya kegiatan-kegiatan selama Pilkada yang terbilang

cukup besar. Sebagai imbalan atas jasa para investor politik ini, kepala daerah

akan memberikan hak istimewa, yaitu perlindungan ekonomi dan politik. Kepala

daerah akan memberikan sejumlah projek tender kepada para investor politik yang

membantunya.10

9
John T. Sidel, Bosisme dan Demokrasi di Filipina, Thailand, dan Indonesia, h. 83.
10
Leo Agustino, Sisi Gelap Otonomi Daerah, h. 39.

4
Selain para pengusaha yang masuk dalam kegiatan-kegiatan politik untuk

memonopoli proyek-proyek dan kontrak negara, terdapat juga aktor-aktor yang

lain. Mereka adalah para politikus yang berhubungan dengan partai politik lama

Orde Baru atau mereka yang benar-benar baru, para aktivis yang menjadi

pemimpin di organisasi kepemudaan dan para preman-preman yang seringkali

menggunakan cara-cara kekerasan.11

Beberapa contoh kasus menunjukkan peranan elite lokal yang memegang

kendali ekonomi-politik terjadi di beberapa daerah. Di Provinsi Jambi, dikenal

HR, karena dianggap berjasa memenangkan pasangan gubernur pada Pilkada

2005, maka HR memiliki peranan penting di Jambi. Peranan itu diantaranya,

menentukan siapa yang boleh dipromosikan menjadi pejabat daerah, penentu

pengusaha yang akan ikut berbagai tender di Jambi, aktor mediasi antara LSM

(Lembaga Swadaya masyrakat) dengan gubernur, dan sejumlah peranan lain yang

strategis.12

Kalau di Jambi elite lokal berjalan secara informal, berada di luar

pemerintah, elite lokal di Bengkulu berjalan secara formal. Elite lokal di Bengkulu

dikenal sebagai “Staf Khusus Gubernur”. Hampir memiliki peranan yang sama

dengan yang terjadi di Jambi, “Staf Khusus Gubernur” menjadi operator binis dan

politik. Peranan didapatkan “Staf Khusus Gubernur” karena dianggap berjasa

11
Vedi R Hadiz, Dinamika Kekuasaan: Ekonomi Politik Indonesia Pasca-Soeharto
(Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2005), h. 244-245.
12
Leo Agustino, Sisi Gelap Otonomi Daerah, h. 42.

5
dalam pemenangan gubernur dan wakil gubernur Agusrin Maryono dan H.M

Syamlam.13

Kondisi politik lokal di mana elite lokal memainkan peranan dalam

kebijakan ekonomi dan politik bagi kepentingan pribadi dan kroni-kroninya tidak

hanya terjadi di daerah yang jauh dari pemerintahan pusat. Penelitian Syarif

Hidayat “Shadow State? Bisnis dan Politik di Provinsi Banten” menjelaskan

fenomena yang serupa terjadi di Banten. Kekuatan bisnis-jawara yang sebelumnya

berpatron kepada Soeharto, mendominasi politik dan ekonomi di Banten.

Aktor yang ada di Banten adalah H. Tb. Chasan Sochib, atau biasa dikenal

dengan julukan TB (Tuan Besar).14 TB mengatur kemenagan Djoko Munandar

yang diusung PPP dan Ratu Atut Chosyiah yang diusung Golkar sebagai calon

gubernur dan wakil gubernuar Banten pada 2001. TB adalah ayah dari Ratut Atut

Chosiyah. Melalui Ratu Atut Chosyiah, TB menguasai sejumlah proyek

pembangunan fisik dan konstruksi yang dibiyayai oleh uang negara.15

Kekuatan keluarga TB dalam ekonomi dan politik di Banten semakin

berurat berakar setelah Djoko Munandar diberhentikan sebagai Gubernur dengan

keputusan Keppres oleh presiden Susiolo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tahun

13
Leo Agustino, Sisi Gelap Otonomi Daerah, h. 43.
14
Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken, ed., Politik Lokal di Indonesia.
(Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2007), h. 274.
15
Nordholt dan Klinken ed., Politik Lokal di Indonesia, h. 295.

6
2005 karena diduga terlibat korupsi. Ratu Atut Chosyiah selanjutnya diangkat

menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Banten.16

Kontrol yang sudah dilakukan keluarga ini pada kebijakan ekonomi dan

politik di Banten membuat banyak modal terkumpul untuk membangun

kekuasaan keluarga serta jaringannya. Ratu Atut Chosiyah kembali diusung

Golkar dan M Masduki maju sebagai pasangan gubernur dan wakil gubernur pada

tahun 2006 dan menang. Setelah Atut banyak anggota keluarga yang masuk dalam

ranah politik praktis. Terbangunlah dinasti politik Ratu Atut di Banten.

Jejaring Dinasti Politik Ratu Atut Chosyiah menyebar pada ranah formal

dan informal. Pada ranah formal sejumlah anggota keluarga menduduki jabatan

eksekutif, legislatif dan partai politik. Sementara pada ranah informal, sejumlah

anggota keluarga mempunyai jabatan pada grup bisnis, organisasi bela diri,

kepemudaan, olahraga, dan sosial budaya.17

Tabel 1.A.1 Jejaring Dinasti Politik Ratu Atut Chositah

Jejaring Dinasti Politik Ratu Atut


No Anggota Keluarga Ranah Formal Ranah Informal
1 Ratu Atut Chosyiah Gubernur Banten priode
2007-2012 dan 2012 dan
2017
2 Tb Chasan Sochib, Ketua Kadin (Kamar
bapak kandung. Dagang dan Industri)
Indonesia Banten 2000-
2001.18 Ketua Gabungan

16
“Dinasti Ratu Atut Setelah Delapan Tahun Berkuasa”, Diakses dari http:/ /nasional
.kompas.com/read/2013/12/18/0729208/Dinasti.Politik.Ratu.Atut.Setelah.Delapan
.Tahun.Berkuasa pada 16 September 2015.
17
“Mengapa Politik Dinasti Harus Dicegah”, Diakses dari http://saifulmruky. Blogspot
.co.id/2013/03/mengapa-politik-dinasti-harus-dicegah.html pada 3 Oktober 2015.
18
Website Resmi Kadin Provinsi Banten, Diakses dari
http://www.banten.kadinprovinsi.or.id/ pada 3 Oktober 2015.

7
Pengusaha Konstruksi
Nasional (Gapesindo)
Indonesia Banten. Ketua
Lembaga Pengembangan
Jasa Konstruksi (LPJK)
Nasional Indonesia Banten.
Ketua Masyarakat
Agrabisnis dan
Agroindustri Indonesia
Banten. Ketua Persatuan
Pendekar, Persilatan dan
Seni Budaya Banten
(PPPSBB). Ketua Wushu
Indonesia Banten. Ketua
Satuan Karya (Satkar)
Ulama Banten.
3 Hikmat Tomet, suami, ketua DPD II Golkar
Provinsi Banten, anggota
DPR RI 2009-2014.
4 Andika Hazrumy, anak Anggota DPD Banten wakil ketua GP Ansor,
pertama, 2009-2014 dan anggota ketua Taruna Tanggap
DPR RI 2015-2019,19 Bencana dan Bendahara
Karang Taruna Banten.
3 Andira Aprilia Hikmat, DPD RI 2014-2019.20
anak kedua.
4 Ade Rossi ketua Komite Olahraga
Khoerunnisa, Menantu Nasional Indonesia (KONI)
(istri Andika), Wakil Serang, Ketua Himpunan
ketua DPRD kota Pendidik dan Tenaga
Serang 2009-2014, Kependidikan Anak Usia
Dini (Himpaudi) Banten.
Ketua Pusat Pelayanan
Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak
(P2TP2A) Banten.21
5 Tanto Warsono Arban, anggota DPRD Banten ketua Himpunan Pengusaha
menantu (suami 2015-2019 Muda (Hipmi) Banten,
Andiara), ketua DPP KNPI Banten
2013-2016,22 bendahara

19
“Ini Dinasti Banten yang Lolos ke Senayan”, Diakses dari http://www.republika.co.id/
berita/nasional/politik/14/04/26/n4lufy-ini-dinasti-banten-yang-lolos-ke-senayan pada 3 Oktober
2015.
20
“Profil Senator RI 2015-2019”, Diakses dari http://dpdri.merdeka.com/senator/andiara-
aprilia-hikmat.html pada 3 Oktober 2015.
21
“Mengapa Politik Dinasti Harus Dicegah”, Diakses dari
http://saifulmruky.blogspot.co.id/2013/03 /mengapa-politik -dinasti-harus-dicegah.html pada 3
Oktober 2015.
22
“Dinasti Ratu Atut Kuasi KNPI Banten”, Diakses dari http://www.gresnews.co
m/berita/ politik/1581412-dinasti-atut-kuasai-knpi-banten/0/ pada 3 Oktober 2015.

8
DPD I Golkar Banten versi
Aburizal Bakrie.23
6 Heryani, ibu tiri, Wakil Bupati Pandeglang
2011-2016.
7 Ratna Komala, ibu tiri, Anggota DPRD Kota ketua Persatuan Artis Film
Serang.24 Indonesia (Parfi) Banten.
8 Ratu Tatu Chasanah, Ketua DPD Golkar Ketua Palang Merah
adik kandung, kabupaten Pandeglang, Indonesia (PMI).
Wakil Bupati Serang
2010-2015,
9 Tubagus Chaeri Ketua Angkatan Muda Ketua Kadin Banten 2007-
Werdana, adik Partai Golkar (AMPG), 2012 dan 2012-2017.25
kandung,
10 Airin Rachmi Diany, walikota Tangerang
adik ipar (istri Tubagus Selatan 2011-2016 dan
Chaeri Werdana), maju lagi di Pilkada 2015
untuk menjadi walikota
Tangerang Selatan, ketua
DPD Golkar Tangerang
Selatan.
11 Tubagus Haerul Jaman, walikota Serang 2011-
adik tiri, 2016.
12 Ratu Lilis Karyawati, ketua DPD Golkar kota
saudara tiri, Serang 2009-2014.
13 Aden Abdul Khaliq, Anggota DPRD Banten,26 ketua DPP KNPI Banten
2010-2013,27 ketua
Persatuan Basket Seluruh
Indonesia (Perbasi) kota
Serang.

23
“Pasangan Balon Pilkada Pandeglang Irna Tanto Didukung 11 Partai”, Diakses dari
http://www.beritasatu.com/nasional/ 293288-pasangan-balon-pilkada-pandeglang-irnatanto-
didukung-11-partai.html pada 3 Oktober 2015.
24
“Gurita Politik Keluarga Ratu Atut di Banten”, diakses dari
http://www.kemendagri.go.id/ news/2013/10/10/gurita-politik-keluarga-ratu-atut-di-banten pada 3
Oktober 2015
25
“Adik Gubernur Pimpin Kadin Banten”, diakses dari
http://palapanews.com/2012/07/03/ adik-gubernur-pimpin-kadin-banten/ pada 3 Oktober 2015.
26
“Gurita Politik Keluarga Ratu Atut di Banten”, diaksesdari
http://www.kemendagri.go.id/news/2 013/10/10/gurita-politik-keluarga-ratu-atut-di-banten pada 3
Oktober 2015.
27
“Adik Ipar Gubernur Banten Jadi Ketua KNPI”, diakses dari
http://www.republika.co.id /berita/breaking-news/nusantara/10/12/18/153113-adik-ipar-gubernur-
banten-jadi-ketua-knpi pada 3 Oktober 2015

9
Terbangunnya jejaring kekuasaan dinasti politik Ratu Atut semakin

memudahkan penguasaan terhadap keuangan daerah yang bersumber dari APBD

bahkan APBN di Banten. Penulis “Dinasti Rente”, Dahnil Anzar, memperkirakan

dinasti Atut mengambil keutungan dari satu tahun anggaran di provinsi Banten

sekitar 20-30%.28

Luasnya jejaring kekuasaan ekonomi dan politik Dinasti Atut mampu

mengambil keungtungan juga dari APBD kabupaten/kota. Karena pada tingkat

kabupaten dan kota yang dikuasai jejaringnya terdapat APBD sendiri, sehingga

terdapat pula potensi untuk mengambil keuntungan pribadi. Misalnya saja APBD

pada tahun 2013, Kota Serang memiliki 869,7 Miliyar, Kabupaten Serang 2,04

Trilun, dan Kabupaten Pandeglang 1,5 Triliun.29

Kepentingan dinasti politik Ratu Atut yang mengejar kepentingan

ekonomi semakin jelas ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

mengungkap suap 1 miliar yang dilakukan oleh Tubagus Chaeri Werdana kepada

ketua Mahkamah Konstiusi (MK), Akil Mochtar, untuk putusan pemilihan bupati

Lebak.30 Dari kasus suap Tubagus Chaeri Werdana kepada Akil Mochtar

membuka kasus korupsi dana APBD di Tangerang Selatan. Kasus korupsi itu

adalah pengaturan proyek Alat Kesehatan (Alkes), pembangunan fisik Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) dan pembangunan puskesmas Tangerang Selatan.31

28
Dahnil Anzar, Dinasti Rente, (Jakarta: Booknesia, 2014), h.13
29
Dahnil Anzar, Dinasti Rente, 17.
30
“Atut Tak Gunakan Gelar Ratu di Paspor”, diakses dari http://nasional.tempo.co/read/
news/2013/10/21/078523295/Atut-Tak-Gunakan- Gelar-Ratu -di-Paspor pada 2 Oktober 2015.
31
Diakses dari http://satelitnews.co.id/?p=45337 pada 2 Oktober 2015.

10
Tubagus Chaeri Werdana bukanlah kepala daerah atau pejabat publik

namun memiliki pengaruh yang begitu besar dalam kebijakan ekonomi dan politik

di pemerintahan Banten. Fenomena aktor Tubagus Chaeri Werdana di Kota

Tangerang Selatan disebut sebagai „wali kota malam‟, karena Airin Rachmi Diany

sebagai walikota Tangerang Selatan dikendalikan oleh suaminya. Tubagus Chaeri

Werdana disebut banyak menentukan monopoli penggarapan proyek dari dana

APBD, sehingga jatuh ke tangannya, keluarganya atau kroni-kroniya.32

Tubagus Chaeri Werdana memiliki harta yang berlimpah. Berdasarkan

Laporan Harta Kekayaan Penyelenggaran Negara (LHKPN) Agustus 2010,

laporan yang diberikim Airin saat mencalonkan diri sebagai Wali kota Tangerang

Selatan 2011-2016, total harta kekayaan sebesar Rp103,9 Miliyar.33 Walaupun

kekayaan yang ada dalam laporan ini atas nama Airin, tapi kekayaan ini adalah

milik Tubagus Chaeri Werdana yang sebagian mengatasnamakan istri dan

dirinya.34

Fenomena aktor seperti Tubagus Chaeri Werdana yang menjadi “wali kota

malam” akan membuat tujuan dari desentralisasi yang menghasilkan good

government dan good governance, peningkatan kesejahtraan dan pembangunan

daerah akan menjadi terganggu. Padahal Tangerang Selatan memiliki potensi

besar untuk menjadi daerah maju dengan anggaran yang tersedia dalam APBD
32
“Airin Wali Kota Siang Wawan Wali Kota Malam”, diakses dari
http://nasional.tempo.co/ read/news/2013/10/24/063524184/Airin-Wali-Kota-Siang-Wawan-Wali-
Kota-Malam pada tanggal 15 Mei 2015.
33
“Harga-harga Mobil Mewah Milik Airin dan Wawan Adik Ratu Atut”, diakses dari
http://news.liputan6.com/read/710848/harga-harga-mobil-mewah-milik-airin-dan-wawan-adik-
ratu-atut pada tanggal 20 Mei 2015.
34
“Pengacara Wajar Aset Wawan Atas Nama Airin”, diakses dari http://nasional.tempo
.co/read/news/2014/02/04/063550838/pengacara-wajar-aset-wawan-diatasnamakan-airin pada
tanggal 20 Mei 2015.

11
untuk pembangunan. APBD Tangsel tahun 2010 sebesar Rp 794,4 Miliyar, tahun

2011 sebesar Rp 1,3 Triliyun, dan tahun 2013 sebesar Rp 1,8 Triliyun.

Pembangunan yang ada di Tangerang Selatan justru banyak dilakukan oleh

pengembang besar: Bumi Serpong Damai, Bintaro Jaya, Lippo Vilage, Citra

Raya, Summarecon Serpong, Paramount dan Alam Sutra. Jadi tidak bisa dinilai

keberhasilan pemerintah kota Tangerang Selatan dari wilayah yang dibangun

pengembang ini, karena sebelum Kota Tangerang Selata terbentuk pembangunan

oleh pengembang sudah dilakukan.35

Melihat latar belakang yang baru penulis sampaikan,Tubagus Chaeri

Werdana adalah salah satu fenomena pengusaha lokal di Indonesia yang masuk ke

ranah politik di daerah untuk melakukan pertahanan kekayaan (wealt defense)

melalaui uang yang bersumber dari APBD. Oleh karena itu, penulis merasa

penting untuk meneliti “Oligarki Lokal: Kekuasaan Ekonomi dan Politik Tubagus

Chaeri Werdana di Tangerang Selatan 2010-2013”. Penulis akan menggunakan

teori oligarki Jeffrey A. Winters untuk menjelaskan proses politik pertahanan

kekayaan oleh aktor oligark dalam kebijakan ekonomi dan politik di Tangerang

Selatan untuk meningkatkan kekayaan prribadi dan kroni-kroni.

35
Pitri Yandri, Tangerang Selatan: Di Tengah Dinamika Pembangunan Ekonomi
Regional dan Nasional, (STIE Ahmad Dahlan Press: Tangerang Selatan,2013), h.5.

12
B. Pertanyaan Penelitian

Dengan pembahasan di atas, maka pertanyaan yang akan dijawab oleh

penulis.

1. Bagimana Tubagus Chaeri Werdana membangun kekuasaan oligarkis

di Kota Tangerang Selatan?

2. Seperti apa peranan Tubagus Chaeri Werdana dalam kebijakan

ekonomi dan politik di Kota Tangerang Selatan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian:

a. Untuk mengetahui bagaimana Tubagus Chaeri Werdana dalam

membangun kekuasaan oligarkis di kota Tangerang Selatan.

b. Untuk mengetahui seperti apa pola keterlibatan Tubagus Chaeri

Werdana dalam kebijakan ekonomi dan politik di kota Tangerang

Selatan.

2. Manfaat penelitian:

Penelitian diharapkan memberikan manfaat akademis dan manfaat praktis:

a. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi literatur keilmuan di

bidang studi Ilmu Politik, khususnya dalam penelitian yang berkaitan dengan

desentralisasi dan ekonomi-politik.

13
b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bahwa sejak

berlangsungnya desantralisasi ke daerah, ekonomi masih terkonsentrasi di

sejumlah orang saja tidak terdistribusi secara adil dan merata.

D. Tinjauan Pustaka

Usaha penelitian untuk menjelaskan sepak terjang Tubagus Chaeri

Werdana sebagai aktor oligark dengan menggunakan pendekatan oligarki di kota

Tangerang Selatan sangat jarang bahkan hampir tidak ada. Tetapi penelitian yang

berkaitan dengan bisnis dan kekuasaan di daerah sudah ada, diantaranya sebagai

berikut.

Pertama, skripsi di FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditulis

oleh M. Faisal Husen dengan Judul Dinasti Politik: Perebutan kekuasaan

Keluarga Ratu Atut Chosiyah Dengan Ismet Iskandar di Kabupaten Tangerang,

Provinsi Banten. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, waktu penelitian

dilakukan pada tahun 2014, dan tempat melakukan penelitian di kabupaten

Tangerang. Penelitian ini menggunakan sejumlah teori dan konsep, diantaranya

dinasti politik, patron-client dan kekuasaan elite.

Temuan dari skripsi di atas bahwa kemenangan dinasti politik Ismet

Iskandar atas dinasti politik Ratu Atut dalam Pilkada Kabupaten Tangerang

dikarenakan oleh politik kekeluargaan. Ahmed Zaki Iskandar keluar sebagai

pemenang dalam Pilkada kabupaten Tangerang tahun 2013 dikarenakan pengaruh

14
nama besar ayahnya Ismet Iskandar, yang sudah menjabat sebagai bupati selama

dua periode.

Kedua, penulisan dalam skripsi ini juga mengacu pada buku berjudul

Politik Lokal di Indonesia, buku yang dieditori oleh Henk Schulte Nordholt dan

Gerry Vanklinken. Dalam buku ini terdapat penelitian yang dibuat oleh Syarif

Hidayat dengan judul Shadow State? Bisnis dan Politik di Provinsi Banten.

Penelitian menggunakan metodologi kualitatif, teori dan konsep yang

dioperasikan adalah informal economy dan shadow state.

Temuan Hidayat, bahwa telah terjadi premanisme proyek di Banten, hal

ini terjadi terlihat dari interaksi yang berlangsung antara penguasa, pengusaha,

dan jawara, pada khususnya, dan pola hubungan bisnis dan politik pada

umumnya.36 Aktor yang melakukan premanisme proyek dilakukan oleh seorang

elite lokal dengan sebutan TB (Tuan Besar), atau lebih dikenal di Banten sebagai

jawara.

TB bekerja untuk mengatur pemenagan gubernur dan wakil gubernur

Djoko Munandar-Atut Chosiyah. Kemudian, TB menguasai baik secara formal

maupun informal dana APBD maupun APBN yang ada di Banten. Terbukti pada

tahun anggaran 2003, sang TB menguasai sejumlah proyek infrastuktur, kalaupun

proyek itu dijalanakan oleh orang lain maka harus membayar fee-proyek antara

10-11% dari nilai proyek.37

36
Henk Schulte Nordholt dan Gerry Van Klinken, “Politik Lokal di Indonesia”, (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor, 2004), h. 278.
37
Henk Schulte Nordholt dan Gerry Van Klinken, Politik Lokal di Indonesia, h. 295.

15
Ketiga, buku berjudul Dinamika Kekuasaan: Ekonomi Politik Indonesia

Pasca Soeharto, dengan nama peneliti Vendi R hadiz. Di dalam buku terdapat

bagian yang memuat penelitian dengan judul Kekuasaan dan Politik di Sumatra

Utara: Reformasi Yang Tidak Tuntas. Penelitian ini dilakukan oleh Vedi R Hadiz

di Sumatra Utara pada tahun 2012 menggunakan metodologi kualitatif, dengan

teori dan konsep, diantaranya patront-klien, transisi demokrasi dan good

governance.

Temuan dari penelitian ini bahwa kekuasaan di daerah ini masih dipegang

oleh aktor-aktor lama yang memiliki sumberdaya kekuasaan seperti uang, mesin

birokrasi dan penggunaan cara kekerasan oleh pereman yang dimiliki sejak masa

Soeharto. Aktor-aktor ini berjuang untuk merebut kendali pemerintahan daerah

melalui pemilihan kepala daerah di parlemen agar bias menguasai keuangan

daerah.

Yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis buat

adalah aktor, tempat, waktu, teori dan konsep. Penelitian skripsi ini akan meneliti

Kekuasaan Tubagus Chaeri Werdana di Tangsel pada tahun 2008-2014, serta

berfokus terhadap politik pertahanan kekayaan yang dilakukan Tubagus Chaeri

Werdana. Penelitian terdahulu yang sudah peneliti sebutkan mengabil model

kekuasaan yang diteliti adalah elite, sedangkan dalam skripsi yang peneliti buat

ini model kekuasaan yang akan peneliti teliti adalah oligark.

16
E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode kualitatif. Pada dasarnya

penelitian kualitatif merupakan suatu proses investigasi, mirip dengan pekerjaan

detektif. Metode kualitatif didefinisikan sebagai metode yang meneliti subjek

penelitian atau informan dalam lingkup kesehariannya.38 Metode kualitatif

mnggunakan sumber berupa narasi, penuturan informan, dokumen-dokumen,

bukan data berupa angka-angka yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif,

seperti data ordinal dan interval.39

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian maka pelaksanaan penelitian ini dilakukan

di wilayah Kota Tangerang Selatan dan sebagian Provinsi DKI Jakarta. Pada

lembaga-lembaga terkait yang memahami sepak terjang Tubagus Chaeri Werdana

sebagai oligark di Tangerang Selatan. Lemabaga tersebut adalah LSM yang

bergerak di bidang anti korupsi, Partai Golkar, lemabaga kosultan politik dan

DPRD.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan antara peneiti dan responden, di mana

pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh

38
Usaman dan Abdi, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi,
(Bandung: Alfabeta, 2008), h.6.
39
Usaman dan Abdi, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi,
h.11.

17
pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban respoden dicatat atau

direkam dengan alat perekam.40 Dalam penelitian kualitatif responden disebut

informan, dalam penelitian ini informan yang telah penulis wawancarai sebanyak

6 orang, antara lain: TB Ace Hasan Sadli sebagai ketua DPD Golkar Banten versi

Agung Laksono, Ade Irawan sebagai Peneliti ICW, Very Muchlis sebagai

konsultan politik Airin pada Pilkada Kota Tangerang Selatan 2010, Ruhamaben

sebagai wakil ketua DPRD Kota Tangerang Selatan 2009-2014, Andi Syafrani

sebagai lawyer pasangan Arsyid dan Andre Taulani pada Pilkada Kota Tangerang

Selatan 2010, dan anonim yang tidak mau disebutkan namanya

Para informan yang telah penulis wawancarai adalah pihak yang

mengetahui bagaiaman permasalahan kekuasaan oligarki Tubagus Chaeri

Werdana yang berlangsung di kota Tangerang Selatan. Oleh karena itu dalam

menentukan narasumber penulis menggunakan teknik purposive sampling,

informan ditentukan berdasarkan kedalaman informasi yang dimiliki informan,

bukan seberapa banyaknya informan.41

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah pedoman

wawancara, recorder dan buku catatan. Pedoman wawancara digunakan agar

penulis dapat menyaring apa saja yang seharusya ditanyakan.

40
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
h. 67.
41
Usman Rianse, Metodologi Penelitian Sosisl dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi,
(Alfabeta: Bandung, 2008), h. 12.

18
b. Dokumentasi

Pengumpulan data melalui dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data

dari wawancara terhadap informan dan literatur berupa dokumen-dokumen hasil

penelitian, berita dan aturan perundang-undangan terkait tema yang diteliti,.

4. Sumber dan Jenis Data

Sumber data diperoleh dari dokumen-dokumen yang penulis ambil dari

hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan penulis terhadap informan.

Dari hasil observasi penulis mendapatkan dokumen hasil penelitian, berita, aturan

perundang-undangan, dan sejumlah dokumen persidangan korupsi alat kesehatan

kota Tangerang Selatan. Dari wawancara penulis mendapatkan data berupa

penuturan yang berisi informasi terkait tema penelitian.

Berdasarkan jenisnya data dibedakan menjadi dua macam, yaitu data

primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh oleh penulis

langsung di lapangan dari sumber sumber pertama, atau key informan. Sedangkan

data sekunder adalah data yang sudah tersedia dari orang lain atau lembaga terkait

terkait informasi yang dibutuhkan.42

5. Analisis Data Penelitian

Analisis data penelitian adalah untuk mengelola data yang sudah

dikumpulkan. Penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu

metode berusaha menggambarkan dan memecahkan masalah secara sistematis dan

akurat mengenai sifat-sifat keadaan, gejala, fenomena, dan objek yang diteliti.

42
Usman Rianse, Metodologi Penelitian Sosisl dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi,
(Alfabeta: Bandung, 2008), h. 11.

19
Proses ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan.43

F. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan penulisan, maka penelitian skripsi dibuat sistematika

penulisan yang membagi pembahasan ke dalam lima bab, dan masing-masing

bab akan dibagi lagi menjadi sub-sub yang terdiri sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi pernyataan masalah,

pertanyaan penelitian tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian

dan sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI DAN KONSEPTUALISASI

Dalam bab ini menjelaskan teori dan konsep yang

digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori oligarki,

konsep shadow state dan informal ekonomi.

BAB III DESENTRALISASI POLITIK dan

BERTUMBUHNYA OLIGARKI Dalam bab ini

menjelaskan gambaran umum dari sentralisasi

korupsi ke desentralisasi korupsi dalam politik lokal

di Indonesia, profil Tubagus Chaeri Werdana, dan

dinamika sosial politik Kota Tangerang Selatan dari

pemekaran hingga Pilkada.

43
Usaman dan Abdi, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi,
h.30.

20
BAB IV TUBAGUS CHAERI WERDANA dan SHADOW

STATE di KOTA TANGERANG SELATAN

Dalam bab ini menjelaskan permasalahan kekuasaan

oligarki Tubagus Chaeri Werdana dalam kebijakan

ekonomi dan politik di kota Tangerang Selatan.

Serta proses kerja pemerintahan informal yang

berada di bawah kekuasaan oligarko Tubagus

Chaeri Werdana

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi

kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan dan memberikan saran yang berkaitan

dengan masalah yang dibahas untuk memperoleh

solusi atas permasalahan tersebut.

21
BAB II

LANDASAN TEORI dan KONSEPTUALISASI

Landasan teori dan konseptualisasi adalah penjelasan mendalam mengenai

teori dan konsep yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini. Dalam

bab ini teori oligarki Jefrrey A. Winters, juga konsep shadow state dan ekonomi

informal akan dijabarkan secara jelas dan rinci untuk digunakan dalam

menganalisis “Tumbuhnya Oligarki Lokal: Kekuasaan Ekonomi dan Politik

Tubagus Chaeri Werdana di Kota Tangerang Selatan”

A. Oligarki

1. Pengertian Oligarki

Oligarki merupakan sebuah konsep yang lazim digunakan dalam ilmu

sosial untuk menjelaskan bentuk kekuasaan negara atau organisasi, namun

pengertianya masih menjadi bahan diskursus. Secara bahasa istilah oligarki

berasal dari bahasa Yunani oligarkhia, yang terdiri dari kata oligoi (sedikit) dan

arkhein (memerintah), jadi oligarki adalah pemerintahan oleh sedikit orang.

Dalam kamus International Encyclopedia of Social Sciences oligarki didefinisikan

sebagai bentuk pemerintahan di mana kekuasaan politik berada di tangan

minoritas kecil.1

Pengertian oligarki yang paling awal merujuk pada penjelasan Aristoteles

mengenai tipologi kekuasaan. Aristoteles mengatakan bahwa oligarki adalah

sebuah sistem pemerintahan oleh sedikit orang kaya yang biasa disebut kaum

1
Jefferey A. Winters, Oligarki, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2011), 1.

22
aristokrat yang bertujuan demi kepentingan pribadi mereka dan tanpa keadilan.2

Penjelasan Aristoteles tentang oligarki bahwa jumlah orang yang berkuasa

menjadi dasar hanya memberikan tawaran bentuk-bentuk pemerintahan yang

baginya ideal dan yang memungkin bisa diterapkan oleh sebuah negara.

Pandangan lain dikemukakan oleh Robert Michels, bagi Michels oligarki

adalah sebuah konsep yang menjelaskan kecenderungan kekuasaan menjadi

terkonsentrasi pada sekelompok elit yang membuat keputusan dan bertindak

memiliki konsekuensi besar pada hampir pada mayoritas anggota sebuah

organisasi,3 dan diorientasikan lebih ke arah merawat posisi kekuasaan mereka

ketimbang melihat kepentingan anggota dari organisasinya. Proses yang

dijelaskan Michels terjadi dalam partai politik, organisasi dan masyarakat modern

meskipun mekanisme yang digunakan organisasi tersebut adalah demokrasi.4

Penjelasan Michels dalam hal ini mengenai oligarki belum memuaskan,

karena penggunaan istilah oligarki dan elit masih tumpang tindih, tesis Michels

yang mengatakan di semua masyarakat dan semua organisasi tunduk pada hukum

besi oligarki justru kelihatannya lebih menawarkan analisis bagaimana kaum elit

mendominasi sebuah oraganisasi ketimbang menjelaskan oligarki itu sendiri.5

Namun pandangan Aritoteles, Michels, juga perintis teori elit seperti Vilfrdo

2
David Boucher dan Paul Kelly ed., Political Thinker: From Socrates to the Present,
(Oxford Ubiversity Press: New York, 2003), 83.
3
C. Wright Mills, The Power Elite, 3-4
4
Doyle Paule Johnson, Contemporary Sociological Theory: An Integrated Multi-Level
Approach, (Springer: New York, 2008), 403.
5
John Hoffman, A Glossary of Political Theory, (Edinburgh University Press: Edinburgh,
2007), 113.

23
Pareto dan Gaetano Mosca menjadi pijakan dalam kepustakaan ilmu politik untuk

menjelaskan dominasi kekuasaan minoritas.

Ilmuan politik seperti Joel S. Migdal juga dalam studinya tentang

kekuasaan strongmen di duni ketiga memperkaya kepustkaan ilmu politik soal

kekuasaan elit dan oligarki. Studi Migdal soal strongmen membahas hubungan

masyarakat dan negara yang mengatakan terdapat dominasi kekuasaan yang

dilakukan oleh anggota dari masyarakat yang memiliki basis kekuasaan yang

lebih dibanding anggota masyarakat yang lebih luas, sehingga membuat

kemampuan kepemimpinan negara menjadi tidak efektif.

Strongmen adalah aktor politik yang memiliki latar beragam, bisa seorang

tuan tanah, mafia, pembisnis, preman dan kekuatan marga atau dinasti. Fokus

Migdal bukan pada latar belakang strongmen, tapi strongmen dengan aturan dan

sistem keadilan yang dibangunnya menyerupai negara membuat pemimpin negara

tidak bisa menjalankan kebijakan secara efektif sehingga strongmen dapat

menguasai sumberdaya negara seperti tanah, air, dan kontrak negara. 6

Berbeda dengan Migdal, John T Sidel menawarkan kosep bosisme untuk

menjelaskan aktor dalam masyarakat yang memiliki kemampuan yang lebih dari

anggota yang lebih luas. Tapi bosisme pada beberapa negara yang ditemui justru

6
Joel S. Migdal, State in Society: Studying How State and Societies Transform and
Constitute One Other, (Cambridge University Press: New York, 2004), 67.

24
tidak menghabat kebijakan yang telah dibuat oleh pemimpin negara, sehingga

pada beberapa negara mampu menjalani proses industrialisasi dan demokratisasi.7

Antara strongman dan bosisme bertujuan sama, yakni aktor yang bertujuan

menguasai sumberdaya yang dimiliki negara. Tapi siapa dan jenis sumberdaya

kekuasaan seperti apa yang dimiliki strongman dan bosisme masih menjadi

persoalan kalau dimasukkan ke dalam kekuasaan oligarki dan elit, karena fokus

dari Migdal dan Sidel hanya melihat kemunculan agen dalam mayarakat yang bisa

saja seorang tuan tanah, pengusaha, mafia, kekuatan marga atau keluaraga yang

lebih kuat kekuasaannya dibanding penguasa negara untuk menguasai

sumberdaya negara.

Penjelasan sejumlah tokoh dalam ilmu politik mengenai oligarki dan elit

cukup membingungkan, penyamaan dalam menggunakan oligarki dan elit dalam

dominasi kekuasaan minoritas harus diluruskan. Karena pada kenyatannya segala

bentuk kekuasaan, pengaruh, atau pemerintahan minoritas itu tidaklah semuanya

sama. Jika dilihat dari dasar jenis pembentuk oligarki apakah itu berupa kekayaan,

birokrasi, silsilah, agama, ciri fisik, koneksi sosial, dan pandangan politik belum

ada yang mengatakan dengan pasti.

Perubahan makna atas oligarki dilakukan Jeffrey A. Winters, oligarki

dirumuskan menjadi sebuah teori. Oligarki digunakan sebagai suatu alat analisis

dimulai dengan menjelaskan aktor yang oleh tokoh sebelumnya dalam melihat

kekuaasaan oleh sekelompok minoritas disamakan semua dengan istilah elit, lalu

7
John T. Sidel, Bosisme dan Demokrasi di Filipina, Thailad, dan Indonesia: Menuju
Kerangka Analisis Baru Tentang Orang Kuat Lokal, dalam buku Politisasi Demokrasi: Politik
Lokal Baru, John Harris ed., (Demos: Jakarta, 2005), 75.

25
oleh Winters pada kasus yang terdapat hubungan antara kekayaan dan kekuasaan

diluruskan istilahnya menjadi oligark. Oligark hanya berfokus pada aktor yang

melakukan usaha-usaha politik untuk mengamankan harta. Oligark berbeda dari

semua minoritas kekuasaan yang lain karena dasar kekuasannya adalah kekayaan

materil.

Teori oligarki Winters yang menjelaskan bagaimana aktor yang bertujuan

mengejar kekayaan ekonomi ada beberapa kesamaan dengan tesis Vedi R. Hadis

soal kekuasaan predatoris. Kekuasaan predatoris adalah aparat negara dan otoritas

publik yang menjadi milik dari suatu korps birokrat-politik yang tujuan utamanya

adalah kekayaan ekonomi dan politik mereka sendiri. Kehidupan ekonomi

dikendalikan dengan penggunaan kekuasaan ketimbang menggunakan aturan-

aturan, dan lebih memikirkan alokasi daripada regulasi. Namun pembahasan

kekuasaan predatoris berkaitan dengan sistem ekonomi kapitalis,8 sedangkan

pembahasan oligarki berfokus pada aktor yang berusaha mempertahankan

kekayaan saja tidak ajek pada sistem ekonomi dan politik tertentu.

Hubungan antara uang dan kekuasaan tidak bisa dielakkan dalam studi

politik, ketidaksetaraan besar dalam kekayaan menghasilkan ketidaksetaraan besar

dalam kekuasaan dan pengaruh politik dalam demokrasi. Seorang kandidat politik

yang memiliki uang sangat banyak dalam pemilu lebih susah dikalahkan

dibanding yang memiliki uang sedikit. Gerakan politik yang dananya lancar lebih

8
Richard Robinson dan Vedi R Hadiz, Reorganaizing Power in Indonesia: The Politics
of Oligarchy in an age of Markets, (RoutledgeCurzon: London, 2004), h.41.

26
berpengaruh daripada yang dananya macet. Kementrian yang memiliki dana besar

lebih memiliki kekuasaan lebih besar.

Selanjutnya Winters menberikan sebuah konsep pertahanan kekayaan

(wealth defense), yang memiliki dua komponen: pertahanan harta (property

defense) dan pertahanan pendapatan (income defense).9 Oligark sebagai aktor

yang memiliki kekayaan berlimpah seringkali mendapat berbagai bentuk ancaman

dari pihak luar terhadap harta dan pendapatan. Konsep pertahanan kekayaan dapat

menjelaskan bagaimana cara yang dilakukan oligark dalam menghadapi berbagai

bentuk ancaman yang datang dari luar.

Melalui pengertian yang jelas mengenai oligark dan pertahanan kekayaan

teori oligarki dirumuskan. Teori oligarki adalah usaha untuk dapat menjelaskan

bagaimana kekayaan terkonsentrasi menciptakan kapasitas, motivasi, dan masalah

politik tertentu bagi mereka yang memilikinya. Definisi oligarki “politik

pertahanan kekayaan oleh pelaku yang memiliki kekayaan material”.10

Jadi teori oligarki Winters dapat dijelaskan dengan memulainya dengan

menentukan aktor oligark, bagaimana pertahanan kekayaan dilakukan, kemudian

melihat bentuk kekuasaan oligarki itu sendiri. Sumber variasi oligarki terletak

pada sifat ancaman terhadap kekayaan, bagaimana masalah utama pertahanan

kekayaan dikelola secara politik, dan kadar keterlibatan langsung dan tidak

langsung oligark dalam pemerintah.

9
Jeffrey A. Winters, Oligarki, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2011), 11.
10
Jeffrey A. Winters, Oligarki, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2011), 10.

27
Setelah mengemukakan berbagai penjelasan tentang pengertian-pengertian

oligarki, penjelasan tentang kekuasaan elit yang oleh tokoh perintis teori elit

menyamakannya dengan kekuasaan oligarki, begitupula dengan penjelasan tokoh

yang menggunakan bentuk kekuasaan oligarki dan elit dalam temuan studinya,

pada akhirnya skripsi ini hanya menggunakan teori oligarki yang diteoritisasikan

oleh Jeffrey A. Winters.

Gambar III.1. Proses Pertahanan Kekayaan Oligark

Oligark Politik Pertahanan Kekayaan Kekuasaan Oligarki

Sumber: diolah dari Jeffrey A. Winters, Oligarki, (PT Gramedia Pustaka

Utama: Jakarta 2011)

2. Pengertian Oligark

Oligark didefinisikan sebagai “pelaku yang menguasai dan mengendalikan

konsentrasi besar sumber daya material yang bisa digunakan untuk

mempertahankan atau meningkatkan kekayaan pribadi dan posisi sosial

eksklusifnya”.11

Dari definisi oligark memberi pemahaman bahwa kekuatan material

merupakan inti dari oligark, dengan penekanan ini akan membantu membedakan

dengan tipe-tipe kekuasaan dan pengaruh kekuasaan minoritas bedasarkan

berbagai jenis sumber daya kekuasaan yang dimiliki oleh pelaku minoritas.

11
Jeffrey A. Winters, Oligarki, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2011), 8.

28
Kekuatan material oligark bukan berarti borjuis kapitalis yang dibicarakan

oleh Karl Mark, karena pusat perhtian oligark pada kekuasaan pelaku yang

menggunakan sumber daya material di bidang politik dengan efek ekonomi.

Sedangkan borjuis kapitalis Marx mengutamakan kepemilikan sara produksi

untuk menarik surplus, yang menjadi fokus adalah sumber daya material di bidang

ekonomi dengan efek sosial dan politik.

Sumber daya kekuasaan individu terdiri dari: (a) hak politik formal (b)

jabatan resmi (baik dalam maupun di luar pemerintah, seperti organisasi) (c)

kuasa pemaksaan (coercive power) (d) kekuatan mobilisasi (mobilizational

power) dan (e) kekuasaan material (material power).12

Dengan adanya daftar sumber daya kekuasan individual dapat

membedakan secara tajam antara bentuk kekuasaan minoritas elite dan oligarkis.

Keempat sumber daya kekuasaan yang disebut pertama ketika dipegang oleh

individu secara terkonsentrasi, eksklusif, dan tak sepadan menghasilkan

kekuasaan elit. Hanya yang terakhir, kekuasaan material, yang menghasilkan

oligark dan oligarki.13

Penggagas teori elite, Mosca, Pareto, Michels, menjadikan sumber daya

kekuasaan non-materil sebagai sumber daya yang wajib dimuliki elit. Seperti

penjelasan C Wright Mills, elit berkuasa adalah minoritas pelaku di puncak

masyarakat atau massa yang berpengaruh karena memegang jabatan di organisasi

atau komunitas besar. Lalu Mosca yang mengatakan mereka yang memiliki

12
Jeffrey A. Winters, Oligarki, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2011), 18.
13
Jeffrey A. Winters, Oligarki, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2011), 19.

29
kemampuan berorganisasi atau memobilisasi memegang kunci bagi ekuasaan elit,
14
dan Pareto yang mengatakan kekuasaan elit bersumber dari kepemilikan

kekuatan fisik, moral dan intelektual.15

3. Pertahanan Kekayaan

Oligark mempunyai sebuah tujuan yaitu pertahanan kekayaan, yang dibagi

kedalam dua bagian yakni, pertahanan harta dan pertahanan pendapatan.

Pertahanan harta merujuk kepada upaya oligark atau pihak luar penjamian seperti

penguasa non-formal, untuk memastikan kekayaan mereka tidak diambil oleh

pihak lain yang menginginkannya.16

Mengambil bagi oligark, bisa dalam dua pengertian: secara vertikal dan

horizontal. Secara vertikal, seperti ketika orang-orang miskin menyerang orang

kaya, atau ketika negara atau penguasa mengambil harta dari atas. Mengambil

bisa juga bersifat horizontal, seperti ketika satu oligark berusaha menguasai harta

oligark lain. Biasanya pertahanan harta terjadi ketika dalam kondisi hukum yang

lemah, sehingga penggunaan kekerasan dengan senjata oleh oligark menjadi

kekuatan untuk mengamankan harta.17

Pada konteks ketika suatu negara telah memiliki hukum yang kuat dengan

legitimasi memonopoli senjata untuk perlindungan terhadap warganya maka

negara yang menegakkan hukum menjadi tantangan bagi oligark. Karena negara
14
Keith Faulks, Sosiologi Politik: Pengantar Kritis, (Penerbit Nusa Media: Bandung,
2010), 65.
15
Damsar, Pengatar Sosiologi Politik, (Prenada Media Group: Jakarta, 2010), 39.
16
Jeffrey A. Winters, Oligarki, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2011), 34.
17
Jeffrey A. Winters, Oligarki, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2011), 34.

30
meminta bayaran berupa pajak atas kekayaan yang dimiliki masyarakatnya.

Kondisi negara yang seperti ini kemudian membuat tujuan oligark bergeser

menjadi pertahanan pendapatan.

