SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum sebagai salah satu syarat
Oleh:
Erian Putri Pratiwi
NIM: 11160440000061
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syaratt Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Pembimbing:
i
ii
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Praktik Ta’aruf Melalui
Media Sosial (Studi Terhadap Taaruf Online di Indonesia.” Shalawat dan salam
kepada Nabi Muhamad SAW yang telah mengantarkan umatnya dari kegelapan
dunia ke zaman peradaban ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini. Penulis sangat
bahagia dan bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas akhir dalam jenjang
pendidikan Strata Satu (S1) yang penulis tempuh telah selesai. Serta penulis tidak
lupa meminta maaf apabila dalam penulisan skripsi ini ada yang kurang berkenan
dihati para pembaca, karena penulis menyadari bahwa penulis jauh dari
kesempurnaan.
Selanjutnya disadari bahwa karya ilmiah ini tidaklah mungkin dapat tercapai
tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan rasa
hormat yang amat mendalam, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor Universitas
2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H, M.H, M.A, selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
jajarannya.
v
3. Dr. Hj. Mesraini, S.H. M.Ag. selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga dan
Chairul Hadi, M.A. selaku Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga, yang harus
4. Dr. H. Abdul Halim, M.A.g sebagai dosen pembimbing yang selalu memberi
5. Terkhusus kepada kedua orang tua yang sangat penulis cintai dan sayangi.
Ayahanda tercinta Sopiani H.S, dan Ibunda tercinta Erni Heriyanti yang selalu
membahagiakan dan membesarkan penulis sampai saat ini. Tidak akan pernah
mustahil penulis mampu membayar apa yang telah diberikan selama ini. Kedua
orang tua selalu menjadi sumber inspirasi penulis dalam menjalankan kehidupan
6. Kepada adik tercinta Erian Putra Assyakur dan Erian Zayna Syakira, yang selalu
memberi semangat dan mendo’akan penulis dalam setiap perjalanan studi penulis
7. Kepada para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah memberikan banyak
vi
8. Kepada para paman dan bibi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Terima kasih tak terhingga penulis sampaikan karena sudah membantu penulis
baik moril maupun materil sehingga penulis dapat memperoleh gelar Strata Satu.
9. Kepada Ahmad Syarif Ramadhan, yang telah menemani penulis sejak penulis
Terimakasih karna selalu ada saat suka maupun duka, dan telah mengisi banyak
cerita di hari-hari yang penulis lewati, serta tak pernah berhenti memberikan
10. Kepada Fauziah Ayumi, satu-satunya orang yang tidak pernah absen menemani
penulis selama hidup merantau di ciputat, dan selalu memberikan semangat serta
motivasi kepada penulis agar dapat segera menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih
11. Kepada sahabat-sahabat penulis; Nada, Tuyul nirmala, Kipti, Anis, Minda, Lina,
Abi, Mamat, Encep, Amif, Kibal, Hifni, dan Adul. Terimakasih telah menemani
12. Keluarga Besar Hukum Keluarga Angkatan 2016 terkhusus keluarga Hukum
Semoga amal baik mereka semua dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.
Sungguh hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka dengan kebaikan
vii
Penulis berharap skripsi ini bermanfaat pada saat ini dan masa yang akan
datang. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi
selanjutnya.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................i
LEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
ABSTRAK................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI............................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah.......................................................................................1
B. Identifikasi Masalah....................................................................4
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.........................................5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................5
E. Kajian Studi Terdahulu...............................................................6
F. Metode Penelitian.......................................................................7
G. Sistematika Penulisan.................................................................9
ix
B. Ta’aruf Online di Media Sosial Menurut Hukum Positif
Indonesia.................................................................................50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................55
B. Saran.......................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, hampir bisa dipastikan bahwa setiap orang yang memiliki telepon
pintar, juga mempunyai akun media sosial, seperti Facebook, Twitter, Path,
Instagram, dan sebagainya. Kondisi ini seperti sebuah kelaziman yang mengubah
bagaimana cara berkomunikasi pada era serba digital seperti sekarang. Jika dahulu,
perkenalan dilakukan dengan cara konvensional, yakni (biasanya) diiringi dengan
saling tukar kartu nama, sekarang setiap bertemu orang baru cenderung untuk
bertukar alamat akun atau membuat pertemanan di media sosial. 1 Evolusi yang terjadi
di bidang teknologi maupun inovasi internet menyebabkan tidak hanya memunculkan
media baru saja. Berbagai macam aspek kehidupan manusia, seperti komunikasi
maupun interaksi, juga mengalami perubahan yang sebelumnya tidak pernah diduga.
Media sosial bahkan menjadi “senjata baru” bagi banyak bidang. Kampanye
politik pada Pemilu 2014 lalu banyak melibatkan peran media sosial. Perusahaan-
perusahaan saat ini memberikan perhatian khusus untuk mengelola media sosial dan
menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan mereka secara daring (dalam
jaringan). Iklan menjadi berubah dari cara tradisional yang diproduksi oleh perusa-
haan dan tentu dengan biaya yang tidak sedikit. Hal tersebut merupakan sebuah
tantangan sekaligus kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Kehadiran media sosial dan
semakin berkembangnya jumlah pengguna dari hari ke hari memberikan fakta
menarik betapa kekuatan internet bagi kehidupan.2
1
Mulawarman, Aldila Dyas Nurfitri, Perilaku Pengguna Media Sosial beserta
Implikasinya Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan, Buletin Psikologi, 2017, Vol.
25, No. 1, h. 36.
2
Nasrullah, R, Media sosial (perspektif komunikasi, budaya, dan sosioteknologi).
Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2015, h. 126.
1
2
Di era globalisasi ini, tidak dapat dipungkiri bahwa remaja adalah salah satu
kalangan terbesar yang menggandrungi media sosial dan menjadikannya sebagai
kebutuhan sehari-hari. Remaja merupakan kalangan yang sering menggunakan media
internet khusunya media sosial sebagai sarana untuk mencari informasi, hiburan
maupun berkomunikasi dengan teman di situs jejaring sosial. Berdasarkan data yang
diperoleh Depkominfo dapat diketahui bahwa “semakin banyak pengguna internet
merupakan anak muda. Mulai dari usia 15-20 tahun dan 10-14 tahun meningkat
signifikan.” Media sebagai sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi
kebutuhan akan informasi maupun hiburan.3 Media sosial di kalangan remaja yang
paling banyak di minati adalah media yang dapat menghubungkannya dengan orang
banyak, seperti facebook, twitter, Instagram, dan sebagainya. Karena kegunaannya
yang dapat menghubungkan dengan orang banyak dengan jangkauan yang luas, tidak
sedikit pula kaum remaja menemukan kenyamanan terhadap lawan jenis saat
berkomunikasi melalui media sosial, hingga akhirnya menjalin hubungan intim yang
biasa disebut pacaran.
Pacaran adalah jalinan cinta seseorang dengan lawan jenisnya. Saat ini, di
sebagian kalangan remaja, pacaran menjadi identitas yang sangat dibanggakan.
Seorang remaja akan bangga dan percaya diri jika sudah memiliki pacar. Karena itu,
mencari pacar di kalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan biologis tetapi juga
menjadi kebutuhan sosiologis. Maka tidak heran, kalau sekarang mayoritas remaja
sudah memiliki teman spesial yang disebut “pacar”. Soal pacaran di zaman sekarang
tampaknya menjadi gejala umum di kalangan remaja.4
Media sosial saat ini bukan hanya menjadi perantara bagi seseorang
menemukan pasangan untuk pacaran, tetapi juga dapat menjadi perantara menemukan
pasangan untuk langsung sampai ke jenjang pernikahan dan membangun rumah
tangga tanpa pacaran. Proses tersebut biasa disebut dengan ta’aruf.
3
Elsa Puji Juwita, Dasim Budimansyah, Siti Nurbayani, Peran Media Sosial Terhadap
Gaya Hidup Siswa SMA Negeri 5 Bandung, Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 1, h. 1.
4
Abdurrahman Al-Mukaffi, Pacaran Dalam Kacamata Islam, Jakarta: Media Dakwah,
2012, h. 167.
3
5
Robith Muti’ul Hakim, konsep Felix Siauw Tentang Ta’aruf Antara Calon Mempelai
Pria Dan Calon Mempelai Wanita. Al-Ahwal, Vol. 7, No. 1 2014 M/ 1435 H, h. 70-71.
6
Abd Rachman Assegaf, Studi Islam Kontekstual: Elaborasi Paradigma Baru Muslim
Kaffah, Yogyakarta: Gama Medika, 2005, h. 133.
7
Hildawati, Ayu Lestari, Taaruf Online dan Offline: Menjemput Jodoh Menuju
Pernikahan, Jurnal Emik, Volume 2 Nomor 2, Desember 2019, h. 129.
