Anda di halaman 1dari 147

Model Pengembangan Objek Wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama

Muara Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan

Diajukan untuk :
Proposal Penelitian

Oleh :
ASTRI SUCI PRATAMA
NIM : 16052003

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
JURUSAN ILMU SOSIAL POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
ABSTRAK
Astri Suci Pratama (16052003/2016): Model Pengembangan Objek Wisata
Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji Kabupaten Pesisir
Selatan
Penelitian ini dilatarbelakangi belum optimalnya pengembangan objek wisata
Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji. Hal ini diakibatkan karena
persediaan sarana dan prasarana yang masih terbatas, pendanaan yang minim dan
belum adanya kerjasama yang terjalin dengan pihak tertentu. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pemilihan alternatif model dalam pengembangan objek wisata Pantai Kito.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan alternatif model yang dipilih dalam
pengembangan objek wisata Pantai Kito, mengetahui kendala-kendala yang dapat
menghambat pengembangan objek wisata Pantai Kito, dan menganalisis upaya-upaya
yang dilakukan Pemerintahan Nagari dalam meminimalisirkan kendala tersebut.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
deskriptif. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling yang
terdiri dari Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan, Wali
Nagari Pasar Lama Muara Air Haji, masyarakat dan pengunjung. Jenis data terdiri
dari data primer dan data sekunder yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teknik
analsis data dilakukan melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pemerintahan Nagari
dan masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito
belum maksimal. Alternatif model yang dipilih dalam pengembangan objek wisata
Pantai Kito yaitu model Community Based Tourism, model Green Tourism, dan
model Pentahelix. Dari ketiga model ini yang lebih cenderung digunakan dalam
pengembangan objek wisata Pantai Kito yaitu model Community Based Tourism
(CBT). Bukan berarti tidak mengenyampingkan model green tourism dan model
pentahelix. Dalam pengembangan objek wisata Pantai Kito menghadapi kendala
berupa 1) Sarana dan prasarana yang masih terbatas, 2) Status kepemilikan yang
masih bersifat peribadi, 3) Minimalnya pendanaan, dan 4) Kurangnya Sumber Daya
Manusia (SDM) dalam majerial dibidang pariwisata. Untuk mengatasi kendala dalam
pengembangan objek wisata Pantai Kito, maka dilakukan upaya : 1) Meningkatkan
promosi objek wisata, 2) Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana, 3)
Meningkatkan sumber daya manusia, 4) Meningkatkan potensi objek wisata, dan 5)
Menarik investor untuk menanamkan modal.
Untuk pengembangan objek wisata Pantai Kito tahun selanjutnya sangat
diharapkan peran dan perhatian dari Pemerintahan Nagari dalam mengembangkan
objek wisata Pantai Kito, menarik pihak swasta untuk bekerjasama dan menanamkan
modal dalam melakukan pembangunan, memasukan dana pengembangan objek
wisata Pantai Kito ke dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) Nagari.
Kata kunci: Model Pengembangan, Pariwisata

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian serta
penulisan skripsi ini, dengan judul “Model Pengembangan Objek Wisata Pantai Kito
di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan”. Skripsi ini
disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi
pada program studi (S1) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Padang.
Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
penghargaan dan ucapan terimakasih kepada :
1. Ibu Dr. Siti Fatimah., M. Pd., M. Hum selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Padang.
2. Bapak Dr. Hasrul, M. Si dan Ibu Rita Anggraini, S. Pd., M. Pd selaku Ketua
dan sekretaris Jurusan Ilmu Sosial Politik Program Studi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan.
3. Bapak Prof. Dr. Azwar Ananda, M.A selaku Pembimbing Akademik yang
telah membantu penulis dalam kegiatan akademik.
4. Bapak Drs. Ideal Putra, M. Si selaku pembimbing skripsi yang telah banyak
memberi arahan dan masukan hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Akmal, SH. M. Si dan ibu Henni Muchtar, S. H, M. Hum selaku
tim penguji yang telah banyak memberikan saran, kritikan dan masukan untuk
kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Sosial Politik Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Padang yang telah memberikan pelajaran dan pengetahuan
yang bermanfaat bagi penulis.
7. Para informan yang telah bersedia meluangkan waktu dan membantu penulis
untuk memberikan data dan informasi terkait dengan penelitian skripsi ini.

ii
8. Teristimewa untuk Ayahanda Tercinta Antoni dan Ibunda Tersayang Elva
Susanti. Terima kasih Ayah dan Ibu yang selalu mendo’akan, menyemangati
dengan penuh cinta, memberikan dukungan moril, membiayai dan
memfasilitasi, serta kasih sayang yang tidak akan bisa ternilai harganya.
Sehingga penulis bisa menepati janji untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Teristimewa untuk adikku tersayang Nola Try Elsa, Noli Try Elsa, dan Azzura
Hayatun Nadjmi yang selalu memberikan semanagat dan perhatian dengan
penuh cinta dan kasih sayang.
10. Terima kasih untuk keluarga besar di Kampung Halaman yang selalu
memberikan dukungan, semangat, dan motivasi dimulai awal masuk kuliah
sampai akhirnya penulis menamatkan kuliah di Universitas Negeri Padang.
11. Terima kasih untuk Wahyudi dan keluarga yang selalu setia mendengarkan
berbagai keluhan, memberikan semangat dan dukungan, serta membantu
penulis dengan penuh keikhlasan.
12. Teristimewa untuk teman sepembimbing Emilia Ramadani, Desi Adriani, dan
Nurhazifah yang telah memberikan bantuan, dorongan, perhatian, semangat,
motivasi, dan selalu setia kepada penulis untuk dapat bimbingan bersama.
13. Terima kasih untuk teman-temanku Amalia, Dila, Laras, Liza, Tika, Wisniati
Yanti, dan Yoza yang selalu memberikan support sejak kami dipertemukan.
14. Teman-teman seperjuangan Civic Education angkatan 2016 yang telah
memberikan semangat dan motovasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Berbagai pihak lainnya yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang ikut membantu hingga selesainya skripsi ini.
Hakekat manusia tidak terlepas dari kekurangan, karena tidak ada manusia
yang sempurna dan kesempurnaan hanya milik Yang Maha Esa. Penulis menyadari
dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan keterbatasan, skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun/konstruktif
untuk kesempurnaan skripsi ini.

iii
Harapan penulis, semoga segala jasa Bapak, Ibu dan rekan-rekan dapat
menjadi pahala dan ridha Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat dan tambahan ilmu bagi penulis khusunya dan pembaca pada
umumnya.
Padang, 5 November 2020

Astri Suci Pratama

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................v
DAFTAR TABEL ......................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................2
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................11
C. Batasan Masalah.............................................................................................11
D. Rumusan Masalah ..........................................................................................12
E. Tujuan Penelitian ...........................................................................................12
F. Manfaat Penelitian .........................................................................................13
BAB II KAJIAN PERPUSTAKAAN .....................................................................14
A. Kajian Teori ...................................................................................................14
1. Pengertian Pariwisata ...............................................................................14
2. Ekowisata .................................................................................................17
3. Wisata.......................................................................................................18
4. Wisatawan ................................................................................................19
5. Objek Wisata ............................................................................................20
6. Pengembangan Objek Wisata ..................................................................22
7. Model Pengembangan Objek Wisata .......................................................25
8. Kondisi Aksesbilitas Objek Wisata ..........................................................30
9. Sarana dan Prasarana Objek Wisata ........................................................30
B. Kendala dan Upaya Pengembangan Objek Wisata ........................................31
1. Kendala Pengembangan Objek Wisata ....................................................31
2. Upaya Pengembangan Objek Wisata .......................................................32
C. Kerangka Konseptual .....................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................................35
A. Jenis Penelitian ...............................................................................................35
B. Lokasi Penelitian ............................................................................................36
C. Informan Penelitian ........................................................................................36
D. Jenis dan Sumber Data Penelitian ..................................................................38
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ..............................................................39
F. Uji Keabsahan Data........................................................................................41

v
G. Teknik Analisis Data ......................................................................................42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................45
A. Hasil Penelitian ..............................................................................................45
1. Temuan Umum.........................................................................................45
a. Kondisi Geografis ..............................................................................45
b. Struktur Organisasi Pemerintahan Nagari ..........................................46
c. Keadaan Penduduk .............................................................................48
d. Penduduk Menurut Kelompok Umur .................................................49
e. Tingkat Pendidikan Penduduk ...........................................................50
f. Pekerjaan Masyarakat ........................................................................51
g. Sarana dan Prasarana Agama .............................................................53
h. Sarana dan Prasarana Pendidikan.......................................................54
i. Sarana dan Prasarana Lainnya ...........................................................54
2. Temuan Khusus ........................................................................................56
a. Model pengembangan Objek Wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar
Lama Muara Air Haji .........................................................................56
1) Model Community Based Tourism (CBT) ..................................56
2) Model Green Tourism ..................................................................72
3) Model Pentahelix .........................................................................80
b. Kendala Yang Menghambat Pengembangan Objek Wisata Pantai Kito
di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji ........................................86
c. Upaya Dalam Meminimalisirkan Kendala Yang Menghambat
Pengembangan Objek Wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama
Muara Air Haji ...................................................................................94
B. Pembahasan ....................................................................................................102
1. Model pengembangan Objek Wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama
Muara Air Haji .........................................................................................102
2. Kendala Yang Menghambat Pengembangan Objek Wisata Pantai Kito di
Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji ..................................................112
3. Upaya Dalam Meminimalisirkan Kendala Yang Menghambat
Pengembangan Objek Wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama Muara
Air Haji.....................................................................................................114
BAB V Kesimpulan Dan Saran...............................................................................118

A. Kesimpulan ....................................................................................................118
B. Saran ...............................................................................................................120
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................122

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Nama-Nama Informan Penelitian .........................................................

Tabel 2 Jumlah Penduduk Nagari Pasar Lama Muara Air Haji .................................48

Tabel 3 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur .....................................................49

Tabel 4 Tingkat Pendidikan Penduduk ......................................................................50

Tabel 5 Pekerjaan Masyarakat ...................................................................................52

Tabel 6 Sarana dan Prasarana Agama ........................................................................53

Tabel 7 Sarana dan Prasarana Pendidikan .................................................................54

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Nagari Pasar Lama Muara Air Haji ...................................................46

Gambar 2 Struktur Organisasi Pemerintahan Nagari .................................................47

Gambar 3 Kantor Wali Nagari Pasar Lama Muara Air Haji ......................................55

Gambar 4 Balai Pemuda Nagari Pasar Lama Muara Air Haji ...................................55

Gambar 5 Bentuk Partisipasi Masyarakat ..................................................................60

Gambar 6 Usaha Makanan dan Minuman ..................................................................62

Gambar 7 Usaha Wahana Permainan Anak-Anak .....................................................63

Gambar 8 Objek Wisata Pantai Kito ..........................................................................69

Gambar 9 Aksesbilitas Objek Wisata Pantai Kito .....................................................71

Gambar 10 Kegiatan Promosi Objek Wisata Pantai Kito ..........................................74

Gambar 11 Bentuk Kreativitas Masyarakat ...............................................................76

Gambar 12 Sapta Pesona Wisata Pantai Kito ............................................................79

Gambar 13 Sarana dan Prasarana Ibadah ...................................................................84

Gambar 14 Sarana dan Prasarana Toilet ....................................................................85

Gambar 15 Tempat Istirahat dan Makan ....................................................................85

Gamabar 16 Tempat Parkir Pengunjung ....................................................................88

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Dokumtasi Penelitian

Lampiran 4 Surat Rekomendasi dan Izin Penelitian dari KESBANGPOL

Lampiran 5 Surat Balasan dari Kantor Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Kantor Wali Nagari Pasar Lama Muara Air Haji

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia mempunyai potensi dan sumber daya alam yang belum

dikembangkan dengan optimal, salah satuya sektor pariwisata. Pariwisata

diharapkan bermanfaat untuk masyarakat, dikarenakan sektor pariwisata

adalah sektor pembangunan dibidang ekonomi. Kegiatan pariwisata sebagai

sektor non-migas dapat memberikan dampak terhadap perekonomian negara.

Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menjelaskan

pariwisata memiliki peranan dalam pembangunan nasional sebagai penghasil

devisa, meningkatkan kesempatan kerja serta pendapatan, memperkokoh

persatuan dan kesatuan budaya bangsa.

Pariwisata diyakini oleh banyak kalangan untuk sumber penggerak

ekonomi, penciptaan lapangan kerja, pengurangan kemiskinan, media dalam

meciptakan keharmonisan sosial menjadi prioritas pembangunan diberbagai

negara. Untuk mewujudkan keyakinan tersebut pariwisata harus dibangun dan

dikembangkan secara terencana, terpadu dan terintegrasi serta berkelanjutan.

Hal ini akan lebih maksimal jika didukung oleh objek wisata yang menarik

dan promosi yang baik (Novi Yanti, 2014).

1
2

Pengembangan pariwisata merupakan salah satu bagian dari

pembangunan ekonomi dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi

suatu Negara. Dalam pengembangan pariwisata suatu daerah, perlu

memperhatikan potensi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Makin

banyak potensi yang ada dalam suatu daerah, makin layak daerah itu

dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Pengembangan merupakan

usaha manusia untuk mengembangkan suatu objek wisata yang menyangkut

proses pengelolaan, pelestarian objek wisata, dan pemanfaatan sumber daya

alam di wilayahnya (Riki Ruspianda, 2019).

Pengembangan objek wisata secara optimal memerlukan partisipasi

pemerintah dan masyarakat, karena pemerintah dan masyarakat paham akan

kondisi dan situasi daerahnya. Partisipasi antara pemerintah dan masyarakat

harus seimbang. Jika tidak ada pertisipasi dari pemerintah hanya dari

masyarakat saja, maka objek suatu wisata tidak akan mampu memberikan

manfaat yang optimal dalam pengembangan pariwisata. Begitupun sebaliknya

jika tidak ada partisipasi dari masyarakat hanya dari pemerintah saja, maka

objek suatu wisata tidak mampu memberikan manfaat yang optimal dalam

pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, antara pemerintah maupun

masyarakat memiliki tanggungjawab yang besar dalam pengembangan

pariwisata (Erda Fitriani, 2017).


3

Secara umum pengembangan objek wisata diartikan sebagai usaha

mendorong perubahan kepariwisataan dengan tujuan memperoleh keuntungan

dan manfaat yang lebih baik. Usaha mengembangkan pariwisata di Indonesia

didukung dengan Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan

menyatakan bahwa keberadaan objek wisata disuatu daerah dapat

memberikan keuntungan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD), mensejahterakan masyarakat, memperluas kesempatan kerja,

menumbuhkan rasa cinta lingkungan dan melestarikan alam budaya. Oleh

sebab itu, pengembangan pariwisata mesti dilakukan secara terencana,

bertahap, dan berkesinambungan.

Ekowisata adalah bentuk pariwisata berkelanjutan yang terdapat tiga

komponen yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi. Ekowisata melibatkan

masyarakat dalam pengelolaannya, sehingga memberikan manfaat yang baik.

Selain itu, ekowisata adalah jenis pariwisata yang berwawasan lingkungan,

maksudnya melalui aktivitas yang berkaitan dengan alam, wisatawan diajak

melihat alam dari dekat, menikmati keaslian alam dan lingkungannya

sehingga membuatnya tergugah untuk mencintai alam (Herman Gusrial Putra,

2019).

Di era globalisasi saat sekarang ini, sektor pariwisata merupakan salah

satu sektor yang mempunyai peranan strategis dalam menunjang

pembangunan perekonomian nasional. Untuk mengembangkan sektor ini

pemerintah berusaha keras membuat rencana dan berbagai kebijakan yang


4

mendukung ke arah kemajuan sektor tersebut. Salah satu kebijakan adalah

menggali, menginvestasikan dan mengembangkan objek-objek wisata yang

ada sebagai daya tarik utama bagi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun

wisatawan mancanegara.

Provinsi Sumatera Barat merupakan provinsi di Indonesia yang

memiliki banyak tempat pariwisata dan tidak kalah manarik dengan provinsi

lainnya. Pemerintahan provinsi Sumatera Barat (Sumbar) menetapkan enam

sasaran yang ingin dicapai dalam program dan kegiatan pembangunan dan

pengembangan pariwisata atau suatu objek wisata, diantaranya :

a. Pertama, terciptanya merek dan keunikan produk serta daerah tujuan


wisata, sehingga terbangun sebuah pencitraan yang khas tentang objek
wisata tersebut.
b. Kedua, terciptanya produk wisata yang berbasis budaya yang merupakan
ciri khas dari suatu daerah.
c. Ketiga, tersedianya paket wisata yang berkualitas dengan standar
internsional.
d. Keempat, tersedianya sarana dan prasarana pendukung aktivitas
pariwisata lengkap dengan kemudahan dan kenyamanan.
e. Kelima, terlaksananya program pemasaran pariwisata terpadu dan fokus
dengan wilayah segmen yang jelas sesuai dengan produk dan destinasi
wisata.
f. Keenam, terwujudnya masyarakat sadar wisata terutama disekitar objek
wisata yang banyak dikunjungi wisatawan.

Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan No. 2 tahun 2015 tentang

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Pesisir Selatan

2015-2025 pada BAB III mengenai Pembangunan Destinasi Pariwisata yang

terdapat dalam pasal 7 meliputi: a). Perwilayahan pembangunan destinasi


5

wisata; b). Pembangunan daya tarik wisata; c). Pembangunan aksesbilitas

pariwisata; d). Pembangunan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas

pariwisata; e). Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan kepariwisataan; f).

pengembangan investasi dibidang pariwisata.

Kecamatan Linggo Sari Baganti adalah kecamatan di Kabupaten

Pesisir Selatan yang memiliki potensi wisata bahari yaitu objek wisata pantai

Kito. Objek wisata Pantai Kito adalah objek wisata pantai yang berlokasi di

kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji, Kecamatan Linggo Sari Baganti,

Kabupaten Pesisir Selatan. Pantai Kito memiliki potensi keindahan

pemandangan yang bernuansa laut, jajaran pohon kelapa, dan hamparan pasir

putih sepanjang pantai. Pengembangan objek wisata Pantai Kito bertujuan

untuk melakukan proses pengelolaan pantai menjadi suatu objek wisata,

melestarikan keindahan objek wisata, pemanfaatan sumber daya alam,

memajukan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat.

Pengembangan objek wisata Pantai Kito dilakukan pada pertengahan

tahun 2019 oleh masyarakat. Keberhasilan pada pengembangan objek wisata

Pantai Kito ditandai oleh peningkatan kunjungan wisatawan, berdasarkan data

dari pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito terhitung dari

tahun 2019 yaitu berjumlah 374 kunjungan wisata. Kemudian, pada tahun

2020 mengalami peningkatan yaitu berjumlah 1.073 kunjungan wisata, maka

terhitung dari tahun 2019 sampai tahun 2020 yaitu berjumlah 1.447
6

kunjungan wisata. Peningkatan kunjungan wisata dapat mempengaruhi

perekonomian masyarakat setempat. Pantai Kito memiliki luas sepanjang 4

kilometer, sehingga memerlukan sarana dan prasarana yang dapat

meningkatkan kualitas objek wisata Pantai Kito.

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan pada 14 Agustus

2020 dengan wawancara bersama bapak Hannapi selaku Wali Nagari Pasar

Lama Muara Air Haji, yang menjelaskan bahwa :

“Pengembangan objek wisata Pantai Kito masih berjalan, karena


belum mencapai sasaran. Pengelolaan dan pengembangan objek
wisata Pantai Kito dilakukan oleh masyarakat. Kerjasama harus
terjalin dengan baik dan kompak dalam melakukan pengembangan
objek wisata Pantai Kito. Dasar dilakukan pengembangan objek
wisata Pantai Kito yaitu ide kreatuf masyarakat yang memberikan
manfaat yang baik seperti memajukan dan mensejahterakan nagari,
terkhusus mensejahterakan kehidupan masyarakat setempat”.

Berdasarkan wawancara diatas, bahwa pengembangan objek wisata

Pantai Kito masih belum mencapai sasaran proses pengelolaan, pelestarian,

dan pemanfaatan sumber daya alamnya. Objek wisata Pantai Kito memiliki

potensi-potensi wisata yang bagus untuk dilakukan pengembangan pariwisata.

Dalam melakukan pengembangan suatu objek wisata, maka kerjasama harus

dapat terjalin dengan baik, agar pengembangan dapat dilakukan secara

optimal. Dasar pengembangan objek wisata Pantai Kito dilakukan yaitu ide

kreatif masyarkat untuk mengelola dan membangun objek wisata Pantai Kito.
7

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Pemuda Nagari

Pasar Lama Muara Air Haji yang bernama Hendri (28 tahun), pada 15

Agustus 2020, yang menjelaskan :

“Pengembangan objek wisata Pantai Kito mendapatkan dukungan


dan persetujuan dari pemerintahan nagari. Pengelolaan objek wisata
Pantai Kito dilakukan oleh masyarakat dan dibantu oleh pemuda
nagari. Kesadaran dan partisipasi masyarakat sangat tinggi dalam
pengembangan objek wisata Pantai Kito. Dana yang dibutuhkan untuk
melakukan pengelolaan dan pengembangan objek wisata adalah dana
pribadi masyarakat. Pemuda nagari dan masyarakat tidak memungut
biaya parkir dan pengunjung dapat masuk tanpa harus membayar.
Masyarakat berjualan hanya membayar uang kebersihan lingkungan
sebanyak Rp. 15.000”.

Berdasarkan wawancara diatas, pengelolaan dan pengembangan objek

wisata Pantai Kito dilakukan oleh masyarakat dan dibantu oleh pemuda

nagari, serta mendapat dukungan dan persetujuan dari Pemerintahan Nagari.

Kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata ini

sangat tinggi. Objek wisata Pantai Kito menyediakan bebas parkir dan

pengunjung dapat memasuki kawasan wisata objek wisata Pantai Kito tanpa

harus membayar. Masyarakat yang berjualan makanan dan minuman harus

membayar uang kebersihan lingkungan sebanyak Rp. 15.000.