Oligark demi mencapai pertahanan pendapatan melakukannya selain oleh

oligark sendiri dan penegak hukum melakukannya dengan cara melibatkan

penyewaan jasa kemampuan yang berbeda untuk mencegah sumber daya

kekayaan diambil. Oligark pada pertahanan pendapatan akan meggunakan sumber

daya materil bagi professional spesialis (pengacara, akuntan, konsultan

penghindar pajak dan pelobi) untuk tetap menjaga sebanyak-banyaknya harta dan

pendapatan mereka agar tak jatuh ke tangan negara.18

4. Tipe-tipe Oligarki

Oligarki dapat digolongkan ke dalam beberapa tipe, setidaknya dapat

digolongkan menururt tiga ciri utama: satu, sifat ancaman terhadap kekayaan yang

datang dari luar, kedua, kadar keterlibatan langsung oligark dalam melakukan

pemaksaan yang menyokong klaim atau hak milik atas kekayaan.Ciri ketiga,

keterlibatan oligark dalam kekuasaan atau pemerintah,.19

Berdasarkan empat ciri utama yang penulis baru sampaikan, terdapat

empat tipologi oligarki: panglima (warring) penguasa kolektif (ruling),

sultanistik, dan sipil. Oligarki panglima terjadi pada kondisi ketika klaim atas

wilayah sumber kekayaan saling tumpang tidih, karena tidak adanya otoritas yang

bisa mengatur masalah penegakan atas kelaim kekayaan. Otoritas yang mengatur

18
Jeffrey A Winters, Oligarki, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2011), 36.
19
Jeffrey A Winter, Oligarki, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2011) h.48.

31
klaim kekayaan biasanya tidak bertahan lama karena berasal dari kalangan oligark

itu sendiri yang dilawan oleh para oligark itu sendiri pula dengan senjata. Melalui

sumberdaya pemaksaan dan materil oligarki panglima mengamankan

kekayaannya dari ancaman pihak lain.20

Oligarki penguasa kolektif adalah ketika para oligark masih berperan besar

secara pribadi dalam pelaksanaan kekerasan, namun berkuasa secara kolektif dan

melalui lembaga yang memiliki norma atau aturan main. Oligark penguasa

kolektif membagi biaya kekuatan pemaksa, antara yang mereka bayar dan

gunakan sendiri (terutama di pedesaan di luar ibu kota) dengan yang dibayar dan

digunakan bersama oleh aparat setengah-negara yang mereka perintah langsung.21

Dalam oligarki penguasa kolektif, para oligark menyerahkan sebagian besar

kekuasaan kepada kelompok oligark. Para oligark sebagai kelompok lebih kuat

daripada hanya seorang diri oligark.

Oligarki sultanistik, bentuk dari oligarki sultanistik ada ketika monopoli

sarana pemaksaan berada di tangan satu oligark, bukan negara terlembaga yang

dibatasi hukum. Di dalamnya marak hubungan patron-klien dengan norma

perilaku dan kewajiban tertentu yang terkait dengannya.

Penegakan hukum, wewenang dan kekerasan hanya atau sebagian besar

dikuasai penguasa, yang kesetabilan posisinya di puncak rezim, terutama di atas

20
Jeffrey A Winter, Oligarki, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2011) h.52.
21
Jeffrey A Winter, Oligarki, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2011) h.53.

32
para oligark kuat yang ada di bawahnya sangat bergantung kepada penyediaan

pertahanan harta dan pendapatan bagi para oligark secara keseluruhan.22

Para oligark yang tak lagi bersenjata mempertahankan kekayaan dengan

menginvestasikan sebagian sumber daya materil mereka sebagai upeti kepada

penguasa agar kekayannya tak dirampas. Ancaman terhadap harta sesama oligark

dikelola secara strategis oleh penguasa sultanistik di atas. Penguasa juga

mempertahankan kekayaan dan harta oligarki terhadap ancaman dari kaum miskin

di bawah. Dalam oligarki sultanistik, mereka menyerahkan sebagian besar

kekuasaan kepada suatu individu, seorang yang lebih kuat daripada yang lainnya.

Oligarki sipil adalah oligarki yang sepenuhnya tak bersenjata dan tak

berkuasa langsung. Bedanya dalam oligarki sipil, yang menggantikan individu

tunggal sebagai pelaksana pemaksaan yang mempertahankan oligarki ada

lembaga pelaku yang dikendalikan oleh hukum.

Bentuk oligarki sipil, para oligark menyerahkan sebagian besar kekuasaan

mereka kepada pemerintah tak-pribadi dan terlembaga di mana hukum lebih kuat

daripada semua individu. Dengan tersedianya pertahanan harta oleh negara,

pertahanan kekayaan dalam oligarki sipil terpusat pada pertahanan pendapatan.

Oleh karenanya politik pertahanan kekayaan oligark bergeser, oligark akan

berusaha menghidar dari jangkauan tangan negara yang hendak meminta pajak

atau redistribusi kekayaan.23

22
Jeffrey A Winter, Oligarki, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2011) h.53.
23
Jeffrey A Winter, Oligarki, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2011), 54.

33
B. Shadow State (Negara Bayangan)

1. Kerangka Konseptual Shadow State

William Reno membangun sebuah konsep shadow state (negara bayangan)

dari fenomena yang hadir di berbagai belahan Afrika pasca-kolonial. Unsur-unsur

dalam shadow state dikemukakan oleh William Reno sebagai berikut, ada sebuah

aturan pribadi, di mana keputusan dan tindakan yang diambil oleh penguasa

individu dan tidak sesuai dengan seperangkat hukum dan prosedur tertulis,

meskipun seperangkat hukum dan prosedur tertulis benar-benar ada.24

Penguasa negara bayangan memainkan diri sebagai aktor eksternal untuk

masuk ke akses formal dan informal, dengan mengandalkan pengakuan atas

kekuatan penuh yang dimilikinya, dan dengan demikian dapat merusak lembaga

pemerintah formal. Penguasa negara bayangan sering melakukan hal ini demi

keuntungan mereka terutama karena melalui lembaga negara resmi bisa

mengamankan kepentingan dan kekuasaan yang kadang bersebrangan dengan

upaya penguasa resmi untuk mempertahankan kekuasaan.

Usaha lain dari penguasa negara bayangan melemahkan lembaga

pemerintah formal dengan cara memperlemah struktur birokrasi dan

memanipulasi pasar dalam rangka untuk memperkaya diri dan mengendalikan

orang lain. Jadi shadow state bisa juga disebut sebagai jaringan informal yang

24
Barbara Harriss-White, India Working: Essays on Society and Economy, (Cambridge
University Press: New York, 2003), 89.

34
berorientasi komersial atau keuntungan ekonomi yang diciptakan beroperasi

berdampingan dengan birokrasi pemerintah yang ada.25

Beberapa aturan dalam shadow state dimainkan secara bersamaan oleh

birokrat resmi negara, misalnya, menerima suap, patronase, dan klientisme. Mata

pencaharian negara bayangan lain adalah betuk wirausaha, meskipun mereka

bergantung pada pegawai negri, politisi dan kekuatan sosial lain yang tertarik

untuk pendapatan mereka, contohnya, tentara pribadi mengamankan kejahatan,

makelar, kontraktor, dan konsultan. Keluasan shadow state masuk ke dalam jalur

sekitar lembaga negara dan ke ruang domestik swasta pejabat tinggi.

Lebih jaug lagi, norma-norma dalam negara bayangan bisa menjadi norma

masyarakat. Ada hukuman yang akan bertindak jika ada yang bermain tidak

sesuai dengan aturan negara bayangan. Dan sebagai akibat dari operasi negara

bayangan dan ekonomi informal dari penggunaan negara untuk akumulasi, negara

formal akan kehilangan legitimasi.

Bahkan monopoli pemaksaan negara resmi dapat ditentang. Tentara

pribadi, pasukan keamanan, dan mafia berkembang biak, baik karena negara tidak

lagi mampu menjamin hak milik, karena unsur-unsur yang kuat dalam masyarakat

merebut hak milik dari negara yang mereka butuhkan untuk dilindungi, atau

karena pejabat negara dapat meningkatkan sumber daya pribadi untuk

perlindungan mereka sendiri.

25
Nikki Funke dan Hussein Solomon, Shadow State in Africa: A Discussion,
(Development Policy Management Forum: Ethopia, 2002) 3.

35
2. Ekonomi Informal

Shadow state (negara bayangan) adalah bagian dari pereknomian informal

yang tidak dapat berjalan tanpa sebuah negara dengan bentuk tertentu. Walaupun

secara analitis ia dapat dipisahkan dari pengertian negara sebagai sebuah

kumpulan lembaga pengusaan politik dan eksekutif yang berpusat pada

pemerintah, negara bayangan justru merupakan bagian dari negara yang benar-

benar ada. Dengan demikian negara yang sesungguhnya, termasuk bayangannya,

lebih besar dari negara formal, dan berkepentingan dalam mengekalkan sebuah

negara formal yang sakit dan kropos.26

Menurut Barbara Harris-White, mengikuti penjelasan William Reno, ada

dua penjelasan yang dimaksud dalam terminologi informal economy. Pertama,

kegiatan uasaha perorangan, atau perusahaan yang tidak didaftarakan pada

pemerintah, dan tidak membayar pajak. Penjelasan kedua, berkaitan dengan

perilaku (behavioral) dari institusi formal (publik maupun swasta) untuk

menghindari jangkauan regulasi. Bentuk dari kegiatan informal ekonomi bisa

berupa: kelonggaran pajak, penyalahgunaan kebijakan publik, korupsi, kolusi, dan

pemaksaan swastanisasi asset negara.27

Ada empat karekteristik umum dari praktik ekonomi informal dan shadow

state.28 Pertama, bahwa informal ekonomi dan shadow state hadir, tumbuh, dan

berkembang sebagai akibat dari terjadinya pelapukan fungsi dari institusi formal

26
Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken, Politik Lokal di Indonesia, (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor, 2007) 35.
27
Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken, Politik Lokal di Indonesia, (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor, 2007). h. 279
28
Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken, Politik Lokal di Indonesia, h 280.

36
(negara). Kedua, bertujuan mengakumulasi keuntungan ekonomi dan politik

jangka pendek pribadi di luar bingkai regulasi formal.

Ketiga, modus operandi, atau mekanisme kerja dari informal ekonomi dan

shadow state cukup bervariasi, yang secara umum dapat dibedakan dalam dua

kategori utama, yaitu: melalui mekanisme kebijakan publik, dan melalui jaringan

aliansi antarpersoanal, maupun aliansi antarlembaga. Keempat, aktor yang terlibat

dalam informal ekonomi dan shadow state adalah para penyelenggara negara dan

aktor-aktor dalam masyarakat. Aktor yang berasal dalam masyarakat, misalnya,

para pengusaha, politisi partai politik, dan bahkan kelompok kriminal.

37
BAB III

DESENTRALISASI POLITIK dan BERTUMBUHNYA OLIGARKI

A. Desentralisasi Korupsi Dalam Politik Lokal di Indonesia Pasca Reformasi

Masa reformasi telah mengubah wajah politik Indonesia yang otoriter

menjadi lebih demokratis, setidaknya terlihat dalam politik di kancah nasional.

Pemilihan Presiden (Pilpres) pada tahun 2004, 2009, dan 2014 yang Luber dan

Jurdil membuktikan proses demokratisasi berjalan ke pemantapan demokrasi.

Pemilih bisa dengan bebas memilih tanpa intimidasi, paksaan dan setingan terkait

pemenang pemilu oleh negara. Seperti Orde Baru Soeharto yang menggunakan

birokrasi dan tentara untuk memenangkan pemilu.

Namun proses demokratisasi di pusat tidak linear dengan proses

demokratisasi di tingakat lokal. Syarih Hidayat, peneliti politik lokal Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan proses demokratisasi dalam

mebawa perubahan ke arah yang lebih baik di bidang sosial, politik, ekonomi baru

berlangsung di pusat sedangkan sedikit perubahan yang terjadi di daerah.

Desentralisasi hanya membawa perubahan dalam hal prosedural, sedangkan dalam

masalah substansi demokrasi itu sendiri belum.1

Pada era desentralisasi telah mengubah pola relasi antara negara dan

masyarakat, ruang untuk berpartisipasi telah dibuka sedemikian luas, masyarakat

tidak sepenuhnya lagi terpinggirkan. Masyarakat sudah bisa terlibat dalam proses

1
Syarif Hidayat 2010. Mengurai Pristiwa-Meretas Karsa: Refleksi Satu Dasawarsa
Reformasi Desentralisasi dan otonomi Daerah, Prisma 29 (Juli 2010): h. 14.

36
pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan, namun keterlibatan

masyarakat hampir di sebagian besar daerah hanya diwakili oleh elite massa.2

Fenomena munculnya raja-raja kecil merata di setiap pulau besar di

Indonesia, korupsi yang sebelumnya didominasi oleh pemerintah pusat, Soeharto,

bergeser ke daerah bersamaan dengan berlakunya kebijakan desentralisasi.

Melalui UU 32 Tahun 2004 yang mengatur untuk memilih kepala daerah secara

langsung hanya meberikan ksempatan kepada elite massa untuk berkuasa.

Perubahan yang terjadi kemudian adalah dari sentralisasi korupsi ke

desentralisasi korupsi. Banyak kepala daerah dan pengusaha yang menjadi

tersangka korupsi dan suap. Data Kementrian Dalam Negri (Kemendari)

menyebutkan sejak Pilkada 2005 sampai tahun 2013 ada 309 orang kepala daerah

yang terjerat kasus korupsi.3

Lalu data kemendagri 2013 ada 57 kepala daerah yang menerapkan dinasti

politik di Indonesia. Daerah tersebut di Provinsi Lampung, Banten, Sulawesi

Selatan, Sulawesi Utara, Sumatra Utara, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah

Istimewa Jogjakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah,

Kalimantan Timur, dan Maluku.4

Fenomena raja-raja kecil di daerah, dari pulau Sumatra di Provinsi

Lampung ada dinasti Sjahroedin ZP, gubenur Sjahroedin menjadikan anaknya

2
Syarif Hidayat, “Mengurai Pristiwa-Meretas Karsa: Refleksi Satu Dasawarsa Reformasi
Desentralisasi dan otonomi Daerah”, h. 3.
3
“Kemendagri 309 Kepala Daerah Terjerat Kasus Korupsi”, diakses dari http://www.
republika.co.id/berita/nasional/politik/13/10/0/mucwgv-kemdagri-309-kepala-daerah-terjerat-
kasus-korupsi pada 25 Maret 2016.
4
“Orang Yang Terlibat Politik Dinasti”, diakses dari http://nasional.kompas.com/read
/2013/10/18/1850579/60.Orang.yang.Terlibat.Politik.Dinasti pada 25 Maret 2016.

37
Rycko Menoza sebagai bupati Lampung Selatan. Wakil bupati Pringsewu

Provinsi Lampung, Handitya Narapati, adalah anak mantan bupati sebelumnya.

Di Provinsi Sumatra Barat, Bupati Padang Lawas Utara, Bachrum

Harahap mempunyai anak yang menjadi wali kota Padang Sidempuan, Andir

Amir Harahap. Di Jambi, Gubernur Zumi Zola Zulkifli yang sebelumnya menjadi

Bupati Tanjung Jabung Timur adalah anak mantan gubernur Jambi, Zulkufli

nurdin. Di Pagar Alam, Sumatera Selatan, jabatan wali kota dan wakil wali kota

diduduki oleh ayah dan anak kandungnya, Djazuri Kuris dan Novirzah Djazuli.

Di Pulau Sulawesi, Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo

memiliki adik yang menjabat sebagai bupati Gowa , yakni Ichsan Yasin Limpo.

Lalu di kabupaten Barru, Bupati Andi Aris Syukur adalah anak mantan bupati

sebelumnya. Wakil bupati Tana Toraja, Adelheid Sosang adalah istri mantan

bupati sebelumnya. Di provinsi Sulawesi utara, Gubernur Sinyo Harry

Sarundajang, memiliki anak yang menjadi wakil bupati minahasa, Ivan

Sarundajang. Wakil wali kota Manado Harley Alfredo Benfica anak mantan

Gubernur Sulut, EE Mangindaan.

Di pulau Jawa juga demikian, di Jawa Barat, Bupati Bekasi Neneng

Hasanah Yasin adalah menantu mantan bupati Bekasi. Bupati Indra Mayu, Anna

Sophanah adalah istri mantan bupati Indramayu. Wali kota Cimahi, Ati Suharti

merupakan istri mantan wali kota Cimahi. Di Jawa Tengah, Bupati Kendal Widya

Kandi Susanti adalah istri mantan bupati Kendal. Bupati Klaten Sri Hartini Kartini

adalah istri mantan bupati Kalaten. Di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, bupati Sri

Suryawidati adalah istri mantan bupati Bantul.

38
Di Jawa Timur, Bupati Probolinggo Puput Tantriana adalah istri mantan

bupati Probolinggo. Bupati Bangkalan, Mohammad Makmun Ibnu Fuad adalah

anak mantan bupati Bangkalan.

Di Nusa Tenggara Barat, Gubernur Zainul Majdi adalah adik wakil bupati

Lombok Timur, Syamsul Lutfi. Di Kalimantan Tengah, Bupati Kota Wringin

Timur Supian Hadi adalah menantu bupati Seruyan Darwan Ali. Di Kalimantan

Timur, Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari adalah anak mantan bupati

sebelumnya. Di Maluku, bupati Maluku Tengah Tuasikal Abua merupakan kakak

dari Bupati Maluku Tengah.

B. Dinasti Politik Oligarkis di Kabupaten/Kota Provinsi Banten

Dari banyaknya dinasti di Indonesia, dinasti yang paling dikenal luas

publik adalah dinasti politik Ratu Atut di Banten. Namun selain dinasti Atut,

terdapat banyak dinasti lain yang berkuasa diseluruh kabupaten/kota di provinsi

Banten. Sehingga disnasti politik telah menjadi semacam pola kekuasaan yang ada

di Banten.

Dinasti Atut adalah dinasti yang terbesar, dilihat dari anggota keluarganya

yang lebih banyak berkuasa di kabupaten/kota di Provinsi Banten dibanding

dinasti lain. Kekuasaan dinasti Atut sampai Pilkada serentak 2015, menguasai 4

daerah dari 8 daerah kabupatan/kota yang ada di Banten. Daerah yang masuk

dalam kekuasaan Atut adalah di Kota Serang, Kabupaten Serang, Kota Tangerang

39
Selatan, dan Pandeglang, namun di Padgelang terdapat dua dinasti, yang lain

adalah dinasti Dimiyati.5

Di kabupaten/kota Banten yang lain dikuasi oleh empat dinasti lain, Di

Cilegon terdapat dinasti Tubagus Aat Syafa’at, menjadi bupati Cilegon periode

2000-2005 dan 2005-2010, lalu menjadikan anaknya, yakni TB Iman Ariyadi

sebagai bupati Cilegon 2010-2015.6 Di kabupaten Tangerang terdapat dinasti

Ismet Iskandar, sebagai bupati dua periode kemudian menjadikan anaknya,

Ahmed Zaki Iskandar anggota DPR RI kemudian Bupati Tangerang 2013-2018.

Anaknya yang lain, yakni nurul Hikmah, menjadi wakil ketua DPRD Kab.

Tangerang.

Selanjutnya ada dinasti Mulayadi Jayabaya di kabupaten Lebak, anaknya,

Iti Oktaviani Jayabaya adalah anggota DPR RI 2009-2014, kemudian tahun 2013

mengikuti Pilkada dan menang menjadi Bupati Lebak. Adik Iti Oktaviani

Jayabaya, Mulyanah Jayabaya adalah anggota DPRD Lebak, lalu Diana Jayabaya

adalah anggota DPRD Banten. Anak laki-laki, M Hasbi Assidiqi Jayabaya,

anggota DPR RI 2009-2014.7 Di Kota Tangerang ada dinasti Wahidin Halim, dua

periode menjadi walikota, ingin maju sebagai gubernur namun kalah dalam

Pilgub.

5
“Korupsi Dinasti Banten Dirancang Sistematis”, diakses dari https://m.tempo. co/read/
news/2013/10/12/063521248/korupsi-dinasti-banten-dirancang-sistematis pada 20 Maret 2016.
6
“Bebas dari Bui eks Wali Kota Cilegon Disambut 51 Bus, diakses dari http://news.
liputan6.com/read/2388237/bebas-dari-bui-eks-wali-kota-cilegon-disambut-51-bus pada 20 Maret
2016.
7
“Jangan Salahkan Atut di Banten Juga Ada Dinasti Lain”, diakses dari http://www.
merdeka.com/peristiwa/jangan-salahkan-atut-di-banten-juga-ada-dinasti-lain.html pada 20 Maret
2016.

40
Di Kabupaten Pandeglang ada dinasti Dimyati Natakusumah, Bupati

Pandeglang dua periode, 2000-2005 dan 2005-2009. Dimyati berusaha

menjadikan istrinya wakil gubernur Banten pada Pilkada 2011, namun kalah.

Dalam Pileg 2014 Irna Narulita Dimyiati terpilih sebagai anggota DPR RI dari

PPP, lalu mengundurkan diri untuk maju sebagai calon bupati Padeglang pada

Pilkada serentak 2015. Kemudian di Pilkada serentak 2015 Irina dan pasangnnya

Tanto Warsono Arban (menantu Atut) terpilih sebagai bupati dan wakil bupati

2015-20198 Untuk wakil bupati Padeglang sebelumnya dijabat oleh Heryani, ibu

tiri Atut.

Gambar III.1. Dinasti Politik Oligarkis di Banten

Dinasti Atut Dinasti Dimyati

Kota Serang Kabupaten Kota Kota


Serang Tangerang Pandeglang
Selatan

Dinasti Dinasti Tubagus dinasti Ismet Dinasti Mulyadi


Wahidin Halim Aat Syafa’at Iskandar Jayabaya

Kota Kabupaten Kabupaten Kabupaten


Tangerang Cilegon Tangerang Lebak

8
“Rano Karno Lantik Menantu Atut Jadi Wakil Bupati Pandeglang”, diakses dari https://
m.tempo.co/read/news/2016/03/23/078756226/rano-karno-lantik-menantu-atut-jadi-wakil-bupati-
pandeglang pada 2016.

41
Sumber: diolah dari berbagai berita online: kompas, tempo dan detik

Pada setiap Pilkada di kabupaten/kota Banten selalu terjadi perebutan

kekuasaan di antara dinasti-dinasti politik, terutama dinasti Atut yang selalu

mencalonkan anggota keluarganya berhadapan dengan dinasti lain yang sudah

ada.

