Anda di halaman 1dari 138

ANALISIS FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DI DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK BINTAN TAHUN 2011

Diajuakan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji

Oleh

HULDY KOTO NIM : 080565201057

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNG PINANG 2012

ANALISIS FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DI DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK BINTAN TAHUN 2011
Tanggung Jawab Yuridis Material pada : HULDY KOTO NIM. 080565201057 Disetujui oleh : Pembimbing Utama Pembimbing Kedua

KUSTIAWAN, M.P.S NIP Y 7510700103

IMAM YUDHI, M.P.A NIPY 7510700104

Disahkan oleh : DEKAN

Dr. RUMZI SAMIN NIP (Y) 751070014

ii

PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMERINTAHAN DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK BINTAN TAHUN 2008-2011
HULDY KOTO NIM. 080565201057
Telah dipertahankan di Tanjungpinang didepan tim penguji Pada tanggal Dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan Susunan Tim Penguji Kustiawan, M.P.S NIPY 7510700103 Imam Yudhi Prastya S.IP., MPA NIPY 7510700104 Afrizal, S. IP., M.Si NIPY 7510700118 Yudhanto S. Adhiputra, S.IP., MA NIPY 7510700101 Bismar Arianto NIPY 7510700105 Ketua

Sekretaris

Penguji Utama

Penguji Kedua

Penguji Prodi

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini : 1. 2. 3. 4. Nama NIM Program Studi Judul Skripsi : HULDY KOTO : 080565201057 : ILMU PEMERINTAHAN : ANALISIS FUNGSI BADAN PERMUSYA TAN DESA (BPD) DI DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK BINTAN TAHUN 2011

Dengan ini menyatakan bahwa : 1. Judul skripsi sebagaimana tersebut diatas bukan merupakan dan tidak menunj ukkan adanya indikasi persamaan judul dan lokasi/tempat penelitian terdahulu. 2. Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan hasil karya ora ng lain (plagiat) 3. Bersedia dilakukan pembatalan hasil ujian dan dikenakan sanksi yang ditetapk an oleh pihak fakultas/universitas apabila ketentuan pada butir 1, 2 diatas tidak dapat dipenuhi. Demikianlah surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya. Tanjungpinang, 27 Juli 2012 Yang Menyatakan

iv

MOTTO

Duduk bersama orang yang beragam adalah sebuah kemulian dunia dan akhirat, dan bermusyawarah dengan orang berakal dan ahli nasehat adalah sebuah berkah, petunjuk dan taufik dari Allah. Jika ia menentukan sebuah solusi, maka janganlah menentangnya, karena hal itu akan mengundang kecelakaan bagimu.(Hadits Iman Khazim a.s.)

Skripsi ini kupersembahkan untuk : Ayahku (Alm) dan Ibuku yang selalu memberikan dorongan agar aku sabar, tabah dan terus berjuang tanpa putus asa, serta sahabat-sahabatku yang selalu memberikan doa serta semangat, terima kasih untuk semuanya semoga kita selalu dalam lindungan ALLAH SWT.

(HULDY KOTO)

ABSTRAK

Otonomi desa merupakan otonomi yang asli, bulat dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari Pemerintah sebaliknya pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tesebut. Berdasarkan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah sebagai bentuk penugasan pemerintah daerah agar dapat melaksanakan pemerintah di desa, desa diberi kesempatan tumbuh dan berkembang mengikuti arah kemajuan dan perkembangan desa itu sendiri dengan langkah yang tepat dan terarah dalam pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tentang Desa. Pada skripsi ini yang berjudul ANALISIS FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DI DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK BINTAN TAHUN 2011. Penelitian ini mengarah pada pengawasan BPD, pengawasan peraturan desa, keputusan kepala desa dan APBDes. sebagai wujud demokrasi di desa dibentuk Badan Permusyawaratan Desa yang berfungsi sebagai badan legislatif. Penelitian ini merupakan penelitian kulitatif dengan menggunakan model deskriptif yang menggambarkan fenomena dilapangan kemudian menganalisa fakta yang ada, data yang digunakan lebih dominan data skunder dilengkapi dengan hasil wawancara dan observasi penelitian ini dilaksanakan dikantor Kepala Desa dan Kantor BPD. Berdasarkan hasil analisa terhadap seluruh sumber dari informan yang dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan penelitian, pada pelaksanaan fungsi BPD dalam menjalankan tugasnya disini peneliti dapat menyimpulkan dari hasil penelitian bahwa kurang optimal dan efektifnya pengawasan BPD Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan. Untuk mengatasi permasalahan dan faktor-faktor penghambat maka perlu dilakukan koordinasi dan meningkatkan bentuk pola kerja sama yang baik antar Pemerintahan Desa dan BPD, sehingga kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Kata kunci : Pengawasan

vi

ABSTRAK

Autonomy is the autonomy of the original village, round and whole and not a gift from the government instead, the government is obliged to respect the autonomy of the original which is owned by the village. Under law No. 32 of 2004 on local government as a form of assignment in order to implement the local government administration in the village, the village was given the opportunity to grow and evolve in the direction of progress and development of the village itself with the proper and effective measure in service, development and empowerment. Base on Government Regulation No. 72 of 2005 on the village, In the thesis, entitled ANALISIS FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DI DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK BINTAN 2011. This study leads to BPD supervision, supervision of village regulation, village leads and APBDes decision. As form of democracy established BPD village that serve as the legislative. This study is a qualitative research using this descriptive method that is drawing the phenomenon of the field and then analyzing the facts, the data predominantly equiqped with a data skunder interviews and observations of this study conducted at the office of village chief and BPD. Base on the analysis of the entire source of the Informant who collected according to the needs of research, the implementation of BPD in the duty fuction here can be concluded from the result of the research studies that are less optimal and effective supervision of the village BPD Buyu Bintan regency Bintan. To overcome the problems and limiting factors, it is necessary to coordinate and improve the shape of the pattern of good coorperation between the government and the BPD village, so that the continuity of development social welfare the community can work out as expeted.

Keyword : Controlling

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena atas limpahan rahmat, karunia dan Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan DESA judul (BPD) ANALISIS DI DESA FUNGSI BINTAN BADAN BUYU

PERMUSYAWARATAN

KECAMATAN TELUK BINTAN TAHUN 2011. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji. Terselesainya skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada : 1. Bapak Prof. DR. H. Maswardi, M. Amin, M.Pd selaku Rektor Universitas Raja Ali Haji (UMRAH) 2. Bapak Dr. Rumzi Samin,M.Si, selaku dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (UMRAH). 3. Bapak Bismar, M.Si, selaku dosen ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan motivasi sejak awal perkuliahan hingga terselesainya skripsi ini. 4. Bapak Kustiawan, M.P.S selaku ketua pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

viii

5. Bapak Imam Yudi, M.P.A selaku wakil pembimbing dan juga yang senan tiasa meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Tak terlupa seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmi Politik (UMRAH), terima kasih untuk ilmunya dan inpirasinya. 7. Untuk kedua Orang tuaku Ayah (Alm) dan ibu ku yang selalu sabar dalam mendididk anak-anaknya serta tiada hentinya memberikan doa, motivasi, saran maupun nasihat kepada penulis, serta untuk saudara-saudaraku, abang, kakak, adik dan keponakan ku yang selalu memberikan motivasi dan kecerian dirumah. 8. Sahabat dan teman-teman baik ku : Zulkarnaen, terima kasih untuk semua waktu dan nasihat-nasihatmu yang telah diberikan, pengalaman dan kenangan yang kita lalui. 9. Teman-teman seperjuangan di FISIP UMRAH angkatan 2005 dan 2006 Zulkarnaen, Dwinoto, Puteri, Luxfhy, Prima, Jenius dan Imam yang selalu saling melengkapi, memberikan pengalaman dan motivasi serta doa kepada penulis.

ix

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun skripsi ini oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Tanjungpinang, 27 Juli 2012 Penulis

HULDY KOTO

DAFTAR ISI

halaman HALAMAN JUDUL ....i LEMBARAN PERSETUJUAN ..ii HALAMAN PENGESAHAN ...iii SURAT PERNYATAAN ..iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..v ABSTRAK .vi ABSTRAK .vii KATA PENGANTAR..viii DAFTAR ISI ...x DAFTAR TABEL ....xiii DAFTAR BAGAN...xiv BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F. Latar Belakang ....1 Perumusan Masalah .9 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .....9 Konsep Teori .....10 Konsep Operasional ...23 Metode Penelitian ..26 1. Jenis Penelitian .....26 2. Lokasi Penelitian ...27 3. Informan ....27 4. Sumber dan Jenis Data ..28 5. Teknik Pengumpulan Data ....29 6. Teknik Analisa Data ..31

BAB II LANDASAN TEORI A. Kerangka Teoritis .34 1. Pemerintahan Desa ....34 2. Badan Permusyawaratan Desa ..40 3. Pengawasan ...45 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Peta Wilayah dan dan Luas Wilayah ...55 1. Kondisi Desa .....55 2. Sejarah Desa Bintan Buyu .....56 3. Visi dan Misi .....56 4. Demografi .....56 B. Kependudukan dan Mata Pencaharian ....57
xi

C. Tingkat Pendidikan .....60 D. Sarana dan Prasaran Desa Bintan Buyu ..62 E. Sistem Pemerintahan ..66 1. Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Unit Kerja Pemerintahan Desa Bintan Buyu...69 2. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Permusyawaratan Desa Bintan Buyu .74

BAB IV ANALISA A. Bagaimana Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pemerintahan Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan ..83 B. Faktor-faktor Penghambat Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pengawasan Kegiatan Pemerintahan Desa Bintan Buyu Keca matan Teluk Bintan ....104

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..106 B. Saran 108 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xii

DAFTAR TABEL halaman TABEL 1. Informan ..29 TABEL 2. Klasifikasi Jumlah Penduduk Per Rukun Warga/Rukun Tetangga di Desa Bintan Buyu.57 TABEL 3. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan pada Mata Pencaharian di Desa Bintan Buyu .................................60 TABEL 4. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan pada Tingkat Pendidikan di Desa Bintan Buyu .................................................................61 TABEL 5. Sarana Olah Raga di Desa Bintan Buyu ..66 TABEL 6. Anggota BPD Desa Bintan Buyu ....76 TABEL 7. Nama-nama Pengurus LPM Desa Bintan Buyu...77 TABEL 8. Nama-nama Pengurus PKK Desa Bintan Buyu ..79 TABEL 9. Nama-nama RW dan RT Desa Bintan Buyu ..81

xiii

DAFTAR BAGAN

halaman BAGAN 1. Pengawasan 45 BAGAN 2. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan ...68

xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintah dan antar pemerintahan desa, potensi dan keanekaragaman desa, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada desa disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi desa dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara Indonesia pada Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, sebagai bentuk penugasan pemerintahan daerah agar dapat melaksanakan Pemerintahan di Desa. Desa diberikan kesempatan tumbuh dan berkembang mengikuti arah kemajuan dan perkembangan desa itu sendiri dengan langkah yang tepat dan terarah dalam pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintahan Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batasbatas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah.1 Berbeda dengan Kelurahan, desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat dirubah statusnya menjadi kelurahan. Agar semua ini dapat dicapai sesuai apa yang diharapkan maka pemerintah melaksanakan sistem pemerintahan dalam bentuk desentralisasi, maksud tujuan tidak lain dan tidak bukan adalah agar mempermudah pelaksanaan tujuan itu sendiri. Maka dibentuklah delegasi mulai dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, kabupaten/kota, hingga sampai kepada level yang paling bawah yaitu pemerintah desa. Pemerintah desa memiliki otonomi desa yang sah dan telah diakui dalam pelaksanaan pelayanan, pemberdayaan, dan pembangunan di desa, maka pemerintah desa juga memerlukan struktur pemerintahan dan struktur lembaga Desa, agar dapat menjalankan sistem pemerintahan desa dengan baik. Pemerintahan desa terdiri dari pemerintah desa dan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD). Pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa. Kepala desa dipilih langsung oleh masyarakat dan kepala desa yang terpilih ditetapkan langsung oleh BPD serta disahkan langsung oleh Bupati. Sedangkan BPD dipilih dari dan oleh penduduk desa bersangkutan. Di dalam pasal 202 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut dijelaskan mengenai keberadaan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang merupakan suatu wujud

Widjaja, HAW, Otonomi Desa, 2003 hlm. 85

demokrasi yaitu suatu peran serta masyarakat di dalam sistem pemerintahan dan pembangunan desa.2 Titik tolak pembangunan yang dilaksanakan ditingkat pedesaan sebaiknya berdasarkan kepemimpinan kepala desa dengan segenap potensi masyarakat yang ada, ini hendaknya digalang secara baik bersama-sama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sehingga keberhasilan pembangunan dapat dinikmati dan dirasakan bersama. Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan ditingkat desa, maka keberadaan BPD selaku legeslatif dalam pemerintahan didesa menyangkut masalah perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dimana BPD merupakan wadah menampung dan menelaah rencana dan kegiatan pelaksanaan secara fisik maupun non fisik yang akan dilaksanakan didalam kelangsungan pemerintah desa tersebut. Dalam konteks dan segi keberhasilan pemerintah desa, maka partisipasi masyarakat desa tersebut yang bersifat aktif sangat diperlukan, karena hal ini merupakan dasar bagi keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan, tanpa partisipasi masyarakat sulit kiranya kegiatan pembangunan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Dengan demikian, partisipasi masyarakat yang menentukan bagi keberhasilan pembangunan khususnya ditingkat pedesaan dan maupun keberadaan sejumlah lembaga yang ada di tingkat desa seperti : Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang merupakan partner Pemerintahan Desa yang berdasarkan kegotongroyongan atas dasar demokrasi yang berdasarkan UUD 1945.
2

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 202 Otonomi Desa

Kalau dilihat dari penjelasan diatas, maka jelas bahwa keberadaan BPD sangat dibutuhkan dalam menyalurkan aspirasi masyarakat demi kemajuan desa. Demikian pula halnya dengan keberadaan BPD di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan, yaitu : Menyangkut tugas keberadaannya dalam hal menampung aspirasi masyarakat Desa Bintan Buyu yang nantinya dapat dilaksanakan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa untuk pembangunan desa. Ini merupakan bentuk pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga nanti dalam pelaksanaan pembangunannya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Sebagai legislatif didesa, fungsi BPD membuat peraturan desa (PERDES), dimana BPD ikut serta merumuskan dan menetapkan peraturan desa yang dijadikan sebagai keputusan desa, yang dijalankan oleh pemerintah desa untuk kepentingan masyarakat desa itu sendiri. Selain itu BPD juga melakukan pengawasan, dimana BPD juga mengawasi jalannya pemerintahan desa. Dimana BPD mengawasi peraturan desa yang dihasilkan dan mengawasi setiap keputusan yang dijalankan oleh Kepala Desa serta mengawasi APBD.3 1. Melakukan Pengawasan Peraturan Desa Sebagai legislatif didesa BPD bertugas membuat peraturan desa (PERDES), dimana BPD ikut serta dalam merumuskan dan menetapkan peraturan desa yang akan di tetapkan dan dijalakan oleh pemerintah desa. Selain itu BPD juga harus melakukan sosialisasi terhadap peraturan desa yang dihasilkan kepada masyarakat, agar mengetahui peraturan desa yang sudah ditetapkan dan dijalankan
3

Ibid, hlm 165

oleh pemerintah desa untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Pengawasan merupakan alat kontrol untuk mengetahui apakah peraturan desa yang dihasilkan sudah terlaksana sesuai dengan tujuan yang diharapkan bersama untuk kemajuan desa. a. Adanya Perumusan Peraturan Desa Adalah adanya peran BPD dalam melakukan perumusan peraturan desa yang di ajukan oleh pemerintahan desa. Peraturan desa diperlukan sebagai pengatur jalannya penyelenggaraan pemerintahan desa, biasanya menjalankan bagaimana tata cara dalam mengatur pengadministrasian, pengelolaan sumber daya alam (SDA), dan untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam pembuatan peraturan desa perumusannya yang di ajukan oleh pemerintah desa maupun BPD, dalam musyawarah yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, RT dan RW. b. Adanya Sosialisasi Peraturan Desa Sosialisasi peraturan desa bertujuan untuk mempercepat otonominasi desa, sosialisasi merupakan tidak lanjut dari rapat kerja nasional tentang pemerintahan desa, Pelaksanaan sosialisasi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan serta meningkatkan optimalisasi pelayanan oleh aparatur

pemerintahan desa dan dapat meperdayakan masyarakat desa. c. Adanya Penerapan Peraturan Desa Setelah adanya rancangan dan perumusan peraturan desa yang telah di usulkan oleh pemerintah desa maupun BPD sebelum disahkan atau diterapkan seharusnya dirapatkan dulu dengan pihak-pihak yang terkait.

2. Pengawasan Terhadap Keputusan Kepala Desa Selain tugas dan fungsi BPD sebagai pengawasan peraturan desa, BPD juga bertugas atau berfungsi dalam mengawasi keputusan kepala desa. Sebagai tugas BPD dalam pengawasan pemerintahan desa. Yang mana dimaksud dengan pengawasan terhadap keputusan kepala desa yakni BPD ikut serta dalam mengawasi perumusan keputusan dan penerapan yang akan di ambil oleh kepala desa, untuk kepentingan desa dan masyarakat desa itu sendiri. a. Adanya Perumusan Keputusan Kepala Desa BPD sebagai pembawa aspirasi masyarakat juga memiliki fungsi sebagai pengawasan peraturan desa dan keputusan kepala desa. Sebagai mitra sekaligus pengawas pemerintahan desa dalam melaksanakan peraturan desa maka koordinasi yang baik antara BPD dengan pemerintah desa sangat diperlukan dalam membangun dan kesejahteraan masyarakat. b. Adanya Peran BPD Dalam Pengawasan Keputusan Kepala Desa. Selain fungsi dan tugas BPD melakukan pengawasan terhadap perumusan keputusan yang akan di ambil oleh kepala desa, BPD memiliki fungsi dan tugasnya dalam melakukan pengawasan terhadap keputusan yang telah dibuat apakah dilaksanakan pemerintah dengan baik atau tidak. Oleh karena itu dalam penerapannya BPD harus dapat optimal dan efektif dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan kepala desa. 3. Pengawasan Terhadap Anggaran Pendapatan Desa (APBD) BPD juga memiliki tugas atau fungsi dalam pengawasan terhadap anggaran pendapatan desa (APBDes), yang dimaksud dengan pengawasan

APBDes yakni BPD bersama kepala desa menetapkan APBDes setiap tahun dengan peraturan desa4, dari pengelolaan anggaran dan pendapatan belanja desa meliputi anggaran pelaksana tata usaha keuangan dan perhitungan anggaran yang dipertanggung jawabkan oleh kepala desa kepada BPD. a. Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa Meliputi Penyusu nan Anggaran Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan dan Perhitungan Anggaran yang di Pertanggungjawabkan oleh Kepala Desa. BPD selain bertugas dan berfungsi melakukan pengawasan terhadap peraturan desa dan keputusan kepala desa tetapi juga melakukan pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan belanja desa yang meliputi dari penyusunan anggaran pelaksana tata usaha keuangan dan perhitungan yang di pertanggungjawabkan oleh kepala desa kepada BPD. Pemahaman anggota BPD dan fungsinya menekankan pada pengawasan terhadap pengawasan pelaksanaan peraturan desa dan peraturan lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Menurut Undang Undang Nomor.32 Tahun 2004 pasal 209 BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa dan memberikan jalannya pemerintahan desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Desa Bintan Buyu sebagai salah satu desa yang terletak di Kabupaten Bintan yang mana pembentukan BPD pada periode kedua telah terlaksana semenjak tahun 2008, dimana peraturan desa baru satu yang baru dihasilkan hingga sekarang. Adapun satu peraturan yang baru dihasikan tersebut adalah
4

Undang-Undang Otonomi Daerah 2004 pasal 212 Keuangan Desa

kuarangnya pengawasan dari unsur BPD yakni, kurangnya pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh anggota BPD dalam melaksanakan tugas menyusun peraturan desa, masyarakat tidak mengetahui apakah sudah ada peraturan desa yang ditetapkan di Desa Bintan Buyu, dalam menyusunan APBDes anggota BPD tidak terlibat langsung hanya Kepala Desa dan pengawai kantor desa yang terlibat langsung dalam penyusunan APBDes. Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 72 Tahun 2005 Pasal 35 (b) menyatakan bahwa5 : BPD mempunyai wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pengawasan merupakan alat kontrol untuk mengetahui apakah peraturan desa yang dihasilkan sudah terlaksana sesuai dengan tujuan, dengan baru satu yang dikeluarkannya peraturan desa tersebut, sedangkan tugas dan fungsi BPD yang sudah ditetapkan baik dalam Undang-Undang belum dapat terlaksana dengan baik, hal ini dapat dirasakan karena kurangnya pembinaan terhadap fungsi dan tugas BPD tersebut dan masih banyak fenomena-fenomena yang terjadi6. 1. Masih kurang pemahaman anggota BPD dalam menyusun peraturan desa. 2. Masyarakat tidak mengetahui apakah sudah ada peraturan desa yang ditetapkan di Desa Bintan Buyu.

5 6

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 pasal 35 (b)

Wawancara dengan Ketua BPD (Badan Permusyawaratan Desa) November 2011Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan.

3. Dalam menyususun APBDes anggota BPD tidak terlibat langsung, hanya Kepala Desa dan pegawai kantor desa yang terlibat langsung dalam menyusun APBDes. Berdasarkan permasalahan diatas mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang Analisis Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Tahun 2011

B. Perumusan Masalah Berdasarkan pengamatan terhadap masalah belum optimalnya tugas BPD dalam menampung aspirasi masyarakat dan kurangnya pengawasan oleh BPD terhadap penyelenggaraan pemerintahan Desa Bintan Buyu, jadi berdasarkan fakta-fakta tersebut maka dapat dibuat perumusan masalah penelitian adalah : 1. Bagaimana Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Di Desa Kecamatan Teluk Bintan Tahun 2011? 2. Faktor-faktor Penghambat Fungsi BPD Di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Tahun 2011?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui pengawasan BPD dalam Pemerintahan Desa. b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat pengawasan

10

BPD dalam Pemerintahan desa. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian sebagai berikut : a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi BPD dalam melaksanakan tugasnya sebagai badan legislatif desa dan juga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu sosial dan ilmu politik khususnya ilmu pemerintahan. b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi BPD dalam melaksanakan tugasnya pada Pemerint ahan desa.