8

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan ibuk Marni (35

tahun) selaku masyarakat setempat pada 18 Agustus 2020, yang menurutnya :

“Objek wisata Pantai Kito memberikan manfaat yang baik untuk


masyarakat yaitu peluang usaha sehingga perekonomian masyarakat
meningkat dan dapat mensejahterakan taraf kehidupan masyarakat
setempat. Masyarakat selalu memperhatikan kebersihan lingkungan
yang bebas dari sampah, agar keindahan dan kelestarian lingkungan
selalu terjaga yang memberikan kenyamanan pada pengunjung yang
datang. Karena masih kurangnya keterlibatan Pemerintahan Nagari
dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito,
maka mengakibatkan penyediaan sarana dan prasarana terbatas dan
perlu dilakukan pembangunan sesuai kebutuhan pengunjung.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, bahwa pengembangan objek

wisata memberikan peluang usaha untuk meningkatkan perekonomian

masyarakat dan mensejahterakan taraf kehidupan masyarakat. Kebersihan

lingkungan objek wisata Pantai Kito selalu dalam perhatian masyarakat.

Penyediaan sarana dan prasarana sangat terbatas dan perlu dilakukan

pembangunan, karena Pamenerintahan nagari belum berperan aktif dalam

pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito.

Dalam pengembangan kepariwisataan, keikutsertaan Pemerintahan

Nagari dan masyarakat sangat diperlukan. Pemerintahan Nagari dan

masyarakat harus dapat berpartisipasi dan berperan aktif dalam kegiatan

pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito, dimulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemanfaatan hasil. Pemerintahan

Nagari harus memperhatikan proses dari pengelolaan, pelestarian, dan


9

pemanfaatan sumber daya alam yang ada dikawasan wisata Pantai Kito.

Selain itu, Pemerintahan Nagari juga harus memperhatikan kendala yang

dapat menghambat pengembangan objek wisata Pantai Kito, seperti fasilitas.

Hal ini relevan dengan Muhammad Arif (2017) tentang Strategi

Pengembangan Objek Wisata Pantai Sumedang Di Kecamatan Ranah Pesisir

Kabupaten Pesisir Selatan, yang hasil penelitiannya antara lain: 1) melakukan

pemberdayaan, penyuluuhan agar menumbuhkan dan meningkatkan

kesadaran masyarakat tentang pentingnya masyarakat Sadar Wisata, 2)

melakukan koordinasi dengan pihak Swasta untuk menanamkan modal, 3)

mengembangkan atraksi pariwisata, 4) memperbaiki dan mengadakan fasilitas

sarana prasarana objek wisata, 5) membangun dan mengadakan Aksesibilitas

pariwisata.

Selain itu, penelitian terdahulu Riki Ruspianda (2019) mengenai

Program Pengembangan Kawasan Pariwisata Pantai Purus Kota Padang.

Peran masyarakat dalam pengembangan kawasan pariwisata Pantai Purus

berupa ikutsertanya masyarakat. Adapun tindakan yang dilakukan masyarakat

yaitu ikut menjaga dan memelihara kawasan Pantai Purus sebagai objek

wisata kota Padang, menjaga keamanan dan kenyamanan pengunjung,

menjaga kebersihan Pantai Purus dan memanfaatkan Pantai Purus sebagai

peluang usaha merupakan peran yang telah dilakukan oleh masyarakat.


10

Selanjutnya, Herman Gusrial Putra (2019) tentang Pengembangan

Objek Wisata Berwawasan Lingkungan Hidup, dapat disimpulkan bahwa

Pembangunan objek wisata alam sebagai suatu destinasi wisata berwawasan

lingkungan tidak terlepas dari peran pemerintah dan masyarakat. Dengan

adanya koordinasi antara pemerintah dengan masyarakat dapat menimalisir

kerusakan lingkungan.

Kemudian, Erda Fitriani (2017) tentang Partisipasi Pemerintahan

Nagari dan Masyarakat Dalam Pembangunan Ekowisata Sungai Pinang, dapat

disimpulkan bahwa pemerintahan nagari dan masyarakat harus ikut

berpartisipasi dalam membangun dan mengembangkan pariwisata di

daerahnya. Bentuk partisipasi yaitu dalam perencanaan, pelaksanaan,

pemanfaat hasil dan evaluasi pariwisata. Mereka yang merasakan manfaat

langsung dari parisiwata adalah mereka yang sudah lama terlibat aktif dalam

aktivitas kepariwisataan.

Berdasarkan uraian penelitian yang sebelumnya dan hal-hal yang

dapat melatarbelakangi, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Model Pengembangan Objek Wisata Pantai Kito

Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan”.


11

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah pada

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Belum optimalnya Pemerintahan Nagari dan masyarakat dalam melakukan

pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito.

2. Masih kurangnya kelengkapan persediaan sarana dan prasarana di

kawasan objek wisata Pantai Kito.

3. Minimnya pendanaan yang diperlukan dalam pengelolaan dan

pengembangan objek wisata Pantai Kito.

4. Belum terjalinnya kerjasama yang baik dalam melakukan pengelolaan dan

pengembangan objek wisata Pantai Kito.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, agar tidak terjadi

pengembangan dalam pembahasan penelitian ini, maka peneliti membatasi

masalah yaitu alternatif model yang dipilih dalam pengembangan objek wisata

Pantai Kito, kendala yang menghambat pengembangan objek wisata Pantai

Kito, dan upaya yang dilakukan dalam meminimalisirkan kendala tersebut.


12

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana alternatif model yang dipilih dalam pengembangan objek

wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji.?

2. Apa saja kendala-kendala yang menghambat pengembangan objek wisata

Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji.?

3. Apa upaya Pemerintahan Nagari dan masyarakat dalam meminimalisirkan

kendala tersebut.?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk :

a. Khusus

1. Mendeskripsikan alternatif model yang dipilih dalam pengembangan

objek wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji.

2. Mengetahui kendala-kendala yang menghambat pengembangan objek

wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji.

3. Menganalisis upaya-upaya yang dapat dilakukan Pemerintahan Nagari

dan masyarakat dalam meminimalisirkan kendala-kendala tersebut.


13

b. Umum

1. Pemilihan alternatif model pengembangan objek wisata bahari.

2. Pemanfaatan objek wisata Pantai Kito yang efektif.

3. Terciptanya kelestarian lingkungan objek wisata alam yang bersih.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis.

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran

mengenai bidang pendidikan lingkungan hidup, menambah wawasan

pengetahuan secara teori tentang objek wisata alam khususnya objek

wisata bahari, dan menjadi pengalaman yang bermanfaat bagi penulis.

2. Secara Praktis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan masukan

sebagai bahan evaluasi untuk dilakukan perbaikan-perbaikan, sebagai

bahan dan referensi untuk para peneliti lainnya. Dan diharapkan juga

penelitian ini mampu membawa perubahan positif dalam kehidupan

masyarakat.
BAB II
KAJIAN PERPUSTAKAAN
A. Kajian Teori

1. Konsep Pariwisata

a. Pengertian Pariwisata

Kata pariwisata berasal dari dua suku kata yaitu “pari” yang berarti

banyak, berkali-kali dan berputar-putar, sedangkan “wisata” berarti perjalanan

atau bepergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan atau bepergian yang

dilakukan secara berkali-kali atau berkeliling (Mulyadi A.J, 2012:24).

Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan

menyebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan

didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah.

H. Kodhyat dalam Bakaruddin (2009:15) merumuskan dua unsur

pokok yaitu pertama pariwisata adalah suatu bentuk interaksi sosial yang

ditimbulkan oleh kunjungan orang-orang asing/lokal dan bukan penduduk

setempat. Kedua kedatangan orang-orang asing tidak dengan tujuan untuk

tinggal menetap di suatu tempat yang mereka kunjungi dan bukan pula untuk

melakukan pekerjaan dengan mendapat penghasilan.

14
15

Secara kesisteman, kepariwisataan adalah bagian dari pengembangan

wilayah yang berkaitan dengan pembangunan dan pengembangan tata ruang

wilayah (RTW) sesuatu kawasan, sehingga menjadikannya sebagai daerah

tujuan wisata (DTW). Adapun istilah kepariwisataan secara luas akan

mencakup segala aspek yang terkait dengan kepentingan dan pengelolaan

dunia industri pariwisata, baik aspek pengembangan fisik (sarana dan

prasarana infrastruktur) dan non fisik (manusia dan tatanan kemasyarakatan),

serta keramahtamahan hostapitality industri).

Dalam konteks perwilayahan keberadaan landscape alam adalah

sebagai sumber daya wisata yang akan berkontribusi terhadap pembangunan

daerah melalui pembangunan dan pengembangan objek-objek wisata dimana

pada gilirannya memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi wilayah

dan masyarakat. Kondisi ini terkait dengan pengembangan pariwisata pesisir

yang berkelanjutan. Kebutuhan kebijakan dan strategi dalam menerapkan

konsep pengelolaan sumber daya pesisir terpadu & berkelanjutan (Clark,

2018:36).

Sektor pariwisata merupakan penggerak perekonomian masyarakat

yang diharapkan dapat berjalan secara berkelanjutan melalui pengembangan

pariwisata. Dalam mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan yang

berbasis masyarakat, dibutuhkan upaya daya tarik wisata dalam meningkatkan


16

kesejahteraan masyarakat, pelestarian seni budaya, dan pembangunan

pariwisata ramah lingkungan (Ayu Hari Nalayani, 2016).

Menurut Kuntowijoyo, pariwisata memiliki dua aspek yaitu aspek

kelembagaan dan aspek substansial. Aktivitas pariwisata merupakan salah

satu sektor pembangunan yang berkontribusi bagi pendapatan daerah.

Pariwisata merupakan sebuah fenomena dan keterkaitan yang muncul karena

interaksi wisatawan, bisnis penyedia jasa, pemerintah dan komunitas setempat

dalam proses mendatangkan wisatawan atau pengunjung (Wardiyanta,

2006:128).

Pariwisata merupakan kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa

pariwisata dan menyediakan objek daya tarik wisata. Industri pariwisata

merupakan struktur organisasi, baik pemerintah maupun swasta dalam

pengembangan, memproduksi dan pemasaran produk untuk memenuhi

kebutuhan individu yang berpergian (Prasetya Maha Rani, 2014).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka penulis dapat

memberikan pengertian kepariwisataan adalah suatu perjalanan yang

dilakukan oleh individu atau kelompok untuk sementara waktu dari suatu

tempat ke tempat lain yang mempunyai objek wisata dan daya tarik wisata

untuk mendapatkan kepuasan lahir dan batin.


17

b. Ekowisata

Dalam bahasa Indonesia istilah ecotourism diterjemahkan menjadi

“Ekowisata”, yaitu jenis pariwisata yang berwawasan lingkungan.

Maksudnya, melalui aktivitas yang berkaitan dengan alam, wisatawan diajak

melihat alam dari dekat, menikmati keaslian alam dan lingkungannya

sehingga membuatnya tergugah untuk mencintai alam. Ekowisata adalah

bentuk pariwisata berkelanjutan yang memiliki tiga komponen diantaranya

lingkungan, sosial dan ekonomi.

Janiaton Damanik dan Helmut F. Weber (2006:39) menjelaskan tiga

konsep dasar operasional tentang ekowisata yaitu:

1) Perjalanan Outdoor dan dikawasan alam yang tidak menimbulkan


kerusakan lingkungan.
2) Wisata ini mengutamakan penggunaan fasilitas transportasi yang
diciptakan dan dikelola masyarakat kawasan wisata tersebut.
3) Perjalanan wisata menaruh perhatian besar pada lingkungan alam dan
budaya lokal.
Pada dasarnya, ekowisata dalam penyelenggaraannya dilakukan

dengan kesederhanaan, memelihara keaslian alam dan lingkungan,

memelihara keaslian seni dan budaya, adat istiadat, kebiasaan hidup,

menciptakan ketenangan dan kesunyian, memelihara flora dan fauna, serta

terpeliharanya lingkungan hidup sehingga tercipta keseimbangan antara

kehidupan manusia dengan alam sekitarnya. Dalam ekowisata ada empat

unsur yang dianggap amat penting, yaitu unsur pro-aktif, kepedulian terhadap

pelestarian lingkungan hidup, keterlibatan penduduk lokal, dan unsur


18

pendidikan. Wisatawan yang datang tidak semata-mata untuk menikmati alam

sekitarnya tetapi juga mempelajarinya sebagai peningkatan pengetahuan

(Yoeti, Oka A, 2000: 35-36).

Drumm dalam Razak (2008:9) menyatakan ada enam keuntungan

dalam implementasi kegiatan ekowisata, diantaranya:

1) Memberikan nilai ekonomi dalam kegiatan ekosistem didalam lingkungan


yang dijadikan sebagai obyek ekowisata;
2) Menghasilkan keuntungan secara langsung untuk pelestarian lingkungan;
3) Memberikan keuntungan secara langsung dan tidak langsung bagi para
stakeholders;
4) Membangun konstituensi untuk konservasi secara lokal, nasional, dan
internasional;
5) Mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan;
6) Mengurangi ancaman terhadap keanekaragaman hayati yang ada di obyek
wisata tersebut.

c. Wisata

Didalam Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang

kepariwisataan mengemukakan wisata adalah kegiatan perjalanan yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat

tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Menurut Pendit (2012:14) ada beberapa jenis wisata, yaitu :

1) Wisata budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan


untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara mengadakan
kunjungan ke tempat lain atau keluar negeri, mempelajari keadaan rakyat,
kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup, kebudayaan dan seni.
2) Wisata kesehatan, yaitu perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan
untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana
19

wisatawan tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti


jasmani dan rohani.
3) Wisata olahraga, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan
tujuan berolahraga atau memang sengaja bermakasud mengambil bagian
aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau Negara.
4) Wisata komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk mengunjungi
pameran-pameran yang bersifat komersial, seperti pameran industri,
pameran dagang dan sebagainya.
5) Wisata industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar
atau mahasiswa, dan orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah
perindustrian, dengan maksud tujuan untuk mengadakan peninjauan atau
penelitian.
6) Wisata Bahari, yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan danau, pantai,
pulau, dan air terjun.
7) Wisata Cagar Alam, yaitu jenis wisata yang biasanya diselenggarakan
oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan
mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan
daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh
undang-undang.
8) Wisata bulan madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi
pasangan-pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan
fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalan.

d. Wisatawan

Menurut undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan,

disebutkan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

Wisatawan diartikan sebagai individu yang berpergian dari satu tempat ke

tempat lainnya tanpa menetap. Sedangkan defenisi wisatawan menurut World

Tourisme Organization (WTO) adalah setiap orang bertempat tinggal di suatu

negara, tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung ke suatu tempat

pada negara yang sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam yang tujuan

perjalanannya yaitu memanfaatkan waktu luang untuk berkreasi, liburan,


20

kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olahrag, serta bisnis atau mengunjungi

kaum keluarga.

Menurut Swarbrooke, dkk mengidentifikasi empat jenis wisatawan

yaitu wisatawan massal kelompok (Organized Mass Tourist), wisatawan

massal individu (Individual Mass Tourist), penjelajah (Explorer), dan

petualang (Drifter). Wisatawan adalah aktor dalam kegiatan wisata. Berwisata

menjadi sebuah pengalaman manusia untuk menikmati, mengantisipasi dan

mengingatkan masa-masa didalam kehidupan (Ismayanti, 2010:2-3).

Berdasarkan paparan diatas bisa dipahami wisatawan merupakan

individu yang berpergian atau persinggahan untuk menikmati obyek wisata

tanpa menetap, melainkan dengan tujuan memanfaatkan waktu luang untuk

berkreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olahrag, serta bisnis

atau mengunjungi kaum keluarga.

e. Objek Wisata

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1979 tentang objek

wisata, menyatakan bahwa objek wisata adalah perwujudan dari ciptaan

manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan

alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Objek wisata

merupakan segala sesuatu yang dapat dilihat, dinikmati dan menimbulkan

kesan tersendiri pada diri seseorang apabila didukung oleh sarana dan
21

prasarana yang memadai. Objek wisata menurut Direktoral Jenderal

Pemerintah dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

a) Objek Wisata Alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta
memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun
setelah ada usaha budidaya.
b) Objek Wisata Sosial Budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan
sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan
sejarah, upacara adat, seni pertunjukkan, dan kerajinan.
c) Objek Wisata Minat Khusus merupakan jenis wisata yang baru
dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan
yang mempunyai motivasi khusus. Dengan demikian, biasanya para
wisatawan harus memiliki keahlian.
Ridwan (2012:5) mengemukakan pengertian objek wisata adalah

segala sesuatu yang memilik keunikan, keindahan dan nilai yang berupa

keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang

menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan mengatakan bahwa

yang dimaksud dengan objek wisata atau daya tarik terdiri dari dua bagian,

yaitu :

a) Objek dan daya tarik ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud
keadaan alam serta flora dan fauna.
b) Objek dan daya tarik hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, seni budaya wisata, agrowisata, wisata
petualangan, taman rekreasi, wisata bahari, dan tempat lainnya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa objek wisata

adalah suatu tempat atau daerah yang memiliki ciri khas, keindahan alam, dan

karakteristik unik yang menarik minat seseorang untuk datang atau


22

berkunjung. Keunikan atau keindahan alam dari tempat wisata tersebut

bersifat alami dan wisatawan dapat menikmati keindahan alam berupa benda

hayati atau non hayati.

f. Pengembangan Objek Wisata

Pengembangan objek wisata didefinisikan sebagai upaya pendorong

perubahan pariwisata bertujuan memperoleh keuntungan dan manfaat yang

baik. Pengembangan merupakan usaha individu dalam mengembangkan

personalitas dan fasilitas objek, sehingga bisa terlaksana secara maksimal

(Nadjamuddin, Ramly, 2007:14).

Bakaruddin (2008:26) mendefinisikan pengembangan sebagai upaya

individu dalam pengarahan perubahan objek. Pengembangan merupakan suatu

usaha secara berencana dan terstruktur dilakukan manusia untuk

mengembangkan suatu objek wisata yang menyangkut proses pengelolaan,

pelestarian objek wisata, dan pemanfaatan sumber daya alam di wilayahnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009

tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata atau Pariwisata di Daerah yang

menyebutkan bahwa “pengembangan ekowisata atau pariwisata wajib

memberdayakan masyarakat setempat”. Hal ini sesuai dengan prinsip

pariwisata yaitu peran aktif masyarakat dalam kegiatan perencanaan,

pemanfaatan, pengendalian pariwisata untuk menghormati nilai sosial budaya

dan keagamaan masyarakat setempat. Noer (2011) aspek perencanaan


23

pengembangan obyek wisata alam mencakup sistem perencanaan kawasan,

penataan ruang (tata ruang), standarisasi, identifikasi potensi, koordinasi lintas

sektoral, pendanaan, dan sistem informasi obyek wisata alam.

Secara umum pengembangan objek wisata diartikan sebagai usaha

mendorong perubahan kepariwisataan dengan tujuan memperoleh keuntungan

dan manfaat yang lebih baik. Direktur jendral pariwisata menyatakan

keberhasilan pengembangan objek wisata mesti didukung dengan relasi

stakeholder pariwisata yang baik. Pengembangan pariwisata atau objek wisata

adalah suatu bentuk pembangunan dari yang belum ada menjadi ada, dan yang

sudah ada menjadi lebih baik atau berkualitas yang berkaitan dengan sektor

kepariwisataan dengan memperhatikan kode etik pariwisata yang menjadi

standar dalam pengembangan pariwisata (Muhammad Arif, 2017).

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yang memberikan kewenangan lebih

luas pada Pemerintah Daerah untuk mengelola wilayahnya, membawa

implikasi semakin besarnya tanggung jawab dan tuntutan untuk menggali dan

mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki daerah dalam

rangka menopang perjalanan pembangunan di daerah. Keputusan ini harus

ditindak lanjuti dengan memikirkan dan mengusahakan serta membenahi

potensi objek dan daya tarik wisata.


24

Adapun pentingnya pengembangan pariwisata menurut Oka A. Yoeti

(2008:44) yaitu :

a) Pengembangan pariwisata disuatu daerah akan memberikan manfaat untuk


masyarakat.
b) Pengembangan pariwisata cenderung bersifat non-ekonomis, karena
alasan wisatawan mendatangi suatu objek wisata yaitu menikmati
keindahan alam.
c) Pengembangan pariwisata dapat mengetahui sikap wisatawan yang datang
berkunjung.

Faktor-faktor dalam pengembangan objek wisata antara lain: objek

wisata yang menarik, adanya pertunjukan wisata, adanya ole-ole khas dari

daerah objek wisata, dan ditunjang dengan fasilitas yang memadai (Prasetya

Maha Rani, 2014). Untuk kemajuan pengembangan pariwisata, ada beberapa

usaha yang perlu dilakukan secara terpadu dan dengan baik, yaitu :

1) Promosi untuk memperkenalkan objek dan kawasan wisata.


2) Transportasi yang lancar
3) Kemudahan keimigrasian atau birokrasi
4) Akomodasi yang menjamin dan penginapan yang nyaman
5) Pemandu wisata yang cakap
6) Penawaran barang barang dan jasa dengan mutu terjamin dan tarif harga
yang wajar
7) Pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik
8) Kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan objek

wisata adalah upaya dalam memperluas atau mewujudkan potensi-potensi

suatu objek wisata, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu

keadaan yang lebih lengkap, lebih besar atau lebih baik, memajukan sesuatu

dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir, dan dari yang sederhana kepada

yang lebih komplek.


25

g. Model Pengembangan Objek Wisata

Kamus Oxford meyebutkan bahwa model adalah sebuah skala kecil

dari sebuah kenyataan yang sesungguhnya di lapangan. Sementara itu,

Soekartawi (2005:52) menyebutkan bahwa model adalah suatu abstraksi dari

sebuah realitas yang mampu menemukan berbagai variabel penting. Dengan

demikian, dalam pembuatan sebuah model pengembangan pariwisata atau

ekowisata, maka diharapkan bentuk proses pengembangan pariwisata atau

ekowisata dengan bercermin dari berbagai bentuk pengembangan pariwisata

atau ekowisata yang ada di Indonesia. Secara realitas sudah berhasil,

khususnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Realitas tersebut dapat berkembang tanpa konflik dan menjamin keberlanjutan

suatu objek wisata. Adapun bentuk model pengembangan pariwisata yaitu

sebagai berikut :

1) Model Community Based Tourism (CBT)

Model Community Based Tourism (CBT) merupakan strategi

perencanaan pengembangan kepariwisataan berorientasi pada pemberdayaan

masyarakat setempat sebagai subjek pembangunan. Seperti teori yang

dikemukakan oleh Sunaryo (2013:140) menyatakan ada tiga prinsip pokok

dalam strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan pada konsep model

CBT yaitu: a) pengikutsertaan anggota masyarakat dalam pengambilan


26

keputusan; b) adanya manfaat yang dirasakan langsung oleh masyarakat lokal;

dan c) pendidikan kepariwisataan pada masyarakat lokal.