Fenome terjadinya perebutan kekuasaan oleh dinasti Atut dengan dinasti

Ismet Iskandar bisa dilihat pada Pilkada 2008 dan Pilkada 20012. Dinasti Atut

berusaha meluaskan kekuasaannya pada Pilkada Kabupaten Tangerang 2008,

Airin dicalonkan sebagai wakil bupati berpasangan dengan Jazuli Juwaini, namun

kalah dengan pasangan Ismet Iskandar-Rano Karno.9 Pada Pilkada kabupaten

Tangerang 2012, dinasti Atut kembali mencalonkan anggota keluarganya, Aden

Abdul Khalik adik ipar Atut, berpasangan dengan Suryana kalah dari Amed Zaki

Iskandar (anak Ismet Iskandar)-Hermansyah.10

Pola dinasti-dinasti Politik di Provinsi Banten tidak hanya berorientasi

pada perebutan jabatan kepala daerah, namun juga berorientasi pada penguasaan

ekonomi yang berasal dari APBD dan APBN. Dinasti Atut memiliki banyak

perusahaan yang mendapatkan banyak pekerjaan dari alokasi APBD provinsi

Banten, salah satu perusahaannya adalah PT Sinar Ciomas Utama Raya.11

9
“Ismet Iskandar Unggul di Tiga TPS”, diakses dari http://bola.kompas.com/read/2008/
01/20/14313643/ismet.iskandar-rano.karno.unggul.di.tiga.tps.di.bsd pada 20 Maret 2016.
10
“Kemenangan Ubah Peta Politik Ratu Atut”, diakses dari https://m.tempo.co/read/news
/2012/12/09/083446920/kemenangan-zaki-ubah-peta-politik-keluarga-atut pada 20 Maret 2016.
11
“Adik Atut Diduga Menggunakan 300 Perusahaan Untuk Kerjakan Proyek di Banten”,
diakses dari http://nasional.kompas.com/read/2016/03/10/20163631/Adik.Atut .Diduga .Menggun
akan.300.Perusahaan.untuk.Kerjakan.Proyek.di.Banten pada 20 Maret 2016.

42
Dinasti Ismet Iskandar memiliki PT Dewa Beton, perusahaan dinasti

Ismed langganan mendapatkan proyek-proyek dari APBD kabupaten Tangerang,

biasanya mengerjakan pembangunan jalan di kabupaten Tangerang.12 Dinasti

Mulyadi Jayabaya juga memiliki perusahaan yang mendapatkan proyek dari

APBD kabupaten Labak, bahkan Jayabaya memperluas kekuasaan ekonominya

dengan menjadi Kadin Banten 2015-210, menggantikan ketua Kadin sebelumnya

Tubagus Chaeri Werdana .13

C. Profil Wawan Sebagai “Key Player” Dinasti Atut

Besarnya dinasti politik Atut di Banten tidak bisa dilepaskan dari nama

Tubagus Chaeri Werdana, adik kandung Atut. Tubagus Chaeri Werdana adalah

orang yang berada di luar pemerintahan formal, memiliki peranan penting sebagai

“key player” untuk mengatur bagaimana dinasti politik dibangun dan kekayaan

ekonomi diperbanyak.

Nama Tubagus Chaeri Werdana atau biasa dipanggil Wawan, suami

walikota Tangerang Selatan, Arin Racmi Diany, dikenal luas publik karena

terlibat kasus korupsi. Kasus korupsi yang dilakukanTubagus Chaeri Werdana

adalah menyuap pimpinan lembaga tinggi negara yakni ketua MK, Akil Mochtar,

sebesar satu miliar untuk memenangkan pasangan Amir Hamzah-Kasmin dan

membatalkan kemenangan Iti Oktavia Jayabaya-Ade Sumardi dalam sengketa

12
“Zaki Iskandar Calon Bupati Tangerang Paling Kaya”, diakses dari
https://m.tempo.co/read/news/2012/12/06/083446198/zaki-iskandar-calon-bupati-tangerang-
paling-kaya pada 20 Desember 2015.
13
“Mulyadi Jayabaya Jadi Nahkhoda Baru Kadin Banten”, diakses dari
http://radaronline.co.id/2015/04/01/mulyadi-jayabaya-jadi-nakhoda-baru-kadin-banten/ pada 20
Desember 2015.

43
Pilkada Lebak, Banten. Tubagus Chaeri Werdana juga terlibat tiga kasus lain,

kasus korupsi alat kesehatan di Tangerang Selatan dan Banten, serta kasus

pencucian uang yang melibatkan sejumlah artis.14

Sebelum KPK membongkar kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh

Tubagus Chaeri Werdana, namanya hanya dikenal sebagai pengusaha kontraktor

di kalangan pengusaha di Banten. Latar belakang sebagai seorang penguasaha

kontraktor mengikuti usaha yang sudah di bangaun keluarganya. Wawan adalah

anak ketiga istri pertama dari enam istri Haji Chasan Sochib. H Chasan

mengawali lebih dulu dengan perusahaan CV Sinar Ciomas pada tahun 1970-an

sejak Baten masih menjadi bagian dari provinsi Jawa Barat sampai Banten

menjadi provinsi baru setelah memekarkan diri dari Jawa Barat.15

Latar belakang pendidikan Tubagus Chaeri Werdana adalah tamatan

manajemen bisnis di Australian National University,16 Setelah menyelesaikan

kuliah Wawan menjalankan perusahaan-perusahaan kontraktor, perusahaan itu

diantaranya PT Bali Pasifik Pragma, PT Adcha Mandiri, PT Waliman Nugraha

Jaya, PT Marbago, PT Buana Wardana Utama, CV Bina Sadaya.17 Perusahaan

Tubagus Chaeri Werdana dan kroni-kroninya adalah yang menguasai proyek di

Banten, temuan KPK ada 300 perusahaan Tubagus Chaeri Werdana yang

14
“Profil Tubagus Chaeri Werdana”, diakses dari http://profile.metrotvnews.Com
/read/30/tubagus-chaeri-wardana pada 23 Desember 2015.
15
“Silsilah Dinati Banten Abah Chasan dan Para Istri”, diakses dari http://nasional
.tempo.co/read/news/2013/10/07/063519657/silsilah-dinasti-banten-abah-chasan-dan-para-istri
pada 23 Desember 2015.
16
“Pengacara Wawan Suami Airin Kaya Sejak Kecil”, diakses dari
http://nasional.tempo.co/read/news/2013/10/10/063520629/pengacara-wawan-suami-airin-kaya-
sejak-kecil 23 Desember 2015.
17
“Profil Tubagus Chaeri Werdana”, diakses dari http://museumkoruptor.
blogspot.co.id/2014/08/profil-tubagus-chaeri-wardana.html pada 23 Desember 2015.

44
mendapat 1200 proyek sejak 2002 sampai 2013.18 Data dari ICW sepanjang 2011

sampai 2013 ada 52 proyek yang dikerjakan Tubagus Chaeri Werdana dengan

nilai 723,4 miliar.19

Selain bergerak di bidang bisnis dengen memgang sejumlah

perusahaan,Tubagus Chaeri Werdana juga menjadi ketua di sejumlah organisasi di

Banten. Tubagus Chaeri Werdana adalah ketua umum Kamar Dagang dan Industri
20
(Kadin Banten), ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG), bendahara DPD

Partai Golkar Banten.21

D. Profil Sosial Politik Tangerang Selatan: Dari pemekaran hingga

Pilkada

Kota Tangerang Selatan adalah daerah otonom termuda dari hasil

pemekaran kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Kota Tangerang Selatan

dibentuk pada tahun 2008 berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 51 Tahun

2008 tentang Pemebentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten pada

tanggal 26 November 2008. Pemekaran dilakukan sebagai upaya untuk

meningkatkan pelayanan dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan serta dapat meningkatkan kesejahtraan.

18
“Adik Atut Diduga Gunakan 300 Perusahaan Untuk Garap 1.200 Proyek”, diakses dari
http://nasional.kompas.com/read/2016/03/24/19151101/Adik.Atut.Diduga .Gunakan.300.Perusah
aan.untuk.Garap.1.200.Proyek pada 23 Desember 2015.
19
“Mengungkap Gurita Bisnis Keluarga Atut di Tanah Banten”, diakses dari
http://www.antikorupsi.org/en/content/mengungkap-gurita-bisnis-keluarga-atut-di-tanah-banten
pada 23 Desember 2015.
20
“Ditangkap oleh KPK Jabatan Ketua Kadin Banten Masih Aman”, diakses dari
http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/10/07/ditangkap-oleh-kpk-jabatan-ketua-kadin-banten-
masih-aman pada 20 Dsember 2015.
21
“Kekuasaan Atut Menggurita di Wilayah Banten”, diakses dari
http://nasional.sindonews.com/read/79 2364/13/kekuasaan-atut-menggurita-di-wilayah-banten-
1381261789 pada 20 Desember 2015.

45
Sebagai daerah otonom baru untuk memimpim penyelenggaraan

pemerintah di Kota Tangerang Selatan dipilih seorang seorang Pejabat Sementara

walikota dan wakil walikota (Pjs) yang berasal dari Pegawai Negri Sipil (PNS)

selama-lamanya satu tahun sampai kepala daerah definitif hasil Pemilu ditetapkan.

Apabila walikota dan wakil walikota definif belum ditetapkan sampai satu tahun

maka akan ditambah masa jabatannya selama 6 bulan, dan bila belum juga

mengasilkan kepala daerah definitif akan diangkat lagi Pjs wali kota dan wakil

walikota.22

Dalam penyelenggaraan pemerintahan kota Tangerang Selatan juga

diwajibkan membentuk perangkat daerah yang terdiri dari sekertariat daerah,

sekertariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dinas daerah, lembaga

teknis daerah, dan unsur perangkat daerah lain.23 Khsus untuk penentuan anggota

DPRD dipilih melalui pemilihan langsung yang jumlah kursinya ditentukan oleh

KPU.24

Pjs kota Tangerang Selatan pertama adalah M. Shaleh MT berasal dari

suku dinas Banten, yang kemudian diusulkan oleh Gubernur Banten, Ratut Atut

Chosiyah, kepada mendagri kemudian dilantik oleh Gubernur. Sementara untuk

anggota DPRD dipermasalahkan oleh 21 caleg dari 12 partai politik yang

tergabung dalam Forum Komunikasi Caleg Lintas Partai (FKCLP) ke MK karena

jumlah kursi yang seharusnya 50 namun oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum)
22
Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2008 Tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan.
23
Pasal 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2008 Tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan.
24
Pasal 12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2008 Tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan.

46
hanya ditetapkan 45 kursi.25 Namun putusan MK untuk jumlah kursi di DPRD

Kota Tangerang Selatan hanya memberikan 45 kursi.26

Tabel III.D.1. Komposisi Anggota DPRD Kota Tangerang Selatan

Periode 2009-2014.27

No Partai Jumlah Kursi


1 Partai Demokrat 12
2 Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) 6
3 Partai Golkar 6
4 Partai Keadilan Sejahtra (PKS) 7
5 Partai Amanat Nasional (PAN) 3
6 Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) 2
7 PKPI 1
8 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 2
9 Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) 2
10 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 2
11 Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) 1
12 Partai Bulan Bintang 1

TOTAL 45

25
“Caleg Tangerang Selatan Ajukan Gugatan ke Mahkamah Konstitusi”, Diakses dari
http://metro.tempo.co/read/news/2010/02/04/082223434/21-caleg-tangerang-selatan-ajukan-
gugatan-ke-mahkamah-konstitusi artikel ini diunduh pada tanggal 20 Desember 2015.
26
“DPRD Kota Tangsel Ditetapkan 1 Maret” ,diakses dari http://
tangerangnews.com/tangsel/read/2095/DPRD-Kota-Tangsel-Ditetapkan-1-Maret pada tanggal 20
Desember 2015.
27
“Keputusan Mahkamah Konstitusi Ubah Komposisi DPRD Tangerang Selatan”,
diakses dari http://metro.tempo.co/read/news/2010/08/30/083274882/keputusan-mahka
mah-konstitusi-ubah-komposisi-dprd-tangerang-selatan pada tanggal 20 Desember 2015.

47
Setelah berlalu satu tahun dan ditambah enam bulan masa jabatan Pjs

Saleh MT belum juga menetapkan walikota definitif maka dilakukan

pengakatan PJs baru yaitu Eutik Suarta. Pada masa kepemimpinan Eutik

Suarta Pilkada diadakan pada 13 November 2010 untuk menetukan walikota

dan wakil walikota definitif.28

Pada kesempatan ini, dinasti Atut kembali berusaha meluaskan jangkauan

kekuasaan dinasti politiknya. Setelah gagal pada Pilkada Lebak, Airin maju

kembali sebagai calon wali kota Tangerang Selatan berpasangan dengan

Benyamin Davnie.29

Pilkda Tangerang Selatan 2010 diikuti oleh empat pasang calon, pasangan

nomor urut satu Yayat Sudrajat-Norodom Sukarno, nomor urut dua Rodhiyah

Najhibhah-Sulaiman Yasin, nomor urut tiga Arsid-Andre Taulany, nomor urut

empat Airin Rachmy Diani-Benyamin. Namun dalam Pilkada ini Mahkamah

Konstitusi (MK) mengeluarkan putusan PSU (Pemungutan Suara Ulang) karena

terdapat kecurangan.

Kemenangan Airin-Benyamin karena ada kekuatan dinasti Atut yang

sudah membantu, dengan menempatkan pejabat-pejabat yang bagian dari

dinastinya ke dalam struktur pemerintah kota Tangerang Selatan. Termasuk Saleh

MT yang sebelumnya berasal dari suku dinas Provinsi Banten.

28
“Selayang Pandang Proses Kepemimpinan”, diakses dari http://www.tangerang
selatankota.go.id/ver4/selayang-pandang/proses-kepemimpinan pada tanggal 23 Desember 2015.
29
“Riwayat Tanah Banten di Bawah Dinasti Atut”,diakses dari http://www.cnnind
onesia.com/politik/20150709101059-32-65363/riwayat-tanah-banten-di-bawah-kaki-dinasti-atut/
pada 23 Desember 2015.

48
Karena belum juga menentukan pemilihan walikota dan wakil walikota

definitif maka jabatan Eutik Suharta sebagai Pjs diganti oleh Hidayat Djohari.

Pada kepemimpinan Pjs Hidayat Djohari dilakukan pemungutan suara ulang pada

2011. Hasil rapat pleno rekapitulasi KPU Tangerang Selatan pasangan Airin-

Benyamin menang atas calon yang lain dengan jumlah suara 241.797 suara atau

53,67%, adapun yang menempati posisi kedua pasangan Arsid dan Andre Taulany

dengan prolehan suara 198.660 suara atau 44,20%. Dalam rekapitulasi juga

ditetapkan perolehan suata pasangan Yayat Sudrajat-Norodom Sukarno

mendapatkan 4.933 suara atau 1,1 %, sementara pasangan Rodhiyah Najibhah

dan Sulaiman Yasin mendapatkan 5.106 suara 1,13%.30 Dengan kemenagan

dalam pemungutan suara ulang maka Airin Racmi Diany dan Benyamin Davnie

resmi menjadi walikota dan wakil walikota definitif Tangerang Selatan 2011-

2016.

1. Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan

Dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, Kota Tangerang Selatan

mempunyai perangkat daerah antara lain kecamatan yang terdiri dari beberapa

desa/ kelurahan. Kota Tangerang Selatan terdiri dari tujuh kecamatan dengan

kelurahan sebayak empat puluh Sembilan dan desa sebayak lima, Rukun Warga

(RW) sebanyak 686 dan Rukun Tetangga sebanyak 3.535.31

30
“Airin Menangi Pilkada Tangsel”, diakses dari http://megapolitan.kompas.com/
read/2011/03/03/16000798/Airin.Menangi .Pilkada.Tangsel pada tanggal 20 Desember 2015.
31
Sub Bidang Data dan Statistik Bidang Statistik Pelaporan ,”Profil Kota Tangerang
Selatan”, 12.

49
Pemeritahan Kota Tangerang Selatan dalam melakukan pembangunan

menggunakan pendekatan APBD Berbasis Kinerja. Tiga hal utama yang

dilakauakan dalam APBD Berbasis Kinerja, pertama, mengutamakan pencapaian

output (keluararan) dan outcomes (hasil) atas alokasi belanja (input) yang

ditetapkan. Kedua, ditujukan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari

penggunaan sumberdaya yang terbatas. Ketiga, perlu adanya indikator kinerja dan

pengukuran kinerja untuk tingkat satuan kerja (satker) dan kementrian atau

lembaga.32

2. Sosial Budaya

Berdasarkan sesnus penduduk Mayarakat Kota Tangerang Selatan berasal

dari berbagai macam suku dan budaya, penduduk aslinya adalah masyarakat

Sunda, Betawi dan selebihnya adalah masyarakat urban yang berdatangan dari

berbagai daerah.33 Dari latarbelakang agamanya masyortitas memeluk agama

Islam yaitu sebanyak 89,39%, selebihnya penduduk yang lain memeluk agama

Kristen (5,76%), Katholik (3,51%), Budha (1,02%), Hindu (0,26%), dan lainnya

(0,06%).34

32
Pitri Yandri, Tangerang Selatan: Di Tengah Dinamika Pembangunan Ekonomi dan
Regional dan Nasional, (Tangerang Selatan: STIE Ahmad Dahlan Press, 2013), 137.
33
“Profil Kota Tangerang Selatan”, diakses dari http://www.humasprotokol.
bantenprov.go.id/read/page-detail/profil-kota-tangsel/16/profil-kota-tangerang-selatan.html pada
tanggal 25 November 2015.
34
Sub Bidang Data dan Statistik Bidang Statistik Pelaporan ,”Profil Kota Tangerang
Selatan, h. 34.

50
BAB IV

TUBAGUS CHAERI WERDANA dan SHADOW STATE di KOTA

TANGERANG SELATAN

Studi soal oligarki sudah banyak dilakukan di Indonesia pasca

otoritarianisme Orde Baru Soeharto. Penelitaian tersebut merujuk pakar oligarki

yang meneliti politik indonesia, Vedi R Hadiz, Richard Robinson dan Jeffrey A.

Winters mengatakan bahwa pasca reformasi kekuasaan oligarki masih berlangsug

bersamaan dengan berlangsungnya proses demokratisasi di Indonesia. Para pakar

oligarki menemukan kekuasaan oligarki beradaptasi dalam proses demokratisasi

sehingga politik dan ekonomi masih dikuasai oleh aktor yang kaya secara materil,

sedangkan rakyat tidak pernah benar-benar memimpin.1

Pada bab IV ini akan dijelaskan kekuasaan oligarki dan shadow state

Tubagus Chaeri Werdana di kota Tangerang Selatan. Kekuasaan oligarki dapat

dipahami sebagai politik pertahanan kekayaan oleh aktor oligark dengan kekayaan

berlimpah demi mempertahankan dan meningkatkan kekayaan pribadinya

sehingga akan terbentuk kekuasaan oligarki.2 Sedangkan shadow state adalah

bentuk pemeritahan informal yang dijalankan Tubagus Chaeri Werdana sebagai

oligark yang terlibat secara tidak langsung dalam pemerintahan formal di Kota

Tangerang Selatan. Lalu kosep informal ekonomi adalah monopoli, mark up dan

penjualan pengerjaan proyek dari APBD Kota Tangerang Selatan yang dilakukan

oleh Tubagus Chaeri Werdana..

1
Michele Ford dan Thomas B Pepinsky 2014, Malapui Oligarki? Bahasan Kritis
Kekuasaan Politik dan Kesenjangan Ekonomi di Indonesia, Prisma 1 (Januari 2014): halaman 5.
2
Jefferey A. Winters, Oligarki, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2011), 18

51
Fenomena kekuasaan oligarki Tubagus Chaeri Werdana di Kota

Tangerang Selatan dianalisis melalui tiga hal, yaitu : politik, ekonomi, dan sosial.

Pertama politk, sokongan Wawan sebagai oligark dengan modal uang dan jabatan

publik kepada calon kepala daerah yang menang dalam pertarungan di Pilkada

membuat kebijakan pemerintah resmi dalam kendali pemerintah bayangan

oligarki.

Kedua ekonomi, adanya prilaku politik pertahanan kekayaan oleh

Tubagus Chaeri Werdana setelah berhasil mengedalikan kebijakan Pemda kota

Tangerang Selatan untuk menguasai APBD demi kepentingan peribadi dan

jejaringnya. Ketiga sosial, terkonsetrasinya kekayaan dan akses politik membuat

masyarakat sipil di Kota Tangerang Selatan tidak bisa menjadi oposisi yang

menandingi kekuasaan oligarki.

Sebelum masuk pada analisis utama yang menjelaskan bagaimana

kekuasaan oligarki dan shadow state Tubagus Cheri Werdana akan dijelaskan

terlebih dahulu latar belakang Tubagus Chaeri Werdana sebagai penerus H

Chasan Sochib dan munculnya kekuasaan oligarki di Kota Tangerang Selatan.

A. Kekuasaan Oligarki

Berlangsungnya kekuasaan oligarki Tubagus Chaeri Werdana di Kota

Tangerang Selatan tidak bisa dilepaskan dari H Chasan Sochib, tokoh jawara di

Banten. Melalui H Chasan Sochib harta dan jejaring politik di Banten diwariskan

kepada Tubagus Chaeri Werdana, samapai akhirnya saat pembentukan Kota

Tangerang Selatan pada 2008, Wawan sudah memiliki sumber daya materil dan

jejaring politik yang menyokong pemenangan Airin Rachmi Diany, yang tak lain

52
istrinya dan Benyamin Davnie sebagai wali kota dan wakil wali kota defitif

pertama Kota Tangerang Selatan.

1. Akar Sumber Daya Materi dan Jejaring Politik Tubagus Chaeri

Werdana

Tubagus Chaeri Wardana atau Wawan adalah pengusaha kontraktor yang

menguasai proyek-proyek konstruksi yang berasal dari dana pemerintah di Banten

melalui akses politik yang dimilikinya. Ketika kota Tangerang Selatan terbentuk,

peluasan kekuasaan oligarki dilakukan oleh Wawan.

“Karena anggota keluarganya berkuasa dan konteks Tangsel sebetulnya


tidak bisa dilepaskan dari konteks Banten secara umum. Bagaimana
Tangsel menjadi bagian dari peluasan kekuasaan dari dinasti Rau. Pada era
sebelumnya penguasa formalnya Atut penguasa informalnya H Chasan.
Setelah H Chasan tidak ada yang berkuasa secara informal adalah
Wawan.” 3
Kemampuan Wawan dalam menguasai prorek sudah mengakar dari

keluarganya. Diawali dari ayahnya yakni Chasan Sochib, seorang Jawara terkenal

di Banten, yang memiliki basis santri, mengamalkan wirid-wirid dan ajian-ajian.

Chasan sudah menjadi kontraktor sejak masa Orde Baru, karena dukungannya di

Golkar untuk membackup Soeharto di Banten maka proyek-proyek Chsan tidak

pernah mendapat gangguan.4 Chasan memiliki CV Sinar Ciomas, kemudian

menjadi PT Sinar Ciomas Raya yang menguasai dana APBD.

Sebagaimana dalam teori Oligarki Jeffrey A. Winters seorang aktor

oligark memiliki sumber daya utama berupa kekayaan materil dan didukung oleh

3
Wawancara langsung dengan Ade Irawan Peneliti Indosesia Corruption Watch (ICW),
pada 17 Desember 2015 .
4
Wawancara langsung dengan Verry Muchlis Pemilik Konsep Indonesia, pada 28
Januari 2015.

