Anda di halaman 1dari 68

PRAKTIK TA’ARUF MELALUI MEDIA SOSIAL

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM


DAN HUKUM POSITIF
(Studi Terhadap Ta’aruf Online di Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:
Erian Putri Pratiwi
NIM: 11160440000061

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M / 1442 H
PRAKTIK TA’ARUF MELALUI MEDIA SOSIAL
(Studi Terhadap Ta’aruf Online di Indonesia)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syaratt Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Erian Putri Pratiwi


NIM: 11160440000061

Pembimbing:

Dr. H. Abdul Halim, M.Ag.


NIP: 196706081994031005

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M / 1442 H

i
ii
iii
ABSTRAK

Erian Putri Pratiwi. 11160440000061. “PRAKTIK TAARUF MELALUI


MEDIA SOSIAL (Studi Terhadap Taaruf Online di Indonesia)”. Program
Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/2021 M.
Studi ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana praktik ta’aruf yang banyak beredar
dan berbasis online melalui media sosial. Apakah tujuan dan prosedur setiap akun
ta’aruf online di media sosial sudah sesuai dengan prinsip hukum Islam dan peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Ta’aruf online di media sosial ini memiliki tujuan
dan motif yang hampir sama, yaitu membantu muda-mudi yang berniat serius untuk
menikah agar dapat menemukan pasangan yang sesuai dengan kriterianya sesuai
dengan syariat Islam dan jauh dari hal-hal yang dapat menjerumuskan kepada zina.
penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang menggunakan proses
pengumpulan data, menyusun dan menjelaskan terhadap data-data yang terkumpul
dan kemudian dianalisis dan diinterpretasi menggunakan hukum Islam. Studi ini
merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan normatif-empiris.
Penelitian lapangan (field research) dilakukan selama enam bulan melalui online dan
media sosial. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara Ustad,
admin taaruf online tersebut, dan pelaku ta’aruf online yang melaksanakan nikah
menggunakan prosedur yang tersedia. Sifat Penelitian adalah deskriptif analisis,
penelitian yang menggunakan proses pengumpulan data, menyusun dan menjelaskan
terhadap data-data yang terkumpul dan kemudian dianalisis dan diinterpretasi
menggunakan hukum Islam. Studi ini menunjukkan bahwa praktik ta’aruf online di
media sosial ini adalah akun-akun tersebut tidak semuanya memenuhi kriteria dari
pada konsep ta’aruf itu sendiri yang harus sesuai dengan prinsip syariat Islam, dimana
masih ada akun yang tidak mendampingi secara menyeluruh di setiap tahap dan
proses ta’aruf itu sendiri. Salah satu akun ta’aruf ini tidak menjadikan perantara
sebagai ketentuan mutlak sebagai bagian dari ta’aruf dan membebaskan peserta
ta’aruf memilih sendiri bagaimana proses selanjutnya setelah menemukan calon
pasangan yang sesuai kriterianya. Sedangkan adab dan tata cara ta’aruf salah satunya
adalah dengan adanya perantara atau mahram yang mendampingi dari awal bertukar
biodata, tanya jawab tentang hal pribadi yang ingin di ketahui, sampai pada tahap
pertemuan antara kedua belah pihak.

Kata Kunci: Ta’aruf, Media Sosial, Online, Hukum Islam.


Pembimbing: Dr Abdul Halim, M.Ag.

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan

hidayahNya serta memberikan berkah, kasih sayang dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Praktik Ta’aruf Melalui

Media Sosial (Studi Terhadap Taaruf Online di Indonesia.” Shalawat dan salam

kepada Nabi Muhamad SAW yang telah mengantarkan umatnya dari kegelapan

dunia ke zaman peradaban ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini. Penulis sangat

bahagia dan bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas akhir dalam jenjang

pendidikan Strata Satu (S1) yang penulis tempuh telah selesai. Serta penulis tidak

lupa meminta maaf apabila dalam penulisan skripsi ini ada yang kurang berkenan

dihati para pembaca, karena penulis menyadari bahwa penulis jauh dari

kesempurnaan.

Selanjutnya disadari bahwa karya ilmiah ini tidaklah mungkin dapat tercapai

tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan rasa

hormat yang amat mendalam, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H, M.H, M.A, selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

jajarannya.

v
3. Dr. Hj. Mesraini, S.H. M.Ag. selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga dan

Chairul Hadi, M.A. selaku Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga, yang harus

mendukung dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan proses

penyusunan skripsi ini.

4. Dr. H. Abdul Halim, M.A.g sebagai dosen pembimbing yang selalu memberi

pengarahan, pembelajaran baru bagi penulis dengan penuh keikhlasan , kesabaran

dan keistiqomahan dalam meyelesaikan skripsi ini.

5. Terkhusus kepada kedua orang tua yang sangat penulis cintai dan sayangi.

Ayahanda tercinta Sopiani H.S, dan Ibunda tercinta Erni Heriyanti yang selalu

mendo’akan dan memberikan semangat kepada ananda untuk menyelesaikan

skripsi ini, serta telah mengorbankan seluruh hidupnya untuk mendidik,

membahagiakan dan membesarkan penulis sampai saat ini. Tidak akan pernah

mustahil penulis mampu membayar apa yang telah diberikan selama ini. Kedua

orang tua selalu menjadi sumber inspirasi penulis dalam menjalankan kehidupan

dan menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada adik tercinta Erian Putra Assyakur dan Erian Zayna Syakira, yang selalu

memberi semangat dan mendo’akan penulis dalam setiap perjalanan studi penulis

dan selalu menjadi saudara yang terbaik bagi penulis.

7. Kepada para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah memberikan banyak

ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga tercapainya tugas akhir ini.

vi
8. Kepada para paman dan bibi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Terima kasih tak terhingga penulis sampaikan karena sudah membantu penulis

baik moril maupun materil sehingga penulis dapat memperoleh gelar Strata Satu.

9. Kepada Ahmad Syarif Ramadhan, yang telah menemani penulis sejak penulis

masih duduk di semester 3 sampai penulis dapat meraih gelar sarjana.

Terimakasih karna selalu ada saat suka maupun duka, dan telah mengisi banyak

cerita di hari-hari yang penulis lewati, serta tak pernah berhenti memberikan

semangat dan dukungan kepada penulis. Terimakasih karna telah hadir di

beberapa tahun terakhir. Semoga kebaikan selalu menyertaimu.

10. Kepada Fauziah Ayumi, satu-satunya orang yang tidak pernah absen menemani

penulis selama hidup merantau di ciputat, dan selalu memberikan semangat serta

motivasi kepada penulis agar dapat segera menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih

telah menjadi sahabat terbaik penulis. Semoga kebaikan selalu menyertaimu.

11. Kepada sahabat-sahabat penulis; Nada, Tuyul nirmala, Kipti, Anis, Minda, Lina,

Abi, Mamat, Encep, Amif, Kibal, Hifni, dan Adul. Terimakasih telah menemani

penulis selama berproses. Semoga kalian sehat selalu.

12. Keluarga Besar Hukum Keluarga Angkatan 2016 terkhusus keluarga Hukum

Keluarga B yang sangat penulis sayangi.

Semoga amal baik mereka semua dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.

Sungguh hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka dengan kebaikan

yang berlipat ganda.

vii
Penulis berharap skripsi ini bermanfaat pada saat ini dan masa yang akan

datang. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi

selanjutnya.

Jakarta, 18 Januari 2021

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................i
LEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
ABSTRAK................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI............................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah.......................................................................................1
B. Identifikasi Masalah....................................................................4
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.........................................5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................5
E. Kajian Studi Terdahulu...............................................................6
F. Metode Penelitian.......................................................................7
G. Sistematika Penulisan.................................................................9

BAB II TA’ARUF DALAM ISLAM DAN HUKUM POSITIF INDONESIA


A. Pengertian Ta’aruf......................................................................11
B. Adab dan Tata Cara Ta’aruf………………………...................14
C. Ta’aruf Melalui Media Sosial.....................................................17
D. Ta’aruf dalam Islam………………………................................20.
E. Ta’aruf Perspektif Hukum di Indonesia………………….…….25

BAB III TA’ARUF ONLINE DI MEDIA SOSIAL


A. Profil Akun Ta’aruf Online ........................................................30
B. Prosedur Ta’aruf Online .............................................................34
C. Motif dan Tujuan Ta’aruf Online……………………...................
D. Kelebihan dan Kekurangan Ta’aruf Online dan Perbandingannya
dengan Taaruf Offline………………………………………….39

BAB IV TA’ARUF ONLINE DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN


HUKUM POSITIF
A. Konsep Ta’aruf Online di Media Sosial dalam Islam.................43

ix
B. Ta’aruf Online di Media Sosial Menurut Hukum Positif
Indonesia.................................................................................50

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................55
B. Saran.......................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, hampir bisa dipastikan bahwa setiap orang yang memiliki telepon
pintar, juga mempunyai akun media sosial, seperti Facebook, Twitter, Path,
Instagram, dan sebagainya. Kondisi ini seperti sebuah kelaziman yang mengubah
bagaimana cara berkomunikasi pada era serba digital seperti sekarang. Jika dahulu,
perkenalan dilakukan dengan cara konvensional, yakni (biasanya) diiringi dengan
saling tukar kartu nama, sekarang setiap bertemu orang baru cenderung untuk
bertukar alamat akun atau membuat pertemanan di media sosial. 1 Evolusi yang terjadi
di bidang teknologi maupun inovasi internet menyebabkan tidak hanya memunculkan
media baru saja. Berbagai macam aspek kehidupan manusia, seperti komunikasi
maupun interaksi, juga mengalami perubahan yang sebelumnya tidak pernah diduga.
Media sosial bahkan menjadi “senjata baru” bagi banyak bidang. Kampanye
politik pada Pemilu 2014 lalu banyak melibatkan peran media sosial. Perusahaan-
perusahaan saat ini memberikan perhatian khusus untuk mengelola media sosial dan
menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan mereka secara daring (dalam
jaringan). Iklan menjadi berubah dari cara tradisional yang diproduksi oleh perusa-
haan dan tentu dengan biaya yang tidak sedikit. Hal tersebut merupakan sebuah
tantangan sekaligus kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Kehadiran media sosial dan
semakin berkembangnya jumlah pengguna dari hari ke hari memberikan fakta
menarik betapa kekuatan internet bagi kehidupan.2

1
Mulawarman, Aldila Dyas Nurfitri, Perilaku Pengguna Media Sosial beserta
Implikasinya Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan, Buletin Psikologi, 2017, Vol.
25, No. 1, h. 36.
2
Nasrullah, R, Media sosial (perspektif komunikasi, budaya, dan sosioteknologi).
Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2015, h. 126.

1
2

Di era globalisasi ini, tidak dapat dipungkiri bahwa remaja adalah salah satu
kalangan terbesar yang menggandrungi media sosial dan menjadikannya sebagai
kebutuhan sehari-hari. Remaja merupakan kalangan yang sering menggunakan media
internet khusunya media sosial sebagai sarana untuk mencari informasi, hiburan
maupun berkomunikasi dengan teman di situs jejaring sosial. Berdasarkan data yang
diperoleh Depkominfo dapat diketahui bahwa “semakin banyak pengguna internet
merupakan anak muda. Mulai dari usia 15-20 tahun dan 10-14 tahun meningkat
signifikan.” Media sebagai sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi
kebutuhan akan informasi maupun hiburan.3 Media sosial di kalangan remaja yang
paling banyak di minati adalah media yang dapat menghubungkannya dengan orang
banyak, seperti facebook, twitter, Instagram, dan sebagainya. Karena kegunaannya
yang dapat menghubungkan dengan orang banyak dengan jangkauan yang luas, tidak
sedikit pula kaum remaja menemukan kenyamanan terhadap lawan jenis saat
berkomunikasi melalui media sosial, hingga akhirnya menjalin hubungan intim yang
biasa disebut pacaran.
Pacaran adalah jalinan cinta seseorang dengan lawan jenisnya. Saat ini, di
sebagian kalangan remaja, pacaran menjadi identitas yang sangat dibanggakan.
Seorang remaja akan bangga dan percaya diri jika sudah memiliki pacar. Karena itu,
mencari pacar di kalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan biologis tetapi juga
menjadi kebutuhan sosiologis. Maka tidak heran, kalau sekarang mayoritas remaja
sudah memiliki teman spesial yang disebut “pacar”. Soal pacaran di zaman sekarang
tampaknya menjadi gejala umum di kalangan remaja.4
Media sosial saat ini bukan hanya menjadi perantara bagi seseorang
menemukan pasangan untuk pacaran, tetapi juga dapat menjadi perantara menemukan
pasangan untuk langsung sampai ke jenjang pernikahan dan membangun rumah
tangga tanpa pacaran. Proses tersebut biasa disebut dengan ta’aruf.
3
Elsa Puji Juwita, Dasim Budimansyah, Siti Nurbayani, Peran Media Sosial Terhadap
Gaya Hidup Siswa SMA Negeri 5 Bandung, Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 1, h. 1.
4
Abdurrahman Al-Mukaffi, Pacaran Dalam Kacamata Islam, Jakarta: Media Dakwah,
2012, h. 167.
3

Dalam praktiknya, istilah pacaran dengan tunangan sering dirangkai menjadi


satu. Muda-mudi yang pacaran, apabila ada kesesuaian lahir batin, dilanjutkan dengan
tunangan. Sebaliknya, mereka yang bertunangan biasanya diikuti dengan pacaran.
Namun pacaran disini, dimaksudkan sebagai proses mengenal pribadi masing-
masing, saling bersilaturahim yang dalam ajaran Islam sering disebut dengan Ta’aruf
(saling kenal mengenal).5 Kadang kala seorang remaja yang menganggap perlu
pacaran tidak hanya mengenal pribadi pasangannya melainkan sebagai pengalaman,
uji coba, maupun bersenang-senang belaka. Pacaran dianggap biasa oleh sebagian
orang, mereka menganggap sebelum melangsungkan pernikahan harus ada yang
namanya pacaran atau saling mengenal keduanya. Dalam Islam tidak ada yang
namanya pacaran. lebih mengenal ta’aruf, keduanya memiliki aturan yang berbeda.
Pacaran itu lebih kepada kesenangan semata sedangan ta’aruf itu lebih menuju
kepada tujuan untuk menikah.6
Konsep taaruf sendiri saat ini telah berkembang di era internet. Tidak hanya
difasilitasi perantara yang mengenal calon, tapi taaruf juga dapat dilakukan secara
online dengan difasilitasi oleh website maupun media sosial, seperti Facebook,
Instagram dan Whatsapp. Sejumlah literatur telah menunjukkan bahwa taaruf dapat
dilakukan secara online, namun komunikasi interpersonal dilakukan secara offline
dan komunikasi secara intensif dilakukan setelah adanya pertemuan keluarga dan
setelah adanya proses khitbah (lamaran).7
Sosial media mengenai taaruf itu sendiri berdiri dengan prosedur yang
berbeda-beda. Ada yang harus bergabung terlebih dahulu dengan melewati seleksi
agar dapat menjadi anggota komunitas, ada yang dapat langsung mendaftar kemudian
dikenalkan dengan calon, dan lain-lain.