Model Community Based Tourism adalah suatu model pembangunan

dan pengembangan pariwisata yang memberikan peluang yang sebesar-

besarnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan

pengembangan pariwisata. Kesuksesan dalam pengembangan pariwisata

berkelanjutan disuatu daerah terletak pada pemberdayaan partisipasi

masyarakat setempat sebagai aktor dalam membangun, mengelola,

melestarikan, dan memanfaatkan langsung fasilitas wisata dan pelayanannya.

Model Community Based Tourism adalah pariwisata yang dikelola, dimiliki,

dan untuk masyarakat bertujuan untuk memberikan edukasi lokalitas bagi

wisatawan dan meningkatkan perekonomian masyarakat (Noor Rahman,

2016).

Model Community Based Tourism (CBT) telah digunakan dalam

pengembangan pariwisata dibeberapa negara berkembang di ASIA

(Rocharungsat, 2008:60). Penerapan model Community Based Tourism

(CBT) pada pengembangan pariwisata disuatu daerah dapat dilihat dari

keberhasilan pengembangan potensi pariwisata itu sendiri, karena pada

dasarnya keberhasilan CBT sangat mengharapkan adanya partisipasi

masyarakat dalam hal perencanaan, penyelenggaraan, pelestarian sampai

dengan pemanfaatan sumber daya alam yang ada. Penerapan CBT dalam
27

pengembangan suatu objek wisata dapat berhasil, apabila dilihat partisipasi

dan manfaat yang diterima serta kemajuan pariwisata dari awal dilakukan

pembangunan hingga sampai mencapai sasaran pengembangan pariwisata

yang dikehendaki. Dari penerapan Community Based Tourism (CBT)

tersebut banyak penelitian yang mengkaji tentang model dan evaluasi kriteria

sukses Community Based Tourism (Muhammad Ama Ridwan, 2017).

2) Model Green Tourism

Model Green tourism adalah model yang paling ideal bagi sebuah

berkelanjutan pengembangan pariwisata dalam menciptakan tatanan ekonomi

baru. Model Green Tourism mencakup program-program wisata yang

meminimalkan aspek-aspek negatif dari pariwisata konvensional terhadap

lingkungan dan meningkatkan integritas budaya masyarakat setempat. Oleh

karena itu, selain mengevaluasi budaya dan faktor lingkungan, model green

tourism juga merupakan bagian integral dari kegiatan promosi, daur ulang,

efisiensi energi, dan penciptaan peluang ekonomi bagi masyarakat setempat.

Dengan kata lain, praktek model green tourism adalah keberlanjutan akan

lingkungan, kebudayaan, dan juga komunitas pada lokasi wisata yang

dikunjungi (Ali Hasan, 2014).

Model Green Tourism pada dasarnya dibangun dari konsistensi pada

nilai sumber daya alam, sosial dan masyarakat. Model Green tourism dapat
28

mendukung pengembangan pariwisata dalam program pemasaran yang dapat

menarik wisatawan, menunjukkan sikap peduli terhadap alam dan kelestarian

lingkungan, mempertahankan budaya lokal sebagai wisata upaya

penyelamatan sumber daya alam untuk generasi kedepannya. Model Green

tourism beranekaragam yaitu desa wisata, agrowisata, guest house green,

green hotel, wisata alam sejenisnya (Rulyanti Susi Wardhani, 2016).

Model green tourism berfokus pada kemampuan, edukasi, pelestarian

sumber daya alam, pembangunan daerah, serta kegiatan khas daerah.

Destinasi yang pantas menggunakaan model green tourism apabila

mempunyai empat dimensi yaitu basis alam, dukungan konservasi,

keberkelanjutan dan pendidikan lingkungan (Dian Permana, dkk. 2013). Oleh

karena itu, konsep model green tourism merupakan bentuk pengembangan

pariwisata yang memiliki tampilan terbaik dalam memupuk pengalaman

belajar dan apresiasi secara berkelanjutan dalam mengelola dan meningkatkan

kelestarian lingkungan alam, budaya, sosial, sumber daya destinasi dan

mempromosikan kelangsungan hidup yang lebih berkualitas di masa yang

mendatang. Adapun model pengembangan pariwisata berbasis Green Tourism

yaitu sebagai berikut :

a) Alternatif Model I

Model I adalah pengembangan pariwisata yang diimplementasikan

oleh pemerintah daerah, dengan konsep green tourism dan mengedepankan


29

aspek alam, konservasi, keberlanjutan dan edukasi. Model ini menawarkan

konsep pengembangan green tourism dengan fokus komitmen menjalin

sinergitas pada empat komponen yaitu pemerintah, akademisi, pelaku usaha

wisata dan media.

b) Alternatif Model II

Model II adalah pengembangan dari model I, yaitu pemerintah daerah

merasa promosi menjadi kekurangan pada pengembangan objek wisata

dengan konsep green tourism, maka model I dapat digunakan. Tetapi, apabila

pengelola objek wisata merasa promosi masih penting dan perlu dibentuk

kerjasama dengan komunitas pariwisata dengan konsep green tourism dari

daerah lain sebagai pembanding, maka model ke II dapat diterapkan.

3) Model Pentahelix

Menurut Soemaryani (2016) Model pentahelix adalah referensi dalam

mengembangkan sinergi antara instansi terkait yang mendukung tercapainya

tujuan. Keberhasilan dalam pengembangan pariwisata yang menggunakan

model pentahelix adalah menciptakan strategi dan memastikan kualitas

aktivitas, fasilitas, pelayanan, untuk menciptakan pengalaman dan nilai

manfaat pariwisata, serta memberikan keuntungan dan manfaat bagi

masyarakat setempat. Pengembangan pariwisata yang menggunakan Model

Pentahelix yaitu melibatkan elemen-elemen seperti Akademisi, Bisnis,


30

Pemerintah (Goverment), Komunitas (Community) dan Media Massa (Tri

Yuniningsih, 2019).

h. Kondisi Aksesbilitas Objek Wiasta

Aksesibiltas yang baik akan menentukan mudah atau tidaknya lokasi

untuk dijangkau. Selain itu jaringan jalan merupakan salah satu yang

berpengaruh terhadap kelancaran pelayanan umum yang sangat penting.

Ketersediaan aksesibilitas di daerah obyek wisata akan berpengaruh terhadap

meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan (Muhammad Arif, 2017). Suatu

objek wisata tidak dapat berhasil jika aksesbilitas ke objek wisata tersebut

sulit dijangka. Aksesbilitas tersebut adalah :

1) Jalan, adalah faktor penting dalam pembangunan pariwisata. Jika jalan

tidak memadai, maka dapat memberi ketidaknyamanan untuk wisatawan.

2) Transportasi, akan memudahkan wisatawan untuk mengunjungi daerah

tujuan wisata.

i. Sarana dan Prasarana Objek Wisata

Sarana merupakan bentuk perusahaan yang dapat memberikan

pelayanan kepada wisatawan (Oka A. Yoeti, 2008:154). Sarana pariwisata

dikelompokan atas :

1) Sarana Pariwisata Pokok yaitu perusahaan yang bergantung dari kegiatan

pariwisata.
31

2) Sarana Pariwisata Pelengkap yaitu perusahaan yang melengkapi sarana

pokok.

3) Sarana Penunjang yaitu sarana yang sangat penting bagi wisatawan

berfungsi memberikan kenyamanan kepada wisatawan, seperti hotel dan

rumah makan.

Sedangkan prasarana merupakan fasilitas yang memungkinkan proses

peningkatan ekonomi, prasarana dikelompokan menjadi :

1) Prasarana umum yang menyangkut kebutuhan wisatawan, seperti

pembangkit tenaga listrik, penyediaan air bersih, sistem irigasi dan

telekomunikasi.

2) Kebutuhan masyarakat banyak seperti rumah sakit, kantor pos, perbankan,

kantor polisi dan sebagainya.

3) Prasarana kepariwisataan, contohnya agen perjalanan yang mengurus

kedatangan wisatawan.

2. Kendala dan Upaya Pengembangan Objek Wisata

a. Kendala Pengembangan Objek Wisata

Setiap kegiatan pasti ada kendala ysng akan dihadapi, begitupun

halnya dengan pengembangan objek wisata. Dalam pengembangan suatu

objek wisata tidak terlepas dari berbagai kendala-kendala yang sering

terjadi dan dapat menghambat proses pengembangan objek wisata,

diantaranya :
32

1) Sering timbulnya konflik dan kerusuhan sosial serta situasi dan

kondisi politik yang masih memanas, berakibat pada kurang

terjaminnya keamanan bagi para wisatawan.

2) Rendahnya mutu pelayanan dari para penyelenggara pariwisata,

persaingan yang tidak sehat diantara para penyelenggara pariwisata,

serta kurangnya pemahaman terhadap pentingnya pelindungan

konsumen.

3) Rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengembangan

pariwisata. Sebab banyak rencana pengembangan yang gagal karena

kurang mendapat dukungan dari masyarakat akibat rendahnya

kesadaran tersebut.

4) Kurangnya modal dan rendahya sumber daya manusia, terutama

tenaga yang terampil dan profesional dalam hal manajerial dibidang

pariwisata.

5) Pengelolaan pariwisata bersifat top-down adalah kendala penghambat

pariwisata. (Slamet Rianto, 2014)

b. Upaya Pengembangan Objek Wisata

Didalam pasal 3 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9

tahun 1969 tentang Pedoman Pembinaan Pengembangan Kepariwisatan

Nasional menjelaskan bahwa usaha-usaha pengembangan pariwisata di

Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan


33

bagian dari usaha pengembangan serta kesejahteraan masyarakat dan

negara. Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan suatu

objek wisata, baik dari pihak pemerintah maupun pihak masyarakat

disekitar lokasi objek wisata adalah sebagai berikut :

1) Mengembangkan lebih jauh potensi objek-objek wisata yang dimiliki

dalam menunjang kepariwisataan di suatu daerah.

2) Mempromosikan objek-objek wisata melalui media elektronik, media

cetak, ataupun dari individu ke individu lain.

3) Membangun segala fasilitas yang dibutuhkan oleh para wisatawan

dalam kegiatan liburannya, agar wisatawan merasa aman dan nyaman,

dan akhirnya berkeinginan untuk berkunjung kembali.

4) Memberikan kemudahan bagi para investor, baik investor yang berasal

dalam negeri maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya dalam

pengembangan pariwisata.

5) Meningkatkan kemampuan serta keahlian sumber daya manusia dalam

hal memberikan pelayanan terhadap wisatawan seperti pemandu

wisata (guide), dan lain sebagainya. (Slamet Rianto, 2014)

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah akan jelas nampak

ada beberapa objek yang akan diteliti, maka kerangka konseptual ini dapat

dilihat dalam diagram, sebagai berikut :


34

Model Pengembangan Objek Wisata Pantai Kito


Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji Kabupaten
Pesisir Selatan

Alternatif model yang Kendala yang dapat


dipilih dalam menghambat proses
pengembangan objek pengembangan objek wisata
wisata Pantai Kito : Pantai Kito :

a. Model Community a. Sarana dan prasarana yang


Based Tourism (CBT) masih kurang lengkap
b. Model Green Tourism b. Status kepemilikan lahan
c. Model Pentahelix c. Masih minimalnya
pendanaan
d. Kurangnya Sumber Daya
Manusia

Upaya yang dapat dilakukan dalam


meminimalisirkan kendala-kendala
tersebut, yaitu :

a. Meningkatkan promosi Objek


Wisata
b. Meningkatkan Penyediaan
Sarana dan Prasarana
c. Meningkatkan Sumber Daya
Manusia
d. Meningkatkan Potensi Objek
Wisata
e. Menarik Investor Untuk
Menanamkan Modal
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan

metode deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2009:4)

mendefinisikan metode kualitatif adalah proses penelitian yang memberikan

data deskriptif seperti kata tertulis dan lisan dari narasumber. Sementara

Sugiyono (2009:15) berpendapat penelitian kualiatatif bertujuan untuk

menggali dan menelusuri berdasarkan sumber data. Jadi, penelitian kualitatif

dengan metode deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan

mengenai objek melalui pengamatan yang diamatinya.

Metode deskriptif menurut M. Natsir (2011:54) adalah salah satu

metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,

suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Dengan demikian penelitian deskriptif ini bertujuan untuk membuat

deskriptif, gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud melakukan penelusuran,

mendeskripsikan dan menganalisis dalam sebuah penelitian yang berjudul

“Model Pengembangan Objek Wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar

Lama Muara Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan”.

35
36

B. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lokasi objek wisata Pantai Kito di

Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji, Kecamatan Linggo Sari Baganti,

Kabupaten Pesisir Selatan. Peneliti memilih daerah ini sebagai lokasi

penelitian karena proses pengelolaan, pelestarian dan pemanfaatan sumber

daya alam pada objek wisata Pantai Kito menimbulkan daya tarik wisatawan.

Penerapan model pengembangan objek wisata yang dilakukan oleh

Pemerintahan Nagari belum mencapai sasaran objek wisata. Kendala-kendala

yang terjadi dalam melakukan pengembangan objek wisata dan membutuhkan

perhatian khusus dari pemerintah nagari agar dilakukannya upaya-upaya

untuk meminimalisir kendala tersebut.

C. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi dari yang berkaitan dengan

masalah penelitian (Moleong, 2009:97). Sementara menurut Sugiyono

(2012:218) purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data

dengan pertimbangan tertentu. Purposive sampling merupakan metode

pengambilan sampel yang memerlukan pertimbangan relevan dengan struktur

penelitian (Arikunto, 2012:33). Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai

informan dapat dilihat dari table dibawah ini :


37

Tabel 1
Informan penelitian yaitu sebagai berikut :
Nama Tanggal Ket
No. Jabatan
Informan Wawancara
1. Febriadi, S.Pd Kepala bidang destinasi 7 September
pariwisata Kab. Pessel 2020
2. Hannapi Wali Nagari Pasar 14 September
Lama Muara Air Haji 2020
3. Andi Ketua Pemuda Nagari 15 September
Pasar Lama Muara Air 2020
Haji
4. Yudha Pemuda Nagari 15 September
2020
5. Doni Pemuda Nagari 16 September
2020
6. Ria Masyarakat 16 September
2020
7. Tati Masyarakat 16 September
2020
8. Anis Masyarakat 18 September
2020
9. Joni Masyarakat 18 September
2020
10. Marni Masyarakat 20 September
2020
11. Cindy Pengunjung 17 September
2020
12. Sherly Pengunjung 17 September
2020
13. Yolanda Pengunjung 19 September
2020
14. Sintia Pengunjung 19 September
2020
15. Melda Pengunjung 20 September
2020
38

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari

observasi (pengamatan) dan interview (wawancara) di lapangan terkait

dengan model pengembangan objek wisata Pantai Kito di Kenagarian

Pasar Lama Muara Air Haji.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung penelitian yang relevan

dengan permasalahan penelitian. Menurut Sugiyono (2012:225)

menyatakan bahwa data sekunder dapat berupa hasil pengolahan lebih

lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari

orang lain. Data ini berupa catatan, laporan dan dokumentasi. Data

sekunder digunakan untuk mendukung data primer yang diperoleh

baik dari wawancara maupun dari hasil observasi lapangan. Peneliti

menggunakan data sekunder yaitu dari hasil dokumentasi.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif ini adalah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-

lain. Sedangkan untuk data primer sumber data penelitiannya berasal dari

responden yang sudah dipilih oleh peneliti.


39

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data adalah tahap dalam penelitian untuk

mendapatkan data yang sesuai standar ketetapan (Sugiyono,2012:305).

Untuk mendapatkan data penelitian, maka teknik yang digunakan sebagai

berikut:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap

kejadian dan situasi tentang data terutama pada pengamatan dan

penafsiran permasalahan yang diteliti oleh peneliti. Dimana dilaksanakan

pengamatan atau pemusatan perhatian terhadap objek dengan

menggunakan seluruh alat indera. Oleh karena itu, observasi dapat

dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengar, dan pengecap

(Arikunto, 2006:229).

Observasi yang akan peneliti lakukan adalah dengan memperhatikan

proses pengelolaan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya alam di

sekitar objek wisata Pantai Kito, mendeskripsikan penerapan model

pengembangan yang dilakukan oleh Pemerintahan Nagari, menganalisis

kendala dan upaya pemerintahan nagari dalam melakukan pengembangan

objek wisata Pantai Kito.


40

b. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab peneliti dengan subjek

penelitian atau informan dalam satu situasi sosial. Wawancara

menggunakan seperangkat daftar pertanyaan yang sudah disiapkan oleh

peneliti sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan peneliti yang akan

dijawab oleh informan melalui proses wawancara (Mukhtar, 2013:118).

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan bertujuan untuk memperoleh

informasi mengenai model pengembangan objek wisata yang ingin diteliti.

Wawancara dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu wawancara terstruktur,

wawancara semi-terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur. Sedangkan

untuk wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan cara terstruktur,

bebas, dan tebuka dengan alasan agar penelitian dapat dilakukan dengan

mudah, sehingga peneliti dengan informan dapat berinteraksi dengan

bebas. percakapan atau tanya jawab yang dilakukan oleh dua orang dalam

memperoleh informasi. Pedoman wawancara yang digunakan hanya garis

besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam penelitian ini peneliti

melakukan wawancara dengan informan yang telah ditentukan dan

memiliki potensi besar dalam pengambilan data yang relevan. Diantaranya

adalah wawancara dengan wali nagari, pemuda nagari, masyarakat

lingkungan sekitar.
41

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang

menghasilkan catatan-catatan penting dan berhubungan dengan masalah

yang akan diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap dan sah.

Menurut Sugiyono (2012:240), dokumen adalah catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumentasi dapat berupa buku-buku tentang model

pengembangan objek wisata, foto atau gambar, tulisan-tulisan, arsip,

rekaman atau video dan dokumen penting lainnya yang dapat memperkuat

data tentang model pengembangan objek wisata di Kenagarian Pasar lama

Muara Air haji.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, alat

perekam, kamera, buku catatan wawancara, pedoman wawancara, catatan

lapangan dan alat dokumentasi yang mendukung.

F. Uji Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan teknik

triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau bahan

perbandingan terhadap data tersebut (Moleong, 2013:300). Teknik triangulasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yaitu metode

yang membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu


42

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif (Moleong, 2013:330). Teknik triangulasi yang peneliti

terapkan pada penelitian ini adalah :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2014:244), analisis data adalah suatu proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan-catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami

oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data kualitatif adalah analisis

interaktif yang melalui beberapa langkah secara bersamaan, yaitu :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data diartikan sebagai suatu proses kegiatan yang

dilakukan peneliti melalui wawancara, observasi, maupun dokumentasi


43

yang bertujuan untuk mendapatkan data yang lengkap. Adapun dalam

penelitian ini peneliti mencatat semua data secara obyektif dan apa

adanya, sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan.

2. Reduksi Data

Data yang dikumpulkan harus diseleksi, mana data yang betul-betul

dibutuhkan sebagai data utama dan mana dijadikan sebagai data

pelengkap. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data lapangan

dituangkan dalam bentuk uraian atau laporan yang lengkap dan terperinci.

Laporan oleh peneliti direduksi, dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok

untuk difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan model

pengembangan objek wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama Muara

Air Haji, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan.

3. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian

data. Penyajian data akan memudahkan peneliti untuk memahami apa

yang terjadi, melihat gambaran secara keseluruhan, dan merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Penyajian data

dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat atau teks yang bersifat

naratif yang berkaitan dengan masalah tentang model pengembangan

objek wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji,

Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan.


44

4. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Data

Setelah data disajikan, langkah selanjutnya dalam penelitian kualitatif

adalah membuat kesimpulan atau verifikasi data. Sejak awal memasuki

lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha

menganalisis dan mencari data yang dikumpulkan, kemudian menarik

kesimpulan tentang apa yang diteliti oleh peneliti. Penarikan kesimpulan

atau verifikasi data dilakukan dengan cara memikir ulang skema

penulisan, meninjau ulang skema penulisan, dan upaya untuk

meningkatkan lebih rinci sehingga kesimpulan yang didapatkan jelas.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Temuan Umum

a. Kondisi Geografis

Nagari Pasar Lama Muara Air Haji adalah salah satu Nagari yang

berada di Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan yang

terdiri dari 2 (dua) kampung yaitu Pasar Lama dan Muara Air Haji. Secara

administratif Nagari Pasar Lama Muara Air Haji memiliki berbatasan

dengan :

a) Sebelah utara : Muara Kandis Punggasan

b) Sebelah timur : Air Haji Barat

c) Sebelah selatan : Air Haji

d) Sebelah barat : Samudera Hindia

Luas wilayah Nagari Pasar Lama Muara Air Haji 12 kilometer persegi

atau 3,80 persen dari luas wilayah Kecamatan Linggo Sari Baganti yang

terdiri dari permukiman, penduduk, fasilitas umum, kegiatan ekonomi dan

sebagainya. Nagari Pasar Lama Muara Air Haji terletak pada posisi

115.7.20 LS dan 8.7.10 BT dengan ketinggian kurang lebih 250 M diatas

permukaan laut yang terdiri dari daratan dan perbukitan. Untuk lebih

jelasnya, dapat dilihat peta dibawah ini :

45
46

Gambar 1 : Peta Nagari Pasar Lama Muara Air Haji

Sumber : Kantor Wali Nagari Pasar Lama Muara Air Haji

Dari peta diatas Nagari Pasar Lama Muara Air Haji sesudah Batang

Air Haji dan pasar minggu Air Haji dan dikelilingi kebun masyarakat dan

persawahan. Jarak dari Kantor Wali Nagari ke Ibu Kota Kecamatan

Linggo Sari Baganti sejauh 2 kilometer, ke Ibu Kota Kabupaten Pesisir

Selatan sejauh 95 kilometer, dan ke kota Padang sejauh 172 kilometer.

b. Struktur Organisasi Pemerintahan Nagari

Nagari Pasar Lama Muara Air Haji memiliki struktur organisasi

Pemerintahan Nagari beserta perangkatnya sesuai dengan kewenangan

masing-masing. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari struktur organisasi

Pemerintahan Nagari dibawah ini :


47

Gambar 2 : Struktur Organisasi Pemerintahan Nagari Pasar


Lama Muara Air Haji

Wali Nagari
HANNAPI

Sekretaris Nagari
DARSIL, S.Pdi

Kepala Seksi Kepsek. Kepala Urusan Kepala Urusan


Pemerintahan Kesejahteraan Tata Usaha Perencanaan
DEWI KURNIA dan Pelayanan SONIA DIANA ELMA YULIA
GUSWANDI

Kepala Urusan
Keuangan
YESA NINDIA

Kepala Kampung Kepala Kampung


RIVANTO SYAFRIANTO

Sumber : Kantor Wali Nagari Pasar Lama Muara Air Haji 2020
Dari gambar struktur diatas, dapat diketahui bahwa Pemerintahan

Nagari Pasar Lama Muara Air Haji dipimpin oleh seorang Wali Nagari,

didalam menjalankan pemerintahannya Wali Nagari dibantu oleh Kepala

Kampung. Selain itu, Wali Nagari juga dibantu oleh perangkat nagari

lainnya seperti sekretaris nagari, kepala seksi pemerintahan, kepala seksi

kesejahteraan dan pelayanan, kepala urusan keuangan, kepala urusan

perencanaan, dan kepala urusan tata usaha dan umum.


