Anda di halaman 1dari 94

SKRIPSI

PENERAPAN INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI DINAS


KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL
KABUPATEN ENREKANG

Disusun dan diusulkan oleh

NUR AYYUL HISBANI


Nomor. Stambuk : 10561 3366 09

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015

i
ii
SKRIPSI

PENERAPAN INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI DINAS


KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
KABUPATEN ENREKANG

Disusun dan diusulkan oleh

NUR AYYUL HISBANI

Nomor Stambuk : 10561 3366 09

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Nur Ayyul Hisbani

Nomor Stambuk : 10561 3366 09

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan

plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari

pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai

aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 2015

Yang Menyatakan

Nur Ayyul Hisbani

iv
ABSTRAK

NUR AYYUL HISBANI. 2015. Penerapan Inovasi Pelayanan Publik di Dinas


Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang. (Dibimbing oleh
Musliha Karim dan Hj.Ihyani Malik)

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang


merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kependudukan dan
pencatatan sipil. Dari sekian banyak pelayanan dalam bidang pencatatan sipil
yang diberikan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Enrekang, salah satu pelayanan yang diberikan adalah pelayanan Elektronik KTP
(e-KTP) bagi masyarakat Kabupaten Enrekang. Kondisi penerapan inovasi
pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil masih dihadapkan
pada sistem pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta kualitas sumber
daya manusia aparatur yang belum memadai
Jenis penelitian adalah kualitatif dengan menggambarkan bentuk
penerapan inovasi pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Enrekang. Tipe penelitian adalah studi kasus, Dalam pengumpulan
data digunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan teknik
untuk menganalisis data digunakan reduksi data, sajian data dan penarikan
kesimpulan. Keabsahan data digunakan tiga triangulasi yaitu waktu, sumber, dan
teknik. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penerapan inovasi pelayanan
publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan inovasi pelayanan publik
berupa pelayanan e-KTP yang terdiri dari : 1) Relative Advantage (Keuntungan
Relatif; 2)Compability (Kesesuaian); 3)Complexity (Kerumitan); 4)Triability
(Kemungkinan dicoba); 5)Observability (Kemudahan diamati) dapat dikatakan
berkualitas karena dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat penerima
layanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Enrekang.

Kata kunci: Penerapan Inovasi, Pelayanan Publik

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Penerapan Inovasi Publik di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang.” Skripsi ini merupakan tugas akhir yang

diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu

Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang

tua tercinta, Ayahanda Abd. Jalal Ishad,S.Pd dan Ibunda Nenni yang telah

mendidik dan membimbing saya dari kecil hingga dewasa dan selalu memberikan

pelajaran yang berharga, serta yang terhormat Kedua pembimbing penulis yaitu

Ibu Dra.Musliha Karim, M.Si sebagai pembimbing pertama dan Ibu Dr.Hj.Ihyani

Malik, S.Sos,M.Si sebagai pembimbing kedua yang telah meluangkan waktunya

dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis walaupun disibukkan

dengan aktivitas lain.Ucapan terimakasih yang tak terhingga juga saya haturkan

kepada :

1. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

vi
2. Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar atas segala bimbingan yang telah diberikan selama

ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang tak pernah

lelah memberikan masukan dan menyumbangkan ilmunya sejak memasuki

perkuliahan hingga penulis menyelesaikan studi.

4. Kakak Nur Afriyani dan adik tercinta Muh. Agung Afira yang selalu memberi

saya semangat dan dorongan untuk menjadi orang yang sukses dalam meraih

gelar sarjana.

5. Bapak Anwar Sawati,S.Pd Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Enrekang beserta staff yang telah memberikan ijin dan turut

membantu dalam kelancaran penelitian ini.

6. Sahabat-sahabat saya yang tak pernah bosan memberikan motivasi, serta

seluruh rekan-rekan Ilmu Administrasi Negara UNISMUH Makassar

angkatan 2009 dan Semua pihak yang telah banyak membantu dalam

penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan tiada manusia yang luput

dari salah dan khilaf. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan

yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga

saran dan kritik tersebut menjadi motivasi kepada penulis untuk lebih tekun lagi

vii
belajar. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapaat memberikan sumbangan

yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Amin.

Makassar, 2015

Penulis,

Nur Ayyul Hisbani

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ....................................................... ii


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
HALAMAN PENERIMAAN TIM ............................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............. v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL................................................................................. ....... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1


B. Perumusan Masalah .......................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penerapan ............................................................................. 9


B. Konsep Inovasi .................................................................................. 9
C. Penerapan Inovasi Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik ............ 13
D. Konsep Pelayanan Publik .................................................................. 15
E. Kerangka Pikir .................................................................................. 20
F. Fokus Penelitian........................................................................ ......... 21
G. Deskripsi Fokus Penelitian.......................................................... ....... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................ 23


B. Jenis dan Tipe Penelitian ................................................................... 23
C. Sumber Data ...................................................................................... 24
D. Informan Penelitian ........................................................................... 24
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 25
F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 26
G. Keabsahan Data ................................................................................. 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Lokasi Penelitian ........................................................ 29


B. Karakteristik Informan ...................................................................... 33
C. Penerapan Inovasi Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang .............................................. 37

ix
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 80
B. Saran .................................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 83

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Nama Informan Penelitian................................................ 25

Tabel 2 Keadaan Pegawai Berdasarkan Golongan Kepangkatan................ 39

Tabel 3 Sarana dan Prasarana.......................................................................40

Tabel 4 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur.....................................44

Tabel 5 Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin....................... 45

Tabel 6 Karakteristik Informan Berdasarkan Masa Kerja.................... 45

Tabel 7 Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan............. 46

Tabel 8 Karakteristik Informan Berdasarkan Jabatan............................... 47

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penerapan inovasi pelayanan publik merupakan hal, cara atau hasil dalam

mempraktekkan, memasangkan sebagai kebijakan strategis untuk memulai

pengembangan tata pemerintahan yang baik (good governance). Inovasi pelayanan

publik selama ini menjadi ranah dimana negara yang diwakili oleh pemerintah

berinteraksi dengan lembaga-lembaga non-pemerintah. Dalam ranah ini terjadi suatu

interaksi yang sangat intensif antara pemerintah dengan warganya. Buruknya praktek

governance dalam penyelenggaraan pelayanan publik sangat dirasakan oleh warga

dan masyarakat luas. Ini berarti jika terjadi perubahan yang signifikan pada ranah

pelayanan publik dengan sendirinya dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh

warga dan masyarakat luas. Oleh karena itu, harapan untuk bisa mendapatkan

pelayanan yang terbaik kini mulai digantungkan kepada organisasi pemerintah

(Prianto,2006:12)

Penerapan inovasi pelayanan publik bagi setiap organisasi dalam era global

membawa dampak dalam setiap pelayanan yang diberikan kepada masyarakat,

sehingga dapat mempengaruhi meningkatnya pelayanan yang baik. Salah satu

instansi pemerintahan yang bergerak di bidang pelayanan publik, yaitu Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang bertugas menyediakan pelayanan kepada

masyarakat terkait kepengurusan kartu tanda penduduk (KTP), ataupun akte kelahiran

1
1
2

yang meningkat kebutuhannya setiap tahunnya. Masyarakat setiap waktu selalu

menuntut pelayanan publik yang baik dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering

tidak sesuai dengan harapan karena pada kenyataannya pelayanan publik yang terjadi

selama ini masih bercirikan berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan.

Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak

yang “melayani” bukan yang dilayani. Oleh karena itu, pada dasarnya dibutuhkan

reformasi pelayanan publik dengan mengembalikan dan mendudukkan “pelayan” dan

yang “dilayani” ke pengertian yang sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya

ditujukan pada masyarakat umum terkadang dibalik menjadi pelayanan masyarakat

terhadap negara, meskipun negara berdiri sesungguhnya adalah untuk kepentingan

masyarakat (Sinambela, 2006:4).

Sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 pasal 7 ayat

(4) huruf c, tentang pelayanan publik, maka ditetapkan pada tahun 2014 sebagai

tahun inovasi pelayanan publik sebagai upaya memfokuskan kebijakan dan

implementasi kebijakan terarah, mendalam dan bersinambungan dalam membangun

inovasi pelayanan publik di lingkungan kementerian/lembaga/pemerintah daerah

yang diharapkan akan mendorong percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi

(Kepmenpan, 2013:12-15). Orientasi dari inovasi pelayanan publik adalah kepuasan

masyarakat pengguna jasa pelayanan. Menurut Damanpour dalam Suwarno, (2008:9)

mengatakan bahwa pelayanan inovasi dapat berupa produk atau jasa yang baru,

teknologi yang baru, teknologi proses produksi yang baru, sistem struktur dan

administrasi baru atau rencana baru bagi anggota organisasi. Membangaun inovasi
3

pelayanan yang prima harus dimulai dari mewujudkan atau meningkatkan

profesionalisme SDM untuk dapat memberi pelayanan terbaik. Penerapan inovasi

pelayanan publik merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu

maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah

dirumuskan.Namun demikian kendala terbatas pada sumber daya manusia (SDM)

yang berkompeten harus menjadi tantangan yang mesti dihadapi, seiring dengan

tuntutan masyarakat mengenai perlu dilakukannya perbaikan kinerja birokrasi

pelayanan publik telah menjadi wacana sampai saat ini. Maraknya isu demokratisasi

telah menempatkan publik pada posisi yang kuat untuk menuntut hak-hak mereka

ketika berhubungan dengan birokrasi pelayanan publik yang diberikan oleh penyedia

layanan, baik dari instansi pemerintah maupun swasta (Subarsono, 2006:135).

Dasar sistem administrasi kependudukan merupakan sub sistem dari sistem

administrasi negara, yang mempunyai peranan penting dalam pemerintahan dan

pembangunan penyelenggaraan administrasi kependudukan. Hak asasi setiap orang di

bidang pelayanan administrasi kependudukan, peningkatan kesadaran penduduk dan

kewajibannya untuk berperan serta dalam pelaksanaan administrasi kependudukan,

pemenuhan data statistik kependudukan dan statistik peristiwa kependudukan,

dukungan terhadap perencanaan pembangunan sistem administrasi kependudukan

guna meningkatkan pemberian pelayanan publik tanpa diskriminasi.

Sejalan dengan arah penyelenggaraan administrasi kependudukan, maka

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil sebagai sub-sub sistem pilar dari

administrasi kependudukan perlu ditata dengan sebaik-baiknya agar dapat


4

memberikan manfaat dalam perbaikan pemerintahan dan pembangunan. Kemajuan

teknologi yang sangat cepat mengharuskan instansi mengikuti perkembangan

teknologi. Perkembangan Teknologi Informasi yang kian pesat menimbulkan suatu

revolusi baru berupa peralihan sistem kerja yang konvensional ke era digital.

Perubahan ini juga telah merubah cara pandang setiap orang dalam melakukan

berbagai kegiatan salah satunya adalah pada kegiatan instansi pemerintah. Untuk itu

suatu instansi membutuhkan suatu sistem informasi yang mendukung

Salah satu pelayanan terhadap masyarakat adalah pengelolaan pendaftaran

penduduk yang merupakan tanggung jawab pemerintah kota/kabupaten, dimana

dalam pelaksanaannya diawali dari desa/kelurahan selaku ujung tombak pendaftaran

penduduk, hingga setiap warga terdaftar secara administrasi sebagai warga negara

Indonesia dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

administrasi kependudukan. Dalam pelayanan tersebut perlu dilakukan dengan benar

dan cepat agar penduduk sebagai pelanggan merasa dapat pelayanan yang

memuaskan.

Sebagai salah satu langkah untuk membantu berbagai pekerjaan mengenai

pendaftaran kependudukan yang sesuai dengan berbagai standar yang diperlukan

maka pemerintah mulai membuat sebuah kebijakan dengan mengadakan program

yang dahulu dikenal dengan Sistem Informasi Manajemen Kependudukan

(SIMDUK) yang dibuat sekitar tahun 1996. SIMDUK adalah sebuah kebijakan yang

diterapkan di daerah kabupaten/kota, dan ditujukan untuk menangani status

kependudukan dengan segala perubahannya. SIMDUK itu sendiri merupakan suatu


5

aplikasi untuk mengelola data kependudukan daerah yang meliputi Kartu Keluarga

(KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte Kelahiran, Sensus Penduduk, dan

Demografi Penduduk. Aplikasinya dapat digunakan untuk mengelola data

kependudukan pada kecamatan atau kelurahan yang lokasinya terpisah, akan tetapi

karena didasarkan pada basis internet maka dapat dikumpulkan di satu titik yaitu

Internet Data Center.

Namun pada pelaksanaannya di lapangan ternyata didapati berbagai

kelemahan SIMDUK sebagai sebuah sistem untuk mengelola data kependudukan.

Dimana masih banyak terdapat pemalsuan identitas karena disebabkan kurang

detailnya data-data mengenai penduduk. Seperti yang terdapat di Kabupaten

Enrekang, ditemukannya berbagai identitas ganda dengan nomor identitas yang

berbeda pula di Kabupaten Bulukumba. Berdasarkan berbagai evaluasi terhadap

kebijakan SIMDUK ini pemerintah dalam hal ini Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang merasa perlu menggantinya dengan sebuah

inovasi yang baru. Inovasi baru itu tentunya juga lebih menjawab segala kebutuhan

yang diperlukan untuk melengkapi data kependudukan.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan, Definisi dari Elektronik KTP (E-KTP) atau kartu tanda penduduk

elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem keamananan /

pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis

pada pada database kependudukan nasional. Penduduk hanya di perbolehkan

memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor induk Kependudukan (NIK). NIK
6

merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor NIK

yang ada di E-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan paspor, surat Izin

mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat

atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya. Dengan adanya E-KTP ini

tentunya masyarakat dapat mendukung peningkatan keamanan Negara melalui

tertutupnya peluang adanya KTP ganda atau KTP palsu dimana selama ini para

pelaku kriminal termasuk teroris, TKI illegal dan perdagangan manusia sering

menggunakan KTP ganda atau KTP palsu tersebut untuk memalsukan identitas diri

agar tidak teridentifikasi oleh pihak berwajib. Jumlah KTP palsu yang sangat besar

tersebut dapat dipastikan bahwa dengan menggunakan KTP manual pemerintah

sering mengalami kecolongan dalam mengawasi penggunaan KTP manual, karena

KTP manual dapat di buat dengan mudah dimana saja, apalagi jika memiliki orang

dalam disebuah instansi kecamatan. Dengan demikian masyarakat yang tidak

bertanggungjawab dapat dengan leluasa melakukan kecurangan dan penyimpangan

dengan menggunakan KTP manual.

Seperti yang terlihat pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Enrekang yang merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang

kependudukan dan pencatatan sipil. Dari sekian banyak pelayanan dalam bidang

pencatatan sipil yang diberikan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Enrekang, salah satu pelayanan yang diberikan adalah pelayanan E-KTP

bagi masyarakat Kabupaten Enrekang. Kondisi penerapan inovasi pelayanan publik

di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil masih dihadapkan pada sistem


7

pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta kualitas sumber daya manusia

aparatur yang belum memadai. Oleh karena begitu pentingnya pelayanan publik bagi

masyarakat, maka penerapan inovasi pelayanan publik harus semakin ditingkatkan.

Inovasi pelayanan publik masih menjadi persoalan yang perlu mendapatkan perhatian

dan perbaikan secara terus menerus. Hal ini dikarenakan dengan masih banyaknya

tuntutan akan perbaikan pelayanan publik sebagai tanda ketidakpuasan akan

pelayanan yang diberikan oleh para birokrat. Kenyataan tersebut, menjadi sesuatu

yang menarik untuk dikaji lebih jauh melalui penelitian ini yang berjudul Penerapan

Inovasi Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Enrekang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana penerapan inovasi pelayanan

publik di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Enrekang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah Untuk

mengetahui penerapan inovasi pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Enrekang


8

D. Kegunaan Penelitian

Melalui proses penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan kegunaan

sebagai berikut:

1. Dapat menambah wawasan bagi para peneliti yang kemudian dapat dikaji lebih

dalam sebagai bahan penelitian berikutnya.

2. Sebagai bahan masukan untuk Pemerintah Daerah, khususnya Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang.

3. Sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar serjana (Strata 1) pada program

studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Muhammadiyah Makassar
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penerapan

Menurut Syafri, Wirman dan Setyoko dalam Israwan, (2008:47) mengatakan

mengatakan bahwa penerapan adalah hal, cara atau hasil. Lebih lanjut dikatakan

bahwa penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan. Menurut Wahab, (2003:45)

beberapa unsur-unsur penerapan antara lain: a) adanya program yang dilaksanakan,

b)adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan

akan menerima manfaat dari program tersebut, c) adanya pelaksanaan, baik

organisasi atau perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan

maupun pengawasan dari proses penerapan tersebut.

B. Konsep Inovasi

Inovasi merupakan konsep yang relatif baru dalam literatur administrasi

publik (Public administration). Menurut Zangwill dalam Ellitan dan Anatan

2009:10), inovasi merupakan suatu hal yang penting dalam mencapai

keunggulankompetitif. Tanpa inovasi, perusahaan akan mati. Perusahaan yang

melakukan inovasi secara terus-menerus akan dapat mendominasi pasar, dengan

kreasi, model dan penampilan produk yang baru. Pada akhirnya dengan strategi

inovasi akan memunculkan keunikan produk yang sulit ditiru pesaing.

