Anda di halaman 1dari 98

POLITISASI BIROKRASI DAN DAMPAKNYA

PASCA PEMILIHAN KEPALA DAERAH


(Analisis Sistem Mutasi Aparatur Sipil Negara di Lingkungan
Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Taliabu tahun 2021)

SKRIPSI

Disusun oleh :

ISWANDI SUMIADIN

NIM : 071911133122

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


DEPARTEMEN ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SEMESTER GENAP 2022/2023
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Iswandi Sumiadin


Nim : 071911133122

Judul Skripsi : “POLITISASI BIROKRASI DAN DAMPAKNYA PASCA


PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Analisis Sistem Mutasi Aparatur Sipil
Negara di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Taliabu Tahun
2021)”.

Menyatakan dengan sebenar-benarnnya bahwa apa yang telah ditulis dalam


seluruh isi tulisan ilmiah ini tidak pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademis pada bidang dan/atau universitas lain dan tidak pernah dipublikasikan
atau ditulis oleh individu selain penyusun kecuali bila dituliskan dengan format
kutipan (langsung maupun tidak langsung) dalam isi Skripsi.

Apabila ditemukan bukti bahwa peryatan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Airlangga.

Surabaya......

(Iswandi Sumiadin)

i
ii

POLITISASI BIROKRASI DAN DAMPAKNYA


PASCA PEMILIHAN KEPALA
DAERAH (Analisis Sistem Mutasi Aparatur Sipil Negara di Lingkungan
Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Taliabu Tahun 2021)

SKRIPSI

Maksud sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga

Disusun oleh :

ISWANDI SUMIADIN

NIM : 071911133122

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK DEPARTEMEN


ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
AIRLANGGA
SEMESTER GENAP 2022/2023

HALAMAN PERSEMBAHAN
iii

Skripsi ini saya bersembahkan untuk keluarga saya, umat dan bangsa, ksusunya
mayarakat Kabupaten Pulau Taliabu
iv

HALAMAN PERSESETUJUAN PEMBIMBING

POLITISASI BIROKRASI DAN DAMPAKNYA PASCA PEMILIHAN


KEPALA
DAERAH (Analisis Sistem Mutasi Aparatur Sipil Negara di Lingkungan
Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Taliabu Tahun 2021)

Skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk diujikan

Surabaya ....
Mengetahui,
Dosen Pembimbing

(Philipus Keban, S.IP., M.Si) NIP.


HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI

Skripsi ini telah diujikan dan disahkan dihdapan Komisi Penguji

Program Studi Ilmu Administrasi Publik


Departemen Administrasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga

Pada hari, tanggal :


Pukul :
Ruang :

Komisi Penguji terdiri dari :


Ketua Penguji

(...............)

Penguji 1 Penguji 2

( .................................................... ) ( .................................................... )

v
vi

HALAMAN MOTO

“Yakinkan dengan Iman, Usahakan dengan Ilmu, Sampaikan dengan


Amal.”
vii

UCAPAN TERIMA KASIH


viii

ABSTRAK
ix

ABSTRACT
x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang maha esa, atas nikmat, rahmat, hidayah
serta karunia-Nya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “POLITISASI BIROKRASI DAN DAMPAKNYA PASCA PEMILIHAN
KEPALA DAERAH (Analisis Sistem Mutasi Aparatur Sipil Negara di
Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Taliabu Tahun 2021)”.
Tujuan pembuatan skripsi ini yaitu sebagai syarat dalam meneyelesaikan
kewajiban akademik pada tingkat akhir studi Starata 1 pada Prodi Ilmu
Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga
serta memperdalam pengetahuan penulis pada kajian dinamika aparatur sipil
negara dalam pusaran politik lokal. Penulis mengucapkan terima kasih karena
selama proses pembuatan skripsi ini telah mendapat banyak bantuan dan masukan
dari berbagai pihak.
Melalui skripsi ini, penulis berharap dapat membawakan manfaat wawasan
yang lebih besar dan memberikan sumbangsih pemikiran pada pembaca terkhusus
untuk Mahasiswa Universitas Airlangga. Selama penyusunannya penulis
menyadari masih terdapat banyak kekurangan sehingga tidak luput dari kata
sempurna. Maka dari itu penulis berharap mendapatkan kritik dan saran kepada
pembaca maupun dosen pembimbing agar penyusunan skripsi ini dapat diperbaiki
menjadi lebih baik lagi.

Surabaya, 29 Mei 2022


DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah I-8
1.2 Rumusan
Masalah…………………………………………………………………...I-9
1.3 Tujuan
Penelitian……………………………………………………………….........I-9
1.4 Manfaat
Penelitian…………………………………………………………………...I-9
1.4.1 Manfaat
Akademis…………………………………………………………….I-9
1.4.2 Manfaat
Praktis………………………………………………………………..I-9
1.5 Kerangka Teori 1-10
1.5.1
Politik………………………………………………………………………….I-12
1.5.2
Birokrasi…………………………………………………………………….....I-16
1.5.3 Sistem
Merit…………………………………………………………………...I-18
1.5.4 Perkembangan Paradigma Dikotomi Politik dan
Birokrasi…………………....I-20 1.5.5 Teori
Agensi…………………………………………………………………...I-22
1.6 Definisi
Konsep………………………………………………………………………I-22
1.7 Metodologi
Penelitian……………………………………………………………......I-23
1.7.1 Tipe
Penelitian…………………………………………………………………I-23
1.7.2 Lokasi
Penelitian…………………………………………………………........I-23
1.7.3 Teknik Penentuan
Informan…………………………………………………...I-24
1.7.4 Teknik Pengumpulan
Data…………………………………………………….I-29
1.7.5 Teknik Pemeriksaan Keabsahan
Data………………………………………....I-30 1.7.6 Teknik Analisa
Data……………………………………………………….......I-3

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mutasi atau perubahan struktural pejabat birokrasi atau Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD), secara besar-besaran setelah pemilihan kepala daerah
adalah sebuah hal yang sudah biasa dilakukan oleh pemerintah daerah setempat.
Praktek mutasi seperti ini merupakan budaya politik dan birokrasi yang terus
dilakukan dalam beberapa tahun terakhir pasca Pemilihan Kepala Daerah di
Kabupaten Pulau Taliabu. Memang setalah pemilihan umum rotasi jabatan dalam
struktural pemerintahan adalah sesuatu yang wajar guna melakukan pembaharuan
kinerja perangkat daerah. Akan tetapi jika dalam prakteknya mutasi yang
dilakukan bukan dibarengi dengan profesionalisme dimana lebih mengedepankan
motivasi politik dan menjadi ajang untuk mejadikan lawan politik yang berstatus
Aparatur Sipil Negara sebagai sasaran untuk menekan dan memotong karir ASN
yang tidak mendukung pasangan calon yang terpilih sebagai kepala daerah atau
ANS yang terjun langsung untuk berpolitik dengan mengaharpkan jabatan, maka
hal itu diluar dari norma, etika dan aturan yang berlaku. Hal inilah yang
menyebabkan Indonesia masih jauh kebelakang dengan negara-negara maju
dalam hal kinerja birokrasi yang baik, jika dibandingkan dengan Amerika Serikat,
China, bahkan dengan Negara tetangga sendiri seperti Malaysia dan Singapura
dalam hal inovasi dan kualitas pelayanan publik pada tingkat pusat ataupun
daerah.

Politik dan birokrasi merupakan sebuah hal yang tidak dapat dipisahkan
dalam prosesnya, karena dalam proses politik akan melahirkan birokrasi dan
perangkatnya, akan tetapi dalam pembentukan perangkat birokrasi seringkali sarat
akan kepentingan politik. Politisasi birokrasi adalah sebuah penggunaan fasilitas
atau alat negara, dan hal ini dapat kita lihat menjelang pemilihan umum. meskipun
telah banyak undang-undang yang mengatur agar perangkat negara yang ada
dalam birokrasi seperti Aparatur Sipil Negara bertindak netral dan tidak menjadi
bagian dari partai politik, hal ini juga untuk mengantisipasi sikap ASN yang

1
2

menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan agar tidak bertindak


diskriminatif, khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Maka
dari itu harus ada pemisahan ruang dan aturan yang jelas terkait dikotomi politik
dan birokrasi, pemisahan antara politik administrasi dimaksudkan agar
birokrasi publik dapat bekerja secara profesional melayani kepentingan umum
(public interest tanpa dibebani isu-isu politik)1.

Ada beberapa hal yang menyebabkan iklim birokrasi di Indonesia masih


kurang efektif dan efisien dan yang menjadi salah satu patologi adalah kurangnya
iklim organisasi yang mengutamakan kompetensi Sumber Daya Manusia dalam
penempatan para birokrat. Menurut Kasmir (2016) dalam penempatan seseorang
dalam sebuah jabatan harus diperhatikan job spesification seperti, pengetahuan,
kemampuan, pendidikan, keterampilan dan kepribadian2. Seperti apa yang
disampaikan juga oleh Nugroho (2020), bahwa untuk menjaga netralitas ASN
makan harus ada kinerja untuk melakukan pemetaan kompetensi bagi ASN dalam
menduduki sebuah jabatan, , artinya harus ada proses seleksi atau semacam tes
kompetensi, terutama dalam penempatan Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT). Pada
prakteknya dilapangan dalam penempatan pejabat publik di Kabupaten Pulau
Taliabu, yang akan menjalankan birokrasi, lebih mengedepankan pada pengaruh-
pengaruh kepentingan politik para elit dann pejabat public dimana terjadi kontrak
atau transaksi politik berupa pemberian jabatan terhadap mitra dalam
mempertahankan dan memperebutkan kekuasaan lewat proses politik (pemilihan
umum), yang mana pada proses pengangkatan para birokrat lebih kepada fakor
kepentingan politik semata, tanpa pertimbangan yang objektif seperti
mengedepankan kapasitas dan pengetahuan para birokrat yang dipilih dalam suatu
pengangkatan atau pemberian jabatan, akibatnya proses kinerja tidak dilakukan
secara profesional.

Hal-hal seperti diataslah yang kemudian mengakibatkan kinerja birokrasi


menjadi lambat, tidak efisien, kaku, kurang transparan, berbelit-belit serta
1
Yudiatmaja, W. E.“Politisasi Birokrasi: Pola Hubungan Politik dan Birokrasi di Indonesia. Jurnal
Ilmu Administrasi Negara (JUAN). (2015), 3(1), 10-28.
2
Kasmir. Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik). Rajagrafindo Persada. 2016
3

kurangnya kepastian dalam pelayanan. Kinerjanya juga tampak hanya melayani


dirinya sendiri serta kepentingan kelompok politik yang memberikanya jabatan
dan mengabaikan peranya sebagai pelayan publik. Tingginya angka pejabat publik
yang melakukan korupsi, tidak telepas dari proses transaksi politik juga, seperti
halnya jual beli jabatan. Jika dari awal proses penempatan jabatan tidak baik maka
kinerja yang dihasilakan juga tidak sesuai dengan apa yang diharapka atau
direncanakan. Sebagai kabupaten yang baru dimekarkan pada tahun 2013 maka
dari itu harus ada proses pengendalian jabatan seperti apa yang disampaikan oleh
Anggarah Sahya (2016:101), pengendalian jabatan dimaksudkan untuk
memperoleh orang yang tepat ditempat yang tepat (the right man on the right
place). Selain itu harus sebuah produk undang-undang yang benar-benar
menutup celah ASN dalam melakukan politisasi birokrasi dan memberikan
kewenangan kepada ASN untuk melakukan pengawasan di internalnnya sendiri
(Gema Perdana 2019).

Jika merujuk pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 19743 dan Undang-


undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian4 yang
dilakukan pembaharuan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN)5, pada UU ini dengan tegas mejelaskan bahwa,
sebagai wujud menjaga pengaruh partai politik, netralitas ASN, persatuan,
kekompakan ASN, hal ini dilakukan agar ASN memfokuskan diri untuk segala
pikiran, perhatian, pada tugas yang telah diemban, maka dari iu ASN dilarang
menjadi pengurus atau anggota partai politik. Selain itu ada Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, dimana
pada pasal 41 ayat 2 dengan tegas melarang Pegawai Negeri Sipil (PNS) mejadi
kelompok pelaksana kampanye pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden,
akan tetapi pada pasal 41 ayat 4 dan 5 pada undang-undang ini menayatakan ASN
boleh menjadi peserta kampanye, dengan catatan tidak diperbolehkan memakai
atribut pegawai negeri sipil, atribut partai politik dan dilarang untuk mengarahkan

3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
5
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, tentang Aparatur Sipil Negara
4

PNS ditempat Ia bekerja untuk mengikuti kegiatan politik serta dilarang


menggunakan fasilitas negara.

Pasal 44 Undang-Undang nomor 42 tahun 2008 Tentang Pemilihan Presiden


dan Wakil Presiden yang pada pasal 41 ayat 2 dimana dengan keras melakukan
pelarangan untuk Pegawai Negeri Sipil untuk turut serta dalam melakukan
kampanye, adapun larangan itu sebagai berikut6:

1. Pejabat negara, pejabat struktural dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri
serta pegawai negeri lainnya dilarang mengadakan kegiatan yang mengarah
kepada keberpihakan terhadap Pasangan Calon yang menjadi peserta Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden sebelum, selama, dan sesudah masa Kampanye
(pasal 1).
2. Larangan yang dimaksud dalam ayat (1) ialah meliputi kegiatan, ajakan,
seruan, pertemuan, atau pemberian barang untuk pegawai negeri dilingkup
anggota keluarga, masyarakat dan dilingkup kerjannya.
3. Dalam upaya menjaga netralitas ASN pemerintah juga mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil
Menjadi Anggota Partai Politik, yang memberikan sanksi tegas kepada ASN
yang mengikuti kegiatan politik secara aktif dengan memberhentikan secara
hormat atau tidak hormat.

Dan untuk ASN yang ingin terlibat aktif dalam politik diperbolehkan
asalkan memundurkan diri dari ASN7. Pelarangan yang sama juga dicantumkan
pada Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil, dimana aturan ini melarang ASN dalam memberikan dukungan pada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat, ASN dilarangan mengarahkan ASN sebagai peserta
kampanye, pelaksana kampanye, atau menngunakan atribut partai atau atribut

6
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Presiden
Dan Wakil Presiden
7
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil
menjadi anggota partai politik
5

ASN8. Pada kategori hukuman yang diberikan pada Peraturan Pemerintah Nomor
37 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun
2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, masing-masing diatas memberikan
hukuman disiplin yang terdiri dari9:

1. Hukuman disiplin ringan dengan teguran tertulis, teguran lisan dan peryataan
tidak puas secara tertulis.
2. Hukuman disiplin sedang dengan melakukan penundaan kenaikan pangkat
selama 1 tahun, penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun dan
penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun.
3. Hukuman disiplin berat dengan sanksi pemberhentian dengan hormat atau
dengan tidak dengan hormat, dimutasi dalam rangka penurunan jabatan
setingkat lebih rendah, pembebasan dari jabatan dan penurunan pangkat
setingkat lebih rendah selam tiga tahun.

Kemudian juga ada peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 6 Tahun


2022 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, dalam pasal 6 menyebutkan soal larangan
terhadap ASN dalam melakukan politik praktis, larangan tersebut diataranya
adalah, membuat keputusan atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu pasangan calon sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye, serta
mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye
meliputi pertemuan, kemudian juga dilarangan untuk melaksanakan kegiatan
ajakan dan memberikan himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS
dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat dan yang
paling terakhir dalam pasal 6 ini adalah dilarang memberikan surat dukungan
disertai fotokopi kartu tanda penduduk atau surat keterangan tanda penduduk.

8
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil
9
6

Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah ini perlu kita


telaah lebih lanjut menggunakan pendekatan-pendekatan kebirokrasian, apakah
mutasi yang dilakukan sudah sesuai dengan koridor atau aturan yang berlaku atau
tidak?, ataukah senada dengan pendapat dari Wahyudi (2018), yang
mengakatakan bahwa, para elit politik membutuhkan elit birokrat untuk kemudian
mereka jadikan mesin politik guna memperoleh kemenagan pada pemilihan
kepala daerah langsung, dan ajang ini juga dijadikan sebagai momentum para
birokrat mengembangkan karir mereka. Artinya motif selain politisasi birokrasi
muncul juga secara bersamaan birokrasi berpolitik.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penelitian kualitatif, peneliti menyatakan rumusan masalah, bukan
sasaran penelitian ataupun hipotesis-hipotesis akan tetapi rumusan masalah untuk
penelitian kualitatif mengandaikan dua bentuk yaitu pertama, rumusan masalah
utama dan kedua beberapa subrumusan masalah spesifik (Creswell. W. 2010).
Dari hasil uraian latar belakang yang telah diuraikan diatas yang telah
menjelaskan masalah pokok yang akan menjadi bahan pelitian dan pengakajian.
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah.
Bagaimana dampak politisasi birokrasi ASN dilingkup Pemerintah Daerah
Kabupaten Pulau Taliabu?.

1.3 Tujuan Penelitian


Heru W, dan Zakaria H, (2022) mengemukakan bahwa birokrasi kerap
menjadi alat politik yang populer untuk dimanfaatkan petahana guna
mempertahankan dan memperluas kekuasaannya di pemerintahan daerah serta
mutasi yang dilakukan sebagian besar dilakukan karena pola hubungan yang
terbangun bukan berdasarkan profesionalisme atau system merit dan prestasi
kerja, melainkan cenderung pada hubungan patrimonial seperti apa yang
dijelaskan pada teori agensi. Tujuan penelitian ini adalah sebgai beirkut :

Tujuan penelitan ini adalah melakukan eksplorasi secara holistik politisasi


7

birokrasi yang diduga berdampak pada mutasi aparatur sipil negara pada tahun
2021. Penelitian ini juga berusaha menjelaskan pola hubungan yang terbangun
antara elit politik, birokrat dan ASN pada momentum politik dan momentum
mutasi yang dilakukan oleh BKPSDMA Kabupaaten Pulay Taliabu. Seperti apa
yang disampaikan oleh Creswell. W. (2010), tujuan penelitian kualitatif pada
umumnya mencakup informasi tentang fenomena utama yang dieksplorasi dalam
penelitian, partisipan penelitian, dan lokasi penelitian. Tujuan penelitian kualitatif
juga bisa menyatakan rancangan penelitian yang dipilih.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Akademis
Penelitian yang kemudian, akan dituangkan dalam skripsi ini, diharapkan
bermanfaat untuk memberikan khazanah literatur baru dalam disiplin ilmu
admnistrasi publik dengan konsentrasi pada proses politisasi birokrasi yang
dilakukan oleh elit politik dan birokrat dalam aspek mutasi ASN, dan tentunya
memberikan pengetahuan baru juga terkait dengan politik dan birokrasi di wilayah
Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara.

1.4.2 Manfaat Praktis


Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang memiliki kepentingan dalam bidang pemerintahan, dengan diketahuinya
dampak dari politisasi birokrasi dalam proses bernegara maka akan memberikan
gambaran dalam mengabil keputusan. Penelitian ini kemudian saya harapkan
dapat memberikan sumbangsi pada penyelesaian masalah birokrasi yang terkait
dengan pembagian kerja atau penempatan aparatur sipil Negara dalam melayani
masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Pulau Taliabu.

1.5 Kerangka Teori


Untuk menjelaskan fenomena pada sebuah masalah yang akan diteliti, maka
diperlukan sebuah landasan dan kerangka berpikir untuk menjadi rujuakan
langkah untuk melakukan penelitian atau kajian berupa kerangka teoritik.
8

1.5.1 Sitem Merit


Jika dalam pendekatan secara bahasa atau kosa kata, modifikasi perilaku,
dan teori motifasi. Pada pendekatan analisis perubahan perilaku dan kosa kata,
merit sistem didefinisikan sebagai cara pengelolaan Sumber Daya Manusia yang
bedasarkan pada merit (prestasi) dimana lingkupnya meliputi segenap perilaku
kerja pegawai, yang mana perilaku ini dalam realitasnya akan mempenagaruhi
langsung pada naik turunnya pengahasilan, karir atau jabatan pegawai10.

Faktor kemajuan sebuah bangsa bukan hanya bergantung pada sumber daya
alam semata, akan tetapi yang berperan lebih juga adalah seberapa kompetennya
sumber daya manusia dalam mengelola sumber daya yang lain untuk itu aparatur
sipil negara yang menjadi garda terdepan untuk melayani dan mengelola
pelayanan publik di Indonesia. Sudah menjadi tanggung jawab SDM yang ada
pada lembaga pemerintahan, dalam hal ini pegawai ASN atau PNS dalam
birokrasi memiliki kemampuan dan kualitas yang baik, agar bisa melaksanakan
kinerja secara tepat dan cepat. Untuk mendukung hal ini maka pemerintah perlu
membuat kebijakan yang mampu untuk mendorong peningkatan prestasi kerja dan
produktivitas, maka dari itu belajar dari banyak negara terutama singapura yang
telah lama menerapkan merit sistem, maka hal ini juga diyakini (merit sistem)
sebagai alternatif penggajian yang dapat memotivasi prestasi pegawai negeri sipil.

Sebagai upaya untuk mencapai tujuan nasional yang sudah tercantum pada
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea
ke-4, yaitu “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan, kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial”. Maka dibutuhkan ASN yang profesional dalam
bekerja, yang mana harus bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme serta
bebas dari intervensi politik dan juga mampu melakukan pelayanan publik yang
baik untuk masyarakat dan mampu berperan sebagai perekat kesatuan dan

10
Arief Daryanto, “Merit System Dalam Manajemen Pegawai Negeri Sipil,”
Kebijakan dan Manajemen PNS IV (2007): 1–13.
9

persatuan bangsa yang berpedoman pada Undang-Undang Dasar 1945 dan


Pancasila. Adapun tugas dari pemerintah diimplementasikan sebagai upaya
penyelengaraan fungsi umum pemerintahan seperti pendayagunaan kelembagaan,
kepegawaian dan ketatalaksanaan. Sedangakan sebagai upaya dalam pelaksanaan
pembangunan tertentu dilaksanakan melalui pembangunan cultural and political
development dan juga melalui pembangunan economic and social development
yang diarahkan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat11.

Untuk dapat menjalankan kewajiban pada pelayanan publik, tugas


pembangunan dan tugas pemerintah, bedasarkan pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, maka ASN
dituntut untuk memiliki manajemen dan profesi yang berpedoman pada sitem
merit atau perbadingan antara kompetensi, kualifikasi dan kinerja yang
dibutuhkan pada jabatan dengan kopetensi, kualifikasi dan kinerja yang dimiliki
oleh calon ASN dalam tahapan rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan
promosi pada jabatan yang dilakukan secara kompetitif dan terbuka, yang sejalan
dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Dalam manajemen
ASN terdiri dari dua manajemen yaitu manajemen PNS dan manajemen Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), yang mana harus diatur secara
holistik dengan menerapkan standar, prosedur dan norma. Adapun untuk
manajemen PNS meliputi, penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan
pensiun dan jaminan hari tua, serta perlindungan. Sedangkan untuk manajemen
PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, gaji dan
tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin,
pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan.