4
B. Identifikasi Masalah
Agar penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak menimbulkan
masalah baru serta pembahasan secara meluas, maka penulis membatasi
pembahasan ini pada masalah efektivitas penggunaan curriculum vitae terhadap
berlangsungnya pernikahan dan tinjauannya menurut hukum islam.
2. Rumusan Masalah
Untuk memecahkan perkara yang ada, penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
Bagaimana perspektif hukum islam dan hukum positif Indonesia terhadap
praktik ta’aruf online melalui media sosial?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui motif dari taaruf online yang tersebar di sosial media.
b. Untuk mengetahui bagaimana prosedur praktik taaruf online.
c. Untuk mengetahui perspektif hukum islam dan hukum positif Indonesia
dalam memandang prosedur yang di gunakan dalam taaruf online yang
tersebar di sosial media.
2. Manfaat Penelitian
8
Eliyyil Akbar, Taaruf dalam Perspektif Syafi’i dan Ja’fari, Musâwa, Vol. 14, No. 1,
Januari 2015.
7
sehingga berbeda dengan skripsi penulis yang tidak hanya menitikberatkan pada
dampak melainkan juga praktek berlangsungnya sebelum pernikahan.9
Robith Muti’ul Hakim (2014) menjelaskan tentang bagaimana cara berta’aruf
yang sesuai dengan tuntunan Islam. dalam konsep ta’aruf ustad felix siauw yang
pertama tidak ada interaksi ta’aruf (perkenalan) keduanya sebelum adanya khitbah
dan adanya pemberian edukasi dan pembelajaran kepada kedua calon pada saat
ta’aruf. Berbeda dengan pembahasan skripsi penyusun, dalam skripsi penyusun
menjelaskan tentang proses ta’aruf di “Rumah Ta’aruf Taman Surga” yang di kelola
oleh Ustad Awan Abdullah dan dalam proses ta’aruf akan membentuk keluarga
sakinah prosedur yang dilakukan dalam proses ta’aruf rumah ta’aruf taman surga
sangatlah berbeda dengan apa yang dipaparkan karya ilmiah yang mengkaji proses
ta’aruf Ustad Felix Siauw.10
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan
normatif-empiris. Penelitian lapangan (field research) dilakukan selama enam
bulan di Jakarta. Data diperoleh dari beberapa orang yang terkait seperti: Ustad,
Admin pengelola, beserta Peserta yang telah mengikuti proses ta’aruf tersebut dan
dari beberapa pustaka yang berkaitan dengan masalah ini.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini terdiri dari yaitu; primer dan sekunder. Sumber
data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
atau pihak pertama. Dalam hal ini adalah data hasil wawancara kepada pihak
pengelola akun-akun ta’aruf online tersebut.
9
Azti Arlena, Proses Adaptasi Antar Budaya Pasangan Menikah Melalui Proses
Ta`aruf, Skripsi: Depok, Universitas Indonesia, 2012.
10
Robith Muti’ul Hakim, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Ta’aruf Antara Calon
Mempelai Pria Dan Calon Mempelai Wanita Menurut Ustad Felix Siauw, Skripsi Fakultas
Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014.
8
Sumber data sekunder, adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara atau sumber yang mempermudah proses
penilaian literatur primer, yang mengemas ulang, menata kembali,
menginterpretasi ulang, merangkum, mengindeks atau dengan cara lain menambah
nilai pada informasi baru yang dilaporkan dalam literature Primer. 11 Adapun
sumber data yang sekunder dalam penulisan skripsi ini dalam buku- buku, karya-
karya ilmiah dan segala sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan di atas.
b. Dokumentasi
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dalam penulisan, skripsi ini dibagi atas lima
bab yang saling berkaitan satu sama lain.
Bab pertama dalam penelitian ini berisi pendahuluan yang meliputi latar
belakang yang menjadi dasar mengapa penulisan ini diperlukan, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian studi
terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Kemudian bab kedua ini menjelaskan pengertian ta’aruf, tata cara dan adab
ta’aruf, ta’aruf melalui media sosial, dan ta’aruf dalam islam.
Selanjutnya pada bab tiga memuat tentang profil masing-masing akun ta’aruf
di media sosial, prosedur ta’aruf masing-masing akun ta’aruf di media sosial, tujuan
dan motif masing-masing akun ta’aruf di media sosial.
masing-masing akun ta’aruf di media sosial dan analisisnya menurut hukum islam
dan positif Indonesia.
Bab lima merupakan bab yang terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab lima ini
berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan dan saran-saran yang bersifat konstruktif
dari penulisan.
BAB II
A. Pengertian Ta’aruf
Secara bahasa, Ta’aruf bermakna “berkenalan” atau “saling mengenal.”
Berasal dari kata bahasa Arab “ta’aarafa.” dan “ma’ruf” yang berarti kebaikan. 0
Dalam Islam, ta'aruf adalah sebuah proses untuk mengenal seseorang secara dekat,
baik teman atau sahabat dengan tujuan untuk kebaikan. Dalam konteks pernikahan,
ta’aruf adalah upaya untuk mengenali pasangan hidup sebelum menikah, tentunya
dengan cara yang baik sesuai syari’at Islam. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran
surat Al-Hujurat ayat 13 yaitu:at 13
:ُ : ْم: ُك: ا::::َ ن: ْل: َع:ج:َ : َو:ى:ٰ :َ ث: ُأ ْن:و:َ : ٍر:::: َك: َذ:ن:ْ : ِم: ْم: ُك: ا::::َ ن: ْق:َ ل:خ:َ : ا:َّ ِإ ن:س
:َّ: ِإ ن:ۚ :ا: و:ُ ف: َر: ا:::: َع:َِ ت: ل:ِئ َل: ا:َ ب:َ ق: َو: ا:ًب: و: ُع:::ش :ُ : ا:َّن:ل: ا: ا:::: َه: َأ ُّي: ا::::َي
:َّ: ِإ:ۚ : ْم: ُك: ا:َ ق: هَّللا ِ َأ ْت: َد:ِع ْن: : ْم: ُك: َم:ر:َ :َأ ْك
: ٌر:ِ ي: ب:خ:َ : ٌم:ِ ي: ل: َع:َ ن هَّللا
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (ta’arofu)” (QS. Al-
Hujurat:13).0
Dari ayat diatas maka dapat diketahui bahwa kalimat ta’aruf itu berasal dari
bahasa arab yaitu “ta’arofu” (artinya: saling mengenal) dan secara istilah ta’aruf
adalah proses saling mengenal antara seseorang dengan orang lain dengan maksud
untuk saling mengerti dan memahami.0
Eliyyil Akbar, Ta’aruf dalam Khitbah Perspektif Syafi’i dan Ja’fari. Musawa, Vol.
0
11
12
Secara umum, ta’aruf adalah upaya sebagian orang untuk mengenal sebagian
yang lain. Maka, ketika kita berkenalan dengan seseorang baik itu tetangga, rekan
kerja, atau sesama penumpang kendaraan umum, dapat di sebut sebagai ta’aruf.
Tentunya, ta’aruf jenis seperti ini dianjurkan dengan siapa saja. Karena secara
tujuannya adalah untuk mengikat hubungan persaudaraan. Namun, terdapat batasan
tertentu yang harus dipatuhi, ketika proses ta’aruf dilakukan oleh dua lawan jenis
yaitu laki-laki dan perempuan. Ta’aruf atau perkenalan yang dianjurkan dalam agama
Islam adalah dalam batas-batas yang tidak melanggar aturan agama Islam itu sendiri.0
Ta’aruf pada konteks penelitian ini adalah proses saling mengenal antara laki-
laki dan perempuan dengan orientasi (tujuan) menuju pada jenjang pernikahan dan
membina sebuah rumah tangga. Sehingga, dalam ta’aruf tentu ada pertukaran
informasi terkait data diri dari masing-masing pasangan. Informasi yang diberikan
kepada masing-masing pasangan ta’aruf bertujuan sebagai referensi untuk
memberikan pertimbangan terkait kelanjutan dari proses ta’aruf itu sendiri.
Mekanisme umum dalam proses ini adalah ta’aruf (saling mengenal) – khitbah
(meminang), akad nikah (melangsungkan pernikahan).
Adapun rambu- rambu ta’aruf yang harus dipatuhi, salah satunya adalah tidak
boleh berdua- duaan. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa jika lawan
0
Muhammad Fauzil Adhim, Kupinang Engkau dengan Hamdalah, Yogyakarta : Mitra
Pustaka, 2008, h. 18.
0
M.A. Tihami, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali
Pres, 2009, h. 22-23.
0
Emma Desy Wulansari, Ta’aruf Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Pembatalan
Perkawinan dalam Hukum Islam, Jurist-Diction Vol. 1, No. 2, November 2018, h. 510.