Inovasi merupakan konsep yang relatif baru dalam literatur administrasi

publik (public administration). Hasil penelitian Mars dalam Asropi, (2008:247)

9
10

mengungkapkan bahwa sampai tahun 1966 tidak ditemukan publikasi dari

tulisanadministrasi Administrative Reform publik yang mengulastentang inovasi.

Adapun literatur klasikyang memuat konsep inovasi dalam konteks reformasi antara

lain adalah artikel “Innovation in BureaucraticInstitutions” tulisan Alfred Diamant

yang dimuat dalam jurnal Public Administration Review (PAR) pada tahun 1967.

Caiden dalam Asropi, (2008: 247) menguraikan inovasi sebagai bagian dari reformasi

administrasi (administrative reform).

Beberapa tulisan tersebut menandai mulai diperhatikannya inovasi oleh para

pakar administrasi publik.Hanya saja, konsep inovasi kemudian masih belum cukup

popular dalam ranah administrasi publik danreformasi administrasi.Inovasi popular

dalam bidang tersebut baru pada dekade terakhir. Fontana, (2011:18) mengatakan

bahwa Inovasi sebagai keberhasilan ekonomi berkat adanya pengenalan cara baru

atau kombinasi baru dari cara-cara lama dalam mentransformasi input menjadi output

(teknologi) yang menghasilkan perubahan besar atau drastis dalam perbandingan

antara nilai guna yang dipersepsikan oleh konsumen atas manfaat suatu produk

(barang dan atau jasa) dan harga yang ditetapkan oleh produsen. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa, inovasi yang berhasil adalah inovasi yang menciptakan nilai lebih

besar untuk konsumen, untuk komunitas dan lingkungan pada saat yang sama.

Berikut ini beberapa definisi inovasi berdasarkan setiap inisiatif dan upaya

inovasi organisasi perlu diawali dengan memahami dan menyepakati visi dan misi

bersama semua anggota organisasi tentang inovasi itu sendiri termasuk kriteria

keberhasilannya sebagai berikut:


11

Definisi-definisi Inovasi

Item Deskripsi

Menciptakan sesuatu yang baru Merujuk pada inovasi yang menciptakan

pergeseran paradigma dalam ilmu, teknologi,

struktur pasar, keterampilan, pengetahuan dan

kapabilitas.

Menghasilkan hanya ide-ide Merujuk pada kemampuan untuk menemukan

baru hubungan hubungan baru, melihat suatu subyek

dengan perspektif baru dan membentuk

kombinasi-kombinasi baru dari konsep-konsep

lama.

Menghasilkan ide, metode, alat Merujuk pada tindakan menciptakan produk baru

baru atau proses baru. Tindakan ini mencakup inovasi

dan pekerjaan yang diperlukan untuk mengubah

ide atau konsep menjadi bentuk akhir.

Memperbaiki sesuatu yang Merujuk pada perbaikan barang atau jasa untuk

sudah ada memproduksi besar-besaran atau produksi

komersial atau perbaikan sistem.

Menyebarkan ide-ide baru Menyebar dan menggunakan praktik-praktik baru

di dunia.

Mengadopsi sesuatu yang baru Merujuk pada pengadopsian sesuatu yang baru
12

yang sudah dicoba secara atau yang secara signifikan diperbaiki, yang

sukses di tempat lain dilakukan oleh organisasi untuk menciptakan nilai

tambah, baik secara langsung untuk organisasi

maupun secara tidak langsung untuk konsumen.

Melakukan sesuatu dengan cara Melakukan tugas dengan cara yang berbeda

yang baru secara radikal.

Mengikuti pasar Merujuk pada inovasi yang berbasiskan

kebutuhan pasar

Melakukan perubahan Membuat perubahan-perubahan yang

memungkinkan perbaikan berkelanjutan.

Menarik orang-orang inovasi Menarik/merekrut dan mempertahankan

kepemimpinan dan manajemen talenta dan

manajemen manusia (people management) untuk

memandu jalannya inovasi

Melihat sesuatu dari perspektif Melihat pada suatu masalah dari perspektif

yang berbeda berbeda.

Inovasi adalah kesuksesan ekonomi berkat diperkenalkannya cara baru atau

kombinasi baru dari cara-cara lama dalam mentransformasi input menjadi output

yang menciptakan perubahan besar dalam hubungan antara nilai guna dan harga
13

yang ditawarkan kepada konsumen dan atau pengguna. Perluasan definisi; Inovasi

adalah kesuksesan ekonomi dan sosial berkat diperkenalkannya cara baru atau

kombinasi baru dari cara-cara lama dalam mentransformasi input menjadi output

yang menciptakan perubahan besar dalam hubungan antara nilai guna dan harga

yang ditawarkan kepada konsumen dan atau pengguna, komunitas, sosietas,

lingkungan.

Sumber: Goswami dan Mathew (2005); PDMA (2008); De Meyer dan Garg (2005);
Senge dkk (2008), (dalam Avanti Fontana, 2011:20)

C. Penerapan Inovasi dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik

Rogers dalam Suwarno, (2008:9) menjelaskan bahwa inovasi dalam

pelaksanaannya memiliki atribut inovasi antara lain sebagai berikut:

1) Relative Advantage atau keuntungan relatif. Sebuah inovasi harus mempunyai

keuntungan dan nilai lebih dibandingkan dengan inovasi sebelumnya.Selalu ada

sebuah nilai kebaruan yang melekat dalam inovasi yang menjadi ciri yang

membedakan dengan yang lain.

2) Compability atau kesesuaian. Inovasi juga sebaliknya mempunyai sifat

kompatibel atau kesesuaian dengan inovasi yang diganti. Hal ini dimaksudkan

agar inovasi yang lama tidak serta merta dibuang begitu saja selain karena alasan

faktor biaya yang sedikit namun juga inovasi yang lama menjadi bagian dari

proses transisi ke inovasi baru. Selain itudapat memudahkan proses adaptasi dan

proses pembelajaran terhadap inovasi secara lebih cepat.


14

3) Complexity atau kerumitan. Dengan sifatnya yang baru maka inovasi mempunyai

tingkat kerumitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan inovasi sebelumnya.

Namun demikian karena sebuah inovasi menawarkan cara yang lebih baru dan

lebih baik maka tingkat kerumitan ini pada umumnya tidak menjadi masalah yang

penting.

4) Triability atau kemungkinan dicoba. Inovasi hanya bisa diterima apabila telah

teruji dan terbukti mempunyai keuntungan atau nilai lebih dibandingkan dengan

inovasi yang lama.Sehingga sebuah produk inovasi harus melewati fase uji publik

dimana setiap orang atau pihak mempunyai kesempatan untuk menguji kualitas

dari sebuah inovasi.

5) Observability atau kemudahan diamati. Sebuah inovasi harus dapat diamati dari

segi bagaimana iabekerja dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

Atribut seperti itu maka inovasi merupakancara baru menggantikan cara lama

dalam mengerjakanatau memproduksi sesuatu. Namun demikian, inovasi mempunyai

dimensi geofisik yang menempatkannya baru pada suatu tempat namun boleh jadi

merupakan sesuatu yang lama dan biasa terjadi di tempat lain. Karakteristik inovasi di

sektor publik juga relatif berbeda dengan inovasi di sektor bisnis. Karakterisitk atribut

inovasi menurut Rogers diatas, dicoba diguanakan sebagai unit analisis untuk melihat

inovasi pelayanan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatn Sipil Kabupaten

Enrekang. Hal ini dikarenakan inovasi yang ada tidak serta merta muncul begitu saja,

melainkan terdapat suatu tahapan dan hal yang mendasari munculnya inovasi

tersebut.Penerapan inovasi dimaksudkan untuk mencapai kualitas pelayanan yang


15

baik. Menurut Tjiptono (1997:2) kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi

atau melebihi harapan.

D. Konsep Pelayanan Publik

Moenir (2002:26-27) berpendapat bahwa pelayanan adalah kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material

melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi

kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Kurniawan (2009:4) pelayanan publik

diartikan, pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang

mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara

yang telah ditetapkan. Menurut Boediono (2003:59), yang dimaksud dengan

pelayanan publik adalah pelayanan yang dilakukan oleh birokrasi atau lembaga lain

yang tidak termasuk badan usaha swasta, yang tidak berorientasi pada laba (profit).

Pelayanan publik dapat diartikan pula sebagai pemenuh keinginan dan kebutuhan

masyarakat oleh penyelenggara Negara.

pelayanan publik ada lima indikator (Sampara,2000) yang perlu diperhatikan

yaitu :

1. Reliability yang ditandai pemberian pelayanan yang tepat dan benar.

2. Tangibles yang ditandai dengan penyediaan yang memadai sumber daya manusia

dan sumber daya lainnya.

3. Responsiveness yang ditandai dengan keinginan melayani konsumen dengan

cepat.
16

4. Assurance yang ditandai tingkat perhatian terhadap etika dan moral dalam

memberikan pelayanan.

5. Empaty yang ditandai tingkat kemauan untuk mengetahui keinginan dan

kebutuhan konsumen.

Menurut Sinambela (2006:56) pelayanan adalah setiap kegiatan yang

menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan

meskipun hasilnya tidakterikat pada suatu produk secara fisik. Menurut Soetopo

dalam Napitupulu, (2007:164) mendefinisikan pelayanan sebagai suatu usaha untuk

membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Sedangkan

Moenir (2008:27) mendefinisikan pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem

prosedur dan dengan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan

orang lain sesuai dengan haknya. Hal ini menjelaskan bahwa pelayanan adalah suatu

bentuk sistem, prosedur atau metode tertentu yang diberikan kepada orang lain dalam

hal ini pelanggan agar kebutuhan pelanggan tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan

harapan mereka. Pelayanan merupakan suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang

terjadi dalam interaksi langsung antara seorang dengan orang lain atau mesin secara

fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan.

Kotler dalam Napitupulu, (2007:164) menyebutkan sejumlah karakteristik

pelayanan sebagai berikut:


17

1) Intangibility (tidak berwujud); tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, didengar,

dicium, sebelum ada transaksi. Pembeli tidak mengetahui dengan pasti atau

dengan baik hasil pelayanan(service outcome) sebelum pelayanan dikonsusmsi.

2) Inseparability (tidak dapat dipisahkan), dijual lalu diproduksi dan dikonsumsi

secara bersamaan karena tidak dapat dipisahkan. Karena itu, konsumen ikut

berpartisipasi menghasilkan jasa layanan.Dengan adanya kehadiran konsumen,

pemberi pelayanan berhati-hati terhadap interaksi yang terjadi antara penyedia

dan pembeli.Keduanya mempengaruhi hasil layanan.

3) Variability (berubah-ubah dan bervariasi). Jasa beragam, selalu mengalami

perubahan, tidak selalu sama kualitasnya bergantung kepada siapa yang

menyediakannya dan kapan serta dimana disediakan.

4) Perishability (cepat hilang,tidak tahan lama); jasa tidak dapat disimpan dan

permintaannya berfluktuasi. Daya tahan suatu jasa layanan bergantung kepada

situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor.

Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)

keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu

sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Dalam konteks ke-

Indonesiaan, penggunaan istilah pelayanan publik (public service)dianggap memiliki

kesamaan arti dengan istilah pelayanan umum atau pelayanan masyarakat Oleh

karenanya ketiga istilah tersebut dipergunakan secara interchangeable dan dianggap

tidak memiliki perbedaan mendasar. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia

dinyatakan pengertian pelayanan bahwa pelayanan adalah suatu usaha untuk


18

membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Oleh karenanya

pelayanan berfungsi sebagai sebuah sistem yang menyediakan apa yang dibutuhkan

oleh masyarakat.

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (KEPMENPAN)

Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, memberikan pengertian pelayanan publik yaitu

segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan.Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu

bahwa pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada

masyarakat.Karenanya birokrasi publik berkewajiban dan bertanggungjawab untuk

memberikan layanan baik dan profesional.Dimana dalam setiap penyelenggaraan

pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai

jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.Standar pelayanan merupakan

ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati

oleh pemberi dan atau penerima pelayanan.

Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004, standar pelayanan,

sekurang-kurangnya meliputi:

1) Prosedur Pelayanan. yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan

termasuk pengaduan.

2) Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengejuan permohonan sampai

dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.


19

3) Biaya Pelayanan. Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan

dalam proses pemberian pelayanan.

4) Produk pelayanan. Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan.

5) Sarana dan Prasarana. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai

oleh penyelenggara pelayanan publik.

6) Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat

berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang

dibutuhkan.

Sementara itu, kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu perkembangan

yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik, merupakan

indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat. Hal ini berarti masyarakat

semakin sadar akan apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara

dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Masyarakat semakin berani

untuk mengajukan tuntutan, keinginan dan aspirasinya kepada pemerintah.

Masyarakat semakin kritis dan semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa

yang dilakukan oleh pemerintahnya.Dalam kondisi masyarakat seperti digambarkan

diatas birokrasi publik harus dapat memberikan layanan yang lebih profesional,

efektif, sederhana, transparan/terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif sebagai

kapasitasnya untuk memberikan layanan kepada pihak yang membutuhkannya.Selain

itu, dalam kondisi masyarakat yang semakin kritis diatas, pemerintah dituntut harus
20

dapat mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam memberikan pelayanan.Dari

yang suka mengatur dan memerintah berubah menjadi suka melayani.

Penelitian ini merujuk pengertian pelayanan publik menurut Undang-undang

Nomor 25 Tahun 2009 menyatakan bahwa, Pelayanan publik adalah kegiatanatau

rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,

jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan

publik. Pelayanan yang diberikan pada konsumen atau pelanggan dalam hal ini

adalah masyarakat tergantung pada kebutuhan, kemampuan serta keinginan dari

pihak penyedia layanan.

E. Kerangka Pikir

Penerapan inovasi pelayanan publik merupakan langkah untuk meningkatkan

kualitas pelayanan di lembaga pemerintahan. Inovasi memberikan jalan tengah untuk

mempermudah masyarakat dalam mengakses pelayanan yang diberikan oleh lembaga

pemerintah.Adanya penerapan inovasi pelayanan ini diharapkan akan memberikan

peningkatan kualitas pelayanan oleh pemerintah. Penerapan inovasi pelayanan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan dapat dilihat melalui atribut inovasi dengan cara

antara lain:1)Relative Advantage atau keuntungan relatif, 2)Compability atau

kesesuaian, 3) Complexity atau kerumitan, 4)Triability atau kemungkinan dicoba,

5)Observability atau kemudahan diamati untuk mencapai kualitas pelayanan. Berikut

kerangka pikir ini dapat di gambarkan sebagai berikut:


21

Bagan Kerangka Pikir

PENERAPAN INOVASI
PELAYANAN PUBLIK DI
DINAS KEPENDUDUKAN
DAN CATATAN SIPIL
KABUPATEN ENREKANG

Relative Compability Complexity Triability Observability


Advantage (Kesesuaian) (Kerumitan) (Kemungkinan (Kemudahan
(Keuntungan dicoba) diamati)
Relative)

Kualitas Pelayanan Dinas


Kependudukan dan Catatan
Sipil

F. Fokus Penelitian

Penerapan inovasi pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Enrekang. Penerapan inovasi pelayanan publik diartikan, pemberian

layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakatyang mempunyai kepentingan

pada organisasi itusesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan

G. Deskripsi Fokus Penelitian

1) Relative Advantage atau keuntungan relative yaitu; a) sebuah inovasi harus

mempunyai keuntungan dan nilai lebih dibandingkan dengan inovasi sebelumnya,


22

b) selalu ada sebuah nilai kebaruan yang melekat dalam inovasi yang menjadi ciri

yang membedakan denganyang lain.

2) Compability atau kesesuaian yaitu;a) inovasi juga sebaliknya mempunyai sifat

kompatibel atau kesesuaian dengan inovasi yang diganti, b)dapat memudahkan

proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap inovasi secara lebih cepat.

3) Complexity atau kerumitan yaitu; a) sifatnya yang baru maka inovasi mempunyai

tingkat kerumitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan inovasi sebelumnya, b)

inovasi menawarkan cara yang lebih baru dan lebih baik maka tingkat kerumitan

ini pada umumnya tidak menjadi masalahyang penting.

4) Triability atau kemungkinan dicoba, yaitu a)inovasi hanya bisa diterima apabila

telah teruji dan terbukti mempunyai keuntungan atau nilai lebih dibandingkan

dengan inovasi yang lama, b) sebuah produk inovasi harus melewati fase uji

publik dimana setiap orang atau pihak mempunyai kesempatan untuk menguji

kualitas dari sebua inovasi.