Ada upaya juga yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan


kesejahteraan dan produktivitas ASN, maka dalam Undang-Undang Republik

11
Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara
10

Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, menegaskan


bahwa ASN memiliki hak memperoleh gaji yang layak dan adil sesuai dengan
tanggung jawab, resiko pekerjaan dan beban kerja. Dilain sisi juga ASN memiliki
hak untuk meperoleh jaminan sosial. Sebagai upaya penetapan kebijakan
manajemen ASN maka dibentuklah Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang
bebas dari intervensi politik dan mandiri. Tugas dari KASN ini adalah untuk
melakukan monitoring, evaluasi pada pelaksanaan manajemen dan kebijakan ASN
untuk menlakukan pengawasan serta jaminan pada implementasi sistem merit dan
pengawasan terhadap penerapan kode etik dan kode perilaku ASN.

Struktur lembaga KASN memiliki 7 orang anggota yang terdiri dari satu
orang ketua yang merangkap sebagai anggota, satu orang wakil ketua yang juga
merangkap sebagai anggota dan sisa 5 orang anggota. Dalam melaksanakan
wewenang dan tugasnya dibantu oleh pejabat fungsional yang dibutuhkan
keahliannnya dan asisten, selain dari itu KASN dibantu oleh sekretariat yang
dikomandoi oleh seorang kepala sekretariat. Dalam penetapan ketua, wakil ketua,
dan anggota KASN, Presiden selaku kepala pemerintahan yang menetapkan
langsung dengan jangka waktu masa jabatan selama 5 tahun dan dapat
diperpanjang dalan 1 kali masa jabatan.

1.5.5 Teori Agensi

Awal mula teori agensi adalah untuk memahami seutuhnya kepentingan


pihak manajamen dalam pelaporan keuangan, yang mana perlu untuk
mempertimbangkan beberapa model dari teori permainan, dimana teori permainan
ini merupakan sebuah pendekatan konflik antara berbagai persaiangan.
Pengembangan toeri ini dikembangkan untuk menganalisa sebuah proses
pengambilan keputusan dari situasi persaingan yang berbeda dan melibatkan dua
atau lebih kepentingan. Teori ini berusaha untuk mencari bentuk dan meramalkan
pemecahan konfilk individu yang rasional, menelaah lebih dalam interaksi antara
dua atau lebih agen (pemain) dalam sebuah permainan, dimana masing-masing
agen akan berupaya memaksimalkan keuntungannya. Dalam hal ini, antar agen
yang satu dengan agen yang lainnya mempunyai ketergantungan satu sama lain
11

dalam penerapan strategi, yang akhirnya akan berpengaruh pada hasil yang
didapatkan.

Pemakaian teori ini dalam kajian politisasi birokrasi, merupakan sebuah


cara untuk menemukan pola hubungan elit politik dan birokrasi dalam melakukan
transaksi jabatan publik. Dalam karya Eisenhardt 12, disebutkan bahwa Teori
Agensi merupakan suatu konsep yang sangat penting namun masih memiliki
kontroversial. Teori Agensi dianggap menjadi penting karena menawarkan
pandangan yang sangat menarik untuk pembentukan sistem informasi dan
penugasan, hasil keluaran (outcome), insentif dan risiko kemudian disebut
kontroversial karena muncul banyaknya permasalahan dalam struktur dalam
pembentukannya.

Dalam perkembangannya, Teori Agensi pertama kali muncul pada tahun


1960-an dan tahun 1970-an ketika para ekonom mencoba untuk menganalisis
pembagian risiko dalam manajemennya. Pada awalnya, teori ini muncul akibat
adanya permasalahan dalam pembagian risiko, ketika beberapa pihak yaitu
prinsipal dan agensi yang saling bekerja sama memiliki perlakuan yang berbeda
dalam menjalani suatu risiko. Teori Agensi kemudian semakin meluas dalam
konteks penggunaannya ketika pada akhirnya terjadi suatu temuan bahwa
prinsipal dan agensi memiliki tujuan yang berbeda dan manajemen risiko yang
kemudian muncul permasalahan dalam pembagian kerja. 13

Sebagai sebuah justifikasi, Teori Agensi memang pada awalnya menjadi


semakin masif dan sporadis dalam pembahasan studi Ekonomi, namun disebutkan
dalam Mitnick14, bahwa pembahasan Teori Agensi telah mencapai lebih dari
jangkauan studi Ekonomi. Dalton (2007, dalam Mitnick) 15, Teori Agensi tidaklah
bisa disamakan dengan teori perusahaan namun merupakan aplikasinya. Teori
Agensi adalah sebuah pendekatan umum dari sebuah studi yang menjelaskan

12
Eisenhardt, Kathleen, 1989. Agency Theory: an Assesment and Review, dalam Academy of
Management Review, vol. 14, no.1, 57-74
13
Ibid.
14
Mitnick, Barry, 2015. Agency Theory.
15
Ibid.
12

relasi sosial, untuk menjawab ‘Siapa’ bertindak untuk ‘Siapa’.

Melansir dari Panda dan Leepsa16, permasalahan yang kemudian membuat


Teori Agensi menjadi semakin sporadis dalam pembahasan akademisi adalah
karena ditemukan banyaknya permasalahan yang terjadi dalam beberapa studi
seperti misalnya adalah dalam akuntasi (Telah dibahas dalam karya Ronen &
Balachandran, 1995; dan Watts & Zimmerman, 1983), finansial (Telah dibahas
dalam Fama, 1980; dan Jensen, 1986), ilmu Politik (Telah dibahas dalam
Hammond & Knott, 1996; dan Weingast & Moran, 1983), perilaku organisasi
(Telah dibahas dalam Kosnik & Bittenhausen, 1992), serta pemasaran (Telah
dibahas dalam Bergen et al, 1992; Logan, 2000; Tate et al, 2010).

Dengan semakin sporadisnya pembahasan oleh banyak akademisi, Teori


Agensi muncul sebagai sebuah cara untuk menyelesaikan dua permasalahan besar
yang terjadi, yaitu 1). Penyelesaian keinginan dan tujuan antara agen dan prinsipil
yang konfliktual, dan 2). Penyelesaian keinginan prinsipil kepada agen karena
mereka tidak mengetahui dan tidak bisa memverifikasi apa yang agen tersebut
lakukan dalam tiap tindakannya. Pada akhirnya, penggunaan paling utama dalam
Teori Agensi adalah untuk meminimalisir tindakan yang berbeda antara prinsipal
dan agen terkait preferensi risiko.

Dalam penjelasannya, prinsipil merupakan seseorang yang berada dalam


posisi tinggi, bisa berupa seseorang yang memiliki perusahaan, ataupun manajer
yang mengurusi tindakan produksi. Kemudian, agen merupakan seseorang yang
bekerja dibawah prinsipil dan memiliki tanggung jawab secara hierarki kepada
prinsipil. Kedua pihak tersebut berada dalam satu hierarki yang sama namun
terkadang memiliki perbedaan tujuan atau kepentingan antara keduanya yang
kemudian memunculkan konflik yang disebut sebagai permasalahan agen.

Seiring berkembangnya pembahasan mengenai Teori Agensi, definisi

16
Panda & Leepsa, 2017. Agency Theory: Review of Theory and Evidence on Problems and
Perspectives, dalam Indian Journal of Corporate Governance, vol.10, no. 1, 74-95
13

prinsipil dan agen menjadi semakin luas, karena tidak lagi terbatas pada ‘Pemilik’
dan ‘Pengurus’, namun mulai membahas mengenai pihak-pihak lainnya.

Gambar 1.1 Tipe Agensi berdasarkan Definisi

Beberapa akademisi dan ekonom telah melakukan kategorisasi terhadap


permasalahan agen yang kemudian dapat dijelaskan dengan menggunakan tiga
tipe agensi di atas. Dalam Tipe 1, disebutkan bahwa permasalahan agen terjadi
ketika pemilik dan manajer dalam suatu organisasi memiliki perbedaan jenis
kontrol. Pemilik suatu perusahaan memberikan kewenangan tugas kepada manajer
untuk mengatur semua operasi perusahaan dengan harapan bahwa manajer bisa
melakukan apa yang diinginkan oleh pemilik. Ditambah lagi, melansir dari Sen 17,
bahwa tindakan manajer hanya berkutat pada bagaimana mereka memaksimalkan
kepuasan dirinya. Argumennya adalah bahwa agen melakukan pemuasan kepada
dirinya sendiri sebagai salah satu rasionalitas dari tindakan manusia.

Kemudian dalam Tipe 2, yang menjadi permasalahan adalah antara agen


dengan agen lainnya, yang kemudian memunculkan konflik kepentingan. Dalam
kasusnya, bisa dilihat dari bagaimana pemilik proporsi perusahaan besar dengan
pemilik proporsi perusahaan kecil kemudian juga bisa dilihat dalam suatu
pemerintahan kabinet atau partai politik suatu negara dimana perbedaan
konsentrasi kekuasaan dapat menjadi suatu permasalahan. Selanjutnya dalam Tipe
3 berfokus pada permasalahan antara pemilik perusahaan dengan kreditor dimana
banyak kreditor mencoba untuk menginvestasikan uangnya di dalam proyek yang
berisiko tinggi, dan mengharapkan return yang besar. Dengan adanya hal tersebut,
terjadi konflik kepentingan antara pihak-pihak yang ada.

17
Sen, 1987. The Standard of Living, dalam Annual Review Sociology, 31(1), 263–284
14

Sepanjang perkembangannya, Teori Agensi telah berkembang menjadi dua


besar pendekatan; 1). Positivis yang berfokus pada identifikasi situasi dimana
prinsipil dan agen akan seringkali bersifat konfliktual. Dalam pendekatan
positivis, tidak terlalu berfokus banyak kepada penggunaan matematika,
melainkan berfokus pada penjabaran yang bersifat mekanisme. Pendekatan yang
kedua adalah 2). Prinsipil-Agen yang bersifat lebih abstrak dan matematikal,
sehingga tidak bersifat universal penggunaannya. Hal yang menjadi inti dari
pendekatan Agensi-Prinsipil adalah mengenai kontrak yang optimal antara kedua
aktor tersebut, tanpa memastikan hasil keluaran (outcome) yang maksimal, namun
berfokus pada penjelasan tindakan antara kedua aktor yang terlibat18.

Untuk dapat lebih lengkap menjelaskannya, diberikan beberapa proposisi


untuk dapat menjelaskan sebagaimana optimalnya hubungan antara prinsipal
dengan agensi.

Proposisi Pertama
Ketika kontrak yang terjadi antara prinsipil dan agen bersifat outcome based,
maka agen akan seringkali bertindak kepada kepentingan dari agensi.

Dalam penjarabannya, disebutkan dalam Eisenhardt 19, melansir dari studi


kasus karya Jensen dan Meckling (1976), bahwa proposisi pertama merupakan
mekanisme organisasi dan pemerintahan yang kemudian dianggap paling efisien
dan efektif. Argumennya adalah bahwa dengan adanya kontrak, yang kemudian
bersifat kepada outcome-based, maka agen akan selalu linier dengan prinsipal,
karena adanya pembagian rewards yang sepadan antara kedua aktor tersebut,
sehingga konflik kepentingan antara keduanya akan dapat terkurangi.

Proposisi Kedua
Ketika prinsipil memiliki informasi dan tindakan untuk melakukan verifikasi
kepada setiap tindakan dari agen, maka agen akan seringkali bertindak kepada
kepentingan dari prinsipil.

18
Eisenhardt, 1989. Agency Theory: an Assesment and Review, dalam Academy of Management
Review, vol. 14, no.1, 57-74
19
Ibid.
15

Dalam proposisi kedua, adanya informasi bisa untuk mematikan tindakan


oportunisme dari agen. Argumennya adalah bahwa semakin banyaknya informasi
yang bisa didapatkan oleh prinsipil, maka agen akan menyadari bahwa akan sia-
sia untuk menipu atau bertindak oportunis kepada prinsipil.

Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan
mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap
memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan
seperangkat aturan yang mengatur mengenai mekanisme dan agen. Kontrak kerja
akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness yaitu mampu menyeimbangkan
antara prinsipal dan agen yang secara matematis memperlihatkan pelaksanaan
kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif/imbalan khusus yang
memuaskan dari prinsipal ke agen. Inti dari Agency Theory atau teori keagenan
adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipil
dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan20.

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan agensi sebagai


kontrak :
“Di mana satu atau lebih orang (principal) melibatkan orang lain (agent)
untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka yang melibatkan
pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut.
Akibat hubungan agensi ini, maka munculnya agency problem yang dalam
hal ini pihak agen akan berupaya untuk memaksimalkan kepentingan
dirinya sendiri sementara mengabaikan kepentingan prinsipal padahal
tujuan utama dari suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan
kesejahteraan pemilik modal. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu bentuk
pengendalian untuk mengendalikan tindakan pihak agen”.

1.6 Definisi Konsep

Berdasarkan perumusan masalah serta kerangka teoritik yang telah


dijabarkan di atas, maka untuk mempermudah pemahaman konsep yang terdapat
dalam penelitian ini disusun pengertian atau yang biasa disebut definisi konsep.

20
Dista amalia arifah, “Praktek Teori Agensi Pada Entitas Publik
dan Non Publik,” Prestasi 9,no. 1 (2012): 85–95.
16

Definisi konsep ini dibuat dari hasil penarikan simpulan pada bagian kerangka
teoritik. Berikut definisi konsep penelitian ini :
1. Sistem Merit
Merit sistem atau sistem yang melakukan perbandingan pada kompetensi,
kinerja dan kualifikasi yang diperlukan dalam sebuah jabatan dengan kinerja,
kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki oleh calon pegawan negeri sipil, jika
dalam sektor pemerintahan. Dalam rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan
promosi pada jabatan yang dilaksanakan secara terbuka dan kompetitif, sejalan
dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
2. Teori Agensi
Teori agensi adalah teori yang menjelaskan korelasi yang terjadi antara pihak,
manajemen pada sebuah perusahaan atau birokrat selaku agen dengan pemilik
perusahaan atau elit politik sebagai prinsipil dan rakyat atau karyawan sebagai
konsumen. Pihak prinsipil disini adalah pihak yang melakukan kontrol penuh
dengan cara memberikan perintah kepada para agen untuk melaksanakan
kegiatan atas nama prinsipil.

1.7 Metode Penelitian


Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu metode
penelitian yang sring disebut sebagai penelitian modern yang yang mengacu pada
pemikiran, postpositivistic, discovery, interpretive. Ketiga landasan metode ini
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi 21. Creswell
mendefinisikannya sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk
mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral22. Hal ini dilakukan dengan
cara mengumpulkan data secara langsung kepada informan, dan metode tinjauan
dokumen, yaitu dilakukan melalui pengumpulan data secara langsung kepada
informan, hal ini diharapkan dapat memperoleh suatu kebenaran dari sebuah

21
Prof.Dr.Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif,Kualitatif Dan R&D, Alfabeta, 2013.
22
Buku Teks et al., “Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakter, Dan Keunggulannya,”
Journalof Chemical Information and Modeling 53, no. 1 (2016):9
17

kejadian sosial, politik dan birokrasi. Metode penelitian kualitatif tegolong sulit
dibandingkan metode penelitian kuantitatif, seperti apa yang disampaikan oleh
Borg dan Gall.

Berikut pernyataan dari Borg dan Gall (1988 dalam Sugiyono 2013) :
"Qualitative research is much more difficult to do well than quantitative
research because the data collected are usually subjective and the main
measurement tool for collecting data is the investigator himself”.

Sedangkan menurut dari sudut pandang admnisitrasi, karena ini merupakan


penelitian administrasi publik maka peneliti mengutip pendapat dari Sahya dalam
bukunya “metode penelitian administrasi” (2014) menerangkan bahwa :

“Metode penelitian administrasi adalah cara ilmiah untuk mendapatkan


data dengan tujuan dan kegunaan tertentu yang berkaitan dengan
keseluruhan proses penyelenggaraan dalam usaha kerja sama dua orang
atau lebih atau usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber
(personel ataupun material) secara efektif, efisien dan rasional untuk
menunjang tercapainnya tujuan.” (Sahya 2015:17).

Dikarenakan data yang diperoleh dari hasil penelitian Politisasi Birokrasi dan
Mutasi Aparatur Sipil Negara ini, adalah data yang bersifat data non numeric data
types dimana data tidak biasa peneliti tidak bisa untuk melakukan generalisasi
data secara matematis. Makan dari itu untuk meneliti kasus pada penelitian ini
peneliti mengambil metode penelitian kualitatif, yang mana motode ini meliki
landasan pemikiran filsafat postpositivisme, discovery, interpretive. sering juga
disebut sebagai paradigma interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas
sosial sebagai sesuatu yang holistik, kompleks, dinamis, penuh makna, dan
hubungan gejala bersifat interaktif (Sugiyono 2013:8). Maka dari ini peneliti
memilih metode kualitatif ini agar bisa di intrepretasikan lebih lanjut, sebagai
penggambaran data dan fakta lapangan secara menyeluruh. Dimana peneliti
melakukan penarikan informasi cerita-cerita dengan pendekatan naratif, dimana
individu yang ditemui dan akan diwawancarai secara mendalam dan melakukan
observasi untuk mengetahui bagaimana proses mereka mendapatkan perlakukan
atau pemutasian dari Pemerintah Daerah pasca pemilihan umum 2020. Kemudian
18

hasil akhirnya akan digambarkan menggunakan teory agency dan merit system
yang peneliti gunakan dalam penelitian ini.

1.7.1 Tipe Penelitian


Dalam penelitian kualitatif ini tipe penelitian yang dipakai adalah penelitian
deskriptif, yaitu dengan tujuan untuk menemukan jawaban atas praktek politisasi
biroksrasi dalam proses mutasi pejabat di lingkungan pemerintahan Kabupaten
Pulau Taliabu, apakah sudah sesuai dengan sistem merit atau belum. Dalam
penelitian ini menggunakan penelitian secara langsung dan tinjauan dokumen-
dokumen serta hasil observasi dengan melihat fenomena politik yang terjadi
dalam proses birokrasi dan penempatan pejabat yang akan mengisi jabatan-jabatan
birokrasi di Kabupaten Pulau Taliabu.

1.7.2. Lokasi Penelitian


Lokasi penilitan dilakukan di pusat kota Kabupaten Pulau Taliabu, yaitu
Kota Bobong, yang bertempat di Kantor Badan Kepegawaian dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Aparatur Kabupaten Pulau Taliabu dan Kantor Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pulau Taliabu, serta salah satu Rumah
Aktivis atau Pemerhati Politik Pulau Taliabu. Kemudian lokasi selanjutnya adalah
Wilayah Kematan Lede, yaitu pada Rumah masing-masing partisipan yang
terletak di Desa Lede dan Desa Langganu. Dalam pemilihan tempat lokasi tentu
memiliki masing-masing alasan, berikut alas an masing-masing pemilihan lokasi :

1. BPKSDMA Kabupten Pulau Taliabu (Kota Bobong).


Alasan memilih Kantor BPKDMAS dikarenakan lembaga ini merupakah
salah satu lembaga yang mengurusi kepegawaian yang ada di Pulau Taliabu
dan hal itu telah tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2016
tentang Susunan Perangkat Daerah. Dimana berdasarkan tugas dan
fungsinya dalam Peraturan Kepala daerah Nomor 7 tahun 2016 Tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah, salah
satu tugas pokok dari badan ini adalah terkait dengan persoalan
kepangkatan, mutasi dan pensiun, maka dari secara teknis yang bertanggung
19

jawab dalam proses mutasi ini selain dari pembina kepegawaian adalah
BKPSDMA dan lembaga ini juga yang mengeluarkan SK mutasi 201
Pegawai Pemerintah pada tahun 2021. Kemudian pada kantor BKPSDMA
ini peneliti mewawancarai Sekretaris BKPSDMA dikarenakan Ketua
BKPSDMA sedang diluar Kota.

2. Ketua Komisi 1 DPRD Kabupaten Pulau Taliabu (Kota Bobong).


Alasan peneliti memilih partisipan Ketua Komisi I Dewan Perwakilan
Rakyat Taliabu ini, karena dalam pembagian kerja khusunya Komisi I
beberapa mitra kerjanya adalah BPKSDMA, Organisasi, Pemerintahan
Kecamatan dan Pemerintahan Desa. Awal rencana penelitian peneliti
merencanakan melakukan penelitian dan observasi langsung di Kantor
DPRD, namun pada saat itu, partisipan akan segera melakukan perjalanan
untuk menghadiri acara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), kebetulan
partisipan adalah dari fraksi PKB, yang mana kegiatannya akan dilakukan
diluar Kota Bobong dan kebetulan juga rumah Ketua Komisi I ini, berada di
Ibu Kota Kabupaten, tidak jauh dari Kantor DPRD.

3. ASN (Kecamatan Lede)


Peneliti memilih Kecamatan ini karena akses yang mudah ditempuh dan
diwilayah ini merupakan wilayah dengan tingkat pemukiman terbesar di
Taliabu dan juga serta ada banyak Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat
menjadi ASN semenjak masih bergabung dengan Kepulauan Sula sebelum
Pulau Taliabu dimekarkan menjadi Kabupaten Baru. Maka dari itu terdapat
ASN yang punya segudang pengalaman dalam dunia birokrasi yang ada di
wilayah Kabupaten Pulau Taliabu. Diantara ASN yang dari jaman
Kabupaten Kepulauan sula itu ada beberapa yang berdomisili diwilayah
Kecamatan Lede dan menjadi bagian dari ASN yang dimutasi pada tahun
2021.

4. Aktivis (Kota Bobong)


Peneliti memilih meawancarai aktivis yang berdomisili di Kota Bobong ini,
20

karena partisipan adalah aktivis yang merupakan salah satu koordinator


ratusan massa dari Front Peduli Masyarakat Taliabu (FPMT) yang
merupakan gabungan dari masa aksi Gerakan Pemuda Marhainisme (GPM)
dan PGRI yang melakukan protes pada SK mutasi pegawai pada tahun
2021. Dalam penelitian ini nama yang bersangkutan tidak berkenan untuk
disebutkan namanya, demi kenyamanan partisipan.

1.7.3 Teknik Penentuan Informan


Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling yaitu dengan
melihat wewenang dan keterlibatan semua aktor kepentingan yang ada dalam
proses terjadinya politisasi birokrasi pasca pemilihan kepala daerah.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Hermensi, STP, selaku Sekretaris Badan Kepegawaian dan Pengembangan
SDM Aparatur Kabupaten Pulau Taliabu.
2. Sukardinan Budaya, S.IP, selaku Ketua Komisi 1 DPRD Kabupaten Pulau
Taliabu.
3. Daniel Hamid S.Pd, selaku ASN yang dimutasi.
4. Rudianto Tajudin S.Pd, selaku ASN yang dimutasi.
5. … ASN yang dimutasi dan Guru yang melakukan Pemindahan Tugas Ke
Departemen Agama.
6. … Selaku pemerhati politik dan pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu.