48

c. Keadaan Penduduk

Nagari Pasar Lama Muara Air Haji memiliki jumlah penduduk di

tahun 2019 berdasarkan data yang diperoleh dari setiap kampung yang ada

sebesar 3.557 jiwa. Jumlah penduduk ini tersebar di 2 (dua) kampung

dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 2
Jumlah Penduduk Nagari Pasar Lama Muara Air Haji
Berdasarkan Jenis Kelamin

No Nama Jenis Kelamin Jumlah Persen Ket


Kampung Laki-Laki Perempuan Tase
1. Pasar Lama 974 27,38% 958 26,93% 1.932 54,31%
2. Muara Air Haji 799 22,46% 826 23,22% 1.625 45,68%
Jumlah Total 3.557 100%
Sumber : Profil Nagari Pasar Lama Muara Air Haji 2019

Dari tabel diatas dapat dilihat sebaran jumlah penduduk terbesar

adalah kampung Pasar Lama dengan jumlah penduduk pada tahun 2019

adalah 1.932 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 974 jiwa atau

27,38% dan perempuan sebanyak 958 jiwa atau 26,93%. Sedangkan

kampung Muara Air Haji memiliki jumlah penduduk di tahun 2019 adalah

1.625 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 799 jiwa atau 22,46%

dan perempuan sebanyak 826 jiwa atau 23,22%.


49

d. Penduduk Menurut Kelompok Umur

Struktur umur penduduk dapat memberikan petunjuk dalam

pelaksanaan pembangunan, seperti mengetahui jumlah penduduk usia

sekolah dan jumlah tenaga kerja. Struktur penduduk Nagari Pasar Lama

Muara Air Haji berdasarkan umur dilihat dari tabel berikut :

Tabel 3
Penduduk Nagari Pasar Lama Muara Air Haji berdasarkan
kelompok umur
No Umur Jenis kelamin Jum Persen Ket
Laki-Laki Perempuan lah Tase
1. < 1 tahun 172 4,89% 196 5,51% 368 10,40%
2. 1- 4 tahun 230 6,46% 235 6,60% 465 13,06%
3. 5-14 tahun 386 10,85% 329 9,24% 715 20,09%
4. 15-39 tahun 364 10,23% 420 11,80% 784 22.03%
5. 40-64 tahun 393 11,04% 367 10,31% 760 21,35%
6. 65 tahun ke atas 228 6,40% 237 6,66% 465 13,06%
Jumlah total 3.557 100%
Sumber : Profil Nagari Pasar Lama Muara Air Haji 2019

Tabel diatas dapat memberikan gambaran mengenai keadaan dan

perkembangan penduduk di Nagari Pasar Lama Muara Air Haji sebanyak

3.557 jiwa, bahwa pada usia <1-4 tahun terdapat 833 jiwa atau 23,46% yang

berada diusia balita dan anak-anak yang terdiri dari 402 orang atau 11,35%

laki-laki dan 431 orang atau 12, 11% perempuan. Sedangkan di umur 15-39

tahun adalah kategori usia remaja dan dewasa dengan kelompok umur

terbanyak dibandingkan kelompok umur lainnya yaitu 784 jiwa atau 22,03%
50

yang terdiri dari 364 orang atau 10,23% laki-laki dan 420 orang atau 11,80%

perempuan.

e. Tingkat Pendidikan Penduduk

Pendidikan sebagai faktor perekonomian dan pembangunan disuatu

daerah, menunjang kesejahteraan masyarakat, dan memberantas kemiskinan.

Dari segi pendidikan dapat dilihat kondisi pengetahuan masyarakat setempat,

namun tidak semua masyarakat yang berpendidikan tinggi. Pendidikan

berhubungan dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). Semakin tinggi

tingkat SDM disuatu daerah, maka daerah tersebut akan cenderung memiliki

tingkat kemajuan perkembangan yang lebih tinggi. Sebaran penduduk

menurut tingkat pendidikan dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4
Tingkat Pendidikan Penduduk Nagari Pasar Lama Muara Air Haji
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase Ket
1. Belum sekolah 386 10,85%
2. PAUD/TK 104 2,92%
3. Sekolah Dasar 1.254 35,25 %
4. SLTP 592 16,64%
5. SLTA 684 19,22%
6. D2-D4 94 2,64%
7. S1 - S2 86 2,41%
8. Tidak sekolah 357 10,03%
Jumlah Total 3.557 100%
Sumber : Profil Nagari Pasar Lama Muara Air Haji 2019
51

Berdasarkan tabel diatas menjelaskan tingkat pendidikan masyarakat

di Nagari Pasar Lama Muara Air Haji relatif bervariasi, yang menamatkan

D2-D4 sebanyak 94 orang atau 2,64% dan S1-S2 sebanyak 86 orang atau

2,41%. Sedangkan masyarakat yang menamatkan sekolah dasar (SD)

sebanyak 1.254 orang atau 35,25% dan yang tidak sekolah sebanyak 357

orang atau 10,03%. Kemudian masyarakat yang tamat SLTP sebanyak 592

orang atau 16,64% dan yang tamat SLTA sebanyak 684 orang atau 19,22 %.

Data ini menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat di Nagari Pasar

Lama Muara Air Haji tergolong rendah, karena masyarakat banyak yang

tamat sekolah dasar (SD). Tingkat pendidikan yang rendah dapat terimbangi

dengan masyarakat yang manamatkan SI dan S2, baik dalam daerah maupun

diluar daerah. Rendahnya tingkat pendidikan formal masyarakat pada lokasi

penelitian ditunjukkan tidak adanya masyarakat yang mengikuti pendidikan

non formal seperti kursus dan pelatihan.

f. Pekerjaan Masyarakat Nagari Pasar Lama Muara Air Haji

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Nagari Pasar Lama Muara

Air Haji beranekaragam, yang mana mata pencaharian masyarakatnya adalah

bekerja sebagai PNS, TNI, POLRI, bidan, perawat, petani, nelayan,

wiraswasta, pedagang, buruh tani, buruh nelayan, ibu rumah tangga dan

sebagainya. Hal tersebut dapat dirincikan pada tabel berikut :


52

Tabel 5
Pekerjaan Masyarakat Nagari Pasar Lama Muara Air Haji
No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase Ket
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 63 1,75%
2. Nelayan 385 10,82%
3. Buruh Nelayan 603 16,95%
4. Petani 237 6,66%
5. Buruh Tani 452 12,70%
6. Pedagang 64 1,79%
7. Pegawai swasta 27 0,75%
8. Wiraswasta 284 7,98%
9. Ibu Rumah Tangga 352 9,89%
10. Pelajar 579 16,27%
11. Tidak Bekerja 511 14,36%
Jumlah Total 3.557 100%
Sumber : Profil Nagari Pasar Lama Muara Air Haji 2019

Tabel diatas menjelaskan masyarakat yang bekerja sebagai PNS

sebanyak 63 orang atau 1,75%. Pekerjaan masyarakat yang terbanyak adalah

sebagai buruh nelayan sebanyak 603 orang atau 16,95% dan bekerja sebagai

nelayan sebanyak 385 orang atau 10,82%. Kemudian masih banyak

masyarakat yang tidak bekerja yaitu sebanyak 511 orang atau 14,36% dan

yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 352 orang atau 9,89%. Hasil
53

data ini menunjukkan bahwa masyarakat Nagari Pasar Lama Muara Air Haji

sebagian besar bekerja sebagai buruh nelayan dan masih banyak yang tidak

memiliki pekerjaan.

g. Sarana dan Prasarana Agama

Seiring dengan pepatah yang dikumandangkan oleh Pemerintah

Sumatera Barat di Era Otonomi Daerah yaitu Baliak Kanagari yang berarti

Baliak Kasurau. Beberapa sarana dan prasarana agama, antara lain :

Tabel 6
Sarana dan Prasarana Agama Nagari Pasar Lama Muara Air Haji

No Sarana dan Prasarana Jumlah Ket


1. Mesjid 2
2. Mushollah 5
3. MDA/TPA 2
Jumlah Total 9
Sumber : Profil Nagari Pasar Lama Muara Air Haji 2019

Tabel diatas menunjukkan saranaa dan prasarana agama yang ada

yaitu mesjid, mushollah, dan MDA/TPA yang berjumlah 9 sarana dan

prasarana yang tersebar di 2 (dua) kampung yaitu Pasar Lama dan Muara Air

Haji. Jenis kegiatan keagamaan yang sering diadakan adalah wirid mingguan,

didikan subuh, memperingati hari besar islam seperti Maulid Nabi

Muhammad SAW, dan mengaji untuk siswa/siswi.


54

h. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas utama

dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM), adapun sarana dan

prasarana pendidikan antara lain :

Tabel 7
Sarana dan Prasarana Pendidikan Nagari Pasar Lama Muara Air Haji

No Sarana dan Prasarana Jumlah Ket


1. PAUD/TK 1
2. Sekolah Dasar (SD) 2
3. SLTA/SMA 1
4. Lapangan Olahraga 3
Jumlah Total 7
Sumber : Profil Nagari Pasar Lama Muara Air Haji 2019

Tabel diatas menunjukkan Nagari Pasar Lama Muara Air Haji

memiliki sarana dan prasarana pendidikan dikategorikan sudah cukup

lengkap. Sarana dan prasarana mulai dari PAUD/TK, hingga SLTA/SMA dan

bahkan sudah ada lapangan olahraga untuk pemuda/pemudi.

i. Sarana dan Prasarana Lainnya

Nagari Pasar Lama Muara Air Haji memiliki sarana dan prasarana

lainnya sebagai penunjang keberhasilan peningkatan kualitas nagari yaitu

Kantor Wali Nagari sekaligus Kantor Kerapatan Adat Nagari (KAN) dan

Badan Musyawarah (BaMus), serta adanya Balai Pemuda.


55

Gambar 3 : Kantor Wali Nagari, KAN, dan BaMus

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2020

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa kantor Wali Nagari,

kantor Kerapatan Adat Nagari (KAN) dan kantor Badan Musyawarah

(BaMus) terdapat dalam satu tempat dan bangunan. Namun, pemisahan

ruangan tetap dilakukankan sesuai peranan dan fungsi masing-masing.

Gambar 4 : Balai Pemuda Nagari Pasar Lama Muara Air Haji

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2020

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa Nagari Pasar Lama Muara

Air Haji mempunyai gedung Balai Pemuda yang masih berfungsi sampai

saat sekarang ini dan sering digunakan sebagai tempat untuk mengadakan

rapat atau pertemuan pemuda nagari dengan pemerintahan nagari dalam

musyawarah dan mengambil keputusan.


56

2. Temuan Khusus

Adapun temuan khusus dalam penelitian ini, akan membahas

mengenai: a) Model pengembangan objek wisata Pantai Kito di Kenagarian

Pasar Lama Muara Air Haji; b) Kendala yang menghambat pengembangan

objek wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji; dan c)

Upaya Dalam Meminimalisirkan Kendala yang menghambat pengembangan

objek wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji.

a. Model Pengembangan Objek Wisata Pantai Kito Di Kenagarian

Pasar Lama Muara Air Haji

1) Model Community Based Tourism (CBT)

a) Partisipasi Masyarakat

Keberhasilan dari proses pengembangan suatu objek wisata

tidak terlepas dari adanya pertisipasi masyarakat yang merupakan

bagian terpenting dalam proses pengembangan pariwisata, karena

pengembangan suatu objek wisata ditujukan untuk mewujudkan

masyarakat yang sejahtera. Partisipasi masyarakat merupakan salah

satu kunci keberhasilan pengembangan pariwisata. Oleh sebab itu,

berhasil atau tidaknya pengembangan suatu objek wisata telah menjadi

tanggungjawab pemerintahan nagari dan masyarakat setempat.


57

Idealnya partisipasi masyarakat adalah suatu usaha untuk

menumbuhkan kemampuan masyarakat dalam berpartisipasi, sehingga

proses pengembangan objek wisata dapat dirasakan oleh masyarakat

sendiri. Berbagai bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat

untuk mewujudkan keberhasilan pariwisata. Adapun bentuk dan

tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata

Pantai Kito yang dapat dilihat pada tahap perencanaan dan

pelaksanaan, karena saat ini objek wisata Pantai Kito dalam proses

pengembangan.

Bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap

perencanaan dan pelaksanaan pengembangan objek wisata Pantai Kito

oleh masyarakat berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir

Selatan Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Kabupaten Pesisir Selatan 2015-2025. Hal ini sesuai

dengan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pengembangan

Destinasi Pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan, Bapak Febriadi, S.Pd

pada tanggal 7 September 2020 :

“Perencanaan dan pelaksanaan pengembangan suatu objek


wisata dapat dilakukan oleh Pemerintahan Nagari dan
masyarakat di daerah tersebut tergantung kebijakan nagari
masing-masing, karena setiap nagari sudah diberikan
kewenangan untuk mengembangkan nagarinya, baik melalui
peraturan nagari. Masyarakat adalah komponen yang sangat
penting dalam mewujudkan pengembangan objek wisata.”
58

Dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pengembangan

objek wisata Pantai Kito, masyarakat diikutsertakan dalam

pengambilan keputusan melalui diskusi dengan pemerintahan nagari

dan pemuda nagari. Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan

adalah dalam bentuk mengikuti diskusi, memberikan ide kreatif, dan

memberikan persetujuan atas lahan untuk dijadikan objek wisata.

Sedangkan bentuk partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan

adalah kegiatan gotong royong untuk membersihkan lahan dan

pinggiran tepi pantai agar terlihat bersih dan indah.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Wali nagari

Pasar Lama Muara Air Haji, Bapak Hannapi pada tanggal 14

September 2020 :

“Tingkat partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan


maupun pelaksanaan pengembangan objek wisata Pantai Kito
sangat baik dan tinggi, akan tetapi tidak semua masyarakat
yang ikut berpartisipasi, masih ada diantara masyarakat yang
belum ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pengembangan
objek wisata Pantai Kito.”
Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan Ketua

Pemuda Nagari Pasar Lama Muara Air Haji, Bapak Andi pada tanggal

15 September 2020, yang mengungkapkan bahwa :


59

“Dalam perencanaan dan pelaksanaan pengembangan objek


wisata Pantai Kito, masyarakatnya sangat berpatisipasi tinggi.
Dari segi perencanaan masyarakat telah mengeluarkan ide
kreatifnya untuk melakukan pembangunan dan pengembangan
suatu objek wisata Pantai Kito dan telah mendapat persetujuan
dari Wali Nagari. Dan dari segi pelaksanaannya masyarakat
sekitar kawasan objek wisata Pantai Kito melakukan kegiatan
gotong royong untuk membersihkan lahan yang ingin dijadikan
objek wisata Pantai Kito agar terciptanya lingkungan yang
bersih dan asri, serta pemandangan yang indah.”
Hal senada juga diungkapkan oleh ibu Ria (Selaku masyarakat

pemilik lahan objek wisata Pantai Kito) melalui wawancara pada

tanggal 17 September 2020 :

“Masyarakat ikut berpartisipasi melakukan pengelolaan dan


pengembangan objek wisata Pantai Kito. Dan tingkat
partisipasi masyarakat sangat tinggi, seperti memberikan ide
kreatif untuk melakukan pengelolaan dan pembangunan objek
wisata Pantai Kito dan gotong royong membersihkan lahan.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa

bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan

pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito

sangat tinggi. Masyarakat memiliki ide kreatif untuk melakukan

pengelolaan dan pembangunan objek wisata Pantai Kito. Kemudian,

melakukan kegiatan gotong royong untuk membersihkan lahan dan

sampah yang berserakan, agar terciptanya lingkungan yang bersih dan

asri, serta pemandangan yang indah. Untuk lebih jelas dapat dilihat

dari gambar dibawah ini :


60

Gambar 5 : Bentuk Partisipasi Masyarakat

Sumber : Website Nagari Pasar Lama Muara Air Haji 2019

Gambar diatas dapat dilihat bentuk partisipasi masyarakat dalam

kegiatan gotong royong membersihkan lahan sebelum dijadikan objek wisata

Pantai Kito. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa keikutsertaan dan

partisipasi masyarakat sangat tinggi dalam pengelolaan dan pembangunan

objek wisata Pantai Kito.

b) Manfaat Objek Wisata

Dari hasil penelitian, keberadaan objek wisata di suatu daerah

tentunya akan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya. Objek

wisata Pantai Kito merupakan suatu objek wisata yang menjadi sumber

perekonomian masyarakat disekitar Pantai Kito, dimana mata

pencaharian masyarakat adalah pedagang kecil atau berjualan di

sepanjang pinggir pantai.

Hal ini sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh Wali

Nagari Pasar Lama Muara Air Haji, Bapak Hannapi melalui

wawancara pada tanggal 14 September 2020 :


61

“Keberadaan objek wisata Pantai Kito telah memberikan


keuntungan bagi masyarakat sekitarnya, salah satunya adalah
memberikan peluang usaha. Akan tetapi yang namanya
manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang mereka
dapatkan, selalu ingin lebih. Setelah adanya objek wisata
Pantai Kito taraf kehidupan masyarakat menjadi sejahtera.”
Hal yang sama juga diungkapkan oleh ibu Ria (selaku pemilik

usaha) melalui wawancara pada tanggal 16 September 2020 :

“Objek wisata Pantai Kito telah memberikan banyak manfaat


yang sangat baik bagi saya, dengan menjual minuman dan
makanan (Ampera, kerupuk mie, dan gorengan) dapat
menambah penghasilan keluarga saya. Selain itu, keberadaan
objek wisata Pantai Kito telah dapat mensejahterakan taraf
kehidupan keluarga saya, dan ekonomi keluarga meningkat
sejak saya membuka usaha di objek wisata Pantai Kito.”
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh ibu Tati (selaku

pemilik usaha) pada tanggal 16 September 2020 :

“Objek wisata Pantai Kito telah menjadi sumber pendapatan


bagi saya dan manfaatnya sudah dapat rasakan. Sebelum
adanya objek wisata Pantai Kito perekonomian keluarga saya
sangat rendah dan pendapatan suami saya hanya bisa
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Setelah adanya objek wisata
Pantai Kito perekonomian keluarga saya meningkat dan saya
dapat membantu suami dalam meringankan bebannya untuk
menafkahi keluarga. Karena saya membuka usaha wahana
permainan anak-anak yang disewakan kepada pengunjung
dengan harga Rp. 10.000/orang.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa

Keberadaan suatu objek wisata Pantai Kito dapat memberikan

keuntungan dan manfaat yang baik untuk perekonomian masyarakat

disekitarnya. Karena masyarakat disekitar objek wisata Pantai Kito


62

dapat berjualan minuman dan makanan. Selain itu, masyarakat juga

bisa membuka usaha wahana permainan anak-anak. Dengan demikian,

objek wisata Pantai Kito telah dapat mensejahterakan taraf kehidupan

masyarakat disekitarnya. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa

gambar dokumentasi peneliti, dibawah ini :

Gambar 6 : Usaha Makanan dan Minuman

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2020

Dari gambar diatas dapat dilihat bentuk usaha masyarakat

disekitar objek wisata Pantai Kito yaitu dengan berjualan berbagai

macaam makanan dan minuman. Oleh karena itu, dengan membuka

usaha berjualan makanan dan minuman ini dapat membantu

perekonomian masyarakat dalam mensejahtetakan kehidupan.


63

Gambar 7 : Usaha Wahana Permaianan Anak-anak

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2020

Dari hasil beberapa gambar diatas, dapat dilihat bahwa telah

disediakan wahana permainan anak-anak dikawasan objek wisata

Pantai Kito. Wahana permainan anak-anak ini merupakan salah satu

bentuk usaha masyarakat disekitar objek wisata Pantai Kito yang dapat

memberikan manfaat dan keuntungan yang bagus bagi masyarakat

dalam mensejahterakan kehidupan terutama tingkat perekonomian.

c) Tingkat Pengetahuan Masyarakat

Tingkat pengetahuan masyarakat merupakan faktor penentu

berhasil atau tidaknya dalam melakukan pengelolaan dan

pembangunan suatu objek wisata, sehingga dibentuknya Kelompok

Sadar Wisata (POKDARWIS). Kelompok Sadar Wisata adalah suatu


64

kelembangaan di tingkat masyarakat yang anggotanya terdiri dari para

pelaku kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan tanggungjawab

serta berperan sebagai penggerak dalam mendukung terciptanya iklim

kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya suatu objek wisata. Dalam

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terkait

pengelolaan dan pengembangan suatu objek wisata, maka perlu

dilakukan berbagai macam bentuk pelatihan, penyuluhan, dan

pemberdayaan kepada masyarakat.