13
jenis berdua-duaan, maka akan berpotensi untuk melakukan zina. 0 setiap anggota
bagian tubuh manusia berpotensi untuk melakukan zina, sehingga laki-laki dan
perempuan tidak boleh bercampur baur. Maka dari itu, dalam proses ta’aruf harus
menjaga pandangan, pendengaran, lisan, tangan-kaki serta hati yang tidak boleh
berlebihan dalam berkeinginan dan berangan-angan.0
Hukum dari ta’aruf adalah anjuran. Tidak ada tata cara secara terperinci
mengenai ta’aruf itu sendiri berbeda dengan hukum Fiqh seperti shalat, zakat, dan
lain sebagainya. Islam jelas melarang hubungan zina tapi tidak melarang perkenalan
antara pria dan wanita sebelum pernikahan. Metode ta’aruf ini bisa dijalankan oleh
siapapun meskipun metode ini identik dengan orang-orang yang taat pada aturan
Islam karena sifatnya yang berupa anjuran. Walaupun semua orang bisa melakukan
ta’aruf, tetapi tidak semua orang mau dan mampu melakukan proses ta’aruf. Hal ini
disebabkan oleh kompleksitas proses komunikasi pada saat ta’aruf itu sendiri.0
Apabila dalam berta’aruf adanya kecocokan maka dapat berlanjut pada proses
khitbah (lamaran) dan akad nikah. Khitbah merupakan proses setelah terjadinya
proses ta’aruf menemukan kecocokan. Yaitu proses melamar atau meminang pihak
pria ke pihak wanita. Khitbah merupakan pendahuluan untuk melangsungkan
perkawinan, disyari’atkan sebelum ada ikatan suami istri dengan tujuan agar
memasuki perkawinan didasarkan kepada penelitian dan pengetahuan serta kesadaran
masing-masing pihak.0 Ta’aruf adalah proses perkenalan yang bertujuan untuk
mewujudkan pernikahan. Bukan sekedar ingin kenal dan coba-coba siapa tau
berjodoh, namun ta’aruf menjadi mulia karena niatnya suci dan juga mulia. Ta’aruf
juga menjaga kesucian hubungan di atas nilai-nilai ilahiah (keTuhanan). Menjaga
0
Robith Muti’ul Hakim, Konsep Felix Siaw Tentang Ta’aruf Antara Calon Mempelai
Pria dan Calon Mempelai Wanita, Al-Ahwal, Vol. 07, No. 01, 2014, h. 27.
0
Muhammad Fauzil Adhim, Kupinang Engkau dengan Hamdalah, Yogyakarta : Mitra
Pustaka, 2008, h. 22.
0
Ridwansyah, Proses Komunikasi Interpersonal dalam Ta’aruf di Kota Banda Aceh,
Jurnal Komunikasi Global, Vol. 7, No. 1, 2018, h. 39.
0
Eliyyil Akbar, Ta’aruf dalam Khitbah, h. 57.
14
kehormatan diri dan juga pasangan. Tidak pula dilakukan disembarang tempat tanpa
aturan yang jelas. Ta’aruf juga melibatkan orang-orang terpercaya yang akan
memberikan arahan dan kenyamanan.0
0
Ahmad Fauzan Awaris, Nurul Hidayat, Penyesuaian Pasangan Pernikahan Hasil
Ta’aruf, E Sospol, Vol. 2, Edisi 1 Januari-April 2015, h. 61.
0
Hildawati, Ayu Lestari, Taaruf Online dan Offline: Menjemput Jodoh Menuju
Pernikahan, Jurnal Emik, Vol. 2 No. 2, Desember 2019, h. 130.
15
diutamakan yang sudah menikah, dan ada kedekatan secara personal dengan calon
pasangan. 0
Taaruf memiliki tahapan, tahapan tersebut meliputi: a) membuat biodata yang
berisi informasi mengenai pihak laki – laki dan perempuan, b) melakukan pertukaran
biodata melalui perantara, c) mengadakan pertemuan pihak laki – laki dan perempuan
yang difasilitasi perantara, d) mempertemukan kedua keluarga untuk mambangun
interaksi, e) menyelenggarakan lamaran.0
Dalam Islam, adab mendapat perhatian yang sangat serius. Penjagaan adab ini
mencerminkan keindahan Islam yang mulia. Secara khusus memang tidak ada adab
ta’aruf yang dinyatakan langsung oleh Rasulullah. Akan tetapi dalam kehidupan
sehari-hari beliau telah mencontohkan adab-adab tersebut. Hana L, menjelaskan di
dalam bukunya, bahwa adab-adab ta’aruf secara umum adalah;0
a. Melalui perantara
Perantara merupakan solusi dalam sebuah ta’aruf. Selain memberi
kemaslahatan juga dapat menghindari dari fitnah. Perantara ta’aruf mereka bisa
saja orang tua, ustadz atau ustadzah, teman, kerabat, ataupun orang yang
terpercaya. Syarat- syarat yang wajib dimiliki oleh perantara dalam ta’aruf yaitu
mereka yang paham Agama, dapat dipercaya, diutamakan yang sudah menikah,
serta yang ada kedekatan dengan kedua calon yang akan dita’arufkan.
b. Tidak ada rasa memiliki
Proses ta’aruf didalamnya tidak ada rasa memiliki satu sama lain. Batasan
tertentu membentangi dua orang yang sedang dalam masa ta’aruf. Diantaranya
tidak melakukan dua proses ta’aruf dengan orang yang berbeda dalam waktu yang
bersamaan.
c. Atas kemauan sendiri
0
Ari Pusparini, Agar Taaruf Cinta Berbuah Pahala, Yogyakarta : Pro-U Media, 2012,
h. 29.
Hana L, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syari Islam. Jakarta: Elex Media
0
Menurut pendapat yang lain juga disebutkan bahwa taaruf mempunyai adab dan
tata cara, yaitu meluruskan niat karena Tuhan, menjaga keseriusan taaruf, menjaga
kejujuran, melakukan nadzor (melihat), menerima dan menolak dengan baik, menjaga
syariat (aturan), mengajak pendamping, menjauhi tempat mencurigakan, menjaga
rahasia taaruf, serta melakukan shalat Istikharah untuk keputusan pernikahan.0
menghindarkan pasangan taaruf dari berdua-duan dengan lawan jenis juga dapat
menjadi tempat curhat atau konsultasi karena perantara memiliki kedekatan hubungan
dengan masing-masing calon. taaruf dengan menggunakan perantara dapat menjaga
batasan-batasan berhubungan antara keduanya agar tetap berjalan pada koridor
syariat, sehingga tercipta kedamaian dan ketulusan.0
Konsep taaruf lebih indah dan santun karena dalam proses taaruf dibingkai
dengan akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam dan tidak ada kebohongan atau
kemaksiatan di antara salah satu pasangan. Hal ini berbeda dengan pacaran yang
selalu dibingkai dengan kemaksiatan dan penyimpangan antara keduanya.0
Taaruf pada umumnya dimulai melalui guru tempat menuntut ilmu agama,
ustadz atau ustadzah, sahabat yang berstatus menikah, dan kerabat keluarga yang
memulai memperkenalkan yang kemudian akan menjadi perantara keduanya dalam
proses taaruf. Dalam prosesnya, taaruf dijalankan secara terbuka terkait dengan
informasi yang diberikan oleh masing-masing pihak, yang tidak hanya sebatas
informasi demografik, seperti nama, alamat, usia, dan data diri lainnya, akan tetapi
juga informasi yang sifatnya lebih personal menyangkut keluarga, visi pernikahan,
riwayat penyakit tertentu, dll. Informasi ini tidak saja digali melalui pelaku taaruf,
tapi juga dari berbagai pihak (teman, sahabat, keluarga, tetangngga, dll.) yang
mengenal pihak yang bersangkutan ketika masih terdapat keraguan dari informasi
yang diberikan oleh yang bersangkutan, untuk memastikan bahwa calon tersebut
memang seperti apa yang disampingkan oleh dirinya sendiri.0
0
Eliyyil Akbar, Ta’aruf dalam Khitbah, h. 56.
0
Widiarti, Tak Kenal Maka Taaruf, h. 9.
0
Hildawati, Ayu Lestari, Menjemput Jodoh Menuju Pernikahan, Jurnal Emik, Vol. 2
No. 2, Desember 2019, h. 141.
18
mengenal calon, tapi taaruf juga dapat dilakukan secara online dengan difasilitasi
oleh website maupun media sosial, seperti Facebook, Instagram dan Whatsapp.
Sejumlah literatur telah menunjukkan bahwa taaruf dapat dilakukan secara online.