D. Konsep Teori Dalam suatu penelitian selalu terdapat kerangka teoritis yang menjadi landasan atau pijakan yang mana akan menyebabkan penelitian ilmiah tersebut dapat dijadikan sumber informasi yang penting, demi perkembangan ilmu pengetahuan dimasa akan datang . Sesuai dengan judul dan permasalahan yang telah dipaparkan, maka penelitian mencoba menggunakan konsep teori sebagai berikut : 1. Pemerintahan Desa Pemerintah desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa, kepala desa yang terpilih ditetapkan langsung oleh BPD serta disahkan langsung oleh bupati, kepala desa bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD dan

11

menyampaikan laporan mengenai tugasnya kepada bupati melalui camat. Dimana BPD memiliki fungsi mengayomi adat-istiadat menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan meyalurkan aspirasi masyarakat serta mengawasi pelaksanaan peraturan desa, peraturan kepala desa dan anggaran pendapatan belanja desa (APBD). Tugas atau fungsi pokok dari pemerintah khususnya pemerintah daerah yaitu : melaksanakan tugas pelayanan masyarakat (Public Service Function), melaksanakan pembangunan (Development Function) dan perlindungan

masyarakat (Protective Function). Hal ini sejalan dengan pendapat Rasyid7 yang menyatakan tugas pokok pemerintah di rinci menjadi 3 (tiga) fungsi yang hakiki, yaitu pelayanan (service): pelayanan akan membuahkan keadilan dalam masyarakat, pembangunan (development): mendorong kemandirian dalam masyarakat, pemberdayaan (empowering): menciptakan kemakmuran dalam masyarakat. Selanjutnya landasan pemikiran pengaturan mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, demokratisasi, otonomi asli, dan

pemberdayaan masyarakat. Menurut Widjaja8 menyatakan bahwa dari substansi ke lima landasan pemikiran peraturan mengenai desa tersebut yaitu : 1. Keanekaragaman memiliki makna bahwa istilah desa disesuaikan dengan asal usul kondisi sosial budaya masyarakat setempat, sehingga sangat di mungkinkan terjadi perubahan-perubahan nama desa dengan sebutan lain, seperti : negeri, kampung, hutan, dan sebagainya. Pola penyelenggaraan pemerintah desa akan menghormati sistem nilai yang berlaku dalam adat istiadat dan budaya masyarakat setempat dengan

7 8

Rasyid Ryas, Memahami Ilmu Pemerintahan, 2006 hlm. 27 Ibid, hlm 36

12

2.

3.

4.

5.

tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Partisipasi memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahn desa harus mampu mengwujudkan peran serta masyarakat desa dalam seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan desa, agar warga desa memiliki dan turut bertanggung jawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga desa. Upaya mewujudkan peran aktif masyarakat dapat terwadahi melalui lembaga kemasyarakatan yang ada. Demokratisasi memiliki makna bahwa penyelenggaran pemerintahan desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang diartikulasi dan diagregasi melalui BPD dan atau lembaga kemasyarakatan sebagai mitra pemerintah desa. Otonomi asli memiliki makna bahwa kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya didasarkan pada hak asal usul dan bukan merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintahan tingkat atasnya. Hakikat otonomi asli juga tercermin dari kemandirian pemerintah desa dalam mengelola keuangan desa untuk mendukung efektivitas penyelenggaran pemerintah desa. Pemberdayaan masyarakat memiliki makna bahwa penyelengaraan pemerintahan desa diabadikan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan program atau kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah serta prioritas kebutuhan masyarakat.

Desa adalah merupakan bagian terkecil dari sebuah kelompok masyarakat yang ada dalam suatu wilayah negara yang secara langsung diberikan haknya untuk mengurus rumah tangganya sendiri atau dikenal dengan hak otonomi desa. Adanya hak untuk mengurus rumah tangganya sendiri, masyarakat di tuntut untuk menggali segenap potensi dan memanfaatkan sumber-sumber potensi tersebut secara nyata dan bertanggung jawab bagi kemajuan desa. Berdasarkan sudut pandang terhadap kelangsungan pembangunan desa yang dilaksanakan oleh pemerintah menjadi sasaran utama bagi keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini mengingat dari pertumbuhan politik maupun ekonomi masyarakat, bahwa keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan atau bersifat nasional, sangat

13

ditentukan untuk keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan ditingkat perdesaan, hal ini didasarkan pada faktor jumlah penduduk di perdesaan tergolong relatif banyak. Widjaja9 menjelaskan bahwa : Desa merupakan masa transisi dan memberikan dasar menuju development community yaitu bahwa desa tidak lagi memerlukan level administrasi, tidak lagi menjadi kawasan, tetapi menjadi independent community sehingga setiap warga desa berhak berbicara atas kepentingan sendiri bukan dari atas kebawah seperti selama ini terjadi. Selanjutnya Desa menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun 2005 dapat diartikan sebagai berikut10 : Desa adalah suatu masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati daalm sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai desa atau perdesaan memiliki ciri-ciri, Menurut Saparin11 adalah sebagai berikut : 1. Desa sebagai bagian dari suatu wilayah atau teritorial 2. Desa sebagai tempat atau ajang hidup suatu kelompok warga masyarakat yang mempunyai perasaan kesatuan disebabkan karena tinggal dekat dan ada kalanya karena merasa adanya tinggal keturunan. 3. Sebagai badan pemerintahan lokal, sebagai otorita yang mewakili pemerintah lokal Selanjutnya menurut pendapat Winardi dalam Suhartono12 menyebutkan ciri-ciri umum dari Desa ialah :
9

Ibid, hlm 166 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun 2005 11 Saparin, Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa, 1979 hlm, 187
10

14

1. Desa umumnya terletak di, atau sangat dekat dengan pusat wilayah usaha tani (sudut pandang ekonomi). 2. Dalam wilayah itu, pertanian merupakan kegiatan ekonomi dominan. 3. Faktor penguasahaan tanah menentukan corak kehidupan masyarakat. 4. Populasi penduduk desa lebih bersifat terganti dari dirinya sendiri. 5. Kontrol sosial lebih bersifat informal, dan interaksi antara warga desa lebih bersifat personal dalam bentuk tata muka. 6. Mempunyai tingkat homogenitas yang kreati tinggi dan ikatan sosial yang relatif lebih ketat dari pada kota. Berdasarkan pendapat di atas yang dikatakan bahwa desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang telah diakui. Hal ini merupakan titik tolak pembangunan yang dilaksanakan ditingkat desa berdasarkan kepemimpinan kepala desa dengan segenap potensi masyarakat yang ada, hendaknya mampu digalang secara baik bersama-sama BPD sehingga keberhasilan pembangunan dapat dinikmati dan dirasakan bersama. BPD menurut pendapat Widjaja13 bahwa : Badan Permusyawaratan Desa (BDP) adalah permusyawaratan yang terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat di desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa menampung aspirasi dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa.

12 13

Suhartono, Politik Lokal Parlemen Desa,; Awal Kemerdekaan sampai Jaman Otonomi Daerah, 2000 hlm 15 Ibid, hlm.107

15

Selanjutnya menurut pendapat Widjaja14 sebagai perwujudan demokrasi di desa : Dibentuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang sesuai dengan budaya yang berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga legislasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan Peraturan Desa (PERDES), Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBD) dan keputusan Kepala Desa. 2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Badan Permusyawaratan Desa (BPD) selaku legislatif dalam pemerintahan desa dalam pasal 202 No.32 Tahun 2004 tersebut dijelaskan mengenai keberadaan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang merupakan wujud demokrasi yaitu suatu peran serta masyarakat didalam sistem pemerintahan dan pembangunan desa.BPD memiliki fungsi mengayomi adat-istiadat menetapkan peraturan desa bersama kepala desa,menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta mengawasi pelaksanaan peraturan desa, keputusan kepala desa dan anggaran pendapatan belanja desa (APBD). Pelaksanaan fungsi BPD sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005 35 (b) menyatakan bahwa: Badan

Permusyawaratan Desa mempunyai wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan, peraturan kepala desa. Dari ketentuan ini tampak jelas bahwa antara pemerintahan desa dan BPD merupakan lembaga terpisah yang mempunyai tugas dan kewenangan sendiri.

14

Ibid, hlm 27

16

Mekanisme seperti ini dilakukan kepala desa kepada rakyat melalui BPD dapat dilihat sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat (demokrasi) dan perwujudan ditingkat desa. Selanjutnya BPD menurut PP Nomor 72 Tahun 2005 mengatakan bahwa : Badan Permusyawaratan Desa atau disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaran pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan desa. Kemudian didalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 juga menjelaskan tentang wewenang BPD yaitu : a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa. b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa. c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa. d. Membentuk panitia pemilihan kepala desa. e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan, dan menyalurkan aspirasi masyarakat, dan f. Menyusun tata tertib BPD Sebagaimana yang di maklumi bahwa peranan BPD tidak terlepas dari aspek kepemimpinan, yaitu lebih ditujukan kepada kemampuan penguasaan pengikut dan situasi, setiap pemimpin berusaha untuk memahami watak dan kondisi pengikut serta situasi untuk selanjutnya membutuhkan metode dan tugas

17

yang tepat dan situasi untuk mengembangkannya. Tugas kepemimpinan menurut Siagian15yaitu : 1. Pemimpin sebagai penentu arah 2. Pemimpin sebagai guru dan juru bicara 3. Pemimpin sebagai komunikator yang efektif 4. Pemimpin sebagai mediator 5. Pemimpin selaku integrator Selanjutnya tugas kepemimpinan menurut Athoillah16 yaitu : 1. Capacity, meliputi : Kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan bicara, Keaslian dan kemampuan nilai. 2. Achiefment, meliputi : Gelar kesarjanaan, pengetahuan, keberhasih Asilan dan olah raga. 3. Responbility, melipputi : Mandiri berinisiatif, tekun, agresif, percay a diri, berkeinginan untuk maju. 4. Participation, meliputi : Aktif, kemampuan bergaul, kerja sama, mu dah menyesuaikan diri, humoris. 5. Status, meliputi : Kedudukan sosial ekonomi dan ketenaran. 6. Situation, meliputi: Mental yang baik, status yang baik, mempunyai keahlian, berkeinginan untuk maju, berdaya kepengikutan, berorien tasi kepada tujuan. Jika seorang pemimpin kurang kreatif dan tidak dinamis maka dalam organisasi yang dipimpinnya pun akan melempem. Umumnya hal ini juga menentukan bagaimana organisasi yang dipimpinnya, kegiatan dan dinamika yang terjadi didalam organisasi sebagian besar ditentukan oleh cara pemimpin memimpin organisasi. Efektifitas para bawahan sebagian besar ditentukan oleh efektifitas kepemimpinan seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan perkataan lain beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila17 adalah :

15 16

P. Siagian Sondang, Teori dan Praktek Kepemimpinan, 2003 hlm 48 Anthoillah Anton , Dasar-Dasar Manajemen, 2010 hlm 209

18

Ing ngarsa sung tuladha: seorang pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Ing madya mangun karsa: seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya. Tut wuri handayani: seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya berani berjalan didepan dan sanggup bertanggungjawab. 3. Pengawasan Sebagai wujud demokrasi, didesa dibentuk Badan Permusyawratan Desa yang berfungsi sebagai lembaga legislatif dan pengawas terhadap pelaksanaan peraturan desa, keputusan kepala desa serta Anggaran Pendapatan Belanja Desa18. Dalam penyelenggaraan pemerintah desa dan BPD dalam mengawasi penyelenggaran pemerintah desa ialah sebagai pertanggungjawaban wadah dari masyarakat, agar dapat mewujudkan kedaulatan rakyat (demokrasi) antara Pemeritahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Dalam era menuju kehidupan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan cita-cita nasional bangsa Indonesia. Dan untuk terciptanya keterpaduan dan kerjasama yang baik antara Kepala Desa dengan BPD, maka sudah seharusnya inisiatif usaha hendaknya datang dan muncul terlebih dahulu dari BPD dan dengan menjalankan fungsi-fungsi yang harus dilaksanakannya. .Berdasarkan pengamatan terhadap masalah belum optimalnya tugas BPD dalam
17 18

Op.cit.,hlm 43 Ibid, hlm 165

19

menampung aspirasi masyarakat dan kurangnya pengawasan oleh BPD terhadap penyelenggaraan pemerintah desa di berbagai daerah, ialah masalahnya Bagaimana Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam

Pemerintahan Desa di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Erat kaitannya bahwa BPD merupakan yang mempunyai tanggung jawab yang penting sebagai wakil-wakil masyarakat desa yang diberikan kepercayaan terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat serta kegiatan yang dilaksanakan baik yang bersifat sosial, budaya, pemerintahan maupun sosial ekonomi masyarakat. Tugas pengawasan juga harus diperhatikan setelah Perdes dihasilkan, supaya Perdes dapat berjalan dengan baik, pengawasan dari segi teknisnya sendiri terdiri dari pengawasan secara langsung dan pengawasan secara tidak langsung. Dalam pelaksanaan pengawasan secara langsung maupun secara tidak langsung tersebut, dilakukan oleh BPD selaku Legislatif desa. Dari segi teknis pengawasan tersebut, menurut Siagian19 pelaksanaan pengawasan dapat dikelompokan menjadi dua (2) bentuk yaitu : 1. Pengawasan langsung, yakni pengawasan yang dilakukan secara langsung, seperti : inspeksi, observasi maupun melalui laporan langsung. 2. Pengawasan tak langsung, yakni pengawasan yang dilakukan dengan pemanfaatan sarana-sarana seperti laporan tertulis maupun secara lisan. Selanjutnya Siagian20menjelaskan beberapa sifat pengawasan, yakni : a. Pengawasan ekstern yaitu pengawasan yang dilakukan antara lintas sektoral atau pihak dari luar. b. Pengawasan intern yaitu pengawasan yang melekat pada seseorang atau pimpinan unit organisasi.
19 20

Siagian, Filsafat Administrasi 2006 hlm 115 Ibid, hlm 21

20

Dari kedua sifat pengawasan yang berasal dari luar maupun dalam, kesemuanya itu didasarkan kepada strategi bagaimana suatu tujuan dapat sesuai dan berjalan sebagaimana rencana yang telah ditetapkan. Jelaslah kiranya bahwa pengawasan memainkan peranan yang sangat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan. Dalam hal ini juga dikatakan Siagian21 bahwa: Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pengawasan itu mutlak perlu karena manusia bersifat salah, paling sedikit bersifat khilaf. Manusia dalam organisasi perlu diamati, bukan dengan maksud mencari kesalahannya dan kemudian menghukumnya. tindakan pencegahan yang diperlukan meredam kemungkinan terjadinya deviasi dapat diambil sedini mungkin selama kegiatan operasional berlangsung apabila terus berlanjut dapat berarti tidak terlaksananya rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. 2.) Dengan kata lain, pengawasan yang efektif tidak seharusnya diupayakan untuk mencari dan menemukan siapa yang selah melainkan mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab ketidak beresan dalam operasionalisasi rencana. Selanjutnya, agar pelaksanaan pengawasan benar-benar dapat mencapai sasaran yang dikehendaki, maka dalam pelaksanaannya hendaknya mengikuti tahap-tahap yang menjadi indikator pelaksanaan pengawasan, Tahap-tahap tersebut

21

Op.cit., hlm 114

21

Tujuan pengawasan adalah agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Tugas (fungsi) pengawasan : a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan. b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaanya sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian dan kelemahan, agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan. Dalam melaksanakan kegiatan Pengawasan, seyogyanya Pelaksanaan Pengawasan harus memahami dan menerapkan fungsi Pengawasan sebaikbaiknya, sehingga tidak terlepas dari fungsi Pengawasan itu sendiri. Pengawasan juga menjaga agar rencana yang ditetapkan dapat dicapai semua aspek yang ada dalam perusahaan maupun yang diuar perusahaan tetap berjalan kearah untuk mencapai tujuan organisasi. Sebagaimana Sujamto22 menambahkan Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau pekerjaan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak. Berdasarkan beberapa konsep tentang pengawasan yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, menunjukkan pentingnya dilakukan pengawasan terhadap segala aktifitas/kegiatan dalam organisasi pemerintahan. Hal ini adalah sebagaimana mestinya, ada banyak hal untuk menentukan penyebab kegagalan
22

Sujamto, Aspek-Aspek Pengawasan Di Indonesia, 1996 hlm 77

22

BPD atau keberhasilan BPD. Tetapi masalah yang selalu berulang didalam suatu organisasi yang gagal adalah tidak atau kurang adanya pengawasan yang memadai. Dipandang dari sudut tugas BPD, maka lembaga tersebut dituntut agar lebih aktif dan dinamis dalam menjalankan serta menjalankan fungsinya. Dengan kata lain BPD harus melakukan komunikasi dengan masyarakat dalam rangka mencari dan menggali apa yang menjadi aspirasi masyarakat yang disalurkannya agar aspirasi masyarakat tersebut dapat tersalurkan dengan baik. Satu hal yang perlu diperhatikan disini adalah upaya untuk mencari data dan informasi yang berkenan dengan masalah-masalah yang menjadi bahasan dalam proses pembuatan suatu peraturan desa yaitu adanya keterbukaan semua pihak untuk memberikan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan suatu kebijakan serta adanya kesesuaian antara kebijaksanaan yang dihasilkan oleh BPD dengan keinginan masyarakat yang diwakilinya. BPD merupakan pemeran yang mempunyai lingkup tanggung jawab yang penting bagi wakil-wakil masyarakat desa yang diberikan kepercayaan terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat serta kegiatan yang dilaksanakan baik yang bersifat sosial budaya, pemerintahan dan sosial ekonomi masyarakat. Dari beberapa hal tersebut, maka segi pelaksanaanya diperlukan terhadap suatu kondisi bersifat potensial keterlibatan serta kerjasama diantara kelembagaan BPD dengan pihak pemerintah desa baik bersifat tahapan awal seperti, perencanaan maupun tahapan akhir menyangkut hasil rencana yang dilaksanakan tersebut dimasyarakat.

23

E. Konsep Operasional Guna mempermudah analisa data serta menghindari salah penafsiran tentang konsep yang digunakan, maka akan dioperasionalkan beberapa konsep yang terkait dalam penelitian ini yaitu : 1. Melakukan Pengawasan Peraturan Desa Sebagai legislatif didesa BPD bertugas membuat peraturan desa (PERDES), dimana BPD ikut serta dalam merumuskan dan menetapkan peratuan desa yang akan di tetapkan dan dijalakan oleh pemerintah desa. Selain itu BPD juga harus melakukan sosialisasi terhadap peraturan desa yang dihasilkan kepada masyarakat, agar mengetahui peraturan desa yang sudah ditetapkan dan dijalankan oleh pemerintah desa untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Pengawasan merupakan alat kontrol untuk mengetahui apakah peraturan desa yang dihasilkan sudah terlaksana sesuai dengan tujuan yang diharapkan bersama untuk kemajuan desa. a. Adanya Perumusan Peraturan Desa Adalah adanya peran BPD dalam melakukan perumusan peraturan desa yang di ajukan oleh pemerintahan desa. Peraturan desa diperlukan sebagai pengatur jalannya penyelenggaraan pemerintahan desa, biasanya menjalakan bagaimana tata cara dalam mengatur pengadministrasian, pengelolaan sumber daya alam (SDA), dan untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam pembuatan peraturan desa perumusannya yang di ajukan oleh pemerintah desa maupun BPD,

24

dalam musyawarah yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, RT dan RW. b. Adanya Sosialisasi Peraturan Desa Sosialisasi peraturan desa bertujuan untuk mempercepat otonominasi desa, sosialisasi merupakan tidak lanjut dari rapat kerja nasional tentang pemerintahan desa, Pelaksanaan sosialisasi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan serta meningkatkan optimalisasi pelayanan oleh aparatur

pemerintahan desa dan dapat memperdayakan masyarakat desa. c. Adanya Penerapan Peraturan Desa Setelah adanya rancangan dan perumusan peraturan desa yang telah di usulkan oleh pemerintah desa maupun BPD sebelum disahkan atau diterapkan seharusnya dirapatkan dulu dengan pihak-pihak yang terkait. 2. Pengawasan Terhadap Keputusan Kepala Desa Selain tugas dan fungsi BPD sebagai pengawasan peraturan desa, BPD juga bertugas atau berfungsi dalam mengawasi keputusan kepala desa. Sebagai tugas BPD dalam pengawasan pemerintahan desa. Yang mana dimaksud dengan pengawasan terhadap keputusan kepala desa yakni BPD ikut serta dalam mengawasi perumusan keputusan dan penerapan yang akan di ambil oleh kepala desa, untuk kepentingan desa dan masyarakat desa itu sendiri. a. Adanya Perumusan Keputusan Kepala Desa BPD sebagai pembawa aspirasi masyarakat juga memiliki fungsi sebagai pengawasan peraturan desa dan keputusan kepala desa. Sebagai mitra sekaligus pengawas pemerintahan desa dalam melaksanakan peraturan desa maka

25

koordinasi yang baik antara BPD dengan pemerintah desa sangat diperlukan dalam membangun dan kesejahteraan masyarakat. b. Adanya Peran BPD Dalam Pengawasan Keputusan Kepala Desa. Selain fungsi dan tugas BPD melakukan pengawasan terhadap perumusun keputusan yang akan di ambil oleh kepala desa, BPD memiliki fungsi dan tugasnya dalam melakukan pengawasan terhadap keputusan yang telah dibuat apakah dilaksanakan pemerintah dengan baik atau tidak. Oleh karena itu dalam penerapannya BPD harus dapat optimal dan efektif dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan kepala desa. 3. Pengawasan Terhadap Anggaran Pendapatan Desa (APBD) BPD juga memiliki tugas atau fungsi dalam pengawasan terhadap anggaran pendapatan desa (APBD), yang dimaksud dengan pengawasan APBD yakni BPD bersama kepala desa menetapkan APBD setiap tahun dengan peraturan desa, dari pengelolaan anggaran dan pendapatan belanja desa meliputi anggaran pelaksana tata usaha, keungan dan perhitungan anggaran yang dipertanggung jawabkan oleh kepala desa kepada BPD. a. Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa Meliputi Penyusu nan Anggaran Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan dan Perhitungan Anggaran yang di Pertanggungjawabkan oleh Kepala Desa. BPD selain bertugas dan berfungsi melakukan pengawasan terhadap peraturan desa dan keputusan kepala desa tetapi juga melakukan pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan belanja desa yang meliputi dari

26

penyusunan anggaran pelaksana tata usaha keunagan dan perhitungan yang di pertanggung jawabkan oleh kepala desa kepada BPD.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Lapangan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan dan interaksi fenomena lingkungan suatu unit sosial, lembaga, atau masyarakat. Penelitian yang menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dimana menurut Moleong23 data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci tentang apa yang diteliti. Sedangkan kualitatif menurut Denzi dan Lincoin dalam Moleong24 mengatakan bahwa : Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dengan demikian penelitian ini menggambarkan serta melukiskan objek penelitian ini menggambarkan serta melukiskan objek penelitian pada waktu tertentu dengan menggunakan metode serta cara yang ilmiah pula, selanjutnya mendapatkan suatu informasi yang dapat diterima oleh masyarakat dan informasi

23 24

Moleong. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif , 2007 hlm 11 Ibid., hlm 6

27

tersebut dihimpun seluas-luasnya tentang objek penelitian dan tidak menggunakan hipotesa atau suatu praduga awal terhadap hasil penelitian. Dari penjelasan diatas, maka penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara deskripsi dalam bentuk kata-kata. Dalam penelitian ini peneliti mendiskrifitifkan atau menggambarkan sekaligus menganalisa tentang Bagaimana Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pemerintahan Desa Bintan Buyu Kabupaten Bintan. 2. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan, pemilihan desa Bintan Buyu sebagai lokasi penelitian karena disebabkan penulis yang melihat masih kurangnya proses pembangunan yang terjadi di desa tersebut, masih kurangnya sumber daya manusia (SDM) dan kegiatan ekonomi masyarakat, padahal sudah lama menjadi sebuah desa. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat permasalahan tersebut di sudut pandang pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pemerintahan Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan. 3. Informan Mengingat penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, maka penelitian diarahkan melihat atau menganalisis objek dan informasi penelitian yaitu tentang Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pemerintahan Desa untuk mendapatkan informasi yang objektif, maka informan yang dipakai sebagai berikut: Pemerintahan desa dan Perangkat desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Tokoh masyarakat, dan Masyarakat.