Berdasarkn hasil wawancara dengan Wali Nagari Pasar Lama

Muara Air Haji, bapak Hannapi pada tanggal 14 September 2020 :

“Pemerintahan Nagari belum menyelenggarakan penyuluhan


atau sosialisasi terkait pengelolaan dan pengembangan objek
wisata Pantai Kito. Tetapi, sudah dibentuknya POKDARWIS
sebagai suatu kelembagaan untuk masyarakat agar dapat
mengetahui dan memahami manfaat dari pengelolaan dan
pengembangan suatu objek wisata. Tingkat pengetahuan
masyarakat terkait pengelolaan dan pembangunan objek
wisata Pantai Kito sudah bagus, meskipun tidak ada dilakukan
penyuluhan atau sosialisasi sebelumnya. Namun, masyarakat
memiliki kemampuan dan keterampilan yang luar biasa.”

Hal yang senada juga disampaikan oleh Ibu Tati (selaku

masyarakat) pada tanggal 16 September 2020 :

“Tidak ada dilakukan penyuluhan atau sosialisasi terkait


pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito,
tetapi kami dapat mengetahui dan memahami hal-hal penting
terkait pengelolaan dan pembangunan suatu objek wisata dari
POKDARWIS.”
65

Hal yang sama juga diungkapkan oleh ibu Marni (selaku

masyarakat) pada tanggal 20 September 2020 :

“Tidak ada diselenggarakan penyuluhan atau sosialisasi


terkait pengelolaan dan pembangunan objek wisata Pantai
Kito, kami melakukan pengelolaan dan pembangunan objek
wisata Pantai Kito sesuai kemampuan yang kami miliki,
karenan kami belajar mengenai hal-hal terkait pengelolaan
dan pengembangan pariwisata dari kelompok sadar wisata.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa

tidak ada diselenggarakannya penyuluhan atau sosialisasi mengenai

pengelolaan dan pembangunan objek wisata Pantai Kito, tetapi

masyarakat dapat mengetahui dan memahami hal-hal terkait

pengelolaan dan pembangunan suatu objek wisata dari kegiatan

kelompok sadar wisata (POKDARWIS), sehingga tingkat pengetahuan

masyarakat masih standar.

d) Pengelolaan Objek Wisata

Pengelolaan suatu objek wisata dapat dilakukan oleh Dinas

pariwisata, Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Nagari, Pemuda

Nagari dan Masyarakat. Proses pengelolaan suatu objek wisata akan

berbeda-beda, hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengelolaan objek

wisata yang dilakukan oleh pihak tertentu. Setiap pihak yang

melakukan pengelolaan suatu objek wisata memiliki kebijakan

tertentu, karena berhasil atau tidaknya pengelolaan suatu objek wisata

akan menjadi tanggungjawab bagi pihak pengelola.


66

Begitupun halnya dengan objek wisata Pantai Kito, dimana

pengelolaan objek wisata Pantai Kito dilakukan oleh masyarakat dan

akan menjadi tanggungjawab masyarakat itu sendiri. Akan tetapi,

dalam pengembangan objek wisata Pantai Kito masyarakat dibantu

oleh Pemerintahan Nagari dan Pemuda Nagari. Hal ini sesuai dengan

hasil wawancara peneliti dengan Wali Nagari Pasar Lama Muara Air

Haji, bapak Hannapi pada tanggal 14 September 2020 :

“Pengelolaan objek wisata Pantai Kito pertama kali


dilakukan oleh masyarakat atas persetujuan Pemerintahan
Nagari. Masyarakat memiliki keterampilan dan kemampuan
untuk melakukan pengelolaan objek wisata Pantai Kito,
selanjutnya masyarakat dibantu oleh pemuda nagari dalam
proses pengelolaan tersebut. Keberhasilan pengelolaan objek
wisata Pantai Kito sangat diapresiasi oleh Pemerintahan
Nagari.”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Pemuda Nagari Pasar

Lama Muara Air Haji, bapak Andi pada tanggal 15 September 2020 :

“Awal pengelolaan objek wisata Pantai Kito dilakukan oleh


masyarakat dengan persetujuan dari Pemerintahan Nagari.
Dikarenakan objek wisata Pantai Kito terletak di pinggiran
pantai, maka persetujuan dari Pemuda Nagari sangat
diperlukan agar tidak ada terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, terutama untuk keamanan dan ketertiban
pengunjung saat berada di lokasi. Proses pengelolaan objek
wisata Pantai Kito dapat berjalan dengan lancar dan sesuai
yang direncanakan masyarakat dan Pemuda Nagari.”

Selanjutnya hal yang sama juga disampaikan oleh ibu Anis

(selaku pengelola objek wisata Pantai Kito) pada tanggal 18 September

2020 :
67

“Objek wisata Pantai Kito ini yang melakukan pengelolaan


pertama adalah masyarakat, dengan izin dari Wali Nagari dan
Pemuda Nagari. Selain itu, Pemuda Nagari juga ikut
berpartisipasi dalam pengelolaan objek wisata Pantai Kito.
Pengelolaan yang kami lakukan memang sudah terlaksana
sesuai renacana kami, tetapi masih ada kekurangan. Hal ini
disebabkan karena dana yang minim, maka dari diharapkan
peran Pemerintahan Nagari dalam pengembangan objek
wisata Pantai Kito ke depannya, agar dapat mencapai tujuan
dan sasaran.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat dipahami bahwa

pengelolaan objek wisata Pantai Kito dilakukan oleh masyarakat

dibantu oleh Pemuda Nagari atas persetujuan dari Pemerintahan

Nagari. Proses pengelolaan yang dilakukan telah terlaksana sesuai

rencana, tetapi belum maksimal. Untuk menyempurnakan pengelolaan

objek wisata Pantai Kito, sangat diperlukan peran dan partisipasi

Pemerintahan Nagari dalam pengembangan objek wisata Pantai Kito

ke depannya agar dapat mencapai sasaran dan target.

e) Potensi Objek Wisata

Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji memiliki potensi objek

wisata yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata bahari yang

merupakan salah satu sektor memacu peningkatan perekonomian

masyarakat. Adapun kriteria potensi objek wisata yang dapat

diidentifikasikan dalam beberapa kelompok diantaranya lokasi, atraksi

wisata, aksesbilitas, sarana dan prasarana, kepemilikian lahan, cendera


68

mata khas suatu daerah, kenyamanan dan keindahan. Potensi yang

dimiliki objek wisata Pantai Kito akan menarik pengunjung untuk

datang menikmati keindahan dan kelestarian alam yang masih asri.

Setiap lokasi objek wisata memiliki daya tarik yang berbeda-

beda dan hal ini menjadi penting dalam mempengaruhi daya tarik

minat pengunjung. Dimana pengunjung sangat menginginkan lokasi

yang strategis dengam pemandangan yang indah. Hal ini sesuai dengan

hasil wawancara peneliti dengan pengunjung objek wisata Pantai Kito

bernama Melda pada tanggal 20 September 2020 :

“Daya tarik saya untuk datang mengunjungi objek wisata


Pantai Kito adalah letak lokasi objek wisatanya, yang mana
objek wisata Pantai Kito ini memiliki pemandangan bernuansa
laut dengan adanya pohon-pohon kelapa berjejeran yang
menciptakan kesejukan saat berada di objek wisata Pantai
Kito, sehingga memberikan kenyamanan untuk menikmatinya.”

Dari hasil wawancara peneliti dengan pengunjung diatas, dapat

diketahui bahwa objek wisata Pantai Kito memiliki letak lokasi yang

strategis sesuai yang diingikan oleh pengunjung. Oleh karena itu,

potensi yang dimiliki objek wisata Pantai Kito dari segi lokasi telah

dapat menarik minat pengunjung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

dari gambar berikut ini :


69

Gambar 8 : Objek Wisata Pantai Kito

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2020

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa objek wisata Pantai

Kito berlokasikan ditepi pinggiran pantai dengan dihiasi pohon-pohon

kelapa yang berjejeran disepanjang pantai. Selain itu juga dihiasi

dengan jejeran pondok-pondok sebagai tempat duduk dan bersantai

bagi pengunjung untuk menikmati kesejukan suasana pantai dan

keindahan pemandangan pantai.

Selain letak lokasi objek wisata, atraksi wisata juga dapat

dijadikan sebagai potensi objek wisata yang akan menarik dan

mempengaruhi minat pengunjung. Berbeda halnya dengan objek

wisata Pantai Kito, yang mana objek wisata Pantai Kito belum

menyelenggarakan atraksi wisata.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan bapak

Doni (selaku pemuda nagari) pada tanggal 16 September 2020 :


70

“Belum ada diselenggarakan event atau acara seperti


kesenian daerah atau pesta pantai di objek wisata Pantai Kito
ini, dikarenakan tahun 2020 sedang maraknya Pandemi
COVID-19. Objek wisata Pantai Kito terletak dipinggiran
pantai, jika diselenggarakan suatu acara tentu akan banyak
pengunjung yang datang, oleh karena itu kami belum bisa
menyelenggarakan suatu acara di objek wisata Pantai Kito.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat dipahami bahwa

belum ada diselenggarakan atraksi wisata di kawasan objek wisata

Pantai Kito. Hal ini dikarenakan pandemic Covid-19 yang sedang

marak-maraknya melanda di Indonesia. Masyarakat dan pemuda

nagari tidak ingin mengambil resiko, jika diadakan atraksi wisata tentu

akan banyak pengunjung yang datang.

Suatu objek wisata akan mengenali ciri khas daerahnya berupa

cendera mata atau makanan khas daerah yang dapat dijadikan ole-ole

untuk dibawa pulang oleh pengunjung. Tetapi, lain halnya dengan

objek wisata Pantai Kito yang terletak dipinggiran pantai dan belum

mengenali ciri khas daerahnya pada pengunjung, baik berupa cendera

mata maupun makanan khas nagari.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan ibu Anis

(selaku pedagang kecil) pada tanggal 18 September 2020 :

“Sekarang ini, objek wisata Pantai Kito belum menyediakan


cendera mata atau makanan khas nagari. Karena objek wisata
Pantai Kito masih dalam tahap pengembangan dan akan
direncanakan untuk ke depannya.”
71

Kemudian aksesbilitas suatu objek wisata juga menjadi daya

tarik minat pengunjung. Aksesbilitas menuju objek wisata Pantai Kito

sangat baik dan kondisi jalan yang masih bagus. Berdasarkan hasil

pengamatan yang dilakukan peneliti, aksesbilitas terutama jalan

menuju objek wisata Pantai Kito memang sangat bagus, tidak ada

melewati jembatan, kendaraan dapat langusung masuk ke objek wisata

Pantai Kito. untuk lebih jelas dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

Gambar 9 : Aksesbilitas Objek Wisata Pantai Kito

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2020

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa akses jalan menuju

kawasan objek wisata Pantai Kito terbuat dari beton/semen yang sudah

baik dan kendaraan pengunjung dapat lancar melewati akses jalan

tersebut. Sepanjang jalan dihiasi pohon-pohon kelapa yang berjejeran,

sehingga pengunjung dapat berteduh melalui akses jalan tersebut.

Dengan demikian, berdasarkan hasil wawancara dan gambar diatas

dapat diketahui bahwa objek wisata Pantai Kito memiliki potensi objek

wisata yang bagus dan sangat baik dikembangkan.


72

2) Model Green Tourism

a) Mempromosikan Objek Wisata

Promosi objek wisata yang dimaksud adalah untuk menarik

minat pengunjung atau wisatawan agar datang berkunjung ke objek

wisata Pantai Kito. Kegiatan promosi sangat diharapkan sebagai upaya

untuk mengenalkan lokasi objek wisata kepada masyarakat atau dunia

luar, sehingga wisatawan atau pengunjung tertarik untuk datang

mengunjungi objek wisata Pantai Kito. Selain itu, kegiatan promosi

memberikan gambaran yang dapat menciptakan citra bagi daerah

tujuan wisata yang bersangkutan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang

Pengembangan Destinasi Pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan, Bapak

Febriadi, S.Pd pada tanggal 7 September 2020 :

“Pada saat ini kegiatan promosi objek wisata Pantai Kito


dilakukan melalui media sosial. Tingkat promosi objek wisata
Pantai Kito masih domestik, karena objek wisata ini masih
baru dilakukan pengelolaan dan pengembangan. Promosi
objek wisata Pantai Kito dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung. Promosi secara langsung yaitu
melalui individu ke individu, membagikan brosur, dan
pemasangan spanduk. Sedangkan promosi secara tidak
langsung yaitu melalui media elektonik seperti handphone
melalui media sosial.”
73

Hal senada juga diungkapkan oleh Pemuda Nagari Pasar Lama

Muara Air Haji, Bapak Yudha pada tanggal 15 September 2020 :

“Promosi objek wisata Pantai Kito melalui media sosial yaitu


aplikasi youtobe. Selain itu, promosi juga dilakukan melalui
individu ke individu yang pernah datang berkunjung ke objek
wisata Pantai Kito.”
Kemudian peneliti mewawancarai salah satu pengunjung objek

wisata Pantai Kito dari Muara Gadang yang bernama Cindy pada

tanggal 17 September 2020 :

“Saya mendapatkan informasi adanya objek wisata Pantai


Kito ini dari teman saya yang pernah datang berkunjung kesini
sebelumnya. Teman saya memberikan informasi kepada saya
bahwa ada objek wisata baru yaitu Pantai Kito di Nagari
Pasar lama Muara Air Haji, dan akhirnya saya datang kesini
dengan membawa teman-teman saya yang lain.”
Selanjutnya hasil wawancara peneliti dengan pengunjung objek

wisata Pantai Kito dari Balai Selasa yang bernama sherly, pada

tanggal 17 September 2020 :

“Informasi mengenai objek wisata Pantai Kito ini saya


dapatkan dari teman saya, dan teman saya dapat informasinya
dari youtobe, dimana telah diupload dan ditampilkan berbagai
macam video tentang destinasi objek wisata Pantai Kito di
Nagari Pasar Lama Muara Air Haji.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa

tingkat promosi objek wisata Pantai Kito masih bersifat. Kegiatan

promosi objek wisata Pantai Kito dilakukan melalui media sosial yaitu

aplikasi youtobe dan website digoogle, tujuaannya agar lebih dikenal


74

oleh masyarakat luas. Selain itu, objek wisata Pantai Kito juga

dipromosikan melalui individu ke individu yang pernah datang

berkunjung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bentuk kegiatan

promosi objek wisata Pantai Kito melalui media sosial dari gambar

berikut ini :

Gambar 10 : Kegiatan promosi objek wisata Pantai Kito

Sumber : Hasil screnshout pada aplikasi Youtobe 2020

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa promosi objek wisata

Pantai Kito dilakukan melalui media sosial yaitu aplikasi youtobe.

Beranekaragam bentuk video yang diupload mengenai destinasi objek

wisata Pantai Kito diaplikasi youtobe tersebut. Sehingga masyarakat

luas dapat mengenali dan mengetahui keberadaan dan destinasi

keindahan objek wisata Pantai Kito.


75

b) Kreativitas Masyarakat

Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan

memiliki potensi kreatif. Kreativitas adalah kemampuan untuk

berkreasi, kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Kemampuan ini

dapat terkait dengan bidang seni maupun ilmu pengetahuan. Demikian

pula dengan objek wisata Pantai Kito, dimana masyarakat memiliki

kreativitas untuk menciptakan suatu hal yang membuat pengunjung

nyaman dan menikmati suasana keindahan objek wisata Pantai Kito.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Joni (selaku

pemilik lahan) pada tanggal 18 September 2020 :

“Dengan adanya ayunan dan palanta pohon membuat


pengunjung merasa nyaman dan puas menikmati keindahan
objek wisata Pantai Kito terutama di sore hari. Semua ini
adalah kreativitas masyarakat dengan tujuan memperindah
objek wisata Pantai Kito.”
Hal senada juga diungkapkan oleh ibu Anis (selaku pedagang

kecil) pada tanggal 18 September 2020 :

“Kreativitas dalam memperindah objek wisata Pantai Kito


dapat berupa ayunan dari jaring ikan dan ban bekas. Selain
itu, juga ada kreativitas kami seperti tempat duduk dari ban
mobil bekas dengan tenda dari parabola bekas. Dengan
menggunakan barang bekas tersebut, kami dapat menciptakan
kreativitas atau hasil yang unik untuk dapat dimanfaatkan oleh
pengunjung, serta dapat memperindah suasana pemandangan
objek wisata Pantai Kito.”
76

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa

masyarakat memiliki kreativitas sudah bagus, yang mana masyarakat

dapat mendaur ulang barang bekas menjadi berfungsi kembali, serta

dapat dimanfaatkan oleh pengunjung. Sehingga kreativitas yang

diciptakan oleh masyarakat dapat memperindah suasana pemandangan

objek wisata Pantai Kito. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari

gambar dibawah ini :

Gambar 11 : Bentuk hasil kreativitas masyarakat

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2020


77

Berdasarkan beberapa gambar diatas, dapat dilihat bentuk

kreativitas yang dihasilkan oleh masyarakat seperti ayunan, palanta

diatas pohon, dan tempat duduk dari ban bekas. Didalam menuangkan

kreativitasnya, masyarakat menggunakan barang-barang bekas menjadi

bermanfaat dan memiliki nilai pakai yang baik sesuai kebutuhannya.

c) Sapta Pesona Objek Wisata

Sapta pesona objek wisata merupakan kondisi yang harus

diwujudkan dalam rangka menarik minat pengunjung untuk datang

mengunjungi objek wisata disuatu daerah, demikian pula halnya

dengan objek wisata Pantai Kito. Dalam pengelolaan dan

pengembangan suatu objek wisata Pantai Kito, maka sapta pesona

objek wisata perlu diperhatikan agar pengunjung merasa nyaman dan

tertarik untuk datang kembali mengunjungi objek wisata Pantai Kito.

Bentuk sapta pesona objek wisata meliputi keamanan, ketertiban,

kebersihan, keindahan, kesejukan, ketenangan dan keramahtamahan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Yolanda (selaku

pengunjung) pada tanggal 19 September 2020 :

“Lingkungan objek wisata Pantai Kito sangat sejuk dan


bersih, telah disediakan tempat sampah disetiap pondok. Objek
wisata Pantai Kito memiliki keindahan pemandangan senja
yang dapat dijadikan background selfie. Keamanan dan
ketertiban lingkungan objek wisata Pantai Kito sangat terjaga,
pengunjung belum ada yang kehilangan barang bawaan.”
78

Hal senada juga diungkapkan oleh Cindy (selaku pengunjung )

pada tanggal 17 September 2020 :

“Yang membuat saya untuk selalu datang ke objek wisata


Pantai Kito adalah keindahan pemandangan yang bernuansa
laut terutama keindahan senda disore hari. Objek wisata
Pantai Kito memberikan ketenangan dan kenyamanan.
Masyarakat yang berjualan makanan dan minuman juga
sangat rahma dalam melayani setiap pembeli. Dengan tempat
parkir masih berserakan, akan tetapi keamanan kendaraan
pengunjung tetap terjaga dan belum pernah terjadi kehilangan
kendaraan.”
Selanjutnya hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu

pengunjung yang bernama Sherly pada tanggal 17 September 2020 :

“Objek wisata Pantai Kito adalah objek wisata bebas dari


sampah, lingkungannya yang bersih dan sejuk membuat
pengunjung merasa nyaman. Pantainya juga bersih dan bebas
dari sampah, tidak ada terdapat sampah dilaut, kelestarian
lingkungan objek wisata Pantai Kito masih asri, dan objek
wisata Pantai Kito memiliki keindahan pemandangan untuk
berselfie.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa

objek wisata Pantai Kito memiliki sapta pesona wisata. Lingkungan

objek wisata Pantai Kito yang bersih dan asri, keamanan dan

ketertiban yang masih terjaga, dapat memberikan ketenangan dan

kenyamanan bagi pengunjung. Sehingga pengunjung berminat

kembali untuk selalu datang mengunjungi objek wisata Pantai Kito.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar dibawah ini :


79

Gambar 12 : Sapta pesona wisata Pantai Kito

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2020

Dari beberapa gambar diatas, dapat dilihat bahwa objek wisata

Pantai Kito memiliki keindahan pemandangan yang bernuansa laut

yang dapat dijadikan background selfie terutama disore hari.

Lingkungan objek wisata Pantai Kito juga bebas dari sampah,

kebersihan dan kelestariannya dapat terjaga dengan baik. Setiap

pondok telah disediakan tempat sampah, agar pengunjung tidak

membuang sampah sembarangan.


80

3) Model Pentahelix

a) Peranan Pemerintahan Nagari Dalam Pengembangan Objek Wisata

Pemerintahan Nagari telah memiliki komitmen untuk

mengembangkan objek wisata Pantai Kito dalam rangka membantu

perekonomian dan mensejahterakan masyarakat. Didalam mengatasi

berbagai kendala-kendala yang dapat menghambat proses pengelolaan

dan pembangunan suatu objek wisata, maka peranan Pemerintahan

Nagari sangat diperlukan dalam meminimalisirkan kendala-kendala

yang terjadi. Akan tetapi, Pemerintahan Nagari belum terlibat

sepenuhnya dalam pengelolaan dan pembangunan objek wisata Pantai

Kito.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan Wali

Nagari Pasar Lama Muara Air Haji, bapak Hannapi pada tanggal 14

September 2020 ;

“Memang benar Pemerintahan Nagari belum terlibat dengan


sepenuhnya dalam pengelolaan dan pembangunan objek
wisata Pantai Kito, sehingga terjadi kendala-kendala yang
dapat menghambat proses pengembangan objek wisata Pantai
Kito. oleh sebab itu, untuk mengatasi kendala yang terjadi
tersebut Pemerintahan Nagari akan berusaha untuk
berpartisipasi ke depannya.”

Hasil wawancara dengan bapak Joni (selaku pemilik lahan)

pada tanggal 18 September 2020 :


81

“Pemerintahan Nagari Pasar Lama Muara Air Haji belum


berperan penuh dalam pengelolaan dan pembangunan objek
wisata Pantai Kito. Kami sangat mengharapkan Pemerintahan
Nagari untuk dapat terlibat dan berpartisipasi, sehingga dapat
membantu proses pengembangan objek wisata Pantai Kito.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa

Pemerintahan Nagari belum terlibat sepenuhnya dalam pengelolaan

dan pembangunan objek wisata Pantai Kito. Sehingga masih terjadi

kendala-kendala dalam pengelolaan dan pembangunan objek wisata

Pantai Kito. Peran dan keterkibatan Pemerintahan Nagari sangat

diperlukan dalam pengembangan objek wisata Pantai Kito selanjutnya.

b) Sarana dan Prasarana Objek Wisata

Kehadiran pengunjung atau wisatawan dapat ditentukan oleh

kemudahan yang diciptakan melalui pelayanan yang baik, kemudahan

akomodasi, sarana dan prasarana yang memadai, dan kesadaran

masyarakat sekitarnya. Pengelolaan sarana dan prasarana menjadi

sangat penting dalam pembangunan dan pengembangan suatu objek

wisata. Keberadaan sarana dan prasarana dalam pembangunan dan

pengembangan suatu objek wisata menjadi faktor penentu sebuah

tempat pariwisata.