53
salah satu dari empat sumberdaya kekuasaan lain yang dimiliki elite, yakni hak

politik formal, jabatan resmi dalam pemerintahan atau organisasi, kekuasaan

pemaksaan dan kekuasaan mobilisasi.5 Kekayaan dan kekerasan adalah sumber

daya yang digunakan Chasan sebagai oligark lokal dalam mengamankan

kepentingan ekonomi dan politik peribadi serta jaringannya di Banten.

Modal kekayaan materil Chasan didapat dari perusahaan yang menguasai

kontrak yang didapat dari dana APBD pemerintah Jawa Barat, terutama di

wilayah Banten.6 Sementara sumber daya kekerasan Chasan berasal dari

dukungan organisasi jawara Persatuan Pendekar Persilatan Seni Budaya Banten

Indonesia (PPPSBBI), dibentuk untuk mendukung Golkar dalam setiap Pemilu

pada masa Orde Baru.7

“Pertama bahwa untuk memiliki kekuatan politik, keluarga dinasti Atut


atau dinasti H Chasan, dari awal memang sangat aktif di Golkar. H Chasan
itu memang sudah sejak zaman Orde Baru di Golkar. Partai Golkar itu
satu-satunya partai yang menjadi kekuatan patronase dia yang paling
dominan dalam membentuk kekuatan politik yang menopang politik
dinasti di Banten itu dibangun.”8
Suasana politik Indonesia berubah pada tahun 1998, Orde Baru Soeharto

akhirnya jatuh, kemudian tidak lama setelah reformasi Banten resmi menjadi

provinsi sendiri pada bulan Oktober 2000. Kondisi ini membuat Chasan tidak bisa

lagi mendapat perlindungan dari Soehato dan mendapat kontrak dari pemerintah

Jawa Barat. Chasan mempunyai motovasi yang besar harus memenangankan

Pilkada di Banten agar pemerintah bisa dikendalikan. Chasan kemudian tetap

5
Jefferey A. Winters, Oligarki, h. 18.
6
Okamoto Masaaki dan Abdul Hamid, Jawara in Power, 1999-2007, 118.
7
Okamoto Masaaki dan Abdul Hamid, Jawara in Power, 1999-2007, 117.
8
Wawancara langsung dengan TB Ace Hasan Syadzily, mantan Pengurus DPP Golkar
dan Anggota DPR RI 2009-2014, pada 17 Desember 2015.

54
mengandalkan sumberdaya materil dan kekerasan pada Pilkada melalui DPRD

pada 2001 dan Pilkada langsung pada 2006.

Pada Pilkada 2001, terdapat tiga pasangan gubernur dan wakil gubernur

memperebutkan 69 suara anggota DPRD, hasil pemilihan menghasilkan

pemenang pasangan Joko Munandar dan Atut Chosiyah dengan mendapatkan 37

suara. Dua pasangan calon lain, adalah Ace Suhaedy dan Tb. Mamas Chaerudin,

mendapatkan 23 suara, dan yang terakhir pasangan Heruman Haeruman dan Ade

Sudirman, mendapatkan 5 suara.9

“Ketika provinsi Banten dibentuk rame orang mau mencalonkan gubernur.


Apa yang terjai haji Chasan merasa sudah tua untuk mencalonkan
pemimpin, anak-anaknya juga masih terlalu muda juga, anaknya Atut itu
masih pakai rok mini dan rambutnya pirang, karna usianya masih 35.
Akhirnya dia kolaborasi dengan PPP, makanya Djoko Munandar.”10
Dalam Pilkada 2001 perasan Chasan dalam memenangkan Atut begitu

besar. Saat proses penjaringan bakal calon Kekuatan jawara dari PPPSBBI

menyatakan dukungan terhadap Atut Chosiyah, surat dukungan resmi ini

ditandatangani oleh Chasan Sochib sebegai ketua PPPSBI,. 11 Pada saat hari

pemilihan jawara yang tergabung dalam PPPSBI dengan senjata golok datang ke

dalam gedung DPRD dan berjaga di luar gedung.12.

Pemerintah resmi yang sudah dimenangkan kemudian dikendalikan oleh

Chasan untuk menguasai APBD, lalu ditambah organisasi usaha di Banten

9
Okamoto Masaaki dan Abdul Hamid, Jawara in Power, 1999-2007, 123
10
Wawancara langsung dengan Verry Muchlis Pemilik Konsep Indonesia, pada 28
Januari 2015
11
Syarif Hidayat, Shadow State? Bisnis dan Politik di Provinsi Banten, dalam buku
Politik Lokal di Indonesia, Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken ed. h.283
12
Syarif Hidayat, Shadow State? Bisnis dan Politik di Provinsi Banten, dalam buku
Politik Lokal di Indonesia, Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken ed. h.291

55
diketuai oleh Chasan untuk memudahkan dalam mengkoordinasikan proyek.

Chasan ketua Kadin pada bulan Desember tahun 2000 dan ketua Gapensi pada

bulan April tahun 2002 di provinsi Banten. Chasan juga menjadi dewan

kehormatan INKINDO (Ikatan Nasional Konsultasi Indonesia) pada bulan januari

2003, dan menjadi ketua LPJK (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi) pada

Januari 2001.13

Perusahaan Chasan menguasai hampir 60% dari anggaran, sasaran proyek

adalah pengerjaan konstruksi dengan anggaran minimal 10 miliar, dan dibawah 10

miliar akan diberikan kepada pengusaha pengikutnya. Pengerjaan kontruksi yang

telah dimenangi dengan anggaran yang besar adalah pembangunan Polda Banten,

Pembangunan gedung DPRD, pembangunan kantor pemerintahan provinsi dan

sejumlah jalan.14 Data yang didapatkan dari penelitian Syarif Hidayat, Chasan

tetap mengambil untung walaupun proyek diberikan kepada penguasah

pengikutnya. Para pengusaha yang menjadi pengikut Chasan akan dikenakan fee-

proyek antara 10-11% dari nilai proyek.

Tabel 1V.A.1 Fee-Proyek Berdasarkan Kategori kegiatan dan

Sumber Dana

Klasifikasi proyek Fee-proyek berdasarkan sumber dana (%)

APBD APBN

Proyek bina marga (jalan) 10 11

13
Okamoto Masaaki dan Abdul Hamid, Jawara in Power, 1999-2007, 121
14
Okamoto Masaaki dan Abdul Hamid, Jawara in Power, 1999-2007, 124

56
Proyek pengairan 11 11

Proyek konstruksi gedung 10 10

Proyek pengadaan 10 10

Sumber: Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken, ed.,

Politik Lokal di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2007), 295.

Pada tahun 2006 sistem pemilu berubah, pemilihan secara langsung

dilakukan di Banten. Kali ini Atut maju sebagai calon gubernur berpasangan

dengan M. Masduki dengan dukungan 7 partai politik melawan tiga calon

pasangan lain. Hasil rekapitulasi pasangan Atut M. Masduki menang dengan

persentase 40.2%, sementara tiga pasangan lain Tryana Syamun-Benjamin

Davine degan dukungan 2 partai politik mendapatkan 22.7%, Irsjad Djuwaeli-Mas

A. Danili dengan dukungan 2 partai politik mendapatkan 4.1%, dan

Zuelkieflimasyah-Marrisa Haque dengan dukungan dua partai politik

mendapatkan 33.0%.15

Kemenangan Atut- M. Masduki ditopang oleh kekuatan uang untuk

mendapatkan suara dalam pemilihan. Tim sukses memberikan beras kepada

rakyat miskin, melakukan jual beli suara di TPS, dan melakukan serangan fajar..16

Selain kekuatan uang, kekuatan yang menjadi sumber daya adalah kekerasan,

melalui perkumpulan jawara yang tergabung dalam organisasi RBB (Relawan

Banten Bersatu), gabungan dari dua organisasi jawara berpengaruh di Banten,

BPPKB dan PPPSBBI, ditambah 118 perguruan pencak silat .

15
Okamoto Masaaki dan Abdul Hamid, Jawara in Power, 1999-2007, 126
16
Okamoto Masaaki dan Abdul Hamid, Jawara in Power, 1999-2007, 130

57
Untuk daerah kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang tidak

menggunakan kekuatan jawara. Oleh karena itu Wawan merekrut sebanyak 66

anggota dari kalangan mantan aktivis mahasiswa dan intelektual muda

dimobilisasi kedalam organisasi LBB (Lembaga Banten Bersatu). Organisasi itu

diantaranya HMI, PMII, KNPI, Pondok Pesantren Daar El Qoram, ditambah

menggunakan jasa konsultan politik Denny JA, Lingkaran Survei Indonesia (LSI).
17

“Apa itu LBB dan apa itu RBB, justru di Bantenlah relawan yang sekarang
Jokowi bikin sudah dimulai di Banten. pedekatan modern di pilkada
dimulai di banten.”18
Orang yang menjadi operator dari LBB dibawah kendali Wawan adalah

Agah M. Noor ketua divisi program LBB dan koordinator proyek-proyek

pemerintahan provinsi, sejak tahun 1999 sampai sekarang maneger aset dan

properti PT. Bali Pacific Pragama, perusahaan milik Wawan.19

Suksesi Chasan pada dua pemilu berhasil mengantarkan dua anaknya, Atut

Chosiyah sebagai Gubernernur Banten, dan Tubagus Chaeri Werdana sebagai

kontraktor yang memonopoli proyek di Banten. Kemudian dengan keberhasilan

ini, anak-anak Chasan yang lain ikut dalam setiap kontestasi Pilkada di Banten,

menjadi ketua organisasi kemasyarakatan dan asosiasi pengusaha. Kekuasaan

oligarkis juga terbentuk di daerah otonom paling muda di Banten, kota Tangerang

Selatan. Wawan menjadikan istrinya, Airin Racmi Diany, sebagai walikota

17
Okamoto Masaaki dan Abdul Hamid, Jawara in Power, 1999-2007, 134
18
Wawancara langsung dengan Verry Muchlis Pemilik Konsep Indonesia, pada 28
Januari 2015.
19
“Profil Agah”, diakses dari https://id.linkedin.com/in/agah-noor-96a95427 pada
tanggal 12 Januari 2015.

58
Tangerang Selatan untuk menguasai proyek yang didanai oleh APBD Kota

Tangerang Selatan.

2. Kemunculan Kekuasaan Oligarki Tubagus Chaeri Werdana di

Kota Tangerang Selatan

Setelah memisahkan diri dari kabupaten Tangerang, Kota Tangerang

Selatan mengadakan Pilkda sebanyak dua kali , pada Pilkada 2010 dan 2015. Pada

Pilkada 2010 diikuti oleh empat pasangan calon, Yayat Sudrajat dan H. Moch.

Norodom Sukarno nomor urut satu, Rodhiyah Najibhah dan Sulaiman Yasin

nomor urut dua, Arsid dan Andre Taulany nomor urut tiga, dan Airin Rachmi

Diany dan Benyamin Davnie nomor urut empat.

Dalam pelaksanaan Pilkada Tangerang Selatan pasangan Airin dan

Benyamin didukung oleh oligark Tubagus Chaeri Werdana, suami Airin.

Sebagaiamana dalam teori oligarki Jeffrey A Winter, oligark adalah aktor yang

memiliki jumlah kekayaan materil berlimpah, bahkan melebihi kekayaan sesama

orang kaya.20 Wawan adalah oligark dengan melihat jumlah kekayaan yang

didaftarkan istrinya, kekayaan Wawan dan Airin Racmy Diany dalam Laporan

Harta Kekeayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) sebesar 103,9 miliar.21

Kekayaan Airin jauh lebih besar dibandingankan dengan peserta Pilkada

yang lain, yaitu Yayat Sudrajat sebesar Rp 2.431.700.000 dan Norodom Sukarno

Rp 1.576.070.665, kekayaan Rodhiyah Najhibah sebesar Rp 1.077.000.000 dan

20
Jefrrey A Winters, Oligarki, h. 12.
21
“Pengacara Wajar Aset Wawan diatasnamakan Airin”, dikases dari http://nasional.temp
o.co/read/news/2014/02/04/063550838/pengacara-wajar-aset-wawan-diatasnamakan-airin pada 12
Desember 2015.

59
Sulaeman Yasin Rp 1.020.00.000, kekayaan Arsyid Rp 1.343.252.198 dan

Handreas Taulany Rp 3.231.910.456, dan kekayaan pasangan Airin, yakni

Benjamin Davni Rp 1.188.458.663. 22

Seperti diuangkapkan politisi Golkar, Tb Ace, kampanye Pilkada

membutuhkan biaya yang besar, tidak cukup 5 miliyar atau 10 miliyar, tapi

sampai 20 miliar. Bila biaya kampanye untuk menang sampai 20 miliyar, maka

pasangan calon lawan Airin tidak ada yang cukup untuk kampanye, sedangkan

kekuatan material Oligark Wawan mencukupi bahakan kekayaannya masih tersisa

banyak.23

Hasil Pilkada 2010 Yayat Sudrajat dan H. Moch. Norodom Sukarno

mendapat 22.640 suara atau 5,6%, Rodhiyah Najibhah dan Sulaiman Yasin

mendapat 7.518 suara atau 1,8%, Arsid dan Andre Taulany nomor urut tiga

mendapat 187.778 suara atau 46,2% , Airin Rachmi Diany dan Benyamin Davnie

mendapat 188.893 suara atau 46,4%.24 Dengan hasil pemilihan ini jelas bahwa

pasangan Airin Racmi Diany dan Benyamin Davnie menang atas tiga pasangan

calon lain, tetapi oleh Mahkamah Konstitusi (MK) diputuskan Pemungutan Suara

Ulang (PSU) karena terjadi kecurangan yang bersifat struktur, sistematis dan

massif.

22
“Miliki Rp 111 Miliar Airin Kandidat Wali Kota Tangerang Selatan Terkaya”, diakses
dari https://metro.tempo.co/read/news/2010/09/24/083280297/miliki-rp-111-miliar-airin-kandidat-
wali-kota-tangerang-selatan-terkaya pada 12 Desember 2015.
23
Wawancara langsung dengan TB Ace Hasan Syadzily, mantan Pengurus DPP Golkar
dan Anggota DPR RI 2009-2014, pada 17 Desember 2015.
24
Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 309-210/PHPU.D-VIII/2010.

60
“menurut konsep MK kecurangan yang terjadi di Tangsel pada waktu itu
disebut kecurangan yang bersifat terstruktur, sistematis dan massif. Maka
harus dilakukan Pemungutan Suara Ulang (PSU)” 25
Kemenangan Airin dalam Pilkada 2010 karena ada peranan Oligark

Wawan yang terlibat secara tidak langsung dengan kekuatan uang dan birokrasi,

yakni Gubernur Banten, Ratu Atut Chosyiah dalam mengendalikan Pemda

Tangerang Selatan. Dalam teori oligarki Jeffrey A. Winters karakteritik oligark

terlibat langsung atau tidak dalam arena politik bergantung pada sifat ancaman

terhadap kekayaan, bila ancaman begitu besar maka oligark akan terlibat secara

langsung, dan sebaliknya.26 Wawan tidak terlihat secara langsung dalam politik

karena ancaman terhadap harta tidak besar karena sudah ada negara yang

menjaga, kekuasaan negara dengan monopoli sarana kekerasaan sudah hadir

menjaga harta setiap warga negara.

Pola keterlibatan tidak langsung Wawan peneliti analisis menggunakan

konsep yang disebut oleh Barbara Harriss-White yang meminjam konsep William

Reno sebagai shadow State, atau bisa berarti pemerintah informal.27 Konsep

shadow state adalah struktur pemerintahan informal yang memiliki aturan diluar

bingkai aturan formal demi akumulasi ekonomi aktor yang berada dipuncak

struktur dan anggotanya.28

Shadow state yang dikendalikan Wawan dilakukan untuk akumulasi

ekonomi pribadi dan jaringannya. Wawan memiliki anggota dari aparat birokrasi

25
Wawancara langsung dengan Andi Syafrani pengacara pada TIM Advokasi Arsid-
Andre pada kantor GIA Law Firm & Partners, pada 27 Desember 2015.
26
Jeffrey A. Winters, Oligarki, h.11.
27
Wawancara langsung dengan Andi Syafrani pengacara pada TIM Advokasi Arsid-
Andre pada kantor GIA Law Firm & Partners, pada 27 Desember 2015.
28
Barbara Harriss-White, Politik Lokal, h.279.

61
di pemerintahan resmi Tangerang Selatan dan operator di luar pemerintahan resmi

yang bekerja sesuai keputusan Wawan, sekaligus dalam waktu bersamaan

mengikuti aturan formal yang sudah ada. Istilah anggota tim pemerintahan

informal Tubagus Chaeri Werdana disebut 3 D, yaitu Dudung Edireja, Dadang M

Epik, dan Dadang Sopian.29 Dari hasil penelitian ditemukan bahwa shadow state

Wawan disebut sebagai “part of Wawan system”.30

“Komandan utamanya adalah TCW, hanya komandan ini tidak terlihat di


lapangan. Tapi semua tahu yang memegang tampuk perintah adalah TCW,
karena TCW yang mengatur Atut otomatis juga mengatur Airin. Nah
operator-oprtator ini adalah struktur yang ada di birokrasi, pada saat itu
yang terlihat langsung menjadi koordinator lapangannya dari struktur itu
adalah Asda 1, namanya adalah Abdul Hadi. Abdul Hadi ini lah yang
memainkan peranan secara terstruktur, sistematis dan massif untuk
memenangkan Airin. Dengan cara, misalnya, sistematisnya itu adalah
memposisikan, mengangkat Airin sebagai ketua PMI Tangsel dan ketua-
ketua organisasi masyarakat, padahal dia bukan tokoh birokrasi”.31
Dalam menggunakan kekuatan birokrasi, walikota sementara

bahkan tunduk kepada Wawan, adalah Eutik Suarta sebagai Pejabat Walikota

Tangerang Selatan tidak bersikap netral dengan mengarahkan pemilih untuk

memilih Airin Rachmi Diany dan Benyamin Davnie.32 Lalu Ahadi selaku PNS

dan Pejabat Asisten Daerah I Tangsel membentuk organisasi AIFAC 2010

(Airin Fans Club) lalu disosialisasikan kepada para camat, lurah, dan seluruh

jajaran SKPD Kota Tangsel. Pada level birokrasi yang lebih rendah, para

29
Wawancara dengan anonim, pada 12 Desember 2015
30
Wawancara langsung dengan TB Ace Hasan Syadzily, mantan Pengurus DPP Golkar
dan Anggota DPR RI 2009-2014, pada 17 Desember 2015
31
Wawancara langsung dengan Andi Syafrani pengacara pada TIM Advokasi Arsid-
Andre pada kantor GIA Law Firm & Partners, pada 27 Desember 2015
32
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 209-210/PHPU.D-VIII/2010 h.60

62
pegawai kelurahan dipaksa oleh pimpinan diatasnya yakni lurah dan camat

untuk mendukung Airin, bila tidak makan akan dicopot.33

Tidak hanya birokrasi pemerintah Kota Tangerang Selatan, anggota dari

Wawan System adalah mereka yang berada di luar struktur birokrasi. Dua

orang yang peneliti temukan menjadi bagian dari Wawan System adalah Very

Muchlis dan Abdul Rasyid atau Ocil. Very Muchlis adalah konsultan politik

yang bekerja untuk pemenangan Airin, sudah dekat dengan Wawan sejak

bergabung di LBB (Lembaga Banten Bersatu) pada Pilgub Banten 2006 untuk

memenangkan Atut. sedangakan Abdul Rasyid adalah kader Golkar, pada

waktu Pilkada kabupaten Tangerang Abdul Rasyid menjadi asisten pribadi

Airin, sekarang menjadi anggota DPRD Tangsel.

“siapa yang menjadi operator di luar dari struktur birokrasi, yang terlihat
secara nyata adalah kawan-kawan kita juga siapa, Very Muhlis, siapa Vey
Muhlis tangan kanannya TCW, orang semua tahu, tidak usah didefiniskan.
Ocil (Abdul Rasyid) tangan kanannya Airin, pada saat itu posisinya
mereka berdua inilah yang memegang komando. Ocil yang memegang
komado dari Airin, Very yang memegang komando dari TCW, dan itu
ditemukan dalam beberapa pertemuan yang dibuktikan dua orang ini selalu
hadir dalam pertemuan-pertemuan birokrasi. Pertanyaannya siapa mereka?
Posisi apa yang mereka pegang.34
“Ocil itu kan orang yang nentengin tasnya Airin, dia kan dulu awalnya
asprinya. Dia karir politiknya menjadi aspri Airin. Saya kenal Airin waktu
menjadi calon wakil bupati kabupaten Tangerang, saya sudah berinteraksi
dengan mereka. Jadi kebayang tidak kalau dia jadi anggota DPRD
sekarang.”35

33
Wawancara langsung dengan Andi Syafrani pengacara pada TIM Advokasi Arsid-
Andre pada kantor GIA Law Firm & Partners, pada 27 Desember 2015
34
Wawancara langsung dengan Andi Syafrani pengacara pada TIM Advokasi Arsid-
Andre pada kantor GIA Law Firm & Partners, pada 27 Desember 2015
35
Wawancara langsung dengan Ruhamaben wakil ketua DPRD Kota Tangerang Selatan
2010-2014, pada 30 Desember 2015

63
Pemungutan suara ulang dilakukan pada 27 Februari 2011, kekuatan

Oligark Wawan dengan sumber daya materi dan pemerintahan informalnya

tetap tidak bisa dikalahkan, pasangan Airin Rachmi Diany dan Benyamin

Davnie menang dengan mendapat 241.797 suara atau 53,67%. Sementara

pasangan Yayat Sudrajat dan H. Moch. Norodom Sukarno mendapat 4.933

suara atau 1,10%, Rodhiyah Najibhah dan Sulaiman Yasin mendapat 5.106

suara atau 1,13%, Arsid dan Andre Taulany nomor urut tiga mendapat

198.660 suara atau 44,10% ,.36

“bahakan lebih kuat lagi. Karena TCW ini dengan kekuatan duitnya.
Duitnya ini berasal dari proses persengkongkolan atas nama kekuasaan
dan bisnis itu. Hampir semua kepala dinas di Banten, ketika Atut berkuasa
tergantung dari TCW. Demikian juga kekuatan-kekuatan legislatif di
Banten hampir semuanya orang-orangnya TCW. Lihatlah seperti yang
selama ini. Sayakan sering berinteraksi dengan politisi lokal di Banten,
hampir semua, termasuk bukan hanya dari partai Golkar, dari partai-partai
lainpun. Pasti sudah menjadi bagian.”37
Kemenangan Airin Racmi Diany dan Benyamin Davnie juga berarti

kemenangan kekuasaan oligark yang sudah mempertarukan sumber daya uang

dan birokrasi untuk menambah pendapatan ekonomi pribadi yang berasal dari

dana APBD. Pada bagian selanjutnya akan dibahas bagaimana kekuasaan

oligarki Wawan dan pemerintah informalnya berlangsung untuk

mempengaruhi kebijakan ekonomi dan politik di kota Tangerang Selatan.