5
Robith Muti’ul Hakim, konsep Felix Siauw Tentang Ta’aruf Antara Calon Mempelai
Pria Dan Calon Mempelai Wanita. Al-Ahwal, Vol. 7, No. 1 2014 M/ 1435 H, h. 70-71.
6
Abd Rachman Assegaf, Studi Islam Kontekstual: Elaborasi Paradigma Baru Muslim
Kaffah, Yogyakarta: Gama Medika, 2005, h. 133.
7
Hildawati, Ayu Lestari, Taaruf Online dan Offline: Menjemput Jodoh Menuju
Pernikahan, Jurnal Emik, Volume 2 Nomor 2, Desember 2019, h. 129.
4

Mengatasi permasalahan di atas, penulis menemukan beberapa link taaruf di


media sosial yang bersifat online. Kemudian penulis ingin meneliti lebih jauh
mengenai link-link taaruf tersebut untuk mengetahui bagaimana prosedur dan proses
masing-masing link taaruf online tersebut. Lalu apakah ada unsur lain dalam link
taaruf online tersebut selain murni untuk mempertemukan kedua calon pasangan.
Seperti unsur bisnis, atau mungkin adanya penyebaran ajaran keagamaan tertentu.
Mengingat di beberapa link taaruf online tersebut ada yang memungut biaya sebagai
syarat untuk mendaftar taaruf.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana diungkapkan di muka, terdapat


sejumlah permasalahan yang akan diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana tata cara ta’aruf yang di anjurkan dalam islam?


2. Bagaimana tata cara ta’aruf yang di gunakan dalam taaruf yang berbasis online?
3. Apa perbedaan masing-masing link taaruf yang tersebar di media sosial?
4. Seberapa tinggi angka keberhasilan untuk sampai pada proses pernikahan dan
membentuk keluarga sakinah dengan menggunakan taaruf online sebagai
perantara dalam proses ta’aruf?
5. Bagaimana hukum islam memandang prosedur ta’aruf yang digunakan dalam
taaruf online di media sosial?
6. Adakah motif tertentu dalam masing-masing link taaruf berbasis online di media
sosial?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
5

Agar penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak menimbulkan
masalah baru serta pembahasan secara meluas, maka penulis membatasi
pembahasan ini pada masalah efektivitas penggunaan curriculum vitae terhadap
berlangsungnya pernikahan dan tinjauannya menurut hukum islam.
2. Rumusan Masalah
Untuk memecahkan perkara yang ada, penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
Bagaimana perspektif hukum islam dan hukum positif Indonesia terhadap
praktik ta’aruf online melalui media sosial?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui motif dari taaruf online yang tersebar di sosial media.
b. Untuk mengetahui bagaimana prosedur praktik taaruf online.
c. Untuk mengetahui perspektif hukum islam dan hukum positif Indonesia
dalam memandang prosedur yang di gunakan dalam taaruf online yang
tersebar di sosial media.
2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan dicapai dari penelitian ini, sekurang-kurangnya


adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Bagi Penulis


Penelitian ini bermanfaat dalam rangka memenuhi kewajiban dan
sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Hukum dalam
Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum.
b. Manfaat Bagi Masyarakat
6

Manfaat bagi masyarakat dalam penulisan skripsi ini adalah agar


masyarakat mengetahui bagaimana prosedur ta’aruf yang benar, tepat, dan di
anjurkan dalam islam.

E. Kajian Studi Terdahulu


Dalam penulisan skripsi ini, penulis menemukan beberapa skripsi/karya
ilmiah, diantaranya: Eliyyil Akbar (2015) membahas tentang bagaimana pandangan
Syafi’i dan Ja’fari tentang batasan ta’aruf. Batasan ta’aruf yang mengacu pada
pendapat Syafi’i dan Ja’fari, Dalam hal memandang, melihat calon pasangan terbatas
oleh wajah dan telapak tangan, karena dengan kedua anggota tersebut seorang wanita
atau calon pasangan dapat dinilai sikap serta karakternya. Kontribusi ta’aruf
perspektif Imam Syafi’i dan Imam Ja’fari di kalangan umum bahwa dengan ta’aruf
perjajakan awal untuk mengenal calon pasangan sebelum menuju ke jenjang
pernikahan, dalam proses pelaksanaannya ada adab tertentu yang harus ditaati dan
pelaksanaan proses ta’aruf ada perantara atau wali sebagai mediator, selain itu untuk
menjaga dan membudayakan keteraturan syari’at agama agar tidak hilang di telan
zaman di mana aturan agama dijadikan pedoman dalam melakukan tindakan. Dari
semua batasan yang ada bertujuan menciptakan sebuah kesepakatan antara kedua
pasangan untuk menuju kedamaian, ketulusan dalam rutinitas berumah tangga karena
tulusnya cinta adalah cinta pasangan berdua yang bermula dari saling melihat sampai
ke sebuah pertunangan dan pernikahan.8
Azti Arlena (2012) membahas tentang fenomena sebagian masyarakat yang
menikah melalui proses ta`aruf yang relatif singkat, sehingga terkadang
diperlukannya adaptasi terhadap pasangan yang berbeda budaya agar tidak teradi
perceraian. Penelitian skripsi tersebut tertuju pada sejauhmana pasangan yang
berbeda budaya mampu beradaptasi ketika menikah menggunakan proses ta`aruf,

8
Eliyyil Akbar, Taaruf dalam Perspektif Syafi’i dan Ja’fari, Musâwa, Vol. 14, No. 1,
Januari 2015.
7

sehingga berbeda dengan skripsi penulis yang tidak hanya menitikberatkan pada
dampak melainkan juga praktek berlangsungnya sebelum pernikahan.9
Robith Muti’ul Hakim (2014) menjelaskan tentang bagaimana cara berta’aruf
yang sesuai dengan tuntunan Islam. dalam konsep ta’aruf ustad felix siauw yang
pertama tidak ada interaksi ta’aruf (perkenalan) keduanya sebelum adanya khitbah
dan adanya pemberian edukasi dan pembelajaran kepada kedua calon pada saat
ta’aruf. Berbeda dengan pembahasan skripsi penyusun, dalam skripsi penyusun
menjelaskan tentang proses ta’aruf di “Rumah Ta’aruf Taman Surga” yang di kelola
oleh Ustad Awan Abdullah dan dalam proses ta’aruf akan membentuk keluarga
sakinah prosedur yang dilakukan dalam proses ta’aruf rumah ta’aruf taman surga
sangatlah berbeda dengan apa yang dipaparkan karya ilmiah yang mengkaji proses
ta’aruf Ustad Felix Siauw.10

F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan
normatif-empiris. Penelitian lapangan (field research) dilakukan selama enam
bulan di Jakarta. Data diperoleh dari beberapa orang yang terkait seperti: Ustad,
Admin pengelola, beserta Peserta yang telah mengikuti proses ta’aruf tersebut dan
dari beberapa pustaka yang berkaitan dengan masalah ini.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini terdiri dari yaitu; primer dan sekunder. Sumber
data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
atau pihak pertama. Dalam hal ini adalah data hasil wawancara kepada pihak
pengelola akun-akun ta’aruf online tersebut.

9
Azti Arlena, Proses Adaptasi Antar Budaya Pasangan Menikah Melalui Proses
Ta`aruf, Skripsi: Depok, Universitas Indonesia, 2012.
10
Robith Muti’ul Hakim, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Ta’aruf Antara Calon
Mempelai Pria Dan Calon Mempelai Wanita Menurut Ustad Felix Siauw, Skripsi Fakultas
Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014.
8

Sumber data sekunder, adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara atau sumber yang mempermudah proses
penilaian literatur primer, yang mengemas ulang, menata kembali,
menginterpretasi ulang, merangkum, mengindeks atau dengan cara lain menambah
nilai pada informasi baru yang dilaporkan dalam literature Primer. 11 Adapun
sumber data yang sekunder dalam penulisan skripsi ini dalam buku- buku, karya-
karya ilmiah dan segala sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan di atas.

3. Teknik Pengumpulan Data


a. Wawancara

Merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan


komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul
data (pewawancara) dengan sumber data yang berjumlah 5 orang responden
(Tiana, Syifa, Revi, dan Husna sebagai pengelola akun-akun ta’aruf online).
Hal ini dilakukan guna mendapatkan hasil data yang valid dan terfokus pada
pokok permasalahan yang sedang diteliti, dalam penelitian ini, peneliti
melakukan wawancara dengan admin taaruf online dengan tujuan untuk
mendapatkan keterangan dan data bagaimana praktik ta’aruf dan apa tujuan
dari di dirikannya link ta’aruf tersebut, kemudian wawancara dengan orang
yang menjadi anggota dan melakukan ta’aruf dengan prosedur yang tersedia
untuk mendapatkan keterangan tujuan dan alasan tersebut.

b. Dokumentasi

Di dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki


benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen, peraturan- peraturan.
Adapun peneliti menggunakan metode ini untuk memperoleh data-data, buku-
buku yang berhubungan dengan objek penelitian.
11
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian, Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hal 11-
12.
9

4. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
analisa kualitatif, dengan metode deskriptif yang bersifat non statistik, untuk
mendeskripsikan data-data yang diperoleh dalam penelitian penulis menggunakan
pola berfikir deskriptif. Pendekatan ini dilakukan dengan memperoleh data yang
benar signifikan terhadap asal usul prosedur tersebut.
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan yang akan digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Pusat
Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dalam penulisan, skripsi ini dibagi atas lima
bab yang saling berkaitan satu sama lain.

Bab pertama dalam penelitian ini berisi pendahuluan yang meliputi latar
belakang yang menjadi dasar mengapa penulisan ini diperlukan, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian studi
terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Kemudian bab kedua ini menjelaskan pengertian ta’aruf, tata cara dan adab
ta’aruf, ta’aruf melalui media sosial, dan ta’aruf dalam islam.

Selanjutnya pada bab tiga memuat tentang profil masing-masing akun ta’aruf
di media sosial, prosedur ta’aruf masing-masing akun ta’aruf di media sosial, tujuan
dan motif masing-masing akun ta’aruf di media sosial.

Selanjutnya adalah bab empat merupakan pokok dari pembahasan penulisan


penelitian yang dilakukan, yakni analisis tentang bagaimana prosedur dan tujuan
10

masing-masing akun ta’aruf di media sosial dan analisisnya menurut hukum islam
dan positif Indonesia.

Bab lima merupakan bab yang terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab lima ini
berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan dan saran-saran yang bersifat konstruktif
dari penulisan.
BAB II

KONSEP TA’ARUF DALAM ISLAM

A. Pengertian Ta’aruf
Secara bahasa, Ta’aruf bermakna “berkenalan” atau “saling mengenal.”
Berasal dari kata bahasa Arab “ta’aarafa.” dan “ma’ruf” yang berarti kebaikan. 0
Dalam Islam, ta'aruf adalah sebuah proses untuk mengenal seseorang secara dekat,
baik teman atau sahabat dengan tujuan untuk kebaikan. Dalam konteks pernikahan,
ta’aruf adalah upaya untuk mengenali pasangan hidup sebelum menikah, tentunya
dengan cara yang baik sesuai syari’at Islam. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran
surat Al-Hujurat ayat 13 yaitu:at 13

:ُ :‫ ْم‬:‫ ُك‬:‫ ا‬::::َ‫ ن‬:‫ ْل‬:‫ َع‬:‫ج‬:َ :‫ َو‬:‫ى‬:ٰ :َ‫ ث‬:‫ ُأ ْن‬:‫و‬:َ :‫ ٍر‬::::‫ َك‬:‫ َذ‬:‫ن‬:ْ :‫ ِم‬:‫ ْم‬:‫ ُك‬:‫ ا‬::::َ‫ ن‬:‫ ْق‬:َ‫ ل‬:‫خ‬:َ :‫ ا‬:َّ‫ ِإ ن‬:‫س‬
:َّ:‫ ِإ ن‬:ۚ :‫ا‬:‫ و‬:ُ‫ ف‬:‫ َر‬:‫ ا‬::::‫ َع‬:َ‫ِ ت‬:‫ ل‬:‫ِئ َل‬:‫ ا‬:َ‫ ب‬:َ‫ ق‬:‫ َو‬:‫ ا‬:ً‫ب‬:‫ و‬:‫ ُع‬:::‫ش‬ :ُ :‫ ا‬:َّ‫ن‬:‫ل‬:‫ ا‬:‫ ا‬::::‫ َه‬:‫ َأ ُّي‬:‫ ا‬::::َ‫ي‬

:َّ: ‫ ِإ‬:ۚ :‫ ْم‬:‫ ُك‬:‫ ا‬:َ‫ ق‬:‫ هَّللا ِ َأ ْت‬:‫ َد‬:‫ِع ْن‬: :‫ ْم‬:‫ ُك‬:‫ َم‬:‫ر‬:َ :‫َأ ْك‬
:‫ ٌر‬:‫ِ ي‬:‫ ب‬:‫خ‬:َ :‫ ٌم‬:‫ِ ي‬:‫ ل‬:‫ َع‬:َ ‫ن هَّللا‬
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (ta’arofu)” (QS. Al-
Hujurat:13).0

Dari ayat diatas maka dapat diketahui bahwa kalimat ta’aruf itu berasal dari
bahasa arab yaitu “ta’arofu” (artinya: saling mengenal) dan secara istilah ta’aruf
adalah proses saling mengenal antara seseorang dengan orang lain dengan maksud
untuk saling mengerti dan memahami.0

Eliyyil Akbar, Ta’aruf dalam Khitbah Perspektif Syafi’i dan Ja’fari. Musawa, Vol.
0

14, No. 1, Januari 2015, h. 56.


0
Departemen Agama RI, Al-Qur`An dan Terjemahannya, Jawa Barat: Diponegoro,
2015, h. 745.
0
M.A. Tihami, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali
Press, 2009, h. 22-23.