Berkaitan dengan sarana dan prasarana dikawasan objek wisata

Pantai Kito perlu diadakan penambahan dan pembangunan. Adapun

sarana yang terdapat dikawasan objek wisata Pantai Kito meliputi


82

akses jalan, toilet, tempat makan, tempat parkir dan tempat ibadah.

Untuk meningkatkan pengembangan objek wisata Pantai Kito perlu

dilakukan perbaikan dan penataan ulang, seperti tempat parkir yang

keberadaannya tidak teratur dan rapi dikawasan objek wisata Pantai

Kito. Selain itu, juga perlu dilakukan penambahan dan pembangunan

toilet dan tempat ibadah, karena persediaan yang masih kurang dan

terbatas. Keadaan toilet juga menjadi perhatian bagi pengunjung,

karena bau toilet yang tidak sedap dan kotor akan mengurangi minat

pengunjung untuk datang berkunjung ke tempat objek wisata.

Berdasarkan wawancara dengan Wali Nagari Pasar lama Muara

Air Haji, Bapak Hannapi pada 14 September 2020 :

“Saat ini kondisi sarana dan prasarana objek wisata Pantai


Kito masih kurang dan terbatas, dan untuk mengatasi hal
tersebut Pemerintahan Nagari sudah memiliki rencana untuk
memberi bantuan dalam melakukan penambahan dan
pembangunan sarana dan prasarana yang nantinya
diharapkan masyarakat untuk dapat memelihara dan
memanfaatkan dengan baik sarana dan prasarana tersebut.”
Kemudian penelitian melakukan wawancara dengan ibu Ria

(selaku pemilik dan lahan) pada 16 September 2020 :

“Kawasan objek wisata Pantai Kito memiliki sarana dan


prasarana yang baik, akan tetapi persediaannya masih
terbatas. Sarana dan prasarana yang telah kami disediakan
yaitu toilet, tempat ibadah, pondok untuk beristirahat dan
tempat makan. Selain itu, kami telah menyediakan mukenah
dan sajadah bagi pengunjung yang ingin sholat.”
83

Hal senada juga diungkapkan oleh Yolanda (selaku

pengunjung) pada tanggal 19 Sepetember 2020 :

“Sarana seperti toilet dan tempat ibadah dikawasan objek


wisata Pantai Kito sudah memadai dan bersih. Masyarakat
telah menyediakan tempat istirahat dan tempat makan
berbentuk pondok-pondok dipinggiran pantai, sehingga bisa
menikmati pemandangan pantai sambil duduk beristirahat.
Selain itu, telah disediakannya mukenah dan sajadah untuk
sholat. Tetapi, tempat parkir kendaraan pengunjung masih
berserakan dan tidak teratur, karena belum disediakan tempat
khusus untuk parkir kendaraan.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa

sarana dan prasarana dikawasan objek wisata Pantai Kito sudah

memadai, tetapi persediaannya yang masih kurang dan terbatas.

Kawasan objek wisata Pantai Kito belum menyediakan tempat parkir

yang khusus, karena kendaraann pengunjung parkir masih berserakan.

Dalam mengatasi kekurangan dan keterbatasan sarana dan prasarana

tersebut, Pemerintahan Nagari memiliki rencana untuk melakukan

penambahan bangunan sarana, serta melengkapi prasarana sesuai

kebutuhan pengunjung. Bentuk sarana dan prasarana yang ada

dikawasan objek wisata Pantai Kito untuk lebih jelasnya dapat dilihat

dari gambar dibawah ini :


84

Gambar 13 : Sarana dan prasarana tempat ibadah

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2020

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa telah disediakan

tempat ibadah yang sangat sederhana oleh masyarakat, agar tidak

bercampur antara perempuan dan laki-laki, maka tempat ibadahnya

dipisahkan. Persediaan tempat ibadah yang masih terbatas dapat

mengakibatkan pengunjung harus antrian sholat. Selain itu, juga telah

disediakan perlengkapan sholat seperti mukenah dan sajadah.

Selanjunya juga ada sarana dan prasarana toilet seperti gambar berikut:
85

Gambar 14 : Sarana dan prasarana toilet

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2020

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa telah disediakan toilet

dikawasan objek wisata Pantai Kito yang memadai dengan keadaan air

yang sangat bersih dan tidak berbau. Bangunan toilet tersebut hanya

disediakan satu untuk perempuan dan satu untuk perempuan. Sehingga

pengunjung harus bisa antri menggunakan toilet ketika objek wisata

Pantai Kito sedang ramai pengunjung terutama dihari libur. Kemudian

juga ada sarana dan prasarana lainnya, dapat dilihat dibawah ini :

Gambar 15 : Tempat peristirahatan

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2020


86

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa telah disediakan dapat

tempat istirahat dan tempat makan untuk pengunjung yang seperti

pondok-pondok. Tempat istirahat sekaligus tempat makan yang terbuat

dari bambu dan sangat unik itu tersusun dengan teratur, sehingga tidak

merusak pemandangan pengunjung. Setiap pengunjung dapat istirahat

dan makan sambil memandangi pantai dan menikmati kesejukan

suasana pantai. Pondok-pondok sangat banyak didirikan oleh

masyarakat, agar pengunjung tidak harus melakukan antrian.

b. Kendala Yang Menghambat Pengembangan Objek Wisata Pantai

Kito di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji

1) Sarana dan prasarana yang masih kurang lengkap untuk

mendukung pengembangan objek wisata Pantai Kito

Seseorang atau sekelompok orang yang akan melakukan

perjalanan ke tempat objek wisata, tentu akan memerlukan pelayanan

sarana dan prasarana sesuai kebutuhannya. Keberadaan sarana dan

prasarana dalam pengelolaan dan pembangunan menjadi faktor

penentu pengembangan objek wisata di suatu daerah. Namun, sarana

dan prasarana yang disediakan oleh masyarakat di kawasan objek

wisata Pantai Kito masih kurang, karena objek wisata Pantai Kito

memiliki luas sepanjang 4 kilometer, dan ramai didatangi pengunjung.


87

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sintia (selaku

pengunjung) pada tanggal 19 September 2020 :

“Objek wisata Pantai Kito belum menyediakan tempat parkir


yang khusus untuk kendaraan pengunjung, sehingga mobil dan
motor parkir berserakan dan tidak rapi. Hal ini akan
mengakibatkan pengunjung kehilangan motor nantinya, karena
pengunjung tidak bisa memantau keberadaan kendaraannya,”
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Melda (selaku

pengunjung) pada tanggal 20 September 2020 :

“Penyediaan sarana dan prasarana dikawasan objek wisata


Pantai Kito masih kurang dan terbatas, seperti tempat ibadah
dan toilet yang harus ditambah bangunannya. Karena apabila
objek wisata Pantai Kito ramai dikunjungi oleh pengunjung,
maka pengunjung harus antri untuk ke toilet dan sholat.”

Selanjutnya hasil wawancara peneliti dengan Cindy (selaku

pengunjung) pada tanggal 17 September 2020 :

“Sarana dan prasarana di kawasan objek wisata Pantai Kito


masih kurang lengkap, terutama tempat parkir yang harus
dilakukan penataan, agar pengunjung dapat memakirkan
kendaraannya dengan teratur dan rapi. Persediaan toilet dan
tempat ibadah yang harus ditambah bangunan agar tidak
harus melakukan antrian.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti bahwa pengujung menilai sarana dan prasarana

objek wisata Pantai Kito masih terbatas, sehingga perlu dilakukan

pembangunan dan penataan kembali terutama tempat parkir. Tempat

parkir yang tidak teratur dan berserakan akan merusak keindahan

objek wisata Pantai Kito dan mengakibatkan kehilangan kendaraan,


88

karena pengunjung tidak dapat memantau keberadaan kendaraannya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 16 : Tempat Parkir Pengunjung

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2020

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa objek wisata Pantai

Kito belum menyediakan tempat parkir yang khusus untuk kendaraan

pengunjung. Kendaraan pengunjung parkir dengan sembarangan dan

berserakan, hal ini juga disebabkan karena diadakannya bebas parkir.

Sehingga pemandangan kawasan objek wisata Pantai Kito menjadi

rusak, selanjutnya akan mengakibatkan mudah terjadinya kehilangan

kendaraan pengunjung.
89

2) Status kepemilikan lahan dalam pengelolaan dan pengembangan

objek wisata Pantai kito yang masih bersifat peribadi

Status kepemilikan lahan objek wisata Pantai Kito adalah milik

masyarakat pribadi. Pemerintahann Nagari telah berusaha untuk

berkoordinasi dengan masyarakat dalam melakukan pengelolaan dan

pengembangan objek wisata Pantai Kito. Sehingga pendanaan dalam

pengelolaan dan pembangunan bersifat pribadi, tetapi proses

pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito ini tidak bisa

terlepas dari peran Pemerintahan Nagari terutama untuk mendapatkan

persetujuan dari Wali Nagari dan Pemuda Nagari.

Sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan Wali Nagari

Pasar Lama Muara Air Haji, bapak Hannapi pada tanggal 14

September 2020 :

“Lahan objek wisata Pantai Kito adalah milik masyarakat


pribadi, pengelolaan dan pembangunan objek wisata Pantai
Kito juga masih pribadi. Akan tetapi, Pemerintahan Nagari
tengah berusaha untuk berkoordinasi dalam pengelolaan dan
pengembangan objek wisata Pantai Kito. Pemerintahan
Nagari akan merangkul masyarakat untuk dapat kerjasama
dalam pengembangan objek wisata Pantai Kito untuk ke
depannya.”
Hal senada juga diungkapkan oleh ketua Pemuda Nagari Pasar

Lama Muara Air Haji, bapak Andi pada tanggal 15 September 2020 :
90

“Kepemilikan lahan objek wisata Pantai Kito yaitu lahan milik


masyarakat yang tinggal disekitar pinggiran pantai tersebut.
Pengelolaan dan pembangunan objek wisata Pantai Kito juga
masih pribadi yaitu dikelola oleh masyarakat, tetapi juga ada
dibantu oleh Pemuda Nagari.”
Selanjutnya hal yang sama juga disampaikan oleh ibu Marni

(selaku pemilik lahan) pada tanggal 20 September 2020 :

“Lahan objek wisata Pantai Kito adalah milik kami atau


masyarakat. Lahan ini merupakan tanah ulayat yang kami
miliki dari pembagian harta pusaka atau dengan dibeli. Hal ini
terjadi dikarenakan lahan yang kami miliki berada dipinggiran
pantai, sehingga kami berinisiatif untuk menjadikan objek
wisata Pantai Kito.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa

status kepemilikan lahan objek wisata Pantai Kito adalah lahan milik

pribadi masyarakat. Pemerintahan Nagari akan berusaha untuk dapat

bekoordinasi dengan cara merangkul masyarakat untuk bekerjasama

dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito.

3) Masih minimalnya pendanaan pengelolaan dan pengembangan

objek wisata Pantai Kito

Dalam pengelolaan suatu objek wisata, dana merupakan salah

satu faktor yang dapat menentukan berkembang atau tidaknya suatu

objek wisata terserbut, demikian pula halnya dalam pengelolaan objek

wisata Pantai Kito. Dana yang digunakan dalam pengelolaan dan

pengembangan objek wisata Pantai Kito masih dibilang minim. Hal ini
91

dikarenakan bahwa dalam pengelolaan objek wisata Pantai Kito

pendanaannya masih bersifat pribadi dan tidak ada menggunakan dana

desa/nagari. Selain itu, Pemerintahan Nagari dan masyarakat juga

belum menjalin kerjasama dengan pihak swasta/investor untuk

menanamkan modal atau memberikan bantuan dalam pengelolaan dan

pengembangan objek wisata Pantai Kito.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Wali Nagari Pasar Lama

Muara Air Haji, bapak Hannapi pda tanggal 14 September 2020 :

“Pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito


tidak menggunakan dana nagari melainkan dana pribadi dari
masyarakat yang memiliki lahan. Padahal untuk menunjang
keberhasilan pengelolaan dan pengembangan suatu objek
wisata Pantai Kito sangat diperlukan dana dari Pemerintahan
Nagari. Oleh karena itu, untuk pengembangan objek wisata
Pantai Kito kedepannya, Pemerintahan Nagari akan berusaha
memberikan bantuan dana berupa pembangunan sarana dan
kelengkapan prasarana.”
Kemudian hasil wawancara peneliti dengan ketua Pemuda

Nagari, bapak Andi pada tanggal 15 September 2020 :

“Dana yang digunakan untuk melakukan pengelolaan dan


pengembangan objek wisata Pantai Kito bukan dana dari
Pemerintahan Nagari, tetapi dana pribadi dari masyarakat
sendiri, baik yang pemilik lahan ataupun yang membuka usaha
berdagang. Dengan demikian, pendanaan dalam pengelolaan
dan pembangunan objek wisata Pantai kito masih sangat
kurang dan terbatas, diikarenakan tidak mamakai dana
nagari.”
92

Hal yang sama juga diungkapkan oleh ibu Ria (selaku pemilik

lahan dan usaha) pada tanggal 16 September 2020 :

“Kalau ditanya masalah dana untuk melakukan pengelolaan


dan pengembangan objek wisata Pantai Kito masih bersifat
pribadi yaitu dana milik kami, belum ada menggunakan dana
nagari ataupun bantuan dari pihak swasta. Akan tetapi,
Pemerintahan Nagari akan mengupayakan untuk memberikan
bantuan dana dalam bentuk pembangunan sarana dan
prasarana. Oleh sebab itu, pendanaan yang diperlukan dalan
pengelolaan dan pembangunan objek wisata Pantai Kito masih
tergolong sangat minim.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti diatas,

dapat diketahui bahwa pendanaan dalam pengelolaan dan

pengembangan objek wisata Pantai Kito masih sangat minim, karena

pendanaannya bersifat pribadi dan tidak menggunakan dana

desa/nagari. Pada dasarnya, pendanaan dari Pemerintahan Nagari

sangat menentukan keberhasilan pengelolaan dan pengembangan

objek wisata Pantai Kito. Oleh karena itu, sangat diperlukan kerjasama

dengan pihak swasta/investor dalam menanamkan modal atau

memberikan bantuan dana untuk pengembangan objek wisata Pantai

Kito ke depannya.

4) Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM)

Dalam pengelolaan dan pembangunan suatu objek wisata faktor

utama adalah manusia, karena Sumber Daya manusia (SDM) dapat

menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengelolaan dan


93

pembangunan pariwisata. Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM)

dibidang Pariwisata akan mengakibatkan pengembangan suatu objek

wisata tidak dapat berkembang secara optimal dan maksimal. Demikian

pula halnya dengan SDM dalam pengelolaan dan pembangunan objek

wisata Pantai Kito, sehingga pengembangannya masih belum maksimal.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan Wali,

Bapak Hannapi pada tanggal 14 September 2020 :

“Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji memang tidak memiliki


seseorang profesional dibidang pariwisata. Sehingga pola berpikir
masyarakat masih standar terutama hal-hal terkait pengelolaan
dan pembangunan objek wisata. Oleh sebab itu, pengelolaan dan
pengembangan objek wisata Pantai Kito masih belum maksimal.”
Selanjutnya hal yang senada juga diungkapkan oleh Ketua

Pemuda, bapak Andi pada tanggal 15 September 2020 :

"Sumber Daya Manusia (SDM) di Kenagarian Pasar Lama Muara


Air Haji ini masih tergolong rendah. Karena pola berpikir
masyarakat masih standar dan sangat mudah untuk dipengaruhi.
Kemampuan dan keterampilan dari seseorang yang profesional
dibidang pariwisata belum ada disediakan dalam pengelolaan dan
pembangunan objek wisata Pantai Kito.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat dipahali bahwa Sumber

Daya Manusia (SDM) di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji masih

rendah dengan pola berpikir masyarakat yang masih standar dan mudah

untuk dipengaruhi. Hal ini dapat mengakibatkan pengelolaan dan

pengembangan objek wisata Pantai Kito tidak maksimal.


94

c. Upaya Dalam Meminimalisirkan Kendala Yang Menghambat

Pengembangan Objek Wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar

Lama Muara Air Haji

1) Meningkatkan promosi Objek Wisata

Promosi suatu objek wisata dengan berbagai jenis dan model

iklan sebagai daya tarik wisata tentunya akan dapat meningkatkan

minat pengunjung. Dalam pengelolaan dan pengembangan suatu objek

wisata, faktor promosi sangat mempengaruhi untuk meningkatkan

kunjungan wisatawan atau pengunjung. Oleh karena itu, Pemerintahan

dan masyarakat harus dapat mempromosikan objek wisata yang ada

didaerahnya. Pemerintahan Nagari dan masyarakatnya harus bisa

mempromosikan objek wisata Pantai Kito. Sehingga objek wisata

Pantai Kito dapat dikenal oleh masyarakat luas, dan tingkat promosi

bisa mencapai nasional.

Berdasarkan hasil wawanacara dengan Pemuda Nagari Pasar

Lama Muara Air Haji, bapak Yudha pada tanggal 15 September 2020 :

“Promosi objek wisata Pantai Kito sudah mulai maksimal


tetapi masih tingkat lokal, selanjutnya kami akan berusaha
untuk bisa mempromosikan objek wisata Pantai Kito ke tingkat
Nasional. Bentuk upaya yang dapat kami lakukan dalam
mempromosikan objek wisata Pantai Kito dengan mengadakan
acara atau event, kemudian membuat videonya yang sangat
dan upload dimedia sosial.”
95

Hal senada yang diungkapkan oleh ibu Ria (selaku pemilik

lahan dan usaha) pada tanggal 16 September 2020 :

“Kami akan terus berusaha untuk mempromosikan objek


wisata Pantai Kito sampai ke tingkat nasional dengan
mengupload video yang bagus dan photo-photo destinasi objek
wisata Pantai Kito yang dapat menarik masyarakat luas
datang berkunjung dimedia sosial.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa

Pemuda Nagari dan Masyarakat akan terus berusaha untuk

mempromosikan objek wisata Pantai Kito dengan maksimal ke

depannya, agar keberadaan objek wisata Pantai Kito dapat dikenali

oleh masyarakat luas yang diluar Kabupaten Pesisir Selatan. Berbagai

macam upaya akan dilakukan dalam mempromosikan objek wisata

Pantai Kito, agar bisa mencapai tingkat nasional.

2) Meningkatkan Penyediaan Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana disuatu objek wisata menjadi

hal yang sangat penting dalam pengelolaan dan pengembangan

pariwisata. Objek wisata tanpa sarana dan prasarana yang lengkap

tidak akan bisa berkembang dan maju. Dengan demikian, perlu

dilakukan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dan

lengkap sesuai yang dibutuhkan oleh pengunjung.


96

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Wali Nagari

Pasar Lama Muara Air Haji, bapak Hannapi pada tanggal 14

September 2020 :

“Sarana dan prasarana di kawasan objek wisata Pantai Kito


sudah memadai, tetapi penyediaannya yang masih terbatas.
Pemerintahan Nagari telah berencana untuk melakukan
pembangunan sarana dan melengkapi prasarana sesuai
kebutuhan pengunjung. Dan hal ini harus didiskusikan dengan
masyarakat terutama pemilik lahan objek wisata Pantai Kito.”
Hal yang sama juga disampaikan oleh ibu Marni (selaku

masyarakat dan pemilik lahan) pada tanggal 20 September 2020 :

“Pemerintahan Nagari telah menjanjikan kepada masyarakat


untuk segera melakukan pembangunan sarana dan melengkapi
prasarana yang masih terbatas. Akan dibangun toilet 4 pintu
di 2 titik (laki-laki dan perempuan), 2 tempat ibadah di 2 titik
(laki-laki dan perempuan), dan tempat parkir yang khusus
untuk kendaraan pengunjung.”
Selanjutnya hasil wawancara peneliti dengan ibu Tati (selaku

pedagang kecil) pada tanggal 19 September 2020 :

“Akan dibangunnya toilet, tempat ibadah, dan tempat parkir


dengan prasarana yang lengkap, hal ini telah direncanakan
dan sudah didiskusikan oleh Pemerintahan Nagari dengan
masyarakat sebagai pemilik lahan.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa

Pemerintahan Nagari dan masyarakat akan melakukan pembangunan

sarana dengan prasarana yang lengkap dikawasan objek wisata pantai

Kito. Kelengkapan persediaan sarana dan prasarana dapat menunjang


97

pengembangan objek wisata Pantai Kito kedepannya. Selain itu, juga

dapat menarik pengunjung, karena persediaan sarana dan prasarana

yang langkap dan memadai membuat pengunjung nyaman dan puas.

3) Meningkatkan Sumber Daya Manusia

Peningkatan sumber daya manusia (SDM) sangat diperlukan

untuk meningkatkan kualitas dari sebuah objek wisata. Sumber Daya

Manusia (SDM) mulai dari pengelolaan sampai kepada masyarakat

yang berperan penting dalam keberhasilan pengembangan suatu objek

wisata. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan SDM yaitu

dengan cara mengadakan pelatihan-pelatihan dan mengikutsertakan

masyarakat dalam pengelolaan dan suatu pengembangan objek wisata.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang

Pengembangan Destinasi Pariwisata Kaupaten Pesisir Selatan, Bapak

Febriadi, S.Pd pada tanggal 7 September 2020 :

“Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) telah menjadi


tanggungjawab Pemerintahan Nagari disuatu daerah. Selain
meningkatkan SDM tenaga kerja yang ada di Kantor Wali
Nagari, Pemerintahan Nagari juga dapat meningkatkan SDM
dilingkungan masyarakatnya, sangat besar tanggungjawab
Pemerintahan Nagari dalam meningkatkan SDM terutama
untuk melakukan pengelolaan dan pengembangan suatu objek
wisata. Pemerintahan Nagari dapat mengadakan berbagai
pelatihan untuk masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas
SDM didaerahnya.”
98

Hal senada juga diungkapkan oleh Wali Nagari Pasar Lama

Muara Air Haji, Bapak Hannapi pada tanggal 14 September 2020 :

“Kami dari Pemerintahan Nagari akan berusaha untuk dapat


meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), agar
pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito
dapat terlaksana dengan maksimal. Maka dari itu kami juga
akan mengikutsertakan masyarakat dalam berbagai kegiatan
di kenagarian seperti pelatihan atau kursus dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas SDM di lingkungan masyarakat.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat diketahui

bahwa Pemerintahan Nagari bertanggungjawab untuk meningkatkan

Sumber Daya Manusia (SDM). Pemerintahan Nagari akan berusaha

untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Upaya yang

harus dilakukan oleh Pemerintahan Nagari dalam meningkatkan

kualitas SDM adalah dengan mengadakan berbagai kegiatan pelatihan

atau kursus untuk masyarakat.