Berfokus pada aspek kriteria yang mendasari sikap perempuan dan laki-laki memilih
pasangan hidup menggunakan layanan situs taaruf adalah pendidikan, usia, pekerjaan,
daya tarik fisik, respon keluarga, dan etnik.0 Mengenai pesan dakwah tentang nikah di
media sosial Instagram menunjukkan bahwa salah satu dari delapan jenis pesan
dakwah yang disampaikan melalui media sosial Instagram adalah mengenai taaruf,
sebagai salah satu upaya untuk menargetkan kawula muda sebagai sasarannya.0
Taaruf online via Instagram merupakan proses taaruf yang difasilitasi secara
online oleh akun-akun taaruf pada media sosial Instagram. Jika pada taaruf offline
para pelaku taaruf berkenalan melalui perantara oleh orang yang mengenal pelaku
taaruf secara personal, maka pada taaruf online perkenalan dilakukan di media sosial
0
Rahmania, N. Z. dan Pamungkas, Komunikasi Interpersonal Komunitas Online
www.rumahtaaruf.com, Jurnal Manajemen Komunikasi, Vol. 03, No. 01, 2018, h. 51-66.
0
Supratman, L. P. dan Mardianti, P. 2016. Komunikasi Interpersonal Pasangan
Suami-Istri Yang Dipertemukan Melalui Taaruf Online di www.rumahtaaruf.com, Jurnal
Penelitian Komunikasi, Vol. 19, No. 2, h. 165-178.
19
Instagram, yakni diperantarai oleh akun-akun yang memang dibuat untuk tujuan
taaruf dimana pemilik dan admin akun tersebut tidak mengenal para peserta secara
personal. Terdapat dua macam peran dalam pengelolaan akun taaruf yaitu peran
sebagai pemilik akun dan peran sebagai admin akun. Pemilik akun ialah orang yang
membuat akun taaruf, sehingga ia memiliki hak penuh dalam menetapkan segala
aturan dalam akun yang dibuatnya, sedangkan admin akun ialah orang yang bertugas
mengelola akun, seperti mengunggah postingan dan membalas direct message.
Umumnya, dalam mengelola akun dibutuhkan biaya-biaya operasional seperti biaya
untuk kuota internet dan biaya membayar jasa admin (orang yang mengelola akun).
Oleh karena itu, setiap orang yang ingin melakukan taaruf melalui akun Instagram
akan dikenakan biaya administrasi yang jumlahnya ditentukan oleh pemilik akun,
yang akan didiskusikan kemudian.0
Prosedur taaruf di media sosial itu sendiri terdiri atas dua tahapan, yaitu
tahapan taaruf awal dan tahapan taaruf lanjutan. Adapun tahapan awal terdiri dari
beberapa langkah, yaitu: menyampaikan niat kepada admin, admin mengklarifasi niat
calon peserta, membayar biaya pendaftaran, peserta mengisi biobata, admin
mengunggah biodata peserta, sampai disini peserta menunggu ada yang berminat
pada biodata mereka dan melanjutkan dengan ber-taaruf. Jika sudah merasa cocok
maka dapat dilanjutkan dengan tahap lanjutan, yaitu berkomunikasi antar pihak
sampai tercapainya kesepakatan lamaran jika keduanya sudah benar-benar yakin
untuk melanjutkan.0
Fenomena pacaran yang saat ini telah menjadi hal yang umum di kalangan
kaum lajang dan merupakan hal yang melenceng dari ajaran agama. Oleh karenanya,
akun taaruf diharapkan dapat membantu kaum Muslim dalam menemukan pasangan
dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam. Berdasarkan hal ini, akun taaruf juga
bisa dikatakan sebagai salah satu media dakwah dengan mengajak orangorang untuk
0
Hildawati, Ayu Lestari, Menjemput Jodoh Menuju Pernikahan, h. 131.
0
Hildawati, Ayu Lestari, Menjemput Jodoh Menuju Pernikahan, h. 138.
20
Islam memiliki etika dalam pergaulan dan mengadakan perkenalan antara pria
dan wanita sebelum menuju jenjang pernikahan, dimana tahapan awal pada umumnya
melalui proses ta’aruf. Dalam islam tidak disebutkan secara konkrit mengenai tata
cara taaruf tersebut, namun tentunya taaruf ini harus dibingkai dengan syariat islam.
Dengan demikian, islam memiliki etika dalam pergaulan dan mengadakan perkenalan
antara pria dan wanita sebelum menuju jenjang pernikahan. Setelah bertemu dan
tertarik satu sama lain, dianjurkan untuk dapat mengenal kepribadian, latar belakang
sosial, budaya, pendidikan, keluarga, maupun agama kedua belah pihak. Dengan tetap
menjaga martabat sebagai manusia yang dimuliakan Allah, artinya tidak terjerumus
pada perilaku tak senonoh, bila di antara mereka berdua terdapat kecocokan, maka
bisa diteruskan dengan saling mengenal kondisi keluarga masing-masing, misalnya
dengan jalan bersilaturahmi ke orang tua keduanya.0
Dalam upaya ta’aruf dengan calon pasangan, pihak laki-laki dan perempuan
dipersilahkan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan
masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua itu harus
dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak diperbolehkan dilakukan hanya berdua
saja, tetapi harus ada yang mendampinginya dan yang utama adalah wali atau
keluarganya. Jadi ta’aruf bukanlah bermesraan berdua, tapi lebih kepada pembicaraan
yang bersifat realistis untuk mempersiapkan kehidupan rumah tangga. Masing-
masing calon pasangan dapat melihat dan menilai fisik calonnya masing-masing.
Begitupun pria yang dapat bertemu langsung untuk melihat wajah dan telapak tangan
0
M.A. Tihami, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali Pres,
2009, h. 23.
21
calon pasangannya. Selain urusan melihat fisik, ta’aruf juga harus menghasilkan data
yang berkaitan dengan sikap, perilaku, pengalaman, cara kehidupan dan lain-lainnya.
Hanya saja, semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai dengan
koridor Syariat Islam. Minimal harus ditemani orang lain baik dari keluarga calon
istri atau dari calon suami.0
“Hai Ali, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu
hanya boleh pada pandangan pertama, adapun yang berikutnya tidak boleh.”
(Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmizi).0
Imam Syafi’i mengatakan, Allah telah mewajibkan kedua mata untuk tidak
digunakan melihat apa yang Dia haramkan dan sebaliknya, selalu menundukkan
pandangan dari apa yang dilarang karena zina mata tercipta karena melihat seperti
Rasulullah S.A.W menganggap pandangan liar dan menjurus kepada lain jenis,
sebagai satu perbuatan zina mata. Allah berfirman dalam QS. An-Nur (24:30) :
0
Fuad Shalih, Untukmu Yang Akan Menikah & Telah Menikah, Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2005, h. 130.
0
Eliyyil Akbar, Ta’aruf dalam Khitbah, h. 59.
0
Ibnu Mas’ud, Edisi Lengkap Fiqih Madzhab Syafi’I, Buku 2: Muamalat, Munakahat,
Jinayat, Bandung: Pustaka Setia, 2007, h. 343.
0
Al-Qur’an dan Terjemahan, Jakarta: Syamil, 2007, h. 357.
22
Mohammad Nidzam Abdul Kadir, Soal Jawab Remeh Temeh Tentang Nikah Kawin
0
Tapi Anda Malu Bertanya, Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2008, h. 19.
0
http://mediaumat.com/ustadz-menjawab/3571-71- larangan-larangan-bagi-
perempuan-dalam-masa-berkabungihdad.html diunduh hari minggu tanggal 7 Agustus 2020,
pukul 08.00.
23
ِ ِ ِ ِ
َ َو اَل ُي ْب د:ۖ ض ِر بْ َن ب ُخ ُم ِر ه َّن َع لَ ٰى ُج يُ وب ِه َّن
ين ْ ََو لْي
ِز ينَ َت ُه َّن
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung (jilbab) ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya… dan janganlah mereka memukulkan
kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.”
Kesemuanya ini dimaksudkan agar wanita jangan sampai membangkitkan
nafsu seksual kaum pria.
Dalam segi ibadah yang agung yaitu shalat, Imam Syafi’i memberi penegasan
haramnya khalwat antara laki-laki dan wanita kecuali ada mahram dari pihak
keduanya yang ritual shalat jauh dari pikiran yang kotor dan imam berada di depan
makmum yang tidak bisa dilihat. Secara garis besar dalam kegiatan di luar ibadah
shalat khususnya ta’aruf dalam khitbah khalwat juga diharamkan jika dilakukan tanpa
ada mahram atau wali dari pihak perempuan.