5) Observability atau kemudahan diamati yaitu; a) inovasi harus dapat diamati dari

segi bagaimana iabekerja, b) menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

6) Kualitas yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan atau distandarkan. Lebih lanjut

dikatakan bahwa kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya.Suatu produk

dapat berkualitas apabila dapat member kepuasan sepenuhnya kepada konsumen

yakni sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk. Kualitas

merupakan suatu kondisi dinamis yang behubungan dengan produk, jasa,

manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 (dua) bulan lamanya yaitu mulai

Bulan Desember 2014 sampai dengan Bulan Februari 2015. Lokasi utama penelitian

ini adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Enrekang. Alasan

memilih lokasi penelitian karena Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Enrekang adalah sebagai pelaksana kebijakan tentang penerapan inovasi pelayanan

publik guna mendapatkan fakta yang terkait dengan pelayanan publik yang selama ini

menjadi sorotan bagi masyarakat dalam kepengurusan administrasi layanan

kependudukan terkait dengan E-KTP yang dirasakan belum sepenuhnya terlaksana

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong 2002:65). Lebih

lanjut dikatakan bahwa kualitatif menyajikan secara langsung hakikat antara peneliti

dengan sumber data. Karena itu, penelitian ini tidak berangkat dari satu kesimpulan

sementara untuk diuji keberlakuannya di lapangan, melainkan peneliti mengamati di

lapangan dan menyimpulkan data selengkap mungkin sesuai dengan fokus penelitian

sehingga data yang diperoleh merupakan data deskriptif tentang apa yang dikatakan

dan apa yang dilakukan orang berkaitan langsung dengan ruang dan waktu, serta

23
23
24

makna yang diangkat dan bukan karena suatu rekayasa teori. Penelitian ini

dilaksanakan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di Kabupaten Enrekang.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang akan

dideskriptifkan secara kualitatif. Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami batasan

studi kasus dalam penelitian ini.

C. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1) Data primer, yaitu data empiris yang diperoleh dari observasi dan wawancara dari

informa. Jenis data yang ingin diperoleh adalah mengenai inovasi pelayanan E-

KTP pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pinrang serta

data-data lain yang dibutuhkan untuk melengkapi penelitian ini.

2) Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan peneliti dari berbagai laporan-

laporan atau dokumen-dokumen yang bersifat informasi tertulis yang digunakan

dalam penelitian terkait pelayanan E-KTP di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang.

D. Informan Penelitian

Berdasarkan gambaran permasalahan, fokus dan deskripsi fokus yang ada

serta pendekatan penelitian yang digunakan, maka penelitian ini menentukan

informan penelitian sebanyak 7 orang dengan rincian masing-masing di bawah

ini:
25

1. Kepala Bidang Kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Enrekang sebanyak 1 orang

2. Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang

sebanyak 1 orang

3. Kasubag Perencanaan dan Keuangan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Enrekang sebanyak 1 orang

4. Kepala Bidang Pendataan dan Informasi Penduduk Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang sebanyak 1 orang

5. Masyarakat/penduduk yang sementara mengurus E-KTP sebanyak 3 orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, maka teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah:

1. Wawancara

Melalui wawancara maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih

mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi atau fenomena yang

terjadi, dimana hal ini tidak bisa dilakukan melalui observasi. (Sugiyono, 2011:96).

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada Sekretaris Dinas, Kepala Sub

Bagian Perencanaan dan Keuangan, Kepala Bidang Data dan Informasi, Kepala

Bidang Kependudukan dan masyarakat guna melengkapi dan memperdalam hasil

pengamatan sehingga dapat mengungkap bagaimana inovasi pelayanan publik Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Enrekang.


26

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang melibatkan peneliti secara langsung

dalam pengumpulan data, (Sugiyono, 2011:78). Posisi participant observer,

menyediakan suatu cara yang objektif untuk mengumpulkan informasi secara natural

dalam suasana di dalam ruangan/kantor.

3. Dokumentasi

Sugiyono, (2011:98) menyatakan bahwa teknik dokumentasi berupa

pengambilan gambar dan rekaman digunakan untuk memperkaya pengamatan, maka

pengambilan gambar dan rekaman digunakan dalam mengungkap bagaimana inovasi

pelayanan publik yang terjadi di Dinas Kependudukan dan Catatn Sipil di Kabupaten

Enrekang.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif.

Sugiyono, (2011:125). Teknik analisis data digunakan dengan penelaahan data,

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.langkah-langkah menganalisis

data adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan. Hal penting

difokuskan serta diberi susunan yang sistematis sehingga akan lebih

memudahkan. Data yang direduksi adalah data hasil observasi dan wawancara

yang tidak mendukung tema yang dikaji.


27

2. Display data

Display data adalah penyajian data atau informasi berdasarkan apa yang dapat

dilihat dan apa yang diperoleh selama dalam observasi, baik itu dalam bentuk

skema maupun tabel yang bertujuan agar data yang diperoleh menggambarkan

keseluruhan sehingga memudahkan untuk penarikan kesimpulan.

3. Penarikan kesimpulan

Data yang terkumpul kemudian disusun dan selanjutnya diberi

kesimpulan.Penarikan kesimpulan dilakukan setelah data terkumpul lalu

dianalisis secara keseluruhan dan ditinjau dari konsep-konsep yang berhubungan.

G. Keabsahan Data

Pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data

yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber

data yang telah ada. Menurut Sugiyono (2009:368) ada tiga macam triangulasi yaitu,

1. Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang

telah diperoleh melalui beberapa sumber. dideskripsikan, dikategorisasikan, mana

pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari tiga sumber data

tersebut. Data yang telah di analisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu

kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member chek) dengan ketiga

sumber data tersebut


28

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data

diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi.Bila dengan

teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilakan data yang berbeda-beda,

maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan

atau yang lain, untuk mestikan data mana yang dianggap benar.Atau mungkin

semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpul

dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum

banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara

melakukan pengecekan dengan wawancara , observasi, atau teknik lain dalam waktu

atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka

dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian datanya. Triangulasi

dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain

yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.


29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten


Enrekang

Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Enrekang Nomor 01 Tahun 2011 tentang

Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Enrekang Nomor 05 Tahun 2008

tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah

Kabupaten Enrekang untuk melaksanakan urusan Kependudukan, Pencatatan Sipil

dan penyelenggaraan pelayanan pelayanan sesuai bidang tugasnya.

1. Visi Dan Misi

a. Visi

Untuk mewujudkan Rencana strategis tentu perlu ditunjang oleh visi dan misi

yang rasional. Adapun Visi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Erekang yaitu:“Terwujudnya Sistem Administrasi Kependudukan Dan Pencatatan

Sipil Yang Tertib, Akurat Dan Dinamis Menuju Penduduk Yang Berkualitas”.

b. Misi

Misi Dinas Kpendudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang yaitu:

“Mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat dalam bidang administrasi

kependudukan dan pencatatan sipil.”


30

2. Tujuan dan sasaran

a. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Erekang adalah :

1) Meningkatnya pelayanan administrasi kependudukan yang cepat, tepat, mudah,

efektif dan efisien.

2) Mewujudkan dan mengembangkan system penyelenggaraan administrasi

kependudukan dan penctatan sipil yang berbasis SIAK melalui peningkatan

kualitas SDM.

3) Terwujudnya pranata hukum, kelembagaan serta peran serta masyarakat yang

mendukung proses pendaftaran penduduk, pencatatan sipil guna memberikan

kepastian dan perlindungan sesuai hak-hak penduduk.

4) Terwujudnya perencanaan kependudukan sebagai dasar perencanaan dan

perumusan pembangunan daerah yang berorientasi pada peningkatan

kesejahteraan penduduk melalui peningkatan kesadaran masyarakatakan arti

pentingnya administrasi kependudukan.

b. Sasaran

Adapun sasaran sebagai bentuk penjabaran dari tujuan yang telah ditetapkan

di atas, adalah sebagai berikut :

1) Terciptanya iklim yang kondusif bagi terselenggaranya pelayanan administrasi

kependudukan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.


31

2) Meningkatnya kualitas pelayanan informasi dan pengembangan data base

kependudukan.

3) Terciptanya peraturan perundang-undangan yang dapat memberikan kepastian

dan perlindungan sesuai hak-hak penduduk.

4) Terlaksananya program sosialisasi kepada masyarakat dalam rangka peningkatan

kesadaran akan arti pentingnya administrasi kependudukan.

3. Strategi Dan Kebijakan

Sehubungan dengan pencapian tujuan dan sasaran tentunya dibutuhkan

sebuah strategi kebijakan yang harus diterapkan, dalam hal ini Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kabupaten Erekang menerapkan strategi kebijakan sebagai

berikut :

a. Menjadikan faktor kependudukan sebagai titik sentral pembangunan yang

berkelanjutan, hal ini dicapai dengan pemahaman bahwa :

1) Pembangunan yang sasarannya adalah penduduk adalah kegiatan yang

bersifat lintas sektoral, sehingga memerlukan strategi kebijakan

kependudukan yang bersifat terpadu terhadap pengendalian kuantitas, kualitas

dan pengarahan mobilitas yang didukung dengan penyediaan data dan

informasi yang akurat.

2) Dalam rangka menunjang pengelolaan kependudukan pembangunan ditempuh

dengan mengedepankan hak-hak penduduk dan perlindungan social serta

pemberian pemahaman tentang pembangunan yang berwawasan

kependudukan.
32

b. Menyelenggarakan administrasi kependudukan untuk mendorong terakomodirnya

hak-hak penduduk serta perlindungan social, hal ini dapat dicapai dengan cara:

1) Menjadikan pelayanan pendaftaran penduduk, pencatatan sipil dan

pengelolaan informasi dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan

masyarakat.

2) Menerbitkan identitas dan dokumen kependudukan dilaksanakan untuk

memberikan kepastian hukum serta kemudahan dalam pelayanan social

lainnya.

3) Mencegah segala macam bentuk penyalahgunaan pelayanan yang merugikan

masyarakat.

c. Menciptakan sistem administrasi kependudukanmelalui komitmen berbagai pihak

dan peran serta masyarakat.

1) Dalam proses pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil melibatkan peran

serta masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.

2) Pembentukan forum koordinasi dan komunikasi antar berbagai pihak dalam

memecahkan permasalahan administrasi kependudukan.

3) Pengembangan pusat data terpadu sebagai muara pengumpulan biodata

penduduk dari hasil pendaftaran dan pencatatan kejadian vital.

d. Mengelola program dan kegiatan dengan prinsip-prinsip good governance, hal ini

dicapai dengan cara :


33

1) Mengerjakan proses kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta

pengelolaan informasi secara transparan dan memenuhi standar akuntabilitas

kinerja.

2) Pengelolaan seluruh program dilaksanakan oleh tenaga yang memiliki

integritas, dedikasi dan kompetensi serta kemampuan yang professional.

Sebagai langkah tindak lanjut dalam pelaksanaan strategi kebijakan secara

teknis Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Erekang

berusaha melakukan analisa terhadap faktor-faktor kunci keberhasilan dengan

mendekatkan analisis SWOT, sebagai media mengidentifikasi faktor-faktor

internal maupun eksternal pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Enrekang.

B. Karakteristik Informan

a. Umur

Tabel 4 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur

Umur Jumlah Persentasi (%)

<35 2 29%

36-45 4 57%

46-55 1 14%

Total 7 100%

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, Desember Tahun 2014


34

Tabel di atas menunjukkan bahwa karakteristik informan berdasarkan umur

yang paling mendominasi adalah pada kisaran 36-45 tahun sebanyak 4 orang (57%)

sedangkan yang terkecil berada pada kisaran 46-55 tahun sebanyak 1 orang (14%)

dan untuk informan yang berumur di atas 35 adalah 2 orang (29%)

b. Jenis Kelamin

Tabel 5 Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentasi (%)

Laki-Laki 3 43%

Wanita 4 57%

Total 7 100%

Sumber: Hasil olahan data primer, Desember Tahun 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 7 orang informan yang merupakan

informan terbanyak adalah yang berjenis kelamin wanita sebanyak 4 orang (57%)

sedangkan laki-laki sebanyak 3 orang (43%).

c. Masa Kerja

Tabel 6 Karakteristik Informan Berdasarkan Masa Kerja

Masa kerja (tahun) Jumlah Persentasi (%)

<10 2 29%

11-20 2 29%

(Masyarakat) 3 42%

Total 7 100%
Sumber: Hasil Olahan Data Primer,Desember Tahun 2014
35

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa bahwa informan yang masa

kerjanya paling rendah yaitu kurang dari atau sama dengan 10 tahun adalah sebanyak

2 orang (29%), kemudian informan dengan masa kerja antara 11-20 tahun sebanyak 2

orang (29%) dan yang merupakan jumlah terbanyak dari distribusi informan menurut

masa kerja yaitu dari masyarakat yang bukan pegawai Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang sebanyak 3 orang (43%)

d. Tingkat Pendidikan

Tabel 7 Karakteristik Informan menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentasi (%)

SMA 3 43,%

Strata I 3 43%

Strata II 1 14%

Total 7 100%

Sumber: Hasil Olahan Data Primer, Desember Tahun 2014

Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa informan dalam penelitian ini

berdasarkan tingkat pendidikannya yaitu strata II terdiri dari 1 orang (14%) kemudian

informan dengan pendidikan Strata I sebanyak 3 orang (43%), dan yang

berpendidikan SMA sebanyak 3 orang (43%).


36

e. Jabatan

Tabel 8 Karakteristik Informan Berdasarkan Jabatan pada Dinas


Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang

Jabatan Frekuensi Persentasi (%)

Sekretaris 1 14%

Kepala Sub Bagian 1 14%

Kepala Bidang 2 29%

Tidak Ada Jabatan 3 43%


(Masyarakat)

Total 7 100%

Sumber:Hasil olahan Data Primer, Desember Tahun 2014

Data informan pada tabel di atas menunjukkan bahwa informan yang

mempunyai jabatan sebagai sekretaris adalah sebanyak 1 orang (14%), informan yang

menjabat sebagai Kepala Sub Bagian sebanyak 1 orang (14%), informan yang bekerja

sebagai Kepala Bidang sebanyak 2 orang (29%) dan informan masyarakat, dan tidak

bekerja pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang

sebanyak 3 orang (43%)

f. Pendapatan

Tabel 8 Karakteristik informan berdasarkan Pendapatan

Pendapatan Frekuensi Persentasi (%)

<3 Juta 4 57%


3-4 Juta 2 29%
>4 Juta 1 14%
Total 7 100
Sumber:Hasil olahan Data Primer, Desember Tahun 2014
37

Tabel di atas menunjukkan bahwa informan yang mempunyai pendapatan

dibawah 3 juta sebanyak 4 orang (57%), informan yang berpendapatan 3-4 juta

sebanyak 2 orang (29%), informan yang berpendapatan di atas 4 juta sebanyak 1

orang(14%)

B. Penerapan Inovasi Pelayanan Publik Di Dinas Kependudukan Dan


Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang

Penerapan inovasi pelayanan publik berupa program E-KTP di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang terdiri dari 5 indikator

yaitu: 1) Relatif Advantage (Keuntungan Relatif); 2) Compability (kesesuaian); 3)

Complexity (kerumitan); 4) Triability (kemungkinan dicoba); 5) Observability

(kemudahan diamati). Untuk lebih jelasnya kelima indikator tersebut akan di

paparkan lebih jauh dibawah ini:

1. Relative Advantage (Keuntungan Relatif)

Indikator pertama Relative Advantage (Keuntungan Relative) terdiri dari dua

sub variabel yaitu a) Sebuah inovasi harus mempunyai keuntungan dan nilai lebih

dibandingkan dengan inovasi sebelumnya dan b) Selalu ada sebuah nilai kebaruan

yang melekat dalam inovasi yang menjadi ciri yang membedakan dengan yang lain.

keduia sub variabel akan dijelaskan di bawah ini:


38

a) Sebuah inovasi harus mempunyai keuntungan dan nilai lebih dibandingkan


dengan inovasi sebelumnya.

Sebuah inovasi harus mempunyai keuntungan dan nilai lebih dibandingkan

dengan inovasi sebelumnya dalam arti bahwa inovasi program E-KTP harus

mempunyai keuntungan dibanding inovasi sebelumnya yang telah dilakukan oleh

pemerintah dalam hal ini Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Enrekang. adapun keuntungan dari E-KTP. Ketika ditanyakan tentang keuntungan

dari E-KTP, berikut tanggapan dari Kepala Bidang Kependudukan Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang:

“Dengan adanya program E-KTP ini, memudahkan bagi pemerintah dalam


pendataan penduduk karena Tidak akan ada lagi orang/penduduk yang
memiliki lebih dari 1 (satu) KTP walaupun berganti nama ataupun pindah di
daerah lain. Maksudnya jika seseorang telah memiliki E-KTP atau telah
melakukan perekaman data E-KTP di Kota Makassar, dan selanjutnya ia
pindah lagi ke Kabupaten Enrekang untuk melakukan perekaman dan
seterusnya mungkin pindah ke Papua, hanya sia-sia. E-KTP yang ia akan
miliki hanya di Kota Makassar dan tidak akan pernah mendapatkan E-KTP di
daerah lainnya.”(Wawancara TT, 46 Tahun, tanggal 18 Desember 2014 )

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas maka dapat dianalisis

bahwa keuntungan relatif dari inovasi penerapan E-KTP ini memudahkan bagi

pemerintah dalam pendataan penduduk hingga mencegah adanya penduduk yang

memiliki KTP ganda. Terkait keuntungan relatif dari program E-KTP ini, lebih lanjut

Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mengatakan:

“Keuntungan dari E-KTP ini dapat digunakan untuk menangkap dan


mencegah terorisme. Karena hanya memiliki 1 KTP maka seseorang yang
akan pindah di tempat lain tidak dapat pindah seenaknya sebab harus
diketahui oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Asal dan yang dituju.
Kalau ia pindah tanpa surat pindah, ia tidak akan mendapatkan E-KTP di
tempat yang dituju. Selain itu, mungkin seorang teroris tidak melakukan
39

perekaman data E-KTP sehingga tidak memiliki E-KTP, maka dengan


mengadakan razia E-KTP, teroris cepat akan tertangkap.”(Wawancara IR, 35
Tahun, tanggal 18 Desember 2014 )

Berdasarkan keterangan dari informan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa dengan penerapan E-KTP ini memberi keuntungan bagi pemerintah dalam hal

pencegahan dan penangkapan terorisme. Seperti kita ketahui di Negara kita masih

banyak teroris yang belum terdeteksi oleh pemerintah, yang merupakan ancaman

terbesar bagi keamanan Negara kita.

