Anda di halaman 1dari 102

NETRALITAS BIROKRASI DALAM PENYELENGGARAAN

PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG

(STUDI KASUS DI KABUPATEN KOLAKA TIMUR TAHUN 2020)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Politik (S.IP) Pada Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Universitas Halu Oleo

OLEH
MUHAMMAD YUSUF
NIM : C1E1 18 057

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

2022

i
ii
HALAMAN PERSETUJUAN

i
ABSTRAK

Skripsi ini yang berjudul Netralitas Birokrasi Dalam Penyelenggaraan


Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung (Studi Kasus Di Kabupaten
Kolaka Timur Tahun 2020) Oleh Muhammad Yusuf (C1E18057) dibawah
bimbingan Bapak Dr. Muhammad Yusuf, S.Sos, M.Si sebagai pembimbing I dan
Bapak Saidin, S.IP., M.Si sebagai pembimbing II.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Netralitas Birokrasi Dalam


Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung di Kabupaten
Kolaka Timur tahun 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif deskriptif. teknik pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan
menggunakan metode Wawancara terperinci, Observasi, Dokumentasi. Analisis
data menggunakan metode Pengumpulan Data, Reduksi Data, Penyajian Data,
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi.

Hasil penelitian dari Netralitas Birokrasi Dalam Penyelenggaraan Pemilihan


Kepala Daerah Secara Langsung di Kabupaten Kolaka Timur tahun 2020 yaitu
Netralitas ASN itu sendiri dalam kegiatan Pemilu. Netralitas merupakan asas yang
wajib ditaati oleh seluruh ASN pada masa Pemilihan kepala daerah. Akan
tetapi,beberapa ASN dipemerintahan daerah Kabupaten Kolaka Timur terindikasi
melakukan tindakan tidak netral terhadap pasangan calon yang melaksanakan
pemilihan kepala daerah pada tahun 2020 lalu. Netralitas Aparatur Sipil Negara
pada Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Kolaka Timur belum
cukup baik, terbukti dengan adanya pelanggaran Netralitas yang di lakukan oleh
Aparatur Sipil Negara. Berdasarkan keputusan Komisi Aparatur Sipil Negara, ada
6 orang ASN Kabupaten Kolaka Timur yang mendapatkan sanksi sesuai dengan
ketetapan yang berlaku. Selain daripada 6 orang ASN yang dinyatakan terlebibat
fakta lain menunjukan masih banyaknya kasus pelanggaran yang dilakukan
oknum ASN di tengah masyarakat yang dilakukan dengan cara mempengaruhi
warga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya Netralitas ASN pada
pemilihan kepala daerah di Kolaka Timur masih kurang baik.

Kata Kunci : Netralitas, Birokrasi, Pilkada

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan atas kehadirat Allah

SWT, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Netralitas Birokrasi Dalam

Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung (Studi Kasus

Di Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2020) ” Sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Program Studi Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo Kendari.

Penulis menyadari bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki, masih

banyak kekurangan dalam penyajian dan pemilihan kata-kata maupun

pembahasan hasil penelitian ini. Oleh karena itu kerendahan hati penulis

mengharapkan saran, kritik dan masukan dari semua pihak yang memperbaiki

hasil penelitian ini.

Bersamaan diiringi rasa syukur kepala Allah SWT, maka pada kesempatan

yang baik ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan

berterima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya Kepada kedua orang tua

saya yang telah melahirkan dan membesarkan saya yang tercinta ayahanda Rustan

dan ibu saya tercinta Kartini yang telah membesarkan penulis sejak lahir hingga

kini dengan penuh keikhlasan, cinta, kasih sayang, dan kesabaran serta selalu

mendoakan dan tidak pernah lelah berjuang untuk anak-anaknya, selalu berusaha

memberikan yang terbaik demi melihat kebahagiaan sibuah hatinya yang selalu
iii
memberikan bantuan moral dan material yang semua itu takkan terbalaskan oleh

apapun.

Ucapan Terimakasih Tidak Lupa Pula Penulis Sampaikan Kepada Yang

Terhormat :

1. Bapak Prof.Dr.Muh.Zamrun F,S.Si, M.Si, M.Sc Selaku Rektor Universitas

Halu Oleo

2. Bapak Dr.La Tarifu,S.Pd.M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo

3. Bapak Sartono S.Sos,M.Si Selaku Wakil Dekan I Bidang Kakademik,

Bapak Prof.Dr. H Eka Suaib M.Si Selaku Wakil Dekan II Bidang

Kepegawaian Dan Keuangan, Dan Bapak Dr. Adrian Tawai,M.Si Selaku

Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Halu Oleo

4. Bapak Dr. M. Najib Husain.,S.Sos.,M.Si Selaku Ketua Program Studi

Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo

5. Bapak Dr. Muhammad Yusuf, S.Sos, M.Si Selaku pembimbing I penulis

mengucapkan banyak terima kasih selalu ikhlas dan sabar dalam menuntun

dan membimbing penulis, rela meluangkan waktu dan tenaga ditengah

kesibukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai

penulisan yang seharusnya

iv
6. Bapak Saidin, S.IP., M.Si selaku pembimbing II penulis mengucapkan

banyak terima kasih selalu ikhlas dan sabar dalam menuntun dan

membimbing penulis, rela meluangkan waktu dan tenaga ditengah

kesibukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai

penulisan yang seharusnya

7. Seluruh dosen pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik Universitas

Halu Oleo Kendari yang mendidik dengan penuh pengabdian serta telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

8. Staf jurusan Ilmu Ilmu Politik ibu Leni yang telah bersedia membantu dan

mengarahkan dari berbagai hal untuk penulis menyelesaikan hasil

penelitian ini.

9. Terimah kasih untuk keluarga besar Tantu dan Bunga atas doa dan

dukungannya selama ini yang diberikan kepada penulis selama menempuh

pendidikan.

10. Kepada Sahabat Mahasiswa Wajo Sulawesi Tenggara (SAMAWASTRA)

telah menjadi Paguyuban yang saling merangkul dan membantu teman

seperjuangan dari Wajo yang sedang kuliah di tanah perantauan.

11. Teman-teman seperjuangan saya Muh. Jabal Nur, Muh. Arwan Saputra,

Ardian, Muh. Fitram, Irwan, Nuryaqin, Pradita, Dwi Meylyana Kirana,

Insani Indah Qalbi,Firda, Amin Rosyadi, A.Muhammad Yusuf, Muh.

Faizal Ardiansyah.

v
12. Ucapan terimakasih kepada seluruh teman-teman jurusan ilmu politik

angkatan 2018 yang selama ini telah memberikan dukungan yang tak

terhingga kepada penulis

13. Teman-teman Alumni SMAN 2 WAJO yang tidak dapat saya sebutkan

satu persatu

vi
Terima kasih atas bantuan dan dukungan, semangat, nasihat, doa, kritik

dan saran yang telah diberikan kepada penulis semoga amal baik kalian semua

senantiasa mendapatkan imbalan dari ALLAH SWT. Penulis menyadari adanya

keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman. Dengan segala

kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada

semua pihak yang terlibat, dengan harapan semoga penelitian ini bermanfaat bagi

semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Kendari , Juli 2022

Muhammad Yusuf

C1E118057

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................................i

ABSTRAK.........................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii

DAFTAR ISI...................................................................................................................viii

DAFTAR TABEL..............................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah............................................................................................8

1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................8

1.4 Manfaat penelitian............................................................................................8

1.5 Sistematika Penulisan......................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................10

2.1 Konsep Dan Landasan Teori..........................................................................10

2.1.1 Konsep Netralitas.....................................................................................10

2.1.2 Konsep Birokrasi......................................................................................14

2.1.3 Konsep pemilihan umum kepala daerah...................................................22

2.2 Penelitian Terdahulu......................................................................................30

2.3 Kerangka Pikir...............................................................................................33

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................33

3.1 Tipe Penelitian...............................................................................................34

3.2 Lokasi Penelitian............................................................................................34

3.3 Subyek dan Informan Penelitian....................................................................35

3.4 Teknik penentuan informan...........................................................................36

viii
3.5 Jenis Data dan Sumber Data..........................................................................36

3.6 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................37

3.7 Definisi konseptual........................................................................................38

3.8 Teknik analisis data........................................................................................39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................41

4.1. Gambaran umum lokasi penelitian................................................................41

4.1.1 Keadaan Geografis Kabupaten Kolaka Timur...............................................41

4.1.1 Gambaran Umum Pilkada Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2020............44

4.1.2 Gambaran Umum Pejabat Birokrasi Kabupaten Kolaka Timur................49

4.1.3 Gambaran Umum BAWASLU Kabupaten Kolaka Timur........................53

4.2 Netralitas Birokrasi Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Di


Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2020...........................................................................58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................82

5.1 Kesimpulan....................................................................................................82

5.2 Saran...............................................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................85

LAMPIRAN.....................................................................................................................87

ix
DAFTAR TABEL

Table 4. 1 Luas wilayah Kabupaten Kolaka Timur..........................................................41

Table 4. 2 Jumlah penduduk Kabupaten Kolaka Timur...................................................42

Table 4. 3 Perkembangan Pemerintah di Kabupaten Kolaka Timur.................................47

Table 4. 4 Jumlah Pejabat Birokrasi atau Pegawai Negeri Sipil Pemerintah


Daerahberdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Kolaka Timur 2020.............................48

Table 4. 5 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah berdasarkan Jenis Eselon di
Kabupaten Kolaka Timur 2020........................................................................................48

Table 4. 6 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah berdasarkan Jenis Golongan
di Kabupaten Kolaka Timur 2020....................................................................................49

Table 4. 7 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah berdasarkan Tingkat


Pendidikan di Kabupaten Kolaka Timur 2020.................................................................49

Table 4. 8 Surat Himbauan Dan Instruksi Bawaslu..........................................................68

Table 4. 9 Daftar ASN tidak Netral yang tersebar di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Kolaka Timur sampai memasuki kampanye.....................................................................72

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku Birokrasi merupakan tolak ukur utama tercapainya pelayanan

publik yang efektif, dan merupakan suatu penilaian terhadap kinerja pemerintah

yang paling kasat mata. Masyarakat dapat menilai langsung kinerja pemerintah

berdasarkan pelayanan langsung yang diterimanya baik secara langsung maupun

tidak langsung. Para pelayan publik baik dari jabatan struktural yang paling

tertinggi sampai paling bawah pun memiliki tanggungjawab yang besar terhadap

publik, dan tentunya sikap perilaku mereka kepada publik juga merupakan

penentu keberhasilan mereka kepada masyarakat sebagai konsumen pelayanan.

Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)

keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi

itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. (Thoha dalam

Nasution, 1993) menyatakan bahwa pelayanan masyarakat merupakan suatu usaha

yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang maupun suatu instansi

tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan pada masyarakat dalam

rangka mencapai tujuan tertentu.

Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa pemerintahan pada

hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk

melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan

1
kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyaraakat mengembangkan

kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama.

Penyelenggaraan pemilu kepala daerah dari tahun ketahun masih

memunculkan persoalan. Baik persoalan yang berkaitan dengan kesiapan daerah

dalam menyelenggarakan pemilu kepala daerah, persoalan pelaksanaan jadwal,

tahapan dan program pemilu kepala daerah, pemenuhan persyaratan calon kepala

daerah maupun wakil kepala daerah dan persoalan lain yang berkaitan dengan

eksekusi di lapangan. Terkait dengan hal ini, Puslit Politik LIPI telah melakukan

penelitian mengenai Evaluasi Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah di tingkat

Kabupaten/Kota (tahun 2012), Evaluasi Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah

Asimetris di tingkat Provinsi (tahun 2013) dan Desain Pemilu Kepala Daerah

Asimetris Menuju Tatakelola Pemerintahan Daerah yang Demokratis, Akuntabel

dan Berkelanjutan (tahun 2014).

Pejabat birokrasi adalah mereka yang dipercaya dan diangkat dalam jabatan

birokrasi (organisasi pemerintah) mulai dari eselon IV sampai dengan I oleh

pejabat yang berwenang. Untuk level daerah, pejabat birokrasi terdiri dari

sekretaris daerah, kepala dinas, badan dan kantor, asisten, staf ahli, sekretaris

dewan, kepala biro, kepala bagian, kepala subbagian, camat, lurah dan lain-lain.

Jabatan ini merupakan jabatan karier dan direkrut melalui sistem meritokrasi

menurut Undang-Undang kepegawaian negara Republik Indonesia Nomor 43

Tahun 1999. Mereka dipromosikan berdasarkan pangkat dan jabatan sesuai

dengan prestasi dan pengabdiannya. Dalam pelaksanaan tugas, mereka loyal pada

tugas pokok dan fungsinya, bukan kepada si pejabat politik.


2
Idealnya, pejabat birokrasi bersikap netral, tidak dipengaruhi oleh

kepentingan politik sang kandidat atau sengaja ditarik-tarik dalam kepentingan

politik oleh incumbent, sehingga mereka tetap menjalankan tugas pokok dan

fungsinya (Tupoksi) secara optimal sebagai abdi dan pelayanan masyarakat.

Tuntutan demikian penting untuk disikapi dan diperhatikan karena setiap Pegawai

Negeri Sipil (PNS) dilarang dan diberi sanksi (ringan sampai dipecat) apabila

melakukan pelanggaran terhadap peraturan pemerintah (PP) tentang disiplin

pegawai seperti memberikan dukungan atau berpihak kepada kandidat kepala

daerah. Dukungan yang dilarang antara lain dukungan foto copy KTP kepada

kandidat untuk mencalonkan diri, terlibat dalam kampanye, menggunakan fasilitas

negara untuk kampanye, membuat keputusan yang menguntungkan atau

merugikan kandidat dan mengadakan kegiatan yang mengarah kepada

keberpihakan.

Perubahan mendasar terjadi setelah era otonomi daerah, khususnya yang

terkait dengan pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada). Pejabat birokrasi

dalam hal ini mau atau tidak mau, sadar ataupun tidak sadar, terang-terangan atau

sembunyi-sembunyi, telah ditarik-tarik dan digoda oleh kepentingan politik yang

diperankan oleh sang kandidat kepala dan wakil kepala daerah. Konsekuensi lebih

lanjut, banyak pejabat publik yang menjadi tidak netral dalam Pemilukada atau ia

melakukan pelanggaran disiplin pegawai. Perilaku tidak netral dari sebagian

pejabat birokrasi akan makin mudah diamati dengan mata telanjang apabila

gubernur, walikota atau bupati yang sedang berkuasa (incumbent) ikut bertarung

kembali untuk memperebutkan jabatan tersebut.

3
Perilaku pejabat birokrasi yang tidak netral atau berpihak kepada salah satu

kandidat kepala daerah seperti membantu secara finansial, membiayai promosi

(iklan) di media massa, menyediakan biaya konsumsi, biaya cetak kaos,

membantu pembentukan tim sukses dan membantu pembiayaannya dapat

dijelaskan melalui teori psikologi dan perilaku organisasi (birokrasi). Kedua teori

ini menjelaskan bahwa perilaku pejabat birokrasi tidak muncul dengan sendirinya,

melainkan dimotivasi oleh kepentingan atau kebutuhan. Jadi, perilaku sebagian

pejabat birokrasi tidak netral atau berpihak (walaupun melakukan pelanggaran)

kepada salah satu kandidat karena ia memiliki kepentingan yang terkait dengan

jabatan birokrasi.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa daya tarik jabatan birokrasi selalu

diidentikan dengan fasilitas, tunjangan yang besar dan kesejahteraan. Silahkan

diperbandingkan bagaimana kondisi ekonomi (finansial) mereka sebelum

menjabat dan sesudah menjabat. Aparatur negara yang memiliki jabatan sudah

jelas mempunyai ruangan kerja yang lebih baik, mendapat fasilitas mobil,

memiliki biaya perjalanan dinas, mendapat tunjangan yang cukup besar, pengatur

dan penentu program serta memiliki anak buah yang relatif banyak dan dihormati,

menjadi lebih terpandang di lingkungan kantor maupun masyarakat. Supaya

impian demikian dapat diwujudkan, mereka akan memilih kandidat yang

diperkirakan dapat memenangkan Pemilukada.

Dukung mendukung tidak jarang menjadi pilihan yang sulit bagi pejabat

birokrasi apabila incumbent maju kembali. Pejabat yang merasa dipromosikan,

tentu tidak nyaman apabila ia tidak mendukung incumbent. Dia tentu akan
4
berusaha balas budi atau bersimbiosismutualisme (saling menguntungkan). Jika

yang ia dukung kalah ada kemungkinkan hilang jabatan (resiko perjuangan) dan

jika yang didukung menang maka jabatan tetap aman di tangan. Pembelajaran dari

perilaku pejabat birokrasi demikian makin mempertegas bahwa hampir semua

urusan tidak ada yang gratis, apalagi berhubungan dengan jabatan.