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data


Dilihat dari sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka ada dua
jenis pengumpulan data yakni, pertama data primer yang dikumpulkan melalui
wawancara mendalam, studi dokumen dan observasi, kedua data sekunder, yang
diperoleh secara tidak langsung melalui sumber tertulis seperti arsip dan laporan
Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Aparatur Kabupaten Pulau Taliabu
serta pihak-piha terkait. Menurut Paton (2022 dalam Raco 2010:110-111), pada
tahap pengumpulan data ada tiga jenis yang dapat ditempuh yaitu, Pertama,
wawancara mendalam, data yang diperoleh melalui wawancara yang mendalam
dengan memakai pertanyaan open-ended. Dimana kemudian data yang diperoleh
21

berupa pengetahuan, perasaan, pendapat dan persepsi. Kedua, pengamatan, data


yang diperoleh melalui observation adalah data yang dikumpulkan melaui teknik
pengamatan yang kemudian menghasilkan data berupa gambaran yang ada
dilokasi penelitian, datanya bisa berupa, pembicaraan, interaksi interpersonal,
tindakan dan sikap. Ketiga dokumen, data yang dikumpulkan melalui teknik ini
adalah berupa material yang tertulis dan tersimpan. Dokumen dapat berupa
korespondensi atau memoribilia dan dokumen yang dalam bentuk audiovisial.

Sedangkan menurut Sugiyono (2017:225) teknik pengumpulan data dilihat


dari teknik atau segi cara pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data bisa
ditempuh dengan pengamatan (observasi), angket (kuesioner), wawancara
(interview) dokumentasi atau gabungan dari keempatnya (Triangulasi). Pada
penelitian kualitatif yang dilakukan di BKPSDMA Kabupaten Pulau Taliabu ini,
pengumpulan data dilakukan dengan memperhatikan natural setting, sumber data
primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara
mendalam dan dokumentasi.

Catherine M dan Gretchen B, mengemukakan bahwa :

"The fundamental methods relied on by qualitative researchers for


gathering information are, participation in the setting, direct observation,
in-depth interviewing, document review" (Catherine M dan Gretchen B
dalam Sugiyono 2013:225).

Terdapat 3 (tiga) macam macam teknik pengumpulan data, yang ditempuh


peneliti untuk melakukan penelitian di BKPSDMA dan wilayah-wilayah yang
menjadi target penelitian yaitu gabungan dari teknik observasi wawancara,
dokumentasi (triangulasi). Berikut pejelasan penelitian tersebut :

1. Observasi
Nasution (1988 dalam Sugoyono 2013) menyatakan bahwa, observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
22

observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang
sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron)
maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Kemudian Marshall (1995) menyatakan bahwa :

"Through observation, the researcher learn about behavior and the


meaning attached to those behavior".

Observasia kan menjadi media belajar bagi peneliti untuk mengamati


tentang perilaku, seperti apa yang disebutkan oleh Sanafiah Faisal (1990 ) dan
Susan Stainback (1988) dalam (Sugiyono 2013) bahwa obervasi dibagi menjadi
observai berpartisipasi, observasi yang secara terang-terangan dan tersamar dan
observasi yang tak berstruktur kemudian observasi partisipan juga dibagi menjadi
empat yaitu pasive participation, moderate participation, active participation,
dan complete participation.

Pada penelitian ini peneli memakai jenis observasi partisipan dimana


menurut Sahya (2016:110), observasi partisipan adalah peneliti turut serta dalam
proses kehidupan dalam penelitiannya. Kemudian observasi partisipan juga
dibedakan menjadi dua yaitu, fully participant observation (partisipan penuh) dan
cuasi participant observation (partisipan semu)n,dimana peneliti tidak
berpartisipasi penuh. Pada penelitian politisasi birokrasi dan analisis mutasi ini
posisi observer atau peneliti pada penelitian ini adalah sebagai fully participant
observation.

2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dalam penelitian yang
dilakukan peneliti untuk melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari partisipan yang lebih (Sugiyono 2013:231).
23

Seperti apa yang disampaikan oleh Esterberg (2002) Bahwa :

"A meeting of two persons to exchange information and idea through


question and responses, resulting in communication and joint construction
of meaning about a particular topic". (Esterberg 2002 dalam Sugiyono
2013).

Kemudian Sayha (2014:113), mengemukakan bahwa, wanncara adalah


teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada partisipan
atau responden, kemudian jawaban responden direkam atau dicatat. Dalam
pwawancara terdapat juga dua macam tipe dimana bisa dilakukan dengan
langsung dan tidak langsung. Dimana wawancara langsung bisa dilakukan secara
langsung dengan responden tanpa ada perarntara, dan selanjutnya adalah
waancara tidak langung adalah situasi dimana peawancara meminta ketereangan
orang lain kepada yang bukan responden utama.

Dalam penelitian ini untuk menjaga keefektifan pengumpulan data dari


metode wawancara maka peneliti menyusun sebuah pedoman wawancara agar
semua pertanyaan yang diajukan bisa terarah dengan baik. Dimana menurut
Muhammad Ali (1992 dalam Sahya 2014:115), Panduan wawancara disusun
terlebih dahulu dengan memuat materi initi dari pertanyan yang akan diajukan
pada penelitian ini, yaitu tentang politisasi birokrasi dan mutasi ASN Kabupaten
Pulau Taliabu. Peneliti menggunkanan menggunakan pedoman wawancara yang
tidak terstruktur dimana pedioman yang dibuat peneliti hanya memuat inti materi
yang akan dijadikan pertanyaa, akan tetapi kemdian terjadi perkembangan
pertanyaan dalam proses wawancara untuk menggali lebih dalam infomasi.
Alasan peneliti menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur karena peneliti
belum mengetahui apa yang akan disampaikan nanti oleh responden dan untuk
meminimalisir kebohongan dalam wawancara. Seperti apa yang disampaikan oleh
Sugiyono (2013:234), dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum
mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih
banyak mendengarkan apa yang diceriterakan oleh responden. Dan alat yang
24

digunakan dalam wawancara ini adalah buku catatan , alat recorder dan camera

3. Dokumentasi
Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk catatan harian, sejarah kehiclupan ceritera, biografi,
peraturan, kebijakan atau dokumen yang berbentuk gambar, seperti foto, gambar
hidup, sketsa dan lain-lain (Sugiyono 2013:240). Lebih lanjut lagi Sahya
(2014:121), mengungkapkan bahwa dokumentasi merupakan teknik pengumpulan
data secara tidak langsung yang ditujuakan untuk subjek penelitian dengan
menggunakan dokumen.

Bogdan mengemukakan bahwa :

"In most tradition of qualitative research, the phrase personal document is


used broadly to refer to any first person narrative produced by an
individual which describes his or her own actions, experience and belief.”
(Bogdan dalam Sugiyono:240)

Dokumentasi sangat membantu penelitian pada BKPSDMA Kabupaten


Pulau ini karena melengkapi hasil dari observasi dan wawancara agar data yang
ditemukan bisa menjadi data yang valid . Dokumen yang diperoleh pada sat
penelitian terdiri dari : data rekap jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD)
Kabupaten Pulau Taliabu, data rekapan mutasi ASN lingkup pemerintah
Kabupaten Pulau Taliabu tahun 2021, Profil BKPSDMA Kabupaten Pulau
Taliabu dan Data Pemerintahan, Penduduk, Geografi dan Partai Politik dari Badan
Pusat Statistik Kabupaten Pulau Taliabu tahun 2020.

1.7.5 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menguji validitas data yang telah ditemukan pada penelitian melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi pada penelitian politisasi birokrasi dan
analisis mutasi ASN Kabupaten Pulau Taliabu. maka diperlukan sebuah
mekanisme atau instrument validitas data agar bisa dipertanggung jawabkan
25

secara ilmiah. Pengujian keabsahan pada data penelitian, pada umumnya banyak
ditekankan pada proses uji realibilitas dan validitas 23. Menurut Sahya (2014:127),
validitas merupakan ukuran tingkat keyakinan atau kesahihhan sebuah instrumen.
Lebih lanjut menurut Sugiyono (2017:267) validitas dibagi menjadi dua macam
validitas penelitian yaitu validitas internal dan eksternal, dimana validitas internal
dalah yang berkaitan dengan derajad akurasi desain penelitian dengan hasil yang
ingin didapat, sedangan validitas ekternal adalah yang berkaitan dengan derajad
akurasi apakah penelitan yang dilakukan dapat digeneralisasikan atau diterapkan
dalam populasi dimana sampel tersebut didapatkan atau diambil.

Susan Staiback (1998 dalam Sugiyono 2017) menyatakan terkait dengan


reliabilitas adalah :
“Reliability is often defined as the consistency and stability of data or
findings. From a positivistic, perspective, reliability, typically is considered
to be synonymous witht the consistency of data produced by observations
made by different researchres (e.g test retest), by the same researcher at
different times (e.g test retest), or by splitting a data set in two parts
(splithalt)”.

Fenomena yang kompleks biasanya membutuhkan studi mendalam dari


beragam perspektif atas realitas. Karena di sisi lain, hal ini didasarkan pada
penentuan apakah temuan bersifat akurat dari sudut pandang peneliti, informan,
atau pembaca (Creswell & Miller, 2010)24. Pada skripsi ini penelitian akan
memakai teknik triangulasi pda pengujian kredibilitas, lamgkah ini sebagai upaya
pengecekan data dari berbagi sumber dengan bermacam cara, dan berbagai waktu.
Menurut Sugiyono (2010:274) ada bebrapa jenis triangulasi diataranya. Menurut
Sugiyono (2010:274) ada beberapa jenis triangulasi diataranya yaitu, triangulasi
sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Namun yang digunakan dalam
penelitian adalah triangulasi sumber, pengecekan data yang telah didapat melalui
beberapa sumber.

23
Prof.Dr.Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitaif,Kualitatif Dan R&D. Alfabeta. Bandung,
2013.

24
Creswell, John W. “Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan Mixed.”
Yogyakarta: pustaka pelajar (2010).
26

Triangulasi sumber adalah sebuah mekanisme pengujian validitas dari


sebuah data yang dilakukan dengan cara pengecakan data. Setalah data mutasi
ASN pasca pilkada 2020 yang telah diperoleh dari BKPSDMA Kabupaten Pulau
Taliabu, maka langkah selanjutnya adalah tahap validitas dengan cara peneliti
melakukan pengujian melalui wanwancara mendalam dengan ASN, Pejabat
BPKSDMA dan Aktivis yang memprotes mutasi yang dilakukan BPKSDMA
tahun 2021. Dikarenakan tiga sumber data dari partisipan itu itu tidak bisa untuk
dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dikategorika,
dideskripsikan mana pandangan yang berbeda, sama atau spesifik. Kemudian
langkah selajutnya setelah itu adalah peneliti melakukan pencarian kesimpulan
dengan menggunakan tinjauan pustaka atau teori yang telah ada.

1.7.6 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan sebuah proses di mana


aktivitasnya mencari sekaligus menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hal ini dikarenakan apabila
data yang telah diperoleh selama pelaksanaan penelitian tidak diolah, dianalisis,
serta disajikan dengan cermat dan sistematis, maka tidak akan berarti apa-apa.
Analisis data adalah proses berkelanjutan yang mememerlukan refleksi terus
menerus terhadap data, menulis catatan singkat sepanjang penelitian dan
mengajukan pertanyaan-pertannyaan analitis (Creswell 2010:231). Sedangkan
menurut Sahya (2015:141), mengetakan analisis data adalah menelompokan,
memanipulasi, membuat urutan dan menyingkatkan temuan data agar bisa dengan
mudah untuk dibaca. Sementara itu Miles dan Huberman (1984 dalam Sugiyono
2013:246), menerangkan bahwa aktivitas dalam tahap analisis data kualitatif
dilakukan secara interkatif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
dan pada akhirnya data yang dianalsis jenuh. Selain itu dengan digunakannnya
analisis data, maka hasil daripada penelitian ini akan lebih mudah dipahami dan
juga dapat diinformasikan dengan baik kepada orang lain. Berikut merupakan
tahapan dalam analisis data, yaitu :
27

1. Tahap reduksi data


Setelah penelitian telah seleasi dilakukan maka tahap selanjutnya sebelum
dimasukan dalam skripsi ini peneiliti melakukan tahap reduksi data yang
jumlahnya cukup banyak. Dari jumlah tersebut kemdian peneliti akan
melakukan rangkuman dan melakukan pemilhan, dengan tujuan untuk
memfokuskan data dalam pembahasan yang telah ditetapkan dalam skripsi
ini. Dengan langkah-langkah itu maka akan membuat gambaran yang jelas
terhadap analsisi dan penyajian data. Dalam melakukan pemilhan peneliti
melakukan pengumpulan data dari hasil observasi, wawancara dan
dokumnetasi kemudian di pilah secara manual dengan memfokuskan data
untuk mengarah pada tujuan dan rumusan masalah penelitian. Dikarenakan
fokus pnelitian kualitastif adalah temuan, terutama temuan yang baru maka
dalam penelotian ini juga peneliti melakukan pengembangan reduksi data
pada temuan yang tidak dipikirkan sebelumnya oleh peneliti dan muncul
sebagai sesuatu pola baru.

2. Tahap penyajian data


Setelah tahap reduksi data selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya yang
peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah tahap penyajian data. Dimana
data yang telah direduksi peneliti masukan dalam skripsi dalam bentuk
angak, tabel, diagram, gambar dan kalimat panjang atau pendek yang
menjelaskan data yang telah ditemukan dilapangan. Dengan tahap display
data tersebut maka akan memudahkan pembaca untuk memahami peristiwa
politisasi dan mutasi ASN Kabupaten Pulau Taliabu. Akan tetapi tidak bisa
dipungkiri juga bawah tidaklah muda untuk mnyajikan data terkait masalah
ini, karena fenoma sosial sangat kompleks dan sangat dinamis. Namun hal
ini peneliti bisa mengatasi karena posisi peneliti sebagai observarsi
partisipan yang sudah lama mengamati perkembangan politik dan birokrat
yang ada ditaliabu meskipun belum pernah melakukan penelitian secara
ilmiah pada kasus ini.
28

3. Kesimpulan Sementara
Langkah yang dilakukan peneliti setelah penyajian data adalah
menyimpulkan data sebagaiman apa yang disampaikan oleh Miles and
Huberman analisis data kualitatif adalah verivikasi dan penarikan
kesimpulan. Dimana sifat data yang ditemukan pada penelitian ini jika
dilakuakan komparari dengan kesimpulan tahap awal terjadi perubahan
dimana pada tahap awal peneliti hanya menduka yang melakukan politisasi
adalah eliti politik akan tetapi sebaliknya peneliti juga menemukan hal yang
baru yang melakukan politisasi pada birokrasi seperti apa yang ada pada
rumusan masalah, ternyata birokrasi itu sendiri, maka kemudian diebut
sebagai birokrat berpolitik.

4. Interpretasi teoritik
Kemudian tahap terkahir dari proses penelitian ini adalah tahap intrepretasi
atau tahap penafsiran. Tahap ini merupakan tahap pencarian terhadap semua
temuan diman penafsiran tidak bisa dipisahkan dari analisis data yang telah
dilakukan, dimana hatah ini dilakukan setelah tahap analisis dan penyajian
data. Secara spesifik interpretasi dalam penelitian ini akan menjelaskan
terkait dengan keseluruhan materi yang dibahas secara holistik, dalam
bentuk penjelasan dan tabel untuk memudahkan pembaca dalam melakukan
penafsiran, dimana penafsiran dalam penelitian ini akan menjelaskan konsep
yang menjelaskan seluruh kejadian politisasi dan mutasi ASN Kabupaten
Pulau Taliabu dengan berdasarkan pada teori yang telah peneliti pilih untuk
menggambarkan fenomena tersebut.

BAB II
STUDI TERDAHULU

Sebagai pembanding dan pendukung dalam menyusun skirpsi ini, maka


peneliti melakukan studi banding dengan penelitian-penelitian terdahulu yang
membahas terkait dengan politisasi birokrasi diberbagai lingkup Pemerintahan
Daerah di Indonesia.
29

Tinjaua
n
No Nama Penulis Judul Hasil Penelitian
Pustaka/
Teori
1. Mansyur Petahana dan Teori 1). Kemenangan yang
Djamal & Titin Politiasi Elit diraih oleh calon
Purwaningsih25 Birokrasi (Studi walikota pada pemilu
Pada Pilkada 2015 di Kota Ternate,
Kota Ternate sangat dipengaruhi faktor
2015) politisasi birokrasi.
2). Ada ASN yang
menjadi team Sukses.
2. Lutfi Politisasi Patron 1).Politisasi birokrasi
Wahyudi26 Birokrasi Lokal client yang terjadi dalam
Dalam bentuk hubungan patron
Pemilihan client.
Kepala Daerah 2).Birokrat dijadikan
Secara mesin politik guna
Langsung. memperoleh kemenagan
3).Menjadi ajang birokrat
mengembangkan karir
mereka.
3. Fadhlurrohman Polemik Sistem 1).Dari dua kali mutasi
Mochammad Pelaksanaan pelaksan yang dilakukan oleh
Iqbal, dan Mutasi dan aan pemerintah Kabupaten
Etika Khairina. Open/Selekasi Mutasi, Ciamis ini sudah sesuai
27
Terbuka Sistem dengan apa yang
Kabupaten Seleksi seharusnya dilakukan.
Ciamis (Study Terbuka. 2).Dilaksanakan mutasi
Kasus: dengan
Peraturan BKN cara seleksi terbuka
RI Nomor 5 dikarenakan banyak
Tahun 2019 Pegawai Negeri Sipil
Tentang Tata yang pensiun dan banyak
Cara PNS yang mutasi antar
Pelaksanaan Kabupaten maka terjadi

25
Mansyur Djamal, Titin Purwaningsih. (2015).Petahana Dan Politisasi
Birokrasi (Studi Pada Pilkada Kota Ternate 2015)

26
Wahyud, Lutfi. “Politisasi Birokrasi Lokal Dalam Pemilihan Kepala Daerah Secara
Langsung” 7, no. 3 (2018): 155–164.

27
Fadhlurrohman, Mochammad Iqbal, and Etika Khairina. “Polemik Pelaksanaan Mutasi Dan
Open Bidding / Seleksi Terbuka Di Kabupaten Ciamis ( Study Kasus : Peraturan Bkn Ri
Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Implementation Polemics Of Mutations And Open Bidding In
Ciamis District ( Case Study : BKN RI Regulation Number ” 47, no. 1 (2021): 52–66.
30

Tinjaua
n
No Nama Penulis Judul Hasil Penelitian
Pustaka/
Teori
Mutasi) kekosongan dalam
jabatan pimpinan
tinggi pratama.
4. Gema Menjaga Neutralit 1). Netralitas dari ASN
Perdana28 Netralitas ASN y, sebagian besar
dari Politisasi bureaucr dipengaruhi oleh iklim
Birokrasi acy, lapangan dan
Protecting politiciza kepentingan para pejabat.
tion dan 2).Dalam menjaga
public netralitas ASN harus ada
services. sebuah produk undang-
unang yang secara ketat
dan tegas secara
penindakan.
3).Harus landasan yuridis
yang kuat agar ASN
mampu memantau
internalnnya sendiri.
5. Nugroho, Birokrasi di Compute 1).Dalam tahap
Kandung Indonesia: rassisted penempatan ASN atau
Sapto, Hardi Kasus test, pejabat birokrat harus
Warsono, dan Penempatan Birokrasi seleksi atau semacam tes
Tri Pegawai, dan kompetensi, terutama
Yuniningsih 29 Politisasi Merit dalam penempatan
Birokrasi atau System. Jabatan Pimpinan Tinggi
Merit System?. (JPT),

28
Perdana, Gema. “Menjaga Netralitas ASN Dari Politisasi Birokrasi (Protecting The ASN
Neutrality From Bureaucracy Politicization).” Negara Hukum: Membangun Hukum untuk
Keadilan dan Kesejahteraan 10, no. 1 (2019): 109–128.

29
Nugroho, Kandung Sapto, Hardi Warsono, and Tri Yuniningsih. “Birokrasi Di Indonesia:
Kasus Penempatan Pegawai, Politisasi Birokrasi Atau Merit System?” Journal of Public
Administration and Local Governance 4, no. 2 (2020): 96–110.
https://jurnal.untidar.ac.id/index.php/publicadminis/article/view/3488.
31

Tinjaua
n
No Nama Penulis Judul Hasil Penelitian
Pustaka/
Teori
6. Rakhmawanto, Perspektif Politik, 1).Dalam mengatur
Ajib 30 Politisasi Birokrasi sistem pemerintahan
Birokrasi Dan dan pada level daerah dan
Peran Pejabat Pemerint proses pelaksanaan
Pembina ahan politik lokal, harus ada
Kepegawaian Daerah pemisahan secara tegas
Dalam Birokrasi antara jabatan politik.
2). Pejabat politik dan
jabatan karier yang
merupakan wilyah
pegawai negeri sipil
publik didaerah harus
didikotomikan secara
jelas.
7. Suryanjari, E 31 Catatan Kritis Bureaucr 1).Netralitas birokrasi
Terhadap acy, pada era refomasi
Politisasi Civil menjadi tantangan yang
Birokrasi Dalam Servants cukup serius, bagi proses
Pemilu and reformasi birokrasi.
Election 2.) Produk hukum dan
sanksi terkait pelanggar
etika birokrasi harus
diterapkan secara ketat
dan tegas.
8. Nurprojo, Merit System Merit 1).Semangat merit sistem
Indaru Setyo 32 Dan Politik System, seperti amanat undang-
Birokrasi Di Era Politisasi undang nomor 5, tahun
Otonomi Daerah Birokrasi 2014, tentang ASN
dan adalah untuk
Otonomi meningkatkan netralitas,
Daerah independensi, integritas,

30
Rakhmawanto, Ajib. “Perspektif Politisasi Birokrasi Dan Peran Pejabat Pembina
Kepegawaian Dalam Birokrasi Pemerintah.” Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik 3,
no. 1 (2019): 19–32.

31
Suryanjari, E. “Catatan Kritis Terhadap Politisasi Birokrasi Dalam Pemilu.” Civil Service
Journal (2009): 55–63. https://jurnal.bkn.go.id/index.php/asn/article/view/145.