Salah satu fungsi dari E-KTP ini adalah sebagai kartu identitas seseorang.

Ketika terjadi musibah kecelakaan lalu lintas pada seseorang tentunya hal yang

pertama dilakukan adalah mengidentifikasi korban kecelakaan. Terkait hal tersebut,

Informan selaku masyarakat Kabupaten Enrekang memberikan tanggapan sebagai

berikut:

“Keuntungan memiliki KTP yaitu mempermudah mengidentifikasi seseorang.


Salah satu contoh adalah seseorang yang mengalami kecelakaan dan tidak
dapat dikenali lagi begitu juga walaupun KTP lama yang dimiliki orang
tersebut tidak ditemukan, hanya dengan sidik jari tidak perlu pakai KTP yang
bersangkutan dapat diketahui siapa orang tersebut dan dari mana
asalnya.”(Wawancara KS,39 Tahun, tanggal 18 Desember 2014 )

Berdasarkan tanggapan dari Informan di atas dapat dianalisis bahwa dengan

kepemilikan KTP, maka memudahkan bagi pihak kepolisian dalam mengidentifikasi

seseorang yang mengalami musibah kecelakaan lalu lintas.

Sehubungan dengan dengan keuntungan-keuntungan dari E-KTP, informan

dari masyarakat Kabupaten Enrekang menanggapi sebagai berikut:

“Keuntungan dari penerapan E-KTP adalah Melindungi Kreditur dan


mencegah korupsi. Maksudnya adalah jika seseorang memiliki hutang kepada
40

orang lain atau Bank, karena mungkin tidak dapat dilunasi dan akhirnya ia
melarikan diri. Walaupun ia melarikan diri, dapat diketahui dimana ia berada
atau pasti akan kembali lagi ke tempat asalnya karena urusan E-KTP sebab ia
tidak akan pernah memiliki E-KTP di tempat lain. Seorang koruptor tidak
akan bisa lari keluar Negeri sebab penerbitan paspor akan berdasarkan pada
data E-KTP dan tidak dapat menggunakan paspor orang lain atau
menggunakan nama orang lain, dan masih banyak lagi keuntungan
lainnya.”(Wawancara SM, 40 Tahun, tanggal 18 Desember 2014 )

Berdasarkan tanggapan dari informan di atas, dapat dianalisis bahwa salah

satu keuntungan dari penerapan E-KTP yaitu melindungi kreditur dari penipuan dan

mencegah seseorang melakukan tindakan korupsi. Berikut tanggapan dari Kepala Sub

Bagian Perencanaan dan Keuangan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Enrekang:

“Pemerintah Kecamatan juga harus bertanggung jawab penuh dalam


mengimplementasikan program E-KTP ke setiap Desa yang berada di
Kecamatan, Pemerintah Kecamatan diharapkan dapat memainkan peranan
komunikasi dengan kepala Desa agar program E-KTP dapat
diimplementasikan dengan baik. Karena Faktor komunikasi menjadi salah
satu penentu bagi terlaksananya E-KTP. Komunikasi berkaitan dengan
kemampuan menyampaikan, mensosialiasasikan dan mengkoordinasikan E-
KTP. Sehingga masyarakat dapat menyadari dan memahami pentingnya dan
keuntungan memiliki E-KTP.”(Wawancara SR, 30 tahun, tanggal 18
Desember 2014)

Hasil wawancara dengan informan di atas menunjukkan bahwa Pemerintah

wajib menyampaikan, mensosialiasasikan dan mengkoordinasikan E-KTP. sehingga

masyarakat dapat menyadari dan memahami pentingnya dan keuntungan memiliki E-

KTP. Meskipun belum semua masyarakat mampu memahami fungsi dan kegunaan E-

KTP, namun ada juga masyarakat yang cukup memahami. Seperti tanggapan dari
41

informan masyarakat Kabupaten Enrekang terkait fungsi dann kegunaan E-KTP

sebagai berikut:

Dengan adanya E-KTP , diharapkan dapat menjadi sebuah terobosan baru bagi
pemerintah untuk melakukan pengawasan terhadap data kependudukan dan
meminimalisir terjadinya kecurangan-kecurangan lainnya. Ada beberapa
fungsi dan kegunaan E-KTP yang saya ketahui antara lain sebagai identitas
diri, Berlaku secara nasional sehingga tidak perlu membuat KTP lokal di
setiap daerah untuk pengurusan izin sehingga tidak adanya duplikasi KTP dan
data kependudukan, Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP sehingga
adanya data kependudukan yang akurat sehingga program pembangunan oleh
pemerintah menjadi jelas, Dengan adanya data kependudukan yang jelas,
membuat proses pemilu menjadi lebih mudah dan transparan karena tidak
adanya duplikasi pemilihan oleh orang yang sama karena tidak ada lagi KTP
ganda.”(Wawancara HR, 43 Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan tanggapan dari informan di atas, dapat disimpulkan bahwa

program E-KTP dapat menjadi terobosan baru bagi pemerintah untuk melakukan

pengawasan terhadap data kependudukan dan meminimalisir terjadinya kecurangan-

kecurangan terkait data-data kependudukan, sehingga proses pemilu menjadi lebih

mudah dan transparan. Terkait kegunaan E-KTP tersebut, berikut tanggapan dari

Kepala Bidang Pendataan dan Informasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Enrekang:

“Untuk lembaga, baik pemerintah maupun swasta, jika ada warga yang
berkepentingan dengan KTP, maka E-KTP Elektronik dapat digunakan sama
dengan KTP reguler. Jika ada keraguan terhadap E-KTP, maka boleh
ditanyakan langsung ke Kecamatan sesuai domisili, atau bisa langsung ke
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang.”(Wawancara
NK, 37 Tahun, Tanggal 18 Desember)

Berdasarkan tanggapan dari informan di atas, dapat dianalisis bahwa KTP

elektronik dapat juga berfungsi sebagai KTP reguler bagi pihak lembaga Pemerintah
42

maupun Swasta. Namun jika meragukan maka boleh ditanyakan langsung ke

Kecamatan sesuai domisili, atau bisa langsung ke Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas dapat

dikatakan sejalan dengan teori dari Rogers pada indikator Relative Advantage

(Keuntungan Relatif) bahwa sebuah inovasi harus mempunyai keuntungan dan nilai

lebih dibanding dengan inovasi sebelumnya, dimana inovasi pelayanan publik dalam

hal ini program E-KTP, memberikan beberapa keuntungan antara lain memudahkan

pemerintah dalam pendataan penduduk dengan meminimalisir adanya masyarakat

yang memiliki KTP ganda, dapat digunakan dalam pencegahan teroris,

mempermudah pihak yang berwajib mengidentifikasi seseorang yang mengalami

kecelakaan, melindungi kreditur dan mencegah korupsi, mempermudah proses

pemilu dengan adanya data kependudukan yang akurat, dan E-KTP ini dapat menjadi

dasar pembuatan Passport, SIM, dan lain-lain

b) Selalu ada sebuah nilai kebaruan yang melekat dalam inovasi yang menjadi
ciri yang membedakan dengan yang lain.

Setelah dievaluasi tentang maraknya KTP ganda, maka terlebih dahulu di

deteksi penduduk yang mempunyai NIK ganda. Terkait hal tersebut, informan selaku

Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Enrekang mengatakan:

“Dengan adanya pembagian NIK, maka akan lebih memudahkan untuk


mendeteksi penduduk yang memiliki NIK ganda, karena setelah terkoneksi.
Kita bersama daerah lain akan saling konsolidasi data. Jadi semuanya akan
lebih mudah. Jadi penduduk yang datanya ganda. Kita akan ubah jadi satu
43

saja. Soal prosedur pembagian NIK. Seluruh kepala desa dan lurah se-
Enrekang akan dikumpulkan. Di tahap awal, Bapak Bupati Enrekang
menyerahkan secara simbolis, lalu diikuti penyerahan NIK ke para Kepala
Desa, Kemudian Kepala Desa yang akan membagikan langsung ke
warganya,” (Wawancara SR, 30 Tahun, tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan keterangan dari informan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pembagian NIK akan lebih memudahkan mendeteksi indikasi adanya KTP

ganda. Untuk itu langkah-langkah yang diambil adalah seluruh daerah akan saling

konsolidasi data penduduk. Sehubungan dengan pembagian NIK, informan selaku

Kepala Bidang Pendataan dan Informasi Penduduk mengatakan:

“Pembagian NIK itu adalah acuan awal dalam pemberlakuan E-KTP


(Elektronik KTP). Untuk persiapan menggunakan E-KTP, pihak pemerintah
juga telah menyusun tiga agenda. Tiga agenda ini adalah pengumpulan data
penduduk , pembagian NIK (Nomor Induk Kependudukan) dan pemberlakuan
E-KTP. Dalam rangka menunjang pembagian NIK, kami telah menerima alat-
alat penunjang dari pusat yakni blangko dan router (penghubung jaringan dari
daerah ke pusat). Semuanya telah disediakan. Setelah dicetak barulah E-KTP
tersebut dibagikan kepada warga.” (Wawancara NF, 37 Tahun, tanggal 18
Desember 2014)

Berdasarkan keterangan dari informan di atas,, maka dapat disimpulkan

bahwa ada tiga agenda dari pemerintah sebelum E-KTP dibagikan kepada warga

yaitu pengumpulan data penduduk, pembagian NIK dan pemberlakuan E-KTP. Nilai

kebaruan yang melekat dari E-KTP adalah kecanggihan teknologi yang dapat

dimanfaatkan dari E-KTP tersebut, seperti yang dijelaskan oleh Kepala Bidang

Kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang

sebagai berikut

“Selain kelebihan-kelebihan E-KTP, kecanggihan E-KTP dapat dimanfaatkan


untuk pengembangan lebih lanjut lagi. Beberapa sektor yang bisa
44

dimanfaatkan / peluang untuk dikembangkan dari E-KTP di kemudian hari


salah satunya adalah untuk meningkatkan dan mendukung proses bisnis
perbankan, antara lain dalam pembukaan rekening nasabah penabung dan
penerapan ketentuan KYC (Know Your Customer), identifikasi dan
pembentukan CIF (Customer Information File), identifikasi dan persetujuan
pemberian fasilitas kredit dan meminimalkan fraud dalam pelayanan
perbankan.”(Wawancara TT, 46 Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)

Sesuai dengan penjelasan informan di atas, dapat disimpulkan bahwa

beberapa sektor yang bisa dimanfaatkan/peluang untuk dikembangkan dari E-KTP di

kemudian hari salah satunya adalah untuk meningkatkan dan mendukung proses

bisnis perbankan. selain itu E-KTP tersebut memberikan manfaat juga bagi layanan

program bantuan sosial pemerintah pemerintah yang lain seperti Raskin dan Bantuan

Langsung Tunai (BLT). Terkait hal tersebut, informan selaku Sekretaris Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang memberikan tanggapan

sebagai berikut:

“Salah satu ciri yang membedakan KTP konvensional dan E-KTP yaitu
biometrik yang terdapat pada E-KTP. Dengan adanya Biometrik pada kartu E-
KTP bisa menghindari penyalahgunaan identitas penerima bantuan Raskin
dan BLT, juga Sebagai acuan dalam pembayaran pajak sehingga kecurangan
dalam pembayaran pajak dapat diminimalisir.,Sebagai acuan untuk pembuatan
paspor, sehingga tidak adanya pembuatan paspor dengan KTP palsu,
Mengamankan kasus korupsi.Data identitas yang jelas membuat semakin
mudahnya dalam membongkar identitas teroris.”(Wawancara IR, 35 Tahun,
Tanggal 18 Desember 2014)

Beradasarkan tanggapan dari informan di atas, bahwa salah satu ciri yang

merupakan nilai kebaruan dari E-KTP adalah Biometrik yang terdapat pada kartu E-

KTP yang berfungsi untuk menghindari penyalahgunaan identitas penerima bantuan

Raskin dan BLT (Bantuan Langsung Tunai). Terkait teknologi biometrik pada E-
45

KTP, informan selaku masyarakat Kabupaten Enrekang memberi tanggapan sebagai

berikut:

“Yang saya ketahui tentang Teknologi biometrik yang ada pada E-KTP juga
berfungsi sebagai proses verifikasi, untuk memastikan bahwa E-KTP benar-
benar dipegang oleh pemiliknya, yang bermanfaat untuk berbagai kebutuhan
mendapatkan hak seperti jaminan kesejahteraan sosial, bantuan langsung tunai
dan lain-lain. Untuk berbagai kebutuhan tersebut, E-KTP juga membutuhkan
alat pembaca kartu (card reader) yang juga telah disiapkan
prototipenya.”(Wawancara KS, 39 Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan tanggapan dari informan di atas, dapat dianalisis bahwa teknologi

biometrik yang ada pada E-KTP berfungsi sebagai proses verifikasi yang bermanfaat

bagi masyarakat untuk mendapatkan hak seperti jaminan kesejahteraan sosial dan

program pemerintah lainnya.

Terkait nilai kebaruan yang melekat pada E-KTP, Lebih lanjut Kepala Bidang

Pendataan dan Informasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Enrekang memberikan tanggapan sebagai berikut :

“Kartu E-KTP Berbeda dengan Kartu elektronik lainnya seperti Kartu Kredit
dan kartu ATM yang hanya sekedar kartu dan berbasis magnetic stripe yang
datanya terbatas. Namun E-KTP sudah berbasis kartu pintar karena
menggunakan chip, seperti kartu kredit keluaran baru yang memuat data
besar. Chip pada E-KTP, berbasis mikroprosesor dengan memori 8 kilobytes
yang tak ubahnya komputer kecil penyimpan data serta memiliki kemampuan
memprosesnya.”(Wawancara NK, 37 Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)

Beradasarkan tanggapan dari informan di atas dapat dianalisis bahwa nilai

kebaruan yang ada pada E-KTP adalah E-KTP sudah berbasis kartu pintar karena

menggunakan chip. Chip pada E-KTP berbasis mikroprosesor dengan memori 8

Kilobytes.
46

Kemudian dilanjutkan dengan tanggapan dari informan masyarakat lainnya

Kabupaten Enrekang terkait nilai kebaruan yang melekat pada E-KTP yang menjadi

ciri yang membedakan dengan inovasi sebelumnya sebagai berikut:

“Sidik jari sebagai autentikasi untuk E-KTP memiliki kelebihan-kelebihan


seperti biaya paling murah, lebih ekonomis daripada biometrik yang lain,
Bentuk dapat dijaga tidak berubah karena gurat-gurat sidik jari akan kembali
ke bentuk semula walaupun kulit tergores, sangat unik dan tidak ada
kemungkinan untuk sama walaupun orangnya kembar.”(Wawancara SM, 40
Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan tanggapan dari informan di atas, dapat dianalisis bahwa salah

satu nilai kebaruan dari E-KTP yaitu sidik jari sebagai autentikasi untuk E-KTP

dengan biaya paling murah dan lebih ekonomis daripada biometrik yang lain.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas, dapat

dikatakan sejalan dengan teori Rogers pada indikator Relative Advantage

(Keuntungan Relatif) yang menjelaskan bahwa dalam inovasi selalu ada nilai

kebaruan yang melekat dan menjadi ciri yang membedakan dengan yang lain.