11
12

Secara umum, ta’aruf adalah upaya sebagian orang untuk mengenal sebagian
yang lain. Maka, ketika kita berkenalan dengan seseorang baik itu tetangga, rekan
kerja, atau sesama penumpang kendaraan umum, dapat di sebut sebagai ta’aruf.
Tentunya, ta’aruf jenis seperti ini dianjurkan dengan siapa saja. Karena secara
tujuannya adalah untuk mengikat hubungan persaudaraan. Namun, terdapat batasan
tertentu yang harus dipatuhi, ketika proses ta’aruf dilakukan oleh dua lawan jenis
yaitu laki-laki dan perempuan. Ta’aruf atau perkenalan yang dianjurkan dalam agama
Islam adalah dalam batas-batas yang tidak melanggar aturan agama Islam itu sendiri.0

Sedangkan dalam konteks pernikahan, maka ta’aruf diartikan sebagai


“Aktivitas saling mengenal, mengerti dan memahami untuk tujuan meminang atau
menikah”.0 Ta’aruf ini pula masih menjadi bagian didalam suatu proses yaitu khitbah,
dikarenakan sebelum adanya proses khitbah atau peminangan adanya suatu proses
perkenalan yaitu ta’aruf tersebut.0

Ta’aruf pada konteks penelitian ini adalah proses saling mengenal antara laki-
laki dan perempuan dengan orientasi (tujuan) menuju pada jenjang pernikahan dan
membina sebuah rumah tangga. Sehingga, dalam ta’aruf tentu ada pertukaran
informasi terkait data diri dari masing-masing pasangan. Informasi yang diberikan
kepada masing-masing pasangan ta’aruf bertujuan sebagai referensi untuk
memberikan pertimbangan terkait kelanjutan dari proses ta’aruf itu sendiri.
Mekanisme umum dalam proses ini adalah ta’aruf (saling mengenal) – khitbah
(meminang), akad nikah (melangsungkan pernikahan).

Adapun rambu- rambu ta’aruf yang harus dipatuhi, salah satunya adalah tidak
boleh berdua- duaan. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa jika lawan

0
Muhammad Fauzil Adhim, Kupinang Engkau dengan Hamdalah, Yogyakarta : Mitra
Pustaka, 2008, h. 18.
0
M.A. Tihami, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali
Pres, 2009, h. 22-23.
0
Emma Desy Wulansari, Ta’aruf Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Pembatalan
Perkawinan dalam Hukum Islam, Jurist-Diction Vol. 1, No. 2, November 2018, h. 510.
13

jenis berdua-duaan, maka akan berpotensi untuk melakukan zina. 0 setiap anggota
bagian tubuh manusia berpotensi untuk melakukan zina, sehingga laki-laki dan
perempuan tidak boleh bercampur baur. Maka dari itu, dalam proses ta’aruf harus
menjaga pandangan, pendengaran, lisan, tangan-kaki serta hati yang tidak boleh
berlebihan dalam berkeinginan dan berangan-angan.0

Hukum dari ta’aruf adalah anjuran. Tidak ada tata cara secara terperinci
mengenai ta’aruf itu sendiri berbeda dengan hukum Fiqh seperti shalat, zakat, dan
lain sebagainya. Islam jelas melarang hubungan zina tapi tidak melarang perkenalan
antara pria dan wanita sebelum pernikahan. Metode ta’aruf ini bisa dijalankan oleh
siapapun meskipun metode ini identik dengan orang-orang yang taat pada aturan
Islam karena sifatnya yang berupa anjuran. Walaupun semua orang bisa melakukan
ta’aruf, tetapi tidak semua orang mau dan mampu melakukan proses ta’aruf. Hal ini
disebabkan oleh kompleksitas proses komunikasi pada saat ta’aruf itu sendiri.0

Apabila dalam berta’aruf adanya kecocokan maka dapat berlanjut pada proses
khitbah (lamaran) dan akad nikah. Khitbah merupakan proses setelah terjadinya
proses ta’aruf menemukan kecocokan. Yaitu proses melamar atau meminang pihak
pria ke pihak wanita. Khitbah merupakan pendahuluan untuk melangsungkan
perkawinan, disyari’atkan sebelum ada ikatan suami istri dengan tujuan agar
memasuki perkawinan didasarkan kepada penelitian dan pengetahuan serta kesadaran
masing-masing pihak.0 Ta’aruf adalah proses perkenalan yang bertujuan untuk
mewujudkan pernikahan. Bukan sekedar ingin kenal dan coba-coba siapa tau
berjodoh, namun ta’aruf menjadi mulia karena niatnya suci dan juga mulia. Ta’aruf
juga menjaga kesucian hubungan di atas nilai-nilai ilahiah (keTuhanan). Menjaga

0
Robith Muti’ul Hakim, Konsep Felix Siaw Tentang Ta’aruf Antara Calon Mempelai
Pria dan Calon Mempelai Wanita, Al-Ahwal, Vol. 07, No. 01, 2014, h. 27.
0
Muhammad Fauzil Adhim, Kupinang Engkau dengan Hamdalah, Yogyakarta : Mitra
Pustaka, 2008, h. 22.
0
Ridwansyah, Proses Komunikasi Interpersonal dalam Ta’aruf di Kota Banda Aceh,
Jurnal Komunikasi Global, Vol. 7, No. 1, 2018, h. 39.
0
Eliyyil Akbar, Ta’aruf dalam Khitbah, h. 57.
14

kehormatan diri dan juga pasangan. Tidak pula dilakukan disembarang tempat tanpa
aturan yang jelas. Ta’aruf juga melibatkan orang-orang terpercaya yang akan
memberikan arahan dan kenyamanan.0

B. Adab dan Tata Cara Ta’aruf


Dalam hukum Islam, proses dan tata cara taaruf sebelum pernikahan tidak
ditentukan secara konkrit, sehingga dianjurkan untuk melakukan taaruf sebagaimana
hubungan antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam
syariat Islam, dimana kedua calon pasangan yang belum menikah tidak dibiarkan
untuk berduaan tanpa didampingi mahramnya dan senantiasa menjaga pandangan
karena pandanganpun dapat menjadi suatu perbuatan yang mendekati zina. Oleh
karena itu, dalam taaruf terdapat perantara yang memfasilitasi komunikasi dan
interaksi di antara calon pasangan. 0
Taaruf sebagai proses pengenalan yang
difasilitasi oleh perantara yang mengenal masing-masing calon menjadi pilihan bagi
pasangan Muslim untuk menuju pernikahan dengan berlandaskan pada syariat Islam.
Pengenalan yang dimaksud pada konteks taaruf yang sesuai dengan syariat tidak
hanya sebatas mengenal nama dan wajah seseorang saja, namun jauh lebih mendetail,
terbuka dan jujur, seperti kebiasaan baik dan buruk, penyakit yang diderita,
pendidikan, keluarga dan lainnya. Peran perantara sebagai fasilitator pada proses
taaruf sangatlah penting sebab perantara menjadi orang yang akan dipercayakan
mengurus segala proses taaruf hingga menuju pernikahan. Perantara biasanya adalah
guru ngaji, ustadz atau ustadzah, teman yang sudah menikah, ataupun lembaga
khusus untuk proses taaruf sampai pernikahan. Selain itu pemilihan perantara
hendaknya memperhatikan beberapa hal seperti paham agama, dapat dipercaya,

0
Ahmad Fauzan Awaris, Nurul Hidayat, Penyesuaian Pasangan Pernikahan Hasil
Ta’aruf, E Sospol, Vol. 2, Edisi 1 Januari-April 2015, h. 61.
0
Hildawati, Ayu Lestari, Taaruf Online dan Offline: Menjemput Jodoh Menuju
Pernikahan, Jurnal Emik, Vol. 2 No. 2, Desember 2019, h. 130.
15

diutamakan yang sudah menikah, dan ada kedekatan secara personal dengan calon
pasangan. 0
Taaruf memiliki tahapan, tahapan tersebut meliputi: a) membuat biodata yang
berisi informasi mengenai pihak laki – laki dan perempuan, b) melakukan pertukaran
biodata melalui perantara, c) mengadakan pertemuan pihak laki – laki dan perempuan
yang difasilitasi perantara, d) mempertemukan kedua keluarga untuk mambangun
interaksi, e) menyelenggarakan lamaran.0
Dalam Islam, adab mendapat perhatian yang sangat serius. Penjagaan adab ini
mencerminkan keindahan Islam yang mulia. Secara khusus memang tidak ada adab
ta’aruf yang dinyatakan langsung oleh Rasulullah. Akan tetapi dalam kehidupan
sehari-hari beliau telah mencontohkan adab-adab tersebut. Hana L, menjelaskan di
dalam bukunya, bahwa adab-adab ta’aruf secara umum adalah;0
a. Melalui perantara
Perantara merupakan solusi dalam sebuah ta’aruf. Selain memberi
kemaslahatan juga dapat menghindari dari fitnah. Perantara ta’aruf mereka bisa
saja orang tua, ustadz atau ustadzah, teman, kerabat, ataupun orang yang
terpercaya. Syarat- syarat yang wajib dimiliki oleh perantara dalam ta’aruf yaitu
mereka yang paham Agama, dapat dipercaya, diutamakan yang sudah menikah,
serta yang ada kedekatan dengan kedua calon yang akan dita’arufkan.
b. Tidak ada rasa memiliki
Proses ta’aruf didalamnya tidak ada rasa memiliki satu sama lain. Batasan
tertentu membentangi dua orang yang sedang dalam masa ta’aruf. Diantaranya
tidak melakukan dua proses ta’aruf dengan orang yang berbeda dalam waktu yang
bersamaan.
c. Atas kemauan sendiri

0
Ari Pusparini, Agar Taaruf Cinta Berbuah Pahala, Yogyakarta : Pro-U Media, 2012,
h. 29.
Hana L, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syari Islam. Jakarta: Elex Media
0

Komputindo, 2010, h. 17.


0
Hana L, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syariat Islam, h. 31.
16

Seperti halnya pernikahan, ta’aruf yang merupakan proses menuju kesana


harus dilakukan atas kemauan sendiri. Tidak bileh ada unsur paksaan atau tekanan.
d. Ada niat baik diantara kedua belah pihak
Dua orang yang bertemu karena ukhuwah, insyaallah akan berakhir dengan
indah. Sebelum melakukan ta’aruf kedua belah pihak harus memiliki niat yang
baik. Yang denikian merupakan awal menuju kebahagiaan. Niat baik yang
muncul ini akan mendorong keduanya untuk sling memberikan yang terbaik.
e. Terjaga rahasia
Selama masa tersebut dan selanjutnya, segala informasi yang diperoleh akan
saling dijaga kerahasiaannya sehingga ketika proses terpaksa diputuskan tidak
menimbulkan fitnah. Kerahasiaan ini begitu diutamakan mengingat semua orang
punya hak untuk dijaga privasinya.
f. Mengatakan apa adanya
Banyak pasangan yang berpacaran sebelumnya mengaku, suaminya kini
berbeda pada saat masih pacaran. Baik karakter maupum kebiasaannya. Maklum
saja lantaran dalam pacaran pelakunya sering menampilkan hal-hal yang semu.
Berbeda halnya dengan ta’aruf, biasanya akan saling menyampaikan data apa
adanya. Namun demikian, tetap perlu digali informasi yang dalam dari berbagai
pihak.

Menurut pendapat yang lain juga disebutkan bahwa taaruf mempunyai adab dan
tata cara, yaitu meluruskan niat karena Tuhan, menjaga keseriusan taaruf, menjaga
kejujuran, melakukan nadzor (melihat), menerima dan menolak dengan baik, menjaga
syariat (aturan), mengajak pendamping, menjauhi tempat mencurigakan, menjaga
rahasia taaruf, serta melakukan shalat Istikharah untuk keputusan pernikahan.0

Taaruf berdasarkan syariat Islam dapat membawa banyak kebaikan dalam


hubungan taaruf yang akan dijalani. Taaruf dimaknai sebagai proses pengenalan
pranikah yang bersifat jujur, terbuka, dan keterlibatan perantara dinilai dapat
0
Widiarti, Tak Kenal Maka Taaruf. Solo: Era Adicitra Intermedia, 2010, h. 48.
17

menghindarkan pasangan taaruf dari berdua-duan dengan lawan jenis juga dapat
menjadi tempat curhat atau konsultasi karena perantara memiliki kedekatan hubungan
dengan masing-masing calon. taaruf dengan menggunakan perantara dapat menjaga
batasan-batasan berhubungan antara keduanya agar tetap berjalan pada koridor
syariat, sehingga tercipta kedamaian dan ketulusan.0
Konsep taaruf lebih indah dan santun karena dalam proses taaruf dibingkai
dengan akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam dan tidak ada kebohongan atau
kemaksiatan di antara salah satu pasangan. Hal ini berbeda dengan pacaran yang
selalu dibingkai dengan kemaksiatan dan penyimpangan antara keduanya.0

C. Ta’aruf Melalui Media Sosial

Taaruf pada umumnya dimulai melalui guru tempat menuntut ilmu agama,
ustadz atau ustadzah, sahabat yang berstatus menikah, dan kerabat keluarga yang
memulai memperkenalkan yang kemudian akan menjadi perantara keduanya dalam
proses taaruf. Dalam prosesnya, taaruf dijalankan secara terbuka terkait dengan
informasi yang diberikan oleh masing-masing pihak, yang tidak hanya sebatas
informasi demografik, seperti nama, alamat, usia, dan data diri lainnya, akan tetapi
juga informasi yang sifatnya lebih personal menyangkut keluarga, visi pernikahan,
riwayat penyakit tertentu, dll. Informasi ini tidak saja digali melalui pelaku taaruf,
tapi juga dari berbagai pihak (teman, sahabat, keluarga, tetangngga, dll.) yang
mengenal pihak yang bersangkutan ketika masih terdapat keraguan dari informasi
yang diberikan oleh yang bersangkutan, untuk memastikan bahwa calon tersebut
memang seperti apa yang disampingkan oleh dirinya sendiri.0

Seiring berjalannya waktu, Konsep taaruf kemudian berkembang di era


internet di zaman modern ini. Saat ini tidak hanya difasilitasi perantara yang

0
Eliyyil Akbar, Ta’aruf dalam Khitbah, h. 56.
0
Widiarti, Tak Kenal Maka Taaruf, h. 9.
0
Hildawati, Ayu Lestari, Menjemput Jodoh Menuju Pernikahan, Jurnal Emik, Vol. 2
No. 2, Desember 2019, h. 141.
18

mengenal calon, tapi taaruf juga dapat dilakukan secara online dengan difasilitasi
oleh website maupun media sosial, seperti Facebook, Instagram dan Whatsapp.
Sejumlah literatur telah menunjukkan bahwa taaruf dapat dilakukan secara online.
Berfokus pada aspek kriteria yang mendasari sikap perempuan dan laki-laki memilih
pasangan hidup menggunakan layanan situs taaruf adalah pendidikan, usia, pekerjaan,
daya tarik fisik, respon keluarga, dan etnik.0 Mengenai pesan dakwah tentang nikah di
media sosial Instagram menunjukkan bahwa salah satu dari delapan jenis pesan
dakwah yang disampaikan melalui media sosial Instagram adalah mengenai taaruf,
sebagai salah satu upaya untuk menargetkan kawula muda sebagai sasarannya.0

Pemanfaatan internet dalam mencari pasangan sudah dilakukan sejak lama,


mulai dari hanya sekedar mencari pasangan kencan, seperti Okcupid (sejak 2004) dan
Tinder (sejak 2012) yang merupakan media sosial yang dibuat khusus untuk mencari
pasangan kencan, maupun situ-situs mencari pasangan lebih islami, yaitu mencari
pasangan taaruf, diantaranya rumahtaaruf.com, ayotaaruf.com, dan
mawaddahindonesia.com, dan melalui situs-situs seperti inilah istilah taaruf online
mulai terbentuk. Kemudian, taaruf online tidak hanya terjadi dalam situs-situs yang
memang dibuat khusus untuk itu, tapi juga terjadi di media sosial yang umum
digunakan, seperti facebook dan Instagram. Banyak orang yang kemudian
membentuk grup atau akun khusus taaruf di media sosial Facebook, maupun
membuat akun-akun taaruf pada Instagram.