4) Meningkatkan Potensi Objek Wisata

Mengenali dan mengidentifikasi potensi yang terdapat disuatu

daerah tertentu dapat mempermudah pengelolaan dan pengembangan

pariwisata. Potensi-potensi yang terdapat dikawasan objek wisata

Pantai Kito adalah lokasi wisata, fasilitas wisata, sapta pesona objek

wisata dan aksesbilitas. Akan tetapi, potensi-potensi dikawasan objek

wisata Pantai Kito masih kurang maksimal proses pengelolaan dan


99

pembangunannya, sehingga Pemerintahan Nagari dan masyarakat akan

berusaha untuk meningkatkan potensi objek wisata Pantai Kito.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Wali Nagari

Pasar Lama Muara Air Haji, bapak Hannapi pada tanggal 14

September 2020 :

“Potensi objek wisata Pantai Kito masih standar dan perlu


dilakukan suatu usaha atau upaya untuk meningkatkan potensi
tersebut. Kami akan memberitahukan kepada masyarakat
untuk menyediakan makanan khas nagari yang dapat dijadikan
ole-ole untuk dibawa pulang oleh pengunjung. Setelah
pandemi Covid-19 berakhir, atas izin dari kami maka Pemuda
Nagari akan melaksanakan acara pesta pantai atau kesenian
daera seperti rabab DJ.”
Selanjutnya hasil wawancara peneliti dengan ibu Tati (selaku

pedagang) pada tanggal 16 September 2020 :

“Kami akan menyediakan menu makanan dan minuman yang


berbeda-beda untuk kedepannya, agar pengunjung tidak
merasa bosan dan dapat menarik pengunjung untuk terus
datang. Selain dapat dinikmati menu makanan dan minuman
terbaru, pengunjung juga dapat membawa makanan dan
minuman tersebut pulang sebagai ole-ole”.
Hal yang senada juga diungkapkan oleh ibu Marni (selaku

pedagang) pada tanggal 20 September 2020 :

“Usaha meningkatkan potensi objek wisata Pantai Kito adalah


dengan menyediakan menu makanan dan minuman yang baru,
membuat suatu kreativitas yang dapat dijadikan cendera mata,
dan menata ulang kembali pondok-pondok tempat istirahat,
sehingga pemandangan objek wisata Pantai Kito menjadi
indah dan pengunjung tidak pernah bosan untuk datang.”
100

Dari hasil wawancara diatas, dapat dipahami bahwa

Pemerintahan Nagari dan masyarakat berusaha untuk meningkatkan

potensi objek wisata Pantai Kito. Bentuk upaya yang akan dilakukan

dalam meningkatkan objek wisata Pantai Kito adalah dengan

mengadakan acara kesenian daerah atau pesta pantai, menyediakan

menu makanan dan minuman yang baru dan melakukan penataan

ulang seperti menciptakan kreativitas yang baru, agar dapat menarik

minat pengunjung.

5) Menarik Investor Untuk Menanamkan Modal

Peran serta pihak swasta sangat penting dalam pengelolaan dan

pengembangan suatu objek wisata, demikian pula dengan pengelolaan

dan pengembangan objek wisata Pantai Kito. Untuk melakukan

pembangunan sarana dan prasarana dilokasi objek wisata sangat

dibutuhkan bantuan dari investor untuk menanamkan modal, agar

pembangunan dapat berjalan lancar dan sesuai yang direncanakan.

Peran pihak swasta sangat diperlukan dalam pengelolaan dan

pengembangan suatu objek wisata melalui dana sponsor. Dana sponsor

dapat digunakan untuk pengembangan objek wisata di suatu daerah.

Keberhasilan dari pengelolaan dan pengembangan suatu objek

wisata, selain ditentukan oleh faktor keindahan alamnya juga akan


101

ditentukan oleh peran serta dan kerjasama antara Pemerintahan Nagari

dengan pihak swasta. Dengan adanya kerjasama yang baik, maka

pengelolaan dan pengembangan suatu objek wisata dapat dilaksanakan

dengan baik. Sebagai penunjung penarik investor untuk menanamkan

modal dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai

Kito, maka Pemerintahan Nagari harus mempermudah pemuda nagari

dan masyarakat dalam memenuhi prosedur yang harus dipenuhi oleh

investor.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Wali Nagari Pasar Lama

Muara Air Haji, Bapak Hannapi pada tanggal 14 September 2020 :

“Pemerintahan Nagari menyadari bahwa dalam melakukan


pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito
sangat diperlukan adanya kerjasama dengan pihak swasta.
Pemerintahan Nagari akan mengupayakan untuk dapat
menarik investor dan melibatkannya dalam pengelolaan dan
pengembangan objek wisata Pantai Kito.”
Kemudian, hasil wawancara peneliti dengan Ketua Pemuda

Nagari Pasar Lama Muara Air Haji, Bapak Andi pada tanggal 15

September 2020 :

“Pada saat ini, pemuda nagari sedang berusaha mencari dan


menarik investor dari pihak swasta untuk dapat menanamkan
modalnya dalam pembangunan fisik yang menunjang
pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito,
sehingga diharapkan objek wisata Pantai Kito lebih
berkembang kedepannya dan masyarakat sekitar semakin
bersemangat untuk menjaga, mengelola, dan menata objek
wisata Pantai Kito dengan maksimal.”
102

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat dipahami bahwa

Pemerintahan Nagari dan pemuda nagari sedang berusaha mencari dan

menarik pihak swasta atau investor untuk melakukan kerjasama

dengan menanamkan modal atau memberikan dana sponsor, agar

dapat menunjang proses pembangunan fisik secara maksimal dalam

pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito.

B. Pembahasan

Berdasarkan deskripsi, hasil wawancara dan data penelitian diatas,

pada bagian ini akan dibahas aspek-aspek yang berkaitan dengan 1) Model

pengembangan objek wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama Muara Air

Haji; 2) Kendala yang menghambat pengembangan objek wisata Pantai Kito

di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji; dan 3) Upaya Dalam

Meminimalisirkan Kendala Yang Menghambat Pengembangan Objek Wisata

Pantai Kito di Kenagari Pasar Lama Muara Air Haji.

1. Model pengembangan objek wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar

Lama Muara Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan

Soekartawi (2005:52) menyebutkan bahwa model adalah suatu

abstraksi dari sebuah realitas yang mampu menemukan berbagai variabel

penting. Dengan demikian, dalam pembuatan sebuah model pengembangan

pariwisata atau ekowisata, maka diharapkan bentuk proses pengembangan


103

pariwisata atau ekowisata dengan bercermin dari berbagai bentuk

pengembangan pariwisata atau ekowisata yang ada di Indonesia. Dalam

pengembangan objek wisata Pantai Kito ada 3 model yang harus diterapkan,

yaitu sebagai berikut :

a. Model Community Based Tourism (CBT)

Model Community Based Tourism adalah suatu model pembangunan

dan pengembangan pariwisata yang memberikan peluang yang sebesar-

besarnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan

pengembangan pariwisata. Menurut Sunaryo (2013:140) yang menyatakan

bahwa ada tiga prinsip pokok dalam strategi perencanaan pembangunan

kepariwisataan pada konsep model CBT yaitu: 1) pengikutsertaan anggota

masyarakat dalam pengambilan keputusan; 2) adanya manfaat yang dirasakan

langsung oleh masyarakat lokal; dan 3) pendidikan kepariwisataan pada

masyarakat lokal.

Model Community Based Tourism merupakan pariwisata yang

dikelola dan dimiliki oleh masyarakat, untuk masyarakat, dengan tujuan agar

wisatawan dapat meningkatkan kesadaran mereka dan belajar tentang

kehidupan masyarakat lokal serta dapat meningkatkan ekonomi masyarakat

lokal (Noor Rahman, 2016). Penerapan model Community Based Tourism

(CBT) pada pengembangan pariwisata disuatu daerah dapat dilihat dari


104

keberhasilan pengembangan potensi pariwisata itu sendiri, karena pada

dasarnya keberhasilan CBT sangat mengharapkan adanya partisipasi

masyarakat dalam hal perencanaan, penyelenggaraan, pelestarian sampai

dengan pemanfaatan sumber daya alam yang ada.

Dengan menerapkan model Community Based Tourism (CBT) dalam

pengembangan objek wisata Pantai Kito, maka dapat dilihat bagaimana

partisipasi masyarakat, manfaat objek wisata, tingkat pengetahuan

masyarakat, pengelolaan objek wisata, dan potensi objek wisata sehingga

dilakukan pengelolaan dan pengembangan. Kesuksesan pengembangan

pariwisata berkelanjutan disuatu daerah terletak pada pemberdayaan

partisipasi masyarakat setempat sebagai aktor dalam membangun, mengelola,

melestarikan, dan memanfaatkan langsung fasilitas wisata dan pelayanannya.

Dalam rangka mewujudkan tujuan pengembangan objek wisata,

keterlibatan masyarakat dalam proses pengelolaan dan pembangunan sangat

berperan penting. Menurut Totok Mardikanto (2013:91) yang mengatakan

bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam

pembangunan dan pengembangan objek wisata sangat ditentukan oleh tiga

unsur pokok yang salah satunya adalah adanya kesempatan yang diberikan

kepada masyarakat untukn dapat berpasrtisipasi. Demikian halnya dengan

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata

Pantai Kito yang tumbuh karena adanya kesempatan yang diberikan kepada
105

masyarakat sekitar untuk berpartisipas dan masyarakat dapat ikut menentukan

pengembangan objek wisata.

Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan

objek wisata Pantai Kito berdasarkan hasil temuan penelitian yang dilihat dari

tahapan pengelolaan dan pembangunan yaitu tahap perencanaan dan

pelaksanaan. Menurut A.J Muljadi (2014:78) yang mengatakan bahwa

perencanaan dan pelaksanaan pengembangan pariwisata yang dilakukan

dengan tujuan untuk memperbaiki tingkat keadaan hidup penduduk disuatu

daerah baik untuk masyarakat maupun untuk wisatawan yang datang. Adapun

bentuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan pengembangan objek wisata

Pantai Kito yaitu mengikuti diskusi, memberikan ide kreatif, dan memberikan

persetujuan atas lahan yang dimiliki untuk dijadikan objek wisata. Sedangkan

bentuk partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan adalah kegiatan gotong

royong untuk membersihkan lahan dan pinggiran pantai agar terlihat bersih.

Hal yang lain juga harus diperhatikan dalam melakukan pengelolaan

dan pembangunan objek wisata yaitu manfaat dari objek wisata Pantai Kito.

Suatu objek wisata sangat diharapkan untuk dapat memberikan manfaat yang

baik, agar proses pengembangan dapat berjalan dengan maksimal. Masyarakat

sangat merasakan manfaat yang didapatkan dari proses pengelolaan dan

pengembangan objek wisata Pantai Kito yaitu peluang usaha untuk dapat

meningkatkan perekonomian dan mensejahterakan taraf kehidupannya.


106

Dengan demikian, pengelolaan dan pembangunan objek wisata Pantai Kito

telah berhasil memberikan manfaat yang baik untuk kelangsungan hidup

masyarakat sekitarnya, dan sangat diharapkan dalam pengembangan objek

wisata Pantai Kito ke depannya dapat memberikan keuntungan yang lebih

banyak bagi masyarakat sekitarnya.

Kemudian dalam pengelolaan dan pengembangan suatu objek wisata,

maka tingkat pengetahuan masyarakat menjadi perhatian khusus pemerintah

setempat untuk dapat diberikan pendidikan, pelatihan, penyuluhan dan

pemberdayaan. Dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai

Kito masyarakat belum ada diberikan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan.

Akan tetapi, masyarakat sekitar mengikuti kelompok sadar wisata

(POKDARWIS). Oleh karena itu, tingkat pengetahuan masyarakat dalam

pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito tergolong cukup

baik dan standar.

Proses pengelolaan setiap objek wisata akan berbeda-beda, hal tersebut

dapat dilihat dari hasil pengelolaan objek wisata yang dilakukan oleh pihak

tertentu. Setiap pihak memiliki kebijakan dalam melakukan pengelolaan suatu

objek wisata, karena berhasil atau tidaknya pengelolaan suatu objek wisata

akan menjadi tanggungjawab bagi pihak pengelola. Demikian halnya dengan

pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito yang dilakukan

masyarakat dan akan menjadi tanggungjawab masyarakat tersebut.


107

Mengenali dan mengidentifikasi potensi-potensi yang terdapat disuatu

daerah atau kawasan dapat mempermudah pelaksanaan pengelolaan dan

pengembangan pariwisata. Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji memiliki

potensi objek wisata yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata bahari

yang merupakan salah satu sektor memacu peningkatan perekonomian

masyarakat. Potensi-potensi yang terdapat di kawasan objek wisata Pantai

Kito adalah lokasi wisata, fasilitas wisata, sapta pesona objek wisata dan

aksesbilitas. Akan tetapi, potensi-potensi di kawasan objek wisata Pantai Kito

masih kurang dikembangkan, sehingga Pemerintahan Nagari dan masyarakat

akan berusaha untuk meningkatkan potensi objek wisata Pantai Kito agar

dapat berkembang dengan baik dan maksimal.

b. Model Green Tourism

Model Green tourism adalah model yang paling ideal bagi sebuah

berkelanjutan pengembangan pariwisata dalam menciptakan tatanan ekonomi

baru (Ali Hasan, 2014). Model Green tourism mendorong keberlanjutan

pengembangan pariwisata melalui proses selektif dalam program pemasaran

untuk menarik wisatawan, menunjukkan sikap respek terhadap komponen

alam, dan memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Konsep

model green tourism merupakan bentuk pengembangan pariwisata yang

memiliki tampilan terbaik dalam memupuk pengalaman belajar dan apresiasi

secara berkelanjutan dalam mengelola dan meningkatkan kelestarian


108

lingkungan alam, budaya, sosial, sumber daya destinasi dan mempromosikan

objek wisata yang berkualitas (Dian Permana, dkk. 2013).

Model green tourism yang membahas tentang promosi objek wisata,

kreativitas masyarakat, dan sapta pesona objek wisata. Promosi objek wisata

yang dimaksud adalah untuk menarik minat pengunjung atau wisatawan agar

datang berkunjung ke suatu obek wisata, demikian halnya dengan objek

wisata Pantai Kito. Kegiatan promosi sangat diharapkan sebagai upaya untuk

mengenalkan lokasi objek wisata kepada masyarakat luas, sehingga

wisatawan atau pengunjung tertarik untuk datang mengunjungi objek wisata

Pantai Kito.

Kegiatan promosi memberikan gambaran yang dapat menciptakan

citra bagi daerah tujuan wisata yang bersangkutan. Tingkat promosi objek

wisata Pantai Kito masih bersifat lokal atau domestik, karena pengunjung

yang datang masih berasal dari Kabupaten Pesisir Selatan. Bentuk kegiatan

promosi objek wisata Pantai Kito melalui media sosial yaitu dengan

mengupload video-video destinasi objek wisata Pantai Kito di youtobe. Selain

media sosial, kegiatan promosi objek wisata Pantai Kito juga dapat dilakukan

melalui media cetak seperti pembuatan spanduk dan brosur.

Kreativitas adalah kemampuan untuk berkreasi, kemampuan untuk

menciptakan sesuatu. Kemampuan ini dapat terkait dengan bidang seni


109

maupun ilmu pengetahuan. Demikian pula halnya dengan objek wisata Pantai

Kito, dimana masyarakat memiliki kreativitas untuk menciptakan suatu karya

yang membuat pengunjung nyaman dalam menikmati suasana keindahan

objek wisata Pantai Kito. Bentuk kreativitas yang dilakukan masyarakat

dalam memperindah dan meningkatkan potensi objek wisata Pantai Kito

adalah membuat ayunan, mendirikan palanta pohon, dan tempat duduk dengan

menggunakan barang-barang bekas diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Sapta pesona objek wisata merupakan kondisi yang harus diwujudkan

dalam rangka menarik minat pengunjung untuk datang mengunjungi objek

wisata disuatu daerah, demikian pula halnya dengan objek wisata Pantai Kito.

Dalam pengelolaan dan pengembangan suatu objek wisata Pantai Kito harus

memperhatikan sapta pesona objek wisata yang menjadi daya tarik

pengunjung. Bentuk sapta pesona objek wisata Pantai Kito meliputi

keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan, kesejukan, ketenangan dan

keramahtamahan masyarakat. Sehingga memberikan kesan yang baik kepada

pengunjung dan menarik minat pengunjung untuk ingin datang kembali.

c. Model Pentahelix

Menurut Soemaryani (2016) Model pentahelix merupakan referensi

dalam mengembangkan sinergi antara instansi terkait didalam mendukung

seoptimal mungkin dalam rangka mencapai tujuan. Keberhasilan yang didapat


110

dalam pengembangan pariwisata dengan menggunakan model pentahelix

yaitu untuk menciptakan strategi yang tepat dan memastikan kualitas

aktivitas, fasilitas, pelayanan, untuk menciptakan pengalaman dan nilai

manfaat kepariwisataan, agar memberikan keuntungan dan manfaat pada

masyarakat serta lingkungan.

Model terakhir yang diterapkan dalam pengembangan objek wisata

Pantai Kito adalah model pentahelix yang memberikan gambaran mengenai

peran pemerintah dalam pengembangan objek wisata Pantai Kito, sarana dan

prasarana yang ada dikawasan objek wisata Pantai Kito. Peran pemerintah dan

penyediaan fasilitas wisata sangat penting dalam pengelolaan dan

pembangunan pariwisata.

Pemerintahan Nagari telah memiliki komitmen untuk mengembangkan

objek wisata Pantai Kito dalam rangka membantu perekonomian dan

mensejahterakan masyarakat. Dalam mengatasi berbagai kendala-kendala

yang dapat menghambat proses pengelolaan dan pembangunan suatu objek

wisata, maka peran Pemerintahan Nagari sangat diperlukan dalam

meminimalisirkan kendala-kendala yang terjadi. Akan tetapi, Pemerintahan

Nagari belum terlibat dengan sepenuhnya dalam pengelolaan dan

pembangunan objek wisata Pantai Kito. Oleh sebab itu, pengelolaan dan

pengembangan objek wisata Pantai Kito belum dapat berkembang dengan

baik dan maksimal.


111

Penyediaan sarana dan prasarana menjadi hal yang sangat penting

dilakukan dalam pengelolaan dan pengembangan suatu objek wisata.

Keberadaan sarana dan prasarana dalam pembangunan dan pengembangan

suatu objek wisata menjadi faktor penentu keberhasilan dari pengelolaan dan

pembangunan pariwisata. Demikian pula halnya dalam pengembangan objek

wisata pantai Kito yang telah menyediakan sarana dan prasarana sesuai yang

dibutuhkan pengunjung. Akan tetapi, sarana dan prasarana yang disediakan

masih terbatas dan perlu dilakukan penambahan dan pembangunan.

Dengan demikian, ketiga model diatas sudah dapat dilaksanakan

dengan baik, tetapi pelaksanaannya yang masih belum maksimal dalam

pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito. Dari ketiga

alternatif model yang dipilih dalam pengembangan objek wisata Pantai Kito

lebih cenderung menggunakan model Community Based Tourism (CBT).

Bukan berarti mengenyampingkan yang lain seperti model green tourism dan

model pentahelix. Oleh karena itu, alternatif model yang dalam

pengembangan objek wisata Pantai Kito kedepannya yaitu model Community

Based Tourism.
112

2. Kendala yang menghambat pengembangan objek wisata Pantai Kito

di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji

Dalam pengelolaan dan pembangunan pariwisata, tentu akan ada

kendala-kendala yang ditemui dan dapat menghambat proses

pengembangan pariwisata tersebut. Adapun kendala internal dan eksternal

yang dapat menghambat pengelolaan dan pengembangan pariwisata

didalam artikel Adinata (2010), sebagai berikut :

a. Kendala Internal

Kendala internal adalah kendala yang berasal dari dalam dan

menghambat proses pengelolaan dan pembangunan, sehingga

mengakibatkan suatu objek wisata tidak dapat berkembang dengan

baik. Kendala internal dalam pengelolaan dan pembangunan

pariwisata, meliputi :

1) Kurang modal dan rendahnya sumber daya manusia (SDM),

terutama tenaga yang terampil dan profesional dalam manajerial

bidang pariwisata.

2) Sarana dan prasarana yang kurang memadai dan tidak mendukung

pengelolaan dan pembangunan pariwisata.

3) Kurangnya pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan pemberdayaan

masyarakat.
113

4) Kurangnya promosi yang dilakukan dan kualitas mutu pelayanan

yang masih rendah dari penyelenggara dan pengelola pariwisata.

b. Kendala Ekternal

Kendala eksternal adalah kendala yang berasal dari luar dan

menghambat proses pengelolaan dan pembangunan, sehingga

mengakibatkan suatu objek wisata tidak dapat berkembang dengan

baik. Kendala eksternal dalam pengelolaan dan pembangunan

pariwisata, meliputi :

1) Kurangnya kepedulian dan keterlibatan peran pemerintah dalam

pengelolaan dan pembangunan pariwisata.

2) Rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam

pengelolaab dan pembanguna pariwisata.

3) Status kepemilikan lahan yang akan dilakukan pengelolaan dan

pembanguna pariwisata.