28

a. Pemerintahan desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa (sekdes,bendaharawan desa,kepala seksi,dan kepala dusun). b. Badan Permusyawaratan Desa terdiri atas ketua dan wakil BPD serta anggotanya. c. Tokoh masyarakat yang di maksud ialah tokoh adat, tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda, dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya. d. Masyarakat yang dimaksud ialah masyarakat yang berkedudukan di desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan.

Tabel 1 Informan No 1 2 3 4 Informan Kepala Desa/Sekretaris Desa BPD Tokoh Masyarakat Masyarakat Jumlah
Sumber : Olahan Data Penelitian 2011

Jumlah/Orang 2 5 5 2 14

4. Sumber dan Jenis Data a. Data Primer Data primer adalah data yang di ambil secara langsung dari informan, yang menjadi informan sebagai data untuk menganalisis penelitian .Adalah data yang dikumpulkan dan di olah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan

29

langsung dari objeknya Arikunto25. Selanjutnya diperoleh melalui teknik wawancara langsung dengan informan atau melakukan pengamatan terhadap kehidupan masyarakat desa Bintan Buyu. Data primer ini juga disebut sebagai data asli atau data yang baru. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang berupa catatan dan laporan-laporan yang di peroleh dari pihak ketiga. Diambil melalui keterangan atau informasi yang diperlukan untuk lebih memperjelas masalah yang akan di teliti atau data sekunder adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Dalam hal ini peneliti mengambil data pada kantor Desa Bintan Buyu dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). 5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data a. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ialah dengan jalan wawancara langsung yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan dengan tema yang sama dengan konsep teori yang telah di uraikan sebelumnya. Menurut Singarimbun26 Wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan bicara langsung kepada informan Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada Kepala Desa atau Sekretaris Desa, Ketua dan anggota BPD, Kepala Dusun atau Tokoh Masyarakat, masyarakat pada sektor petani dan nelayan (informan)
25 26

Arikunto. Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 2006 hlm 145 Singarimbun. Masri, Metode Penelitian Survai, 1995 hlm 192

30

untuk mendapatkan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Purposive yaitu peneliti menentukan informan untuk tujuan tertentu saja, dimana peneliti akan melakukan penelitian tentang fungsi dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kemudian sampai peneliti memperoleh data yang cukup sesuai kebutuhan dengan berpedoman pada alat berupa pedoman wawancara yang telah ada atau telah disusun sebelumnya oleh peneliti dengan indikator masalah tugas Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam pengawasan pemerintahan di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan. 2. Observasi Observasi akan dilakukan berdasarkan pengamatan pada kejadian dan kenyataan yang terjadi dilapangan tanpa ada rekayasa dan mengarahkan perhatian pengamatannya pada jenis kegiatan dan peristiwa tertentu yang memberikan informasi dan pandangan yang benar-benar berguna pada penelitian ini. b. Alat Pengumpulan Data Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan data adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan tugas BPD dalam pengawasan

Pemerintahan Desa di Desa Bintan Buyu. Alat yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Wawancara yang dilakukan kepada ketua dan anggota BPD, adapun alat yang digunakan dalam pengumpulan data teknik wawancara ada lah berdasarkan pada pedoman wawancara, yang daftar pertanyaann ya sesuai dengan permasalahan yang diangkat, kemudian dari hasil w awancara yang dicatat dirangkum dan dianalisakan pada BAB IV dal

31

am penelitian ini. 2. Observasi ini merupakan Observasi Non Partisipatif, dimana peneliti an melakukan pengamatan terhadap akatifitas yang dilakukan Kepala Desa dan BPD Desa Bintan Buyu. Guna menyempurnakan pengamat an terhadap fungsi BPD di Desa Bintan Buyu, maka peneliti memilih cara, yaitu Ketua BPD Desa Bintan Buyu dijadikan sebagai Informan Kunci (Key Informan). Dengan cara ini lebih memungkinkan bagi pe liti terjadi interaksi sosial dan kultural secara tidak langsung antara pe liti dan objek dan sekaligus mendekat kepada subjek yang diteliti, se hingga subjek penelitian akan merasa simpati dan perhatian. 3. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang dila kukan dengan cara mengadakan pencatatan atau pengutipan data dari dokumen yang ada dalam lokasi penelitian. Dokumentasi dapat berup a gambar atau foto dan pencatatan lain yang berhubungan dengan pen elitian, dokumentasi meliputi, gambaran umum Desa Bintan Buyu, m onografi Desa, surat izin penelitian dan foto-foto yang berkaitan deng an penelitian. 6. Teknik Analisa Data Analisa diartikan penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan seterusnya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Dikemukakan dalam kamus Indonesia modern. Penyelidikan terhadap suatu peristiwa di sini hanya sebatas untuk melihat sejauhmana pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pemerintahan Desa Bintan Buyu.

32

Setelah

data

terkumpul

selanjutnya

akan

di

rumuskan

dengan

menggunakan analisa data deskriptif kualitatif, sehingga data yang sudah ada akan di bandingkan dengan fenomena serta hasil wawancara dan observasi dengan informan. Dan juga data di ambil dari pendapat masyarakat Desa Bintan Buyu yang di peroleh dari hasil wawancara tersebut. Sehingga akan kelihatan bagaimana tugas BPD dalam pengawasan Pemerintahan Desa Bintan Buyu. Untuk lebih jelas lagi peneliti menggunakan teknik pemeriksaan data triangulasi27 yaitu adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Penelitian melakukan triangulasi dengan membandingkan dan untuk mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Pada metode triangulasi dapat di peroleh dengan berbagai cara. Hal itu dapat dicapai dengan (1)membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang

27

Bungin. Burhan, Penelitian Kualitatif, 2009 hlm 256

33

pemerintahan, dan (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan Moleong28.

28

Op.cit., hlm 324

34

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teoritis Keadaan pemerintahan desa sekarang ini adalah sebagai masa transisi Undang-Undang No.22 Tahun 1999 hingga sekarang ini Undang-Undang No.32 Tahun 2004 untuk mengatur desa, peraturan perundang undangan tidak mengatur pemerintah desa secara seragam dan kurang memberi dorongan kepada masyarakatnya untuk tumbuh kearah kemajuan yang dinamis. Masa transisi Undang-Undang lama tentang Otonomi Daerah yang sampai saat ini (UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999 sekarang ini Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004), yang melahirkan banyak persoalan, penyelewengan keuangan alias korupsi dan miskomunikasi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dan juga antara Pemerintah Daerah29. 1. Pemerintahan Desa Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005 tentang desa adalah suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemeritahan desa memiliki otonomi desa yang sah dan telah diakui dalam pelaksanaan pelayanan,
29

Marbun. B.N, Otonomi Daerah 1945-2010 Proses dan Realita, 2010 hlm 116

34

35

pemberdayaan dan pembangunan di desa, maka pemerintahan desa memerlukan struktur pemerintahan dan struktur lembaga desa, agar mendapatkan sistem pemerintahan desa dengan baik. Dalam penyelenggaraan pemerintah desa ada Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2008 tentang penyerahan urusan Kabupaten kepada desa. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Pemerintah desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa, kepala desa yang terpilih ditetapkan langsung oleh BPD serta disahkan langsung oleh bupati, kepala desa bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD dan menyampaikan laporan mengenai tugasnya kepada bupati melalui camat. Dimana BPD memiliki fungsi mengayomi adat-istiadat menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan meyalurkan aspirasi masyarakat serta mengawasi pelaksanaan Peraturan Desa, Keputusan Kepala Desa dan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes). Tugas atau fungsi pokok dari pemerintah khususnya pemerintah daerah yaitu : melaksanakan tugas pelayanan masyarakat (Public Service Function), melaksanakan pembangunan (Development Function) dan perlindungan

masyarakat (Protective Function). Hal ini sejalan dengan pendapat Rasyid30 yang menyatakan tugas pokok pemerintah di rinci menjadi 3 (tiga) fungsi yang hakiki, yaitu pelayanan (service): pelayanan akan membuahkan keadilan dalam
30

Ibid, hlm 27

36

masyarakat, pembangunan (development): mendorong kemandirian dalam masyarakat, pemberdayaan (empowering): menciptakan kemakmuran dalam masyarakat. Dari pendapat tokoh diatas 3 fungsi pemerintah dapat dijelaskan dimana pemerintahan mempelajari bagaimana memenuhi dan melindungi kebutuhan dan tututan tiap orang akan jasa publik dan layanan sipil dalam hubungan pemerintahan. Selanjutnya landasan pemikiran pengaturan mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, demokratisasi, otonomi asli, dan

pemberdayaan masyarakat. Menurut Widjaja31 menyatakan bahwa dari substansi ke lima landasan pemikiran peraturan mengenai desa tersebut yaitu : 1 Keanekaragaman memiliki makna bahwa istilah desa disesuaikan dengan asal usul kondisi sosial budaya masyarakat setempat, sehingga sangat di mungkinkan terjadi perubahan-perubahan nama desa dengan sebutan lain, seperti : negeri, kampung, hutan, dan sebagainya. Pola penyelenggaraan pemerintah desa akan menghormati sistem nilai yang berlaku dalam adat istiadat dan budaya masyarakat setempat dengan tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 2 Partisipasi memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahn desa harus mampu mengwujudkan peran serta masyarakat desa dalam seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan desa, agar warga desa memiliki dan turut bertanggung jawab terhadap perkembangankehidupan bersama sebagai sesama warga desa. Upaya mewujudkan peran aktif masyarakat dapat terwadahi melalui lembaga kemasyarakatan yang ada. 3 Demokratisasi memiliki makna bahwa penyelenggaran pemerintahan desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang diartikulasi dan diagregasi melalui BPD dan atau lembaga kemasyarakatan sebagai mitra pemerintah desa. 4 Otonomi asli memiliki makna bahwa kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya didasarkan
31

Ibid, hlm 36

37

pada hak asal usul dan bukan merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintahan tingkat atasnya.Hakikat otonomi asli juga tercermin dari kemandirian pemerintah desa dalam mengelola keuangan desa untuk mendukung efektivitas penyelenggaran pemerintah desa. Pemberdayaan masyarakat memiliki makna bahwa penyelengaraan pemerintahan desa diabadikan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan program atau kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah serta prioritas kebutuhan masyarakat.

Desa adalah merupakan bagian terkecil dari sebuah kelompok masyarakat yang ada dalam suatu wilayah negara yang secara langsung diberikan haknya untuk mengurus rumah tangganya sendiri atau dikenal dengan hak otonomi desa. Adanya hak untuk mengurus rumah tangganya sendiri, masyarakat di tuntut untuk menggali segenap potensi dan memanfaatkan sumber-sumber potensi tersebut secara nyata dan bertanggung jawab bagi kemajuan desa. Berdasarkan sudut pandang terhadap kelangsungan pembangunan desa yang dilaksanakan oleh pemerintah menjadi sasaran utama bagi keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini mengingat dari pertumbuhan politik maupun ekonomi masyarakat, bahwa keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan atau bersifat nasional, sangat ditentukan untuk keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan ditingkat perdesaan, hal ini didasarkan pada faktor jumlah penduduk di perdesaan tergolong relatif banyak. Widjaja32 menjelaskan bahwa : Desa merupakan masa transisi dan memberikan dasar menuju development community yaitu bahwa desa tidak lagi memerlukan level administrasi, tidak lagi menjadi kawasan, tetapi menjadi independent community sehingga setiap warga desa berhak berbicara atas kepentingan sendiri bukan dari atas kebawah seperti selama ini terjadi.

32

Ibid, hlm 166

38

Selanjutnya Desa menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun 2005 dapat diartikan sebagai berikut : Desa adalah suatu masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati daalm sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai desa atau perdesaan memiliki ciri-ciri, Menurut Saparin33 adalah sebagai berikut : 1. Desa sebagai bagian dari suatu wilayah atau teritorial 2. Desa sebagai tempat atau ajang hidup suatu kelompok warga masyarak at yang mempunyai perasaan kesatuan disebabkan karena tinggal dekat dan ada kalanya karena merasa adanya tinggal keturunan. 3. Sebagai badan pemerintahan lokal, sebagai otorita yang mewakili peme rintah lokal Selanjutnya menurut pendapat Winardi dalam Suhartono34 menyebutkan ciri-ciri umum dari Desa ialah : 1. Desa umumnya terletak di, atau sangat dekat dengan pusat wilayah usaha tani (sudut pandang ekonomi). 2. Dalam wilayah itu, pertanian merupakan kegiatan ekonomi dominan. 3. Faktor penguasahaan tanah menentukan corak kehidupan masyarakat. 4. Populasi penduduk desa lebih bersifat terganti dari dirinya sendiri. 5. Kontrol sosial lebih bersifat informal, dan interaksi antara warga desa
33 34

Ibid, hlm 187 Ibid, hlm 15

39

lebih bersifat personal dalam bentuk tata muka. 6. Mempunyai tingkat homogenitas yang kreatif tinggi dan ikatan sosial Yang relatif lebih ketat dari pada kota. Berdasarkan pendapat di atas yang dikatakan bahwa desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang telah diakui. Hal ini merupakan titik tolak pembangunan yang dilaksanakan ditingkat desa berdasarkan kepemimpinan kepala desa dengan segenap potensi masyarakat yang ada, hendaknya mampu digalang secara baik bersama-sama BPD sehingga keberhasilan pembangunan dapat dinikmati dan dirasakan bersama. BPD menurut pendapat Widjaja35 bahwa : Badan Permusyawaratan Desa (BDP) adalah permusyawaratan yang terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat di desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa menampung aspirasi dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa. Selanjutnya menurut pendapat Widjaja36 sebagai perwujudan demokrasi di desa : Dibentuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang sesuai dengan budaya yang berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga legislasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan Peraturan Desa (PERDES), Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBD) dan keputusan Kepala Desa.

35 36

Ibid, hlm 107 Ibid, hlm 27

40

Kalau dilihat dari kenyataannya masih ada kekurangan ataupun kendalakendala yang seharusnya dilakukan oleh BPD dalam menjalankan tugasnya namun belum bisa dilaksanakan sebagaimana mestinya, seperti yang dapat dilihat dari fenomena-fenomena dan hal ini sebagaimana di ungkapkan oleh Cahyono37dalam bukunya yang berjudul Konflik Elite Di Perdesaan, sebagai berikut: 1. Tidak adanya pengawasan terhadap kebijakan yang dijalankan oleh Kep ala Desa dalam menjalankan suatu kebijakan baik itu pembangunan mau pun keputusan desa dan tidak adanya tanggapan serta pengawasan dari BPD tersebut. 2. Didalam menyampaikan aspirasi ternyata masyarakat hanya menyampai kan aspirasi kepada Kepala desanya langsung, tidak melalui BPD. 3. Keadaan sosial ekonomi masyarakat Desa memperihatikan, banyak dian tara masyarakat hidup miskin namun tidak ada pihak lain yang memperh atikan, baik Pemerintahan Desa maupun BPD yang senantiasa mengklai m sebagai membawa aspirasi mayarakat. 4. BPD tidak lagi mencerminkan aspirasi masyarakat, justru hanya mengun tungkan kubu Kepala desa. Dampaknya dalam perjalanan tugas, BPD tid ak berhasil mengontrol Kepala Desa sebagai cara untuk mengawasi jalan nya pemerintahan, tetapi justru BPD cenderung melakukan kolusi/kolab orasi politik dengan Kepala desa. 2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Badan Permusyawaratan Desa (BPD) selaku legislatif dalam pemerintahan desa dalam pasal 202 No.32 Tahun 2004 tersebut dijelaskan mengenai keberadaan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang merupakan wujud demokrasi yaitu suatu peran serta masyarakat didalam sistem pemerintahan dan pembangunan desa. BPD memiliki fungsi mengayomi adat-istiadat menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta

37

Cahyono Heru, Konflik Elit Politik di Pedesaan, 2005 hlm 47

41

mengawasi pelaksanaan peraturan desa, peraturan kepala desa dan anggaran pendapatan belanja desa (APBD). Pelaksanaan fungsi BPD sebagaimana dijelaskan dalam peraturan pemerintah No.72 Tahun 2005 35 (b) menyatakan bahwa: Badan

Permusyawaratan Desa mempunyai wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan, peraturan kepala desa. Dari ketentuan ini tampak jelas bahwa antara pemerintahan desa dan BPD merupakan lembaga terpisah yang mempunyai tugas dan kewenangan sendiri. Mekanisme seperti ini dilakukan kepala desa kepada rakyat melalui BPD dapat dilihat sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat (demokrasi) dan perwujudan ditingkat desa. Selanjutnya BPD menurut PP Nomor 72 Tahun 2005 mengatakan bahwa : Badan Permusyawaratan Desa atau disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaran pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan desa. Kemudian didalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 juga menjelaskan tentang wewenang BPD yaitu : a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa. b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa. c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa. d. Membentuk panitia pemilihan kepala desa.

42

e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan, dan menyalurkan aspirasi masyarakat dan f. Menyusun tata tertib BPD
Sebagaimana yang di maklumi bahwa peranan BPD tidak terlepas dari aspek kepemimpinan, yaitu lebih ditujukan kepada kemampuan penguasaan pengikut dan situasi, setiap pemimpin berusaha untuk memahami watak dan kondisi pengikut serta situasi untuk selanjutnya membutuhkan metode dan tugas yang tepat dan situasi untuk

mengembangkannya. Tugas kepemimpinan menurut Siagian38 yaitu : 1. Pemimpin sebagai penentu arah 2. Pemimpin sebagai guru dan juru bicara 3. Pemimpin sebagai komunikator yang efektif 4. Pemimpin sebagai mediator 5. Pemimpin selaku integrator Pemimpin memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu, dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun dalam kehidupan bernegara.Diantaranya tugas-tugas kepemimpinan menurut Athoillah39 yaitu : 1. Capacity, meliputi : Kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan bicara, keaslian dan kemampuan nilai. 2. Achiefment, meliputi : Gelar kesarjanaan, pengetahuan, keberhasih asilan dan olah raga. 3. Responbility, melipputi : Mandiri berinisiatif, tekun, agresif, percay a diri, berkeinginan untuk maju. 4. Participation, meliputi : Aktif, kemampuan bergaul, kerja sama, mu dah menyesuaikan diri, humoris. 5. Status, meliputi : Kedudukan sosial ekonomi dan ketenaran. 6. Situation, meliputi: Mental yang baik, status yang baik, mempunyai keahlian, berkeinginan untuk maju, berdaya kepengikutan, berorien tasi kepada tujuan.