Taaruf online via Instagram merupakan proses taaruf yang difasilitasi secara
online oleh akun-akun taaruf pada media sosial Instagram. Jika pada taaruf offline
para pelaku taaruf berkenalan melalui perantara oleh orang yang mengenal pelaku
taaruf secara personal, maka pada taaruf online perkenalan dilakukan di media sosial

0
Rahmania, N. Z. dan Pamungkas, Komunikasi Interpersonal Komunitas Online
www.rumahtaaruf.com, Jurnal Manajemen Komunikasi, Vol. 03, No. 01, 2018, h. 51-66.
0
Supratman, L. P. dan Mardianti, P. 2016. Komunikasi Interpersonal Pasangan
Suami-Istri Yang Dipertemukan Melalui Taaruf Online di www.rumahtaaruf.com, Jurnal
Penelitian Komunikasi, Vol. 19, No. 2, h. 165-178.
19

Instagram, yakni diperantarai oleh akun-akun yang memang dibuat untuk tujuan
taaruf dimana pemilik dan admin akun tersebut tidak mengenal para peserta secara
personal. Terdapat dua macam peran dalam pengelolaan akun taaruf yaitu peran
sebagai pemilik akun dan peran sebagai admin akun. Pemilik akun ialah orang yang
membuat akun taaruf, sehingga ia memiliki hak penuh dalam menetapkan segala
aturan dalam akun yang dibuatnya, sedangkan admin akun ialah orang yang bertugas
mengelola akun, seperti mengunggah postingan dan membalas direct message.
Umumnya, dalam mengelola akun dibutuhkan biaya-biaya operasional seperti biaya
untuk kuota internet dan biaya membayar jasa admin (orang yang mengelola akun).
Oleh karena itu, setiap orang yang ingin melakukan taaruf melalui akun Instagram
akan dikenakan biaya administrasi yang jumlahnya ditentukan oleh pemilik akun,
yang akan didiskusikan kemudian.0

Prosedur taaruf di media sosial itu sendiri terdiri atas dua tahapan, yaitu
tahapan taaruf awal dan tahapan taaruf lanjutan. Adapun tahapan awal terdiri dari
beberapa langkah, yaitu: menyampaikan niat kepada admin, admin mengklarifasi niat
calon peserta, membayar biaya pendaftaran, peserta mengisi biobata, admin
mengunggah biodata peserta, sampai disini peserta menunggu ada yang berminat
pada biodata mereka dan melanjutkan dengan ber-taaruf. Jika sudah merasa cocok
maka dapat dilanjutkan dengan tahap lanjutan, yaitu berkomunikasi antar pihak
sampai tercapainya kesepakatan lamaran jika keduanya sudah benar-benar yakin
untuk melanjutkan.0

Fenomena pacaran yang saat ini telah menjadi hal yang umum di kalangan
kaum lajang dan merupakan hal yang melenceng dari ajaran agama. Oleh karenanya,
akun taaruf diharapkan dapat membantu kaum Muslim dalam menemukan pasangan
dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam. Berdasarkan hal ini, akun taaruf juga
bisa dikatakan sebagai salah satu media dakwah dengan mengajak orangorang untuk

0
Hildawati, Ayu Lestari, Menjemput Jodoh Menuju Pernikahan, h. 131.
0
Hildawati, Ayu Lestari, Menjemput Jodoh Menuju Pernikahan, h. 138.
20

menghindari perbuatan yang siasia dalam memilih pasangan (seperti berpacaran),


melainkan ber-taaruf dengan memanfaatkan media sosial.

D. Ta’aruf dalam Islam

Islam memiliki etika dalam pergaulan dan mengadakan perkenalan antara pria
dan wanita sebelum menuju jenjang pernikahan, dimana tahapan awal pada umumnya
melalui proses ta’aruf. Dalam islam tidak disebutkan secara konkrit mengenai tata
cara taaruf tersebut, namun tentunya taaruf ini harus dibingkai dengan syariat islam.
Dengan demikian, islam memiliki etika dalam pergaulan dan mengadakan perkenalan
antara pria dan wanita sebelum menuju jenjang pernikahan. Setelah bertemu dan
tertarik satu sama lain, dianjurkan untuk dapat mengenal kepribadian, latar belakang
sosial, budaya, pendidikan, keluarga, maupun agama kedua belah pihak. Dengan tetap
menjaga martabat sebagai manusia yang dimuliakan Allah, artinya tidak terjerumus
pada perilaku tak senonoh, bila di antara mereka berdua terdapat kecocokan, maka
bisa diteruskan dengan saling mengenal kondisi keluarga masing-masing, misalnya
dengan jalan bersilaturahmi ke orang tua keduanya.0

Dalam upaya ta’aruf dengan calon pasangan, pihak laki-laki dan perempuan
dipersilahkan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan
masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua itu harus
dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak diperbolehkan dilakukan hanya berdua
saja, tetapi harus ada yang mendampinginya dan yang utama adalah wali atau
keluarganya. Jadi ta’aruf bukanlah bermesraan berdua, tapi lebih kepada pembicaraan
yang bersifat realistis untuk mempersiapkan kehidupan rumah tangga. Masing-
masing calon pasangan dapat melihat dan menilai fisik calonnya masing-masing.
Begitupun pria yang dapat bertemu langsung untuk melihat wajah dan telapak tangan
0
M.A. Tihami, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali Pres,
2009, h. 23.
21

calon pasangannya. Selain urusan melihat fisik, ta’aruf juga harus menghasilkan data
yang berkaitan dengan sikap, perilaku, pengalaman, cara kehidupan dan lain-lainnya.
Hanya saja, semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai dengan
koridor Syariat Islam. Minimal harus ditemani orang lain baik dari keluarga calon
istri atau dari calon suami.0

Imam syafi’i mempunyai pandangan terhadap batasan dalam ritual pranikah


atau taaruf sebagai cara untuk mencapai suatu kesepakatan, yaitu yang pertama
adalah menjaga atau menahan pandangan maksudnya adalah menjaga pandangan agar
tidak dilepaskan begitu saja tanpa kendali sehingga dapat menelan perempuan atau
laki-laki yang beraksi.0 Hal tersebut seperti pesan Rasulullah kepada Ali r.a:

“Hai Ali, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu
hanya boleh pada pandangan pertama, adapun yang berikutnya tidak boleh.”
(Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmizi).0
Imam Syafi’i mengatakan, Allah telah mewajibkan kedua mata untuk tidak
digunakan melihat apa yang Dia haramkan dan sebaliknya, selalu menundukkan
pandangan dari apa yang dilarang karena zina mata tercipta karena melihat seperti
Rasulullah S.A.W menganggap pandangan liar dan menjurus kepada lain jenis,
sebagai satu perbuatan zina mata. Allah berfirman dalam QS. An-Nur (24:30) :

َ ‫ُوج ُه ْم ۚ ٰ َذل َِك َأ ْز َك ٰى لَ ُه ْم ۗ ِإنَّ ٱهَّلل َ َخ ِبي ۢ ٌر ِب َما َيصْ َنع‬


‫ُون‬ ۟ ‫ظ‬
َ ‫وا فُر‬ ُ ‫ْصر ِه ْم َو َيحْ َف‬ ‫َأ‬ ۟ َ ‫قُل لِّ ْلمُْؤ ِمن‬
ِ َ ٰ ‫ِين َي ُغضُّوا مِنْ ب‬
“Katakanlah kepada orang-orang mukmin agar menundukkan pandangan mereka
dan memelihara kehormatan mereka, yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.0

0
Fuad Shalih, Untukmu Yang Akan Menikah & Telah Menikah, Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2005, h. 130.
0
Eliyyil Akbar, Ta’aruf dalam Khitbah, h. 59.
0
Ibnu Mas’ud, Edisi Lengkap Fiqih Madzhab Syafi’I, Buku 2: Muamalat, Munakahat,
Jinayat, Bandung: Pustaka Setia, 2007, h. 343.
0
Al-Qur’an dan Terjemahan, Jakarta: Syamil, 2007, h. 357.
22

Konsep Imam Syafi’i dalam memandang, laki-laki tidak diperbolehkan


melihat perempuan selain muka dan kedua telapak tangan karena selain kedua
tersebut adalah aurat. Memandang dalam konteks munakahat bisa diartikan sebagai
melihat kepada calon pasangan dengan tujuan mengenali dari kedua pihak agar tidak
menimbulkan penyesalan antara keduanya apabila pernikahan sudah dilangsungkan.
Islam membenarkan memandang wanita khusus kasus pernikahan. 0

Kedua, menjaga hijab atau perhiasan. Lafadh az-ziinah yang merupakan


perhiasan pada Surat An-Nur adalah perhiasan dhahir yaitu pakaian. Lafadh az-ziinah
(perhiasan) banyak diulang dalam Al-Qur’an, di mana yang dimaksudkan adalah
perhiasan luar yang bukan asal dari badan maupun tubuh (seorang wanita).
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-A’raf (7:31) :

۟ ‫ُوا َواَل تُس‬


m۟ ‫وا َوٱ ْش َرب‬
۟ ُ‫م ِعن َد ُك ِّل م ْس ِج ٍد َو ُكل‬mْ ‫وا زينَتَ ُك‬
۟
ِ ‫ْرفُ ٓوا ۚ ِإنَّ ۥهُ اَل ي ُِحبُّ ْٱل ُمس‬
َ‫ْرفِين‬ ِ َ ِ ‫َ ٰيبَنِ ٓى َءا َد َم ُخ ُذ‬

“Hai anak Adam, pakailah perhiasanmu (pakaianmu) yang indah di setiap


(memasuki) masjid! Makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.
Makna yang tersurat dari ayat tersebut terkait pakaian merupakan larangan
memakai pakaian secara berlebih-lebihan yang melebihi batas kebiasaan (kewajaran),
bermewah-mewahan di luar batas kewajiban, melampaui batas halal menuju zona
keharaman. Dalam konteks ta’aruf, wanita yang dipinang dianjurkan untuk tidak
menampakkan anggota tubuhnya melainkan dengan menutupinya dengan pakaian
yang tidak berlebihan, artinya mengenakan pakaian yang menutup aurat. Menurut
Imam Syafi’i, tidak diperbolehkan wanita bersolek dengan baju (tazayyun bi tsiyab)
yang memang dimaksudkan untuk berhias.0 Islam memerintahkan wanita untuk
mengenakan hijab yang dijelaskan dalam QS. An-Nur (24:31) :

Mohammad Nidzam Abdul Kadir, Soal Jawab Remeh Temeh Tentang Nikah Kawin
0

Tapi Anda Malu Bertanya, Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2008, h. 19.
0
http://mediaumat.com/ustadz-menjawab/3571-71- larangan-larangan-bagi-
perempuan-dalam-masa-berkabungihdad.html diunduh hari minggu tanggal 7 Agustus 2020,
pukul 08.00.
23

ِ ِ ِ ِ
َ ‫ َو اَل ُي ْب د‬:ۖ ‫ض ِر بْ َن ب ُخ ُم ِر ه َّن َع لَ ٰى ُج يُ وب ِه َّن‬
‫ين‬ ْ َ‫َو لْي‬
‫ِز ينَ َت ُه َّن‬
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung (jilbab) ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya… dan janganlah mereka memukulkan
kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.”
Kesemuanya ini dimaksudkan agar wanita jangan sampai membangkitkan
nafsu seksual kaum pria.

Ketiga, menjaga diri dari berkhalwat (berduaan) yang merupakan aksi


menyendiri, mengasingkan diri dan memecilkan diri.0 Jika mau bertemu dengan yang
dilamar atau calon yang dilamar, maka wanita ditemani mahramnya yang sudah
dewasa karena syaitan akan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua yang
menjadi penengah di antara keduanya dengan membisikkan mereka (untuk
melakukan kemaksiatan) dan menjadikan syahwat mereka bergejolak dan
menghilangkan rasa malu dan sungkan dari keduanya, sampai akhirnya syaitan
menyatukan mereka berdua dalam kenistaan atau menjatuhkan mereka pada perkara
yang lebih ringan dari kenistaan yaitu perkara yang menjadi awal pada perzinaan.

Dalam segi ibadah yang agung yaitu shalat, Imam Syafi’i memberi penegasan
haramnya khalwat antara laki-laki dan wanita kecuali ada mahram dari pihak
keduanya yang ritual shalat jauh dari pikiran yang kotor dan imam berada di depan
makmum yang tidak bisa dilihat. Secara garis besar dalam kegiatan di luar ibadah
shalat khususnya ta’aruf dalam khitbah khalwat juga diharamkan jika dilakukan tanpa
ada mahram atau wali dari pihak perempuan.