32
Nurprojo, Indaru Setyo. “Merit System Dan Politik Birokrasi Di Era Otonomi Daerah.”
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS 8, no. 1 (2014): 45–52.
32

Tinjaua
n
No Nama Penulis Judul Hasil Penelitian
Pustaka/
Teori
kinerja, kompetensi,
kesejahteraan kualitas
pelayanan publik dan
akuntabilitas serta
pengawasan ASN.
2).SDM ASN didaerah
belum mumpuni dan
diperparah dengan
politisasi birokrasi.
9. Rizki Muhralin Politisasi Politic, 1).Tampak ada praktek
Rayadi, dan Birokrasi Pada Bureaucr politisasi birokrasi pada
Erman M 33 Pemilihan acy and pilkada kabupaten Siak
Umum Kepala Civil tahun 2011, hal itu terlihat
Daerah (Studi Servants pada bentuk dukungan
Mobilisasi yang diberikan birokrasi.
Pegawai Negeri 2).Penggunaan instrumen
Sipil Di negara (ASN/fasilitas)
Pemerintah dilakukan oleh pasangan
Daerah calonSyamsuar-Alfedri
Kabupaten Siak dan OK-Muhazza..
Tahun 2011)
10. Leda, Wanti-Wanti Politik, 1).Politisasi birokrasi
Helenerius Ajo Politisasi Birokrasi masif dilakukan saat
34
Birokrasi dan pilkada. Dimana para
Menjelang Ekonomi birokrat di NTT di
Pilkada 2020 Di indikasikan tidak
NTT. bersikap netral.
2). Ada pejabat birokrat
mendukung salah satu
kandidat secara terang-
terangan.
11. Diana, Indri Perspektif Birokras, 1).Politisasi terhdap
Destar 35 Politisasi Hukum pejabat tidak saja
Birokrasi Dan dan dilakukan pada jabatan

33
Rizki Muhralin Rayadi, and Erman M. “Politisasi Birokrasi Pada Pemilihan Umum Kepala
Daerah (Studi Mobilisasi Pegawai Negeri Sipil Di Pemerintah Daerah Kabupaten Siak
Tahun 2011)”.” Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Riau (2014): 1–14.

34
Leda, Helenerius Ajo. “Wanti-Wanti Politisasi Birokrasi Menjelang Pilkada 2020 Di Ntt.”
OSF Preprints (2020).
https://app.dimensions.ai/details/publication/pub.1126028071%0Ahttps://osf.io/y5gsq/
download.
33

Tinjaua
n
No Nama Penulis Judul Hasil Penelitian
Pustaka/
Teori
Peran Pejabat Politik eselon II, akan tetapi
Pembina pejabat eselon III juga.
Kepegawaian 2). Lembaga Baperjakat
Dalam Birokrasi tidak mampu lagi untuk
Pemerintah menjamin manajemen
SDM PNS.
12. Purnima, Dewi Politisasi Korupsi, 1).Praktek politisasi
36
Birokrasi dan Politik birokrasi terjadi kegiatan
Perilaku dan yang menggunakan
Korupsi Birokrasi fasilitas pemerintah,
2).Faktor perilaku korup
adalah power tend to
corrupt, bagi siapa yang
mempunyai kekuasaan
maka akan memiliki
kecenderungan untuk
melakukan korupsi,
kolusi, dan nepotisme
(KKN).
13. TRD, Tommy, Upaya Politisasi 1).Pemerintah kota
Aidinil Zetra, Depolitisasi Birokrasi Padang memberikan
and Asrinaldi Birokrasi Oleh dan dukungan pada walikota
Asrinaldi 37 Birokrasi Depolitis Padang, yang bernama
Pemerintah Kota asi Mahyeldi, sebagai calon
Padang Melalui Birokrasi gubernur Sumatera Barat
Pemilu 2020.
Gubernur 2).Pasangan Mahyeldi
Sumatera Barat diusung oleh partai
2020 koalisi yang terdiri dari
Partai PPP dan PKS.

35
Diana, Indri Destar. “Perspektif Politisasi Birokrasi Dan Peran Pejabat Pembina
Kepegawaian Dalam Birokrasi Pemerintah. Jurnal Administrasi Publik Universitas
Andalas,” no. 5 (2014).

36
Purnima, Dewi. “Administration Lies Outside the Proper Sphere of Politics . Administration
Questions Are Not Political Questions ; Although Politics Sets the Tasks for Administration ,
It Should Not Be Suffered to Manipulate Its Offices .” (2008).

37
TRD, Tommy, Aidinil Zetra, and Asrinaldi Asrinaldi. “Upaya Depolitisasi Birokrasi Oleh
Birokrasi Pemerintah Kota Padang Melalui Pemilu Gubernur Sumatera Barat 2020.”
Indonesian Journal of Religion and Society 4, no. 1 (2022): 58–68.
34

Tinjaua
n
No Nama Penulis Judul Hasil Penelitian
Pustaka/
Teori
3).Praktek yang terjadi
berbdeda dengan teori
dari Jhon Pierre dan B
Guy.
4). Adanya pola yang
muncul secara symbiosis
mutualisma, rent
seeking atau patron
client tidak selalu sebagai
pemicu adanya politisasi
birokrasi. Akan tetapi
sebaliknya penelitian ini
menjelaskan bahwa
depolitiasai yang terjadi .
14. Firnas, M Politik Dan Birokra, 1).Reformasi politik yang
Adian 38 Birokrasi: Netralita muncul mewajibkan
Masalah s, munculnya sebuah
Netralitas Patron- birokrasi yang
Birokrasi Di Clien professional dan bebas
Indonesia Era dan dari kooptasi politik
Reformasi Pemiliha seperti yang telah terjadi
n Kepala pada rezim orde baru.
Daerah 2).Tantangan yang
dihadapi dalam
perbaikan birokrasi
adalah elit politik yang
berusaha menjadikan
birokrat sebagai mesin
politik. Kemudian juga
pada tahun 2004
3)semenjak ada undang-
undang no 34 tahun 2004
tentang pokok-pokok Pe-
merintahan daerah yang
para elit local semakin
banyak elit lokal yang
merusak birokrasi.
15. Moshinsky, Politiasai Politik, 1).Mutasi jabatan yang
Marcos 39 Birokrasi Dalam Hukum terjadi dikabupaten
Mutasi Jabatan dan Tabanan ditemukan

38
Firnas, M Adian. “Politik Dan Birokrasi: Masalah Netralitas Birokrasi Di Indonesia Era
Reformasi.” Jurnal review Politik 06, no. 01 (2016): 160–194.
35

Tinjaua
n
No Nama Penulis Judul Hasil Penelitian
Pustaka/
Teori
Struktural Di Birokrat. adanya politisasi
Pemerintahan birokrasi.
Kabupaten 2). Usaha (mutasi) itu
Tabanan Tahun dilakukan untuk
2021 mempertahankan status
quo hingga masa jabatan
berakhir.
3). Membangun mesin
politik yang loyal dan
untuk mencapai tujuan
politik yang sudah
direncanakan.
16. Suwanta, Politisasi Birokrasi 1).Dinas tidak memilki
Bustamil Birokrasi Dalam dan, kinerja yang baik,
Muhdin 40
Proses Politik dimana berjalan kurang
Pergantian efektif. Hal ini
Pejabat diakibatkan karena
Struktural Di tugas di dalam dinas
Provinsi Maluku tidak berjalan efektif
Utara Pasca karena distribusi kerja
Pilkada Tahun tidak dilakukan secara
2014-2017 merata dan tidak sesuai
(Studi Kasus dengan job spesificatio.
Pada 2). Iklim lingkungan
Pemerintahan kerja yang kurang
Daerah Provinsi kondusif, yang mana
Maluku Utara). pejabat baru diangkat
hanya memberikan tugas
pada pegawai tertentu,
dan hal ini menimbulkan
gap dalam lingkungan
kerja.
17. Sary Agustina Politisasi Patron 1).Perwujudan politisasi
Lia 41
Birokrasi Pasca Client birokrasi pasca pemilihan
Pemilihan dan dilakukan dengan
Kepala Daerah Birokrasi pergantian pejabat

39
Moshinsky, Marcos. “Politiasai Birokrasi Dalam Mutasi Jabatan Struktural Di Pemerintahan
Kabupaten Tabanan Tahun 2021.” Nucl. Phys. 13, no. 1 (1959): 104–116.

40
Suwanta, Bustamil Muhdin. “Politisasi Birokrasi Dalam Proses Pergantian Pejabat
Struktural Di Provinsi Maluku Utara Pasca Pilkada Tahun 2014-2017 (Studi Kasus Pada
Pemerintahan Daerah Provinsi Maluku Utara).” Jurnal AKRAB JUARA 5, no. 1 (2020): 190–
202.
36

(Studi Di struktural secara besar-


Kabupaten besaran,
Lampung 2). Politik transaksional,
Selatan Tahun dan dengan jual beli
2010) jabatan.
3).Ada beberapa
kepentingan yang
muncul seperti (a),
kepentingan patron client
(b), kepentingan politik
atau kekuasaan, (c)
politik dinasti dan, (d)
nepotisme.
18. Edison42 Meritokrasi Vs Meritokr 1).Tantangan yang akan
Politisasi asi an dihadapi sebagian besar
Jabatan Karir Birokrasi pemerintah daerah adalah
Dalam Birokrasi terkait dengan kondisi
Lokal: Sebuah internal itu sendiri.
Pardoks 2).Legitimasi dan
Netralitas monopoli pengaruh
Birokrasi politik oleh elit politik
diperlihatkan oleh elit
kepada mitra internal
3).Birokrat lokal pesimis
dengan rencana karier
dalam birokrasi yang
telah ditentukan oleh
undang-undang.

41
Sary Agustina Lia “Politisasi Birokrasi Pasca Pemilihan Kepala Daerah (Studi Di Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2010)”. Univaersitas Lampung, (2012). 1-112.

42
Edison. “Meritokrasi Vs Politisasi Jabatan Karir Dalam Birokrasi Lokal: Sebuah Pardoks
Netralitas Birokrasi.” Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik. Vol 16, (1), (2011), 67-79
37

19. Heru Wahyudi, Birokrasi Teori 1).Birokrasi menjadi alat


dan Zakaria Sebagai Exchang politik yang populer
Habib Al- Instrumen dan untuk dimanfaatkan
Ra’zie 43
Politik Teori petahana guna
Petahana; Kasus Rational mempertahankan dan
Pilkada Di Choice memperluas
Lebong Dan kekuasaannya di
Banten. pemerintahan daerah.
2).Pola hubungan yang
terbangun bukan
berdasarkan
profesionalisme dan
prestasi kerja, melainkan
cenderung pada
hubungan patrimonial.
20. Susanti, Rika Relasi Birokrat Klientali 1).Dalam proses
Yanita, dan Dan Politisi sme dan pemilihan gubernur,
Khairul Dalam Pilkada Patronas birokrat dan PKS
Fahmi44 Gubernur e. berkolaborasi dalam
Sumatera Barat mengumpulkan suara
Tahun 2020 sesuai dengan tugasnya
masing-masing.
2).Kolaborasi ini
merupakan salah satu
faktor penentu
kemenangan Mahyeldi
dan PKS dalam Pilgub
Sumbar tersebut.
3).Politik uang dalam
pemilihan, menjadikan
birokrat dan politisi ini
menjadi kekuatan dalam
proses pemenangan.
21. Wisura, G 45 Demokratisasi Political 1.Proses liberalisasi
Dan Problem Cooptati politik adalah sebagai
Netralitas on, akibat dari reformasi
Birokrasi Di Democra politik.

43
Heru Wahyudi, and Zakaria Habib Al-Ra’zie. “Birokrasi Sebagai Instrumen Politik
Petahana; Kasus Pilkada Di Lebong Dan Banten.” Jurnal Adhikari 2, no. 1 (2022): 292–301.

44
Susanti, Rika Yanita, and Khairul Fahmi. “Relasi Birokrat Dan Politisi Dalam Pilkada
Gubernur Sumatera Barat Tahun 2020.” Indonesian Journal of Religion and Society 4, no. 1
(2022): 41–49.

45
Wisura, G. “Demokratisasi Dan Problem Netralitas Birokrasi Di Indonesia.” Jurnal
Kebijakan dan Manajemen PNS 2, no. 2 (2008): 31–42.
https://jurnal.bkn.go.id/index.php/asn/article/view/152.
38

Indonesia tization 2).Para birokrat tergiur


dan Civil untuk masuk dalam ranah
Servants politik, ada banyak kasus
membuktikan bahwa
birokrasi sulit terlepas
dari wilayah politik.
3).Dibutuhkan penerapan
aturan yang lebih tegas,
kemudian juga harus ada
sanksi yang tegas bagi
birokrat yang melakukan
politisasi birokrasi.
22. Purnomo, Eko Politik Mutasi Patron 1).Adanya cerimonial
Prastyo, Zaili Jabatan Cclien, kekuatan sumber daya
Rusli, and Struktural Birokrasi untuk mengontrol dan
Muchid 46 Pegawai Negeri dan menggerakan organisasi
Sipil Pemerintah Politik untuk kepentingan
Daerah politik.
Kabupaten 2). Adannya tekanan
Rokan Hilir psikologis dan
admnistrasi, memberikan
dampak pada individu
pegawai baik secara
psikologis ataupun karir,
karier dan dampak
3).Tidak berfungsinya
Badan Pertimbangan
Jabatan dan
Kepangkatan.
2 La, Politisasi Politik, 1).Proses rekrutmen,
3 Wahiyuddin Pejabat dan pengangkatan dan
Ode 47 Struktural Birokrasi pemindahan serta
Eselon II Di pembinaan karier ASN,
Lingkungan tidak melakukan
Sekretariat pertimbangan pada faktor
Daerah kompetensi.
Kabupaten 2).Kepemimpinan
Muna Sulawesi pejabat struktural seperti
Tenggara eselon II, mengikuti

46
Purnomo, Eko Prastyo, Zaili Rusli, and Muchid. “Politik Mutasi Jabatan Struktural Pegawai
Negeri Sipil Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hilir.” Jurnal Kemunting 1, no. 2 (2020):
163–182.

47
La, Wahiyuddin Ode. “Politisasi Pejabat Struktural Eselon II Di Lingkungan Sekretariat
Daerah Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara” 8, no. 1 (2014): 53–65.
39

permainan atau pola dan


keputusan elit politik.
3).Pejabat yang tidak
sejalan dengan pejabat
politik dinonaktifkan,
24. Hartantri, Intervensi Politik 1).Promosi jabatan
Fentri 48 Politik Dalam dan kepala sekolah yang
Kebijakan Promosi dilakukan di sekolah
Promosi Kepala jabatan dasar di kabupaten
Sekolah Dasar Sleman masih penuh
Di Kabupaten indikasi adanya
Sleman. komunikasi berupa
ancaman, negosiasi dan
intimidasi atau
pemaksaan dari Bupati.
2).Penempatan jabatan
yang tidak sesuai dengan
sistem merit ini
mengakibatkan kinerja
kepala sekolah yang telah
dipromosikan memilki
kinerja kurang baik.
25. Sembiring, Birokrasi Dan Politik 1).Terjadinya
Walid Kekuasaan Lokal, kecenderungan dua hal
Musthafa 49
Politik Lokal: Pilkada, terkait dengan politisasi
Politisasi dan birokrasi yaitu politisasi
Birokrasi Atau Birokrasi birokrasi yang timbul
Birokrasi dari pengaruh dan
Berpolitik tekanan dari ekternal
birokrasi dan,
2) Politisasi muncul dari
internal birokrasi itu
sendiri yang kemudian
disebut dengan birokrasi
berpolitik.
26. Kumayas., Netralitas Netralita 1).ASN masih
Vinie B. P, Aparatur Sipil s, ASN melibatkan diri dalam
Takalaminga Negara Pada dan pilkada.
Daud M & Pemilihan Pilkada 2).Ada banyak faktor
Liando Neni 50 Kepala Daerah yang menjadi dasar atau

48
Hartantri, Fentri. “Intervensi Politik Dalam Kebijakan Promosi Kepala Sekolah Dasar Di
Kabupaten Sleman.” Jurnal Spektrum Analisis Kebijakan Pendidikan 11, no. 3 (2022): 18–
33.

49
Sembiring, Walid Musthafa. “Birokrasi Dan Kekuasaan Politik Lokal: Politisasi Birokrasi
Atau Birokrasi Berpolitik?” Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial 7, no. 2 (2020):
408–420.
40

Di Kota Bitung mempengaruhi ASN


Tahun 2020. dalam keterlibatan
mereka dalam proses
politik (pilkada), yang
mana mereka turut serta
dalam kegiatan
kampanye dengan sarana
media sosial sebagai
wujud dukungan
terhadap pasangan calon.
27. Muh. Wahyu Analisis Mutasi 1).Manajamen mutasi
T, Andi Gau Efektivitas Jabatan yang dilakukan di
Kadir dan Sistem Mutasi dan kabupaten Luwu Utara
Irwan, A. ASN Di Badan Pemerint dilakukan sebagai upaya
Lukman 51
Kepegawaian ah untuk melakukan
Kabupaten penyegaran orgasniasai
Luwu Utara. agar meminimalisir
kejenuhan bagi para
pegewai negeri sipil dan
untuk melakukan
peningkatan kerier PNS.
2). Tidak ditemukan
politisasi birokrasi.
28. Teguh Dinamika Demokra 1).Ada beberapa
Setyabudi , et Pemilihan si, permasalahan subtatif,
al.52 Kepala Daerah _ilkada dimana ada permainan
Langsung Di dan isu sara, dukungan partai
Provinsi Dinamik partai politik ke ASN
Sulawesi a. untuk mempolitisir
Tenggara birokras.
2).Kuatnya politik uang,
mengakibatkan
banyaknya pemungutan
suara ulang,
3).Keterlibatan birokrasi
dan rendahnya partisipasi

50
Kumayas., Vinie B. P. Takalamingan 1Daud M. Liando Neni. “Netralitas Aparatur Sipil
Negara Pada Pemilihan Kepala Daerah Di Kota Bitung Tahun 2020.” Jurnal Governance 1,
no. 2 (2021): 1–12.

51
Muh. Wahyu T, Andi Gau Kadir dan Irwan, A. Lukman. “Analisis Efektivitas Sistem
Mutasi ASN Di Badan Kepegawaian Kabupaten Luwu Utara.” Government;Jurnal Ilmu
Pemerintahan 5, no. 2 (2012): 55–65.

52
Teguh Setyabudi, Sampara Lukman, Aries Djaenuri, and Khasan Effendy. “Dinamika
Pemilihan Kepala Daerah Langsung Di Provinsi Sulawesi Tenggara.” PAPATUNG: Jurnal
Ilmu Administrasi Publik, Pemerintahan dan Politik 3, no. 1 (2020): 256–269.
41

pemilih.
29. Nurcholidah, Netralitas Patron 1).Tidak ditemukannya
Siti 53 Aparatur Sipil Client, pelangaran karena tidak
Negara (Asn) Motivasi ditemukan laporan ke
Dalam dan inspektorat, yang mana
Pemilihan Hubunga salah satu tugs dari
Umum Kepala n inspektorat adalah
Daerah mengwasi ASN yang tidak
(Pemilukada) Di netral pada Pemilihan
Sekretariat umum.
Daerah
Kabupaten
Tegal
30. Tauhid, T, and Model Relasi Relasi, 1).Ditemukannya model
M Ishaka 54 Politik Birokrasi Politik relasi birokrasi politik
Dalam Persepsi dan pada persepsi pejabat
Pejabat Publik Birokras publik yang memiliki
(Suatu Studi hubungan yang saling
Pada Pemerintah keterkaitan dan saling
Kota Bima). mendukung.
2).Politisasi birokrasi
yang dilakukan dapat
dilihat pada kegiatan
pembangunan,
administrasi maupun
teknik rotasi dan mutasi
pejabat, serta
restrukturisasi,
kelembagaan birokrasi.
3).Praktek perumusan,
penganggaran keuangan
daerah terjadi intervensi
untuk memasukan
kepentingan pejabat
karier atau pejabat
publik.

BAB III
GAMBARAN UMUM KAJIAN PENELITIAN

53
Nurcholidah, Siti. “Netralitas Aparatur Sipil Negara (Asn) Dalam Pemilihan Umum Kepala
Daerah (Pemilukada) Di Sekretariat Daerah Kabupaten Tegal.” Universitas Pancasakti
Tegal, 2019.

54
Tauhid, T, and M Ishaka. “Model Relasi Politik Birokrasi Dalam Persepsi Pejabat Publik
(Suatu Studi Pada Pemerintah Kota Bima).” Prosiding Seminar Nasional … (2020): 224–
234. http://e-journallppmunsa.ac.id/index.php/ippemas2020/article/view/159.
42

III. 1.1 Gambaran Umum Kabupen Pulau Taliabu


Kabupaten Pulau Taliabu terletak di Provinsi Maluku Utara dimana di
sebelah Utara dibatasi oleh Laut Maluku, sebelah timur Selat Capalulu, sebelah
selatan Laut Banda dan sebelah barat Kepulauan Banggai Laut (Sulawesi
Tengah). Kabupaten Pulau Taliabu merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten
Kepulauan Sula. Kabupaten Pulau Taliabu dimekarkan melalui UU No 6 Tahun
2013. Pembentukan Kabupaten Pulau Taliabu yang merupakan pemekaran dari
Kabupaten Kepulauan Sula terdiri atas 8 (delapan) kecamatan, yaitu Kecamatan
Taliabu Barat, Kecamatan Taliabu Barat Laut, Kecamatan Lede, Kecamatan
Taliabu Utara, Kecamatan Taliabu Timur, Kecamatan Taliabu Timur Selatan,
Kecamatan Taliabu Selatan, dan Kecamatan Tabona. Kabupaten Pulau Taliabu
memiliki luas wilayah keseluruhan ±1.469,93 km2 dan berdasarkan berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pulau Taliabu (2020) penduduk
Kabupaten Pulau Taliabu di tahun 2019 sebanyak 59.330 yang tersebar di 71
(tujuh puluh satu) desa/kelurahan 55. Dengan jumlah Pegwai Negeri Sipil
berdasarkan data rekap Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) tahun 2023 dari
Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Aparatur (PKPSDMA) Taliabu
adalah 1276 Pegawai.

Sementara dari segi geopolitik, wilayah Pulau Taliabu merupakan salah satu
kawasan perbatasan terluar dan berada pada jalur pelayaran internasional dengan
negara tetangga seperti negara Philipina sehingga membutuhkan perhatian dan
kebijakan khusus untuk mendorong pengembangan wilayah kepulauan agar
memiliki tingkat ketahanan wilayah dan ketahanan masyarakat yang baik dalam
kerangka penguatan NKRI mulai dari daerah-daerah strategis secara geopolitik.
Terutama harus ada perhatian khusus pemerintah untuk menambah jumlah
aparatur sipil negara di wilayah kerja pemerintahan Kabupaten Pulau Taliabu
guna bisa melayani masyarakat dengan memadai. Sebagai daerah yang memiliki

55
Taliabu, BPS Kabupaten Pulau. Pulau Taliabu Dalam Angka 2020. (2020).
43

karakteristik kepulauan maka Pulau Taliabu membutuhkan dukungan kebijakan


untuk pengembangan wilayah yang berbasis pada potensi dan kekhasan wilayah
yang dimiliki. Dengan dibentuknya Kabupaten Pulau Taliabu maka fokus
pengembangan wilayah lebih optimal dan menjangkau wilayah kepulauan
sehingga peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih terjamin dan mudah
dijangkau56.