Terlihat bahwa Inovasi E-KTP yang dicanangkan oleh pemerintah menunjukkan

bahwa nilai kebaruan yang melekat dalam E-KTP yang menjadi ciri yang

membedakan yaitu adanya pembagian NIK yang merupakan acuan awal dari

pembuatan E-KTP, kemudian adanya biometrik pada E-KTP yang berfungsi untuk

menghindari penyalahgunaan identitas penerima Bantuan Sosial Program Pemerintah

dan sidik jari pada E-KTP yang tidak dimiliki oleh KTP Konvensional.
47

2. Compability (Kesesuaian)

Indikator kedua dari inovasi pelayanan publik terdiri dari dua sub variabel

yaitu; a) Inovasi juga sebaliknya mempunyai sifat kompatibel atau kesesuaian dengan

inovasi yang diganti; b) Dapat memudahkan proses adaptasi dan proses pembelajaran

terhadap inovasi secara cepat. Kedua sub variabel tersebut akan dikemukakan

dibawah ini:

a) Inovasi mempunyai sifat kompatibel atau kesesuaian dengan inovasi yang


diganti

Inovasi juga sebaliknya mempunyai sifat kompatibel atau kesesuaian dengan

inovasi yang sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar inovasi yang lama tidak serta

merta dibuang begitu saja selain karena alasan faktor biaya yang sedikit namun juga

inovasi yang lama menjadi bagian dari proses transisi ke inovasi baru. Inovasi

program E-KTP yang dicanangkan secara serentak ke seluruh indonesia dapat

dikatakan sesuai dengan inovasi atau program inovasi sebelumya, yaitu pelayanan

KTP manual. Namun program pembuatan KTP sebelumnya membuat masyarakat

tidak puas dengan pelayanan aparatur, bukan hanya dalam pengurusan KTP saja tapi

dalam pengurusan dokumen-dokumen lain di Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupeten Enrekang. Terkait tentang kesesuaian inovasi E-KTP dengan inovasi

sebelumnya, Berikut tanggapan dari Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Enrekang mengatakan bahwa:

“Inovasi E-KTP ini saya kira masih sesuai dengan KTP manual, penerapan E-
KTP secara nasional merupakan hal yang penting dalam penataan sistem
administrasi kependudukan sesuai dengan amanat undang – undang nomor 23
tahun 2006 tentang administrasi kependudukan. Adapun beberapa manfaat E-
48

KTP yang diharapkan masih sesuai dengan kebutuhan masyarakat,


mempermudah masyarakat untuk mendapatkan pelayanan untuk pengurusan
berbagai izin dari lembaga pemerintahan, dan NIK di E-KTP untuk menjadi
dasar penerbitan SIM, NPWP, Paspor.”(Wawancara IR, 35 Tahun, tanggal 18
Desember 2014)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa Program E-KTP ini masih sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Lebih lanjut Kepala Bidang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Enrekang menanggapi sebagai berikut:

“Dengan adanya pembagian NIK Juga mencegah dan menutupnya peluang


adanya KTP ganda dan KTP palsu, untuk mendukung terwujudnya database
kependudukan yang akurat, dapat mendukung peningkatan keamanan Negara
sebagai dampak positif dari peluang KTP ganda dan KTP palsu, untuk
berbagai upaya telah dilakukan untuk mensukseskan program E-KTP
termasuk percepatan pada tahun 2014, pemerintah telah melakukan koordinasi
antar instansi dan antar daerah, membentuk system, pedoman, dan standar
serta melakukan pembinaan, pembimbingan, supervise, pemantauan, evaluasi
dan konsultasi kepada pemerintah daerah kabupaten / kota terkait program E-
KTP.”(Wawancara TT, 46 Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan tanggapan dari informan di atas dapat dianalisis bahwa dengan

pembagian NIK akan mencegah dan menutup peluang adanya KTP palsu ,

mendukung terwujudnya database kependudukan yang akurat dan mendukung

peningkatan keamanan negara. Inovasi penerapan E-KTP ini dapat dikatakan sesuai

dengan inovasi sebelumnya berupa KTP Manual yang manfaatnya masih sama

dengan E-KTP yaitu sebagai bukti identitas diri. Meskipun E-KTP mempunyai lebih

banyak keunggulan dibanding KTP manual, namun masih banyak masyarakat yang

belum mengetahuinya, sehingga ketika program E-KTP ini mulai dicanangkan,


49

respon masyarakat ada yang pro dan ada juga yang kontra. terkait hal tersebut, berikut

tanggapan dari Masyarakat Kabupaten Enrekang:

“Berbagai macam respon masyarakat terkait program E-KTP ini, ada yang
mendukung ada juga yang tidak, terjadi pro dan kontra, mengingat E-KTP
merupakan sesuatu yang baru dan yang pertama di laksanakan di daerah ini, di
sini di tuntut agar para pegawai dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,
berupa sosialisasi dengan menjelaskan sebaik mungkin tentang prosedur
pelaksanaan E-KTP dan manfaat E-KTP bagi masyarakat, agar penerapan E-
KTP berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan,
misalnya tahap perekaman, pemotretan,dan sidik jari.”(Wawancara HR, 43
tahun, tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan tanggapan dari informan di atas maka dapat dianalisis bahwa

program E-KTP yang merupakan hal baru bagi masyarakat tentunya menuai pro dan

kontra, untuk itu dituntut melaksanankan sosialisasi terkait prosedur E-KTP serta

manfaatnya. Mengenai kesesuaian E-KTP dengan KTP konvensional atau KTP lama,

informan selaku masyarakat Kabupaten Enrekang memberikan tanggapan sebagai

berikut:

“Setelah saya membandingkan antara KTP yang model lama dan KTP
elektronik atau disebut juga E-KTP, saya belum melihat adanya kesesuaian,
hanya ada beberapa perbedaan yang saya temukan, pada KTP lama masih ada
tanda tangan Kepala Kelurahan, sedangkan di E-KTP sudah tidak ada lagi
tanda tangan pak lurah. Di KTP lama ada stempel kelurahan, sedangkan di E-
KTP sudah tidak ada lagi. Di KTP lama tidak ada kolom kewarganegaraan, di
E-KTP tersedia keterangan kewarganegaraan. Di KTP lama tidak ada
hologram, sedangkan di E-KTP tanda hologram amat jelas. dalam pengurusan
KTP yang lama, saya butuh waktu tak lebih dari satu minggu, sedangkan di E-
KTP butuh hampir 12 bulan.”(Wawancara HR, 40 Tahun, Tanggal 18
Desember 2014)

Berdasarkan tanggapan dari informan di atas dapat dianalisis bahwa setelah

membandingkan antara E-KTP dan KTP konvensional, masyarakat tersebut tidak


50

menemukan adanya kesesuaian diantara keduanya, namun beberapa informan

menemukan kesesuaian dari segi pemahaman akan fungsi dan kegunaan E-KTP serta

prosedur pengurusan E-KTP

b) Dapat memudahkan proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap


inovasi secara lebih cepat.
Upaya Pemerintah dalam hal ini Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Enrekang untuk memudahkan proses adaptasi dan proses pembelajaran

terhadap inovasi program E-KTP yaitu pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat

Kabupaten Enrekang tentang prosedur program E-KTP, berikut tanggapan dari

Kepala Bidang Kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Enrekang:

“Untuk memudahkan masyarakat beradaptasi dan belajar tentang manfaat E-


KTP, maka kami mengadakan sosialisasi kepada masyarakat, agar masyarakat
menjadi paham terhadap program E-KTP, sehingga ketika ingin mengurus E-
KTP masyarakat tahu apa hak dan kewajiban yang harus dipenuhinya. Selama
ini masyarakat hanya mengetahui tata cara pengurusan KTP manual, sehinga
apa yang telah menjadi target pemerintah yaitu pelayanan yang baik bagi
masyarakat dalam penerapan E-KTP disetiap warga masyarakat wajib KTP
dapat terealisasi dengan baik.”(Wawancara HR, 43 tahun, tanggal 18
Desember 2014)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas, dapat disimpulkan

bahwa Dengan adanya sosialisasi tersebut masyarakat menjadi paham terhadap

program E-KTP, sehingga ketika ingin mengurus E-KTP masyarakat tahu apa hak

dan kewajiban yang harus dipenuhinya.


51

Upaya Pemerintah yang lain agar dapat memudahkan proses adaptasi dan

proses pembelajaran terhadap inovasi program E-KTP secara lebih cepat yaitu

dengan menempatkan sumber daya aparatur yang memadai. Berikut tanggapan

Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Enrekang:

“Pemerintah Kabupaten Enrekang telah mempersiapkan 8 orang tenaga


operator E-KTP pada setiap Kecamatan, yaitu Operator yang bertugas
mengentri data, mengambil foto, sidik jari dan tanda tangan wajib KTP. Dari
8 orang tenaga operator tersebut, 7 orang merupakan PNS fungsional umum
dan 1 orang tenaga honorer, namun kenyataan di lapangan jauh berbeda,
karena jumlah sumber daya aparatur berupa petugas yang tersedia dalam
penerapan program E-KTP di Kecamatan tidak mencukupi untuk melayani
semua masyarakat yang membutuhkan E-KTP. Dimana kebutuhan dalam
pelayanan E-KTP ini minimal membutuhkan 10 tenaga operator, yaitu dengan
perkiraan 4 orang untuk entri data, 2 orang untuk pengambilan foto, 2 orang
untuk sidik jari dan 2 orang untuk tanda tangan”(Wawancara SR,30 Tahun,
tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan tanggapan dari informan di atas, dapat dianalisis bahwa

ketersediaan sumber daya manusia berupa petugas atau operator pelayanan E-KTP

juga merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan dipertimbangkan.

Pemerintah juga seharusnya dapat mempelajari situasi dan kondisi jumlah petugas

atau operator yang akan memberikan pelayanan program E-KTP kepada masyarakat.

Pada saat yang sama Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Enrekang memberikan tanggapan sebagai berikut:

“Untuk peralatan program E-KTP yang tersedia di Kecamatan masih minim.


peralatan tersebut hanya terdiri dari komputer yang memiliki jaringan dan
sistem E-KTP, mesin foto, mesin sidik jari dan mesin pembaca tanda tangan.
Selama ini mesin yang tersedia untuk masing-masing keperluan hanya satu
buah. Hal ini jelas tidak sebanding dengan beban atau jumlah masyarakat
52

wajib KTP yang akan dilayani. Pada saat pelayanan E-KTP masih dalam
tahap perekaman tidak seluruhnya masyarakat bersimpati untuk datang di
Kecamatan untuk di rekam dengan alasan berbeda-beda, padahal pembuatan
E-KTP tersebut gratis, bagaimana kalau nanti E-KTP memerlukan biaya
mungkin masyarakat sudah tidak bersimpati lagi terhadap program
pemerintah seperti program E-KTP ini.”(Wawancara IR, 35 tahun, tanggal 18
Desember 2014)

Berdasarkan tanggapan dari informan di atas, dapat dianalisis bahwa

pemerintah Kabupaten juga harus mempelajari dan memahami kondisi yang ada di

Kantor Kecamatan terkait minimnya fasilitas penunjang program E-KTP seperti

komputer, jaringan sistem E-KTP, mesin foto, mesin sidik jari dan mesin pembaca

tanda tangan yang hanya berjumlah masing-masing satu buah, sementara masyarakat

yang harus dilayani jumlahnya tidak sebanding dengan peralatan yang tersedia.

Sehubungan dengan proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap inovasi secara

lebih cepat bukan hanya dialami oleh masyarakat, tetapi juga oleh aparat atau petugas

pelayanan E-KTP, terkait hal ini Kepala Bidang Pendataan dan Informasi Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang memberi tanggapan

sebagai berikut:

“Semula petugas atau operator yang ditunjuk oleh Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil untuk memberikan pelayanan E-KTP kepada masyarakat di
Kecamatan-Kecamatan masih memerlukan adaptasi untuk melaksanakan
tugas dan alur kerja yang baru, karena dalam hal ini inovasi dari pelayanan E-
KTP adalah hal baru bagi mereka. Tapi setelah mereka mendapatkan
Pendidikan dan Latihan pelayanan E-KTP, akhirnya mereka jadi terbiasa dan
menjadi lebih profesional melayani masyarakat.”(Wawancara NF,37 tahun,
tanggal 18 Desember 2014)
53

Berdasarkan tanggapan dari informan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

proses adaptasi terkait inovasi E-KTP dialami juga oleh petugas atau operator yang

ditunjuk oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kecamatan-Kecamatan

yang ada di Kabupaten Enrekang. Terkait kemudahan proses adaptasi dan proses

pembelajaran terhadap E-KTP, informan selaku masyarakat Kabupaten Enrekang

memberikan tanggapan sebagai berikut:

“Untuk saat ini, E-KTP memang masih sama saja fungsinya dengan KTP
konvensional yang berbahan kertas karton yang dilaminating dan difotokopi.
pemerintah sangat mengharapkan masyarakat dapat beradaptasi dan
mempelajari Fitur-fitur E-KTP yang serba canggih itu, untuk sementara fitur-
fitur canggih E-KTP memang belum tampak fungsinya, namun diharapkan
dalam waktu tak lama lagi blangko dan chip hebat di dalamnya tak lagi jadi
sekedar hiasan, tapi benar-benar bermanfaat untuk masyarakat.”(Wawancara
SM, 40 Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)

Hasil wawancara dengan informan di atas dapat diartikan bahwa meskipun

pada dasarnya E-KTP memang masih sama saja fungsinya dengan KTP konvensional

yang berbahan kertas karton yang dilaminating dan difotokopi namun pemerintah

sangat mengharapkan masyarakat dapat beradaptasi dan mempelajari Fitur-fitur E-

KTP yang serba canggih. Terkait fitur-fitur canggih yang ada pada E-KTP, Kepala

Bidang Kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Enrekang memberikan penjelasan sebagai berikut:

“KTP Elektronik atau E-KTP merupakan dokumen kependudukan yang


memuat sistem keamanan / pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun
teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional.
Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor
Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap
54

penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor NIK yang ada di E-KTP
nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin
Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi,
Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya sesuai
dengan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan.”(Wawancara TT, 46 Tahun, tanggal 18 Desember 2014)

Sesuai tanggapan dari informan di atas, dapat dianalisis bahwa Penduduk

hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk

Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku

seumur hidup Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum

Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap

penduduk dan berlaku seumur hidup. Hal ini terlihat bahwa fungsi E-KTP masih

sesuai dengan fungsi KTP yang lama.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas, dapat

dikatakan sejalan dengan teori Rogers pada indikator Compability (Kesesuaian) yang

menyatakan bahwa inovasi dan dapat memudahkan proses pembelajaran terhadap

inovasi secara lebih cepat. Memudahkan proses adaptasi dan proses pembelajaran

masyarakat dengan adanya bantuan dari pemerintah berupa sosialisasi terkait

prosedur pengurusan E-KTP, fungsi dan kegunaan E-KTP, serta kecanggihan inovasi

E-KTP. Namun adaptasi dan proses pembelajaran terkait E-KTP tersebut, bukan

hanya dirasakan oleh masyarakat sebagai penerima layanan, tapi dirasakan pula oleh

petugas pemberi layanan, dalam hal ini petugas atau operator yang ditunjuk oleh

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang untuk memberikan


55

layanan pengurusan E-KTP. Petugas tersebut harus beradaptasi dan mempelajari

tugas dan alur kerja baru, serta harus mempersiapkan sarana dan peralatan terkait

pengurusan E-KTP yang sebelumnya masih menggunakan peralatan untuk

pengurusan KTP Konvensional

3. Compkexity (Kerumitan)

Indikator ketiga dari Inovasi pelayanan publik E-KTP terdiri dari dua sub

variabel, yaitu; a) Sifatnya yang baru maka inovasi mempunyai tingkat kerumitan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan inovasi sebelumnya; b) Inovasi menawarkan

cara yang lebih baru dan lebih baik maka tingkat kerumitan ini pada umumnya tidak

menjadi masalah yang penting. Kedua variabel tersebut akan diuraikan di bawah ini:

a) Sifatnya yang baru maka inovasi mempunyai tingkat kerumitan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan inovasi sebelumnya

Sehubungan dengan sifatnya yang baru maka inovasi E-KTP mempunyai

tingkat kerumitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan inovasi sebelumnya.

inovasi program E-KTP bukanlah hal yang rumit. walaupun ada kerumitan namun

bukan menjadi sebuah kendala dalam pelaksanaan program E-KTP tersebut. terkait

complexity atau kerumitan dalam pelaksanaan E-KTP, Kepala Sub Bagian

Perencanaan dan Keuangan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mengatakan:

“Pelaksanaan penerapan KTP elektronik diawali dengan 3 tahap program


yaitu Pemuktahiran data kependudukan, Pemberian NIK kepada setiap
penduduk dan Penerapan E-KTP. Prosedur dari penerapan E-KTP pun bukan
hal yang rumit dan berbelit-belit. Tentang prosedur dari E-KTP ini telah kami
sosialisasikan kepada masyarakat Kabupaten Enrekang, baik itu melalui
media elektronik, media cetak, maupun bertatap muka dengan
masyarakat.”(Wawancara SR, 30 tahun, tanggal 18 Desember 2014)
56

Berdasarkan keterangan dari informan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

penerapan inovasi berupa E-KTP bukanlah hal yang rumit karena prosedurnya telah

disosialisasikan melalui media elektronik, media cetak, dan bertatap muka langsung

dengan masyarakat Kabupaten Enrekang.