Keempat, zina merupakan tindakan melihat lawan jenis yang disertai dengan
bersyahwat. Imam syafi’i mengatakan bahwa zina adalah dosa besar yang bala’
akibatnya mengenai semesta keluarganya, tetangganya, keturunannya. Dari pendapat

M.Abdul Mujib, Ahmad Ismail, Syafi’ah, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali


0

Mudah Memahami dan Menjalankan Kehidupan Spiritual, Jakarta: PT. Mizan Publika, 2009,
h. 239.
24

Imam Syafi’i dapat dimaknai bahwa dalam ta’aruf tidak diperbolehkan melakukan
zina karena para ulama sepakat bahwa zina merupakan dosa yang sangat besar.
Dalam ta’aruf dianjurkan untuk menghindari perkara yang akan menarik ke perbuatan
zina. Dari aturan di atas memperjelas bahwa proses perkenalan dalam Islam tidak
boleh melenceng dari keempat hal tersebut. Sehingga, proses perkenalan pasangan
yang diakui dalam Islam adalah proses yang tetap menjaga aturan yang ada.0

Islam juga mengatur mengenai kedudukan anak yang lahir, status kedua belah
pihak, dan akibat hukum lainnya dari perkawinan yang di sebabkan karna zina
dimana kedua mempleai melangsungkan pernikahan karna mempelai perempuan
sedang mengandung. Menurut Wahbah Zuhaili, dalam buku Fiqh Islāmī wa
Adillatuhu bahwa anak dengan ibu secara alami telah mempunyai hubungan nasab
dari setiap sisi kelahiran. Kaitannya dengan anak zina atau anak luar nikah, ulama
sepakat bahwa antara anak dengan ayah terputus nasabnya disebabkan oleh kelahiran
anak yang dihasilkan dari hubungan tidak syar’ī.0 Dalam fiqih Islam juga dijelaskan
bahwa seorang anak dapat dikatakan sah memiliki hubungan nasab dengan ayahnya
jika terlahir dari perkawinan yang sah. Sebaliknya anak yang terlahir di luar
perkawinan yang sah, tidak dapat disebut dengan anak yang sah, melainkan biasa
disebut dengan anak zina atau anak di luar perkawinan yang sah.0

Berdasarkan kekhawatiran yang kemungkinan akan terjadi mengingat di


zaman ini tren pacaran sudah menjadi hal yang lumrah, dimana zina sudah menjadi
bagian dari pacarana tersebut, maka ta’aruf dapat menjadi salah satu upaya
pencegahan atas kemungkinan terjadinya hal-hal tersebut. Seperti yang telah kita
ketahui bahwa ta’aruf adalah proses perkenalan antara dua pihak yang saling tertarik

0
Eliyyil Akbar, Ta’aruf dalam Khitbah, h. 63.
0
Wahbah Zuhaili, Fiqh Islāmī wa Adillatuhu; Hak-hak Anak, Wasiat, Wakaf dan
Warisan, (terj: Abdul Hayyie Al-Kattani), jilid 10, Jakarta: Gema Insani, 2011, h. 58.
0
Amir Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Hukum
Perdata Islam Di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fiqh, UU No
1/1974 Sampai KHI, cet. 3, Jakarta: kencana, 2006, h. 276.
25

dan berniat untuk menuju jenjang yang lebih serius dengan di dampingi perantara
atau mahramnya di setiap proses dari awal sampai akhir.

E. Ta’aruf Perspektif Hukum di Indonesia

Ta’aruf memang tidak di jelaskan secara rinci di dalam Undang-Undang


perkawinan di Indonesia, namun taaruf dapat berkaitan dengan upaya
mewujudkannya pernikahan dan rumah tangga yang sesuai dengan syarat-syarat sah
perkawinan yang sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia.
Pengertian perkawinan tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974
(Selanjutnya disebut UU Perkawinan), yaitu dalam Pasal 1 yang menyatakan bahwa
perkawinan ialah suatu ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri yang memiliki tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan
kekal dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut Istilah
Hukum Islam Kawin sama dengan Nikah atau kata Zawaj, yang mana menurut Syara’
memiliki maksud “Akad (ijab qabul) antara awali calon isteri dan mempelai laki- laki
dengan ucapan-ucapan tertentu dan memenuhi rukun dan syaratnya”.0

Hukum Islam di Indonesia dalam mengatur mengenai perkawinan selain


peraturan perundang-undangan terkait tetap mengacu kepada Al-Qur‟an dan
beberapa hadist sunnah. Pengaturan mengenai perkawinan dalam Pengadilan Agama
maupun Pengadilan Negeri berpedoman pada UU Perkawinan, sedangkan yang
menjadi pedoman hakim dalam proses penyelesaian perkara di Pengadilan Agama
adalah UUP dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Selanjutnya disebut PP
No. 9 Tahun 1975), kemudian yang menjadi rujukan hakim selain peraturan
perundang-undangan adalah Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun

0
Zahri Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang
Perkawinan Di Indonesia, Binacipta: Yogyakarta, 1976, h. 1.
26

1999 tentang Kompilasi Hukum Islam (selanjutnya disebut KHI). Dalam Agama
Islam keabsahan suatu perkawinan harus memenuhi dan tidak melanggar syarat sah
perkawinan dan rukun perkawinan. Syarat-syarat sahnya perkawinan diatur dalam
Pasal 6 hingga Pasal 12 UU Perkawinan.0

Syarat-syarat perkawinan diatur dalam UU Perkawinan dan KHI yang mana


apabila ditemukan pelanggaran dan tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan
dapat dilakukan pembatalan perkawinan. Pengaturan mengenai pembatalan
perkawinan terdapat dalam Pasal 22 hingga Pasal 28 UU Perkawinan dan Pasal 70
hingga Pasal 76 KHI.0

Pada kenyataannya masih banyak kejadian di masyarakat yang melakukan


perkawinan dengan syarat yang tidak terpenuhi dan syarat yang dilanggar baik itu
yang terdapat dalam UU Perkawinan maupun dalam Hukum Islam yang terdapat pada
KHI. Tidak terpenuhinya syarat sah tersebut dapat menimbulkan pembatalan
perkawinan yang akan berdampak kepada akibat hukum terhadap kedudukan sah atau
tidaknya seorang anak yang lahir dari perkawinan tersebut, status kedua belah pihak,
dan beberapa akibat hukum lainnya seperti berkaitan dengan harta dalam
perkawinan.0 Alasan-alasan pembatalan perkawinan yang sering kali diajukan di
pengadilan adalah mengenai salah sangka antara kedua belah pihak dikarenakan
kurang mengenalnya antar calon mempelai sehingga tidak terpenuhinya syarat-syarat
perkawinan. Hal tersebut sering kali menjadi kendala di masyarakat karena tidak
diberlakukannya suatu lembaga yang bernama lembaga ta’aruf. Dengan taaruf yang
menggunakan perantara dalam hubungan kedua belah pihak, di harapkan dapat
mengurangi hal-hal yang bersifat tidak jujur dalam menyampaikan identitas diri
maupun identitas keluarga dari kedua calon mempelai. Perkenalan yang di awasi
0
Emma Dessy Wulansari, Taaruf dalam Hukum Islam, Jurist Diction, Vol. 1 No. 2,
November 2018, h. 439.
0
Zahri Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang
Perkawinan Di Indonesia, h. 18.
0
Emma Dessy Wulansari, Taaruf dalam Hukum Islam, h. 230.
27

perantara tentu mencegah terjadinya kesalahpahaman yang kemungkinan akan terjadi


antara kedua calon mempelai. Selain itu dapat menghindari kemungkinan ternyata
salah satu pihak tanpa diketahui masih terikat perkawinan dengan perkawinan
sebelumnya. Salah sangka antara kedua belah pihak dan akibat buruk lain yang
muncul dikemudian hari karena kurangnya informasi dan ketidak tahuan latar
belakang calon mempelai, calon suami maupun calon isteri sebelum melangsungkan
perkawinan.0

Ta’aruf ini adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya pembatalan
perkawinan di kemudian hari karena kurang mengenal calon pasangan maupun
keluarganya.

0
Emma Dessy Wulansari, Taaruf dalam Hukum Islam, h 218.
Selain sebagai upaya untuk mewujudkan perkawinan yang sah, ta’aruf ini erat
sekali kaitannya dengan zina. Ta’aruf sendiri bertujuan untuk menghindari adanya
zina yang akan menimbulkan banyak mudharat, salah satunya kelahiran anak di luar
pernikahan. Tentu Undang-Undang telah mengatur tentang kedudukan anak yang
lahir di luar pernikahan akibat zina. Hal tersebut di atur dalam Undang-Undang
perkawinan No.1 Tahun 1974 pasal 42-44, yang berbunyi:

Pasal 42:

Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan
yang sah.

Pasal 43:

(1) Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata
dengan ibunya dan keluarga ibunya.
Pasal 44:
(2) Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan oleh isterinya,
bilamana ia dapat membuktikan bahwa istrinya telah berzina dan anak itu akibat
dari perzinaan tersebut.

Dari bunyi Undang-Undang di atas telah disimpulkan bahwa zina adalah hal
yang menimbulkan akibat yang fatal, dimana anak hanya akan mempunyai hubungan
perdata dengan ibunya, tidk dengan ayahnya. Ta’aruf adalah salah satu cara
perkenalan sebelum pernikahan dengan tujuan utama yaitu menghindari zina yang
biasanya di lakukan oleh muda-mudi yang berpacaran bebas.

Proses ta’aruf yang diatur sedemikian rupa dengan didampingi oleh


mahramnya disetiap tahapnya, dipastikan akan menghasilkan perkawinan yang sah
dan anak yang sah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang perkawinan. Jadi,
meskipun ta’aruf ini tidak diatur dalam Undang-Undang secara mutlak, namun ta’aruf
yang berkaitan dengan proses pernikahan ini, dapat dikaitkan dengan beberapa

28
29

ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang, yaitu ta’aruf sebagai upaya untuk
mewujudkan perkawinan yang sah sesuai Undang-Undang, serta dapat menghindari
zina dan menyelamatkan kedudukan anak hasil zina yang hanya akan memiliki
hubungan perdata dengan ibunya sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1974
Pasal 42 sampai 44.
30

BAB III

PRAKTIK TA’ARUF ONLINE DI MEDIA SOSIAL

A. Profil Akun Ta’aruf Online


Pemanfaatan internet dalam mencari pasangan sudah dilakukan sejak lama,
mulai dari hanya sekedar mencari pasangan kencan, seperti Okcupid (sejak 2004) dan
Tinder (sejak 2012) yang merupakan media sosial yang dibuat khusus untuk mencari
pasangan kencan, maupun situ-situs mencari pasangan lebih islami, yaitu mencari
pasangan taaruf, diantaranya akun insatgram rumahtaarufMyQuran, taaruf.co.id,
taarufonline.id, taaruf_nikah, taaruf_yuk. Mmelalui situs-situs seperti inilah istilah
taaruf online mulai terbentuk. Kemudian, taaruf online tidak hanya terjadi dalam
situs-situs yang memang dibuat khusus untuk itu, tapi juga terjadi di media sosial
yang umum digunakan, seperti facebook dan Instagram. Banyak orang yang
kemudian membentuk grup atau akun khusus taaruf di media sosial Facebook,
maupun membuat akun-akun taaruf pada Instagram. Instagram dipilih sebagai setting
penelitian dimana akun-akun taaruf sebagai fokus penelitian. Instagram dipilih karena
merupakan salah satu media sosial yang populer di dunia, dan Indonesia bahkan
menempati peringkat empat besar pengguna Instagram di dunia. Akun-akun taaruf
tersebut berdomisili di Instagram serta memanfaatkan Whatsapp sebagai media
komunikasi.
Taaruf online via Instagram merupakan proses taaruf yang difasilitasi secara
online oleh akun-akun taaruf pada media sosial Instagram. Jika pada taaruf offline
para pelaku taaruf berkenalan melalui perantara oleh orang yang mengenal pelaku
taaruf secara personal, maka pada taaruf online perkenalan dilakukan di media sosial
Instagram, yakni diperantarai oleh akun-akun yang memang dibuat untuk tujuan
taaruf dimana pemilik dan admin akun tersebut tidak mengenal para peserta secara
personal.
31

Akun taaruf dalam konteks ini merupakan akun Instagram yang difungsikan
sebagai media atau perantara bagi orang-orang yang ingin mencari pasangan dengan
cara taaruf. Untuk menemukan akun semacam ini, cukup dengan mengetikkan kata
“taaruf” pada kolom pencarian. Pengikut akun taaruf cukup banyak, satu akun bisa
memiliki ratusan ribu followers. Kemudian di cari beberapa akun Ta’aruf Online
dengan jumlah followers yang paling banyak dan paling aktif, kemudian
mendapatkan izin untuk pengambilan data dari beberapa akun tersebut, di antaranya
adalah akun Instagram Ta’arufonline.id dengan 11,8 ribu followers, ta’aruf_nikah
dengan 154 ribu followers, ta’aruf.co.id dengan 186 ribu followers, dan taaruf_yuk
dengan 34,4 ribu followers dan rumahtaarufMyQuran dengan 8,6 ribu followers.
Masing-masing mempunyai prosedur yang mirip walaupun ada sedikit yang berbeda.
Salah satunya ada taarufonline.id yang berbasis aplikasi sehingga pengikut harus
mendownload aplikasi taaruf tersebut terlebih dahulu dan mengikuti prosedur sesuai
petunjuk yang tertera dalam aplikasi.

Berikut adalah gambar profil akun Instagram taarufonline.id0:

0
Screenshoot Profil Akun Instagram Taarufonline.id.
32

Ada juga rumahtaarufMyQuran yang berbasis komunitas, sehingga harus bergabung


dan menjadi anggota komunitas tersebut terlebih dahulu baru dapat melakukan taaruf
dengan perantara rumahtaarufMyQuran jika anggota bersedia.

Berikut adalah gambar profil dari akun Instagram rumahtaarufMyQuran0:

Dan ada juga yang murni dilakukan melalui Instagram dan whatsapp sebagai media
komunikasi selanjutnya seperti taaruf.co.id, taaruf_yuuk, dan taaruf_nikah.

Berikut adalah gambar dari akun-akun tersebut0:

0
Screenshoot Profil Akun Instagram RumahtaarufMyQuran.
0
Screenshoot Profil Akun Instagram Taaruf.co.id, Taaruf_yuuk, dan Taaruf_nikah.
33
34

Akun-akun taaruf ini memiliki tujuan yang sama yaitu membantu para
followersnya yang berminat menikah untuk mendapatkan pasangan sesuai dengan
kriterianya, namun ada pula tujuan lain yang akan di bahas di sub bab selanjutnya.
Isi dari akun-akun instagram ini adalah berupa postingan-postingan dakwah
tentang tata cara menjalin hubungan antara laki-laki dan perempuan yang sesuai
dengan syari’at islam. Terdapat pula postingan berupa motivasi bagi para jomblo
untuk segera mendapatkan pasangan. Jomblo sendiri ialah istilah yang merujuk pada
orang yang belum menikah. Jika merujuk pada KBBI, bentuk baku dari penulisan
kata jomblo adalah jomlo, namun dalam akun-akun taaruf mereka menuliskannya
dengan kata jomblo. Menurut KBBI jomlo adalah pria atau wanita yang tidak
memiliki pasangan hidup.0. Secara umum pasangan yang disebutkan dalam
pengertian jomblo ini dimaknai sebagai pacar. Namun dalam akun-akun taaruf kata
jomblo hanya merujuk pada orang yang usianya telah dianggap cukup untuk
menikah, namun masih berstatus lajang. Dalam akun-akun tersebut terdapat pula
beberapa testimoni dari para followers yang menggunakan akun tersebut sebagai
perantara untuk mencari pasangan.