III.1. Visi dan Misi Kabupaten Pulau Taliabu


III.1.1 Visi Kabupaten Pulau Taliabu
Visi Pembangunan yang akan diwujudkan pada tahun 2021-2026 adalah :
“Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Pulau Taliabu yang Unggul, Berakhlak
mulia Mandiri dan Sejahtera”57.

III.1.2 Misi Kabupaten Pulau Taliabu


Sedangkan Misi yang telah direncanakan dan akan diwujudkan sejak tahun
2021 adalah :
1. Membangun sumber daya manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, cerdas, sehat, dan berbudaya.
2. Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang responsif, bersih, melayani dengan
melaksanakan prinsip-prinsip good governance dan clean government
3. Mewujudkan pembangunan sarana dan prasarana wilayah berbasis masyarakat
dengan memperhatikan kelestarian lingungan hidup.
4. Mewujudkan pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis pedesaan dengan
menedepankan sektor ekonomi unggulan daerah dan ketahanan pangan.

III. 2. Gambaran Umum Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM


Aparatur Kabupaten Pulau Taliabu

56
“Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Pembentukan
Kabupaten Pulau Taliabu Di Provinsi Maluku Utara” (n.d.).
https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results.

57
https://taliabukab.go.id/web/web/pages/7/visi-dan-misi
44

Organisasi Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia


Aparatur (BKPSDMA) Kabupaten Pulau Taliabu merupakan salah satu Perangkat
Daerah yang dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2016
tentang Susunan Perangkat Daerah. Sedangkan dalam penyeleggaraan pelayanan,
tugas pokok dari Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia
Aparatur Kabupaten Pulau Taliabu telah diatur dalam Peraturan Kepala daerah
Nomor 7 tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi Dan Tata Kerja
Perangkat Daerah.

III 2.1 Visi dan Misi

Berdasarkan RPJMD Kabupaten Pulau Taliabu Tahun 2021-2024, Visi


Bupati yaitu Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Pulau Taliabu yang Unggul,
Berakhlak Mulia, Mandiri dan Sejahtera.

III.2.2 Misi BKPSDMA


Untuk mewujudkan visi Bupati tersebut, BKPSDMA berperan dalam
mewujudkan MISI-2 Bupati yaitu Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
responsif, bersih dan melayani dengan dengan melaksanakan prinsip-prinsip good
governance dan clean government. Dengan poin-poin sebagai berikut :

1. Membangun Sumber Daya Manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, cerdas, sehat dan berbudaya.
2. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang responsif, bersih dan melayani
dengan dengan melaksanakan prinsip-prinsip good governance dan clean
government.
3. Mewujudkan pembangunan sarana dan prasarana wilayah berbasis masyarakat
dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.
4. Mewujudkan pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis pedesaan dengan
mengedepankan sektor ekonomi unggulan daerah dan ketahanan pangan

III. 2.3 Nilai-Nilai yang diterapkan BKPSDMA


1 Berdaya saing.
45

2 Kualitas.
3 Profesional.
4 Santun.
5 Disiplin.
6 Maju.
7 Akuntabel.

III.2.4 Tugas dan Fungsi Organisasi Tugas Pokok BKPSDMA


Tugas dan fungsi pokok BKPSDMA Taliabu adalah melaksanakan
sebagian urusan pemerintahan lingkup manajemen kepegawaian.

III 2.5 Kepala BKPSDMA


Kepala BKPSDMA Kabupaten Pulau Taliabu mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Merumuskan kebijakan teknis di bidang kepegawaian dan pengembangan
sumber daya manusia aparatur dan Korpri sesuai dengan norma, standar dan
prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
2. Menyusun rencana program dan kegiatan di bidang kepegawaian dan
pengembangan sumber daya manusia aparatur dan Korpri.
3. Melaksanakan program dan kegiatan di bidang kepegawaian dan
pengembangan sumber daya manusia aparatur dan Korpri.
4. Mengkoordinasikan pelaksanaan program dan kegiatan di bidang
kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia aparatur dan Korpri.
5. Melaksanakan pengendalian terhadap pelaksanaan program dan kegiatan di
bidang kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia aparatur dan
Korpri.
6. Melaksanakan pembinaan pegawai di lingkungan Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur.
7. Memonitor serta mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan agar sasaran dapat
dicapai sesuai dengan program kerja dan ketentuan yang berlaku.
8. Menilai prestasi bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan
karier.
46

9. Menyampaikan laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang


tugas dan fungsinya kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
10. Melaksanakan urusan tata usaha Badan.

III 2.6 Sekretariat BKPSDMA


Sekretarian mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan sebagian tugas
Kepala BKPSDMA lingkup kesekretariatan. Untuk melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Sekretariat mempunyai fungsi :
1 Pengkoordinasian kegiatan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Aparatur.
2 Pengkoordinasian penyusunan rencana, program, anggaran Badan
Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur.
3 Pelaksanaan urusan pengelolaan keuangan.
4 Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan.
5 Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, kerumah tanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan
dokumentasi.
6 Penataan organisasi dan tata laksana.
7 Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan.
8 Pengelolaan barang milik/kekayaan daerah.
9 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.

III 2. 7 Bidang-Bidang BKPSDMA

1. Bidang Informasi, Data, Pendidikan dan Diklat Pegawai


Bidang Informasi, Data, Pendidikan dan Diklat Pegawai dipimpin oleh
seorang Kepala Bidang mempunyai tugas di Bidang Informasi, Data,
Pendidikan dan Diklat Pegawai; Untuk melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Bidang Informasi, Data, Pendidikan dan Diklat
Pegawai mempunyai fungsi :
47

a. Penyusunan rencana kegiatan Bidang Informasi, Data, Pendidikan dan


Diklat Pegawai.
b. Pengumpulan dan pengolahan data dan informasi pegawai daerah.
c. Pelaksanaan pendataan dalam rangka penyusunan informasi kepegawaian
daerah.
d. Pelaksanaan Diklat Pegawai.
e. Pelaksanaan pengolahan data kepegawaian Daerah.
f. Pelaksanaan penyusunan dokumentasi kepegawaian Daerah.
g. Pelaksanaan evaluasi dan penysunan laporan pelaksanaan tugas.
h. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.

2. Bidang Kepangkatan, Mutasi Dan Pensiun


Bidang Kepangkatan, Mutasi dan Pensiun dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang mempunyai tugas melakukan pengumpulan dan pengolahan data
penyusunan kepangkatan, mutasi dan pensiun pegawai. Untuk melaksanakan
tugas pokok dimaksud, Bidang Kepangkatan, Mutasi dan Pensiun mempunyai
fungsi :

a. Penyusunan rencana kegiatan Bidang Kepangkatan, Mutasi dan Pensiun.


b. Penyiapan bahan penyusunan petunjuk teknis operasional di bidang
kepangkatan, mutasi dan pensiun pegawai.
c. Penyiapan bahan dan data dalam rangka penyusunan kenaikan pangkat
pegawai Daerah.
d. Penyiapan bahan dan data dalam rangka mutasi pegawai Daerah.
e. Penyiapan administrasi pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian
dalam dan dari jabatan struktural atau fungsional sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
f. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan tugas.
g. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.

3. Bidang Pengembangan Pegawai Dan Korpri


48

Tugas pokok dari bidang ini adalah mengumpulkan bahan penyusunan


perencanaan pegawai formasi, pengembangan, pembinaan mental dan disiplin,
kesejahteraan, kedudukan hukum pegawai serta menghimpun peraturan
perundang-undangan kepegawaian dan Korpri mempunyai fungsi :
a. Penyusunan rencana kegiatan Bidang Pengembangan Pegawai dan
Korpri.
b. Penyiapan bahan penyusunan petunjuk teknis operasional di bidang
pengembangan pegawai Daerah dan Korpri.
c. Pengumpulan dan pengolahan data serta penyiapan peraturan
perundang undangan kepegawaian Daerah.
d. Penyusunan perencanaan pegawai dan formasi pegawai serta seleksi
pegawai Daerah.
e. Pembinaan mental dan disiplin pegawai Daerah.
f. Pembinaan kesejahteraan pegawai Daerah.
g. Pelaksanaan analisis perencanaan formasi jabatan Pegawai Negeri sipil
Daerah.
h. Pelaksanaan analisis data yang berhubungan dengan kedudukan hukum
pegawai Daerah.
i. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.

BAB IV
49

ANALISIS DATA

Pemilihan Kepala Daerah tahun 2020 dilangsung diikuti oleh 270 daerah, dimana
Pilkada akan Diikuti 270 daerah, dengan rincian rincian 9 Provinsi, 224
Kabupaten, dan 37 Kota58. Dan salah satu dari bebrapa daerah yang ada di Maluku
Uatara yang melaksanakan Pemilihan Umum baik itu Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati, serta Pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dimana pada
Kabupaten Pulau Taliabu mempertemukan dua pasangan Calon Bupati yaitu
petahana Aliong Mus-Ramli dan Muhaimin Syarif-Syafruddin Mohalisi.

Tabel. IV. 1 Profil Calon Bupati Taliabu Periode 2020-2024

Partai Jumlah
Calon Bupati dan Wakil Bupati Politik Kursi
Pengusung DPRD

  Gerindra
Muhaimin Syarif   PDI-P
Safrudin Mohalisi
(Kader Partai   Demokrat 10/20
(Kader PDI Perjuangan)
Gerindra)   NasDem
Anggota DPRD   PKS
Mantan Komisioner KPU
Maluku Utara
Kabupaten Pulau Taliabu
(2019-2024)
  Golkar
Aliong Mus Ramli   Berkarya
(Kader Partai Golkar) (Non-Partisan)   PKB 10/20
Bupati Pulau Taliabu Wakil Bupati Pulau Taliabu   PPP
(2016-2021) (2016-2021)   PKPI
Sumber : BPS Taliabu (2020) dan Wikipedia Ensiklopodia (2022)

Dari data diatas bisa dilihat bahwa untuk peta kekuatan


secara kursi parlemen berada diposisi yang sama dan yang
menjadi pendukung utama adalah Partai Golkar dan Partai
Gerindra. Dan hasil pilkada 2019 itu berhasil dimenangkan oleh

https://nasional.tempo.co/read/1214427/pilkada-serentak-2020-diikuti-270-daerah-ini-rinciannya
58
50

incumbent walaupun ada gugatan dari pasangan calon Muhaimin


syraif-Safrudin Mohalisi ke Mahakama Konstitusi (MK) terkait
dugaan pelaggaran pemilu. Berdasarkan kemenangan tersebut
Bupati Alinong Mus resmi dilantik pada tahun 2021 dengan surat
keputusan Menteri Dalam Negeri No. 131.82-381 tanggal 24
Februari 2021, dimana ada empat kepala daerah yang dilantik
langsung oleh Gubernur Maluku Utara Abd. Gani Kasuba, yang
terdiri dari Bupati dan Wakil Bupati Halmahera Barat, Bupati dan
Wakil Bupati Halmahera Timur, Walikota dan Wakil Walikota
Tidore serta Bupati dan Wakil Bupati Pulau Taliabu 59. Kemudian
setelah terlantiknya Bupati terpilih pada tahun 2021, maka
peristiwa mutasi pegawai dilingkup pemerintahan Kabupaten
Pulau Taliabu telah direncanakan dan sudah diesekusi, dikutip
dari media lokal Taliabu mimbarrakyat.co.id (2021) Kepala
Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Aparatur (KPSDMA) Kabupaten Pulau Taliabu sudah
mengeluarkan dan telah menyurati pegawai (SK mutasi) pada
tanggal 2 September 2021 dan di dipajang di kantor BKPSDMA
Kabupaten Pulau Taliabu, adapun jumlah ASN yang di mutasi
adalah sebanyak 201 pegawai. Pegawai Negeri Sipil (ASN) yang
dimutasi adalah yang menduduki posisi struktural seperti, Staf
Kantor Camat, Staf Puskesmas, Guru, dan Para Pegawai yang ada
disejumlah Lingkup Organisasi Perangkat Daerah maupun
Pegawai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)60.

Pada pembahasan analisis data ini peneliti akan menyajikan hasil analisis
data yang peneliti peroleh dari penelitian selama 2 (dua) bulan di wilayah
Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara seperti, Kantor Badan
Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur (BKPSDMA),
Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pulau Taliabu dan

59
https://infopublik.id/galeri/foto/detail/118728
60
https://mimbarrakyat.co.id/2021/09/02/kepala-bkpsdma-taliabu-umumkan-pemutasian-202-asn/
51

di Kecamatan Lede serta Kecamatan Taliabu Barat sebagai wilayah responden


yang peneliti wawancarai. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif yang mana peneliti melakukan pengambilan data menggunakan metode
wawancara mendalam kepada informan yang telah diklasifikasikan dan pilih
melalui teknik purposive sampling dan observasi pada saat mengunjungi kantor
BKPSDMA, DPRD dan pada saat menemui partisipan. Untuk menganalisis
keabsahan data, peneliti memakai teknik triangulasi sumber data informasi, yang
mana dari hasil yang diperoleh pada saat wawancara dan observasi akan dilakukan
perbadingan dan pemeriksaan mendalam dengan menggunakan sumber dokumen
yang telah ada, sehingga ada semacam konfirmasi kebenaran melalui data yang
disajikan.

IV. 1. Penyajian Data


Dalam penelitian yang peneliti lakukan selama 2 (dua) bulan di wilayah
Kabupaten Pulau Taliabu menemukan berbagai kasus dan fenomena politisasi
birokrasi dan birokrat berpolitik yang terjadi pada Aparatur Sipil Negara.
Fenomena politisasi itu nampak pada proses mutasi pasca dilantiknya Bupati
terpilih Aliong Mus, untuk Periode 2019-2024, Ia dilantik untuk periode yang
kedua. Untuk melihat lebih lanjut fenomena yang terjadi maka peneliti berusaha
mengambil data dengan wawancara partisipan secara mendalam dan observasi
pada pihak-pihak yang terlibat dan para Aparatur Sipil Negara yang telah
dimutasi.

IV. 1.1 Mutasi ASN Pada Lingkup Kerja Pemerintahan Kabuapaten Pulau
Taliabu
Dari temuan data pada saat wawancara dan obeservasi, jumlah pegawai
yang dimatasi pada tahun 2021 mencapai 201 pegawai yang tersebar diseluruh
instansi pemerintahan.

Tabel IV. II Rekapan Data Mutasi ASN Lingkup Pemerintah Kabupaten


Pulau Taliabu
No Sektor Jumlah
1. Sektor Kesehatan 36
2. Sektor Pendidikan 114
52

3. Sektor Pemerintahan 27
4. Kantor Dinas 24
Total 201
Sumber : BKPSDMA Kabupaten Pulau Taliabu 2022 (Diolah)

Dari tabel diatas kemudian peneliti melakukan tahap validasi pada


responden yang bersangkutan, untuk yang pertama peneliti menemui dan
mewawancarai langsung korban mutasi pada tahun 2021 yang berada di wilayah
Kecamatan Lede, yang juga mantan sekertaris BKPSDMA Danial Hamid, S.Pd,
pada periode pertama Bupati Aliong Mus. Yang bersangkutan menerangkan
bahwa dirinya menjadi salah satu korban politik, dimana Ia dimutasi pasca
pemilihan kepela daerah dengan tanpa alasan, Ia dimutasi dari Dinas Transmigrasi
ke Kantor Pemerintahan Kecamatan Tabona. Bedasarkan penuturannya mutasi
dilakukan karena berbeda pilihan dengan pihak petahana Aliong Mus (Bupati
Periode 2015-2020). Ia memberikan keterangan bahwa dari 201 pegawai yang
dimutasi, hampir semua dimutasi karena beda pilihan politik pada momentum
pemilihan kepada daerah Taliabu periode 2019-2024. Hal ini dapat kita simak
pada peryataan responden :

“Saya dimutasi dari Dinas Trasmigrasi ke Staf Kantor Camat di Kecamatan


Tabona, ee.. dan mereka tidak memberikan alasan, mutasi yang mereka
lakukan itu karena semata mata karena beda pilihan, ee....hmmmmm, di
Pemilu, saya langsung ke BKD dan menanyakan hal itu dan katanya beda
pilihan, karena tidak pilih bupati yang dulu saya dimutasi, sedangkan kalau
ee.. diaturannyakan tidak ada diundang-undang yang mengatakan peda
pilihan itu dimutasi, begitu.. saya langsung kasih tau pemutasian ini karena
beda pilihan, sebaiknya dibatalkan, kalau tidak dibatalkan maka BKD dan
Pak Bupati saya akan gugat ke BKN, KASN dan pengaduan kitakan di
KASN jadi semua SK waktu itu akan dibatalkan, saya menghormati SK itu
saya datang tugas, terus saya ke BKD baru itu dikembalikan, sudah tembus
laporan saya ke BKN dan KASN, karena hampir semua yang dimutasi itu
karena faktor politik. kenapa sampai kita tau karena itu yang mengsulkan
mutasi itu tim kampanye petahana”. (wawancara 1 Desember 2022)

Lebih lanjut lagi Pak Danial Hamid menegaskan bahwa DPRD yang
seharusnya melindungi mereka malah mereka yang mendukung proses mutasi itu
dilakukan.
53

“Saya temui DPRD karena mereka mendukung mutasi ini, saya bawa masa,
aktivis, guru ke DPRD memprotes hal ini”. (wawancara 1 Desember 2022)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh mantan Kepala Sekolah SD Negeri 2
Lede, Pak Rudianto Tajudin, S.Pd, Bahwa Ia dimutasi akibat beda pilihan politik
dengan petahana, Ia dimutasi dari Kepala Sekolah SD Negeri 2 Lede menjadi guru
biasa atau staf di sekolah SD Negeri Fago Kecamatan Taliabu Timur. Menurutnya
Mutasi yang dilakukan tidak adil karena yang diangkat menjadi kepala sekolah
untuk menggantikannya adalah ASN yang baru lulus (CPNS), yang jenjang
kepangkatannya belum layak untuk menjadi Kepala Sekolah. Berikut pernyataan
dari Pak Rudianto Tajudin.

“Saya dimutasi ke sekolah yang terluar, dari kepala sekolah menjadi staf,
tidak ada alasan mutasi, alasan pastinyaa eee..karena politik, cuman
alasannya itu penyegaran saja, ya kalau alasan pastinnya itu menyangkut
politik karena kalau penyegaran itu berarti dari kepala sekolah disini ke
sekolah lain tapi kepala sekolah, kalau penyegaraan, iya tapi langsung
kebawah itu baru disekolah juga yang terluar, aaa.. berarti itukan ada unsur
politik seperti itu, beda pilihan, yaaa pertama kali kita jalani dulu SK itu
too.. sempat kita pigi lagi, kalau tidak salah, tugas ditempat baru cuman satu
bulan saja”. (wawancara 2 Desember 2022)

Untuk memperkuat data pada penelitian ini maka peneliti juga melakakukan
wawancara pada salah satu aktivis atau pemerhati politik Kabupaten Pulau
Taliabu yang tidak berkenan untuk disebutkan namanya dalam penelitian ini, demi
kenyamanan yang bersangkutan. Ia menjelaskan bahwa dalam kasus yang terjadi
teman-teman aktivis yang tergabung dalam beberapa koalisi aktivis melakukan
aksi protes dan penolakan pada mutasi tahun 2021 di kantor BKPSDMA
Kabupaten Taliabu, hal itu dilakukan kerena mereka menilai aksi mutasi yang
dilakukan oleh BKPSDMA adalah tindakan yang sarat akan kepentingan politik,
lagi-lagi Ia menilai mutasi dilakukan karena ASN yang bersangkutan tidak
mendukung petahana pada PILKADA, Ia menyebutkan bahwa dalam mutasi ini
banyak kemudian yang dimutasi tidak sesuai dengan beban kerja, dimana salah
satu contohnya adalah ASN yang memiliki keterbatasan fisik dimutasi dari tempat
asalnya ke Desa lain, Ia menilai bahwa hal ini akan mempersulit ASN tersebut
dalam bertugas.
54

“Kebijakan tersebut kami tolak, karena tidak sesuai prosesdur, eee...


kembali ke aturan to, dia kembali ke acuan to, tapi saya sudah kurang ingat,
tapi kajian isunya bersama teman-teman ASN, makannya awal pertama ada
gerakan membentuk aliansi ini, aliansi peduli ASN Pulau Taliabu karena
disisi lain ee.. banyak guru-guru itu dan itu waktu kajian isu juga
aa...banyak keluhan dari para pegawai struktural maupun guru-guru bahwa
banyak ketidak sesuaian, dari segi golongan kemudian aaa...tidak sesuai
dengan beban kerja kemudian dari sisi lain secara kemanusiaannya banyak
aaa..suami istri yang statusnya ASN itu dipindahkan makannya dijauhkan
apa sih urgensinya begitu, sehinggannya pada saat itu dari aliansi sendiri
mendesak pemerintah daerah untuk kemudian dalam hal ini BKD dan Pak
Bupati selaku ketua pembina kepegawaian daerah, tentu didesak untuk
membatalkan kebijakan tersebut, terkait dengan pemutasian tahun 2021 itu,
karena banyak kejanggalan. eeee.. kemudian juga ada guru yang memiliki
keterbatasa fisik di mutasi kamu tau too, yang di desa nggele.. tentu ini akan
mempersuliat dia dalam bertugas.”(7 Desember 2022)

IV. 1.2 Pemindahan ke-Pegawai Pemerintah Provinsi


Dari rentetan mutasi ini ada beberapa pegawai yang melakukan pemindahan
tugas dari lingkup pemerintah Kabupaten Pulau Taliabu ke pemerintahan
Provinsi. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Danial Hamid, bahwa setelah
kejadian mutasi itu, Ia sudah pindah dari lingkup pegawai Pemerintah Kabupaten
Pulau Taliabu ke lingkup kepegawaian Provinsi Maluku Utara dengan menjabat
sebagai Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Cabang Kabupaten Pulau Taliabu.