36
Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 309-210/PHPU.D-VIII/2010 h.6
37
Wawancara langsung dengan TB Ace Hasan Syadzily, mantan Pengurus DPP Golkar
dan Anggota DPR RI 2009-2014, pada 17 Desember 2015

64
B. Konsolidasi Kekuasaan Oligarki Tubagus Chaeri Werdana

Pada bagian ini akan dijelaskan konsolidasi kekuasaan oligarki Tubagus

Chaeri Werdana di kota Tangerang Selatan dalam wilayah politik, ekonomi, dan

dampak sosial yang terjadi . Pada wilayah politik terjadi pembentukan

pemerintahan informal yang bekerja untuk mengendalikan wewenang Pemda

Kota Tangerang Selatan dalam membuat kebijakan yang melancarkan urusan

monopoli proyek APBD. Pada wilayah ekonomi terjadi penguasaan proyek yang

ada pada APBD Kota Tangerang Selatan ke perusahaan Wawan dan kroninya.

Efek sosial adalah terkonsetransinya sumberdaya ekonomi dan akses politik yang

ada pada Wawan, sehingga membuat tidak hadirnya kekuatan oposisi dari

kelompok masyarakat yang kritis dalam menandingi kekuasaan oligarki.

1. Politik: Pemerintah Formal dan Pemerintah Informal

Airin Racmi Diany dan Benyamin Davnie dilantik sebagai walikota dan

wakil walikota definitif pertama kota Tangerang Selatan pada bulan April 2011

oleh gubernur Banten, Atut Chosyiah.38 Sebagai kepala daerah, Airin dan

Benyamin, harus taat pada UU 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

untuk membuat pemerintahan yang good governance dan clean government

sebagai cita-cita desentralisasi. Namun fenomena yang terjadi justru berlangsung

raja kecil yang terdesentralisasi dengan model kekuasan oligarki yang

mepengaruhi kebijakan politik dan ekonomi di kota Tangerang Selatan.

38
“Hari Ini Ratu Atut Lantik Airin Benyamin”, diakses dari http://www.kemendagri
.go.id/news/2011/04/20/hari-ini-ratu-atut-lantik-airin-benyamin pada 12 Desember 2015.

65
Analisis dalam teori oligarki fokus pada seperti apa cara politik yang

dilakukan seorang aktor oligark dalam mempertahankan kekayaan.39 Cara politik

Wawan adalah membeli Pemerintahan Daerah (Pemda) dan (DPRD), dengan

membeli dua instutusi ini sumber daya kekuasaan Wawan bertambah menjadi

jabatan publik. Jabatan publik formal perlu Wawan kuasai karena wewenang yang

ada Pemda dan anggota DPRD diperlukan untuk mengeluarkan kebijakan politik

yang diarahkan mengamankan kepentingan ekonominya. Kemudian dua institusi

ini menjalankan fungsinya sebagai pemerintah formal, sekaligus sebagai

pemerintah informal yang diperintah oleh Wawan.

Pejabat Pemda yang dikuasi oleh Wawan adalah level tertinggi yaitu

Walikota, Kepala dinas, sampai pegawai terendah.. Kepala dinas diisi oleh

pengikut Wawan, pengangkatan pegawai berdasarkan kedekatan dan kepatuhan

atas perintah Wawan. Padahal regulasi yang mengatur dalam PP no. 13 tahun

2002, kepala dinas sebagai pejabat struktural pengangkatannya harus melalui

jejang karir kepegawaian struktural yang dilihat dari prestasi dan kapasitasnya.

Birokrat Pemda menuruti apa yang diperintah oleh Wawan karena ada

insetif yang didistribukan dan sanksi yang diberlakukan. Untuk insentif ada dua,

pertama adalah jabatan yang diterima sebagai bentuk pemeberian dari Wawan,

sehingga patuh terhadap perintah Wawan adalah kemestian, walaupun tidak

memiliki prestasi tidak akan pernah dicopot. Yang kedua, pegawai yang

mengurusi kepentingan wawan dalam hal kebijakan akan mendapatkan jatah

39
Jeffrey A. Winters 2014, Oligarki dan Demokrasi di Indonesia, Prisma 1 (Januari
2014): halaman 15.

66
berupa uang dari Wawan, pegawai menganggap itu adalah bonus dari pekerjaan

yang telah diselesaikan. Padahal uang yang diambil Wawan bersumber dari

APBD, dan Wawan mengambil dana APBD jauh lebih besar daripada jatah yang

diterima pegawai.

Terlihat jelas dari kasus Dadang M Epid, kepala dinas kesehatan kota

Tangerang Selatan, dari proses pengangkatan sudah bermasalah. Kepala dinas

kesehatan harus sarjana kedokteran, sedangkan Dadang M Epid hanya sarjana

ilmu kesehatan.40 BPK juga dalam melakukan pengawasan terhadap dinas

kesehatan Tangerang Selatan banyak masalah dan tidak ada prestasinya, tapi

karena dekat dengan Wawan tidak pernah dicopot. Lalu sejumlah guru yang

menjabat sebagai pejabat fungsional bisa menjabat kepala bidang di dinas tertentu,

padahal pejabat fungsional tidak bisa menjadi pejabat struktural.41

“Saya juga sering memberi statement kenapa pejabat itu tidak pernah bisa
diganti, sedangkan yang lain berputar-putar, ada apa dengan dia. Dia kan
dekat banget sama TCW, ada beberapa orang yang tidak bisa disentuh.
Terus yang kedua, saya melihat ada dinas Kesbangpol tidak kapabel
masuk ke dinas perhubungan.. apa ukurannya orang ini dipromosikan, di
kesbangpol orang ini tidak cocok. Jadi apa, ditangkep orangnya. ya kalau
orang tidak bisa ganti-ganti Dadang M Epid tahu sendiri, Dadang sudah
tersangka tidak diganti-ganti, sementara yang lain sudah diputer-puter
berapa kali. Biasanya di daerah-daerah basah perhatikan saja, ada orang
yang sangat penting di situ.42
Seperti halnya pemerintahan formal yang memiliki sanksi bila ada

pegawainya yang tidak patuh, maka pemerintahan informal Wawan meberikan

sanksi bila ada yang tidak mengikuti perintahnya. Bila pegawai tidak menaati

40
Wawancara langsung dengan TB Ace Hasan Syadzily, mantan Pengurus DPP Golkar
dan Anggota DPR RI 2009-2014, pada 17 Desember 2015
41
Wawancara dengan Anonim pada 12 Desember 2015.
42
Wawancara langsung dengan Ruhamaben wakil ketua DPRD Kota Tangerang Selatan
2010-2014, pada 30 Desember 2015.

67
perintah Wawan akan berhadapan dengan pegawai yang lebih tinggi di atasnya,

sampai atasan tertinggi, maka akan berhadapan dengan Airin sebagai penguasa

pemerintahan formal. Sanksi berupa mutasi dan rotasi akan diterima pejabat yang

tidak mengikuti perintah Wawan.

Peranan Wawan dalam mempengaruhi kebijakan politik pemerintah

formal dari data yang peneliti temukan, bahwa Airin sebagai walikota

menggunakan kewenangannya memanggil penjabat birokrat yang ada di

bawahnya, terutama yang ada di dinas binamarga, dinas tata kota, dinas kesehatan

dan dinas pendidikan untuk datang ke perusahaan Wawan Bali Pacifik Primagama

untuk mengadakan rapat pembahasan proyek.43

“TCW memiliki kekuatan yang besar mengamankan birokrasi caranya


melalui istrinya yang pemimpin birokrasi. Istilah orang birokrasi yang
saya wawancara bersama teman-teman KPK, orang birokrasi bilang
sa’mina watona sama orang atasan. Mereka memiliki loyalitas, apa yang
diperintah TCW sama saja dengan perintah Airin dan pasti akhirnya akan
dilakukan. Tetapi teknisnya mereka kaya di dinas kesehatan, selain kepala
dinas yang main, jadi ada orang dinas yang menjadi prantara.44
Berlangsungnya fenomena kekuasaan oligarki seharusnya tidak terjadi bila

setiap institusi politik menjalankan fungsinya dengan benar. Pemerintah kota

Tangerang Selatan sebagai lembaga eksekuitf yang menjalankan kebijakan

seharusnya diawasi oleh DPRD sebagai lembaga legislatif, tapi di Tangerang

Selatan, DPRD juga menjadi bagian dari kekuasaan oligarki Wawan.

Kekuatan inti partai politik Wawan berasal dari Golkar, dengan 6 kursi

yang dimiliki dari 50 keseluruhan jumlah anggota dewan. Namun, semua partai

43
Wawancara dengan anonim, pada 12 Desember 2015.
44
Wawancara langsung dengan Ade Irawan Peneliti Indosesia Corruption Watch (ICW),
pada 17 Desember 2015.

68
politik yang lain juga menjadi bagian dari kekuasaan oligarki Wawan, ideologi

partai dikesampingkan oleh pragmatisme mengejar kepentingan ekonomi.

Sehingga yang terjadi adalah prilaku koruptif anggota dewan.

Penyebab prilaku koruptif karena partai politik tidak memiliki

kemandirian ekonomi, sumber keuangan partai hanya mengandalkan dari dana

negara. Di Tangerang Selatan, Wawan adalah aktor yang mampu

mendistribusikan dana yang bersumber dari APBD untuk kehidupan partai politik.

Insentif ekonomi yang diberikan Wawan bisa dalam beberapa bentuk uang tunai

dan barang yang didapat dari hasil pemenangan proyek, dan pemeberian jatah

proyek kepada anggota dewan.

“Saya kira kebanyakan anggota-anggota DPR itu reet seeking, dengan ikut
cawe-cawe dalam kegiatan-kegiatan pemerintah yang sangat teknis.
Misalnya, anggota DPRD minta proyek ini proyek itu. Yang menentukan
itukan sebetulnya kepala dinas itu. Kepala dinas akan cenderung
mengikuti apa yang menjadi patron politknya”.45
“tidak hanya di Golkar, lintas partai yang dekat sama mereka, bahakan
sudah ada yang ngaku juga, saya tidak mau menyebut namanya, bahwa
waktu nyalon dia dibiayai. Tapi saya tidak bisa menyalahkan yah, masalah
partainya, masalah masyarakatnya, mengawasi atau tidak. Tapi sulit
jadinya kita bekerja kalau fungsi itu tidak optimal, kita jadi kaya melawan
teman sendiri”.46
Pada tahun 2014 Airin menjadi ketua DPD II Golkar Tangerang Selatan

menggantikan H Kanung setelah aklamasi hasil Musyawarah Daerah Luar Biasa

(Musdalub) Golkar Tangerang Selatan. Airin berhasil aklamasi setelah

menggunakan kekuatan uangnya untuk menjegal lawan politiknya di Musdalub.

45
Wawancara langsung dengan TB Ace Hasan Syadzily, mantan Pengurus DPP Golkar
dan Anggota DPR RI 2009-2014, pada 17 Desember 2015
46
Wawancara langsung dengan Ruhamaben wakil ketua DPRD Kota Tangerang Selatan
2010-2014, pada 30 Desember 2015

69
Selain Airin sesunggunya ada Atin Supriatin sebagai kader Gokar lain

yang ingin maju sebagai ketua DPD, namun Atin tidak jadi maju melihat kekuatan

uang yang Airin keluarkan untuk pemenangan. Menurut politisi Golkar TB Ace,

Airin mengeluarkan uang sampai 100 juta untuk membeli satu suara, pada waktu

Musdalub ada sekitar 8 orang pemilik suara.

Wawan mendistribusikan insentif ekonomi berupa uang kepada anggota

dewan dengan cara bertemu langsung dengan anggota dewan sambil membawa

koper berisi uang. Anggota dewan yang wawan temui adalah alat kelengkapan,

pimpinan di komisi, dan pimpinan banggar. Sehingga proses-proses yang

kaitannya dengan pengawasan tidak berjalan dengan baik, pembahasan APBD

tidak ada dinamikanya, semua setuju untuk meloloskan APBD.47

Sementara insenif ekonomi berupa pemberian jatah proyek diberikan

kepada anggaota dewan, lalu anggota dewan bisa mengerjakan proyek itu sendiri

atau dijual lagi ke kontraktor dengan menerima jatah 20% samapi 30% dari total

anggaran proyek. Informan yang tidak bisa disebutkan namanya mengatakan

bahwa setiap satu tahun anggaran, setiap pimppinan dewan mendapat jatah proyek

7 miliyar.48

“Pola-pola di banten hampir sama, anggota DPRD dapat deviden, atau


mendapat jatah. Kalau TCW masih berkuasa mereka hanya dapat deviden,
jadi akhir tahun mereka dikumpulkan lalu dikasih uang, atau dikasih
mobil, atau dikasih barang. Jadi itu sebagai bentuk kompensasi untuk
mengesahkan anggaran”.49

47
Wawancara dengan anonim, pada 12 Desember 2015.
48
Wawancara dengan anonim, pada 12 Desember 2015.
49
Wawancara langsung dengan Ade Irawan Peneliti Indosesia Corruption Watch (ICW),
pada 17 Desember 2015

70
2. Ekonomi Informal: Meningkatkan Pendapatan Kekayaan

Teori oligarki Jeffrey A Winters menjelaskan bahwa tujuan dari aktor

oligark adalah pertahanan kekayaan, ada dua pertahanan kekayaan, satu

mempertahankan harta yang sudah dimiliki, dan kedua menambah pendapatan

kekayaan yang belum dimiliki. Kekayaan seorang oligark berasal dari kegiatan

dalam arena politik, bukan dari cara produksi dan penarikan keuntungan seperti

borjuis dalam kelas menurut Karl Marx.50

Tubagus Chaeri Werda adalah aktor oligark yang memperluas pendapatan

dengan mekanisme ekonomi informal, yaitu mengendalikan Pemda dan DPRD

untuk mengesahkan alokasi pengerjaan proyek yang ada pada APBD kepada

perusahaan kontraktor Wawan. Sebagaimana diatur dalam UU 32 Tahun 2004

Tentang pemerintahan Daerah pasal 181 bahwa Perda tentang APBD dan Perda

Tentang Penjabaran APBD adalah hasil keputusan bersama antara Pemda dan

DPRD.51

Proses bagaimana alokasi pengerjaan proyek kepada perusahaan Wawan

perlu dilihat dari siklus pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan

Mentri Dalam Negri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, pertangung jawawaban, dan pemeriksaan. Wawan sudah mulai

mengatur pengerjaaan proyek sejak proses perencanaan untuk mendapatkan

keuntungan ekonomi, dalam proses perencanaan Wawan mengkapling pengerjaan

50
Jeffrey A. Winters, Oligarki, h.13.
51
UU 32 Tahun 2004 Tentang Pemerinatahan Daerah.

71
proyek, kemudian melakukan mark-up belanja dalam APBD yang dimuat dalam

Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD untuk dibahas dan disahkan bersama

DPRD.52

“Sebelum anggaran turun mereka sudah tahu siapa yang akan menang
sudah diatur. Secara teknis juga misalnya, mereka secara formal memang
membangun tim pengadaan, tetapi semuanya sudah tahu siapa yang akan
menang. Jadi istilahnya si orang birokrasi itu pengatinnya sudah
ditentukan oleh TCW. Birokrasi tinggal memastikan pengantin itu yang
menang, jadi TCW mempengaruhi siapa ya kepala dinas yang terutama.
Ketika mereka bisa mengendalikan kepala dinas sudah selesai.53
Pada bagian pelaksanaan anggaran, belanja APBD dilakukan oleh SKPD

selaku pengguna anggaran setelah Perda Tentang APBD dan Perda Penjabaran

APBD disahkan oleh DPRD. Kemudian SKPD melakukan lelang untuk

mengerjakan proyek yang termuat dalam DPA (Dokumen Pelaksanaan Angaran)

SKPD untuk akan dikerjakan pihak pengusaha. Namun, proses lelang hanya

formalitas saja walaupun sudah memakai LPSE (Layanan Pengadaan Secara

Elektronik) yang membuat siapapun bisa ikut tender. Karena sebelum lelang

dilakukan siapa penguasaha yang akan mengerjakan proyek sudah ditentukan oleh

Wawan.54

Pada kasus pengadaan alat kesehatan APBD-P 2012, pihak pengusaha

sudah tahu Harga Perkiraan Sementara (HPS), karena dapat bocoran dari Wawan.

Sehingga perusahaan yang menjadi kroni Wawan saat mengajukan tender lewat

LPSE sangat mendekati LPSE, maka bisa lolos tender.

52
Wawancara langsung dengan Ade Irawan Peneliti Indosesia Corruption Watch (ICW),
pada 17 Desember 2015.
53
Wawancara langsung dengan Ade Irawan Peneliti Indosesia Corruption Watch (ICW),
pada 17 Desember 2015.
54
Wawancara dengan anonim, pada 12 Desember 2015.

72
Pada tahapan penatausahaan, Wawan memiliki kemapuan untuk

meloloskan sejumlah dokumen yang akan disahkan oleh pejabat Pemda sebagai

bukti dari pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD untuk untuk

dilaporkan ke Kepala Daerah. Kemudian kepala daerah membuat laporan realisasi

semester pertama kepada DPRD. Pada kasus bansos dan hibah seringkali

dimanfaatkan untuk membuat keterangan fiktif.

“Harusnya bansos-bansos itu belum menjadi prioritas karena DOB


(Daerah Otonom Baru) tentu fokusnya harus pada ketersediaan pada
fungsi pelayanan publik terlebih dahulu pada masyarakat dengan
mempersiapkan aparat-aparat dan seterusnya begitu. Sampai sekarang saja
kantor pemerintahannya tidak jelas, anggaranya sekian triliun pertahun.
Kantor walikota tidak ada, kantor dinas ngontrak di ruko semuanya.55
Tahap laporan, pada tahap laporan yang diterima DPRD, akan dilihat

realisasi anggaran yang telah dialakukan oleh Pemda, apakah pelaksanaan

anggaran sudah sesuai dengan perencanaan yang dalam KUA, dan beberapa

kondisi yang mebuat apakah porsi anggaran yang ada dalam APBD perlu dirubah

atau tidak. Pada bagian ini Wawan memiliki kemampuan untuk meningkatkan

kekayaannya agar Pemda dan DPRD membuat APBD Perubahan (APBD-P)

untuk menambahkan alokasi anggaran pada proyek yang sedang dikerjakan.

Seperti yang diungkapkan oleh wakil ketua DPRD Tangsel 2009-2014,

Ruhamaben:

“kalau yang sebelumnya saya tidak tanda tangan jalan terus mereka,
karena mayoritas yang setuju. Minimum tiga pimpinan sudah tanda
tangan, Demokrat, Golkar, PDIP. Ini waktu masalah multyyears
pembangunan RSUD. Waktu itu pimpinan 4, hanya saya saja yang tidak,
saya sering mengingatkan sebelum kasus alkes ini jangan main-main di

55
Wawancara langsung dengan Andi Syafrani pengacara pada TIM Advokasi Arsid-
Andre pada kantor GIA Law Firm & Partners, pada 27 Desember 2015.

73
situ. Kalau dibuka lagi ceritanya saya sudah merasa mengingatkan, salah
satunya misalnya seperti mereka mengajukan obat, harga obat itu 8 miliar
di APBD murni baru terserap 50%, pada bulan September saat APBD-P
minta nambah 10 miliyar, masuk akal tidak? Waktu tinggal pendek,
sebelumnya saja belum terserap. Ini untuk obat, padahal obat itu
tergantung pasiennya. Ini maksudnya apa, masa pasien langsung
membeludak. Saya mengingatkan itu tidak ada yang setuju.”56

Pada tahap pertanggung jawaban dan pemeriksaan, dilakukan pengawasan

internal dan eksternal tapi tidak berjalan dengan baik. Menurut Ade Irawan,

peneliti ICW, ada temuan tapi kemudian tidak ada tindaklanjutnya.

Proyek-proyek konstruksi yang dikuasai Wawan akan dikelola dengan dua

pola, pertama proyek akan dikerjakan sendiri. Yang kedua, proyek akan dijual ke

pihak lain dengan membayar sebesar 20% sampai 30% dari anggaran dimuka

walupun anggaran belum turun. Sehingga dalam satu tahun anggaran, pendapatan

kekayaan Wawan akan bertambah miliaran rupiah.57

“kalau beberapa orang Kadin bilang keuntungan yang diambil memang segitu
(20-30%), walaupun saya tidak punya buktinya, tapi kalau lihat dari mark-up
projek memang cukup besar, kalau Alkes yang kami cek misalnya harga 200 juta
atau ada yang 300 juta, tapi dia jual bisa sampai satu miliar, itu gila-gilaan.”58

Data yang peneliti temukan dimana kekuasaan oligarki Wawan menambah

pendapatan kekayaannya yang bersumber dari APBD terjadi dalam kasus

pengadaan alat ksesehatan (alkes) kedokteran umum Puskesmas Kota Tangerang

Selatan APBD-P 2012. Dalam APBD-P 2012 dianggarakan untuk pengadaan alat

56
Wawancara langsung dengan Ruhamaben wakil ketua DPRD Kota Tangerang Selatan
2010-2014, pada 30 Desember 2015.
57
Wawancara dengan anonim, 12 Desember 2015.
58
Wawancara langsung dengan Ade Irawan Peneliti Indosesia Corruption Watch (ICW),
pada 17 Desember 2015.

74
ksesehatan (alkes) kedokteran umum Puskesmas Kota Tangerang Selatan sebesar

Rp 23.581.942.903,00.

Dalam kasus Pengadaan Alkes, wawan mengerahkan birokrasi untuk

mengamankan proyek, lalu menjual proyek kepada kroni bisnis untuk menambah

pendapatan kekayaan pribadi. Wawan memerintahkan Dadang M Epid, kepala

dinas kesehatan, dan Mamak Jamak Sari , kepala bidang promosi kesehatan dan

sumber daya kesehatan yang ditunjuk sebagai Kuasa Pengguna Anggaran

sekaligus pejabat pembuat komitmen untuk menjaga proyek Alkes untuk dimikili

PT Bali Pacific miliki Wawan. Namun pengerjaan akan dikerjakan oleh

perusahaan PT Java Medica milik Yuni Astuti. Sebelum dikerjakan oleh PT Java

Medica, diatur pemenang lelang agar dimenangkan oleh perusahaan PT Mikkindo

milik kroni Wawan yaitu Agus Marwan, baru kemudian pengerjaannya oleh PT

Java Medica.