Keempat, zina merupakan tindakan melihat lawan jenis yang disertai dengan
bersyahwat. Imam syafi’i mengatakan bahwa zina adalah dosa besar yang bala’
akibatnya mengenai semesta keluarganya, tetangganya, keturunannya. Dari pendapat
Mudah Memahami dan Menjalankan Kehidupan Spiritual, Jakarta: PT. Mizan Publika, 2009,
h. 239.
24
Imam Syafi’i dapat dimaknai bahwa dalam ta’aruf tidak diperbolehkan melakukan
zina karena para ulama sepakat bahwa zina merupakan dosa yang sangat besar.
Dalam ta’aruf dianjurkan untuk menghindari perkara yang akan menarik ke perbuatan
zina. Dari aturan di atas memperjelas bahwa proses perkenalan dalam Islam tidak
boleh melenceng dari keempat hal tersebut. Sehingga, proses perkenalan pasangan
yang diakui dalam Islam adalah proses yang tetap menjaga aturan yang ada.0
Islam juga mengatur mengenai kedudukan anak yang lahir, status kedua belah
pihak, dan akibat hukum lainnya dari perkawinan yang di sebabkan karna zina
dimana kedua mempleai melangsungkan pernikahan karna mempelai perempuan
sedang mengandung. Menurut Wahbah Zuhaili, dalam buku Fiqh Islāmī wa
Adillatuhu bahwa anak dengan ibu secara alami telah mempunyai hubungan nasab
dari setiap sisi kelahiran. Kaitannya dengan anak zina atau anak luar nikah, ulama
sepakat bahwa antara anak dengan ayah terputus nasabnya disebabkan oleh kelahiran
anak yang dihasilkan dari hubungan tidak syar’ī.0 Dalam fiqih Islam juga dijelaskan
bahwa seorang anak dapat dikatakan sah memiliki hubungan nasab dengan ayahnya
jika terlahir dari perkawinan yang sah. Sebaliknya anak yang terlahir di luar
perkawinan yang sah, tidak dapat disebut dengan anak yang sah, melainkan biasa
disebut dengan anak zina atau anak di luar perkawinan yang sah.0
0
Eliyyil Akbar, Ta’aruf dalam Khitbah, h. 63.
0
Wahbah Zuhaili, Fiqh Islāmī wa Adillatuhu; Hak-hak Anak, Wasiat, Wakaf dan
Warisan, (terj: Abdul Hayyie Al-Kattani), jilid 10, Jakarta: Gema Insani, 2011, h. 58.
0
Amir Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Hukum
Perdata Islam Di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fiqh, UU No
1/1974 Sampai KHI, cet. 3, Jakarta: kencana, 2006, h. 276.
25
dan berniat untuk menuju jenjang yang lebih serius dengan di dampingi perantara
atau mahramnya di setiap proses dari awal sampai akhir.
0
Zahri Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang
Perkawinan Di Indonesia, Binacipta: Yogyakarta, 1976, h. 1.
26
1999 tentang Kompilasi Hukum Islam (selanjutnya disebut KHI). Dalam Agama
Islam keabsahan suatu perkawinan harus memenuhi dan tidak melanggar syarat sah
perkawinan dan rukun perkawinan. Syarat-syarat sahnya perkawinan diatur dalam
Pasal 6 hingga Pasal 12 UU Perkawinan.0
Ta’aruf ini adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya pembatalan
perkawinan di kemudian hari karena kurang mengenal calon pasangan maupun
keluarganya.
0
Emma Dessy Wulansari, Taaruf dalam Hukum Islam, h 218.
Selain sebagai upaya untuk mewujudkan perkawinan yang sah, ta’aruf ini erat
sekali kaitannya dengan zina. Ta’aruf sendiri bertujuan untuk menghindari adanya
zina yang akan menimbulkan banyak mudharat, salah satunya kelahiran anak di luar
pernikahan. Tentu Undang-Undang telah mengatur tentang kedudukan anak yang
lahir di luar pernikahan akibat zina. Hal tersebut di atur dalam Undang-Undang
perkawinan No.1 Tahun 1974 pasal 42-44, yang berbunyi:
Pasal 42:
Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan
yang sah.
Pasal 43:
(1) Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata
dengan ibunya dan keluarga ibunya.
Pasal 44:
(2) Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan oleh isterinya,
bilamana ia dapat membuktikan bahwa istrinya telah berzina dan anak itu akibat
dari perzinaan tersebut.
Dari bunyi Undang-Undang di atas telah disimpulkan bahwa zina adalah hal
yang menimbulkan akibat yang fatal, dimana anak hanya akan mempunyai hubungan
perdata dengan ibunya, tidk dengan ayahnya. Ta’aruf adalah salah satu cara
perkenalan sebelum pernikahan dengan tujuan utama yaitu menghindari zina yang
biasanya di lakukan oleh muda-mudi yang berpacaran bebas.
28
29
ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang, yaitu ta’aruf sebagai upaya untuk
mewujudkan perkawinan yang sah sesuai Undang-Undang, serta dapat menghindari
zina dan menyelamatkan kedudukan anak hasil zina yang hanya akan memiliki
hubungan perdata dengan ibunya sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1974
Pasal 42 sampai 44.
30
BAB III
Akun taaruf dalam konteks ini merupakan akun Instagram yang difungsikan
sebagai media atau perantara bagi orang-orang yang ingin mencari pasangan dengan
cara taaruf. Untuk menemukan akun semacam ini, cukup dengan mengetikkan kata
“taaruf” pada kolom pencarian. Pengikut akun taaruf cukup banyak, satu akun bisa
memiliki ratusan ribu followers. Kemudian di cari beberapa akun Ta’aruf Online
dengan jumlah followers yang paling banyak dan paling aktif, kemudian
mendapatkan izin untuk pengambilan data dari beberapa akun tersebut, di antaranya
adalah akun Instagram Ta’arufonline.id dengan 11,8 ribu followers, ta’aruf_nikah
dengan 154 ribu followers, ta’aruf.co.id dengan 186 ribu followers, dan taaruf_yuk
dengan 34,4 ribu followers dan rumahtaarufMyQuran dengan 8,6 ribu followers.
Masing-masing mempunyai prosedur yang mirip walaupun ada sedikit yang berbeda.
Salah satunya ada taarufonline.id yang berbasis aplikasi sehingga pengikut harus
mendownload aplikasi taaruf tersebut terlebih dahulu dan mengikuti prosedur sesuai
petunjuk yang tertera dalam aplikasi.
0
Screenshoot Profil Akun Instagram Taarufonline.id.
32
Dan ada juga yang murni dilakukan melalui Instagram dan whatsapp sebagai media
komunikasi selanjutnya seperti taaruf.co.id, taaruf_yuuk, dan taaruf_nikah.
0
Screenshoot Profil Akun Instagram RumahtaarufMyQuran.
0
Screenshoot Profil Akun Instagram Taaruf.co.id, Taaruf_yuuk, dan Taaruf_nikah.
33
34
Akun-akun taaruf ini memiliki tujuan yang sama yaitu membantu para
followersnya yang berminat menikah untuk mendapatkan pasangan sesuai dengan
kriterianya, namun ada pula tujuan lain yang akan di bahas di sub bab selanjutnya.
Isi dari akun-akun instagram ini adalah berupa postingan-postingan dakwah
tentang tata cara menjalin hubungan antara laki-laki dan perempuan yang sesuai
dengan syari’at islam. Terdapat pula postingan berupa motivasi bagi para jomblo
untuk segera mendapatkan pasangan. Jomblo sendiri ialah istilah yang merujuk pada
orang yang belum menikah. Jika merujuk pada KBBI, bentuk baku dari penulisan
kata jomblo adalah jomlo, namun dalam akun-akun taaruf mereka menuliskannya
dengan kata jomblo. Menurut KBBI jomlo adalah pria atau wanita yang tidak
memiliki pasangan hidup.0. Secara umum pasangan yang disebutkan dalam
pengertian jomblo ini dimaknai sebagai pacar. Namun dalam akun-akun taaruf kata
jomblo hanya merujuk pada orang yang usianya telah dianggap cukup untuk
menikah, namun masih berstatus lajang. Dalam akun-akun tersebut terdapat pula
beberapa testimoni dari para followers yang menggunakan akun tersebut sebagai
perantara untuk mencari pasangan.
Setiap akun taaruf online memiliki prosedur yang berbeda. Hal ini di ketahui
berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari masing-masing akun. Perbedaan ini
rata-rata terdapat dalam proses komunikasi setelah peserta menyatakan
ketertarikannya terhadap peserta lawan jenisnya. Langkah awal untuk dapat bertaaruf
melalui akun media sosial umumnya sama, yaitu mengisi data diri dalam formulir
yang tersedia. Hanya saja berbeda wadahnya, misalnya akun taaruf_nikah,
taaruf.co.id, dan taaruf_yuk yang menggunakan DM atau pesan instagram sebagai
langkah awal calon peserta untuk mengajukan diri mengikuti taaruf online ini. Lalu
admin instagram akan mengarahkan calon peserta untuk membuka link whatsapp
0
https://kbbi.web.id/jomlo diakses tanggal 18 Desember 2020.