“Sekarang saya stay di dinas pendidikan provinsi cabang kabupaten taliabu


sejak 2022, bulan 2 saya sudah mutasi ke provinsi dari kantor camat yang
itu hari, tabona, saya jadikan masuk ke provinsi jadi kepala cabang dinas
pendidikan, dari 201 orang yang dimutasi yang kemudian pindah ke
provinsi itu ada 9 orang, alasan yang pertama saya pindah, saya tidang bisa
mengikuti begitu, begitu ee... apa...cara-cara kerja yang salah jadi lebih baik
saya menghindar daripada eeee.. kerja dipemerintahan yang tidak sesuai
dengan harapan saya, kata hati saya, jadi carannya, ee.. lebih baik
menghindar dan juga kebetulan waktu itu ada peluang-peluang untuk masuk
di provinsi”. (1 Desember 2022)

Langkah yang sama juga dilakukan oleh Pak Rudianto Tajudin dimana Ia
pindah tugas dari pegawai pemerintah daerah Kabupaten Taliabu menjadi pegawai
pemerintah Provinsi Maluku Utara. Hal itu dilakukan guna menghindari intervensi
politik pada proses bertugas menjadi guru.
55

“Artinya kan kita seperti itu tadi kita sampaikan bahwa kita lihat dari SK
tadi itukan tidak apaaa...tidak..tidak relevan to masa umpannya saya kepala
sekola disini yaa, seumpama jadi bawahan yaa bawahan saja disini saja.
kalau umpamannya penyegaran tapi inikan siasat maka waktu itu kita
kesimpulan pindah saja ke provinsi supaya tidak ada intervesi politik dalam
bertugas”. (2 Desember 2022)

Untuk memperdalam materi wawancara dan validitas data maka peneliti


menemui dan mewawancarai pihak Komisi 1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD), Kabupaten Pulau Taliabu. Komisi 1 adalah komisi yang bermitra dengan
pemerintahan termasuk didalamnya BKPSDMA. Peneliti menanyakan terkait
dengan mutasi yang terjadi, yang mana sarat akan kepentingan politik pasca
Pilkada. Dimana peneliti langsung menemui Ketua Komisi 1 Pak Sukardinan
Budaya S.IP. Berdasarkan penuturannya Ia menyapaikan bahwa proses mutasi
yang dilakaukan tidak ada sebagian yang sesuai dengan sistem merit dan surat
Keputusan pada tahun 2021 dari BKPSDMA akan dibuat surat keputusan baru
untuk mengembalikan ASN yang sudah dimutasi pada tempatnnya semula dan
akan ditempatkan sesuai dengan dasar keahlian atau keilmuannya masing-masing.

“Kalau sesuai prosesdur sih ya, yang pertama bahwa didalam ketentuan
perundang-undangan itukan PNS ini siap ditempatkan dimana saja,
makannya saya bilang, jadi wajarlah tiap 3 bulan atau 1 tahun diroling. Tapi
yang kedua ketika tidak sesuai dengan prosedur, ada penempatan guru-guru
yang tidak sesuai dengan spesifikasinnya yaaa pastinnya ngana (“ngana”
kata kamu dalam bahwa maluku) tau sendirilah tidak perlu saya jelaskan
karena entah mungkin kekurangan PNS di Kabupaten Pulau Taliabu ya
kekurangan PNS tapi kadang kala yang golongannnya belum mencukupi
sudah dinaikan jabatan sebagai kepala sekolah banyak hal yang perlu
dipertimbangkan”. (7 Desember 2022)

Ia Juga menambahkan bahwa Badan Kepegawaian dan Pengembangan


Sumber Daya Manusia Aparatarur (BKPSDMA) Kabupaten Pulau Taliabu harus
profesional dalam menempatkan atau memberikan jabatan pada ASN-nya.

“Maksud saya begini harus profesionallah, orang yang mempunyai


kedudukan yang tepat diberikan, tapi ini kalau misalnnya jurusan teknik
contohnya dia jadi kepalah sekolah itukan repot uhummmm....kekurangan
kita satu itu lagi karena rata-rata yang jadi kepala dinas di Kabupaten Pulau
56

Taliabu, rata-rata guru nanti ngana cek sendiri, karena rata-rata inikan guru
eks dari Sula, (kabupaten kepulauan sula) jadi rata-rata inikan besiknya
keguruan yang mungkin hanya berapa OPD saja yang sesuai, yang lain itu
rata-rata guru. Kita sudah koordinasi sama BKD dan pada tahun 2023 akan
dikempalikan ke porsinnya masing-masing, misalnya besiknya keilmuan apa
ya ditaru disitu”. (20 Desember 2022)

Lebih lanjut lagi Pak Sukardinan menambahkan bahwa tidak bisa dipungkiri
juga ada beberapa ASN yang menurut informasi yang diterimannya ASN
melakukan dukungan politik dalam bentuk dukungan materi (modal) kepada
lawan petahana dan menurutnya mutasi yang dilakukan BKPSDMA ada kaitannya
dengan itu.

“Tapi kita harus feer juga eeee.. untuk melihat masalah ini karena ada
infomasi yang saya terima ini, ada ASN juga yang melakukan dukungan ke
calon lain selain petahana, dukungannya begini mereka itu galang dana di
group WA ASN dan lucunya ada orang-orang bupati dalam group itu dan
kemungkinan dia lapor ke bupati juga too….” (20 Desember 2022)

IV. 1.3 Pemindahan ke-Pegawai Derpartemen Agama


Sebagai akibat dari kejadian ini beberapa pegawai ASN juga memilih untuk
pindah tugas ke lingkup kerja dari kepegawaian Kabupaten Pulau Taliabu menjadi
Pegawai Departemen Agama Kabupaten Pulau Taliabu, hal ini dilakukan sebagai
bentuk kekecewaan atas mutasi yang dilakukan. Hal itu dikonfirmasi oleh Pak
Sukardinan Budaya sebagai berikut :

“Ya imbas dari ini ada beberapa pegawai ASN yang ada di naungan Pemda
Taliabu pindah ke Depag taliabu, departemen agama disini ee,
hmmm...tentu hal ini kita sayangkan karena taliabu ini masih kekurang
pegawai eeh, justru mereka pindah, tambah kurang lagi kita hehehe...” (7
Januari 2023)

Persolan ini juga dikonfimasi oleh salah satu aktivis dan pemerhati politik
Kabupaten Pulau Taliabu yang tidak mau disebutkan namanya dalam wawancara
ini. Ia mengakatan bahwa dalam masa aksi itu terdapat guru-guru dan mereka mita
atau mengajukan surat yang berisikan permohonan untuk pindah ke departemen
agama, dan pada saat itu BKPSDMA langsung menyetujui permohonan tersebut.
Ia juga menambahkan langsung menyetujui karena mungkin mereka terdesak
57

dengan masa yang ada.

“Pada masa aksi itu ada beberapa ASN itu yang menemui pihak BKD dan
minta surat permohonan pemindahannya di tanda tangani, eee mereka pinda
ke depag, langsung di acc itu barang, karena mungkin BKD takut juga
too....”. (7 Desember 2022)

Kejadian pindah tugas sebagaian ASN yang berada diwilayah kerja


Pemerintah Kabupaten Pulau Taliabu ini dibenarkan juga oleh salah satu ASN
yang dimutasi pada tahun 2021 yang tidak berkenan untuk disebutkan namanya
dalam wawancara ini. Ia memberikan keterangan bahwa Ia dimutasi dengan tanpa
alasan, Ia juga menabahkan dugaannya bahwa mutasi yang dilakukan karena
faktor tidak mendukung petahana pada tahun pilkada serentak 2019 yang lalu, dan
akibat pemutasian tanpa alasan itu Ia bersama istrinya yang kebetulan dimutasi
juga pindah ke lingkup Kementerian Agama Kabupaten Pulau Taliabu. Berikut
keterangan yang Ia berikan :

“Alasan saya dimutasi bersama istri katanya roling jabatan, cuman roling
yang dilakukan tidak sesusai dengan regulasi, kami pindah ini bukan
kemauan pribadi, kami pindah inikan atas kemauan pemerintah daerah,
seharusnya ada uang jalannya, dan tembusan ke BKN atau BKD manado itu
harus ada, ini tembusannya hanya tingkat kabupaten saja, hanya bupati
taliabu saja, sama inspektorat. Memang kami dan teman-teman ormas, PGRI
dan lain-lain banyak yang menolak karena tidak sesuai dengan regulasi
tooo….. banyak contoh yang dipindah dari kepala sekolah dipindah yang
begitu banyak golongannya atau pangkatnnya tinggi jadi kepala sekolah
sebelumnya bahkan to.. diganti sama pangkat yang lebih rendah ini tidak
masuk diregulasi ka bagaimana heheh…yang lebih lucu guru dimutasi ke
puskesmas. Faktor semua ini adalah faktor pilkada karena waktu rapat
dengar pendapat dengan BKD dan DPRD banyak pejabat laaa…(La
panggilan buat anak laki-laki) termasuk DPRD itu terlibat dimutasi ini
bahkan yang memberikan masukan nama untuk dimutasi ini berdasarkan
pengakuan langsung mereka. Karena saya tidak sepakat dengan praktek
seperti ini maka saya dan beberapa teman-teman termasuk istri pindah ke
departemen agama agar tidak lagi di intervensi oleh politik”. (7 Januari
2023)

IV. 1.2 Analisis Data

Pada data yang peneliti sajikan diatas maka kita akan memperoleh jawaban
58

atas pertanyaan pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana dampak
politisasi birokrasi ASN dilingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Taliabu
Tahun 2021?. Maka dari itu untuk menjawab pertanyaan, yang menjadi titik awal
pertanyaan pada skripsi ini, maka kita akan menguraikannya menggunakan data
yang telah diperloleh selama penelitian. Melihat fenomana yang terjadi
dilapangan dan berdasarkan hasil dari wawancara
Kesehatan bersama partisipan peneliti
18%
menemukan sejumlah jawaban-jawaban atas permasalahan yang terjadi. Ada
beberapa persitiwa yang dapat digambarkan menggunakan data yang telah
Sektor Kesehatan
diperoleh. Pemerintahan
Sektor Pemerintahan 13%
Pendidikan
Diagram IV. 1. Presentase
Kantor Dinas 57%Klasifikasi Mutasi Berdasarkan Instansi Pada SK
BKPSDMA Tahun 2021
Sektor Pendidikan

Dinas 12%

Sumber : BKPSDMA Kabupaten Pulau Taliabu 2022 (Diolahh)

Dari data yang ditemukan dilapangan dan telah dipresentasekan diatas maka
ada beberapa sektor yang dimutasi oleh Pemerintah daerah Kabupaten Pulau
Taliabu melalui BKPSDMA. Dimana dari 201 pegawai jumlah yang paling
banyak dimutasi adalah sektor pendidikan sebesar 57%), untuk urutan kedua pada
sektor kesehatan, sebesar 18%, kemudian ketiga sektor pemerintahan sebesar,
13%, dan yang terakhir adalah sekor Dinas 12%. Dari hasil wawancara mendalam
59

dilapangan peneliti menemukan sejumlah kejanggalan. Dimana banyak yang tidak


sesuai dengan sistem merit dalam proses pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
Pertama (JPTP), dan juga pada proses mutasi yang dilakukan pada guru, tenaga
kesehatan dan jabatan administrator lainya.

Contoh kasus yang ditemukan dilapangan melalui wawancara adalah Daniel


Hamid, dari Dinas Transmigrasi dipindah tugas menjadi staf Kantor Pemerintahan
Kecamatan Tabona dibawah pimpinan seorang camat yang baru dimutasi juga
dari wilayah kerja kesehatan, artinya camat yang dimutasi pada tahun 2021 untuk
menjadi Camat di Kecamatan Tabona adalah seorang perawat. Kejanggalan yang
kedua selain dari segi keilmuan adalah dari segi jenjang kepangkatan Daniel
Hamid dengan pangkat Pembina Tk. 1, atau IV/b, dipimpin oleh seorang Camat
yang dari segi kepangkatan berada jauh darinya. Jika kita melihat tentang
penempatan pada Camat Tabona ini tidaklah sesuai dengan ketentuan yang ada
pada Peraturan Menteri Pendayaguaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 22 Tahun 2021 tentan Pola Karier Pegawai Negeri Sipil, tepatnya pada
pasal 56. Dimana pada pada pejabat eselon III dijadikan staf dan dipimpin oleh
pejabat menduduki jabatan sebagai berikut JPT Madya, JPT Pratama,,
Administrator dan Pengawas serta Pejabat Fungsional61.

Selain itu juga ada sejumlah kejangalan pada pengangkatan kepala sekola
dan pemindahan dimana pada SD Negeri 2 Lede, berdasarkan keterangan mantan
kepala sekolah (Rudianto Tajudin S.Pd) disekolah itu dan diperkuat oleh data dari
hasil observasi, yang diangkat menjadi kepala sekolah pada SD Negeri 2 Lede
adalah ASN yang baru saja diangkat menjadi ASN (CPNS), penunjukan
pelaksana tugas kepala sekolah ini tidaklah sesuai dengan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2014, Tentang Admninistrasi Pemerintah dan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Penugasan Guru
sebagai Kepala Sekolah dan Pasal 56 Peraturan Menteri Pendayagunaan Apartur

61
Indonesia, Republik. “Peraturan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Dan
Reformasi Birokrasi Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Pola Karier Pegawai Negeri Sipil”
(2021).
60

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Pola Karier
Pegawai Negeri Sipil. Kemudian juga ada beberapa kerugian yang dialami secara
langsung oleh Pemerintah Kabupaten Pulau Taliabu akibat mutasi ini, dimana
banyak dari pegawai yang dimutasi ini memimilih pindah tugas dari wilayah
lingkup kerja Pemda Taliabu ke wilayah kerja lain, hal ini mengakibatkan
kerugian karena Pemda Taliabu masih butuh banyak pegawai Aparatur Sipil
Negara untuk melayani Masyarakat. Berdasarkan data dari BKDSMA Kabupaten
Pulau Taliabu Tahun 2022, jumlah pegawai Taliabu baru 1726. Jumlah ini tentu
masih kurang banyak untuk melayani Masyarakat Taliabu yang jumlahnya
kurang lebih 56.135 jiwa pada tahun 2012.

Sementara itu jika kita melihat dari segi tingkat kepangkatan ASN yang ada
di Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pulau Taliabu rata-rata didominasi oleh
Penata Muda III/a.

Tabel. IV. 3 Diagram Klasifikasi ASN Lingkup Kabupaten Pulau Taliabu


Berdasarkan Pangkat

1
7
0
1
6 5
0 13
1
5 1
0 18
1
4
60
0
2
3 1
0 25

2 10
0 1 60
1
1 1 2
18 1
0 18 25 9 1
5 13 1 8
1 1 1 1 1 1 1 2 1 0 1 1 1
0
19

21
61

Sumber : BKPSDMA Kabupaten Pulau Taliabu 2021 (Diolah)

Dari data kepangkatan dan golongan yang diperoleh di BKPSDMA


Kabupaten Pulau Taliabu ini, akan menjadi acuan bersama dalam melakukan
analisis jabatan yang kemudian akan menghasilkan uraian untuk kemudian
dilakukan penggolongan tugas jabatan. Dengan memberikan tugas dan tanggung
jawab sesuai dengan pengetahuan, kecakapan dan tingkat kepangkatan.
Penggolongan ini juga dipakai untuk gaji, penempatan, dan proses kepegawaian
yang ada dalam manajemen ASN.

Dari data diatas maka pangkat yang menjadi dominan atau paling tingggi
dimutasi adalah golongan III/a dimana golongan ini berdasarkan Peraturan
Pemerintah Tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil, Bab 2 Pasal 11
menyatakan bahwa golongan III/a adalah golongan yang pada saat melakukan
pelamaran sebagai CPNS serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan ijazah
sarjana (S1), atau diploma IV. Kemudian angka itu disusul oleh golongan II/a
dimana golongan ini adalah golongan dengan pelamar yang menggunkan surat
tanda tamat belajar atau ijazah sekolah lanjutan tingkat atau diploma I. Kemudian
yang terkahir disusul oleh pangkat atau golongan II/c, dimana golongan ini pada
saat melaman CPNS menggunakan ijazah sarjana muda, akademi atau diploma
III.
62

BAB V
INTERPRETASI/DISKUSI TEORITIK

Berbicara tentang birokrasi berarti kita berbicara tentang administrasi


publik. berbeda dengan politik yang pada hakikatnya adalah berbicara terkait
dengan merebut dan mempertahankan kekuasaan. Hal yang perlu disadari juga
bahwa perangkat birokrasi dalam era demokrasi sekarang lahir dari proses politik
(pemilihan umum). Akan tetapi dalam pelaksanaanya birokrasi haruslah netral
tidak berpihak pada elit politik seperti dalam pembuatan kebijakan dan Undang-
Undang. Para birokrat dituntut harus bisa melaksanakan dengan penuh
profesionalisme. Namun pada realitas pelaksanaan dilapangan tidak dapat
dipungkiri bahwa sistem atau struktur birokrasi merupakan hasil dari proses
politik, maka dari itu yang menduduki piramida tertinggi birokrasi adalah orang-
orang politik yang berpolitik (jabatan politik kepala dinas) sehingga birokrasi juga
akan memengaruhi proses politik. Soal dikotomi birokrasi dan politik penting
untuk dibahas karena peran birokrasi sangat vital, seperti apa yang disampaikan
oleh George Wilhelm Fredrich Hegel, birokrasi adalah jembatan yang menjadi
penghubung pemerintah (Negara) dan publik (Masyarakat)62. Bisa kita artikan
bahwa birokrasi sebagai jalan atau mediator dua kepentingan, yaitu kepentingan
Negara dan kepeneringan particular kekuatan politik dalam masyarakat (Thoha
2003, dalam Diana 2014:).

Dalam kalangan akademisi sendiri terjadi perdebatan yang cukup menarik


terkait birokrasi dan politik dimana perdebatan pertama kali dilakukan oleh
Friedrich (1940) dan Finer (1941). Kemudian yang kedua diperdebatkan oleh
Dwight Waldo dan Herbert Simon. Dimana dalam perdebatan ini Carl Friedrich
memiliki pemikiran bawah, akuntabilitas yang ada dalam pemerintahan tidaklah

62
Diana, Indri Destar. “Perspektif Politisasi Birokrasi Dan Peran Pejabat Pembina
Kepegawaian Dalam Birokrasi Pemerintah Indri Destar Diana Jurnal Administrasi Publik
Universitas Andalas,” no. 5 (2014).
63

efektif, Ia beralasan bawah karena dalam perintahan hal itu telah dilakukan dalam
bentuk garis hierarki terhadap pejabat internal dalam hal ini elit diatas birokrasi,
padangan ini tidak mengharuskan birokrasi untuk bertanggung jawab kepada
rakyat akan tetpi cukup pada siapa yang menunjuk birokrat itu, artinya Ia
mengehendaki bahwa birokrat sepenuhnya dikontrol oleh pejabat politik.
Pendapat ini langsung direspon oleh Herbert Finer, dimana Ia memberikan
bantahan bahwa, meski telah dilakukan sistem yang professional, dalam
pemerintahan yang bermula pada keputusan rakyat untuk memilih pemimpin,
maka sudah semestinnya pejabat memiliki kewajiban moral untuk bertanggung
jawab kepada publik atau rakyat, dari apa yang diucapkan oleh Herbert ini, Ia
berusaha melakukan pemisahan antara birokrasi dan politik.

Kemudian Barker (2000), juga menambahkan bahwa,


akuntabilitas merupakan kewajiban pejabat-pejabat publik untuk
melaporkan kegiatan mereka kepada warga negara, dan hak
masyarakat untuk mengambil tindakan, untuk menentang para
pejabat publik itu yang dalam melakukan tugas mereka tidak
memberi kepuasan kepada warga negara sebagai suatu unsur
utama, atau barangkali merupakan sesuatu yang esensial dalam
demokrasi. Akuntabilitas dan trasparansi itu sendiri adalah sebuah
kontrak sosial awal antara negara (pemerintah) dengan rakyat
(Maani 2009:47). Jika menginginkan akuntabilitas seperti apa
yang dikehendaki oleh Herbert maka harus ada dikotomi politik
dan birokrasi.

Berbicara soal dikotomi politik dan admnistrasi, hal ini


sudah mulai dari periode tahun 1900, pada masa ini Goodnow
yang mulai mengajukan konsep ini dalam dunia akademis karena
kemungkinan besar Ia telah memperhatikan adanya dikotomi
politik dan birokrasi yang terjadai pada sistem pemerintahan
Amerika Serikat pada masa itu. Frank J. Goodnow, menerbitkan
buku yang berjudul Politics and Administration. Dalam buku ini
Goodnow menjelaskan bahwa terdapat dua fungsi yang berbeda
64

dari proses pemerintahan, dimana yang pertama adalah terkait


dengan fungsi politik yaitu terkait dengan kebijakasanan Negara.
Kemudian yang kedua adalah terkait dengan implementasi dari
kebijaksanaan Negara tersebut. Selain dari dua poin diatas
Goodnow juga memiliki pandangan bahwa administrasi negara
semesetinya memfokuskan perhatiannya pada birokrasi yang
berlaku pada sektor pemerintahan.
Secara resmi kajian admnistrasi negara dalam dunia
akademis telah diakui secara akademis pada tahun 1920an,
dengan diterbitkannya buku yang ditulis oleh Leonard D. White
tahun 1926, dengan judul Introduction to the Study of Public
Administration. White, berbendapat bahwa politik sudah
semestinya tidak turut serta dalam mencampuri urusan adminitrasi
negara dimana adminitrasi harus memiliki sifat bebas nilai dan
ilmiah. Pada dasarnya paradigma yang muncul pertama kali ini
menekankan pada locus posisi administrasi negara yang harus
memiliki tempat dan sifat yang bebas nilai 63. Selain itu juga
Rakhmawanto, Ajib (2019), menjelaskan bahwa dalam mengatur
sistem pemerintahan pada level daerah dan proses pelaksanaan
politik lokal, harus ada pemisahan secara tegas antara jabatan
politik yang mana ini merupakan ranah partai politik dan jabatan
karier yang merupakan wilyah pegawai negeri sipil sebagai
perangkat Negara yang melaksanakan kebijakan. Karena apabila
hal ini tidak dibatasi atau dipisahkan antara birokrasi dan politik
maka praktek politisasi birokrasi akan terus berlangsung dan ini
akan menyebabkan pelayanan publik didaerah akan sarat akan
kepentingan politik dan tidak professional.