B. Prosedur Ta’aruf Online

Setiap akun taaruf online memiliki prosedur yang berbeda. Hal ini di ketahui
berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari masing-masing akun. Perbedaan ini
rata-rata terdapat dalam proses komunikasi setelah peserta menyatakan
ketertarikannya terhadap peserta lawan jenisnya. Langkah awal untuk dapat bertaaruf
melalui akun media sosial umumnya sama, yaitu mengisi data diri dalam formulir
yang tersedia. Hanya saja berbeda wadahnya, misalnya akun taaruf_nikah,
taaruf.co.id, dan taaruf_yuk yang menggunakan DM atau pesan instagram sebagai
langkah awal calon peserta untuk mengajukan diri mengikuti taaruf online ini. Lalu
admin instagram akan mengarahkan calon peserta untuk membuka link whatsapp

0
https://kbbi.web.id/jomlo diakses tanggal 18 Desember 2020.
35

dimana di dalam whatsapp tersebut terdapat form yang telah di sediakan dan calon
peserta wajib untuk mengisi data diri sesuai dengan form yang tersedia tersebut. 0

Berbeda halnya dengan akun Taarufonline.id, taarufonline.id menggunakan


instagram hanya sebagai wadah promosi dan menggunakan aplikasi sebagai wadah
calon peserta untuk mendaftarkan diri. Calon peserta akan di arahkan untuk
mendownload aplikasi taarufonline.id dimana dalam aplikasi tersebut calon peserta
akan mengisi form berisi data diri. 0 Setelah mengisi data diri, akun-akun tersebut
akan meminta calon peserta untuk membayar biaya administrasi yang harganya
berkisar antara 70ribu sampai 200ribu rupiah.0 Selanjutnya akun
rumahtaarufMyQuran yang berbasis komunitas mewajibkan pesertanya untuk
bergabung sebagai anggota, kemudian akan di wajibkan mengikuti kajian atau grup
training ta’aruf. Setelah mengikuti training, anggota di berikan kebebasan untuk
memilih akan bertaaruf di rumahtaarufMyQuran atau di media taaruf yang lain.0

Pengelola akun memiliki alasan yang sama ketika ditanya mengenai untuk apa
biaya tersebut. Syifa, salah satu pengelola akun mengatakan:

“..Biaya pendaftaran tersebut diadakan untuk menyaring para calon peserta


yang serius ingin bertaaruf. Mereka menilai, calon peserta yang tidak serius
bertaaruf atau hanya ingin main-main dalam mencari pasangan biasanya akan
keberatan jika diminta untuk membayar. Berbeda halnya dengan calon
peserta yang serius untuk bertaaruf, mereka tidak akan keberatan karna niat
mereka adalah mencari pasangan untuk dapat menikah dan membangun
rumah tangga bersama.”0
Setelah membayar biaya administrasi, calon peserta baru dapat dinyatakan lolos
dan tergabung sebagai peserta. Selanjutnya adalah proses pengunggahan CV atau data
diri para peserta. dalam step ini, masing-masing akun memiliki prosedur dan
0
Wawancara dengan Tiana, Revi, dan Husna sebagai Admin dari Akun Instagram
Taaruf_nikah, Taaruf.co.id, dan Taaruf_yuk pada tanggal 18 dan 21 November 2020.
0
Wawancara dengan Syifa sebagai Manager dari Taarufonline.id pada tanggal 19
November 2020.
0
Wawancara dengan Tiana, Revi, Husna, dan Syifa.
0
www.rumahtaaruf.com
0
Wawancara dengan Syifa.
36

ketentuan yang berbeda. Akun taaruf_nikah memilih untuk menyerahkan kepada


peserta bagaimana data diri mereka akan di unggah.0 Tiana mengatakan:

“...Jika calon peserta bersedia untuk diunggah data dirinya secara lengkap
dengan foto dan kontak pribadi, maka admin akan mengunggah sesuai dengan
permintaan dan kesediaan peserta. Namun, jika peserta hanya bersedia di
unggah data diri tanpa foto dan kontak pribadi maka admin akan mengunggah
CV dengan mem-blur foto peserta dan menyantumkan kontak kerabat peserta
untuk dihubungi oleh peserta yang tertarik dengan CV nya.”0
Admin akun yang menggunakan sistem ini menganggap bahwa admin dan team
tidak pantas menjadi perantara sampai dengan proses taaruf karna tidak mengenal
sama sekali peserta taaruf, dan menilai bahwa orang yang kenal peserta lebih cocok
dijadikan perantara dalam proses taaruf.0

Berikut adalah gambar salah satu postingan peserta yang mengikuti ta’aruf di
akun taaruf_nikah0:

0
Wawancara dengan Tiana sebagai Admin dari Akun Taaruf_nikah pada tanggal 18
November 2020.
0
Wawancara dengan Tiana.
0
Wawancara dengan Tiana.
0
Screenshoot Postingan Akun Instagram Taaruf_nikah.
37

Terlihat dalam postingan dan caption pada gambar di atas, peserta boleh
memilih bagaimana kontak pribadi atau foto akan di tampilkan.

Berbeda lagi dengan akun taaruf_yuuk, taarufonline.id dan taaruf.co.id, yang


lebih memilih merahasiakan foto dan kontak pribadi peserta sampai mereka benar-
benar mantap untuk melanjutkan ke proses khitbah. Admin akun ini menjembatani
sekaligus mendampingi peserta dari awal sampai proses khitbah. 0 Di dalam aplikasi
taarufonline.id, foto peserta akan terbuka otomatis jika peserta yang tertarik telah
menyatakan ingin melanjutkan ke tahap pertemuan. Komunikasi mereka juga diawasi
oleh admin kedua akun ini. Mereka tidak di perkenankan untuk berhubungan secara
pribadi tanpa adanya perantara. Proses pertemuan pun akan di atur dan di dampingi
oleh team dari akun tersebut. Di taarufonline.id, peserta akan bertemu di domisili
peserta perempuan, peserta laki-laki datang seorang diri, sedangkan peserta
perempuan didampingi keluarga atau mahram, juga dengan team dari akun
taarufonline.id.0

0
Wawancara dengan Husna, Revi, dan Syifa.
0
Wawancara dengan Syifa.
38

Berikut adalah gambar dari postingan peserta dari masing-masing akun


tersebut0:

Terlihat dari gambar di atas bahwa akun-akun tersebut menjaga kerahasiaan


kontak dan foto pribadi peserta.

Setelah melewati proses-proses tersebut, peserta dapat berjalan mandiri


menentukan apakah akan lanjut ke khitbah lalu menikah, atau berhenti sampai
pertemuan saja atau bahkan berhenti saat masih dalam proses tanya jawab melalui
chat sebelum pertemuan. Perbedaan ketentuan di masing-masing akun tersebut
membuat sebuah pertanyaan, apakah peserta yang mencantumkan kontak pribadi
kemudian berhubungan intens tanpa perantara atau mahram masih dapat disebut
sebagai proses taaruf?

0
Screenshoot Postingan Akun Instagram Taaruf.co.id dan Taaruf_yuuk.
39

C. Motif dan Tujuan Akun Ta’aruf Online


Seperti yang telah di sebutkan di atas, tujuan dari di buatnya taaruf di media
sosial ini umumnya adalah sama, yaitu membantu para jomblo untuk segera
mendapatkan pasangan dengan cara dan jalan yang benar. Berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu team dari akun taarufonline.id, Syifa, Ia mengatakan
bahwa di bentuknya akun taarufonline.id sebagai media untuk bertaaruf terinspirasi
dari pengalaman saat sedang mengikuti kajian rutin, Syifa mengatakan;
“...saya melihat banyaknya akhwat dalam kajian tersebut yang masih belum
memiliki pasangan dan juga takut untuk memilih pasangan mengingat zaman
ini banyak laki-laki yang tidak berniat serius dan hanya ingin menjadikan
perempuan sebagai pacar saja tanpa berniat untuk menikahinya. Saya
berinisiatif untuk membuat wadah yang bisa di jadikan sebagai jembatan bagi
para akhwat dan ikhwan yang masih belum memiliki pasangan dan serius
mencari pasangan untuk di nikahi bukan sekedar di pacari.”0

Timbul dari tujuan yang sama yaitu membantu para jomblo untuk mencari
pasangan yang serius, team dari akun taaruf_nikah juga mengatakan akun tersebut
berdiri karna berawal dari keresahan melihat pola hidup anak muda di zaman
sekarang ini. Gaya pacaran yang marak dan telah menjadi tren di zaman sekarang ini
menimbulkan keresahan tersendiri bagi beberapa orang. Pacaran yang identik dengan
bersentuhan antara laki-laki dan perempuan atau bahkan lebih dari sekedar
bersentuhan. Di tambah banyaknya kasus di luar sana tentang MBA atau married by
accident, dimana perempuan telah hamil sebelum menikah. Di bentuknya akun ini
bertujuan untuk menghindari zina juga mengurangi tren pacaran yang dianggap
banyak mudharatnya.0
Tujuan lain selain membantu para jomblo menemukan pasangan dengan jalan
yang sesuai syariat, akun-akun taaruf ini juga berharap dapat membantu membuka
lapangan pekerjaan, mengingat akun-akun tersebut berbayar. Uang dari biaya
pendaftaran tersebut, selain untuk menyaring peserta yang benar-benar serius, juga
Wawancara dengan Syifa.
0

0
Wawancara dengan Tiana sebagai Admin dari Akun Taaruf_nikah pada tanggal 18
November 2020.
40

digunakan untuk biaya operasional seperti kuota internet untuk menjalankan akun
media sosial, biaya akomodasi perantara untuk tahap pertemuan, juga biaya gaji team
akun-akun tersebut.0

D. Kelebihan dan Kekurangan Ta’aruf Online dan Perbandingannya dengan


Taaruf Offline

Meskipun saat ini telah ada taaruf online, namun taaruf offline masih tetap
diminati oleh mereka yang berkeinginan untuk ber-taaruf karena masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam taaruf online, media sosial Instagram dan
Whastapp mempermudah proses yang harus dilalui karena berpotensi banyak pilihan
calon pasangan, sehingga memperbesar peluang seseorang menemukan calon
pasangan yang paling sesuai dengan kriteria yang diinginkannya. Namun, dalam
taaruf offline data dari pihak yang ingin ber-taaruf dianggap lebih valid dibandingkan
dengan data dari pihak yang ber-taaruf online karena calon tersebut benarbenar
memiliki kedekatan langsung dengan perantara. Selain itu, perantara sebagai orang
yang bertanggungjawab terhadap dua orang yang ingin melakukan taaruf. Oleh
karena itu, sebelum biodata mereka dipertukarkan, perantara benar-benar akan
memeriksa latar belakang yang bersangkutan dan memberikan penilaian yang
objektif. 0

Taaruf online juga potensil menimbulkan masalah dikarenakan data pribadi


peserta, seperti nama, alamat, nomor handphone, hingga foto wajah dapat menjadi
konsumsi publik, dikarenakan tidak ada jaminan bahwa dari ratusan ribu followers
akun taaruf semuanya adalah “orang baik”, bahkan tidak semua followers adalah
orang yang benarbenar ingin mencari pasangan. Informasiinformasi pribadi seperti itu

0
Wawancara dengan Syifa.
0
Hildawati, Ayu Lestari, h. 140.
41

dapat menjadi “celah” untuk orang-orang melakukan tindak kejahatan online


(cybercrime) yang telah menjadi tren di berbagai negara, temasuk di Indonesia. 0

Selain itu pada taaruf offline, perantara memegang peranan penting sebagai
fasilitator di antara kedua calon karena seluruh proses menjadi tanggung jawab
perantara. Ia menuntun dan menjaga proses taaruf yang dilaksanakan agar tetap pada
koridornya, yakni tetap sesuai pada tutunan Al-Qur’an dan AsSunnah, misalnya, tidak
berdua-duaan tanpa didampingi oleh mahromnya, tidak melakukan kontak fisik
(seperti berpegangan tangan dan berpelukan), tidak membuka komunikasi tanpa ada
kepentingan terkait pembahasan pernikahan (seperti mengungkapkan kerinduan pada
calon pasangan, saling bertukar pesan, dan saling merayu, dll. Berbeda halnya dengan
taaruf online, yang dalam beberapa kasus cukup beresiko karena dapat membuka
interaksi dengan pasangan taaruf-nya karena beberapa admin menyerahkan proses
taaruf langsung kepada calon tanpa ada pendampingan. Dengan demikian,
keterlibatan perantara pada taaruf offline lebih memberikan rasa aman dan
ketenangan karena menjaga proses taaruf tetap pada koridor syariat dibandingkan
dengan taaruf online.0

Tingkat keberhasilan taaruf online dari beberapa akun yang telah di teliti
masih dalam angka yang cukup kecil. Contohnya di akun taarufonline.id dari 4.506
peserta 102 hanya yang berhasil sampai pada tahap pernikahan. Dan di akun
taaruf.co.id dari 1.810 peserta hanya 78 yang berhasil.0 Angka tersebut menunjukan
bahwa tingkat keberhasilan taaruf online melalui media sosial ini masih cukup kecil.
Faktor paling kuat yang mempengaruhinya adalah karena peserta sama sekali tidak
mengenal calon pasangannya. Peserta hanya tertarik berdasarkan data diri calon
0
Rifauddin, M dan Halida, A. N, Waspada Cybercrime dan Informasi Hoax Pada
Sosial Media Facebook, Kizana AlHikmah: Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi dan
Kearsipan, Vol. 6, No. 2, 2018, h. 99.
0
Arika Zulfitri Karim dan Dinie Ratri Desiningrum, Dari Taaruf Hingga Menikah:
Eksplorasi Pengalaman Penemuan Makna Cinta Dengan Interpretative Phenomenologycal
Analysis, Jurnal Empati, Vol. 4, No.1 , Januari 2015, h. 46.
0
Wawancara dengan Syifa dan Revi sebagai team dari taarufonline.id dan taaruf.co.id
pada tanggal 19 dan 21 November 2020.
42

pasangan yang di lihatnya. Tidak ada rekomendasi dari orang terdekat calon
pasangan. Maka, banyak yang setelah tahap tanya jawab via chat atau pada tahap
pertemuan, ternyata peserta merasa kurang cocok dengan calon pasangannya.
Berbeda dengan taaruf offline, dimana calon pasangan biasanya di rekomendasikan
karna telah mengenal dengan baik calon pasangan tersebut, dan dirasa cocok dengan
kepribadian pihak lawannya. Maka, angka keberhasilan masih lebih tinggi melalui
taaruf offline.
BAB IV

TAARUF ONLINE DI MEDIA SOSIAL

MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

A. Konsep Ta’aruf Online di Media Sosial dalam Islam

Masing-masing akun tersebut ternyata memiliki beberapa perbedaan, di


antaranya adalah pada tahap awal sebelum dinyatakan menjadi peserta, jumlah biaya
yang harus dikeluarkan calon peserta, dan ketentuan-ketentuan yang harus di ikuti
oleh calon peserta maupun setelah menjadi peserta.

Tahap awal untuk pendaftaran calon peserta berbeda di masing-masing akun.