Prosedur pembuatan E-KTP bukanlah hal yang rumit, karena sosialisasi yang

terus dijalankan oleh pemerintah Kabupaten Enrekang membuat masyarakat tidak

merasa dipersulit dengan prosedur yang ada, bahkan ketika penulis menanyakan

kepada masyarakat tentang kerumitan pembuatan E-KTP, informan selaku

masyarakat Kabupaten Enrekang mengatakan:

“Prosedur pembuatan E-KTP ini bukanlah hal yang sulit untuk kami jalankan,
karena prosedurnya hampir sama dengan pembuatan SIM dan Passport, mulai
mengambil nomor antrian kemudian menunggu panggilan, setelah dipanggil
oleh petugas kami menuju loket yang ditentukan, kemudian pengambilan data
oleh petugas dan kemudian kami langsung di foto(digital),lalu kami
melakukan tanda tangan pada alat perekam tanda tangan, perekam sidik jari
dan scan retina mata. setelah itu petugas membubuhkan tanda tangan dan
stempel pada surat panggilan sebagai tanda bukti. Setelah itu kami
diperkenankan pulang dan menunggu hasil pencetakan kartu selama kurang
lebih 2 minggu.”(Wawancara KS, 39 Tahun, tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan penjelasan dari informan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

masyarakat Kabupaten Enrekang menganggap prosedur E-KTP bukanlah hal yang

sulit karena hampir seluruh masyarakat sudah paham mengenai proses pembuatan E-

KTP. Berkat upaya keras pemerintah dalam mensukseskan melalui sosialisasi

program E-KTP. Inovasi penerapan E-KTP ini dapat dikatakan rumit dari segi

kelebihan yang ada pada kartu, seperti penjelasan dari Kepala Bidang Kependudukan

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang:


57

“Kelebihan pada kartu E-KTP tertanam chip 8 kilobyte untuk menyimpan 27


jenis data, termasuk biometrik 10 sidik jari dan iris mata penduduk. Sistem E-
KTP berbasis database kependudukan nasional lekat dengan kemajuan
teknologi informasi ini terdiri atas komponen chip, pembaca data kartu,
pemindai sidik jari, kamera, perekam tanda tangan, dan server.”(Wawancara
TT, 46 tahun, tanggal 18 Desember 2014)

Penjelasan dari informan di atas menunjukkan bahwa tingkat kerumitan

inovasi E-KTP yang lebih tinggi daripada KTP manual terletak pada chip 8 kilobyte

untuk menyimpan 27 jenis data termasuk biometrik 10 sidik jari dan iris mata

penduduk yang terdapat dalam kartu E-KTP namun tidak terdapat pada KTP manual.

Sistem E-KTP ini juga berbasis database kependudukan nasional yang lekat dengan

kemajuan teknologi informasi ini terdiri atas komponen chip, pembaca data kartu,

pemindai sidik jari, kamera, perekam tanda tangan, dan server. Mengenai tingkat

kerumitan E-KTP dibanding KTP konvensional ini, informan selaku masyarakat

Kabupaten Enrekang memberikan tanggapan sebagai berikut:

“Kami sebagai masyarakat melihat kerumitan yang tinggi pada E-KTP ini
dibandingkan dengan KTP konvensional atau KTP model lama, dimana pada
kartu E-KTP ini dilengkapi fitur-fitur yang canggih, yang tidak mudah
dipahami oleh kami sebagai masyarakat biasa, namun yang kami pahami
hanya kegunaan dan fungsi E-KTP ini.”(Wawancara SM, 40 Tahun, Tanggal
18 Desember 2014)

Berdasarkan keterangan dari informan di atas, maka dapat dianalisis bahwa

masyarakat melihat adanya kerumitan paisada E-KTP yang dilengkapi fitur-fitur yang

canggih dibandingkan dengan KTP yang lama. Namun terlepas dari itu masyarakat

bisa memahami kegunaan dan fungsi E-KTP. Selanjutnya kerumitan E-KTP

dijelaskan pula oleh Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai

berikut:
58

“Tingkat kerumitan yang tinggi juga terletak pada komponen pembaca kartu
E-KTP. Komponennya itu meliputi papan mikrokontroler, layar sentuh LCD,
pembaca data tanpa kontak yang transparan, dan baterai kering. Komponen
ini dapat melakukan transaksi membaca data di dalam kartu E-KTP. Data
yang ditampilkan meliputi Nomor Induk Kependudukan (NIK), nama
lengkap, masa berlaku E-KTP, dan foto pemilik E-KTP.”(Wawancara IR,35
tahun, tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan penjelasan dari informan di atas, dapat dianalisis bahwa

kerumitan lain yang ada pada E-KTP terletak pada komponennya yang meliputi

papan mikrokontroler, layar sentuh LCD, pembaca data tanpa kontak yang

transparan, dan baterai kering. Komponen ini dapat melakukan transaksi membaca

data di dalam kartu E-KTP.

Meskipun inovasi E-KTP ini memiliki tingkat kerumitan dari segi chip dan

komponen pada kartu, namun terdapat kelebihan lainnya. Seperti yang dijelaskan

oleh informan selaku masyarakat Kabupaten Enrekang sebagai berikut:

“Sepengetahuan saya Kartu E-KTP memang tergolong rumit, Dari aspek


teknologi E-KTP tak hanya berfungsi sebagai otentifikasi identitas. Namun,
dapat dikembangkan menjadi multifungsi sebagai kartu Jamkesmas, kartu
subsidi BBM, kartu tenaga kerja, kartu perbankan, pajak, dan polis
asuransi.”(Wawancara HR, 43 Tahun, tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan penjelasan dari informan di atas dapat disimpulkan bahwa

dibalik kerumitan dari inovasi E-KTP ini, terdapat kelebihan pada kartu yaitu kartu E-

KTP tersebut dapat menjadi multifungsi sebagai kartu Jamkesmas, kartu subsidi

BBM, kartu tenaga kerja, kartu perbankan, pajak, dan polis asuransi. Mengenai

kerumitan dari E-KTP, berikut penjelasan dari Kepala Bidang Pendataan dan

Informasi Penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang:


59

“Chip E-KTP merupakan kartu pintar berbasis mikroprosessor dengan besaran


memory 8 kilobytes. Dengan antar muka nirkontak (contactless) dan memiliki
metode pengamanan data berupa autentikasi antara chip dan reader/writer
(anti cloning), dan kerahasiaan data (enkripsi) serta tanda tangan digital.
Interface E-KTP memenuhi standar ISO 14443 A atau ISO 14443 B. Chip
menyimpan biodata, tanda tangan, pas foto, dan 2 data sidik jari dengan
kualitas terbaik saat dilakukan perekaman. Default-nya sidik telunjuk tangan
kanan dan sidik jari telunjuk tangan kiri. Chip dapat dibaca oleh perangkat
pembaca kartu (card reader) dengan standar antar muka ISO 14443 A dan
ISO 14443 B.”(Wawancara NF, 37 Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan dapat disimpulkan

bahwa tingkat kerumitan E-KTP yang tidak mampu dipahami masyarakat banyak

adalah terletak pada chip 8 kilobyte untuk menyimpan 27 jenis data termasuk

biometrik 10 sidik jari dan iris mata penduduk yang terdapat dalam kartu E-KTP

namun tidak terdapat pada KTP manual. Sistem E-KTP ini juga berbasis database

kependudukan nasional yang lekat dengan kemajuan teknologi informasi ini terdiri

atas komponen chip, pembaca data kartu, pemindai sidik jari, kamera, perekam tanda

tangan, dan server.

b) Inovasi menawarkan cara yang lebih baru dan lebih baik maka tingkat
kerumitan ini pada umumnya tidak menjadi masalah yang penting.

Tingkat kerumitan dari suatu inovasi tergantung seberapa sulit memahami dan

menggunakan inovasi tersebut, Semakin mudah suatu inovasi dimengerti dan

dipahami oleh pengguna inovasi , maka semakin cepat inovasi dapat digunakan.

Inovasi E-KTP menawarkan cara yang lebih baru dan lebih baik dalam

penyebarannya. Dengan ini tingkat kerumitan pada inovasi E-KTP ini pada umumnya

bukan lagi menjadi masalah bagi masyarakat. Penyebaran inovasi E-KTP yang

dilakukan oleh Pemerintah yaitu dalam bentuk sosialisasi kepada masyarakat. Berikut
60

tanggapan dari informan masyarakat Kabuipaten Enrekang terkait penyebaran inovasi

E-KTP:

“Dulu informasi tentang prosedur pengurusan E-KTP kurang sampai ke


masyarakat, untuk mengetahui prosedur pengurusan E-KTP, masyarakat harus
ke Kantor Kecamatan terlebih dahulu, namun sekarang penyebaran informasi
pelayanan dan pengurusan E-KTP disampaikan melalui surat edaran yang
disebarkan secara berkala melalui RT/RW, serta melalui kegiatan yang
dilakukan oleh PKK maupun kegiatan Posyandu, juga melalui media cetak
atau koran dan media elektronik yaitu melalui radio lokal.”(Wawancara HR,
43 tahun, tanggal 18 Desember 2014)
Berdasarkan tanggapan dari informan di atas, maka dapat dianalisis bahwa

penyebaran informasi terkait pelayanan dan pengurusan E-KTP bukan lagi melalui

Kantor Kecamatan, namun informasi tersebut disampaikan melalui surat edaran yang

disebarkan secara berkala melalui RT/RW, serta melalui kegiatan yang dilakukan

oleh PKK maupun kegiatan Posyandu, juga melalui media cetak atau koran dan

media elektronik yaitu melalui radio lokal Kabupaten Enrekang. Penjelasan dari

informan masyarakat di atas ditambahkan oleh informan lain selaku masyarakat

Kabupaten Enrekang sebagai berikut:

“Dulu pelayanan KTP manual membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu
minimal 2 minggu dengan prosedur yang berbelit-belit melalui beberapa
pihak, sarana dan prasarana pelayanan KTP yang ditingkat kecamatan masih
memiliki banyak keterbatasan dan dilakukan secara manual, dimana
masyarakat harus melalui beberapa tahapan/pihak, namun sekarang
pelayanan E-KTP hanya mendatangi satu tempat dengan prosedur yang
mudah.”(Wawancara SM, 40 tahun, tanggal 18 Desember 2014)
Berdasarkan penjelasan dari Informan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

jika dulu masyarakat dalam mengurus KTP membutuhkan waktu yang cukup lama

dengan prosedur yang berbelit-belit melalui beberapa pihak, namun kini masyarakat
61

yang mengurus E-KTP hanya mendatangi satu tempat dengan prosedur yang tidak

berbelit-belit. Hal ini membuat masyarakat bisa merasakan sendiri bagaimana

kemudahan mempelajari dan memahami inovasi E-KTP dibalik berbagai kerumitan

dari prosedur inovasi E-KTP. Seperti yang dijelaskan oleh informan selaku

masyarakat Kabupaten Enrekang sebagai berikut:

“Sarana dan prasarana pelayanan KTP manual seperti perangkat keras dan
perangkat lunak dulunya sangat terbatas, sehingga membutuhkan waktu yang
cukup lama bagi masyarakat menunggu pelayanan dari petugas, namun pada
pelayanan E-KTP ini sarana dan prasarana cukup memadai dan berfungsi
dengan baik, tentunya lebih memudahkan bagi petugas memberikan pelayanan
kepada masyarakat dan masyarakat tidak perlu menunggu berjam-jam dalam
pengurusan E-KTP ini.”(Wawancara KS, 39 Tahun, Tanggal 18 Desember
2014)

Berdasarkan penjelasan dari informan di atas, dapat dianalisis bahwa Sarana

dan prasarana pelayanan KTP manual dulunya sangat terbatas, sehingga

membutuhkan waktu yang cukup lama bagi masyarakat menunggu pelayanan dari

petugas, namun pada pelayanan E-KTP ini sarana dan prasarana cukup memadai dan

berfungsi dengan baik, tentunya lebih memudahkan bagi petugas memberikan

pelayanan kepada masyarakat dan masyarakat tidak perlu menunggu berjam-jam

dalam pengurusan E-KTP. Kerumitan yang ada pada kartu E-KTP juga dijelaskan

oleh Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang

sebagai berikut

“Pemanfaatan kartu pintar (smart card) untuk E-KTP dengan chip yang
memuat informasi data biodata, foto, citra tanda tangan dan 2 sidik jari
telunjuk kanan dan kiri dan metode pengamanan yang tinggi, juga didukung
oleh pemanfaatan teknologi biometric. Teknologi biometrik mampu untuk
62

mengidentifikasi ketunggalan identitas penduduk dari hasil perekaman data


penduduk wajib eKTP, sehingga dapat menghasilkan ketunggalan identitas
penduduk (NIK yang unik dan tunggal) sebagai basis pembuatan database
kependudukan nasional yang akurat dan data ketunggalan identitas pada E-
KTP.”(Wawancara IR, 35 Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan penjelasan dari informan di atas, dapat dianalisis bahwa

Teknologi biometrik pada E-KTP mampu mengidentifikasi ketunggalan identitas

penduduk dari hasil perekaman data penduduk wajib E-KTP, sehingga dapat

menghasilkan ketunggalan identitas penduduk (NIK yang unik dan tunggal) sebagai

basis pembuatan database kependudukan nasional yang akurat dan data ketunggalan

identitas pada E-KTP.

Selanjutnya tingkat kerumitan yang ada pada kartu E-KTP dijelaskan juga

oleh Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang Sebagai berikut:

“Mengenai fitur E-KTP, spesifikasi dan format menggunakan sistem


pengamanan khusus berupa rekaman biodata, sidik jari, iris mata, foto, dan
tanda tangan pemegang yang tersimpan dalam chip. Dalam E-KTP, tidak
memuat tanda tangan, nama, dan NIP Kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (Disdukcapil) serta cap dinas. Hal tersebut berbeda dengan
KTP reguler, yang menampilkan nama, tanda tangan, dan NIP kepala dinas
serta cap Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.”(Wawancara SR, 30
Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan penjelasan dari informan di atas, maka dapat dianalisis bahwa

kerumitan yang ada pada E-KTP karena tidak memuat tanda tangan, nama, dan NIP

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) serta cap dinas. Hal
63

tersebut berbeda dengan KTP reguler, yang menampilkan nama, tanda tangan, dan

NIP kepala dinas serta cap Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan serta observasi dari

penulis, dapat dikatakan sejalan dengan teori Rogers pada indikator Complexity

(Kerumitan) yang menyatakan bahwa inovasi menawarkan cara yang lebih baru dan

lebih baik maka tingkat kerumitan pada umumnya tidak menjadi masalah yang

penting. Pada Kenyataan yang terlihat bahwa E-KTP mempunyai tingkat kerumitan

yang tinggi dilihat dari sisi wujud fisik dari kartu E-KTP, karena teknologi yang

didalam kartu E-KTP ini terdapat fitur-fitur canggih berupa spesifikasi dan format

menggunakan sistem pengamanan khusus berupa rekaman biodata, sidik jari, iris

mata, foto, dan tanda tangan pemegang yang tersimpan dalam chip. Dengan metode

pengamanan yang tinggi, juga didukung oleh pemanfaatan teknologi biometric.

Teknologi biometrik mampu untuk mengidentifikasi ketunggalan identitas penduduk

dari hasil perekaman data penduduk wajib eKTP, sehingga dapat menghasilkan

ketunggalan identitas penduduk (NIK yang unik dan tunggal) sebagai basis

pembuatan database kependudukan nasional yang akurat dan data ketunggalan

identitas pada E-KTP. Dari sisi wujud fisik atau desain E-KTP tersebut memang

belum semua masyarakat mampu memahaminya namun karena adanya sosialisasi

yang dilakukan oleh pemerintah, baik itu dari Kecamatan maupun dari Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil tentang fungsi dan kegunaan E-KTP serta

prosedur pengurusan E-KTP ini, akhirnya tingkat kerumitan yang tinggi tersebut

bukan lagi menjadi masalah yang penting.