38 39

Ibid, hlm 48 Ibid, hlm 209

43

Pemimpin itu tidak dilahir dengan sendirinya melainkan dia lahirnya dari lingkungan, berbeda dengan G.R. Terry yang mengemukakan kepemimpinan itu merupakan salah satu aspek atau segmen dari actuating atau pergerakan. Kepemimpinan menurut G.R.Terry40 pemimpin itu harus memiliki syarat-syarat seperti dibawah ini : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Energy Knowledge of human relation Personal drive Communicative skill Teaching ability Social ability Technical competence

Sehubungan dengan tugas kepemimpinan dilengkapi pemimpin dengan pemahamam dari gaya kepemimpinan yang efektif dan tingkat kematangan para pengikutnya. Dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin ini, ada dua hal yang biasanya dilakukan oleh pemimpin terhadap bawahan atau pengikutnya, yakni menurut Thoha41 : perilaku mengarah dan perilaku mendukung. Perilaku mengarah dapat dirumuskan sebagai sejauh mana seorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi satu arah, bentuk pengarahan dalam komunikasi satu arah ini antara lain : 1. Menetapkan peranan yang harus dilakukan pengikut. 2. Memberitahukan pengikut tentang apa yang seharusnya bisa dikerjakan, dimana melakukan hal tersebut. 3. Bagaimana melakukannya, dan melakukan pengawasan secara ketat terha dap apa yang dilakukan. Perilaku mendukung ialah : Sejauh mana seorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua arah
40 41

Sukarna, Kepemimpinan dalam Adminitrasi Negara, 2006 hlm 60-61 Thoha Miftah, Kepemimpinan, 2010 hlm 64

44

Jika seorang pemimpin kurang kreatif dan tidak dinamis maka dalam organisasi yang dipimpinnya pun akan melempem. Umumnya hal ini juga menentukan bagaimana organisasi yang dipimpinnya, kegiatan dan dinamika yang terjadi didalam organisasi sebagian besar ditentukan oleh cara pemimpin memimpin organisasi. Efektifitas para bawahan sebagian besar ditentukan oleh efektifitas kepemimpinan seorang pemimpin. Selanjutnya menurut Hasibuan42 : Pemimpin adalah seorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan. Seorang pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan perkataan lain beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila43adalah : Ing ngarsa sung tuladha: seorang pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Ing madya mangun karsa: seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya. Tut wuri handayani: seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya berani berjalan didepan dan sanggup bertanggungjawab. mengerjakan

42 43

Op.cit, hlm 61 Ibid, hlm 43

45

3. Pengawasan

Sebagai legislatif desa, fungsi BPD membuat peraturan desa (PERDES), BPD ikut serta merumuskan dan menetapkan peraturan desa yang dijadikan keputusan desa,yang dijalankan oleh pemerintahan desa untuk kepentingan masyarakat itu sendiri. Didalam Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005 (b) menyatakan bahwa: BPD mempunyai wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa.

Bagan I Pengawasan
PEMERINTAHAN DESA PENGAWASAN BPD

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 15

1. Peraturan Desa 2. Keputusan kepala desa 3. APBDes

Masyarakat yang Adil dan Makmur Makmur Sumber : Olahan Data Penelitian Tahun 2011

Dalam

penyelenggaraan

Pemerintahan

Desa,

pemerintahan

desa

mengusulkan rancangan peraturan desa kepada BPD untuk mendapatkan persetujuan dari BPD, setelah mendapatkan persetujuan dari BPD ditetapkan oleh

46

kepala desa dan dijadikan sebagai keputusan kepala desa. Sebagai wujud demokrasi didesa yang berfungsi sebagai legislatif didesa dan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa, keputusan kepala desa serta APBDes Melalui Peraturan Pemeritah No.72 Tahun 2005 penyelenggaraan pemerintah desa dan BPD dalam mengawasi penyelenggaran pemerintah desa ialah sebagai pertanggungjawaban wadah dari masyarakat, agar dapat mewujudkan kedaulatan rakyat (demokrasi) antara Pemeritah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Dalam era menuju kehidupan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan cita-cita nasional bangsa Indonesia. Dan untuk terciptanya keterpaduan dan kerjasama yang baik antara Kepala Desa dengan BPD, maka sudah seharusnya inisiatif usaha hendaknya datang dan muncul terlebih dahulu dari BPD dan dengan menjalankan fungsi-fungsi yang harus dilaksanakannya .Berdasarkan pengamatan terhadap masalah belum optimalnya tugas BPD dalam menampung aspirasi masyarakat dan kurangnya pengawasan oleh BPD terhadap penyelenggaraan pemerintah desa di berbagai daerah, ialah masalahnya Bagaimana Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam

Pemerintahan Desa di Desa Bintan Buyu Kabupaten Bintan Erat kaitannya bahwa BPD merupakan yang mempunyai tanggung jawab yang penting sebagai wakil-wakil masyarakat desa yang diberikan kepercayaan terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat serta kegiatan yang dilaksanakan

47

baik yang bersifat sosial, budaya, pemerintahan maupun sosial ekonomi masyarakat. Tugas pengawasan juga harus diperhatikan setelah Perdes dihasilkan, supaya Perdes dapat berjalan dengan baik, antara lain tugas pengawasan Badan Permusyawaratan Desa. Dari segi teknis pengawasan tersebut, menurut Siagian44 pelaksanaan pengawasan dapat dikelompokan menjadi dua (2) bentuk yaitu : 1. Pengawasan langsung, yakni pengawasan yang dilakukan secara langsu ng, seperti : Inspeksi, observasi maupun melalui laporan langsung. 2. Pengawasan tak langsung, yakni pengawasan yang dilakukan dengan pemanfaatan sarana-sarana seperti laporan tertulis maupun secara lisan. Selanjutnya Siagian45 menjelaskan beberapa sifat pengawasan, yakni : a. Pengawasan ekstern yaitu pengawasan yang dilakukan antara lintas sektoral atau pihak dari luar. b. Pengawasan intern yaitu pengawasan yang melekat pada seseorang atau pimpinan unit organisasi. Dalam hal ini juga dikatakan Siagian46 bahwa : pengawasan merupakan suatu proses pengamatan untuk menjamin agar pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Dari kedua sifat pengawasan yang berasal dari luar maupun dalam, kesemuanya itu didasarkan kepada strategi bagaimana suatu tujuan dapat sesuai dan berjalan sebagaimana rencana yang telah ditetapkan. Menurut Manullang47, mengatakan bahwa yang menjadi dasar utama perlunya diadakan pengawasan dikarenakan adanya : (1) kesalahan manusia; (2) Hasil yang tidak diharapkan; (3) Ketidak tentu
44 45

Ibid, hlm 115 Ibid, hlm 21 46 Loc.cit, hlm 107


47

Manullang. M, Pengembangan Pegawai 1991 hlm 137

48

an; (4) Kegagalan. Jelaslah kiranya bahwa pengawasan memainkan peranan yang sangat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan. Dalam hal ini juga dikatakan Siagian48bahwa: Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pengawasan itu mutlak perlu karena manusia bersifat salah, paling sedikit bersifat khilaf. Manusia dalam organisasi perlu diamati, bukan dengan maksud mencari kesalahannya dan kemudian menghukumnya. Definisi Pengawasan menurut Siagian49 mengatakan bahwa : pengawasan dari seluruh organisasi bertujuan untuk menjamin semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Bertitik tolak dari pandangan tentang pengawasan seperti yang telah dikemukakan, kiranya penting untuk menekankan bahwa pengawasan harus terselengggara dengan efektif menurut Siagian50yang dimaksud dengan pengawasan efektif adalah: 1.) Pengawasan yang menjamin bahwa tindakantindakan pencegahan yang diperlukan meredam kemungkinan terjadinya deviasi dapat diambil sedini mungkin selama kegiatan operasional berlangsung apabila terus berlanjut dapat berarti tidak terlaksananya rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. 2.) Dengan kata lain, pengawasan yang efektif tidak seharusnya diupayakan untuk mencari dan menemukan siapa yang selah melainkan mencari

48 49 50

Op.cit., hlm 114 Loc.cit., hlm 107 Siagian P. Sondang, Manajemen Stratejik Tahun 2011 hlm 261

49

dan menemukan faktor-faktor penyebab ketidak beresan dalam operasionalisasi rencana. Sehubungan dengan pengawasan Siagian51 mengutip pendapat Harold Kontz dan Cyrill ODonnel : Planning and Controlling are the two sides of the same coin, artinya bahwa perencanaan dan pengawasan merupakan kedua belah mata uang yang sama. Jelas bahwa tanpa rencana pengawasan tidak mungkin dilaksanakan karena tidak ada pedoman untuk melaksanakan pengawasan itu,sebaliknya rencana tanpa pengawasan akan berarti kemungkinan timbulnya penyimpangan-penyimpangan dan/atau penyelewenganpenyelewengan yang serius tanpa ada alat untuk mencegahnya. Selanjutnya, agar pelaksanaan pengawasan benar-benar dapat mencapai sasaran yang dikehendaki, maka dalam pelaksanaannya hendaknya mengikuti tahap-tahap yang menjadi indikator pelaksanaan pengawasan, Tahap-tahap tersebut Menurut Manullang52 adalah : Menentukan standar (alat ukur), mengadakan penilaian (evaluate) dan mengadakan tindakan perbaikan (corrective action). Selanjutnya senada pelaksanaan pengawasan benar-benar dapat mencapai sasaran yang dikehendaki, maka didalam pelaksanaannya memerlukan suatu proses biasanya terdiri paling sedikit lima tahap (langkah). Menurut

Handoko53proses pengawasan adalah: Serangkai kegiatan didalam melaksanakan pengawasan terhadap suatu tugas atau pekerjaan dalam suatu organisasi. Proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan atau langkah tertentu yang bersifat fundamental. Proses pengawasan tersebut adalah:
51 52 53

Ibid, hlm 112 Op.cit., hlm 173 Handoko. T. Hani, Manajemen, 2003, hlm 363

50

1. Penentuan standar pelaksanaan atau perencanaan. 2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan. 3. Perbandingan pelaksanaan dengan standar analisis penyimpangan. 4. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan. Kemudian menurut Handayaningrat54 pengawasan adalah : Suatu proses dimana pemimpin ingin mengetahui dan memilliki kenyataan yang sebenarnya mengenai sebenarnya pelaksanaan tugas atau kegiatan sesuai dengan sebagaimana mestinya atau tidak. Selanjutnya menurut Yuniarsih dan Suwanto55 Proses pengawasan yang efektif diawali oleh perencanaan yang matang, diikuti oleh pemantauan atas implementasi, dan pembinaan secara berkesinambungan. Dengan demikian peluang-peluang untuk terjadinya penyimpangan, sejak awal sudah dipagari oleh tindakan-tindakan preventif dan sollusi yang relevan. Dalam proses pengawasan disertai prinsip pengawasan agar pelaksanaan penngawasan dapat berjalan dengan efektif, menurut pendapat Winardi56 yang dikutip dari George R.Terry ialah : Pengawasan efektif membantu usaha-usaha kita untuk mengatur pekerjaan yang direncanakan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut berlangsung sesuai dengan rencana. Kemudian menurut Ukas57 memberikan pendapat yang senada tentang bentuk pengawasan sebagai berikut: Suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk memantau, mengukur dan bila perlu melakukan perbaikan atas pelaksanaan kerja sehingga apa yang telah yang direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
54 55 56 57

Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, 1996 hlm 143 Yuniarsi dan Suwanto, Manajemen, 2009 hlm 111-112 Op.cit, hlm 396 Ukas Maman. Manajemen, 1999 hlm 329

51

Maksud pengawasan adalah untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan. Jadi maksud pengawasan bukan mencari kesalahan terhadap orangnya, tetapi mencari kebenaran terhadap hasil pelaksanaan pekerjaanya. Tujuan pengawasan adalah agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Tugas (fungsi) pengawasan : a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan. b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaanya sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian dan kelemahan, agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan. d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan - pemborosan. Selanjutnya hakekat pengawasan menurut Salamoen Soeharyo dan Nasri Effendi58 adalah: Untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan tugas-tugas organisasi.

58

Salamoen Soeharyo dan Nasri Effendi, Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, 2009 hlm 75

52

Untuk menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi kriteria tertentu. Kriteria-kriteria utama menurut Handoko59 adalah: 1) mengawasi kegiatan-kegiatan yang benar, 2) Tepat waktu, 3) Dengan biaya yang efektif, 4) Tepat-akurat, dan 5) Dapat diterima oleh yang bersangkutan. Semakin dipenuhinya kriteria-kriteria tersebut semakin efektif sistem pengawasan. Mekanisme pengawasan menurut Sujamto60 : Pada garis besarnya prinsip-prinsip dan mekanisme proses pengawasan untuk semua bidang adalah sama bahwa semua bidang dan semua kegiatan dalam penyelenggaraan pemerintah (kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin) perlu diawasi untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna yang setinggi-tingginya serta untuk menghindari kesalahan-kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan. Dalam melaksanakan kegiatan Pengawasan, seyogyanya Pelaksanaan Pengawasan harus memahami dan menerapkan fungsi Pengawasan sebaikbaiknya, sehingga tidak terlepas dari fungsi Pengawasan itu sendiri. Pengawasan juga menjaga agar rencana yang ditetapkan dapat dicapai semua aspek yang ada dalam perusahaan maupun yang diuar perusahaan tetap berjalan kearah untuk mencapai tujuan organisasi. Sebagaimana Sujamto61 menambahkan Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau pekerjaan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak. Berdasarkan beberapa konsep tentang pengawasan yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, menunjukkan pentingnya dilakukan pengawasan terhadap segala aktifitas/kegiatan dalam organisasi pemerintahan. Hal ini adalah
59 60 61

Op.cit, hlm 373 Op.cit, hlm 77 Ibid, hlm 63

53

sebagaimana mestinya, ada banyak hal untuk menentukan penyebab kegagalan BPD atau keberhasilan BPD. Tetapi masalah yang selalu berulang didalam suatu organisasi yang gagal adalah tidak atau kurang adanya pengawasan yang memadai. Dipandang dari sudut tugas BPD, maka lembaga tersebut dituntut agar lebih aktif dan dinamis dalam menjalankan serta menjalankan fungsinya. Dengan kata lain BPD harus melakukan komunikasi dengan masyarakat dalam rangka mencari dan menggali apa yang menjadi aspirasi masyarakat yang disalurkannya agar aspirasi masyarakat tersebut dapat tersalurkan dengan baik. Satu hal yang perlu diperhatikan disini adalah upaya untuk mencari data dan informasi yang berkenan dengan masalah-masalah yang menjadi bahasan dalam proses pembuatan suatu peraturan desa yaitu adanya keterbukaan semua pihak untuk memberikan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan suatu kebijakan serta adanya kesesuaian antara kebijaksanaan yang dihasilkan oleh BPD dengan keinginan masyarakat yang diwakilinya. BPD merupakan pemeran yang mempunyai lingkup tanggung jawab yang penting bagi wakil-wakil masyarakat desa yang diberikan kepercayaan terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat serta kegiatan yang dilaksanakan baik yang bersifat sosial budaya, pemerintahan dan sosial ekonomi masyarakat. Dari beberapa hal tersebut, maka segi pelaksanaanya diperlukan terhadap suatu kondisi bersifat potensial keterlibatan serta kerjasama diantara kelembagaan BPD dengan

54

pihak pemerintah desa baik bersifat tahapan awal seperti, perencanaan maupun tahapan akhir menyangkut hasil rencana yang dilaksanakan tersebut dimasyarakat.

55

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK BINTAN

A. Peta Wilayah Desa Bintan Buyu dan Luas Wilayah : 49,2 KM2

Sumber : Kantor Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan 2011

1. Kondisi Desa Desa Bintan Buyu dengan luas 49,2 Km2, memiliki kondisi desa yang sangat strategi dari perbukitan dan rawa-rawa, dan memiliki sebuah gunung yang

55

56

dinamakan Gunung Bintan. Didesa tetapkan telah ditetapkan menjadi ibu kota Kabupaten Bintan yang diberinama BANDAR SRI BENTAN. 2. Sejarah Desa Bintan Buyu Pada dahulu kala ada sebuah kampung yang bernama Bentan Telani yang berkedudukan di Bukit Batu (Tebing Tinggi) dan dikampung tersebut terdapat makam-makam bekas peninggalan kerajaan Bentan, disamping itu diseputaran kampung Bentan Telani terdapat sebuah gunung yang diberi nama Gunung Bintan, gunung tersebut terletak dikampung Bentan, berkenaan dengan adanya Gunung Bintan tersebut maka jadilah sebuah desa yang dulunya disebut kepenghuluan bentan. Selanjutnya dengan adanya penetapan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Riau maka kampung bentan tersebut diganti dengan nama Desa Bintan Buyu. Kampung bintan telani tersebut sekarang diberi nama kampung Bintan Bukit Batu sebagai pusat Ibukota Pemerintah Desa Bintan Buyu dan Desa Bintan Buyu tersebut juga telah ditetapkan menjadi Ibukota Kabupaten Bintan yang berkedudukan di Bandar Sri Bentan Bintan Bukit Batu. 3. Visi dan Misi a. Visi : Bintan Buyu Bisa Menuju 2015 Bersih, Indah, Sehat dan Aman b. Misi : Mewujudkan Kesadaran dan Perilaku Hidup Sehat 4. Demografi Jarak Desa Bintan Buyu, 27 Km ke Kecamatan Teluk Bintan, sekitar 44 Kilo Meter ke Kabupaten Bintan, dan luas wilayah 49,2 Km2 Memiliki 13 RT dan 6 RW dengan berbatasan dengan:

57

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sri Bintan 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tembeling 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Penaga 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Toapaya Utara

B. Kependudukan dan Mata Pencarian Menurut data dari kantor Desa Bintan Buyu November 2011, penduduk Desa Bintan Buyu berjumlah 2.283 jiwa atau 543 Kepala Keluarga (KK), yang terdiri atas laki-laki yang berjumlah 1140 jiwa dan perempuan yang berjumlah 1313 jiwa. Sebagian besar dari jumlah penduduk tersebut adalah suku melayu yang merupakan penduduk asli Desa Bintan Buyu, dan ada juga suku-suku pendatang seperti : Jawa dan Padang. Untuk lebih jelasnya berikut adalah klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan per Rukun Tetangga/Rukun Warga yang disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2 Klasifikasi Jumlah Penduduk Per Rukun Tetangga/Rukun Warga di Desa Bintan Buyu N O 1 2 3 4 5 6 7 RT/RW RT.01/RW.I RT.02/RW.I RT.03/RW.II RT.04/RW.II RT.5/RW.III RT.6/RW.III RT.07/RW.IV JIWA LAKIWANIT LAKI A 70 69 50 61 70 75 74 84 99 86 41 65 158 201 JUMLA H 139 111 155 158 185 106 359 KK 31 35 35 36 43 33 78 KETERANGA N

58

Lanjutan Tabel 2 8 9 10 11 12 13 RT.08/RW.IV RT.09/RW.V RT.10/RW.V RT.11/RW.VI RT.12/RW.VI RT.13/RW.VI JUMLAH 183 135 52 52 77 79 1140 182 200 61 65 84 80 1313 265 235 113 137 161 159 2283 65 42 30 40 32 43 543

Sumber : Kantor Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan 2011

Untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari cenderung memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Desa Bintan Buyu tersebut, biasanya mereka memanfaatkan lahan disekitar rumah untuk bercocok tanam. Masyrakat di Desa Bintan Buyu kebanyakan berkerja sebagai petani, nelayan dan sebagainya. Sebagai nelayan tangkapan yang didapat adalah ikan, udang, ketam dan lainnya dengan menggunakan sampan dan perahu motor yang biasa disebut pompong sebagai alat transportasi untuk melaut. Para nelayan biasa memakai jaring, karamba, jala, dan pancing. Sebagai wirausaha mereka biasanya ada yang berkerja di daerah kabupaten sebagai pembantu rumah tangga, ada juga yang berjualan membuka warung dan serta kebanyakan dari mereka banyak yang mengolah hasil kebun dan pertanian seperti : Jagung, cempedak, durian dan lainnya di wilayah Desa Bintan Buyu. Potensi alam yang dimiliki Desa Bintan Buyu yang manajuga menjadi Objek Wisata air terjun gunung bintan yang terletak dibintan berkapur, Objek Wisata ini pun menjadi potensi Desa dari hasil restibusi tersebut di jadikan PADes Bintan Buyu. Selain objek Wisata yang dimiliki Desa Bintan Buyu adanya peninggalan sejarah kuno kerajaan melayu yang tertua di pulau Bintan, berada di

59

Desa Bintan Buyu dibuktinya dengan adanya makam-makam tua, tempat peninggalan sejarah tersebut sekarang sedang direnovasi dan dan nantinya juga akan dibuat Peraturan Desa (Perdes), yang menetapkan pungutan untuk pengunjung yang berkunjung ketempat bersejarah tersebut dan juga nantinya menjadi PADes. Meskipun mata pencarian penduduk Desa yang bervariasi, namun pola adaptasi masyarakat Desa Bintan Buyu terhadap kehidupan laut dan hutan sedikit menurun di bandingkan 5 tahun belakangan. Hal ini dampak dari pemekaran daerah Kabupaten Bintan. Akibat pemekaran daerah tersebut hampir sebagian besar penduduk di daerah Kabupaten Bintan termasuk juga penduduk di Desa Bintan Buyu yang dulu berkerja sebagai nelayan dan petani, sekarang mereka menjadi wiraswata atau buruh bangunan. Penghasilan musiman yang biasanya dinantikan oleh masyarakat desa yang memiliki kebun buahbauahan yaitu pada musim buah durian dan lainnya, saat musim buahbuahan tiba maka mereka sibuk untuk mengurus kebun. Seperti pada musim durian tiba mereka mulai menjaga pohonpohon durian mereka dari mulai awal berbuah hingga sampai habis buahnya. Dari hasil kebun yang meraka peroleh digunakan sebagai untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari dan juga digunakan untuk tabungan sekolah anak mereka. Untuk lebih jelasnya lagi komposisi jumlah penduduk menurut usaha/mata pencaharian dapat dilihat seperti yang ditampilkan pada tabel