Ada yang menggunakan DM Instagram dan whatsapp sebagai wadah untuk
mengajukan diri dan mengisi formulir, ada yang harus menjadi bagian dari komunitas
akun tersebut, ada juga yang menggunakan aplikasi sehingga calon peserta harus
mendownloadnya terlebih dahulu. Dalam tahap awal yang berbeda-beda ini, penulis
berpendapat bahwa tidak ada yang salah dan melenceng dari ketentuan hukum islam.
Semua tahap awal tersebut tergantung pada bagaimana akun-akun tersebut memilih
media untuk dapat dijadikan wadah bagi calon peserta yang ingin mengajukan diri
untuk bertaaruf. Pilihan tersebut ada di tangan calon peserta ta’aruf dan di sesuaikan
dengan kebutuhan calon peserta ta’aruf. Jika ingin banyak bertanya dan
berkomunikasi langsung dengan admin dari akun-akun tersebut, calon peserta dapat
memilih bergabung dengan akun yang menggunakan DM instagram dan juga
whatsapp sebagai tahap awal mengajukan diri. Dengan menggunakan media yang
dapat langsung tersambung dengan admin, tentu memudahkan calon peserta untuk
dapat berkomunikasi langsung dengan admin akun tersebut. Jika calon peserta ingin
banyak belajar mengenai ta’aruf, kajian pra nikah, dan sebagainya, juga ingin
memperbanyak teman, maka bergabung dengan komunitas adalah pilihan yang tepat.

43
44

Namun jika calon peserta tidak ingin banyak bertanya dan praktis, calon peserta dapat
memilih akun taarufonline.id yang berbasis aplikasi, sehingga semua petunjuk
mengenai prosedur ta’aruf di akun tersebut telah otomatis tersedia dan calon peserta
hanya perlu mengikuti apa yang di minta oleh aplikasi tersebut. Mengenai proses
awal ini tidak ada ketentuan atau batasan baik dari segi hukum Islam maupun
Undang-Undang. Selama tidak ada unsur menipu, dan tidak menebarkan ajaran sesat,
maka akun-akun ini sah untuk di dirikan dan menjadi wadah bagi mereka yang ingin
berta’aruf.

Selanjutnya adalah perbedaan dalam ketentuan dan proses ta’aruf setelah


calon peserta di nyatakan lolos dan menjadi peserta. Masing-masing akun memiliki
ketentuan yang berbeda. Ada yang memiliki peraturan ketat seperti tidak di
perbolehkannya menampilkan foto sebelum lawan jenis menyatakan benar-benar
tertarik dan serius ingin lanjut ke tahap nadzhar atau pertemuan, dan tidak di
perkenankan mencantumkan kontak pribadi. Ada juga akun yang menyerahkan
semuanya kepada peserta. Peserta dapat memilih ingin di tampilkan foto dan kontak
pribadinya atau tidak. Menurut penulis, akun yang menyerahkan kepada peserta tidak
mencerminkan prinsip ta’aruf itu sendiri. Bagi peserta yang benar-benar serius
mungkin akan memilih untuk tidak di tampilkannya foto dan juga kontak pribadi.
Peserta akan memilih untuk mencantumkan kontak kerabat atau orang tuanya untuk
perantara dalam berkomunikasi. Namun, bagi peserta yang tidak benar-benar serius
atau mungkin tergoda dengan kebebasan berkomunikasi, mereka akan memilih untuk
di cantumkannya foto dan kontak pribadi. Tentu hal itu membuat kedua peserta yang
saling tertarik akan berkomunikasi secara intens. Padahal konsep dari ta’aruf itu
sendiri adalah proses perkenalan yang dianjurkan dalam agama Islam adalah dalam
batas-batas yang tidak melanggar aturan agama Islam itu sendiri.0 Dan batasan
tersebut termasuk juga dalam hal berkomunikasi.

0
Muhammad Fauzil Adhim, Kupinang Engkau dengan Hamdalah, Yogyakarta : Mitra
Pustaka, 2008, h. 18.
45

Bebasnya dalam berkomunikasi tentu dapat menimbulkan mudharat seperti


tidak adanya keterbukaan dalam memberikan informasi tentang diri masing-masing,
juga dapat memberikan kesempatan yang luas untuk kedua peserta bertemu tanpa
adanya perantara atau mediator. Konsep ta’aruf yang di bingkai dengan syariat Islam
tentu mengikuti anjuran-anjuran dalam Islam dalam hal mengatur hubungan lawan
jenis. Adapun rambu- rambu ta’aruf yang harus dipatuhi, salah satunya adalah tidak
boleh berdua- duaan yang berpotensi akan menimbulkan zina.0 Dalam proses ta’aruf
harus menjaga pandangan, pendengaran, lisan, tangan-kaki serta hati yang tidak boleh
berlebihan dalam berkeinginan dan berangan-angan.0

Adab dan tata cara ta’aruf juga memiliki perbedaan dengan pacaran, salah
satu yang paling membedakan adalah tidak di perkenankannya komunikasi yang
bebas antara laki-laki dan perempuan baik sebelum maupun saat melakukan
pertemuan. Meskipun di dalam hukum Islam, proses dan tata cara taaruf sebelum
pernikahan tidak ditentukan secara konkrit, sehingga dianjurkan untuk melakukan
taaruf sebagaimana hubungan antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan yang
telah ditetapkan dalam syariat Islam, dimana kedua calon pasangan yang belum
menikah tidak dibiarkan untuk berduaan tanpa didampingi mahramnya dan senantiasa
menjaga pandangan karena pandanganpun dapat menjadi suatu perbuatan yang
mendekati zina. Oleh karena itu, dalam taaruf terdapat perantara yang memfasilitasi
komunikasi dan interaksi di antara calon pasangan.0 Peran perantara sebagai
fasilitator pada proses taaruf sangatlah penting sebab perantara menjadi orang yang
akan dipercayakan mengurus segala proses taaruf hingga menuju pernikahan.
Perantara biasanya adalah guru ngaji, ustadz atau ustadzah, teman yang sudah
menikah, ataupun lembaga khusus untuk proses taaruf sampai pernikahan.0
0
Robith Muti’ul Hakim, Konsep Felix Siaw Tentang Ta’aruf Antara Calon Mempelai
Pria dan Calon Mempelai Wanita, h. 27.
0
Muhammad Fauzil Adhim, Kupinang Engkau dengan Hamdalah, h. 22.
0
Hildawati, Ayu Lestari, Taaruf Online dan Offline: Menjemput Jodoh Menuju
Pernikahan, h. 130.
0
Ari Pusparini, Agar Taaruf Cinta Berbuah Pahala, Yogyakarta : Pro-U Media, 2012,
h. 29.
46

Adapun adab-adab taaruf secara umum adalah;

a. Melalui perantara

Perantara merupakan solusi dalam sebuah ta’aruf. Selain memberi


kemaslahatan juga dapat menghindari dari fitnah. Perantara ta’aruf mereka bisa saja
orang tua, ustadz atau ustadzah, teman, kerabat, ataupun orang yang terpercaya.
Syarat- syarat yang wajib dimiliki oleh perantara dalam ta’aruf yaitu mereka yang
paham Agama, dapat dipercaya, diutamakan yang sudah menikah, serta yang ada
kedekatan dengan kedua calon yang akan dita’arufkan.0

b. Tidak ada rasa memiliki

Proses ta’aruf didalamnya tidak ada rasa memiliki satu sama lain. Batasan
tertentu membentangi dua orang yang sedang dalam masa ta’aruf. Diantaranya tidak
melakukan dua proses ta’aruf dengan orang yang berbeda dalam waktu yang
bersamaan.0

c. Atas kemauan sendiri


Seperti halnya pernikahan, ta’aruf yang merupakan proses menuju kesana
harus dilakukan atas kemauan sendiri. Tidak boleh ada unsur paksaan atau
tekanan.0
d. Ada niat baik diantara kedua belah pihak
Dua orang yang bertemu karena ukhuwah, insyaallah akan berakhir dengan
indah. Sebelum melakukan ta’aruf kedua belah pihak harus memiliki niat yang
baik. Yang denikian merupakan awal menuju kebahagiaan. Niat baik yang
muncul ini akan mendorong keduanya untuk sling memberikan yang terbaik.0
e. Terjaga rahasia

0
Hana L, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syari Islam, h. 26-30.
0
Hana L, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syari Islam, h. 31.
0
Hana L, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syariat Islam, h. 32.
0
Hana L, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syari Islam, h. 33.
47

Selama masa tersebut dan selanjutnya, segala informasi yang diperoleh akan
saling dijaga kerahasiaannya sehingga ketika proses terpaksa diputuskan tidak
menimbulkan fitnah. Kerahasiaan ini begitu diutamakan mengingat semua orang
punya hak untuk dijaga privasinya.0
f. Mengatakan apa adanya
Banyak pasangan yang berpacaran sebelumnya mengaku, suaminya kini
berbeda pada saat masih pacaran. Baik karakter maupum kebiasaannya. Maklum
saja lantaran dalam pacaran pelakunya sering menampilkan hal-hal yang semu.
Berbeda halnya dengan ta’aruf, biasanya akan saling menyampaikan data apa
adanya. Namun demikian, tetap perlu digali informasi yang dalam dari berbagai
pihak.0

Berdasarkan teori di atas telah jelas bahwa ta’aruf harus melalui perantara
atau mediator di setiap tahap dan prosesnya. Dalam memilih media ta’aruf,
seharusnya calon peserta lebih selektif jika memang berniat serius untuk berta’aruf.
Yang membedakan ta’aruf dan pacaran pada umumnya adalah di dalam prosesnya.
Pacaran adalah proses mengenal lawan jenis yang bebas tanpa memperdulikan syariat
Islam, sedangkan ta’aruf adalah proses mengenal lawan jenis yang di bingkai dengan
syariat Islam. Begitu pula dengan penyedia media ta’aruf seperti akun-akun ta’aruf
online seharusnya dapat lebih mempertimbangkan setiap proses dan ketentuannya.
Akun ta’aruf yang memberikan pilihan kepada pesertanya mengenai proses setelah
tukar biodata tentu memberikan peluang dan kesempatan bagi peserta untuk dapat
melanjutkan proses perkenalan secara bebas dan tidak mengikuti syariat islam.
Padahal akun tersebut di tujukan untuk ta’aruf bukan hanya media perjodohan seperti
tinder, okcupid, dan sejenisnya. Peserta yang seharusnya menjalani taaruf sesuai
syariat Islam bisa saja melenceng dan melakukan hal-hal layaknya orang pacaran
karena tidak adanya pengawasan dari mahramnya. Dalam bab II telah di jelaskan
bahwa, walaupun semua orang bisa melakukan ta’aruf, tetapi tidak semua orang mau
0
Hana L, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syari Islam, h. 34.
0
Hana L, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syari Islam, h. 35-36.
48

dan mampu melakukan proses ta’aruf. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas proses
komunikasi pada saat ta’aruf itu sendiri.0 Jadi, menurut penulis akun ta’aruf_nikah
kurang efektiv jika di jadikan wadah bagi akhwat dan Ikhwan yang ingin berta’aruf
karena prosesnya kurang mencerminkan sebagaimana yang menjadi tujuan dari
ta’aruf. Akun yang memiliki aturan yang ketat seperti ta’aruf.co.id, taarufonline.id,
dan taaruf_yuk lebih di sarankan bagi yang membutuhkan wadah untuk berta’aruf,
karena akun-akun tersebut menjaga identitas peserta dari public maupun dari peserta
lain. Prosesnya pun tidak luput dari pengawasan perantara atau mediator dari tahap
awal sampai tahap akhir. Akun rumahtaarufMyQuran juga dapat dijadikan pilihan
bagi akhwat dan Ikhwan yang ingin berta’aruf sekaligus mengikuti berbagai kajian,
karena akun tersebut berbasis komunitas sehingga bukan hanya sekedar menyediakan
tempat dan perantara untuk mencari pasangan saja.

Selanjutnya yang membedakan dari akun-akun tersebut adalah biaya. Biaya


yang di pungut untuk administrasi pada saat mendaftar memiliki angka yang
bervariasi. Peserta dapat memilih akun dengan biaya yang paling murah atau yang
paling mahal sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Mengenai pemungutan biaya
administrasi bagi peserta yang akan mendaftar ta’aruf ini tidak ada dalil yang
melarangnya, sehingga hukumnya adalah mubah atau boleh. Hal ini juga di katakan
oleh salah satu pendiri akun ta’aruf yaitu taarufonline.id, Ust. Rizki Awal. Selama
tidak ada unsur yang melanggar syariat, biaya yang di pungut ini boleh di lakukan.
Seperti yang telah di jelaskan di dalam bab III, bahwa hasil dari wawancara, biaya
yang di kenakan kepada calon peserta ini selain sebagai bentuk keseriusan peserta
untuk berta’aruf, biaya ini nantinya akan di gunakan untuk kebutuhan-kebutuhan
seperti biaya ongkos mediator yang akan melakukan nadzhar atau pertemuan dengan
para peserta, biaya pengembangan akun dan aplikasi, juga untuk membayar admin
dan seluruh team dari akun ta’aruf tersebut.

0
Ridwansyah, Proses Komunikasi Interpersonal dalam Ta’aruf di Kota Banda Aceh,
Jurnal Komunikasi Global, Vol. 7, No. 1, 2018, h. 39.
49

Meskipun tidak adanya dalil atau ketentuan mutlak dari Al Qur’an maupun
hadist mengenai ta’aruf, namun ta’aruf ini adalah cara yang pas untuk di jadikan
upaya terhindarnya muda mudi dari perbuatan zina. Allah SWT berfirman:

‫سبِي ًل‬ َ ‫وا ٱل ِّزنَ ٰ ٓى ۖ ِإنَّهۥُ َكانَ ٰفَ ِح‬


َ ‫شةً َو‬
َ ‫سٓا َء‬ ۟ ُ‫َواَل تَ ْق َرب‬

Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu
perbuatan yang keju. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32)0
Firman Allah di atas telah jelas bahwa kita di larang untuk melakukan zina
dan hal-hal yang mendekati zina. Ta’aruf dengan segala rangkaian prosesnya dapat di
jadikan upaya bagi muda mudi yang ingin membangun rumah tangga dengan proses
yang sesuai dengan syariat Islam. Namun, ta’aruf ini hukumnya tidaklah wajib bagi
muslim. Ta’aruf hanya sebagai wadah bagi mereka yang tidak ingin menjadikan
pacaran sebagai proses pengenalan diri sebelum menuju pernikahan. Biasanya ta’aruf
menjadi pilihan bagi akhwat dan Ikhwan yang tidak ingin banyak berkomunikasi
dengan lawan jenis. Karena mereka tidak banyak mengenal lawan jenis, maka mereka
membutuhkan perantara untuk mencarikan pasangan yang sekiranya cocok satu sama
lain. Ta’aruf online di media sosial dan ta’aruf offline sendiri memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Berkembangnya tekonlogi menjadikan semua yang ada
di dunia ini menjadi dapat di akses dengan jangkauan yang luas, sehingga banyak
juga berkembang jasa ta’aruf ini di berbagai media sosial.