64

4. Triability (Kemungkinan dicoba)

Indikator keempat dari inovasi pelayanan E-KTP terdiri dari dua sub variabel

yaitu; a) Inovasi hanya bisa diterima apabila telah teruji dan terbukti mempunyai

keuntungan atau nilai lebih dibandingkan dengan inovasi yang lama; b) Inovasi harus

melewati fase uji publik dimana setiap orang atau pihak mempunyai kesempatan

untuk menguji kualitas dari sebuah inovasi. Kedua variabel tersebut akan dipaparkan

dibawah ini:

a) Inovasi hanya bisa diterima apabila telah teruji dan terbukti mempunyai
keuntungan atau nilai lebih dibandingkan dengan inovasi yang lama
Kualitas sebuah inovasi memang sangat penting. Suatu produk inovasi dapat

berkualitas apabila dapat memberi kepuasan dan sesuai dengan kebutuhan konsumen

atau masyarakat. Terkait hal tersebut Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan

memberikan penjelasan tentang keunggulan inovasi E-KTP sebagai berikut:

“Keunggulan E-KTP terletak pada chip yang tersimpan di dalam kartu yang
berisi data biometrik sidik jari dan data demografi penduduk. Chip tersebut
hanya bisa dibaca dengan perangkat pembaca kartu atau card reader. E-KTP
yang diletakkan pada card reader dalam waktu 10 detik akan dilakukan
pembacaan data yang tersimpan didalamnya dalam kondisi tersandikan.
Selanjutnya indikator akan menyampaikan bahwa kartu tersebut adalah E-
KTP yang valid, bukan E-KTP palsu, dan meminta pemiliknya untuk
melakukan verifikasi sidik jari. Proses verifikasi sidik jari ini hanya memakan
waktu sekitar 2 detik. Apabila pemadanan berhasil, barulah data di dalam chip
tersebut ditampilkan di layar card reader. Keseluruhan proses memakan
waktu total 12 detik.”(Wawancara SR, 30 tahun, tanggal 18 Desember 2014)

Sesuai penjelasan dari informan di atas dapat diketahui bahwa keunggulan E-

KTP terletak pada chip yang telah dibuktikan kecanggihan dan fungsinya. Selain

keunggulan kartu E-KTP yang terletak pada chip, keunggulan lainnya terletak pada
65

sidik jari dan retina mata, hal tersebut dijelaskan pula oleh Kepala Bidang Pendataan

dan informasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang

sebagai berikut:

“Terkait teknologi yang ada pada kartu E-KTP secara teknis, gambaran yang
saya liat sejauh ini, untuk memastikan tingkat validitas data tetap
menggunakan sidik jari sebagai kunci utama identifikasi dan retina mata
sebagai pelengkap identifikasi biometrik yang sudah teruji dalam skala yang
sangat besar, karena mencakup hampir 180 juta lebih jiwa yang berhak
memiliki E-KTP ini. Secara umum, penyempurnaan aplikasi dari database
dengan perbaikan alur proses terpusat secara nasional, kalau ini bisa optimal
kan bagus, kemudian peningkatan sistem keamanan aplikasi, menurut saya hal
inilah yang terpenting.”(Wawancara NK, 37 Tahun, Tanggal 18 Desember
2014)

Berdasarkan penjelasan dari informan di atas, maka dapat dianalisis bahwa

untuk memastikan tingkat validitas data pada E-KTP, tetap menggunakan sidik jari

sebagai kunci utama identifikasi dan retina mata sebagai pelengkap identifikasi

biometrik yang sudah teruji dalam skala yang sangat besar, karena mencakup hampir

180 juta lebih jiwa yang berhak memiliki E-KTP ini. Mengenai keunggulan-

keunggulan lain yang ada pada E-KTP, Informan lainnya selaku Masyarakat

mengemukakan sebagai berikut:

“Yang saya ketahui tentang keunggulan E-KTP dibandingkan dengan KTP


manual /KTP nasional, keunggulan-keunggulan tersebut diantaranya: sebagai
Identitas tunggal, Tidak dapat dipalsukan, Tidak dapat digandakan, Dapat
dipakai sebagai kartu suara dalam Pemilu atau Pilkada , Selain itu, sidik jari
yang direkam dari setiap wajib E-KTP adalah seluruh jari , tetapi yang
dimasukkan datanya dalam chip hanya dua jari, yaitu jempol dan telunjuk
kanan.”(Wawancara HR, 43 Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)
66

Berdasarkan penjelasan dari informan di atas, dapat dianalisis bahwa

keunggulan E-KTP dibanding dengan KTP yang lama, E-KTP dapat dijadikan

sebagai identitas tunggal yang tidak dapat dipalsukan, dapat pula digunakan sebagai

kertas suara dalam pemilu. Selain keunggulan-keunggulan yang telah disebutkan

beberapa informan di atas, keunggulan lain terdapat pada fitur keamanan fisik E-

KTP, hal tersebut dijelaskan oleh Kepala Bidang Pendataan dan Informasi Penduduk

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang sebagai berikut:

“Desain fitur keamanan fisik E-KTP selain telah memperhatikan faktor


temperatur, juga memiliki daya tahan terhadap tekanan, bahan kimia tertentu,
dan faktor lainnya yang telah diuji di Sentra Teknologi Polimer BPPT. Untuk
mencegah tindak kriminal, E-KTP dilengkapi fitur keamanan tambahan pada
blangko yang berguna untuk inisialisasi identifikasi dan verifikasi
identitas.”(Wawancara NF, 37 Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)

Namun keunggulan dari sisi fitur keamanan fisik E-KTP tentunya mempunyai

kelemahan dan masalah, hal tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang sebagai berikut:

“Berdasarkan fakta yang pernah terjadi di Negara kita, Sistem keamanan E-


KTP kita ini sebetulnya bermasalah. Karena kalau kita mau jujur bahwa
proses awal proyek E-KTP itu kan ada keterlibatan pihak ketiga atau asing,
server kita justru di luar negeri. Kemudian kita dapat membuktikan bahwa
ternyata E-KTP ini bisa dicetak oleh oknum tertentu di luar sana yang
berhologram persis dengan E-KTP yang kita sebar, bahkan pernah di cetak di
Paris. Hal ini tentunya merugikan Negara kita karena pihak asing dengan
seenaknya menjiplak teknologi hasil karya Negara kita.”(Wawancara IR, 35
Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)
67

Masalah yang terjadi dengan sistem keamanan pada E-KTP juga di jelaskan

oleh Kepala Bidang Kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Enrekang sebagai berikut:

“Fakta yang terjadi pada tahun 2012 membuktikan bahwa pada tahun itu E-
KTP dikerjakan oleh perusahaan asing, hal inilah yang harus yang diperbaiki.
karena database dalam E-KTP itu merupakan rahasia negara yang harus
dijaga, jangan sampai terjual atau terdeteksi oleh pihak ketiga. Kemudian
terkait E-KTP yang bisa dicetak di luar, baik yang asli ataupun palsu sudah
diserahkan kepada Menkopolhukam.”(Wawancara TT, 46 tahun, Tanggal 18
Desember Tahun 2014)

Berdasarkan hasil wawancara beberapa informan di atas, dapat dikatakan

sejalan teori Rogers pada indikator Triability (Kemungkinan dicoba) bahwa inovasi

hanya bisa diterima apabila telah teruji dan terbukti mempunyai keuntungan atau nilai

lebih dibandingkan dengan inovasi yang lama. Hal ini terlihat pada inovasi E-KTP

yang telah teruji dan terbukti mempunyai keuntungan atau nilai lebih dibandingkan

dengan KTP konvensional, dengan ditemukannya keunggulan-keunggulan yang

terdapat pada E-KTP yaitu teknologi yang terdapat pada fitur-fitur E-KTP seperti

chip, sidik jari, retina mata, dan biometrik sehingga tercipta identitas jati diri tunggal,

E-KTP yang tidak dapat dipalsukan atau digandakan, dapat berfungsi sebagai kertas

suara dalam pemilu, namun selain keunggulan-keunggulan E-KTP yang telah teruji

dan terbukti terdapat pula kelemahan dari E-KTP, terutama pada sistem keamanan E-

KTP yang kurang terjamin, dengan ditemukannya E-KTP yang dapat dipalsukan di

Negara lain.
68

b) Sebuah produk inovasi harus melewati fase uji publik dimana setiap orang
atau pihak mempunyai kesempatan untuk menguji kualitas dari sebuah
inovasi

Sebuah produk inovasi harus melewati fase uji publik merupakan tingkat

apakah suatu inovasi dapat dicoba terlebih dahulu atau harus terikat untuk

menggunakannya. Suatu inovasi dapat diuji cobakan pada keadaan sesungguhnya,

inovasi pada umumnya lebih cepat diadopsi. Untuk lebih mempercepat proses adopsi,

maka suatu inovasi harus mampu menunjukkan keunggulannya, terkait hal tersebut

berikut penjelasan dari Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Enrekang:

“Mengenai keunggulan E-KTP ini, setelah dilakukan uji publik ternyata


dapat menghindari pemalsuan KTP, dan sekaligus menghindari pemakaian E-
KTP oleh mereka yang tidak berhak. Pelaku kriminal lebih mudah
ditemukan, karena transaksi layanan sosial di masa depan sudah berbasis E-
KTP, maka penyimpangan yang terjadi dalam penyampaian bantuan kepada
rakyat miskin juga akan bisa dihindarkan.”(Wawancara IR, 35 tahun, tanggal
18 Desember 2014)

Berdasarkan penjelasan dari informan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

setelah melawati fase uji publik terkait inovasi E-KTP, maka dapat ditemukan

beberapa keunggulan dari inovasi E-KTP ini, seperti terhindar dari pemalsuan E-

KTP, pelaku kriminal mudah ditemukan, terhindar dari penyimpangan terhadap

bantuan sosial rakyat miskin. Terkait kecanggihan dan keunggulan biometrik yang

ada pada E-KTP, Kepala Bidang Pendataan dan informasi Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang memberikan tanggapan sebagai berikut:


69

“Upaya untuk membuat KTP ganda dengan mengubah nama, tanggal lahir
dan sebagainya, tidak akan berhasil karena yang dipadankan adalah data
biometrik penduduk. Data biometrik yang dipakai dalam proses deduplikasi
adalah multimodal, yaitu terdiri dari tiga jenis biometrik modality: 10 sidik
jari, 2 iris dan wajah yang diintegrasikan lewat mekanisme tertentu. Apabila
uji ketunggalan ini lolos, maka data tersebut akan masuk ke biro personalisasi
yang akan mempersonalisasi kartu E-KTP dengan data penduduk baik
personalisasi permukaan kartu E-KTP maupun personalisasi chip E-
KTP.”(Wawancara NF, 37 Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)

Sesuai keterangan dari informan di atas maka dapat dianalisis bahwa

keunggulan dari kecanggihan pemadanan data biometrik yang ada pada E-KTP juga

mencegah terjadinya pembuatan KTP ganda dengan mengubah nama, tanggal lahir,

dan data-data lainnya. Terkait keunggulan teknologi yang ada pada E-KTP, informan

selaku masyarakat Kabupaten Enrekang memberikan tanggapan sebagai berikut:

“Dalam penggunaannya, E-KTP sendiri membutuhkan sebuah alat untuk


membaca apa yang telah tersimpan dalam chip yang terdapat dalam KTP
tersebut. Oleh karena itu, untuk membacanya, dibutuhkan sebuah alat yaitu
card reader(perangkat pembaca kartu). Card reader yang digunakan juga
harus memliki standar teknis tertentu sehingga ketika membaca data dan
berkomunikasi dengan data center, resiko terjadinya kecurian data oleh dapat
diminimalisir.”(Wawancara KS, 39 Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)

Beradasarkan tanggapan dari informan di atas, maka dapat dianalisis bahwa

untuk membaca data-data yang ada dalam chip E-KTP dibutuhkan sebuah alat yaitu

card reader(perangkat pembaca kartu). Card reader yang digunakan juga harus

memliki standar teknis tertentu sehingga ketika membaca data dan berkomunikasi

dengan data center, resiko terjadinya kecurian data dapat diminimalisir. Namun

dalam pelaksanaannya penggunaan E-KTP masih memiliki kelemahan. Hal tersebut


70

diperjelas oleh Kepala Bidang Kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan

sipil Kabupaten Enrekang sebagai berikut:

“Kelemahan dari E-KTP yaitu tidak tampilnya tanda tangan si pemilik pada
permukaan KTP. Tidak tampilnya tanda tangan di dalam E-KTP tersebut telah
menimbulkan kasus tersendiri bagi sebagian masyarakat. Misalnya ketika
melakukan transaksi dengan lembaga perbankan, E-KTP tidak di akui karena
tidak adanya tampilan tanda tangan. Ada beberapa kasus pemegang E-KTP
tidak bisa bertransaksi dengan pihak Bank karena tidak adanya tanda tangan.
Tanda tangan yang tercetak dalam chip itu tidak bisa dibaca Bank karena tak
punya alat (card reader). Akhirnya pihak pemegang E-KTP terpaksa harus
meminta rekomendasi dari Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
untuk meyakinkan Bank.”(Wawancara TT, 46 Tahun, Tanggal 18 Desember
2014)

Berdasarkan penjelasan dari informan di atas dapat dianalisis bahwa ada

beberapa kelemahan dari E-KTP diantaranya yaitu tidak tampilnya tanda tangan si

pemilik sehingga menimbulkan masalah tersendiri bagi masyarakat. Tanda tangan

yang tercetak pada chip E-KTP hanya bisa terbaca dengan menggunakan card reader.

Masalah lain pada E-KTP yang mempersulit sebagian masyarakat adalah pengisian

pada kolom agama, sedangkan tidak sedikit masyarakat di Negara kita yang

mempunyai agama yang tidak resmi diakui Negara. Menanggapi masalah tersebut,

informan masyarakat menyatakan bahwa:

Seharusnya masalah kolom agama ini tidak perlu dipermasalahkan, sepanjang


agamanya tidak menggangu akidah agama yang lain, dan tetap bisa memiliki
KTP tanpa mengisi kolom agama. Karena mereka juga punya hak yang sama
di Negara ini. Sebaiknya kita mengumpulkan para tokoh agama, meminta
masukan dan sebagainya, Namun sementara ini ada fatwa majelis Ulama
Indonesia yang menyatakan bahwa kalau ada warga yang memeluk agama di
luar yang diakui negara sebaiknya dikosongkan saja pada pengisian kolom
agama.”(Wawancara HR, 43 Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)
71

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan di atas maka dapat

dikatakan bahwa Hal tersebut sejalan dengan teori Rogers pada indikator Triability

(Kemungkinan dicoba) yang menyebutkan bahwa sebuah produk inovasi harus

melewati fase uji publik dimana setiap orang atau pihak mempunyai kesempatan

untuk menguji kualitas dari sebuah inovasi. Setelah melewati fase uji publik dimana

setiap orang atau pihak mempunyai kesempatan untuk menguji kualitas E-KTP, maka

ditemukan beberapa keunggulan dari E-KTP berupa adanya chip, biometrik dan Card

Reader pada E-KTP yang mempunyai fungsi mencegah terjadinya pemalsuan E-KTP

atau E-KTP ganda dan juga mencegah terjadinya kecurian data . Namun selain

keunggulan-keunggulan yang dimiliki E-KTP, terdapat pula kelemahannya, pertama,

yaitu tidak tampilnya tanda tangan pemilik pada permukaan E-KTP, sehingga

mempersulit pemilik dalam melakukan transaksi pada lembaga Perbankan, kedua

yaitu pengisian pada kolom agama bagi masyarakat yang memiliki agama lain selain

dari agama yang diresmikan oleh Negara.

5. Observability (Kemudahan diamati)

Indikator yang kelima dari inovasi pelayanan publik yaitu Observability

(Kemudahan diamati) terdiri dari dua sub variabel yaitu; a) Inovasi harus dapat

diamati dari segi bagaimana ia bekerja; b) Menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

kedua sub variabel akan dipaparkan dibawah ini:


72

a) Inovasi harus dapat diamati dari segi bagaimana ia bekerja

Setelah melihat prosedur/proses pembuatan E-KTP, tentunya keseluruhan

proses dengan mudah dijalankan ataupun diamati sejauh mana program E-KTP ini

dapat terlaksana dan memberikan keuntungan serta kemudahan bagi masyarakat yang

ingin membuat E-KTP. Program E-KTP ini dengan mudah dapat di amati

implementasinya dengan adanya sistem sosialisasi yang dijalankan oleh pemerintah

dalam hal ini Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang.

Terkait dengan kemudahan program E-KTP ini diamati, Kepala Bidang Pendataan

dan Informasi Penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mengatakan

bahwa:

“Proses pembuatan E-KTP di Kabupaten Enrekang ini selain memudahkan


masyarakat, juga mengurangi beban aparat ditingkat kecamatan maupun
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Pembagian kerja yang lebih tertata
memaksimalkan fungsi dan tugas pelayanan. Kerja lebih cepat berarti
produktivitas meningkat. Semula aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil memerlukan adaptasi dari pelaksanaan pelayanan untuk KTP manual
hingga untuk melaksanakan tugas dan alur kerja yang baru berupa
pelaksanaan KTP elektronik atau E-KTP. Adaptasi akan mendorong
pengembangan nilai-nilai organisasi dan individu untuk meningkatkan
produktivitas kerja. Perubahan-perubahan pola pikir dan budaya kerja aparatur
tersebut mendukung penerapan administrasi kependudukan Kabupaten
Enrekang berjalan baik.”(Wawancara NF, 37 tahun, tanggal 18 Desember
2014)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa pelayanan program KTP manual yang sebelumnya dilaksanakan

oleh aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil diperlukan adanya adaptasi

dengan program berikutnya yaitu pelayanan program E-KTP, namun karena inovasi
73

program E-KTP memiliki prosedur yang mudah dipahami serta tidak berbelit-belit,

maka hal ini juga memberikan kemudahan bagi petugas maupun masyarakat.

Inovasi E-KTP juga harus dapat diamati oleh kalangan masyarakat saja,

namun juga dari berbagai lapisan masyarakat dan lembaga-lembaga seperti LSM,

Media Massa, Swasta, BPS Kabupaten Enrekang, dan Direktorat Jenderal

Administrasi Kependudukan. Berikut tanggapan dari Kepala Bidang Kependudukan

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang:

“Dalam pelaksanaan program E-KTP di Kabupaten Enrekang ini tentunya tak


lepas dari pengamatan dan kontribusi lapisan masyarakat maupun lembaga-
lembaga, seperti kesediaan LSM memantau pelaksanaan inovasi E-KTP serta
memberikan kritikan dan masukan terhadap pelaksanaan pelayanan E-KTP,
ada juga media massa yang ikut memantau serta menyebarkan informasi
tentang prosedur pelayanan E-KTP kepada masyarakat, kemudian ada juga
pihak swasta yang menjadi mitra pemerintah untuk mengoperasikan koneksi
jaringan komunikasi yang lebih luas dan lebih baik.”(Wawancara TT, 46
tahun, tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan penjelasan dari informan di atas dapat dianalisis bahwa

pelaksanaan program E-KTP di Kabupaten Enrekang tak lepas dari pengamatan dan

kontribusi lapisan masyarakat maupun lembaga-lembaga, seperti kesediaan LSM,

media massa dan pihak swasta yang memantau pelaksanaan inovasi E-KTP serta

memberikan kritikan dan masukan terhadap pelaksanaan pelayanan E-KTP.