Tabel 1V.B.2 Distribusi ekonomi kekuasaan Oligarki Tubagus

Chaeri Werdana dalam Pengadaan Alat kesehatan Kedokteran

Umum Puskesmas Kota Tangerang Selatan APBD-P 2012

No Nama Jabatan Keuntungan

1 Tubagus Chaeri Komisaris Utama PT Rp 7.941.630.033,00


Werdana Bali Pacifik Pragama
2 Yuni Astuti Pemilik PT Java 5.063.242.496,00
sebesar Medica
3 Dadang M Epid kepala dinas Rp 1.176.500.000,00
Kesehatan
4 Agus Marwan Direktur Utama PT Rp 206, 932, 471,00

75
Mikkindo Adiguna
5 Dadang Prijatna Manager Operasional Rp 103.000.000,00
PT Bali Pacifik
Pragama
6 Mamak Jamak Sari Kuasa Pengguna Rp 37.500.000,00
Anggaran (kepala
bidang promosi
kesehatan dan sumber
daya kesehatan)
Total kerugian negara dari APBD Tangerang Selatan 2012 Rp
14.528.805.001,75

Sumber: Surat Tuntutan Nomor: TUT-02/24/01/2015 KPK, Perkara

Tindak Pidana Korupsi Pengadaan Alat Kesehatan Kedokteran Umum

Kota Tangerang Selatan APBD-P 2012 atas nama terdakwa Mamak Jamak

Sari.

Berdasrkan temuan BPK (Badan Pemeriksaan Keuangan) penentuan HPS

(Harga Perkiraan Sementara) dalam pengadaaan alat kesehatan jauh lebih mahal,

kelebihan penghitungan HPS di Dinas Kesehatan sebesar Rp8.829.207.094,00.

Kelebihan penentuan HPS misalnya, belanja modal pengadaan alat-alat

kedokteran unit perawatan intensif (NICU) sebesar Rp7.844.010.000,

berdasarkan survei lapangan BPK seharusnya penentuan HPS sebesar

Rp6.820.874.500, makan terjadi kerugian sebesar 1.023.135.500.59

59
Badan Pemerikasaan Keuangan, “Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan tahun 2012”, h 208

76
3. Lemahnya Masyarakat Sipil

Kelompok masyarakat sering mendapat bantuan hibah dan bansos dari

Pemda Kota Tangerang Selatan yang bersumber dari APBD. Kelompok

masyarakat yang terdiri dari Ormas (Orgasnisasi Sosial Mayarakat), organisasi

kepemudaan, organisasi mahasiswa dan organisasi keagamaan,60 diberikan

bantuan berupa uang setiap tahun anggaran dari APBD. Pemberian uang dianggap

sebagai pemberian walikota Airin, sehingga kelompok masyarakat kehilangan

independensi untuk melakukan ktitik terhadap kebijakan-kebijakan yang ada di

kota Tangerang Selatan.

Selain tidak bisa mengkrtisi, kelompok masyarakat diminta untuk

menopang kekuasaan oligarki Wawan, sehingga kelompok masyarakat juga

menjadi bagian dari struktur sosial politik oligarki Wawan. Kelompok mayarakat

menempati lapisan terbawah dari struktur sosial politik oligarki, karena distribusi

ekonomi dan politik yang diterima kelompok masyarakat adalah yang paling

sedikit jumlahya, dibanding birokrat dan politisi.

Kelompok masyarakat tidak bisa menjadi kekuatan gerakan sosial yang

dapat melakukan perubahan di kota Tangerang Selatan, karena sejumlah

organisasi kelompok masyarakat diketuai oleh Airin sendiri. Justru data yang

peneliti temukan aktivis pada sejumlah organisasi mahasiswa menjadi pengikut

Tubagus Chaeri Werdana.

“bansos dan hibah otortitas ada di kepala daerah, Cuma masalahnya,


pertama walaupun diskresinya ada di kepala daerah penerimanya ada
persyaratan. Pertama, Ada yang menerima tiga tahun, padalah tidak boleh

60
Wawancara langsung dengan TB Ace Hasan Syadzily, mantan Pengurus DPP Golkar
dan Anggota DPR RI 2009-2014, pada 17 Desember 2015

77
berturut-turut. Kedua, hibah dan bansos itu bukan hal yang wajib sebenarnya.
Cuma problemnya di banten hibah diberikan kepada tim sukses, anggota
keluarga, dipotong, atau lembaga fiktif. Itu yang terjadi. Misalnya saja KNPI
setiap tahun dapat”61

Pada tahun 2015, hibah diberikan kepada 106 organisasi dengan jumlah

anggaran yang dialokasikan sebesar Rp 29.588.000.000 (dua puluh Sembilan

miliar lima ratus lapan puluh lapan juta rupiah).62 Organisasi yang menjadi

langganan penerima hibah setiap tahun anggaran adalah organisasi kepemudaan

KNPI, juga organisasi mahasiswa HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII

(Pergerakan Mahasiwa Islam Indonesi), dan IMM (Ikatan Mahasiswa

Muhamadiyah). Masing-masing organisasi mahasiswa menerima Rp 50.000.000

setiap tahunnya.

Dalam aturan soal hibah dan bansos memang dibolehkan dan menjadi

kewenangan penuh kepala daerah uang diberikan kepada siapa, namun ada

peraturan yang mengatakan bahwa penerima hibah hanya boleh menerima satu

kali.

Selain untuk mengkooptasi kelompok masyarakat dengan cara

memberikan insentif bantuan uang, TCW mendapatkan tambahan kekayaan

dengan menyalurkan bantuan ke organisasi kroninya dan anggota keluarganya,

dan mebuat bantuan kepada penerima fiktif. Pemda yang mengurusi bantuan

hibah menerima insentif uang dengan memotong uang yang seharusnya

61
Wawancara langsung dengan Ade Irawan Peneliti Indosesia Corruption Watch (ICW),
pada 17 Desember 2015
62
Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Daftar Penerima, Alamat, Besaran Alokasi Hibah
Yang Diterima Tahun Anggaran 2015, Lampiran III Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor
1 Tahun 2015 Tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2015

78
didapatkan penerima hibah. Ruhamaben, wakil ketua DPRD Kota Tangerang

Selatan mengatakan saat ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia)

mengajukan permohonan bantuan sebesar 125.000.000 kepada Pemda, diminta

untuk mengajukan sebesar 200.000.000, kemudian yang diterima oleh ICMI

hanya 125.000.000 tapi saat tanda tangan penerimaan bantuan sebesar

200.000.000.63

Sanksi akan diberikan oleh Pemda kepada kelompok masyarakat yang

kritis terhadap kebijakan Pemda, batuan hibah dan bansos tidak akan diberikan

lagi pada tahun anggaran berikutnya.

Walupun tidak semua warga Tangerang Selatan menjadi bagian dari

kekuasaan oligarki Tubagus Chaeri Werdana, namu mayoritas bisa dikatakan

menjadi bagian. Kelompok masyarakat yang tidak menjadi bagian dari kekuasaan

oligarki Tubagus Chaeri Werdana adalah kelompok aktivis, mereka adalah aktivis

yang rata-rata alumni dari Universitas Islama Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kelompok aktivis tergabung dalam kelompok bernama Jaringan Pemilih

Tangerang Selatan (JPTS). Tujuan dari kelompok JPTS adalah menghasilkan

kepala daerah yang bukan bagian dari dinasti Ratu Atut. Namun sayang, pengaruh

kelompok ini tidak signifikan dibanding kelompok masyarakat yang menjadi

bagian dari kekuasaan oligarki Tubagus Chaeri Werdana.64

63
Wawancara langsung dengan Ruhamaben wakil ketua DPRD Kota Tangerang Selatan
2010-2014, pada 30 Desember 2015
64
Diakses dari https://jptangsel.wordpress.com/ pada Tanggal 15 April 2016.

79
C. Analisis Kekuasaan Oligarki Tubagus Caheri Werdana di Kota

Tangerang Selatan

Ditinjau dari teori oligarki Jeffrey A. Winters untuk menentukan bentuk

kekuasaan oligarki ditentukan berdasarkan variasi: sifat ancaman terhadap

kekayaan, motovasi, bagaimana masalah utama pertahanan kekayaan dikelola

secara politik, dan kadar keterlibatan langsung dan tidak langsung oligark dalam

pemerintah.

Oligarki Lokal yang muncul di Kota Tangerang Selatan dalam rangka

meningkatkan jangkauan pendapatan kekayaan yang bersumber dari dana APBD

daerah otonom baru hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang, yakni Kota

Tangerang Selatan. Sehingga bukan ancaman terhadap harta yang sudah dimiliki,

karna harta yang dimiliki telah dilindungi oleh negara yang mempunyai hak dalam

memonopoli kekerasan, namun tujuan dari pertahanan kekayaan Oligark Wawan

adalah memperluas wilayah kekuasaan untuk meningkatkan pendapatan

kekayaan.

Oligark Wawan mengandalkan dua sumber daya utama yakni, seumber

daya materi dan jabatan publik. Sumber daya materi Wawan berasal dari proyek-

proyek APBD dan jabatan publik berupa jejaring politik di Pemda, DPRD dan

kroni-kroni pengusaha. Dengan mengandalkan dua sumber daya ini Wawan

melakukan politik pertahanan kekayaan, dana-dana proyek APBD digunakan

untuk membeli partai politik, biaya pemilu dan menyuap anggota DPRD.

Jabatan publik yang masuk dalam jejaring politik Wawan adalah pejabat

birokrat Pemda, DPRD, dan kroni-kroni bisnis yang digunakan kewenangannya

80
untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang memudahkan dalam pengaturan

proyek-proyek.

Dalam hal kadar keterlibatan oligark dalam pemerintahan, bentuk

kekuasaan oligarki Tubags Chaeri Werdana terlibat secara tidak langsung, atau

berada di luar pemerintah. Model keterlibatan tidak langsung ini pula yang

peneliti analisis dengan menggunakan konsep shadow statae. Oligark Wawan

mengatur kekuasaan ekonomi dan politiknya dengan pemerintahan informal,

pejabat birokrat Pemda dan anggota DPRD menunjukan prilaku yang taat akan

aturan hukum lembaganya masing-masing, tapi pada saat yang bersamaan pejabat

Pemda dan anggota DPRD menunjukkan prilaku taat aturan yang dibuat Wawan

dengan sistem insentif dan sanksinya yang diberlakukannya.

Dengan politik pertahanan kekayaan maka Wawan mencapai tujuan

menambah pendapatan dari daerah otonom baru yang memiliki APBD di kota

Tangerang Selatan. Maka dengan demikan sumber daya kekayaan yang

terkonsentrasi dan jejaring politik yang dimiliki Wawan membuat kekuasaan

oligarki di tingakat lokal dalam hal kekuasaan ekonomi dan politik dengan

dampak sosial berlangsung di kota Tangerang Selatan.

81
Gambar IV.1. Proses Kekuasaan Oligarki Tubagus Chaeri Werdana

di Kota Tangerang Selatan

Oligark Tubagus Pemerintahan


Chaeri Informal: Kekuasaan Oligarki
Werdana: Mengedalikan Tubagus Chari Werdana
Pemda dan DPRD
Sumber daya untuk
materi dan mengalokasikan
jejaring politik proyek-proyek dari
APBD ke Wawan
dan kroni
pengusaha

TUBAGUS CHAERI
WERDANA

KRONI PENGUSAHA

PEJABAT BIROKRASI

POLITISI

MASYARAKAT

82
BAB V

PENUTUP

Mengingat bahwa ada dua tujuan dalan penelitian ini, yaitu untuk

mengetahui bagaimana Tubagus Chaeri Werdana membangun kekuasaan

Oligarkis dan peranannya dalam kebijakan ekonomi dan politik di kota Tangerang

Selatan, oleh karena itu dalam bab terakhir ini berisi kesimpulan untuk memenuhi

tujuan dari penelitian ini. Penelitian ini juga memberikan saran yang diharapkan

dapat digunakan sebagai pertimbangan terhadap permasalahan kekuasaan oligarki

dalam era desentralisasi di Kota Tangerang Selatan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya

tentang tumbuhnya kekuasaan oligarki Tubagus Chaeri Werdana di Kota

Tangerang Selatan, maka penulis menarik sejumlah kesimpulan diantaranya

sebagai berikut:

1. Kemunculan kekuasaan oligarki di Kota Tangerang Selatan terdiri dari dua

faktor. Pertama adalah kondisi sosial politik, Pembentukan Kota Tangerang

Selatan sebagai daerah otonom baru mengharuskan memiliki APBD sendiri,

kondisi ini menjadi arena bagi oligark untuk meningkatkan kekayaan, Pilkada

yang membutuhkan biaya sangat mahal membuat aktor dengan modal materil

berlimpah memiliki kemampuan yang lebih dibanding anggota masyarakat

yang lain, dan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah mengendalikan Pejabat

Wali Kota Sementara Kota Tangerang Selatan yang berasal dari dinas Provinsi

86
Banten, sehingga dapat diperintah oleh Tubagus Chaeri Werdana. Kedua,

adanya motif dari oligark Tubagus Chaeri Werdana untuk menambah

akumulasi pendapatan kekayaan yang bersumber dari APBD Kota Tangerang

Selatan.

2. Peranan Tubagus Chaeri Werdana dalam kebijakan ekonomi dan politik.

Pertama politik, Tubagus Chaeri Werdana menentukan pengisian jabatan

kepala dinas di SKPD Kota Tangerang Selatan serta pejabat birokrat

bawahannya agar yang memiliki wewenang menentukan kebijakan adalah

anggotanya. Kedua, dalam kebijakan ekonomi mengarahkan dana APBD bagi

peningkatan kekayaan pribadi dan jejaring dari kekuasaan oligarkis, dengan

cara melakukan mark up proyek yang dikerjakan perusahaan Tubagus Chaeri

Werdana dan menjual proyek kepada kroni-kroni pengusahanya.

3. Tubagus Chaeri Werdana memiliki peranan dalam kebijakan ekonomi dan

politik di Kota Tangerang Selatan karena beberapa faktor. Pertama, jaringan

menggurita dalam bentuk pemerintahan informal, mulai dari wali kota sampai

birokrat terendah dalam struktur pemerintah Kota Tangerang Selatan menjadi

bagian dari struktur kekuasaan Oligarki. Begitu juga dengan DPRD Kota

Tangerang Selatan, mulai dari pimpinan sampai anggota dewan, juga termasuk

kelompok masyarakat. Kedua, Anggota pemerintahan informal Tubagus

Chaeri Werdana memiliki militansi kepatuhan karena ada struktur insentif

dan disinsentif bila melawan . Distribusi insentif didapatkan pejabat Pemkot

berupa naik jabatan dan imbalan materil atau mendapatkan disisentif dimutasi

dan dirotasi, anggota DPRD mendapat jatah proyek dari APBD atau

87
disinsentif tidak mendapat jatah proyek sehingga pendanaan parpol dan balik

modal saat pemilu tidak terpenuhi, kelompok masyarakat mendapat kucuran

bansos dan hibah atau akan distop bila mengkrtitisi kebijakan Pemkot

Tangerang Selatan.

B. Saran

Peneliti menyadari apa yang telah dibahas dalam setiap bab dalam skripsi

belum sepenuhnya menjawab pertanyaan terkait permasalahan kekuasaan

ekonomi dan politik Tubagus Caheri Werdana di Kota Tangerang Selatan. Hal ini

dikarenakan ruang lingkup penelitian yang terbatas. Namun dalam penulisan

skripsi ini peneliti mengajukan saran-saran yang kiranya dapat memperbaiki

kualitas penyelenggaraan desentralisasi dan demokratisasi lokal di Indonesia:

1. Negara perlu mengatur agar biayaya pemilu tidak mahal, sehingga peranan

oligark dalam pengunaan modal materil menjadi terbatas.

2. Kepemilikan harta kekayaan berlimpah pada segelintir orang yang

bersingungan dengan kegiatan politik hendaknya ditelusuri secara ketat asal-

usulnya oleh negara, untuk mengetahui apakah kekayaan yang dimiliki berasal

dari sumber yang bisa diterima secara hukum. Sehingga dapat membatasi

ruang gerak dari para aktor oligark yang memiliki kekayaan dari hasil

kegiatan-kegiatan politik yang merugikan masyarakat banyak.

3. Perlu ada penguatan pada lembaga penegakan hukum utuk menghalau

praktik KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme). Lembaga penegak hukum

yang dimaksud adalah lembaga KPK, karena hanya KPK yang mempunyai

track record baik dalam penanganan korupsi. Kepampuan KPK bisa

88
dibuktikan melalui kasus korupsi yang melibatkan Tubagus Chaeri Werdana

dan Ratu Atut Chosiyah, hanya KPK yang mampu membongkar praktik

kekuasaan oligarkis Tubagus Chaeri Werdana dan Atut Chosiyah yang sudah

berlangsung sekian lama. Perlu menetapkan status KPK sebagai badan tetap

bukan adhoc, penambahan anggaran, dan pembentukan KPK di setiap

provinsi. \

4. Konsolidasi civil society untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan

pelaksanaan kebijakan pemerintahan kota Tangerang Selatan, agar tidak

melahirkan raja-raja kecil seperti Tubagus Chaeri Werdana dalam

penyelanggaran Pilkada di Kota Tangerang Selatan dan di daerah lain di masa

yang akan datang.

89
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Anzar, Dahnil. Dinasti Rente. Jakarta: Booknesia, 2014.


A. Winters, Jeffrey. Oligarki. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2011.
Agustiono, Lio. Sisi Gelap Otonomi Daerah: Sisi Gelap Desentralisasi di
Indonesia Berbanding era Sentralisasi. Widya Padjadjaran: Jakarta, 2011.
Boucher, David dan Paul Kelly ed.. Political Thinker: From Socrates to the
Present. Oxford University Press: New York, 2003.
Damsar. Pengatar Sosiologi Politik. Prenada Media Group: Jakarta, 2010.
Faulks, Faulks. Sosiologi Politik: Pengantar Kritis. Penerbit Nusa Media:
Bandung, 2010.
Ford, Michele dan Thomas B Pepinsky. Malapui Oligarki? Bahasan Kritis
Kekuasaan Politik dan Kesenjangan Ekonomi di Indonesia. Prisma 1
Januari 2014.
Funke, Nikki dan Hussein Solomon. Shadow State in Africa: A Discussion.
Development Policy Management Forum (DPMF): Ethopia, 2002.
Hadiz, Vedi R. Dinamika Kekuasaan: Ekonomi Politik Indonesia Pasca-Soeharto.
Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2005.
Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken, ed., Politik Lokal di Indonesia.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2007.
Hidayat, Syarif . Mengurai Pristiwa-Meretas Karsa: Refleksi Satu Dasawarsa
Reformasi Desentralisasi dan otonomi Daerah. Prisma 29 Juli 2010.
Hoffman, John. A Glossary of Political Theory. Edinburgh University Press:
Edinburgh, 2007.
Johnson, Doyle Paule. Contemporary Sociological Theory: An Integrated Multi-
Level Approach, Springer: New York, 2008.
Migdal, Joel S. State in Society: Studying How State and Societies Transform and
Constitute One Other. Cambridge University Press: New York, 2004.
Mills, C. Wright. . The Power Elite.

xii
Rianse, Ysman. Metodologi Penelitian Sosisl dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi,
Alfabeta: Bandung, 2008
Robinson, Richard dan Vedi R Hadiz. Reorganaizing Power in Indonesia: The
Politics of Oligarchy in an age of Markets. RoutledgeCurzon: London,
2004.
Sidel, John T . Bosisme dan Demokrasi di Filipina, Thailand, dan Indonesia.
dalam buku Politisasi Demokrasi: Politik Lokal Baru, Jakarta: Demos,
2005.
Soehartono, Irwan , Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008.
Sub Bidang Data dan Statistik Bidang Statistik Pelaporan , Profil Kota Tangerang
Selatan,
Usaman dan Abdi. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi
Bandung: Alfabeta, 2008.
White, Barbara Harris. India Working: Essay on Society and Economy.
Cambridge University Press: United States of America, 2003.
Yandri. Tangerang Selatan: Di Tengah Dinamika Pembangunan Ekonomi
Regional dan Nasional. STIE Ahmad Dahlan Press: Tangerang
Selatan,2013.

DOKUMEN

Badan Pemerikasaan Keuangan, “Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan


Keuangan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan tahun
2012”, h 208.
Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015.
Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 309-210/PHPU.D-VIII/2010.
Surat Tuntutan Nomor: TUT-02/24/01/2015 KPK, Perkara Tindak Pidana Korupsi
Pengadaan Alat Kesehatan Kedokteran Umum Kota Tangerang Selatan
APBD-P 2012 atas nama terdakwa Mamak Jamak Sari.

xiii
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Derah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2008 Tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan.