35
dimana di dalam whatsapp tersebut terdapat form yang telah di sediakan dan calon
peserta wajib untuk mengisi data diri sesuai dengan form yang tersedia tersebut. 0
Pengelola akun memiliki alasan yang sama ketika ditanya mengenai untuk apa
biaya tersebut. Syifa, salah satu pengelola akun mengatakan:
“...Jika calon peserta bersedia untuk diunggah data dirinya secara lengkap
dengan foto dan kontak pribadi, maka admin akan mengunggah sesuai dengan
permintaan dan kesediaan peserta. Namun, jika peserta hanya bersedia di
unggah data diri tanpa foto dan kontak pribadi maka admin akan mengunggah
CV dengan mem-blur foto peserta dan menyantumkan kontak kerabat peserta
untuk dihubungi oleh peserta yang tertarik dengan CV nya.”0
Admin akun yang menggunakan sistem ini menganggap bahwa admin dan team
tidak pantas menjadi perantara sampai dengan proses taaruf karna tidak mengenal
sama sekali peserta taaruf, dan menilai bahwa orang yang kenal peserta lebih cocok
dijadikan perantara dalam proses taaruf.0
Berikut adalah gambar salah satu postingan peserta yang mengikuti ta’aruf di
akun taaruf_nikah0:
0
Wawancara dengan Tiana sebagai Admin dari Akun Taaruf_nikah pada tanggal 18
November 2020.
0
Wawancara dengan Tiana.
0
Wawancara dengan Tiana.
0
Screenshoot Postingan Akun Instagram Taaruf_nikah.
37
Terlihat dalam postingan dan caption pada gambar di atas, peserta boleh
memilih bagaimana kontak pribadi atau foto akan di tampilkan.
0
Wawancara dengan Husna, Revi, dan Syifa.
0
Wawancara dengan Syifa.
38
0
Screenshoot Postingan Akun Instagram Taaruf.co.id dan Taaruf_yuuk.
39
Timbul dari tujuan yang sama yaitu membantu para jomblo untuk mencari
pasangan yang serius, team dari akun taaruf_nikah juga mengatakan akun tersebut
berdiri karna berawal dari keresahan melihat pola hidup anak muda di zaman
sekarang ini. Gaya pacaran yang marak dan telah menjadi tren di zaman sekarang ini
menimbulkan keresahan tersendiri bagi beberapa orang. Pacaran yang identik dengan
bersentuhan antara laki-laki dan perempuan atau bahkan lebih dari sekedar
bersentuhan. Di tambah banyaknya kasus di luar sana tentang MBA atau married by
accident, dimana perempuan telah hamil sebelum menikah. Di bentuknya akun ini
bertujuan untuk menghindari zina juga mengurangi tren pacaran yang dianggap
banyak mudharatnya.0
Tujuan lain selain membantu para jomblo menemukan pasangan dengan jalan
yang sesuai syariat, akun-akun taaruf ini juga berharap dapat membantu membuka
lapangan pekerjaan, mengingat akun-akun tersebut berbayar. Uang dari biaya
pendaftaran tersebut, selain untuk menyaring peserta yang benar-benar serius, juga
Wawancara dengan Syifa.
0
0
Wawancara dengan Tiana sebagai Admin dari Akun Taaruf_nikah pada tanggal 18
November 2020.
40
digunakan untuk biaya operasional seperti kuota internet untuk menjalankan akun
media sosial, biaya akomodasi perantara untuk tahap pertemuan, juga biaya gaji team
akun-akun tersebut.0
Meskipun saat ini telah ada taaruf online, namun taaruf offline masih tetap
diminati oleh mereka yang berkeinginan untuk ber-taaruf karena masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam taaruf online, media sosial Instagram dan
Whastapp mempermudah proses yang harus dilalui karena berpotensi banyak pilihan
calon pasangan, sehingga memperbesar peluang seseorang menemukan calon
pasangan yang paling sesuai dengan kriteria yang diinginkannya. Namun, dalam
taaruf offline data dari pihak yang ingin ber-taaruf dianggap lebih valid dibandingkan
dengan data dari pihak yang ber-taaruf online karena calon tersebut benarbenar
memiliki kedekatan langsung dengan perantara. Selain itu, perantara sebagai orang
yang bertanggungjawab terhadap dua orang yang ingin melakukan taaruf. Oleh
karena itu, sebelum biodata mereka dipertukarkan, perantara benar-benar akan
memeriksa latar belakang yang bersangkutan dan memberikan penilaian yang
objektif. 0
0
Wawancara dengan Syifa.
0
Hildawati, Ayu Lestari, h. 140.
41
Selain itu pada taaruf offline, perantara memegang peranan penting sebagai
fasilitator di antara kedua calon karena seluruh proses menjadi tanggung jawab
perantara. Ia menuntun dan menjaga proses taaruf yang dilaksanakan agar tetap pada
koridornya, yakni tetap sesuai pada tutunan Al-Qur’an dan AsSunnah, misalnya, tidak
berdua-duaan tanpa didampingi oleh mahromnya, tidak melakukan kontak fisik
(seperti berpegangan tangan dan berpelukan), tidak membuka komunikasi tanpa ada
kepentingan terkait pembahasan pernikahan (seperti mengungkapkan kerinduan pada
calon pasangan, saling bertukar pesan, dan saling merayu, dll. Berbeda halnya dengan
taaruf online, yang dalam beberapa kasus cukup beresiko karena dapat membuka
interaksi dengan pasangan taaruf-nya karena beberapa admin menyerahkan proses
taaruf langsung kepada calon tanpa ada pendampingan. Dengan demikian,
keterlibatan perantara pada taaruf offline lebih memberikan rasa aman dan
ketenangan karena menjaga proses taaruf tetap pada koridor syariat dibandingkan
dengan taaruf online.0
Tingkat keberhasilan taaruf online dari beberapa akun yang telah di teliti
masih dalam angka yang cukup kecil. Contohnya di akun taarufonline.id dari 4.506
peserta 102 hanya yang berhasil sampai pada tahap pernikahan. Dan di akun
taaruf.co.id dari 1.810 peserta hanya 78 yang berhasil.0 Angka tersebut menunjukan
bahwa tingkat keberhasilan taaruf online melalui media sosial ini masih cukup kecil.
Faktor paling kuat yang mempengaruhinya adalah karena peserta sama sekali tidak
mengenal calon pasangannya. Peserta hanya tertarik berdasarkan data diri calon
0
Rifauddin, M dan Halida, A. N, Waspada Cybercrime dan Informasi Hoax Pada
Sosial Media Facebook, Kizana AlHikmah: Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi dan
Kearsipan, Vol. 6, No. 2, 2018, h. 99.
0
Arika Zulfitri Karim dan Dinie Ratri Desiningrum, Dari Taaruf Hingga Menikah:
Eksplorasi Pengalaman Penemuan Makna Cinta Dengan Interpretative Phenomenologycal
Analysis, Jurnal Empati, Vol. 4, No.1 , Januari 2015, h. 46.
0
Wawancara dengan Syifa dan Revi sebagai team dari taarufonline.id dan taaruf.co.id
pada tanggal 19 dan 21 November 2020.
42
pasangan yang di lihatnya. Tidak ada rekomendasi dari orang terdekat calon
pasangan. Maka, banyak yang setelah tahap tanya jawab via chat atau pada tahap
pertemuan, ternyata peserta merasa kurang cocok dengan calon pasangannya.
Berbeda dengan taaruf offline, dimana calon pasangan biasanya di rekomendasikan
karna telah mengenal dengan baik calon pasangan tersebut, dan dirasa cocok dengan
kepribadian pihak lawannya. Maka, angka keberhasilan masih lebih tinggi melalui
taaruf offline.
BAB IV
43
44
Namun jika calon peserta tidak ingin banyak bertanya dan praktis, calon peserta dapat
memilih akun taarufonline.id yang berbasis aplikasi, sehingga semua petunjuk
mengenai prosedur ta’aruf di akun tersebut telah otomatis tersedia dan calon peserta
hanya perlu mengikuti apa yang di minta oleh aplikasi tersebut. Mengenai proses
awal ini tidak ada ketentuan atau batasan baik dari segi hukum Islam maupun
Undang-Undang. Selama tidak ada unsur menipu, dan tidak menebarkan ajaran sesat,
maka akun-akun ini sah untuk di dirikan dan menjadi wadah bagi mereka yang ingin
berta’aruf.
0
Muhammad Fauzil Adhim, Kupinang Engkau dengan Hamdalah, Yogyakarta : Mitra
Pustaka, 2008, h. 18.