60

Tabel 3 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan pada Mata Pencaharian di Desa Bintan Buyu NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MATA PENCAHARIAN Pertanian Peternakan Pedagang Buruh Bangunan/ Buruh Tani Nelayan Pegawai Negeri Sipil ABRI Pensiunan (Peg.Negeri / ABRI) Lain-lain / Karyawan Swasta JUMLAH (ORANG) 321 Orang 25 Orang 16 Orang 349 Orang 18 Orang 9 Orang 1 Orang Tidak Ada 325 Orang

Sumber: Kantor Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan 2011

C. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat Desa Bintan Buyu relatif masih sangat rendah hal ini terkait dengan status ekonomi masyrakat di Desa Bintan Buyu yang berkisar pada tarap ekonomi kurang mampu dan mereka kebanyakan berasal dari kelompok ekonomi menengah kebawah. Status sosial dan ekonomi masyarakat yang rendah tersebut maka berdampak pada rendahnya sumber daya manusia di Desa Bintan Buyu, maka hal ini menjadi bahan pertimbangan yang berarti, dimana kalau dilihat dari permasalahan tersebut maka perlunya peranan dari BPD dan pemerintah Desa untuk memajukan masyarakat dalam bentuk pemberdayaan masyarakat, hal tersebut tidak terlepas tugas BPD di Desa Bintan Buyu Kabupaten Bintan. Sehubungan dengan keterbatasan kemampuan ekonomi keluarga dalam menyekolahkan anaknya, banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan

61

sekolah. Disamping karena rendahnya minat sang anak untuk melanjutkan sekolah juga disebabkan oleh besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan tersebut. Harapan atas kesadaran setiap orang tua untuk memikirkan pendidikan anaknya sudah semakin besar, yang nantinya dapat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan kearah yang lebih baik. Dari data yang diperoleh dari kantor Desa Bintan Bintan Buyu, sebagian besar tingkat pendidikan di Desa Bintan Buyu hanya tamatan SD (Sekolah Dasar) dan masih ada sebagian penduduk yang belum sama sekali mengecap pendidikan, dan ada sebagian laginya yang berpendidikan SMP, dan Akademi, masih ada juga yang sebagian orang yang masih buta huruf ( buta aksara ) yang perlu menjadi pusat perhatian pemerintah desa maupun pemerintah daerah. Untuk lebih jelas tetang pendidikan di desa Bintan Buyu, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan pada Tingkat Pendidikan di Desa Bintan Buyu NO 1 2 3 4 5 6
Sumber : Buyu Kecamatan Teluk Bintan 2011

TINGKAT PENDIDIKAN Tidak tamat SD SD / MI SLTP / Mts SLTA / MA /SMK Diploma Sarjana

JUMLAH (ORANG) 621 703 343 567 42 7


Kantor Desa Bintan

62

D. Sarana dan Prasarana Desa Bintan Buyu 1. Sarana dan Perasarana Pendidikan a. Tujuan : Meningkatkan Produktifitas Belajar b. Sasaran : Sasaran dari kegiatan ini adalah Pemantapan Sarana dan Prasarana Pendidikan. c. Output : Keluaran dari kegiatan ini adalah adanya sarana dan prasarana Pendidikan bias terfasilitasi d. Manfaat 1. Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana Pendidikan 2. Meningkatnya penunjang kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di SD dan SLTP. 2. Pengadaan Sarana dan Prasarana Kesehatan (Ambulance Desa) a. Tujuan Mempermudah Pelayanan Kesehatan b. Sasaran Seluruh warga masyarakat c. Output adanya ambulance desa yang dapat melayani kebutuhan warga dengan cepat.

63

3. Program Sarana dan Prasarana Pembangunan Balai Desa Bintan Buyu a. Tujuan Membuat Pembangunan Fisik Balai Desa b. Sasaran Balai Desa c. Output Tersedianya tempat pertemuan warga masyarakat d. Manfaat Menampung peserta rapat / pertemuan di Desa Bintan Buyu 4. Program Sarana dan Prasarana Pemberdayaan Lingkungan Hidup (Penghijauan) a. Tujuan Penataan ruas jalan yang ada di Desa Bintan Buyu b. Sasaran Beberapa kampung yang ada di Desa c. Output Terciptanya suasana kenyamanan di lingkungan d. Manfaat Keindahan dan kelestarian di linkungan perkampungan 5. Pengadaan Sarana dan Prasarana alat musik tradisional dan Non Tradisional dan Tata rias a. Tujuan

64

Mengembangkan bakat generasi muda di bidang seni rupa dan mempermudah warga dalam acara pesta perkawinan dan lain -lain b. Sasaran Sanggar tari dan Pemuda Desa Bintan Buyu c. Output Pelestarian budaya melayu dan Peningkatan Mutu Pemuda di bidang kese nian d. Manfaat Mengurangi beban warga 6. Usaha Ekonomi Desa (UED-SP, SPKP) a. Tujuan Membantu masyarakat dalam pengembangan usaha b. Sasaran Masyarakat Desa Bintan Buyu c. Output Memudahkannya masyarakat dalam hal peminjaman modal usaha d. Manfaat Bisa meluaskan usaha kecil menengah 7. Pengadaaan Bibit Getah Unggul dan Bibit (Sapi, kambing) a. Tujuan Meningkatkan mutu dan kualitas b. Sasaran Kelompok Usaha Bersama dan Petani yang ada di Desa Bintan Buyu

65

c. Output Terdapatnya kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat d. Manfaat Menambah penghasilan warga Meningkatkan taraf hidup 8. Pembangunan Sarana dan Prasarana Objek Wisata a. Tujuan Menumbuh kembangkan adat budaya yang sudah mati b. Sasaran Pemantapan sarana dan prasarana Objek Wisata yang sudah ada c. Output Pembangunan dan penambahan Sarana Pariwisata d. Manfaat Menambah akses pelayanan kepada pengunjung Objek Wisata 9. Peningkatan Budi daya ikan air tawar/laut a. Tujuan Mengembangkan produksi ikan air tawar/laut b. Sasaran Kelompok Usaha Bersama c. Output Terdapatnya kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat d. Manfaat . Menambah penghasilan warga

66

. Meningkatkan taraf hidup . Meningkatkan perekonomian masyarakat yang akan berdampak pada Peningkatan taraf hidup dan sejahtera

Tabel 5 Sarana Olah Raga di Desa Bintan Buyu No 1 2 3 4 Jenis Sarana Lapangan Sepak Bola Lapangan Bola Volly Lapangan Bulu Tangkis Lapangan Takraw Jumlah Jumlah 6 buah 8 buah - buah 3 buah 17 buah

Sumber : Kantor Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan 2011

Dari Tabel di atas dapat dilihat jumlah sarana olahraga yang ada di Desa Bintan Buyu, yang terdiri dari lapangan sepak bola, lapangan bola volly, lapangan bulu tangkis, dan lapangan takraw. Tujuan penyediaan sarana (fasilitas) ini adalah dalam rangka memberdayakan masyarakat agar dapat hidup sehat dan sejahtera.

E. Sistem Pemerintahan Pemerintah Desa Bintan Buyu dipimpin oleh seorang kepala desa yang dipilih melalui proses pemilihan kepala desa yang kemudian disahkan oleh camat atas bupati. Hal paling penting bagi masyarakat desa dalam pemilihan kepala desa adalah pilihan calon yang memiliki kriteria yang mempunyai kemampuan untuk

67

menjadi pemimpin dan dapat membawa masyarakat kearah perubahan yang lebih baik serta mempunyai tujuan untuk melaksanakan pembangunan desa bersama BPD. Agar dapat berjalannya pemerintahan desa yang stabil dan demokrtis sesuai dengan amanah UUD 1945, maka di desa juga terdapat organisasiorganisasi kemasyarakatan dalam rangka mencerdaskan masyarakat selain langkah pendidikan oleh pemerintah. Untuk lebih jelasnya tentang sistem pemerintahan di desa Bintan Buyu di jelaskan pada bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Bintan Buyu.

68

Bagan 2 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan
KEPALA DESA KEPALA DESA KAHARUDDIN KAHARUDDIN

ORGANISASI KEMASYARAKATAN

SEKRETARIS DESA ABDULLAH

KAUR PEM KAUR ENDANG PEMERINTAH

KAUR PEMB HADI

KAUR TRANTIB HENDRA

KAUR KESRA NURAINI

KAUR ADM DAN KEUA NGAN

SITA

KEPALA DUSUN I BAWADI

KEPALA DUSUN II ABDUL ZAMAN

KEPALA DUSUN III ATAN MUSTAPA

Sumber : Kantor Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Tahun 2011

69

1. Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Unit Kerja a. Kepala Desa 1. Kedudukan : Sebagai Pemimpin Penyelenggara Pemerintahan Desa 2. Tugas :

a. Memimpin penyelenggara Pemerintahan Desa b. Pembinaan kehidupan masyarakat desa c. Membina perekonomian masyarakat desa d. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa e. Mendamaikan perselisihan masyarakat desa f. Mewakili desanya didalam dan diluar pengadilan dan menunjukan kuasa hukumnya g. Mengajukan rancangan peraturan desa (Perdes) bersama BPD h. Menjaga kelestarian adat istiadat agar hidup dan berkembang di Desa yang bersangkutan 3. Fungsi :

a. Penyelenggaraan pemerintahan desa b. Pembinaan kehidupan masyarakat desa c. Membina perekonomian masyarakat desa d. Pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat desa e. Penyelesihan perselisihan masyarakat desa f. Perwakilan desanya didalam dan diluar pengadilan dan menunjukan kuasa hukumnya.

70

g. Penyusunan dan pengajuan rancangan Peraturan Desa bersama BPD dan menetapkannya sebagai PERDES h. Pelestarian adat istiadat yang hhidup dan berkembang di desa b. Sekretaris Desa 1. Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Desa 2. Memimpin, menkoordinasi dan mengendalikan serta mengawasi semua unsur / kegitan Sekretaris Desa 3. Memberikan informasi mengenai keadaan Sekretaris Desa dan keadaan umum desa 4. Merumuskan program kegitan Kepala Desa 5. Melaksanakan urusan surat menyurat kearsipan dan laporan 6. Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan mencatat hasilhasil rapat 7. Menyusun Rancangan Anggaran Penerimaan dan Belanja Desa 8. Mengadakan kegitan iventarisasi (mencatat, mengawasi, memelihara) kekayaan desa 9. Melaksanakan kegiatan pencatatan mutasi tanah pencatatan administrasi pertanahan 10. Melaksanakan administrasi kependudukan, administrasi pembangunan, administrasi kemsyarakatan 11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa

71

c. Kaur Pemerintahan dalam membantu Sekretaris Desa 1. Melaksanakan kegiatan administrasi penduduk desa 2. Melaksanakan dan memeberikan pelayanan terhadap masyarakat dala m pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) 3. Melaksanakan kegiatan administrasi pertanahan 4. Melaksanakan pencatatan kegiatan administrasi pertanahan 5. Melaksnakan kegiatan kemasyarakatan antara RW, RT, dan Ketentram an dan Ketertibannya serta Pertahanan Sipil (HANSIP) 6. Melaksanakan Penyelenggaraan Buku Administrasi Peraturan Desa dan Keputusan Desa 7. Melasanakan Kegitan Administrasi Pemilu berdasarkan ketentuan yang berlaku 8. Melaksanakan, mengawasi serta membina ex tahanan politik c (G. 30 S / PKI ) dan kegitan sosial politik lainnya 9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa d. Kaur Keuangan dalam membantu Sekretaris Desa 1. Melakukan kegiatan pencatatan mengenai penghasilan Kepala Desa dan Perangkat Desa sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku 2. Mengumpulkan dan menganalisa data sumber penghasilan desa baru untuk dikembangkan 3. Melakukan kegiatan administrasi pajak yang dikelola oleh desa

72

4. Merencanakan penyusunan Anggaran Belanja Desa untu dikonsutasikan dengan BPD 5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa e. Kaur Ketentraman dan Ketertiban dalam membantu Sekretaris Desa 1. Membina ketentraman dan ketertiban di wilayahnya sesuai dengan kebijaksanaan ketentraman dan ketertiban ditetapkan oleh Pemerintah 2. Melakukan dan melaksanakan administrasi ketertiban dan ketentraman 3. Menyususun jadwal serta mengikuti perkembangan pelaksanaan piket desa 4. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 di lingkungan desa 5. Melapporkan apabila terjadi tindak kriminal baik kepada desa maupun kepada yang berwajib 6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Sekretaris Desa f. Kaur Perekonomian dan Pembangunan dalam membantu Sekretaris Desa 1. Melaksanakan kegitan administarsi pembangunan di Desa 2. Melaksanakan pencatatat hasil swadaya masyarakat dalam Pembangunan Desa 3. Menghimpun dana potensi desa serta menganalisa dan memeliharanya untuk dikembangkan 4. Melaksanakan pencatatan dan mempersiapkan bahan guna pembuatan Daftar Usulan Rencana Proyek / Daftar Usulan Kegiatan serta mencatat Daftar Isian Proyek / Daftar Isian Kegitan

73

5. Mengikuti dan melapporkan perkembangan keadaan dan kegiatan dibid ang pertanian, perindustrian maupun pembangunan lainnya 6. Mengikuti dan melaporkan perkembangan keadaan perekonomian (Kop erasi Unit Desa, Perkoperasian, Perkreditan, dan Lembaga Perekonomia nnya) 7. Melaksanakan pencatatan mengenai tera ulang dan memberikan pelayan an terhadap masyarakat dalam hal memohon pembuatan izin usaha, izin bangunan dan lain-lain 8. Melaksanakan tugas lainyang diberikan oleh Seskretaris Desa g. Kaur Kesejahteraan Rakyat dalam membantu Sekretaris Desa 1. Melaksanakan kegiatan pencatatan keadaan kesejahteraan rakyat / masyarakat termasuk bencana alam, bantuan sosial, pendidikan dan kebudayaan, kesenian, olah raga, pemuda, pramuka, dan PMI di Desa 2. Menyelenggarakan iventarisasi penduduk yang tuna karya, tuna wisma, Tuna susila, para penyandang cacat baik mental maupun fisik, yatim piatu, jompo, panti asuhan dan pencatatan dalam rangka memasyarakatkan kembali bekas narapidana 3. Mengikuti perkembannngan serta melaporkan tentang keadaan kesehata n masyarakat dan kegitan lainnya di Desa 4. Mengikuti permbangan serta mencatat kegiatan program kependudukan ( Keluarga Berencana, Ketenagakerjaan, Transmigrasi dan lingkungan Hidup ) 5. Melakukan kegiatan pencatatan bagi para peserta jamaah haji di Desa

74

6. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan perkembangan keagamaan, kegiatan Badan Amil Zakat (BAZ) dan melaksanakan pengurusan kematian 7. Melaksanakan kegiatan DKM, Lumbung Bahagia/beras perelek 8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa 2. Tugas dan Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Bintan Buyu. Desa Bintan Buyu memiliki Badan Permusyawaran Desa (BPD) yang terbentuk pada tahun 2003 yang berada di Kabupaten Bintan, BPD terdiri dari lima orang yang merupakan wakil masyarakat, karena yang menjadi BPD adalah tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, yang dipilih dengan jalan musyawarah dan mufakat, tata cara pemilihannya diatur oleh Peraturan Bupati (Perbup). Mengenai tugas dan fungsinya sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Undang Undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan di sebutkan juga dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 72 Tahun 2005 tentang Desa, dimana peraturan tersebut menjelaskan tugas dan fungsi BPD dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat, aspirasi dan keluhan masyarakat merupakan tolak ukur bagi BPD dalam bertindak, kemajuan masyarakat merupakan tujuannya, hal tersebut dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Mengenai kedudukan tugas dan fungsi BPD secara jelas di muatkan dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 07 tahun 2007 tentang pembentukan BPD, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

75

a. Bagian Kesatu Kedudukan dan Fungsi Pasal 2 a. BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa b. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalur aspirasi masyarakat. b. Bagian Kedua Wewenang Pasal 3 a. Membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan 1. Desa dan Perturan Kepala Desa 2. Mengusulkan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa dan atau Pejabat 3. Membentuk Panitia Kepala Desa 4. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat. 5. Menyusun Tata Tertib BPD Pelaksanaan tugas dan fungsi BPD dapat dikatakan sebagai suatu wadah yang berbeda dimasyarakat yang melaksanakan tugas dan tanggungjawab terhadap upaya peningkatan taraf kehidupan masyarakat desa maupun menyangkut akan peningkatan ketahanan segala aspek kehidupan yang ada.

76

Tabel 6 Data dan Anggota BPD Desa Bintan Buyu NO 1 2 3 4 5 NAMA SAID MUHAMMAD NOR ADNAN RIDWANSYAH SUPANDI SUWUN WALUYO BASAP JABATAN Ketua Sekretaris Anggota Anggota Angota KETERANGAN

Sumber : Kantor Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Tahun 2011

Berdasarkan pada tabel ini menyajikan keanggotaan BPD Desa Bintan Buyu yang berjumlah lima orang yang di pilih oleh masyarakat. BPD menjalankan tugas dan fungsinya harus sejalan dengan visi dan misi yang telah di buat dan harus dapat melaksanakan tujuan yang ingin di capai pada PP 72 tahun 2005, yang telah memberikan otomatis kepada desa untuk menjadi lebih maju melalui usaha dan swadaya dari masyarakat sendiri untuk kesejahteraan masyarakat. h. LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) 1. LPM mempunyai Tugas : a. Menyususun rencana pembangunan yang partisipatif b. Menggerakkan swadaya Gotong royong masyarakat c. Melaksanakan dan menggalikan pembangunan 2. LPM mempunyai fungsi : a. Wadah untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat

77

b. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memeperkokoh NKRI c. Penyusunan Rencana, pelaksana dan pengelola pembanguna serta manfaat pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisi patif d. Penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa dan partisipasi serta swadaya Gotong royong masyarakat e. Penngali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya serta kelestarian lingkungan hidup f. pemberdayaan dan perlindungan hak politik masyarakat

Tabel 7 Data Nama-nama Pengurus LPM Desa Bintan Buyu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama RISNANDAR IRMANSYAH JUAT SAFARIZAL AMHAR MISMAN SUPARMAN SISWIDIYANTO NORIMAH NURJONI Jabatan Ketua Wakil Ketua Bendahara Sekretaris Seksi Keagamaan Seksi Pembangunan Seksi Olahraga Seksi Pemberdayaan Perempuan Seksi Pertahanan Pangan, KB dan Sosial Keterangan

78

Lanjutan Tabel 7 10 11

M.RIZAL ADURA

Seksi Gerakan Ekonomi Seksi HUMAS

Sumber : Kantor Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan 2011

i. PKK 1. PKK Mempunyai Tugas : a. Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga b. Menyalurkan kreatifitas kesehatan melalui penyuluhan dan pendidi kan kepada masyarakat c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya kaum perempuan 2. PKK Mempunyai fungsi : a. Penyuluh, motivator dan penggerak masyarakat dalam rangka mening atkan kesejahteraan masyarakat b. Fasilitator kesehatan Ibu dan anak melalui posyandu

Tabel 8 Data Nama-nama Pengurus PKK Desa Bintan Buyu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama SUHANA ASPAGIAH ANISAH NOVIA SUSANTI SUPRIATI SUPRIATUN NURAINI KADISAH KHALIPAH JANARIAH Jabatan Ketua Wakil Ketua I Wakil Ketua II Wakil Ketua III Bendahara Sekretaris Wakil Sekretaris Anggota Pokja I Anggota Pokja I Anggota Pokja I Keterangan

79

Lanjutan Tabel 8

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

RAYA SA ODAH RAPIDAH PARTINI LATA SALIYAH NINGSI ASNAH PATIMAH SURYA SITI HASANAH SITI RUBIAH ELIYANTI

Anggota Pokja I Anggota Pokja II Anggota Pokja II Anggota Pokja II Anggota Pokja II Anggota Pokja III Anggota Pokja III Anggota Pokja III Anggota Pokja III Anggota Pokja IV Anggota Pokja IV Anggota Pokja IV Anggota Pokja IV

Sumber : Kantor Desa Bintan Buyu Kabupaten Bintan 2011

j. Rukun Warga/RW 1. Rukun Warga Mempunyai Tugas : a. Mengerakkan swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakatnya di wilayahnya b. Membantu tugas pokok LPM atau sebutan lain dalam bidang pemban gunan di desa 2. Rukun Warga Mempunyai fungsi : a. Pengkoordinasian tugas RT di wilayahnya

80

b. Pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antara RT dan antar masy arakatnya dengan pemerintah c. Media komunikasi, informasi, sosialisasi, anntara pemerintahan desa dan masyarakat k. Rukun Tetangga/RT 1. Rukun Tetangga Mempunyai tugas : a. Membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi tugas Pemerintah b. Memelihara kerukunan hhidup warga c. Menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan dengan menge mbembangkan aspirasi swadaya murni masyarakat 2. Rukun Tetangga Mempunyai fungsi : a. Pengkoordinasi antar warga b. Pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antara sesama anggota masyarakat dengan pemerintah c. Penanganan masalah-masalah kemasyarakatan yang dihadapi warga.

Tabel 9 Data Nama-nama RW dan RT Desa Bintan Buyu No 1 2 3 4 Nama AMRAN PAJRI M. SYAFARUDDIN SUMARJI Jabatan Ketua RW I Ketua RT 1 Ketua RT 2 Ketua RW II Keterangan

81

Lanjutan Tabel 9

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

NURIANTO SUKAMTO ABDUL KUMAR ALIM ALUWI MISNGADI PUJI SELAMAT ABDUL PATAH M.GAFAR AWANG ZEIN SAMSUDIN LUBIS KAMARUDDIN MUSLIM AWANG BAHARUN SAIDINA UMAR

Ketua RT 3 Ketua RT 4 Ketua RW III Ketua RT 5 Ketua RT 6 Ketua RW IV Ketua RT 7 Ketua RT 8 Ketua RW V Ketua RT 9 Ketua RT 10 Ketua RW VI Ketua RT 11 Ketua RT 12 Ketua RT13

Sumber: Kantor Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan 2011

l. Karang Taruna 1. Karang Taruna Mempunyai Tugas : a. Mengembangkan kreatifitas remaja dan pemuda putus sekolah di bi dang olah raga dan keterampilan teknis. b. Fasilitator kegiatan kepemudaan 2. Karang Taruna Mempunyai fungsi : a. Wadah untuk menampung dan menyalurkan aspirasi remaja dan pemuda putus sekolah

82

b. Penumbuhkembangan dan pengerak kreatifitas remaja dan pemuda putus sekolah.