Hal ini terjadi karena proses dan mekanisme politik yang menyebabkan

seseorang hadir menjadi pejabat publik pada institusi-institusi negara tersebut

sarat dengan transaction cost yang tinggi. Oleh karena itu, ketika sang tokoh itu

menjadi pejabat publik, yang bersangkutan pasti akan menjadikan jabatannya

dengan motif privat. Jabatannya itu bukan hanya digunakan untuk menutup biaya

politik yang telah dikeluarkan, tetapi juga digunakan untuk mendapatkan

keuntungan pribadi yang sebesar-besarnya.

Di sisi lain, pilihan perilaku manapun bisa menimbulkan buah

“simalakama” bagi pejabat birokrasi. Jika ia netral, ia bisa kehilangan jabatan.

Sebaliknya, apabila ia berpihak bisa juga kehilangan jabatannya apabila sang

kandidat yang didukung kalah dalam Pemilukada. Pejabat dalam hal ini boleh

dibilang masuk dalam siatuasi yang teraniaya. Kapan saja bisa kehilangan jabatan,

sehingga ia menghadapi situasi ketidakpastian jabatan dan berpengaruh terhadap

semangat kerjanya. Prestasi kerja yang baik, senioritas dan pengalaman seorang

pejabat, oleh beberapa kepala daerah terpilih bukan menjadi faktor penentu utama

untuk seseorang dipromosikan atau tidak dalam suatu jabatan. Ada yang lebih

mempergunakan pertimbangan kedekatan, kejelasan dukungan dan faktor

primordialisme.
5
Walau Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan lembaga penyelenggara

pemilu, dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) adalah lembaga yang mengawasi

pemilu, tetapi bukan berarti hajatan lima tahun sekali ini hanya menjadi tanggung

jawab dua lembaga ini saja. Semua elemen bangsa punya tanggung jawab dan

peran masingmasing dalam suksesnya pemilu, termasuk pemerintahan daerah.

Pasal 126 UU No. 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilihan

Umum mengamanatkan Pemerintah Daerah memberikan bantuan dan fasilitas

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bentuk bantuan dan

fasilitas itu antara lain : Penugasan personel pada sekretariat panwaslu

kabupaten/kota, PPK, panwaslu kecamatan dan PPS; Penyediaan sarana ruangan

sekretariat panwaslu kabupaten/ kota, PPK, panwaslu kecamatan dan PPS;

kelancaran transportasi pengiriman logistik; monitoring kelancaran

penyelenggaraan pemilu; dan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan

pemilu yang dilaksanakan setelah ada permintaan dari penyelenggara pemilu.

Dukungan (pemerintah daerah) yang juga tidak kalah penting adalah

sosialisasi pemilu. Jadi menyebar informasi kenapa pemilu ini penting, kenapa

masyarakat yang punya hak pilih wajib menunaikan haknya, sampai sosialisasi

hari dan tanggal pemilu digelar. Pokoknya bagaimana partisipasi pemilih bisa

meningkat. Jangan sampai tingkat partisipasi pemilu jeblok. Ini bukan hanya

tanggung jawab KPU, tetapi termasuk juga tanggung jawab kepala daerah supaya

pemilu berhasil.

6
Tetapi Seringkali dijumpai terjadinya penyimpangan dari peran-peran

tersebut. Seperti dalam hal Sering berpartisipasi dalam kampanye daripada

bersikap netral

Dalam kaitannya dengan Netralitas Birokrasi dalam penyelenggaran

pemilihan kepala daerah secara langsung di kabupaten Kolaka Timur, pada

pemilihan umum kepala daerah serentak tahun 2020 diindikasikan terjadi

kecurangan-kecurangan oleh oknum ASN, seperti kejadian yang didapatkan di

kabupaten kolaka timur Bawaslu Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) mengirimkan

surat rekomendasi atas dugaan pelanggaran netralitas yang dilakukan dua aparatur

sipil negara (ASN) ke Komisi ASN (KASN) di Jakarta.

Ke dua ASN ini menjabat sebagai Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD)

Kabupaten Koltim. Mereka dilaporkan setelah videonya viral di Facebook.

Sebelumnya, dalam video yang diunggah akun Nono Sidupa, ke dua ASN yang

tengah menyalurkan Bantuan Sosial (Bansos) terdampak COVID-19 dari

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang diklaim berasal dari

Pemerintah Daerah (Pemda) Koltim di Desa Loka Kecamatan Tirawuta. Dalam

penyalurannya disusupi dengan tindakan yang menguntungkan salah satu bakal

calon di Pilkada 2020.

Dan untuk itu berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan

Penelitian mengenai: “Netralitas Birokrasi Dalam Penyelengaraan Pemilihan

Kepala Daerah Secara Langsung (Studi Kasus Di Kabupaten Kolaka Timur Tahun

2020)”
7
1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan pembahasan yang ada di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai bentuk pertanyaan penelitian yaitu

Bagaimana Netralitas Birokrasi Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala

Daerah Secara Langsung (Studi Kasus Di Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2020)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Netralitas Birokrasi Dalam

Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung (Studi Kasus Di

Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2020)

1.4 Manfaat penelitian

1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan untuk dapat menambah literatur

maupun sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya bagi yang akan

mengkaji permasalahan yang sama dengan penelitian ini khususnya mengenai

faktor-faktor dalam kajian Netralitas Birokrasi Dalam Penyelenggaraan

Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung.

2) kegunaan secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

memberikan kontribusi yang positif pada Pejabat-pejabat Birokrasi dan

pelaku politik sebagai bahan evaluasi dalam pengimplementasian Undang-

Undang yang mengatur Netralitas Birokrasi Dalam Penyelenggaraan

Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung. Penelitian ini diharapkan

memiliki manfaat untuk perkembangan ilmu politik, khususnya dalam

8
mengkaji Netralitas Birokrasi Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala

Daerah Secara Langsung.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan : Merupakan bab pendahuluan, yang berisiskan tetang latar

belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka : Dalam bab ini dibahas tentang konsep dan landasan

teori, penelitian terdahulu dan kerangka pikir

BAB III : Metode Penelitian : bab ini berisikan data yang diperoleh dari penelitian

yang dilakukan mengenai Netralitas Birokrasi Dalam Penyelenggaraan Pemilihan

Kepala Daerah yang bertujun menyelesaikan data-data yang di perlukan yang

terdiri dari Tipe Penelitian, Lokasi Dan Waktu Penelitian, Informan Penelitian,

Teknik Pengumpulan Data,Jenis Dan Sumber Data, Teknik Analisis Data,dan

Definisi Konseptual.

BAB IV : Pembahasan : Dalam sub bab ini berisi mengenai prioritas, Netralitas

Birokrasi Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung.

BAB V : Penutup : Dalam sub bab ini berisi tentang kesimpulan, dan hasil

penelitian. Serta saran-saran terkait tentang “Netralitas Birokrasi dalam

Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung (studi kasus di

kabupaten kolaka timur tahun 2020)”

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dan Landasan Teori

2.1.1 Konsep Netralitas

Netralitas merupakan satu dari beberapa asas yang penting dalam suatu

bentuk dari penyelenggaraan tugas disektor pelayanan publik, tugas dari

pemerintahan serta tugas dari pembangunan. Setiap Aparatur Sipil Negara

diwajibkan untuk menjaga netraitasnyal dengan tujuan agar dapat menjalankan

tugasnya sebagai apratur sipil negara yang professional. Untuk dapat menegakkan

asas netralitas ditubuh Aparatur Sipil Negara, pemerintah telah mengeluarkan

sejumlah regulasi baik itu dalam bentuk Undang-Undang maupun Peraturan

Pemerintah. Namun meski demikian, tingkatan pelanggaran yang terjadi terhadap

asas netralitas di kalangan pegawai ASN masih tinggi, terutama menjelang

pelaksanaan Pilkada serentak yang berlangsung. 33 Dampak yang dikhawatirkan

dari ketidak netralan pegawai Aparatur Sipil Negara adalah dapat menyebabkan

timbulnya keberpihakan atau ketidak adilan dalam pelayanan kepada masyarakat

serta dalam hal pembuatan kebijakan yang kemudian pada akhirnya akan

menimbulkan suatu kerugian besar bagi masyarakat secara keseluruhan.

Selain Indonesia Negara yang juga menerapkan aturan netralitas bagi

aparatur sipil negara salah satunya adalah Inggris, Negara Inggris menganut

system pemerintahan Westminster dimana Sistem ini merupakan rangkaian

10
konvensi dan prosedur dalam menjalankan fungsi legislasi. Westminster adalah

system parlementer yang berkembang di kerajaan Britania Raya dan Irlandia

Utara. istilah Westminster sendiri datang dari Istana Westminster, kursi dari

parlemen Inggris.

Negara ini ni juga mewajibkan para pegawai negeri di Inggris secara hukum

di larang mencalonkan diri sebagai anggota parlemen dan melibatkan diri dalam

politik, posisi aparatur sipil Negara berada dibawah kerajaan bukan wewenang

dari Parlemen Inggris yang artinya aparatur sipil Negara Inggris wajib

menjunjung tinggi azas netralitas tanpa perduli pandangan politik mereka secara

pribadi dan memastikan bahwa pandangan politik mereka tidak akan

mempengaruhi pelayanan apapun dan tidak akan menimbulkan konflik apapun

kepada masyarakat dan harus memberikan pelayanan penuh kepada kepala

eksekutif.

Inggris juga memiliki sebutan sendiri untuk aparatur sipil negaranya, yaitu

dinas sipil inggris (Brithis Civil Service), dinas sipil inggris merupakan bagian

daripada birokrasi atau sekertariat, para kariawan yang mendukung pemerintahan

yang mulia. Pegawai Negeri Sipil Inggris dipilih dan ditingkatkan berdasarkan

kemampuan namun tidak disebutkan pada posisi tertentu. Petugas pelayanan sipil

Inggris sama sekali tidak diizinkan untuk dikaitkan dengan aktifitas politik yang

ada, pekerja ditempatkan langsung di pusat pemerintahan, lembaga serta kantor

pemerintah non-departemen, daripada posisi menteri yang dipilih secara strategis.

Pegawai negeri harus tidak memihak secara politik, dan mampu setia dan dengan

komitmen yang sama untuk melayani Pemerintah dari semua keyakinan politik.
11
Berbeda dengan aparatur sipil Negara yang ada di Indonesia dimana dalam

peraturan Netralitas Aparatur Sipil Negara disamakan pada semua level untuk

wajib netral, sementara Anggota pegawai negeri sipil di inggris masih diberikan

kesempatan dalam berpolitik namun masih sangat dibatasi seperti halnya aparatur

sipil negara senior tidak diizinkan memegang jabatan dalam sebuah partai politik

atau secara terang-terangan dan terbuka mengungkapkan pandangan politiknya,

sementara pada Aparatur Sipil Negara yang berada menengah umumnya harus

meminta izin dan persetujuan jika ingin berpartisipasi dalam suatu kegiatan

politik, lain halnya dengan pegawai yang berda di tingkat paling bawah atau yang

paling junior masih diberikan izin untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik

namun tetap harus netral secara politik dalam menjalankan tugas sebagai aparatur

sipil negara.

Netralitas berasal dari kata “Netral” yang secara harafian maknany tidak

memihak (tidak mengikuti ataupun tidak mendukung kepada salah satu pihak).38

Seseorang bisa dinamai netral jika tidak memihak atau memiliki kecondongan

kedua ataupun lebih orang yang memiliki kepentingan politik atau dalam contoh

lain memihak kepada suatu organisasi ataupun lembaga dalam penentuan hal

tertentu, misalnya saja organisasi dari partai politik. Sementara itu kata netral juga

disebut juga:

a. Sikap untuk tidak memihak kepada salah satu golongan, partai politik,

kelompok organisasi

b. Tidak bersikap diskriminatif.

12
c. Steril atau bersih dari kepentingan kelompok.

d. Tidak dapat atau tidak mudah Terpengaruh Dari Kepentingan Partai Politik.

Arti dari netral sendiri adalah murni. Murni dalam hal ini dapat disamakan

dengan tidak memihak. Sedangkan di atas netralitas menyatakan bahwasanya bagi

setiap Aparatur Sipil Negara tidak boleh berpihak dari apapun bentuk pengaruh

dan dari manapun pengaruh itu berasal serta tidak memihak kepada kepentingan

pribadi siapapun.40 Jika dikaitkan dengan penyelenggaraan pemilihan kepala

daerah maka netralitas dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang tidak

memihak, atau tindakan dari birokrasi pemerintahan selama masa kampanye

kandidat kepala daerah di ajang pemilukada baik secara terang-terangan maupun

secara sembunyi-sembunyi.

Menurut Prasojo Eko mengatakan bahwasanya netralitas merupakan salah

satu asas yang harus dipatuhi dalam penyelenggaraan kebijakan-kebijakan dan

manajemen dari ASN. Netralitas memiliki esensi sebagai berikut:

a. Integritas moral, komitmen serta bertanggung jawab pada pelayanan public

kepada masyarakat,

b. Menjalankan suatu tugas yang telah diberikan secara professional dan tidak

condong pada pihak manapun,

c. Tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran yang dapat menimbulkan konflik

kepentingan dalam tugas sebagai aparatur sipil negara.

13
d. Tidak menyalahgunakan kekuasaan, status, kewenangan, dan tugas dari jabatan

yang ia miliki.

Adapun bentuk-bentuk perilaku ASN dalam kegiatan Pemilu yang

menunjukkan keberpihakan kepada salah satu Paslon menurut Nuraida Mokhsen :

1) Mendeklarasikan Diri Untuk Menjadi Peserta Pilkada Dan Melakukan

Pendekatan Terhadap Partai Politik

2) Mengajak Atau Mengarahkan Masyarakat Untuk Memilih Pasangan Calon

Tertentu

3) Kampanye dan sosialisasi lewat media social

4) Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan kepada salah

satu peserta Pilkada

5) Membuat keputusan dan tindakan yang menguntungkan atau merugikan

salah satu paslon selama masa kampanye (Nuraida Mokhsen dalam Rani et

al., 2018)

2.1.2 Konsep Birokrasi

Dalam keberadaannya Birokrasi terkadang dipandang oleh masyarakat

awam sebagai suatu aparat yang bekerja dilingkup pemerintahan dan bertugas

sebagai aparatur negara untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Namun

demikian keberadaan birokrasi yang berprilaku negatif dalam memberikan

pelayanan publik terkadang dijadikan generalisasi bahwa pemerintah tidak

melakukan pelayanan dengan baik.

14
Untuk lebih memahami tentang birokrasi maka kita hendaknya menelaah

dari beberapa definisi birokrasi menurut ahli antara lain seperti Menurut Max

Weber memberikan pengertian birokrasi adalah suatu bentuk organisasi yang

penerapannya berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai. Birokrasi ini

dimaksudkan sebagai suatu sistem otorita yang ditetapkan secara rasional oleh

berbagai macam peraturan. Birokrasi ini dimaksudkan untuk mengorganisasi

secara teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh orang banyak.

Sedangkan Menurut Fritz Morstein Marx, Pengertian Birokrasi adalah suatu

tipe organisasi yang dipergunakan pemerintah modern untuk melaksanakan tugas-

tugasnya yang bersifat spesialis, dilaksanakan dalam sistem administrasi dan

khususnya oleh aparatur pemerintah. Adapun Pengertian Birokrasi menurut Peter

A. Blau dan Charles H. Page, Birokrasi adalah suatu tipe dari organisasi yang

dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas administratif yang besar, yaitu dengan

cara mengkoordinir secara sistematik pekerjaan yang dilakukan oleh banyak

orang. (Pandji Santosa, 2008)

Disamping keberadaannya, birokrasi merupakan mesin negara yang sangat

penting. Tanpa birokrasi negara tidak mungkin ada. Birokrasi adalah sistem

pemerintahan yang mempunyai kewajiban melaksanakan tugas pemerintah,

memberikan nasehat dan melaksanakan keputusan kebijakan. Peran birokrasi

ibarat sebuah kaca bagi negara artinya jika birokrasi baik maka negara dan

masyarakatnya pun akan baik dan jika birokrasi tidak baik maka negara dan

masyarakatnya pun juga tidak baik.

15
Untuk menggerakan roda organisasi birokrasi maka birokrasi mempunyai fungsi

dan peran yaitu:

a. Melaksanakan pelayanan publik.

b. Pelaksana pembangunan yang professional.

c. Perencana, pelaksana, dan pengawas kebijakan.

d. Alat pemerintah untuk melayani kepentingan masyarakat dan bukan

merupakan bagian dari kekuatan politik (netral).