B. Ta’aruf Online di Media Sosial Menurut Hukum Positif

0
Departemen Agama RI, Al-Qur`An dan Terjemahannya, Jawa Barat: Diponegoro,
2015
50

Selain tidak di atur secara mutlak dalam Al’ Quran maupun hadist, ta’aruf
juga tidak di atur dalam Undang-Undang di Indonesia. Seperti yang telah penulis
bahas di dalam bab II, kaitannya ta’aruf dengan perkawinan di Indonesia, ta’aruf bisa
di jadikan sebagai salah satu upaya untuk terwujudnya perkawinan yang sah sesuai
dengan syarat-syarat sah perkawinan yang tercantum dalam Undang-Undang
Perkawinan No.1 Tahun 1974. Syarat-syarat perkawinan diatur dalam UU
Perkawinan dan KHI yang mana apabila ditemukan pelanggaran dan tidak memenuhi
syarat yang telah ditetapkan dapat dilakukan pembatalan perkawinan. Pengaturan
mengenai pembatalan perkawinan terdapat dalam Pasal 22 hingga Pasal 28 UU
Perkawinan dan Pasal 70 hingga Pasal 76 KHI.0

Pada kenyataannya masih banyak kejadian di masyarakat yang melakukan


perkawinan dengan syarat yang tidak terpenuhi dan syarat yang dilanggar baik itu
yang terdapat dalam UU Perkawinan maupun dalam Hukum Islam yang terdapat pada
KHI. Tidak terpenuhinya syarat sah tersebut dapat menimbulkan pembatalan
perkawinan yang akan berdampak kepada akibat hukum terhadap kedudukan sah atau
tidaknya seorang anak yang lahir dari perkawinan tersebut, status kedua belah pihak,
dan beberapa akibat hukum lainnya seperti berkaitan dengan harta dalam
perkawinan.0

Kaitannya hal-hal yang bersangkutan dengan syarat-syarat sah nikah ini


dengan ta’aruf adalah ta’aruf dapat berupaya untuk meminimalisir suatu rusaknya
rumah tangga dikemudian hari. Hal ini diharapkan agar kedua calon pasangan yang
akan ke proses selanjutnya sebelumnya telah saling mengerti dan memahami
bagaimana latar belakang, status, agama, identitas, dll dari masing-masing calon
pasangan. Dalam proses ta’aruf ini pun masing-masing pihak masih bisa menolak
apabila dari salah satu pihak tidak berkenan. Dikarenakan pula dalam proses Ta’aruf

0
Zahri Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang
Perkawinan Di Indonesia, Binacipta: Yogyakarta, 1976, h. 18.
0
Emma Dessy Wulansari, Taaruf dalam Hukum Islam, Jurist Diction, Vol. 1 No. 2,
November 2018, h. 230.
51

masih belum adanya kontak fisik dan tidak ada yang dirugikan dari kedua belah
pihak.0

Ta’aruf itu sendiri di lakukan dengan perantara atau mediator. Ta’aruf dapat
dapat dilakukan dimana saja dan dalam kesempatan apa saja, namun tetap pertemuan
tersebut tidak ada unsur maksiat, sehingga kemungkinan antara pihak laki-laki dan
perempuan dapat saling bertukar informasi tanpa adanya rasa canggung. Mediator
bersifat netral dan tidak boleh menyembunyikan suatu keterangan yang dianggap
penting untuk keberlangsungan dari hubungan kedua pihak sebelum berlanjut ke
tahap berikutnya.0

Menurut penulis, konsep ta’aruf yang melibatkan perantara atau mediator


dalam proses komunikasi baik sebelum maupun setelah pertemuan ini lah yang dapat
di jadikan sebuah point plus dari ta’aruf baik online maupun offline. Peran mediator
yang netral ini dapat membuat kedua belah pihak dapat bertukar informasi mengenai
dirinya dengan jujur dan nyaman. Prosesnya yang padat tanpa banyaknya
pembicaraan basa basi dan membuang-buang waktu juga dapat menjadi point plus
karena kedua pihak sudah pasti sama-sama berniat untuk serius. Pertemuan yang di
lakukan setelah keduanya mantap juga tidak di lakukan kedua belah pihak yang
hanya berdua saja. Pertemuan di lakukan dengan di dampingi mediator dan juga
keluarga pihak wanita tentu mengurangi mudharat atau kemungkinan-kemungkinan
buruk yang akan terjadi jika kedua pihak hanya bertemu berdua. Pertukaran informasi
yang palsu juga sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi, sehingga ada
kemantapan dari kedua belah pihak sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan.

Berbeda dengan aplikasi pencari jodoh yang tidak berbasis ta’aruf, tidak
adanya ketentuan dan prosedur tertentu membuat penggunanya bebas melakukan apa
saja dalam proses perkenalan. Tidak sedikit pula kasus yang berujung penipuan

0
Emma Dessy Wulansari, Taaruf dalam Hukum Islam, h. 233.
0
Robith Muti’ul Hakim, Konsep Felix Siaw Tentang Ta’aruf Antara Calon Mempelai
Pria dan Calon Mempelai Wanita, h. 73.
52

karena tidak adanya keseriusan untuk menikah dari pengguna aplikasi. Penipuan yang
di maksud biasanya berupa data diri yang palsu, sehingga setelah lama berkomunikasi
via chat, salah satu pihak tidak ingin bertemu dan malah menghilang begitu saja. Ada
juga yang setelah merasa cocok, lalu menikah, ternyata setelah menikah pihak laki-
laki masih ternyata masih memiliki istri sah. Hal-hal tesebut yang di khawatirkan
terjadi dan kenyataannya banyaknya kasus pembatalan perkawinan di Pengadilan
Agama memiliki alasan yang sama yaitu adanya salah sangka terhadap salah satu
pihak setelah terjadinya perkawinan. Hal tersebut tentu melanggar syarat sahnya
perkawinan dalam Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974. Akhwat dan ikhwan
yang berniat untuk berta’aruf juga harus memilih media yang paling tepat, mengingat
banyaknya jasa ta’aruf online di berbagai media sosial dan dengan ketentuan yang
berbeda-beda.

Ta’aruf yang betujuan utama untuk menghindari zina juga dapat dijadikan
upaya untuk mencegah terjadinya perzinaan yang berpotensi menimbulkan lahirnya
anak diluar perkawinan yang sah. Mengenai anak yang lahir diluar perkawinan
sendiri terdapat dalam Undang-Undang perkawinan, dimana anak tersebut hanya
akan memiliki hubungan perdata dengan ibunya, tidak dengan ayahnya. Hal tersebut
terjadi karena adanya hubungan zina sebelum menikah.

Ta’aruf yang memiliki proses yang dibingkai syariat islam sehingga dapat
mencegah timbulnya zina sebelum menikah, diharapkan dapat mewujudkan
perkawinan yang sah juga anak yang sah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Ta’aruf tidak diatur secara mutlak dalam Al-Qur’an maupun hadist. Namun
ta’aruf sendiri adalah proses perkenalan sebelum pernikahan yang dianjurkan karna
prosesnya sesuai dengan syariat islam.
Ta’aruf di media sosial tidaklah bertentangan dengan hukum islam. Namun,
dalam penelitian, ada salah satu akun ta’aruf yang prosesnya tidak sesuai dengan
hukum Islam. Ta’aruf tersebut memiliki komunikasi yang bebas tanpa didampingi
perantara. Hal tersebut tentu melenceng dari konsep ta’aruf yang harus sesuai syariat
islam.
Ta’aruf juga tidak diatur dalam Undang-Undang, namun memiliki kaitan yaitu
ta’aruf dapat dijadikan sebagai upaya mewujudkan perkawinan yang sah. Ta’aruf
yang memiliki tujuan utama menghindari zina juga dapat dijadikan upaya untuk
mencegah lahirnya anak diluar perkawinan yang sah karena hubungan zina, dimana
menurut Undang-Undang anak tersebut hanya akan memiliki hubungan keperdataan
dengan ibunya.

B. Saran
Dalam menjalankan kehidupan pernikahan kecocokan karakter merupakan hal
mendasar yang sangat penting untuk melewati segala suka dan duka dalam berumah
tangga. Oleh sebab itu, proses perkenalan sebelum menikah menjadi sangat penting,
khususnya bagi yang memilih melalui proses taaruf yang sejatinya memiliki prinsip
menyegerakan pernikahan, sehingga proses perkenalan lebih cepat. Para pelaku taaruf
baik yang online harus bersikap jujur dan terbuka dalam setiap tahapan taaruf agar
meminimalisir kekecewaan di kemudian hari setelah pernikahan terjadi. Pemilihan
akun ta’aruf online juga harus di perhatikan peserta. Peserta harus memilih akun-akun
yang prosedur, adab, dan tata caranya telah sesuai dengan prinsip hukum Islam.

53
DAFTAR PUSTAKA

Adhim, Muhammad Fauzil, Kupinang Engkau dengan Hamdalah, Yogyakarta : Mitra


Pustaka, 2008.

Akbar, Eliyyil, Taaruf dalam Perspektif Syafi’i dan Ja’fari, Musâwa, Vol. 14, No. 1,
Januari 2015.

Al-Mukaffi, Abdurrahman, Pacaran Dalam Kacamata Islam, Jakarta: Media


Dakwah, 2012.

Al-Qur’an dan Terjemahan, Jakarta: Syamil, 2007.

Arlena, Azti, Proses Adaptasi Antar Budaya Pasangan Menikah Melalui Proses
Ta`aruf, Skripsi: Depok, Universitas Indonesia, Tahun 2012.

Assegaf, Abd Rachman, Studi Islam Kontekstual:Elaborasi Paradigma Baru Muslim


Kaffah, Yogyakarta: Gama Medika, 2005.

Awaris, Ahmad Fauzan dan Nurul Hidayat, Penyesuaian Pasangan Pernikahan Hasil
Ta’aruf, E Sospol, Vol. 2, Januari-April 2015.

Basyir, Ahmad Azhar, Hukum Perkawinan Islam, Fakultas Hukum UII: Yogyakarta,
1980.

Departemen Agama RI, Al-Qur`An dan Terjemahannya, Jawa Barat: Diponegoro,


2015.

Hadikusuma, H. Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia, Mandar Maju: Bandung,


1990.

Hakim, Robith Muti’ul, konsep Felix Siauw Tentang Ta’aruf Antara Calon Mempelai
Pria Dan Calon Mempelai Wanita, Al-Ahwal, Vol. 7, No. 1, 2014.
Hamid, Zahri, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang
Perkawinan Di Indonesia, Binacipta: Yogyakarta, 1976.

Hildawati, Ayu Lestari, Taaruf Online dan Offline: Menjemput Jodoh Menuju
Pernikahan, Jurnal Emik, Vol. 2, No. 2, Desember 2019.

http://mediaumat.com/ustadz-menjawab/3571-71- larangan-larangan-bagi-
perempuan-dalam-masa-berkabungihdad.html.

https://kbbi.web.id/jomlo diakses tanggal 18 Desember 2020.

Juwita, Elsa Puji, Dasim Budimansyah, dan Siti Nurbayani, Peran Media Sosial
Terhadap Gaya Hidup Siswa SMA Negeri 5 Bandung, Jurnal Sosietas, Vol. 5,
No. 1, 2017.

Kadir, Mohammad Nidzam Abdul, Soal Jawab Remeh Temeh Tentang Nikah Kawin
Tapi Anda Malu Bertanya, Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2008.

Karim, Arika Zulfitri dan Dinie Ratri Desiningrum, Dari Taaruf Hingga Menikah:
Eksplorasi Pengalaman Penemuan Makna Cinta Dengan Interpretative
Phenomenologycal Analysis, Jurnal Empati, Vol. 4, No.1 , Januari 2015.

Kompilasi Hukum Islam Pasal 71.

L, Hana, Taaruf: Proses Perjodohan Sesuai Syari Islam. Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2010.

L.P, Supratman dan Mardianti, P. Komunikasi Interpersonal Pasangan Suami-Istri


Yang Dipertemukan Melalui Taaruf Online di www.rumahtaaruf.com, Jurnal
Penelitian Komunikasi, Vol. 19, No. 2, 2016.

Mas’ud, Ibnu, Edisi Lengkap Fiqih Madzhab Syafi’I, Buku 2: Muamalat, Munakahat,
Jinayat, Bandung: Pustaka Setia, 2007.
Mujib, M.Abdul, Ahmad Ismail, dan Syafi’ah, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-
Ghazali Mudah Memahami dan Menjalankan Kehidupan Spiritual, Jakarta: PT.
Mizan Publika, 2009.

N.Z, Rahmania dan Pamungkas, Komunikasi Interpersonal Komunitas Online


www.rumahtaaruf.com, Jurnal Manajemen Komunikasi, Vol. 03, No. 01, 2018.

Nurfitri, Aldila Dyas dan Mulawarman, Perilaku Pengguna Media Sosial beserta
Implikasinya Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan, Buletin
Psikologi, Vol. 25, No. 1, 2017.

Nuruddin, Amir, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
(Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam
Dari Fiqh, UU No 1/1974 Sampai KHI, Jakarta: kencana, 2006.

R, Nasrullah, Media sosial (perspektif komunikasi, budaya, dan sosioteknologi),


Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2015.

Ridwansyah, Proses Komunikasi Interpersonal dalam Ta’aruf di Kota Banda Aceh,


Jurnal Komunikasi Global, Vol. 7, No. 1, 2018.

Rifauddin, M dan Halida, A. N, Waspada Cybercrime dan Informasi Hoax Pada


Sosial Media Facebook, Kizana AlHikmah: Jurnal Ilmu Perpustakaan,
Informasi dan Kearsipan, Vol. 6, No. 2, 2018.

Shalih, Fuad, Untukmu Yang Akan Menikah & Telah Menikah, Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2005.

Situmeang, Rosinta Romauli, Dampak Bisnis Online dan Lapangan Pekerjaan


Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat, AJIE, Vol. 03, No. 03,
September 2018, Hal 13.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian, Hukum, Jakarta: UI Press, 1986.

Suryabrata, Sumadi, Metode Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada 1995.


Tihami, M.A, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali
Pres, 2009.

Widiarti, Tak Kenal Maka Taaruf, Solo: Era Adicitra Intermedia, 2010.

Wulansari, Emma Desy, Ta’aruf Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Pembatalan


Perkawinan dalam Hukum Islam, Jurist-Diction Vol. 1, No. 2, November 2018.

Zuhaili, Wahbah, Fiqh Islāmī wa Adillatuhu; Hak-hak Anak, Wasiat, Wakaf dan
Warisan, (terj: Abdul Hayyie Al-Kattani), jilid 10, Jakarta: Gema Insani, 2011.

Anda mungkin juga menyukai