Sementara itu dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka

kendala-kendala yang sering terjadi dan menghambat proses pengelolaan dan

pengembangan objek wisata Pantai Kito, sebagai berikut :

1) Sarana dan prasarana yang masih kurang lengkap untuk

mendukung pengembangan objek wisata Pantai Kito

2) Status kepemilikan lahan dalam pengelolaan dan pengembangan

objek wisata Pantai kito yang masih bersifat peribadi


114

3) Masih minimalnya pendanaan pengelolaan dan pengembangan

objek wisata Pantai Kito

4) Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga yang

terampil dan profesional dalam majerial dibidang pariwisata

3. Upaya Dalam Meminimalisirkan Kendala Yang Menghambat

Pengembangan Objek Wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama

Muara Air Haji

Dalam proses pengelolaan dan pembangunan pariwisata tentu akan

mengalami kendala-kendala yang dapat menghambat proses

pengembangan pariwisata, maka dari itu diperlukan usaha dan upaya yang

harus dilakukan oleh berbagai pihak untuk meminimalisirkan dan

mengatasi kendala-kendala tersebut. Dalam Bakaruddin (2008:112) upaya

yang harus dilakukan dalam mengatasi kendala pengelolaan dan

pembangunan pariwisata, meliputi :

1) Meningkatkan pemanfaatan potensi objek wisata

2) Peningkatan fasilitas yang mencakup kualitas dan kuantitas

3) Menyediakan dan memanfaatkan teknologi dan sistem informasi yang

aktual dan akurat untuk menunjang kegiatan promosi.

4) Peningkatan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan,

pelatihan, penyuluhan, dan pemberdayaan.

5) Peningkatan kelompok sadar wisata (POKDARWIS) melalui sapta

pesona wisata, baik untuk masyarakat maupun untuk pemerintah.


115

6) Menciptakan iklim yang kondusif bagi sektor swasta dan masyarakat

untuk meningkatkan partisipasi dalam pengelolaan pariwisata.

Sementara itu, upaya yang dilakukan oleh Pemerintahan Nagari,

Pemuda dan masyarakat Nagari Pasar Lama Muara Air Haji dalam

meminimalisirkan kendala-kendala yang dapat menghambat proses

pengelolaan dan pembangunan objek wisata Pantai Kito, sehingga tidak

dapat berkembang dengan baik. Bentuk upaya yang dilakukan, meliputi :

1) Meningkatkan promosi Objek Wisata

Kegiatan promosi merupakan salah satu bentuk usaha dalam

mengenali suatu objek wisata kepada masyarakat luas. Hal ini dilakukan

agar objek wisata yang menjadi target pengembangan akan mendapat

perhatian dari banyak orang. Selain itu, kegiatan promosi juga bertujuan

agar dapat menarik wisatawan untuk datang mengunjungi suatu objek

wisata yang ditawarkan kepadanya.

2) Meningkatkan Penyediaan Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana menjadi hal yang sangat penting

dalam pengelolaan dan pembangunan suatu objek wisata, tanpa sarana dan

prasarana yang memadai maka suatu objek wisata tidak akan berkembang

dengan semestinya. Karena ketersediaan sarana dan prasarana akan

menunjang dan mendukung keberhasilan dari proses pengembangan suatu


116

objek wisata. Oleh karena itu, sarana dan prasarana harus menjadi

perhatian bagi pengelola suatu objek wisata.

3) Meningkatkan Sumber Daya Manusia

Keberhasilan dalam pengelolaan dan pembangunan pariwisata

sangat ditentukan dari sumber daya manusia (SDM) yang mengelola dan

mengembangkan suatu objek wisata. Pelayanan dan peningkatan kualitas

SDM bertujuan agar sebelum objek wisata ditawarkan ke publik, sangat

diharapkan SDM yang ada telah siap menerima wisatawan yang datang

berkunjung ke tempat objek wisata. Oleh sebab itu, pemerintah

mengupayakan untuk dapat meningkatkan SDM dengan memberikan

pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan pemberdayaan bidang pariwisata.

4) Meningkatkan Potensi Objek Wisata

Mengenali dan mengidentifikasi potensi-potensi yang terdapat di

suatu daerah atau kawasan dapat mempermudah pelaksanaan pengelolaan

dan pengembangan pariwisata. Adapun kriteria potensi objek wisata yang

dapat diidentifikasikan dalam beberapa kelompok diantaranya lokasi,

atraksi wisata, aksesbilitas, sarana dan prasarana, kepemilikian lahan,

Masyarakat, cendera mata khas suatu daerah, kenyamanan dan keindahan.

Dengan meningkatkan potensi objek wisata akan menjadi daya tarik minat

wisatawan untuk datang mengunjungi objek wisata tersebut.


117

5) Menarik Investor Untuk Menanamkan Modal

Peran serta pihak swasta sangat penting dalam pengelolaan dan

pembangunan suatu objek wisata. Didalam melakukan pembangunan,

perbaikan, dan pembenahan lokasi objek wisata dibutuhkan bantuan dari

investor untuk dapat menanamkan modal. Pihak swasta berperan penting

dalam pengelolaan dan pembangunan objek wisata melalui bantuan dana

sponsor, agar pengembangan objek wisata dapat berjalan dengan

semestinya. Sebagai penunjang penarik investor, tentunya pemerintah

harus mempermudah prosedur yang akan dipenuhi oleh investor.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Penelitian ini mengangkat tiga rumusan masalah penelitian, yaitu:

Pertama, model pengembangan objek wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar

Lama Muara Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa didalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata

Pantai Kito ada tiga model yang diterapkan, yaitu model Community Based

Tourism (CBT), model green tourism, dan model pentahelix. Ketiga model ini

sudah dapat diterapkan dengan baik, tetapi pelaksanaannya yang masih belum

maksimal dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito di

Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan.

Model Community Based Tourism (CBT) dalam pengembangan objek

wisata Pantai Kito dapat menggambarkan partisipasi masyarakat, manfaat

objek wisata Pantai Kito, tingkat pengetahuan masyarakat, proses pengelolaan

objek wisata Pantai Kito, dan potensi yang dimiliki objek wisata Pantai Kito.

Selanjutnya, model green tourism dalam pengelolaan dan pengembangan

objek wisata Pantai Kito yang menggambarkan kegiatan promosi objek wisata

Pantai Kito, Kreavitas masyarakat, dan sapta pesona objek wisata Pantai Kito

yang menjadi daya tarik bagi pengunjung.

118
119

Kemudian, model pentahelix yang menggambarkan bentuk peranan

Pemerintahan Nagari dalam pengembangan objek wisata Pantai Kito. Karena

dalam pengelolaan dan pembangunan objek wisata Pantai Kito, sangat

diperkukan peran Pemerintahan Nagari dalam mengatasi berbagai kendala-

kendala yang terjadi. Begipun dengan penyediaan sarana dan prasarana yang

menjadi faktor penentu keberhasilan pengelolaan dan pengembangan objek

wisata Pantai Kito. Oleh karena itu, dari ketiga model diatas yang lebih

cenderung menggunakan model Community Based Tourism (CBT). Bukan

berarti tidak mengenyampingkan model green tourism dan model pentahelix.

Kedua, kendala yang dapat menghambat pengembangan objek wisata

Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji Kabupaten Pesisir

Selatan, yaitu :

1) Sarana dan prasarana yang masih kurang lengkap untuk mendukung

pengembangan objek wisata Pantai Kito

2) Status kepemilikan lahan dalam pengelolaan dan pengembangan objek

wisata Pantai kito yang masih bersifat peribadi

3) Masih minimalnya pendanaan pengelolaan dan pengembangan objek

wisata Pantai Kito

4) Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga yang terampil dan

profesional dalam majerial dibidang pariwisata


120

Ketiga, Upaya Dalam Meminimalisirkan Kendala Yang Menghambat

Pengembangan Objek Wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar Lama Muara

Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu :

1) Meningkatkan Promosi Objek Wisata

2) Meningkatkan Penyediaan Sarana dan Prasarana

3) Meningkatkan Sumber Daya Manusia

4) Meningkatkan Potensi Objek Wisata

5) Menarik Investor Untuk Menanamkan Modal

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka

terdapat beberapa hal-hal yang disarankan untuk dapat dipertimbangkan,

sebagai berikut :

1) Pemerintahan Nagari sangat diharapkan untuk dapat berperan dan terlibat

dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito dengan

sepenuhnya.

2) Pemerintahan Nagari sangat diharapkan dapat menarik pihak swasta untuk

bekerjasama dan menanamkan modal dalam pengembangan objek wisata

Pantai Kito ke depannya.


121

3) Pemerintahan Nagari sangat diharapkan untuk dapat memasukan dana

pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito ke dalam

Rencana Anggaran Biaya (RAB ) Nagari.

4) Pemerintahan Nagari sangat diharapkan untuk dapat meningkatkan

sumber daya manusia, kreativitas masyarakat, meningkatkan potensi objek

wisata Pantai Kito.


Daftar Pustaka

Buku

A.J, Mulyadi. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Raja Grafindo.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Bakaruddin. 2008. Perkembangan dan Permasalahan Kepariwisataan. Padang: UNP


PRESS.

Bakaruddin. 2009. Perkembangan Dan Permasalahan Kepariwisataan. Padang: UNP


Press.

Clark, J. R. 2018. Coastal zone management handbook . CRC press.

Damanik, Janianton dan Helmut F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari


Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Pusat Studi Pariwisata dan Penerbit Andi.

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta : PT Grasindo

Mardikanto, Totok. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan

Publik. Bandung: Alfabeta

Moleong. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Mukhtar. 2013. Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP Press Group.

Nasir, Mohammad. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Noor , Juliansyah. 2011. Metodologi penelitian: Skripsi, Thesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah., Edisi pertama. Jakarta: Prenada Media.

Nurdiansyah. 2014. Peluang dan Tantangan Pariwisata Indonesia. Bandung: CV.


Alfabeta.

122
123

Pendit, Nyoman. 2012. Ilmu Pariwisata. Jakarta : PT Pradnya Paramiata.

Ramly, Nadjmudin. 2007. Pariwisata Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Grafindo.

Ridwan, Mohamad. 2012. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Medan: PT


SOFMEDIA

Rocharungsat . 2008. Community Based Tourism. Semarang: Unversitas Diponegoro

Soekartawi. 2005. Agroindustri: Dalam Perspektif Sosial Ekonomi. Jakarta: PT.


Grafindo Persada

Sudarsono. 2000. Pengenalan Kawasan Konservasi dan Jenis-Jenis Wisata Alam.


Bogor: BLK.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.


Alfabeta.

Sunaryo, Bambang, 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep


dan Aplikasinya Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.

Wardiayanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakata : Andi Yogyakarta.

Yoeti, Oka A. 2000. Ekowisata : Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup.


Jakarta: P.T. Pertja.

Yoeti, Oka A. 2008. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Artikel

Ali Hasan. 2014. Green Tourism Pariwisata. Dosen Sekolah Tinggi Pariwisata
AMPTA, Yogyakarta. Jurnal Media Wisata Vol. 12 No.1

Ayu Hari Nalayani. 2016. Evaluasi dan Strategi Pengembangan Desa Wisata di
Kabupaten Badung, Bali. Journal JUMPA, Vol, 2. No. 2, Hal. 189-198.

Dian Permana, dkk. 2013. Pengaruh Diferensiasi Green Tourim Terhadap Kepuasan
Pengunjung di Pulau Sikuai. Tourism and Hospitality Essentials Journal, Vol. 3
No. 1, Hal. 437-450.
124

Erda Fitriani. 2017. Partisipasi Pemerintahan Nagari dan Masyarakat Dalam


Pembangunan Ekowisata Sungai Pinang (Studi Kasus: Nagari Sungai Pinang
Kecamatan Koto IX Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat). Jurnal
Socius (ISSN: 2442-8663), Volume 4 Nomor 2.

Herman Gusrial Putra. 2019. Pengembangan Objek Wisata Berwawasan Lingkungan


Hidup: (Studi Objek Wisata Puncak Tonang Nagari Sundata Kabupaten
Pasaman). Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X), Vol. 2, No. 5.

Muhammad Ama Ridwan. 2017. Model Pengembangan Ekowisata dalam Upaya


Pemberdayaan Masyarakat Lokal. Jurnal Politik Indonesia: Indonesian Political
Science Review Vol. 2, No. 2, Hal. 141-158.

Muhammad Arif.2017. Strategi Pengembangan Objek Wisata Pantai Sumedang Di


Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Kepemimpinan
Dan Pengurusan Sekolah Vol.2 No. 2, Hal. 191-200.

Noor Rochman. 2016. Model Pengembangan Desa Wisata Berbasis Pemberdayaan


Masyarakat. Jurnal Equilibria Pendidikan Volume 1, Nomor 1.

Prasetya Maha Rani. 2014. Pengembangan Potensi Pariwisata Kabupaten Sumenep,


Madura, Jawa Timur (Studi Kasus: Pantai Lobang). Jurnal Politik Muda, Vol. 3
No. 3, Agustus-Desember, Hal. 412-421.

Riki Ruspianda. 2019. Program Pengembangan Kawasan Pariwisata Pantai Purus


Kota Padang. JPS Volume 1, Nomor 1, Februari.

Rulyanti Susi Wardhani. 2016. Green Tourism Dalam Pengembangan Pariwisata


Bangka Belitung. Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC, Jakarta.

Slamet Rianto. 2014. Kendala Dan Upaya Pengembangan Objek Wisata Bono Di
Sungai Kampar Kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Riau. Jurnal
Sosial Volume 7 Nomor 2.

Soemaryani. 2016. Pentahelix Model To Increase Tourist Visit To Bandung And


Huan Resource Development. Academy Of Strategic Management Journal,
Vol. 15 No. 3.

Tri Yuniningsih. 2019. Model Pentahelik Dalam Pengembangan Pariwisata Di Kota


Semarang. Journal of Public Sector Innovation, Vol. 3, No. 2, Hal. 84-93.
125

Skripsi

Novi Yanti. 2014. Analisis Pengembangan Sektor Pariwisata Di Kota Padang. Skripsi
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Ekasakti.

Vina Wahyuni. 2016. Strategi Pengembangan Objek Wisata Pantai Air Manis Di
Kelurahan Air Manis Kecamatan Padang Selatan Kota Padang. Skripsi. Sekolah
Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (Stkip) Pgri Sumatera Barat.

Peraturan dan Perundang-undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1970 tentang kepariwisataan.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004


tentang Kewenangan pada Pemerintah Daerah untuk Mengelola Wilayahnya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1969 tentang Pedoman


Pembinaan Pengembangan Kepariwisatan Nasional.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang Pedoman


Pengembangan Ekowisata atau Pariwisata di Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Pesisir Selatan 2015-2025.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1979 tentang objek wisata.


Lampiran I

PEDOMAN OBSERVASI

Judul : Model Pengembangan Objek Wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar


Lama Muara Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan
Nama : Astri Suci Pratama

NIM : 16052003

Prodi : PPKn

Bidang Perencanaan Ada Tidak Ket


1. Masyarakat ikut mengusulkan pemikiran mengenai ✓
pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Kito
2. Pemerintahan Nagari dan Pemuda Nagari ikutserta ✓
memberikan sumbangan pemikiran terkait pengelolaan
dan pengembangan objek wisata Pantai Kito
3. Masyarakat dan Pemerintahan Nagari mengadakan rapat ✓
Bidang Pelaksanaan
1. Pemerintahan Nagari ikut memberikan sumbangan uang ✓
dan tenaga dalam pengelolaan dan pengembangan objek
wisata Pantai Kito
2. Pemerintahan Nagari ikut memberikan alternatif solusi ✓
dalam mengatasi kendala dalam pengembangan objek
wisata Pantai Kito
3. Pemerintahan Nagari ikut mensukseskan pengembangan ✓
objek wisata Pantai Kito
4. Masyarakat ikut memberikan sumbangan tenaga dan ✓
uang dalam pengembangan objek wisata Pantai Kito
5. Masyarakat ikut memberikan alternatif solusi dalam ✓
mengatasi berbagai kendala dalam pengembangan objek
wisata Pantai Kito
6. Masyarakat bersikap ramah kepada pengunjung yang ✓
datang seperti berdagang (jual beli)
7. Masyarakat ikut mensukseskan pengembangan objek ✓
wisata Pantai Kito
Bidang Pengetahuan Pariwisata
1. Diadakannya sosialisasi terkait pengembangan pariwisata ✓
Bidang Pengelolaan
1. Adanya perencanaan pengembangan objek wisata Pantai ✓
Kito oleh Pemerinatahan Nagari dan masyarakat
2. Adanya sistem pengorganisasian dalam pengelolaan dan ✓
pengembangan objek wisata Pantai Kito
3. Adanya koordinasi anatar Pemerinatahan Nagari, ✓
Pemuda Nagari, dan masyarakat
Bidang Fasilitas
1. Adanya MCK ✓
2. Adanya tempat makan ✓
3. Adanya tempat istirahat ✓
4. Adanya tempat ibadah ✓
5. Adanya tempat parkir ✓
Bidang Promosi
1. Melalui media sosial ✓
2. Melalui individu ke individu ✓
Lampiran II

PEDOMAN WAWANCARA

Judul : Model Pengembangan Objek Wisata Pantai Kito di Kenagarian Pasar


Lama Muara Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan

A. Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan

1) Apakah objek wisata pantai kito memiliki potensi dan menjadi prioritas

sebagai salah satu wisata bahari di Kabupaten Pesisir Selatan ?

2) Apa saja upaya dinas pariwisata dalam meningkatkan kesadaran akan

potensi yang dimiliki dan berpartisipasi dalam pengembangan objek

wisata bahari ?

3) Apakah dinas pariwisata menetapkan regulasi terkait pengembangan objek

wisata bahari di Kabupaten pesisir selatan ?

4) Apa saja kendala yang dialami dinas pariwisata dalam menerapkan

kebijakan terkait pengembangan objek wisata bahari tersebut ?

5) Bagaimana respon masyarakat terhadap kebijakan yang dibuat terkait

pengembangan objek wisata bahari di suatu daerah ?

6) Apa bentuk upaya yang dilakukan dinas pariwisata dalam meningkatkan

potensi dan manfaat objek wisata bahari tersebut ?

7) Bagaimana bentuk pengembangan yang dilakukan dinas pariwisata dalam

mengembangkan objek wisata bahari ?


8) Bagaimana cara pemasaran yang dilakukan dinas pariwisata untuk

pengembangan objek wisata bahari ?

B. Wali Nagari, Badan Musyawarah (BAMUS), dan Pemuda Nagari

1) Bagaimana menurut bapak mengenai kondisi objek wisata pantai kito di

Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji ?

2) Bagaimana menurut bapak mengenai pengembangan objek wisata pantai

kito ?

3) Apa saja potensi daya tarik wisata yang ada di objek wisata pantai kito ?

4) Apa model yang dipilih dalam pengembangan objek wisata pantai kito ?

5) Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintahan nagari dalam menerapkan

model pengembangan objek wisata pantai kito tersebut ?

6) Apa kendala yang dihadapi pemerintahan nagari dalam mengembangkan

objek wisata pantai kito ?

7) Apa upaya yang dilakukan pemerintahan nagari dalam meminimalisirkan

kendala tersebut ?

8) Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek

wisata pantai kito dari perencanaan hingga pemanfaatan hasil ?

9) Apa saja bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat dalam

pengembangan objek wisata pantai kito ?

10) Apakah ada kebijakan dari Wali Nagari terkait pengembangan objek

wisata pantai kito tersebut ?


C. Masyarakat Sekitar Objek Wisata Pantai Kito

1) Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang berdirinya objek wisata pantai kito

di Kenagarian Pasar Lama Muara Air Haji ?

2) Apakah ada sosialisasi terkait perencanaan pembangunan dan

pengembangan objek wisata pantai kito ?

3) Siapakah yang melakukan pengelolaan objek wisata pantai kito ?

4) Bagaimana menurut bapak/ibu terkait pengelolaan objek wisata pantai

kito.?

5) Apakah ada kendala/hambatan yang terjadi dalam mengembangkan objek

wisata pantai kito tersebut ?

6) Apa saja upaya yang dilakukan pemerintah nagari agar objek wisata pantai

kito tetap berkembang dan maju ?

7) Apakah menurut bapak/ibu objek wisata pantai kito sudah mengalami

perkembangan dan telah menerapkan model pengembangan yang berbasis

masyarakat ?

8) Apakah bapak/ibu ikut berpartisipasi dalam mengembangkan objek wisata

pantai kito tersebut ?

9) Apa saja bentuk partisipasi bapak/ibu dalam pengembangan objek wisata

pantai kito ?

10) Apa manfaat yang bapak/ibu peroleh setelah adanya objek wisata pantai

kito ?
11) Bagaimana dampak yang bapak/ibu rasakan dari pengembangan objek

wisata pantai kito tersebut ?

12) Apa harapan bapak/ibu kedepanya terhadap objek wisata pantai kito ini ?

D. Pengunjung Wisata

1) Apa daya tarik bapak/ibu untuk berkunjung ke objek wisata pantai kito ?

2) Bagaimana bapak/ibu mendapatkan informasi tentang objek wisata pantai

kito.?

3) Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana terhadap objek wisata

pantai kito.?

4) Apakah perlu dilakukan pembenahan sarana dan prasarana terhadap objek

wisata pantai kito ?

5) Bagaimana kondisi keamanan dan kenyamanan di tempat objek wisata

pantai kito ?

6) Apa saran bapak/ibu untuk pengelolaan dan pengembangan objek wisata

pantai kito ?

7) Apakah objek wisata pantai kito dapat menunjang kesejahteraan

masyarakatnya ?
Lampiran III

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar Sapta Pesona Objek Wisata Pantai Kiro

Gambar wawancara dengan Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Kab. Pessel

Gambar wawancara dengan Wali Nagari Pasar Lama Muara Air Haji
Gambar wawancara dengan Ketua Pemuda Nagari Pasar Lama Muara Air Haji

Gambar dengan Pemuda Nagari Pasar Lama Muara Air Haji

Gambar wawancara dengan Ibu Tati selaku masyarakat setempat

Gambar wawancara dengan Ibu Ria selaku pengelola objek wisata Pantai Kito
Gambar Wawancara dengan Pengunjung Objek Wisata Pantai Kito

Gambar Keadaan Parkir (Bebas Parkir)


Lampiran IV

Surat Rekomendasi dan Izin Penelitian dari KESBANGPOL


Lampiran V

Surat Balasan dari Kantor Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga


Lampiran VI

Surat Izin Penelitian dari Kantor Wali Nagari Pasar Lama Muara Air Haji

Anda mungkin juga menyukai