Disamping memiliki fungsi dan peran, birokrasi juga mempunyai tujuan, yaitu:

a. Sejalan dengan tujuan pemerintahan.

b. Melaksanakan kegiatan dan program demi tercapainya visi dan misi

pemerintah dan negara.

c. Melayani masyarakat dan melaksanakan pembangunan dengan netral dan

professional.

d. Menjalankan manajemen pemerintahan, mulai dari perencanaan,

pengawasan, evaluasi, koordinasi, sinkronisasi, represif, prefentif,

antisipatif, resolusi, dll.

Ruang lingkup birokrasi dapat diketahui berdasarkan perbedaan tugas pokok dan

misi yang mendasari organisasi birokrasi adalah :

16
a. Birokrasi pemerintahan umum, yaitu rangkaian organisasi pemerintahan

yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum dari tingkat pusat

sampai daerah (Propinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa/Kelurahan).

b. Birokrasi fungsional, yaitu organisasi pemerintahan yang menjalankan

salah satu bidang atau sektor yang khusus guna mencapai tujuan umum

pemerintahann

c. Birokrasi pelayanan (ServiceBureaucracy), yaitu unit organisasi yang pada

hakekatnya melaksanakan pelayanan langsung dengan masyarakat.

Termasuk dalam konsep ini apa yang disebut oleh Michael Lipsky sebagai

”Street-level Bureaucracy”, yaitu mereka yang menjalankan tugas dan

berhubungan langsung dengan warga masyarakat.

Posisi birokrasi sebagai pelayan rakyat, haruslah menciptakan suatu

sistem pelayanan publik yang lebih memuaskan dan melahirkan kebijakan

publik yang rasional dan demokratis. Profesionalisme birokrasi tersebut

menggambarkan bahwa tugas utama mereka untuk mengabdi kepada negara dan

masyarakat serta dapat menjalankan tugasnya demi terwujudnya kesejahteraan

masyarakat sesuai dengan tujuan dari suatu negara. Secara konsep, (blau dalam

wardana, dkk,2017)

Ketidakmampuan pemerintah untuk melakukan perubahan struktur, norma,

nilai dan regulasi yang berorientasi kolonial tersebut telah menyebabkan gagalnya

upaya untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Kualitas dan kinerja

birokrasi dalam memberikan pelayanan publik masih jauh dari harapan. Masih
17
belum tercipta budaya pelayanan publik yang berorientasi kepada kebutuhan

pelanggan (service delivery culture). Sebaliknya, yang terbentuk adalah obsesi

para birokrat dan politisi untuk menjadikan birokrasi sebagai lahan pemenuhan

hasrat dan kekuasaan (power culture). Dalam kultur yang demikian, korupsi,

kolusi dan nepotisme menjadi hal yang umum, sehingga kualitas pelayanan dan

pemerintahan seringkali terabaikan. (prasojo,dkk,2008)

Modernisasi dan reformasi birokrasi dapat meliputi aspek eksternal dan

internal. Dalam aspek eksternal, reformasi dan modernisasi birokrasi diletakkan

pada penciptaan kontrak baru antara birokrasi dan masyarakat dalam rangka

meningkatkan partisipasi masyarakat dan tanggung jawab pelayanan publik.

Dalam aspek internal, reformasi dan modernisasi birokrasi di Indonesia dapat

diletakkan pada tiga titik tekan yaitu: debirokratisasi struktur internal birokrasi,

modernisasi proses internal birokrasi, dan peningkatan kemampuan aparat

birokrasi. (prasojo,dkk,2008)

Menurut Sondang P Siagian birokrasi harus ne-tral, artinya prinsip ini

diinterpretasikan dengan mengatakan bahwa birokrasi pemerintah harus tetap

berfungsi sebagaimana mestinya , terlepas dari pengaruh partai politik manapun

yang berkuasa karena menang dalam pemilihan umum. Interpreteasi demikian

dianggap tepat sepanjang partai politik yang berkuasa tetap berpegang teguh

pada tujuan negara yang bersangkutan dan mengoperasionalkan mekanisme

kerja, sehingga berbagai upaya pencapaian tujuan berlangsung dengan

efektif,efisien,dan produktif. Persoalannya menjadi lain apabila ada indikasi

par-pol yang berkuasa hendak mengubah filsafat negara,tujuan nasional, dan


18
sistem politik yang sudah ditentukan dan sejak semula disepakati .

(firnas,2016).

Hegel menilai bahwa birokrasi seharusnya melayani kepentingan umum,

karena kenyataan kebijaksaan negara seringkali hanya menguntungkan

sekelompok orang saja dalam suatu masyarakat . Menurut Thoha, Birokrasi Hegel

ini berpandangan bahwa birokrasi merupakan jembatan yang men-ghubungkan

antara negara dan masyarakatnya. (Thoha dalam firnas, 2016).

Prioritas birokrasi di Indonesia dalam hal kualitas pelayanan public selama

pandemic maupun hal-hal lain yang menyangkut kebutuhan dasar masyarakat

menuntut pelaksanaan yang tanggap, cepat dan tepat. Kondisi saat ini dalam

penggunaan teknologi informasi untuk memperkuat digitalisasi pelayanan

maupun bekerja dari rumah atau lebih familiar dengan sebutan WFH berbenturan

dengan karakter lama bersifat rule driven yang menghambat birokrasi untuk

berubah secara lebih cepat. Tingginya beban kerja yang diterima oleh birokrasi

pada tataran operasional dan pragmatis serta pola komunikasi yang tidak efektif

dalam agendaagenda perubahan new normal (Juwari dalam Mulyaningsih, 2021).

Mengingat tugas birokrasi ini sangat vital dalam penyelenggaraan negara

dan pelayanan publik, maka profesionalisme birokrasi mutlak menjadi ruh, derap,

dan langkah setiap aparat birokrasi. Politisasi birokrasi dalam kancah politik

praktis sesaat jelas merusak tatanan birokrasi profesional yang diidamkan. Ada

beberapa tipe birokrasi ideal yang ditawarkan oleh Weber :

19
1) Individu pejabat secara personal bebas, akan tetapi dibatasi oleh jabatannya

manakala ia menjalankan tugas-tugas atau kepentingan individual dalam

jabatannya. Pejabat tidak bebas menggunakan jabatannya untuk keperluan

dan kepentingan pribadinya termasuk keluarganya.

2) Jabatan-jabatan itu disusun dalam tingkatan hierarki dari atas ke bawah dan

ke samping. Konsekuensinya ada jabatan atasan dan bawahan, dan ada pula

yang menyandang kekuasaan lebih besar dan ada yang lebih kecil.

3) Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hierarki itu secara spesifik

berbeda satu sama lain.

4) Setiap pejabat mempunyai kontrak jabatan yang harus dijalankan. Uraian

tugas masing-masing pejabat merupakan domain yang menjadi wewenang

dan tanggung jawab yang harus dijalankan dengan kontrak.

5) Setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi profesionalitasnya, idealnya hal

tersebut dilakukan melalui ujian yang kompetitif.

6) Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk menerima pensiun sesuai

dengan tingkatan hierarki jabatan yang disandangnya. Setiap pejabat bisa

memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan jabatannya sesuai dengan

keinginan dan kontraknya bisa diakhiri dalam keadaan tertentu.

7) Terdapat struktur pengembangan karier yang jelas dengan promosi

berdasarkan senioritas dan merita sesuai dengan pertimbangan yang obyektif.

8) Setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menjalankan jabatannya dan

resources instansinya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.

20
9) Setiap pejabat berada di bawah pengendalian dan pengawasan suatu sistem

yang dijalankan secara disiplin.

Tipe ideal birokrasi menurut max webber

Sosiolog terkenal Max Weber mengemukakan konsep birokrasi, yang

menyatakan organisasi bergerak atas dasar rasionalitas. Tipe ideal birokrasi

menurut Weber bukan cerminan dari realitas, tetapi menggambarkan bagaimana

seharusnya organisasi disusun dan dirancang agar menjadi lebih efisien. Tipe ideal

birokrasi Weber tersebut antara lain:

1. Ada pembagian tugas berdasarkan kemampuan tertentu.

Maksudnya adalah mengelola realita yang ada bahwa setiap manusia

mempunyai kemampuan yang berbeda, begitu juga dengan personil yang

mempunyai kelebihan dalam satu hal namun kurang di hal yang lain. Untuk itu

organisasi harus dapat menempatkan personil di dalam bidang yang dikuasainya

untuk memberikan efisiensi terhadap sumber daya untuk mencapai tujuan.

2. Ada hierarki wewenang

terdapat struktur organisasi dimana ada posisi atas dan bawah. Struktur yang

di bawah diawasi oleh yang lebih tinggi dan yang lebih tinggi berwenang

mengawasi yang di bawahnya. Hierarki ini sangat perlu agar sistem pengendalian

dapat dilaksanakan sehingga mengefiensi pelaksanaan tugas.

3. Ada ketentuan-ketentuan yang berlaku sama di seluruh organisasi

21
Untuk suatu hal yang sama, dalam kondisi dan waktu yang sama maka

harus berlaku juga sebuah peraturan yang sama di seluruh organisasi. Artinya ada

peraturan yang harus ditaati oleh anggota organisasi tanpa pengecualian. Dengan

adanya peraturan yang egaliter maka pelaksanaan tugas dapat lebih mudah diukur.

4. Menjaga hubungan yang impersonal karena keputusan yang rasional hanya

dapat dibuat secara obyektif tanpa emosi.

Dalam birokrasi administrator harus menjaga keputusannya agar tetap

objektif berdasarkan fakta secara objektif. Administrator harus dapat

mengesampingkan penilaian subjektif dalam mengambiil keputusan.

5. Pemilihan dan promosi pegawai didasarkan pada kemampuan, bukan

pertimbangan-pertimbangan yang irrelevant.

Dalam memberikan promosi jabatan hendaknya menggunakan standar yang

jelas dan berlaku secara universal bagi seluruh personil dalam organisasi. Dengan

memanfaatkan rekam jejak prestasi dan hasil kinerjalah seharusnya seseorang

diangkat untuk menduduki posisi tertentu bukan berdasarkan pertimbangan

subjektif atau yang tidak ada kaitannya dengan pelaksanaan tugas.

2.1.3 Konsep pemilihan umum kepala daerah

a) Pengertian kepala daerah

Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dalam

Pasal 59 ayat (1): “Setiap Daerah dipimpin oleh kepala Pemerintahan Daerah yang

disebut kepala daerah.” Maka menurut pasal ini Kepala Daerah merupakan kepala

22
pemerintahan yang memimpin pada tingkat daerah. Kemudian dalam ayat (2):

“Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Daerah provinsi

disebut gubernur, untuk Daerah kabupaten disebut bupati, dan untuk Daerah kota

disebut wali kota.

Tugas yang dilaksanakan kepala daerah dibagi antara daerah propinsi dan

daerah kabupaten. Gubernur sebagai pemangku jabatan 20 kepala daerah pada

tingkat daerah propinsi mempunyai tugas yaitu melakukan pembinaan dan

pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah kabupaten/kota, sebagai

koordinator penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah propinsi dan

kabupaten/kota, dan sebagai koordinator pembinaan dan pengawasan

penyelenggaraan tugas pemerintah di daerah propinsi dan kabupaten/kota.

Kemudian Bupati/Walikota sebagai pemangku jabatan kepala daerah pada tingkat

kabupaten/kota mempunyai tugas yaitu menyelenggarakan pemerintahan

daerahnya dengan Perda, melakukan pembangunan daerah sesuai sumber daya

yang dimiliki, merencanakan dan mengatur anggaran daerah termasuk pendidikan,

dan membuat perhitungan perimbangan keuangan atas hasil sumber daya alam

yang berada di bawah wewenang pemerintah pusat.

b) Pengertian Pemilihan Umum Kepala Daerah

Pemilihan Umum adalah proses yang dilakukan untuk menentukan orang

yang akan mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan itu mulai dari

tingkatan presiden dan wakil presiden, dan wakil rakyat sampai pada tingkatan

terendah kepala desa. Pengisian jabatan kepemimpinan pada tingkat daerah

23
dilakukan melalui Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada). Pemilu

merupakan sebuah mekanisme penyeleksian dan pendelegasian atau penyerahan

kedaulatan kepada orang atau organisasi partai politik yang dipercaya. Pengertian

lain pemilihan umum adalah cara atau sarana untuk mengetahui keinginan rakyat

mengenai arah dan kebijakan negara kedepan. Palingg tidak ada tiga macam

tujuan pemilihan umum, yaitu :

1) memungkinkan peralihan pemerintahan secara aman dan tertib

2) untuk melaksanakan kedaualatan rakyat

3) dalam rangka melaksanakan hak asasi warga Negara.

Sedangkan menurut Ali Moertopo pada hakekatnya, pemilu adalah sarana

yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankn kedaulatannya sesuai dengan azas

yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Dari beberapa definisi ini maka

dapat disimpulkan mengenai pengertian pemilihan umum secara luas yaitu

sebagai sarana yang penting dalam kehidupan suatu negara yang menganut asas

Demokrasi yang memberi kesempatan berpartisipasi politik bagi warga negara

untuk memilih wakil-wakilnya yang akan menyuarakan dan menyalurkan aspirasi

mereka (Ali Moertopo dalam Djamali, 2008)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dalam

ketentuan umum Pasal 1 angka 1 disebutkan pengertian Pemilu adalah “Pemilihan

Umum yang selanjutnya disebut pemilu adalah sarana kedaulatan ratkyat untuk

memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah,

24
Presiden dan Wakil presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,

dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada mulanya ditujukan untuk

memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota. Setelah dilakukannya amandemen keempat UUD 1945 pada

2002, yakni mengenai pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang

semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat

sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian

dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Kemudian 2007,

berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah

dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim

pemilu.

Pemilihan secara langsung bukanlah hal yang baru bagi rakyat Indonesia,

karena sebelumnya telah dilaksanakan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

secara langsung juga. Namun pemilihan kepala daerah secara langsung

merupakan hal yang berbeda, mengingat besarnya kewenangan daerah sejak

bergulirnya otonomi daerah. Kepala daerahlah yang paling berperan dalam

menentukan keberhasilan pembangunan suatu daerah. Dengan kata lain

masyarakat lebih banyak berharap kepada kepala daerah dalam memperbaiki

kondisi yang telah ada.

25
Pemilihan Umum Kepala Daerah atau yang biasa disingkat dengan

Pemilukada adalah pemilihan umum untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang

memenuhi syarat. Pemilukada adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di

wilayah propinsi dan/atau kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk memilih Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah selanjutnya disebut

Pilkada adalah pemilihan umum untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur

atau Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota dan Wakil Walikota secara

demokratis dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada)

dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah merupakan instrumen yang sangat

penting berdasarkan prinsip demokrasi di daerah, karena dalam penentuan

kebijakan negara inilah perwujudan bahwa pemegang kedaulatan adalah rakyat.

Artinya rakyatlah yang menjadi pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengatur

Pemerintahan Negara. Melalui Pilkada, rakyat dapat menentukan siapa yang

pantas dijadikan pemimpin dan wakilnya dalam proses penyaluran pendapat,

keluh kesah, saran dan aspirasi, yang selanjutnya menentukan arah masa depan

sebuah negara.

Perkembangan demokrasi lokal dalam pemilihan kepala daerah secara

langsung adalah merupakan jalan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat secara

26
maksimal di tingkat daerah. Terlibatnya rakyat secara langsung dalam pilkada

diyakini akan dapat mewujudkan pemerintahan yang demokratis seiring dengan

kehendak rakyat.

Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah ini memberikan seluruh

rakyat peluang yang sama untuk dipilih dan memilih. Pastisipasi masyarakat

sangat penting karena akan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam usaha

mewujudkan pemilukada yang berkualitas. Penyelenggara pemilukada adalah

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang diawasi

oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Provinsi dan Panwaslu

Kabupaten/Kota. Pemilihan kepala daerah (Pilkada) dilakukan secara langsung

oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan

kepala daerah dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah.

c) Asas-asas pemilihan umum

1) Langsung berarti rakyat (pemilih) mempunyai hak untuk secara langsung

memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa

perantara;

2) Umum berarti pada dasarnya semua warganegara yang memenuhi persyaratan

minimal dalam usia , yaitu sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau

telah/pernah kawin berhak ikut memilih dalam pemilihan umum.

Warganegara yang sudah berumur 21 (dua puluh satu) tahun berhak di-

pilih.Jadi, pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin

kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara yang telah
27
memenuhi persyaratan tertentu tanpa diskriminasi (pengecualian) berdasar

acuan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, dan status

sosial.