BAB IV ANALISA DATA

A. Bagaimana Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Tahun 2011? Penilaian terhadap keberhasilan BPD melakukan tugasnya dalam

pengawasan pemerintahan desa merupakan faktor penting untuk pembanguan desa dan keberhasilannya dalam pengawasan pemerintahan desa. Penilaian terhadap keberhasilan pengawasan pemerintahan desa yang dilakukan oleh anggota BPD menitik beratkan pada bagian-bagian yang menunjukan kemampuan anggota BPD yang kurang dapat diidentifikasi dan diketahui, sehingga dapat pula menentukan strategi meningkatkan tugas pengawasan pemerintahan. Untuk meningkatkan tugas pengawasan pemerintahan desa yang dilakukan anggota BPD, harus meningkatkan pengawasan yang dilakukan anggota BPD terhadap pemerintahan desa. BPD setidaknya memiliki program kerja buat melakukan pengawasan terhadap pemerintahan desa agar semuanya dapat berjalan sesuai yang diharapkan oleh masyarakat buat kemjuan pembangunan desa dan kesejahteraan masyrakat, seperti : perubahan ekonomi, dalam persaingan dalam berusaha memperoleh penghasilan yang lebih baik dan lain sebagainya. Karenanya dinilai sangat penting sekali peran BPD agar mampu menjalankan tugasnya dengan baik demi masyarakat Desa Bintan Buyu dalam pengawasan pemerintahan yang dapat dinilai dan dilihat dari berbagai sudut
83

84

pandang, yakni : dalam melaksanakan pengawasan peraturan desa, pengawasan terhadap keputusan kepala desa dan pengawasan terhadap anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes). Dalam pembuatan peraturan desa perumusannya yang di ajukan oleh pemerintah desa maupun BPD, dalam musyawarah yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, RT dan RW. Peran serta Kepala Desa / Sekretaris Desa dalam proses pembuatan peraturan / perumusan peraturan desa. Sebelum perumusan peraturan desa, kepala desa mengusulkan rancangan peraturan bersama BPD untuk membahas dan disetujui dalam musyawarah peraturan desa yang dihadiri tokoh-tokoh masyarakat yang terkait, selanjutnya dalam proses pembuatan peraturan desa atau perumusan peraturan desa mengacu pada RPJMDesa (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa) atau RKPDesa (Rencana Kerja Pembangunan Desa) Bersama pada Kepala Desa dan BPD setelah membahas dan menyetujui perumusan peraturan desa tentang RPJMDesa kemudian menjadi masukan dalam penyusunan APBDes, ini merupakan hasil penggagasan RT 1-RT 13 di desa ini, RKPDesa ialah salah satu bentuk kegiatan fisik. (Bapak Abdullah Sekretaris Desa, hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2012) Dari pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Abdullah Sekretaris Desa dapat di simpulkan bahwa BPD telah merumuskan peraturan desa berdasarkan aspirasi masyarakat yang disampaikan oleh tokoh-tokoh masyrakat sebagai wakil dari masyarakat desa. Hal ini diperjelas kembali oleh Bapak Nor Adnan Ketua BPD Desa Bintan Buyu sebagai berikut : Kepala desa mengusulkan rancangan bersama BPD setelah mendapat persetujuan dan dimusyawarahkan untuk pemufakatan bersama-sama pada musyawarah yang hadir seperti tokoh-tokoh masyarakat. Saat ini sudah terlaksana perumusan yang kita buat dalam bentuk peraturan desa yang telah saya setujui atas pembahasan dari musyawarah, sebagaimana saya selaku ketua BPD di desa ini mungkin dalam waktu dekat ini akan ada musyawarah desa yang membahas tentang peraturan desa lainnya.(Bapak

85

Noor Adnan Ketua BPD Desa Bintan Buyu, hasil wawancara tanggal 22 Mei 2012) Selanjutnya hal serupa juga disampaikan dan dijelaskan oleh anggota BPD Bapak Supandi sebagai berikut: Pengusulan rancangan peraturan desa bersama BPD telah disetujui dalam musyawarah dan pemufakat, dalam hal ini memang sudah tugas kami BPD dan anggotanya pada perumusan peraturan desa yang akan menjadi peraturan desa bersama Kepala Desa yang telah mendapat persetujuan, Jadi sudah ada peraturan desa yang kami rumuskan, untuk kedepannya insyaallah kami akan melakukan musyawarah untuk membuat peraturan desa lain sesuai dengan keadaan. (Bapak Supadji anggota BPD Desa Bintan Buyu, hasil wawancar a tanggal 22 Mei 2012) Dari hasil pemaparan yang disampaikan oleh Bapak Abdullah, Bapak Noor Adnan dan Bapak Supandi diatas dapat disimpulkan bahwa Kepala Desa dan BPD telah merumuskan peraturan desa yang sudah dibuat dalam bentuk peraturan desa dan dalam waktu dekat akan diadakan musyawarah untuk merumuskan peraturan desa lainnya yang sesuai dengan keadaan desa. Pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Kepala Desa dan BPD telah merumuskan satu peraturan desa. Selanjutnya mengenai hal disampaikan oleh salah satu Sekretaris BPD Bapak Suwun Waluyo sebagai berikut: Itu sudah kami lalui dalam musyawarah, sejauh ini Kepala Desa dan BPD beserta anggotanya sudah merumuskan peraturan desa yang mengatur tentang APBDesa. (Bapak Suwun Waluyo, hasil wawancara 22 Mei 2012). Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa BPD telah melakukan perumusan peraturan desa yang mengatur tetang APBDes. Berdasarkan wawancara terhadap Informan Kepala Desa Bapak Abdullah, Ketua BPD Bapak Noor Adnan, anggota BPD Bapak Supandi dan Suwun Waluyo

86

tentang BPD melakukan perumusan peraturan desa yang hasilnya cukup baik, dan dapat disimpulkan bahwa untuk saat ini BPD telah merumuskan satu peraturan desa yang mengatur tentang APBDes dengan melakukan musyawarah bersama tokoh-tokoh masyarakat sebagai wakil dari masyarakat desa Bintan Buyu dan sebagai penyampai aspirasi masyarakat dalam musyawarah perumusan peraturan desa. Dan dalam waktu dekat ini BPD akan melakukan musyawarah tentang perumusan peraturan desa lainnya yang akan disesuaikan dengan keadaan desa Bintan Buyu . Selanjutnya penulis melakukan croscheck kepada mantan ketua BPD Bapak Yakup yang memberikan tanggapan sebagai berikut : Pengusulan rancangan peraturan desa itu memang ada diserta hasil musyawarah yang mufakat, tapi dalam musyawarah hanya tokoh-tokoh masyarakat desa yang tekait sedangkan masyarakt desa tidak hadir dalam musyawarah itu, sampai saat ini baru satu peraturan desa yang dirumuskan oleh BPD, seharusnya BPD dapat membuat peraturan desa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sesuai dengan keadaan. (Bapak Yakup, hasil wawancara tanggal 23 Mei 2012). Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa baru satu peraturan desa yang di rumuskan BPD, mantan ketua BPD menginginkan agar BPD sekarang mampu merumuskan peraturan yang lain yang sesuai dengan keadaan. Selajutnya disampaikan oleh Tokoh Adat Bapak Bawadi mengenai hal ini sebagai berikut: Benar, sebelum perumusan peraturan desa dibuat. Kepala Desa mengusulkan rancangan peraturan desa bersama BPD. Sampai saat ini baru merumuskan satu peraturan desa dan kami sebagai tokoh masyarakat diundang untuk ikut dalam musyawarah yang berkenaan dengan perumusan peraturan desa. (Bapak Bawadi, hasil wawancara pada tanggal 24 Mei 2012)

87

Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa BPD dalam merumuskan peraturan desa, mengikut sertakan tokoh-tokoh masyarakat desa. Selanjutnya pemaparan yang disampaikan oleh Tokoh Pemuda yaitu Fery sebagai berikut : Kepala Desa memang harus mengusulkan rancangan peraturan desa barsama BPD untuk disetujui. Yang saya tahu BPD baru merumuskan satu peraturan desa yaitu tentang anggaran pendapatan belanja desa, namun dalam ini yang hadir pada musyawarah tokoh-tokoh masyarakat desa saja masyarakat desa tidak ada dalam perancangan perumusan peratuaran desa. (Tokoh Pemuda yaitu Fery, hasil wawancara tanggal 24 Mei 2012). Kemudian pemaparan yang disampaikan oleh Masyarakat Desa Bapak Yusup (Sektor Nelayan) sebagai berikut : Demi terselenggaranya dan segi keberhasilan pemerintah desa, maka partisipasi masyarakat desa tersebut yang bersifat aktif sangat diperlukan ini merupakan dasar bagi keberhasilan pembangunan yanng dilaksanakan dan juga dalam rancangan peraturan desa jelas kirannya masyarakat ikut dalam memberikan masukan secara lisan, namun pada kenyataannya masyarakat kurang tahu tentang rancangan peraturan desa bahkan tidak mengetahui dengan peraturan desa. (Bapak Yusup, hasil wawancara tanggal 25 Mei 2012) Hal yang senada yang disampaikan oleh Masyarakat Desa Bapak Ali (Sektor Petani) sebagai berikut : Maka partisipasi masyarakat desa tersebut sabgat diperlukan ini merupakan dasar bagi keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan. Dan jyga dalam rancangan peratturan desa masyarakat berhak atas suaranya ikut dalam memberikan masukan secara lisan namun pada kenyataannya masyarakat tidak mengetahui tentang rancangan peraturan desa bahkan tidak mengetahui dengan adanya peraturan desa. (Bapak Ali, hasil wawancara tanggal 25 Mei 2012) Dari hasil crosscheck diatas dapat di simpulkan bahwa Kepala Desa mengusulkan Rancangan Peraturan Desa Bersama BPD dan juga telah merumuskan masalah peraturan desa yang mengatur tentang APBDes bersama

88

dengan tokoh-tokoh masyarakat Desa Bintan Buyu, tapi masyarakat desa tidak ikut melainkan hanya tokoh-tokoh masyarakat desa. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan maupun tulisan dalam rangka penyiapan atau pembahasan Rancangan Peraturan Desa62 Berdasarkan hasil wawancara terhadap Informan dan observasi,

berkenaan tentang perumusan peraturan desa kurang optimalnya pengawasan yang dilaksanakan BPD sebagaimana pengawasan itu ialah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan nilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau pekerjaan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak63. Hal ini dapat diketahui bahwa BPD Desa Bintan Buyu hanya dalam rancangan dan perumusan yang hadir dalam musyawarah tokoh-tokoh masyarakat yang terkait saja tidak ada masyarakat desa yang hadir dalam rancangan dan perumusan peraturan desa. Walau sampai saat ini baru merumuskan satu peraturan desa yang mengatur tentang anggaran pendapatan belanja desa yang hasilnya sudah cukup baik. Pengesahan dan sosialisasi peraturan desa seperti yang di ungkapkan oleh Ketua BPD Bapak Nor Adnan. Berikut pendapat dari Ketua BPD sebagai berikut : Setelah hasil rapat dan musyawarah atas perumusan peraturan desa, selanjutnya pelaksanaan sosialisasi ini dapat memeberikan pemahaman dan pengetahuan serta meningkatkan optimalisasi pelayanan aparatur pemerintahan desa dan dapat memperdayakan masyarakat desa, maka kami selaku ketua BPD sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat desa tentang peraturan desa. (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara 22 Mei 2012)

62 63

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, Peraturan Desa pasal 57 Ibid, hlm 63

89

Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa BPD telah melakukan sosialisasi setelah menyusun dan menerapkan peraturan desa. Selanjutnya ditambahkan juga Sekretaris BPD Bapak Ridwansyah, mengatakan : Karena kami sudah merumuskan peraturan desa, maka kami sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat meskipun tidak secara langsung kami laksanakan melainkan bersama tokoh-tokoh yang hadir dalam musyawarah. (Bapak Ridwansyah, hasil wawancara 23 Mei 2012) Selanjutnya hal serupa yang disampaikan oleh anggota BPD Bapak Suwun Waluyo sebagai berikut : Telah kami lakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui tokoh-tokoh masyarakat yang hadir pada musyawarah peraturan desa.(Bapak Suwun Waluyo, hasil wawancara 22 Mei 2012). Hal serupa juga disampaikan oleh anggota BPD Bapak Supandi sebagai berikut : Kami pasti melakukan sosialisasi tentang peraturan desa yang telah di tetapkan melaului tokoh-tokoh masyarakat sebagai perwakilan dari masyarakat.(Bapak Supandi, hasil wawancara 22 Mei 2012). Selanjutnya hal ini juga dilontarkan oleh anggota BPD Bapak Basap sebagai berikut : Sosialisasi yang kami lakukan cukup dengan tokoh-tokoh masyarakat yang hadir pada musyawarah peraturan desa untuk disampaikan pada masyarakat.( Bapak Basap, hasil wawancara 22 Mei 2012).

90

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa BPD telah melakukan sosialisasi tentang peraturan desa kepada masyarakat melalui tokohtokoh masyarakat yang hadir pada musyawarah desa. Berdasarkan hasil wawancara dengan indikator adanya sosialisasi yang dilakukan BPD, maka dapat di katakan bahwa BPD sudah melakukan sosialisasi tentang peraturan desa kepada tokoh-tokoh masyarakat untuk disampaikan kepada masyarakat. Selanjutnya melakukan croscheck kepada salah satu tokoh pemuda yaitu Fery sebagai berikut : BPD sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui tokoh-tokoh masyarakat yang hadir dalam musyawarah tentang peraturan desa untuk disampaikan kepada masyarakat. (Tokoh Pemuda Fery, hasil wawancar a tanggal 24 Mei 2012) Selanjutnya hal senada juga disampaikan oleh tokoh adat Bapak Bawadi sebagai berikut : BPD sudah melakukan sosialisasi kepada tokoh-tokoh masyarakat pada musyawarah untuk disampaikan kepada masyarakat, namun tidak semua masyarakat desa yang mengetahui sosialisasi ini. (Bapak Bawadi, hasil wawancara 24 Mei 2012). Dari hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa BPD melakukan sosialisasi melalui tokoh-tokoh masyarakat yang hadir pada musyawarah untuk disampaikan kepada masyarakat, namun tidak semua masyarakat desa yang

91

mengetahui sosialisasi peraturan desa. Selanjutnya hal senada juga dilontarkan oleh mantan ketua BPD Bapak Yakup sebagai berikut : Sudah dilakukan sosialisasi oleh BPD melalui tokoh-tokoh masyarakat yang hadir pada musyawarah tersebut, meskipun tidak semua masyarakat yang tahu adanya sosialisasi peraturan desa di desa ini.( Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012). Kemudian hal yang serupa juga yang dilontarkan oleh masyarakat desa bintan buyu Bapak Yusuf ( Sektor nelayan ) sebagai berikut : BPD merupakan suatu wujud demokrasi yaitu peran serta masyarakat didalam sistem pemerintahan dan pembangunan desa, juga merupakan wadah dari menampung , menggali dan inspirasi masyarakat. Sebagai perwujudan demokrasi layaknya BPD melaksanakan fungsinya dalam mensosialisasikan peraturan desa kepada masyarakatnya. Dapat dilihat bahwa masyarakat sibuk dengan kesehariannya/pekerjaannya dan ini dapat dirasakan kurangnya pemberdayaan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana masyarakat harus bekerja seharian untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sekolah anaknya. (Bapak Yusuf, hasil wawancara 25 Mei 2012) Selanjutnya hal senada yang dilontarkan oleh masyarakat desa bintan buyu Bapak Ali (Sektor Petani) sebagai berikut : Klo mengenai pemerintah desa saya kurang tahu dek, begini lah kondisi saya hidup harus menjemur padi apabila sudah waktunya panen, adek bisa lihat sendiri kesibukan bapak menjaga padi-padi ini klo sudah dijemur apabila cuaca nya panas baik kali buat dijemur, tapi klo sudah hujan bapak harus angkat padi-padi ini agar tidak basah. Bapak tidak tahu sosialisasi peraturan desa itu apa. (Bapak Ali, hasil wawancara 25 Mei 2012) Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa BPD sudah cukup baik dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat walaupun belum secara langsung yaitu dengan melalui tokoh-tokoh masyarakat.

92

Berdasarkan hasil wawancara, crosscheck dan observasi diatas dapat disimpulkan bahwa BPD kurang optimal karena dalam melakukan sosialisasi karena BPD hanya menyampaikan tentang penerapan peraturan desa kepada tokoh-tokoh masyarakat yang hadir pada musyawarah tidak langsung

menyampaikan kepada masyarakat desa. BPD sudah mampu untuk menyusun dan membuat peraturan desa. Dalam pembuatan peraturan desa, adapun tahap-tahap yang dilakukan antara lain adalah dengan usulun yang dibuat oleh BPD atau pemerintah desa berdasarkan aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat, sosiopolitis yaitu rancangan yang di buat akan dibahas dalam rapat gabungan, diterima atau di tolak, yuridis, setelah diterima menjadi sebuah peraturan maka akan ditetapkan oleh BPD dan kepala desa. Peraturan yang di tetapkan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka penciptaan ketenteraman masyarakat, untuk pembangunan desa dan perlindungan kepada hak-hak masyarakat, sekaligus memberikan kontribusi yang baik demi kemajuan desa. Hasil wawancara dengan Informan maka dapat disimpulkan bahwa BPD di DesaBintan Bintan pada periode ini sudah cukup baik dalam melakukan perumusan dan penerapan, namun pada sosialisasinya masih kurang karena BPD hanya menyampaikan kepada tokoh-tokoh masyarakat Desa Bintan Buyu. Setelah adanya rancangan dan perumusan peraturan desa yang telah di usulkan oleh pemerintah desa maupun BPD sebelum disahkan atau diterapkan seharusnya dirapatkan dulu dengan pihak-pihak yang terkait, pengesahan dan penerapan peraturan desa.

93

Sudah ada peraturan desa yang kami terapkan, peraturan yang sudah diterapkan dan disahkan yaitu tentang Anggaran pendapatan belanja desa dan kerja baik antar kedua lembaga. (Bapak Noor Adnan Ketua BPD, wawancara 23 Mei 2012). Selanjutnya hal serupa juga di lontarkan oleh anggota BPD Desa Bintan Buyu Bapak Suwun Mulyo lainnya sebagai berikut: Peraturan yang sudah dapat kami sahkan dan diterapkan baru satu untuk saat ini yaitu tentang anggaran pendapatan desa. (Bapak Suwun Waluyo anggota BPD, wawancara tanggal 23 Mei 2012). Dari hasil pemaparan Ketua dan anggota BPD diatas dapat disimpulkan bahwa sudah di terapkan dan disahkannya peraturan desa yang mengatur tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa. Selanjutnya di lontarkan oleh Bapak Supandi anggota BPD Desa Bintan Buyu lainnya sebagai berikut : Karena kami baru satu merumuskan peraturan desa maka baru satu juga peraturan desa yang kami terapkan. (Bapak Supandi anggota BPD, hasil wawancara 23 Mei 2012). Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sudah ada penerapan peraturan desa oleh BPD. Sekretaris BPD Bapak Ridwansyah juga menambahkan sebagai berikut : Kami sudah menerapkan perdes yang sudah dirumuskan bersama kepala desa dan tokoh-tokoh masyarakat desa tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa APBDes. (Bapak Ridwansyah, hasil wawancara 23 Mei 2012).