Menanggapi penjelasan dari Kepala Bidang Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Enrekang terkait inovasi E-KTP yang dapat diamati oleh lembaga-

lembaga pemerintah, swasta, maupun lapisan masyarakat, berikut tanggapan dari

Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil:
74

“Selain dari pihak-pihak yang telah disebutkan, maka adapula masyarakat


yang mengamati pelaksanaan inovasi E-KTP dan kontribusinya dengan
memberikan informasi dan data kependudukan yang lengkap dan akurat saat
pemutakhiran data kependudukan, ada juga kontribusi dari BPS Kabupaten
Enrekang yang berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil serta memberi masukan agar pelayanan E-KTP tetap sesuai dengan
prinsip-prinsip statistik, dan yang terakhir adalah pengamatan dan kontribusi
dari Ditjen Administrasi Kependudukan yang memberikan arahan agar
pelaksanaan pelayanan E-KTP sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.”(Wawancara SR, 30 tahun,
tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan tanggapan dari informan di atas, maka dapat dianalisis bahwa

dalam pelaksanaannya inovasi E-KTP dapat diamati oleh seluruh lapisan masyarakat,

lembaga-lembaga pemerintah, swasta, maupun organisasi-organisasi yang aktif.

Pelaksanaan inovasi E-KTP tersebut bukan hanya dipantau ataupun diamati, namun

pihak-pihak tersebut juga dapat memberi masukan, kritikan, bahkan kontribusi yang

membangun demi suksesnya program E-KTP. Berdasarkan pengamatan beberapa

pihak, ditemukan fungsi dari Card Reader pada E-KTP, yang dijelaskan oleh

Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang sebagai

berikut:

“Card Reader pada E-KTP bisa memastikan apakah kartu itu dibawa oleh
orang yang identitasnya tertulis di kartu E-KTP. Karena Card Reader pada E-
KTP dilengkapi dengan modul biometrik sidik jari, yang meminta user untuk
meletakkan jarinya pada scanner E-KTP reader, dan selanjutnya E-KTP
Reader akan membandingkan kemiripan karakteristik sidik jari tersebut
dengan data sidik jari yang sudah direkam dalam E-KTP. Apabila hasil dari
pencocokan data itu sesuai/match, berarti memang E-KTP itu merupakan
milik sang pemegang kartu. Bila tidak sesuai, berarti kemungkinan pemegang
E-KTP tersebut bukan merupakan pemiliknya.”(Wawancara IR, 35 Tahun,
Tanggal 18 Desember 2014)
75

Berdasarkan penjelasan dari informan di atas dapat dianalisis bahwa Card

Reader pada E-KTP bisa memastikan apakah kartu itu dibawa oleh orang yang

identitasnya tertulis di kartu E-KTP. Karena Card Reader pada E-KTP dilengkapi

dengan modul biometrik sidik jari, yang meminta user untuk meletakkan jarinya pada

scanner E-KTP reader, dan selanjutnya E-KTP Reader akan membandingkan

kemiripan karakteristik sidik jari tersebut dengan data sidik jari yang sudah direkam

dalam E-KTP.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas, maka dapat

dikatakan sejalan dengan teori Rogers pada indikator Observability (Kemudahan

diamati) yang menjelaskan bahwa inovasi harus dapat diamati dari segi bagaimana ia

bekerja. Dalam pelaksanaannya inovasi E-KTP dapat diamati oleh seluruh lapisan

masyarakat, lembaga-lembaga pemerintah, swasta, maupun organisasi-organisasi

yang aktif. Pelaksanaan inovasi E-KTP tersebut bukan hanya dipantau ataupun

diamati, namun pihak-pihak tersebut juga dapat memberi masukan, kritikan, bahkan

kontribusi yang membangun demi suksesnya program E-KTP. Berdasarkan

pengamatan beberapa pihak, ditemukan fungsi dari Card Reader pada E-KTP Card

Reader pada E-KTP mempunyai banyak fungsi, salah satunya adalah mampu

mendeteksi keaslian E-KTP dengan memastikan NIK dan identitas yang tercetak

pada E-KTP adalah sesuai dengan pemilik resmi E-KTP tersebut. Dengan demikian

hal ini dapat mencegah terjadinya pemalsuan E-KTP.


76

b) Menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

Guna menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan berkualitas tentunya inovasi

tersebut prosedur maupun syarat-syaratnya harus jelas dan mudah dipahami, sehingga

jalannya inovasi atau program E-KTP tersebut mudah diamati pelaksanaannya.

Dengan inovasi E-KTP tentunya diharapkan mampu menghasilkan pelayanan yang

lebih baik berkualitas.

Inovasi E-KTP bukan hanya menghasilkan pelayanan yang lebih baik, namun

juga memberikan perubahan atau dampak yang positif dalam pelayanan publik,

berikut tanggapan dari Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan Kabupaten

Enrekang:

“Pelayanan pembuatan E-KTP yang semula dilaksanakan di Kabupaten, kini


dilaksanakan di Kantor Kecamatan agar lebih mudah terjangkau oleh
masyakarat. Pemerintah Kabupaten Enrekang juga menata ulang dan
memodernisasi sarana dan prasarana penunjang pelayanan E-KTP di Kantor
Kecamatan dan Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Enrekang. Penataan ulang itu berhasil meningkatkan kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan publik Pemerintah Kabupaten Enrekang.”(Wawancara
SR, 30 tahun, tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan tanggapan dari informan di atas dapat dianalisis bahwa

Pemerintah Kabupaten Enrekang telah menata ulang dan memodernisasi sarana dan

prasarana penunjang pelayanan E-KTP di Kantor Kecamatan dan Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang. Penataan ulang itu berhasil

meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik Pemerintah

Kabupaten Enrekang. Terkait inovasi menghasilkan sesuatu yang lebih baik, berikut
77

tanggapan dari Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Enrekang sebagai berikut:

“Inovasi pelayanan E-KTP di Kantor Kecamatan sedikit banyak mengubah


organisasi serta tugas dan fungsi pokok aparat. Memang Masih dibawah
koordinasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang
dan tidak sampai terjadi perubahan kelembagaan Pemerintah Kabupaten,
hanya penambahan aparat adminduk di kecamatan dan desa/kelurahan.
Pembagian peran ini mampu mengoptimalkan fungsi pelayanan yang lebih
efektif dan efisien.”(Wawancara IR, 35 tahun, tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan penjelasan dari informan di atas, dapat dianalisis bahwa pada

Inovasi pelayanan E-KTP ini, bukan hanya membuat perubahan pada sistem

pelayanan dan sarana prasarana di Kantor Kecamatan, namun juga terjadi pada

perubahan organisasi serta tugas dan fungsi pokok aparat atau petugas dengan

menambah aparat di Kecamatan/Kelurahan agar dapat mengoptimalkan fungsi

pelayanan yang lebih efektif dan efisien. Sehubungan dengan perubahan akibat

inovasi E-KTP yang menghasilkan sesuatu yang lebih baik, perubahan tersebut

terjadi pada bidang sumber daya manusia, terkait perubahan tersebut, berikut

penjelasan dari Kepala Bidang Pendataan dan Informasi Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang:

“Perubahan pada bidang sumber daya manusia dimana hampir seluruh aparat
pelayanan Administrasi Kependudukan mulai dari Desa/Kelurahan hingga
tingkat Dinas memiliki kapasitas yang memadai dalam pemberian pelayanan
KTP yang cepat dan mudah. Keberhasilan penerapannya tak hanya
melibatkan aparat administrasi Kependudukan,tetapi juga melibatkan aparat
lain seperti Dinas Infokom yang turut menyebarkan informasi tentang proses
pelaksanaan E-KTP kepada masyarakat. Semua pihak yang terlibat
78

memahami fungsi dan perannya masing-masing.”(Wawancara NF, 37 tahun,


tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan penjelasan dari informan di atas dapat dianalisis bahwa

perubahan menjadi lebih baik juga diterapkan pada bidang sumber daya manusia

dimana hampir seluruh aparat mulai dari Desa/Kelurahan hingga tingkat Dinas

Infokom, memiliki kapasitas yang memadai dalam pelayanan E-KTP. Inovasi

pelayanan E-KTP juga mengubah pola pikir dan budaya kerja aparatur serta

pembagian kerja yang lebih tertata, berikut tanggapan dari Sekretaris Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang:

“Perubahan pada pola pikir dan budaya kerja aparatur. dimana Pelayanan KTP
di Kantor Kecamatan memudahkan masyarakat, juga mengurangi beban
aparat ditingkat Kecamatan maupun Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil. Pembagian kerja yang lebih tertata dapat memaksimalkan fungsi dan
tugas pelayanan. Kinerja Aparat dalam melayani masyarakat lebih efektif
dan efisien berarti produktivitas meningkat.”(Wawancara IR, 35 tahun,
tanggal 18 Desember 2014)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas dapat disimpulkan

bahwa selain merubah pola pikir dan budaya kerja aparatur dalam pelayanan E-KTP

kepada masyarakat, pembagian kerja yang lebih tertata dapat memaksimalkan fungsi

dan tugas pelayanan. Kinerja Aparat dalam melayani masyarakat lebih efektif dan

efisien berarti produktivitas meningkat. Inovasi E-KTP ternyata lebih unggul

daripada Kartu Identitas milik negara lain, seperti yang dijelaskan oleh Kepala

Bidang Kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Enrekang sebagai berikut:


79

“Kita bisa melihat pernyataan Menteri Dalam Negeri di situs resmi E-KTP,
Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP) yang diterapkan di Indonesia
memiliki keunggulan dibandingkan dengan E-KTP yang diterapkan di RRC
dan India. E-KTP di Indonesia lebih komprehensif. Di RRC, Kartu identitas
elektronik (e-IC) nya tidak dilengkapi dengan biometrik atau rekaman sidik
jari. Di sana, e-IC hanya dilengkapi dengan chip yang berisi data perorangan
yang terbatas. Sedangkan di India, sistem yang digunakan untuk pengelolaan
data kependudukan adalah sistem UID (Unique Identification Data),
sedangkan di Indonesia namanya NIK (Nomor Induk Kependudukan).
Dengan demikian, E-KTP yang diterapkan di Indonesia merupakan gabungan
e-ID RRC dan UID India, karena E-KTP dilengkapi dengan biometrik dan
chip.”(Wawancara TT, 46 Tahun, Tanggal 18 Desember 2014)

Sesuai penjelasan dari informan di atas dapat dianalisis bahwa E-KTP di

Indonesia memiliki keunggulan lebih atau lebih baik dibandingkan dengan kartu

identitas yang ada di Negara lain seperti RRC dan India, karena E-KTP yang ada di

Indonesia dilengkapi dengan chip dan biometrik, sedangkan sistem yang digunakan

untuk pengelolaan kependudukan yang ada di India dan RRC hanya dilengkapi chip

yang berisi data perorangan yang terbatas.

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan di atas, maka dapat

dikatakan sesuai dengan teori Rogers pada indikator Observability (Kemudahan

diamati) yang menjelaskan bahwa inovasi E-KTP dapat menghasilkan sesuatu yang

lebih baik, hal ini terlihat pada upaya-upaya pemerintah diantaranya menata ulang

sarana dan prasarana penunjang pelayanan E-KTP, mengubah tugas pokok dan fungsi

aparat, mengubah Sumber Daya Manusia atau aparat sehingga memiliki kapasitas

memadai dalam pelayanan E-KTP serta mengubah pola pikir dan budaya kerja

aparatur agar lebih mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan.


80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis memberikan

kesimpulaan bahwa penerapan inovasi pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Enrekang terdiri dari: 1) Relative Advantage

(Keuntungan Relatif), E-KTP ini memberikan banyak keuntungan antara lain

meminimalisir adanya masyarakat yang memiliki KTP ganda,; 2) Compability

(Kesesuaian), setelah membandingkan antara E-KTP dan KTP konvensional,

masyarakat tersebut tidak menemukan adanya kesesuaian diantara keduanya, namun

beberapa informan menemukan kesesuaian dari segi pemahaman akan fungsi dan

kegunaan E-KTP; 3) Complexity (Tingkat Kerumitan) bahwa tingkat kerumitan E-

KTP yang tidak mampu dipahami masyarakat banyak adalah terletak pada chip 8

kilobyte untuk menyimpan 27 jenis data termasuk biometrik 10 sidik jari dan iris

mata penduduk yang terdapat dalam kartu E-KTP namun tidak terdapat pada KTP

manual.; 4) Triability ( Kemungkinan dicoba), inovasi E-KTP telah teruji dan terbukti

mempunyai keuntungan atau nilai lebih dibandingkan dengan KTP konvensional,

dengan ditemukannya keunggulan-keunggulan yang terdapat pada E-KTP

diantaranya yaitu teknologi yang terdapat pada fitur-fitur E-KTP dalam pemilu. 5)

Observability , inovasi pelayanan E-KTP dapat diamati oleh seluruh lapisan

80
81

masyarakat, baik dari lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah, pihak

swasta, maupun organisasi-organisasi aktif.

B. Saran

1. Untuk Pemerintah, a) Faktor perekaman / pengambilan data wajib E-KTP

sebaiknya melakukan Studi Banding pada salah satu Provinsi sehingga tidak ada

permasalahan administrasi kependudukan di Indonesia yang terjadi, b) Database

yang menyimpan sebaiknya saling terintegrasi, c) Percetakan E-KTP sebaiknya di

berikan kepada setiap daerah yang bertanggung jawab untuk mengurangi

kemungkinan kegagalan produk / salah cetak, d) Mengawasi proses pembuatan E-

KTP sehingga tidak adanya kecurangan/pembuatan identitas palsu, e)

Mempersiapkan sumber daya yang diperlukan dalam proses transisi ke E-KTP,

Mensosialisasikan E-KTP ini kepada masyarakat agar dapat memahami prosedur

dan kegunaan E-KTP

2. Untuk Masyarakat, a) E-KTP merupakan terobosan baru yang sangat berguna bagi

masyarakat Indonesia maupun pemerintah. Akan tetapi dalam pemanfaatannya

perlu diperhatikan kegunaannya sehingga teknologi yang bagus ini tidak

disalahgunakan, b) Menggunakan teknologi E-KTP ini dengan maksimal Menjaga

kartu elektronik ini sebaik mungkin karena dengan kartu yang disertai chip,

kerusakan kartu akan menghambat aktivitas (seperti pembuatan paspor, SIM dan

perbankan yang akan menggunakan E-KTP nantinya).


82

DAFTAR PUSTAKA

Anatan, Lina dan Lena Ellitan. 2009. Manajemen Inovasi (Transformasi Menuju
Organisasi Kelas Dunia). Bandung: Alfabeta.

Asropi. 2008. Jurnal Ilmu Administrasi Volue V, No. 3 tentang Budaya Inovasi dan
Reformasi Birokrasi. (www.asropi.files.wordpress.com)

Boediono, 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Rineka Cipta, Jakarta.

Fontana, Avanti. 2011. Innovate We Can!.Jakarta: Cipta Inovasi Sejahtera.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 tentang


pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2004 tentang


pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik.

Kurniawan, Agung, 2005. Transformasi Pelayanan Publik, Yogyakarta:Pembaruan

Lukman, Sampara,. 2000. Manajemen Kualitas Pelayanan, Jakarta:STIA LAN Press

Moenir, A.S. 2006.Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara

--------------. 2002, Manajemen Pelayanan Umum Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong, J. Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya Offset.

Napitupulu, Paimin. 2007. Pelayanan publik dan Customer Satisfaction. Bandung:


Alumni.

Prianto, Agus. 2006.Menakar Pelayanan Publik. Malang: In-trans.

Rogers, Everett M. 2003.Diffusion of Innovations 5th edition. Free Pass: New York.

Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan dan
Implementasinya. Jakarta: Bumi Aksara.

82
83

Subarsono. 2006. Analisis Kebijakan Publik: Konsep Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Suwarno, Yogi. 2008.Inovasi Di Sektor Publik. STIA-LAN Press.Jakarta. Volume 1,


Nomor 1, Januari 2013

Sugiyono. 2011.Metode Penelitian Administrasi dengan Metode R&D. Bandung:


Alfabeta

Syafri, Wirman dan Setyoko,P. Israwan. 2008. Implementasi Kebijakan Publik dan
Etika Profesi Pamong Praja. Jatinangor: Alqa Prisma Interdelta

Wahab, Solihin Abdul. 2003. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi


Kebijakan Negara. Jakarta: PT Bumi Aksara

Tjiptono, F. 1997. Prinsip-prinsip Total Quality Service. Yogyakarta : Andi.Offset

Anda mungkin juga menyukai