3) Bebas berarti setiap warganegara yang berhak memilih bebas menentukan

pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Di dalam melaksanakan

haknya, setiap warganegara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih

sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya.

4) Rahasia berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa

pemilihnya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan papun.

Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui

oleh orang lain kepada suaranya diberikan. Asas rahasia ini tidak berlaku lagi

bagi pemilih yang telah keluar dari tempat pemungutan suara dan secara

sukarela bersedia mengungkapkan pilihannya kepada pihak manapun.

5) Jujur berarti dalam menyelenggarakan pemilihan umum; penyelenggaraan/

pelaksana, pemerintah dan partai politik peserta Pemilu, pengawas dan

pemantau Pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara

tidak langsung, harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

6) Adil berarti dalam menyelenggarakan pemilu, setiap pemilih dan partai

politik peserta Pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari

kecurangan pihak manapun (ramlan bilatu, 2015)

28
29
2.2 Penelitian Terdahulu

Nama peneliti Judul penelitian Hasil penelitian

Djoni Gunanto POLITISASI Politisasi birokrasi di negara berkembang


(2020) BIROKRASI DALAM sudah menjadi strategi dalam perebutan
PELAKSANAAN kekuasaan pemerintah, pejabat hierarki
PILKADA DI atas gencar memobilisasi bawahannya
INDONESIA
untuk menciptakan sebuah kekuatan
politik yang besar yang nantinya
diharapkan akan mampu merebut
kekuasaan tersebut. Konstelasi
kekuasaan seperti ini yang membuat
birokrasi tidak mempunyai akuntabilitas
terutama kepada rakyat dan masyarakat
pada umumnya. Data Grafik
menunjukkan bahwa sejak 2015 hingga
oktober 2018, KASN menerima laporan
pelanggaran netralitas ASN yang cukup
tinggi yang terjadi terutama sebelum dan
saat pelaksanaan pemilihan kepala
daerah berlangsung. Metode Penelitian
ini merupakan studi literature review,
dengan menelusuri produk hukum,
jurnal, artikel, dan dokumendokumen.
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan mencatat sumber literatur.
Analisis penelitian dilakukan
menggunakan pedekatan kualitatif
dengan menggunakan model analisis isi.
Hasil Penelitian Dalam konteks
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada),
prinsip netralitas ASN ini selalu menjadi
perbincangan hangat diberbagai
kalangan. Kekhawatiran akan
keberpihakan ASN kepada salah satu
pasangan calon, menjadi alasan utama

30
sehingga terdapat tiga tipe politisasi
terhadap birokrasi di Indonesia: Pertama,
politisasi secara terbuka, Kedua,
politisasi setengah terbuka dan Ketiga,
politisasi secara tertutup. Dengan
melakukan pemanfaatan suara pegawai
negeri ini jelas sangat mudah bagi
kandidat incumbent, dengan iming-iming
janji akan diberi jabatan atau perintah
untuk mendukung atasannya, mobilisasi
pegawai negeri pada saat pemilu dan
pilkada. Kesimpulan, Politisasi birokrasi
di Indonesia masih banyak terjadi,
Politisasi ini bisa datang dari legislatif
maupun dari eksekutif dengan tujuan
melanggengkan kekuasaan. dari gejala-
gejala mulai dari penggunaan fasilitas
negara, mobilisasi pegawai negeri sipil,
kompensasi jabatan, komersialisasi
jabatan, rekruitmen pegawai negeri baru,
sampai pencopotan (depromosi)
sekretaris daerah.

Enny CATATAN KRITIS Pemilu legislatif baru saja usai. Pelaksanaan


Suryanjar TERHADAP pemilu dapat berlangsung ditengah
(2009) POLITISASI kekhawatiran bahwa pemilu kali ini akan
BIROKRASI DALAM mengalami kegagalan mengingat persiapan
PEMILU pemilu dianggap kurang memadai, meskipun
harus diakui bahwa pemilu legislatif kali ini
banyak terjadi kekurangan khususnya
persoalan DPT. Dalam konteks hubungan
politik dan birokrasi, sebenarnya pemilu
merupakan ujian untuk menilai apakah
birokrasi telah bersikap profesional, netral,
dan betul-betul berfungsi sebagai pelayan
publik bukan alat kekuasaan yang mudah
terkooptasi oleh kepentingan politik
kelompok tertentu dan bersifat jangka
pendek. Jauh sebelum pemilu pun di kantor-
kantor pemerintah di pasang spanduk yang
mengusung netralitas Korpri dalam pemilu.
Ini menunjukkan komitmen kuat dari Korpri

31
sebagai bagian dari birokrasi untuk bersikap
netral dalam pemilu. TNI/Polri pun bersikap
sama, netral, tidak memihak partai tertentu
sebagaimana yang ditegaskan Panglima TNI
dan Kapolri. Bagaimana realitanya? Tulisan
pendek ini mencoba untuk mengulas realita
di lapangan berkaitan dengan netralitas
birokrasi dalam pemilu.

Sri Nuryanti Intervensi Keputusan untuk menyelenggarakan pilkada


(2015) Penyelenggaraan serentak yang diadakan pada tanggal 9
Pemilukada: Regulasi, Desember 2015 merupakan bagian dari
Sumberdaya dan diskursus besar untuk memperbaharui sistem
Eksekusi pemilu sehingga sistem itu paling sesuai
dengan Indonesia dan khususnya mampu
menjawab berbagai isu khususnya terkait
dengan efi siensi dari segi pembiayaan
pilkada dan efektifi tas penyelenggaraan
pilkada. Diskursus pilkada yang muncul di
akhir 2014 penting untuk melihat bagaimana
diskursus itu telah didiskusikan menyeluruh
khususnya berdasarkan fakta bahwa ada
banyak pemimpin lokal yang mempunyai
kualitas rendah yang dihasilkan oleh pilkada
yang diselenggarakan secara langsung.
Kajian ini akan mengupas intervensi
penyelenggaraan pilkada langsung, dengan
memperhatikan kemampuan sumberdaya
daerah, kemampuan keuangan dan
pelaksanaan pilkada di lapangan. Tulisan ini
mengisyaratkan perlunya intervensi baik
regulatif maupun teknis agar pilkada yang
diselenggarakan di daerah dengan beragam
kondisi tersebut dapat menghasilkan kepala
daerah dan wakil kepala daerah yang lebih
berkualitas.

Perbedaan yang terdapat dari penelitian ini dan penelitian sebelumnya adalah dari

segi objek penelitian dan analisis penelitian. Analisis dalam penelitian ini adalah

meneliti tentang Netralitas Birokrasi Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala

32
Daerah Secara Langsung di Kabupaten Kolaka Timur dari segi peran birokrasi

dalam Pemilu dan kecenderungan terjadinya penyimpangan peran.

2.3 Kerangka Pikir

Netralitas Birokrasi Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Secara


Langsung (Studi Kasus Di Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2020)

Bentuk-bentuk perilaku ASN dalam Penyelenggaraan pemilihan


kegiatan Pemilu yang menunjukkan umum :
keberpihakan kepada salah satu Paslon :
1. Langsung
Mendeklarasikan Diri Untuk
Menjadi Peserta Pilkada Dan 2. umum
Melakukan Pendekatan Terhadap
Partai Politik 3. bebas

Mengajak Atau Mengarahkan 4. rahasia


Masyarakat Untuk Memilih
Pasangan Calon Tertentu 5. jujur

Kampanye dan sosialisasi lewat 6. adil


media social
Mengadakan kegiatan yang
mengarah kepada keberpihakan
kepada salah satu peserta Pilkada
Membuat keputusan dan tindakan
yang menguntungkan atau
merugikan salah satu paslon selama
masa kampanye
(Nuraida Mokhsen dalam Rani et al.,
2018)

Pilkada secara langsung


33
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode kualitatif. konsep prosedur

pencarian yang secara kualitatif memperoleh data deskriptif yang tepat dalam

bentuk pidato dan teks dari orang yang diamati. Pendekatan kualitatif menitik

beratkan pada konteks dan individu secara umum, sehingga tidak dapat

memisahkan sendiri suatu organisasi menjadi suatu variabel hipotesis, tetapi harus

diperlakukan sebagai bagian dari keseluruhan. Selanjutnya, penelitian ini

termasuk dalam bentuk deskriptif kualitatif. Penyelidikan ini rinci dan mengarah

ke tujuan inti dari penyelidikan. Oleh karena itu, bentuk deskripsi kualitatif

dianggap paling tepat bila digunakan dalam pertanyaan penelitian yang

memerlukan penyelidikan lebih lanjut, seperti masalah perilaku konsumen,

masalah kebijakan publik masyarakat, dll. (Bagdon dan Taylor dalam Molong,

2005). Dalam kajian ini, kita akan berbicara tentang “Netralitas Birokrasi Dalam

Penyelengaraan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung (Studi Kasus Di

Kabupaten Kolaka Timur)” Peneliti melakukan metode kualitatif, yaitu

wawancara rinci dengan orang yang terlibat dalam masalah penelitian peneliti.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kolaka Timur, yang mana daerah ini adalah

salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara dan merupakan

34
kabupaten yang menjadi peserta pemilihan umum kepala daerah serentak pada

desember tahun 2020 lalu dengan fokus penelitian pada para Aparatur Sipil

Negara yang berada di Wilayah Pemerintahan Daerah Kabupaten Kolaka Timur.

3.3 Subyek dan Informan Penelitian

3.3.1 Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah individu, benda atau organisme yang dijadikan

informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.

Subyek dalam penelitian ini adalah ASN dan BAWASLU serta masyarakat di

Kabupaten Kolaka Timur.

3.3.2 Informan penelitian

Adapun teknik penentuan informan dalam penelitian ini berdasarkan purposive

sampilng atau sengaja memilih orang-orang yang dianggap dapat memberikan

informasi yang akurat sesuai maksud penelitian. Informan pada penelitian ini

sebanyak 8 orang yaitu :

1. Kepala Badan BKPSDM Kabupaten Kolaka Timur,

2. Kabid Pengembangan, Penilaian Kinerja Aparatur, Mutasi, Promosi Dan

Penghargaan BKPSDM Kabupaten Kolaka Timur,

3. Ketua Bawaslu Kabupaten Kolaka Timur,

4. Bagian Divisi Hukum, Penanganan Pelanggaran Dan Sengketa Bawaslu,

5. Bagian Divsi Pengawasan Dan Hubungan Antar Lembaga Bawaslu,


35
6. Masyarakat wajib pilih : 3 orang

3.4 Teknik penentuan informan

Penentuan informan dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan metode

purposive sampling yang sengaja dipilih berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan dan berdasarkan tujuan penelitian serta berdasarkan keseimbangan

referensi peneliti. Informan penelitian adalah orang-orang yang memberikaan

informasi seputar Netralitas birokrasi dalam penyelenggaraan pemilihan kepala

daerah.

3.5 Jenis Data dan Sumber Data

3.5.1 Jenis data


a. Data kualitatif, yaitu data yang berdasarkan pada informasi dari objek

yang diteliti

b. Data kuantitatif, yaitu data yang berdasarkan pada angka atau jumlah

yang berkaitan dengan masalah penelitan

3.5.2 Sumber data

a. Data primer yaitu Data yang di ambil sesuai dengan data aslinya, Data

tersebut harus didapatkan dengan menggunakan instrumen yang lakukan

pada saat tertentu dan hasilnya tidak dapat di generalisasikan dan hanya

dapat digambarkan keadaanpada saat itu. Menggunakan istilah teknis

narasumber atau responden ialah seseorang yang dijadikan sebagai

tempat penelitian atau orang yang dijadikan sebagai sarana mendapatkan

informasi ( Narimawati, 2008).


36
b. Data sekunder ialah data yang sudah dikumpulkan dengan tujuan selain

menyelesaikan pemasalahan yang sedang dihadapi, juga data ini dapat

ditemukan dengan cepat. (Sugiyono, 2016) mengatakan bahwa data

sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan secara

langsung data kepada pengumpul data, seperti melalui orang lain dan

atau lewat dokumen. Sumber data sekunder digunakan untuk mendukung

informasi yang di dapatkan dari sumber data primer yaitu dari bahan

pustaka, literatur-literatur, dokumen, penelitian terdahulu, buku, laporan-

laporan, dan catatan perkuliahan yang berhubungan dengan masalah yang

dibahas.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

peneliti dapat melakukan pengumpulan data sebagai berikut:

3.6.1 Wawancara Terperinci (Wawancara)

Tujuannya adalah untuk menyelidiki pertanyaan penelitian yang diidentifikasi.

Untuk melakukan proses wawancara, seperti telepon genggam merekam

percakapan dengan pelapor, agar pewawancara mengajukan lebih banyak

pertanyaan dan responden untuk merespon merekam hasil wawancara secara

akurat.

3.6.2 Observasi

Teknologi pengumpulan data dengan mengamati secara langsung gejala-gejala

subyek penelitian.Dalam penelitian ini peneliti melakukan tindak lanjut pada


37
lokasi penelitian yang teridentifikasi dan yang berhubungan dengan subjek

penelitian.

3.6.3 Dokumentasi

Teknik ini merupakan metode pengumpulan bahan yang berkaitan dengan artikel

tertulis seperti jurnal, jurnal serta buku yang berkaitan dengan penelitian Data

yang dihasilkan oleh peneliti ini merupakan data tambahan dari data primer.

3.7 Definisi konseptual

Definisi Konseptual yaitu suatu definisi berupa konsep dan maknanya masih

sangat abstrak walaupun secara intuitif masih bisa dipahami maksudnya (Azwar,

2007). Definisi konseptual yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

1. Netralitas, merupakan sebuah tindakan Pejabat Birokrasi dalam hal

menfasilitasi kegiatan-kegiaran pemilu dan tindakan tidak berpihak kepada

peserta pemilu dan partai politik dan selalu bersifat profesional dalam

melakukan pekerjaannya sebagai birokrasi yang memberikan pelayanan

publik kepada masyarakat.

2. Birokrasi, merupakan suatu badan organisasi yang kedudukannya berada di

pemerintahan memiliki tugas yaitu memberikan pelayanan publik kepada

masyarakat secara jujur dan adil.

3. Pilkada, merupakan Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil

Bupati, dan Walikota yang dilakukan secara langsung dan demokratis.

38
3.8 Teknik analisis data

Analisis data yaitu mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah

didapatkan dari hasil wawancara, catatan di lapangan, dan dokumentasi, dengan

menjabarkan ke dalam unit-unit, mengelola data ke dalam kategori, menyusun ke

dalam pola, melakukan sintesa, memilih mana penting dan mana yang harus

dipelajari, dan kemudian membuat sebuah kesimpulan sehingga mudah

dimengerti baik itu diri sendiri atau orang lain (Sugiyono, 2016). Teknik analisis

data yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik analisis data di lapangan

model Miles Dan Huberman, yang disebut pula dengan istilah teknik analisis data

dan interaktif dimana analisis data. Pengambilan data dilakukan secara terus

menerus dan interaktif sampai tuntas, sehingga dataya sudah jenuh. Proses analisis

data menurut model Miles dan Huberman yaitu meliputi aktivitas pengumpulan

data, data display (penyajian data), data reduction (reduksi data), dan conclusion

drawing atau penarikan kesimpulan/ verifikasi (Miles, Matthew B and Huberman,

1992) adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

Data yang muncul dalam bentuk kata-kata dan bukan merupakan angka

dikumpulkan melalui berbagai teknik seperti wawancara,observasi, pita,

intisari dokumen, rekaman biasanya di proses melalui

pencatatan,penyuntingan, pengetikan, dan ataupun alih tulis (Miles, Matthew

B and Huberman, 1992).

b. Reduksi Data
39
Reduksi data artinya merangkum,berfokus pada hal-hal yang dianggap

penting, memilih hal-hal pokok, dan dicari tema dan polanya, sebab data yang

didapatkan dari lapangan yang jumlahnya cukup bayak dan perlu dicatat

secara rinci dan teliti. Dengan melakukan reduksi data maka akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah peneliti dalam

mengumpulkan data berikutnya, dan kemudian mencarinya apabila

dibutuhkan. mereduksi data bisa dilakukan dengan menggunakan bantuan

komputer dengan memasukkan kode pada aspek tertentu (Sugiyono, 2016).

c. Penyajian Data

Setelah data reduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.pada

penelitian kualitatif ini, penyajian data biasa dilakukan dalam hubungan antar

kategori, bentuk bagan,uraian singkat, flowchart, dan sejenisya.Yang sering

digunakan dalam penyajian data pada penelitian kualitatif ialah dengan teks

yang sifatnya naratif (Sugiyono, 2016).

d. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Langkah terakhir ialah penarikan sebuah kesimpulan dan verifikasi.