63
Aneta, Asna. “Perkembangan Teori Administrasi Negara.” Jurnal Inovasi 9, no. 1 (2012):
1–24.
65

V.1 Sistem Merit

Sebagai landasan yuridis manajemen aparatur sipil negara yang senantiasa


mengikuti dan menjawab tantangan pelayanan publik dan mengingat Undang-
Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang kemudian
diubah dengan Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian tidak lagi
relevan dengan manajemen ASN nasional dan tantangan dunia kedepan. Hal ini
juga dilakukan karena selama ini masih banyak manajemen ASN yang tidak
sesuai dengan perbandingan antara kualifikasi dan kompetensi yang harus dimiliki
oleh calon pegawai baik itu pada proses rekrutmen pengangkatan, promosi,
penempatan.
Maka di dibuatlah Undang-Undang pengganti yang baru, tentang apartur
sipil negara yaitu, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, Pasal 1 menyebutkan bahwa, sistem merit adalah kebijakan dan
manajemen ASN berdasarkan pada kualifikasi, kopetensi dan kinerja, yang
diberlakukan secara adil dan wajar tanpa diskriminasi. Diperlakukannya sistem
merit dan diregulasikan merupakan tujuan Pemerintah Indonesia untuk melakukan
tata kelola ASN berdasarkan pada kualifikasi, kopetensi, dan kinerja yang
diberlakukan secara wajar dan adil tanpa bertindak diskrimininasi dengan tidak
melihat latar belakang agama, ras, warna kulit, umur, jenis kelamin, kondisi
kecatatan, politik dan agama. Hal ini dilakukan ditengah maraknya praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme yang terjadi hampir disemua lini kerja
pemerintahan baik tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

Diharapkan dengan implementasi dari sistem merit ini dapat menghasilkan


para aparatur sipil negara atau para birokrat yang unggul, profesional dan bebas
dari korupsi. Melihat berkembangan penerapan yang ada di Kabupaten Pulau
Taliabu sistem merit masih tergolong rendah disemua aspek lingkup pelayanan,
hal ini dibuktikan dengan banyaknya penempatan pegawai yang tidak sesuai
dengan lingkup kerjannya, contohnya seorang sarjana perawat yang menjadi
kepala pemerintahan kecamatan, dan secara kepangkatan juga terjadi ketidak
66

sesuaian dimana guru yang masih berstatus CPNS menjadi kepala sekolah
menggantikan yang pangkatnya sudah Penata Muda Tk.1, 3/b.

Pada proses penempatan ASN yang demikian tidaklah sesuai dengan job
specification. Melihat fenome yang ada lebih kepada faktor kedekatan atau faktor
politik dan hal ini mengakibatkan keterampilan dan kompetensi yang dimiliki oleh
seorang pegawai dalam menajalankan sebuah tugas tidak menjadi penilaian
utama. Dan hal ini mengakibatkan prinsip the right man on the right place, susah
untuk wujudkan (Dwiyanto 2007, dalam Osvaldo 2019)64. Menurut R. Palan
dalam bukunya “Competency Management-A Practicioner’s Guide”, kompetensi
adalah deskripsi sikap dan kompetensi adalah keahlian sebagai deskripsi hasil atau
tugas pekerjaan dan kompetensi mengarah pada perilaku yang memeberikan
gambaran motif, ciri khas pribadi, nilai-nilai, pengetahuan, konsep yang dimiliki
oleh seorang yang memiliki kinerja unggul.65

Melihat fenomena diatas maka fungsi Komisi Aparatur Sipil Negara


(KASN) sebagaimana yang termuat pada pasal 30 Undang-Undang No. 5 Tahun
2015 tentang ASN. KASN berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan norma dasar,
kode etik dan kode perilaku ASN, serta menerapkan sistem merit dalam kebijakan
dan manajemen ASN pada instansi pemerintah dan juga sebagaimana pasal 31,
salah satu tugas KASN adalah untuk menjaga netralitas pegawai. Maka dengan
melihat wewenang yang telah diberikan kepada lembaga ini, maka sudah
semestinya melakukan proses pengawasan dan penindakan yang tegas untuk para
pelanggar, agar menimbulkan efek jera, serta menutup peluang ASN untuk tidak
melakukan pelanggaran. Karena pada dasarnya seseorang melakukan pelanggaran
karena ada peluang untuk melakukan hal tersebut.

64
Osvaldo Sahambangun, Novie Pioh, Welly Waworundeng. “Manajemen Sistem Aparatur
Sipil Negara (Studi Tentang Sistem Merit Dalam Penempatan Jabatan Pimpinan Tertinggi
Di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Sangihe).” Jurnal Eksekutif 3, no. 3
(2019): 1–13.

65
Meyrina, Rr., Susana, Andi. “Implementasi Peningkatan Kinerja Merit Sistem Guna
Melaksanakan-Undang Aparatur Sipil Negara No. 5 Tahun 2014 Kementerian Hukum Dan
Ham(Performance Improvement By Merit System Under The Act Of Civil State Number 5
Year 2014 Of.” Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum 10, no. 2 (2016): 175–186.
67

V. 2 Teori Agensi

Dalam karya Eisenhardt66, disebutkan bahwa Teori Agensi merupakan suatu


konsep yang sangat penting namun masih memiliki kontroversial. Teori Agensi
dianggap menjadi penting karena menawarkan pandangan yang sangat menarik
untuk pembentukan sistem informasi dan penugasan, hasil keluaran (outcome),
insentif dan risiko kemudian disebut kontroversial karena muncul banyaknya
permasalahan dalam struktur dalam pembentukannya. Dalam perkembangannya,
Teori Agensi pertama kali muncul pada tahun 1960-an dan tahun 1970-an ketika
para ekonom mencoba untuk menganalisis pembagian risiko dalam
manajemennya.

Pada awalnya, teori ini muncul akibat adanya permasalahan dalam


pembagian risiko, ketika beberapa pihak yaitu prinsipil dan agensi yang saling
bekerja sama memiliki perlakuan yang berbeda dalam menjalani suatu risiko.
Teori Agensi kemudian semakin meluas dalam konteks penggunaannya ketika
pada akhirnya terjadi suatu temuan bahwa prinsipil dan agensi memiliki tujuan
yang berbeda dan manajemen risiko yang berbeda yang kemudian muncul
permasalahan dalam pembagian kerja67. Dalam kaitanya dengan politisasi
birokrasi yang terjadi pada lingkup Pemerintah Kabupaten Pulau Taliabu, teori
agensi akan mencoba menelah lebih dalam terkait hubungan kontrak yang timbul
dari prinsipil (elit politik), agen (birokrat) dan konsumen (ASN), dimana ada
interaksi yang kemudian menyebabkan terjadinya mutasi, yang jika kita merujuk
pada aturan yang berlaku tidaklah sesuai dengan system merit, seperti apa yang
dituangkan dalam Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang ASN.

Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan
mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap
memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan

66
Eisenhardt, Kathleen, 1989. Agency Theory: an Assesment and Review, dalam Academy of
Management Review, vol. 14, no.1, 57-74
67
Ibid.
68

seperangkat aturan yang mengatur mengenai mekanisme pembagian hasil antara


prinsipil dan agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness
yaitu mampu menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis
memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian
insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal ke agen. Inti dari Agency
Theory atau teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk
menyelaraskan kepentingan prinsipil dan agen dalam hal terjadi konflik
kepentingan68. Eisenhardt 1989, (dalam Pranoto, at.al, 2016) mengemukakan
bahwa dalam teori agenasi ada tiga asumsi sifat manusia yairu : 1), Manusia pada
umumya mementingkan diri sendiri (self interest); 2), Manusia memiliki daya
pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality); 3),
Manusia selalu menghindari resiko (risk averse)69. Dalam hal ini konsumen akan
selalu patuh pada perintah agensi yang dikomandoi oleh prinsipil.

Pada kasus mutasi yang terjadi pada tahun 2021 pasca pemilihan umum di
Kabupaten Pulau Taliabu, ada beberapa pola hubungan yang terjadi dimana ada
hubungan pejabat pembina pegawai kabupaten Pulau Taliabu, selaku bupati
(prinsipil) dengan para agen (BKPSDMA) untuk melakukan mutasi pada
Aparatur Sipil Negara (konsumen) yang kemudian mereka pada saat pemilihan
umum tidak mendukung pasangan calon petahana. Maka dari itu imbas dari
ketidakselarasan antara kepentingan prinsipil dan agen maka terjadilah konflik
kepentingan antara konsumen dan prinsipil. Prinsipil dalam prakteknya sebagai
pemegang kendali dari pemerintahan melakukan kontrol terhadap agen untuk
melakukan perombakan dan penempatan pegawai baru guna menepati kontrak
yang terjadi juga dengan mitra-mitra pada saat pemilihan umum. Sebagai contoh
dalam prakteknya dilapangan banyak yang kemudian ASN yang mendukung
petahan walaupun pangkatnya belum memenuhi kualifikasi untuk menduduki

68
Dista amalia arifah, “Praktek Teori Agensi Pada Entitas Publik
dan Non Publik,” Prestasi 9,no. 1 (2012): 85–95.

69
Pranoto, Bayu Agung, Dan Ari, and Kuncoro Widagdo. “Pengaruh Koneksi Politik Dan
Corporate Governance Terhadap Tax Aggressiveness.” Paper presented at the Seminar
Nasional Dan The 3rd Call for Syariah Paper, no. 2012 (2016): 472–486.
69

sebuah posisi, BKPSDMA mengangkatnya, sebagai contoh kepala sekolah yang


masih berstatus CPNS kemudian mengantikan ASN yang sudah lama bertugas.

Dalam kasus yang taerjadi dikabupaten Pulau Taliabu bukan hanya prinsipil
yang menawarkan kontrak kepada para aparatur sipil Negara akan tetapi
penawaran kontrak untuk mendukung salah satu pasangan calon pada pilkada
Taliabu juga dilakukan oleh para ASN, seperti apa yang dijelaskan oleh data pada
saat wawancara, dimana ASN yang dimutasi juga melakukan kegiatan yang
mendukung pasangan calon, selain petahana, yaitu pasangan calon Bupati dan
Wakil Bupati, Muhaimin Syarif dan Safruddin Mohalisi. Dukungan dilakukan
dalam bentuk penggalangan dana dari ASN untuk mendukung secara kapital
kepada lawan incumbent yaitu Pasangan Aliong Mus dan Ramli. Namun yang
dilakukan oleh para ASN ini bukan tanpa alasan berdasarkan hasil wawancara
secara mendalam dilapangan mereka sudah tidak sejalan lagi dengan
pemerintahan petahana yang selalu menjadikan mereka sebagai alat politik dan
mereka menilai kinerja yang dilakukan oleh petaha kurang baik, dan ingin
melakukan depolitisasi pada lingkup pemerintahan Kabupaten Pulau Taliabu.

Mereka yang melakukan dukungan kepasangan calon lain ini (bukan


petahana) datang dari latar belakangan pangakat dan jabatan yang berbeda-beda,
yang ada di lingkup kerja pemerintahn kabupaten Pulau Taliabu. Pada saat pilkada
serentak tahun 2020 lalu mereka terjun langsung karena menginginkan pergantian
rezim pemerintahan di kabupaten Taliabu sebagaimana data yang ditemukan
dilapangan, bukan berarti ada kontrak seperti prinsipil dan agen atau adanya
hubungan symbiosis mutualisme. Karena dari data yang ditemukan dilapangan
yang pindah dari lingkup kerja pemerintahan kabupaten ke provinsi hanya 9 orang
dan yang pindah ke departemen agama Taliabu hanya 3 orang dari 201 pegawai
yang dimutasi berdasarkan SK tahun 2021 yang dikelurkan BKPSDMA
Kabupaten Pulau Taliabu. Namun dipahami juga bahwa untuk mendapatkan surat
pindah dari BKPSDMA tidaklah mudah, dengan kondisi Taliabu masih
kekurangan pegawai. Hal ini jauh berbeda dengan politisasi birokrasi yang
dilakukan oleh petahana yang lain dengan melakukan pergerekan yang secara
70

massif dan terstruktur.

Politisasi pemilu dan birokrasi serta mutasi pasca di Pilkada Kabupaten


Pulau Taliabu ini, terjadi dalam hubungan prinsipil dan agen. Seperti apa yang
disampaikan oleh Wahyudi L, (2018:163), politisasi birokrasi memiliki sifat
resiprokal, artinya hubungan saling mendukung secara politik, baik itu dari pihak
birokrasi dan pihak politisi itu sendiri. Hubungan yang terjadi adalah politisi
(Prinsipil) membutuhkan agen (Birokrat/Pejabat struktural) untuk menjadi
penghubung politik ke konsumen (ASN). Dimana prinsipil atau pejabat brirokrat
berperan sebagai alat untuk mewujudkan kepetingan prinsipil, selain kepentingan
prinsipil yang diperjuangakan, agen juga punya kepentingan untuk karier dan
yang menjadi korban adalah para ASN yang diseret masuk kedalam dunia politik
dan mengakibatkan pemetaan dan pemutasian tau penempatan jabatan tidak sesuai
degan merit system. Hal ini dilakukan karena jika prinsipil tidak memberikan
sebuah jabatan pada mereka yang telah membantunya (agen-konsumen), dalam
memenangkan pilkada maka apa yang disampaikan oleh Meckling (1976) (dalam
Kholmi M, 2010) bahwa ada dua konflik potensial dari keberadaan kepentingan
kedua pihak tersebut, yaitu principil sebagai pemberi kerja dan agen sebagai pihak
yang diberi kerja70. Artinya jika kesepakatan yang telah dibentuk dengan
menempatankan mereka ditempat yang strategis maka akan terjadi konflik,
meskipun telah diketahui penempatan itu tidaklah sesuai dengan regulasi yang
berlaku.

Dari intrepretasi teoritik diatas dapat kita lihat bahwa hubungan birokrasi
dan politik begitu kuat, dan membentuk dua pola, yang pertama prinsipil yang
menagarahkan agen dan agen yang menawarkan diri untuk membantu prinsipil.
Akan tetepi hal ini harus dipisahkan karena berdasarkan hasil observasi
dilapangan pelayanan publik di Kabupaten Pulau Taliabu belum sesuai dengan
apa yang dicita-citakan oleh reformasi birokrasi yaitu good governance. Dimana
dalam pelayanan publik yang dilakukan orientasi dari pada pejabat politik yang

70
Kholmi, Masiyah. “Akuntabilitas Dalam Perspektif Teori Agensi.” Ekonomika-Bisnis 2, no.
2 (2010): 357–370.
71

berkuasa membuat birokrasi semakin jauh dari tujuannya, seperti apa yang
disampaikan Dwiyanto. A. (2021) bahwa pejabat birokrasi lebih memposisikan
diri sebagai penguasa bukan memposisikan diri sebagai pelayan publik 71. Hal ini
terjadi karena iklim proses penempatan jabatan atau mutasi yang berdasarkan
unsur patron clinet, yang mengakibatkan pelayanan rakyat terabaikan. Pelayanan
publik yang ada di kabupaten Pulau Taliabu masih amat tertinggal dibandingkan
daerah-darah kabupten lain, hal ini selain daripada usia kabupaten masih relative
muda, ada faktor yang membuat daerah ini sulit berkembang yaitu, soal iklim
kinerja birokrasi. Pada tahun 2020 pemerintah pusat menetapkan kabupaten Pulau
Taliabu sebagai daerah tertinggal melalui Peraturan Presiden No. 63 Tahun 2020
tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024, di provinsi Maluku Utara
bukan hanya taliabu yang ditetapkan daerah tertingal akan tetapi bersama daerah
induk Pulau Taliabu sebelum dilakukan pemekaran yaitu kabupaten Kepulaun
Sula. Berdasarkan Perpres tersebut dijelaskan bahwa daerah tertinggal adalah
daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang
dibandingkan dengan-daerah lain, dalam skala nasional (pasal 1). Kemudian yang
menjadi kriteria daerah tertinggal adalah ; (a. Perekonomian masyarakat, b).
Sumber daya manusia, c). Sarana dan prasarana, d). Kemampuan keuangan
daerah, e). Aksesibilitas dan f). Karakteristik daerah, (pasal 2)72.

V. 2 .1 Dikotomi Birokrasi dan Politik

Sejak munculnya ilmu administrasi negara sampai dengan


perkembangan yang terbaru, permasalahan dikotomi politik-
administrasi selalu muncul ke permukaan dan menjadi
perbincangan hangat para kademisi. Banyak kemudian dari
kalangan parah ahli sendiri berpandangan berbeda-beda soal
harmonisasi antara politik dan birokrasi. Jika dilihat secara luar
pada awal perkembangan ilmu administrasi negara seperti apa
yang telah disampaikan oleh Woodrow Wilson. dalam bukunya

71
Dwiyanto, A. Reformasi birokrasi publik di Indonesia. UGM PRESS. (2021).
72
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah tertinggal
Tahun 2020-2024
72

yang berjudul "The Study of Administration" yang kemudian


karangnnya ini dimasukan dalam Political Science Quarterly pada
188773. Dimana Wilson berpandang bahwa perbedaan yang naif
antara aktivitas politik dan administrasi dalam organisasi
kemasyarakatan. Dari pandangannya ini terlihat keraguan dari
Wilson untuk melakukan dikotomi secara jelas karena
kemungkinan Ia juga tahu bahwa keduanya akan sulit dipisahkan
didalam praktek bernegara. Kemudian Richard J.Stillman, (dalam
Aneta. A. 2012), menyimpulakan pandangan dari Wilson ini,
dimana menurutnya Wilson gagal menjelaskan apa sebenarnya
yang menjadi kajian administrasi. Bagaimana seharusnya
hubungan antara bidang administrasi dan politik, dan apakah
kajian administrasi akan menjadi suatu ilmu yang abstrak sama
seperti ilmu-ilmu alam atau tidak. Akan tetapi karangan dari
Wilson itu, telah mendorong ilmuan diberbagai dunia untuk
melakukan kajian mendalam terkait pola hubungan antara politik
dan birokrasi. Dan disini mulai muncul perdebatan soal lahirnya
ilmu Admnistrasi Negara dimana berusaha melepaskan diri dari
ibu kandungnya yakni ilmu politik. Periode ini juga banyak
disebut sebagai periode dikotomi birokrasi dan politik, pada era
ini juga admnistrasi Negara mencoba merumuskan diri agar ada
perbedaan dengan ilmu politik.

Dalam pejalanan perdebatan soal dikotomi birokrasi dan


politik ini mulailah muncul karya-karya akademisi, berupa
karangan atau buku yang diterbitkan, dimana mereka berusaha
membahas secara jelas apa yang dimaskud dengan politik dan
birokrasi, setelah Wilson, lahir juga akademisi yang melakukan
kajian pada tahun 1926 soal admnistrasi Negara dengan judul
buku “Introduction to the Study of Public Administration”

73
Aneta, Asna. “Perkembangan Teori Administrasi Negara.” Jurnal Inovasi 9, no. 1 (2012):
1–24.
73

karangan ini ditulis oleh Leonard D. White. Kemudian lahir pula


karya Leonard D. White yang berjudul “Introduction to the Study
of Public Administration” pada tahun 1926. Dimana buku ini
mencoba melakukan kajian dan menyampaikan idenya terkait
dengan pengelolaan organisasi agar bisa dikelola dengan efisien
dan efektif sama seperti pandangan Frederick Taylor dengan
karyanya yang berjudul “Scientific Management” yang ditulis
pada tahun 1912. Kemudian juga Henry Fayol dengan
pemikirannya yang dituangkan dalam monograf yang berjudul
“General and Industrial Management”, yang ditulis pada tahun
1916. dan W.F. Willoughby dengan karyanya yang berjudul
“The Movement for Budgetary Reform in the State”, yang ditulis
pada tahun 1918. serta karya yang terakhir adalah karya yang
sering disebut sebagai bapak birokrasi yaitu Max Weber (1946)
dengan tulisanya yang berjudul “Bureaucracy”. Akan tetapi
melihat perjalanan dari apa yang ditulis oleh para pakar ini, yang
menjadi dasar utama adalah tulisan yang muncul pada tahun 1937,
yaitu tulisan Gulick dengan judul “Notes on the Theory of
Organization” dimana artikel ini memuat tentang jalan yang
harus dilewati oleh sebuah organisasi yaitu planning, rganizing,
staffing, directing, co-ordinating, reporting dan budgeting74. Bisa
kita lihat konsep yang dikembangkan oleh para pakar ini adalah
prinsip-prinsip yang ada pada ilmu manajemen, dimana ilmu-ilmu
yang ada pada sektor privat dibawah ke ranah pemerintahan.

Dari perkembangan yang muncul menurut Carino, (1993


dalam Margono, 1998:47), Proposisi yang muncul dari perdebatan
dikotomi birokrasi-politik tersebut adalah bahwa terdapat
konsekuensi perkembangan demokrasi yang negatif apabila
ekspansi birokrasi terus meluas, yang biasanya diikuti oleh

74
Jaya, Imanuel. “Perjalanan Panjang Ilmu Administrasi Publik (Dari Paradigma Klasik
Menuju Kontemporer)” (2004).
74

kecenderungan sentralisasi pada pembangunan politik75. Dilain


sisi juga berkernbang proposisi lain, yang menyatakan
demokratisasi tidak akan dapat berkembang jika tidak didukung
dengan birokasi yang profesional. Kemudian Carino, (1993)
menambahkan bahwa negara demokrasi yang sudah sejak lama
melakukan usaha pemisahan antara birokrasi dan politik seperti
Amerika Serikat, maka yang terjadi adalah sulitnya kontrol politik
terhadap administrasi, dimana dalam pemerintahan yang formal
selain daripada partai politik para elit politik kesulitan, karena ada
aturang yang jelas yang telah dimuat dalam konstitusi yang
diarahkan untuk mengatur independensi eksekutif dan
administratif. Akan tetapi sistem politik Amerika sibuk mengurus
pemilihan pejabat administratif dan eksekutif, dan begitu juga
dengan pemilihan badan yang dianggap berkarakter politis, seperti
yang berkaitan dengan ekspresi kepentingan negara. Maka dari itu
system parati berusaha mewujudkan harmoni antara fungsi
politik dan administrasi yang memang harus ada, jika pemerintah
ingin dijalankan dengan sukses. Di lain pihak, jika tidak ada usaha
di sistem pemerintah untuk memisahkan politik dan administrasi,
dan jika institusi pemerintah tidak dicetak dalam bentuk kaku oleh
konstitusi tertulis, maka kontrol dan pengawasan fungsi
administrasi cenderung dijalankan oleh badan pemerintah yang
menjalankan fungsi politik76

Melihat hasil penelitian-penelitian sebelumnya terkait


dengan politik dan birokrasi dan dari hasi wawancara mendalam
serta hasil observasi dilapangan dari penelitian ini, hampir semua
praktek politisasi birokrasi ataupun sebeliknya birokrasi berpolitik
itu tidaklah baik untuk iklim birokrasi yang mencita-citakan good
75
Margono, Subando Agus. “Birokrasi, Demokrasi Dan Reformasi: Sudut Pandang
Administrasi Negara.” Jurnal Sosial Politik 2, no. 2 (1998): 47–66.
https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/11154/8394.
76
Goodnow, Frank J. “Politik Dan Administrasi.” Paper Knowledge . Toward a Media
History of Documents (2013): 12–26.
75

governance. Hampir semua kasus yang membawa birokrasi


kedalam pusaran konflik politik, menjadi tidak efektif, efisien dan
professional karena sarat akan kepentigan para pejabat politik dan
pejabat publik ataupun ASN yang telah terjun langsung dalam
konstelasi politik praktis.