45
Adab dan tata cara ta’aruf juga memiliki perbedaan dengan pacaran, salah
satu yang paling membedakan adalah tidak di perkenankannya komunikasi yang
bebas antara laki-laki dan perempuan baik sebelum maupun saat melakukan
pertemuan. Meskipun di dalam hukum Islam, proses dan tata cara taaruf sebelum
pernikahan tidak ditentukan secara konkrit, sehingga dianjurkan untuk melakukan
taaruf sebagaimana hubungan antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan yang
telah ditetapkan dalam syariat Islam, dimana kedua calon pasangan yang belum
menikah tidak dibiarkan untuk berduaan tanpa didampingi mahramnya dan senantiasa
menjaga pandangan karena pandanganpun dapat menjadi suatu perbuatan yang
mendekati zina. Oleh karena itu, dalam taaruf terdapat perantara yang memfasilitasi
komunikasi dan interaksi di antara calon pasangan.0 Peran perantara sebagai
fasilitator pada proses taaruf sangatlah penting sebab perantara menjadi orang yang
akan dipercayakan mengurus segala proses taaruf hingga menuju pernikahan.
Perantara biasanya adalah guru ngaji, ustadz atau ustadzah, teman yang sudah
menikah, ataupun lembaga khusus untuk proses taaruf sampai pernikahan.0
0
Robith Muti’ul Hakim, Konsep Felix Siaw Tentang Ta’aruf Antara Calon Mempelai
Pria dan Calon Mempelai Wanita, h. 27.
0
Muhammad Fauzil Adhim, Kupinang Engkau dengan Hamdalah, h. 22.
0
Hildawati, Ayu Lestari, Taaruf Online dan Offline: Menjemput Jodoh Menuju
Pernikahan, h. 130.
0
Ari Pusparini, Agar Taaruf Cinta Berbuah Pahala, Yogyakarta : Pro-U Media, 2012,
h. 29.
46
a. Melalui perantara
Proses ta’aruf didalamnya tidak ada rasa memiliki satu sama lain. Batasan
tertentu membentangi dua orang yang sedang dalam masa ta’aruf. Diantaranya tidak
melakukan dua proses ta’aruf dengan orang yang berbeda dalam waktu yang
bersamaan.0
0
Hana L, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syari Islam, h. 26-30.
0
Hana L, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syari Islam, h. 31.
0
Hana L, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syariat Islam, h. 32.
0
Hana L, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syari Islam, h. 33.
47
Selama masa tersebut dan selanjutnya, segala informasi yang diperoleh akan
saling dijaga kerahasiaannya sehingga ketika proses terpaksa diputuskan tidak
menimbulkan fitnah. Kerahasiaan ini begitu diutamakan mengingat semua orang
punya hak untuk dijaga privasinya.0
f. Mengatakan apa adanya
Banyak pasangan yang berpacaran sebelumnya mengaku, suaminya kini
berbeda pada saat masih pacaran. Baik karakter maupum kebiasaannya. Maklum
saja lantaran dalam pacaran pelakunya sering menampilkan hal-hal yang semu.
Berbeda halnya dengan ta’aruf, biasanya akan saling menyampaikan data apa
adanya. Namun demikian, tetap perlu digali informasi yang dalam dari berbagai
pihak.0
Berdasarkan teori di atas telah jelas bahwa ta’aruf harus melalui perantara
atau mediator di setiap tahap dan prosesnya. Dalam memilih media ta’aruf,
seharusnya calon peserta lebih selektif jika memang berniat serius untuk berta’aruf.
Yang membedakan ta’aruf dan pacaran pada umumnya adalah di dalam prosesnya.
Pacaran adalah proses mengenal lawan jenis yang bebas tanpa memperdulikan syariat
Islam, sedangkan ta’aruf adalah proses mengenal lawan jenis yang di bingkai dengan
syariat Islam. Begitu pula dengan penyedia media ta’aruf seperti akun-akun ta’aruf
online seharusnya dapat lebih mempertimbangkan setiap proses dan ketentuannya.
Akun ta’aruf yang memberikan pilihan kepada pesertanya mengenai proses setelah
tukar biodata tentu memberikan peluang dan kesempatan bagi peserta untuk dapat
melanjutkan proses perkenalan secara bebas dan tidak mengikuti syariat islam.
Padahal akun tersebut di tujukan untuk ta’aruf bukan hanya media perjodohan seperti
tinder, okcupid, dan sejenisnya. Peserta yang seharusnya menjalani taaruf sesuai
syariat Islam bisa saja melenceng dan melakukan hal-hal layaknya orang pacaran
karena tidak adanya pengawasan dari mahramnya. Dalam bab II telah di jelaskan
bahwa, walaupun semua orang bisa melakukan ta’aruf, tetapi tidak semua orang mau
0
Hana L, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syari Islam, h. 34.
0
Hana L, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syari Islam, h. 35-36.
48
dan mampu melakukan proses ta’aruf. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas proses
komunikasi pada saat ta’aruf itu sendiri.0 Jadi, menurut penulis akun ta’aruf_nikah
kurang efektiv jika di jadikan wadah bagi akhwat dan Ikhwan yang ingin berta’aruf
karena prosesnya kurang mencerminkan sebagaimana yang menjadi tujuan dari
ta’aruf. Akun yang memiliki aturan yang ketat seperti ta’aruf.co.id, taarufonline.id,
dan taaruf_yuk lebih di sarankan bagi yang membutuhkan wadah untuk berta’aruf,
karena akun-akun tersebut menjaga identitas peserta dari public maupun dari peserta
lain. Prosesnya pun tidak luput dari pengawasan perantara atau mediator dari tahap
awal sampai tahap akhir. Akun rumahtaarufMyQuran juga dapat dijadikan pilihan
bagi akhwat dan Ikhwan yang ingin berta’aruf sekaligus mengikuti berbagai kajian,
karena akun tersebut berbasis komunitas sehingga bukan hanya sekedar menyediakan
tempat dan perantara untuk mencari pasangan saja.
0
Ridwansyah, Proses Komunikasi Interpersonal dalam Ta’aruf di Kota Banda Aceh,
Jurnal Komunikasi Global, Vol. 7, No. 1, 2018, h. 39.
49
Meskipun tidak adanya dalil atau ketentuan mutlak dari Al Qur’an maupun
hadist mengenai ta’aruf, namun ta’aruf ini adalah cara yang pas untuk di jadikan
upaya terhindarnya muda mudi dari perbuatan zina. Allah SWT berfirman:
Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu
perbuatan yang keju. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32)0
Firman Allah di atas telah jelas bahwa kita di larang untuk melakukan zina
dan hal-hal yang mendekati zina. Ta’aruf dengan segala rangkaian prosesnya dapat di
jadikan upaya bagi muda mudi yang ingin membangun rumah tangga dengan proses
yang sesuai dengan syariat Islam. Namun, ta’aruf ini hukumnya tidaklah wajib bagi
muslim. Ta’aruf hanya sebagai wadah bagi mereka yang tidak ingin menjadikan
pacaran sebagai proses pengenalan diri sebelum menuju pernikahan. Biasanya ta’aruf
menjadi pilihan bagi akhwat dan Ikhwan yang tidak ingin banyak berkomunikasi
dengan lawan jenis. Karena mereka tidak banyak mengenal lawan jenis, maka mereka
membutuhkan perantara untuk mencarikan pasangan yang sekiranya cocok satu sama
lain. Ta’aruf online di media sosial dan ta’aruf offline sendiri memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Berkembangnya tekonlogi menjadikan semua yang ada
di dunia ini menjadi dapat di akses dengan jangkauan yang luas, sehingga banyak
juga berkembang jasa ta’aruf ini di berbagai media sosial.
0
Departemen Agama RI, Al-Qur`An dan Terjemahannya, Jawa Barat: Diponegoro,
2015
50
Selain tidak di atur secara mutlak dalam Al’ Quran maupun hadist, ta’aruf
juga tidak di atur dalam Undang-Undang di Indonesia. Seperti yang telah penulis
bahas di dalam bab II, kaitannya ta’aruf dengan perkawinan di Indonesia, ta’aruf bisa
di jadikan sebagai salah satu upaya untuk terwujudnya perkawinan yang sah sesuai
dengan syarat-syarat sah perkawinan yang tercantum dalam Undang-Undang
Perkawinan No.1 Tahun 1974. Syarat-syarat perkawinan diatur dalam UU
Perkawinan dan KHI yang mana apabila ditemukan pelanggaran dan tidak memenuhi
syarat yang telah ditetapkan dapat dilakukan pembatalan perkawinan. Pengaturan
mengenai pembatalan perkawinan terdapat dalam Pasal 22 hingga Pasal 28 UU
Perkawinan dan Pasal 70 hingga Pasal 76 KHI.0
0
Zahri Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang
Perkawinan Di Indonesia, Binacipta: Yogyakarta, 1976, h. 18.