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara menemukan makna data yang

telah disajikan.Dari data-data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan

penarikan kesimpulan dan kemudian kesimpulan tersebut diverifikasi serta

diuji validitasnya.

40
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum lokasi penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis Kabupaten Kolaka Timur

4.1.1.1. Geografi

Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Secara geografis kabupaten Kolaka Timur diapit oleh 6 kabupaten yakni

disebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kolaka Utara, disebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Konawe Utara dan Kabupaten Konawe, disebelah

selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Bombana

serta disebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka.

Kabupaten Kolaka Timur merupakan salah satu dari 17 kabupaten di

Provinsi Sulawesi Tenggara yang terbentuk melalui UU Nomor 8 tahun 2013

tentang Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kabupaten Kolaka Timur yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Kolaka tersebut terdiri dari 118 desa dan 14 kelurahan yang tersebar di 12

kecamatan.

Kabupaten Kolaka Timur masuk dalam kawasan strategis nasional (KSN)

Kepentingan Ekonomi & Lingkungan yakni KSN Kapet, KSN Rawa Aopa

Watumohai dan KSN Rawa Tinondo. Selain itu, Kolaka Timur juga dimasukkan

41
dalam kawasan strategis provinsi yakni PKIP Wilayah Pelayanan Pomalaa & KSP

Industri Perkebunan Kakao Ladongi.

4.1.1.2. LUAS WILAYAH

Kabupaten Kolaka Timur memiliki luas 3.918.38 km dengan luas penggunaan

tanah sebagai berikut :

Table 4. 1 Luas wilayah Kabupaten Kolaka Timur

No Jenis Penggunaan Tanah Jumlah Penggunaan Tanah

1 Tanah Sawah 11.422 Ha

2 Ladang 3.575 Ha

3 Tegalan 7.374 Ha

4 Padang 3.449 Ha

5 Perkebunan 60.331 Ha

6 Tidak digunakan 2.881 Ha

Sumber : www.kolakatimurkab.go.id/
Dari tabel diatas dapat diuraikan penggunaan tanah untuk lahan sawah

sebanyak 11.422 Ha, untuk lahan lading sebanyak 3.575 Ha, untuk lahan Tegalan

sebanyak 7.374 Ha, untuk lahan Padang sebayak 3.449 Ha, untuk lahan

Perkebunan sebanyak 60.331 Ha, dan lahan Tidak digunakan sebanayak 2.881 Ha

42
4.1.1.3. PENDUDUK

Penduduk Kabupaten Kolaka Timur berjumlah 136.823 jiwa di tahun 2015,

dengan sebaran sebagai berikut:

Table 4. 2 Jumlah penduduk Kabupaten Kolaka Timur


No Nama Kecamatan Jumlah Jiwa

1 Lambandia 24.144

2 Ladongi 18.908

3 Tirawuta 15.519

4 Aere 11.267

5 Loea 11.267

6 Mowewe 9.371

7 Dangia 9.382

8 Tinondo 8.851

9 Lalolae 8.851

10 Ueesi 7.675

43
11 Uluiwoi 5.615

12 Poli-Polia 4.851

Dari tabel diatas dapat diuraikan jumlah penduduk Lambandia sebanyak

24.144 jiwa, jumlah penduduk Ladongi sebanyak 18.908 jiwa, jumlah penduduk

Tirawuta sebanyak 15.519 jiwa, jumlah penduduk Aere sebanyak 11.267 jiwa,

jumlah penduduk Loea sebanyak 11.267 jiwa, jumlah penduduk Mowewe

sebanyak 9.371 jiwa, jumlah penduduk Dangia sebanyak 9.382 jiwa, jumlah

penduduk Tinondo sebanyak 8.851 jiwa, jumlah penduduk Lalolae sebanyak

8.851 jiwa, jumlah penduduk Ueesi sebayak 7.675 jiwa, jumlah penduduk

Uluiwoi sebayak 5.615 jiwa, jumlah penduduk Poli-Polia sebayak 4.851 jiwa.

4.1.1 Gambaran Umum Pilkada Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2020

Dua hal penting dari instrumen politik yang menjadi dasar dalam suatu

kebijakan, yakni pemilihan umum yang demokratis dan kebijakan otonomi daerah

atau desentralisasi (decentralisation), yang mana salah satu dari langkah yang

fundamental dalam suatu kebijakan desentralisasi adalah pelaksanaan pemilihan

umum ditingkat lokal untuk memilih pimpinan daerah yang kemudian akan

memimpin daerah tersebut. Penyelenggara pemilihan umum baik itu ditingkat

nasional ataupun pemilihan kepala daerah lokal atau pilkada merupakan suatu

indikator keberhasilan dari sistem demokrasi disuatu negara transisi seperti

Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi

Daerah maka masyarakat daerah diberikan hak untuk memilih kepala daerahnya

44
masing-masing secara demokratis, meski dalam pelaksanaannya aturan ini

mendapatkan dua kali perubahan. Perubahan pertama melalui Undang-Undang

nomor 8 tahun 2005 mengenai Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 yang kemudian diubah menjadi

UndangUndang. Perubahan kedua melalui Undang-Undang nomor 12 tahun 2008

tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Salah satu angenda politik nasional dengan

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah yang dilakukan secara langsung di 213

daerah. Pilkada 2005 digelar di 7 provinsi, 174 kabupaten, dan 32 kota. Sejarak

pertama kalinya dilakukan pemilihan umum kepala daerah di Indonesia telah

diselanggarakan pada tahun 2005.

Dalam pengisian jabatan kepala daerah yang ada di Indonesia pernah

melalui beberapa mekanisme sejak awal kemerdekaan, setidaknya ada 4 sistem

pemilihan kepala daerah yang pernah di terapkan, yaitu :

a) Sistem penunjukan atau pengangkatan oleh pusat. Sistem ini sudah digunakan

sejak masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, penjajahan Jepang, serta

setelah kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, pemerintah menggunakan sistem

ini berdasarkan UU 1/1945, UU 22/1948, dan UU 1/1957.

b) Sistem penunjukan. Sistem ini digunakan berdasarkan Penetapan Presiden

6/1959 jo Penetapan Presiden 5/1960, UU 6/1956, dan UU 18/1956, atau

yang dikenal dengan era Dekrit Presiden. Selain itu, sistem ini juga

diberlakukan berdasarkan Penetapan Presiden 6/1959 jo Penetapan Presiden

5/1960 disertai alasan “situasi yang memaksa”.

45
c) Sistem pemilihan perwakilan. Sistem ini merupakan perwujudan UU 5/1974.

Dengan sistem ini, pemilihan kepala daerah dilakukan oleh lembaga DPRD.

Selanjutnya, presiden akan menentukan calon kepala daerah terpilih.

d) Sistem pemilihan perwakilan (murni). Sistem ini mendasarkan

pelaksanaannya pada UU 18/1965 dan UU 22/1999. Dengan sistem ini,

kepala daerah dipilih secara murni oleh lembaga DPRD tanpa intervensi

pemerintah pusat.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dijelaskan bahwa partai

politik merupakan satu-satunya institusi yang bisa mengajukan pasangan calon

peserta pemilihan kepala daerah. Hal itu menunjukkan pilkada yang

dilangsungkan pada periode 2005-2008 merupakan arena kuasa istimewa bagi

partai politik. Dengan kata lain, partai politik memiliki posisi kuat dalam hal

pengajuan pasangan calon peserta pilkada dibandingkan dengan institusi atau

lembaga lain, misalnya organisasi kemasyarakatan, asosiasi, maupun lembaga

berbadan hukum. Maka partai politik merupakan satu-satunya pintu bagi

seseorang atau kandidat dapat memiliki kesempatan untuk berkompetisi menjadi

calon kepala di daerah.

Namun hal ini juga tidak luput dari perubahan mengenai diberlakukannya

Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 sumber calon kepala daerah maupun

wakilnya tak lagi hanya berasal dari partai politik, tetapi juga dari calon

perseorangan. Munculnya kesempatan bagi calon perseorangan berawal dari

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5/PUU-V/2007 tanggal 23 Juli 2007

tentang Calon Perseorangan. Putusan MK tersebut lantas ditindaklanjuti dengan

46
pembentukan Undang-undang nomor 12 tahun 2008. Dengan terbitnya

UndangUndang nomor 12 tahun 2008, terbuka kesempatan bagi calon kepala

daerah untuk maju dalam pemilihan tanpa harus melalui pengajuan yang melalui

partai politik.

Pada tanggal 9 Desember 2015 setelah di selenggarakannya pilkada untuk

yang pertama kali Kabupaten Kolaka Timur dipimpin oleh Bupati dan Wakil

Bupati terpilih yang berasal dari Aparatur sipil Negara. Pasangan Drs. H. Tony

Herbiansyah dan Hj. Andi Merya terpilih sebagai Bupati Dan Wakil Bupati

Kolaka Timur selama 5 tahun, pada tahun 2020 setelah diadakan kembali pilkada

Dikabupaten Kolaka Timur, pasangan H. Samsul Bahri Dan Hj. Andi Merya

Posisi Kepala Kepala Daerah setelah mengalahkan petahana. Kolaka Timur

kembali menjadi salah satu kabupaten yang juga ikut menyelenggarakan

pemilihan kepala daerah bupati dan wakil bupati serentak pada tanggal 09

desember tahun 2020, dari 2 pasangan bupati dan wakil bupati daerah Kabupaten

Kolaka Timur yaitu pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah

dengan nomor urut 1 Drs. H. Tony Herbiansyah dan Drs. H. Baharuddin,

pasangan calon nomor urut 2 H. Samsul Bahri Dan Hj. Andi Merya.

47
Table 4. 3 Perkembangan Pemerintah di Kabupaten Kolaka Timur

No. Bupati Awal Menjabat Akhir Wakil


Jabatan Bupati

1 Drs. H. Tony 22 April 2013 22 April 2015 -


Herbiansyah,M.Si
(Pj.)

2 Drs. H. Anwar 27 April 2015 16 Februari -


Sanusi,M.M (Pj.) 2016

3 Drs. H. Tony 17 Februari 17 Februari Hj.Andi


Herbiansyah,M.Si 2016 2021 Merya
Nur,S.IP

4 Eko Santoso 17 Februari 21 Februari -


Budiarto (Plh.) 2021 2021

5 H. Samsul 26 Februari 19 Maret 2021 Hj.Andi


Bahri,S.H.,M.Si 2021 Merya
Nur,S.IP

6 Hj.Andi Merya 19 Maret 2021 21 September Lowong


Nur,S.IP 2021
Catatan

1. Pejabat Bupati
2. Pejabat Bupati
3. Bupati Pertama
4. Pelaksana Harian
5. Meninggal Ketika Menjabat
6. Pelaksana Tugas

Sumber : www.kolakatimurkab.go.id/

48
4.1.2 Gambaran Umum Pejabat Birokrasi Kabupaten Kolaka Timur

Table 4. 4

Jumlah Pejabat Birokrasi atau Pegawai Negeri Sipil Pemerintah


Daerahberdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Kolaka Timur 2020

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 1.222

2 Perempuan 1.109

Jumlah 2.331

Sumber : Observasi Data Kantor Dinas BKPSDMD Kabupaten Kolaka Timur

Dari tabel diatas dapat diuraikan jumlah ASN dengan jenis kelamin Laki-

laki sebanyak 53%, sedangkan jumlah ASN dengan jenis kelamin Perempuan

sebanyak 47%.

Table 4. 5

Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah


berdasarkan Jenis Eselon di Kabupaten Kolaka Timur
2020
No Jenis Eselon Jumlah

1 Eselon II a 1 orang

2 Eselon II b 31 orang

3 Eselon III a 48 orang

4 Eselon III b 92 orang


49
5 Eselon IV a 335 orang

6 Eselon IV b 34 orang

Sumber : Observasi Data Kantor Dinas BKPSDMD Kabupaten Kolaka Timur

50
Dari tabel diatas dapat diuraikan Jumlah ASN dengan jenis Eselon II a

sebanyak 1 orang,

jenis Eselon II b sebanyak 31 orang, jenis Eselon III a sebanyak 48 orang, jenis

Eselon III b sebanyak 92 orang, jenis Eselon IV a sebanyak 335 orang, jenis

Eselon IV b sebanyak 34 orang.

Table 4. 6

Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah


berdasarkan Jenis Golongan di Kabupaten Kolaka Timur
2020
No Jenis Golongan Jumlah

1 Gol I 3 orang

2 Gol II 356 orang

3 Gol III 1546 orang

4 Gol IV 426 orang

Sumber : Observasi Data Kantor Dinas BKPSDMD Kabupaten Kolaka Timur

Dari tabel diatas dapat diuraikan jumlah PNS dengan jenis Gol I sebanyak

3 orang, jenis Gol II sebanyak 356 orang, jenis Gol III sebanyak 1546 orang, jenis

Gol IV sebanyak 426 orang.

Table 4. 7

51
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah
berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kolaka
Timur 2020
No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 SD 1 orang

2 SLTP 4 orang

3 SLTA 241 orang

4 D.I 12 orang

5 D.II 77 orang

6 D.III 269 orang

7 D.IV 20 orang

8 S.1 1568 orang

9 S.2 137 orang

10 S.3 2 orang

52
Sumber : Observasi Data Kantor Dinas BKPSDMD Kabupaten Kolaka Timur

Dari tabel diatas dapat diuraikan Jumlah PNS berdasarkan Tingkat

Pendidikan SD sebanya 1 orang, Jumlah PNS berdasarkan Tingkat Pendidikan

SLTP sebanyak 4 orang, Jumlah PNS berdasarkan Tingkat Pendidikan SLTA

sebanyak 241 orang, Jumlah PNS berdasarkan Tingkat Pendidikan D.I sebanyak

12 orang, Jumlah PNS berdasarkan Tingkat Pendidikan D.II sebanyak 77 orang,

Jumlah PNS berdasarkan Tingkat Pendidikan D.III sebanyak 269 orang, Jumlah

PNS berdasarkan Tingkat Pendidikan D.IV sebanyak 20 orang, Jumlah PNS

berdasarkan Tingkat Pendidikan S.1 sebanyak 1568 orang, Jumlah PNS

berdasarkan Tingkat Pendidikan S.2 sebanyak 137 orang, Jumlah PNS

berdasarkan Tingkat Pendidikan S.3 sebanyak 2 orang.

4.1.3 Gambaran Umum BAWASLU Kabupaten Kolaka Timur

Mungkin perspektif utama dalam mempertahankan nonpartisanship Pejabat

Birokrasi adalah bagian dari manajemen. Diperlukan suatu kerangka administrasi

yang berhasil untuk terus menjamin bahwa para pegawai Aparatur Sipil Negara

dalam menyelesaikan kewajibannya untuk banyak mengikuti undang-undang dan

pedoman yang diidentifikasi dengan ASN non-partisan, untuk membuat

organisasi yang ahli dan bertanggung jawab. Membahas hal yang berkenaan

dengan peran dari para pihak yang bersinggungan dengan penyelenggaraan

Pilkada, tentu tidak bisa terlepas dari peran lembaga-lembaga yang memang

secara langsung telah ditunjuk oleh pemerintah melalui regulasi dan atuan sebagai

lembaga penyelenggara Pilkada

53
Berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahun 2014 pada pasal 27 pemerintah

membentuk suatu lembaga nonstrukturan yang bersifat independen yang

kemudian disebut dengan KASN (komisi aparatur sipil Negara). Sebagaimana

yang tertulis pada Pasal 30 Undang-Undang tersebut, KASN memiliki tugas yang

berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan nilai dasar, kode prilaku dank ode etik,

serta penerapan terlaksananya sistem merit dalam suatu kebijakan dan manajemen

Aparatur Sipil Negara pada suatu instansi Pemerintahan yang ada di Indonesia.

Adapun tugas dari KASN, merujuk pada Pasal 31 Undang-Undang Aparatur Sipil

Negara, yaitu untuk menjaga penerapan netralitas pegawai ASN yang ada

diseluruh Indonesia baik itu di tingkat pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah, melakukan pengawasan dan pembinaan serhadap profesi dari Aparatur

Sipil Negara, kemudian melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Presiden.

Sebagai Aparatur Sipil Negara dalam menjalankan tugasnya, KASN dapat

menerima laporan terhadap adanya pelanggaran netralitas ASN, menelusuri

pengaduan data dan informasi yang berdasarkan dari prakarsa sendiri terhadap

adanya dugaan pelanggaran netralitas yang dilakukan ASN, dan melakukan

upaya-upaya yang bertujuan untuk mencegah pelanggaran terhadap netralitas

Aparatur Sipil Negara.