INTERNET

“Adik Atut Diduga Gunakan 300 Perusahaan Untuk Garap 1.200 Proyek”.
Diaksesdarihttp://nasional.kompas.com/read/2016/03/24/19151101/Adik.At
ut.Diduga .Gunakan. 300.Perusah aan.untuk.Garap.1.200.Proyek pada 23
Desember 2015.
“Adik Atut Diduga Menggunakan 300 Perusahaan Untuk Kerjakan Proyek di
Banten”. Diakses dari
http://nasional.kompas.com/read/2016/03/10/20163631/Adik.Atut.Diduga.
Menggunakan.300.Perusahaan.untuk.Kerjakan.Proyek.di.Banten pada 20
Maret 2016.
“Adik Gubernur Pimpin Kadin Banten”. Diakses dari
http://palapanews.com/2012/07/03/ adik- gubernur-pimpin-kadin-
banten/ pada 3 Oktober 2015.
“Adik Ipar Gubernur Banten Jadi Ketua KNPI”. Diakses dari
http://www.republika.co.id /berita/breaking-
news/nusantara/10/12/18/153113-adik-ipar-gubernur-banten-jadi-ketua-
knpi pada 3 Oktober 2015.
“Airin Menangi Pilkada Tangsel”. diakses dari http://megapolitan
.kompas.com/read/2011/03/03/16000798/Airin.Menangi .Pilkada.Tangsel
pada tanggal 20 Desember 2015
“Airin Wali Kota Siang Wawan Wali Kota Malam”. Diakses dari
http://nasionaltempo.c o/read /news/2013/10/24 /063524184/Airin-
Wali-Kota-Siang- Wawan-Wali-Kota-Malam pada tanggal 15 Mei
2015.

xiv
“Bebas dari Bui eks Wali Kota Cilegon Disambut 51 Bus. Diakses dari
http://news. liputan6.com/read/2388237/bebas-dari-bui-eks-wali-kota-
cilegon-disambut-51-bus pada 20 Maret 2016.
“Caleg Tangerang Selatan Ajukan Gugatan ke Mahkamah Konstitusi”. Diakses
dari http://metro.tempo.co/read/news/2010/02/04/082223434/21-caleg-
tangerang-selatan- ajukan-gugatan-ke-mahkamah-konstitusi artikel ini
diunduh pada tanggal 20 Desember 2015.
“Dinasti Ratu Atut Kuasi KNPI Banten”. Diakses dari http://www.gresnews.co
m/berita/ politik/1581412-dinasti-atut-kuasai-knpi-banten/0/ pada 3
Oktober 2015.
“Dinasti Ratu Atut Setelah Delapan Tahun Berkuasa”. Diakses dari
http://nasional.kompas.com/read/2013/12/18/0729208/Dinasti.Politik.Ratu.
Atut.Setelah.Delapan.Tahun.Berkuasa pada 16 September 2015.
“Ditangkap oleh KPK Jabatan Ketua Kadin Banten Masih Aman”. Diakses dari
http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/10/07/ditangkap-oleh-kpk-jabatan-
ketua-kadin- banten-masih-aman pada 20 Dsember 2015.
“DPRD Kota Tangsel Ditetapkan 1 Maret”. Diakses dari http://tangerangnews.
com/tangsel/read/2095/DPRD-Kota-Tangsel-Ditetapkan-1-Maret pada
tanggal 20 Desember 2015.
“Gurita Politik Keluarga Ratu Atut di Banten”. Diakses dari
http://www.kemendagri.go.id/ news/2013/10/10/gurita-politik-keluarga-
ratu-atut-di-banten pada 3 Oktober 2015.
“Harga-harga Mobil Mewah Milik Airin dan Wawan Adik Ratu Atut”. Diakses
dari http://news.liputan6.com/read/710848/harga-harga-mobil-mewah-
milik-airin-dan- wawan-adik-ratu-atut pada tanggal 20 Mei 2015
“Ini Dinasti Banten yang Lolos ke Senayan”. Diakses dari
http://www.republika.co.id/ berita/nasional/politik/14/04/26/n4lufy-ini-
dinasti-banten-yang-lolos-ke-senayan pada 3 Oktober 2015
“Ismet Iskandar Unggul di Tiga TPS”. Diakses dari
http://bola.kompas.com/read/2008/ 01/20/14313643/ismet.iskandar-
rano.karno.unggul.di.tiga.tps.di.bsd pada 20 Maret 2016

xv
“Jangan Salahkan Atut di Banten Juga Ada Dinasti Lain”. Diakses dari
http://www. merdeka.com/peristiwa/jangan-salahkan-atut-di-banten-
juga-ada-dinasti-lain.html pada 20 Maret 2016.
“Kekuasaan Atut Menggurita di Wilayah Banten”, Diakses dari http://nasional.
sindonews.com/read/792364/13/kekuasaan-atut-menggurita-di-wilayah-
banten- 138126 1789 pada 20 Desember 2015.
“Kemenangan Ubah Peta Politik Ratu Atut”. Diakses dari
https://m.tempo.co/read/news /2012/12/09/083446920/kemenangan-zaki-
ubah-peta-politik-keluarga-atut pada 20 Maret 2016.
“Kemendagri 309 Kepala Daerah Terjerat Kasus Korupsi”. Diakses dari
http://www. republika.co.id/berita/nasional/politik/13/10/0/mucwgv-
kemdagri-309-kepala-daerah- terjerat-kasus-korupsi pada 25 Maret 2016.
“Keputusan Mahkamah Konstitusi Ubah Komposisi DPRD Tangerang Selatan”.
Diaksesdarihttp://metro.tempo.co/read/news/2010/08/30/083274882/keputus
an-mahkamah- kons titusi-ubah-komposisi-dprd-tangerang-selatan pada
tanggal 20 Desember 2015.
“Korupsi Dinasti Banten Dirancang Sistematis”. Diakses dari https://m.tempo.
co/read/ news/2013/10/12/063521248/korupsi-dinasti-banten-dirancang-
sistematis pada 20 Maret 2016.
“Mengapa Politik Dinasti Harus Dicegah”. Diakses dari
http://saifulmruky.blogspot.co .id/2013/03/mengapa-politik-dinasti-harus-
dicegah.html pada 3 Oktober 2015.
“Mengungkap Gurita Bisnis Keluarga Atut di Tanah Banten”. Diakses dari
http://www.antikorupsi.org/en/content/mengungkap-gurita-bisnis-keluarga-
atut-di-tanah- banten pada 23 Desember 2015.
“Mulyadi Jayabaya Jadi Nahkhoda Baru Kadin Banten”. Diakses dari
http://radaronline.co.id/2015/04/01/mulyadi-jayabaya-jadi-nakhoda-baru-
kadin-banten/ pada 20 Desember 2015
“Orang Yang Terlibat Politik Dinasti”. Diakses dari
http://nasional.kompas.com/read

xvi
/2013/10/18/1850579/60.Orang.yang.Terlibat.Politik.Dinasti pada 25
Maret 2016
“Pasangan Balon Pilkada Pandeglang Irna Tanto Didukung 11 Partai”. Diakses
dari http://www.beritasatu.com/nasional/293288-pasangan-balon-
pilkada-pandeglang- irnatanto-didukung-11-partai.html pada 3 Oktober
2015.
“Pengacara Wajar Aset Wawan Atas Nama Airin”. Diakses dari
http://nasional.tempo .co/read/news/2014/02/04/063550838/pengacara-
wajar-aset-wawan-diatasnamakan-airin pada tanggal 20 Mei 2015.
“Pengacara Wawan Suami Airin Kaya Sejak Kecil”. Diakses dari http://nasional.
tempo.co/read/news/2013/10/10/063520629/pengacara-wawan-suami-airin-
kaya-sejak- kecil 23 Desember 2015.
“Profil Kota Tangerang Selatan”. Diakses dari http://www.humasprotokol.
bantenprov.go.id/read/page-detail/profil-kota-tangsel/16/profil-kota-
tangerang- selatan.html pada tanggal 25 November 2015.
“Profil Senator RI 2015-2019”, Diakses dari
http://dpdri.merdeka.com/senator/andiara-aprilia- hikmat.html pada 3
Oktober 2015.
“Profil Tubagus Chaeri Werdana”. Diakses dari http://museumkoruptor.
blogspot.co.id/2014/08/profil-tubagus-chaeri-wardana.html pada 23
Desember 2015.
“Profil Tubagus Chaeri Werdana”. Diakses dari http://profile.metrotvnews.Com /
read/30/tubagus-chaeri-wardana pada 23 Desember 2015.

“Rano Karno Lantik Menantu Atut Jadi Wakil Bupati Pandeglang”. Diakses dari
https:// m.tempo.co/read/news/2016/03/23/078756226/rano-karno-lantik-
menantu-atut-jadi- wakil-bupati- pandeglang pada 2016.
“Riwayat Tanah Banten di Bawah Dinasti Atut”, diakses dari http://www.cnnind
onesia.com/politik/20150709101059-32-65363/riwayat-tanah-banten-di-
bawah-kaki- dinasti-atut/ pada 23 Desember 2015.

xvii
“Selayang Pandang Proses Kepemimpinan”, diakses dari http://www.tangerang
selatankota.go.id/ver4/selayang-pandang/proses-kepemimpinan pada
tanggal 23 Desember 2015.
“Silsilah Dinati Banten Abah Chasan dan Para Istri”, diakses dari http://nasional
.tempo.co/read/news/2013/10/07/063519657/silsilah-dinasti-banten-abah-
chasan-dan- para-istri pada 23 Desember 2015.
“Zaki Iskandar Calon Bupati Tangerang Paling Kaya”, diakses dari
https://m.tempo.co/read/news/2012/12/06/083446198/zaki-iskandar-calon-
bupati- tangerang-paling-kaya pada 20 Desember 2015.
Profil Agah”. Diakses dari https://id.linkedin.com/in/agah-noor-96a95427 pada tanggal
12 Januari 2015.
“Miliki Rp 111 Miliar Airin Kandidat Wali Kota Tangerang Selatan Terkaya”, Diakses
dari https://metro.tempo.co/read/news/2010/09/24/083280297/miliki-rp-111-
miliar-airin-kandidat- wali-kota-tangerang-selatan-terkaya pada 12 Desember
2015
Website Resmi Kadin Provinsi Banten, Diakses dari
http://www.banten.kadinprovinsi.or.id/ pada 3 Oktober 2015.

WAWANCARA

Wawancara langsung dengan Ade Irawan Peneliti Indosesia Corruption Watch


(ICW), pada 17 Desember 2015.
Wawancara langsung dengan Verry Muchlis Pemilik Konsep Indonesia, pada 28
Januari 2015.
Wawancara langsung dengan TB Ace Hasan Syadzily, mantan Pengurus DPP
Golkar dan Anggota DPR RI 2009-2014, pada 17 Desember 2015.
Wawancara langsung dengan Andi Syafrani pengacara pada TIM Advokasi Arsid-
Andre pada kantor GIA Law Firm & Partners, pada 27 Desember 2015.
Wawancara langsung dengan Ruhamaben wakil ketua DPRD Kota Tangerang
Selatan 2010-2014, pada 30 Desember 2015.
Wawancara dengan Anonim, di Tangerang Selatan pada 12 Desember 2015.

xviii
LAMPIRAN

Tranksrip Wawancara dengan Ade Irawan Peneliti Indosesia Corruption Watch (ICW),
pada 17 Desember 2015.

A: bagaiamana abang melihat aktor informal seperti TCW di Tangsel?

B: kalau di beberapa tempat, munculnya aktor informal yang kuat, munculnya shadow government seperti
ini karena faktor ekonomi dan di negara-negara yang krisis atau karena ada pemodal yang kuat modalin
orang. Yang kemudian dia bisa mengontrol orang itu. Tetapi karena Tangsel karena anggota keluarganya
berkuasa dan konteks Tangsel sebetulnya tidak bisa dilepaskan dari konteks Banten secara umum.
Bagaimana Tangsel menjadi bagian dari peluasan kekuasaan dari dinasti rau. Ini memang dari awal
diarahkan mereka berkuasa secara formal untuk bisa mempermudah terhadap sumber daya ekonomi
daerah, terutama dana-dana APBD. Mereka dari awal memang menempatkan anggota keluarganya dalam
hal ini misalnya istrinya ditempatkan di Tangsel sebagai penguasa formal. Dan karakteritiknya sama
antara Tangsel dengan provinsi Banten, ada penguasa formal juga ada penguasa informal. Pada era
sebelumnya penguasa formalnya Atut penguasa informalnya H Chasan. Setelah H Chasan tidak ada yang
berkuasa secara formal adalah TCW.

A: bagaimana TCW bisa melewati prosedur-prosedur formal demi kepentingan pribadinya?

B: TCW memiliki pengaruh, dia menggunakan pengaruh istrinya (Airin) untuk mengatur institusi formal

A: caranya seperti apa bang?

B: ketika TCW memerintah kekuasaan formal ikut. Modus yang kami temui, mereka sudah main sejak
proses perencanaan anggaran. Beberapa TPK yang saya temui dan berdiskusi dengan kami, TCW pada
saat penyusunan APBD sudah bisa menentukan anggaran ini untuk apa saja dan akan diarahkan untuk apa
saja. Itu yang kemudian dia sepakati dengan kekuasaan formal, dalam hal ini institusi-institusi yang
memegang sumberdaya, kepala dinas, sekda, bisa saja istrinya. Dan kemudian walaupun dia tidak
berkuasa pengaruh dia lebih kuat daripada penguasa formal Airin.

A: pada saat proses perencanan bagian mana yang menjadi incaran bahan bancakan oleh TCW?
B: sebagian besar pada pengadaan barang da jasa. Kalau melihat bisnisnya pertama adalah pengadaan
barang dan jasa, karena 60% sampai 70% uang daerah itu untuk PBJ. lalu bisnis birokrasi melalui
penempatan orang-orang, seperti cpns seperti itu. Atau bisnis proyek-proyek dari pusat.

A: bisa berikan contoh kasus dimana birokrasinya dikendalikan?

B: yang jelas sekarang dinas kesehatan. Bukan hanya dinas kesehatan, orang-orang di bawah dinas
kesehatan juga ikut.

A: Adakah kasus lain selain kasus alkes yang dimainkan oleh TCW?

B: selain Alkes sebetulnua RSUD, sekolah, jalan ada beberapa. Karena pola mereka proyek itu sebagian
besar dikuasai oleh mereka, kalau tidak digarap sendiri dia jual kepada rekanan. Kalau kami melihat
polanya yang menang tender itu-itu saja. Jadi ada juga beberapa perusahaan yang menang berafiliasi
dengan kekuasaan TCW.

A: berapa keuntungan yang diambil oleh TCW?

B: kalau beberapa orang Kadin bilang keuntungan yang diambil memang segitu (20-30%), walaupun saya
tidak punya buktinya, tapi kalau lihat dari mark-up projek memang cukup besar, kalau Alkes yang kami
cek misalnya harga 200 juta atau ada yang 300 juta, tpi dia jual bisa sampai satu miliar, itu gila-gilaan.

A: misal alatnya apa bang?

B: kalau alat kesehatan banyak, bisa periksa jantung, ranjang priksa, paras kopi.

A: seharusnya DPRD melakukan pengawasan, apa ada temuan juga dari ICW bahwa TCW memiliki
peranan juga di DPRD?

B: Pola-pola di banten hampir sama, anggota DPRD hanya dapat deviden, atau mendapat jatah. Ini
memang harus dibedakan menjadi dua periode. Kalau periode TCW masih berkuasa mereka hanya dapat
deviden, jadi akhir tahun mereka dikumpulkan lalu dikasih uang, atau dikasih mobil, atau dikasih barang.
Jadi itu sebagai bentuk kompensasi untuk mengesahkan anggaran. Tapi untuk periode setelah TCW
ditangkap mereka bisa bermain lebih leluasa, mereka polanya meminta jatah pada eksekutif, dan saya kira
ini bukan hanya pola tansgel saja. Lalu jatah itu mereka jual. Sebelum ditangkap semuanya dikendalikan
oleh TCW termasuk legilslatif, hanya dikasih deviden berupa mobil.

A: apa yang membuat anggota DPRD ini bisa dikendalikan TCW?


B: kepentingan anggota DPRD ini hanya uang. Yang membedakannya cara mendapatkannya, ada yang
ngongkang-ngongkang kaki dapat jatah dia jual ke orang lain. Modusnya kan sederhana, dapat jatah
proyek, hibah dan bansos. Hibah dan bansos dia jual, proyek juga sama. Cuma jatahnya tidak semua
anggota sama, ada yang aktif ada yang tidak aktif. Ada yang punya posisi tinggi misalnya pimpinan di
banggar, dia akan mendapat jatah lebih besar.

A: perusahaan-perusahaan apa saja yang menjadi biasa menang?

B: perusahannya banyak. Tapi yang menjadi holding comapanynya bali pacific.

A: kalau dalam kasus pencucian uang, berapa jumlahnya dan modusnya seperti apa?

B: paling kita bisa menjelaskan modus saja, kalau jumlah tidak tahu. Modusnya banyak, dia kan membeli
aset, kendaraan dan sebagainya. Membeli aset bisa dalam negri bisa luar negri, kalau daerah bisa di
banten bisa di luar banten. Kita belum tahu cara yang dilakukan pakai gate keeper atau cara sederhana.
Tapi yang terlihat masih cara sederhana dengen membeli aset. Kalau gate keeper kan dia dibawa keluar
negeri kemudian di cuci di negara-negara yang memang menerima uang seperti itu.

A: apakah TCW juga mengambil keuntunga penggunaan dana bansos dan hibah?

B: bansos dan hibah otortitas ada di kepala daerah, Cuma masalahnya, pertama walaupun diskresinya ada
di kepala daerah penerimanya ada persyaratan. Pertama, Ada yang menerima tiga tahun, padalah tidak
boleh berturut-turut. Kedua, hibah dan bansos itu bukan hal yang wajib sebenarnya. Cuma problemnya di
banten hibah diberikan kepada tim sukses, anggota keluarga, dipotong, atau lembaga fiktif. Itu yang
terjadi.

A: apa lembaga yang biasa berturut-turut?

B: KNPI

Transkrip Wawancara dengan Ruhamaben, Wakil ketua DPRD Tangerang Selatan 2009-
2014 dari fraksi PKS.

A: mengapa DPRD baru menuntut transparansi dalam pengadaan barang dan jasa pada pembahasan
APBD murni, atau setelah terbongkarnya kasus alkes?
B: DPRD itu tidak terlalu powerfull, kalau tidak mayoritas. Jadi kalau dinamika pembahasan seperti itu,
kita senantiasa sejak dari awal meminta yang namanya HPS itu diberikan SK walikota dalam pembahasan
RAPBD, bahkan dari ketua KPPAS sudah harus diserahkan ke kita. Molor mulu, tidak sampai akhirnya.
Tapi kalau kita tidak bahas kita mulu yang disalah-salahkan oleh masyarakat. Karena kita pending terus
kita tidak bahas kalau pemerintah tidak menyerahkan itu. Saya samapai tidak mau tanda tangan waktu
tahun 2013, karena banyak catatan-catatan saya tidak dipenuhi oleh pemerintah, misalnya transparansi
bansos-hibah. Akhirnya saya tidak mau tanda tangan, akhirnya saya dikejar terus, saya tanya ke fraksi
bagaimana posisi saya, saya jadi disalahkan oleh masyarakat, termasuk oleh tenaga-tenaga hoborer di
sekwal (tidak ada gaji pada teriak semua). Karena sudah molor dan saya tidak mau tanda tangan jadi saya
terpojok. Kalau saya melihat ini ada masalah crusial tapi bagi sebagian orang dijadikan catatan saja,
kalau yang sebelumnya saya tidak atanda tangan jalan terus mereka, karena mayoritas yang setuju.
Minimum tiga pimpinan sudah tanda tangan, Demokrat, Golkar, PDIP. Ini waktu masalah multyyears
pembangunan RSUD. Waktu itu pimpinan 4, hanya saya saja yang tidak, saya sering mengingatkan
sebelum kasus alkes ini jangan main-main di situ. Kalau dibuka lagi ceritanya saya sudah merasa
mengingatkan, salah satunya misalnya seperti mereka mengajukan obat, harga obat itu 8 miliar di APBD
murni baru terserap 50%, pada bulan September saat APBD-P minta nambah 10 miliyar, masuk akal
tidak? Waktu tinggal pendek, sebelumnya saha belum terserap. Ini untuk obat, padahal obat itu tergantung
pasiennya. Ini maksudnya apa, masa pasien langsung membeludak. Saya mengingatkan itu tidak ada yang
setuju, kalau saya ditelikung tidak ada yang bisa ngapa-ngapain, siapa pak ruhamaben PKS. Artinya yang
seperti ini kita sudah berbeda dengan teman-teman yang lain tapi berjalan terus. Jadi menurut sya DPRD
adalah lembaga yang sangat dikerdilkan.

Transkrip wawancara dengan anonim di kota Tangerang Selatan pada 12 Desember 2015

A: Waktu itu airin belum menjabat sebagai walikota, apa yang mebuat pemkot mau melakukan
kecurangan-kecurangan itu untuk airin?

B: Saya pikir karena pengaruh TCW di belakang airin. Tapi saya tidak tahu cara yang dilakukan TCW
seperti apa. Tapi bisa dilihat pada contoh kasul Alkes yang beberapa orang sudah dipidana. Terbukti
bahwa airin selaku walikota memanggil para pejabat ke kantornya TCW, kapasitas sebagai kepala daerah
airin berhak memanggil setiap saat pejabatnya bawahannya, tetapi yang bermasalah adalah dia
memanggil itu di kantor suaminya (TCW) yang seorang kontraktor, yang memiliki habit mengikuti
proyek-proyek di pemda. Yang kedua, memberikan kesempatan kepada TCW ikut bicara termasuk di situ
ploting anggaran dan sebagainya. Artinya kalau saya lihat pola itu menunjukkan kekuasaan TCW, artinya
Pilkada 2010, dia juga sudah tahu mana pejabat-pejabat birokrat yang berada di kekuasaan dia. Ada
informasi non-formal yang di dapat dari pelaku kontraktor dan orang-orang tertentu memang sejak
semula tiga orang yang dipasang di pemkot itu menjadi kepanjang tangan TCW, istilahnya 3 D, orang-
orang ini yang menjadi operator di Tangsel, pertama Dudung edireja, kedua Dadang M Epik, ketiga
Dadang Sopian. Ini yang disebut 3 D, informasi tidak resmi selalu mengatakan mereka ini kepanjang
tangan Airin sebelum menjadi Walikota dan setelah menjadi walikota.

A: tiga orang ini sudah di pemkot?

B: Iyah. Setelah Airin menang Dadang M Epik langsung menjadi kepala dinas, Dadang Sopian juga,
Dudung Direja jadi sekda. Jadi setelah menang itu mereka itu punya tempat, jabatan sebelumnya tidak
sepantanstis sekarang.

A: kalau kita lihat di Tangsel proses administrasi sudah sangat mendukung, maksudnya sudah ada
transparansi, kita bisa mengecek online di website LPSE pemkot soal lelang tender nantinya. Atau ini
juga masih bermasalah?

B: Saya kira di Tangsel tidak ada transparansi. Kalau di tangsel ada yang bilang transparansi saya kira itu
omong kosong. Kalaupun di pengadaan barang dan jasa itu sudah pakai LPSE secara teknis banyak
masalah, misalkan waktu uploadnya, sulit orang untu mengaksesnya, dan seterusnya. Saya kira tetap
masih bisa dikendalikan karena pada akhirnya bisa dilihat pada kasus alkes padahal itu sudah pakai LPSE.
Jadi hasil temuan kita bukan Cuma alkes sebetulnya, ada delapan proyek lagi yang tidak diungkap.
Padahal proyek-proyek itu ada hubungnnya dengan TCW. Misalkan pemenang alkes ini PT Mikindo
managernya itu anak buah TCW sekarang sudah jadi tersangka, dan PT Mikindo dapat proyek bukan
hanya Alkes, tapi ada banyak. Di tahun yang sama saja ada dua atau tiga di dinas yang lain, belum tahun
yang sebelumnya pada 2011. Kasus Alkes yang terbukti oleh KPK bahwa manger PT Mikindo adalah
anak buah TCW , nama maneger Dadang Priatna. PT atas nama TCW langsung Bali Pasific dan Putra
Perdana Jaya.
Wawancara langsung dengan TB Ace Hasan Syadzily, mantan Pengurus DPP Golkar dan
Anggota DPR RI 2009-2014, pada 17 Desember 2015.

Wawancara langsung dengan Ade Irawan Peneliti Indosesia Corruption Watch (ICW),
pada 17 Desember 2015.
Wawancara dengan Verry Muchlis Pemilik Konsep Indonesia, konsultan Airin pada
Pilkada kota Tangerang Selatan 2010, pada 28 Januari 2015.

Wawancara langsung dengan Andi Syafrani pengacara pada TIM Advokasi Arsid-Andre
pada kantor GIA Law Firm & Partners, pada 27 Desember 2015
Wawancara langsung dengan Ruhamaben wakil ketua DPRD Kota Tangerang Selatan 2010-
2014, pada 30 Desember 2015.

Anda mungkin juga menyukai