0
Emma Dessy Wulansari, Taaruf dalam Hukum Islam, Jurist Diction, Vol. 1 No. 2,
November 2018, h. 230.
51
masih belum adanya kontak fisik dan tidak ada yang dirugikan dari kedua belah
pihak.0
Ta’aruf itu sendiri di lakukan dengan perantara atau mediator. Ta’aruf dapat
dapat dilakukan dimana saja dan dalam kesempatan apa saja, namun tetap pertemuan
tersebut tidak ada unsur maksiat, sehingga kemungkinan antara pihak laki-laki dan
perempuan dapat saling bertukar informasi tanpa adanya rasa canggung. Mediator
bersifat netral dan tidak boleh menyembunyikan suatu keterangan yang dianggap
penting untuk keberlangsungan dari hubungan kedua pihak sebelum berlanjut ke
tahap berikutnya.0
Berbeda dengan aplikasi pencari jodoh yang tidak berbasis ta’aruf, tidak
adanya ketentuan dan prosedur tertentu membuat penggunanya bebas melakukan apa
saja dalam proses perkenalan. Tidak sedikit pula kasus yang berujung penipuan
0
Emma Dessy Wulansari, Taaruf dalam Hukum Islam, h. 233.
0
Robith Muti’ul Hakim, Konsep Felix Siaw Tentang Ta’aruf Antara Calon Mempelai
Pria dan Calon Mempelai Wanita, h. 73.
52
karena tidak adanya keseriusan untuk menikah dari pengguna aplikasi. Penipuan yang
di maksud biasanya berupa data diri yang palsu, sehingga setelah lama berkomunikasi
via chat, salah satu pihak tidak ingin bertemu dan malah menghilang begitu saja. Ada
juga yang setelah merasa cocok, lalu menikah, ternyata setelah menikah pihak laki-
laki masih ternyata masih memiliki istri sah. Hal-hal tesebut yang di khawatirkan
terjadi dan kenyataannya banyaknya kasus pembatalan perkawinan di Pengadilan
Agama memiliki alasan yang sama yaitu adanya salah sangka terhadap salah satu
pihak setelah terjadinya perkawinan. Hal tersebut tentu melanggar syarat sahnya
perkawinan dalam Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974. Akhwat dan ikhwan
yang berniat untuk berta’aruf juga harus memilih media yang paling tepat, mengingat
banyaknya jasa ta’aruf online di berbagai media sosial dan dengan ketentuan yang
berbeda-beda.
Ta’aruf yang betujuan utama untuk menghindari zina juga dapat dijadikan
upaya untuk mencegah terjadinya perzinaan yang berpotensi menimbulkan lahirnya
anak diluar perkawinan yang sah. Mengenai anak yang lahir diluar perkawinan
sendiri terdapat dalam Undang-Undang perkawinan, dimana anak tersebut hanya
akan memiliki hubungan perdata dengan ibunya, tidak dengan ayahnya. Hal tersebut
terjadi karena adanya hubungan zina sebelum menikah.
Ta’aruf yang memiliki proses yang dibingkai syariat islam sehingga dapat
mencegah timbulnya zina sebelum menikah, diharapkan dapat mewujudkan
perkawinan yang sah juga anak yang sah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ta’aruf tidak diatur secara mutlak dalam Al-Qur’an maupun hadist. Namun
ta’aruf sendiri adalah proses perkenalan sebelum pernikahan yang dianjurkan karna
prosesnya sesuai dengan syariat islam.
Ta’aruf di media sosial tidaklah bertentangan dengan hukum islam. Namun,
dalam penelitian, ada salah satu akun ta’aruf yang prosesnya tidak sesuai dengan
hukum Islam. Ta’aruf tersebut memiliki komunikasi yang bebas tanpa didampingi
perantara. Hal tersebut tentu melenceng dari konsep ta’aruf yang harus sesuai syariat
islam.
Ta’aruf juga tidak diatur dalam Undang-Undang, namun memiliki kaitan yaitu
ta’aruf dapat dijadikan sebagai upaya mewujudkan perkawinan yang sah. Ta’aruf
yang memiliki tujuan utama menghindari zina juga dapat dijadikan upaya untuk
mencegah lahirnya anak diluar perkawinan yang sah karena hubungan zina, dimana
menurut Undang-Undang anak tersebut hanya akan memiliki hubungan keperdataan
dengan ibunya.
B. Saran
Dalam menjalankan kehidupan pernikahan kecocokan karakter merupakan hal
mendasar yang sangat penting untuk melewati segala suka dan duka dalam berumah
tangga. Oleh sebab itu, proses perkenalan sebelum menikah menjadi sangat penting,
khususnya bagi yang memilih melalui proses taaruf yang sejatinya memiliki prinsip
menyegerakan pernikahan, sehingga proses perkenalan lebih cepat. Para pelaku taaruf
baik yang online harus bersikap jujur dan terbuka dalam setiap tahapan taaruf agar
meminimalisir kekecewaan di kemudian hari setelah pernikahan terjadi. Pemilihan
akun ta’aruf online juga harus di perhatikan peserta. Peserta harus memilih akun-akun
yang prosedur, adab, dan tata caranya telah sesuai dengan prinsip hukum Islam.
53
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Eliyyil, Taaruf dalam Perspektif Syafi’i dan Ja’fari, Musâwa, Vol. 14, No. 1,
Januari 2015.
Arlena, Azti, Proses Adaptasi Antar Budaya Pasangan Menikah Melalui Proses
Ta`aruf, Skripsi: Depok, Universitas Indonesia, Tahun 2012.
Awaris, Ahmad Fauzan dan Nurul Hidayat, Penyesuaian Pasangan Pernikahan Hasil
Ta’aruf, E Sospol, Vol. 2, Januari-April 2015.
Basyir, Ahmad Azhar, Hukum Perkawinan Islam, Fakultas Hukum UII: Yogyakarta,
1980.
Hakim, Robith Muti’ul, konsep Felix Siauw Tentang Ta’aruf Antara Calon Mempelai
Pria Dan Calon Mempelai Wanita, Al-Ahwal, Vol. 7, No. 1, 2014.
Hamid, Zahri, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang
Perkawinan Di Indonesia, Binacipta: Yogyakarta, 1976.
Hildawati, Ayu Lestari, Taaruf Online dan Offline: Menjemput Jodoh Menuju
Pernikahan, Jurnal Emik, Vol. 2, No. 2, Desember 2019.
http://mediaumat.com/ustadz-menjawab/3571-71- larangan-larangan-bagi-
perempuan-dalam-masa-berkabungihdad.html.
Juwita, Elsa Puji, Dasim Budimansyah, dan Siti Nurbayani, Peran Media Sosial
Terhadap Gaya Hidup Siswa SMA Negeri 5 Bandung, Jurnal Sosietas, Vol. 5,
No. 1, 2017.
Kadir, Mohammad Nidzam Abdul, Soal Jawab Remeh Temeh Tentang Nikah Kawin
Tapi Anda Malu Bertanya, Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2008.
Karim, Arika Zulfitri dan Dinie Ratri Desiningrum, Dari Taaruf Hingga Menikah:
Eksplorasi Pengalaman Penemuan Makna Cinta Dengan Interpretative
Phenomenologycal Analysis, Jurnal Empati, Vol. 4, No.1 , Januari 2015.
L, Hana, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syari Islam. Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2010.
Mas’ud, Ibnu, Edisi Lengkap Fiqih Madzhab Syafi’I, Buku 2: Muamalat, Munakahat,
Jinayat, Bandung: Pustaka Setia, 2007.
Mujib, M.Abdul, Ahmad Ismail, dan Syafi’ah, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-
Ghazali Mudah Memahami dan Menjalankan Kehidupan Spiritual, Jakarta: PT.
Mizan Publika, 2009.
Nurfitri, Aldila Dyas dan Mulawarman, Perilaku Pengguna Media Sosial beserta
Implikasinya Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan, Buletin
Psikologi, Vol. 25, No. 1, 2017.
Nuruddin, Amir, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
(Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam
Dari Fiqh, UU No 1/1974 Sampai KHI, Jakarta: kencana, 2006.
Shalih, Fuad, Untukmu Yang Akan Menikah & Telah Menikah, Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2005.
Widiarti, Tak Kenal Maka Taaruf, Solo: Era Adicitra Intermedia, 2010.
Zuhaili, Wahbah, Fiqh Islāmī wa Adillatuhu; Hak-hak Anak, Wasiat, Wakaf dan
Warisan, (terj: Abdul Hayyie Al-Kattani), jilid 10, Jakarta: Gema Insani, 2011.