94

Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa BPD telah menerapkan peraturan desa sesuai dengan yang sudah dirumuskan dalam musyawarah desa bersama kepala desa dan tokoh-tokoh masyarakat. Dan selanjutkan juga dipaparkan oleh anggota BPD lainnya sebagai berikut : Sudah ada peraturan desa yang kami terapkan, yaitu tentang pengaturan anggaran pendapatan belanja desa. (Bapak Basap, hasil wawancara 23 Mei 2012) Berdasarkan hasil wawancara dengan indikator BPD adanya penerapan peraturan desa, yang hasilnya sudah ada dan cukup baik. Bahwa sudah adanya penerapan peraturan desa yang mengatur tentang anggaran pendapatan dan belanja desa yang sudah di musyawarahkan bersama pemerintah desa dan tokohtokoh masyarakat, BPD sudah dapat menjalankan tugasnya dalam pengawasan penerapan peraturan desa yang cukup baik. Selanjutnya melakukan crosscheck kepada tokoh adat Bapak Bawadi desa Bintan Buyu yang memperoleh tanggapan sebagai berikut : Menurut saya BPD melakukan pengawasan terhadap penerapan peraturan desa tentang anggaran pendapatan belanja desa, meskipun tidak semua peraturan yang diterapkan dan kebetulan saat BPD bersama Pemerintah Desa bermusyawarah dalam penetapan peraturan desa saya berada disana dan menyaksikan secara langsung. (Bapak Bawadi, hasil wawancara 24 Mei 2012) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa BPD telah menetapkan peraturan desa tentang anggaran pendapatan belanja desa dan menerapkan peraturan desa. Selanjutnya sebagai crosscheck terakhir dalam indikator penerapan peraturan desa yang dilakukan kepada mantan ketua BPD Bapak Yakup sebagai berikut :

95

Pada musyawarah tentang penerapan peraturan desa saya menghadiri secara langsung, musyawarah tersebut yang dilakukan di balai desa bersama anggota BPD pemerintah desa dan tokoh-tokoh masyarakat, tapi dalam musyawarah ini tidak semua peraturan yang diterapkan saya juga tidak tahu kenapa. (Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012). Kemudian hal yang serupa juga yang dilontarkan oleh masyarakat desa bintan buyu Bapak Yusuf (Sektor Nelayan) sebagai berikut : Tidak tahu adanya penerapan peraturan desa, sampai saat ini pun saya tidak tahu peraturan desa apa saja, karena tidak pernah mendapatkan informasi. (Bapak Yusuf, hasil wawancara 24 Mei 2012) Selanjutnya hal yang senada yang dilontarkan oleh masyarakat desa bintan buyu Bapak Ali (Sektor Petani) sebagai berikut : Penerapan peraturan desa? Saya tidak tahu, gimana ya saya sibuk dengan pekerjaan saya, kalau untuk pemerintahan desa saya tidak tahu penerapan peraturan desa. (Bapak Ali, hasil wawancara 25 Mei 2012) Dari hasil wawancara yang dilakukan diatas kepada Informan, tokoh-tokoh masyarakat dan masyarakat sebagai croscheck dan observasi dengan adanya penerapan peraturan desa dapat disimpulkan kurang optimal, karena ini dapat dilihat tidak semua peraturan yang diterapkan oleh BPD, pemerintah desa beserta tokoh-tokoh masyarakat sudah melakukan musyawarah tentang peraturan desa, menerapkan peraturan desa yang mengatur tentang anggaran pendapatan belanja desa. Tanggapan dari Sekretaris Desa Bapak Abdullah dalam perumusan keputusan kepala desa yang akan di ambil adalah sebagai berikut :

96

Sebelum kepala desa mengesahkan suatu keputusan, pasti terlebih dahulu kepala desa melakukan perumusan keputusan yang akan di terapkan oleh kepala desa dengan melakukan koordinasi bersama BPD. (Bapak Abdullah, hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2012). Selanjutnya disampaikan oleh Ketua BPD Bapak Nor Adnan sebagai berikut: Tidak adanya koordinasi antar Pemerintah Desa dan BPD. Alasannya, saya tidak 100% menyalahkan pemerintah desa, tetapi karena adanya kesilapan di pemerintahan yang lebih tinggi, kuatnya kolaborasi pemdes dengan pemerintah di atas nya, saya ni bagaikan harimau ompong yang tidak memiliki taring. (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara 22 Mei 2012). Selanjutnya hal hampir serupa disampaikan oleh anggota BPD Bapak Supandi sebagai berikut : Sebenarnya jarang sekali pemerintah desa dan BPD melakukan koordinasi mengenai keputusan kepala desa, jadi sangat jelas pengawasan BPD kurang efektif dalam menjalankan fungsinya. ( Bapak Supandi, hasil wawancara 22 Mei 2012). Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengawasan BPD dalam pengawasan terhadap perumusan keputusan kepala desa dengan BPD melakukan kordinasi bersama kepala desa. Selanjutnya hal serupa juga disampaikan oleh dari anggota BPD Bapak Suwun Waluyo sebagai berikut : Setiap keputusan yang dirumuskan oleh kepala desa terlebih dahulu kepala desa pasti akan melakukan koordinasi kepada kami selaku pihak BPD, tapi itu jarang sekali dikoordinasikan bersama kami. (Bapak Suwun Waluyo, hasil wawancara 22 Mei 2012).

97

Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan indikator adanya perumusan keputusan yang akan diambil oleh kepala desa yang hasilnya kurangnya efektif. Maka dapat disimpulkan bahwa BPD desa Bintan Buyu kurang efektif dalam mengawasi perumusan masalah keputusan yang akan di ambil oleh kepala desa dengan berkordinasi kurang baik yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Selanjutnya melakukan crosscheck kepada tokoh adapt Bapak Bawadi sebagai berikut : Memang ada keputusan kepala desa, tapi saya kurang mengetahui apakah kepala desa melakukan kordinasi dengan BPD atau tidak. Karena dalam hal ini tidak dialkukan musyawarah bersama kami(Bapak Bawadi, hasil wawancara 24 Mei 2012). Selanjutnya croscheck dilakukan kepada tokoh pemuda Fery berpendapat sebagai berikut : Saya tidak mengetahui apakah kepala desa dalam merumuskan keputusan, kepala desa melakukan koordinasi bersama BPD terlebih dahulu. (Tokoh Pemuda, hasil wawancara 24 Mei 2012). Selanjutnya mantan ketua BPD Bapak Yakup berpendapat : Waktu saya menjabat jadi ketua BPD kepala desa sebelum mengeluarkan atau menetapkan keputusan kepala desa pasti dia berkoordinasi bersama BPD, tapi pada periode ini saya tidak tahu karena saya tidak mempunyai hak untuk turut campur dalam hal tersebut. (Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012). Dari hasil wawancara diatas, dapat penulis simpulkan bahwa tokoh-tokoh masyarakat dan mantan ketua BPD tidak mengetahui hal tersebut karena tidak dilakukan musywarah dan mereka tidak mempunyai hak untuk ikut campur dalam hal tersebut, sehingga masyarakat tidak tahu apa hasil keputusan yang telah diambil.

98

Berdasarkan hasil wawancara, croscheck, dan observasi kepada Informan, anggota BPD, tokoh adat, pemuda dan mantan ketua BPD diatas dengan indikator adanya perumusan keputusan kepala desa yang kurang baik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kepala desa kurangnya koordinasi bersama dengan BPD dalam perumusan keputusan kepala desa. Tetapi BPD dan Kepala Desa tidak melakukan musyawarah bersama tokoh-tokoh masyarakat dalam melakukan perumusan keputusan yang akan diambil. Berikut tanggapan dari Ketua BPD Bapak Nor Adnan tentang pengawasan keputusan kepala desa. Kalau untuk dilihat dari fungsi pengawasannya belum dapat berjalan dengan baik. (Bapak Abdullah Sekretaris Desa, hasil wawancara 22 Mei 2012) Kemudian pemaparan oleh ketua BPD Bapak Nor Adnan sebagai berikut : Selama ini tidak ada peran BPD dalam pengawasan keputusan kepala desa. Alasannya, karena ada kecurigaan dari pihak BPD pada pemerintah desa. (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara 22 Mei 2012) Selanjutnya disampaikan juga oleh anggota BPD Bapak Supandi yang berpendapat sebagai berikut: Bagaimana ya dek, kami mau mengawasi keputusan kepala desa kami selaku BPD nasib kami saja kurang diperhatikan oleh pemerintah desa, setidaknya kami ini sebagai penjelmaan dari masyarakat desa ini diperhatikan. Dalam menjalankan tugas kami ini tidak sukai sama pemerintah desa dan ada juga yang mengatakan BPD ini harus diajak jalan-jalan, cobalah adek pikir apa maksudnya dari perkataan itu.(Bapak Supandi, hasil wawancara 22 Mei 2012) Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa BPD kurang efektif dalam melakukan pengawasan setiap keputusan yang diambil dengan kepala desa,

99

karena pada kenyataannya BPD menaruh kecurigaan pada pemerintah desa dan juga kurang diperhatikan lembaga penjelmaan dari masyarakat. Selanjutnya dilontarkan juga oleh anggota BPD lainnya Bapak Suwun Waluyo sebagai berikut : Selaku legislatif desa kami seharusnya mengawasi setiap keputusan yang dikeluarkan oleh kepala desa, tapi fungsi yang menjadi tugas kami ini kurang barjalan dengan baik. (Bapak Suwun Waluyo, hasil wawancara 22 Mei 2012) Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa adanya pengawasan terhadap keputusan kepala desa yang dilakukan kurang baik, karena BPD adanya kecurigaan pada pemerintah desa dan kuatnya hubungan pemerintah desa dengan pemerintah yang lebih tinggi ssehingga BPD lupa akan akan wewenang dan amanah dari undang-undang. Selanjutnya melakukan croscheck kepada salah satu tokoh adat Bapak Bawadi sebagai berikut : Seperti yang saya katakan tadi saya kurang mengetahui apakah BPD melakukan pengawasan terhadap keputusan kepala desa .(Bapak Bawadi, hasil wawancara 24 Mei 2012). Selanjutnya melakukan croscheck kepada salah satu tokoh adat bapak Awang sebagai berikut : Seperti yang saya sampaikan bahwa saya kurang mengetahui apakah BPD melakukan pengawasan terhadap keputusan yang dikeluarkan kepala desa, tapi sampai saat ini belum ada masalah yang timbul terhadap keputusan

100

yang dikeluarkan oleh kepala desa. (Bapak Awang, hasil wawancara 24 Mei 2012). Selanjutnya mantan ketua BPD Bapak Yakup berpendapat sebagai berikut : Sewaktu saya masih menjabat, saya selalu melakukan pengawasan terhadap keputusan kepala desa apakah dapat berjalan secara efektif dan optimal seperti yang diharapkan. Saya rasa hal serupa juga pasti dilakukan oleh BPD saat ini. (Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012). Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan BPD terhadap keputusan kepala desa kurang baik dan tidak efektif pengawasan BPD, namun tokoh-tokoh masyarakat kurang mengetahui apakah BPD melakukan pengawasan tetapi menurut mantan ketua BPD sebelumnya pada saat dia masih menjabat sudah dilakukan pengawasan terhadap keputusan kepala desa keluarkan. Berdasarkan hasil wawancara, croscheck, dan observasi diatas dengan indikator melakukan pengawasan terhadap keputusan kepala desa yang menyebutkan adanya pengawasan terhadap keputusan kepala desa yang dilakukan kurang baik, kurangnya pengawasan pada keputusan kepala desa BPD mengawasi dengan melakukan pengamatan terhadap keputusan kepala desa apakah dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, agar pengawasan yang dilakukan oleh BPD dapat berjalan secara efektif dan optimal. Dalam hal ini tokoh masyarakat kurang mengetahui apakah BPD telah melakukan pengawasan terhadap keputusan kepala desa yang telah ditetapkan.

101

Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa Meliputi Penyusunan Aggaran Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan dan Perhitung Anggaran yang di Pertanggungjawabkan oleh Kepala Desa BPD selain bertugas dan berfungsi melakukan pengawasan terhadap peraturan desa dan keputusan kepala desa tetapi juga melakukan pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan belanja desa yang meliputi dari penyusunan anggaran pelaksana tata usaha keuangan dan perhitungan yang di pertanggung jawabkan oleh kepala desa kepada BPD. Masalah pengelolaan anggaran pendapatan belanja desa memang ada laporan yang di berikan oleh kepala desa kepada kami sesuai yang sudah diatur dalam peraturan desa, yang dananya disusun dan dikelola untuk biaya oprasional kantor desa, pembangunan desa dan untuk pemberdayaan masyarakat. (Bapak Abdullah Sekretaris Desa, Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2012). Selanjutnya juga disampaikan Ketua BPD Bapak Nor Adnan yang berpendapat sebagai berikut : Untuk pengelolaan anggaran pendapatan belanja desa kami pasti melakukan bersama dengan pemerinthan desa sesuai dengan yang di tetapkan dalam peraturan desa yang sudah di putuskan. (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara 22 Mei 2012). Selanjutnya juga hal serupa disampaikan oleh anggota BPD Bapak Supandi sebagai berikut : Kami selalu ikut serta dalam pengelolaan dan penyusunan anggaran pendapatan belanja desa sebagai wujud pengawasan yang kami lakukan. (Bapak Supandi, hasil wawancara 22 Mei 2012).

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan pengawasan anggaran pendapatan belanja desa BPD selalu ikut serta dalam

102

pengelolaan dan penyusunan. BPD juga memeriksa laporan yang diberikan kepala desa kepada BPD sesuai dengan yang telah di tetapkan dalam peraturan desa. Selanjutnya hal serupa juga dilontarkan oleh anggota BPD Bapak Suwun Waluyo sebagai berikut : Semua terlibat dalam penyusunan anggaran belanja desa, pengawasan dalam pengelolahan anggarannya memang harus berjalan dengan selalu diawasi oleh BPD sesuai dengan fungsinya. (Bapak Suwun Waluyo, hasil wawancara 22 Mei 2012). Selanjutnya hal serupa juga dilontarkan oleh anggota BPD Bapak Basap sebagai berikut : Menurut saya semuanya berjalan sesuai dengan segala ketentuannya, segala hal yang berhubungan penyusunan anggaran pendapatan belanja desa selalu diawasi oleh BPD. Saya melihat tidak ada ketimpangan dalam mengawasi kegiatan-kegiatan tersebut. (Bapak Basap, hasil wawancara 22 Mei 2012). Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan adanya pengawasan yang dilakukan dengan cukup baik, karena semua anggota BPD telah mengawasi dan mengetahui tentang pengelolaan dan penyusunan anggaran pendapatan desa. Selanjutnya untuk lebih jelasnya dilakukan croscheck kepada tokoh adat Bapak Bawadi sebagai berikut : Kalau masalah APBDes, biasanya pemerintah desa yang melakukan penyusunan dan pengelolalan APBDes, dan diajukan kepada BPD untuk disahkan, jadi kalau dibilang BPD bergerak dalam menyusun dan mengelola APBDes itu salah, BPD hanya selalu iya-iya saja, apapun yang dibuat oleh pemerintah desa, BPD hanya tanda tangan dan cap saja. (Bapak Bawadi, hasil wawancara 24 Mei 2012). Selanjutnya ditambahkan oleh tokoh pemuda Fery sebagai berikut:

103

Kalau saya lihat BPD kurang berfungsi, masalah pengawasan APBDes kurang baik, karena BPD merasa selama ini pembangunan dan pengelolaan APBDes baik-baik saja, kalau pun ada masalah dapat di atasi sama pemerintah desa. Pengawasan ada jika masalah uang, seperti bantuan desa, proyek pembangunan desa, mereka cepat mengawasinya. (Tokoh Pemuda Fery, hasil wawancara tanggal 24 Mei 2012) Dan selanjutnya hal tersebut disampaikan oleh mantan ketua BPD Bapak Yakup berpendapat sebagai berikut : Sejauh ini yang saya ketahui BPD selalu mengawasi dan ikut serta dalam pengelolaan data dan penyusunan anggaran pendapatan belanja desa. (Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012). Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa BPD sudah melalukan tugas dan fungsinya namun kurang baik, karena BPD hanya mengesahkan namun tidak ikut dalam menuyusun dan mengelola APBD, BPD juga hanya mengawasi jika ada masalah keuangan seperti bantuan untuk desa, proyek pembangunan desa menurut yang disampaikan oleh tokoh masyarakat, tetapi menurut mantan ketua BPD kalau BPD selalu mengawasi APBDes baik dalam mengelola dan menyusun anggaran desa. Berdasarkan hasil wawancara, croscheck, dan observasi di atas dengan indikator melakukan pengawasn terhadap pengelolaan pendapatan belanja desa meliputi penyusunan anggaran tata usaha keuangan dan perhitungan anggaran yang di pertanggungjawabkan oleh kepala desa kepada BPD yang menyebutkan adanya pengawasan yang dilakukan, namun kurang baik, hal ini dapat disimpulkan dari pendapat tokoh-tokoh masyarakat yang mengatakan bahwa BPD hanya menandatangan dan mengecap, BPD hanya melakukan pengawasan

104

terhadap keuangan dan peroyek desa namun tidak ikut dalam pengelolaan dan penyusunan APBD. Seharusnya peran BPD dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai pengawasan terhadap pengelolaan dan penyusunan APBDes, dimana tugas dan fungsi ini dijalankan untuk mengontrol setiap proses yang dijalankan oleh pemerintah desa, dalam penggunaan APBDes yang dikelola untuk pembangunan, sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan yang diharapkan : 1. Bagaimana pengelolaannya untuk kesejahteraan masyarakat dan pembangu nan desa. 2. Apakah APBDes yang digunakan sudah pada penggunaanya untuk kepenti ngan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat desa.

B. Faktor-Faktor Penghambat Fungsi BPD Di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Tahun 2011? Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan key informan yaitu ketua BPD Bapak Nor Adanan desa Bintan Buyu Kabupaten Bintan, berkenaan dengan faktor-faktor penghambat terhadap pelaksanaan pengawasan pemerintahan dalam pengawasan peraturan desa, keputusan kepala desa dan anggaran pendapatan belanja desa, maka memperoleh tanggapan sebagai berikut : Faktor yang menjadi penghambatnya menurut saya ada pada sumber daya manusianya. Karena masih kurang mengerti dalam bagaimana melakukan pengawasan terhadap pemerintahan desa. Kami tidak pernah melakukan pelatihan oleh pemerintah daerah, bagaimana untuk melakukan pengawasan yang baik terhadap pemerintahan desa, baik itu dalam perumusan peraturan desa, penerapannya. Oleh karena itu kami hanya

105

mampu membuat satu perdes yaitu tentang anggaran pendapatan dan belanja desa. (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara tanggal 22 Mei 2012) Dari hasil penelitian, dapat peneliti simpulkan dan peneliti akan berusaha menjelaskan faktor-faktor yang menjadi penghambat pengawasan pemerintahan desa yang dilakukan oleh BPD. Faktor-faktor yang menjadi penghambat antara lain adalah: 1. Kurangnya pengetahuan anggota BPD dalam melakukan pengawasan, sehingga mempengaruhi hasil pengawasan yang dilakukan oleh BPD. 2. Karena belum adanya pelatihan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada anggota BPD dalam melakukan pengawasan pemerintahan desa. 3. BPD kurang paham dalam menyusun dan menerapkan peraturan desa selain tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes).

84

BAB V PENUTUP

Pada bab ini peneliti akan menyajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan dengan permasalahan Analisis Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Di Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Tahun 2011.

A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam melakukan pengawasan peraturan desa, berdasarkan tanggapan informasi dan observasi serta analisa kurangnya optimal dalam perumusan peraturan desa serta pengawasan, hal ini dapat dilihat dari BPD telah melakukan musyawarah untuk perumusan, sosialisasi dan penerapan peraturan desa yang dilakukan bersama tokoh-tokoh masyarakat sebagai wakil dari masyarakat dan pemerintah desa dalam hal tersebut. BPD juga menampung aspirasi dari tokoh-tokoh masyarakat sebagai wakil dari suara masyarakat desa untuk disampaikan dalam musyawarah. Setelah perumusan tersebut sudah disepakati bersama dalam musyawarah baru BPD dapat mengesahkan dan menerapkan peraturan desa, kemudian BPD dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat, namun dalam hal
106

107

2. ini masih kurang baik, karena BPD hanya melakukan pada tokoh-tokoh masyarakat seharusnya BPD juga melakukan secara langsung kepada masyarakat desa. 3. BPD kurang optimal dalam melakukan pengawasan terhadap keputusan kepala desa. Dalam hal ini sebelum kepala desa mengeluarkan peraturan desa terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan BPD tentang perumusan keputusan kepala desa, namun pada kenyataannya tidak ada koordinasi antara kepala desa dan BPD pada perumusan kepala desa. Adanya peranan BPD dalam pengawasan keputusan kepala desa yakni BPD melakukan pemantauan terhadap keputusan yang dikeluarkan kepala desa apakah berjalan sesuai dengan yang diharapkan bersama, apabila ada penyimpangan yang dilakukan kepala desa terhadap keputusan kepala desa yang dikeluarkan maka BPD langsung menanyakan kepada kepala desa. Namun dalam hal ini BPD dan kepala desa tidak adanya koordinasi dalam melakukan perumusan keputusan yang akan di ambil, tidak melakukan musyawarah bersama masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat desa. 4. Pengelolaan anggaran pendapatan belanja desa (APBDes) meliputi penyusunan anggaran pelaksanaan tata usaha keuangan dan perhitungan anggaran yang dipertanggungjawabkan oleh kepala desa kepada BPD sebagai wujud pengawasan yang dilakukan BPD terhadap APBDes, menurut pendapat BPD sudah cukup baik, yakni adanya pemeriksaan laporan tentang APBD dari kepala desa kepada BPD. BPD juga ikut serta

108

langsung dalam penyusunan dan pengelolaan APBD, tetapi menurut pendapat tokoh masyarakat masih kurang baik, hal ini dapat dilihat dari tanggapan tokoh masyarakat yang mengatakan bahwa BPD masih kurang berperan dalam mengawasi APBDes karena masyarakat beranggapan bahwa BPD hanya tandatangan dan cap dalam laporan pengelolaan dan penyusunan APBDes. BPD hanya mengawasi bila ada peroyek pembangunan desa. 5. Hambatan-hambatan atau kendala yang dihadapi BPD dalam mengawasi peraturan desa, karena BPD kurang paham dalam menyusun dan membuat peraturan desa, selama ini tidak ada pelatihan atau seminar dalam pembuatan peraturan desa oleh pemerintah daerah. Ini dapat dilihat BPD hanya mampu menerapkan satu peraturan desa hingga saat ini.

B. Saran Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis sebagai masukan khususnya bagi BPD Desa Bintan Buyu dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas pemerintahan desa adalah sebagai berikut : 1. BPD dapat menampung dan menggali aspirasi dan opini masyarakat yang dapat menjadikan ide atau gagasan dalam pembuatan peraturan desa dan keputusan kepala desa. BPD juga dapat belajar bagaimana caranya untuk merancang dan merumuskan peraturan desa seperti desa-desa tetangga yang sudah memiliki peraturan desa.

109

2.

Perlunya peningkatan pengetahuan dan pembinaan bagi anggota BPD dalam melihat potensi yang ada di desa Bintan Buyu guna menambah aset dan keuangan bagi desa.

3.

Adanya kesadaran dari BPD bahwa mereka adalah sekaligus pengawas bagi pemerintah desa dalam menjalankan pemerintahan di desa, bukan sebagai bawahan kepala desa. Dan perlunya studi banding dan musyawarah oleh BPD kepada pihak luar desa dalam rangka penambahan pengetahuan dan kemapuan untuk malaksanakan tugas dan fungsinya.

4.