Berdasarkan kewenangan yang telah ditetapkan tersebut, maka sejak tahun

2015 KASN telah menciptakan suatu sistem pengawasan, yang khusus,

pengawasan yang khusus ini bersifat represif. Sistem ini merupakan upaya yang

dilakukan untuk menindak lanjuri dan mendapatkan adanya pengaduan yang

berasal dari lembaga pemerintah, masyarakt, ataupun LSM dan ASN dan dari

54
pihak-pihak untuk adanya kasus pelanggaran yang terjadi terhadap netralitas

ASN.

Sejauh ini KASN melakukan kerjasama dengan pihak Badan Pengawas

Pemilu. Bentuk dari kerjasama yang dilakukan oleh Bawaslu dan KASN

dilaksanakan mulai dari melakukan sosialisasi, sampai dengan menyampaikan

data yang berasal dari hasil temuan yang telah dilakukan oleh Bawaslu

selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh pihak dari KASN terkait dengan

pelanggaran netralitas aparatur sipil negara. Berhubungan dengan fungsi yang

dimiliki, maka peran KASN sebagai lembaga yang mengawasi dalam hal

penerapan prilaku dan Kode etik sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 5

Undang-Undang Aparatur Sipil Negara dimana pada tujuannya untuk menjaga

martabat dan kehormatan dari Aparatur Sipil Negara.

Dengan fungsi yang dimili sebagai untuk melaksanakan sistem merit

merupakan fungsi lain yang dimiliki oleh KASN yang juga harus dilaksanakan

adalah upaya agar terlaksananya manajemen aparatur sipil Negara dan kebijakan

yang berdasarkan pada kompetensi dan kualifikasi, dan kinerja secara adil serta

wajar dengan tidak membedakan latar belakang politik, ras, agama, warna kulit,

asal usul, status pernikahan, jenis kelamin, umur, atau kondisi kecacatan. KASN

memiliki wewenang sebagai berikut:

a) Memperhatikan tahapan demi tahapan dari proses pengisian Jabatan

Pimpinan Tinggi mulai dari pembentukan panitia seleksi instansi,

pengumuman lowongan serta pelaksanaan seleksi, kemudian pengusulan

55
nama calon, penetapan calon, sampai dengan pelantikan Pejabat Pimpinan

Tinggi;

b) Melakukan evaluasi atas pengawasan dari kegiatan penerapan hal di atas,

pengawasan terhadap nilai dasar serta kode etik maupun kode perilaku

Pegawai ASN dilingkungannya;

c) Meminta informasi dan laporan yang berasal dari pegawai Aparatur Sipil

Negara dan juga dari masyarakat yang berkaitan dengan laporan pelanggaran

dari norma-norma dasar, kode etik serta kode perilaku Pegawai ASN;

d) Melakukan pemeriksaan arsip atau dokumen yang memiliki hubungan dengan

pelanggaran atas norma dasar, kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN;

dan

e) Permohonan arsip dan penjelasan yang diperlukan dari Instansi Pemerintah

untuk melihat investigasi pelanggaran standar penting seperti kode etik dan

seperangkat aturan yang diterima Pegawai ASN

Secara khusus kewenangan dari KASN dalam mengawasi dan juga

melakukan evaluasi untuk penerapan hal di atas, Kelebihan penting dari kode

moral ASN dan seperangkat aturan yang diterima juga sesuai dengan ahli saat ini

dalam memilih apakah ada pelanggaran kode moral dan aturan implisit

perwakilan ASN. Usulan beban persetujuan yang disampaikan KASN kepada

Aparatur Sipil Negara dan pejabat yang berwenang harus segera ditindaklanjuti.

Dalam hal usulan KASN tidak segera ditindaklanjuti, KASN akan menetapkan

kepada Presiden untuk memberikan sanksi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian

dan kewenangan yang telah disetujui.

56
Selain KASN sebagai lembaga nonstruktural yang bebas dari intervensi

politik sebagaimana disebutkan pada Undang-Undang nomor 5 tahun 2014

tentang Aparatur Sipil Negara. Lembaga lain yang memiliki tugas dalam

mengawasi netralitas ASN selama pilkada adalah Badan Pengawas Pemilu atau

disingkat dengan BAWASLU. Sama dengan KASN bawaslu juga memiliki sifat

yang independen dengan tugas yang berfokus terhadap pelaksanaan pilkada secara

keseluruhan. Di atur dalam Bab IV Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011

Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum bawaslu Bekerja sama dan saling

berkordinasi dengan pemerintah daerah KASN dalam melakukan upaya-upaya

pencegahan terjadinya pelanggaran netralitas yang dilakukan oleh ASN dalam

pilkada.

Saling terkaitnya Bawaslu, KASN dan PPK daerah untuk terwujudnya netralitas,

selain itu dalam hal penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran netralitas.

Sebagaimana yang sudah ditetapkan maka kemudian bawaslu akan melakukan

pengawasan Pilkada dan akan membuka laporan maupun mendapati temuan-

temuan terkait pelanggaran netralitas yang dilakukan oleh ASN

57
4.2 Netralitas Birokrasi Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah

Di Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2020

Salah satu ranah hukum yang ada di Indonesia adalah hukum kepegawaian

yang mengatur mengenai pegawai itu sendiri, termasuk di dalamnya terkait

dengan netralitas. Pelaksanaan netralitas ini diharapkan menjadikan seseorang

yang profesional dalam menjalankan tugas dan kedudukannya, pegawai harus

melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketuntuan undang-undang agar tidak

mendekatkan diri dari pengaruh partai politik dan diperlukan Pegawai Negeri

merupakan unsur aparatur sipil negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat

yang menyelenggarakan secara adil dan merata.

Pelanggaran terhadap netralitas ASN dalam tahapan Pilkada di Indonesia

sudah lama dan sering terjadi, apalagi dalam pilkada serentak. Disisi lain, mereka

paham dan tahu ada peraturan tegas yang mengharuskan ASN netral dan tidak

boleh berpihak pada salah satu pasangan calon Pilkada. Karena appabila mereka

terbukti melanggar peraturan-peraturan tersebut akan dikenakan sanksi sesuai

dengan jenis pelanggaran yang mereka lakukan.

Dalam hal etika terhadap diri sendiri ASN wajib menghindari konflik

kepentingan pribadi, kelompok ataupun golongan, maka ASN dilarang

melakukan perbuatan yang mengarah pada keberpihakan salah satu calon atau

perbuatan yang mengindikasikan terlibat dalam politik praktis dengan partai

lainnya seperti yang telah dikemukakan oleh Nuraida Mokhsen tentang perilaku-

perilaku ASN yang sering terjadi dalam penyelengaraan pemilu :

58
1) Mendeklarasikan Diri Untuk Menjadi Peserta Pilkada Dan Melakukan

Pendekatan Terhadap Partai Politik

2) Mengajak Atau Mengarahkan Masyarakat Untuk Memilih Pasangan Calon

Tertentu

3) Kampanye dan sosialisasi lewat media social

4) Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan kepada salah

satu peserta Pilkada

5) Membuat keputusan dan tindakan yang menguntungkan atau merugikan

salah satu paslon selama masa kampanye

Adapun kaitannya dengan sikap Aparatur Sipil Negara pada pelaksanaan

Pemilihan kepala daerah Kabupaten Kolaka Timur, diperoleh dari hasil penelitian

bahwa tim sukses yang nama-namanya dikirim ke Komisi Pemilihan Umum

Daerah (KPUD) dibentuk tanpa melibatkan ASN, tetapi akibat kepanjangan

tangan yang ditimbulkan oleh Tim Sukseslah kemudian menimbulkan keterlibatan

ASN mulai dari kelompok dinas, kecamatan dan juga desa. Dan sudah terlihat

jelas secara tidak langsung melibatkan anggota ASN pada akhirnya. Akan tetapi

tidak semua dinas dapat dilibatkan dalam dalam tim sukses, namun hanya dinas-

dinas tertentu saja yang memang mendukung kepada calon Bupati/wakil Bupati

tertentu, begitupun juga ASN di dinas-dinas yang ada di Kabupaten.

1) Mendeklarasikan Diri Untuk Menjadi Peserta Pilkada Dan Melakukan

Pendekatan Terhadap Partai Politik

Berdasarkan dari Pasal 2 Huruf F Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2014

Tentang Aparatur Sipil Negara, bahwasanya setiap Aparatur Sipil Negara tidak

59
boleh berpihak dari segala bentuk pengaruh apapun dan tidak memihak kepada

kepentingan siapapun. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun

2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps Dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (PNS).

ASN tidak boleh melakukan segala bentuk perbuatan yang akan mengindikasi

adanya keterlibatan diri dalam suatu kegiatan politik praktis dan berafiliasi pada

organisasi atau partai politik manapun. Salah satu poin dari pelanggaran yang

sudah dijelaskan dari Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 adalah ASN

dilarang mendeklarasikan diri sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala

daerah.

Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 44 Peraturan Pemerintah

Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan untuk

memberikan pedoman bagi Instansi Pemerintah, pejabat, dan Pegawai Negeri

Sipil (PNS) yang berkepentingan dalam melaksanakan Disiplin PNS, maka telah

ditetapkan Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 6 Tahun 2022 tentang

Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang

Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Sebagaimana yang sudah di tetapkan melalui undang-undang ASN yang

mengatur bahwasanya bagi ASN yang yang akan maju dalam pilkada untuk

mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah harus

mengundurkan diri. Hal ini tertulis dalam pasal 119 dan pasal 123 menyatakan

bahwa Pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama

yang akan mencalonkan diri menjadi Gubernur/Wakil Gubernur, Walikota/Wakil

60
Walikota, Bupati dan Wakil Bupati wajib menyatakan pengunduran diri secara

tertulis dari ASN sejak mendaftar sebagai calon kepala daerah.

Berikut wawancara dengan Ibu Rusniyati Nur Rakibe pada hari Senin

tanggal 30 Mei 2022, selaku Ketua BAWASLU Kabupaten Kolaka Timur Tahun

2020, dalam kesempatan wawancara ini beliau mengatakan :

“Dari laporan Gunawan dan Sulkifli bahwasanya Pada hari senin tanggal 16
September 2019 Bapak inisial SBM bersama Ibu AM melakukan deklarasi
sekaligus pendaftaran di salah satu partai politik di Desa Poni-Poniki Kecamatan
Tirawuta Kabupayen Kolaka Timur Prov. Sulawesi Tenggara. Bapak adalah
seorang ASN yang tentunya bertentangan dengan PP No. 42 Tahun 2004.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa salah satu ASN

telah mendeklarasikan dirinya untuk maju sebagai calon kepala daerah walaupun

masih berstatus ASN, ibu Rusniyati pun mengatakan hal semacam ini dari tahun

ke tahun sering terjadi, ini menunjukkan kurangnmya pemahaman ASN tentang

aturan yang berlaku, dan hal semacam ini pun sudah dianggap biasa di tengah-

tengah masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa kejadian tersebut tidak sejalan dengan apa yang

dikemukakan oleh Max Weber tentang tipe ideal birokrasi yaitu tentang hierarki

wewenang sebagaimana hierarki wewenang adalah tentang pengawasan, dimana

Struktur yang di bawah diawasi oleh yang lebih tinggi dan yang lebih tinggi

berwenang mengawasi yang di bawahnya. Pengawasan merupakan salah bentuk

upaya untuk mencegah terjadinya pelanggaran Netralitas.

2) Mengajak Atau Mengarahkan Masyarakat Untuk Memilih Pasangan

Calon Tertentu

61
Pelanggaran jenis ini umumnya dilakukan secara diam-diam dan sembunyi

sembunyi oleh ASN, oleh sebab itu untuk mengetahui informasi lebih detail maka

peneliti melakukan wawancara terhadap 3 masyarakat, pada kesempatan

wawancara yang dikukan peneliti terhadap 3 orang masyarakat, dalam wawancara

ini pula masyarakat tersebut mengkonfirmasi adanya arahan yang dilakukan oleh

sejumlah oknum ASN agar melakukan pendekatan kepada warga untuk

mendukung calon kepala daerah tertentu dengan iming-iming jatah bantuan

UMKM, namun mereka menganggap hal ini sudah biasa dilakukan oleh pasangan

calon, tidak hanya satu pasangan calon, namun keseluruhan, adanya kerja sama

antara tim pemenangan dengan ASN yang ada diwilayah tersebut.

Untuk bisa lebih memastikan kebenaran yang kongkrit maka peneliti tidak

hanya mewawancarai anggota ASN saja, melainkan peneliti juga melakukan

wawancara terhadap masyarakat. Warga yang bernama Hj. Herna tersebut

mengatakan :

“iya ada kami di ajak sama orang buat milih, ktp sama kk kami diminta katanya
untuk masukan umkm, memang keluar kami ada 6 orang, katanya kan memang
tidak boleh pns itu ngajak-ngajak warga buat milih, tapi kalau kami untung dan ini
tidak mengganggu kami malah kasih kemudahan ya buat apa kami lapor, kecuali
tadi kami dipersulit atau merugikan kami ya itu barulah mungkin kami lagipun
kalau kami lapor takutnya karena kami lapor malah kami jadi dipersulit, jadi
yasudah lah biarkan aja”.
Selain penerima bantuan UMKM, peneliti juga melakukan wawancara

terhadap warga penerima bantuan PKH pada tanggal 30 Mei 2020, warga yang

bernama Warna mengungkapkan:

62
“orang di Kantor Desa tidak suru kami pilih nomor 01 langsung , mereka bilang
kalau bantuan PKH ini program dari 01, jadi kalau masih mau nerima PKH lagi
doain lah biar 01 bisa menang lagi, kami tau lah maksudnya bagaimana”.
Dari hasil wawancara yang didapatkan oleh peneliti maka dapat

disimpulkan bahwa adanya keterlibatan beberapa ASN yang melakukan ajakan

terhadap warga masyarakat untuk memberikan hak suaranya pada pasangan calon

nomor urut 01 saat pilkada tahun 2020.

3) Kampanye dan sosialisasi lewat media social

Maksud dari netralitas adalah bebas dari pengaruh partai politik.

Sebagaimana yang sudah tertera pada Pasal 2 huruf F Undang-undang Nomor 5

Tahun 2014 tentang ASN menyebutkan bahwa dalam penyelenggaraan kebijakan

dan manajemen Aparatur Sipil Negara yang berdasarkan pada netralitas. Dari

beberapa jenis larangan sebagaimana yang tertulis dalam pasal tersebut salah satu

diantaranya adalah larangan kampanye dan sosialisasi lewat media social.

Berikut wawancara dengan Ibu Rusniyati Nur Rakibe pada hari Senin

tanggal 30 Mei 2022, selaku Ketua BAWASLU Kabupaten Kolaka Timur Tahun

2020, dalam kesempatan wawancara ini beliau mengatakan :

“Dari laporan Nono Sidupa dan Tamsil bahwasanya Pada tanggal 6 November
2020 melalui akun Facebook Nono Sidupa dia melihat postingan foto yang dia
duga adalah seorang ASN bernama inisial BE yang saat ini menjabat sebagai
sekretaris Dinas Dikmudora Kabupaten Kolaka Timur berlatar belakang
gambar/baliho yang bertuliskan nama salah satu Calon Bupati dan Wakil Bupati
Kolaka Timur Tahun 2020 dengan status petahana dan ditambah lagi ada tulisan
yang bertuliskan lanjutkan.”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwasannya sekretaris

Dinas Dikmudora Kabupaten Kolaka Timur bahwa yang terlibat dalam

63
pelanggaran Netralitas tidak hnya saudara bobi saja melainkan masih ada delapan

anggota lain lagi yang melakukan pelanggaran. idealnya pejabat birokrasi dapat

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan melakukan pelayanan secara

adil dan menyeluruh, tanpa dibeda-bedakan ataupun berpihak dan membantu

mensukseskan salah satu calon tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa kejadian tersebut tidak sejalan dengan apa yang

dikemukakan oleh Max Weber tentang tipe ideal birokrasi yaitu ketentuan-

ketentuan yang berlaku sama di seluruh organisasi sebagaimana ketentuan-

ketentuan yang berlaku sama di seluruh organisasi adalah tentang aturan-aturan

atau larangan-larangan, dimana adanya peraturan yang harus ditaati oleh anggota

organisasi tanpa pengecualian, agar terhindar dari pelanggaran Netralitas.

Peraturan-peraturan merupakan salah bentuk upaya untuk mencegah terjadinya

pelanggaran Netralitas.

Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 44 Peraturan Pemerintah

Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan untuk

memberikan pedoman bagi Instansi Pemerintah, pejabat, dan Pegawai Negeri

Sipil (PNS) yang berkepentingan dalam melaksanakan Disiplin PNS, maka telah

ditetapkan Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 6 Tahun 2022 tentang

Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang

Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Maka berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2004 Tentang

Pembinaan Jiwa Korp Dan Kode Etik PNS maka ASN harus mentaati 7 poin yang

64
sudah di tetapkan, dalam kasus telah terbukti melakukan pelanggaran. Melalui

foto tersebut tentu sangat menunjukan ketidak netralan ASN dengan melibatkan

diri pada kegiatan calon bupati. Oleh sebab itu melalui surat keputusan yang

dikeluarkan oleh KASN menjatuhkan hukuman berupa hukuman disiplin ringan.

4) Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan kepada

salah satu peserta Pilkada

Mengadakan kampanye atau kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan

terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum selama dan

sesuadah mengadakan kegiatan serta hukuman yang mengarah kepada

keberpihakan salah satu peserta pilkada.

Berikut wawancara dengan Ibu Rusniyati Nur Rakibe pada hari Senin

tanggal 30 Mei 2022, selaku Ketua BAWASLU Kabupaten Kolaka Timur Tahun

2020, dalam kesempatan wawancara ini beliau mengatakan :

“Dari laporan Nyoman Suriarta, S.Pd, dan Pradiba, S.Pd bahwasanya Pada hari
Sabtu, 29 Agustus 2020 sekitar pukul 09.30 Wita bertempat dirumah Ibu
Rahmatang, S.Pd dan Marhama, S.Pd (Guru SDN 1 Roko-Roko) yang beralamat
di Desa Tawainalu dan Desa Matabondu Kec. Tirawuta Kab.Kolaka Timur Prov.
Sultra. inisial N (Kepala Sekolah SDN 1 Roko-Roko) mengarahkan GBPNS
(Guru bukan pegawai negeri sipil) untuk ikut serta deklarasi Balon (Bakal Calon)
bersatu dilapangan Sepak Bola Latamoro.”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwasannya Seorang

ASN atas nama inisial UJS yang menjabat sebagai Staf Kemenag Kabupaten

Kolaka Timur telah terbukti melakukan pelanggaran, Tentu hal ini merupakan

yang tidak boleh dilakukan seorang ASN. idealnya pejabat birokrasi dapat

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan melakukan pelayanan secara

65
adil dan menyeluruh, tanpa dibeda-bedakan ataupun berpihak dan membantu

mensukseskan salah satu calon tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa kejadian tersebut tidak sejalan dengan apa yang

dikemukakan oleh Max Weber tentang tipe ideal birokrasi yaitu impersonal

sebagaimana impersonal adalah menjaga keputusannya agar tetap objektif dan

Netral berdasarkan fakta secara objektif. Administrator harus dapat

mengesampingkan penilaian subjektif dalam mengambiil keputusan. Dan yang

paling penting adaalah kesadaran seorang ASN itu sendiri untuk menjaga dirinya

agar tidak terlibat dalam pelanggaran Netralitas.

Maka berdasarkan PP No. 4 Tahun 2004 Tentang Pembinaan Jiwa Korp

Dan Kode Etik PNS maka ASN harus mentaati 7 poin yang sudah di tetapkan.

dalam kasus ini juga telah terbukti melakukan pelanggaran pada Pasal 2 huruf f

UndangUndang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. dimana poin

tersebut menegaskan bahwa ASN di larang melakukan dan atau Mengadakan

kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan kepada salah satu peserta Pilkada.

Melalui Postingan tersebut tentu sangat menunjukan ketidak netralan ASN dengan

melibatkan diri pada kegiatan Pilkada.

5) Membuat keputusan dan tindakan yang menguntungkan atau

merugikan salah satu paslon selama masa kampanye

Secara individual, seorang ASN adalah Warga Negara Indonesia yang

memiliki hak dalam kebebasan berserikat dan berkumpul, juga bahwa bebas untuk

memilih dan mempunyai keyakinan politiknya. Namun di sisi lain, seorang ASN

66
juga terikat dengan kode etik dan kode perilaku ASN. Hal ini menjadi kondisi

dilematis bagi seorang ASN, dimana antara hak pribadi dan kewajiban untuk

menjaga netralitas saling berseberangan.

ASN dituntut untuk selalu netral dalam berpolitik. Setiap pegawai ASN

tidak boleh berpihak dari segala bentuk pengaruh manapun dan tidak memihak

kepada kepentingan siapa pun. ASN dilarang terlibat dalam kegiatan kampanye

untuk mendukung calon Kepala Daerah.

Berikut wawancara dengan Ibu Rusniyati Nur Rakibe pada hari Senin

tanggal 30 Mei 2022, selaku Ketua BAWASLU Kabupaten Kolaka Timur Tahun

2020, dalam kesempatan wawancara ini beliau mengatakan :

“Dari laporan Fatmawati, S.Pd, Daima, Nasir, Mirnawati, Achmad Tatar L, ST


bahwasanya Pada hari Rabu tanggal 3 Juni 2020 sekitar Pukul 13.30 Wita
bertempat di rumah Ibu Daima serta 12 warga penerima Bantuan Sosial Prov.
Sulawesi Tenggara yang beralamat di Desa Loka Kec. Tirawuta Kab. Kolaka
Timur, pada saat penyerahan paket Bantuan sembako Dinas Sosial Prov. Sulawesi
Tenggara inisial HMA (Kadis BPBD) dan HU (Kadis Perizinan) Kolaka Timur
diduga mengarahkan Warga penerima Paket Bantuan Sosial Covid 19 Desa Loka
Kec. Tirawuta Kab. Kolaka Timur untuk memilih Bakal Calon Bupati Kolaka
Timur Tahun 2020 Bapak Drs. Tony Herbiansyah padahal paket bantuan tersebut
berasal dari Dinas Sosial Prov. Sulawesi Tenggara yang akan disalurkan kepada
warga penerima bantuan.
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwasannya Seorang ASN

atas nama inisial HMA yang menjabat sebagai Kadis BPBD Pemda Kolaka Timur

telah terbukti melakukan pelanggaran, Tentu hal ini merupakan yang tidak boleh

dilakukan seorang ASN. idealnya pejabat birokrasi dapat melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya dengan melakukan pelayanan secara adil dan menyeluruh,

67
tanpa dibeda-bedakan ataupun berpihak dan membantu mensukseskan salah satu

calon tertentu.

Adapun Asas-asas pemilihan umum sebagai berikut :

1) Langsung

Langsung berarti rakyat (pemilih) mempunyai hak untuk secara langsung

memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.

Berikut wawancara dengan Ibu Hj. Murtini Balaka selaku Kepala Badan

BKPSDM Kabupaten Kolaka Timur, mengatakan :

“Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "Luber" yang merupakan singkatan


dari "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Asal "Luber" sudah ada sejak zaman
Orde Baru. Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara
langsung dan tidak boleh diwakilkan.”
2) Umum
Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang

sudah memiliki hak menggunakan suara.

Menurut Hendra Haris Kabid Pengembangan, Penilaian Kinerja Aparatur,

Mutasi, Promosi Dan Penghargaan BKPSDM Kabupaten Kolaka Timur

mengatakan :

“Umum berarti pada dasarnya semua warganegara yang memenuhi persyaratan


minimal dalam usia , yaitu sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah/pernah
kawin berhak ikut memilih dalam pemilihan umum. Warganegara yang sudah
berumur 21 (dua puluh satu) tahun berhak di-pilih.Jadi, pemilihan yang bersifat
umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi
semua warga negara yang telah memenuhi persyaratan tertentu tanpa diskriminasi
(pengecualian) berdasar acuan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,
kedaerahan, dan status sosial.”

68
3) Bebas

Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan

dari pihak manapun.

Berikut wawancara dengan Bapak La Golonga selaku Koordinator Hukum,

penindakan penyelenggaran dan penyelesaian sengketa Badan Pengawas

Pemilihan Umum Kabupaten Kolaka Timur mengatakan :

“Bebas berarti setiap warganegara yang berhak memilih bebas menentukan


pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Di dalam melaksanakan
haknya, setiap warganegara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai
dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya.”
4) Rahasia

Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya

diketahui oleh si pemilih itu sendiri.

Menurut hasil wawancara dengan Abang Saputra selaku Koordinator Divisi

Pengawasan dan Hubugan antar Lembaga Badan Pengawas Pemilihan Umum

Kabupaten Kolaka Timur menyatakan :

“Rahasia berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pemilihnya


tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan papun. Pemilih
memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang
lain kepada suaranya diberikan. Asas rahasia ini tidak berlaku lagi bagi pemilih
yang telah keluar dari tempat pemungutan suara dan secara sukarela bersedia
mengungkapkan pilihannya kepada pihak manapun.”
5) Jujur

Jujur mengandung arti bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai

dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak

69
dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai

yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih.

Berikut wawancara dengan Ibu Rusniyati Nur Rakibe pada hari Senin

tanggal 30 Mei 2022, selaku Ketua BAWASLU Kabupaten Kolaka Timur Tahun

2020, dalam kesempatan wawancara ini beliau mengatakan :

“Jujur berarti dalam menyelenggarakan pemilihan umum; penyelenggaraan/


pelaksana, pemerintah dan partai politik peserta Pemilu, pengawas dan pemantau
Pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung,
harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.”
6) Adil

Adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih,

tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih

tertentu.

Menurut Ismail Tohalima sebagai Analis Kepegawaian Ahli Muda

BKPSDM Kabupaten Kolaka Timur mengatakan :

“Adil berarti dalam menyelenggarakan pemilu, setiap pemilih dan partai politik
peserta Pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak
manapun”
Latar belakang kebijakan netralitas politik ASN adalah bahwa berdasarkan

pengalaman sejarah utamanya pada masa Orde Baru, ASN telah dimanfaatkan

oleh penguasa politik dengan memobilisir untuk mendukung pemenangan

organisasi politik penguasa dalam pemilihan umum. Aparatur Sipil Negara

sebagai ujung tombak terdepan dalam penyelenggaraan Pemilu harus memiliki

kemandirian, kejujuran, keadilan, kepastian hukum, ketertiban, kepentingan


70
umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efisien dan

efketivitas.

Berikut wawancara dengan Bapak La Golonga selaku Koordinator Hukum,

penindakan penyelenggaran dan penyelesaian sengketa Badan Pengawas

Pemilihan Umum Kabupaten Kolaka Timur, mengatakan bentuk pencegahan

tersebut :

“Yang pertama yaitu Memberikan surat himbauan sebelum masuknya tahapan-


tahapan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati terutama tahapan Pra Kampanye
maupun sudah masuk tahapan kampanye pemilihan tahun 2020 kepada Dinas
Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka Timur. 2) Menginstruksikan Panwaslu
Kecamatan untuk melakukan himbauan ke ASN di Kecamatan, Camat, Kepala
desa dan ASN yang ada di Desa/Kelurahan. 3) Melakukan Koordinasi dengan
mitra kerja Bawaslu Kabupaten Kolaka Timur sesuai jajaran masing-masing di
bawahnya 4) Mengintruksikan dan mengingatkan kepada Panwaslu Kecamatan
untuk selalu mengawasi ASN di wilayah masing-masing baik dalam kegiatan
kampanye pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka dan dialog maupun kegiatan
lainya yang berkaitan dengan kegiatan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati,
selain itu agar Bawaslu mengawasi kegiatan ASN di media sosial seperti
Facebook, Whatshap dan media sosial lainya.”
Selain banyaknya peraturan-peraturan yang mengharuskan untuk bersikap

netral pada tahapan pelaksanaan pilkada sebelum, selama dan sesudah kampanye

bentuk pencegahan telah dilakukan oleh Bawaslu Kabupaten Kolaka Timur dalam

pelaksanaan pilkada tahun 2020 telah dilaksanakan bersama Badan Kepegawaian

Dan pengembangan sumber daya Manusia. Terkait dengan Pelanggaran Netralitas

ASN dalam Pelaksanaan Pemilukada tahun 2020 di kabupaten Kolaka Timur.

pencegahan yang dilakukan, Bawaslu Kabupaten Kolaka Timur memberikan

Himbauan dan mengintruksikan dengan jajaran dibawah untuk memberikan

Himbauan kepada ASN sesuai tingkatan sebagai berikut:

71
Table 4. 8

Surat Himbauan Dan Instruksi Bawaslu


No Nomor Surat Perihal Isi Surat

1 009/ Himbauan Maka dengan ini kami Badan Pengawas


SG-07/ Netralitas Pemilihan Umum Kab. Kolaka Timur
PM ASN menghimbau kepada seluruh SKPD
01.02/1 Pemerintah Daerah Kab. Kolaka Timur
/2020 beserta jajarannya, untuk senantiasa
menjaga Netralitas ASN serta
mengeluarkan surat imbauan di instansi
masing-maasing dalam rangka
menghadapi pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Kolaka Timur tahun
2020.

2 016 Permohon Maka dengan ini kami memohon


an kepada Bapak selaku Pembina ASN
/K.SG- penegasan dilingkup Pemda. Kab. Kolaka Timur
keikutserta kiranya menginstruksikan seluruh ASN
07/PM.
an ASN dilingkup Pemda. Kab. Kolaka Timur
01.02/ Kab. untuk mengikuti kegiatan tersebut
Kolaka
VI/202 Timur
dalam
0 kegiatan
sosialisasi
daring
penegakan
Hukum
Netralitas
ASN
dalam
72
penyeleng
garaan
Pilkada
tahun
2020

3 018 Himbauan Maka dengan ini kami Badan Pengawas


/SG- Netralitas Pemilihan Umum Kab. Kolaka Timur
07/PM ASN kembali menghimbau kepada seluruh
01.02/ SKPD Pemerintah Daerah Kab. Kolaka
VI/202 Timur beserta jajarannya, untuk
0 senantiasa menjaga Netralitas ASN
serta mengeluarkan surat imbauan di
instansi masing-maasing dalam rangka
menghadapi pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Kolaka Timur tahun 2020.

4 001 Himbauan Maka dengan ini kami Badan Pengawas


/K/SG- Netralitas Pemilihan Umum Kab. Kolaka Timur
07/PM ASN meminta kepada Bapak selaku Pejabat
01.02/ Pembina Kepegawaian (PPK) dilingkup
X/2019 Pemerintah Daerah Kab. Kolaka Timur
untuk mengeluarkan surat himbauan
terkait Netralitas ASN dilingkup
Pemerintah Daerah Kab. Kolaka Timur,
dalam rangka menghadapi Pemilihan
Kepala Daerah Bupati dan Wakil Bupati
Kab. Kolaka Timur tahun 2020 untuk
senantiasa mentaati ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku

5 002 Himbauan Maka dengan ini kami Badan Pengawas


/K/SG- Netralitas Pemilihan Umum Kab. Kolaka Timur
07/PM ASN meminta kepada Bapak selaku Pejabat
01.02/ Pembina Kepegawaian (PPK) dilingkup
XI/201 Pemerintah Kecamatan, untuk
9 mengeluarkan Surat Himbauan terkait
Netralitas ASN dilingkup Pemerintah
Kecamatan dan tingkat Desa/Kelurahan
dalam rangka menghadapi Pemilihan
Kepala Daerah Bupati dan Wakil
73
Bupati Kab. Kolaka Timur tahun 2020
untuk senantiasa mentaati ketentuan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku

Berdasarkan uraian Tabel diatas tersebut Bawaslu Kabupaten Kolaka Timur

telah melakukan sosialisasi, pengawasan, dan pencegahan terhadap Pelanggaran

Netralitas ASN dalam Pilkada Bupati Kolaka Timur tahun 2020.

Walaupun berbagai bentuk pencegahan terhadap pelanggaran Netralitas

ASN dalam pemilukada Bupati Kolaka Timur Tahun 2020 telah dilakukan, bukan

berarti ASN dilingkungan Pemerihan Kabupaten Kolaka Timur tidak lagi terlibat

dalam kasus tersebut, melainkan tetap masih banyak Oknum ASN di lingkungan

pemerintaha Kabupaten Kolaka Timur yang ditemukan Bawaslu kabupaten

Kolaka Timur ataupun laporan-laporan dari masyarakat yang melanggar

Netralitas.

Adapun dalam pengawasan Netralitas ASN, Bawaslu Kabupaten Kolaka

Timur Mendapat beberapa temuan yang diduga melanggar Netralitas Antara lain

sebagai berikut:

74
Table 4. 9

Daftar ASN tidak Netral yang tersebar di Lingkungan Pemerintah


Kabupaten Kolaka Timur sampai memasuki kampanye

No Nama Instansi/Jabatan Jenis Pelanggaran Hukuman


1 Samsul Bahri Staf Sekretariat Daerah Dari laporan Hukuman
Madjid Kab. Kolaka Timur Gunawan dan disiplin
Sulkifli ringan
bahwasanya Pada
hari senin tanggal
16 September 2019
Bapak inisial SBM
bersama Ibu AM
melakukan
deklarasi sekaligus
pendaftaran di salah
satu partai politik di
Desa Poni-Poniki
Kecamatan
Tirawuta
Kabupayen Kolaka
Timur Prov.
Sulawesi Tenggara.
Bapak adalah
seorang ASN yang
tentunya
bertentangan
dengan PP No. 42
Tahun 2004.