BAB VI
PENUTUP
76

Bab ini merupakan bagian terakhir dari proses pembahasan dari apa yang
ditemukan dan dibahas oleh peneliti. Penelitian yang dilakukan dengan proses
wawancara mendalam dan observasi lapangan dan menelaah dokumen-dokumen
yang dapat diakses pada saat penelitian. Pada bab ini peneliti juga akan mencoba
merumuskan kesimpulan dari seluruh rangkaian penelitian dan kemudian juga
peneliti akan mencoba memberikan rekomendasi atau saran-saran terkait dengan
fokus penelitian yang telah diteliti dan kemudian dijabarkan dalam skripsi ini.

V. 1 Kesimpulan
Berdasarkan pada penyajian data yang kemudian dilanjutkan dengan analisis
data, maka kesimpulan dari penelitian yaitu :
1. Dalam menjalankan tugas BKPSDMA dan Bupati Kabupaten Pulau Taliabu
kurang memperhatikan regulasi yang ada, terutama soal mekanisme mutasi.
Sehingga terjadi mutasi yang terimplikasi sarat akan kepentingan politik.
2. Ada kelompok ASN yang melakukan dukungan kepada pasangan calon lain
dengan melawan petahana.
3. Banyaknya Apatur Sipil Negara yang melakukan pemindahan tugas ke tempat
tugas lain, sebagai contoh ada beberapa ASN Kabupaten Pulau Taliabu yang
pindah tugas dari lingkup kerja Kabupaten Pulau Taliabu ke wilayah kerja
Pemerintah Provinsi Maluku Utara dan Departemen Agama Kabupaten Pulau
Taliabu.
4. Banyaknya Aparatur Sipil Negara yang bekerja dalam ketakukan dan tekanan
politik, dan kebebasan dalam tugas menjadi sempit, karena ada bayang-bayang
mutasi yang muncul ketika tidak mengikuti petahan yang dalam pemilihan
umum.
5. Pelibatan terlalu dalam Aparatur Sipil Negara membawa dampak pada
kualitasi, profesionalisme pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
Kabupaten Pulau Taliabu.
6. Adanya keterlibatan elit politik termaksud wakil rakyat DPRD Taliabu dalam
merekomendasikan Ke Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM
Aparatur, siapa saja yang akan dimutasi pasca pilkada.
7. Harus ada kesadaran dari masing-masing pihak baik itu elit politik dan pejabat
77

birokrasi untuk tidak melakukan politisasi birokrasi, dan birokrasi berpolitik


karena hal itu berdasarkan sejarah panjang birokrasi Indonesia birokrasi yang
tidak professional dan birokrasi yang tidak maju, adalah birokrasi yang telalu
diintervensi oleh kepentingan-kepentingan elit politik dan elit birokrat.

VI. 2 Saran
Berdasarkan dari uraian kesimpulan diatas, maka ada beberapa saran yang
bisa peneliti berikan guna memperbaiki sistem mutasi dan sistem manajemen
kepegawaian yang ada dikabupaten Pulau Taliabu dengan mempertimbangkan
data yang dimiliki oleh peneliti, adapun saran yang dapat diberikan sebagai
berikut :
1. Mengacu pada fakta penelitian yang ditemukan dilapangan, dimana terjadi
politisasi pasca Pilkada 2019, maka hal ini harus ada perhatian serius dari
Komisi Aparatur Sipil Negara, sebagai Komisi yang mengawasi jangan sampai
ada pelanggaran dan dikriminasi tugas yang diterima oleh ASN yang dianggap
oleh Petahana tidak mendukung pada pemilu. Maka dari itu harus ada team
khusus yang dibuat untuk Kabupaten Pulau Taliabu dalam mengawal kasus ini
agar tidak terjadi lagi dan meminimalisir terjadinya praktek-praktek seperti ini,
ditengah tahun-tahun pemilu kedepan.
2. Bedasarkan keterangan partisipan dan fakta data pemberlakukan sistem merit
dimana penempatan seseorang berdasarkan keahliannya, di Kabupaten Pulau
taliabu masih jauh dari harapan maka dari itu untuk meningkatkan efesiensi
dan efektifitas pelayanan publik yang ada di Taliabu maka harus ada proses
dan manajemen penempatan pegawai berdasarkan keilmuan yang dimiliki oleh
pegawai tersebut. Hal ini dilakukan juga guna mendorong Kabupaten Taliabu
keluar dari status daerah tertinggal.
3. Mengacu pada apa yang disampaikan oleh sekertaris BKPSDMA dan fakta
data lapangan dimana adanya kekurangan pegawai yang terjadi di Taliabu, hal
ini juga akan berdampak pada lambatnya pelayanan dan kurang meratanya
tenaga pemerintahan dalam melayani masyarakat di wilayah-wilayah
kecamatan dan desa yang ada. Maka dari itu untuk meningkatkan kualitas dan
kecepatan pelayanan publik Pemerintah Daerah harus melakukan permohonan
78

secepatnya ke Pemerintah Pusat untuk memberikan kuota CPNS yang


mencukupi untuk mengisi kekurangan yang ada di Kabupaten Pulau Taliabu.
4. Berdasarkan hasil observasi peneliti dilapangan dan guna meningkatkan
kompetensi pegawai didaerah tertinggal, maka harus ada perhatian lebih baik
dari pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten untuk pembangunan jaringan
internet, hal ini harus dilakukan ditengah keterbatasan pegawai. Dimana
pemerintah setempat dalam menanggulangi kekurangan pegawai ini dengan
cara melakukan digitalisasi pada pelayanan masyarakat dan hal ini juga untuk
mendorong keterbukaaan wawasan masyarakat Kabuapten Pulau Taliabu
terhadap dunia global.

VI.3 Implikasi
Implikasi dari penelitian ini adalah apa yang kemudian yang bisa
disumbangkan dari hasil penelitian untuk Ilmu Admnistrasi Publik, terutama pada
dampak mutasi Aparatur Sipil negara, serta mampu memberikan informasi terkait
pembangunan Aparatur pemerintahan pada daerah-daerah tertinggal, demi
terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana amanat
sila ke-5.

VI.3.1 Implikasi Akademis


Kontrubisi yang adapat diberikan pada penelitian ini yaitu, pada
pengembangan Ilmu Admnistrasi Publik adalah terkait dengan dampak politisasi
birokrasi dan birokrat berpolitik pasca pemilihan kepala daerah dan manajemen
mutasi pada daerah-daerah terringgal, hal ini erat kaitannya juga dengan studi
admnistrasi pembangunan dan manajemen sumber daya manusi sektor publik.
Berdasarkan penelitian ini maka peneliti menemukan perbedaan dengan penelitian
terdahulu dimana pada penelitian terdahulu politiasai birokrasi hanya membahas
bagaimana pola petahana dalam mendulang suara lewat intervensi politik pada
ASN yang ada.
Sedangkan dalam penelitian ini lebih mengungkapkan bagaiaman Badan
Kepegawaian dan Pengembangan SDM Aparatur melakukan mutasi terhadap
Aparatur sipil Negara yang diangap tidak memihak pada petahana. Kemudian juga
79

bagaimana ASN yang merasa tidak puas dengan lingkungan tugasnya pindah
lingkungan tugas pada naungan pemerintahan dan lembaga lain. Lebih dari itu
peneliti juga menemukan adanya kendala dalam pelaksanaan pelayanan publik
yang ada di daerah-daerah tertinggal atau daerah otonomi baru. Kendala itu
datang kerena faktor kepegawaian dan faktor infrastruktur, dimana pegawai yang
ada di kabupaten Pulau Taliabu masih tergolong kurang dan infrastrukrut seperti
bangunan, listrik, jaringan internet, pelabuhan, bandara ketersediaanya masih
minim. Dengan adanya proses pengembangan dari penelitian yang dilakukan
sebelumnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembanding dan melengkapi
riset politisasi birokrasi pada masa yang akan datang. Selain itu yang menjadi
pembeda penelitian ini dan penelitian yang terdahulu adalah adanya usaha ASN
untuk mendukung pasangan calon lain untuk melawan petahan.

VI.3.2 Implikasi Praktis


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu Pembina kepegawaian
ksussnya didaerah kabupaten dan membantu BKPSDMA Kabupaten Pulau
Taliabu dalam melakukan manajemen mutasi yang lebih baik kedepan. Dan juga
akan memberikan sumbangan pemikiran betapa bahayannya melakukan mutasi
tanpa disertai alasan aturan yang tepat. Diharapkan juga dengan manajemen
pegawai yang berdasrkan pada sistem merit maka pegawai-pegawai Taliabu dapat
memberikan layanan pada masyarakat dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Anggara Sahya. (2016). Administrasi Kepegawaian Negara. Bandung : Pustaka


80

Setia.
Anggara Sahya. (2015). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Pustaka Setia

Dwiyanto, A. (2021). Reformasi birokrasi publik di Indonesia. Yogyakarta :


UGM Press.

Kasmir (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : RajaGrafindo


Persada

Lambsdorff, Johann graf. (2007). The Institutional Economics of Corruption and


Reform Theory, Evidence, and Policy. Cambridge : Cambrige University
Press.

Raco (2010). Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Karasteristik dan


Keunggulannya. Jakarta : Grasindo

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitaif,Kualitatif Dan R&D. Alfabet.

Creswell. W. (2010). Research Design : Pendekatan Kualitatif, dan Mixed (Edisi


Ketiga).Yogyakarta Pustaka Pelajar

Arikel Jurnal dan Skripsi :

Arief Daryanto, (2007). Merit System Dalam Manajemen Pegawai


Negeri Sipil. Kebijakan dan Manajemen PNS Vol IV, 1–13.
Aneta Asna. (2012). Perkembangan Teori Administrasi Negara.” Jurnal
Inovasi. Vol 9, (1), 1–24.

Barker, Robert S. (2000). Government Accountability and Its Limits. Combridge


Press.

Christensen, Tom. at, el. (2007). Organization Theory and the Public Sector :
Instrument, culture and myth. Canada : Published in the Taylor.

Defita Raharjo, Murni Ramli, & Yudi Rinanto. (2016). Metode Penelitian
Kualitatif Jenis, Karakter, Dan Keunggulannya.” Journal of Chemical
Information and Modeling 53, no. 1-9.

Diana, Indri Destar. (2014). Perspektif Politisasi Birokrasi Dan Peran Pejabat
Pembina Kepegawaian Dalam Birokrasi Pemerintah. Jurnal Administrasi
Publik Universitas Andalas. (5).

Dista. A. (2012). Praktek Teori Agensi Pada Entitas Publik Dan Non Publik.
Prestasi. Vol 9, (1), 85–95.
81

Eisenhardt, Kathleen M. (1989). Agency Theory : An Assessment and Review.


Source: The Academy of Management Review , Jan. Vol 14, (1), 57–74.
https://www.jstor.org/stable/258191

Edison. (2011). Meritokrasi Vs Politisasi Jabatan Karir Dalam Birokrasi Lokal:


Sebuah Pardoks Netralitas Birokrasi. Jurnal Kebijakan & Administrasi
Publik. Vol 16, (1), 67-79.

Fadhlurrohman, Mochammad Iqbal, dan Etika Khairina. (2021). Polemik


Pelaksanaan Mutasi Dan Open Bidding / Seleksi Terbuka Di Kabupaten
Ciamis (Study Kasus: Peraturan BKN RI Nomor 5 Tahun 2019 Tentang
Tata Cara Pelaksanaan Mutasi). Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja.
Vol 47, (1), 52–66. DOI: 10.33701/jipwp.v47i1.1521

Firnas, M Adian. (2016). Politik Dan Birokrasi: Masalah Netralitas Birokrasi Di


Indonesia Era Reformasi. Jurnal review Politik 06, (1), 160–194.

Goodnow, Frank J. (2103). Politik Dan Administrasi. Paper Knowledge . Toward


a Media History of Documents. 12–26.

Hartantri, Fentri. (2022). Intervensi Politik Dalam Kebijakan Promosi Kepala


Sekolah Dasar Di Kabupaten Sleman. Jurnal Spektrum Analisis Kebijakan
Pendidikan. Vol 11, (3), 18–33.

Heru Wahyudi, dan Zakaria Habib Al-Ra’zie. (2022). Birokrasi Sebagai


Instrumen Politik Petahana; Kasus Pilkada Di Lebong Dan Banten. Jurnal
Adhikari. Vol 2, (1), 292–301.

Jaya, Imanuel. (2004). Perjalanan Panjang Ilmu Administrasi Publik (Dari


Paradigma Klasik Menuju Kontemporer).

Kholmi, Masiyah. (2010). Akuntabilitas Dalam Perspektif Teori Agensi.


Ekonomika-Bisnis. Vol 2, (2) 357–370.

Kumayas. et.al. (2021). Netralitas Aparatur Sipil Negara Pada Pemilihan Kepala
Daerah Di Kota Bitung Tahun 2020. Jurnal Governance. Vol 1, (2), 1–12.

Muh. Wahyu, et.al. (2012). Analisis Efektivitas Sistem Mutasi ASN Di Badan
Kepegawaian Kabupaten Luwu Utara. Government;Jurnal Ilmu
Pemerintahan. Vol 5, (2), 55–65.

La, Wahiyuddin Ode. (2014). Politisasi Pejabat Struktural Eselon II Di


Lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Vol 8,
(1), 53–65.

Leda, Helenerius Ajo. (2020). Wanti-Wanti Politisasi Birokrasi Menjelang


Pilkada 2020 Di Ntt.” OSF Preprints.
82

https://app.dimensions.ai/details/publication/pub.1126028071%0Ahttps://
osf.io/y5gsq/download.

Linder, Stefan, dan Nicolai J. Foss. (2015). Agency Theory. International


Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences: Second Edition. Second
Edition. Vol. 1. Elsevier, http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-08-097086-
8.73038-8.

Mansyur Djamal, Titin Purwaningsih. (2015). Petahana Dan Politisasi Birokrasi


(Studi Pada Pilkada Kota Ternate 2015).

Margono, Subando Agus. (1998). Birokrasi, Demokrasi Dan Reformasi: Sudut


Pandang Administrasi Negara. Jurnal Sosial Politik. Vol 2, (2), 47–66.
https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/11154/8394.

Meyrina, Rr, Susana dan Andi. (2016). Implementasi Peningkatan Kinerja Merit
Sistem Guna Melaksanakan-Undang Aparatur Sipil Negara No. 5 Tahun
2014 Kementerian Hukum Dan Ham(Performance Improvement By Merit
System Under The Act Of Civil State Number 5 Year 2014 Of.” Jurnal
Ilmiah Kebijakan Hukum. Vol 10, (2), 175–186.

Mitnick, Barry M. (2014).The Theory of Agency Seeks to Understand the


Problems Created When One Party, The. Wiley Encyclopedia of
Management, edited by Professor Sir Cary L Cooper.

Moshinsky, Marcos. (1959). Politiasai Birokrasi Dalam Mutasi Jabatan Struktural


Di Pemerintahan Kabupaten Tabanan Tahun 2021. Nucl. Phys. Vol 13, (1),
104–116.

Muhammad, Elang, et.al. (2022). Corporate Governance and Principal-Agent


Theory : A Critical Review. Jurnal Ekombis Review. Vol 10, (2), 1391–
1404. DOI: https://doi.org/10.37676/ekombis.v10i2

Nurcholidah, Siti. (2019). Netralitas Aparatur Sipil Negara (Asn) Dalam


Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Di Sekretariat Daerah
Kabupaten Tegal. Universitas Pancasakti Tegal,

Nurprojo, Indaru Setyo. (2014). Merit System Dan Politik Birokrasi Di Era
Otonomi Daerah. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS 8, (1), 45–52.

Nugroho, Kandung Sapto, Hardi Warsono, and Tri Yuniningsih. (2020).


Birokrasi Di Indonesia: Kasus Penempatan Pegawai, Politisasi Birokrasi
Atau Merit System?. Journal of Public Administration and Local
Governance 4, (2) 96–110.
https://jurnal.untidar.ac.id/index.php/publicadminis/article/view/3488.
83

Osvaldo Sahambangun, Novie Pioh dan Welly Waworundeng. (2019).


Manajemen Sistem Aparatur Sipil Negara (Studi Tentang Sistem Merit
Dalam Penempatan Jabatan Pimpinan Tertinggi Di Lingkungan
Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Sangihe). Jurnal Eksekutif. Vol 3, (3),
1–13.

Panda, Brahmadev, dan N M Leepsa. (2017). Agency Theory : Review of Theory


and Evidence on Problems and Perspectives. Indian Journal of Corporate
Governance. DOI: 10.1177/0974686217701467

Perdana, Gema. (2019). Menjaga Netralitas ASN Dari Politisasi Birokrasi


(Protecting The ASN Neutrality From Bureaucracy Politicization).” Negara
Hukum: Membangun Hukum untuk Keadilan dan Kesejahteraan. Vo 10,
(1), 109–128.

Pranoto, et. al. (2016). Pengaruh Koneksi Politik Dan Corporate Governance
Terhadap Tax Aggressiveness.” Paper presented at the Seminar Nasional
Dan The 3rd Call for Syariah Paper. (2012), 472–486.

Purnomo, et.al. (2020). Politik Mutasi Jabatan Struktural Pegawai Negeri Sipil
Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hilir.” Jurnal Kemunting. Vol 1, (2) ,
163–182.

Purnima, Dewi. (2008). Administration Lies Outside the Proper Sphere of Politics
. Administration Questions Are Not Political Questions ; Although Politics
Sets the Tasks for Administration , It Should Not Be Suffered to Manipulate
Its Offices.

Rizki Muhralin Rayadi, dan Erman M. (2011). Politisasi Birokrasi Pada Pemilihan
Umum Kepala Daerah (Studi Mobilisasi Pegawai Negeri Sipil Di
Pemerintah Daerah Kabupaten Siak Tahun 2011). Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau 1–14.

Sary Agustina Lia . (2012). Politisasi Birokrasi Pasca Pemilihan Kepala Daerah
(Studi Di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010). Univaersitas
Lampung. 1-112.

Sekaran, Charles O, et al. (2018). Dampak Politsasi Birokrasi Pasca Pemilihan


Kepala Daerah Pada Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu.” Pakistan
Research Journal of Management Sciences 7, (5) 1–2.

Sen. (1987). The Standard of Living. Annual Review Sociology. Vol 31, (1), 263–
284.
84

Sembiring, Walid Musthafa. (2020). Birokrasi Dan Kekuasaan Politik Lokal:


Politisasi Birokrasi Atau Birokrasi Berpolitik? Nusantara: Jurnal Ilmu
Pengetahuan Sosial. Vol 7, (2), 408–420.

Suwanta, Bustamil Muhdin. (2020). Politisasi Birokrasi Dalam Proses Pergantian


Pejabat Struktural Di Provinsi Maluku Utara Pasca Pilkada Tahun 2014-
2017 (Studi Kasus Pada Pemerintahan Daerah Provinsi Maluku Utara).
Jurnal AKRAB JUARA. Vol 5, (1), 190–202.

Susanti, Rika Yanita, dan Khairul Fahmi. (2022). Relasi Birokrat Dan Politisi
Dalam Pilkada Gubernur Sumatera Barat Tahun 2020. Indonesian Journal
of Religion and Society. Vol 4, (1), 41–49.

Syamsir, Ahmad. (2020). The Role of Civil Society in the Public Sector in
Indonesia. TEMALI : Jurnal Pembangunan Sosial (3), no. hlm 323–330.

Tauhid, T, dan M Ishaka. (2020). Model Relasi Politik Birokrasi Dalam Persepsi
Pejabat Publik (Suatu Studi Pada Pemerintah Kota Bima). Prosiding
Seminar Nasional. 224–234.
http://e-journallppmunsa.ac.id/index.php/ippemas2020/article/view/159.

Teguh Setyabudi, at.el. (2020). Dinamika Pemilihan Kepala Daerah Langsung Di


Provinsi Sulawesi Tenggara. PAPATUNG: Jurnal Ilmu Administrasi Publik,
Pemerintahan dan Politik. Vol 3, (1), 256–269.

Tommy, Aidinil Zetra, and Asrinaldi Asrinaldi. “Upaya Depolitisasi Birokrasi


Oleh Birokrasi Pemerintah Kota Padang Melalui Pemilu Gubernur Sumatera
Barat 2020.” Indonesian Journal of Religion and Society 4, no. 1 (2022):
58–68.

Wisura, G. (2008). Demokratisasi Dan Problem Netralitas Birokrasi Di


Indonesia.” Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS. Vol 2, (2), 31–42.
https://jurnal.bkn.go.id/index.php/asn/article/view/152.

Yudiatmaja, W. E. (2015). Politisasi Birokrasi: Pola Hubungan Politik dan


Birokrasi di Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN), 3(1), 10-
28.

Blog :

Edhi, Sarwo (2021). Kepala BKPSDMA Taliabu Umumkan Pemutasian 202


ASN.Blog..https://mimbarrakyat.co.id/2021/09/02/kepala-bkpsdma-
taliabu- umumkan-pemutasian-202-asn/. [Diakases 7 Maret 2022 : Pukul
09:12 WIT]

https://taliabukab.go.id/web/web/pages/7/visi-dan-misi [Diakes 1 Januari 2023,


85

Pukul 21:00 WIT]

Wikipedia (2022). Pemilihan umum Bupati Pulau Taliabu 2020.


https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_Bupati_Pulau_Taliabu_2
020. [Diakses 3 Maret 2023 : Pukul 23:45 WIB]

Nurita Dewi (2019). Pilkada Serentak 2020 Diikuti 270 Daerah, Ini Rinciannya.
https://nasional.tempo.co/read/1214427/pilkada-serentak-2020-diikuti-
270-daerah-ini-rinciannya. [Diakses 4 Maret 2023 : Pukul 03:00 WIB]

Undang-Undang atau Peraturan :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Pembentukan


Kabupaten Pulau Taliabu Di Provinsi Maluku Utara.
https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur


Sipil Negara.
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2014/5TAHUN2014UU.htm.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan


Umum Presiden Dan Wakil Presiden.
https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/28540/undangundang-
nomor- 42-tahun-2008/document#!

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Pembentukan


Kabupaten Pulau Taliabu Di Provinsi Maluku Utara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian.
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1974/8tahun~1974uu.htm

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan


Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
KEPEGAWAIAN.https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1999/43tahun~19
99uu. htm.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 63 Tahun 2020 Tentang Penetapan


Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang


Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2010/53TAHUN2010PP.HTM

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai Negeri


Sipil menjadi anggota partai politik.
86

http://itjen.kemenag.go.id/sirandang/peraturan/366-37-peraturan-
pemerintah- nomor-37-tahun-2004-tentang-larangan-pegawai-negeri-
sipil-menjadi-anggot

Anda mungkin juga menyukai