BPD agar dapat melakukan tugas dan fungsinya sebagaimana yang diharapkan seperti melakukan pengawasan terhadap keputusan kepala desa, supaya dapat berjalan dengan yang direncanakan.

5.

BPD diharapkan dapat ikut serta dalam melakukan penyusunan dan pengelolaan APBD, jangan hanya mengesahkan dan mengawasi bagian bantuan untuk pembangunan desa saja.

DAFTAR PUSTAKA

Anthoillah, Anton. 2010.Dasar-Dasar Manajemen, CV. Pustaka Setia, Bandung Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta : Jakarta Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitataif, Prada Media Group : Jakarta Cahyono, Heru. 2005. konflik Elite Politik Di Pedesaan, Pustaka pelajar : Yogyakarta Hadayaningrat, 1996. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Gunung Agung Hasibuan, Malayu S.P, 2009. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, PT Bumi Aksara : Jakarta Manulang, M. 1991. Pengembangan Pegawai, PT.Ghelia Indonesia : Jakarta Marbun, B.N. 2010. Otonomi Daerah 1945-2010 Proses dan Realita, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta Thoha, Miftah. 2010. Kepemimpinan dalam Manajemen, PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja rosdakaya: Bandung Poloma, Margaret M. 2004. Sosiologi konteporer, PT. Grafindo Persada. Gramedia :Jakarta Rasyid, Ryas. 2006. Memahami Ilmu Pemerintahan, PT.Grafindo Persada , Jakarta Saparin, Sumber. 1979. Tata pemerintahan dan administrasi Pemerintahan Desa, Ghalia Indonesia : Jakarta Siagian, Sondang P. 1989.Filsafat Administrasi, PT. Toko Gunung Agung : Jakarta _______________ 1989. Filsafat Administrasi, PT. Bumi Aksara : Jakarta

_______________ 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan, PT. Rineka Cipta : Jakarta 2011. Manajemen Stratejik, PT. Bumi Aksara : Jakarta Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1984. Metode Penelitian Survey, LP3ES : Jakarta Suhartono, 2000, Politik Lokal Parlemen Desa: Awal Kemerdekaan Sampai Jaman Otonomi Daerah, Yogyakarta, Lapera Pustaka Utama Sujamto, 1996, Aspek-Aspek Pengawasan Di Indonesia, Sinar Grafika : Jakarta Terry R.George dan Alih Bahasa Winardi, 1986. Asas-Asas Manajemen, ALUMNI / 1986 / BANDUNG Yuniarsih, Tjutju dan Suwanto. 2009. Manajemen, CV. Alfabeta : Jakarta Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Asli, Bulat dan Utuh. PT. Raja Grafindo : Jakarta Tim Fisip Umrah, 2010, Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi Mahasisiwa FISIP, Tanjungpinang

ANALISIS FUNGSI BADAN PERMUSYWARATAN DESA (BPD) DI DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK BINTAN TAHUN 2011

DAFTAR PEDOMAN WAWANCARA

1.

Bagaimana peran serta Kepala Desa/Pemerintahan Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan dalam mengusulkan Rancangan Peraturan Desa dan proses Perumusan Peraturan Desa antara Kepala Desa bersama BPD ? Jelaskan

2. Apakah Bapak selaku ketua BPD setelah Rancangan dan Perumusan Peraturan Desa sudah melakukan sosialisasi Peraturan Desa kepada masyarakat ? 3. Apakah sudah ada Penerapan Peraturan Desa ? setelah mengsosialisasikan Peraturaturan Desa yang diusulkan Kepala Desa bersama BPD ? 4. Menurut Bapak, selaku Kepala Desa/Sekretaris Desa bagaimana peran BPD dan juga peran Pemerintahan Desa Bintan Buyu dalam pelaksanaan Perumusan Kepala Desa ? 5. Bagaimana peran BPD dalam pengawasan Keputusan Kepala Desa ? 6. Menurut Bapak, selaku Kepala Desa/Sekretaris Desa Bintan Buyu bagaimana peran BPD dalam pengawasan Keputusan Kepala Desa ? 7. Menurut Bapak, selaku masyarakat Desa Bintan Buyu apakah BPD sudah melakukan sosialisasi Peraturan Desa kepada masyarakat ?

8. Menurut Bapak, selaku masyarakat Desa Bintan Buyu apakah sudah ada Penerapan Peraturan Desa ? 9. Apakah yang menjadi faktor-faktor penghambat BPD dalam kegiatan Pemerintahan Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan ? Jelaskan 10. Apakah dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) yang meliputi Penyusunan Anggaran Pelaksana Tata Usaha Keuangan dan Perhitungan Anggaran adanya pengawasan dan pelaporan Pertanggung jawaban Kepala Desa kepada BPD ?

REKAPITULASI WAWANCARA

1. Pertanyaan yang di ajukan kepada Sekretaris Desa Bintan Buyu a. Bagaimana peran serta Pemerintahan Desa Bintan Buyu

Kabupaten Bintan dalam proses pembuatan / perumusan peratuaran desa ? Sebelum perumusan peraturan kepala desa mengusulkan rancangan peraturan bersama BPD uuntuk membahas dan disetujui dalam musyrawarah peraturan desa yang dihadiri tokoh-tokoh masyarakat yang terkait, selanjutnya dalam proses pembuatan peraturan desa mengacu pada RPJMDesa (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa) bersama pada Kepala Desa dan BPD setelah membahas dan menyetujui perumusan peraturan desa tentang RPJMDes, kemudian menjadi masukan dalam penyususnan APBDes. Ini merupakan hasil penggagasan RT 1-RT 13 di desa ini setelah itu di laksanakan pada RKPDes yang merupakan salah satu bentuk kegaiatan fisik. (Bapak Abdullah Sekretaris Desa, hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2012) b. Bagaimana peran Pemerintah Desa dan juga BPD Desa Bintan Buyu dalam Pelaksanaan Perumusan Keputusan Kepala Desa ? Sebelum kepala desa mengesahkan suatu keputusan, pasti terlebih dahulu kepala desa melakukan perumusan keputusan yang akan di terapkan oleh kepala desa dengan melakukan koordinasi bersama BPD. (Bapak Abdullah, hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2012). c. Apakah dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) yang meliputi Penyususnan Anggaran Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan dan Perhitungan Anggaran adanya Pengawasan dan Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa kepada BPD ?

Masalah pengelolaan anggaran pendapatan belanja desa memang ada laporan yang di berikan oleh kepala desa kepada BPD sesuai yang sudah diatur dalam peraturan desa, yang dananya disusun dan dikelola untuk biaya oprasional kantor desa, pembangunan desa dan untuk pemberdayaan masyarakat. (Bapak Abdullah Sekretaris Desa, Hasil wawancara pada tanggal 22 Mei 2012). 2. Pertanyaan yang diajukan kepada Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) a. Bagaimana peran serta BPD dalam proses pembuatan peraturan desa / perumusan peraturan desa ? Saat ini sudah terlaksana perumusan yang kita buat dalam bentuk peraturan desa yang telah saya setujui atas pembahasan dari musyawarah, sebagaimana saya selaku ketua BPD di desa ini mungkin dalam waktu dekat ini akan ada musyawarah desa yang membahas tentang peraturan desa lainnya.(Bapak Noor Adnan Ketua BPD Desa Bintan Buyu, hasil wawancara tanggal 22 Mei 2012) b. Apakah setelah rancangan dan perumusan peraturan desa sudah melakukan sosialisasi peraturan desa ? Karena kami sudah menyusun dan menerapkan peraturan desa, maka kami sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat desa tentang perturan desa. (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara 22 Mei 2012) c. Apakah sudah menerapkan peraturan desa yang telah di usulkan oleh pemerintah desa maupun BPD ? Sudah ada peraturan desa yang kami terapkan, peraturan yang sudah diterapkan dan disahkan yaitu tentang Anggaran pendapatan belanja desa dan kerja baik antar kedua lembaga. (Bapak Noor Adnan Ketua BPD, wawancara 22 Mei 2012). d. Bagaimana peran BPD dalam Pelaksanaan Perumusan Keputusan Kepala Desa adanya koordinasi kepada Kepala Desa dan BPD ? Tidak adanya koordinasi antar Pemerintah desa dan BPD. Alasannya, saya tidak 100% menyalahkan pemerintah desa, tetapi karena adanya kesilapan di pemeintahan yang lebih tinggi kuat nya kolaborasi pemdes

dengan pemerintah di atas nya, saya ni bagaikan harimau ompong yang tidak memiliki taring. (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara 22 Mei 2012). e. Bagaimana peran BPD dalam Pengawasan Keputusan Kepala Desa ? Selama ini tidak ada peran BPD dalam pengawasan keputusan kepala desa. Alasannya, karena ada kecurigaan dari pihak BPD pada pemerintah desa. (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara 22 Mei 2012) f. Apakah dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) yang meliputi Penyususnan Anggaran Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan dan Perhitungan Anggaran adanya Pengawasan dan Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa kepada BPD ? Untuk pengelolaan anggaran pendapatan belanja desa kami pasti melakukan bersama dengan pemerinthan desa sesuai dengan yang di tetapkan dalam peraturan desa yang sudah di putuskan. (Bapak Nor Adnan, hasil wawancara 22 Mei 2012). 3. Pertanyaan yang diajukan kepada anggota Badan Permusyawaratan (BPD) a. Bagaimana peran serta BPD dalam proses pembuatan peraturan desa / perumusan peraturan desa Dalam hal ini memang sudah tugas kami BPD dan anggotanya pada perumusan peraturan desa yang akan menjadi peraturan desa bersama Kepala Desa yang telah mendapat persetujuan, Jadi sudah ada peraturan desa yang kami rumuskan, untuk kedepannya insyaallah kami akan melakukan musyawarah untuk membuat peraturan desa lain sesuai dengan keadaan. (Bapak Supadji anggota BPD Desa Bintan Buyu, hasil wawancara tanggal 22 Mei 2012)

b. Apakah setelah rancangan dan perumusan peraturan desa sudah melakukan sosialisasi peraturan desa ? Karena kami sudah menyusun dan menerapakan peraturan desa, maka kami sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat meskipun tidak secara langsung kami laksanakan melainkan bersama tokoh-tokoh yang hadir dalam musyawarah. (Bapak Ridwansyah, hasil wawancara 23 Mei 2012) c. Apakah sudah menerapan peraturan desa yang telah diusulkan oleh pemerintah desa ? Peraturan yang sudah dapat kami sahkan dan diterapkan baru satu untuk saat ini yaitu tentang anggaran pendapatan desa. (Bapak Suwun Waluyo anggota BPD, wawancara tanggal 22 Mei 2012). d. Bagaimana peran BPD dalam Pelaksanaan Perumusan Keputusan Kepala Desa adanya koordinasi Kepala Desa dan BPD ? Sebenarnya jarang sekali pemerintah desa dan BPD melakukan koordinasi mengenai keputusan kepala desa, jadi sangat jelas pengawasan BPD kurang efektif dalam menjalankan fungsinya. ( Bapak Supandi, hasil wawancara 22 Mei 2012). e. Bagaimana peran BPD dalam Pengawasan Keputusan Kepala Desa ? Bagaimana ya dek, kami mau mengawasi keputusan kepala desa kami selaku BPD nasib kami saja kurang diperhatikan oleh pemerintah desa, setidaknya kami ini sebagai penjelmaan dari masyarakat desa ini diperhatikan. Dalam menjalankan tugas kami ini tidak sukai sama pemerintah desa dan ada juga yang mengatakan BPD ini harus diajak

jalan-jalan, cobalah adek pikir apa maksudnya dari perkataan itu.(Bapak Supandi, hasil wawancara 22 Mei 2012) f. Apakah dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) yang meliputi Penyususnan Anggaran Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan dan Perhitungan Anggaran adanya Pengawasan dan Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa kepada BPD ? Kami selalu ikut serta dalam pengelolaan dan penyusunan anggaran pendapatan belanja desa sebagai wujud pengawasan yang kami lakukan. (Bapak Supandi, hasil wawancara 22 Mei 2012). 4. Pertanyaan yang diajukan kepada mantan ketua Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) a. Menurut Bapak, bagaimana peran serta Kepala Desa dan BPD dalam pem buatan peraturan desa / perumusan peraturan desa ? Jujur ya dek, sampai saat ini baru satu peraturan desa yang dirumuskan oleh BPD, seharusnya BPD dapat membuat peraturan desa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sesuai dengan keadaan. (Bapak Yakup, hasil wawancara tanggal 23 Mei 2012). b. Menurut Bapak, Apakah setelah rancangan dan perumusan peraturan sudah melakukan sosialisasi peraturan desa kepada masyarakat desa ? Sudah dilakukan sosialisasi oleh BPD melalui tokoh-tokoh masyarakat yang hadir pada musyawarah tersebut, meskipun tidak semua masyarakat yang tahu adanya sosialisasi peraturan desa di desa ini.( Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012).

c. Menurut Bapak, apakah sudah ada penerapan perturan desa ? setelah mengsosialisasikan peraturan desa yang diusulkan oleh pemerintah desa maupun BPD Pada musyawarah tentang penerapan peraturan desa saya menghadiri secara langsung, musyawarah tersebut yang dilakukan di balai desa bersama anggota BPD pemerintah desa dan tokoh-tokoh masyarakat, tapi dalam musyawarah ini tidak semua peraturan yang diterapkan saya juga tidak tahu kenapa. (Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012). d. Bagaimana peran BPD dalam pelaksanaan Perumusan Keputusan Kepala Desa adanya koordinasi Kepela Desa dan BPD ? Waktu saya menjabat jadi ketua BPD kepala desa sebelum mengeluarkan atau menetapkan keputusan kepala desa pasti dia berkoordinasi bersama BPD, tapi pada periode ini saya tidak tahu karena saya tidak mempunyai hak untuk turut campur dalam hal tersebut. (Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012). e. Bagaimana peran BPD dalam Pengawasan Keputusan Kepala Desa ?

Sewaktu saya masih menjabat, saya selalu melakukan pengawasan terhadap keputusan kepala desa apakah dapat berjalan secara efektif dan optimal seperti yang diharapkan. Saya rasa hal serupa juga pasti dilakukan oleh BPD saat ini. (Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012). f. Apakah dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa

(APBDes) yang meliputi Penyususnan Anggaran Pelaksanaan Tata Usaha

Keuangan dan Perhitungan Anggaran adanya Pengawasan dan Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa kepada BPD ? Sejauh ini yang saya ketahui BPD selalu mengawasi dan ikut serta dalam pengelolaan data dan penyusunan anggaran pendapatan belanja desa. (Bapak Yakup, hasil wawancara 23 Mei 2012). 5. Pertanyaan yang diajukan kepada tokoh adat a. Menurut Bapak, bagaimana peran serta Kepala Desa dan BPD dalam pembuatan peraturan desa / perumusan peraturan desa ? BPD sampai saat ini baru merumuskan satu peraturan desa dan kami sebagai tokoh masyarakat diundang untuk ikut dalam musyawarah yang berkenaan dengan perumusan peraturan desa. (Bapak Bawadi, hasil wawancara pada tanggal 24 Mei 2012) b. Menurut Bapak, apakah BPD setelah rancangan dan perumusan peraturan desa sudah melakukan sosialisasi peraturan desa kepada masyarakat ? BPD sudah melakukan sosialisasi kepada tokoh-tokoh masyarakat pada musyawarah untuk disampaikan kepada masyarakat, namun tidak semua masyarakat desa yang mengetahui sosialisasi ini. (Bapak Bawadi, hasil wawancara 24 Mei 2012). c. Menurut Bapak, apakah sudah ada penerapan peraturan desa ? setelah mengsosialisasikan peraturan desa yang diusulkan oleh Pemerintah Desa maupun BPD ? Menurut saya BPD melakukan pengawasan terhadap penerapan peraturan desa tentang anggaran pendapatan belanja desa, meskipun

tidak semua peraturan yang diterapkan dan kebetulan saat BPD bersama Pemerintah Desa bermusyawarah dalam penetapan peraturan desa saya berada disana dan menyaksikan secara langsung. (Bapak Bawadi, hasil wawancara 24 Mei 2012) d. Menurut Bapak, Bagaimana peran BPD dalam Pelaksanaan Perumusan Keputusan Kepala Desa ? Memang ada keputusan kepala desa, tapi saya kurang mengetahui apakah kepala desa melakukan kordinasi dengan BPD atau tidak. Karena dalam hal ini tidak dialkukan musyawarah bersama kami(Bapak Bawadi, hasil wawancara 24 Mei 2012). e. Menurut Bapak, Bagaimana peran BPD dalam Pengawasan Keputusan Kepala Desa ? Seperti yang saya sampaikan bahwa saya kurang mengetahui apakah BPD melakukan pengawasan terhadap keputusan yang dikeluarkan kepala desa, tapi sampai saat ini belum ada masalah yang timbul terhadapap keputusan yang dikeluarkan oleh kepala desa. (Bapak Awang, hasil wawancara 24 Mei 2012). f. Apakah dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) yang meliputi Penyususnan Anggaran Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan dan Perhitungan Anggaran adanya Pengawasan dan Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa kepada BPD ? Kalau masalah APBDes, biasanya pemerintah desa yang melakukan penyusunan dan pengelolalan APBDes, dan diajukan kepada BPD untuk disahkan, jadi kalau dibilang BPD bergerak dalam menyusun dan mengelola APBDes itu salah, BPD hanya selalu iya-iya saja, apapun yang dibuat oleh pemerintah desa, BPD hanya tanda tangan dan cap saja. (Bapak Bawadi, hasil wawancara 24 Mei 2012).

6. Pertanyaan yang diajukan kepada tokoh pemuda a. Bagaimana peran serta Kepala Desa dan BPD dalam pembuatan peraturan / perumusan peraturan desa ? Yang saya tahu BPD baru merumuskan satu peraturan desa yaitu tentang anggaran pendapatan belanja desa. (Tokoh Pemuda Fery, hasil wawancara tanggal 24 Mei 2012). b. Menurut Anda, apakah BPD setelah rancangan dan perumusan peraturan desa sudah melakukan sosialisasi peraturan desa kepada masyarakat ? BPD sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui tokohtokoh masyarakat yang hadir dalam musyawarah tentang peraturan desa untuk disampaikan kepada masyarakat. (Tokoh Pemuda Fery, hasil wawancara 24 Mei 2012). c. Menurut Anda, apakah sudah ada penerapan peraturan desa ? setelah mengsosialisasikan peraturan desa yang diusulkan oleh pemerintah desa maupun BPD Saya menghadiri langsung pada musyawarah yang dilakukan BPD bersama pemerintah desa dan tokohtokoh masyarakat dalam menetapkan dan menerapkan anggaran pendapatan belanja desa. (Tokoh Pemuda, hasil wawancara 24 Mei 2012).

d. Menurut Anda, Bagaimana peran BPD dalam Pelaksanaan Perumusan Keputusan Kepala Desa adanya Koordinasi Kepala Desa dan BPD ? Saya tidak mengetahui apakah kepala desa dalam merumuskan keputusan, kepala desa melakukan koordinasi bersama BPD terlebih dahulu. (Tokoh Pemuda, hasil wawancara 24 Mei 2012). e. Apakah dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) yang meliputi Penyususnan Anggaran Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan dan Perhitungan Anggaran adanya Pengawasan dan Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa kepada BPD ? Kalau saya lihat BPD kurang berfungsi, masalah pengawasan APBDes kurang baik, karena BPD merasa selama ini pembangunan dan pengelolaan APBDes baik-baik saja, kalau pun ada masalah dapat di atasi sama pemerintah desa. Pengawasan ada jika masalah uang, seperti bantuan desa, proyek pembangunan desa, mereka cepat mengawasinya. (Tokoh Pemuda Fery, hasil wawancara tanggal 24 Mei 2012) 7. Pertanyaan yang diajukan kepada masyarakat ( SEKTOR NELAYAN ) a. Menurut Bapak, apakah BPD sudah melakukan sosialisasi peraturan desa kepada masyarakat ? BPD merupakan suatu wujud demokrasi yaitu peran serta masyarakat didalam sistem pemerintahan dan pembangunan desa, juga merupakan wadah menampung, menggali dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Sebagai perwujudan demokrasi layaknya BPD melaksanakan fungsinya dalam mensosialisasikan peraturan desa kepada masyarakatnya. Dapat dilihat bahwa masyarakat sibuk dengan kesehariannya/pekerjaannya dan ini dapat dirasakan kurangnya pemberdayaan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana masyarakat harus bekerja seharian untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sekolah anaknya. (Bapak Yusuf, hasil wawancara 25 Mei 2012)

b. Menurut Bapak, apakah sudah ada penerapan peraturan desa ? setelah mengsosialisasikan peraturan desa kepada masyarakat Tidak tahu adanya penerapan peraturan desa, sampai saat ini pun saya tidak tahu peraturan desa apa saja, karena tidak pernah mendapatkan informasi. (Bapak Yusuf, hasil wawancara 25 Mei 2012) ( SEKTOR PETANI ) a. Menurut Bapak, apakah BPD sudah melakukan sosialisasi peraturan desa kepada masyarakat ? Kalau mengenai pemerintah desa saya kurang tahu dek, begini lah kondisi saya hidup harus menjemur padi apabila sudah waktunya panen, adek bisa lihat sendiri kesibukan bapak menjaga padi-padi ini klo sudah dijemur apabila cuaca nya panas baik kali buat dijemur, tapi klo sudah hujan bapak harus angkat padi-padi ini agar tidak basah. Bapak tidak tahu sosialisasi peraturan desa itu apa. (Bapak Ali, hasil wawancara 25 Mei 2012) b. Menurut Bapak, apakah sudah ada penerapan peraturan desa ? setelah mengsosialisasikan peraturan desa kepada masyarakat Penerapan peraturan desa? Saya tidak tahu, gimana ya saya sibuk dengan pekerjaan saya, kalau untuk pemerintahan desa saya tidak tahu penerapan peraturan desa. (Bapak Ali, hasil wawancara 25 Mei 2012)

Anda mungkin juga menyukai