2 Ir. H. Kadis BPBD Pemda Dari laporan Hukuman


M.ANZARUL Kolaka Timur Fatmawati, S.Pd, disiplin
LAH,M.Si Daima, Nasir, sedang
Mirnawati, Achmad berupa
Tatar L, ST penundaan
bahwasanya Pada pangkat
hari Rabu tanggal 3 sampai
Juni 2020 sekitar dengan
Pukul 13.30 Wita dilaksanakan
bertempat di rumah nya
Ibu Daima serta 12 rekomendasi
75
warga penerima oleh KASN
Bantuan Sosial
Prov. Sulawesi
Tenggara yang
beralamat di Desa
Loka Kec. Tirawuta
Kab. Kolaka Timur,
pada saat
penyerahan paket
Bantuan sembako
Dinas Sosial Prov.
Sulawesi Tenggara
Anzarullah (Kadis
BPBD) dan H. Udin
(Kadis Perizinan)
Kolaka Timur
diduga
mengarahkan
Warga penerima
Paket Bantuan
Sosial Covid 19
Desa Loka Kec.
Tirawuta Kab.
Kolaka Timur
untuk memilih
Bakal Calon Bupati
Kolaka Timur
Tahun 2020 Bapak
Drs. Tony
Herbiansyah
padahal paket
bantuan tersebut
berasal dari Dinas
Sosial Prov.
Sulawesi Tenggara
yang akan
disalurkan kepada
warga penerima
bantuan.
3 Nurianti, S.Pd Kepala Sekolah SDN 1 Dari laporan Hukuman
Roko-Roko Kecamatan Nyoman Suriarta, disiplin
Tirawuta Kab.Kolaka S.Pd, dan Pradiba, sedang
Timur S.Pd bahwasanya

76
Pada hari Sabtu, 29
Agustus 2020
sekitar pukul 09.30
Wita bertempat
dirumah Ibu
Rahmatang, S.Pd
dan Marhama, S.Pd
(Guru SDN 1
Roko-Roko) yang
beralamat di Desa
Tawainalu dan
Desa Matabondu
Kec. Tirawuta
Kab.Kolaka Timur
Prov. Sultra.
Nurianti (Kepala
Sekolah SDN 1
Roko-Roko)
mengarahkan
GBPNS (Guru
bukan pegawai
negeri sipil) untuk
ikut serta deklarasi
Balon (Bakal
Calon) bersatu
dilapangan Sepak
Bola Latamoro.
4 Bobby Egi Sekdis Dikmudora Dari laporan Nono Hukuman
Suwirno, S.Pd., Kolaka Timur Sidupa dan Tamsil disiplin
M.Si bahwasanya Pada sedang
tanggal 6 berupa
November 2020 penundaan
melalui akun kenaikan
Facebook Nono pangkat
Sidupa saya melihat sampai
postingan foto yang dengan
saya duga adalah dilaksanakan
seorang ASN nya
bernama Bobby rekomendari
yang saat ini dari KASN.
menjabat sebagai
sekretaris Dinas
Dikmudora

77
Kabupaten Kolaka
Timur berlatar
belakang
gambar/baliho yang
bertuliskan nama
salah satu Calon
Bupati dan Wakil
Bupati Kolaka
Timur Tahun 2020
dengan status
petahana dan
ditambah lagi ada
tulisan yang saya
duga bertuliskan
lanjutkan.
5 Umar Jabar Pegawai Kementerian Dari laporan Risko Hukuman
Sidiq Agama Kab.Kolaka Laha dan Taufik disiplin
Timur Sungkono sedang
bahwasanya Pada berupa
tanggal 20 penundaan
november 2020 pangkat
saya melihat sampai
postingamfacebook dengan
seorang yang saat dilaksanakan
ini aktif sebagai nya
ASN Kemenag rekomendasi
Kab. Koltim atas oleh KASN
nama Umar jabar
Sdiq menandai
akun lainnya atas
nama Pandi dengan
status "Dinda ada
baju SBM? siapa
tau ada kita
infokan, Terimah
kasih"
6 Drs. H.Udin, Kadis Perizinan Pemda Dari laporan Nur Hukuman
M.Si Kolaka Timur Ismawati dan Santi disiplin
bahwasanya Dari sedang
laporan Fatmawati, berupa
S.Pd, Daima, Nasir, penundaan
Mirnawati, Achmad pangkat
Tatar L, ST sampai
78
bahwasanya Pada dengan
hari Rabu tanggal 3 dilaksanakan
Juni 2020 sekitar nya
Pukul 13.30 Wita rekomendasi
bertempat di rumah oleh KASN
Ibu Daima serta 12
warga penerima
Bantuan Sosial
Prov. Sulawesi
Tenggara yang
beralamat di Desa
Loka Kec. Tirawuta
Kab. Kolaka Timur,
pada saat
penyerahan paket
Bantuan sembako
Dinas Sosial Prov.
Sulawesi Tenggara
Anzarullah (Kadis
BPBD) dan H. Udin
(Kadis Perizinan)
Kolaka Timur
diduga
mengarahkan
Warga penerima
Paket Bantuan
Sosial Covid 19
Desa Loka Kec.
Tirawuta Kab.
Kolaka Timur
untuk memilih
Bakal Calon Bupati
Kolaka Timur
Tahun 2020 Bapak
Drs. Tony
Herbiansyah
padahal paket
bantuan tersebut
berasal dari Dinas
Sosial Prov.
Sulawesi Tenggara
yang akan
disalurkan kepada
warga penerima
79
bantuan.
7 H. Kadis PU Prov.Sultra Dari laporan Taufik Bukan
Abdurrahman Sungkono dan pelanggaran
Saleh Risko Laha
bahwasanya Bahwa
pada saat
pelaksanaan
kampanye Calon
Bupati dan Wakil
Bupati Kolaka
Timur Nomor Urut
02 tepatnya tanggal
6 November 2020
di kelurahan Raara
Kec. Ladongi
Kab.Koltim ketua
DPRD Prov. Sultra
H. Abdurrahman
Saleh diduga
menelpon Kadis PU
Prov. Sultra dalam
perbincangan Via
telpon kalau bisa
2021 kita aspal
jalan Rate-Rate –
Lambandia
8 Supli Kepala Desa Watuoha Dari laporan adam Hukuman
bahwasanya pada disiplin
hari senin 13 juli sedang
2020 pada saat dia
ingin ke pasar dia
mendengar
pembicaraan kepala
desa watu oha
bersama perangkat
desa membicarakan
tentang bagaimana
cara untuk
memenangkan
incumbent yang
akan maju menjadi
calon kepala daerah
Kabupaten Kolaka

80
Timur

Berdasarkan Tabel diatas dari 7 (Tujuh) Oknom ASN yang telah diperiksa

oleh Bawaslu Kabupaten Kolaka Timur semuanya adalah pegawai ASN yang ada

di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Kolaka Timur, 5 (Lima) Orang ASN

direkomendasikan ke KASN untuk ditindak lanjuti dan 2 (Dua) yang lainnya

hanya terbukti melakukan pelanggaran Administrasi.

Berdasarkan uraian di atas menurut penulis yang Melatar belakangi

terjadinya pelanggaran Netralitas ASN di Kabupaten Kolaka Timur adalah

kurangnya Pemahaman, dan juga Kurangnya kesadaran diri Aparatur Sipil Negara

tentang tanggung jawab terhadap jabatan yang diamanahkan terlepas dari adanya

kepentingan pribadi bagi ASN untuk mendapatkan kedudukan yang strategis

dalam pemerintahan. Padahal terkait pencegahan Pelanggaran Netralitas ASN

Bawaslu Kabupaten Kolaka Timur telah melakukan Sosialisasi, dan Juga

himbauan, jauh sebelum Pelaksaan Pilkada berlangsung.

81
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pembahasan sebagaimana yang sudah dikemukakan

peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Netralitas Aparatur Sipil Negara pada Pelaksanaan Pemilihan Kepala

Daerah di Kabupaten Kolaka Timur belum cukup baik, terbukti dengan adanya

pelanggaran netralitas yang di lakukan oleh aparatur sipil Negara. Berdasarkan

keputusan Komisi Aparatur Sipil Negara, ada 5 orang ASN Kabupaten Kolaka

Timur yang mendapatkan sanksi sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Selain

daripada 5 orang ASN yang dinyatakan terlebibat fakta lain menunjukan masih

banyaknya kasus pelanggaran yang dilakukan oknum ASN di tengah masyarakat

yang dilakukan dengan cara mempengaruhi warga. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwasanya penyelenggaraan Netralitas ASN pada pemilihan kepala

daerah masih kurang baik. Beberapa pelanggaran yang masih dilakukan oleh ASN

antara lain, yaitu:

1) Mendeklarasikan Diri Untuk Menjadi Peserta Pilkada Dan Melakukan

Pendekatan Terhadap Partai Politik

2) Mengajak Atau Mengarahkan Masyarakat Untuk Memilih Pasangan Calon

Tertentu

3) Kampanye dan sosialisasi lewat media social

82
4) Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan kepada salah

satu peserta Pilkada

5) Membuat keputusan dan tindakan yang menguntungkan atau merugikan

salah satu paslon selama masa kampanye

5.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka Peneliti menyarankan :

Untuk mengurangi atau membatasi kontribusi Aparatur Sipil Negara pada

setiap tahapan pelaksanaan Pilkada, penting untuk memanfaatkan upaya untuk

membingkai administrasi yang tidak memihak dengan pedoman baru melalui

pelepasan hak suara untuk ASN dalam Pilkada. Hal ini dikarenakan ASN yang

masih diberikan kesempatan untuk mencadangkan hak pilihnya, selama ASN

tidak berdaya untuk dipolitisasi dan akan tetap ada dalam pelaksanaan Pilkada di

sebabkan nasib karir ASN mereka ada di tangan kepala daerah, Kemudian

menyarankan Untuk mengurangi ketidak netralan ASN juga dibutuhkan regulasi

yang lebih jelas memberikan hukuman serius berupa pidana kepada ASN yang

masih melanggar aturan netralitas, hal ini juga akan membuat ASN lebih berfikir

dengan matang apabilan ingin melanggar aturan, Kemudian Kepada pihak

bawaslu dan KASN untuk lebih serius memberikan edukasi kepada masyarakat

mengenai betapa pentingnya peduli dan tanggap terhadap pelanggaran yang

dilakukan oleh ASN dalam masa pilkada, memberikan pengetahuan bagaimana

cara melapor dan apa saja yang harus disiapkan, karena masih banyak masyarakat

yang mengaku bingung untuk melaporkan ASN yang terlibat.

83
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Nasution, h, a. (1993). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

R. Abdoel Djamali, 2008, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta, PT Raja


Grafindo Persada, hlm.139.

Santosa, Pandji. 2009. Adimnistrsi Publik: Teori dan Aplikasi Good Goverrnance.
Refika Asitama: Bandung.

JURNAL

Bilatu, R. (2015). NETRALITAS KEPALA DESA DALAM PENYELENGGARAAN


PEMILIHAN BUPATI TAHUN 2015 Oleh : Ramlan Bilatu. 2015(6).

Firnas, M. A. (2016). Politik Dan Birokrasi: Masalah Netralitas Birokrasi Di


Indonesia Era Reformasi. Jurnal Review Politik, 06(01), 160–194.

Mulyaningsih, M. (2021). Analisis Perilaku Birokrasi, Pola Komunikasi Dan


Regulasi Dalam Pelayanan Publik Di Masa Pandemi. 4(2), 103–111.
Https://Doi.Org/10.24905/Igj.V4i2.1945

Prasojo, E., & Kurniawan, T. (2008). Reformasi Birokrasi Dan Good


Governance: Kasus Best Practices Dari Sejumlah Daerah Di Indonesia.
Symposium A Quarterly Journal In Modern Foreign Literatures, 1–15.

Prasojo, E., & Kurniawan, T. (2008). Reformasi Birokrasi Dan Good


Governance: Kasus Best Practices Dari Sejumlah Daerah Di Indonesia.
Symposium A Quarterly Journal In Modern Foreign Literatures, 1–15.

Rani, N., Kafa, R. A., Aron, L., & Larasati, G. (2018). netralitas dalam
manajemen aparatur sipil negara di Provinsi Papua.

Suryanjari, E. (n.d.). Catatan kritis terhadap politisasi birokrasi dalam pemilu.


55–63.

Wardana, D., & Meiwanda, G. (2017). Reformasi Birokrasi Menuju Indonesia


Baru, Bersih Dan Bermartabat. Jurnal Pemerintahan, Politik Dan Birokrasi,
3(1), 331–336.

UNDANG-UNDANG

84
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps Dan
Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri


Sipil

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2004 Tentang Disiplin Pegawai Negeri


Sipil

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2015.

peraturan pemerintah nomor 78 tahun 2012

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 2


Huruf F

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan


Umum

Undang-Undang Aparatur Sipil Negara Pasal 31

Undang-undang nomor 5 tahun 2014 pasal 27

Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Pasal 280 Tentang Pemilihan Umum

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2015.

WEBSITE

www.kolakatimurkab.go.id/

85
LAMPIRAN

86
Lampiran I

PEDOMAN WAWANCARA

NETRALITAS BIROKRASI DALAM PENYELENGGARAAN


PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG
(STUDI KASUS DI KABUPATEN KOLAKA TIMUR TAHUN 2020)

UNTUK KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN


SUMBER DAYA MANUSIA, KETUA BAWASLU, BAGIAN DIVISI
HUKUM, PENANGANAN PELANGGARAN DAN SENGKETA
BAWASLU, BAGIAN DIVSI PENGAWASAN DAN HUBUNGAN ANTAR
LEMBAGA KABUPATEN KOLAKA TIMUR :

1) Bagaimana Asas Seorang Pejabat Birokrasi atau Aparatur Sipil Negara yang
harus ditaati pada periode Pemilihan Kepala Daerah serentak?
2) Apakah dampak yang akan didapatkan bagi ASN yang dikenakan Hukuman
Disiplin Tingkat Sedang atau Berat?
3) Apa hukuman yang diberikan bagi Aparatur Sipil Negara yang melakukan
pelanggaran Netralitas?
4) Bagaimana Nilai Dasar Aparatur Sipil Negara yang harus dijunjung disaat
Pemilihan Kepala Daerah serentak?
5) Bagaimana Kode Etik dan Perilaku Seorang Aparatur Sipil Negara dalam
menghadapi Pemilihan Daerah serentak?
6) Apakah seorang Aparatur Sipil Negara boleh menghadiri kampanye atau
deklarasi politik terhadap calon kepala daerah / wakil kepala daerah / Capres /
Cawapres / Caleg ?
7) Apakah seorang Aparatur Sipil Negara boleh membuat unggahan,
membagikan, menyukai, mengomentari konten pada media sosial yang
bermuatan unsur politik?
8) Apakah seorang Aparatur Sipil Negara boleh membuat simbol / gesture tubuh
yang mengisyaratkan keberpihakan politik?

87
9) Apakah seorang Aparatur Sipil Negara boleh menyediakan fasilitas untuk
kampanye politik?
10) Apakah seorang Aparatur Sipil Negara memiliki hak politik dan boleh
memilih dalam sebuah pesta demokrasi / Pilkada?
11) Apakah seorang Aparatur Sipil Negara boleh menyuarakan pilihan politiknya
kepada publik?
12) Apakah ada temuan ASN yang tidak netral dan tidak mengikuti aturan yang
berlaku dalam penyelenggaraan Pilkada tahun 2020 kemarin?
13) Apa yang menyebabkan atau motif seorang ASN sehingga sering terjadinya
ketidaknetralan dalam penyelenggaraan Pilkada?
14) Bagaimana mekanisme penjatuhan sanksi kepada ASN yang tidak netral?
15) Bagaimana bentuk pencegahan yang dilakukan untuk mengatasi
ketidaknetralan ASN?

UNTUK MASYARAKAT :

1) Apakah Aparatur Sipil Negara terlibat dalam kampanye Pilkada tahun 2020?
2) Dalam menentukan pilihan dalam kegiatan Pilkada apakah anda sering
mendapatkan bantuan dari salah satu paslon?
3) Dalam menentukan hak pilih anda apakah anda pernah dijanjikan uang atau
bantuan semacamnya oleh kepala desa atau pejabat birokrasi lainnya? Kalau
ada bantuan semacam apa?

88
LAMPIRAN II

89
90

Anda mungkin juga menyukai